AGEN PEMBAHARUAN UNTUK MELAKUKAN INOVASI DALAM BIDANG PENDIDIKAN
1. i
AGEN PEMBAHARUAN UNTUK MELAKUKAN INOVASI
DALAM BIDANG PENDIDIKAN
MAKALAH
Diajukan kepada Institut Agama Islam Al-Falah As-Sunniyyah
Kencong Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Magister (M.Pd.)
Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam
Kelompok 1
Muhammad Bahrul Ula
Muhamad. Rofik
Muhammad Mu’amar Qathavi
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-FALAH AS-SUNNIYYAH
KENCONG JEMBER
MARET 2022
2. ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Fokus Penelitian......................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 3
A. Agen Pembaharu.................................................................... 3
1. Peran agen pembaharu pada proses pelaksanaan inovasi atau
pembaharuan dalam lembaga pendidika............................. 5
2. Strategi dalam Meningkatkan Peran Guru Sebagai Agen
Pembahar.......................................................................... 9
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan agen
pembaharu dalam melakukan proses inovasi dalam bidang
pendidikan........................................................................ 11
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 14
A. Kesimpulan................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 15
3. 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran yang sifatnya dinamis dan
mengalami pengembangan secara berkesinambungan sesuai dengan perubahan
atau perkembangan zaman. Perubahan dan perkembangannya selalu mendapatkan
reaksi dari setiap pemangku kepentingan dalam bidang pendidikan untuk
menerapkan baik ide, gagasan, maupun konsep yang bertujuan untuk melakukan
pembaharuan atau inovasi agar formula yang akan diterapkan dapat dilaksanakan
secara seimbang dan optimal.
Penyelenggaraan pembaharuan atau inovasi dalam bidang pendidikan
seperti pembaharuan kurikulum pendidikan tentunya tidak lepas dari peran
seorang inovator dan berbagai pihak dalam melaksanakan upaya inovasi tersebut,
terutama inovasi yang dilakukan pihak pemerintah. Inovasi pendidikan yang
dimaksud seperti pembelajaran secara daring pada masa pandemi COVID-19,
pembelajaran secara tatap muka pasca masa pandemi COVID-19, pembaharuan
kurikulum belajar merdeka di akhir dekade tahun 2021, dan lain sejenisnya.
Namun, dalam proses penerapannya inovasi atau pembaharuan tersebut
cenderung kurang berhasil terlebih, proses tersebut seringkali terbengkalai dan
tidak berkelanjutan. Oleh sebab itu, inovasi atau pembaharuan dalam bidang
pendidikan sangatlah perlu dilakukan terutama mengenai optimalisasi, efisiensi,
efektifitas, mutu pendidikan, dan terkait dengan struktu organisasi dalam
manajemen pendidikan.
Selanjutnya, dalam proses inovasi atau pembaharuan cenderung memiliki
nilai dengan karakter yang berkaitan dengan kejelasan suatu program, kebutuhan
dalam sebuah program yang akan dilaksanakan, kualitas program pendidikan, dan
fleksibilitas yang dapat beradaptasi dengan kearifan lokal dan budaya masyarakat
pada wilayah tertentu. Oleh sebab itu, diperlukan adanya agen pembaharuan yang
berfungsi sebagai penunjang terhadap keberhasilan proses inovasi atau inovasi
dalam bidang pendidikan. Havelock (1995) menyatakan bahwa agen
pembaharuan merupakan subjek utama dalam berbagai organisasi yang memiliki
peran sebagai pemimpin, penasihat, fasilitator, dan melakukan negoisasi dalam
organisasi tertentu. Sedangkan, semither menjelaskan bahwa seorang agen
4. 2
pembaharuan baik secara internal maupun eksternal memiliki empat (4) ciri khas
utama yaitu kemampuan komunikasi secara interpersonal, memiliki kemampuan
mengelola dan memecahkan masalah, memiliki kemampuan edukasional, serta
memiliki tingkat kesadaran diri yang mumpuni.
Dengan hadirnya seorang agen pembaharuan diharapkan dapat
meningkatkan tingkat keberhasilan terhadap tujuan dari inovasi atau
pembaharuan dalam bidang pendidikan. Berdasarkan hal tersebut, makalah ini
mengkaji tentang “Agen Pembaharuan Untuk Melakukan Inovasi dalam
Bidang Pendidikan”.
Kehadiran agen pembaharu diharapkan dapat menjadi stimulus untuk
pencapaian tujuan inovasi pendidikan. Sehubungan dengan itu, makalah ini
mengkaji
B. Permasalahan
Berdasarkan uaraian pendahuluan yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya maka dapat diketahui terkait dengan rumusan permasalahan dalam
makalah yaitu, Bagaimanakan peran agen pembaharuan dalam melakukan
proses inovasi pada bidang pendidikan?.
