kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
Skizofrenia dan resiko bunuh diri
1. Skizofrenia dan
resiko bunuh diri
Diterjemahkan secara bebas dari WebMD Medical
Reference oleh:
Bagus Utomo
Utomo.bagus@gmail.com
Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia
https://www.facebook.com/groups/skizofrenia/
Twitter: @kpsi_pusat Email: info.kpsi@gmail.com
2. Dari sekian banyak Orang Dengan Skizofrenia, ada sekitar 20%
hingga 40% yang pernah mencoba bunuh diri. Dari 5% hingga
13% diantaranya meninggal dunia.
Dibandingkan populasi umum, orang dengan skizofrenia
memiliki resiko 8 kali lipat mengalami resiko bunuh diri.
Skizofrenia juga membuat mereka mengalami peningkatan
resiko meninggal dunia akibat sebab-sebab alamiah seperti
penyakit kardiovaskuler dan gangguan pernafasan.
3. Upaya pencegahan bunuh diri menjadi sulit karena Orang
Dengan Skizofrenia (ODS) kadang melakukannya berdasarkan
gagasan bunuh diri yang mendadak dan tanpa peringatan sama
sekali.
Karena itu para petugas kesehatan, anggota keluarga, dan
teman-teman harus memiliki kesadaran yang mendasar tentang
adanya faktor resiko bunuh diri dan peka terhadap situasi yang
mungkin dapat mendorong munculnya gagasan bunuh diri dan
percobaan bunuh diri.
4. Resiko Bunuh Diri pada Orang Dengan Skizofrenia
Di Amerika, resiko tertinggi Orang Dengan Skizofrenia yang mencoba bunuh diri di
dominasi oleh mereka yang berusia muda, berkulit putih dan belum menikah.
Seseorang juga memiliki resiko tinggi bila sebelum mengalami gangguan ini ia
berfungsi sangat baik. Misalnya ia sedang menjalani studi, bekerja dan
berprestasi. Kemudian setelah mengalami gangguan skizofrenia ia kehilangan
semua kemampuan tersebut. Sehingga mengalami depresi setelah mendapat
diagnose.
Resiko tinggi juga dialami pada mereka yang memiliki riwayat kecanduan alcohol
dan penyalahgunaan narkotika serta zat adiktif lainnya.
Juga apabila ia sebelumnya pernah memiliki riwayat pernah mencoba bunuh diri.
5. Ciri klasik pasien skizofrenia yang mencoba bunuh
diri antara lain:
• Berusia di bawah 30 tahun
• Memiliki kecerdasan atau IQ tinggi
• Memiliki prestasi tinggi di usia sebelumnya
• Menyadari gejala skizofrenia yang dialaminya dan merasa
menderita atas gangguan gejala-gejala tersebut
6. Faktor resiko lainnya antara lain:
• Keputusasaan (Hopelessness)
• Isolasi sosial atau pengucilan
• Rawat inap terlalu sering atau dalam jangka panjang
• Kesehatan yang menurun
• Kehilangan orang yang dicintai atau penolakan
• Dukungan eksternal yang minim
• Ketidakstabilan akibat stressor keluarga
• Ketakutan akan semakin memburuknya kondisi mental
• Ketergantungan yang belebihan pada pengobatan
• Atau sebaliknya, kehilangan keyakinan pada pengobatan
7. Upaya bunuh diri pada orang dengan skizofrenia
diduga juga terkait dengan:
• Kondisi penyakit kronis
• Adanya riwayat bunuh diri dalam keluarga
• Riwayat depresi di masa lalu dan sekarang
• Penyalahgunaan zat
• Agitasi dan impulsivitas
• Banyaknya gagasan yang mengarah upaya bunuh diri
• Terlalu banyak obat yang diresepkan untuk pengobatan skizofrenia baik
antipsiotik maupun andidepresan
• Sikap negative terhadap pengobatan dan menurunnya kepatuhan menjalankan
terapi
• Sangat bergantung pada orang lain dan ketidakmampuan untuk bekerja
8. Secara umum, gejala utama gangguan psikosis yaitu -- hallusinasi dan
delusi – tampaknya tidak terlalu berkaitan dengan upaya bunuh diri
dibandingkan dengan gejala "negatif" atau gejala "defisit", seperti:
• Keputusasaan
• Pandangan negative terhadap kehidupan
• Perasaan tidak berharga
• Tilikan diri yang semakin baik atau kesadaran terhadap adanya gejala
skizofrenia juga dapat berpengaruh secara negative pada fungsi mental
seseorang.
