1. Page 1 of 9
APLIKASI PRAKTIS TEKNIK DAN METODE
DALAM BERDA’WAH 1
Oleh : Rizaldy Siregar 2
I. Pendahuluan
Islam adalah sebuah agama da’wah yang sarat akan muatan
kebenaran. Artinya, agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk
senantiasa aktif melakukan kegiatan da’wah. Bahkan maju mundurnya
umat Islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan da’wah
yang dilakukan umatnya. Karena itu al Qur-an menyebut kegiatan da’wah
dengan perkataan Ahsanul Qaula. Dengan kata lain da’wah menempati
posisi yang tinggi dan mulia bagi kemajuan agama Islam.
Karena merupakan suatu kebenaran, maka Islam harus tersebar luas
dan penyampaian kebenaran tersebut merupakan tanggung jawab umat
Islam secara keseluruhan, sesuai dengan missinya sebagai agama
Rahmatan Lil Alamin yang harus ditampilkan dengan wajah yang menarik
supaya umat lain beranggapan dan mempunyai pandangan bahwa
kehadiran Islam bukan sebagai ancaman bagi eksistensi mereka melainkan
pembawa kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan mereka sekaligus
sebagai pengantar menuju kebahagiaan kehidupan dunia dan akhirat.
Implikasi dari pernyataan Islam sebagai agama da’wah menuntut
umatnya agar selalu menyampaikan dan menyerukan da’wah, karena
kegiatan ini merupakan aktivitas yang tidak akan pernah selesai selama
kehidupan dunia masih berlangsung dan akan terus melekat dalam
berbagai situasi dan kondisi. Di samping itu yang harus disadari adalah
bahwa da’wah Islam merupakan tugas suci yang dibebankan kepada setiap
muslim kapan pun dan di mana ia berada sebagaimana termaktub dalam
al-Quran dan As-Sunnah.
Berda’wah berarti menyampaikan sesuatu kepada orang lain yang
bersifat mengajak untuk merubah suatu keadaan yang tidak baik kepada
yang baik dan terpuji. Agar menghasilkan hal yang diharapkan maka dalam
pelaksanaannya da’wah Islamiyah memerlukan teknik penerapan yang
akurat serta metode yang sesuai dengan keadaan dan perkembangan
Makalah disampaikan dalam “Pelatihan Da’iyah” BKMT Kota Tanjungpinang di
1
Aula Kantor DPRD Prov. Kepulauan Riau, Ahad 9 Desember 2012
2 Mahasiswa semester akhir Program Magister Agama Islam Institut PTIQ Jakarta.
2. Page 2 of 9
zaman. terutama sekali dikalangan masyarakat perkotaan. Change to
progress merupakan watak dari masyarakat perkotaan, maka terhadap
masyarakat ini materi yang up to date serta metode da’wah yang dinamis
dan sesuai perkembangan merupakan salah satu alternatif yang harus
diperhitungkan dan dipersiapkan sebaik mungkin.
Oleh karena itu, dalam melihat keberhasilan penyampaian da’wah ada
beberapa hal yang penting diperhatikan yaitu faktor da’i (orang yang
menyampaikan da’wah), metode atau cara penyampaian da’wah, dan mad’u
(objek da’wah). Problema terberat yang masih dirasakan sekarang ini,
banyaknya para da’i yang kurang berwawasan luas terutama sekali
menyangkut metode berda’wah. Kita sering menjumpai para da’i yang
berilmu tinggi tetapi da’wahnya kurang diterima oleh masyarakat, karena
lemah di bidang metode atau cara penyampaian da’wah.
II. Pengertian Da’wah
Da’wah pengertiannya secara etimologis adalah ajakan, seruan,
panggilan dan undangan. Sedangkan menurut pengertian terminologis
secara umum, da’wah adalah : “Suatu pengetahuan yang mengajarkan cara-
cara atau metode untuk menarik perhatian umat manusia, agar mengikuti
suatu ideologi atau ajaran tertentu”. Istilah lainnya menyebutkan, bahwa
ilmu da’wah adalah pengetahuan yang mengajarkan cara-cara mengetahui
alam fikiran manusia, untuk diarahkan kepada suatu ideologi atau ajaran
tertentu.