C. Tujuan Penulisan Makalah
Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya
dan dalam konteks masa pembelajaran perkuliahan yang sedang penulis
jalankan, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
peran dari seorang agen pembaharuan dalam melakukan proses inovasi pada
bidang pendidikan dan untuk memenuhi tugas perkuliahan dalam mata kuliah
Analsisi Kebijakan dan Inovasi Pembelajaran PAI yang diampu oleh Dr. Titin
Nurhidayati
5. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Agen Pembaharu
Dalam berbagai bentuk upaya pembagunan pada lingkungan masyarakat
tidak dapat dilepaskan dari seseroang yang menjadi pelopor, penggerak, dan
mempublikasikan dalam sebuah proses perubahan dalam bidang tertentu.
Menurut Rahmat (2008) menyatakan bahwa agen perubahan merupakan sebutan
nanma bagi seseorang yang memiliki misi yang akan dijalankan yaitu membuat
suatu perubahan yang memiliki arti bagi kumpulan orang di lingkungan tertentu.
Sedangkan, menurut Soekanto (1992: 273) menjelaskan bahwa pihak-pihak yang
melakukan sebuah perubahan disebut dengan agen of change atau dapat diartikan
bahwa seseorang atau sekelompok yang mendapatkan mandat kepercayaan untuk
memimpin satu atau lebih dalam organisasi tertentu.
Di sisi lain, Havelock (1995) menyatakan bahwa agen pembaharuan
adalah seseorang yang membantu pelaksanaan suatu perubahan atau suatu inovasi
dilingkungan sosial masyarakat yang telah drirencanakan sebelumnya.
Selanjutnya, Ibrahim (1988: 100) menjelaskan bahwa agen pembaharu
merupakan seseorang yang memiliki tugas mempengaruhi klien agar klien
tersebut dapat menerima pembaharuan atau inovasi sesuai dengan tujuan yang
telah direncanakan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rogers (1983:
313) yang menyebutkan bahwa seseorang yang disebut dengan agen perubahan
meliputi seorang kunsultan, guru, dokter, agen penyuluhan pendidikan dan lain
sebagainya. Seluruh agen pembaharuan ini mempersiapkan hubungan komunikasi
antar sistem yang terkait dengan sistem klien.
Tugas utama dari agen pembaharuan adalah memastikan arus dari proses
inovasi atau pembaharuan dari pihak afiliasi terhadap pihak klien berjalan dengan
lancar. Menurut Setyoningrum (2018) menyatakana bahwa agen pembaharu
dalam bidang pendidikandapat dilakukan oleh seorang guru sebagai pelaksana
dari kepala pendidikan baik dalam di sekolah maupun di lingkungan perguruan
tinggi. Bahkan Kepala Sekolah maupun Kepala Jurusan di perguruan tinggi untuk
melaksanakan kebijakan yang telah di perbaharui oleh Dinas Pendidikan maupun
Kemendikbudrisdikti. Selain itu, fungsi dari agen pembaharuan yaitu sebagai
sarana penghubung dari pelaksana agen pembaharuan terhadap klien dengan
tujuan agar inovasi atau pembaharuan dapat diterima dengan baik (Ibrahim, 1988:
6. 4
102). Selanjutnya, kunci utama dari penerimaan atau penolakan suatu inovasi atau
pembaharuan tergantung dari strategi melalui komunikasi yang dilakukan oleh
agen pembaharuan dengan seorang klien (Setyoningrum, 2018).
Kemudian, agen pembaharuan harus memiliki kemampuan untuk menjalin
relasi dengan afiliasi pembaharuan dan juga dengan manajemen sistem klien.
Menurut Sutima (2018) jika terjadi kesenjangan antara afiliasi pembaharuan dan
juga dengan manajemen sistem klien dapat menimbulkan masalah dalam
komunikasi. Oleh sebab itu, agen pembaharu sebaiknya bersikap marjinal untuk
menjaga relasi antar kedua sisi tetap dalam kondisi yang baik. Berbeda dengan
Ardi dkk yang menjelaskan bahwa keberhasilan agen pembaharu dalam menjaga
hubungan antara afiliasi dengan klien merupakan kunci dari keberhasilan difusi
pembaharuan atau inovasi (Ardi et al., n.d.).
