Ringkasan dari dokumen tersebut adalah: (1) Kualitas layanan kesehatan untuk pasien skizofrenia masih sangat terbatas dan minim, (2) Prosedur pelayanan kesehatan untuk pasien skizofrenia dinilai panjang dan terbatasnya fasilitas kesehatan jiwa, (3) Stigma sosial dan keterbatasan sumber daya manusia menghambat akses layanan kesehatan bagi pasien skizofrenia.
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
MENINGKATKAN MARTABAT ODS
1. DIGNITY IN MENTAL HEALTH
– “SEBUAH TINJAUAN HASIL
FGD”
Oleh: KPSI @October 2015
Use this area for cover image
(height 6.5cm, width 8cm)
2. LATARBELAKANG
• Data Organisasi Kesehatan Dunia WHO menyebutkan bahwa setiap tahun, 30% dari
penduduk di dunia menderita gangguan kesehatan jiwa dan setidaknya 60% dari
jumlah ini tidak menerima perawatan dikarenakan masalah keuangan. Di AS saja, dari
31% penduduk yang memiliki gangguan kesehatan mental sebanyak 67% nya tidak
menerima perawatan.
• Dari angka tersebut di atas diperkirakan 40%-50% orang dengan Skizofrenia yang tidak
menerima perawatan rutin setiap tahunnya. Skizofrenia merupakan penyakit gangguan
kejiwaan kompleks dimana seseorang mengalami kesulitan dalam proses berfikir
sehingga menimbulkan halusinasi, delusi dan prilaku yang tidak biasa.
• Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKERDA) Indonesia 2013 prevalensi Orang dengan
Skizofrenia (ODS) di Indonesia mencapai 1,27 per mil menunjukkan bahwa penderita
gangguan jiwa berat di Indonesia adalah 0,46%.
3. LATARBELAKANG
• Menurut WHO, adanya stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan
masalah gangguan jiwa termasuk ODS telah menyebabkan mereka menjadi
sasaran kekerasan psikologis dan fisik yang dilakukan oleh para tenaga medis
profesional dan juga masyarakat.
• Tahun ini, WHO akan memperingati Hari Kesehatan Jiwa 2015 dengan tema
“Dignity in Mental Health” yang artinya memberikan hak bagi para penderita
gangguan jiwa untuk mendapatkan akses layanan kesehatan sesuai dengan
martabatnya sebagai manusia.
4. LATARBELAKANG
• Komunitas Peduli Skizofrenia Seluruh Indonesia (KPSI) ikut memperingati
Hari Kesehatan Jiwa Dunia dengan mengadakan FOCUS GROUP DISCUSSION
(FGD) pada tanggal 23 Mei 2015 dengan 6 (enam) responden adalah ODS,
Caregiver, Publik yang peduli masalah Skizofrenia.
• TEMA yang diambil untuk FGD – KPSI adalah “Diganity in Mental Health
Ditinjau dari Kualitas Layanan Kesehatan bagi Orang dengan Skizofrenia
(ODS)”
5. Background
• Hasil FGD akan dibawa ke ranah social media melalui Twitter dan Facebook milik KPSI
untuk mendapatkan informasi lebih jauh mengenai beragam ISU penting yang
dirangkum dari FGD KPSI. Responden adalah seluruh anggota KPSI yang AKTIF di Twitter
dan Facebook.
6. TUJUAN
• Mengetahui INFORMASI langsung dan terkini mengenai KUALITAS pelayanan
kesehatan bagi ODS di Indonesia langsung dari para ODS, caregiver, tenaga
medis profesional maupun dari publik yang peduli akan skizofrenia.
• Mendorong pengambil keputusan (policy maker) untuk dapat MENINGKATKAN
kualitas penanganan dan pelayanan yang lebih baik bagi para ODS dan
caregiver Skizofrenia.