Pengertian da’wah menurut ajaran Islam adalah: “Mengajak umat
manusia dengan hikmah dan kebijaksanaan agar mengikuti petunjuk Allah
dan Rasul-Nya”. Syeikh Ali Mahfudz mengemukakan pengertian da’wah
sebagai berikut: ”Mengarahkan manusia agar melakukan kebaikan dan
mengikuti petunjuk, menyuruh mereka agar berbuat kebaikan dan melarang
mereka dari perbuatan munkar, agar memperoleh kebahagiaan dunia dan
akhirat”. Al-Ustadz Bahiyul Huli dalam kitabnya “Tadzkirrud Du’at”
berpendapat : “Da’wah adalah memindahkan umat manusia dari satu situasi
kepada situasi yang lain”.
Banyak lagi istilah-istilah yang hampir sama artinya dengan da’wah,
seperti tabligh atau penyampaian, amar ma’ruf nahi munkar atau
memerintah kebaikan dan mencegah kemungkaran, mauidzah atau
nasehat, dzikir atau peringatan, khutbah, nasehat, wasiat dan sebagainya.
3. Page 3 of 9
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa da’wah adalah
suatu usaha merubah situasi yang tidak diridhai Alloh swt kepada situasi
yang diridhai oleh-Nya. Dengan demikian da’i senantiasa berusaha
memindahkan situasi yang negatif kepada situasi yang positif, merubah
keadaan yang buruk kepada yang baik, mencegah yang munkar dan
menegakkan yang ma’ruf.
Berda’wah melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar adalah
merupakan kewajiban bagi umat Islam, di mana saja mereka menurut
kemampuan masing-masing. Alloh swt berfirman :
“Hendaklah ada diantaramu umat yang menyerukan kepada kebaikan,
memerintahkan yang ma’ruf atau yang baik dan mencegah yang
munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali Imran:
104).
Rosululloh saw bersabda :
“Siapa diantaramu melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah
dengan tangannya, jika tidak mampu, maka hendaklah dengan
lisannya, jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya, dan itulah
iman yang paling lemah”. (H.R. Muslim).
Di dalam hadits lain Nabi saw bersabda :
“Sampaikan dariku meskipun satu ayat”. (HR. Bukhari).
III. Pengertian Metode Da’wah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu meta
(melalui) dan hodos (jalan, cara). Dengan demikian metode dapat diartikan
sebagai cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Sumber lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman yaitu
methodica artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode
berasal dari kata methodos artinya jalan, dalam bahasa Arab disebut
dengan thariq. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
yang disebut dengan metode adalah cara yang telah diatur dengan melalui
proses pemikiran untuk mencapai maksud tertentu.
Jika dihubungkan dengan da’wah dapat diambil pengertian bahwa
yang disebut dengan metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang
dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai
suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. Hal ini mengandung arti
4. Page 4 of 9
bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human
oriented yang menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.
IV. Model Metode Da’wah Rosululloh
Rosululloh saw melaksanakan da’wah dengan penuh kebijaksanaan
dan menggunakan metode-metode yang tepat, sehingga perjuangannya yang
teramat singkat, hanya memakan waktu sekitar 23 tahun mampu merubah
suatu masyarakat jahiliyah yang diliputi kedzaliman dan kebodohan
menjadi masyarakat yang beradab. Masyarakat yang seluruh anggotanya
saling berbuat baik, tolong-menolong dan berhasil membentuk peradaban
dunia yang luhur.
Dalam waktu yang relatif singkat pula Rasul Saw telah berhasil
merubah suatu bangsa yang terbelakang dan tidak dikenal sejarah, menjadi
masyarakat yang maju, membentuk umat yang besar dan dikagumi serta
menjadi penentu sejarah dunia dari masa ke masa.
Diantara kunci sukses yang mengantarkan Rosululloh saw kepada
keberhasilan da’wahnya adalah karena beliau senantiasa bersikap lembut,
berakhlak mulia, bermusyawarah dalam segala urusan, dan perjuangan
yang ulet dipenuhi dengan kesabaran dan ketabahan. Sebelum Rosululloh
saw berda’wah mengajak orang lain, ia selalu memulai dari dirinya sendiri
dan keluarganya. Di samping itu, Rosululloh saw juga sangat
memperhatikan keadaan objek da’wah, sehingga mereka dapat dibimbing
dengan baik. Dijelaskan dalam al Qur-an :
“Maka dengan rahmat dari Alloh, engkau bersifat lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap kerasdan berhati kasar,
tentulah mereka melarikan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkan ampun bagi mereka dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Alloh, sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang bertawakkal”.
