1. (Cerahkan Nurani Dengan Saling Menasehati) Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era saat ini saling menasehati kepada sesama manusia seakan
telah terhapus oleh pergerakan zaman yang kian menghanguskan attitude
anak-anak muda sekarang. Padahal dalam Al-qur’an telah disebutkan
perintah untuk saling menasehati dalam kebaikan dalam surah Al-‘Ashr/103
ayat 1-3. Perintah tersebuut menjelaskan kewajiban kita sebagai umat
manusia untuk berbuat baik dan saling menasehati dalam kebaikan. Namun,
kenyataan yang kita jumpai saat ini yang terjadi adalah bukan saling
menasehati tetapi saling melupakan.
Menyadari betapa pentingnya kultur saling menasehati dalam
kehidupan sehari-hari sebagai masyarakat Indonesia dan sebagai
penyempurna akhlak kita sebagai umat muslim, makalah ini bertujuan untuk
membagun kembali kultur atau budaya yang kian merosot karena dampak
globalisasi yang mengakibatkan tingginya tingkat individualisme. Di dalam
Al-Qur’an QS. Lukman/31 : 13-14 bersyukur kepada Allah dan bersyukur
kepada kdua orang tua. Syukur kepada Allah berarti taqwa, taat kepada
pimpinan sekalipun dipimpin seorang hamba yang rendah berkulit hitam
dan berpegang teguh kepada Sunah nabi dan Sunah para sahabat Khulafaur
Rasyidin. Sedang bersyukur kepada kedua orang tua adalah hormat dan
patuh mereka.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu kita untuk
menyempurnakan sikap kita sebagai makhluk ciptaan Allah yang sempurna.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dirumuskan masalah sebagai berikut:
1) Apa makna dari saling menasehati?
2) Bagaimana cara kita agar menjadi manusia yang peduli?
2. (Cerahkan Nurani Dengan Saling Menasehati) Page 2
1.3 Manfaat
1) Setelah menbaca makalah ini, semoga pembaca dapat mengambil
manfaatnya
2) Semoga pembaca dapat memberikan kritik dan saran untuk
menunjang penulisan makalah berikutnya dimasa yang akan
datang
3. (Cerahkan Nurani Dengan Saling Menasehati) Page 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perintah Saling Menasehati
2.1.1 Pengertian Nasihat
Sesungguhnya nasihat itu diperuntukkan bagi Allah, bagi kitab-Nya,
bagi Rasul-Nya, dan bagi kaum mukminin. Nasihat adalah perkara yang
sangat agung bagi setiap muslim. Bahkan, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam menjadikannya sebagai pokok ajaran agama, ketika Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Agama itu adalah nasihat. “ Kami berkata: “Kepada siapa wahai
Rasulullah?” Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Bagi Allah,
bagi kitab-Nya, bagi Rasul-Nya, dan para imam kaum Muslimin serta segenap
kaum Muslimin.”
Nasihat merupakan kata yang ringkas, tapi memiliki makna yang
tersirat di dalamnya. Secara bahasa kata nasihat berarti ikhlas. Dikatakan
صحت ن سل ع ,ال artinya: aku menjernihkan madu.
Imam al-Khaththabi rahimahullah mengatakan bahwa kata nasihat
diambil dari lafadz “nashahar-rajulu tsaubahu” (نَصَصَن نلللجُالل لََْ بََُ), artinya, lelaki
itu menjahit pakainnya. Para ulama mengibaratkan perbuatan penasihat
yang selalu menginginkan kebaikan orang yang dinasihatinya, sebagaimana
usaha seseorang memperbaiki pakaiannya yang robek.
Nasihat adalah perkara yang penting sehingga setiap muslim wajib
memperhatikan dan melakukannya kepada orang lain. Sampai-sampai Nabi
Muhammadshallallaahu ‘alaihi wa sallam mengambil bai’at atasnya dan
selalu mengikat diri dengannya karena sangat memperhatikan masalah
nasihat ini.
Diriwayatkan dari Jarir radhiyallaahu‘anhu: “Aku berbai’at (berjanji setia)
kepada Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk menegakkan shalat,
menunaikan zakat, dan memberi nasihat kepada setiap muslim.”
