Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
makalah takhrij hadits
1. MAKALAH TAKHRIJ HADITS
Disusun Untuk Disampaikan dalam Diskusi Kelas dan Memenuhi
Salah Satu Tugas Mata Kuliah Qur’an Hadits
Dosen Pengampu: H. JAUHAR HATTA, S.Ag, M.Ag
Oleh :
1. Sri Fatonah (144801)
2. Siti Rohimah Tarihoran (144801)
3. Feri Nugroho (14480162)
PROGRAM STUDI PGMI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
(UIN) SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
i
2. KATA PENGANTAR
ii
Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga dapat terselesaikannya
makalah ini dalam rangka melengkapi persyaratan dalam perkuliahan pada
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan kalijaga Yogyakarta.
Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan pada Nabi Muhammad
SAW. beserta keluarga, sahabat dan semua pengikutnya, dengan harapan semoga
bisa mendapatkan syafa'at uzma ila yaumil qiyamah.
Dalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan makalah ini dan
memberikan dorongan semangat penulis untuk melanjutkan studi.
Dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu segala masukan berupa saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan tambahan ilmu
kepada kita semua. Amiin ya Robbal 'Alamiin.
Yogyakarta, 09 Desember 2014
Penyusun,
3. DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 2
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan ..................................................................... 2
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Takhrij Hadits ........................................................... 3
B. Objek Takhrij............................................................................... 3
C. Metode Takhrij ............................................................................ 3
D. Manfaat Ilmu Takhrij .................................................................. 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA
4. BAB I
PENDAHULUAN
2
A. Latar Belakang
Al-Hadits merupakan sumber hukum islam kedua setelah Al-Qur’an, karena ia
mempunyai peranan penting, terutama sebagai hujjah dalam menetapkan hukum. Oleh
karena itu validasi sebuah hadits harus menjadi perhatian. Hadits mempunyai tiga unsur
penting yakni,sanad, matan dan perawi. Sebuah hadits belum dapat ditentukan apakah
boleh diterima (maqbul) secara baik atau ditolak (mardud) sebelum keadaan sanadnya,
apakah merekamuttashil ataukah munqathi’. Sanad berperan menentukan nilai hadits,
karena sanad adalah matarantai para perawi yang mengantarkan sebuah matan.
Sedangkan matan merupakan lafadhyang menunjuk pada isi sebuah hadits. Dari segi
periwayatannya, posisi dan kondisi para perawi yang berderet dalam sanad sangat
menentukan status sebuah hadits, apakah ia shahih, dla’if,atau lainnya. Dengan demikian
ke-a’dalah-an, ke-tsiqoh-an dan ke-dlabith-an setiap perawi sangat menentukn status
hadits.
Diantara kita terkadang memperoleh atau menerima teks, baik dalam majalah maupun
buku-buku agama bahkan dalam sebagian kitab karya Ulama’ Klasik, yang dinyatakan
sebagi hadits tetapi tidak disertakan sanadnya bahkan tidak pula perawinya. Maka untuk
memastikan apakah teks-teks tersebut benar merupakan hadits atau tidak, atau jika
memang hadits maka perlu diketahui statusnya secara pasti, siapa perawinya dan siapa-siapa
sanadnya. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka teks tersebut harus diteliti
atau dilacak, darimana teks tersebut diambil (menunjuk pada kitab sumbernya sekaligus
siapa perawinya), dan bagaimana keadaan para perawi dalam sanad setelah ditemukan
sanadnya. Hasilnya akan diketahui sumber teks (kitab dan penulis atau perawi), maupun
sanadnya jika teks pun diketahui apakah sahih atau tidak. Pelacakan seperti itulah
namanya penelitian hadits (takhrij al-hadits).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian takhrij al-hadits ?
2. Apa obyek takhrij itu ?
3. Bagaimana metode takhrij ?
4. Apa manfaat ilmu takhrij ?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan kami dalam pembahasan masalah adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian Takhrij Hadits
2. Mengetahui objek takhrij
3. Mengetahui manfaat Takhrij Hadits
5. BAB II
PEMBAHASAN
3
A. Pengertian Takhrij al-Hadits
Menurut bahasa, takhrij ( تخريج ) berasal dari fi’il madli kharaja ( خرَّج ) yang berarti
mengeluarkan. Kata tersebut merupakan bentuk imbuhan dari kata dasar khuruj ( خروج ) yang
berasal dari kata kharaja( خرج ) yang berarti keluar. Perhatikan dua ungkapan dalam dua
contoh dibawah ini : Umar keluar (khuruj) dari masjid,
dan Bintang mengeluarkan (takhrij) warna
Dengan makna tersebut maka takhrij al-hadits secara sederhana berarti “mengeluarkan
hadits”, artinya hadits dicari atau dilacak dari sumbernya (kitab hadits).
