SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 
Uraian Materi 
PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA YANG BERPENGARUH PADA KESEHATAN IBU 
1. Pendekatan melalui Agama 
Dalam kehidupan sehari-hari 
manusia tidak lepas dari unsur 
keyakinan. Yang kita kenal sebagai 
ibu kandung kita sesungguhnya 
diterima atas dasar keyakinan kare-na, 
selain teramat sulit untuk mem-buktikannya 
, juga kita tidak merasa 
perlu membuktikannya. Demikian 
pula pada saat kita makan, kita tidak 
terlepas dari unsur keyakinan bahwa 
makanan tersebut berguna dan kita 
yakin tidak membahayakan. Dasar 
apa yang menyebabkan demiki-an, 
tentu karena ilmu pengetahuan 
dan pengalaman. Jadi, keyakinan itu 
timbul disebabkan oleh berbagai 
segi. Manusia dalam mewujudkan 
keyakinan dan pengharapannya 
mengikuti aturan-aturan tertentu 
atau norma, baik yang berhubun-gan 
dengan manusia, alam ataupun 
yang sifatnya gaib. 
Manusia dalam hidupnya 
mempunyai keyakinan atas suatu 
hal. Mengapa demikian, sebab 
manusia dalam hidupnya selalu 
mempunyai pengharapan dan ci-ta- 
cita sehingga ia selalu berusa-ha 
untuk mewujudkan keyakinan 
dan pengharapannya dalam karya 
yang kongkret. Keyakinan begi-tu 
pentingnya bagi manusia, dapat 
dikatakan sebagai salah satu syarat 
dalam kehidupannya. Tanpa keyak-inan, 
kehidupan akan diliputi oleh 
perasaan bimbang. Keyakinan ada-lah 
sesuatu yang seharusnya dibela 
oleh orang yang memilikinya, tidak 
peduli apapun yang bakal terjadi 
atau menimpa dirinya. 
Manusia memerlukan suatu 
bentuk keyakinan dalam hidupnya 
karena keyakinan akan melahirkan 
tata nilai guna menopang hidup bu-dayanya. 
Dengan keyakinan yang 
sempurna, hidup manusia tidak akan 
ragu. Keyakinan yang dianut harus 
sekaligus merupakan kebenaran se-hingga 
cara berkeyakinan itu harus 
benar pula. Menganut suatu keya-kinan 
yang salah atau dengan cara 
yang salah dapat membahayakan. 
Apabila keyakinan itu berbeda satu 
dengan yang lain sehingga sudah 
barang tentu salah satu diantaranya 
adalah keyakinan yang benar. Keya-kinan 
yang benar haruslah bersum-ber 
dari nilai yang benar. 
Salah satu syarat dalam ke-hidupan 
manusia yang teramat 
penting adalah keyakinan, yang oleh 
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 2
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 
sebagian orang dianggap menjel-ma 
sebagai agama. Agama ini ber-tujuan 
untuk mencapai kedamaian 
rohani dan kesejahteraan jasmani. 
Dan untuk mencapai kedua ini harus 
diikuti dengan syarat yaitu percaya 
dengan adanya Tuhan Yang Maha 
Esa. Menciptakan dan memelihara 
semua yang ada di dunia ini. 
Orang-orang yang percaya 
kepada Tuhan Yang Maha Esa se-lalu 
merasa dilindungi oleh Tuhan 
dan dalam suasana, keadaan yang 
bagaimanapun mereka tidak mera-sa 
takut. Mereka yakin bahwa tidak 
ada daya upaya dan tiada kekua-tan 
yang akan mempengaruhi atau 
membinasakan kalau Tuhan tidak 
mengizinkan. Mengingat kebutuhan 
manusia akan rasa aman itulah yang 
menjadi pokok atau pangkal utama 
bagi manusia untuk mempercayai / 
Tuhan dan perlunya hidup berag-ama. 
Sebagian besar penduduk In-donesia 
(± 81,2 %) bertempat ting-gal 
di 55.970 desa yang tersebar di 
seluruh Indonesia. Lebih dari 90 % 
penduduk Indonesia menganut Ag-ama 
Islam. Umumnya masyarakat 
pedesaan kendatipun penghayatan 
terhadap ajaran Agama tersebut 
mendalam, tapi sebagian masih 
memiliki cara berfikir yang sempit. 
Kehidupan masyarakat di 
pedesaan sangat relegius, sehing-ga 
setiap sikap atau perilakunya 
sehari-hari diliputi oleh rasa kea-gamaan 
yang kuat dan paling uta-ma 
adalah penghormatan yang 
berlebihan terhadap tokoh-tokoh 
agama seperti alim ulama, haji dan 
kyai. Sering terlihat bila di dalam 
suatu upacara atau pengajian-pen-gajian 
yang sering dilakukan oleh 
masyarakat, kedudukan seorang 
haji atau kyai selalu ditempat yang 
relatif lebih terhormat dari hadi-rin 
yang lain. Kuncaraningrat men-gatakan 
bahwa emosi keagamaan 
merupakan getaran jiwa manu-sia 
yang pada suatu ketika pernah 
menghinggapi manusia di dalam 
jangka waktu hidupnya. Pengala-man 
penulis sewaktu masih berada 
di Puskesmas yang kebetulan ham-pir 
100 % menganut agama Islam, 
bahwa emosi keagamaan ini dapat 
mendorong mereka untuk berfikir 
kadang-kadang terlalu irrasionil, hal 
ini tidak jarang menyebabkan su-karnya 
menembus mereka dalam 
rangka membantu berubahnya pen-getahuan, 
sikap dan perilaku mere-ka 
kearah lebih positif dalam bidang 
kesehatan untuk mencapai derajat 
kesehatan masyarakat yang optimal. 
Dalam rangka meningkatkan 
partisipasi masyarakat terhadap us-aha- 
usaha kesehatan, sekarang ini 
pemerintah melalui usaha-usaha 
yang dilakukan oleh PKM (Penyu-luhan 
Kesehatan Masyarakat) telah 
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 3
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 
dilaksanakan suatu pendekatan se-cara 
edukatif kepada masyarakat, 
dengan kata lain bahwa masyarakat 
tersebut dip roses sedemikian rupa 
hingga akhirnya dapat menimbul-kan 
kesadaran dan rasa tanggung-jawabnya 
untuk dengan swadaya 
sendiri ikut berpartisipasi dalam 
meningkatkan derajat kesehatan 
masyarakat. 
Mengingat bahwa pendeka-tan 
secara edukatif ini yang seka-rang 
ini dicobakan dalam suatu DKI 
oleh masing-masing Puskesmas, 
memerlukan waktu dan biaya yang 
besar, maka pendekatan secara ma-saal 
ataupun kelompok, diluar DKI 
tetap dilaksanakan seperti melalui 
ceramah-ceramah dsb. Pengala-man 
menunjukkan bahwa bila ce-ramah- 
ceramah dilaksanakan oleh 
petugas-petugas kesehatan atau-pun 
pejabat-pejabat (formal leader) 
memang dihadiri oleh masyarakat, 
tapi kehadiran mereka kadang kala 
hanya terpaksa karena takut dsb, 
sehingga pesan-pesan yang disam-paikan 
hanya untuk didengar tidak 
untuk dilaksanakan. Pola berpikir 
masyarakat pedesaan yang me-meluk 
agama islam antara lain, bah-wa 
setiap perilaku manusia di dunia 
ini, tidak akan terlepas dari penilaian 
Tuhan. Bila seseorang banyak bera-mal 
selama hayatnya, maka kelak 
akan mendapat pahala dan akan 
mendapat kebahagian di akhirat. 
Demikian juga banyak berbuat ja-hat 
akan mendapat kesengsaraan di 
akhirat. 
Atas dasar keyakinan yang de-mikian, 
maka setiap langkah dalam 
kehidupannya selalu mencari jalan 
kearah yang yang di ridhoi Tuhan. 
Hal ini terjelma di dalam hati setiap 
masyarakat. Kegiatan-kegiatan tra-disional 
dilakukan seperti pengaji-an, 
mingguan atau bulanan baik un-tuk 
anak-anak maupun orang-orang 
dewasa. 
Demikian juga perayaan-per-ayaan 
untuk memperingati hari-hari 
besar Islam. Yang utama penulis li-hat 
dalam hal ini, adanya kecend-erungan 
guru-guru agama untuk 
member ceramah-ceramah /bimb-ingan- 
bimbingan kepada mere-ka. 
Dengan perkataan lain adanya 
satu tradisi untuk berkumpul untuk 
mendengar ceramah-ceramah dari 
utama-utama yang sengaja datang 
atau di undang. Demikian juga ak-tifitas 
khotbah di mesjid, baik pada 
waktu sholat Jum’at maupun pada 
waktu-waktu Maghrib atau Subuh, 
yang sekarang lebih dikenal dengan 
Kuliah Subuh. 
Jelas bahwa pemuka-pemu-ka 
agama dalam hal ini memegang 
peranan yang sangat menentukan. 
Bagaimanapun sering-seringnya 
ceramah-ceramah tersebut, namun 
bagi masyarakat pedesaan tidak 
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 4
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 
pernah bosan-bosan karena adan-ya 
keyakinan terhadap ajaran-aja-ran 
agama tersebut. Sebenarnya 
hal inilah yang harus kita lihat dan 
sadari. Hal tersebut merupakan satu 
point interest masyarakat pedes-aan 
yang patut diterima dan diper-hartikan, 
apalagi dalam usaha kita 
mengembangkan ataupun mener-apkan 
ide-ide baru dalam pening-katan 
kesehatan masyarakat. 
Agama berperan penting da-lam 
pembentukan persepsi klien 
tentang sehat sakit. Agama sebagai 
komponen integral dari budaya 
dapat mempengaruhi penjelasan 
klien tentang penyebab penyakit, 
persepsi keparahannya dan pilihan 
terhadap penyembuhan. Pada masa 
kritis seperti penyakit serius/saat 
menghadapi kematian, agama dapat 
menjadi sumber penyejuk bagi klien 
dan keluarga serta dapat mempen-garuhi 
tindakan yang dipercaya te-pat 
untuk kondisi klien. 
Tujuan pendekatan agama adalah 
1. Mengeksplorasi makna agama 
