SlideShare a Scribd company logo
1 of 45
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PATOLOGIS
DI KLINIK BERSALIN BUNDA ELSA LUMAJANG
OLEH :
ERFANDA PUSPITA
NIM. 15901.05.23181
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
GENGGONG PROBOLINGGO
2023-2024
2
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PATOLOGIS
DI KLINIK BERSALIN BUNDA ELSA LUMAJANG
Lumajang : 12 Januari 2024
Mahasiswa
Erfanda Puspita
NIM. 15901.05.23181
Di setujui dan disahkan oleh :
Pembimbing Akademik
Bd. Agustina Widayati, S.ST.,M.Kes
NIDN. 0717089103
Pembimbing Wahana
Farianingsih,S.ST.,M.Kes
NIP 19730508 199302 2 006
3
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Pengertian
Persalinan diartikan rangkaian suatu kejadian keluarnya bayi yang sudah
cukup bulan, kemudian disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janindari
rahim ibu melalui jalan lahir atau jalan lain, baik berlangsung dengan atau tanpa
bantuan (kekuatan mengejan ibu) Kurniarum A,2016).
Persalinan merupakan proses pengeluaran seluruh hasil konsepsi yang
meliputijanin dan uri dan dapat hidup di luar rahim melalui jalan lahir atau jalan
lain.(Diana, 2019)
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks sehingga
kepalajanin dapat turun ke jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan dengan usia cukup bulan yaitu37-42
minggu dengan ditandai adanya kontraksi rahim pada ibu. Seluruh rangkaian
secara ilmiah lahirnya bayi dan keluarnya plasenta dari rahim melalui proses
adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi serviks ( irawati,
Muliani, Arsyad, 2019).
Persalinan diartikan sebagai suatu kejadian pengeluaran bayi yang telah
cukupbulan yang diikuti dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin. Pada saat
proses persalinan terjadi perubahan fisik yaitu ibu merasakan sakit pinggang dan
perut, kesulitan bernapas, serta perubahan psikis yaitu merasakan cemas,takut yang
dihubungkan dengan pengalaman lalu (Rinata, 2018).
II. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut (Saragih, 2017), faktor-faktor yang memengaruhi persalinan
normal dikenal dengan istilah 5P yaitu, Power, Passage, Passenger, Psikis ibu
bersalindan penolong persalinan.
1. Power
Power (tenaga) yang merupakan kekuatan ibu untuk mendorong janinkeluar.
Proses persalinan/ kelahiran bayi dibedakan menjadi 2 jenis tenaga, yaitu
primer dan sekunder. Primer berasal dari kekuatan kontraksi uterus (his)
yang muncul dari awal tanda tanda persalinan sampai pembukaan 10 cm.
4
Sekunder yaitu usaha ibu untuk mengejan dan dimulai dari pembukaan 10
cm.
2. Passeger (janin)
Faktor-faktor yang memengaruhi persalinan yaitu faktor janin yang meliputi,
berat janin, letak janin, posisi sikap janin (habilitus) serta jumlah janin.
Persalinan normal berkaitan erat dengan passenger di
antaranya yaitu janin bersikap fleksi di mana kepala, tulangpunggung dan
kaki berada dalam posisi fleksi dan lengan bersilang didada. Taksiran berat
janin normal yaitu 2500-3500 gram dengan denyut jantung janin (DJJ)
normal yaitu 120-160x/ menit.
3. Passage (jalan lahir)
Jalan lahir meliputi panggul yang terdiri dari tulang padat, dasar panggul,
vagina dan introitus vagina (lubang luar vagina). Jaringan lunak yang terdiri
dari lapisan-lapisan otot dasar panggul berperan dalam menunjang keluarnya
bayi, namun panggul ibu jauh lebih penting dan berperan dalam proses
persalinan. Oleh sebab itu, ukuran dan bentuk panggul sangat ditentukan
sebelum persalinan .
4. Psikis ibu bersalin
Persalinan atau kelahiran merupakan proses fisiologis yang menyertai
kehidupan hampir setiap wanita. Persalinan dianggap sebagai hal yang
menakutkan karena disertai dengan nyeri yang sangat hebat, tak jarang
menimbulkan kondisi fisik dan mental yang dapat mengancam jiwa. Nyeri
merupakan fenomena subjektif, seringkali keluhan nyeri pada setiap wanita
yang bersalin tidak selalu sama, bahkan padawanita yang sama tingkat nyeri
pada persalinan sebelumnya pun akan berbeda. Mempersiapkan psikologis
pada ibu hamil sangatlah pentinguntuk mempersiapkan persalinan. Apabila
seorang ibu telah siap dan paham tentang proses persalinan maka ibu
bersalin akan lebih mudah bekerjasama dengan petugas kesehatan dalam
proses persalinan.
Selama proses persalinan normal, ibu sebagai pemeran utama dengan
perjuangan dan upayanya, sehingga ibu harus memiliki keyakinan bahwa ia
mampu menjalani proses persalinan dengan mudah dan lancar. Dari
keyakinan positif yang ibu miliki maka ibu akan memiliki kekuatan yang
5
sangat besar pada saat berjuang mengeluarkan bayi. Begitupun sebaliknya,
apabila ibu tidak memiliki keyakinan atau semangat dan mengalami
ketakutan yang berlebih maka akan memengaruhi proses persalinan yang
nantinya akan menjadi sulit.
5. Penolong Persalinan
Petugas kesehatan merupakan orang yang sangat berperan dalam proses
menolong persalinan yang memiliki legalitas dalam menolong persalinan,
diantaranya yaitu: dokter, bidan perawat maternitas dan petugas kesehatan
yang memiliki kompetensi dalam menolong persalinan, menangani segala
bentuk kegawatdaruratan maternal dan neonatal serta melakukan rujukan
apabila diperlukan. Petugas kesehatan yang memberikan pertolongan
persalinan wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) serta mencuci
tangan untuk mencegah terjadinya penularan infeksi yang berasal dari
pasien.
Pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga yang profesional di
kalangan masyarakat masih sangat rendah apabila dibandingkan dengan
target yang diharapkan. Pemilihan penolong persalinan adalah faktor yang
menentukan proses persalinan berjalan dengan aman dan nyaman
III. Sebab - Sebab Mulainya Persalinan
Menurut Depdiknas (2001) sampai saat ini sebab-sebab mulainya
persalinanbelum diketahui dengan jelas. Namun beberapa faktor yang berperan
dan bekerjasama sehingga terjadi persalinan. Teori – teori yang dikemukakan yaitu
adanya penurunan hormon progesteron, teori oksitosin, peregangan otot pengaruh
janin, dan teori prostaglandin.
Berikut beberapa teori yang menyebabkan mulainya persalinan:
1. Penurunan kadar progesteron
Progesteron memberikan efek relaksasi pada otot-otot rahim, sebaliknya
estrogen memberikan efek meninggikan kerentanan otot rahim. Selama
kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen
dalam darah, namun pada akhir kehamilan kadar progesteron semakin
6
menurun sehingga menimbulkan his.
Proses penuan pada plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu di
mana terjadi penimbunan jaringan ikat dan pembuluh
darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesteron mengalami
penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin yang
berakibat otot rahim berkontraksi setelah mencapai tingkat penurunan
progesteron tertentu.
2. Teori oksitosin
Oksitisin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Perubahan
keseimbangan antara estrogen dan progesteron mengakibatkan sensitivitas
otot rahim berubah. Sehingga terjadi kontraksi braxton hicks. Pada akhir
kehamilan kadar progesteron menurun sehingga oksitosin bertambah dan
mampu meningkatkan aktivitas otot-otot rahim yang memicu terjadinya
kontraksi sehingga memunculkan tanda-tanda persalinan.
3. Peregangan otot-otot
Otot rahim memiliki kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah
melewati batas tertentu akan terjadi kontraksi hingga persalinan dapat
dimulai. Semakin besar kehamilan otot-otot rahim semakin rentan dan
teregang. Contoh pada kehamilan ganda akan sering muncul kontraksi
setelah mencapai keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses
persalinan
4. Pengaruh janin
Hipofise dan kelenjar suprarenal janin memegang peranan penting karena
pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa karena tidak
terbentuk hipotalamus. Pemberian obat-obatan kortekosteroid dapat
menyebabkan maturasi janin dan induksipersalinan.
5. Teori prostaglandin
Mulai umur kehamilan 15 minggu konsentrasi prostaglandin yang
dikeluarkan oleh desidua meningkat. Prostaglandin yang dihasilkan oleh
desidua menjadi salah satu penyebab permulaan persalinan. Studi penelitian
menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara
intravena, intra dan ekstra amnial mampu menimbulkan kontraksi
miometrium pada setiap umur kehamilan. Pemberian prostaglandin pada
7
saat hamil dapat menimbulkan efek
kontraksi pada rahim sehingga mampu memicu persalinan. Hal ini juga
didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang meningkat dalam air
ketuban maupun daerah perifer pada ibu hamil, sebelum melahirkan atau
selama persalinan.
IV. Tanda - Tanda Persalinan
1. Tanda-tanda persalinan sudah dekat
Menurut Saifudin (2010) tanda-tanda persalinan adalah sebagai berikut:
2. lightening
Sebelum persalinan ibu hamil akan merasakan tubuhnya lebih enteng,sesak
berkurang, namun sebaliknya ibu merasakan sulit berjalan dan sering
merasakan nyeri pada anggota tubuh bagian bawah.
3. Pollikasuria
Pada akhir kehamilan hasil pemeriksaan menunjukkan egigastrium mulai
kendor, fundus uteri lebih rendah daripada kedudukannya dan kepala janin
sudah mulai masuk panggul, keadaan ini menyebabkan vesika urinaria
tertekan dan merangsang ibu lebih sering kencing atau disebut juga
pollikasuria.
4. False labor
Tiga sampai empat minggu sebelum persalinan ibu akan merasakan his
pendahuluan atau disebut sebagai braxton hiks. His pendahuluan ini
memiliki sifat, nyeri diperut bagian bawah, tidak teratur, lamanya his
pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu, tidak berpengaruh
terhadap pendataran atau pembukaan serviks.
5. Perubahan serviks
Pada akhir bulan ke-9 hasil pemeriksaan serviks menunjukkan bahwaserviks
yang awalnya tertutup, panjang dan kurang lunak menjadi lebih lembut dan
beberapa menunjukkan telah terjadi pembukaan dan penipisan. Setiap ibu
akan mengalami perubahan yang berbeda beda,
pada multipara telah terjadi pembukaan 2 cm, namun pada primipara
sebagian besar masih dalam keadaan tertutup.
8
6. Energy sport
Ibu hamil akan mengalami peningkatan energi 24-48 jam sebelum persalinan
dimulai. Ibu akan mengalami kelelahan fisik sebelumnya karena tuanya
kehamilan, maka ibu akan mendapati satu hari sebelum persalinan dengan
energi yang penuh.
7. Gastrointestinal upsets
Beberapa ibu akan mengalami tanda-tanda seperti diare, obstipasi, mual dan
muntah karena efek penurunan hormon terhadap sistem pencernaan.
8. Tanda-tanda persalinan
Yang merupakan tanda-tanda persalinan Kurniarum, (2016) yaitu:
9. Munculnya kontraksi uterus
His persalinan atau disebut sebagai kontraksi uterus memiliki sifat:
a. Nyeri dari punggung melingkar ke perut bagian depan (fundus).
b. Nyeri pinggang yang menjalar ke depan.
c. Sifatnya teratur, interval semakin pendek dan kekuatan semakinbesar.
d. Memiliki pengaruh pada pendataran dan pembukaan serviks.
e. Aktivitas semakin meningkat akan menambah kekuatankontraksi.
f. Kontraksi uterus minimal 2 kali dalam 10 menit lamanya 20-40detik.
10. Penipisan dan pembukaan serviks
Penipisan dan pembukaan serviks ditandai dengan adanya pengeluaran
lendir darah sebagai tanda pemula.
11. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Adanya pendataran dan pembukaan akan menyebabkan keluarnya lendir
yang berasal canalis cervikalis disertai dengan sedikit darah. Perdarahan
yang sedikit disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah
segmen bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.
12. Premature rupture of membrane
Merupakan keluarnya cairan yang jumlahnya banyak dan mendadak yang
keluar dari jalan lahir. Hal ini terjadi karena selaput janin robek atau ketuban
pecah. Ketuban pecah biasanya terjadi pada saat pembukaan sudah lengkap
atau hampir lengkap, keluarnya cairanmerupakan tanda yang lambat. Namun
9
ketuban pecah terjadi pada pembukaan kecil atau terjadi sebelum masuk
persalinan. Pada kejadian seperti ini persalinan harus dilakukan dalam kurun
waktu 24jam setelah air ketuban keluar (Kurniarum A, 2016).
V. Tahapan Persalinan
Menurut Yulizawati, dkk (2019), persalinan dibagi menjadi empat tahap yaitu:
1. Kala I (pembukaan jalan lahir)
Kala I persalinan dimulai dari adanya kontraksi uterus yang teratur dan
diakhir dengan dilatasi serviks 10 cm. Pada primipara kala I berlangsung
kurang lebih 13 jam, sedangkan multipara 7 jam.
Terdapat dua fase pada kala I, yaitu:
a. Fase laten merupakan periode waktu dari dimulainya persalinan sampai
pembukaan berjalan secara progresif, umumnya dimulai saat kontraksi
muncul hingga pembukaan 3-4 cm berlangsung dalam 7-8 jam. Selama
fase ini presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama
sekali.
b. Fase aktif dibagi menjadi 3 yaitu: fase akselerasi terjadi dalam 2 jam
pembukaan 3 cm menjadi 4cm, fase dilatasi maksimal terjadi dalam 2
jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm, fase
deselerasi pembukaan menjadi lambat dalam waktu 2 jam pembukaan
dari 9 cm menjadi lengkap.
Fase tersebut terjadi pada primigravida. Pada multigravida terjadi
demikian namun terjadi dalam waktu yang lebih pendek.
2. Kala II (pengeluaran)
Kala II persalinan merupakan tahap di mana janin dilahirkan. Pada saat kala
II his semakin kuat dan cepat 2-3 menit sekali. Saat kepala janin sudah
masuk panggul secara reflektoris akan menimbulkan keinginan mengejan,
merasakan tekanan pada anus dan merasakan ingin BAB,. perinium
menonjol, vulva membuka.
Batas dan lama tahap persalinan kala II berbeda-beda tergantungparitasnya.
Lama kala II akan lama pada wanita yang mendapatkan blok epidural dan
menyebabkan kehilangan refleks untuk mengejan. Pada primigravida
10
membutuhkan tahapan ini kira-kira 25-57 menit.
3. Kala III (kala uri)
Dimulai dari janin lahir sampai plasenta lahir. Setelah bayi lahiruterus akan
teraba keras dengan fundus uteri berada di atas pusat. Beberapa menit
kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dinding
uterus. Pelepasan plasenta terjadi antara 6 -15 menit setelah bayi lahir dan
keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
Pada tahap ini dilakukan tekanan ringan di atas puncak rahim dengan cara
Crede untuk membantu pengeluaran plasenta. Plasenta diperhatikan secara
cermat sehingga tidak menyebabkan gangguan kontraksi rahim atau terjadi
perdarahan sekunder.
4. Kala IV ( 2 jam setelah melahirkan)
Kala IV persalinan berlangsung selama 2 jam setelah plasenta lahir. Periode
ini merupakan masa pemulihan yang terjadi segera jika homeostasis
berlangsung dengan baik. Pada tahap ini kontraksi otot rahim meningkat
sehingga pembuluh darah terjepit untuk menghentikan perdarahan. Pada kala
ini dilakukan observasi terhadap TD, P, N, kontraksi otot rahim dan
perdarahan selama 2 jam pertama. Selain itu dilakukan penjahitan luka
episiotomi. Setelah 2 jam apabila keadaan membaik ibu dipindahkan ke
ruangan bersama dengan bayinya.
1
VI. Bentuk – Bentuk Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut:
