2. Pengertian
Tungro merupakan salah satu penyakit penting padi
di Asia tropis yang bersifat endemis dan hingga saat ini
masih menjadi pembatas bagi stabilitas produksi padi.
Tungro disebabkan oleh interaksi antara dua virus yang
berbeda, yaitu Rice tungro bachiliform virus (RTBV) dan
Rice tungro spherical virus (RTSV) yang keduanya efektif
ditularkan oleh wereng hijau sebagai vektor utamanya,
Nephottetix virescens (Cruz et al. 2003).
3. Latar Belakang
• Sebelum tahun 1969, penyakit tungro merupakan
penyakit yang belum berbahaya, tetapi dalam
jangka waktu 30 tahun terakhir ini penyakit
tersebut merupakan salah satu OPT penting. Pada
saat ini penyakit tungro masih timbul endemis di
beberapa provinsi terutama Bali, Nusa Tenggara
Barat, Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah
dan Kalimantan Selatan.
4. • Gejala tanaman yang terserang tungro :
– Tanaman kerdil
– Daun mengalami klorosis (berubah warna dari hijau
menjadi warna lain)
– Tanaman yang terinfeksi :
• Pembungaan terhambat
• Jumlah biji yang dihasilkan lebih sedikit
• Penurunan hasil produksi
5. Penular penyakit (vektor)
• Serangga penular virus tungro terutama :
– wereng hijau (Nephotettix virescens Distant), N.
nigropictus (Stal), N. malayanus dan N. parvus).
Wereng loreng Recilia dorsalis (Motsch) dapat
juga sebagai penular virus tungro, namun kurang
efisien.
Serangga penular penyakit tungro N. virescens (kiri), N. nigropictus (tengah), R. dorsalis
(kanan)
Sumber : Balitpa LPPM LP3 - Bogor
6.
7.
8.
9.
10. • Wereng sangat betah hidup di daerah lembab dan
bersuhu sekitar 20-30 derajat celcius
• Mempunyai siklus hidup antara 3-4 minggu yang di
mulai dari telur (selama 7-10 hari) ,Nimfa(8-17 hari)
,dan imago (18-28 hari)
• Serangga wereng dewasa berukuran panjang 0,1-0,4
cm .Wereng dewasa bersayap panjang dapat menyebar
sampai beratus kilometer.
11. • Wereng penyerang daun padi: wereng padi
hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep).
Merusak dengan cara mengisap cairan daun.
Gejala: di tempat bekas hisapan akan tumbuh
cendawan jelaga, daun tanaman kering dan
mati. Tanaman ada yang menjadi kerdil,
bagian pucuk berwarna kuning hingga kuning
kecoklatan. Malai yang dihasilkan kecil
12.
13.
14. Siklus penularan penyakit tungro
Serangga penular penyakit virus tungro
menularkan penyakit tersebut secara non
persisten. Masa inkubasi dalam tanaman 6 –
9 hari. Serangga menularkan virus segera
dalam waktu 2 jam setelah memperoleh
virus dan mempertahankan dalam tubuhnya
+/- 5 hari. Setelah masa itu, serangga
menjadi tidak infektif lagi. Kembali infektif
setelah menghisap tanaman sakit. Nimfa
wereng hijau dapat menularkan virus,
tetapi infektif setelah ganti kulit. Virus tak
dapat ditularkan melalui telur serangga
maupun melalui biji, tanah, air dan secara
mekanis (pergesekan antara bagian
tanaman sakit dengan yang sehat).
15. STRATEGI PENGENDALIAN
Pengendalian tungro harus dilakukan secara
komprehensif dengan memperhatikan berbagai
aspek seperti penyebaran virus tungro, fluktuasi
populasi wereng hijau, perubahan kondisi
lingkungan dan sosial ekonomi petani.
16. Komponen pengendalian
penyakit tungro :
A. Pra Tanam
– Pemilihan waktu tanam
– Tanam Serempak
– Penggunaan varietas tahan
– Pergiliran varietas
– Eradikasi sumber inokulum
17. Komponen pengendalian
penyakit tungro :
B. Pesemaian
– Monitoring ancaman di pesemaian
– Penggunaan antifi dan penghambat vektor
memperoleh virus (insektisida anorganik)
18. Komponen pengendalian
penyakit tungro :
C. Stadia Vegetatif
– Tanam jajar legowo
• Penanaman dengan cara jajar legowo dua baris atau empat
baris dapat menekan pemencaran wereng hijau. Keberadaan
tungro pada jajar legowo 4 lebih rendah dari pada jajar
legowo 2.