dalam kehidupan klien 
2. Memeriksa cara-cara dimana 
agama dapat dimasukkan ke 
dalam praktik kebidanan 
3. Menguraikan kepercayaan 
yang berhubungan dengan ke-selamatan 
dan praktik-praktik 
kelompok agama tertentu. 
Hal tersebut di atas mempengaruhi 
bidan dalam memberikan asuhan 
kepada klien dengan keyakinan ag-ama 
yang berbeda-beda dengan 
cara : 
1. Peran bidan untuk menentukan 
dari klien dimensi yang penting se-hingga 
klien dan bidan dapat sal-ing 
memiliki tujuan prioritas. 
2. Penting untuk menentukan kelom-pok 
agama yang dipercaya bagi 
klien untuk berafiliasi. 
3. Informasi bidan harus akurat, 
membuat asumsi tentang agama 
klien adalah ceroboh dan dapat 
menyebabkan kesalahan. 
4. Bukan peran bidan untuk menilai 
agama klien tetapi lebih kepada 
memahami aspek yang berhubun-gan 
dengan agama yang penting 
bagi klien dan anggota keluargan-ya. 
5. Norma-norma ideal dan perilaku 
nyata tidak perlu sama. Bidan ser-ingkali 
berhadapan dengan tantan-gan 
untuk pemahaman dan mem-bantu 
klien untuk koping dengan 
konflik norma. 
Alasan mengapa bidan kadang 
dapat gagal memberi asuhan spiri-tual 
karena : 
1. Mereka memandang agama se-bagai 
masalah pribadi. 
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 5
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 
2. Mereka merasa agama sebagai 
masalah yang hanya memper-hatikan 
hubungan individu den-gan 
penciptanya. 
3. Mereka tidak nyaman menge-nai 
agama mereka sendiri atau 
menyangkal mempunyai kebu-tuhan 
spiritual. 
4. Mereka kurang pengetahuan 
tentang spiriitualitas dan agama 
orang lain. 
5. Mereka salah mengira kebutu-han 
spiritual sebagai kebutuhan 
psiokososial. 
6. Mereka menganggap pemenu-han 
kebutuhan spiritual bukan 
tanggung jawabnya. 
Intervensi spiritual tepat jika : 
1. Memperhatikan kesejahteraan 
spiritual klien seperti hanya kes-ehatan 
bio, psiko, social. 
2. Mengaku bahwa keseimbangan 
fisik, psikososial dan spiritual 
penting bagi kesehatan yang 
baik secara menyeluruh. 
Dimensi Agama 
1. Agama bersifat kompleks baik 
dalam bentuk fungsi 
2. Keyakinan keagamaan dan insti-tusi 
keagamaan menjadi focus 
utama dalam memenuhi kebu-tuhan 
individu yang “percaya” 
3. Lima dimensi utama agama 
(Faulkner dan De Jong, 1966) 
• Eksperiential 
• Ritualistic : tata cara keag-amaan 
• Ideological : keyakinan ses-uai 
agama 
• Intelektual 
• Konsekuensial 
4. Tiap dimensi agama memiliki 
kemaknaan yang berbeda jika 
dihubungkan dengan masalah 
sehat dan sakit 
5. Budaya : agama yang berbeda 
dapat member penekanan yang 
berbeda dari dimensi tersebut 
dan relative berbeda dengan 
agama lain. 
6. Individu juga mengembangkan 
prioritasnya sendiri yang ber-hubungan 
dengan dimensi ag-ama. 
Agama dan asuhan kebidanan 
1. Sedikit referensi tentang spiritual 
care 
2. Asuhan kebidanan yang holis-tic 
perlu member penekanan juga 
pada kebutuhan spiritual 
3. Perlu membedakan antara agama 
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 6
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 
dan spiritualitas 
4. Agama merujuk pada system ke-percayaan 
yang terorganisasi, kai-tannya 
dengan sang pencipta (Al-lah). 
5. Spiritualitas lahir dari pengalaman 
kehidupan yang unik setiap indi-vidu 
dan usaha pribadinya untuk 
menemukan makna dan kegunaan 
dari hidup /kehidupan. 
6. Tujuan asuhan kebidanan spiritu-al 
adalah untuk membantu klien 
menemukan Tuhan mereka sendiri 
dan kebenaran, realitas yang ber-makna 
bagi kehidupan mereka da-lam 
hubungannya dengan penyakit 
yang mencetuskan kebutuhan un-tuk 
asuhan kebidanan. 
7. Asuhan kebidanan spiritual 
meningkatkan kesejahteraan spiri-tual 
mereka. 
8. Dalam memberikan asuhan ke-bidanan, 
bidan tidak dan seharus-nya 
tidak mengenakan keyakinan 
dan hukuman agama tertentu. 
Asuhan klien yang dalam kondisi 
kritis atau kehilangan klien dan kel-uarga. 
1. Peran bidan dalam menghadapi 
klien sakaratul maut dan kelu-arga 
bervariasi sesuai kebutu-hannya 
serta pilihan klien dan 
bidan, juga lingkungan klinik 
dimana interaksi terjadi. 
2. Dengan memahami budaya dan 
variasi agama yang berhubun-gan 
dengan hal diatas bidan 
dapat memberikan asuhan yang 
bersifat individual dan dapat 
membantu dalam menentukan 
siapa yang perlu dihubungi jika 
kebutuhan itu timbul. 
2. Pendekatan melalui Kesenian tr-adisional 
Kesenian mengacu pada nilai 
keindahan (estetika) yang berasal 
dari ekspresi hasrat manusia akan 
keindahan yang dinikmati dengan 
mata ataupun telinga. Sebagai 
makhluk yang mempunyai cita 
rasa tinggi, manusia menghasilkan 
berbagai corak kesenian mulai dari 
yang sederhana hingga perwuju-dan 
kesenian yang kompleks. 
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 7
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 
Berbagai kesenian tradisional, 
seperti halnya nyanyian – nyanyian 
daerah, tari – tarian daerah krea-si 
baru, wayang kulit atau wayang 
golek, dan lain –lain.Melaluilirik 
nyanyian, dialog wayang, sandi-wara 
tradisional daerah seperti hal-nya 
ludruk (Surabaya), kethoprak 
(Jawa), Lenong (Jakarta) dan lain 
sebagainya, maka dialog – dialo-gnya 
dapat memanfaatkan tema – 
tema kesehatan, dalam hal ini yang 
berkaitan dengan kebidanan, sep-erti 
halnya pada khotbah tersebut 
didepan. 
3. Pendekatan Melalui Paguyuban 
Paguyuban atau gemein-schaft 
adalah suatu kelompok atau 
masyarakat yang diantara para 
warganya diwarnai dengan hubun-gan- 
hubungan sosial yang penuh 
rasa kekeluargaan, bersifat batini-ah 
dan kekal, serta jauh dan pam-rih- 
pamrih ekonomi. 
Menurut Ferdinand Tonnies, 
paguyuban (gemeinschaft) ada-lah 
bentuk kehidupan bersama di-mana 
anggota-anggotanya diikat 
oleh hubungan batin yang murni 
dan bersifat alamiah serta bersifat 
kekal. Dasar hubungan tersebut 
adalah rasa cinta dan rasa keseha-tan. 
Kehidupan seperti ini bersifat 
organis dan sejati. 
Ciri-ciri paguyuban 
Menurut Ferdinand Tonnes ciri-ciri 
pokok dari paguyuban antara lain : 
1) Intimate : hubungan menyeluruh 
yang mesra 
2) Private : hubungan bersifat prib-adi, 
yaitu khusus untuk beberaa 
orang saja 
3) Exclusive : bahwa hubungan 
tersebut hanyalah untuk ‘kita’ 
saja dan tidak untuk orang lain 
diluar ‘kita’ 
Sedangkan secara umum ciri-ciri 
paguyuban yaitu : 
1) Adanya hubungan perasaan 
kasih sayang 
2) Adanya keinginan untuk 
meninggkatkan kebersamaan 
3) Tidak suka menonjolkan diri 
4) Selalu memegang teguh adat 
lama yang konservatif 
5) Sidat gotong royong masih 
kuat 
6) Hubungan kekeluargaan ma-sih 
kental 
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 8
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 
Tipe paguyuban 
Paguyuban memiliki tiga tipe 
yang ada di masyarakat, yaitu : 
1) Paguyuban karena ikatan da-rah 
(gemeinschaft by blood) 
yaitu paguyuban berdasarkan 
keturunan, contoh kelompok 
kekerabatan, keluarga besar. 
2) Paguyuban karena tempat 
(gemeinschaft by place) yai-tu 
paguyuban yang terdiri dari 
orang-orang yang berdekatan 
temoat tinggal sehingga dapat 
saling tolong menolong, con-tohnya 
arisan, RT, RW, karang 
taruna, PKK, pos kamling atau 
ronda. 
3) Paguyuban karena jiwa pikiran 
(gemeinschaft by mind) yaitu pa-guyuban 
yang terdiri dari orang 
yang tidak mempunyai hubun-gan 
darah atau tempat tinggal-nya 
tidak berdekatan, akan teta-pi 
meraka mempunyai jiwa dan 
pikiran yang sama, paguyuban 
senmacam itu tidak sekuat 
dengan ikatan paguyuban ber-dasarkan 
keturunan. Contohnya 
organisasi. 
Paguyuban merupakan suatu 
perkumpulan yang seringkali 
dibentuk untuk kepentingan sosial, 
diberbagai tempat, seperti haln-ya 
paguyuban eks keluarga pega-wai 
yang pernah bekerja di Papua. 
Paguyuban ini dibentuk di kota 
Yogya. Ini sebagai contoh.Dalam 
berbagai event seperti pertemuan– 
pertemuan di paguyuban tersebut, 
maka diskusi, ceramah atau ke-giatan– 
kegiatan lainnya dapat di-isi 
berbagai tema utamanya tema 
kesehatan dalam hal ini berkaitan 
dengan kebidanan. 
4. Pendekatan Melalui Pesantren 
Pesantren sangat banyak 
tersebar diseluruh nusantara.Berb-agai 
kegiatan sangat sering dilaku-kan 
didalam pesantren tersebut. 
Misalnya, lomba menulis, lomba 
menggambar, lomba ceramah, per-ingatan 
– peringatan keagamaan 
seperti Maulid Nabi Muhammad 
