Perubahan iklim natural mengacu pada perubahan iklim yang terjadi secara alami, seperti melalui variasi siklus matahari, erupsi gunung berapi dan pergeseran lempeng tektonik
2. outline
1. PENDAHULUAN
• DEFINISI PERUBAHAN IKLIM NATURAL
• FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN IKLIM NATURAL
2. AKIBAT YANG DITIMBULKAN DARI PERUBAHAN
IKLIM NATURAL
3. BUKTI PERUBAHAN IKLIM NATURAL
(STUDI KASUS REVIEW JURNAL)
3. Suatu proses-proses perubahan yang dinamis secara alamiah akibat
tenaga endogen maupun eksogen bumi, dimana proses perubahan itu
diantaranya oleh adanya perubahan morfologi permukaan bumi,
perubahan letak lempeng-lempeng benua (geologi) maupun pengaruh
dari luar bumi (astronomi) sehingga menyebabkan adanya perubahan
iklim di permukaan bumi.
EXTERNAL
FORCING
INTERNAL FORCING
CLIMATE
VARIABILITY /
CLIMATE
CHANGE
Muncul pertanyaan-pertanyaan :
1. Bagaimanakah perubahan iklim natural terjadi ?
2. Apa penyebab perubahan tersebut dan bagaimana proses terjadinya ?
3. Bagaimana membuktikan adanya perubahan tersebut ?
6. Matahari sebagai sumber utama energi input ke bumi, baik dalam jangka
panjang maupun pendek external forcing akan mempengaruhi iklim global.
Pemanasan suhu bumi adalah respon dari kenaikan radiasi matahari
ataupun sebaliknya, variasi harian menimbulkan pendinginan di malam hari
dan pemanasan di siang hari, dan perbedaan INSOLASI matahari
menimbulkan pola musim dingin dan musim panas (Jhon et al. 1982).
1. Jarak matahari (R) : perubahan jarak bumi dan matahari menimbulkan
variasi terhadap penerimaan energi matahari.
2. Sudut deklinasi matahari (s) : tempat kedudukan titik-titik lokasi matahari
dilihat dari equator bumi.
3. Panjang hari (dayligth) : lamanya waktu antara matahari terbit dan
terbenam.
4. Konstanta matahari S (W m-2) : fluks pada permukaan yang tegaklurus
terhadap arah datangnya radiasi di puncak atmosfer.
5. Pengaruh atmosfer : sinar yang melalui atmosfer sebagian akan diabsorpsi
oleh gas-gas, partikel dan uap air, dipantulkan kembali, dipancarkan dan
sisanya diteruskan ke permukaan bumi.
PENGARUH EXTERNAL FORCING BUMI :
VARIABILITAS RADIASI MATAHARI DAN ORBIT BUMI
7. Variasi sudut deklinasi matahari sepanjang
tahun, dimana pada bulan Juni tepatnya
tanggal 22 Juni 2015 posisi matahari
berada di 23.45o LU dan pada tanggal 22
Desember 2015 berada di 23.45o LS. Posisi
matahari di ekuator terjadi dua kali dalam
setahun yaitu tanggal 23 Maret 2015 dan
21 September 2015. Variasi posisi matahari
dalam setahun akan berdampak pada
perubahan musim.
-30
-20
-10
0
10
20
30
J F M A M J J A S O N D
s
(derajat)
Bulan
δs = sudut deklinasi matahari
LU
LS
Ekuator
1260
1280
1300
1320
1340
1360
1380
1400
1420
1440
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
J F M A M J J A S O N D
Konstanta
Matahari
(W/m
2
)
Jarak
Matahari
-
Bumi
(Gm)
Tanggal
R (Gm) S (W/m2)
Pada tahun 2015 jarak terdekat bumi-
matahari (perihelion) jatuh pada
tanggal 3 Januari 2015 dengan jarak
146,96 Gm (S sebesar 1414,54 W/m2)
sedangkan titik terjauh (aphelion) akan
terjadi pada tanggal 5 Juli 2015 dengan
jarak 151,95 Gm (S sebesar 1323,13
W/m2) dengan S rata-rata sebesar
1368,36 W/m2.
9. • Matahari selalu bergejolak (kadang menguat dan
kadang melemah) dengan berbagai variasi secara
periodik (siklus aktivitas matahari yang memiliki
periodisitas yang bervariasi).