Zaltman dalam Ibrahim (1988: 102) dalam studinya menjelaskan bahwa
terdapat 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan oleh agen pembaharuan dalam upaya
untuk memperoleh kepercayaan dari klien diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Agen pembaharuan sebaiknya harus mampu membantu seorang
klien dalam upaya memecahkan masalahnya dan mampu
membantunya dalam mencapai target atau tujuannya.
2. Memastikan terjadinya pertukaran sebuah informasi terkait dengan
suatu hal yang memungkinkan tercapainya proses inovasi atau
pembaharuan antara agen pembaharu dengan klien.
3. Diperlukan sanksi yang tegas ketika terjadi penyimpangan yang
dilakukan oleh pihak afiliasi maupun klien.
Rogers dan Shoemaker dalam Nasution (2004) menjelaskan bahwa salah
satu dari fungsi agen pembaharu adalah sebagai penghubung komunikasi dari
beberapa sistem sosial dan sebagai pelopor perubahan dari sistem sosial tersebut
(Rohmah & Ishom, 2018). Hal ini tergambar dalam peran utama dari seorang
agen pembaharuan sebagai pemimpin dalam menggerakkan kelompok masyarakat
dalam melakukan suatu perubahan, sebagai konsultan dalam memecahkan
permasalahan, sebagai piha pembantu dalam proses pelaksanaan inovasi atau
pembaharuan, dan sebagai pemandu dalam peroses pelaksanaan inovasi atau
pembaharuan dalam bidang tertentu.
Rohmah & Ishom, (2018) menjelaskan bahwa terdapat 7 (tujuh) tahap
dalam proses pelaksanaan inovasi atau pembaharuan diantara adalah sebagai
7. 5
berikut:
1. Menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh klien.
2. Untuk menjaga keamanan dalam pertukaran informasi.
3. Menganalisa permasalahan yang terjadi pada klien.
4. Menanamkan niat agar klien dapat melakukan perubahan.
5. Menerapkan niat klien menuju dalam proses pelaksanaan.
6. Menjaga stabilitas hubungan agar tidak terjadi disscontinue.
7. Mencegah hubungan saling ketergantungan.
1. Peran agen pembaharu pada proses pelaksanaan inovasi atau
pembaharuan dalam lembaga pendidikan
Tidak dapat pungkiri bahwa setiap lembaga pendidikan membutuhkan
seorang pembaharuan untuk melakukan perubahan, sehingga mampu beradaptasi
bersamaan dengan perkembangan zaman saat ini (Meyana, n.d.). Agen
pembaharuan yang dibutuhkan pada saat ini yaitu agen pembaharuan yang
memiliki pengetahuan dan wawasan mengenai sebuah perubahan serta
pemahaman mengenai aspek dasar pembaharuan sebagai sesuatu yang penting
untuk dilakukan dengan meliputi proses kepemimpinan, perencanaan, eksekusi,
pengeolalan, dan proses evaluasi terhadap pembaharuan yang akan dilakukan.
Menurut Mawati dkk (2020) menjelaskan bahwa berbagai elemen atau unsur
yang termasuk dalam agen pembaharuan dalam proses inovasi di bidang
pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Pendidik (guru)
Menurut Mahardika dkk (2021) menyatakan bahwa seorang pendidik atau
guru memiliki peran penting dan merupakan ujung tombak pada proses belajar
mengajar dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di bidang pendidikan.
Sedangkan, Tampubolon (2021) menjelaskan bahwa kemampuan atau keahlian
seorang pendidik atau guru sangat mempengaruhi keberlangsungan proses
kegiatan belajar mengajar baik di dalam kelas maupun dampaknya di luar kelas.
Seorang pendidik atau Guru harus mampu mengantarkan muridnya terhadap
tujuan yang akan dicapai sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Selanjutnya,
Tampubolon (2021) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat
membentuk kewibawaan seorang pendidik atau guru yang meliputi penguasaan
akan pemahaman yang ;hendak diajarkan, metode atau cara mengajar yang
8. 6
diterapkan dengan menyesuaikan dengan kondisi dan situasi tertentu, hubungan
yang baik di lingkungan sekolah baik antar siswa dan para pemangku
dilingkungan sekolahan.