(Q.S. Ali Imran 159).
Berdasarkan kepada al Qur-an dan Sunnah Rosululloh saw, agar
umat Islam dapat melanjutkan da’wah dengan sebaik-baiknya, maka
hendaklah para da’i menjadikan Rosululloh saw sebagai rujukan dan
teladan dalam segala kehidupan. Untuk tujuan itu, seorang da’i hendaklah
memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut ini :
5. Page 5 of 9
1. Mengetahui tentang al Qur-an dan al-Sunnah sebagai dasar-dasar
pokok dari agama Islam.
2. Memiliki pengetahuan Islam yang bersumber kepada al Qur-an dan
Sunnah Rasul.
3. Memiliki ilmu pengetahuan yang menjadi pelengkap da’wah, seperti
teknik berda’wah dan strategi, psikologi, sejarah kebudayaan Islam,
Sejarah perkembangan da’wah, perbandingan agama dan sebagainya.
4. Menguasai bahasa umat yang akan diajak kepada jalan yang diridhai
oleh Alloh. Demikian juga ilmu rethorika, kepandaian berbicara,
mengarang, menulis uraian yang ilmiah dan sebagainya.
5. Seorang da’i harus bersikap penyantun, berpandangan luas dan
berlapang dada, sebab apabila sempit, keras dan kasar, orang-orang
disekelilingnya akan tidak simpati dan meninggalkan ajakannya,
sebagaimana dijelaskan al Qur-an dalam surat Ali Imran 159 tersebut
di atas.
6. Memiliki keberanian dengan perhitungan yang matang untuk
menyatakan, membela dan mempertahankan kebenaran. Alloh swt
berfirman : “Janganlah kamu bersikap lemah dan jangan bersedih hati,
kamu adalah orang-orang yang mulia jika kamu beriman”. (Q.S. Ali
Imran, 3 : 139).
7. Seorang da’i hendaklah senantiasa memberikan contoh-contoh amal
perbuatan dari apa yang dida’wahkan : “Besar dosa di sisi Allah, kamu
katatakan apa yang kamu tidak kerjakan”. (Q.S. al-Shaf : 3).
8. Memiliki mental yang kuat, tabah, berkemauan keras, bersikap
optimis, walaupun menghadapi berbagai macam problem, rintangan
dan tantangan.
9. Bersikap ikhlas semata-mata mencari keridhaan Alloh dalam segala
langkah dan perbuatan.
10. Mencintai dan menyenangi tugas sebagai da’i atau muballigh
dan tidak mudah meninggalkan tugas-tugas da’wah tersebut karena
pengaruh-pengaruh lain yang bersifat materi, kedudukan atau
kemewahan duniawi lainnya.
11. Senantiasa mengikuti jalan yang diridhai oleh Alloh Swt dalam
segala kehidupan. Alloh Swt berfirman : “Sesungguhnya inilah jalan-
Ku yang lurus, maka ikutilah dia. Janganlah kamu mengikuti jalan
6. Page 6 of 9
yang lain, nanti akan terlepas dari jalan-Nya. Itulah yang diwasiatkan
Tuhan kepadamu, semoga kamu bertaqwa”. (QS. al-An’am : 153).
V. Teknik Metode Da’wah Hari Ini
Diantara metodologi da’wah Islamiyah yang tepat baik diterapkan
dewasa ini, diantaranya adalah :
1. Setelah menyampaikan mukaddimah ceramah, seperti hamdalah,
syahadah, ucapan terimakasih dan harapan-harapan, langsung
memasukkan materi ceramah, tidak perlu memperpanjang
mukaddimah sehingga dirasakan membosankan.
2. Mengawali materi ceramah dengan kalimat-kalimat yang langsung
menarik perhatian para jama’ah
3. Mengawali materi ceramah dengan ilustrasi-ilustrasi yang menarik
dari contoh-contoh kehidupan Nabi, para sahabat, orang-orang
shalih, para wali dan sebagainya. Kemudian kita masukkan message
atau pesan yang kita inginkan.
