Perkembangan kognitif anak usia dini merupakan perubahan kemampuan anak untuk memahami lingkungan melalui pengetahuan dan pemikiran. Prinsip-prinsip perkembangan kognitif anak antara lain kontinuitas, terpola, dan dipengaruhi faktor genetik serta lingkungan.
Makalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia Dini
1. TUGAS KOMPREHENSIF
PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK
USIA DINI
DISUSUN
Oleh :
SOGA BILIYAN JAYA
NIM : 150209067
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
FAKULTAS TARBIYAH dan KEGURURAN
DARUSSALAM- BANDA ACEH
TAHUN 2019/ 1440 H
2. i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan mengucap puji dan syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberi rahmat
serta karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dan tak lupa
pula mengucapkan shalawat beserta salam atas kehadiran baginda rasulullah yaitu nabi
Muhammad S.A.W..
Dan rasa terima kasih kami kepada dosen pembimbing ibu Darmiah, M.Pd. yang
senantiasa membimbing dan memberi saran yang baik kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan Makalah Tugas Komprehensif.
Makalah ini di buat bukan hanya untuk menyelesaikan dan melengkapi tugas mata
kuliah tapi juga di harapkan dapat memberi wawasan yang lebih luas guna meningkatkan
pengetahuan yang mendalam bagi para mahasiswa/i dalam bidang pendidikan, sehingga kita
dapat mengetahui hal-hal apa saja yang ada dalam bidang pendidikan.
Akhir kata, Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi kami,
sekian dan terima kasih.
Darussalam, 29 Juni 2019
Penulis
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk membekali
diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan mempertahankan diri dari semakin
kerasnya kehidupan dunia dan dari berbagai tantangan yang mau tidak mau harus dihadapi.
Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang mereka
butuhkan baik melalui pendidikan formal maupun non formal.
Pendidikan menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi, yang
mempunyai tujuan tinggi dari sekedar untuk tetap hidup, sehingga manusia menjadi lebih
terhormat dan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada yang tidak berkependidikan.
Pendidikan bertujuan untuk terus menerus mengadakan perubahan dan pembaharuan.
Untuk pembangunan di bidang pendidikan, harus mengupayakan perluasan dan pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia
menuju manusia Indonesia yang berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan
secara berarti, memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah
sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap dan kemampuan serta meningkatkan partisipasi
keluarga dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai,
Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat
maupun pemerintah untuk memantapkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien dalam
menghadapi ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
Oleh karena itu, arah perubahan paradigma baru pendidikan diarahkan untuk
terbentuknya masyarakat madani Indonesia tersebut. Arah perubahan paradigma pendidikan
dari paradigma lama ke paradigma baru, terdapat berbagai aspek mendasar dari upaya
perubahan tersebut, yaitu, Pertama, paradigma lama terlihat upaya pendidikan lebih
cenderung pada : sentralistik, kebijakan lebih bersifat orientasi pengembangan pendidikan
lebih bersifat parsial, karena pendidikan didisain untuk sektor pertumbuhan ekonomi, sosial
dan keamanan, serta teknologi perakitan. Peran pemerintah sangat dominan dalam kebijakan
pendidikan, dan lemahnya peran institusi pendidikan dan institusi non-sekolah. Kedua,
paradigma baru, orientasi pendidikan pada: disentralistik, kebijakan pendidikan bersifat,
pengembangan pendidikan lebih bersifat holistik; artinya pendidikan ditekankan pada
5. 2
pengembangan kesadaran untuk bersatu dalam kemajemukan budaya, kemajemukan berpikir,
menjunjung tinggi nilai moral, kemanusiaan dan agama, kesadaran kreatif, produktif, dan
kesadaran hukum. Meningkatnya peran serta masyarakat secara kualitatif dan kuantitatif
dalam upaya pengembangan pendidikan, pemberdayaan institusi masyarakat.
