SlideShare a Scribd company logo
1 of 53
Download to read offline
PENYAKIT TUNGRO DAN
HAMA WERENG HIJAU
DI TANAMAN PADI
Oleh :
KHAIRULLAH
Pengertian
Tungro merupakan salah satu penyakit penting padi
di Asia tropis yang bersifat endemis dan hingga saat ini
masih menjadi pembatas bagi stabilitas produksi padi.
Tungro disebabkan oleh interaksi antara dua virus yang
berbeda, yaitu Rice tungro bachiliform virus (RTBV) dan
Rice tungro spherical virus (RTSV) yang keduanya efektif
ditularkan oleh wereng hijau sebagai vektor utamanya,
Nephottetix virescens (Cruz et al. 2003).
Latar Belakang
• Sebelum tahun 1969, penyakit tungro merupakan
penyakit yang belum berbahaya, tetapi dalam
jangka waktu 30 tahun terakhir ini penyakit
tersebut merupakan salah satu OPT penting. Pada
saat ini penyakit tungro masih timbul endemis di
beberapa provinsi terutama Bali, Nusa Tenggara
Barat, Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah
dan Kalimantan Selatan.
• Gejala tanaman yang terserang tungro :
– Tanaman kerdil
– Daun mengalami klorosis (berubah warna dari hijau
menjadi warna lain)
– Tanaman yang terinfeksi :
• Pembungaan terhambat
• Jumlah biji yang dihasilkan lebih sedikit
• Penurunan hasil produksi
Penular penyakit (vektor)
• Serangga penular virus tungro terutama :
– wereng hijau (Nephotettix virescens Distant), N.
nigropictus (Stal), N. malayanus dan N. parvus).
Wereng loreng Recilia dorsalis (Motsch) dapat
juga sebagai penular virus tungro, namun kurang
efisien.
Serangga penular penyakit tungro N. virescens (kiri), N. nigropictus (tengah), R. dorsalis
(kanan)
Sumber : Balitpa LPPM LP3 - Bogor
• Wereng sangat betah hidup di daerah lembab dan
bersuhu sekitar 20-30 derajat celcius
• Mempunyai siklus hidup antara 3-4 minggu yang di
mulai dari telur (selama 7-10 hari) ,Nimfa(8-17 hari)
,dan imago (18-28 hari)
• Serangga wereng dewasa berukuran panjang 0,1-0,4
cm .Wereng dewasa bersayap panjang dapat menyebar
sampai beratus kilometer.
• Wereng penyerang daun padi: wereng padi
hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep).
Merusak dengan cara mengisap cairan daun.
Gejala: di tempat bekas hisapan akan tumbuh
cendawan jelaga, daun tanaman kering dan
mati. Tanaman ada yang menjadi kerdil,
bagian pucuk berwarna kuning hingga kuning
kecoklatan. Malai yang dihasilkan kecil
Siklus penularan penyakit tungro
Serangga penular penyakit virus tungro
menularkan penyakit tersebut secara non
persisten. Masa inkubasi dalam tanaman 6 –
9 hari. Serangga menularkan virus segera
dalam waktu 2 jam setelah memperoleh
virus dan mempertahankan dalam tubuhnya
+/- 5 hari. Setelah masa itu, serangga
menjadi tidak infektif lagi. Kembali infektif
setelah menghisap tanaman sakit. Nimfa
wereng hijau dapat menularkan virus,
tetapi infektif setelah ganti kulit. Virus tak
dapat ditularkan melalui telur serangga
maupun melalui biji, tanah, air dan secara
mekanis (pergesekan antara bagian
tanaman sakit dengan yang sehat).
STRATEGI PENGENDALIAN
Pengendalian tungro harus dilakukan secara
komprehensif dengan memperhatikan berbagai
aspek seperti penyebaran virus tungro, fluktuasi
populasi wereng hijau, perubahan kondisi
lingkungan dan sosial ekonomi petani.
Komponen pengendalian
penyakit tungro :
A. Pra Tanam
– Pemilihan waktu tanam
– Tanam Serempak
– Penggunaan varietas tahan
– Pergiliran varietas
– Eradikasi sumber inokulum
Komponen pengendalian
penyakit tungro :
B. Pesemaian
– Monitoring ancaman di pesemaian
– Penggunaan antifi dan penghambat vektor
memperoleh virus (insektisida anorganik)
Komponen pengendalian
penyakit tungro :
C. Stadia Vegetatif
– Tanam jajar legowo
• Penanaman dengan cara jajar legowo dua baris atau empat
baris dapat menekan pemencaran wereng hijau. Keberadaan
tungro pada jajar legowo 4 lebih rendah dari pada jajar
legowo 2.
– Monitoring ancaman saat tanaman muda
– Eradikasi sumber inokulum
Komponen pengendalian
penyakit tungro :
C. Stadia Vegetatif (2)
– Pengaturan ketersediaan air :
• Ketersediaan air di pertanaman mempengaruhi kondisi
agroekosistem pertanaman terutama suhu dan
kelembaban. Kondisi air sawah kapasitas lapang, sawah
kering dapat memicu penyakit tungro dan wereng
hijau.
Komponen pengendalian
penyakit tungro :
C. Stadia Vegetatif (3)
– Perbaikan pola tanam
• Menanam palawija diantara musim tanam padi atau tanam
palawija di pematang sebagai tempat berlindung musuh alami.
– Konservasi musuh alami
• Predator merupakan serangga yang memangsa serangga lain,
antara lain : Laba-laba Serigala (Lycosa pseudoanulata), Laba-laba
Bermata Jalang (Oxyopes javanus), Laba-laba Berahang Empat
(Tetragnatha spp.), Kepik Permukaan Air (Microvellia douglasi
atrolineata), Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes), Kumbang
Karabid (Ophionea nigrofasciata), Kinjeng Dom (Agriocnemis spp.),
Belalang Bertanduk Panjang (Conocephalus longipennis), Kumbang
Koksinelid (Synharmonia octomaculata).
• Spesies serangga merupakan parasit instar-instar tertentu dari
wereng hijau. Misalnya : Anagrus flaveolus, A. optabilis, Mymar
tabronicum, Polynema sp., gonatocerus sp., Octonus orientalis
(Mymaridae) parasitoid telur, Japonica andoi, Paracentrobia
yasumatsui, P. garuda, (Trichogrammatidae).
Komponen pengendalian
penyakit tungro :
C. Stadia Vegetatif (4)
– Patogen dan insektisida nabati
• Penggunaan cendawan entomopatogen juga banyak
digunakan untuk mengendalikan wereng hijau.
• Cendawan patogen pengendalian tungro dengan
insektisida nabati seperti Sambilata, Mimba, dan
patogen serangga seperti Metharizium sp dan
Beauveria bassiana
– Penggunaan insektisida
(Ladja, T. F et al. 2011.)
Suhu udara vs Tungro dan wereng hijau
Transmisi virus meningkat mulai suhu 10o – 30oC dan akan menurun
mulai 31o - 38oC.
Perkembangan wereng hijau akan meningkat apabila suhu menurun