– Monitoring ancaman saat tanaman muda
– Eradikasi sumber inokulum
19. Komponen pengendalian
penyakit tungro :
C. Stadia Vegetatif (2)
– Pengaturan ketersediaan air :
• Ketersediaan air di pertanaman mempengaruhi kondisi
agroekosistem pertanaman terutama suhu dan
kelembaban. Kondisi air sawah kapasitas lapang, sawah
kering dapat memicu penyakit tungro dan wereng
hijau.
20. Komponen pengendalian
penyakit tungro :
C. Stadia Vegetatif (3)
– Perbaikan pola tanam
• Menanam palawija diantara musim tanam padi atau tanam
palawija di pematang sebagai tempat berlindung musuh alami.
– Konservasi musuh alami
• Predator merupakan serangga yang memangsa serangga lain,
antara lain : Laba-laba Serigala (Lycosa pseudoanulata), Laba-laba
Bermata Jalang (Oxyopes javanus), Laba-laba Berahang Empat
(Tetragnatha spp.), Kepik Permukaan Air (Microvellia douglasi
atrolineata), Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes), Kumbang
Karabid (Ophionea nigrofasciata), Kinjeng Dom (Agriocnemis spp.),
Belalang Bertanduk Panjang (Conocephalus longipennis), Kumbang
Koksinelid (Synharmonia octomaculata).
• Spesies serangga merupakan parasit instar-instar tertentu dari
wereng hijau. Misalnya : Anagrus flaveolus, A. optabilis, Mymar
tabronicum, Polynema sp., gonatocerus sp., Octonus orientalis
(Mymaridae) parasitoid telur, Japonica andoi, Paracentrobia
yasumatsui, P. garuda, (Trichogrammatidae).
21. Komponen pengendalian
penyakit tungro :
C. Stadia Vegetatif (4)
– Patogen dan insektisida nabati
• Penggunaan cendawan entomopatogen juga banyak
digunakan untuk mengendalikan wereng hijau.
• Cendawan patogen pengendalian tungro dengan
insektisida nabati seperti Sambilata, Mimba, dan
patogen serangga seperti Metharizium sp dan
Beauveria bassiana
– Penggunaan insektisida
(Ladja, T. F et al. 2011.)
22. Suhu udara vs Tungro dan wereng hijau
Transmisi virus meningkat mulai suhu 10o – 30oC dan akan menurun
mulai 31o - 38oC.
Perkembangan wereng hijau akan meningkat apabila suhu menurun
dari 34o ke 13oC
Kekurangan air hujan dapat menyebabkan nimfa wereng coklat,
wereng hijau, dan wereng punggung putih hidupnya merana
Hujan yang lebat (banjir) dapat membersihkan nimfa dari tanaman
Secara umum serangan WBC lebih dominan terjadi pada musim hujan,
sedangkan pada musim kemarau serangannya terjadi di daerah-daerah yang
curah hujannya tinggi
Curah hujan vs Wereng
BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Hubungan dengan unsur iklim :
23. • Penyakit tungro disebabkan oleh wereng hijau
(Nephotettix virescens)sebagai vektor (penular)
utamanya. Menyerang pada fase pertumbuhan
vegetatif dan menyebabkan tanaman tumbuh
kerdil dan berkurangnya jumlah anakan.
• Penanaman varietas padi yang peka, dan
pertanaman yang tidak serentak serta faktor
lingkungan terutama musim hujan dan
kelembaban yang tinggi juga menguntungkan
bagi perkembangan wereng hijau.
24. Hubungan tidak langsung curah hujan dengan serangan tungro di
Kalimantan Selatan
Curah hujan vs Tungro
Log Yma = 0,445 + 0,0358 Yjj + 0,000000025 X2
on
Yma = Luas serangan Maret + April tahun tanam yang akan datang
Yjj = Luas serangan Juni-Juli tahun ini
Xon = Rata-rata curah hujan Oktober-Nopember tahun ini.
