Dokumen tersebut membahas tentang displasia perkembangan pinggul (DDH) pada anak, termasuk definisi, klasifikasi, epidemiologi, faktor risiko, patofisiologi, diagnosis, prognosis, dan penatalaksanaan fisioterapi melalui pemeriksaan, evaluasi, dan intervensi seperti penggunaan alat bantu seperti popok ganda, Pavlik Harness, traksi, tenotomi, dan operasi. Penatalaksanaan dilakukan sesuai usia dengan tujuan me
2. Dosen pengampu mata kuliah :
Sari Tri Yulianti, S.FT., M.Biomed
OLEH :
CHABELLITA PADMA CHANDRA
(2011401006)
PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
2022
3. Pengertian
DDH (displasia perkembangan pinggul ) adalah kelainan
yang disebabkan oleh perkembangan acetabulum yang
tidak normal dengan atau tanpa dislokasi pinggul .
Displasia Perkembangan Pinggul adalah kelainan
perkembangan abnormal yang mengakibatkan displasia,
subluksasi, dan kemungkinan dislokasi pinggul akibat
kelemahan kapsuler dan ketidakstabilan mekanis.
Displasia perkembangan panggul (DPP) merupakan
suatu istilah kompre-hensif untuk menggambarkan
hubungan abnormal antara kaput femoral dan
asetabulum yang dapat terjadi kongenital atau dapat
berkembang selama masa bayi dan/atau anak
5. Epidemiologi
Insiden displasia perkembangan
pinggul yang dilaporkan bervariasi
antara 1,5 dan 20 per 1000 kelahiran,
dengan mayoritas (60-80%) pinggul
abnormal sembuh secara spontan
dalam waktu 2-8 minggu (disebut
pinggul imatur).
Insidennya bervariasi dari 0,06 di
Afrika hingga 76,1 per 1000 di
penduduk asli Amerika karena
kombinasi genetika dan lampin.
6. Faktor Resiko
Anak pertama, karena
rahim ibu masih
sempit
01 sejarah keluarga
02
Anak perempuan
03 oligohydramnios
04
Posisi kehamilan sungsang
05 membedong
06
Genetik
07
7. Patofisiologi
● Pembentukan sendi pinggul sangat tergantung pada hubungan dinamis
antara femur dan acetabulum. Setiap gangguan dengan kontak yang tepat
antara keduanya dalam rahim atau masa bayi menyebabkan DDH.
● Tunas ekstremitas bawah berkembang sekitar empat minggu, kondroblas
berkumpul untuk membentuk tulang sendi pinggul di masa depan. Pada usia
enam minggu, tulang rawan berkembang menjadi diafisis femur,
prakartilago menjadi kepala femoralis di masa depan, yang tidak dapat
dibedakan dari acetabulum. Sel blastema membentuk proyeksi trokanter.
8. o Pada minggu ke-7, Interzone membedakan sisi sendi panggul. Acetabulum
proksimal terbentuk sebagai depresi dangkal pada 65 derajat; ini
kemudian harus memperdalam sampai 180 derajat, distal kaput femoralis
dan kartilago artikular. Lapisan tengah mengalami autolisis untuk
membentuk ruang sendi, membran sinovial, dan ligamentum teres. Pada
minggu ke-11, sendi panggul sudah dapat dikenali. Tetapi pertumbuhan
kaput femoralis dalam rahim lebih cepat daripada acetabulum, yang
mengakibatkan kaput femoralis kurang tertutup, sehingga setiap
gangguan kontak akan menyebabkan perkembangan abnormal.
o Membedong dalam posisi ekstrim (pinggul diperpanjang, adduksi, tidak
bergerak) mengakibatkan kontak yang salah antara acetabulum dan
femur mencegah perkembangan pinggul yang tepat. Acetabulum terus
tumbuh hingga usia 5 tahun.
o Kontak maligna untuk waktu yang lama menyebabkan perubahan kronis
seperti hipertrofi kapsul, ligamen teres, pembentukan penebalan tepi
acetabular (neolimbus), yang selanjutnya mencegah kontak, dan mencegah
relokasi kepala femoralis.
10. Pemeriksaan Fisioterapi
Inspeksi
Anamnesis
● Bayi baru lahir hingga berusia kurang dari tiga bulan
dengan DPP dapat memiliki asimetri lipatan
paha/inguinal dan lipatan poplitea akibat kemiringan
panggul. Umumnya lipatan inguinal yang normal
hampir simetris dan berhenti sebelum lubang anus.