dari 34o ke 13oC
Kekurangan air hujan dapat menyebabkan nimfa wereng coklat,
wereng hijau, dan wereng punggung putih hidupnya merana
Hujan yang lebat (banjir) dapat membersihkan nimfa dari tanaman
Secara umum serangan WBC lebih dominan terjadi pada musim hujan,
sedangkan pada musim kemarau serangannya terjadi di daerah-daerah yang
curah hujannya tinggi
Curah hujan vs Wereng
BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Hubungan dengan unsur iklim :
• Penyakit tungro disebabkan oleh wereng hijau
(Nephotettix virescens)sebagai vektor (penular)
utamanya. Menyerang pada fase pertumbuhan
vegetatif dan menyebabkan tanaman tumbuh
kerdil dan berkurangnya jumlah anakan.
• Penanaman varietas padi yang peka, dan
pertanaman yang tidak serentak serta faktor
lingkungan terutama musim hujan dan
kelembaban yang tinggi juga menguntungkan
bagi perkembangan wereng hijau.
Hubungan tidak langsung curah hujan dengan serangan tungro di
Kalimantan Selatan
Curah hujan vs Tungro
Log Yma = 0,445 + 0,0358 Yjj + 0,000000025 X2
on
Yma = Luas serangan Maret + April tahun tanam yang akan datang
Yjj = Luas serangan Juni-Juli tahun ini
Xon = Rata-rata curah hujan Oktober-Nopember tahun ini.
Peramalan intensitas serangan Tungro pada pola tanam serempak
Log (Y+1,02) = 0,19 √ X1 + 0,44 (X2+0,1)2 – 1,97
Y = Ramalan intensitas serangan tungro pada dekade berikutnya.
X1 = Curah hujan pada satu dekade terakhir (mm) pada awal musim, dengan kisaran 0 < X1
≤ 100 mm.
X2 = Populasi wereng hijau (Nephotetix virescens) per 25 ayunan tunggal dengan jaring
(sweeping) pada awal musim, dengan kisaran 0 ≤ X2 ≤ 2 ekor.
BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
JURNAL TERKAIT :
1. Widiarta, I. N. 2005. Wereng Hijau (Nephotettix
virescens Distant):Dinamika Populasi dan
Strategi Pengendaliannya sebagai Vektor
Penyakit Tungro. Jurnal Litbang Pertanian 24(3).
2005.
2. Senoaji, W & Labbang, A. 2011. Peluang
Kejadian Penyakit Tungro pada Perubahan Iklim:
Kajian Pengaruh Peningkatan Suhu terhadap
Perkembangan Serangga Vektor wereng hijau
Nephotettix virescent (Distant). Prosiding
Seminar Nasional Penyakit Tungro 2011.
JURNAL TERKAIT :
3. Muis, A. 2011. Status Penyakit Tungro Selama Lima
Tahun Terakhir di Parigi Moutong Sulawesi Tengah.
Prosiding Seminar Nasional Penyakit Tungro 2011
4. Hamid, A & Nirwanto. 2009. Korelasi Penyakit Virus
Tungro dengan Berbagai Jenis Wereng pada Tanaman
Padi (Oryza sativa) di Jawa Timur. Jurnal Pertanian
Mapeta Vol 12 No 1 Desember 2009 : 1-10.
5. Ladja, T. F et al. 2011. Strategi Pengendalian Tungro
Berdasarkan Kultur Teknis. Prosiding Seminar Nasional
Penyakit Tungro 2011
Jurnal I : Widiarta, I. N (2005)
• Tulisan ini merupakan rangkuman hasil-hasil
penelitian tentang dinamika populasi wereng
hijau, vektor penyakit tungro, dan implikasinya
dalam pengendalian penyakit tungro.
ABSTRAK
Penyakit tungro pada padi disebabkan oleh kompleks virus berbentuk batang dan bulat dan
ditularkan oleh wereng hijau terutama Nephotettix virescens. Penularan penyakit bersifat
semipersisten dengan periode pemerolehan dan penularan virus oleh vektor yang sangat singkat.
Penyakit ini merupakan salah satu kendala dalam menciptakan stabilitas produksi padi karena
bersifat endemis di sentra produksi padi nasional Jawa dan Bali. Fluktuasi kepadatanpopulasi
vektor mempengaruhi keberadaan penyakit. Kepadatan populasi wereng hijau umumnya rendah
(kurang dari 1 ekor imago/rumpun) dan hanya meningkat sekali selama satu periode pertanaman
padi, terutama pada pola tanam tidak serempak. Pemencaran imago mempengaruhi dinamika
populasi wereng hijau. Oleh karena itu, upaya menekan proporsi vektor infektif merupakan
alternatif strategi dalam menghambat penyebaran penyakit tungro dan mengimbangi
kemampuan pemencaran imago. Berdasarkan strategi tersebut pengendalian terpadu penyakit
tungro disusun dengan mengintegrasikan taktik pengendalian yang dapat menekan aktivitas
pemencaran imago wereng hijau dan mengurangi kemampuan dalam memperoleh maupun
menularkan virus. Taktik pengendaliandianjurkan diintegrasikan bertahap sesuai dengan tahapan
stadia pertumbuhan padi.
Kata kunci: Nephotettix virescens, dinamika populasi, strategi pengendalian
• Menurut Suzuki et al. (1992), fluktuasi kepadatan populasi vektor
sangat mempengaruhi keberadaan tanaman terinfeksi penyakit
tungro bila sumber inokulum virus sudah ada di lapang (Gambar
1).
• Persentase tanaman terinfeksi tungro yang tinggi musim hujan
(Desember-April) bertepatan dengan kepadatan populasi wereng
hijau yang tinggi periode yang sama.
• Musim kemarau (Mei - November), persentase tanaman terinfeksi
tungro yang rendah bertepatan dengan kepadatan populasi
wereng hijau yang lebih rendah daripada musim hujan.
• Kepadatan populasi N. virescens pada pola tanam tidak
serempak di daerah tropis di Indonesia hanya 1/10 dari
kepadatan populasi N. cincticeps di daerah empat
musim di Jepang (Gambar 2), meskipun di
laboratorium keduanya memiliki potensi reproduksi
yang tidak jauh berbeda (Valle et al. 1986; Widiarta et
al. 1992).
• Kepadatan populasi N. cincticeps pada padi sawah
meningkat terus dari saat invasi (G0) ke tanaman yang
baru ditanam sampai tanaman menjelang dipanen
selama dua generasi G1 dan G2 berturut-turut.
• Pola pertumbuhan kepadatan populasi wereng
hijau antarpola tanam sangat berbeda (Aryawan
et al. 1993).
• Pada pola tanam serempak, kepadatan populasi
cenderung meningkat terus dari generasi G0
(generasi imigran) sampai generasi G2 (generasi
ke-2 setelah imigran), baik pada musim hujan
maupun musim kemarau
• Pada pola tanam tidak serempak,kepadatan
populasi hanya meningkat dari G0 ke G1
(generasi ke-1 setelah imigran) (Gambar 3).
Kesimpulan
• Tungro penyakit tanaman padi disebabkan oleh