Peramalan intensitas serangan Tungro pada pola tanam serempak
Log (Y+1,02) = 0,19 √ X1 + 0,44 (X2+0,1)2 – 1,97
Y = Ramalan intensitas serangan tungro pada dekade berikutnya.
X1 = Curah hujan pada satu dekade terakhir (mm) pada awal musim, dengan kisaran 0 < X1
≤ 100 mm.
X2 = Populasi wereng hijau (Nephotetix virescens) per 25 ayunan tunggal dengan jaring
(sweeping) pada awal musim, dengan kisaran 0 ≤ X2 ≤ 2 ekor.
BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
25. JURNAL TERKAIT :
1. Widiarta, I. N. 2005. Wereng Hijau (Nephotettix
virescens Distant):Dinamika Populasi dan
Strategi Pengendaliannya sebagai Vektor
Penyakit Tungro. Jurnal Litbang Pertanian 24(3).
2005.
2. Senoaji, W & Labbang, A. 2011. Peluang
Kejadian Penyakit Tungro pada Perubahan Iklim:
Kajian Pengaruh Peningkatan Suhu terhadap
Perkembangan Serangga Vektor wereng hijau
Nephotettix virescent (Distant). Prosiding
Seminar Nasional Penyakit Tungro 2011.
26. JURNAL TERKAIT :
3. Muis, A. 2011. Status Penyakit Tungro Selama Lima
Tahun Terakhir di Parigi Moutong Sulawesi Tengah.
Prosiding Seminar Nasional Penyakit Tungro 2011
4. Hamid, A & Nirwanto. 2009. Korelasi Penyakit Virus
Tungro dengan Berbagai Jenis Wereng pada Tanaman
Padi (Oryza sativa) di Jawa Timur. Jurnal Pertanian
Mapeta Vol 12 No 1 Desember 2009 : 1-10.
5. Ladja, T. F et al. 2011. Strategi Pengendalian Tungro
Berdasarkan Kultur Teknis. Prosiding Seminar Nasional
Penyakit Tungro 2011
27. Jurnal I : Widiarta, I. N (2005)
• Tulisan ini merupakan rangkuman hasil-hasil
penelitian tentang dinamika populasi wereng
hijau, vektor penyakit tungro, dan implikasinya
dalam pengendalian penyakit tungro.
28. ABSTRAK
Penyakit tungro pada padi disebabkan oleh kompleks virus berbentuk batang dan bulat dan
ditularkan oleh wereng hijau terutama Nephotettix virescens. Penularan penyakit bersifat
semipersisten dengan periode pemerolehan dan penularan virus oleh vektor yang sangat singkat.
Penyakit ini merupakan salah satu kendala dalam menciptakan stabilitas produksi padi karena
bersifat endemis di sentra produksi padi nasional Jawa dan Bali. Fluktuasi kepadatanpopulasi
vektor mempengaruhi keberadaan penyakit. Kepadatan populasi wereng hijau umumnya rendah
(kurang dari 1 ekor imago/rumpun) dan hanya meningkat sekali selama satu periode pertanaman
padi, terutama pada pola tanam tidak serempak. Pemencaran imago mempengaruhi dinamika
populasi wereng hijau. Oleh karena itu, upaya menekan proporsi vektor infektif merupakan
alternatif strategi dalam menghambat penyebaran penyakit tungro dan mengimbangi
kemampuan pemencaran imago. Berdasarkan strategi tersebut pengendalian terpadu penyakit
tungro disusun dengan mengintegrasikan taktik pengendalian yang dapat menekan aktivitas
pemencaran imago wereng hijau dan mengurangi kemampuan dalam memperoleh maupun
menularkan virus. Taktik pengendaliandianjurkan diintegrasikan bertahap sesuai dengan tahapan
stadia pertumbuhan padi.
Kata kunci: Nephotettix virescens, dinamika populasi, strategi pengendalian
29. • Menurut Suzuki et al. (1992), fluktuasi kepadatan populasi vektor
sangat mempengaruhi keberadaan tanaman terinfeksi penyakit
tungro bila sumber inokulum virus sudah ada di lapang (Gambar
1).
• Persentase tanaman terinfeksi tungro yang tinggi musim hujan
(Desember-April) bertepatan dengan kepadatan populasi wereng
hijau yang tinggi periode yang sama.