9. Sejumlah riset mengungkapkan bahwa penyalahgunaan alcohol
merupakan penyebab utama upaya bunuh diri di masyarakat
umum, namun pada Orang Dengan Skizofrenia hubungan itu
tidak selalu terlihat jelas.
Sementara itu penyalahgunaan narkotika, telah diketahui
memiliki hubungan yang sangat besar pada resiko bunuh diri
para Orang Dengan Skizofrenia. Orang Dengan Skizofrenia juga
memiliki kecenderungan 2 kali lipat untuk menjadi
penyalahguna narkotika daripada masyarakat pada umumnya.
10. Pencegahan bunuh diri pada Orang Dengan
Skizofrenia
Meskipun para peneliti telah mengenali factor resiko yang utama dalam
resiko bunuh diri pada Orang Dengan Skizofrenia. Namun masih sangat
sulit untuk mengenali tanda-tanda awal seseorang memiliki gagasan
bunuh diri.
Contohnya, seseorang memiliki resiko besar memiliki gagasan bunuh diri
dan mencobanya setelah keluar dari rawat inap dari rumah sakit. Orang
Dengan Skizofrenia kadang-kadang ada yang berfikir bahwa rumah sakit
adalah tempat yang nyaman, seperti surga. Mereka mulai membentuk
pandangan bahwa perawat/petugas dan pasien lainnya di rumah sakit
sebagai bagian yang penting dalam hidupnya. Sehingga ketika tiba saatnya
ia harus pulang dan keluar dari rumah sakit, dapat memicu tumbuhnya
perasaan putus asa.
11. “Mungkin ini ada kaitannya dengan stigma di masyarakat
yang masih negative terhadap skizofrenia bahwa ODS tidak
dapat pulih dan produktif kembali. Sangat penting dilakukan
kampanye penghapusan stigma yang terus menerus dan
mengangkat kisah sukses bangkit dari gangguan jiwa”
Sepanjang riwayat seseorang mengalami gangguan skizofrenia, penilaian
yang teliti terhadap kondisi keputusasaan dan gagasan bunuh diri
menjadi sangat penting. Hal ini menjadi semakin penting khususnya pada
seseorang yang perlahan mulai dapat menyadari betapa seriusnya
gangguan skizofrenia yang ia alami
Sangat benar bahwa meningkatnya tilikan diri seseorang tentang
gangguan jiwa yang ia alami dapat membantu perbaikan klinis yang
mempercepat pemulihan. Namun ia seperti pedang bermata dua.
Kesadaran itu juga dapat menumbuhkan gagasan bunuh diri pada
mereka yang masih berusia muda dan yang dulunya memiliki prestasi
tinggi saat mereka menyadari betapa banyak kehilangan yang telah dan
akan mereka alami di kemudian hari.
12. Untuk mengenali resiko bunuh diri, dokter dan para
caregiver (pelaku rawat) mesti lebih perhatian dan peka
terhadap perasaan kehilangan yang dialami Orang
Dengan Skizofrenia.
Ada sejumlah obat-obatan antidepresi dan antipsikotik
yang memberikan resiko meningkatnya pemikiran dan
perilaku bunuh diri pada dewasa muda, remaja dan
anak-anak.
13. Hingga saat ini, penelitian ilmiah mengungkapkan fakta bahwa
cara paling efektif dalam mencegah bunuh diri pada Orang
Dengan Skizofrenia adalah kombinasi dari ketiga hal ini:
• Pengobatan yang rutin untuk mengatasi gejala-gejala depresi
• Meningkatkan kepatuhan pada pengobatan
• Memelihara kewaspadaan khusus pada pasien yang memiliki
factor resiko bunuh diri, khususnya pada mereka yang
kehilangan fungsi secara signifikan (cukup besar)
15. Sumbangan untuk Yayasan Peduli Skizofrenia Indonesia dapat
ditransfer melalui rekening:
Nama account: Peduli Skizofrenia Indonesia,
No Rek: 8000-8156-4900,
Alamat Bank: CIMB Niaga Ruko Bonagabe, Jl Raya Jatinegara
Timur No 101, Jakarta 13310.