virus dan paling efektif ditularkan oleh N.
virescens.Kepadatan populasi N. virescens
umumnya rendah, dan hanya meningkat selama
tanaman pada stadia vegetatif.
• Dinamika populasi N. Virescens dipengaruhi oleh
kebiasaan pemencaran imago
• Strategi pengendalian penyakit tungro
berdasarkan karakter dinamika populasi wereng
hijau
Jurnal II : Senoaji, W & Labbang, A.
2011
ABSTRAK
Perubahan Iklim merupakan fenomena alam yang mempengaruhi kehidupan
makhluk hidup di bumi. Peningkatan konsentrasi gas CO2 di udara, dikenal
dengan efek rumah kaca, berdampak terhadap peningkatan suhu (pemanasan
global). Fenomena alam ini mempengaruhi pertumbuhan serangga, termasuk
serangga hama wereng hijau Nephotettix virescens (Distant) yang berperan
sebagai vektor penyakit tungro pada tanaman padi. Kajian terhadap pola
perubahan suhu dalam satu dekade terakhir (2001-2010) di Stasiun
Klimatologi KP Loka Penelitian Tungro Lanrang bertujuan untuk melihat
perkembangan serangga vektor wereng hijau Nephotettix virescens (Distant).
Terdapat kecenderungan kenaikan suhu rata-rata 0,4°C, suhu maksimum
0,3°C, dan suhu minimum 1,0°C. Dengan kenaikan suhu tersebut, serangga N.
Virescens mengalami percepatan pertumbuhan 1-4 hari per generasi.
Kata kunci: suhu, Nephotettix virescens, pertumbuhan serangga
Kesimpulan
Perubahan iklim ditunjukkan oleh peningkatan suhu harian rata-rata,
suhu maksimum, dan suhu minimum pada dekade terakhir, masing-
masing sebesar 0,4°C; 0,3°C; 1,0°C. Meskipun peningkatan suhu dalam
kisaran yang sempit, tetapi tetap berpengaruh terhadap
perkembangan serangga vektor N. virescens dan perkembangan
penyakit tungro sebagai berikut:
1. Serangga vektor N. virescens mengalami percepatan pertumbuhan
sebesar 1-4 hari per generasinya, hingga ada penambahan satu
generasi pertahun.
2. Peluang terjadinya serangan dan penyebaran penyakit tungro
semakin meningkat.
3. Komponen teknologi adaptasi yang efektif dapat dimanfaatkan
dan dikembangkan adalah merakit varietas tahan, didukung
dengan konservasi dan pengelolaan ekosistem.
Jurnal III. Muis, A. 2011.
ABSTRAK
Kabupaten Parigi Moutong adalah salah satu daerah penghasil beras terbesar
di Sulawesi Tengah selain kabupaten Banggai, Toli-Toli, Donggala, dan Sigi.
Sebagian besar petani di Parigi Moutong melakukan panen padi sebanyak dua
kali setiap tahun. Namun kendala yang sering dihadapi petani adalah
menurunnya hasil panen akibat serangan organisme pengganggu tanaman
(OPT), salah satu di antaranya adalah penyakit tungro. Data tentang populasi
wereng hijau selama lima tahun terakhir (2006-2010) menunjukkan bahwa
populasi tertinggi terjadi pada bulan Mei dan Oktober, sedangkan serangan
tungro terberat terjadi di tiga kecamatan yakni Tinombo Selatan, Toribulu,
dan Parigi Selatan dimana serangan tungro bisa mencapai 100% terutama
pada varietas rentan. Varietas unggul barupun yang dicobakan tidak luput
dari serangan penyakit tungro pada ketiga kecamatan tersebut sehingga
dibutuhkan varietas yang benar-benar menunjukkan ketahanan yang tinggi
terhadap penyakit tungro untuk ditanam di Parigi Moutong selain
menertibkan waktu tanam yang cenderung masih tidak serempak.
Kata kunci: penyakit tungro, varietas tahan.
Kesimpulan :
• Rata-rata populasi wereng hijau selama lima tahun terakhir
tertinggi terjadi pada bulan Mei dan Oktober, sedangkan serangan
tungro terberat terjadi di tiga kecamatan yakni Tinombo Selatan,
Toribulu, dan Parigi Selatan dimana serangan tungro bisa mencapai
100 persen terutama pada varietas rentan seperti Inpari 1 dan
Inpari 8.
• Upaya pengendalian terhadap penyakit tungro pada daerah
endemik seperti Parigi Moutong adalah dengan menanam varietas
tahan. Varietas unggul baru yang menunjukkan harapan untuk
dikembangkan adalah Inpari 10 dan Inpari 13, dimana persentase
serangan tungro pada kedua varietas tersebut rendah yakni hanya
berkisar 10 persen. Selain itu wktu tanam yang tepat dan serempak
harus dilakukan dalam usaha memperkecil terjadinya serangan
tungro.
Jurnal IV. Hamid, A & Nirwanto. 2009.
• Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan
Model Epidemi Penyakit Virus Tungro pada
tanaman padi di beberapa kabupaten di Jawa
Timur.
Fluktuasi populasi Wereng
hijau pada musim kemarau
1998 sampai 2000 cenderung
naik demikian juga pada 2004
sampai 2007 dan musim
penghujan 2006/2007 sampai
2007/2008 menunjukkan hal
yang sama, namun pada
musim hujan 1998/1999
sampai 2000/2001 populasi
Wereng hijau cenderung
turun. Dinamika populasi
Wereng hijau dapat dilihat
pada Gambar 3 dan 4.
• Populasi Wereng
hijau pada musim
hujan lebih tinggi
dari pada musim
kemarau, namun
luas serangan virus
tungro pada musim
hujan lebih rendah
dari pada musim
kemarau, terlihat
pada Gambar 7 dan
8.
• Wereng coklat dan
• Wrereng hijau maka
populasi Wereng hijau
cenderung lebih
rendah dari pada
populasi Wereng coklat
yang dapat dilihat pada
Gambar 9 dan 10. Hal
ini sesuai dengan hasil
penelitian di IRRI
(International Rice
Research Institute)
Kesimpulan
• Dari hasil penelitian diatas didapat model
regresi linier dengan kesimpulan sebagai
berikut: Model regresi linier adalah
Y= 641.659 + 1.925 (Curah hujan) + 17.815
(Werenghijau) + 30.014 (Wereng coklat) +
60.493 (Wereng zigzag) – 59.444 (Labalaba)–
122.425 (Hari hujan) (R² =0.988).
• Model ini dapat diterapkan untuk menjelaskan
hubungan nyata antara faktor cuaca yaitu
curah hujan dan hari hujan, faktor lingkungan
yaitu serangga vektor dan serangga
kompetitor dengan luas serangan penyakit
virus tungro pada tanaman padi.
PENUTUP :
1. Tungro adalah penyakit yang penting bagi
tanaman padi yang vektornya wereng hijau
2. Tungro dapat dikendalikan dengan kultur
teknis
3. Tungro dan wereng hijau berhubungan erat
dengan faktor iklim
PENYAKIT TUNGRO DAN HAMA WERENG HIJAU