SAW, Isra Mi’raj dan lain – lain. 
Maka kegiatan – kegiatan tersebut 
dapat diisi berbagai tema keseha-tan 
dalam hal ini kebidanan.Se-bagai 
contoh lomba menggambar 
menu makanan sehat untuk bayi 
dan ibu hamil berdasarkan agama. 
Demikian juga lomba mengarang, 
lomba ceramah dan sebagain-ya. 
Bahkan berbagai kesenian di 
lingkungan pondok pesantren juga 
dapat ditampilkan tema – tema 
kesehatan yang berkaitan dengan 
kebidanan. 
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 9
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 
5. Pendekatan Melalui Sistem Banjar 
(Bali) 
Banjar adalah organisasi ke-masyarakatan 
tradisional bagi suku 
bangsa Bali. Organisasi ini seperti 
sistem RT/RW pada masyarakat 
lain seperti di Jawa atau lainnya, 
sudah ada sejak jaman dahulu kala 
dan mulanya dikenal dengan nama 
subak. 
Awalnya subak itu merupakan 
organisasi yang hanya mengatur 
masalah – masalah di sawah (sebe-lum 
bule – bule datang menjajah 
negeri ini dan kemudian berjemur 
di pantai) berhubung masyarakat 
Bali saat itu sebagian besar mata 
pencahariannya bertani.Banjar, 
dengan berkembangnya jaman 
juga menjadi berubah, tepatnya 
bertambah fungsi. Kalau dulu ha-nya 
untuk kepentingan di sawah, 
namun sekarang banjar juga men-gurus 
masalah administrasi dari 
pemerintahan, seperti halnya uru-san 
KTP dll,Banjar Adat, ketuanya 
disebut kelian adat. Urusan sosial 
seperti saat ada kematian, upacara 
perkawinan krama banjar serta up-acara 
– upacara keagamaan diatur 
disini.Jumlah banjar di tiap kelura-han 
juga sangat beragam.Umum-nya 
sekitar 5 sampai ratusan ban-jar, 
tergantung dari seberapa luas 
wilayah kelurahan tersebut.Banjar 
merupakan wujud kesadaran ber-organisasi 
masyarakat Bali yang 
sudah tercipta sejak dahulu. 
Dari uraian mengenai ban-jar 
tersebut, maka berbagai tema 
kesehatan yang berkaitan dengan 
kebidana dapat dimasukkan pada 
berbagai bentuk kegiatan banjar 
tersebut.Masyarakat Bali Aga di 
Desa Trunyan Bali juga meman-dang 
kelahiran sebagai hal wajar 
dan bersifat “publik” (Danandja-ja 
1989:468). Kelahiran dianggap 
sebagai urusan laki – laki, karena 
dukun bayi pria dan suami mer-upakan 
pemeran utama dari peno-long 
persalinan. Namun berbeda 
dengan masyarakat Krikati terse-but 
di atas, handai-tolan terma-suk 
anak – anak bisa berkerumun 
didepan pintu yang dibiarkan ter-buka, 
untuk menyaksikan proses 
kelahiran tersebut diluar ruangan. 
Meskipun demikian, hanya dukun 
bayi pria, suami, ibu kandung sang 
wanita melahirkan, dan anak – 
anaknya yang lahir terdahulu saha 
yang berada di ruangan, ditambah 
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 10
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 
satu orang wanita lainnya atau leb-ih, 
yang mempunyai fungsi sebagai 
pembantu persalianan apabila ten-anganya 
diperlukan. 
Dalam kenyataannya situasi ini 
tetap melindungi sang wanita yang 
bersangkutan dari keterbukaan 
pada publik. Ia berpakaian lengkap 
dan tubuhnya cukup tertutup. Arah 
dan posisi tubuhnya yang setengah 
berbaring dan kondisi sekitar tem-patnya 
melahirkan, termasuk untuk 
menampung ari – ari dan darahnya, 
diatur sedemikian rupa untuk men-ciptakan 
suasana kesopanan dan 
penting. Situasi semacam ini juga 
mendorong “tergiringnya” para 
hadirin ke dalam suasana men-yambut 
hadirnya sang bayi sebagai 
proses alamiah yang wajar, dengan 
kesadaran tentang kedudukan dan 
tempat mereka masing – mas-ing 
dalam situasi tersebut, apakah 
didalam atau diluar ruangan, serta 
fungsinya masing – masing dalam 
peristiwa itu. Bagi anaka – anak, 
peristiwa kelahiran jelas merupa-kan 
bagian dari proses sosialisasi 
kebudayaan yang mereka hadapi 
dengan wajar, sebagai bagian dari 
kehidupan manusia. 
Cara – cara menolong persa-linan. 
para pelaku dan cara – cara 
menolong persalinan merupakan 
kesatuan yang tak terpisahkan, 
karena diikat oleh kesamaan pema-haman 
mengenai sifat dari proses 
kelahiran itu, dengan pengaruhnya 
terhadap kondisi bayi dan ibunya. 
Dalam proses persalinan di 
lingkungan masyarakat Bali Aga, 
sebagaimana yang dilukiskan Da-nandjaja 
(1976), wanita yang akan 
melahirkan duduk dengan posisi 
bersandar pada dada balian tekuk 
(dukun beranak) diatas bangku. 
Sang suami duduk tepat di ha-dapan 
istrinya, karena berfungsi 
sebagai penerima bayi pada saat 
lahirnya. Diantara suami istri ter-dapat 
lubang dangkal yang diberi 
alas untuk menampung plasenta, 
air ketuban, dan darah yang keluar 
dari tubuh wanita yang melahirkan. 
Di sisi wanita itu, berdiri seorang 
gadis berfungsi untuk menarik 
rambutnya, agar sang wanita yang 
melahirkan dapat tetap berada da-lam 
posisi duduk tegak. Tujuannya 
adalah untuk menjaga agar jiwanya 
dapat tetap diam dalam tubuhnya 
dan tidak akan meninggalkannya. 
Sang balian tekuk akan mengu-rutnya 
untuk membetulkan posisi 
bayi bila terasa sungsang dalam 
perut ibunya. Namun bila proses 
kelahiran tampak berjalan normal, 
ia takkan berbuat apa – apa kecuali 
berfungsi sebagai tempat bersan-dar 
sang wanita melahirkan dan 
memberikan ketenangan psikolo-gis. 
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 11
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 
Seorang pelaku lain, balian us-ada, 
hanya berperan apabila terja-di 
proses persalinan yang sulit. Ia 
akan membacakan mantra – man-tra 
dan doa, serta memberikan 
minuman air suci kepada si ibu, 
lalu menyemburnya dengan ludah 
yang dicampur kunyahan daun 
sirih. Para pelaku, khususnya sang 
gadis, senantiasa mengusahakan si 
ibu agar tidak pingsan, karena hal 
itu dianggap dapat menyebabkan 
kematiannya. Sementara itu, ibu 
dari wanita yang melahirkan turut 
berada diruangan yang sama un-tuk 
memberikan ketenangan batin 
bagi putrinya yang sedang dalam 
proses melahirkan. 
Dalam proses pertolongan 
persalinan itu, diyakini oleh semua 
pelaku bahwa selama ari – ari be-lum 
keluar, tali pusat tak boleh di-potong 
karena kuatir akan tertarik 
kembali kedalam rahim sang wan-ita. 
Dari segi kedokteran, hal ini 
dianggap membahayakan, karena 
perdarahan pada ari – ari dapat 
menyebabkan perdarahan pada 
bayi pula. Setelah ari – ari keluar, 
ayah sang bayi memotong tali pu-sar 
anaknya dan para pelaku lain 
mulai sibuk mengambil air hangat 
dan rempah – rempah. Sementa-ra 
itu tugas dukun bayi dan ayah 
sang bayi masih berlanjut dengan 
upacara untuk merawat dan mem-bungkus 
plasenta, darah dan air 
tembuni dan tali pusat sang bayi, 
untuk digantungkan pada tem-pat 
khusus yang disediakan untuk 
keperluan itu, di bagian selatan 
desa induk Trunyan (Danandjaya 
1993 : 468-472) 
Perjalanan hidup menginjak 
umur dewasa juga di upacarai baik 
bagi pria maupun wanita. 
Menstruasi pertama bagi seo-rang 
wanita dirayakan, setelah itu 
bisa dilakukan upacara potong 
gigi. Upacara ini harus dilakukan 
sebelum seorang wanita berumah 
tangga, namun biasanya sering di-gabung 
dengan upacara perkaw-inan. 
Taring yang ada pada manu-sia 
harus diasah-asahkan, karena 
merupakan simbolis sifat binatang, 
hal ini melambangkan pembersi-han 
dari sifat-sifat binatang/sifat 
yang tidak baik. Setelah upacara 
ini, kewajiban orang tua dianggap 
sudah selesai. 
Di daerah Bali bila ada seorang 
ibu yang melahirkan bayi kembar 
beda jenis kelamin maka akan di-asingkan 
dan wilayah tempat ting-galnya. 
Seorang ibu yang sedang 
hamil tua (>7 bulan) dibacakan 
lontar. Program KB belum dilak-sanakan 
pada daerah ini, karena 
keterbatasan pengetahuan pen-duduk. 
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 12
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 
Cara-cara pendekatan bidan 
didalam wilayah Banjar Bali 
a. Menggerakan dan membina peran 
serta masyarakat. Dalam bidang 
kesehatan, dengan melakukan 
penyuluhan kesehatan yang sesuai 
dengan permasalahan kesehatan 
setempat. 
b. Pemerintah menjalankan/men-erapkan 
PosKesDes (Pos Keseha-tan 
Desa) yang ditujukan kepada 
seluruh masyarakat, yang terjang-kau 
sampai ke daerah pedalaman. 
c. Penyuluhan kesehatan masyarakat 
dimaksudkan dapat menghasilkan 
perubahan perilaku yang lestari 
untuk keluarganya, individu kelu-arga 
dan masyarakat itu sendiri. 
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 13