a. Partus biasa (normal / spontan) adalah proses lahirnya bayi pada PBK
dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu
dan bayi yang umumnya berlangsung < 24 jam.
b. Persalina buatan / persalinan abnormal atau distosia, bila persalinan
berlangsung dengan bantuan dari luar sehingga bayi dapat di lahirkan
pervaginam (ekstraksi porceps / cunam, ekstraksi vakum dll) dan
perabdomen (SC).
c. Persalinan anjuran atau induksi persalinan bila persalinan mulai tidak
dengan sendirinya tetapi berlangsung setelah pemberian oksitosin atau
prostaglandin atau setelah pemecahan ketuban.
d. Persalinan lama bila persalinan berlangsung lebih dari 24 jam.
VII. Etiologi Mulainya Persalinan
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi
rahim,pengaruh tekanan pada saraf dannutrisi
a. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone
dan estrogen.
Fungsi progesterone sebagai penenang otot – otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila
progesterone turun.
b. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darahyang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot
rahim sehinggamengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d. Teori iritasi mekanik
2
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeserdan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
e. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalisdengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi pemecahan ketuban), oksitosindrip yaitu pemberian oksitosin
menurut tetesan perinfus.
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga
menimbulkan beberapa teori yang berlaku berkaitan dengan mulainya terjadi
kekuatan his.
Ada dua hormon yang dominan mempengaruhi kehamilan,
yaitu :
a. Estrogen
1. Meningkatnya sensitipitas otot rahim
2. Memudahkan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanik.
b. Progesteron
1. Menurunnya sensitifitas otot rahim
2. Memudahkan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanik.
3. Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
Pada kala ini kita akan melakukan pemantauan persalinan dengan
menggunakan patograf.
A. Pengertian partograf
Partograf adalah alat untuk mencatat informasi berdasarkan pobservas 9
anamnesis, dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan, dan sangat
penting khususnya untuk membuat keputusan klinik selama kala I
persalinan (Jannah, 2015:60).
B. Tujuan partograf
Tujuan utama penggunaan partograf adalah mengamati dan mencatat
hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui pemeriksaan dalam dan menentukan normal atau
3
tidaknya persalinan serta mendeteksi dini persalinan lama sehingga
bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan persalinan
lama (Jannah, 2015: 60).
C. Pencatatan
Selama Kala I persalinan Menurut (Jannah, 2015: 62) pencatatan selama
Kala I persalinan terdiri dari :
a) Pencatatan selama fase laten
Fase laten ditandai dengan pembukaan serviks 1-3 cm. Selama fase
laten persalinan. Semua asuhan, pengamatan, dan pemeriksaan harus
dicatat terpisah dari partograf, yaitu pada catatan atau kartu menuju
sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali
membuat catatan selama fase laten persalinan dan semua asuhan serta
intervensi harus dicatat Waktu penilaian, kondisi ibu, dan kondisi janin
pada fase laten meliputi :
 Denyut jantung janin, frekuensi dan lama kontraksi uterus, nadi setiap
1 jam.
 Pembukaan serviks, penurunan kepala, tekanan darah, dan suhu setiap
4 jam.
 Produksi urine, aseton, dan protein setiap 2 sampai 4 jam. Apabila
ditemui tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih
sering dilakukan.
b) Pencatatan selama fase aktif
Fase aktif ditandai dengan pembukaan serviks 4-10 cm. Selama fase
aktif persalinan, pencatatan hasil observasi dan pemeriksaan fisik
dimasukkan ke dalam partograf. Pencatatan tersebut meliputi hal-hal
sebagai berikut :
 Informasi tentang ibu Nama, umur, gravida, para, abortus, nomor
catatan medis atau nomor puskesmas, tanggal dan waktu mulai
dirawat, waktu pecah selaput ketuban.
 Kondisi janin Denyut jantung janin setiap 30 menit, warna dan adanya
air ketuban, dan penyusupan (molase) kepala janin.
 Kemajuan persalinan Pembukaan serviks setiap 4 jam, penurunan
bagian terbawah janin atau presentasi janin, garis waspada.
4
 Jam dan waktu Waktu mulai fase aktif persalinan dan waktu aktual
saat pemeriksaan atau penilaian
 Kontraksi uterus Frekuensi dan lamanya
 Obat dan cairan yang diberikan Oksitosin, obat lainnya dan cairan IV
yang diberikan
 Kondisi ibu Nadi, tekanan darah, temperatur tubuh, dan Urine
(volume, aseton atau protein)
 Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya.
D. Pencatatan Temuan Pada Partograf Menurut (Jannah, 2015:65).
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama
yaitu :
a) Denyut jantung janin Menilai dan mencatat setiap 30 menit (lebih
sering, jika ada tanda gawat janin. Kisaran normal DJJ terpajan
pada partograf di antara garis tebal angka 180 dan 100. Akan tetapi,
penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas
160.
b) Warna dan adanya air ketuban Air ketuban dinilai setiap
melakukan pemeriksaan dalam, selain warna air ketuban, jika
pecah. Catat temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ
dan gunakan lambang berikut :
U Ketuban utuh (belum pecah)
J Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering)
c) Molase (penyusupan kepala janin)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kapala
bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu.
Tulang kepala yang saling menyusup menunjukkan kemungkinan
adanya disproporsi tulang panggul (cephalopelvic
disproportionate, CPD). Nilai penyusupan kepala janin dengan
menggunakan lambang berikut ini.
0 Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat
dipalpasi.
5
1 Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, namun masih
dapat dipisahkan.
3 Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan
d) Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur pada partograf adalah pencatatan kemajuan
persalinan. Angka 0-10 pada tepi kolom paling kiri adalah besarnya
dilatasi serviks. Skala angka 1-5 juga menunjukkan seberapa jauh 13
penurunan janin. Masing-masing kotak di bagian ini menyatakan
waktu 30 menit.
e) Pembukaan serviks
Penilaian dan pencatatan pembukaan serviks dilakukan setiap 4 jam
(lebih sering, jika terdapat tanda penyulit). Beri tanda untuk temuan
pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif
persalinan di garis waspada.
f) Penurunan bagian terbawah atau persentasi janin.
Penurunan kepala bayi harus selalu diperiksa dengan memeriksa perut
ibu sesaat sebelum periksa dalam dengan ukuran perlimaan di atas
pintu atas panggul (PAP). Beri tanda “o” pada garis waktu yang sesuai
pada garis tidak terputus dari 0-5 yang tertera di sisi yang sama dengan
pembukaan serviks.
g) Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir
pada titik dengan pembukaan lengkap yang diharapkan terjadi jika laju
pembukaan 1 cm per jam. Apabila pembukaan serviks mengarah ke
sebelah kanan garis waspada, penyulit yang ada harus dipertimbangkan
(fase aktif memanjang, macet, dll.)
h) Jam dan waktu
(1) Waktu mulai fase aktif persalinan. Bagian bawah partograf
(pemeriksaan serviks dan penurunan kepala janin) tertera kotak- 14
kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam
sejak dimulai fase aktif persalinan.
6
(2) Waktu aktual saat pemeriksaan silakukan. Setiap kotak menyatakan
satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit
pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya.saat ibu
masuk dalam fase aktif persalinanm catatkan pembukaan serviks di
garis waspada.
i) Kontraksi uterus
Terdapat lima lajur kotak dengan tulisan “kontraksi setiap 10 menit”
disebelah luar kolom paling kiri di bawah lajur waktu partograf. Setiap
kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat
jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lama satuan detik >40 detik.
j) Obat dan cairan yang diberikan Oksitosin, obat lain dan cairan IV
k) Kesehatan dan kenyamanan ibu
(1) Nadi, tekanan darah, dan temperatur tubuh. Catat dan nilai nadi ibu
setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. Beri tanda titik (.) pada
kolom waktu yang sesuai. nilai tekanan darah ibu dan catat setiap 4
jam selama fase aktif persalinan. Nilai dan catat juga temperatur tubuh
ibu setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.
15
(2) Volume urine, protein atau aseton. Ukur dan catat jumlah produksi
urine ibu sedikitnya setiap 2 jam. Apabila memungkinkan, setiap kali
ibu berkemih, lakukan pemeriksaan aseton atau protein dalam urine.
l) Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya. Catat semua
asuhan lain, hasil pengamatan, dan keputusan klinik di sisi luar kolom
partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan.
Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
b. Pencatatan pada lembar belakang partograf 1) Data atau informasi
umum
2) Kala I-IV b. Kala II Menurut (Walyani & Purwoastuti, 2016) pada
kala II ini memiliki ciri khas , yaitu : 1) His terkoordinir, kuat, cepat
dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali 2) Kepala janin telah turun
masuk ruang panggul dan secara reflektoris menimbulkan rasa ingin
mengejan
3) Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB
7
4) Anus membuka Lama pada kala II ini pada primi dan multipara
berbeda yaitu :
a) Primipara kala II berlangsung 1,5 jam-2 jam b) Multipara kala II
berlangsung 0,5 jam-1 jam 16 Perubahan Fisiologis Kala II, yakni : a)
Kontraksi Uterus Adapun kontraksi yang bersifat berkala dan yang
harus di perhatikan adalah lamanya kontraksi berlangsung 60-90 detik,
kekuatan kontraksi, kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan
mencoba apakah jari kita dapat menekan dinding rahim ke dalam,
interval antara kedua kontraksi pada kala pengeluaran sekali dalam 2
menit (Walyani & Purwoastuti, 2016). b) Perubahan Uterus Dalam
persalinan perbedaan SAR dan SBR akan tampak lebih jelas, dimana
SAR dibentuk oleh korpus uteri dan bersifat memegang peranan aktif
(berkontraksi) dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya
persalinan, dengan kata lain SAR mengadakan suatu kontraksi menjadi
tebal dan mendorong anak keluar. Sedangkan SBR dibentuk oleh
isthimus uteri yang sifatnya memegang peranan pasif dan makin tipis
dengan majunya persalinan (disebabkan karena regangan), dengan kata
lain SBR dan serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi (Walyani &
Purwoastuti, 2016).
c) Perubahan Serviks Perubahan pada serviks pada kala II ditandai
dengan pembukaan lengkap, pada pemeriksaan dalam tidak teraba lagi
bibir portio, Segmen Bawah Rahim (SBR), dan serviks (Walyani &
Purwoastuti, 2016). 17 d) Perubahan Vagina dan Dasar Panggul
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah terjadi perubahan,
terutama pada dasar panggul yang diregangkan oleh bagian denpan
janin sehingga menjadi saluran yang dinding dindingnya tipis karena
suatu regangan dan kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap
ke depan atas dan anus, menjadi terbuka, perineum menonjol dan tidak
lama kemudian kepala janin tampak pada vulva (Walyani &
Purwoastuti, 2016).
c. Kala III Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dan fundus uteri
sedikit di atas pusat. Beberapa saat kemudian, uterus berkontraksi lagi
untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta akan
8
lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar secara
spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri (Lailiyana et al, 2012).
1) Fisiologi Kala III
Terbagi dalam dua tahap pada kelahiran plasenta, yaitu terlepasnya
plasenta dari implantasinya pada dinding uterus dan pengeluaran
plasenta dari dalam kavum uteri. Setelah bayi lahir, uterus masih
mengadakan kontraksi yang mengakibatkan penciutan permukaan
kavum uteri tempat implantasi plasenta. Oleh karena tempat implantasi
plasenta menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak
berubah, maka plasenta akan menekuk, menebal, kemudian dilepaskan
dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan 18 turun ke bagian
bawah uterus atau bagian atas vagina (Lailiyana et al, 2012).
2) Tanda-tanda lepasnya plasenta
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus
b) Tali pusat memanjang c) Semburan darah tiba-tiba (Lailiyana et al,
2012).
3) Metode pelepasan plasenta
a) Metode Ekspulsi Schultze Pelepasan ini dapat di mulai dari tengah
atau dari pinggir plasenta, ditandai oleh makin panjang keluarnya tali
pusat dari vagina tanpa adanya perdarahan per vaginam (Walyani &
Purwoastuti, 2016).
b) Metode Ekspulsi Matthew-Duncan Ditandai oleh adanya perdarahan
dari vagina apabila plasenta mulai terlepas, umumnya perdarahan tidak
melebihi 400 ml lebih besar kemungkinan pada implantasi lateral
(Walyani & Purwoastuti, 2016).
4) Cara pengecekan plasenta
a) Perasat Kustner Tali pusat diregangkan atau ditarik sedikit, tangan
ditekankan diatas simfisis. Bila tali pusat masuk kembali, berarti
plasenta belum lepas (Lailiyana et al, 2012).
b) Perasat Strassman 19 Tali pusat diregangkan, ditarik sedikit sambil
tangan mengetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali
pusat yang diregangkan, berarti plasenta belum lepas dari dinding
uterus (Lailiyana et al, 2012).
9
c) Perasat Klein Pasien diminta mengedan, sehingga tali pusat ikut
turun atau memanjang. Bila pengedanan dihentikan dan tali pusat
masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari
dinding uterus (Lailiyana et al, 2012).
5) Manajemen Aktif Kala III
a) Pemberian suntikan oksitosin
b) Melakukan peregangan tali pusat terkendali
c) Pemijatan atau masase fundus uteri (Lailiyana et al, 2012).
d. Kala IV
1) Fisiologi kala IV Kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai
dengan dua jam sesudahnya, hal-hal yang perlu diperhatikan pada kala
IV adalah kontraksi uterus sampai uterus kembali ke bentuk normal.
Uterus dapat dirangsang untuk berkontraksi dengan baik dan kuat
melalui massase atau rangsang taktil, kelahiran plasenta yang lengkap
perlu juga dipastikan untuk menjamin tidak terjadi perdarhan lanjut
(Jannah, 2015).
2) Pemantauan dan Evaluasi Lanjut 20
a) Tanda Vital Tanda syok pada ibu harus diperhatikan seperti nadi
cepat dan lemah (110 kali/menit), tekanan darah rendah sistolik kurang
dari 90 mmHg, dan pemantauan suhu tubuh perlu dilakukan untuk
mencurigai terjadinya infeksi (Jannah, 2015).
b) Kontraksi Uterus Kontraksi uterus yang baik adalah uterus teraba
keras dan tinggi fundus uteri berada 1-2 jari di bawah pusat setelah
melahirkan, pemeriksaan kontraksi dilakukan 15 menit pada satu jam
pertama pascapartum dan 30 menit satu jam kedua pascapartum
(Jannah, 2015).
c) Kandung Kemih Kandung kemih harus terus dalam keadaan kosong,
karena kandung kemih yang penuh dapat menghalangi kontraksi
