Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Dokumen tersebut membahas tentang penyebab dan penatalaksanaan bunuh diri, termasuk faktor-faktor risiko seperti depresi dan gangguan kejiwaan lainnya; (2) Dokumen tersebut juga memberikan panduan untuk menilai dan merencanakan penanganan pasien yang berisiko bunuh diri, baik di rumah sakit maupun di komunitas; (3) Program pencegahan bunuh diri yang disarankan antara
6. “Did you really want to die? No one
commits suicide because they want to
die. Then why do they do it? Because
they want to stop the pain.”
– Tiffanie DeBartolo
7.
8. Penyebab bunuh diri itu kompleks.
Sejumlah faktor dapat berkombinasi
membawa individu mencabut
nyawanya
Setidaknya 94% dari orang yang meninggal
akibat bunuh diri itu menderita gangguan
jiwa pada saat kematiannya.
• Depresi
• Penyalahgunaan alkohol & NAPZA
• Skizofrenia
9. • Perlu disadari, meskipun dilakukan upaya
terbaik oleh terapis atau tim, sebagian pasien
tetap meninggal bunuh diri
• Bunuh diri adalah hal yang kompleks tidak
ada pedoman penatalaksanaan yang dapat
mencegah semua bunuh diri
• Namun, ada sejumlah prinsip dan prosedur
yang berkontribusi meningkatkan keamanan,
baik di rumah sakit maupun di komunitas
10. “Nothing in my life has ever made me
want to commit suicide more than
people’s reaction to my trying to commit
suicide.”
– Emilie Autumn
11. Meeting the Suicidal Person
1. The clinician's task is to reach, together with the patient, a
shared understanding of the patient's suicidality
2. The clinician should be aware that most suicidal patients
suffer from a state of mental pain or anguish and a total
loss of self-respect
3. The interviewer's attitude should be non-judgmental and
supportive
4. The interview should start with the patient's self-narrative
5. The ultimate goal must be to engage the patient in a
therapeutic relationship
6. We need new models to conceptualize suicidal behaviour
that provide a frame for the patient and clinician to reach
a shared understanding of the patient's suicidality.
K.Michel, D. Jobes, A.A. Leenaars, J.T. Maltsberger, P. Dey, L. Valach, R. Young (2001)
12. Informasi yang diperlukan untuk asesmen
• Status mental – depresif, psikotik, intoksikasi
• Riwayat percobaan bunuh diri atau ide bunuh diri
sebelumnya
• Riwayat keluarga: impulsivitas/destruktif atau
gangguan jiwa lain
• Dukungan atau kontak
• Jika terjadi percoaan bunuh diri pemahaman
pasien akan apa yang telah dia lakukan dan apa yang
sebenarnya diinginkan terjadi
13. Informasi yang diperlukan untuk asesmen
• Kejadian yang berkontribusi pada keputusan melakukan
percobaan bunuh diri
• Tingkat orientsi masa depan pasien dan harapan
perbaikan atau tingkat keputusasaan (bukti langsung dan
tidak langsung)
• Pertimbangan klinis pewawancara tentang kualitas
respon pasien
• Apakah ada risiko terhadap orang lain terkait rencana
bunuh diri pasien
• Ide bunuh diri pasien saat ini, rencana/tindakan, dan
sarana yang tersedia
14. Rencana Penatalaksanaan
• Di akhir asesmen Rencana Penatalaksanaan
yang terdokumentasi dengan jelas
– Tingkat risiko hasil asemen
– Langkah yang harus diambil demi keselamatan pasien
• Dibuat secara kolaboratif dengan pasien, sejauh
memungkinkan
• Harus dipertimbangkan kemungkinan
pertimbangan pasien terganggu karena gangguan
jiwanya involuntary treatment
15. Keluarga Pasien
• Keluarga pasien dapat dan sering kali ingin
memberikan input yang penting bagi asesmen
• Manakala pasien memberikan
persetujuannya, input dari keluarga harus
diusahakan sejauh mungkin
• Perkecualian: Apabila keluarga merupakan
faktor kontributor terhadap risiko bunuh diri
pasien
• Pertimbangan utama: Keselamatan pasien
16.
