Dokumen tersebut membahas pendekatan sosial budaya yang berpengaruh pada kesehatan ibu, khususnya pendekatan melalui agama. Agama memainkan peran penting dalam membentuk persepsi masyarakat tentang kesehatan. Keyakinan agama dapat mempengaruhi penjelasan masyarakat terhadap penyebab penyakit dan pilihan pengobatan. Bidan perlu memahami dimensi agama dan spiritualitas pasien untuk memberikan asuhan yang sesuai
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Cara Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik Kebidanan
1. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
Uraian Materi
PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA YANG BERPENGARUH PADA KESEHATAN IBU
1. Pendekatan melalui Agama
Dalam kehidupan sehari-hari
manusia tidak lepas dari unsur
keyakinan. Yang kita kenal sebagai
ibu kandung kita sesungguhnya
diterima atas dasar keyakinan kare-na,
selain teramat sulit untuk mem-buktikannya
, juga kita tidak merasa
perlu membuktikannya. Demikian
pula pada saat kita makan, kita tidak
terlepas dari unsur keyakinan bahwa
makanan tersebut berguna dan kita
yakin tidak membahayakan. Dasar
apa yang menyebabkan demiki-an,
tentu karena ilmu pengetahuan
dan pengalaman. Jadi, keyakinan itu
timbul disebabkan oleh berbagai
segi. Manusia dalam mewujudkan
keyakinan dan pengharapannya
mengikuti aturan-aturan tertentu
atau norma, baik yang berhubun-gan
dengan manusia, alam ataupun
yang sifatnya gaib.
Manusia dalam hidupnya
mempunyai keyakinan atas suatu
hal. Mengapa demikian, sebab
manusia dalam hidupnya selalu
mempunyai pengharapan dan ci-ta-
cita sehingga ia selalu berusa-ha
untuk mewujudkan keyakinan
dan pengharapannya dalam karya
yang kongkret. Keyakinan begi-tu
pentingnya bagi manusia, dapat
dikatakan sebagai salah satu syarat
dalam kehidupannya. Tanpa keyak-inan,
kehidupan akan diliputi oleh
perasaan bimbang. Keyakinan ada-lah
sesuatu yang seharusnya dibela
oleh orang yang memilikinya, tidak
peduli apapun yang bakal terjadi
atau menimpa dirinya.
Manusia memerlukan suatu
bentuk keyakinan dalam hidupnya
karena keyakinan akan melahirkan
tata nilai guna menopang hidup bu-dayanya.
Dengan keyakinan yang
sempurna, hidup manusia tidak akan
ragu. Keyakinan yang dianut harus
sekaligus merupakan kebenaran se-hingga
cara berkeyakinan itu harus
benar pula. Menganut suatu keya-kinan
yang salah atau dengan cara
yang salah dapat membahayakan.
Apabila keyakinan itu berbeda satu
dengan yang lain sehingga sudah
barang tentu salah satu diantaranya
adalah keyakinan yang benar. Keya-kinan
yang benar haruslah bersum-ber
dari nilai yang benar.
Salah satu syarat dalam ke-hidupan
manusia yang teramat
penting adalah keyakinan, yang oleh
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 2
2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
sebagian orang dianggap menjel-ma
sebagai agama. Agama ini ber-tujuan
untuk mencapai kedamaian
rohani dan kesejahteraan jasmani.
Dan untuk mencapai kedua ini harus
diikuti dengan syarat yaitu percaya
dengan adanya Tuhan Yang Maha
Esa. Menciptakan dan memelihara
semua yang ada di dunia ini.
Orang-orang yang percaya
kepada Tuhan Yang Maha Esa se-lalu
merasa dilindungi oleh Tuhan
dan dalam suasana, keadaan yang
bagaimanapun mereka tidak mera-sa
takut. Mereka yakin bahwa tidak
ada daya upaya dan tiada kekua-tan
yang akan mempengaruhi atau
membinasakan kalau Tuhan tidak
mengizinkan. Mengingat kebutuhan
manusia akan rasa aman itulah yang
menjadi pokok atau pangkal utama
bagi manusia untuk mempercayai /
Tuhan dan perlunya hidup berag-ama.