More Related Content

What's hot

Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygzahrahoca
 
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
290158421 budidaya-tanaman-hortikulturaAndrew Hutabarat
 
praktikum kultur jaringan sterilisasi peralatan
praktikum kultur jaringan sterilisasi peralatanpraktikum kultur jaringan sterilisasi peralatan
praktikum kultur jaringan sterilisasi peralatanLaksamana Indra
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihTidar University
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
 
contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihRiva Anggraeni
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMANovia Dwi
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)tochi run
 
Laporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigorLaporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigorTidar University
 
pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSnovhitasari
 
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)Issuchii Liescahyani
 
Transportasi dalam tanaman
Transportasi dalam tanamanTransportasi dalam tanaman
Transportasi dalam tanamanAnggi Setiawan
 
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...UNESA
 
Laporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benihLaporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benihTidar University
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihNur Haida
 

What's hot (20)

Kultur teknis
Kultur teknisKultur teknis
Kultur teknis
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
 
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
 
praktikum kultur jaringan sterilisasi peralatan
praktikum kultur jaringan sterilisasi peralatanpraktikum kultur jaringan sterilisasi peralatan
praktikum kultur jaringan sterilisasi peralatan
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benih
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMA
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)
 
Laporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigorLaporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigor
 
pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MS
 
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
 
Transportasi dalam tanaman
Transportasi dalam tanamanTransportasi dalam tanaman
Transportasi dalam tanaman
 
Transpirasi
TranspirasiTranspirasi
Transpirasi
 
Penyakit blas padi
Penyakit blas padiPenyakit blas padi
Penyakit blas padi
 
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
 
Laporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benihLaporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benih
 
dormansi biji
dormansi bijidormansi biji
dormansi biji
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
 

Similar to PENYAKIT TUNGRO DAN HAMA WERENG HIJAU

Ilmu hama tumbuhan
Ilmu hama tumbuhanIlmu hama tumbuhan
Ilmu hama tumbuhanAbdul Wahid
 
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumuloPpt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumuloanisasptiany
 
virus pada tanaman padi Virus tungro
virus pada tanaman padi Virus tungrovirus pada tanaman padi Virus tungro
virus pada tanaman padi Virus tungroLuthfi Dhani
 
Minggu V Vii
Minggu V ViiMinggu V Vii
Minggu V Viisudiono
 
Kelompok 3_Tugas PPT_PHT A.pdf
Kelompok 3_Tugas PPT_PHT A.pdfKelompok 3_Tugas PPT_PHT A.pdf
Kelompok 3_Tugas PPT_PHT A.pdfMeisyaBalaba8
 
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman padi
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman padiPengendalian hama dan penyakit pada tanaman padi
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman padiAdham Maulana Ibrahim
 
Dpt (penyakit pnting pada lada)
Dpt (penyakit pnting pada lada)Dpt (penyakit pnting pada lada)
Dpt (penyakit pnting pada lada)edhie noegroho
 
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan optBustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan optAdiluhungAhsan1
 
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptxPengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptxkaekae27
 
137870072 identifikasi-opt
137870072 identifikasi-opt137870072 identifikasi-opt
137870072 identifikasi-optKabayan Baduy
 
8 9. hama & penyakit pada tanaman
8 9. hama & penyakit pada tanaman8 9. hama & penyakit pada tanaman
8 9. hama & penyakit pada tanamanAlfie Kesturi
 
Interaksi hama dan tanaman
Interaksi hama dan tanamanInteraksi hama dan tanaman
Interaksi hama dan tanamanTidar University
 
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)Novayanti Simamora
 
Pengendalian gulma secara hayati
Pengendalian gulma secara hayatiPengendalian gulma secara hayati
Pengendalian gulma secara hayatiDesti Diana Putri
 
69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf
69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf
69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdfssuser37d4f01
 
8 ely korlina-pht b.putih
8 ely korlina-pht b.putih8 ely korlina-pht b.putih
8 ely korlina-pht b.putihxie_yeuw_jack
 

Similar to PENYAKIT TUNGRO DAN HAMA WERENG HIJAU (20)

Ilmu hama tumbuhan
Ilmu hama tumbuhanIlmu hama tumbuhan
Ilmu hama tumbuhan
 
hama dan penyakit
hama dan penyakithama dan penyakit
hama dan penyakit
 
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumuloPpt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
 
virus pada tanaman padi Virus tungro
virus pada tanaman padi Virus tungrovirus pada tanaman padi Virus tungro
virus pada tanaman padi Virus tungro
 
Minggu V Vii
Minggu V ViiMinggu V Vii
Minggu V Vii
 
Kuliah Perlintan.pdf
Kuliah Perlintan.pdfKuliah Perlintan.pdf
Kuliah Perlintan.pdf
 
Kelompok 3_Tugas PPT_PHT A.pdf
Kelompok 3_Tugas PPT_PHT A.pdfKelompok 3_Tugas PPT_PHT A.pdf
Kelompok 3_Tugas PPT_PHT A.pdf
 
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman padi
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman padiPengendalian hama dan penyakit pada tanaman padi
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman padi
 
Dpt (penyakit pnting pada lada)
Dpt (penyakit pnting pada lada)Dpt (penyakit pnting pada lada)
Dpt (penyakit pnting pada lada)
 
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan optBustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
 
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptxPengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
 
137870072 identifikasi-opt
137870072 identifikasi-opt137870072 identifikasi-opt
137870072 identifikasi-opt
 
8 9. hama & penyakit pada tanaman
8 9. hama & penyakit pada tanaman8 9. hama & penyakit pada tanaman
8 9. hama & penyakit pada tanaman
 
Interaksi hama dan tanaman
Interaksi hama dan tanamanInteraksi hama dan tanaman
Interaksi hama dan tanaman
 
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
 
Pengendalian gulma secara hayati
Pengendalian gulma secara hayatiPengendalian gulma secara hayati
Pengendalian gulma secara hayati
 
Laporan 2
Laporan 2Laporan 2
Laporan 2
 
69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf
69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf
69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf
 
8 ely korlina-pht b.putih
8 ely korlina-pht b.putih8 ely korlina-pht b.putih
8 ely korlina-pht b.putih
 
Hpkebun6
Hpkebun6Hpkebun6
Hpkebun6
 

More from Khairullah Khairullah

Profil Suhu tanah di Daerah Tropis.pdf
Profil Suhu tanah di Daerah Tropis.pdfProfil Suhu tanah di Daerah Tropis.pdf
Profil Suhu tanah di Daerah Tropis.pdfKhairullah Khairullah
 