Adapun secara terminologis, takhrij al-hadits ( تخريج الحديث ) dipahami sebagai cara
penunjukan ke tempat letak hadits pada sumber yang orisinil takhrijnya berikut sanadnya,
kemudian dijelaskan martabat haditsnya bila diperlukan. Dr. Mahmud at-Thahhan
menjelaskan bahwa takhrij al-hadits adalah cara penunjukan sumber asli dari suatu hadits,
menjelaskan sanadnya dan menerangkan martabat nilai hadits yang ditakhrij. takhrij al-hadits
diartikansebagai berikut : “Mengembalikan hadits ke sumber-sumber aslinya yang akurat.
Jika pada aslinya tidak ditemukan, maka dirujukkan pada cabang-cabangnya, dan jika
mengalami kesulitan, maka hendaklah dikembalikan pada catatan yang memiliki sanad, serta
menjelaskan tingkatan hadits secara umum”. Rumusan definitif tersebut mengandung maksud
bahwa takhrij al-hadits adalah upaya menulusuri hadits hingga sumber atau asalnya, baik
untuk menemukan sanad dan perawinya maupun untuk mengklarifikasi redaksi matannya
yang diharapkan untuk membuktikan bahwa hadits tersebut palsu (mawdlu’) atau tidak.
B. Objek Takhrij
objek yang menjadi pusat kajian takhrij adalah sanad dan matan. Sanad sebagai unsur
dari struktur hadits harus diteliti disamping banyak rijal yang terdapat dalam sanad
mengundang kemungkinan untuk belum diterima haditsnya, juga secara realitas memang
diantara para rijal dalam sanad hadits terkandang ada yang belum diketahui (majhul),
misalnya terdapat unsur sanad yang hanya disebut dengan rajul ( رجل ), atau bahkan terkadang
ada yang dilompati, misalnya setelah nama seorang tabi’in langsung dikatakan nabi, yang
menunjukan sanadnya terjadi missing link atau infishal ( انفصال ). Apalagi sebuah hadits yang
ditulis atau disampaikan tanpa sanad maupun perawi akhir.
Matan juga mesti diteliti lagi agar diperoleh keniscayaan bahwa redaksi atau teks yang
ditemukan dari luar kitab hadits itu benar-benar merupakan hadits. Hal tersebut dilakukan
karena berbagai alasan. Diantara satu dari sekian alasan meneliti matan adalah untuk
menghindari pemalsuan hadits.
C. Metode Takhrij
Metode takhrij adalah cara atau teknis melakukan penelusuran terhadap hadits dari
sumber asalnya, baik hadits tanpa sanad dan perawi, hadits dengan perawi, maupun hadits
lengkap sanad dengan menggunakan kitab-kitab rujukan yang mendukung, maupun
menggunakan alat tekhnologi digital.
Secara metodologis, takhrij hadits dapat dilakukan dengan lima cara, yaitu takhrj
dengan cara melacak perawi dari generasi shahabat, takhrij dengan cara melacak awal kata
matan hadits, takhrij dengan cara melacak suku kata atau potongan matan hadits, takhrij
dengan cara melacak tema hadits, dan takhrij dengan cara melacak sifat-sifat khuhus terdapat
pada sanad maupun matan hadits.
6. Adapun langkah-langkah teknis yang harus diperhatikan oleh orang yang hendak
4
melakukan takhrij adalah :
1. Proses Takhrij
Dalam melakukan penelitian (takhrij) terhadap sebuah hadits seorang peneliti
(Mukharrij) hendaknya melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menentukan teks hadits atau topik terlebih dahulu.
2. Menentukan atau mengetahui periwayat (rawi) hadits, misalnya Ahmad, al-Bukhari,
Muslim dan sebagainya.
3. Menulusuri hadits yang dimaksud dari sumber aslinya, misalnya Musnad al-Imam
Ahmad ibn Hanbal al-Nabawi karya Dr. A.J. Winsick atau lainnya untuk
mengetahui dimana posisi sebuah hadits yang dicari sesungguhnya berada.