Sebagian besar penduduk In-donesia
(± 81,2 %) bertempat ting-gal
di 55.970 desa yang tersebar di
seluruh Indonesia. Lebih dari 90 %
penduduk Indonesia menganut Ag-ama
Islam. Umumnya masyarakat
pedesaan kendatipun penghayatan
terhadap ajaran Agama tersebut
mendalam, tapi sebagian masih
memiliki cara berfikir yang sempit.
Kehidupan masyarakat di
pedesaan sangat relegius, sehing-ga
setiap sikap atau perilakunya
sehari-hari diliputi oleh rasa kea-gamaan
yang kuat dan paling uta-ma
adalah penghormatan yang
berlebihan terhadap tokoh-tokoh
agama seperti alim ulama, haji dan
kyai. Sering terlihat bila di dalam
suatu upacara atau pengajian-pen-gajian
yang sering dilakukan oleh
masyarakat, kedudukan seorang
haji atau kyai selalu ditempat yang
relatif lebih terhormat dari hadi-rin
yang lain. Kuncaraningrat men-gatakan
bahwa emosi keagamaan
merupakan getaran jiwa manu-sia
yang pada suatu ketika pernah
menghinggapi manusia di dalam
jangka waktu hidupnya. Pengala-man
penulis sewaktu masih berada
di Puskesmas yang kebetulan ham-pir
100 % menganut agama Islam,
bahwa emosi keagamaan ini dapat
mendorong mereka untuk berfikir
kadang-kadang terlalu irrasionil, hal
ini tidak jarang menyebabkan su-karnya
menembus mereka dalam
rangka membantu berubahnya pen-getahuan,
sikap dan perilaku mere-ka
kearah lebih positif dalam bidang
kesehatan untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang optimal.
Dalam rangka meningkatkan
partisipasi masyarakat terhadap us-aha-
usaha kesehatan, sekarang ini
pemerintah melalui usaha-usaha
yang dilakukan oleh PKM (Penyu-luhan
Kesehatan Masyarakat) telah
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 3
3. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
dilaksanakan suatu pendekatan se-cara
edukatif kepada masyarakat,
dengan kata lain bahwa masyarakat
tersebut dip roses sedemikian rupa
hingga akhirnya dapat menimbul-kan
kesadaran dan rasa tanggung-jawabnya
untuk dengan swadaya
sendiri ikut berpartisipasi dalam
meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Mengingat bahwa pendeka-tan
secara edukatif ini yang seka-rang
ini dicobakan dalam suatu DKI
oleh masing-masing Puskesmas,
memerlukan waktu dan biaya yang
besar, maka pendekatan secara ma-saal
ataupun kelompok, diluar DKI
tetap dilaksanakan seperti melalui
ceramah-ceramah dsb. Pengala-man
menunjukkan bahwa bila ce-ramah-
ceramah dilaksanakan oleh
petugas-petugas kesehatan atau-pun
pejabat-pejabat (formal leader)
memang dihadiri oleh masyarakat,
tapi kehadiran mereka kadang kala
hanya terpaksa karena takut dsb,
sehingga pesan-pesan yang disam-paikan
hanya untuk didengar tidak
untuk dilaksanakan. Pola berpikir
masyarakat pedesaan yang me-meluk
agama islam antara lain, bah-wa
setiap perilaku manusia di dunia
ini, tidak akan terlepas dari penilaian
Tuhan. Bila seseorang banyak bera-mal
selama hayatnya, maka kelak
akan mendapat pahala dan akan
mendapat kebahagian di akhirat.
Demikian juga banyak berbuat ja-hat
akan mendapat kesengsaraan di
akhirat.
Atas dasar keyakinan yang de-mikian,
maka setiap langkah dalam
kehidupannya selalu mencari jalan
kearah yang yang di ridhoi Tuhan.
Hal ini terjelma di dalam hati setiap
masyarakat. Kegiatan-kegiatan tra-disional
dilakukan seperti pengaji-an,
mingguan atau bulanan baik un-tuk
anak-anak maupun orang-orang
dewasa.
Demikian juga perayaan-per-ayaan
untuk memperingati hari-hari
besar Islam. Yang utama penulis li-hat
dalam hal ini, adanya kecend-erungan
guru-guru agama untuk
member ceramah-ceramah /bimb-ingan-
bimbingan kepada mere-ka.