Nursalim, (2020) dalam studinya menjelaskan bahwa peran dari seorang
pendidik atau guru dalam konteks agen pembaharuan yaitu memenuhi kebutuhan
dalam diri seorang klien yaitu siswa, membentuk relasi pertukaran sebuah
informasi, memecahkan permasalahan yang terjadi pada klien, menanamkan niat
perubahan pada diri seorang klien, mewujudkan niat klien kedalam langkah
implementasi, menjaga stabilitas dan mencegah terjadinya diskontinyu dalam
proses pengadopsian, dan mencapai relasi yang baik dengan klien. Demikian,
keterlibatan seorang pendidik atau guru pada proses pelaksanaan inovasi dalam
bidang pendidikan mulai dari proes perencanaan, pelaksanaan, dan proses
evaluasi dalam proses inovasi tersebut sangatlah penting untuk mencapai
keberhasilan pada pelaksanaan inovasi dalam bidang pendidikan. Tanpa
keterlibatannya, maka sangat kecil untuk mencapai tujuan tersebut (Ariani, 2018).
b. Kepala Sekolah
Menurut Sayuti, (2016) seorang kepala sekolah sebaiknya menjadi
pembentuk perubahan di dalam lembaga yang di pimpin olehnya. Selain itu,
seorang Kepala sekolah memiliki sebuah tanggung jawab yang sangat besar
dalam lembaga yang dipimpin olehnya. Tanggung jawab tersebut seperti
melakukan pengembangan sekolah untuk meningkatkan kualitas sehigga sekolah
tersebut memiliki nilai kompeten yang cukup tinggi di bandingkan dengan
sekolah lainnya. Selanjutnya, sekolah juga memiliki peran sebagai penghubung
antara para pemangku kepentingan di lingkungan sekolah dan masyarakat di
lingkungan sekitarnta (Sholeh, 2016).
Harold Geneen dalam Sergiovani (1987) menyatakan bahwa tugas dari
Kepala sekolah sangatlah jelas yaitu untuk mengelola, memimpin, dan
mengembangkan sekolah yang dipimpin olehnya. Pemahaman Kepala sekolah
terkait dengan filosofi perubahan dalam pendidikan merupakan sebuah kewajiban
sehingga, seseorang tersebut mampu dalam melakukan pembaharuan sekaligus
menjadi agen pembaharu di sekolah.
Hanson, (1991) menjelaskan bahwa perubahan merupakan sebuah proses
untuk menerapkan inovasu dalam bidang pendidikan. Pembaharuan baik pada
9. 7
program maupun kurikulum dalam bidang pendidikan tentunya akan berdampak
terhadap pembaharuan berbagai komponen yang terdapat di sekolah. Hal ini
disebabkan oleh ketika terjadi perubahan pada salah satu komponen dalam sistem
pendidikan maka akan mempengaruhi komponen yang lainnya. Sebagai salah
satu contoh ketika terjadi perubahan pada komponen manajemen maka komponen
yang lainnya seperti guru, sarana dan prasarana, pendanaan, dan administrasi
pendidikan juga akan mengalami perubahan.
Selanjutnya, peran Kepala sekolan juga sangat penting dalam membentuk
kualitas mental seorang pendidik atau guru. Selain itu, Kepala sekolah harus
memiliki kemampuan untuk memerankan peran yang baru, memiliki kemampuan
dalam memahami ketrampilan yang baru, dan mampu menerapkan saran atau
menjaga prasana baru yang di sekolah yang dipimpin olehnya. Di sisi lain, Kepala
sekolah harus mampu merancang kebijakan strategis terkait dengan konsep yang
telah dijelaskan sebelumnya, besikap sebagai seorang visioner, memiliki
kemampuan dalam menjaha stabilitas organisasi dalam pendidikan, memberikan
motivasi terhadap seluruh tenaga pendidik atau guru untuk memaksimalkan
kemampuannya dalam mengajar, dan memiliki tanggung jawab secara penuh
dalam mengelola sumberdaya yang ada di sekolah.
c. Dinas Pendidikan
Dinas pendidikan merupakan instansi pemerintahan yang bergerak dalam
bidang pendidikan yang dipimpin oleh Kepala Dinas sebagai pembantu Kepala
Daerah melalui Sekertaris Daerah. Tugas dari Dinas tersebut adalah melakukan
pengembangan, penyuluhan, mengarahkan, dan melaksanakan perencanaan,
memberi petunjuk, dan melakukan perubahan dengan dasar dan konsep yang jelas
baik di tingkat wilayah pada daerah tertentu. Dinas tersebut merupakan salah satu
unsur yang penting untuk melakukan pembaharuan dalam tujuan adanya
perubahan di wilayah sekitarnya. Dinas tersebut memiliki 3 (tiga) peran utama
dalam melakukan sebuah perubahan seperti mengambil keputusan atau
mobilisasi, implementasi, serta institusionalisasi.