• Musim kemarau (Mei - November), persentase tanaman terinfeksi
tungro yang rendah bertepatan dengan kepadatan populasi
wereng hijau yang lebih rendah daripada musim hujan.
30.
31. • Kepadatan populasi N. virescens pada pola tanam tidak
serempak di daerah tropis di Indonesia hanya 1/10 dari
kepadatan populasi N. cincticeps di daerah empat
musim di Jepang (Gambar 2), meskipun di
laboratorium keduanya memiliki potensi reproduksi
yang tidak jauh berbeda (Valle et al. 1986; Widiarta et
al. 1992).
• Kepadatan populasi N. cincticeps pada padi sawah
meningkat terus dari saat invasi (G0) ke tanaman yang
baru ditanam sampai tanaman menjelang dipanen
selama dua generasi G1 dan G2 berturut-turut.
32.
33. • Pola pertumbuhan kepadatan populasi wereng
hijau antarpola tanam sangat berbeda (Aryawan
et al. 1993).
• Pada pola tanam serempak, kepadatan populasi
cenderung meningkat terus dari generasi G0
(generasi imigran) sampai generasi G2 (generasi
ke-2 setelah imigran), baik pada musim hujan
maupun musim kemarau
• Pada pola tanam tidak serempak,kepadatan
populasi hanya meningkat dari G0 ke G1
(generasi ke-1 setelah imigran) (Gambar 3).
34.
35.
36. Kesimpulan
• Tungro penyakit tanaman padi disebabkan oleh
virus dan paling efektif ditularkan oleh N.
virescens.Kepadatan populasi N. virescens
umumnya rendah, dan hanya meningkat selama
tanaman pada stadia vegetatif.
• Dinamika populasi N. Virescens dipengaruhi oleh
kebiasaan pemencaran imago
• Strategi pengendalian penyakit tungro
berdasarkan karakter dinamika populasi wereng
hijau
37. Jurnal II : Senoaji, W & Labbang, A.
2011
ABSTRAK
Perubahan Iklim merupakan fenomena alam yang mempengaruhi kehidupan
makhluk hidup di bumi. Peningkatan konsentrasi gas CO2 di udara, dikenal
dengan efek rumah kaca, berdampak terhadap peningkatan suhu (pemanasan
global). Fenomena alam ini mempengaruhi pertumbuhan serangga, termasuk
serangga hama wereng hijau Nephotettix virescens (Distant) yang berperan
sebagai vektor penyakit tungro pada tanaman padi. Kajian terhadap pola
perubahan suhu dalam satu dekade terakhir (2001-2010) di Stasiun
Klimatologi KP Loka Penelitian Tungro Lanrang bertujuan untuk melihat
perkembangan serangga vektor wereng hijau Nephotettix virescens (Distant).
Terdapat kecenderungan kenaikan suhu rata-rata 0,4°C, suhu maksimum
0,3°C, dan suhu minimum 1,0°C. Dengan kenaikan suhu tersebut, serangga N.
Virescens mengalami percepatan pertumbuhan 1-4 hari per generasi.
Kata kunci: suhu, Nephotettix virescens, pertumbuhan serangga
38.
39.
40.
41. Kesimpulan
Perubahan iklim ditunjukkan oleh peningkatan suhu harian rata-rata,
suhu maksimum, dan suhu minimum pada dekade terakhir, masing-
masing sebesar 0,4°C; 0,3°C; 1,0°C. Meskipun peningkatan suhu dalam
kisaran yang sempit, tetapi tetap berpengaruh terhadap
perkembangan serangga vektor N. virescens dan perkembangan
penyakit tungro sebagai berikut:
1. Serangga vektor N. virescens mengalami percepatan pertumbuhan
sebesar 1-4 hari per generasinya, hingga ada penambahan satu
generasi pertahun.
2. Peluang terjadinya serangan dan penyebaran penyakit tungro
semakin meningkat.
3. Komponen teknologi adaptasi yang efektif dapat dimanfaatkan
dan dikembangkan adalah merakit varietas tahan, didukung
dengan konservasi dan pengelolaan ekosistem.
42. Jurnal III. Muis, A. 2011.
ABSTRAK
Kabupaten Parigi Moutong adalah salah satu daerah penghasil beras terbesar
di Sulawesi Tengah selain kabupaten Banggai, Toli-Toli, Donggala, dan Sigi.