4. (Cerahkan Nurani Dengan Saling Menasehati) Page 4
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjadikan nasihat yang
tulus kepada seorang muslim sebagai bagian dari hak-haknya yang harus
ditunaikannya oleh saudaranya sesama Muslim.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Hak Muslim atas Muslim lainnya ada enam: jika engkau bertemu dengannya
maka ucapkanlah salam kepadanya; jika ia mengundangmu, maka penuhilah
undangannya; jika ia meminta nasihat kepadamu, maka nasihatilah ia…”
2.2 Hukum dan Adab Menyampaikan Nasihat
2.2.1 Hukum Menyampaikan Nasihat
Imam Ibnu Daqiq mengatakan bahwa hukum memberikan nasihat
adalah fardhu kifayah, jika ada pihak yang memenuhi syarat telah
menjalankannya, maka gugurlah kewajiban dari selainnya. Dan memberi
nasihat harus disesuaikan dengan menurut kadar kesanggupan seseorang.
2.2.2 Adab Menyampaikan Nasihat
Alangkah indahnya jika diantara kaum muslimin mengetahui adab-
adab dalam bernasihat, saling menasihati dalam kebaikan akan timbul rasa
cinta dan ukhuwah yang tinggi. Adapun adab-adab dalam bernasihat
menurut ‘Abdul ‘Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada ada lima adab, diantaranya
adalah:
2.2.2.1 Niat yang Benar
Hendaklah orang yang memberikan nasihat kepada orang lain
meniatkannya semata-mata mengharapkan Wajah Allah subhanahu
wa ta’ala serta mencari pahala dan balasan dari-Nya. Sebab, nasihat
yang diberikan kepada kaum Muslimin mengandung pahala yang
sangat agung. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallamsendiri
menganggapnya sebagai inti dari ajaran agama, yaitu dalam sabda
beliau :
“Agama itu adalah nasihat”.
Demikian juga nasihat bagi Allah, bagi kitab-Nya, dan bagi Rasul-
Nya. Makna nasihat bagi Rasul-Nya adalah meneladani dan mentaati
Nabi dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
5. (Cerahkan Nurani Dengan Saling Menasehati) Page 5
Semua itu wajib dikerjakan karena Allah ta’ala, ikhlas semata-mata
mengharapkan Wajah-Nya dan pahala dari-Nya, serta mencari
keridhaan-Nya. Dengan demikian, ikhlas adalah syarat diterimanya
amal shalih.
2.2.2.2 MemberikanNasihat kepada Seorang Muslim Walaupun Tidak
Diminta
Ini merupakan kesempurnaan nasihat untuk saudaramu sesama
muslim. Jika engkau mendapatinya hampir terjatuh ke dalam suatu
keburukan, melakukan pelanggaran syar’i, berbuat sesuatu yang
memudharatkan dirinya, atau perbuatan yang lainnya, maka segera
nasihatilah saudaramu itu walaupun ia tidak memintanya. Demikian
itu bukanlah termasuk sikap yang lancang, bahkan kesempurnaan
nasihat dan bentuk kepedualianmu kepadanya. Hendaklah
pula bersabar terhadap reaksi tidak baik yang engkau terima darinya.
Misalnya, ia menuduhmu sebagai pihak luar yang suka turut campur,
menudingmu ikut campur dalam masalah yang bukan urusanmu, atau
yang lainnya. Karena, sesungguhnya engkau melakukannya hanya
karena mengharapkan pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala.
2.2.2.3 Mencari Cara Terbaik dalam Menyampaikan Nasihat
Ketahuilah bahwasanya setiap manusia apabila diingatkan dengan
maksud untuk mengupas aibnya, kejelekannya dan kekurangannya
maka hal itu diharamkan. Namun apabila di dalamnya terdapat
maslahat bagi kaum muslimin secara khusus dengan maksud tanpa
merendahkannya maka itu bukan perkara yang diharamkan namun
dianjurkan. Oleh karena itu kita harus mengetahui cara yang sesuai
dengan orang yang dinasihati.
Pada kondisi-kondisi tertentu, engkau dapat memberikan nasihat
kepada seseorang secara langsung. Namun, terkadang nasihat
disampaikan dengan cara memberikan contoh berupa amal
perbuatan, yang tujuannya adalah memberikan nasihat. Maka dari itu,
cara penyampaian nasihat berbeda-beda menurut keadaan orang
6. (Cerahkan Nurani Dengan Saling Menasehati) Page 6
yang dinasihati, seperti terhadap anak kecil, orang dewasa, atau orang
yang memiliki kedudukan tinggi di tengah masyarakat. Tidak semua
cara cocok untuk semua orang.