maksimal sehingga perdarahan dapat terjadi. Pemantauan kontraksi
selama satu jam pertama dilakukan empat kali dalam 15 menit, dan dua
kali selama 30 detik pada jam kedua (Jannah, 2015).
10
VIII. Prosedur pelaksanaan Persalinan kala I, II, III dan IV
a. Persalinan Kala I
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala
pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga pasien dapat berjalan-
jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung selama 6 -18 jam
(rata-rata 13 jam) sedangkan multigravida sekitar 2-10 jam (rata-rata 7
jam). Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan pembukaan
primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan
perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan.
1. Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat
lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
2. Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam,
pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam
waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm
dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2
jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada
primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam sedang pada multigravida
7 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan multigravida 2 cm tiap 2
jam.
b. Persalinan Kala II
Persalinan kala II adalah kala pengeluaran yang di mulai ketika pembukaan
serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala
pengeluaran terjadi berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin
didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung :
1. 1 – 2 jam pada primigravida
2. ½ - 1 jam pada multigravida
Tanda dan Gejala Kala II Persalinan:
1. Ibu ingin meneran bersamaan dengan kontraksi
2. Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rektrum/vaginal
3. Perineum terlihat menonjol
4. Vulva vagina dan sfinger ani membuka
11
5. Peningkatan pengeluaran lendir & darah
Kepemimpinan, ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada
waktu untuk memimpin, semua ini disebut dengan
memimpin persalinan”Keseluruhan 60 standar dan langkah asuhan
persalinan normal yang mempunyai arti, maksud dan tujuan, dan harus
dikuasai seorang bidan tersebut adalah :
1. Mendengar dan Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua
a) Dor-an
b) Tek-nus
c) Per-jol
d) Vul-ka
2. Memastikan kelengkapan alat, bahan, serta obatan-obatan esensial
pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin &
membuka spoid kemudian memasukan spoid disposable sekali pakai
2½ ml ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek partus dari bahan yang tidak tembus cairan.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di pakai, kemudian
mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan keringkan
dengan handuk bersih.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengambil spoid dengan tangan yang bersarung tangan,kemudian isap
oksitosin dengan teknik satu tangan dan letakan kembali kedalam bak
partus.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan
gerakan vulva ke perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah
lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai
pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
12
11. Memberi tahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa
ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan
pastikan ia merasa nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16. Meletakan duk steril yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu.
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan.
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, maka
lindungilah perineum dengan satu tangan yang di lapisi kain dan
tangan yang lain menahan belakang kepala agar tidak terjadi defleksi.
20. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah untuk melahirkan bahu
anterior kemudian gerakan ke arah atas untuk melahirkan bahu
posterior.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan
atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah
bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah
(selipkan jari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin).
13
25. Melakukan penilaian sepintas : Apakah bayi menangis kuat dan atau
bernapas tanpa kesulitan? Dan Apakah bayi bergerak aktif?.
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas
perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus
berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem pertama
kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal
(ibu) dan jepit kembali tali pusat dengan klem kedua kira-kira 2 cm
dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
Kemudian mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu
sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
32. Meletakan bayi tengkurap di atas dada untuk melakukan IMD.
Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di
kepala bayi.
c. Persalinan Kala III
33. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari
vulva.
34. Meletakan satu tangan diatas fundus untuk mendeteksi kontraksi dan
tangan yang lain memegang tali pusat.
35. Saat uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri mendorong uterus dengan hati-hati kearah
doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan
14
penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan mengulangi prosedur.
36. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan
lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
37. Setelah plasenta muncul pada introitus vagina, jemput plasenta dengan
kedua tangan kemudian putar searah jarum jam hingga plasenta dan
selaput ketuban terlepas.
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase pada
fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler
menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus
baik (fundus teraba keras).
39. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan
untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah
lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.
40. Evaluasi kemungkinan adanya laserasi pada vagina dan perineum, dan
lakukan penjahitan bila ada robekan.
d. Persalinan Kala IV
41. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
42. Celupkan tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan clorin
0,5 %.
43. Pastikan kandung kemih kosong.
44. Mengevaluasi dan mengestimasi jumlah kehilangan darah.
45. Mengajarkan ibu dan keluarga cara mesase dan menilai kontraksi.
46. Memeriksa TTV dan memastikan bahwa keadaan umum ibu baik.
47. Memantau keadaan bayi dan memastikan bayi bernapas dengan baik
(30-60 x/i).
48. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan clorin 0,5 %
untuk dekontaminasi selama 10 menit.cuci dan bilas alat setelah di
dekontaminasi.
49. Buanglah bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat yang sesuai.
15
50. Bersihkan ibu dengan cairan DTT dan bantu ibu memakai pakaian
yang bersih.
51. Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI dan anjurkan
keluarga untuk memberikan makanan dan minuman yang di inginkan
ibu.
52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan clorin 0,5 %.
53. Celupkan handscoon dan lepaskan secara terbalik kemudian rendam
selam 10 menit dalam larutan clorin 0,5 %.
54. Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir,lalu keringkan
dengan handuk bersih.
55. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan untuk melakukan
pemeriksaan fisik pada bayi.
56. Dalam waktu 1 jam pertama lakukan penimbangan dan pengukuran
pada bayi, berikan tetes/salep mata antibiotik profilaksis dan injeksi
vit.k 1mg IM dipaha kiri anterolateral.
57. Setelah satu jam pemberian vit.k, berikan suntikan imunisasi hepatitis
B dip aha kanan anterolateral.
58. Lepaskan sarung tangan secara terbalik kemudian rendam secara
terbalik selama 10 menit dalam larutan clorin 0,5 %.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir, lalu keringkan
dengan handuk bersih.
60. Lengkapi partograf.
IX. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi dalam persalinan adalah:
a. Infeksi
Pada pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan kemungkinan
dapat menyebabkan infeksi apabila pemeriksa tidak memperhatikan teknik
aseptik.
b. Ruptur Perineum
Pada wanita dengan perineum yang kaku kemungkinan besar akan terjadi
ruptur perineum, sehingga dianjurkan untuk melakukan episiotomi.
c. Atonia Uteri
16
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak bisa berkontraksi
setelah janin lahir sehingga menyebabkan perdarahan hebat.
d. Retensi Plasenta / Retensi Sisa Plasenta
Retensi plasenta adalah kondisi dimana plasenta belum lahir selama 30 menit
setelah janin lahir sedangkan retensi sisa plasenta adalah terdapat sebagian
plasenta yang masih tertinggal setelah plasenta lahir.
e. Hematom Pada Vulva
Hematom dapat terjadi karena pecahnya pembuluh darah dalam dinding lateral
vagina bagian bawah waktu melahirkan.
f. Kolpaporeksis
Kolpaporeksis adalah robekan melintang atau miring pada bagian atas vagina
sehingga sebagian uterus dan serviksnya terlepas dari vagina. Hal ini dapat
terjadi pada persalinan dengan disproporsi kepala panggul.
g. Robekan serviks
Dapat terjadi pada serviks yang kaku dan his yang kuat.
h. Ruptur Uteri
Ruptur uteri atau rtobekan uterus merupakan kondisi yang sangat berbahaya
dalam persalinan karena dapat menyebabkan perdarahan hebat.
i. Emboli Air Ketuban
Emboli air ketuban merupakan peristiwa yang timbul mendadak akibat air
ketuban masuk ke dalam peredaran darah ibu melalui sinus vena yang terbuka
pada daerah plasenta dan menyumbat pembuluh-pembuluh kapiler dalam
paru-paru.
X. PROGNOSIS
Prognosis pada persalinan normal baik.
XI PATOLOGI KALA 1 PERSALINAN
1. Asuhan Kebidanan pada Gangguan Kemajuan Persalinan/ Persalinan Lama
Persalinan dikatakan terlalu lama jika persalinan berlangsung selama > 12
jam untuk multipara dan > 24 jam untuk primipara. Persalinan lama akan
menyebabkan masalah serius,termasuk fistula, ruptur uterus, atau kematian ibu
17
dan bayi. Saat ibu mengalami persalinan lama, observasi ibu secara ketat untuk
mendeteksi tanda peringatan. Apakah jarak antar nyeri semakin jauh? Apakah ibu
menunjukkan tanda infeksi? Apakah ibu mulai kelelahan?
Apakah denyut jantung normal?
Yang perlu diingat adalah : “jangan pernah membuat ibu merasa bersalah jika
persalinan lama atau sulit, tetapi kuatkan ibu”.
Pada prinsipnya, persalinan lama dapat disebabkan faktor-faktor yang satu
sama lain salingberhubungan yaitu power, passanger, passage, psychologic, dan
position of mother (5P).
a. Power atau his tidak efisien (tidak adekuat) / disfungi uterus hipotonik/ inersia
uteri
Disfungsi uterus merupakan diagnosis yang dapat ditegakkan dengan
melakukan observasi pemanjangan waktu setiap fase atau kala persalinan yang
melebihi waktu yang diperkirakan. Hal ini dapat diidentifikasi berdasarkan
sedikitnya kemajuan pendataran serviks atau dilatasi atau penurunan bagian
presentasi janin. Pada disfungsi uterus hipotonik, kontraksi memiliki pola
gradien normal (paling besar di fundus dan menurun sampai paling lemah di
segmen bawah uterus dan serviks), tetapi tonus atau intensitas sangat buruk
(kurang dari 15 mmHg tekanan), tekanan ini sangat sedikit untuk
menyebabkan serviks berdilatasi. Keadaan ini meningkatkan resiko distrees
maternal, perdarahan, dan jika ketuban pecah terjadi infeksi intra uterus, serta
jika terlalu lama berlangsung menimbulkan distress janin
Tanda dan gejala disfungsi uterus hipotonik adalah:
1) Ibu tidak merasakan nyeri, persalinan mengalami kemajuan namun
kemudian berhenti
2) Pada pemeriksaan kontraksi tidak sering, durasi singkat, intensitas ringan3)
Pemeriksaan dalam tidak ada kemajuan dilatasi serviks atau penurunan
janin karena kontraksi tidak efektif
Beberapa pilihan asuhan yang dapat dilaksanakan kepada ibu dengan disfungsi
uterus hipotonik
1) Mengubah lingkungan untuk menurunkan stress pada ibu
2) Menganjurkan ibu istirahat dan memenuhi asupan cairan
3)Berkomunikasi dan mendukung dengan ibu untuk mengurangi kekhawatiran
dan ketakutan
18
4) Ambulasi
5) Hidroterapi (shower, berendam air hangat, jacuzzi)
6) Stimulasi puting susu
7) Bila perlu, pecahkan ketuban
8) Bila perlu, stimulasi pitocin
Penanganan disfungsi uterus:
1) Lakukan induksi dengan oksitosin 5 unit dalam 500 cc dektrosa (atau NaCl)
atau prostaglandin
2) Evaluasi ulang dengan pemeriksaan vaginal setiap 4 jam:
a) Bila garis tindakan dilewati (memotong) lakukan SC
b) Bila ada kemajuan evaluasi setiap 2 jam.
b. Passanger atau Faktor janin (malpresentasi, malposisi, janin besar)
Malpresentasi, malposisi dan janin besar akan kita bahas di bab yang lain.
c. Passage Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
Panggul sempit, kelainan serviks, vagina dan tumor akan dibahas di bab yang
lain.
d. Psikologi
Apakah Anda pernah melihat persalinan lambat atau persalinan macet yang
disebabkan oleh faktor psikologi ibu? Faktor ini ditandai dengan ibu menjadi
tegang, khawatir atau ketakutan. Banyak penyebab yang mempengaruhi
psikologi ibu saat persalinan, diantaranya:
1) Nyeri fisik persalinan membuat ibu ketakutan
2) Ibu belum berpengalaman karena merupakan bayi pertama
3) Bayi terdahulu lahir mati atau meninggal setelah dilahirkan
4) Ibu tidak menginginkan kehamilan
5) Ibu tidak memiliki suami, pasangan atau keluarga untuk membantunya
6) Terdapat masalah keluarga
7) Ibu pernah mengalami kekerasan seksual di masa lampauAsuhan yang
diberikan adalah:
1) Bantu ibu merelaksasi tubuhnya, dengan massase, memandikan dengan
air hangat atau meberi pakaian hangat
2) Bantu ibu untuk menyambut kontraksi dengan mengajarkan teknik
relaksasi
19
3) Perlakukan ibu dengan penuh perhatian dan penghargaan
e. Position of Mother
Persalinan seringkali menguat jika ibu berdiri atau berjalan-jalan karena
dalam posisi tersebut, kepalabayi menekan serviks dan menyebabkan
kontraksi lebih kuat. Beberapa ibu mengalami kontraksi yang lebih kuat
hanya dengan mengubah posisi. Asuhan yang dapat diberikan saat
persalinan yaitu bantu ibu berpindah tempat selama persalinan. Ibu dapat
jongkok, duduk, berlutut atau mengambil posisi lain. Ibu boleh berdiri,
berjalan, berayun-ayun, bergoyang-goyang atau bahkan menari untuk
membantu tubuh ibu menjadi rileks. Ibu boleh tidur miring dengan
disangga bantal diantara tungkai atau berbaring telentang dengan bagian
atas tubuh diganjal bantal. Yang harus diingat, ibu tidak boleh tidur
berbaring datar telentang
2. Asuhan Kebidanan pada Ketuban Pecah Dini (KPD)
Yaitu pecah ketuban sebelum awitan persalinan, tanpa memperhatikan usia
gestasi. Insiden KPD lebih tinggi pada perempuan dengan serviks inkompeten,
polihidramnion, malpresentasi janin, kehamilan kembar, atau infeksi vagina/
serviks. Selain itu, KPD dapat terjadi pada ibu dengan kelelahan.