4. Meneliti sanad. Setelah didapati keberadaan hadits dan diketahui sanadnya dalam
kitab tertentu, maka nama-nama yang terdapat dalam matarantai sanad diteliti satu
persatu. Untuk meneliti nama-nama dalam sanad (rijal al-hadits) dapat dipergunakan
buku-buku indeks perawi seperti kitab Tahdzib at-Tahdzibkarya ibn Hajar al-
‘Asqalani untuk mengetahui esensi nama dan silsilahnya, sifatnya dan hubungan
dengan perawi lainnya, sehingga ditemukan simpulan tentang nama sebenarnya,
sifatnya dan sebagainya, hingga diketahui status haditsnya.
5. Menyimpulkan kwalitas hadits. Dari langkah keempat tadi peneliti dapat menganalsis
sebuah hadits melalui sanad, baik dari aspek kwantitas dan kualitas, lalu ditentukan
statusnya. Jika dimungkinkan, maka dilakuka istinbathhukum dari proses tersebut.
6. Contoh hadis tentang larangan menjual air
حدثنا عبدالله حدثني أبي سفيان عن عمر وقال أخبرني أبو المنهال سمع إياس بن عبد المزنيَّ وكان من أص
حاب النبي ص. مقال لاتبيعوا الماء فإنيِّ سمعت رسول الله ص . م نهى عن بيع الماء لايدري
أيُّ ماء هو ( رواه أحمد).
(…… dari ‘Amr, dari Abu Minhal yang mendengar Iyas ibn ‘Abd al-Muzaniy, berkata
“janganlah menjual air karena aku mendengar Rasulullah saw. Melarang penjualan air,
dimana ‘Amr tidak mengetahui air apakah yang dimaksudkan”).
Untuk melakukan praktik takhrij al-hadits sebagaimana langkah-langkah diatas dapat
kita contohkan, meneliti hadits tentang menjual air (bay’ al-ma’) dari segi sanad dan sistem
periwayatannya. Sebagai berikut :
1. Mula-mula peneliti (Mukharrij) harus mengetahui siapa perawi hadits tersebut. Jika
suatu hadits tidak disebutkan perawinya maka peneliti harus melacaknya, misalnya,
melalui kitab indeks hadits. Seorang perawi yang semestinya menjadi sentral riwayat
hadits tetapi tidk disebutkan, seperti al-Bukhari, Muslim dan sebagainya. Melalui
penulusuran tersebut ditemukan hasil bahwa hadits tersebut terdapat dalam
kitab musnad al-Imam Ahmadlengkap dengan petunjuk juz dan halamannya. Itu
artinya perawi hadits tersebut adalah Imam Ahmad RA.
2. Seorang peneliti mengkorfirmasi kebenaran data dari Mu’jam tersebut dengan melihat
langsung kitab yang ditulis oleh perawi, yaitu Musnad al-Imam Ahmad. Setelah
ditemukan kebenarannya, peneliti mencatat nomor halaman maupun nomor hadits.
3. Seorang peneliti melengkapi haditsnya dengan nama-nama sanad (rijal al-hadits) dan
perawinya untuk dilakukan penelitian selanjutnya.
2. Melacak periwayatan hadits dan kwalitas perawi.
Setelah menemukan hadits lengkap dengan sanad seorang peneliti mengamati nama-nama
dalam sana. Dalam menentukan sifat dan martabat hadits peneliti (Mukharrij) harus
mengetahui nama-nama perawi. Bagaimana kwalitas mereka (‘adil, dlabith, atau tidak) dan
7. bagaimana hubungan mereka dengan perawi sebelumnya? untuk itu nama-nama perawi
dalam mata rantai sanad harus diidentifikasi satu persatu untuk diteliti.1
5
D. Manfaat Ilmu Takhrij
Melihat kondisi hadits dari segi historisitasnya, hadits adalah pusat perhatian yang
mengundang para pemerhatinya untuk bersikap waspada dalam memberlakukannya
(menerima dan menyampaikannya), mengingat hadits baru ditulis dan disusun secara resmi
pada abad ke II H. Itu menunjukkan proses panjang yang rentetan yang rekayasa didalamnya
oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Kecuali itu munculnya kliasifikasi hadits
menjadi shahih dan tidak shahih (dla’if), kemudian muncul hadits hasan sebagai jawaban atas
problema yang terjadi diantara keduanya, bahkan hadits madlu’, juga merupakan faktor lain
yang membuat kita untuk berhati-hati terhadap hadits. Untuk memperoleh hasil temuan yang
dapat dipertanggung jawabkan itulah maka diperlukan sebuah ilmu yang disebut dengan
istilah Takhrij al-Hadits. Takhrij sebagai ilmu perlu diketahui oleh setiap orang yang hendak
mendapatkan hadits dengan keadaan dan status yang jelas. Selanjutnya mengenai tujuan dan
manfaat takhrij hadits ini, yang menjadi tujuan dari takhrij adalah menunjukkan sumber
hadits dan menerangkan ditolak atau diterimanya hadits tersebut. Dengan demikian, ada dua
hal yang menjadi tujuan takhrij, yaitu :