Sosiologi pendidikan menekankan implikasi dan akibat sosial dari pendidikan dan
memandang masalah-masalah pendidikan dari sudut totalitas lingkup sosial kebudayaan,
politik dan ekonomisnya bagi masyarakat. Dilihat dari objek penyelidikannya sosiologi
pendidikan adalah bagian dari ilmu sosial terutama sosiologi dan ilmu pendidikan yang
secara umum juga merupakan bagian dari kelompok ilmu sosial. Sedangkan yang termasuk
dalam lingkup ilmu sosial antara lain: ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu pendidikan,
psikologi, antropologi dan sosiologi. Dari sini terlihat jelas kedudukan sosiologi dan ilmu
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
6. 3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perkembangan Anak
1. Pengertian Perkembangan Anak
Perkembangan didefinisikan sebagai kemajuan menuju kedewasaan. Perkembangan
anak atau peserta didik amerupakan sebuah perubahan secara bertahap dalam kemampuan,
emosi, dan keterampillan yang berlangsung hingga mencapai usia tertentu.1perkembangan
dapat diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan kontiyu (berkesinambungan) dalam
diri individu dari lahir mulai sampai mati”. Pengertian lain dari perkembangan adalah
“perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya
atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmani) maupun psikis (rohani).
a) Sistematis,berarti perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling
mempergaruhi antara bagian organisme (fisik dan psikis) dan merupakan satu
kesatuann yang harmonis.
b) Progresif, berarti perubahan yang terjaddi bersifat maju, meningkat, dan
mendalaam (meluas) baik secara kuantitas (fisik) maupun kualitatif (psikis).
c) Berkesinambungan, bearti perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu
berlangsung secara beraturan atau berururtan, tidak terjadi secara kebetulan atau
loncat-loncat.2
2. Landasan Nilai-nilai Perkembangan Anak
Pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan potensi anak atau peserta didik ke
arah pencapaian kedewasaan. Kedewasaan berarti kemandirian dan berkembangannya
potensi menjadi orang yang kreatif, produktif, inovatif, dan dilandasi nilai-nilai rohaniah,
jasmani, intelektual, sosial, dan emosional.
a. Nilai-nilai rohaniah, adalah menyangkut dengan keagamaan dan rasa cinta
terhadap bangsa dan tanah air. Apabila nilai-nilai ini tidak di kembangkan dan
sejak dini, maka manusia itu tidak cinta kepada Allah dan Rasulnya.
1Sudarwan Danim, Perkembangan Peserta Didik, (Cet. 02.Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 08.
2 Syamsul Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Cet. 05.Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset, 2004), hlm. 15-16.
7. 4
b. Pertumbuhan jasmani, mengarah kepada kesehatan badan. Apabila orang sehat,
maka semua tugas dapat dilakukan seperti mengikuti pendidikan.
c. Perkembangan intelektual, adalah berhubungan dengan kecerdasan dan
kepintaran. Sebagaimana yang kita tahu untuk mengatasi segalla persoalan di
dunia ini harus ada kecerdasan, kalau kurang memiliki kecerdasan kita akan
tertinggal dengan orang lain, itulah sebabnya diadakan sekolah dan perguruan
tinggi.
d. Nilai-nilai sosial, inilah nilai yang amat dibutuhkan oleh manusia/masyarakat.
Seberapa tingginya pendidikan seseorang jika tidak atau kurang memiliki nilai
sosial, maka harga orang itu akan jatuh dimasyarakat.
e. Nilai adat istiadat masyarakat, nilai-nilai ini untuk menjaga dan melindungi suatu
suku agar tidak punah ditelan masa. Karena itu mereka memelihara adatnya.
f. Perkembangan emosianal, emosi amat menentukan sikap seseorang dalam
bergaul. Apabila jeleknya emosi seseorang maka orang lain akan menjahuinya
begitu juga sebaliknya. Karena itu perkembangan emosi anak harus di didik
dengan baik sehingga anak tidak mudah marah, suka memukul, dan lain-lain.3
3. Prinsip-prinsip Perkembangan Anak
Perkembangan anak adalah perubahan pada fungsi anak yaitu: aspek psikis, bersifat
kuantitas dan berjalan terus hingga akhirnya hayat. Berikut ini prinsip-prinsip dalam
perkembangan anak, diantaranya:
a. Kontitunitas, artinnya terus menerus;
b. Terpola, artinya mengikuti pola-pola tertentu;
c. Irama dan tempo perkembangan brsifat individual;
d. Perkembangan dari umum ke khusus;
e. Tingkat perkembangan menentukan hasil proses belajar mengajar;
f. Perkembangan bersifat individualisme dan integrasi sistem respons;
g. Faktor pembawaan dan lingkungan berpengaruh sama kuat dalam perkembangan;
h. Perkembangan dapat mengalami kemunduran, dapat pula dipercepat dalam batas-
batas tertentu;
i. Terdapat perbedaan prkembangan anak laki-laki dengan perempuan pada usia
tertentu;
3Sofyan S. Willis, Psikologi Pendidikan, (Cet. 01.Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 23-26.