• Siklus aktivitas matahari : sunspot (bintik matahari),
flare (ledakan di perm. matahari), fluks radiasi
matahari, polaritas sunspot, kemunculan daerah aktif
dan netrino.
• Salah satu bentuk aktivitas matahari berupa bintik
matahari (sunspot) dengan periode siklus 11 tahun.
Terdapat hubungan antara kenaikan suhu global
dengan siklus matahari 11 tahunan dimana dalam
periode waktu yang panjang peningkatan radiasi
matahari total akan diikuti oleh kenaikan suhu global.
VARIABILITAS RADIASI MATAHARI
11. • Variasi aktivitas matahari (pancaran radiasi matahari)
memiliki aktivitas minimum dan maksimum sekitar
0,1% - 0,5%. Variasi terbesar terjadi pada pancaran
gelombang pendek (sinar X dan UV) dan gelombang
panjang (IR dan radio), namun cahaya tampak hanya
sedikit sekali pengaruhnya.
• Pengaruh yang sangat terasa pada perubahan iklim
natural adalah dari pancaran radiasi matahari terhadap
respon suhu udara permukaan global bumi oleh
aktivitas matahari.
• Pengaruh terbesar terjadi di daratan ekuator
(perubahan radiasi 1 W/m2 merespon perubahan suhu
sekitar 0,06 oC).
VARIABILITAS RADIASI MATAHARI
13. TEORI ORBITAL
Pada tahun 1940, seorang ahli Astronomi
Milutin Milankovitch mengemukakan teori
tentang perubahan posisi bumi mengitari
matahari pada periode-periode tertentu
yang disebut Siklus Milankovitch.
Dalam teorinya Milankovitch menjelaskan
terdapat tiga perubahan posisi bumi
mengitari matahari dan menentukan
besarnya radiasi yang diterima bumi yaitu :
1. eksentrisitas orbit bumi (eccentricity)
dengan kurun waktu 100.000 tahun,
2. kemiringan sumbu bumi (obliquity)
dengan kurun waktu 41.000 tahun,
3. presisi sumbu rotasi bumi (precession)
dengan kurun waktu 23.000 tahun
14. SKEMA PERUBAHAN ORBIT BUMI
(SIKLUS MILANKOVITCH YANG MEMICU SIKLUS ZAMAN ES)
E : perubahan orbit akibat sumbu minor elips (eccentricity), T : perubahan pada kemiringan
sumbu bumi (obliquity), dan P : perubahan dalam arah kemiringan sumbu pada titik orbit
tertentu (precession) Sumber : Rahmstorf dan Schellnhuber (2006).
15. Perubahan bentuk dari orbit imajiner bumi yang mengelilingi
matahari. Tentu bentuk orbit itu tidak bulat, tetapi memiliki nilai
eksentrisitas, sehingga bentuknya menjadi sedikit elips dan tidak
bulat sempurna. Nilai eksentrisitas suatu orbit berada diantara 0
(bulat sempurna) hingga 1 (parabola yang tidak memiliki ujung).
• Saat ini nilai eksentrisitas bumi adalah 0,0167, sementara ribuan
tahun yang lalu nilainya 0.0034 hingga 0.058. Nilai eksentrisitas itu
akan terus berubah membentuk suatu siklus yang bervariasi dalam
413.000 tahun.
• Akibat dari bentuk orbit bumi yang seperti itu, muncul istilah
perihelion dan aphelion. Saat matahari berada dalam titik atau jarak
terdekat dengan bumi disebut perihelion, dimana bumi menerima
radiasi paling tinggi dari matahari sehingga suhu menjadi lebih panas.
Untuk titik terjauhnya disebut aphelion, dimana bumi menerima
radiasi matahari terendah sehingga mengalami penurunan suhu.
EKSENTRISITAS (ECCENTRICITY)
16. Kemiringan bumi ketika berotasi. Kemiringan itu bervariasi
dalam kurun waktu 40.000 tahun, dan bergeser antara 22,1
derajat hingga 24,5 derajat.
• Jika kemiringan bumi bertambah maka musim panas akan
lebih panas dan musim dingin akan lebih dingin.
• Jika terjadi pengurangan kemiringan berarti musim panas
akan menjadi lebih dingin dan musim dingin akan menjadi
lebih panas.
• Saat ini kemiringan bumi berkurang, sehingga suhu bumi
menjadi semakin panas.