2.2.2.4 Memberi Nasihat Secara Umum dalam Urusan Agama dan Dunia
Hendaklah orang yang memberikan nasihat kepada saudaranya
sesama Muslim Memberikannya dalam setiap urusan, baik agama
maupun dunia. Maksudnya, dalam perkara-perkara yang ia ketahui
atau ia pandang bermanfaat bagi orang tersebut dalam urusan agama
dan dunianya.Kapan saja engkau mendapati kesempatan atau peluang
untuk memberikan nasihat kepada saudaramu sesama muslim, maka
janganlah engkau menahan diri untuk melakukannya. Apabila engkau
melihatnya lalai dalam mengerjakan amalan agama yang wajib
baginya, maka berikanlah nasihat atas perkara itu. Jika engkau
melihatnya jatuh dalam perkara haram, maka berikanlah nasihat
kepadanya untuk meninggalkannya.
Apabila engkau melihatnya akan melakukan sesuatu dari urusan-
urusan dunia dan engkau melihat bahwa maslahat baginya adalah
menjauhi perkara tersebut dan meninggalkannya, maka berilah
nasihat kepadanya untuk itu. Jika engkau mendapati ia lalai dalam
melaksanakan suatu urusan yang bermanfaat baginya, maka berilah
nasihat kepadanya dan ingatkanlah ia. Demikian pulalah ilustrasi-
ilustrasi lainnya. Sesungguhnya wajib atas setiap muslim untuk
mencintai saudaranya sesama muslim dalam semua urusan yang ia
sukai bagi dirinya sendiri dari kebaikan-kebaikan dunia dan akhirat.
2.2.2.5 Merahasiakan Nasihat
Hendaklah seseorang memberikan nasihat secara diam-diam,
tidak terang-terangan di hadapan orang lain. Sebab, manusia pada
umumnya tidak mau menerima nasihat apabila diberikan di hadapan
orang lain karena hal itu dapat mempermalukannya atau
mengesankan kerendahan dan kehinaannya. Oleh karena itu, akan
bangkitlah keangkuhannya sehingga menyebabkannya menolak
7. (Cerahkan Nurani Dengan Saling Menasehati) Page 7
nasihat yang disampaikan. Nasihat pada kondisi tersebut sama
dengan membongkar aib dan nasihat ini hampir semakna dengan
merendahkannya. Dan para ulama salaf pun membenci perbuatan
amar ma’ruf nahi munkar dengan bentuk merendah-rendahkan di
hadapan orang banyak dan mencintai jika memberikan nasihat secara
diam-diam.
Adapun nasihat yang diberikan dengan diam-diam tidaklah
mengandung makna seperti itu,. Oleh sebab itu, biasanya orang yang
dinasihati menerima jika nasihat untuknya tidak disampaikan secara
terang-terangan. Niscaya orang yang dinasihati tidak merasa
keberatan atau tertekan untuk menerima nasihat tersebut. Sehingga
apabila seseorang menerima suatu nasihat dari orang yang
menginginkan kebaikan darinya supaya mencegah dari hal yang
dilarang, kemudian ia menerimanya, taat, tunduk dan mengetahui
baiknya nasihat tersebut maka hal itu diumpamakan seperti
menginginkan kebaikan kepada orang yang dinasihati.
8. (Cerahkan Nurani Dengan Saling Menasehati) Page 8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Beriman kepada Allah SWT. akan melahirkan sikap optimis,tidak
mudah putus asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang
telah Allah takdirkan kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik
kepada seorang muslim,sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang.Olehkarena itu,jika kita tertimpa musibah maka ia akan
bersabar,sebab buruk menurut kita belum tentu buruk menurut
Allah,sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah.Karena
dalam kaitan dengan takdir ini seyogyanya lahir sikap sabar dan tawakal
yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan kemampuan
untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah.
3.2 Saran
Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-
hari.Oleh karena itu,penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan
iman dan takwa kita kepada Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil
menurut pandangan Allah SWT.Juga keyakinan kita terhadap takdir Allah
senantiasa ditingkatkan demi meningkatkan amal ibadah kita.Serta Kita
harus senantiasa bersabar,berikhtiar dan bertawakal dalam menghadapi
takdir Allah SWT.
9. (Cerahkan Nurani Dengan Saling Menasehati) Page 9
DAFTAR PUSTAKA
Suraji,Imam. Etika dalam persepektif al quran dan al hadist. 2006. Jakarta:
PT.Pustaka Al Husna Baru.
Bertens, K. ETIKA.2007. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
AS,Asmaran.Pengantar Studi Akhlak.1992. Jakarta: rajawali pers
Poerwudawinta,Wjs. kamus umum bahasa indonesia.
Von magnis,Franz.Etika umum. 1985.Yogyakarta: Kanisius,
Charis Zubair,Achmad.Kuliah Etika.1995.jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
Poespoprojo, L.Filsafat Moral, kesusilaan Dalam Teori dan Praktek.
1986.bandung Remaja Karya,