8. 5
j. Pada individua normal akan melalui fase perkembangan, secara umum fase-fase
perkembangan itu adalah:
No Usia Masa perkembangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-
0 tahun
0-2 tahun
2-5 tahun
5-12 tahun
12-18 tahun
18-25 tahun
25-45 tahun
45-55 tahun
55 tahun ke atas
Masa konsepsi
Masa prenata
Masa kelahiran
Masa bayi (infancy
Masa kanak-kanak (early childhood)
Masa anak sekolah (childhood)
Masa remaja
a. Remaja awal (12-15 tahun)
b. Remaja akhir (16-19 tahun)
Masa dewasa awal (pre-adulthood)
Masa dewasa (early adulthood)
Masa dewasa akhir (late adulthood)
Masa tua (senescence)4
B. Hakikat Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
1. Pengertian Perkembangan Kognitif AUD
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padananya knowing, berarti
mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition ialah perolehan, penataan dan penggunaan
pengetahuan. Menurut Pudjiati dan Masykori, kognitif juga dapat diartikan dengan
kemampuan belajar atau berfikir atau kecerdasan yaitu kemampuan untuk mempelajari
keterampilan dan konsep baru, keterampilan untuk memahami apa yang terjadi di
lingkungannya, serta keterampilan menggunakan daya ingat dan menyelesaikan soal-soal
sederhana. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Istilah Maslihah bahwa kognitif sendiri
dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengerti sesuatu. Artinya mengerti menunjukkan
kemampuan untuk menangkap sifat, arti, atau keterangan mengenai sesuatu serta mempunyai
gambaran yang jelas terhadap hal tersebut. Perkembangan kognitif sendiri mengacu kepada
kemampuan yang dimiliki seorang anak untuk memahami sesuatu. Sementara itu, Hasan
Alwi di dalam kamus besar bahasa Indonesia, menyatakan kognitif diartikan sebagai sesuatu
hal yang berhubungan dengan atau melibatkan kognisi berdasarkan kepada pengetahuan
faktual yang empiris.5 Perkembangan kignitif adalah perkembangan kemampuan anak untuk
4Sofyan S. Willis, Psikologi Pendidikan, ..., hlm. 37-38.
5Khadijah, Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini, (Cet. 01. Medan: Perdana Publishing. 2016), Hlm. 31.
9. 6
mengeksplorasi lingkungan karena bertambah besarnya koordinasi dan pengendalian
motorik, maka dunia kognitif anak berkembang pesat, makin kreatif, bebas, dan imajinatif.6
Intelegennsi atau kognitif bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, malainkan suatu
fisik ilmiah untuk mendeskriksikan prilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan
intelektual. Berikut para ahli mempunyai pengertian yang beragam, diantara pengertian
intelegensi sebagai berikut:
1) C.P. Chaplin (1975), mengartikan intelegensi/kognitif itu sebagai kemampuan
menghadapi dan meyesuaikan diri terhadap situasi baru secara ceat dan
efektif.
2) Anita E. Woolfolk (1995), mengemukakan intelegensi merupakan satu atau
beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunkan pengetahuan
dalam rangka memecahkan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan.
3) Raymon Cattel dkk. (Kimble, dkk., 1980), mengkalrifikasi intelegensi
kedalam dua katagori yaitu: (a). Kemampuan analisis kognitif yang relatif
tidak terpengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya, (b). Keterampilan-
keterampilan atau kemampuan nalar (berfikir) yang terpengaruhi oleh
pengalaman belajar sebelumnya.7
4) Terman, berpendapat intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak.8
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif anak usia
dini ialah kemampuan anak untuk berfikir lebih kompleks serta melakukan penalaran dan
pemecahan masalah, berkembangnya kemampuan kognitif ini akan mempermudah anak
menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga ia dapat berfungsi secara wajar
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
C. Karakteristik Perkembangan Kognitif AUD
Sebagian besar psikologi terutama kognitivis (ahli psikologi kognitif) berkeyakinan
bahwa proses perkembangan kognitif manusia mulai berlangsung sejak ia baru lahir. Bekal
dan modal dasar perkembangan manusia, yakini kapasitas motor dan sensory ternyata pada
batas tertentu juga dipengaruhi oleh aktifitas ranah kognitif. Hubungan sel-sel otak terhadap
6Yudrik jahja, Psikologi Perkembangan, (Cet. 01. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2011), hlm.