4. Mengawali materi ceramah dengan kalimat-kalimat yang bernada
istifham atau pertanyaan-pertanyaan. Contoh-contoh kalimat seperti
ini banyak dijumpai dalam al-Qur’an dan al-Sunnah.
5. Mengawali materi ceramah dengan contoh-contoh yang hidup dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi sehari-hari di tengah-tengah
masyarakat.
6. Mengawali materi ceramah dengan menunjukkan sesuatu, misalnya
kitab, kaset, buku agenda dan benda-benda lain yang mempunyai
daya tarik. Kemudian dirangkaikan dengan peristiwa-peristiwa dan
pesan-pesan yang akan disampaikan.
7. Mengawali materi ceramah dengan kisah-kisah yang mengharukan
dan mengesankan dari kisah para Nabi dan Rasul, sahabat, wali-wali
Allah, orang-orang shalih, kisah sufi dan sebagainya.
VI. Beberapa Contoh Uraian Ceramah
Contoh uraian ceramah nomor 3 dan 4 ayat al-Qur’an (surat al-
Baqarah ayat 133) tentang pemantapan aqidah Islamiyah :
Hadirin dan hadirat yang berbahagia,
Pemantapan aqidah Islamiyah kepada generasi penerus merupakan tugas
kita bersama, tugas setiap orang yang telah mengucapkan kalimat syahadat,
7. Page 7 of 9
sebagaimana telah dilakukan oleh para Nabi terdahulu yang peristiwanya
diabadikan dalam al-Qur’an :
“Apakah anda sekalian menyaksikan ketika Nabi Ya’kub dihampiri tanda-
tanda kematiannya? Ketika ia berkata kepada anak-anaknya : “Apa yang
kalian sembah sepeninggalku?”. Mereka semua menjawab : “Kami hanya
menyembah Tuhanmu dan juga Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan
Ishak yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan kepadanyalah kami berpasrah diri”.
Hadirin hadirat sekalian,
Nabiullah ya’kub diakhir hayatnya ketika beliau merasakan tulang-tulangnya
rapuh, rambutnya telah memutih dan beruban, tenaganya lunglai,
pandangan matanya telah kabur, ia yakin betul bahwa detik-detik akhir
hayatnya sangat dekat sekali. Dalam keadaan seperti ini beliau belum
merasa tenteram dan tenang, ia masih dihinggapi perasaan khawatir
mengenai generasi penerusnya, sebelum beliau mewasiatkan aqidah
Islamiyah. Karena itu, dalam keadaan seperti ini beliau panggil anak-
anaknya, cucu, murid-murid dan generasi penerusnya. Lalu beliau
menanyakan pada mereka : “Apa yang kalian sembah sepeninggalku nanti?”
Mereka serempak menjawab : “Kami hanya menyembah Tuhanmu, juga
Tuhan nenek moyangmu, yaitu Tuhan yang Maha Esa dan hanya kepada-
Nyalah kami menyerahkan diri”.
Hadirin dan hadirat sekalian,
Dari ayat tersebut di atas kita memperoleh suatu pelajaran yang sangat
penting. Betapa mendesaknya pemantapan aqidah Islamiyah bagi generasi
penerus kita, anak-anak kita, anak didik kita, dan sebagainya. Tugas
menyampaikan aqidah Islamiyah bukan tugas seorang kiai, muballigh, da’i,
ulama dan tokoh masyarakat saja. Tapi, ia merupakan tugas setiap pribadi
Muslim yang merasa terkait dengan tegak dan runtuhnya agama islam.
Contoh Uraian Ceramah dari Sebuah Syair :
Harun al-Rasyid disuatu pagi yang cerah meninggalkan istananya yang
megah di kota Baghdad. Ia berangkat melewati perkampungan-
perkampungan kecil yang subur, kiri kanannya dijumpai bukit-bukit berbatu.
Di depan sebelah kirinya nampak sebuah bukit berbunga yang indah.
Sepanjang jalan dijumpai tanaman-tanaman yang hijau, buah-buahan yang
ranum, air putih...bening, mengalir.