Dengan perkataan lain adanya
satu tradisi untuk berkumpul untuk
mendengar ceramah-ceramah dari
utama-utama yang sengaja datang
atau di undang. Demikian juga ak-tifitas
khotbah di mesjid, baik pada
waktu sholat Jum’at maupun pada
waktu-waktu Maghrib atau Subuh,
yang sekarang lebih dikenal dengan
Kuliah Subuh.
Jelas bahwa pemuka-pemu-ka
agama dalam hal ini memegang
peranan yang sangat menentukan.
Bagaimanapun sering-seringnya
ceramah-ceramah tersebut, namun
bagi masyarakat pedesaan tidak
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 4
4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
pernah bosan-bosan karena adan-ya
keyakinan terhadap ajaran-aja-ran
agama tersebut. Sebenarnya
hal inilah yang harus kita lihat dan
sadari. Hal tersebut merupakan satu
point interest masyarakat pedes-aan
yang patut diterima dan diper-hartikan,
apalagi dalam usaha kita
mengembangkan ataupun mener-apkan
ide-ide baru dalam pening-katan
kesehatan masyarakat.
Agama berperan penting da-lam
pembentukan persepsi klien
tentang sehat sakit. Agama sebagai
komponen integral dari budaya
dapat mempengaruhi penjelasan
klien tentang penyebab penyakit,
persepsi keparahannya dan pilihan
terhadap penyembuhan. Pada masa
kritis seperti penyakit serius/saat
menghadapi kematian, agama dapat
menjadi sumber penyejuk bagi klien
dan keluarga serta dapat mempen-garuhi
tindakan yang dipercaya te-pat
untuk kondisi klien.
Tujuan pendekatan agama adalah
1. Mengeksplorasi makna agama
dalam kehidupan klien
2. Memeriksa cara-cara dimana
agama dapat dimasukkan ke
dalam praktik kebidanan
3. Menguraikan kepercayaan
yang berhubungan dengan ke-selamatan
dan praktik-praktik
kelompok agama tertentu.
Hal tersebut di atas mempengaruhi
bidan dalam memberikan asuhan
kepada klien dengan keyakinan ag-ama
yang berbeda-beda dengan
cara :
1. Peran bidan untuk menentukan
dari klien dimensi yang penting se-hingga
klien dan bidan dapat sal-ing
memiliki tujuan prioritas.
2. Penting untuk menentukan kelom-pok
agama yang dipercaya bagi
klien untuk berafiliasi.
3. Informasi bidan harus akurat,
membuat asumsi tentang agama
klien adalah ceroboh dan dapat
menyebabkan kesalahan.
4. Bukan peran bidan untuk menilai
agama klien tetapi lebih kepada
memahami aspek yang berhubun-gan
dengan agama yang penting
bagi klien dan anggota keluargan-ya.
5. Norma-norma ideal dan perilaku
nyata tidak perlu sama. Bidan ser-ingkali
berhadapan dengan tantan-gan
untuk pemahaman dan mem-bantu
klien untuk koping dengan
konflik norma.
Alasan mengapa bidan kadang
dapat gagal memberi asuhan spiri-tual
karena :
1. Mereka memandang agama se-bagai
masalah pribadi.
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 5
5. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
2. Mereka merasa agama sebagai
masalah yang hanya memper-hatikan
hubungan individu den-gan
penciptanya.
3. Mereka tidak nyaman menge-nai
agama mereka sendiri atau
menyangkal mempunyai kebu-tuhan
spiritual.
4. Mereka kurang pengetahuan
tentang spiriitualitas dan agama
orang lain.
5. Mereka salah mengira kebutu-han
spiritual sebagai kebutuhan
psiokososial.
6. Mereka menganggap pemenu-han
kebutuhan spiritual bukan
tanggung jawabnya.
Intervensi spiritual tepat jika :
1. Memperhatikan kesejahteraan
spiritual klien seperti hanya kes-ehatan
bio, psiko, social.
2. Mengaku bahwa keseimbangan
fisik, psikososial dan spiritual
penting bagi kesehatan yang
baik secara menyeluruh.