Memahami Informasi Iklim dan Agroklimatologi Cabai Hiyung
Memahami Informasi Iklim dan Agroklimatologi Cabai HiyungMemahami Informasi Iklim dan Agroklimatologi Cabai Hiyung
Memahami Informasi Iklim dan Agroklimatologi Cabai HiyungKhairullah Khairullah
 
Evolusi Iklim dan Bukti Perubahan Iklim
Evolusi Iklim dan Bukti Perubahan IklimEvolusi Iklim dan Bukti Perubahan Iklim
Evolusi Iklim dan Bukti Perubahan IklimKhairullah Khairullah
 
RISIKO LINGKUNGAN PERTANIAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM.pdf
RISIKO LINGKUNGAN PERTANIAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM.pdfRISIKO LINGKUNGAN PERTANIAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM.pdf
RISIKO LINGKUNGAN PERTANIAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM.pdfKhairullah Khairullah
 
POTRET PELAKSANAAN SIH3 DI KALIMANTAN SELATAN
POTRET PELAKSANAAN SIH3 DI KALIMANTAN SELATANPOTRET PELAKSANAAN SIH3 DI KALIMANTAN SELATAN
POTRET PELAKSANAAN SIH3 DI KALIMANTAN SELATANKhairullah Khairullah
 
Pengolahan SPI (Standardized Precipitation Index )
Pengolahan SPI (Standardized Precipitation Index )Pengolahan SPI (Standardized Precipitation Index )
Pengolahan SPI (Standardized Precipitation Index )Khairullah Khairullah
 
Kepemimpinan pemuda milenial dalam pertanian
Kepemimpinan pemuda milenial dalam pertanianKepemimpinan pemuda milenial dalam pertanian
Kepemimpinan pemuda milenial dalam pertanianKhairullah Khairullah
 
Iklim ekstrem dan pertanian rawa lebak
Iklim ekstrem dan pertanian rawa lebakIklim ekstrem dan pertanian rawa lebak
Iklim ekstrem dan pertanian rawa lebakKhairullah Khairullah
 
Kenyamanan termal dan iklim di Rumah Banjar
Kenyamanan termal dan iklim di Rumah BanjarKenyamanan termal dan iklim di Rumah Banjar
Kenyamanan termal dan iklim di Rumah BanjarKhairullah Khairullah
 
Khairullah tugas 1a kerapatan stasiun
Khairullah tugas 1a kerapatan stasiunKhairullah tugas 1a kerapatan stasiun
Khairullah tugas 1a kerapatan stasiunKhairullah Khairullah
 
Normal Ketersediaan Air Tanah 1981-2010 di Kalimantan Selatan
Normal Ketersediaan Air Tanah 1981-2010 di Kalimantan SelatanNormal Ketersediaan Air Tanah 1981-2010 di Kalimantan Selatan
Normal Ketersediaan Air Tanah 1981-2010 di Kalimantan SelatanKhairullah Khairullah
 

More from Khairullah Khairullah (20)

Profil Suhu tanah di Daerah Tropis.pdf
Profil Suhu tanah di Daerah Tropis.pdfProfil Suhu tanah di Daerah Tropis.pdf
Profil Suhu tanah di Daerah Tropis.pdf
 
El Nino Pengertian dan Dampaknya
El Nino Pengertian dan DampaknyaEl Nino Pengertian dan Dampaknya
El Nino Pengertian dan Dampaknya
 
Memahami Informasi Iklim dan Agroklimatologi Cabai Hiyung
Memahami Informasi Iklim dan Agroklimatologi Cabai HiyungMemahami Informasi Iklim dan Agroklimatologi Cabai Hiyung
Memahami Informasi Iklim dan Agroklimatologi Cabai Hiyung
 
Evolusi Iklim dan Bukti Perubahan Iklim
Evolusi Iklim dan Bukti Perubahan IklimEvolusi Iklim dan Bukti Perubahan Iklim
Evolusi Iklim dan Bukti Perubahan Iklim
 
Perubahan Iklim Natural
Perubahan Iklim Natural Perubahan Iklim Natural
Perubahan Iklim Natural
 
RISIKO LINGKUNGAN PERTANIAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM.pdf
RISIKO LINGKUNGAN PERTANIAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM.pdfRISIKO LINGKUNGAN PERTANIAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM.pdf
RISIKO LINGKUNGAN PERTANIAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM.pdf
 
POTRET PELAKSANAAN SIH3 DI KALIMANTAN SELATAN
POTRET PELAKSANAAN SIH3 DI KALIMANTAN SELATANPOTRET PELAKSANAAN SIH3 DI KALIMANTAN SELATAN
POTRET PELAKSANAAN SIH3 DI KALIMANTAN SELATAN
 
Pengolahan SPI (Standardized Precipitation Index )
Pengolahan SPI (Standardized Precipitation Index )Pengolahan SPI (Standardized Precipitation Index )
Pengolahan SPI (Standardized Precipitation Index )
 
Kepemimpinan pemuda milenial dalam pertanian
Kepemimpinan pemuda milenial dalam pertanianKepemimpinan pemuda milenial dalam pertanian
Kepemimpinan pemuda milenial dalam pertanian
 
Pengolahan data iklim
Pengolahan data iklimPengolahan data iklim
Pengolahan data iklim
 
Iklim ekstrem dan pertanian rawa lebak
Iklim ekstrem dan pertanian rawa lebakIklim ekstrem dan pertanian rawa lebak
Iklim ekstrem dan pertanian rawa lebak
 
Evapotranspirasi dan curah hujan
Evapotranspirasi dan curah hujanEvapotranspirasi dan curah hujan
Evapotranspirasi dan curah hujan
 
Kenyamanan termal dan iklim di Rumah Banjar
Kenyamanan termal dan iklim di Rumah BanjarKenyamanan termal dan iklim di Rumah Banjar
Kenyamanan termal dan iklim di Rumah Banjar
 
Bagaimana tipe hujan kalsel
Bagaimana tipe hujan kalsel Bagaimana tipe hujan kalsel
Bagaimana tipe hujan kalsel
 
Makalah interaksi iklim dan tanaman
Makalah interaksi iklim dan tanamanMakalah interaksi iklim dan tanaman
Makalah interaksi iklim dan tanaman
 
Bahan ajar ipb s2-agromet
Bahan ajar ipb s2-agrometBahan ajar ipb s2-agromet
Bahan ajar ipb s2-agromet
 
Kelompok 3 tugas_3b_analisa soi
Kelompok 3 tugas_3b_analisa soiKelompok 3 tugas_3b_analisa soi
Kelompok 3 tugas_3b_analisa soi
 
Khairullah tugas 1a kerapatan stasiun
Khairullah tugas 1a kerapatan stasiunKhairullah tugas 1a kerapatan stasiun
Khairullah tugas 1a kerapatan stasiun
 
PENGAMATAN FENOLOGI
PENGAMATAN FENOLOGIPENGAMATAN FENOLOGI
PENGAMATAN FENOLOGI
 
Normal Ketersediaan Air Tanah 1981-2010 di Kalimantan Selatan
Normal Ketersediaan Air Tanah 1981-2010 di Kalimantan SelatanNormal Ketersediaan Air Tanah 1981-2010 di Kalimantan Selatan
Normal Ketersediaan Air Tanah 1981-2010 di Kalimantan Selatan
 