Komplikasi yang dapat terjadi pada KPD adalah persalinan prematur, infeksi
intrauteri (korioamnionitis), kompresi tali pusat akibat prolaps tali pusat atau
oligihodramnion.
Deteksi dini KPD didapatkan dari pengumpulan data Subjektif dan Objektif.
a. Data Subjektif
1) Mempunyai risiko terjadinya KPD : riwayat KPD atau persalinan
prematur, serviks tidakkompeten, riwayat tindakan pada serviks/
robekan serviks, infeksi serviks/ vagina, peningkatan PH vagina,
perdarahan selama persalinan, gemelli, polyhidramnion, kelainan
plasenta, prosedur saat prenatal (amniosentesis, chorionic Villus
sampling), kebiasaan merokok, penggunaan narkoba, hipertensi,
diabetes, malnutrisi, sosial ekonomi rendah.
2) Waktu terjadi pecah ketuban
3) Tanda dan gejala infeksi
20
4) Jumlah cairan yang keluar (menyembur, sedikit terus menerus, perasaan
basah pada celana dalam)
5) Ketidakmampuan mengendalikan kebocoran dengan latihan kegel (untuk
membedakan iknontinensia uteri dan KPD
6) Warna cairan (jernih atau keruh, bercampur mekoneum atau lainnya)
7) Bau cairan (khas, membedakan dengan urine)
8) Hubungan seksual terakhirb. Data Objektif
1) Pemeriksaan abdomen untuk menentukan volume cairan amnion
2) Pemeriksaan spekulum (inspekulo) : pengeluaran cairan dari
orifisium, dilatasi serviks,prolaps tali pusat)
3) Pemeriksaan laboratorium : Uji kertas nitrazin positif bila warna
kertas menjadi biru gelap (basa, PH amnion 7,0-7,5) dan USG untuk
mendeteksi oligohidramnion Saat mengetahui bahwa ibu mengalami
KPD, bidan hendaknya melakukan observasi ketuban, yakinkan
warna ketuban apakah berwarna jernih? kuning muda atau hijau atau
bahkan berupa gumpalan feces bayi pada ketuban (hitam). Setelah itu,
observasi denyut jantung janin dan observasi tanda peringatan lain.
Saat menunggu persalinan atau bila ibu mendapatkan perawatan
konservatif, bantu ibu untuk mencegah agar kuman tidak masuk ke
dalam vaginanya dengan cara : Tidak melakukan periksa dalam, tidak
memasukkan apapun ke dalam vagina, memastikan ibu tidak
berendam saat mandi, memastikan agar ibu tidak melakukan
hubungan seksual, meminta ibu membersihkan genital luarnya dari
arah depan ke belakang setelah berkemih danmenganjurkan ibu
mengganti pakaian dalam secara teratur (Klein, 2009).
Penatalaksanaan
Konservatif:
1) Rawat di Rumah Sakit
2) Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin) dan
metronidazol 2 x 500mg selama 7 hari
3) Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, rawat selama air ketuban masih
keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
21
4) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi,
tes busa negatif : beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi,
dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu
5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik
(salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam
6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi
7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi uterin)
8) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu
kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar
lesitin dan spingomielin tiap minggu.
Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,
deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali
Aktif
1) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 50 μg intravaginal tiap 6
jam maksimal 4 kali.
2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan
persalinan diakhiri :
a.Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian insuksi.
Jika tidak berhasilakhiri persalinan dengan SC.
b.Bila skor pelvik >5, induksi persalinan, partus pervaginam
3. Asuhan Kebidanan pada Fetal Distress (Gawat Janin)
Denyut Jantung Janin (DJJ) normal adalah antara 110 dan 160 kali/menit. DJJ
dapat direkam secara intermitten dengan auskultasi menggunakan stetoskop
pinard datau secara elektronik menggunakan alat doppler. Janin disebut dalam
keadaan gawat janin atau fetal distress apabila tejadi takikardi atau bradikardi.
Takikardi adalah kondisi dimana denyut jantung janin > 160 x/ menit yang
berlangsung dalam 10 menit atau lebih, sering dihubungkan dengan penurunan
variabilitas. Takikardi ini dikatakan berat jika >180x menit
22
Penyebab:
a. Prematuritas
b. Demam maternal
c. Hipoksia janin
d. Penggunaan obat-obatan pada ibu
e. Anomali jantung janin
f. Dehidrasi pada ibu
g. Diabetes ketoasidosis
h. Anemia janin (isoimunisasi Rh, perdarahan fetomaternal, abruptio plasenta)
i. Hipertiroidisme Maternal
Bradikardi yaitu Kondisi dimana denyut jantung janin berkisar < 110 x/menit.
Perlambatan kurang < 110x/menit yang progresif atau tiba-tiba menunjukkan
dekompensasi janin.
Penyebab:
a. Hipotermi maternal
b. Kompresi tali pusat (prolaps tali pusat, kompresi tali pusat intermiten)
c. Hipoksia atau asfiksia janin dan penurunan variabilitas
d. Stimulasi vagal (valsava maternal, pemeriksaan vagina, penurunan yang
cepat, kepala janin pada posisi posterior atau melintang)
e. Anomali jantung janin
f. Pengobatan maternal
Penanganan:
a. Bila sedang dalam infus oksitosin : STOP
b. Ibu berbaring miring ke kiri
c. Cari penyebab DJJ yang abnormal. Misalnya : ibu demam, atau efek obat
tertentu. Bila penyebab diketahui, atau permasalahannya
d. Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui hal-hal berikut:
1) Kemajuan persalinan
2) Adakah kompresi tali pusat?
3) Air ketuban sedikit?
e. Bila terdapat oligohidramnion akibat ketuban pecah maka kompresi tali
pusat dapat diatasi dengan amnio infusi.
f. Bila DJJ tetap tak normal, segera akhiri persalinan dengan cara yang sesuai
syarat tindakan (EV, FE atau Seksio sesaria)
23
g. Pada kala II sebanyak 30-40% dapat terjadi bradikardia akibat kompresi,
bila persalinan lancar tidak perlu tindakan
24
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. (2014). pelatihan klinik asuhan persalinan normal. jakarta: USAID.
Hanifa, w. (2013). ilmu kebudanan . jakarta: Yayasan bina pus.
Mitayani. (2013). asuhan keperawatan maternitas. Jakarta: EGC.
Idawati, I. (2019). Penerapan Standar Asuhan Persalinan Normal di Ruang Kebidanan
Rumah Sakit Umum Daerah Teungku Chik Di Tiro. Jurnal Serambi
Akademica, 7(3), 205–215.
Jannah, N. (2015). ASKEB II Persalinan Berbasis Kompetensi (E. K. Yudha (ed.)).
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. In Kementrian
Kesehatan Repoblik Indonesia (Vol. 42, Issue 4).
Kuswanti, I., & Melina, F. (2014). ASKEB II PERSALINAN (Cetakan I). Pustaka
Pelajar.
Prawirohardjo, S. (2016). Ilmu Kebidanan (T. Rachimhadhi & G. H. Wiknjosastro
(eds.); kelima). PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
. (0)
Sukarni K, I., & ZH, M. (2013). Kehamilan, Persalinan, dan Nifas dilengkapi
dengan patologi (Pertama). Nuha Medika.
Sulastri, E., & Linda, S. L. (2020). Pengaruh Sikap, Motivasi, Dan Keterampilan
Bidan Terhadap Penerapan Metode Asuhan Persalinan Normal (Apn) Di
Praktik Mandiri Bidan Kota Ternate. Jurnal Medikes (Media Informasi
Kesehatan), 7(1), 161–170. https://doi.org/10.36743/medikes.v7i1.217
Walyani, E. S., & Purwoastuti, T. E. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi
Baru Lahir (Cetakan I). PUSTAKABARUPRESS
Poltekes Kemenkes Palangkaraya (2019). Asuhan Kebidanan Kalborasi Patologi Dan
Komplikasi. Prodi Sarjana Terapan Kebidanan
25
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PATOLOGIS
Nama Pengkaji : Erfanda Puspita
Jam/ Tanggal Pengkajian : 09.00 WIB/ 10-01-2024
Tempat Pengkajian : Klinik Bersalin Bunda Elsa
Identitas
Nama : Ny. A Nama Suami : Tn. O
Umur : 28 th Umur : 30 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : BUMN
Alamat : Dusun Krajan RT 002 RW 008 Pasrujambe Kab. Lumajang
A. SUBYEKTIF
1. Keluhan Utama: Ibu hamil anak ke 2 hamil 9 bulan mengeluh perut kenceng
sejak pukul 07.00 wib (09-01-2024) dan keluar lendir darah dari jalan lahir
2. Riwayat Menstruasi
HPHT : 10-04-2023
TP : 17-01-2024
3. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
No No
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
Suami Ank UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny Sex BL/PB H M Laktsi Peny
1 1 1 38 - SPT Bidan PMB - LK 3700/50 H - IYA -
2 HAMIL INI
4. Riwayat kehamilan sekarang
ANC :
TM I : 1 X di Puskesmas Pasrujambe
TM II : 3 X di Klinik Bersalin Bunda Elsa
TM III : 3 X di Klinik Bersalin Bunda Elsa
Penyuluhan yang pernah didapat :
- pentingnya pemeriksaan,
26
- manfaat tambah darah,
- ANC terpadu,
- senam hamil,
- tanda bahaya kehamilan,
- persiapan persalinan,
- tanda tanda persalinan.
Terapi yang pernah didapat selama Hamil ini :
Tablet FE (1x1) 90,
Calcifar 1x1
Hasil Laboratorium tanggal 10-01-2024 :
HB : 12.1 gr% , Golda : A, Albumin : - Reduksi : - , HIV : NR,
HbsaG : NR, Sypilis :NR
5. Riwayat Kesehatan
Ibu tidak pernah menderita penyakit anemia, hipertensi, jantung, TBC,
diabetes, asma serta tidak mengalami Demam pada ibu selama hamil,
Penggunaan obat-obatan pada ibu, Anomali jantung janin, Dehidrasi pada ibu,
Diabetes ketoasidosis
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga ibu tidak ada yang menderita penyakit hipertensi, jantung, TBC,
diabetes, asma dll. Dalam keluarga ibu tidak ada riwayat gemelli.
7. Riwayat Psikososial
Hubungan dengan suami baik, begitu juga dengan anggota keluarga yang lain,
kehamilan ini direncanakan, Suami dan keluarga menerima dengan baik
kehamilan ini, rencana melahirkan di Klinik Bersalin Bunda Elsa dan
didampingi suami serta keluarga.
8. Data Sosial Budaya
Ibu tidak memiliki pantangan terhadap makanan dan minuman, ibu tidak
pernah minum jamu, tidak pernah pijat perut.
9. Data Kesehatan
a. Nutrisi
Ibu sebelum ke Klinik makan pagi dengan menu nasi, lauk dan sayur,
minum air putih
b. Eliminasi
27
Ibu sebelum ke Klinik belum BAB dan sudah BAK serta tidak ada
keluhan
c. Istirahat
Ibu sebelum ke Klinik istirahat terakhir tidur selama 3 jam. Selama
merasakan kontraksi ibu mengatakan tidak bisa istirahat
d. Hygiene
Ibu sebelum ke Klinik hanya menyeka badan dan anti celana
e. Merokok/ alkohol
Ibu mengatakan tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol
B. OBYEKTIF
1. Pemeriksaan fisik umum
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : composmentis
 Raut wajah : kesakitan
2. Tanda tanda vital
 TB : 163 cm BB : 70 kg LILA : 28 cm
 TD : 110/70 mmHg N : 82 X/menit S : 36,50
C
RR : 20 x/menit
3. Pemeriksaan Fisik Khusus (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi )
 Muka : cerah ,bersih
 Mata : bentuk simetris,conjungtiva merah muda,
sclera putih
 Mulut : bibir lembab, mukosa mulut lembab
 Dada : puting susu, sudah keluar colustrum,
 Perut : His tiap 10 menit, 2x, lama 30” .
Pemeriksaan Leopold
Leopold I
TFU 31 cm, bagian fundus teraba bokong
TBJ 2.945 gram
Leopold II
28
Bagian kiri teraba panjang dan keras (punggung
kanan), bagian kanan teraba bagian kecil anak.
Leopold III
Bagian bawah teraba keras bulat dan melenting (
kepala ) dan sudah masuk PAP
Leopold IV
Divergen 3/5
DJJ : 144 X/’ teratur.
 Genetalia : vulva dan vagina terdapat lendir darah (blood
Slym )
4. Pemeriksaan Dalam
10-01-2024 jam 09.30 wib
V/V lendir darah,pembukaan 5cm, portio eff 50 %, ketuban + , teraba kepala,
Hodge 2, UUK kanan depan, tidak teraba bagian kecil disamping kiri dan
kanan kepala .
C. ANALISA DATA
G2 P1001 Ab000 UK 39 minggu, inpartu kala I fase aktif JTH Preskep
D. PENATALAKSANAAN
TANGGAL : 10-01-2024 Jam : 09.45 wib
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa
keadaan ibu dan janin sehat.
e/ ibu dan suami/keluarga kooperatif dan mengerti tentang penjelasan
dari Bidan
2. Menjelaskan pada ibu tentang kondisi ibu sekarang.
e/ ibu dan suami/keluarga kooperatif dan mengerti tentang penjelasan
dari Bidan
3. Melakukan informed consent kepada ibu dan keluarga, yang berisi
persetujuan atas segala tindakan medis yang akan dilakukan untuk
29
menolong kelahiran bayi.
e/ ibu dan suami/keluarga kooperatif dan mengerti tentang penjelasan
dari Bidan
4. Menganjurkan pada ibu makan dan minum untuk tenaga ibu saat
proses persalinan
e/ ibu dan suami/keluarga kooperatif dan mengerti tentang penjelasan
dari Bidan
5. Melakukan pemeriksaan observasi nadi, DJJ, his setiap 30 menit,
tekanan darah dan pemeriksaan dalam setiap 4 jam.
e/ pemeriksaan telah dilakukan
6. Melakukan pendokumentasian pada rekam medis,kohort dan buku KIA
e/ pendokumentasian telah dilakukan
CATATAN PERKEMBANGAN
TANGGAL : 10-01-2024 Jam : 13.30 wib
S : Ibu ingin kenceng lebih sering
O : KU : baik, kesadaran composmentis
T : 110/70 mmHg
N : 82 x/m
S : 36.5 C
RR : 20 x/m
DJJ : 164x/m’
His : 3 x 10’ lamanya 35”
Pemeriksaan Dalam
10-01-2024 jam 13.30 wib
V/V lendir darah,pembukaan 5cm, portio eff 50 %, ketuban + , teraba
kepala, Hodge 2, UUK kanan depan, tidak teraba bagian kecil
disamping kiri dan kanan kepala .
30
A : G2 P1001 Ab000 UK 39 minggu, inpartu kala I fase aktif JTH Preskep gawat
janin
P :
1. Melakukan komunikasi terapeutik dan menginformasikan kepada ibu
dan suami/keluarga tentang hasil pemeriksaan, bahwa ibu mengalami
gawat janin
e/ ibu dan suami/keluarga kooperatif dan mengerti tentang penjelasan
dari Bidan
2. Memberikan dukungan emosional kepada ibu dan hadirkan
suami/keluarga untuk mendampingi ibu agar tidak terlalu cemas dengan
menghadapi persalinannya saat ini
e/ kecemasan ibu berkurang
3. Mengobservasi kemajuan persalinan meliputi TTV, DJJ, His dan
memberikan O2 5l dan menganjurkan ibu untuk miring kiri
e/ ibu mengerti serta mengetahui tentang pemeriksaan yang dilakukan
4. Mengajari ibu untuk mengatur nafas atau tehnik relaksasi saat ada
kontraksi
e/ mengurangi rasa sakit saat ada kontraksi
5. Menganjurkan suami/keluarga untuk memberikan usapan pada
punggung ibu
e/ memberikan kenyamanan dan ekspresi kepedulian terhadap ibu
6. Memberikan KIE kepada keluarga bahwa terdapat penyulit pada
persalinan, sehingga perlu dilakukan tindakan rujukan ke fasilitas
kesehatan yang lebih kompeten
e/ suami dan keluarga mengerti dan mau untuk dilakukan rujukan ke
fasilitas kesehatan yang lebih kompeten (Rumah Sakit)
7. Meminta kesediaan suami/keluarga untuk mengisi dan menandatangani
Informed consent sebagai bukti tertulis bahwa ibu bersedia dirujuk ke
rumah sakit
e/ Suami/keluarga bersedia menandatangani Informed consent
8. Melakukan kolaborasi dengan dokter terkait pembuatan surat rujukan
31
dan therapy pra rujukan ( infus )
e/ surat rujukan telah dibuatkan dan telah dilakukan pemasangan infus
9. Melakukan persiapan rujukan dengan persiapan BAKSOKUDA
e/ BAKSOKUDA sudah disiapkan
10. Melakukan rujukan ke rumah sakit bersama bidan didampingi
suami/keluarga
e/ dilakukan rujukan ke rumah sakit
11. Melakukan pendokumentasian pada rekam medis,kohort dan buku KIA
e/ pendokumentasian telah dilakukan
32
Lampiran
33
34
35
LEMBAR KONSULTASI AKADEMIK DAN RUANGAN
Nama : Erfanda Puspita Ruangan : Ruang Bersalin
NIM : 15901.05.23181 Kasus : Persalinan Patologis
No Hari /
tanggal
Masukan Paraf
Ci lahan Ci Akademik
1
2
3