17. Pertimbangan Rawat Inap
• Utama: keselamatan pasien
– Keparahan penyakit
– Derajat tilikan
– Tingkat impulsivitas
– Ketersediaan dukungan sosial
• Pasien bunuh diri yang akut yang paling sesuai
untuk rawat inap
18. Tingkat Observasi
• Dalam jangkauan
– Risiko bunuh diri sangat tinggi
– Kondisi psikotik/impulsivitas tak terduga
– Mungkin perlu lebih dari satu perawat
• Di ruang yang sama dalam pandangan mata
– Risiko tinggi bunuh diri tanpa impulsivitas/psikotik
– Pengawasan 1 : 1 oleh perawat di ruang yang sama dan
selalu diawasi
• Observasi ketat
– Risiko lebih tinggi dari rata-rata pasien
– Waktu observasi harus bervariasi tidak dapat diprediksi
19. Lingkungan
• Lingkungan dibuat seaman mungkin
• Identifikasi dan pengendalian bahaya/risiko
apabila tidak dapat dihilangkan
– Bukan hanya bangsal perawatan, tapi juga
– Bangsal medik umum
– Ruang observasi, UGD
– Ruang tahanan polisi dan penjara
– Rumah pasien
20. Keamanan
• Identifikasi cara spesifik untuk mecederai diri
yang mungkin digunakan meminimalisir risiko
dan mencegah akses terhadap cara itu
• Identifikasi area dari lingkungan pasien yang
mempunyai risiko lebih tinggi, misalnya toilet
yang dapat dikunci, tangga, seperti di setting RS
Umum
• Akses pasien terhadap area berbahaya itu
dihalangi dan gerak pasien dibatasi pada ruang
yang lebih kecil yang lebih aman dan mudah
dikendalikan
21. Area Observasi
• Lokasi mudah diobservasi, dekat dengan
tempat sumber daya terbanyak
• Area/kamar yang lapang dan mudah diawasi
• Kaca yang aman
• Fitting yang aman (tidak dapat digantungi
pakaian, ikat pinggang; gantungan gorden
yang mudah terlepas jika dibebani)
22. Area Observasi
• Barang milik pasien yang disimpan harus diperiksa:
– Benda tajam (metal atau gelas)
– Pakaian yang panjang, tali, ikat pinggang
– Obat-obatan
– Benda dari gelas
– Cairan yang dapat digunakan mencederai diri
– Benda yang dapat menyumbat jalan napas (gumpalan
kapas misalnya)
– Uang. Buku cek, tiket, kunci kendaraan
– Korek api, geretan
– Perhiasan
23. Hal Paling Penting dalam Rencana
Perawatan
1. Meyakinkan keselamatan pasien
2. Membangun relasi terapeutik yang efektif
3. Memberikan pengobatan yang efektif untuk
gangguan jiwa yang ada
24.
25. Orang yang meninggal karena bunuh diri
bertanggung jawab untuk dirinya sendiri
Fakta atau Mitos?
29. Pertimbangan
• Jika diputuskan untuk menatalaksanai pasien
di komunitas, penting untuk meyakinkan
bahwa tersedia cukup sumber daya
• Mengikuti prinsip yang sama dengan
persyaratan keamanan rawat inap
30. Perlu diperhatikan:
• Pelaku rawat harus mendapat informasi tentang
kondisi mental, obat-obatan, pencetus tindakan
bunuh diri, dan tingkat risikonya
• Dokter umum pasien harus mendapat detil
pengobatan
• Pelaku rawat dan pasien harus mempunyai orang
atau organisasi yang dapat dikontak 24 jam untuk
dukungan darurat
• Pelaku rawat diinformasikan tentang tingkat
supersivis yang diperlukan pasien
31. Perlu diperhatikan:
• Harus ada asesmen profesional yang terus
menerus oleh tim multidisiplin dengan jadwal
pemeriksaan untuk kajian
• Kontrol rawat jalan harus diprioritaskan
• Pelaku rawat harus mampu merespon perubahan
kondisi pasien
• Lingkungan fisik pasien harus aman
• Dukungan bagi pelaku rawat hendknya tersedia,
karena mereka berada dalam kondisi stres terkait
beban tanggung jawab mereka
32. “There was a moment in my life when I really
wanted to kill myself. And there was one other
moment when I was close to that… But even in
my most jaded times, I had some hope.”
– Gerard Way
33. Program Pencegahan
1. Peningkatan kapasitas petugas kesehatan dan
kader deteksi dini, intervensi krisis,
manajemen gangguan jiwa
2. Pengembangan Klinik Sehat Jiwa di 16
Puskesmas
3. Pelatihan Kader
4. Pengembangan Posyandu Lansia Plus
5. Rakor evaluasi lintas sektor
6. Monev