8. Page 8 of 9
Disebuah dataran tinggi, di balik bukit berbatu nampak seorang kakek tua
berjalan tertatih-tatih. Dengan sisa tenaga yang masih ada, ia terus menggali
tanah, kemudian menanam beberapa batang pohon kurma.
Hati Harun al-Rasyid merasa masygul. Kenapa kakek setua ini masih
menanam kurma yang akan berbuah 8 atau 9 tahun, padahal umurnya
belum tentu sampai kesana. Kenapa? Tidak menanam ketimun saja atau
semangka, atau buah blewah, supaya ia bisa merasakan hasilnya.
Keadaan seperti ini meggelitik hati Harun al-Rasyid. Maka iapun turun dari
kendaraannya dan langsung menghampiri kakek Tua itu. Bertanyalah ia
tentang apa yang terbetik dihatinya.
Kakek tua itu tidak menjawab. Ia hanya menatapkan matanya yang tajam
dan menampakkan kharisma yang sangat kuat. Ia hanya menjawab dengan
sebuah syair :
“Sungguh, orang-orang tua kami dahulu telah menanam tanaman-tanaman
sehingga kami meninkmati hasilnya dan kamipun sekarang pasti menanam
tanaman-tanaman sehingga generasi penerus kami merasakan hasilnya”.
Contoh Uraian Ceramah nomor 5 :
(Mengawali Materi Ceramah Dengan Peristiwa Sehari-Hari).
Hari minggu kemarin, kami sekeluarga pergi ke Bandung untuk menengok
orang tua. Waktu perjalanan sampai ke Puncak, kami melihat jalan macet
total. Puluhan kendaraan berbaris antri, ada yang teratur dan ada yang
bersikap seenaknya. Waktu kami sampai pada lokasi penyebab kemacetan,
kami jumpai oli di tengah-tengah jalan yang beraspal licin. Banyak sepeda
motor yang hampir terpeleset ke jurang karena tumpahan oli itu.
Para pengendara mobil, motor dan pejalan kaki, nampak tidak ada yang
menaruh perduli terhadap tumpahan oli yang membahayakan itu. Mereka
masing-masing mementingkan diri sendiri, tidak mau membuang waktu dan
tenaga untuk membenahinya. Dari tempat yang agak jauh, ketika mobil kami
berjalan dengan pelan sekali, tiba-tiba kami jumpai seorang kakek tua yang
berjalan tertatih-tatih, berusaha menutup tumpahan oli itu dengan pasir yang
ia kumpulkan dari pinggir jalan raya.
Setelah kakek tua itu berusaha menutup oli dengan pasir, baru kemudian
berhamburan orang menghampirinya dan membantu kakek itu. Dalam waktu
yang singkat, tumpahan oli itu dapat diatasi dan jalanpun tidak licin lagi.
Sehingga semua kendaraan melaju dengan cepat seperti biasanya.
9. Page 9 of 9
Saudara-saudara sekalian,
Kakek tua yang diceritakan tadi merupakan contoh dari sikap manusia
muslim, apabila ia melihat ketidakberesan di jalan. Manusia muslim
senantiasa berusaha membereskan sesuatu yang tidak beres, berusaha
menstabilkan goncangan-goncangan yang ada. Manusia yang memahami
ajaran Islam tidak akan tega hatinya melihat halangan di jalan. Sebaliknya
akan berusaha sebaik-baiknya untuk menghilangkan halangan itu, baik
berupa tumpahan oli, pohon tumbang, duri, pecahan kaca, got yang berlubang
dan sebagainya. Bila halangan itu dibiarkan dan tidak ada yang mau
mengalah membenahinya, maka akan mencelakakan dan merepotkan kita
semua. Mengenai hal ini, Rasulullah Muhammad SAW bersabda, bahwa
seagung-agungnya iman adalah mengucapkan kalimah “Laa ilahailallah”
sedangkan membersihkan halangan di jalan, berupa apa saja .............. .......
merupakan bagian dari iman seorang muslim.
VI. Penutup
Demikian makalah yang sederhana ini kami sampaikan, semoga
dapat memberikan sumbangan fikiran dalam perkembangan da’wah
Islamiyah. Segala kritik dan saran yang mengarah pada perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini, penulis terima dengan senang hati. Semoga
bermanfaat, amiin.