Sebagian besar petani di Parigi Moutong melakukan panen padi sebanyak dua
kali setiap tahun. Namun kendala yang sering dihadapi petani adalah
menurunnya hasil panen akibat serangan organisme pengganggu tanaman
(OPT), salah satu di antaranya adalah penyakit tungro. Data tentang populasi
wereng hijau selama lima tahun terakhir (2006-2010) menunjukkan bahwa
populasi tertinggi terjadi pada bulan Mei dan Oktober, sedangkan serangan
tungro terberat terjadi di tiga kecamatan yakni Tinombo Selatan, Toribulu,
dan Parigi Selatan dimana serangan tungro bisa mencapai 100% terutama
pada varietas rentan. Varietas unggul barupun yang dicobakan tidak luput
dari serangan penyakit tungro pada ketiga kecamatan tersebut sehingga
dibutuhkan varietas yang benar-benar menunjukkan ketahanan yang tinggi
terhadap penyakit tungro untuk ditanam di Parigi Moutong selain
menertibkan waktu tanam yang cenderung masih tidak serempak.
Kata kunci: penyakit tungro, varietas tahan.
43.
44. Kesimpulan :
• Rata-rata populasi wereng hijau selama lima tahun terakhir
tertinggi terjadi pada bulan Mei dan Oktober, sedangkan serangan
tungro terberat terjadi di tiga kecamatan yakni Tinombo Selatan,
Toribulu, dan Parigi Selatan dimana serangan tungro bisa mencapai
100 persen terutama pada varietas rentan seperti Inpari 1 dan
Inpari 8.
• Upaya pengendalian terhadap penyakit tungro pada daerah
endemik seperti Parigi Moutong adalah dengan menanam varietas
tahan. Varietas unggul baru yang menunjukkan harapan untuk
dikembangkan adalah Inpari 10 dan Inpari 13, dimana persentase
serangan tungro pada kedua varietas tersebut rendah yakni hanya
berkisar 10 persen. Selain itu wktu tanam yang tepat dan serempak
harus dilakukan dalam usaha memperkecil terjadinya serangan
tungro.
45. Jurnal IV. Hamid, A & Nirwanto. 2009.
• Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan
Model Epidemi Penyakit Virus Tungro pada
tanaman padi di beberapa kabupaten di Jawa
Timur.
46.
47. Fluktuasi populasi Wereng
hijau pada musim kemarau
1998 sampai 2000 cenderung
naik demikian juga pada 2004
sampai 2007 dan musim
penghujan 2006/2007 sampai
2007/2008 menunjukkan hal
yang sama, namun pada
musim hujan 1998/1999
sampai 2000/2001 populasi
Wereng hijau cenderung
turun. Dinamika populasi
Wereng hijau dapat dilihat
pada Gambar 3 dan 4.
48. • Populasi Wereng
hijau pada musim
hujan lebih tinggi
dari pada musim
kemarau, namun
luas serangan virus
tungro pada musim
hujan lebih rendah
dari pada musim
kemarau, terlihat
pada Gambar 7 dan
8.
49. • Wereng coklat dan
• Wrereng hijau maka
populasi Wereng hijau
cenderung lebih
rendah dari pada
populasi Wereng coklat
yang dapat dilihat pada
Gambar 9 dan 10. Hal
ini sesuai dengan hasil
penelitian di IRRI
(International Rice
Research Institute)
50. Kesimpulan
• Dari hasil penelitian diatas didapat model
regresi linier dengan kesimpulan sebagai
berikut: Model regresi linier adalah
Y= 641.659 + 1.925 (Curah hujan) + 17.815
(Werenghijau) + 30.014 (Wereng coklat) +
60.493 (Wereng zigzag) – 59.444 (Labalaba)–
122.425 (Hari hujan) (R² =0.988).
51. • Model ini dapat diterapkan untuk menjelaskan
hubungan nyata antara faktor cuaca yaitu
curah hujan dan hari hujan, faktor lingkungan
yaitu serangga vektor dan serangga
kompetitor dengan luas serangan penyakit
virus tungro pada tanaman padi.
52. PENUTUP :
1. Tungro adalah penyakit yang penting bagi
tanaman padi yang vektornya wereng hijau
2. Tungro dapat dikendalikan dengan kultur
teknis
3. Tungro dan wereng hijau berhubungan erat
dengan faktor iklim