Dimensi Agama
1. Agama bersifat kompleks baik
dalam bentuk fungsi
2. Keyakinan keagamaan dan insti-tusi
keagamaan menjadi focus
utama dalam memenuhi kebu-tuhan
individu yang “percaya”
3. Lima dimensi utama agama
(Faulkner dan De Jong, 1966)
• Eksperiential
• Ritualistic : tata cara keag-amaan
• Ideological : keyakinan ses-uai
agama
• Intelektual
• Konsekuensial
4. Tiap dimensi agama memiliki
kemaknaan yang berbeda jika
dihubungkan dengan masalah
sehat dan sakit
5. Budaya : agama yang berbeda
dapat member penekanan yang
berbeda dari dimensi tersebut
dan relative berbeda dengan
agama lain.
6. Individu juga mengembangkan
prioritasnya sendiri yang ber-hubungan
dengan dimensi ag-ama.
Agama dan asuhan kebidanan
1. Sedikit referensi tentang spiritual
care
2. Asuhan kebidanan yang holis-tic
perlu member penekanan juga
pada kebutuhan spiritual
3. Perlu membedakan antara agama
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 6
6. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
dan spiritualitas
4. Agama merujuk pada system ke-percayaan
yang terorganisasi, kai-tannya
dengan sang pencipta (Al-lah).
5. Spiritualitas lahir dari pengalaman
kehidupan yang unik setiap indi-vidu
dan usaha pribadinya untuk
menemukan makna dan kegunaan
dari hidup /kehidupan.
6. Tujuan asuhan kebidanan spiritu-al
adalah untuk membantu klien
menemukan Tuhan mereka sendiri
dan kebenaran, realitas yang ber-makna
bagi kehidupan mereka da-lam
hubungannya dengan penyakit
yang mencetuskan kebutuhan un-tuk
asuhan kebidanan.
7. Asuhan kebidanan spiritual
meningkatkan kesejahteraan spiri-tual
mereka.
8. Dalam memberikan asuhan ke-bidanan,
bidan tidak dan seharus-nya
tidak mengenakan keyakinan
dan hukuman agama tertentu.
Asuhan klien yang dalam kondisi
kritis atau kehilangan klien dan kel-uarga.
1. Peran bidan dalam menghadapi
klien sakaratul maut dan kelu-arga
bervariasi sesuai kebutu-hannya
serta pilihan klien dan
bidan, juga lingkungan klinik
dimana interaksi terjadi.
2. Dengan memahami budaya dan
variasi agama yang berhubun-gan
dengan hal diatas bidan
dapat memberikan asuhan yang
bersifat individual dan dapat
membantu dalam menentukan
siapa yang perlu dihubungi jika
kebutuhan itu timbul.
2. Pendekatan melalui Kesenian tr-adisional
Kesenian mengacu pada nilai
keindahan (estetika) yang berasal
dari ekspresi hasrat manusia akan
keindahan yang dinikmati dengan
mata ataupun telinga. Sebagai
makhluk yang mempunyai cita
rasa tinggi, manusia menghasilkan
berbagai corak kesenian mulai dari
yang sederhana hingga perwuju-dan
kesenian yang kompleks.
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 7
7. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
Berbagai kesenian tradisional,
seperti halnya nyanyian – nyanyian
daerah, tari – tarian daerah krea-si
baru, wayang kulit atau wayang
golek, dan lain –lain.Melaluilirik
nyanyian, dialog wayang, sandi-wara
tradisional daerah seperti hal-nya
ludruk (Surabaya), kethoprak
(Jawa), Lenong (Jakarta) dan lain
sebagainya, maka dialog – dialo-gnya
dapat memanfaatkan tema –
tema kesehatan, dalam hal ini yang
berkaitan dengan kebidanan, sep-erti
halnya pada khotbah tersebut
didepan.
3. Pendekatan Melalui Paguyuban
Paguyuban atau gemein-schaft
adalah suatu kelompok atau
masyarakat yang diantara para
warganya diwarnai dengan hubun-gan-
hubungan sosial yang penuh
rasa kekeluargaan, bersifat batini-ah
dan kekal, serta jauh dan pam-rih-
pamrih ekonomi.
Menurut Ferdinand Tonnies,
paguyuban (gemeinschaft) ada-lah
bentuk kehidupan bersama di-mana
anggota-anggotanya diikat
oleh hubungan batin yang murni
dan bersifat alamiah serta bersifat
kekal. Dasar hubungan tersebut
adalah rasa cinta dan rasa keseha-tan.