• Seperti yang kita tahu kemiringan bumi saat ini adalah 23,4
derajat, dan saat ini sedang setengah jalan bergerak menuju
nilai minimumnya, yaitu 22,1 derajat.
OBLIQUITY
17. Perubahan arah rotasi karena bergesernya sumbu bumi. Siklus
ini bervariasi selama 19.000-23.000 tahun. Matahari dan bulan
sangat berpengaruh terhadap perubahan ini. Dampak
perubahan arah rotasi bumi ini bisa mengubah tanggal
perihelion yang jatuh pada bulan Januari dan aphelion yang
jatuh bulan Juli. Hal ini akan meningkatkan kontras musim pada
salah satu belahan bumi dan sementara pada bagian lainnya
penurunan.
Contoh saat ini posisi bumi sangat dekat dengan matahari pada
saat musim dingin (BBU) akan lebih panas dan sebaliknya.
Dampak lain yang juga terjadi adalah perubahan utara dan
selatan bumi sehingga kutub utara sudah tidak sedingin dulu
dan semakin lama suhunya semakin panas.
PRESISI (PRECESSION)
18. DISTRIBUSI BENUA
(PERGESERAN LEMPENG TEKTONIK)
Pangea : benua raksasa
terakhir yang ada pada masa
300-180 juta tahun yang lalu.
Masa pembentukan Pangea :
1. Proterozoikum (benua
bergerak memisah akibat
aktivitas gunung berapi)
2. Palaeozoikum (suhu bumi
lebih hangat dari iklim saat
ini)
3. Ordovisium (zaman es yang
singkat di kutub selatan)
4. Devon (tabrakan antar
benua)
5. Karbon (pembentukan
benua raksasa terakhir,
Pangea)
19. DISTRIBUSI BENUA
(PERGESERAN LEMPENG TEKTONIK)
Selama jutaan tahun, gerak lempeng
tektonik global merekonfigurasi tanah
dan wilayah laut menghasilkan
topografi.
Hal ini dapat mempengaruhi pola
global dan lokal iklim dan sirkulasi
atmosfer-laut.
20. Secara lokal, topografi dapat mempengaruhi iklim. Keberadaan
gunung (sebagai produk dari lempeng tektonik) dapat
menyebabkan hujan orografik.
Ukuran benua juga sangat penting. Karena efek kestabilan suhu
lautan, variasi suhu tahunan umumnya di wilayah pesisir rendah
daripada di daratan. Superbenua yang lebih besar akan memiliki
lebih banyak daratan di mana pengaruh iklim musimannya akan
terasa labih besar daripada benua yang lebih kecil.
Bukti geologi mengarah ke sebuah “megamonsoonal” yaitu pola
sirkulasi pada masa superbenua “Pangea”. Sehingga dari simulasi
pemodelan iklim menunjukkan bahwa keberadaan superbenua
berpengaruh kondusif untuk pembentukan monsun/iklim bumi.
DISTRIBUSI BENUA
(PERGESERAN LEMPENG TEKTONIK)
21. ERUPSI VULKANIK & AEOROSOL DI STRATOSFER
Vulkanisme adalah proses keluarnya materi dari kerak dan mantel bumi ke
permukaan. Letusan gunung berapi, gleyser, dan mata air panas adalah contoh
dari proses vulkanik dimana terjadinya pelepasan gas dan partikulat ke
atmosfie.
Letusan yang cukup besar akan mempengaruhi iklim rata-rata global/regional/lokal
yang biasanya terjadi pada beberapa kali per abad, dan menyebabkan pendinginan
(oleh sebagian menghalangi transmisi radiasi matahari ke permukaan bumi) untuk
periode beberapa tahun. Contoh :
1. Letusan Gunung Tambora (1815), menyebabkan tahun tanpa musim panas.
Dengan letusannya yg sangat besar, terjadi hanya beberapa kali setiap seratus juta
tahun, tetapi dapat menyebabkan pemanasan global dan kepunahan massal.
2. Letusan Gunung Krakatau (1883), letusan gunung api yang paling mematikan dan
paling merusak dalam sejarah, menimbulkan setidaknya 36.417 korban jiwa akibat
letusan dan tsunami yang dihasilkannya.
3. Letusan Gunung Pinatubo (1991), ledakan terestrial terbesar kedua abad ke-20
(setelah 1912 letusan Novarupta) mempengaruhi iklim secara substansial.