More Related Content

Similar to LP ASKEB PERSALINAN PATOL ERFANDA PUSPITA .doc

ASUHAN_KEPERAWATAN_IBU_BERSALIN.docx
ASUHAN_KEPERAWATAN_IBU_BERSALIN.docxASUHAN_KEPERAWATAN_IBU_BERSALIN.docx
ASUHAN_KEPERAWATAN_IBU_BERSALIN.docxseuramoefoto
 
Prenatal presentation
Prenatal presentationPrenatal presentation
Prenatal presentationrakkas
 
Makalah pandangan islam terhadap kelahiran dan persalinan
Makalah pandangan islam terhadap kelahiran dan persalinanMakalah pandangan islam terhadap kelahiran dan persalinan
Makalah pandangan islam terhadap kelahiran dan persalinanOperator Warnet Vast Raha
 
Induksi pada persalinan
Induksi pada persalinanInduksi pada persalinan
Induksi pada persalinanRahma Agustin
 
Konsep dasar ibu hamil normal dan komplikasi
Konsep dasar ibu hamil normal dan komplikasiKonsep dasar ibu hamil normal dan komplikasi
Konsep dasar ibu hamil normal dan komplikasipjj_kemenkes
 
Konsep dasar ibu hamil normal dan komplikasi
Konsep dasar ibu hamil normal dan komplikasiKonsep dasar ibu hamil normal dan komplikasi
Konsep dasar ibu hamil normal dan komplikasipjj_kemenkes
 
Mengetahui identifikasi kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebi...
Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebi...Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebi...
Mengetahui identifikasi kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebi...Operator Warnet Vast Raha
 
ANTENATAL_CARE_ANC.docx
ANTENATAL_CARE_ANC.docxANTENATAL_CARE_ANC.docx
ANTENATAL_CARE_ANC.docxhaerul26
 
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1BTugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1Bmeilina17
 
Tugas TIK NIFAS Meilina Tri WP kelas1B
Tugas TIK NIFAS Meilina Tri WP kelas1BTugas TIK NIFAS Meilina Tri WP kelas1B
Tugas TIK NIFAS Meilina Tri WP kelas1BMeilina18
 
materi bu hj anah rohanah nifas update (1).pptx
materi bu hj anah rohanah nifas update (1).pptxmateri bu hj anah rohanah nifas update (1).pptx
materi bu hj anah rohanah nifas update (1).pptxNursyahlaNazwabillah
 
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B meilina17
 
Fisiologi persalinan dan nifas normal
Fisiologi persalinan dan nifas normalFisiologi persalinan dan nifas normal
Fisiologi persalinan dan nifas normalDokter Tekno
 
4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN EMOSI-Fiks(3) (6).pptx
4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN EMOSI-Fiks(3) (6).pptx4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN EMOSI-Fiks(3) (6).pptx
4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN EMOSI-Fiks(3) (6).pptxidac15164
 

Similar to LP ASKEB PERSALINAN PATOL ERFANDA PUSPITA .doc (20)

Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
ASUHAN_KEPERAWATAN_IBU_BERSALIN.docx
ASUHAN_KEPERAWATAN_IBU_BERSALIN.docxASUHAN_KEPERAWATAN_IBU_BERSALIN.docx
ASUHAN_KEPERAWATAN_IBU_BERSALIN.docx
 
Prenatal presentation
Prenatal presentationPrenatal presentation
Prenatal presentation
 
Obsgin
ObsginObsgin
Obsgin
 
Obsgin ''mekanisme persalinan normal''
Obsgin ''mekanisme persalinan normal''Obsgin ''mekanisme persalinan normal''
Obsgin ''mekanisme persalinan normal''
 
Makalah pandangan islam terhadap kelahiran dan persalinan
Makalah pandangan islam terhadap kelahiran dan persalinanMakalah pandangan islam terhadap kelahiran dan persalinan
Makalah pandangan islam terhadap kelahiran dan persalinan
 
Kesehatan
KesehatanKesehatan
Kesehatan
 
Asuhan intra natal AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan  intra natal AKPER PEMKAB MUNA Asuhan  intra natal AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan intra natal AKPER PEMKAB MUNA
 
Induksi pada persalinan
Induksi pada persalinanInduksi pada persalinan
Induksi pada persalinan
 
Konsep dasar ibu hamil normal dan komplikasi
Konsep dasar ibu hamil normal dan komplikasiKonsep dasar ibu hamil normal dan komplikasi
Konsep dasar ibu hamil normal dan komplikasi
 
Konsep dasar ibu hamil normal dan komplikasi
Konsep dasar ibu hamil normal dan komplikasiKonsep dasar ibu hamil normal dan komplikasi
Konsep dasar ibu hamil normal dan komplikasi
 
Komplikasi persalinan
Komplikasi persalinanKomplikasi persalinan
Komplikasi persalinan
 
Mengetahui identifikasi kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebi...
Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebi...Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebi...
Mengetahui identifikasi kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebi...
 
ANTENATAL_CARE_ANC.docx
ANTENATAL_CARE_ANC.docxANTENATAL_CARE_ANC.docx
ANTENATAL_CARE_ANC.docx
 
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1BTugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
 
Tugas TIK NIFAS Meilina Tri WP kelas1B
Tugas TIK NIFAS Meilina Tri WP kelas1BTugas TIK NIFAS Meilina Tri WP kelas1B
Tugas TIK NIFAS Meilina Tri WP kelas1B
 
materi bu hj anah rohanah nifas update (1).pptx
materi bu hj anah rohanah nifas update (1).pptxmateri bu hj anah rohanah nifas update (1).pptx
materi bu hj anah rohanah nifas update (1).pptx
 
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
 
Fisiologi persalinan dan nifas normal
Fisiologi persalinan dan nifas normalFisiologi persalinan dan nifas normal
Fisiologi persalinan dan nifas normal
 
4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN EMOSI-Fiks(3) (6).pptx
4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN EMOSI-Fiks(3) (6).pptx4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN EMOSI-Fiks(3) (6).pptx
4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN EMOSI-Fiks(3) (6).pptx
 

Recently uploaded

Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxCahyaRizal1
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 

Recently uploaded (20)

Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 

LP ASKEB PERSALINAN PATOL ERFANDA PUSPITA .doc

  • 1. ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PATOLOGIS DI KLINIK BERSALIN BUNDA ELSA LUMAJANG OLEH : ERFANDA PUSPITA NIM. 15901.05.23181 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO 2023-2024
  • 2. 2 LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PATOLOGIS DI KLINIK BERSALIN BUNDA ELSA LUMAJANG Lumajang : 12 Januari 2024 Mahasiswa Erfanda Puspita NIM. 15901.05.23181 Di setujui dan disahkan oleh : Pembimbing Akademik Bd. Agustina Widayati, S.ST.,M.Kes NIDN. 0717089103 Pembimbing Wahana Farianingsih,S.ST.,M.Kes NIP 19730508 199302 2 006
  • 3. 3 LAPORAN PENDAHULUAN I. Pengertian Persalinan diartikan rangkaian suatu kejadian keluarnya bayi yang sudah cukup bulan, kemudian disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janindari rahim ibu melalui jalan lahir atau jalan lain, baik berlangsung dengan atau tanpa bantuan (kekuatan mengejan ibu) Kurniarum A,2016). Persalinan merupakan proses pengeluaran seluruh hasil konsepsi yang meliputijanin dan uri dan dapat hidup di luar rahim melalui jalan lahir atau jalan lain.(Diana, 2019) Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks sehingga kepalajanin dapat turun ke jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan dengan usia cukup bulan yaitu37-42 minggu dengan ditandai adanya kontraksi rahim pada ibu. Seluruh rangkaian secara ilmiah lahirnya bayi dan keluarnya plasenta dari rahim melalui proses adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi serviks ( irawati, Muliani, Arsyad, 2019). Persalinan diartikan sebagai suatu kejadian pengeluaran bayi yang telah cukupbulan yang diikuti dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin. Pada saat proses persalinan terjadi perubahan fisik yaitu ibu merasakan sakit pinggang dan perut, kesulitan bernapas, serta perubahan psikis yaitu merasakan cemas,takut yang dihubungkan dengan pengalaman lalu (Rinata, 2018). II. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan Menurut (Saragih, 2017), faktor-faktor yang memengaruhi persalinan normal dikenal dengan istilah 5P yaitu, Power, Passage, Passenger, Psikis ibu bersalindan penolong persalinan. 1. Power Power (tenaga) yang merupakan kekuatan ibu untuk mendorong janinkeluar. Proses persalinan/ kelahiran bayi dibedakan menjadi 2 jenis tenaga, yaitu primer dan sekunder. Primer berasal dari kekuatan kontraksi uterus (his) yang muncul dari awal tanda tanda persalinan sampai pembukaan 10 cm.
  • 4. 4 Sekunder yaitu usaha ibu untuk mengejan dan dimulai dari pembukaan 10 cm. 2. Passeger (janin) Faktor-faktor yang memengaruhi persalinan yaitu faktor janin yang meliputi, berat janin, letak janin, posisi sikap janin (habilitus) serta jumlah janin. Persalinan normal berkaitan erat dengan passenger di antaranya yaitu janin bersikap fleksi di mana kepala, tulangpunggung dan kaki berada dalam posisi fleksi dan lengan bersilang didada. Taksiran berat janin normal yaitu 2500-3500 gram dengan denyut jantung janin (DJJ) normal yaitu 120-160x/ menit. 3. Passage (jalan lahir) Jalan lahir meliputi panggul yang terdiri dari tulang padat, dasar panggul, vagina dan introitus vagina (lubang luar vagina). Jaringan lunak yang terdiri dari lapisan-lapisan otot dasar panggul berperan dalam menunjang keluarnya bayi, namun panggul ibu jauh lebih penting dan berperan dalam proses persalinan. Oleh sebab itu, ukuran dan bentuk panggul sangat ditentukan sebelum persalinan . 4. Psikis ibu bersalin Persalinan atau kelahiran merupakan proses fisiologis yang menyertai kehidupan hampir setiap wanita. Persalinan dianggap sebagai hal yang menakutkan karena disertai dengan nyeri yang sangat hebat, tak jarang menimbulkan kondisi fisik dan mental yang dapat mengancam jiwa. Nyeri merupakan fenomena subjektif, seringkali keluhan nyeri pada setiap wanita yang bersalin tidak selalu sama, bahkan padawanita yang sama tingkat nyeri pada persalinan sebelumnya pun akan berbeda. Mempersiapkan psikologis pada ibu hamil sangatlah pentinguntuk mempersiapkan persalinan. Apabila seorang ibu telah siap dan paham tentang proses persalinan maka ibu bersalin akan lebih mudah bekerjasama dengan petugas kesehatan dalam proses persalinan. Selama proses persalinan normal, ibu sebagai pemeran utama dengan perjuangan dan upayanya, sehingga ibu harus memiliki keyakinan bahwa ia mampu menjalani proses persalinan dengan mudah dan lancar. Dari keyakinan positif yang ibu miliki maka ibu akan memiliki kekuatan yang
  • 5. 5 sangat besar pada saat berjuang mengeluarkan bayi. Begitupun sebaliknya, apabila ibu tidak memiliki keyakinan atau semangat dan mengalami ketakutan yang berlebih maka akan memengaruhi proses persalinan yang nantinya akan menjadi sulit. 5. Penolong Persalinan Petugas kesehatan merupakan orang yang sangat berperan dalam proses menolong persalinan yang memiliki legalitas dalam menolong persalinan, diantaranya yaitu: dokter, bidan perawat maternitas dan petugas kesehatan yang memiliki kompetensi dalam menolong persalinan, menangani segala bentuk kegawatdaruratan maternal dan neonatal serta melakukan rujukan apabila diperlukan. Petugas kesehatan yang memberikan pertolongan persalinan wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) serta mencuci tangan untuk mencegah terjadinya penularan infeksi yang berasal dari pasien. Pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga yang profesional di kalangan masyarakat masih sangat rendah apabila dibandingkan dengan target yang diharapkan. Pemilihan penolong persalinan adalah faktor yang menentukan proses persalinan berjalan dengan aman dan nyaman III. Sebab - Sebab Mulainya Persalinan Menurut Depdiknas (2001) sampai saat ini sebab-sebab mulainya persalinanbelum diketahui dengan jelas. Namun beberapa faktor yang berperan dan bekerjasama sehingga terjadi persalinan. Teori – teori yang dikemukakan yaitu adanya penurunan hormon progesteron, teori oksitosin, peregangan otot pengaruh janin, dan teori prostaglandin. Berikut beberapa teori yang menyebabkan mulainya persalinan: 1. Penurunan kadar progesteron Progesteron memberikan efek relaksasi pada otot-otot rahim, sebaliknya estrogen memberikan efek meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen dalam darah, namun pada akhir kehamilan kadar progesteron semakin
  • 6. 6 menurun sehingga menimbulkan his. Proses penuan pada plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu di mana terjadi penimbunan jaringan ikat dan pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin yang berakibat otot rahim berkontraksi setelah mencapai tingkat penurunan progesteron tertentu. 2. Teori oksitosin Oksitisin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Perubahan keseimbangan antara estrogen dan progesteron mengakibatkan sensitivitas otot rahim berubah. Sehingga terjadi kontraksi braxton hicks. Pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga oksitosin bertambah dan mampu meningkatkan aktivitas otot-otot rahim yang memicu terjadinya kontraksi sehingga memunculkan tanda-tanda persalinan. 3. Peregangan otot-otot Otot rahim memiliki kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas tertentu akan terjadi kontraksi hingga persalinan dapat dimulai. Semakin besar kehamilan otot-otot rahim semakin rentan dan teregang. Contoh pada kehamilan ganda akan sering muncul kontraksi setelah mencapai keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses persalinan 4. Pengaruh janin Hipofise dan kelenjar suprarenal janin memegang peranan penting karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa karena tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian obat-obatan kortekosteroid dapat menyebabkan maturasi janin dan induksipersalinan. 5. Teori prostaglandin Mulai umur kehamilan 15 minggu konsentrasi prostaglandin yang dikeluarkan oleh desidua meningkat. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua menjadi salah satu penyebab permulaan persalinan. Studi penelitian menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra dan ekstra amnial mampu menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan. Pemberian prostaglandin pada
  • 7. 7 saat hamil dapat menimbulkan efek kontraksi pada rahim sehingga mampu memicu persalinan. Hal ini juga didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang meningkat dalam air ketuban maupun daerah perifer pada ibu hamil, sebelum melahirkan atau selama persalinan. IV. Tanda - Tanda Persalinan 1. Tanda-tanda persalinan sudah dekat Menurut Saifudin (2010) tanda-tanda persalinan adalah sebagai berikut: 2. lightening Sebelum persalinan ibu hamil akan merasakan tubuhnya lebih enteng,sesak berkurang, namun sebaliknya ibu merasakan sulit berjalan dan sering merasakan nyeri pada anggota tubuh bagian bawah. 3. Pollikasuria Pada akhir kehamilan hasil pemeriksaan menunjukkan egigastrium mulai kendor, fundus uteri lebih rendah daripada kedudukannya dan kepala janin sudah mulai masuk panggul, keadaan ini menyebabkan vesika urinaria tertekan dan merangsang ibu lebih sering kencing atau disebut juga pollikasuria. 4. False labor Tiga sampai empat minggu sebelum persalinan ibu akan merasakan his pendahuluan atau disebut sebagai braxton hiks. His pendahuluan ini memiliki sifat, nyeri diperut bagian bawah, tidak teratur, lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu, tidak berpengaruh terhadap pendataran atau pembukaan serviks. 5. Perubahan serviks Pada akhir bulan ke-9 hasil pemeriksaan serviks menunjukkan bahwaserviks yang awalnya tertutup, panjang dan kurang lunak menjadi lebih lembut dan beberapa menunjukkan telah terjadi pembukaan dan penipisan. Setiap ibu akan mengalami perubahan yang berbeda beda, pada multipara telah terjadi pembukaan 2 cm, namun pada primipara sebagian besar masih dalam keadaan tertutup.
  • 8. 8 6. Energy sport Ibu hamil akan mengalami peningkatan energi 24-48 jam sebelum persalinan dimulai. Ibu akan mengalami kelelahan fisik sebelumnya karena tuanya kehamilan, maka ibu akan mendapati satu hari sebelum persalinan dengan energi yang penuh. 7. Gastrointestinal upsets Beberapa ibu akan mengalami tanda-tanda seperti diare, obstipasi, mual dan muntah karena efek penurunan hormon terhadap sistem pencernaan. 8. Tanda-tanda persalinan Yang merupakan tanda-tanda persalinan Kurniarum, (2016) yaitu: 9. Munculnya kontraksi uterus His persalinan atau disebut sebagai kontraksi uterus memiliki sifat: a. Nyeri dari punggung melingkar ke perut bagian depan (fundus). b. Nyeri pinggang yang menjalar ke depan. c. Sifatnya teratur, interval semakin pendek dan kekuatan semakinbesar. d. Memiliki pengaruh pada pendataran dan pembukaan serviks. e. Aktivitas semakin meningkat akan menambah kekuatankontraksi. f. Kontraksi uterus minimal 2 kali dalam 10 menit lamanya 20-40detik. 10. Penipisan dan pembukaan serviks Penipisan dan pembukaan serviks ditandai dengan adanya pengeluaran lendir darah sebagai tanda pemula. 11. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir) Adanya pendataran dan pembukaan akan menyebabkan keluarnya lendir yang berasal canalis cervikalis disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus. 12. Premature rupture of membrane Merupakan keluarnya cairan yang jumlahnya banyak dan mendadak yang keluar dari jalan lahir. Hal ini terjadi karena selaput janin robek atau ketuban pecah. Ketuban pecah biasanya terjadi pada saat pembukaan sudah lengkap atau hampir lengkap, keluarnya cairanmerupakan tanda yang lambat. Namun
  • 9. 9 ketuban pecah terjadi pada pembukaan kecil atau terjadi sebelum masuk persalinan. Pada kejadian seperti ini persalinan harus dilakukan dalam kurun waktu 24jam setelah air ketuban keluar (Kurniarum A, 2016). V. Tahapan Persalinan Menurut Yulizawati, dkk (2019), persalinan dibagi menjadi empat tahap yaitu: 1. Kala I (pembukaan jalan lahir) Kala I persalinan dimulai dari adanya kontraksi uterus yang teratur dan diakhir dengan dilatasi serviks 10 cm. Pada primipara kala I berlangsung kurang lebih 13 jam, sedangkan multipara 7 jam. Terdapat dua fase pada kala I, yaitu: a. Fase laten merupakan periode waktu dari dimulainya persalinan sampai pembukaan berjalan secara progresif, umumnya dimulai saat kontraksi muncul hingga pembukaan 3-4 cm berlangsung dalam 7-8 jam. Selama fase ini presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali. b. Fase aktif dibagi menjadi 3 yaitu: fase akselerasi terjadi dalam 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4cm, fase dilatasi maksimal terjadi dalam 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm, fase deselerasi pembukaan menjadi lambat dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap. Fase tersebut terjadi pada primigravida. Pada multigravida terjadi demikian namun terjadi dalam waktu yang lebih pendek. 2. Kala II (pengeluaran) Kala II persalinan merupakan tahap di mana janin dilahirkan. Pada saat kala II his semakin kuat dan cepat 2-3 menit sekali. Saat kepala janin sudah masuk panggul secara reflektoris akan menimbulkan keinginan mengejan, merasakan tekanan pada anus dan merasakan ingin BAB,. perinium menonjol, vulva membuka. Batas dan lama tahap persalinan kala II berbeda-beda tergantungparitasnya. Lama kala II akan lama pada wanita yang mendapatkan blok epidural dan menyebabkan kehilangan refleks untuk mengejan. Pada primigravida
  • 10. 10 membutuhkan tahapan ini kira-kira 25-57 menit. 3. Kala III (kala uri) Dimulai dari janin lahir sampai plasenta lahir. Setelah bayi lahiruterus akan teraba keras dengan fundus uteri berada di atas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dinding uterus. Pelepasan plasenta terjadi antara 6 -15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pada tahap ini dilakukan tekanan ringan di atas puncak rahim dengan cara Crede untuk membantu pengeluaran plasenta. Plasenta diperhatikan secara cermat sehingga tidak menyebabkan gangguan kontraksi rahim atau terjadi perdarahan sekunder. 4. Kala IV ( 2 jam setelah melahirkan) Kala IV persalinan berlangsung selama 2 jam setelah plasenta lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang terjadi segera jika homeostasis berlangsung dengan baik. Pada tahap ini kontraksi otot rahim meningkat sehingga pembuluh darah terjepit untuk menghentikan perdarahan. Pada kala ini dilakukan observasi terhadap TD, P, N, kontraksi otot rahim dan perdarahan selama 2 jam pertama. Selain itu dilakukan penjahitan luka episiotomi. Setelah 2 jam apabila keadaan membaik ibu dipindahkan ke ruangan bersama dengan bayinya.
  • 11. 1 VI. Bentuk – Bentuk Persalinan Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut: a. Partus biasa (normal / spontan) adalah proses lahirnya bayi pada PBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung < 24 jam. b. Persalina buatan / persalinan abnormal atau distosia, bila persalinan berlangsung dengan bantuan dari luar sehingga bayi dapat di lahirkan pervaginam (ekstraksi porceps / cunam, ekstraksi vakum dll) dan perabdomen (SC). c. Persalinan anjuran atau induksi persalinan bila persalinan mulai tidak dengan sendirinya tetapi berlangsung setelah pemberian oksitosin atau prostaglandin atau setelah pemecahan ketuban. d. Persalinan lama bila persalinan berlangsung lebih dari 24 jam. VII. Etiologi Mulainya Persalinan Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dannutrisi a. Teori penurunan hormone 1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot – otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun. b. Teori placenta menjadi tua Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darahyang menimbulkan kontraksi rahim. c. Teori distensi Rahim Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehinggamengganggu sirkulasi utero-plasenta. d. Teori iritasi mekanik
  • 12. 2 Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeserdan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus. e. Induksi partus Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis servikalisdengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosindrip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus. Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berlaku berkaitan dengan mulainya terjadi kekuatan his. Ada dua hormon yang dominan mempengaruhi kehamilan, yaitu : a. Estrogen 1. Meningkatnya sensitipitas otot rahim 2. Memudahkan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanik. b. Progesteron 1. Menurunnya sensitifitas otot rahim 2. Memudahkan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanik. 3. Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi. Pada kala ini kita akan melakukan pemantauan persalinan dengan menggunakan patograf. A. Pengertian partograf Partograf adalah alat untuk mencatat informasi berdasarkan pobservas 9 anamnesis, dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan, dan sangat penting khususnya untuk membuat keputusan klinik selama kala I persalinan (Jannah, 2015:60). B. Tujuan partograf Tujuan utama penggunaan partograf adalah mengamati dan mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam dan menentukan normal atau
  • 13. 3 tidaknya persalinan serta mendeteksi dini persalinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan persalinan lama (Jannah, 2015: 60). C. Pencatatan Selama Kala I persalinan Menurut (Jannah, 2015: 62) pencatatan selama Kala I persalinan terdiri dari : a) Pencatatan selama fase laten Fase laten ditandai dengan pembukaan serviks 1-3 cm. Selama fase laten persalinan. Semua asuhan, pengamatan, dan pemeriksaan harus dicatat terpisah dari partograf, yaitu pada catatan atau kartu menuju sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan dan semua asuhan serta intervensi harus dicatat Waktu penilaian, kondisi ibu, dan kondisi janin pada fase laten meliputi :  Denyut jantung janin, frekuensi dan lama kontraksi uterus, nadi setiap 1 jam.  Pembukaan serviks, penurunan kepala, tekanan darah, dan suhu setiap 4 jam.  Produksi urine, aseton, dan protein setiap 2 sampai 4 jam. Apabila ditemui tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih sering dilakukan. b) Pencatatan selama fase aktif Fase aktif ditandai dengan pembukaan serviks 4-10 cm. Selama fase aktif persalinan, pencatatan hasil observasi dan pemeriksaan fisik dimasukkan ke dalam partograf. Pencatatan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :  Informasi tentang ibu Nama, umur, gravida, para, abortus, nomor catatan medis atau nomor puskesmas, tanggal dan waktu mulai dirawat, waktu pecah selaput ketuban.  Kondisi janin Denyut jantung janin setiap 30 menit, warna dan adanya air ketuban, dan penyusupan (molase) kepala janin.  Kemajuan persalinan Pembukaan serviks setiap 4 jam, penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin, garis waspada.