Kehidupan seperti ini bersifat
organis dan sejati.
Ciri-ciri paguyuban
Menurut Ferdinand Tonnes ciri-ciri
pokok dari paguyuban antara lain :
1) Intimate : hubungan menyeluruh
yang mesra
2) Private : hubungan bersifat prib-adi,
yaitu khusus untuk beberaa
orang saja
3) Exclusive : bahwa hubungan
tersebut hanyalah untuk ‘kita’
saja dan tidak untuk orang lain
diluar ‘kita’
Sedangkan secara umum ciri-ciri
paguyuban yaitu :
1) Adanya hubungan perasaan
kasih sayang
2) Adanya keinginan untuk
meninggkatkan kebersamaan
3) Tidak suka menonjolkan diri
4) Selalu memegang teguh adat
lama yang konservatif
5) Sidat gotong royong masih
kuat
6) Hubungan kekeluargaan ma-sih
kental
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 8
8. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
Tipe paguyuban
Paguyuban memiliki tiga tipe
yang ada di masyarakat, yaitu :
1) Paguyuban karena ikatan da-rah
(gemeinschaft by blood)
yaitu paguyuban berdasarkan
keturunan, contoh kelompok
kekerabatan, keluarga besar.
2) Paguyuban karena tempat
(gemeinschaft by place) yai-tu
paguyuban yang terdiri dari
orang-orang yang berdekatan
temoat tinggal sehingga dapat
saling tolong menolong, con-tohnya
arisan, RT, RW, karang
taruna, PKK, pos kamling atau
ronda.
3) Paguyuban karena jiwa pikiran
(gemeinschaft by mind) yaitu pa-guyuban
yang terdiri dari orang
yang tidak mempunyai hubun-gan
darah atau tempat tinggal-nya
tidak berdekatan, akan teta-pi
meraka mempunyai jiwa dan
pikiran yang sama, paguyuban
senmacam itu tidak sekuat
dengan ikatan paguyuban ber-dasarkan
keturunan. Contohnya
organisasi.
Paguyuban merupakan suatu
perkumpulan yang seringkali
dibentuk untuk kepentingan sosial,
diberbagai tempat, seperti haln-ya
paguyuban eks keluarga pega-wai
yang pernah bekerja di Papua.
Paguyuban ini dibentuk di kota
Yogya. Ini sebagai contoh.Dalam
berbagai event seperti pertemuan–
pertemuan di paguyuban tersebut,
maka diskusi, ceramah atau ke-giatan–
kegiatan lainnya dapat di-isi
berbagai tema utamanya tema
kesehatan dalam hal ini berkaitan
dengan kebidanan.
4. Pendekatan Melalui Pesantren
Pesantren sangat banyak
tersebar diseluruh nusantara.Berb-agai
kegiatan sangat sering dilaku-kan
didalam pesantren tersebut.
Misalnya, lomba menulis, lomba
menggambar, lomba ceramah, per-ingatan
– peringatan keagamaan
seperti Maulid Nabi Muhammad
SAW, Isra Mi’raj dan lain – lain.
Maka kegiatan – kegiatan tersebut
dapat diisi berbagai tema keseha-tan
dalam hal ini kebidanan.Se-bagai
contoh lomba menggambar
menu makanan sehat untuk bayi
dan ibu hamil berdasarkan agama.
Demikian juga lomba mengarang,
lomba ceramah dan sebagain-ya.
Bahkan berbagai kesenian di
lingkungan pondok pesantren juga
dapat ditampilkan tema – tema
kesehatan yang berkaitan dengan
kebidanan.
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 9
9. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
5. Pendekatan Melalui Sistem Banjar
(Bali)
Banjar adalah organisasi ke-masyarakatan
tradisional bagi suku
bangsa Bali. Organisasi ini seperti
sistem RT/RW pada masyarakat
lain seperti di Jawa atau lainnya,
sudah ada sejak jaman dahulu kala
dan mulanya dikenal dengan nama
subak.