7. TUJUAN
• Meningkatkan KESADARAN publik dan para tenaga medis profesional untuk
memberikan jaminan bagi ODS untuk bisa meneruskan hidupnya dengan lebih
BERMARTABAT sesuai dengan regulasi dan hak-haknya sebagai manusia
termasuk hak untuk mendapatkan akses terhadap layanan kesehatan yang
berkualitas.
• Meningkatkan kesadaran publik akan hari Kesehatan Dunia 2015 dengan tema
“Dignity in Mental Health” pada 10 oktober 2015
8. HASIL FGD TATAP MUKA KPSI
• Kualitas pelayanan kesehatan untuk pasien ODS masih SANGAT TERBATAS dan minim.
Mulai dari kondisi ruangan perawatan yang tidak manusiawi hingga sikap tenaga medis
profesional yang tidak manusiawi terhadap para ODS.
• PROSEDUR pelayanan kesehatan dinilai masih SANGAT PANJANG panjang untuk ODS.
Mulai dari antrian panjang untuk konsultasi hingga antrian panjang pengambilan obat.
• Terbatasnya jumlah PUSKESMAS yang memberikan pelayanan pada ODS ikut
menghambat akses ODS untuk mendapatkan pelayanan kesehatan untuk mencari
kesembuhan.
9. HASIL FGD TATAP MUKA KPSI
• Keterbatasan informasi mengenai layanan darurat untuk ODS relaps/kambuh
menghambat ODS untuk memperoleh akses layanan kesehatan untuk
perawatan. Layanan 24 jam dinilai sudah sangat mendesak untuk membantu
ODS saat relaps.
• Kehadiran BPJS telah membantu akses bagi para ODS untuk mendapatkan
layanan kesehatan di berbagai institusi kesehatan mulai dari Puskesmas, RS
Umum, RSUD hingga RS Jiwa.
12. HASIL FGD DI SOCIAL MEDIA
• Akses untuk mendapatkan layanan kesehatan bagi para ODS belum merata. ODS di
beberapa daerah sudah bisa mendapatkan akses layanan kesehatan jiwa di tingkat
PUSKESMAS. Sementara di daerah lainnya masih di RSUD. Tidak semua RSUD
memiliki Poli Kesehatan Jiwa.
• Kualitas Ruang Perawatan bagi para ODS masih sangat minim dan terbatas. Tak
sedikit ruangan yang tidak MANUSIAWI dan memadai bagi perawatan ODS yang
mengalami kekambuhan atau RELAPS.
• Akses untuk mendapatkan layanan KONSULTASI dan OBAT masih sangat sulit dan
panjang. Minimnya jumlah psikiater di beberapa instistusi seperti PUSKESMAS
menyebabkan antrian panjang.
13. HASIL FGD DI SOCIAL MEDIA
• Jumlah tenaga medis profesional dan perawat khusus kesehatan jiwa yang terbatas
menghambat akses ODS untuk mendapatkan perawatan lebih manusiawi dan
penuh martabat dalam mencari kesembuhan.
• Stigma negatif di tengah masyarakat menjadi penyebab ODS tersingkir dari
kehidupan sosialnya dan menghambat mereka mendapatkan akses untuk
penyembuhan.
• Stigma juga membuat ODS yang sudah relatif stabil kesulitan mendapatkan
pekerjaan dan bahkan kerap mendapatkan perlakuan diskriminatif dalam mencari
pekerjaan.
14. HASIL FGD DI SOCIAL MEDIA
• BPJS dinilai sudah banyak membantu mereka untuk mendapatkan akses untuk
layanan kesehatan di berbagai institusi mulai dari PUSKESMAS, RSUD, RS Umum
dan lainnya.
• Pentingnya Layanan 24 JAM untuk memberikan informasi bagi para ODS dan
Caregiver mengenai penanganan dan pelayanan bagi perawatan ODS Relaps.
• Pentingnya meningkatkan peranan PUSKESMAS untuk memberikan LAYANAN
KESEHATAN JIWA yang paling dekat yang bisa dijangkau oleh masyarakat.