Berbagai hal yang perlu dilakukan oleh para administrator di tingkat
kabupaten dalam konteks pelaksanaan inovasi atau pembaharuan yaitu,
menyediakan kebutuhan dan bahan yang dapat di uji, menentukan inovasi atau
pembaharuan sesuai dengan kebutuhan di lapangan, melakukan klarifikasi dan
memberi dukungan terhadap kepala sekolah dan anggotanya dalam menerapkan
10. 8
pembaharuan yang telah direncanakan sebelumnya, memastikan bahwa inovasi
atau pembaharuan yang dilaksanakan mampu beradaptasi dengan lingkungan
sekitar, serta dapat menjembatani antara orang tua dengan dewan pendidikan di
sekolah (Zakso, 2010:17).
d. Pengawas Pendidikan
Seiring dengan terjadinya pergeseran paradigma supervisi dari fungsi
kontrol menuju membantu, peran pengawas sebaiknya bersifat transformasional
bukannya transaksional. Hal tersebut disebabkan karena pengawas
transformasional dinilai lebih dapat menjaga martabat seorang guru serta dapat
memberdayakan peran seorang pendidik atau guru
Pengawas transformasional merupakan seorang pengawas yang dapat
membentuk kesadaran bagi seorang pendidik atau guru terkait dengan betapa
pentingnya pekerjaan atau profesi serta kinerjanya terhadap sekolah. Pengawas
pendidikan memiliki beberapa peran seperti mampu memberi stimulus intelektual
seorang pendidik atau guru, selalu mempertimbangkan adanya inovasi dan
pengembangan, membentuk kesadaran pada seorang pendidik atau guru memiliki
peran yang penting di sekolah, dan memberikan motivasi seorang pendidik yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sekolah tertentu.
Selain komponen yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, siswa
dan orang tua juga dapat dikatakan sebagai agen pembaharu. Hal ini disebabkan
oleh proses pelaksanaan inovasi dalam bidang pendidikan, secara umum
ditunjukkan oleh peningkatan pemahaman seorang siswa dalam proses belajar
mengajar di sekolah. Akan tetapi, jangan sekali seorang inovator memiliki peran
bahwa siswa merupakan salah satu partisipan dalam sebuah proses perubahan
dakam siklus organisasi. Para siswa lebih diposisikan sebagai objek bukan
sebagai subjek. Semisal ketika seorang siswa berfikir bahwa guru tidak
memahaminya, biasanya hal ini menyebabkan terjadinya kesenjangan antara
murid dan guru sehingga mengakibtkan rendahnya tingkat kemauan siswa untuk
terlibat dalam upaya perubahan yang akan dilaksanakan terutama dalam bidang
pendidikan.
Sedangkan, ditinjau dari segi orangtua yang secara mayoritas lebih
memperhatikan dan lebih tertarik terhadap pembaharuan program yang
bersangkutan dengan siswa. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak
kendala dan hambatan dalam proses pelaksanaannya bagi orang tua siswa.
11. 9
Kendala dan hambatan ini dikategorikan sebagai rintangan dalam bentuk
fenomenologis dan logistis. Rintangan fenomelogis merupakan bentuk kendala
atau hambatan yang berhubungan dengan lemahnya sumberdaya di sekolah
terutama administrator dan orang tua siswa memiliki pemahaman yang berbeda.
Sedangkan, yang dimaksud dengan rintangan logistik biasanya berkaitan dengan
waktu kinerja yang tidak efisien. Dengan demikian, keterlibatan orang tua akan
dapat mempengaruhi tingkat efektivitas penerapan inovasi atau pembaharuan di
sekolah.
2. Strategi dalam Meningkatkan Peran Guru Sebagai Agen Pembaharu
Tingkat keberhasilan tingkat pembaharuan pendidikan sangatlah
tergantung pada pola pikir dan tindakan dari seorang guru. Hal ini sesuai dengan
hasil studi yang dilakukan oleh Fullan dalam Zakso (2010:15) yang menjelaskan
bahwa pembaharuan disekolan tidak akan berhasil tanpa adanya perubahan dalam
kualitas pemikiran pada setiap pemeran di sekolah. Terdapat berbagai langkah
strategis yang dapat diupayakan untuk meningkatkan peran seorang guru sebagai
agen perubahan di sekolah diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Membangun kualitas mental positif seorang guru
Upaya dalam hal ini dapat dilakukan dengan melalui kegiatan
pelatihan yang berkaitan dengan hal tersebut secara bertahap. Salah satunya
adalah dengan cara melakukan pelatihan dan pembinaan tentang ESQ.