Awalnya subak itu merupakan
organisasi yang hanya mengatur
masalah – masalah di sawah (sebe-lum
bule – bule datang menjajah
negeri ini dan kemudian berjemur
di pantai) berhubung masyarakat
Bali saat itu sebagian besar mata
pencahariannya bertani.Banjar,
dengan berkembangnya jaman
juga menjadi berubah, tepatnya
bertambah fungsi. Kalau dulu ha-nya
untuk kepentingan di sawah,
namun sekarang banjar juga men-gurus
masalah administrasi dari
pemerintahan, seperti halnya uru-san
KTP dll,Banjar Adat, ketuanya
disebut kelian adat. Urusan sosial
seperti saat ada kematian, upacara
perkawinan krama banjar serta up-acara
– upacara keagamaan diatur
disini.Jumlah banjar di tiap kelura-han
juga sangat beragam.Umum-nya
sekitar 5 sampai ratusan ban-jar,
tergantung dari seberapa luas
wilayah kelurahan tersebut.Banjar
merupakan wujud kesadaran ber-organisasi
masyarakat Bali yang
sudah tercipta sejak dahulu.
Dari uraian mengenai ban-jar
tersebut, maka berbagai tema
kesehatan yang berkaitan dengan
kebidana dapat dimasukkan pada
berbagai bentuk kegiatan banjar
tersebut.Masyarakat Bali Aga di
Desa Trunyan Bali juga meman-dang
kelahiran sebagai hal wajar
dan bersifat “publik” (Danandja-ja
1989:468). Kelahiran dianggap
sebagai urusan laki – laki, karena
dukun bayi pria dan suami mer-upakan
pemeran utama dari peno-long
persalinan. Namun berbeda
dengan masyarakat Krikati terse-but
di atas, handai-tolan terma-suk
anak – anak bisa berkerumun
didepan pintu yang dibiarkan ter-buka,
untuk menyaksikan proses
kelahiran tersebut diluar ruangan.
Meskipun demikian, hanya dukun
bayi pria, suami, ibu kandung sang
wanita melahirkan, dan anak –
anaknya yang lahir terdahulu saha
yang berada di ruangan, ditambah
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 10
10. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
satu orang wanita lainnya atau leb-ih,
yang mempunyai fungsi sebagai
pembantu persalianan apabila ten-anganya
diperlukan.
Dalam kenyataannya situasi ini
tetap melindungi sang wanita yang
bersangkutan dari keterbukaan
pada publik. Ia berpakaian lengkap
dan tubuhnya cukup tertutup. Arah
dan posisi tubuhnya yang setengah
berbaring dan kondisi sekitar tem-patnya
melahirkan, termasuk untuk
menampung ari – ari dan darahnya,
diatur sedemikian rupa untuk men-ciptakan
suasana kesopanan dan
penting. Situasi semacam ini juga
mendorong “tergiringnya” para
hadirin ke dalam suasana men-yambut
hadirnya sang bayi sebagai
proses alamiah yang wajar, dengan
kesadaran tentang kedudukan dan
tempat mereka masing – mas-ing
dalam situasi tersebut, apakah
didalam atau diluar ruangan, serta
fungsinya masing – masing dalam
peristiwa itu. Bagi anaka – anak,
peristiwa kelahiran jelas merupa-kan
bagian dari proses sosialisasi
kebudayaan yang mereka hadapi
dengan wajar, sebagai bagian dari
kehidupan manusia.
Cara – cara menolong persa-linan.
para pelaku dan cara – cara
menolong persalinan merupakan
kesatuan yang tak terpisahkan,
karena diikat oleh kesamaan pema-haman
mengenai sifat dari proses
kelahiran itu, dengan pengaruhnya
terhadap kondisi bayi dan ibunya.
Dalam proses persalinan di
lingkungan masyarakat Bali Aga,
sebagaimana yang dilukiskan Da-nandjaja
(1976), wanita yang akan
melahirkan duduk dengan posisi
bersandar pada dada balian tekuk
(dukun beranak) diatas bangku.
Sang suami duduk tepat di ha-dapan
istrinya, karena berfungsi
sebagai penerima bayi pada saat
lahirnya. Diantara suami istri ter-dapat
lubang dangkal yang diberi
alas untuk menampung plasenta,
air ketuban, dan darah yang keluar
dari tubuh wanita yang melahirkan.