  • 14. 4  Jam dan waktu Waktu mulai fase aktif persalinan dan waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian  Kontraksi uterus Frekuensi dan lamanya  Obat dan cairan yang diberikan Oksitosin, obat lainnya dan cairan IV yang diberikan  Kondisi ibu Nadi, tekanan darah, temperatur tubuh, dan Urine (volume, aseton atau protein)  Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya. D. Pencatatan Temuan Pada Partograf Menurut (Jannah, 2015:65). Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama yaitu : a) Denyut jantung janin Menilai dan mencatat setiap 30 menit (lebih sering, jika ada tanda gawat janin. Kisaran normal DJJ terpajan pada partograf di antara garis tebal angka 180 dan 100. Akan tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160. b) Warna dan adanya air ketuban Air ketuban dinilai setiap melakukan pemeriksaan dalam, selain warna air ketuban, jika pecah. Catat temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ dan gunakan lambang berikut : U Ketuban utuh (belum pecah) J Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih M Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium D Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah K Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering) c) Molase (penyusupan kepala janin) Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kapala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (cephalopelvic disproportionate, CPD). Nilai penyusupan kepala janin dengan menggunakan lambang berikut ini. 0 Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi.
  • 15. 5 1 Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan. 2 Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, namun masih dapat dipisahkan. 3 Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan d) Kemajuan persalinan Kolom dan lajur pada partograf adalah pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 pada tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Skala angka 1-5 juga menunjukkan seberapa jauh 13 penurunan janin. Masing-masing kotak di bagian ini menyatakan waktu 30 menit. e) Pembukaan serviks Penilaian dan pencatatan pembukaan serviks dilakukan setiap 4 jam (lebih sering, jika terdapat tanda penyulit). Beri tanda untuk temuan pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan di garis waspada. f) Penurunan bagian terbawah atau persentasi janin. Penurunan kepala bayi harus selalu diperiksa dengan memeriksa perut ibu sesaat sebelum periksa dalam dengan ukuran perlimaan di atas pintu atas panggul (PAP). Beri tanda “o” pada garis waktu yang sesuai pada garis tidak terputus dari 0-5 yang tertera di sisi yang sama dengan pembukaan serviks. g) Garis waspada dan garis bertindak Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dengan pembukaan lengkap yang diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. Apabila pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada, penyulit yang ada harus dipertimbangkan (fase aktif memanjang, macet, dll.) h) Jam dan waktu (1) Waktu mulai fase aktif persalinan. Bagian bawah partograf (pemeriksaan serviks dan penurunan kepala janin) tertera kotak- 14 kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulai fase aktif persalinan.
  • 16. 6 (2) Waktu aktual saat pemeriksaan silakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya.saat ibu masuk dalam fase aktif persalinanm catatkan pembukaan serviks di garis waspada. i) Kontraksi uterus Terdapat lima lajur kotak dengan tulisan “kontraksi setiap 10 menit” disebelah luar kolom paling kiri di bawah lajur waktu partograf. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lama satuan detik >40 detik. j) Obat dan cairan yang diberikan Oksitosin, obat lain dan cairan IV k) Kesehatan dan kenyamanan ibu (1) Nadi, tekanan darah, dan temperatur tubuh. Catat dan nilai nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. Beri tanda titik (.) pada kolom waktu yang sesuai. nilai tekanan darah ibu dan catat setiap 4 jam selama fase aktif persalinan. Nilai dan catat juga temperatur tubuh ibu setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai. 15 (2) Volume urine, protein atau aseton. Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya setiap 2 jam. Apabila memungkinkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan aseton atau protein dalam urine. l) Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya. Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan, dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan. b. Pencatatan pada lembar belakang partograf 1) Data atau informasi umum 2) Kala I-IV b. Kala II Menurut (Walyani & Purwoastuti, 2016) pada kala II ini memiliki ciri khas , yaitu : 1) His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali 2) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris menimbulkan rasa ingin mengejan 3) Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB
  • 17. 7 4) Anus membuka Lama pada kala II ini pada primi dan multipara berbeda yaitu : a) Primipara kala II berlangsung 1,5 jam-2 jam b) Multipara kala II berlangsung 0,5 jam-1 jam 16 Perubahan Fisiologis Kala II, yakni : a) Kontraksi Uterus Adapun kontraksi yang bersifat berkala dan yang harus di perhatikan adalah lamanya kontraksi berlangsung 60-90 detik, kekuatan kontraksi, kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan mencoba apakah jari kita dapat menekan dinding rahim ke dalam, interval antara kedua kontraksi pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit (Walyani & Purwoastuti, 2016). b) Perubahan Uterus Dalam persalinan perbedaan SAR dan SBR akan tampak lebih jelas, dimana SAR dibentuk oleh korpus uteri dan bersifat memegang peranan aktif (berkontraksi) dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan, dengan kata lain SAR mengadakan suatu kontraksi menjadi tebal dan mendorong anak keluar. Sedangkan SBR dibentuk oleh isthimus uteri yang sifatnya memegang peranan pasif dan makin tipis dengan majunya persalinan (disebabkan karena regangan), dengan kata lain SBR dan serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi (Walyani & Purwoastuti, 2016). c) Perubahan Serviks Perubahan pada serviks pada kala II ditandai dengan pembukaan lengkap, pada pemeriksaan dalam tidak teraba lagi bibir portio, Segmen Bawah Rahim (SBR), dan serviks (Walyani & Purwoastuti, 2016). 17 d) Perubahan Vagina dan Dasar Panggul Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah terjadi perubahan, terutama pada dasar panggul yang diregangkan oleh bagian denpan janin sehingga menjadi saluran yang dinding dindingnya tipis karena suatu regangan dan kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas dan anus, menjadi terbuka, perineum menonjol dan tidak lama kemudian kepala janin tampak pada vulva (Walyani & Purwoastuti, 2016). c. Kala III Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dan fundus uteri sedikit di atas pusat. Beberapa saat kemudian, uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta akan
  • 18. 8 lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar secara spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri (Lailiyana et al, 2012). 1) Fisiologi Kala III Terbagi dalam dua tahap pada kelahiran plasenta, yaitu terlepasnya plasenta dari implantasinya pada dinding uterus dan pengeluaran plasenta dari dalam kavum uteri. Setelah bayi lahir, uterus masih mengadakan kontraksi yang mengakibatkan penciutan permukaan kavum uteri tempat implantasi plasenta. Oleh karena tempat implantasi plasenta menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan menekuk, menebal, kemudian dilepaskan dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan 18 turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina (Lailiyana et al, 2012). 2) Tanda-tanda lepasnya plasenta a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus b) Tali pusat memanjang c) Semburan darah tiba-tiba (Lailiyana et al, 2012). 3) Metode pelepasan plasenta a) Metode Ekspulsi Schultze Pelepasan ini dapat di mulai dari tengah atau dari pinggir plasenta, ditandai oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari vagina tanpa adanya perdarahan per vaginam (Walyani & Purwoastuti, 2016). b) Metode Ekspulsi Matthew-Duncan Ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta mulai terlepas, umumnya perdarahan tidak melebihi 400 ml lebih besar kemungkinan pada implantasi lateral (Walyani & Purwoastuti, 2016). 4) Cara pengecekan plasenta a) Perasat Kustner Tali pusat diregangkan atau ditarik sedikit, tangan ditekankan diatas simfisis. Bila tali pusat masuk kembali, berarti plasenta belum lepas (Lailiyana et al, 2012). b) Perasat Strassman 19 Tali pusat diregangkan, ditarik sedikit sambil tangan mengetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat yang diregangkan, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus (Lailiyana et al, 2012).
  • 19. 9 c) Perasat Klein Pasien diminta mengedan, sehingga tali pusat ikut turun atau memanjang. Bila pengedanan dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus (Lailiyana et al, 2012). 5) Manajemen Aktif Kala III a) Pemberian suntikan oksitosin b) Melakukan peregangan tali pusat terkendali c) Pemijatan atau masase fundus uteri (Lailiyana et al, 2012). d. Kala IV 1) Fisiologi kala IV Kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan dua jam sesudahnya, hal-hal yang perlu diperhatikan pada kala IV adalah kontraksi uterus sampai uterus kembali ke bentuk normal. Uterus dapat dirangsang untuk berkontraksi dengan baik dan kuat melalui massase atau rangsang taktil, kelahiran plasenta yang lengkap perlu juga dipastikan untuk menjamin tidak terjadi perdarhan lanjut (Jannah, 2015). 2) Pemantauan dan Evaluasi Lanjut 20 a) Tanda Vital Tanda syok pada ibu harus diperhatikan seperti nadi cepat dan lemah (110 kali/menit), tekanan darah rendah sistolik kurang dari 90 mmHg, dan pemantauan suhu tubuh perlu dilakukan untuk mencurigai terjadinya infeksi (Jannah, 2015). b) Kontraksi Uterus Kontraksi uterus yang baik adalah uterus teraba keras dan tinggi fundus uteri berada 1-2 jari di bawah pusat setelah melahirkan, pemeriksaan kontraksi dilakukan 15 menit pada satu jam pertama pascapartum dan 30 menit satu jam kedua pascapartum (Jannah, 2015). c) Kandung Kemih Kandung kemih harus terus dalam keadaan kosong, karena kandung kemih yang penuh dapat menghalangi kontraksi maksimal sehingga perdarahan dapat terjadi. Pemantauan kontraksi selama satu jam pertama dilakukan empat kali dalam 15 menit, dan dua kali selama 30 detik pada jam kedua (Jannah, 2015).
  • 20. 10 VIII. Prosedur pelaksanaan Persalinan kala I, II, III dan IV a. Persalinan Kala I Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga pasien dapat berjalan- jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung selama 6 -18 jam (rata-rata 13 jam) sedangkan multigravida sekitar 2-10 jam (rata-rata 7 jam). Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan. 1. Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. 2. Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm. Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam sedang pada multigravida 7 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan multigravida 2 cm tiap 2 jam. b. Persalinan Kala II Persalinan kala II adalah kala pengeluaran yang di mulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala pengeluaran terjadi berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung : 1. 1 – 2 jam pada primigravida 2. ½ - 1 jam pada multigravida Tanda dan Gejala Kala II Persalinan: 1. Ibu ingin meneran bersamaan dengan kontraksi 2. Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rektrum/vaginal 3. Perineum terlihat menonjol 4. Vulva vagina dan sfinger ani membuka
  • 21. 11 5. Peningkatan pengeluaran lendir & darah Kepemimpinan, ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk memimpin, semua ini disebut dengan memimpin persalinan”Keseluruhan 60 standar dan langkah asuhan persalinan normal yang mempunyai arti, maksud dan tujuan, dan harus dikuasai seorang bidan tersebut adalah : 1. Mendengar dan Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua a) Dor-an b) Tek-nus c) Per-jol d) Vul-ka 2. Memastikan kelengkapan alat, bahan, serta obatan-obatan esensial pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin & membuka spoid kemudian memasukan spoid disposable sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set. 3. Memakai celemek partus dari bahan yang tidak tembus cairan. 4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di pakai, kemudian mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan keringkan dengan handuk bersih. 5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan dalam. 6. Mengambil spoid dengan tangan yang bersarung tangan,kemudian isap oksitosin dengan teknik satu tangan dan letakan kembali kedalam bak partus. 7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum. 8. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah. 9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%. 10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
  • 22. 12 11. Memberi tahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran. 12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman. 13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran. 14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit. 15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm. 16. Meletakan duk steril yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu. 17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan. 18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan. 19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, maka lindungilah perineum dengan satu tangan yang di lapisi kain dan tangan yang lain menahan belakang kepala agar tidak terjadi defleksi. 20. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher janin. 21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan. 22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah untuk melahirkan bahu anterior kemudian gerakan ke arah atas untuk melahirkan bahu posterior. 23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas. 24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin).
  • 23. 13 25. Melakukan penilaian sepintas : Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan? Dan Apakah bayi bergerak aktif?. 26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu. 27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus. 28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik. 29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin). 30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem pertama kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat dengan klem kedua kira-kira 2 cm dari klem pertama. 31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut. Kemudian mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. 32. Meletakan bayi tengkurap di atas dada untuk melakukan IMD. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi. c. Persalinan Kala III 33. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva. 34. Meletakan satu tangan diatas fundus untuk mendeteksi kontraksi dan tangan yang lain memegang tali pusat. 35. Saat uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri mendorong uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan
  • 24. 14 penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur. 36. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial). 37. Setelah plasenta muncul pada introitus vagina, jemput plasenta dengan kedua tangan kemudian putar searah jarum jam hingga plasenta dan selaput ketuban terlepas. 38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras). 39. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia. 40. Evaluasi kemungkinan adanya laserasi pada vagina dan perineum, dan lakukan penjahitan bila ada robekan. d. Persalinan Kala IV 41. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam. 42. Celupkan tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan clorin 0,5 %. 43. Pastikan kandung kemih kosong. 44. Mengevaluasi dan mengestimasi jumlah kehilangan darah. 45. Mengajarkan ibu dan keluarga cara mesase dan menilai kontraksi. 46. Memeriksa TTV dan memastikan bahwa keadaan umum ibu baik. 47. Memantau keadaan bayi dan memastikan bayi bernapas dengan baik (30-60 x/i). 48. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan clorin 0,5 % untuk dekontaminasi selama 10 menit.cuci dan bilas alat setelah di dekontaminasi. 49. Buanglah bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat yang sesuai.
  • 25. 15 50. Bersihkan ibu dengan cairan DTT dan bantu ibu memakai pakaian yang bersih. 51. Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI dan anjurkan keluarga untuk memberikan makanan dan minuman yang di inginkan ibu. 52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan clorin 0,5 %. 53. Celupkan handscoon dan lepaskan secara terbalik kemudian rendam selam 10 menit dalam larutan clorin 0,5 %. 54. Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir,lalu keringkan dengan handuk bersih. 55. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan untuk melakukan pemeriksaan fisik pada bayi. 56. Dalam waktu 1 jam pertama lakukan penimbangan dan pengukuran pada bayi, berikan tetes/salep mata antibiotik profilaksis dan injeksi vit.k 1mg IM dipaha kiri anterolateral. 57. Setelah satu jam pemberian vit.k, berikan suntikan imunisasi hepatitis B dip aha kanan anterolateral. 58. Lepaskan sarung tangan secara terbalik kemudian rendam secara terbalik selama 10 menit dalam larutan clorin 0,5 %. 59. Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir, lalu keringkan dengan handuk bersih. 60. Lengkapi partograf. IX. KOMPLIKASI Komplikasi yang mungkin terjadi dalam persalinan adalah: a. Infeksi Pada pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan kemungkinan dapat menyebabkan infeksi apabila pemeriksa tidak memperhatikan teknik aseptik. b. Ruptur Perineum Pada wanita dengan perineum yang kaku kemungkinan besar akan terjadi ruptur perineum, sehingga dianjurkan untuk melakukan episiotomi. c. Atonia Uteri
  • 26. 16 Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak bisa berkontraksi setelah janin lahir sehingga menyebabkan perdarahan hebat. d. Retensi Plasenta / Retensi Sisa Plasenta Retensi plasenta adalah kondisi dimana plasenta belum lahir selama 30 menit setelah janin lahir sedangkan retensi sisa plasenta adalah terdapat sebagian plasenta yang masih tertinggal setelah plasenta lahir. e. Hematom Pada Vulva Hematom dapat terjadi karena pecahnya pembuluh darah dalam dinding lateral vagina bagian bawah waktu melahirkan. f. Kolpaporeksis Kolpaporeksis adalah robekan melintang atau miring pada bagian atas vagina sehingga sebagian uterus dan serviksnya terlepas dari vagina. Hal ini dapat terjadi pada persalinan dengan disproporsi kepala panggul. g. Robekan serviks Dapat terjadi pada serviks yang kaku dan his yang kuat. h. Ruptur Uteri Ruptur uteri atau rtobekan uterus merupakan kondisi yang sangat berbahaya dalam persalinan karena dapat menyebabkan perdarahan hebat. i. Emboli Air Ketuban Emboli air ketuban merupakan peristiwa yang timbul mendadak akibat air ketuban masuk ke dalam peredaran darah ibu melalui sinus vena yang terbuka pada daerah plasenta dan menyumbat pembuluh-pembuluh kapiler dalam paru-paru. X. PROGNOSIS Prognosis pada persalinan normal baik. XI PATOLOGI KALA 1 PERSALINAN 1. Asuhan Kebidanan pada Gangguan Kemajuan Persalinan/ Persalinan Lama Persalinan dikatakan terlalu lama jika persalinan berlangsung selama > 12 jam untuk multipara dan > 24 jam untuk primipara. Persalinan lama akan menyebabkan masalah serius,termasuk fistula, ruptur uterus, atau kematian ibu