1. Untuk mengetahui sumber dari suatu hadits, dan
2. Mengetahui kualitas dari suatu hadits, apakah dapat dtierima atau ditolak.
Sedangkan manfaat takhrij secara umum banyak sekali, diantaranya :2
Memperkenalkan sumber-sumber hadits, kitab-kitab asal dari suatu hadits beserta ulama
yang meriwayatkannya.
Menambah pembendaharaan sanad hadits melalui kitab-kitab yang ditunjukkannya.
Memperjelas keadaan sanad, hingga dapat diketahhui apakah munqathi’ atau tidak.
Memperjelas perawi hadits yang samar karena dengan adanya takhrij, dapat diketahui
nama perawi yang sebenarnya secara lengkap.
Dapat membedakan antara proses periwayatan yang dilakukan dengan lafadz dan yang
dilakukan dengan makna saja.
1 Majid khon, Abdul, Ulumul Hadis, Cet IV, Jakarta, Amzah, 2010
2 Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor, Ghalia Indonesia Cet, I, 2010), h. 27.
8. BAB III
PENUTUP
6
Kesimpulan
Secara kharfiah, kata takhrij ( تخريج ) berasal dari fi’il madli kharaja ( خرَّج ) yang berarti
mengeluarkan. Kata tersebut merupakan bentuk imbuhan dari kata dasar khuruj ( خروج ) yang
berasal dari kata kharaja ( خرج ) yang berarti keluar. Adapun secara terminologis, takhrij al-hadits(
الحديث تخريج ) dipahami sebagai cara penunjukan ketempat letak hadits pada sumber
yang orisinil takhrijnya berikut sanadnya, kemudian dijelaskan martabat haditsnya bila
diperlukan. Dr. Mahmud at-Thahhan menjelaskan bahwa takhrij al-hadits adalah cara
penunjukan sumber asli dari suatu hadits, menjelaskan sanadnya dan menerangkan martabat
nilai hadits yang ditakhrij. Adapun obyek yang menjadi pusat kajian takhrij
adalah sanad dan matan. Matan juga mesti diteliti lagi agar diperoleh keniscayaan bahwa
redaksi atau teks yang ditemukan dari luar kitab hadits itu benar-benar merupakan hadits. Hal
tersebut dilakukan karena berbagai alasan. Diantara satu dari sekian alasan meneliti matan
adalah untuk menghindari pemalsuan hadits. Secara metodologis, takhrij hadits dapat
dilakukan dengan lima cara, yaitu takhrj dengan cara melacak perawi dari generasi shahabat,
takhrij dengan cara melacak awal kata matan hadits, takhrij dengan cara melacak suku kata
atau potongan matan hadits, takhrij dengan cara melacak tema hadits, dan takhrij dengan cara
melacak sifat-sifat khuhus terdapat pada sanad maupun matan hadits.
Adapun langkah-langkah teknis yang harus diperhatikan oleh orang yang hendak
melakukan takhrij adalah :
1. Proses Takhrij Dalam melakukan penelitian (takhrij) terhadap sebuah hadits seorang
peneliti (Mukharrij) hendaknya Menentukan teks hadits atau topik terlebih dahulu.
2. Menentukan atau mengetahui periwayat (rawi) hadits, misalnya Ahmad, al-
Bukhari, Muslim dan sebagainya.
Selanjutnya mengenai tujuan dan manfaat takhrij hadits ini, adalah menunjukkan
sumber hadits dan menerangkan ditolak atau diterimanya hadits tersebut. Dengan demikian,
ada dua hal yang menjadi tujuan takhrij, yaitu : Untuk mengetahui sumber dari suatu hadits,
dan mengetahui kualitas dari suatu hadits, apakah dapat dtierima atau ditolak.
9. DAFTAR PUSTAKA
Sahrani, Sohari, Ulumul Hadits, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
Majid khon, Abdul, Ulumul Hadis, Cet IV, Jakarta, Amzah, 2010.
Idris, Study Hadis, Cet I, Jakarta, Prenada Media Group, 2010
7