22. Gunung berapi juga
merupakan bagian dari
perluasan siklus karbon.
Dalam periode waktu
yang panjang, mereka
melepaskan karbon
dioksida dari kerak bumi
dan mantel.
23. Untuk Pengujian Hipotesis Tentang Penyebab Perubahan Iklim Dapat
Dikombinasikan Dengan Simulasi Model Komputer (Pemodelan Iklim)
Sumber : Hartmann, 1994
25. Natural Forcing of Climate Change
• Memahami perubahan iklim natural adalah menarik
(challenging) dan masalah penting yang dapat
membantu kita memahami dan memprediksi
perubahan natural masa depan dan perubahan
iklim yang disebabkan oleh manusia.
• Evaluasi beberapa mekanisme perubahan iklim di
masa lalu
26. EFEK UMPAN BALIK MEMPENGARUHI PEMANASAN GLOBAL
Pengaruh H2O : akibat pemanasan lebih banyak air yang menguap ke
atmosfer. Uap air adalah GRK, sehingga efek yang dihasilkan akan lebih
besar dibandingkan akibat CO2 (memiliki usia yang panjang di atmosfer)
Pengaruh awan : dilihat dari atas memantulkan radiasi infra merah ke angkasa
(meningkatkan pendinginan), jika dilihat dari bawah akan memantulkan
radiasi ke permukaan (meningkatkan pemanasan. Bagaimana efek
netonya? (pemanasan/pendinginan)
Hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika suhu
global meningkat es di kutub mencair maka daratan atau air dibawahnya
akan terbuka. Daratan/air memiliki albedo lebih kecil dari es akibatnya
akan menyerap lebih banyak radiasi matahari. Hal ini akan menambah
pemanasan dan lebih banyak lagi es yang mencair.
Es yang meleleh juga akan melepaskan CH4
kemampuan lautan untuk menyerap karbon akan berkurang bila suhu laut
menghangat.
29. KARAKTERISTIK ORBIT DI MASA LALU DAN MASA AKAN
DATANG BERDASARKAN TEORI DARI MILANKOVITCH
30. Lanjutan … (KURVA DI BAWAH MENUNJUKKAN PERUBAHAN
SUHU RELATIF DARI ES DAN INTI SEDIMEN, YANG ABU-ABU :
ICE AGES (GLASIAL PERIODS))
Sumber : Stull, 2013
32. AKIBAT PLANE TECTONICS
• Plate tectonics : pergeseran benua menyebabkan
perubahan arus laut, arah angin, pola curah hujan
• Proses ini juga mempengaruhi tinggi muka laut dan
rasio daerah daratan – lautan. Massa daratan
mendekati kutub menghambat aliran air laut di
tempat terdingin di bumi membentuk es.
• Albedo effect : snow dan ice cover (more sunlight is
reflected) (+) feedback & pendinginan
meningkat.
33. AKIBAT PLANE TECTONICS
• Global icing mengubah muka laut. Laut menjauh dari daratan
mengubah bentuk pantai suatu benua.
5 juta tahun lalu :
Pecahan Africa dan Eurasia membentuk arus ekuator, Alpen
mulai melipat (folding) ke atas.
3,5 juta tahun lalu :
Lempeng tektonik membentuk “jembatan darat” di Amerika
Tengah. Penutupan gap Amerika Utara dan Selatan dengan arus
ekuator dan munculnya “Gulf Stream” yang menyampaikan
panas dan kelembapan menuju Eropa.
(Sumber : Behringer, W. 2010. A Cultural History of Climate)
34. • Hasil secara paleoklimatologi (smoothed) ΔT ( T rata2 : 1961-1990).