Meskipun secara umum seorang guru telah memahami tentang teori psikologi
pembelajaran, akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa setiap guru
membutuhkan pembugaran dan wawasan mengenai psikologi prospektif dari
seorang motivator untuk menghadapi berbagai persoalan yang terjadi di
sekolah. Dalam konteks ini, titik fokus pelatihan lebih ditekankan dalam
usaha untuk membangun konsistensi diri sebagai tenaga pendidik serta untuk
membentuk prinsip selalu memberi pembelajaran, prinsip kebutuhan untuk
berprestasi, prinsip tentang leadership, prinsip tentang orientasi hidup yang
berkelanjutan, serta prinsip untuk memberi pencerahan dalam kehidupan pada
suatu kelompok baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan
masyarakat (Seligman, 2005).
12. 10
b. Menumbuhkan pemahaman inovasi pembalajaran dan pemanfaatan teknologi
IT
Untuk menyikapi kondisi seorang diri yang cenderung belim terlalu
memahami tentang inovasi pembalajaran dan pemanfaatan kemajuan
teknologi pembelajaran maka dibutuhkan pembentukan tim ahli terkait
dengan inovasi pembelajaran. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh
tim tersebut seperti, melakukan diskusi dengan tenahga pendidik terkait
dengan pengembangan penguasaan terhadap berbagai konsep keilmuan dan
teknologi yang berkembang pada saat ini, menyusun bahan pembelajaran
ataupun modul dan melaksanakan pelatihan pengenalan multi media berbasis
IT, melakukan penelitian tentang tindakan kelas, melibatkan tenaga pendidik
atau guru dalam proses evaluasi di sekolah, serta memberikan input-value
terkait dengan implementasi metode pembelajaran yang ada di sekolah.
c. Membangun integritas sebagai tim kerja yang kukuh.
Setiap guru dalam satuan pendidikan harus mampu membangun
hubungan yang baik antar pendidik dan menjadi satu kesatuan. Proses pada
hubungan dissosiatif antar pendidik dalam konteks memberikan layanan
pendidikan harus di minimalisir sesederhana mungkin. Sehingga, setiap guru
akan memusatkan titik fokus untuk memajukan satuan pendidikannya melalui
6 (enam) konsep pendidikan yaitu, cara berpikir, pemebentukan mental,
pengelolaan kepribadian, tim inovasi pembaelajaran, visi dengan tujuan yang
jelas, dan diskusi.
d. Pembinaan dan pemantauan terhadap kinerja guru.
Dinas pendidikan Kota atau Kabupaten, melalui pengawas di sekolah
harus terus menerus melaksanakan tugasnya untuk membantu atau membina
terkait dengan kinerja guru dalam menerapkan 4 (dasar) kompetensi dasar
guru profesional. Selanjutnya, terdapat beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi oleh pengawas dalam bidang pendidikan dalam proses pembinaan
tenaga pendidik atau guru agar mampu untuk untuk menjadi agen perubahan
pembelajaran di sekolah. Dan sosok seorang pengawas dalam bidang
pendidikan harus memiliki kualitas dan kapasitas yang mumpuni seperti,
memahami berbagai teori pembelajaran baik secara teoritis maupun secara
13. 11
praktis, memiliki wawasan yang komplektit, memiliki kemampuan tentang
multidimensi, dan menguasai penelitian tentang inovasi pendidikan baik
secara konseptual maupun aplikatif. Dalam aktivitas memudahkan kinerja
seorang guru dalam mewujudkan kompetensi profesinya, maka perlu
dukungan dari pihak pemerintah terkait terkait dan masyarakat setempat
terkait dengan sarana dan prasana yang dibutuhkan dalam proses
pembelajaran. Hal ini akan dapat meningkatkan kualitas guru dan
pembelajaran siswa di sekolah. Pada saat sarana dan prasarana pembelajaran
terpenuhi dan tersedia dengan baik maka kesejahteraan seorang pendidik atau
guru akan terjamin bersamaan dengan pertumbuhan sikap dan mental yang
positif pada setiap guru sebagaiamana yang telah dijelakan di atas.