PENYAKIT TUNGRO DAN HAMA WERENG HIJAU

  • 1. PENYAKIT TUNGRO DAN HAMA WERENG HIJAU DI TANAMAN PADI Oleh : KHAIRULLAH
  • 2. Pengertian Tungro merupakan salah satu penyakit penting padi di Asia tropis yang bersifat endemis dan hingga saat ini masih menjadi pembatas bagi stabilitas produksi padi. Tungro disebabkan oleh interaksi antara dua virus yang berbeda, yaitu Rice tungro bachiliform virus (RTBV) dan Rice tungro spherical virus (RTSV) yang keduanya efektif ditularkan oleh wereng hijau sebagai vektor utamanya, Nephottetix virescens (Cruz et al. 2003).
  • 3. Latar Belakang • Sebelum tahun 1969, penyakit tungro merupakan penyakit yang belum berbahaya, tetapi dalam jangka waktu 30 tahun terakhir ini penyakit tersebut merupakan salah satu OPT penting. Pada saat ini penyakit tungro masih timbul endemis di beberapa provinsi terutama Bali, Nusa Tenggara Barat, Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Kalimantan Selatan.
  • 4. • Gejala tanaman yang terserang tungro : – Tanaman kerdil – Daun mengalami klorosis (berubah warna dari hijau menjadi warna lain) – Tanaman yang terinfeksi : • Pembungaan terhambat • Jumlah biji yang dihasilkan lebih sedikit • Penurunan hasil produksi
  • 5. Penular penyakit (vektor) • Serangga penular virus tungro terutama : – wereng hijau (Nephotettix virescens Distant), N. nigropictus (Stal), N. malayanus dan N. parvus). Wereng loreng Recilia dorsalis (Motsch) dapat juga sebagai penular virus tungro, namun kurang efisien. Serangga penular penyakit tungro N. virescens (kiri), N. nigropictus (tengah), R. dorsalis (kanan) Sumber : Balitpa LPPM LP3 - Bogor
  • 6.
  • 7.
  • 8.
  • 9.
  • 10. • Wereng sangat betah hidup di daerah lembab dan bersuhu sekitar 20-30 derajat celcius • Mempunyai siklus hidup antara 3-4 minggu yang di mulai dari telur (selama 7-10 hari) ,Nimfa(8-17 hari) ,dan imago (18-28 hari) • Serangga wereng dewasa berukuran panjang 0,1-0,4 cm .Wereng dewasa bersayap panjang dapat menyebar sampai beratus kilometer.
  • 11. • Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep). Merusak dengan cara mengisap cairan daun. Gejala: di tempat bekas hisapan akan tumbuh cendawan jelaga, daun tanaman kering dan mati. Tanaman ada yang menjadi kerdil, bagian pucuk berwarna kuning hingga kuning kecoklatan. Malai yang dihasilkan kecil
  • 12.
  • 13.
  • 14. Siklus penularan penyakit tungro Serangga penular penyakit virus tungro menularkan penyakit tersebut secara non persisten. Masa inkubasi dalam tanaman 6 – 9 hari. Serangga menularkan virus segera dalam waktu 2 jam setelah memperoleh virus dan mempertahankan dalam tubuhnya +/- 5 hari. Setelah masa itu, serangga menjadi tidak infektif lagi. Kembali infektif setelah menghisap tanaman sakit. Nimfa wereng hijau dapat menularkan virus, tetapi infektif setelah ganti kulit. Virus tak dapat ditularkan melalui telur serangga maupun melalui biji, tanah, air dan secara mekanis (pergesekan antara bagian tanaman sakit dengan yang sehat).
  • 15. STRATEGI PENGENDALIAN Pengendalian tungro harus dilakukan secara komprehensif dengan memperhatikan berbagai aspek seperti penyebaran virus tungro, fluktuasi populasi wereng hijau, perubahan kondisi lingkungan dan sosial ekonomi petani.
  • 16. Komponen pengendalian penyakit tungro : A. Pra Tanam – Pemilihan waktu tanam – Tanam Serempak – Penggunaan varietas tahan – Pergiliran varietas – Eradikasi sumber inokulum
  • 17. Komponen pengendalian penyakit tungro : B. Pesemaian – Monitoring ancaman di pesemaian – Penggunaan antifi dan penghambat vektor memperoleh virus (insektisida anorganik)
  • 18. Komponen pengendalian penyakit tungro : C. Stadia Vegetatif – Tanam jajar legowo • Penanaman dengan cara jajar legowo dua baris atau empat baris dapat menekan pemencaran wereng hijau. Keberadaan tungro pada jajar legowo 4 lebih rendah dari pada jajar legowo 2. – Monitoring ancaman saat tanaman muda – Eradikasi sumber inokulum
  • 19. Komponen pengendalian penyakit tungro : C. Stadia Vegetatif (2) – Pengaturan ketersediaan air : • Ketersediaan air di pertanaman mempengaruhi kondisi agroekosistem pertanaman terutama suhu dan kelembaban. Kondisi air sawah kapasitas lapang, sawah kering dapat memicu penyakit tungro dan wereng hijau.
  • 20. Komponen pengendalian penyakit tungro : C. Stadia Vegetatif (3) – Perbaikan pola tanam • Menanam palawija diantara musim tanam padi atau tanam palawija di pematang sebagai tempat berlindung musuh alami. – Konservasi musuh alami • Predator merupakan serangga yang memangsa serangga lain, antara lain : Laba-laba Serigala (Lycosa pseudoanulata), Laba-laba Bermata Jalang (Oxyopes javanus), Laba-laba Berahang Empat (Tetragnatha spp.), Kepik Permukaan Air (Microvellia douglasi atrolineata), Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes), Kumbang Karabid (Ophionea nigrofasciata), Kinjeng Dom (Agriocnemis spp.), Belalang Bertanduk Panjang (Conocephalus longipennis), Kumbang Koksinelid (Synharmonia octomaculata). • Spesies serangga merupakan parasit instar-instar tertentu dari wereng hijau. Misalnya : Anagrus flaveolus, A. optabilis, Mymar tabronicum, Polynema sp., gonatocerus sp., Octonus orientalis (Mymaridae) parasitoid telur, Japonica andoi, Paracentrobia yasumatsui, P. garuda, (Trichogrammatidae).
  • 21. Komponen pengendalian penyakit tungro : C. Stadia Vegetatif (4) – Patogen dan insektisida nabati • Penggunaan cendawan entomopatogen juga banyak digunakan untuk mengendalikan wereng hijau. • Cendawan patogen pengendalian tungro dengan insektisida nabati seperti Sambilata, Mimba, dan patogen serangga seperti Metharizium sp dan Beauveria bassiana – Penggunaan insektisida (Ladja, T. F et al. 2011.)