More Related Content

What's hot

Adaptasi fisiologis dan_psikologis_bayi_baru_lahir
Adaptasi fisiologis dan_psikologis_bayi_baru_lahirAdaptasi fisiologis dan_psikologis_bayi_baru_lahir
Adaptasi fisiologis dan_psikologis_bayi_baru_lahir
atikaindri
 
Proses konseling bidan pada ibu hamil trimester iii
Proses konseling bidan pada ibu hamil trimester iiiProses konseling bidan pada ibu hamil trimester iii
Proses konseling bidan pada ibu hamil trimester iii
Operator Warnet Vast Raha
 
Percakapan konseling antara bidan dengan pada ibu hamil
Percakapan konseling antara  bidan dengan pada ibu hamilPercakapan konseling antara  bidan dengan pada ibu hamil
Percakapan konseling antara bidan dengan pada ibu hamil
Operator Warnet Vast Raha
 
Pengembangan profesi bidan melalui pendidikan berkelanjutan
Pengembangan profesi bidan melalui pendidikan berkelanjutanPengembangan profesi bidan melalui pendidikan berkelanjutan
Pengembangan profesi bidan melalui pendidikan berkelanjutan
Peny Ariani
 
24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan
shona2493
 
Makalah etika kebidanan
Makalah etika kebidananMakalah etika kebidanan
Makalah etika kebidanan
asep nababan
 
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Operator Warnet Vast Raha
 

What's hot (20)

Model Konseptual Asuhan Kebidanan
Model Konseptual Asuhan KebidananModel Konseptual Asuhan Kebidanan
Model Konseptual Asuhan Kebidanan
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etik
 
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamilPerubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
 
midwifery care
midwifery caremidwifery care
midwifery care
 
Adaptasi fisiologis dan_psikologis_bayi_baru_lahir
Adaptasi fisiologis dan_psikologis_bayi_baru_lahirAdaptasi fisiologis dan_psikologis_bayi_baru_lahir
Adaptasi fisiologis dan_psikologis_bayi_baru_lahir
 
1. falsafah dan definisi bidan
1. falsafah dan definisi bidan1. falsafah dan definisi bidan
1. falsafah dan definisi bidan
 