Bila terjadi dislokasi posterior dan superior dari
kaput femoral, lipatan inguinal asimetris, dengan
lipatan kulit dari sisi yang terkena meluas ke
posterior dan lateral melewati lubang anus. Asimetri
lipatan kulit yang jelas dapat menjadi indikasi
dislokasi unilateral. Pada dislokasi bilateral, lipatan
ini dapat simetris tetapi berakhir setelah tingkat
lubang anus. Pemeriksaan terhadap asimetri lipatan
kulit bukan merupakan tanda pasti dislokasi
bilateral direduksi pada neonatus. Pemeriksaan ini
sangat tidak informatif karena lipatan kulit pada
neonatus hampir tidak pernah simetris.
wawancara mendalam dengan orang tua
mengenai adanya riwayat DPP atau
osteoartritis panggul prematur dalam
keluarga, posisi intra-uteri, posisi
sungsang (30% kelahiran sungsang
berkaitan dengan DPP, meskipun hal
ini hanya 3% darisemua kelahiran),
jumlah kehamilan (ketidak-stabilan
lebih umum terjadi pada kelahiran anak
pertama), dan oligohidram- nion.
Ketidakstabilan panggul 2-5 kali lebih
dominan pada anak perempuan
daripada anak laki-laki.
11. PEMERIKSAAN SPESIFIK
● 1. Tes Barlow => suatu manuver yang bertujuan untuk
menguji DDH dengan usaha mengeluarkan kaput femur dari
acetabulum dengan melakukan adduksi kaki bayi dan ibu jari
pemeriksa diletakkan dilipatan paha. Positif bila saat
mengeluarkan kaput femur, teraba kaputnya oleh ibu jari
pemeriksa dan ada bunyi 'klik'.
●2. Tes Ortolani => suatu manuver uji DDH dengan
memasukkan kaput femur ke acetabulum dengan melakukan
abduksi pada kaki bayi (gerakan ke lateral). Positif bila Ada
bunyi klik saat trokanter mayor ditekan ke dalam dan terasa
caput yang tadi keluar saat tes Barlow masuk ke acetabulum.
Sudut abduksi < 60 derajat (suspek DDH). Normalnya, sudut
abduksi = 65 sampai 80 derajat.
12. 1. PEMERIKSAAN
SPESIFIK
3. Tanda Galeazzi => Fleksikan femur, dekatkan
antara yang kiri dan kanan, lihat apakah lututnya
sama panjang atau tidak. Bila tidak sama panjang
=> (+) Positif.
4. Tes Tradelenberg => anak disuruh berdiri 1
kaki secara bergantian. Saat berdiri pada kaki
yang DDH (+), akan terlihat : Otot panggul
abduktor (menjauhi garis tubuh). Normalnya, otot
panggul akan mempertahankan posisinya tetap
lurus.
14. riwayat medis lengkap,
pemeriksaan fisik, dan evaluasi
sinar-X. Terkadang jenis
pencitraan lain, seperti magnetic
resonance arthrogram (MRA) atau
computed tomography (CT) scan
mungkin diperlukan untuk
Semakin muda usia bayi
saat dilakukan
penatalaksanaan maka
semakin baik
prognosisnya.
Diagnosis dan Prognosis
Diagnosis Prognosis
15. INTERVENSI FISIOTERAPI
Cara melakukan penatalaksanaan pada kasus ini dilakukan berdasarkan
usia, semakin muda usia anak maka semakin mudah tata laksananya.0-3
bulan Pemakaian popok double untuk menyangga femur tetap fleksi.
1. Penggunaan Pavlik Harness. Setelah 3-4 bulan pemakaian popok
double/Pavlik Harness dilakukan cek radiografi dan pemeriksaan fisik. Bila
membaik maka penggunaan popok double dan Paulik Harness
dihentikan.3-8 bulan•
2. Dilakukan traksi beberapa minggu Subcutaneus adductor tenotomy•
Setelah itu cek radiografi untuk melihat posisi, bila sudah pas, maka dapat
dilakukan fiksasi dengan spica (diganti setiap 2 bulan) sampai hasil
radiografi baik.8 bulan - 5 tahun•
3. Dilakukan subcutaneus adductor tenotomy Open reduksi => fiksasi
dengan spica>5 tahun• Operasi penggantian sendi (dilakukan dengan
memasang protesis). Tidak dilakukan lagi perbaikan karena dislokasi
sudah terlalu lama dan posisinya sudah jauh dari seharusnya. Bila
dilakukan penarikan secara paksa ligamen dan otot, kemungkinan dapat
mengakibatkan rusaknya pembuluh darah dan saraf (tidak dapat ditarik).
16.
17. Edukasi diberikan dengan cara memberikan edukasi tentang
cara membedongbayi dengan cara yang benar. Sebenarnya,
membedong tak harus dilakukan. Tetapi jika orang tua ingin
membedong anaknya, maka hindari membedongterlalu ketat dan
hindari memaksa kaki anak agar lurus saat dibedong.
EDUKASI DAN HOME PROGRAM