Waktu dihitung dari tahun 2000
• Pergantian Skala pada garis putus-putus
• 50 juta tahun lalu (6°C lebih panas) atau 2% lebih panas
PERUBAHAN SUHU
35. APAKAH PERMUKAAN AIR LAUT MENINGKAT ?
Sumber : Rahmstorf dan Schellnhuber (2006)
36. VARIASI KETINGGIAN AIR LAUT DAN SUHU DI
PERMUKAAN LAUT SELAMA 65 JUTA TAHUN
• Cold and warm
periods alternated
with each other in
long cycles
• Sumber : Behringer,
W. 2010. A Cultural
History of Climate
38. Merapi, Java 2010
• Radar loop of Merapi eruptions 3-4 November 2010
• 18 Aug, 0840 UTC. Courtesy Hadi Widiatmoko, BMKG, Jakarta
39. Fluid avalanche of rock material, hot ash and gas
– Can form when eruption columns collapse
– Highly destructive
– Typically faster than 80km/hr and up to 700°C
– Can incinerate, burn, and asphyxiate people
– ~353 deaths from Mt Merapi, Java, Oct/Nov 2010
Pyroclastic Flows
Volcanic Gases
•Gases released: H20 vapor, CO2, SO2, HCl, HF, H2S, CO, H2, NH3, CH4 and SiF4
•Formation of acid rain (from SO2) can cause water contamination and
plant damage
•Prevailing winds can blow gases thousands of kilometers away
42. PERANAN PARTIKEL SULFAT
• Gunung meletus mengeluarkan :
– Particulate matter (dust, ash, consended water droplets)
– Gases (H2O, CO, Sulfur Dioxide)
• Beberapa gas dan partikel berat hanya sampai 10
km di atmosfer dan dikeluarkan
• Gas yang ringan (terutama sulfur dioksida)
menembus troposfer memasuki stratosfer , bereaksi
dengan uap air tiny reflective sulfate & aerosol
particles
43. BAGAIMANA BISA COOLING?
• Aerosol sulphate : scattering + reflecting
(radiasi matahari) / karena ukuran yang kecil.
Seperti halnya panjang radiasi matahari
• Aerosol sulphate dapat menahan incoming
radiation 10 X lebih efektif energi matahari
berkurang mendinginkan troposfer
45. CLIMATIC VARIATION IN THE LONGEST
INSTRUMENTAL RECORD
PD. JONES DAN RS BRADLEY
Climate Since A.D 1500, edited by RS Bradley and PD Jones, Eds
Routledge-London, 246-268 (1992)
50. ANOMALI SUHU PERMUKAAN LAUT, 1854-1988
Sumber : Comprehensive Ocean-Atmosphere Data Set (COADS) – NOAA
51. SOLAR RADIATIVE FORCING AT SELECTED LOCATIONS AND EVIDENCE
FOR GLOBAL LOWER TROPOSPHERIC COOLING FOLLOWING THE
ERUPTIONS OF EL CHICHON AND PINATUBO
Ellsworth G. Dutton
NOAA Climate Monitoring and Diagnostics Laboratory
John R. Christy
Atmospheric Science Program University of Alabama
GEOPHYSICAL RESEARCH LETTERS VOL. 19,NO. 23,
PAGES 2313-2316 , DEC 1992
52. Dutton dan Christy (1992), menganalisis data aerosol optical depth, Irradiance
dan Temperature periode 1977 – April 1992, di empat lokasi studi yaitu :
- Barrow Alaska (71o LU)
- Mauna Loa Hawaii (19o LU)
- American Samoa (14o LS)
- South Pole (90o LS)
untuk melihat dampak yang ditimbulkan oleh Erupsi El Chichon-Mexico (April
1982) dan Gunung Pinatubo-Philippines (June 1991) pada atmosfer bumi
(troposper).
Data:
1. Aerosol optical depth : pyrheliometers dan wideband schott glas cutoff
filters (NOAA-CMDL) di empat lokasi
2. Irradiance : global pyranometer (lokasi Mauna Loa)
3. Temperature global : microvave sounding units (MSU) – satelit NOAA
53. ANOMALI RATA-RATA BULANAN :
AEROSOL OPTICAL DEPTH
Data observasi : 1977- April 1992
Barrow Alaska ( BRW) : 71o LU Mauna
Loa Hawaii (MLO) : 19o LU; American
Samoa (SMO) : 14o LS;
South Pole (SPO) : 90o LS.
Global solar radiative forcing dari G.
Pinatubo 1.7 kali lebih besar dari El
Chichon terutama di BBS.
54. SOLAR IRRADIANCE : RATA-RATA BULANAN
DI MAUNA LOA HAWAII
Kondisi : clear morning , sudut zenit : 60.0o, 70.7o, 75.7o, and 78.7o (MR2, MR3, MR4, dan MR5)
55. SOLAR IRRADIANCE : ANOMALI HARIAN DI MAUNA LOA HAWAII
(RATA-RATA BULANAN, SUDUT ZENIT : 60O)
E P
56. ANOMALI SUHU : GLOBAL, BBU, BBS
La-Nina (A), El-Nino (O), El
Cincon (E) dan Pinatubo (P)
Penurunan suhu rata-rata
global adalah : 0.50C
Penurunan terbesar di BBU
yaitu 0.70C.