Proses konseling bidan pada ibu hamil trimester iii
Proses konseling bidan pada ibu hamil trimester iiiProses konseling bidan pada ibu hamil trimester iii
Proses konseling bidan pada ibu hamil trimester iii
 
Konsep kebidanan ppt
Konsep kebidanan pptKonsep kebidanan ppt
Konsep kebidanan ppt
 
Isu etik bidan dengan tenaga kesehatan lain kelompok 4
Isu etik bidan dengan tenaga kesehatan lain kelompok 4Isu etik bidan dengan tenaga kesehatan lain kelompok 4
Isu etik bidan dengan tenaga kesehatan lain kelompok 4
 
Model Asuhan Kebidanan
Model Asuhan KebidananModel Asuhan Kebidanan
Model Asuhan Kebidanan
 
Percakapan konseling antara bidan dengan pada ibu hamil
Percakapan konseling antara  bidan dengan pada ibu hamilPercakapan konseling antara  bidan dengan pada ibu hamil
Percakapan konseling antara bidan dengan pada ibu hamil
 
Pengembangan profesi bidan melalui pendidikan berkelanjutan
Pengembangan profesi bidan melalui pendidikan berkelanjutanPengembangan profesi bidan melalui pendidikan berkelanjutan
Pengembangan profesi bidan melalui pendidikan berkelanjutan
 
Konsep kebidanan komunitas
Konsep kebidanan komunitasKonsep kebidanan komunitas
Konsep kebidanan komunitas
 
3. Evidence Based dalam Pelayanan KB.pptx
3. Evidence Based dalam Pelayanan KB.pptx3. Evidence Based dalam Pelayanan KB.pptx
3. Evidence Based dalam Pelayanan KB.pptx
 
24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan
 
Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Kehamilan
Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi KehamilanFaktor Psikologis Yang Mempengaruhi Kehamilan
Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Kehamilan
 
24 standar asuhan kebidanan
24 standar asuhan kebidanan24 standar asuhan kebidanan
24 standar asuhan kebidanan
 
ASPEK SOSIAL BUDAYA KEHAMILAN
ASPEK SOSIAL BUDAYA KEHAMILANASPEK SOSIAL BUDAYA KEHAMILAN
ASPEK SOSIAL BUDAYA KEHAMILAN
 
Makalah etika kebidanan
Makalah etika kebidananMakalah etika kebidanan
Makalah etika kebidanan
 
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
 

Similar to Cara Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik Kebidanan

Makalah psikologi
Makalah psikologiMakalah psikologi
Makalah psikologi
Hary Ihsan
 
implikasi transcultural dalam praktek keperawatan
implikasi transcultural dalam praktek keperawatanimplikasi transcultural dalam praktek keperawatan
implikasi transcultural dalam praktek keperawatan
ary Camba
 
Macam macam budi pekerti
Macam macam budi pekertiMacam macam budi pekerti
Macam macam budi pekerti
wisty yulia
 

Similar to Cara Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik Kebidanan (20)

Spiritual
SpiritualSpiritual
Spiritual
 
Konsep dasar keperawatan
Konsep dasar keperawatanKonsep dasar keperawatan
Konsep dasar keperawatan
 
MATERI LDK osis smpkkkkkkkkkkkk 24.pptx
MATERI LDK  osis smpkkkkkkkkkkkk 24.pptxMATERI LDK  osis smpkkkkkkkkkkkk 24.pptx
MATERI LDK osis smpkkkkkkkkkkkk 24.pptx
 
aspek spiritual Budaya
aspek spiritual Budayaaspek spiritual Budaya
aspek spiritual Budaya
 
Spiritualitas
SpiritualitasSpiritualitas
Spiritualitas
 
Cara pendekatan sosial budaya
Cara pendekatan sosial budayaCara pendekatan sosial budaya
Cara pendekatan sosial budaya
 
Kb 2
Kb 2Kb 2
Kb 2
 
Makalah ilmu sosial budaya
Makalah ilmu sosial budayaMakalah ilmu sosial budaya
Makalah ilmu sosial budaya
 
Asuhan keperawatan lansia di rumah
Asuhan keperawatan lansia di rumahAsuhan keperawatan lansia di rumah
Asuhan keperawatan lansia di rumah
 
Tm 1 konsep dasar keperawatan anak
Tm 1 konsep dasar keperawatan anakTm 1 konsep dasar keperawatan anak
Tm 1 konsep dasar keperawatan anak
 
Makalah ilmu sosial budaya
Makalah ilmu sosial budayaMakalah ilmu sosial budaya
Makalah ilmu sosial budaya
 
Peran dan Fungsi Agama dalam kehidupan sehari-hari
Peran dan Fungsi Agama dalam kehidupan sehari-hariPeran dan Fungsi Agama dalam kehidupan sehari-hari
Peran dan Fungsi Agama dalam kehidupan sehari-hari
 
Modul 2 keperawatan agama kb1
Modul 2 keperawatan agama kb1Modul 2 keperawatan agama kb1
Modul 2 keperawatan agama kb1
 
Makalah psikologi
Makalah psikologiMakalah psikologi
Makalah psikologi
 
implikasi transcultural dalam praktek keperawatan
implikasi transcultural dalam praktek keperawatanimplikasi transcultural dalam praktek keperawatan
implikasi transcultural dalam praktek keperawatan
 
Pengaruh kematangan beragama terhadap kompetensi
Pengaruh kematangan beragama terhadap kompetensiPengaruh kematangan beragama terhadap kompetensi
Pengaruh kematangan beragama terhadap kompetensi
 
Isu etik dan dilemma
Isu etik dan dilemmaIsu etik dan dilemma
Isu etik dan dilemma
 
EFEKTIVITAS KEGIATAN KEGAMAAN DALAM MENANGANI KENAKALAN REMAJA DI DESA MUNTE....
EFEKTIVITAS KEGIATAN KEGAMAAN DALAM MENANGANI KENAKALAN REMAJA DI DESA MUNTE....EFEKTIVITAS KEGIATAN KEGAMAAN DALAM MENANGANI KENAKALAN REMAJA DI DESA MUNTE....
EFEKTIVITAS KEGIATAN KEGAMAAN DALAM MENANGANI KENAKALAN REMAJA DI DESA MUNTE....
 
Macam macam budi pekerti
Macam macam budi pekertiMacam macam budi pekerti
Macam macam budi pekerti
 
kel 1 konsep diri.pptx
kel 1 konsep diri.pptxkel 1 konsep diri.pptx
kel 1 konsep diri.pptx
 

More from pjj_kemenkes

More from pjj_kemenkes (20)

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Recently uploaded (20)

LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 

Cara Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik Kebidanan

  • 1. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Uraian Materi PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA YANG BERPENGARUH PADA KESEHATAN IBU 1. Pendekatan melalui Agama Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari unsur keyakinan. Yang kita kenal sebagai ibu kandung kita sesungguhnya diterima atas dasar keyakinan kare-na, selain teramat sulit untuk mem-buktikannya , juga kita tidak merasa perlu membuktikannya. Demikian pula pada saat kita makan, kita tidak terlepas dari unsur keyakinan bahwa makanan tersebut berguna dan kita yakin tidak membahayakan. Dasar apa yang menyebabkan demiki-an, tentu karena ilmu pengetahuan dan pengalaman. Jadi, keyakinan itu timbul disebabkan oleh berbagai segi. Manusia dalam mewujudkan keyakinan dan pengharapannya mengikuti aturan-aturan tertentu atau norma, baik yang berhubun-gan dengan manusia, alam ataupun yang sifatnya gaib. Manusia dalam hidupnya mempunyai keyakinan atas suatu hal. Mengapa demikian, sebab manusia dalam hidupnya selalu mempunyai pengharapan dan ci-ta- cita sehingga ia selalu berusa-ha untuk mewujudkan keyakinan dan pengharapannya dalam karya yang kongkret. Keyakinan begi-tu pentingnya bagi manusia, dapat dikatakan sebagai salah satu syarat dalam kehidupannya. Tanpa keyak-inan, kehidupan akan diliputi oleh perasaan bimbang. Keyakinan ada-lah sesuatu yang seharusnya dibela oleh orang yang memilikinya, tidak peduli apapun yang bakal terjadi atau menimpa dirinya. Manusia memerlukan suatu bentuk keyakinan dalam hidupnya karena keyakinan akan melahirkan tata nilai guna menopang hidup bu-dayanya. Dengan keyakinan yang sempurna, hidup manusia tidak akan ragu. Keyakinan yang dianut harus sekaligus merupakan kebenaran se-hingga cara berkeyakinan itu harus benar pula. Menganut suatu keya-kinan yang salah atau dengan cara yang salah dapat membahayakan. Apabila keyakinan itu berbeda satu dengan yang lain sehingga sudah barang tentu salah satu diantaranya adalah keyakinan yang benar. Keya-kinan yang benar haruslah bersum-ber dari nilai yang benar. Salah satu syarat dalam ke-hidupan manusia yang teramat penting adalah keyakinan, yang oleh Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 2
  • 2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan sebagian orang dianggap menjel-ma sebagai agama. Agama ini ber-tujuan untuk mencapai kedamaian rohani dan kesejahteraan jasmani. Dan untuk mencapai kedua ini harus diikuti dengan syarat yaitu percaya dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Menciptakan dan memelihara semua yang ada di dunia ini. Orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa se-lalu merasa dilindungi oleh Tuhan dan dalam suasana, keadaan yang bagaimanapun mereka tidak mera-sa takut. Mereka yakin bahwa tidak ada daya upaya dan tiada kekua-tan yang akan mempengaruhi atau membinasakan kalau Tuhan tidak mengizinkan. Mengingat kebutuhan manusia akan rasa aman itulah yang menjadi pokok atau pangkal utama bagi manusia untuk mempercayai / Tuhan dan perlunya hidup berag-ama. Sebagian besar penduduk In-donesia (± 81,2 %) bertempat ting-gal di 55.970 desa yang tersebar di seluruh Indonesia. Lebih dari 90 % penduduk Indonesia menganut Ag-ama Islam. Umumnya masyarakat pedesaan kendatipun penghayatan terhadap ajaran Agama tersebut mendalam, tapi sebagian masih memiliki cara berfikir yang sempit. Kehidupan masyarakat di pedesaan sangat relegius, sehing-ga setiap sikap atau perilakunya sehari-hari diliputi oleh rasa kea-gamaan yang kuat dan paling uta-ma adalah penghormatan yang berlebihan terhadap tokoh-tokoh agama seperti alim ulama, haji dan kyai. Sering terlihat bila di dalam suatu upacara atau pengajian-pen-gajian yang sering dilakukan oleh masyarakat, kedudukan seorang haji atau kyai selalu ditempat yang relatif lebih terhormat dari hadi-rin yang lain. Kuncaraningrat men-gatakan bahwa emosi keagamaan merupakan getaran jiwa manu-sia yang pada suatu ketika pernah menghinggapi manusia di dalam jangka waktu hidupnya. Pengala-man penulis sewaktu masih berada di Puskesmas yang kebetulan ham-pir 100 % menganut agama Islam, bahwa emosi keagamaan ini dapat mendorong mereka untuk berfikir kadang-kadang terlalu irrasionil, hal ini tidak jarang menyebabkan su-karnya menembus mereka dalam rangka membantu berubahnya pen-getahuan, sikap dan perilaku mere-ka kearah lebih positif dalam bidang kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap us-aha- usaha kesehatan, sekarang ini pemerintah melalui usaha-usaha yang dilakukan oleh PKM (Penyu-luhan Kesehatan Masyarakat) telah Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 3
  • 3. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan dilaksanakan suatu pendekatan se-cara edukatif kepada masyarakat, dengan kata lain bahwa masyarakat tersebut dip roses sedemikian rupa hingga akhirnya dapat menimbul-kan kesadaran dan rasa tanggung-jawabnya untuk dengan swadaya sendiri ikut berpartisipasi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Mengingat bahwa pendeka-tan secara edukatif ini yang seka-rang ini dicobakan dalam suatu DKI oleh masing-masing Puskesmas, memerlukan waktu dan biaya yang besar, maka pendekatan secara ma-saal ataupun kelompok, diluar DKI tetap dilaksanakan seperti melalui ceramah-ceramah dsb. Pengala-man menunjukkan bahwa bila ce-ramah- ceramah dilaksanakan oleh petugas-petugas kesehatan atau-pun pejabat-pejabat (formal leader) memang dihadiri oleh masyarakat, tapi kehadiran mereka kadang kala hanya terpaksa karena takut dsb, sehingga pesan-pesan yang disam-paikan hanya untuk didengar tidak untuk dilaksanakan. Pola berpikir masyarakat pedesaan yang me-meluk agama islam antara lain, bah-wa setiap perilaku manusia di dunia ini, tidak akan terlepas dari penilaian Tuhan. Bila seseorang banyak bera-mal selama hayatnya, maka kelak akan mendapat pahala dan akan mendapat kebahagian di akhirat. Demikian juga banyak berbuat ja-hat akan mendapat kesengsaraan di akhirat. Atas dasar keyakinan yang de-mikian, maka setiap langkah dalam kehidupannya selalu mencari jalan kearah yang yang di ridhoi Tuhan. Hal ini terjelma di dalam hati setiap masyarakat. Kegiatan-kegiatan tra-disional dilakukan seperti pengaji-an, mingguan atau bulanan baik un-tuk anak-anak maupun orang-orang dewasa. Demikian juga perayaan-per-ayaan untuk memperingati hari-hari besar Islam. Yang utama penulis li-hat dalam hal ini, adanya kecend-erungan guru-guru agama untuk member ceramah-ceramah /bimb-ingan- bimbingan kepada mere-ka. Dengan perkataan lain adanya satu tradisi untuk berkumpul untuk mendengar ceramah-ceramah dari utama-utama yang sengaja datang atau di undang. Demikian juga ak-tifitas khotbah di mesjid, baik pada waktu sholat Jum’at maupun pada waktu-waktu Maghrib atau Subuh, yang sekarang lebih dikenal dengan Kuliah Subuh. Jelas bahwa pemuka-pemu-ka agama dalam hal ini memegang peranan yang sangat menentukan. Bagaimanapun sering-seringnya ceramah-ceramah tersebut, namun bagi masyarakat pedesaan tidak Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 4