  • 22. Suhu udara vs Tungro dan wereng hijau Transmisi virus meningkat mulai suhu 10o – 30oC dan akan menurun mulai 31o - 38oC. Perkembangan wereng hijau akan meningkat apabila suhu menurun dari 34o ke 13oC Kekurangan air hujan dapat menyebabkan nimfa wereng coklat, wereng hijau, dan wereng punggung putih hidupnya merana Hujan yang lebat (banjir) dapat membersihkan nimfa dari tanaman Secara umum serangan WBC lebih dominan terjadi pada musim hujan, sedangkan pada musim kemarau serangannya terjadi di daerah-daerah yang curah hujannya tinggi Curah hujan vs Wereng BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN Hubungan dengan unsur iklim :
  • 23. • Penyakit tungro disebabkan oleh wereng hijau (Nephotettix virescens)sebagai vektor (penular) utamanya. Menyerang pada fase pertumbuhan vegetatif dan menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan berkurangnya jumlah anakan. • Penanaman varietas padi yang peka, dan pertanaman yang tidak serentak serta faktor lingkungan terutama musim hujan dan kelembaban yang tinggi juga menguntungkan bagi perkembangan wereng hijau.
  • 24. Hubungan tidak langsung curah hujan dengan serangan tungro di Kalimantan Selatan Curah hujan vs Tungro Log Yma = 0,445 + 0,0358 Yjj + 0,000000025 X2 on Yma = Luas serangan Maret + April tahun tanam yang akan datang Yjj = Luas serangan Juni-Juli tahun ini Xon = Rata-rata curah hujan Oktober-Nopember tahun ini. Peramalan intensitas serangan Tungro pada pola tanam serempak Log (Y+1,02) = 0,19 √ X1 + 0,44 (X2+0,1)2 – 1,97 Y = Ramalan intensitas serangan tungro pada dekade berikutnya. X1 = Curah hujan pada satu dekade terakhir (mm) pada awal musim, dengan kisaran 0 < X1 ≤ 100 mm. X2 = Populasi wereng hijau (Nephotetix virescens) per 25 ayunan tunggal dengan jaring (sweeping) pada awal musim, dengan kisaran 0 ≤ X2 ≤ 2 ekor. BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
  • 25. JURNAL TERKAIT : 1. Widiarta, I. N. 2005. Wereng Hijau (Nephotettix virescens Distant):Dinamika Populasi dan Strategi Pengendaliannya sebagai Vektor Penyakit Tungro. Jurnal Litbang Pertanian 24(3). 2005. 2. Senoaji, W & Labbang, A. 2011. Peluang Kejadian Penyakit Tungro pada Perubahan Iklim: Kajian Pengaruh Peningkatan Suhu terhadap Perkembangan Serangga Vektor wereng hijau Nephotettix virescent (Distant). Prosiding Seminar Nasional Penyakit Tungro 2011.
  • 26. JURNAL TERKAIT : 3. Muis, A. 2011. Status Penyakit Tungro Selama Lima Tahun Terakhir di Parigi Moutong Sulawesi Tengah. Prosiding Seminar Nasional Penyakit Tungro 2011 4. Hamid, A & Nirwanto. 2009. Korelasi Penyakit Virus Tungro dengan Berbagai Jenis Wereng pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di Jawa Timur. Jurnal Pertanian Mapeta Vol 12 No 1 Desember 2009 : 1-10. 5. Ladja, T. F et al. 2011. Strategi Pengendalian Tungro Berdasarkan Kultur Teknis. Prosiding Seminar Nasional Penyakit Tungro 2011
  • 27. Jurnal I : Widiarta, I. N (2005) • Tulisan ini merupakan rangkuman hasil-hasil penelitian tentang dinamika populasi wereng hijau, vektor penyakit tungro, dan implikasinya dalam pengendalian penyakit tungro.
  • 28. ABSTRAK Penyakit tungro pada padi disebabkan oleh kompleks virus berbentuk batang dan bulat dan ditularkan oleh wereng hijau terutama Nephotettix virescens. Penularan penyakit bersifat semipersisten dengan periode pemerolehan dan penularan virus oleh vektor yang sangat singkat. Penyakit ini merupakan salah satu kendala dalam menciptakan stabilitas produksi padi karena bersifat endemis di sentra produksi padi nasional Jawa dan Bali. Fluktuasi kepadatanpopulasi vektor mempengaruhi keberadaan penyakit. Kepadatan populasi wereng hijau umumnya rendah (kurang dari 1 ekor imago/rumpun) dan hanya meningkat sekali selama satu periode pertanaman padi, terutama pada pola tanam tidak serempak. Pemencaran imago mempengaruhi dinamika populasi wereng hijau. Oleh karena itu, upaya menekan proporsi vektor infektif merupakan alternatif strategi dalam menghambat penyebaran penyakit tungro dan mengimbangi kemampuan pemencaran imago. Berdasarkan strategi tersebut pengendalian terpadu penyakit tungro disusun dengan mengintegrasikan taktik pengendalian yang dapat menekan aktivitas pemencaran imago wereng hijau dan mengurangi kemampuan dalam memperoleh maupun menularkan virus. Taktik pengendaliandianjurkan diintegrasikan bertahap sesuai dengan tahapan stadia pertumbuhan padi. Kata kunci: Nephotettix virescens, dinamika populasi, strategi pengendalian
  • 29. • Menurut Suzuki et al. (1992), fluktuasi kepadatan populasi vektor sangat mempengaruhi keberadaan tanaman terinfeksi penyakit tungro bila sumber inokulum virus sudah ada di lapang (Gambar 1). • Persentase tanaman terinfeksi tungro yang tinggi musim hujan (Desember-April) bertepatan dengan kepadatan populasi wereng hijau yang tinggi periode yang sama. • Musim kemarau (Mei - November), persentase tanaman terinfeksi tungro yang rendah bertepatan dengan kepadatan populasi wereng hijau yang lebih rendah daripada musim hujan.
  • 30.
  • 31. • Kepadatan populasi N. virescens pada pola tanam tidak serempak di daerah tropis di Indonesia hanya 1/10 dari kepadatan populasi N. cincticeps di daerah empat musim di Jepang (Gambar 2), meskipun di laboratorium keduanya memiliki potensi reproduksi yang tidak jauh berbeda (Valle et al. 1986; Widiarta et al. 1992). • Kepadatan populasi N. cincticeps pada padi sawah meningkat terus dari saat invasi (G0) ke tanaman yang baru ditanam sampai tanaman menjelang dipanen selama dua generasi G1 dan G2 berturut-turut.
  • 32.
  • 33. • Pola pertumbuhan kepadatan populasi wereng hijau antarpola tanam sangat berbeda (Aryawan et al. 1993). • Pada pola tanam serempak, kepadatan populasi cenderung meningkat terus dari generasi G0 (generasi imigran) sampai generasi G2 (generasi ke-2 setelah imigran), baik pada musim hujan maupun musim kemarau • Pada pola tanam tidak serempak,kepadatan populasi hanya meningkat dari G0 ke G1 (generasi ke-1 setelah imigran) (Gambar 3).
  • 34.
  • 35.