Berdasarkan keterang tersebut maka dapat di asumsikan bahwa seorang
pendidik atau guru cenderung akan lebih dapat meningkatkan kualitas
profesinya sehingga, seorang pendidik atau guru akan mampu menjalankan
perannya sebagai agen perubahan pada kegiatan pembelajaran siswa di
sekolah.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan agen pembaharu
dalam melakukan proses inovasi dalam bidang pendidikan
Menurut Rogers, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan agen
pembaharu, berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut:
Berdasarkan studinya Rogers menjelaskan bahwa berbagai faktor yang
mempengaruhi tingkat keberhasilan agen pembaharu adalah sebagai berikut:
a. Usaha yang dilakukan agen perubahan itu sendiri
Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan terkait dengan
hal tersebut adalah jumlah waktu dan kualitas dalam seorang agen pembaharu
dalam melakukan komunikasi dengan klien. Selain itu, tingkat keberhasilan
seorang agen pembaharu dipengaruhi oleh cara seorang agen pembaharu dalam
menjaga kualitas saat melakukan pegadopsian inovasi yang akan digunakan.
b. Orientasi klien
Letak posisi dari agen perubahan dalam lingpup sosial berada di tengah-
tangah antara agency of change dengan sistem klien. Dalam konteks orientasi
terhadap klien agen perubahan berperan sebagai subjek yang dibutuhkan untuk
meningkatkan persaingan. Selain itu, agen pembaharuan diharapkan dapat
14. 12
memiliki prilaku yang pasti oleh agency of change dan secara bersamaan klien
sangat mengharapkan agar agen pembaharuan dapat mewujudkan segala tindakan
dengan cara yang benar dan berbeda. Keberhasilan agen pembaharuan dalam
menjamin pengadopsian inovasi atau pembaharuan dari klien secara positif agar
orientasi klien lebih diutamakan daripada orientasi agensi perubahan.
c. Bentuk inovasi atau pembaharuan yang sesuai dengan kebutuhan klien
Salah satu peran yang sangat penting dan cenderung sangat sulit yang
harus dilaksanakan oleh agen pembaharuan yaitu memenuhi segala sesuatu yang
dibutuhkan oleh klien. Keberhasilan agen pembaharuan dalam menjamin
pengadopsian inovasi atau pembaharuan dari klien secara positif berhubungan
dengan suatu program difusi yang sesuai dengan kebutuh para klien.
d. Sikap empati dari agen pembaharuan
Sikap empati yang dimaksud dalan hal ini adalah kesadaran atau
kemampuan untuk membawa dirinya dalam menggantikan peran orang lain ketika
dibutuhkan. Sikap empati dari agen pembaharuan dengan seorang klien ditandai
dengan pada saat klien mengalami permasalahan yang sangat kompleks
diharapkan seorang agen pembaharuan dapat menguraikan dan memecahkan
permasalahan tersebut sehingga, keberhasilan agen pembaharuan menjamin
pengadopsian inovasi atau pembaharuan dari klien secara positif dapat tercapai
e. Homofilitasnya agen pembaharuan dengan para klien
Homophily merupakan interaksi yang dilakukan oleh antar individu
dengan individu lainnya yang memiliki kesamaan dalam sudut pandang, cara
berpikir, pengetahuan,pemahaman, dan lain sebagainya. Definisi ini berbanding
terbalik dengan pengertian dari homophily yakni interaksi yang terjadi antar
individu dengan individu lainnya yang memiliki perbedaan satu sama lain.
Selanjutnya, secara praktik dapat diketahui bahwa banyak terjadi perbedaan yang
terjadi antara agen pembaharu dengan klien. Sedangakan, dari segi kontak yang
dilakukan oleh kedua pihak tersebut cenderung memiliki kesamaan.
f. Kredibilitas agen pembaharuan
Meskipun pembantu dari agen pembaharu cenderung belum memiliki
kredibilitas yang berkompenten dengan tolak ukur sejauh mana sumber
komunikasi atau rujukan yang terpercaya. Sumber dari agen pembaharuan yang
15. 13
profesional diasumsikan lebih memiliki kredibilitas yang lebih tinggi dibandingan
dengan pembantu dari agen pembaharuan tersebut.
g. Sejalan dengan pemimpin opini
Pemimpin opini merupakan seorang pemimpin yang memiki kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain secara informal. Pengenalan secara difusi dinilai
akan lebih memungkinkan menuai keberhasilan jika agen pembaharuan dapat
mengidentifikasi dan memobilisasi para pemimpin tersebut. Pemikiran, waktu,
dan energi dari agen pembaharuan merupakan sumber daya yang langka. Dengan
memanfaatka adanya pemimpin opini tersebut akan dapat mempercepat langkah
difusi dalam sebuah inovasi atau pembaharuan bagi para klien.