  • 4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan pernah bosan-bosan karena adan-ya keyakinan terhadap ajaran-aja-ran agama tersebut. Sebenarnya hal inilah yang harus kita lihat dan sadari. Hal tersebut merupakan satu point interest masyarakat pedes-aan yang patut diterima dan diper-hartikan, apalagi dalam usaha kita mengembangkan ataupun mener-apkan ide-ide baru dalam pening-katan kesehatan masyarakat. Agama berperan penting da-lam pembentukan persepsi klien tentang sehat sakit. Agama sebagai komponen integral dari budaya dapat mempengaruhi penjelasan klien tentang penyebab penyakit, persepsi keparahannya dan pilihan terhadap penyembuhan. Pada masa kritis seperti penyakit serius/saat menghadapi kematian, agama dapat menjadi sumber penyejuk bagi klien dan keluarga serta dapat mempen-garuhi tindakan yang dipercaya te-pat untuk kondisi klien. Tujuan pendekatan agama adalah 1. Mengeksplorasi makna agama dalam kehidupan klien 2. Memeriksa cara-cara dimana agama dapat dimasukkan ke dalam praktik kebidanan 3. Menguraikan kepercayaan yang berhubungan dengan ke-selamatan dan praktik-praktik kelompok agama tertentu. Hal tersebut di atas mempengaruhi bidan dalam memberikan asuhan kepada klien dengan keyakinan ag-ama yang berbeda-beda dengan cara : 1. Peran bidan untuk menentukan dari klien dimensi yang penting se-hingga klien dan bidan dapat sal-ing memiliki tujuan prioritas. 2. Penting untuk menentukan kelom-pok agama yang dipercaya bagi klien untuk berafiliasi. 3. Informasi bidan harus akurat, membuat asumsi tentang agama klien adalah ceroboh dan dapat menyebabkan kesalahan. 4. Bukan peran bidan untuk menilai agama klien tetapi lebih kepada memahami aspek yang berhubun-gan dengan agama yang penting bagi klien dan anggota keluargan-ya. 5. Norma-norma ideal dan perilaku nyata tidak perlu sama. Bidan ser-ingkali berhadapan dengan tantan-gan untuk pemahaman dan mem-bantu klien untuk koping dengan konflik norma. Alasan mengapa bidan kadang dapat gagal memberi asuhan spiri-tual karena : 1. Mereka memandang agama se-bagai masalah pribadi. Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 5
  • 5. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 2. Mereka merasa agama sebagai masalah yang hanya memper-hatikan hubungan individu den-gan penciptanya. 3. Mereka tidak nyaman menge-nai agama mereka sendiri atau menyangkal mempunyai kebu-tuhan spiritual. 4. Mereka kurang pengetahuan tentang spiriitualitas dan agama orang lain. 5. Mereka salah mengira kebutu-han spiritual sebagai kebutuhan psiokososial. 6. Mereka menganggap pemenu-han kebutuhan spiritual bukan tanggung jawabnya. Intervensi spiritual tepat jika : 1. Memperhatikan kesejahteraan spiritual klien seperti hanya kes-ehatan bio, psiko, social. 2. Mengaku bahwa keseimbangan fisik, psikososial dan spiritual penting bagi kesehatan yang baik secara menyeluruh. Dimensi Agama 1. Agama bersifat kompleks baik dalam bentuk fungsi 2. Keyakinan keagamaan dan insti-tusi keagamaan menjadi focus utama dalam memenuhi kebu-tuhan individu yang “percaya” 3. Lima dimensi utama agama (Faulkner dan De Jong, 1966) • Eksperiential • Ritualistic : tata cara keag-amaan • Ideological : keyakinan ses-uai agama • Intelektual • Konsekuensial 4. Tiap dimensi agama memiliki kemaknaan yang berbeda jika dihubungkan dengan masalah sehat dan sakit 5. Budaya : agama yang berbeda dapat member penekanan yang berbeda dari dimensi tersebut dan relative berbeda dengan agama lain. 6. Individu juga mengembangkan prioritasnya sendiri yang ber-hubungan dengan dimensi ag-ama. Agama dan asuhan kebidanan 1. Sedikit referensi tentang spiritual care 2. Asuhan kebidanan yang holis-tic perlu member penekanan juga pada kebutuhan spiritual 3. Perlu membedakan antara agama Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 6
  • 6. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan dan spiritualitas 4. Agama merujuk pada system ke-percayaan yang terorganisasi, kai-tannya dengan sang pencipta (Al-lah). 5. Spiritualitas lahir dari pengalaman kehidupan yang unik setiap indi-vidu dan usaha pribadinya untuk menemukan makna dan kegunaan dari hidup /kehidupan. 6. Tujuan asuhan kebidanan spiritu-al adalah untuk membantu klien menemukan Tuhan mereka sendiri dan kebenaran, realitas yang ber-makna bagi kehidupan mereka da-lam hubungannya dengan penyakit yang mencetuskan kebutuhan un-tuk asuhan kebidanan. 7. Asuhan kebidanan spiritual meningkatkan kesejahteraan spiri-tual mereka. 8. Dalam memberikan asuhan ke-bidanan, bidan tidak dan seharus-nya tidak mengenakan keyakinan dan hukuman agama tertentu. Asuhan klien yang dalam kondisi kritis atau kehilangan klien dan kel-uarga. 1. Peran bidan dalam menghadapi klien sakaratul maut dan kelu-arga bervariasi sesuai kebutu-hannya serta pilihan klien dan bidan, juga lingkungan klinik dimana interaksi terjadi. 2. Dengan memahami budaya dan variasi agama yang berhubun-gan dengan hal diatas bidan dapat memberikan asuhan yang bersifat individual dan dapat membantu dalam menentukan siapa yang perlu dihubungi jika kebutuhan itu timbul. 2. Pendekatan melalui Kesenian tr-adisional Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwuju-dan kesenian yang kompleks. Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 7
  • 7. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Berbagai kesenian tradisional, seperti halnya nyanyian – nyanyian daerah, tari – tarian daerah krea-si baru, wayang kulit atau wayang golek, dan lain –lain.Melaluilirik nyanyian, dialog wayang, sandi-wara tradisional daerah seperti hal-nya ludruk (Surabaya), kethoprak (Jawa), Lenong (Jakarta) dan lain sebagainya, maka dialog – dialo-gnya dapat memanfaatkan tema – tema kesehatan, dalam hal ini yang berkaitan dengan kebidanan, sep-erti halnya pada khotbah tersebut didepan. 3. Pendekatan Melalui Paguyuban Paguyuban atau gemein-schaft adalah suatu kelompok atau masyarakat yang diantara para warganya diwarnai dengan hubun-gan- hubungan sosial yang penuh rasa kekeluargaan, bersifat batini-ah dan kekal, serta jauh dan pam-rih- pamrih ekonomi. Menurut Ferdinand Tonnies, paguyuban (gemeinschaft) ada-lah bentuk kehidupan bersama di-mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa keseha-tan. Kehidupan seperti ini bersifat organis dan sejati. Ciri-ciri paguyuban Menurut Ferdinand Tonnes ciri-ciri pokok dari paguyuban antara lain : 1) Intimate : hubungan menyeluruh yang mesra 2) Private : hubungan bersifat prib-adi, yaitu khusus untuk beberaa orang saja 3) Exclusive : bahwa hubungan tersebut hanyalah untuk ‘kita’ saja dan tidak untuk orang lain diluar ‘kita’ Sedangkan secara umum ciri-ciri paguyuban yaitu : 1) Adanya hubungan perasaan kasih sayang 2) Adanya keinginan untuk meninggkatkan kebersamaan 3) Tidak suka menonjolkan diri 4) Selalu memegang teguh adat lama yang konservatif 5) Sidat gotong royong masih kuat 6) Hubungan kekeluargaan ma-sih kental Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 8
  • 8. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Tipe paguyuban Paguyuban memiliki tiga tipe yang ada di masyarakat, yaitu : 1) Paguyuban karena ikatan da-rah (gemeinschaft by blood) yaitu paguyuban berdasarkan keturunan, contoh kelompok kekerabatan, keluarga besar. 2) Paguyuban karena tempat (gemeinschaft by place) yai-tu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan temoat tinggal sehingga dapat saling tolong menolong, con-tohnya arisan, RT, RW, karang taruna, PKK, pos kamling atau ronda. 3) Paguyuban karena jiwa pikiran (gemeinschaft by mind) yaitu pa-guyuban yang terdiri dari orang yang tidak mempunyai hubun-gan darah atau tempat tinggal-nya tidak berdekatan, akan teta-pi meraka mempunyai jiwa dan pikiran yang sama, paguyuban senmacam itu tidak sekuat dengan ikatan paguyuban ber-dasarkan keturunan. Contohnya organisasi. Paguyuban merupakan suatu perkumpulan yang seringkali dibentuk untuk kepentingan sosial, diberbagai tempat, seperti haln-ya paguyuban eks keluarga pega-wai yang pernah bekerja di Papua. Paguyuban ini dibentuk di kota Yogya. Ini sebagai contoh.Dalam berbagai event seperti pertemuan– pertemuan di paguyuban tersebut, maka diskusi, ceramah atau ke-giatan– kegiatan lainnya dapat di-isi berbagai tema utamanya tema kesehatan dalam hal ini berkaitan dengan kebidanan. 4. Pendekatan Melalui Pesantren Pesantren sangat banyak tersebar diseluruh nusantara.Berb-agai kegiatan sangat sering dilaku-kan didalam pesantren tersebut. Misalnya, lomba menulis, lomba menggambar, lomba ceramah, per-ingatan – peringatan keagamaan seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra Mi’raj dan lain – lain. Maka kegiatan – kegiatan tersebut dapat diisi berbagai tema keseha-tan dalam hal ini kebidanan.Se-bagai contoh lomba menggambar menu makanan sehat untuk bayi dan ibu hamil berdasarkan agama. Demikian juga lomba mengarang, lomba ceramah dan sebagain-ya. Bahkan berbagai kesenian di lingkungan pondok pesantren juga dapat ditampilkan tema – tema kesehatan yang berkaitan dengan kebidanan. Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 9