185.
7Syamsul Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, ..., hlm. 106.
8Dewa Ketut Sukardi, Desak dan Nila Kusmawati, Analisis Tes Psikologis Toeri dan Praktik Dalam
Penyelenggaraan Layanan Bimbinngan dan Konseling di Sekolah, (Cet. 03. Jakarta: Rineka Cipta. 2009), hlm.
15.
10. 7
perkembangan bayi baru dimulai setelah ia berusia lima bulan saat kemampuan sensorinya
(seperti melihat dan mendengar) benarbenar mulai tampak.9
Adapun karakteristik setiap tahapan perkembangan kognitif anak usia dini tersebut
secara rinci yaitu sebagai berikut:
a. Karakteristik Tahap Sensoris Motoris
Tahap sensori motoris ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut:
1. Segala tindakannya masih bersifat naluriah;
2. Aktifitas pengalaman didasarkan terutama pada pengalaman indera;
3. Individu baru mampu melihat dan meresap pengalaman, tetapi belum untuk
mengkategorikan pengalaman itu;
4. Individu mulai belajar menangani obyek-obyek konkrit melalui skema-skema
sensori-motorisnya.
Piaget (Bybee dan Sund, 1982) merinci lagi tahap sensori motoris ke dalam enam fase
dan setiap fase memiliki karakteristik tersendiri sebagai berikut:
a) Fase pertama (0-1 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Individu mampu bereaksi secara refleks
2) Individu mampu menggerak-gerakkan anggota badan meskipun belum
terkoordinir
3) Individu mampu mengasimilasi dan mengakomodasikan berbagai
pesan yang diterima dari lingkungannya.
b) Fase kedua (1-4 bulan) memilki karakteristik bahwa individu mampu
memperluas skema yang dimilikinya berdasarkan heriditas.
c) Fase ketiga (4 - 8 bulan) memiliki karakteristik bahwa individu mulai dapat
memahami hubungan antara perlakuannya terhadap benda dengan akibat yang
terjadi pada benda itu.
d) Fase keempat (8-12 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Individu mampu memahami bahwa benda tetap ada meskipun untuk
sementara waktu hilang dan akan muncul lagi di waktu lain;
b. Individu mulai mampu mencoba-coba sesuatu;
c. Individu mampu menentukan tujuan kegiatan tanpa tergantung kepada
orang tua.
e) Fase kelima (12-18 bulan), memiliki karakteristik sebagai berikut:
9Khadijah, Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini, ..., hlm. 36-37.
11. 8
a. Individu mulai mampu untuk meniru;
b. Individu mampu untuk melakukan berbagai percobaan terhadap
lingkungannya secara lebih lancar.
f) Fase keenam (18-24 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Individu mulai mampu untuk mengingat dan berfikir;
b. Individu mampu untuk berfikir dengan menggunakan simbolsimbol
bahasa sederhana;
c. Individu mampu berfikir untuk memecahkan masalah sederhana sesuai
dengan tingkat perkembangnnya;
d. Individu mampu memahami diri sendiri sebagai individu yang sedang
berkembang.
b. Karakteristik tahap pra operasional
Tahap pra operasional ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut:
1. Individu telah mengkombinasikan dan mentransformasikan berbagai
informasi;
2. Individu telah mampu mengemukakan alasan-alasan dalam menyatakan ide-
ide;
3. Individu telah mengerti adanya hubungan sebab akibat dalam suatu pristiwa
konkrit, meskipun logika hubungan sebab akibat belum tepat;
4. Cara berfikir individu bersifat egosentris yang ditandai oleh tingkahlaku
berikut ini:
a. Berfikir imanigatif;
b. Berbahasa egosentris;
c. Memiliki aku yang tinggi;
d. Menampakkan dorongan ingin tahu yang tinggi;
e. Perkembangan bahasa mulai pesat.