h. Kemampuan agen pembaharuan dalam mengevaluasi klien
Evaluasi klien merupak kegiatan yang dilakukan oleh agen pembaharuan
untuk memberikan saran atau masukan yang bersifat khusus dalam proses difusi
kompetensi teknis. Namun, jika agen pembaharuan membutuhkan pendekatan
dengan jangka panjang untuk melakukan inovasi atau pembaharuan, maka
langkah yang harus dilakukan oleh agen pembaharuan adalah meningkatkan
kemampuan klien dengan cara melakukan evaluasi terhadap klien. Akan tetapi,
hal ini jarang sekali dilakukan oleh agen pembaharuan. Hal ini disebabkan oleh
agen pembaharuan lebih peduli dan lebih fokus dengan tujuan jangka pendek
seperti peningkatan kecepatan laju pengadopsian inovasi atau pembaharuan. Dan
sebaliknya, terdapat banyak kejadian kemandirian dari seorang klien harus
menjadi titik fokus atau tujuan utama dari agen pembaharuan. Sehingga, hal
tersebut dapat mencegah sifat ketergantungan para klien terhadap agen
pembaharuan. Selanjutnya, tujuan ini jarang sekali dapat tercapai oleh agen
pembaharuan, biasanya mereka cenderung lebih mementingkan untuk
mempromosikan terkait dengan pengadopsian inovasi atau pembaharuan daripada
memberi pemahaman atau wawasan terkait dengan bagaimana cara untuk
mengevaluasi inovasi atau pembaharuan secara mandiri.
16. 14
BAB III. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan pada bagian pembahasan, maka
penulis dapat menarik kesimpulan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Agen pembaharu pada konteks inovasi atau pembaharuan dalam bidang
pendidikan merupakan sekelompok orang yang menjadi pelopor, penggerak,
menyebarluaskan proses pelaksanaan inovasi atau pembaharuan dalam bidang
pendidikan untuk mecapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Seorang
pendidik atau guru menjadi faktor utama yang berperan penting dalam
mengaplikasikan baik ide, gagasan, maupun konsep pembaharuan terkait dengan
kurikulum dan pembelajaran terhadap siswa di sekolah. Selanjutnya, Kepala
sekolah memiliki peran untuk mempengaruhi, mobilisasi, dan megkoordinir proses
pelaksanaan inovasi atau pembaharuan pendidikan di sekolah yang dipimpin
olehnya. Kemudian, peran dari pengawas pendidikan yaitu untuk memberi
stimulus terhadap guru dalam melaksanakan proses pelaksanaan inovasi atau
pembaharuan. Sedangakan, peran dari Dinas Pendidikan adalah mengambil sebuah
keputusan inisiasi, mobilisasi, implementasui, dan institusionalisasi.
2. Sebagai agen pembaharu harus memiliki beberapa keterampilan berikut ini:
a. Langkah strategis dalam meningkatkan peran dari seorang pendidik atau guru
sebagai salah satu agen pembaharuan seperti mengembangkan kualitas guru,
melibatkan guru untuk meningkatkan profesionalnya dalam profesinya,
meningkatkan kemajuan dengan cara kerjsama, melakukan pengawasan
sekolah dengan cara memberikan pembinaan secara sistematis, serta
meningkatkan sarana dan prasana sekolah.
b. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan agen
pembaharu seperti upaya yang dilakukan oleh agen pembaharu, orientasi agen
pembaharu terhadap kliean, menyediakan kebutuhan klien sesuai dengan
kebutuhannya, rasa empati, homopoly, kesenjangan antara agen pembaharu
dengan klien yang cenderung rendah, kredibilitas, profesionalisme secara
semu, dan pembantu para profesional.
17. DAFTAR PUSTAKA
Rogers, Everett, M. 1983. Diffusion of Innovations. Collier MacmillanPublishers.
London.
Glickman, Carl D. Et. al., 2010, Supervision and Instructional Leadership, Boston:
Pearson Education Inc.
Hanson, E. M. 1991. Educational Administrasion And Organisation. London: Allyn
and Bacon, Inc.
Havelock, Ronald G. 1995. The Change Agent’s Guide 2ed., NJ: Educational
Technology Publ
Ibrahim. 1988. Inovasi Pendidikan. Proyek Pengembangan LPTK Depdikbud. Dikti.
Jakarta.
Nasution, 2004. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. PT. Bumi
Aksara, Jakarta.
Segiovani T.J.1987. The Principalship, A Reflective Practice Perspective. London:
Allin and Bacon, Inc.
Seligman, Marttin.E.P. 2005. Authentic Happiness: Using the New Positive
Psychology to Realize Your Potential For Lasting Fulfillment. Penerjemah. Eva
Yulis. Authentic Happiness, Menciptakan Kebahagiaan dengan Psikologi
Positif. PT. Mizan Pustaka. Bandung
Zakso, Ahmad. 2010. Inovasi Pendidikan di Indonesia Antara Harapan dan
Kenyataan. Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora Vol. 1 No. 1 April 2010
15