  • 9. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 5. Pendekatan Melalui Sistem Banjar (Bali) Banjar adalah organisasi ke-masyarakatan tradisional bagi suku bangsa Bali. Organisasi ini seperti sistem RT/RW pada masyarakat lain seperti di Jawa atau lainnya, sudah ada sejak jaman dahulu kala dan mulanya dikenal dengan nama subak. Awalnya subak itu merupakan organisasi yang hanya mengatur masalah – masalah di sawah (sebe-lum bule – bule datang menjajah negeri ini dan kemudian berjemur di pantai) berhubung masyarakat Bali saat itu sebagian besar mata pencahariannya bertani.Banjar, dengan berkembangnya jaman juga menjadi berubah, tepatnya bertambah fungsi. Kalau dulu ha-nya untuk kepentingan di sawah, namun sekarang banjar juga men-gurus masalah administrasi dari pemerintahan, seperti halnya uru-san KTP dll,Banjar Adat, ketuanya disebut kelian adat. Urusan sosial seperti saat ada kematian, upacara perkawinan krama banjar serta up-acara – upacara keagamaan diatur disini.Jumlah banjar di tiap kelura-han juga sangat beragam.Umum-nya sekitar 5 sampai ratusan ban-jar, tergantung dari seberapa luas wilayah kelurahan tersebut.Banjar merupakan wujud kesadaran ber-organisasi masyarakat Bali yang sudah tercipta sejak dahulu. Dari uraian mengenai ban-jar tersebut, maka berbagai tema kesehatan yang berkaitan dengan kebidana dapat dimasukkan pada berbagai bentuk kegiatan banjar tersebut.Masyarakat Bali Aga di Desa Trunyan Bali juga meman-dang kelahiran sebagai hal wajar dan bersifat “publik” (Danandja-ja 1989:468). Kelahiran dianggap sebagai urusan laki – laki, karena dukun bayi pria dan suami mer-upakan pemeran utama dari peno-long persalinan. Namun berbeda dengan masyarakat Krikati terse-but di atas, handai-tolan terma-suk anak – anak bisa berkerumun didepan pintu yang dibiarkan ter-buka, untuk menyaksikan proses kelahiran tersebut diluar ruangan. Meskipun demikian, hanya dukun bayi pria, suami, ibu kandung sang wanita melahirkan, dan anak – anaknya yang lahir terdahulu saha yang berada di ruangan, ditambah Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 10
  • 10. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan satu orang wanita lainnya atau leb-ih, yang mempunyai fungsi sebagai pembantu persalianan apabila ten-anganya diperlukan. Dalam kenyataannya situasi ini tetap melindungi sang wanita yang bersangkutan dari keterbukaan pada publik. Ia berpakaian lengkap dan tubuhnya cukup tertutup. Arah dan posisi tubuhnya yang setengah berbaring dan kondisi sekitar tem-patnya melahirkan, termasuk untuk menampung ari – ari dan darahnya, diatur sedemikian rupa untuk men-ciptakan suasana kesopanan dan penting. Situasi semacam ini juga mendorong “tergiringnya” para hadirin ke dalam suasana men-yambut hadirnya sang bayi sebagai proses alamiah yang wajar, dengan kesadaran tentang kedudukan dan tempat mereka masing – mas-ing dalam situasi tersebut, apakah didalam atau diluar ruangan, serta fungsinya masing – masing dalam peristiwa itu. Bagi anaka – anak, peristiwa kelahiran jelas merupa-kan bagian dari proses sosialisasi kebudayaan yang mereka hadapi dengan wajar, sebagai bagian dari kehidupan manusia. Cara – cara menolong persa-linan. para pelaku dan cara – cara menolong persalinan merupakan kesatuan yang tak terpisahkan, karena diikat oleh kesamaan pema-haman mengenai sifat dari proses kelahiran itu, dengan pengaruhnya terhadap kondisi bayi dan ibunya. Dalam proses persalinan di lingkungan masyarakat Bali Aga, sebagaimana yang dilukiskan Da-nandjaja (1976), wanita yang akan melahirkan duduk dengan posisi bersandar pada dada balian tekuk (dukun beranak) diatas bangku. Sang suami duduk tepat di ha-dapan istrinya, karena berfungsi sebagai penerima bayi pada saat lahirnya. Diantara suami istri ter-dapat lubang dangkal yang diberi alas untuk menampung plasenta, air ketuban, dan darah yang keluar dari tubuh wanita yang melahirkan. Di sisi wanita itu, berdiri seorang gadis berfungsi untuk menarik rambutnya, agar sang wanita yang melahirkan dapat tetap berada da-lam posisi duduk tegak. Tujuannya adalah untuk menjaga agar jiwanya dapat tetap diam dalam tubuhnya dan tidak akan meninggalkannya. Sang balian tekuk akan mengu-rutnya untuk membetulkan posisi bayi bila terasa sungsang dalam perut ibunya. Namun bila proses kelahiran tampak berjalan normal, ia takkan berbuat apa – apa kecuali berfungsi sebagai tempat bersan-dar sang wanita melahirkan dan memberikan ketenangan psikolo-gis. Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 11
  • 11. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Seorang pelaku lain, balian us-ada, hanya berperan apabila terja-di proses persalinan yang sulit. Ia akan membacakan mantra – man-tra dan doa, serta memberikan minuman air suci kepada si ibu, lalu menyemburnya dengan ludah yang dicampur kunyahan daun sirih. Para pelaku, khususnya sang gadis, senantiasa mengusahakan si ibu agar tidak pingsan, karena hal itu dianggap dapat menyebabkan kematiannya. Sementara itu, ibu dari wanita yang melahirkan turut berada diruangan yang sama un-tuk memberikan ketenangan batin bagi putrinya yang sedang dalam proses melahirkan. Dalam proses pertolongan persalinan itu, diyakini oleh semua pelaku bahwa selama ari – ari be-lum keluar, tali pusat tak boleh di-potong karena kuatir akan tertarik kembali kedalam rahim sang wan-ita. Dari segi kedokteran, hal ini dianggap membahayakan, karena perdarahan pada ari – ari dapat menyebabkan perdarahan pada bayi pula. Setelah ari – ari keluar, ayah sang bayi memotong tali pu-sar anaknya dan para pelaku lain mulai sibuk mengambil air hangat dan rempah – rempah. Sementa-ra itu tugas dukun bayi dan ayah sang bayi masih berlanjut dengan upacara untuk merawat dan mem-bungkus plasenta, darah dan air tembuni dan tali pusat sang bayi, untuk digantungkan pada tem-pat khusus yang disediakan untuk keperluan itu, di bagian selatan desa induk Trunyan (Danandjaya 1993 : 468-472) Perjalanan hidup menginjak umur dewasa juga di upacarai baik bagi pria maupun wanita. Menstruasi pertama bagi seo-rang wanita dirayakan, setelah itu bisa dilakukan upacara potong gigi. Upacara ini harus dilakukan sebelum seorang wanita berumah tangga, namun biasanya sering di-gabung dengan upacara perkaw-inan. Taring yang ada pada manu-sia harus diasah-asahkan, karena merupakan simbolis sifat binatang, hal ini melambangkan pembersi-han dari sifat-sifat binatang/sifat yang tidak baik. Setelah upacara ini, kewajiban orang tua dianggap sudah selesai. Di daerah Bali bila ada seorang ibu yang melahirkan bayi kembar beda jenis kelamin maka akan di-asingkan dan wilayah tempat ting-galnya. Seorang ibu yang sedang hamil tua (>7 bulan) dibacakan lontar. Program KB belum dilak-sanakan pada daerah ini, karena keterbatasan pengetahuan pen-duduk. Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 12
  • 12. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Cara-cara pendekatan bidan didalam wilayah Banjar Bali a. Menggerakan dan membina peran serta masyarakat. Dalam bidang kesehatan, dengan melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat. b. Pemerintah menjalankan/men-erapkan PosKesDes (Pos Keseha-tan Desa) yang ditujukan kepada seluruh masyarakat, yang terjang-kau sampai ke daerah pedalaman. c. Penyuluhan kesehatan masyarakat dimaksudkan dapat menghasilkan perubahan perilaku yang lestari untuk keluarganya, individu kelu-arga dan masyarakat itu sendiri. Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 13