  • 36. Kesimpulan • Tungro penyakit tanaman padi disebabkan oleh virus dan paling efektif ditularkan oleh N. virescens.Kepadatan populasi N. virescens umumnya rendah, dan hanya meningkat selama tanaman pada stadia vegetatif. • Dinamika populasi N. Virescens dipengaruhi oleh kebiasaan pemencaran imago • Strategi pengendalian penyakit tungro berdasarkan karakter dinamika populasi wereng hijau
  • 37. Jurnal II : Senoaji, W & Labbang, A. 2011 ABSTRAK Perubahan Iklim merupakan fenomena alam yang mempengaruhi kehidupan makhluk hidup di bumi. Peningkatan konsentrasi gas CO2 di udara, dikenal dengan efek rumah kaca, berdampak terhadap peningkatan suhu (pemanasan global). Fenomena alam ini mempengaruhi pertumbuhan serangga, termasuk serangga hama wereng hijau Nephotettix virescens (Distant) yang berperan sebagai vektor penyakit tungro pada tanaman padi. Kajian terhadap pola perubahan suhu dalam satu dekade terakhir (2001-2010) di Stasiun Klimatologi KP Loka Penelitian Tungro Lanrang bertujuan untuk melihat perkembangan serangga vektor wereng hijau Nephotettix virescens (Distant). Terdapat kecenderungan kenaikan suhu rata-rata 0,4°C, suhu maksimum 0,3°C, dan suhu minimum 1,0°C. Dengan kenaikan suhu tersebut, serangga N. Virescens mengalami percepatan pertumbuhan 1-4 hari per generasi. Kata kunci: suhu, Nephotettix virescens, pertumbuhan serangga
  • 38.
  • 39.
  • 40.
  • 41. Kesimpulan Perubahan iklim ditunjukkan oleh peningkatan suhu harian rata-rata, suhu maksimum, dan suhu minimum pada dekade terakhir, masing- masing sebesar 0,4°C; 0,3°C; 1,0°C. Meskipun peningkatan suhu dalam kisaran yang sempit, tetapi tetap berpengaruh terhadap perkembangan serangga vektor N. virescens dan perkembangan penyakit tungro sebagai berikut: 1. Serangga vektor N. virescens mengalami percepatan pertumbuhan sebesar 1-4 hari per generasinya, hingga ada penambahan satu generasi pertahun. 2. Peluang terjadinya serangan dan penyebaran penyakit tungro semakin meningkat. 3. Komponen teknologi adaptasi yang efektif dapat dimanfaatkan dan dikembangkan adalah merakit varietas tahan, didukung dengan konservasi dan pengelolaan ekosistem.
  • 42. Jurnal III. Muis, A. 2011. ABSTRAK Kabupaten Parigi Moutong adalah salah satu daerah penghasil beras terbesar di Sulawesi Tengah selain kabupaten Banggai, Toli-Toli, Donggala, dan Sigi. Sebagian besar petani di Parigi Moutong melakukan panen padi sebanyak dua kali setiap tahun. Namun kendala yang sering dihadapi petani adalah menurunnya hasil panen akibat serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), salah satu di antaranya adalah penyakit tungro. Data tentang populasi wereng hijau selama lima tahun terakhir (2006-2010) menunjukkan bahwa populasi tertinggi terjadi pada bulan Mei dan Oktober, sedangkan serangan tungro terberat terjadi di tiga kecamatan yakni Tinombo Selatan, Toribulu, dan Parigi Selatan dimana serangan tungro bisa mencapai 100% terutama pada varietas rentan. Varietas unggul barupun yang dicobakan tidak luput dari serangan penyakit tungro pada ketiga kecamatan tersebut sehingga dibutuhkan varietas yang benar-benar menunjukkan ketahanan yang tinggi terhadap penyakit tungro untuk ditanam di Parigi Moutong selain menertibkan waktu tanam yang cenderung masih tidak serempak. Kata kunci: penyakit tungro, varietas tahan.
  • 43.
  • 44. Kesimpulan : • Rata-rata populasi wereng hijau selama lima tahun terakhir tertinggi terjadi pada bulan Mei dan Oktober, sedangkan serangan tungro terberat terjadi di tiga kecamatan yakni Tinombo Selatan, Toribulu, dan Parigi Selatan dimana serangan tungro bisa mencapai 100 persen terutama pada varietas rentan seperti Inpari 1 dan Inpari 8. • Upaya pengendalian terhadap penyakit tungro pada daerah endemik seperti Parigi Moutong adalah dengan menanam varietas tahan. Varietas unggul baru yang menunjukkan harapan untuk dikembangkan adalah Inpari 10 dan Inpari 13, dimana persentase serangan tungro pada kedua varietas tersebut rendah yakni hanya berkisar 10 persen. Selain itu wktu tanam yang tepat dan serempak harus dilakukan dalam usaha memperkecil terjadinya serangan tungro.
  • 45. Jurnal IV. Hamid, A & Nirwanto. 2009. • Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan Model Epidemi Penyakit Virus Tungro pada tanaman padi di beberapa kabupaten di Jawa Timur.
  • 46.
  • 47. Fluktuasi populasi Wereng hijau pada musim kemarau 1998 sampai 2000 cenderung naik demikian juga pada 2004 sampai 2007 dan musim penghujan 2006/2007 sampai 2007/2008 menunjukkan hal yang sama, namun pada musim hujan 1998/1999 sampai 2000/2001 populasi Wereng hijau cenderung turun. Dinamika populasi Wereng hijau dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.
  • 48. • Populasi Wereng hijau pada musim hujan lebih tinggi dari pada musim kemarau, namun luas serangan virus tungro pada musim hujan lebih rendah dari pada musim kemarau, terlihat pada Gambar 7 dan 8.
  • 49. • Wereng coklat dan • Wrereng hijau maka populasi Wereng hijau cenderung lebih rendah dari pada populasi Wereng coklat yang dapat dilihat pada Gambar 9 dan 10. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di IRRI (International Rice Research Institute)
  • 50. Kesimpulan • Dari hasil penelitian diatas didapat model regresi linier dengan kesimpulan sebagai berikut: Model regresi linier adalah Y= 641.659 + 1.925 (Curah hujan) + 17.815 (Werenghijau) + 30.014 (Wereng coklat) + 60.493 (Wereng zigzag) – 59.444 (Labalaba)– 122.425 (Hari hujan) (R² =0.988).
  • 51. • Model ini dapat diterapkan untuk menjelaskan hubungan nyata antara faktor cuaca yaitu curah hujan dan hari hujan, faktor lingkungan yaitu serangga vektor dan serangga kompetitor dengan luas serangan penyakit virus tungro pada tanaman padi.
  • 52. PENUTUP : 1. Tungro adalah penyakit yang penting bagi tanaman padi yang vektornya wereng hijau 2. Tungro dapat dikendalikan dengan kultur teknis 3. Tungro dan wereng hijau berhubungan erat dengan faktor iklim