Hal ini disebabkan oleh
distribusi daratan lebih
besar di BBU (daratan lebih
cepat dingin dari lautan)
57. • Berdasarkan analisis aerosol optical depth di empat
lokasi : Global solar radiative forcing dari G.
Pinatubo 1.7 kali lebih besar dari El Chichon
terutama di BBS.
• Penurunan solar irradiance di MLO : 2.3 % pada saat
El Chinco dan 2.7% Pinatubo
• Penurunan suhu rata-rata global adalah : 0.50C
Penurunan terbesar di BBU yaitu 0.70C. Hal ini
dapat disebabkan oleh distribusi daratan lebih
besar di BBU (daratan lebih cepat dingin dari
lautan)
58.
59.
60. Natural Climate Processes :
Astronomical Influences
Roland Stull, 2013
Practical Meteorology: An Algebra-based Survey
of Atmospheric Science, Chapter 21 p:797-803
61. PENDEKATAN MATEMATIK TEORI MILANKOVITCH
(R Stull, 2013 : Practical Meteorology)
Eccentricity
Obliquity
Precession
Dimana :
eo = 0.0275579 o = 23.254500o
C = 360 / 2 t = tahun (rel thn 2000)
A = Amplitudo P = periode oscillation
= phase (derajad)
63. JARAK BUMI-MATAHARI (R), SUDUT DEKLINASI (), DAN KONSTANTA MATAHARI (S)
S Rata2
(w/m2)
S min S max Range S
-200 ky 1371.5 1258.98 1486.63 227.66
-100 ky 1370 1286.76 1454.49 167.72
0 1368 1323.13 1414.54 91.41
100 ky 1369 1310.28 1428.35 118.07
150 ky 1371.4 1261.00 1484.25 223.25
64. E (W m-2)
Berger et al, 2003. The earth’s climate in the next hundred
thousand years (100 kyr). Surveys in geophysics. 24:117-138
65. THE PHANEROZOIC RECORD OF GLOBAL
SEA-LEVEL CHANGE
Miller K, Kominz M, Browning J, Wright J, Mountain
G, Katz M, Sugarman P, Cramer B, Blick N, Pekar S
2005
J SCIENCE. Vol:310 Page:1293-1298
66.
67.
68. James zachos 2001, Trends, Rhythms, and aberrations global climate 65 MA to
Present.
69.
70. Royer et al 2004. CO2 as a primary driver of Phanerozoic climate.
GSA Today; v. 14; no. 3,
Royer 2008. Linkages between CO2, climate, and evolution in deep
time. The National Academy of Sciences. vol. 105 no. 2. 407–408
71. APAKAH PERUBAHAN IKLIM SAAT INI TIDAK BISA
DIBANDINGKAN DENGAN PERUBAHAN SEBELUMNYA
DALAM SEJARAH BUMI ?
Terdapat 3 hal yang harus dipertimbangkan, yaitu :
1. Harus jelas variabel mana yang sedang dibandingkan : apakah itu konsentrasi
gas rumah kaca atau suhu (atau parameter iklim lainnya), dan apakah itu nilai
absolutnya atau laju perubahannya ?
2. Perubahan lokal tidak boleh disamakan dengan perubahan global.
Perubahan iklim lokal sering lebih besar daripada yang global, karena faktor-
faktor lokal (contoh; perubahan pada sirkulasi laut dan atmosfer) dapat
mengganti pengiriman panas atau kelembaban dari satu tempat ke tempat
lain dan arus balik lokal bekerja (contoh arus balik es laut). Perubahan besar
pada suhu rata-rata global, sebaliknya, membutuhkan beberapa pemicu global
(seperti sebuah perubahan pada konsentrasi gas rumah kaca atau aktivitas
matahari).
3. Penting untuk membedakan antara skala waktu. Perubahan iklim selama
lebih dari jutaan tahun dapat jauh lebih besar dan memiliki penyebab-
penyebab yang berbeda (contoh pergeseran lempeng benua) dibandingkan
dengan perubahan iklim pada skala waktu seratus tahun.