c. Karakteristik Tahap operasional konkrit
Tahap operasional konkrit ini ditandai dengan karakteristik menonjol bahwa segala
sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka
alami. Jadi, cara berfikir individu belum menangkap yang abstrak meskipun cara berfikirnya
sudah nampak sistematis dan logis. Dalam memahami konsep, individu sangat terikat kepada
proses mengalami sendiri. Artinya mudah memahami konsep kalau pengertian konsep itu
12. 9
dapat diamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep tersebut. (Asrori,
2003:39-42).10
Menurut Piaget setidaknya ada empat kemampuan dasar yang perlu dirangsang pada
anak pra sekolah, ialah:
1. kemampuan transformasi: yaitu perubahan bentuk dapat dikenalkan pada anak pra
sekolah lewat eksperimen sederhana, misalnya meniupkan balon, menuangkan air
kedalam gelas yang berbeda, merubah benda lunak menjadi berbagai bentuk, dan
lain-lain.
2. kemampuan reversibility; yaitu cara berfikir alternatif atau bolak balik, misalnya
dengan sebuah gambar anak diajak untuk mencari jalan keluar dari sebuah jalan
yang banyak liku-likunya, atau anak diminta mengurutkan angka dari kecil ke
yang lebih besar dan kemudian kembali dari angka yang besar ke yang lebih kecil.
3. kemampuan klasifikasi; yaitu anak diajak untuk melakukan klasifikasi
berdasarkan jenis, bentuk, warna, ukuran dan lain-lain, kemampuan klasifikasi ini
ada tiga ialah klasifikasi tunggal, ganda dan jamak. Tunggal misalnya hanya
berdasarkan satu aspek misalnya warna saja. Ganda sudah dua aspek, misalnya
warna dan bentuk, sedangkan jamak sudah dengan banyak aspek, misalnya warna,
bentuk dan bahan dasarnya. Hal penting dari latihan ini adalah pada kemampuan
berfikir logis.
4. kemampuan hubungan asimetris: yaitu tidak semua klasifikasi didasarkan atas
kesamaan, tetapi juga bisa atas dasar perbedaan. Misalnya besar, kecil, panjang,
pendek, tinggi dan rendah, anak dapat dilatih menyususn balok secara urut dari
yang besar sampai yang kecil atau dari yang panjang sampai kepada yang
pendek.11
Seorang pakat terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dari anak, jean pieget
1896-1980, mengklasifikasi perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan:
1. Tahap sensory-motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia
0-2 tahun;
2. Tahap pre-operasional, yakni perkembangan ranah kogitif yang terjadi pada usia
2-7 tahun;
3. 3. Tahap concrete-operational, yakni perkembangan ranah kognitif usia 7-11
tahun;
10M Asrori, Perkembangan Peserta Didik, (Malang: Wineka Media), hlm. 39-42.
11Khadijah, Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini, . . . . . , hlm. 41-42.
13. 10
4. Tahap formal-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada
usia 11-15 tahun.12
Dengan demikian, karakteristik-karakteristik yang dikemukakan di atas dapat
dijadikan pedoman bagi orang tua/guru dalam melihat dan memantau perkembangan kognitif
anak dari tahap-ketahap pada setiap perkembangannya. Sehingga dapat diketahui apakah
anak tersebut sudah memiliki kemampuan kognitif yang optimal atau belum?. Untuk
menghindari keterlambatan perkembangan anak tersebut, maka orang tua/guru dapat
melakukan berbagai kegiatan stimulasi atau perangsangan pada anak agar mencapai tingkat
perkembangan yang wajar.
D. Faktor Perkembangan Kognitif AUD
Mengenai perkembangan kognitif seseorang banyak faktor yang menentukannya, ada
tiga faktor penting dalam perkembangan kognitif anak usia dini diantaranya:
1) Faktor nutrisi, yaitu makanan yang bergizi yaitu emat sehat lima sempurna. Makanan
yang bergizi seperti ini akan dapat mempercepat prtumbuhan otak dan tubuh si anak,
anak akan tumbuh sehat dan cerdas.
2) Stimulasi, yaitu pemberian pendidikan yang baik kepada anak oleh orang tua.
3) Sarana, artinya alat-alat yang dapat mendorong dan mendukung pendidikan anak.