  • 27. 17 dan bayi. Saat ibu mengalami persalinan lama, observasi ibu secara ketat untuk mendeteksi tanda peringatan. Apakah jarak antar nyeri semakin jauh? Apakah ibu menunjukkan tanda infeksi? Apakah ibu mulai kelelahan? Apakah denyut jantung normal? Yang perlu diingat adalah : “jangan pernah membuat ibu merasa bersalah jika persalinan lama atau sulit, tetapi kuatkan ibu”. Pada prinsipnya, persalinan lama dapat disebabkan faktor-faktor yang satu sama lain salingberhubungan yaitu power, passanger, passage, psychologic, dan position of mother (5P). a. Power atau his tidak efisien (tidak adekuat) / disfungi uterus hipotonik/ inersia uteri Disfungsi uterus merupakan diagnosis yang dapat ditegakkan dengan melakukan observasi pemanjangan waktu setiap fase atau kala persalinan yang melebihi waktu yang diperkirakan. Hal ini dapat diidentifikasi berdasarkan sedikitnya kemajuan pendataran serviks atau dilatasi atau penurunan bagian presentasi janin. Pada disfungsi uterus hipotonik, kontraksi memiliki pola gradien normal (paling besar di fundus dan menurun sampai paling lemah di segmen bawah uterus dan serviks), tetapi tonus atau intensitas sangat buruk (kurang dari 15 mmHg tekanan), tekanan ini sangat sedikit untuk menyebabkan serviks berdilatasi. Keadaan ini meningkatkan resiko distrees maternal, perdarahan, dan jika ketuban pecah terjadi infeksi intra uterus, serta jika terlalu lama berlangsung menimbulkan distress janin Tanda dan gejala disfungsi uterus hipotonik adalah: 1) Ibu tidak merasakan nyeri, persalinan mengalami kemajuan namun kemudian berhenti 2) Pada pemeriksaan kontraksi tidak sering, durasi singkat, intensitas ringan3) Pemeriksaan dalam tidak ada kemajuan dilatasi serviks atau penurunan janin karena kontraksi tidak efektif Beberapa pilihan asuhan yang dapat dilaksanakan kepada ibu dengan disfungsi uterus hipotonik 1) Mengubah lingkungan untuk menurunkan stress pada ibu 2) Menganjurkan ibu istirahat dan memenuhi asupan cairan 3)Berkomunikasi dan mendukung dengan ibu untuk mengurangi kekhawatiran dan ketakutan
  • 28. 18 4) Ambulasi 5) Hidroterapi (shower, berendam air hangat, jacuzzi) 6) Stimulasi puting susu 7) Bila perlu, pecahkan ketuban 8) Bila perlu, stimulasi pitocin Penanganan disfungsi uterus: 1) Lakukan induksi dengan oksitosin 5 unit dalam 500 cc dektrosa (atau NaCl) atau prostaglandin 2) Evaluasi ulang dengan pemeriksaan vaginal setiap 4 jam: a) Bila garis tindakan dilewati (memotong) lakukan SC b) Bila ada kemajuan evaluasi setiap 2 jam. b. Passanger atau Faktor janin (malpresentasi, malposisi, janin besar) Malpresentasi, malposisi dan janin besar akan kita bahas di bab yang lain. c. Passage Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor) Panggul sempit, kelainan serviks, vagina dan tumor akan dibahas di bab yang lain. d. Psikologi Apakah Anda pernah melihat persalinan lambat atau persalinan macet yang disebabkan oleh faktor psikologi ibu? Faktor ini ditandai dengan ibu menjadi tegang, khawatir atau ketakutan. Banyak penyebab yang mempengaruhi psikologi ibu saat persalinan, diantaranya: 1) Nyeri fisik persalinan membuat ibu ketakutan 2) Ibu belum berpengalaman karena merupakan bayi pertama 3) Bayi terdahulu lahir mati atau meninggal setelah dilahirkan 4) Ibu tidak menginginkan kehamilan 5) Ibu tidak memiliki suami, pasangan atau keluarga untuk membantunya 6) Terdapat masalah keluarga 7) Ibu pernah mengalami kekerasan seksual di masa lampauAsuhan yang diberikan adalah: 1) Bantu ibu merelaksasi tubuhnya, dengan massase, memandikan dengan air hangat atau meberi pakaian hangat 2) Bantu ibu untuk menyambut kontraksi dengan mengajarkan teknik relaksasi
  • 29. 19 3) Perlakukan ibu dengan penuh perhatian dan penghargaan e. Position of Mother Persalinan seringkali menguat jika ibu berdiri atau berjalan-jalan karena dalam posisi tersebut, kepalabayi menekan serviks dan menyebabkan kontraksi lebih kuat. Beberapa ibu mengalami kontraksi yang lebih kuat hanya dengan mengubah posisi. Asuhan yang dapat diberikan saat persalinan yaitu bantu ibu berpindah tempat selama persalinan. Ibu dapat jongkok, duduk, berlutut atau mengambil posisi lain. Ibu boleh berdiri, berjalan, berayun-ayun, bergoyang-goyang atau bahkan menari untuk membantu tubuh ibu menjadi rileks. Ibu boleh tidur miring dengan disangga bantal diantara tungkai atau berbaring telentang dengan bagian atas tubuh diganjal bantal. Yang harus diingat, ibu tidak boleh tidur berbaring datar telentang 2. Asuhan Kebidanan pada Ketuban Pecah Dini (KPD) Yaitu pecah ketuban sebelum awitan persalinan, tanpa memperhatikan usia gestasi. Insiden KPD lebih tinggi pada perempuan dengan serviks inkompeten, polihidramnion, malpresentasi janin, kehamilan kembar, atau infeksi vagina/ serviks. Selain itu, KPD dapat terjadi pada ibu dengan kelelahan. Komplikasi yang dapat terjadi pada KPD adalah persalinan prematur, infeksi intrauteri (korioamnionitis), kompresi tali pusat akibat prolaps tali pusat atau oligihodramnion. Deteksi dini KPD didapatkan dari pengumpulan data Subjektif dan Objektif. a. Data Subjektif 1) Mempunyai risiko terjadinya KPD : riwayat KPD atau persalinan prematur, serviks tidakkompeten, riwayat tindakan pada serviks/ robekan serviks, infeksi serviks/ vagina, peningkatan PH vagina, perdarahan selama persalinan, gemelli, polyhidramnion, kelainan plasenta, prosedur saat prenatal (amniosentesis, chorionic Villus sampling), kebiasaan merokok, penggunaan narkoba, hipertensi, diabetes, malnutrisi, sosial ekonomi rendah. 2) Waktu terjadi pecah ketuban 3) Tanda dan gejala infeksi
  • 30. 20 4) Jumlah cairan yang keluar (menyembur, sedikit terus menerus, perasaan basah pada celana dalam) 5) Ketidakmampuan mengendalikan kebocoran dengan latihan kegel (untuk membedakan iknontinensia uteri dan KPD 6) Warna cairan (jernih atau keruh, bercampur mekoneum atau lainnya) 7) Bau cairan (khas, membedakan dengan urine) 8) Hubungan seksual terakhirb. Data Objektif 1) Pemeriksaan abdomen untuk menentukan volume cairan amnion 2) Pemeriksaan spekulum (inspekulo) : pengeluaran cairan dari orifisium, dilatasi serviks,prolaps tali pusat) 3) Pemeriksaan laboratorium : Uji kertas nitrazin positif bila warna kertas menjadi biru gelap (basa, PH amnion 7,0-7,5) dan USG untuk mendeteksi oligohidramnion Saat mengetahui bahwa ibu mengalami KPD, bidan hendaknya melakukan observasi ketuban, yakinkan warna ketuban apakah berwarna jernih? kuning muda atau hijau atau bahkan berupa gumpalan feces bayi pada ketuban (hitam). Setelah itu, observasi denyut jantung janin dan observasi tanda peringatan lain. Saat menunggu persalinan atau bila ibu mendapatkan perawatan konservatif, bantu ibu untuk mencegah agar kuman tidak masuk ke dalam vaginanya dengan cara : Tidak melakukan periksa dalam, tidak memasukkan apapun ke dalam vagina, memastikan ibu tidak berendam saat mandi, memastikan agar ibu tidak melakukan hubungan seksual, meminta ibu membersihkan genital luarnya dari arah depan ke belakang setelah berkemih danmenganjurkan ibu mengganti pakaian dalam secara teratur (Klein, 2009). Penatalaksanaan Konservatif: 1) Rawat di Rumah Sakit 2) Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin) dan metronidazol 2 x 500mg selama 7 hari 3) Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, rawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
  • 31. 21 4) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes busa negatif : beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu 5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam 6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi 7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi uterin) 8) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali Aktif 1) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 50 μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. 2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri : a.Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian insuksi. Jika tidak berhasilakhiri persalinan dengan SC. b.Bila skor pelvik >5, induksi persalinan, partus pervaginam 3. Asuhan Kebidanan pada Fetal Distress (Gawat Janin) Denyut Jantung Janin (DJJ) normal adalah antara 110 dan 160 kali/menit. DJJ dapat direkam secara intermitten dengan auskultasi menggunakan stetoskop pinard datau secara elektronik menggunakan alat doppler. Janin disebut dalam keadaan gawat janin atau fetal distress apabila tejadi takikardi atau bradikardi. Takikardi adalah kondisi dimana denyut jantung janin > 160 x/ menit yang berlangsung dalam 10 menit atau lebih, sering dihubungkan dengan penurunan variabilitas. Takikardi ini dikatakan berat jika >180x menit
  • 32. 22 Penyebab: a. Prematuritas b. Demam maternal c. Hipoksia janin d. Penggunaan obat-obatan pada ibu e. Anomali jantung janin f. Dehidrasi pada ibu g. Diabetes ketoasidosis h. Anemia janin (isoimunisasi Rh, perdarahan fetomaternal, abruptio plasenta) i. Hipertiroidisme Maternal Bradikardi yaitu Kondisi dimana denyut jantung janin berkisar < 110 x/menit. Perlambatan kurang < 110x/menit yang progresif atau tiba-tiba menunjukkan dekompensasi janin. Penyebab: a. Hipotermi maternal b. Kompresi tali pusat (prolaps tali pusat, kompresi tali pusat intermiten) c. Hipoksia atau asfiksia janin dan penurunan variabilitas d. Stimulasi vagal (valsava maternal, pemeriksaan vagina, penurunan yang cepat, kepala janin pada posisi posterior atau melintang) e. Anomali jantung janin f. Pengobatan maternal Penanganan: a. Bila sedang dalam infus oksitosin : STOP b. Ibu berbaring miring ke kiri c. Cari penyebab DJJ yang abnormal. Misalnya : ibu demam, atau efek obat tertentu. Bila penyebab diketahui, atau permasalahannya d. Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui hal-hal berikut: 1) Kemajuan persalinan 2) Adakah kompresi tali pusat? 3) Air ketuban sedikit? e. Bila terdapat oligohidramnion akibat ketuban pecah maka kompresi tali pusat dapat diatasi dengan amnio infusi. f. Bila DJJ tetap tak normal, segera akhiri persalinan dengan cara yang sesuai syarat tindakan (EV, FE atau Seksio sesaria)
  • 33. 23 g. Pada kala II sebanyak 30-40% dapat terjadi bradikardia akibat kompresi, bila persalinan lancar tidak perlu tindakan
  • 34. 24 DAFTAR PUSTAKA Depkes. (2014). pelatihan klinik asuhan persalinan normal. jakarta: USAID. Hanifa, w. (2013). ilmu kebudanan . jakarta: Yayasan bina pus. Mitayani. (2013). asuhan keperawatan maternitas. Jakarta: EGC. Idawati, I. (2019). Penerapan Standar Asuhan Persalinan Normal di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Teungku Chik Di Tiro. Jurnal Serambi Akademica, 7(3), 205–215. Jannah, N. (2015). ASKEB II Persalinan Berbasis Kompetensi (E. K. Yudha (ed.)). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. In Kementrian Kesehatan Repoblik Indonesia (Vol. 42, Issue 4). Kuswanti, I., & Melina, F. (2014). ASKEB II PERSALINAN (Cetakan I). Pustaka Pelajar. Prawirohardjo, S. (2016). Ilmu Kebidanan (T. Rachimhadhi & G. H. Wiknjosastro (eds.); kelima). PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. . (0) Sukarni K, I., & ZH, M. (2013). Kehamilan, Persalinan, dan Nifas dilengkapi dengan patologi (Pertama). Nuha Medika. Sulastri, E., & Linda, S. L. (2020). Pengaruh Sikap, Motivasi, Dan Keterampilan Bidan Terhadap Penerapan Metode Asuhan Persalinan Normal (Apn) Di Praktik Mandiri Bidan Kota Ternate. Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan), 7(1), 161–170. https://doi.org/10.36743/medikes.v7i1.217 Walyani, E. S., & Purwoastuti, T. E. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir (Cetakan I). PUSTAKABARUPRESS Poltekes Kemenkes Palangkaraya (2019). Asuhan Kebidanan Kalborasi Patologi Dan Komplikasi. Prodi Sarjana Terapan Kebidanan
  • 35. 25 TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PATOLOGIS Nama Pengkaji : Erfanda Puspita Jam/ Tanggal Pengkajian : 09.00 WIB/ 10-01-2024 Tempat Pengkajian : Klinik Bersalin Bunda Elsa Identitas Nama : Ny. A Nama Suami : Tn. O Umur : 28 th Umur : 30 th Agama : Islam Agama : Islam Pendidikan : S1 Pendidikan : S1 Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Pekerjaan : IRT Pekerjaan : BUMN Alamat : Dusun Krajan RT 002 RW 008 Pasrujambe Kab. Lumajang A. SUBYEKTIF 1. Keluhan Utama: Ibu hamil anak ke 2 hamil 9 bulan mengeluh perut kenceng sejak pukul 07.00 wib (09-01-2024) dan keluar lendir darah dari jalan lahir 2. Riwayat Menstruasi HPHT : 10-04-2023 TP : 17-01-2024 3. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu No No Kehamilan Persalinan Anak Nifas Suami Ank UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny Sex BL/PB H M Laktsi Peny 1 1 1 38 - SPT Bidan PMB - LK 3700/50 H - IYA - 2 HAMIL INI 4. Riwayat kehamilan sekarang ANC : TM I : 1 X di Puskesmas Pasrujambe TM II : 3 X di Klinik Bersalin Bunda Elsa TM III : 3 X di Klinik Bersalin Bunda Elsa Penyuluhan yang pernah didapat : - pentingnya pemeriksaan,
  • 36. 26 - manfaat tambah darah, - ANC terpadu, - senam hamil, - tanda bahaya kehamilan, - persiapan persalinan, - tanda tanda persalinan. Terapi yang pernah didapat selama Hamil ini : Tablet FE (1x1) 90, Calcifar 1x1 Hasil Laboratorium tanggal 10-01-2024 : HB : 12.1 gr% , Golda : A, Albumin : - Reduksi : - , HIV : NR, HbsaG : NR, Sypilis :NR 5. Riwayat Kesehatan Ibu tidak pernah menderita penyakit anemia, hipertensi, jantung, TBC, diabetes, asma serta tidak mengalami Demam pada ibu selama hamil, Penggunaan obat-obatan pada ibu, Anomali jantung janin, Dehidrasi pada ibu, Diabetes ketoasidosis 6. Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga ibu tidak ada yang menderita penyakit hipertensi, jantung, TBC, diabetes, asma dll. Dalam keluarga ibu tidak ada riwayat gemelli. 7. Riwayat Psikososial Hubungan dengan suami baik, begitu juga dengan anggota keluarga yang lain, kehamilan ini direncanakan, Suami dan keluarga menerima dengan baik kehamilan ini, rencana melahirkan di Klinik Bersalin Bunda Elsa dan didampingi suami serta keluarga. 8. Data Sosial Budaya Ibu tidak memiliki pantangan terhadap makanan dan minuman, ibu tidak pernah minum jamu, tidak pernah pijat perut. 9. Data Kesehatan a. Nutrisi Ibu sebelum ke Klinik makan pagi dengan menu nasi, lauk dan sayur, minum air putih b. Eliminasi
  • 37. 27 Ibu sebelum ke Klinik belum BAB dan sudah BAK serta tidak ada keluhan c. Istirahat Ibu sebelum ke Klinik istirahat terakhir tidur selama 3 jam. Selama merasakan kontraksi ibu mengatakan tidak bisa istirahat d. Hygiene Ibu sebelum ke Klinik hanya menyeka badan dan anti celana e. Merokok/ alkohol Ibu mengatakan tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol B. OBYEKTIF 1. Pemeriksaan fisik umum  Keadaan umum : Baik  Kesadaran : composmentis  Raut wajah : kesakitan 2. Tanda tanda vital  TB : 163 cm BB : 70 kg LILA : 28 cm  TD : 110/70 mmHg N : 82 X/menit S : 36,50 C RR : 20 x/menit 3. Pemeriksaan Fisik Khusus (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi )  Muka : cerah ,bersih  Mata : bentuk simetris,conjungtiva merah muda, sclera putih  Mulut : bibir lembab, mukosa mulut lembab  Dada : puting susu, sudah keluar colustrum,  Perut : His tiap 10 menit, 2x, lama 30” . Pemeriksaan Leopold Leopold I TFU 31 cm, bagian fundus teraba bokong TBJ 2.945 gram Leopold II
  • 38. 28 Bagian kiri teraba panjang dan keras (punggung kanan), bagian kanan teraba bagian kecil anak. Leopold III Bagian bawah teraba keras bulat dan melenting ( kepala ) dan sudah masuk PAP Leopold IV Divergen 3/5 DJJ : 144 X/’ teratur.  Genetalia : vulva dan vagina terdapat lendir darah (blood Slym ) 4. Pemeriksaan Dalam 10-01-2024 jam 09.30 wib V/V lendir darah,pembukaan 5cm, portio eff 50 %, ketuban + , teraba kepala, Hodge 2, UUK kanan depan, tidak teraba bagian kecil disamping kiri dan kanan kepala . C. ANALISA DATA G2 P1001 Ab000 UK 39 minggu, inpartu kala I fase aktif JTH Preskep D. PENATALAKSANAAN TANGGAL : 10-01-2024 Jam : 09.45 wib 1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu dan janin sehat. e/ ibu dan suami/keluarga kooperatif dan mengerti tentang penjelasan dari Bidan 2. Menjelaskan pada ibu tentang kondisi ibu sekarang. e/ ibu dan suami/keluarga kooperatif dan mengerti tentang penjelasan dari Bidan 3. Melakukan informed consent kepada ibu dan keluarga, yang berisi persetujuan atas segala tindakan medis yang akan dilakukan untuk
  • 39. 29 menolong kelahiran bayi. e/ ibu dan suami/keluarga kooperatif dan mengerti tentang penjelasan dari Bidan 4. Menganjurkan pada ibu makan dan minum untuk tenaga ibu saat proses persalinan e/ ibu dan suami/keluarga kooperatif dan mengerti tentang penjelasan dari Bidan 5. Melakukan pemeriksaan observasi nadi, DJJ, his setiap 30 menit, tekanan darah dan pemeriksaan dalam setiap 4 jam. e/ pemeriksaan telah dilakukan 6. Melakukan pendokumentasian pada rekam medis,kohort dan buku KIA e/ pendokumentasian telah dilakukan CATATAN PERKEMBANGAN TANGGAL : 10-01-2024 Jam : 13.30 wib S : Ibu ingin kenceng lebih sering O : KU : baik, kesadaran composmentis T : 110/70 mmHg N : 82 x/m S : 36.5 C RR : 20 x/m DJJ : 164x/m’ His : 3 x 10’ lamanya 35” Pemeriksaan Dalam 10-01-2024 jam 13.30 wib V/V lendir darah,pembukaan 5cm, portio eff 50 %, ketuban + , teraba kepala, Hodge 2, UUK kanan depan, tidak teraba bagian kecil disamping kiri dan kanan kepala .
  • 40. 30 A : G2 P1001 Ab000 UK 39 minggu, inpartu kala I fase aktif JTH Preskep gawat janin P : 1. Melakukan komunikasi terapeutik dan menginformasikan kepada ibu dan suami/keluarga tentang hasil pemeriksaan, bahwa ibu mengalami gawat janin e/ ibu dan suami/keluarga kooperatif dan mengerti tentang penjelasan dari Bidan 2. Memberikan dukungan emosional kepada ibu dan hadirkan suami/keluarga untuk mendampingi ibu agar tidak terlalu cemas dengan menghadapi persalinannya saat ini e/ kecemasan ibu berkurang 3. Mengobservasi kemajuan persalinan meliputi TTV, DJJ, His dan memberikan O2 5l dan menganjurkan ibu untuk miring kiri e/ ibu mengerti serta mengetahui tentang pemeriksaan yang dilakukan 4. Mengajari ibu untuk mengatur nafas atau tehnik relaksasi saat ada kontraksi e/ mengurangi rasa sakit saat ada kontraksi 5. Menganjurkan suami/keluarga untuk memberikan usapan pada punggung ibu e/ memberikan kenyamanan dan ekspresi kepedulian terhadap ibu 6. Memberikan KIE kepada keluarga bahwa terdapat penyulit pada persalinan, sehingga perlu dilakukan tindakan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih kompeten e/ suami dan keluarga mengerti dan mau untuk dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih kompeten (Rumah Sakit) 7. Meminta kesediaan suami/keluarga untuk mengisi dan menandatangani Informed consent sebagai bukti tertulis bahwa ibu bersedia dirujuk ke rumah sakit e/ Suami/keluarga bersedia menandatangani Informed consent 8. Melakukan kolaborasi dengan dokter terkait pembuatan surat rujukan
  • 41. 31 dan therapy pra rujukan ( infus ) e/ surat rujukan telah dibuatkan dan telah dilakukan pemasangan infus 9. Melakukan persiapan rujukan dengan persiapan BAKSOKUDA e/ BAKSOKUDA sudah disiapkan 10. Melakukan rujukan ke rumah sakit bersama bidan didampingi suami/keluarga e/ dilakukan rujukan ke rumah sakit 11. Melakukan pendokumentasian pada rekam medis,kohort dan buku KIA e/ pendokumentasian telah dilakukan
  • 43. 33
  • 44. 34
  • 45. 35 LEMBAR KONSULTASI AKADEMIK DAN RUANGAN Nama : Erfanda Puspita Ruangan : Ruang Bersalin NIM : 15901.05.23181 Kasus : Persalinan Patologis No Hari / tanggal Masukan Paraf Ci lahan Ci Akademik 1 2 3