Di sisi wanita itu, berdiri seorang
gadis berfungsi untuk menarik
rambutnya, agar sang wanita yang
melahirkan dapat tetap berada da-lam
posisi duduk tegak. Tujuannya
adalah untuk menjaga agar jiwanya
dapat tetap diam dalam tubuhnya
dan tidak akan meninggalkannya.
Sang balian tekuk akan mengu-rutnya
untuk membetulkan posisi
bayi bila terasa sungsang dalam
perut ibunya. Namun bila proses
kelahiran tampak berjalan normal,
ia takkan berbuat apa – apa kecuali
berfungsi sebagai tempat bersan-dar
sang wanita melahirkan dan
memberikan ketenangan psikolo-gis.
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 11
11. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
Seorang pelaku lain, balian us-ada,
hanya berperan apabila terja-di
proses persalinan yang sulit. Ia
akan membacakan mantra – man-tra
dan doa, serta memberikan
minuman air suci kepada si ibu,
lalu menyemburnya dengan ludah
yang dicampur kunyahan daun
sirih. Para pelaku, khususnya sang
gadis, senantiasa mengusahakan si
ibu agar tidak pingsan, karena hal
itu dianggap dapat menyebabkan
kematiannya. Sementara itu, ibu
dari wanita yang melahirkan turut
berada diruangan yang sama un-tuk
memberikan ketenangan batin
bagi putrinya yang sedang dalam
proses melahirkan.
Dalam proses pertolongan
persalinan itu, diyakini oleh semua
pelaku bahwa selama ari – ari be-lum
keluar, tali pusat tak boleh di-potong
karena kuatir akan tertarik
kembali kedalam rahim sang wan-ita.
Dari segi kedokteran, hal ini
dianggap membahayakan, karena
perdarahan pada ari – ari dapat
menyebabkan perdarahan pada
bayi pula. Setelah ari – ari keluar,
ayah sang bayi memotong tali pu-sar
anaknya dan para pelaku lain
mulai sibuk mengambil air hangat
dan rempah – rempah. Sementa-ra
itu tugas dukun bayi dan ayah
sang bayi masih berlanjut dengan
upacara untuk merawat dan mem-bungkus
plasenta, darah dan air
tembuni dan tali pusat sang bayi,
untuk digantungkan pada tem-pat
khusus yang disediakan untuk
keperluan itu, di bagian selatan
desa induk Trunyan (Danandjaya
1993 : 468-472)
Perjalanan hidup menginjak
umur dewasa juga di upacarai baik
bagi pria maupun wanita.
Menstruasi pertama bagi seo-rang
wanita dirayakan, setelah itu
bisa dilakukan upacara potong
gigi. Upacara ini harus dilakukan
sebelum seorang wanita berumah
tangga, namun biasanya sering di-gabung
dengan upacara perkaw-inan.
Taring yang ada pada manu-sia
harus diasah-asahkan, karena
merupakan simbolis sifat binatang,
hal ini melambangkan pembersi-han
dari sifat-sifat binatang/sifat
yang tidak baik. Setelah upacara
ini, kewajiban orang tua dianggap
sudah selesai.
Di daerah Bali bila ada seorang
ibu yang melahirkan bayi kembar
beda jenis kelamin maka akan di-asingkan
dan wilayah tempat ting-galnya.
Seorang ibu yang sedang
hamil tua (>7 bulan) dibacakan
lontar. Program KB belum dilak-sanakan
pada daerah ini, karena
keterbatasan pengetahuan pen-duduk.
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 12
12. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
Cara-cara pendekatan bidan
didalam wilayah Banjar Bali
a. Menggerakan dan membina peran
serta masyarakat. Dalam bidang
kesehatan, dengan melakukan
penyuluhan kesehatan yang sesuai
dengan permasalahan kesehatan
setempat.
b. Pemerintah menjalankan/men-erapkan
PosKesDes (Pos Keseha-tan
Desa) yang ditujukan kepada
seluruh masyarakat, yang terjang-kau
sampai ke daerah pedalaman.
c. Penyuluhan kesehatan masyarakat
dimaksudkan dapat menghasilkan
perubahan perilaku yang lestari
untuk keluarganya, individu kelu-arga
dan masyarakat itu sendiri.
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 13