Adapun materi belajar untuk meningkatkan kogitif adalah sebagai berikut:
a. Audio, yaitu memperbesar dan memperjelas pendengaran sehingga lebih jelas. Belajar
dengan audio meningkatkan kualitas memori seseorang.
b. Visual, yaitu memperlejas penglihatan misalnya dengan film animasi.
c. Rasa, adalah cara untuk meningkatkan ingatan kita terhadap unsur, benda, dann lain-
lain. Dengan merasakan unsur tersebut maka pengetahuan kita tentang unsur tersebut
makin mendalam, misalnya bagaimana rasa buh jeruk, es, dan sebagainya.
d. Raba, yaitu memeriksa suatu benda dengan menggunakan telapak tangan, apakah
benda ini licin, berduri, dll.13
Sejalan dengan itu, Anas Sujayanto mengatakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi intelegensi/kecerdasan/kognitif ialah:
1. Pembawaan, ialah segala kesangggupan kita yang telah kita bawa sejak lahir, dan
yang tidak sama pada setiap orang;
12Yudrik jahja, Psikologi Perkembangan, ..., hlm. 57.
13Sofyan S. Willis, Psikologi Pendidikan, ..., hlm. 55-57.
14. 11
2. Kemasakan/kematangan, ialah saat munculnya sesuatu daya jiwa kita kemudian
berkembang dan mencapai saat puncaknya;
3. Pembentukan, ialah segala faktor luar yang mempengaruhi kognitif atau intelegensi di
masa perkembangannya;
4. Minat, inilah yang mendorong atau motor pengerak dari kognitif atau intelegensi
kita.14
14Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Cet. 13. Jakarta: Bumi Aksara. 2006), hlm. 66.
15. 12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan potensi anak atau peserta didik ke
arah pencapaian kedewasaan. Kedewasaan berarti kemandirian dan berkembangannya
potensi menjadi orang yang kreatif, produktif, inovatif, dan dilandasi nilai-nilai rohaniah,
jasmani, intelektual, sosial, dan emosional. Sedangkan Perkembangan adalah perubahan-
perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau
kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmani) maupun psikis (rohani).
Perkembangan kognitif anak usia dini ialah kemampuan anak untuk berfikir lebih
kompleks serta melakukan penalaran dan pemecahan masalah, berkembangnya kemampuan
kognitif ini akan mempermudah anak menguasai pengetahuan umum yang lebih luas,
sehingga ia dapat berfungsi secara wajar dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Adapun karakteristik setiap tahapan perkembangan kognitif anak usia dini, Jean
Pieget mengklasifikasi perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan: 1) sensory-
motor (0-2 tahun), 2) pre-operasional (2-7 tahun), 3) concrete-operational (7-11 tahun) dan
4) formal-operational (11-15 tahun). Anas Sujayanto mengatakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi intelegensi/kecerdasan/kognitif ialah: a) pembawaan, b) kematangan, c)
pembentukan dan d) minat.
B. SARAN
Proses menuju perkembangan kognitif anak usia dini yang umumnya dapat
dikendalikan jika diketahui pada saat yang tepat dan jika dilakukan langkah perbaikan untuk
menguranginya sebelum menjadi kebiasaan dan menimbulkan reputasi yang kurang baik.
Karena itu sebaiknya orang tua benar-benar memperhatikan perkembangan anak sampai ia
mampu untuk membedakan dan memilih mana yang baik dan buruk untuk dirinya (dewasa).
Tetapi tidak dengan bersikap otoriter terhadap anak, supaya anak merasa lebih nyaman
selama masa perkembangannya. Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih
terdapat banyak kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan pembaca dapat
menyampaikan kritik dan juga sarannya terhadap penulisan makalah kami.
16. 13
DAFTAR PUSTAKA
Damin, Sudarwan. (2011). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta.
Yusuf, Syamsul. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.
Willis, Sofyan S. (2012). Psikologi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Khadijah. (2016). Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini. Medan: Perdana Publishing.
Jahja, Yudrik. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sukardi, Dewa Ketut, Desak dan Nila Kusmawati. (2009). Analisis Tes Psikologis Toeri dan
Praktik Dalam Penyelenggaraan Layanan Bimbinngan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta.
M Asrori. (2009). Perkembangan Peserta Didik. Malang: Wineka Media.
Sujanto, Agus. (2006) Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara.