tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
SISTEM KARDIOVASKULER
1. PENGKAJIAN PADA SISTEM
KARDIOVASKULER
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas KMB I
Diploma III Keperawatan
Disusun Oleh : Kelompok 2
Annyndhyta
Bella
Choirunisa Suci Rumandani (16008)
Devi Yuliani
Deysa Meidiana Indaah
AKADEMI KEPERAWATAN PELNI
JAKARTA
Jl. Aipda KS Tubun 92-94 Jakarta Barat
Telp. 021.5484809 Fax. 5485709
TAHUN AJARAN 2017/2018
2. i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, wr.wb.
Segala puji dan rasa syukur tak lupa kami panjatkan kepada Allah swt. Karena nikmat
yang diberikan, terutama nikmat sehat jasmani dan rohani serta nikmat iman dan islam. Karena
nikmat-Nya itulah kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengkajian Pada Sistem
Kardiovaskuler” tepat pada waktunya dengan baik dan benar serta sesuai prosedur.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok yang di berikan beliau kepada
kami sebagai materi kuliah KMB I yang harus di pahami dan di mengerti maksudnya.
Kami menyadari segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik secara materi
maupun dalam penggunaan kata bahasanya. Oleh sebab itu demi kesempurnaan dan perbaikan
dalam penyusunan makalah ini, kami menerima kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah
ini bermanfaat dalam proses belajar dan mengajar
Wassalamu’alaikum wr.wb
Jakarta, Agustus 2017
Penyusun
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang .........................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................................1
1.3. Tujuan.......................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................................1
2.1. Anatomi Sistem Kardiovaskuler ..............................................................................................1
2.1.1. Anatomi Fisiologi Jantung ...............................................................................................1
2.1.2. Pembuluh Darah Besar .....................................................................................................4
2.2. Pengkajian DIagnostik Jantung................................................................................................5
2.2.1. Inspeksi Jantung ...............................................................................................................7
2.2.2. Palpasi Jantung.................................................................................................................9
2.2.3. Perkusi Jantung...............................................................................................................11
2.2.4. Auskultasi Jantung..........................................................................................................12
2.3. Pemeriksaan Tekanan Darah..................................................................................................23
2.4. Pemeriksaan Pembuluh Darah Perifer (Pemeriksaan Nadi)...................................................24
2.5. Pemeriksaan Tangan ..............................................................................................................27
2.6. Pemeriksaan Kepala ...............................................................................................................27
BAB III PENUTUP......................................................................................................................29
3.1. Kesimpulan.............................................................................................................................29
3.2. Saran.......................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................30
5. 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem kardiovaskular atau dikenal sebagai sistem peredaran darah, adalah sistem dari
tubuh yang terdiri dari jantung, darah, dan pembuluh darah. Sistem kardiovaskular
bertanggung jawab untuk mengangkut darah. sistem kardiovaskular menggerakkan darah ke
seluruh tubuh, sel-sel akan menerima oksigen dan nutrisi. Karbon dioksida dan limbah
lainnya dikeluarkan dari tubuh juga.
Pemeriksaan susunan kardiovaskuler dalam pemeriksaan klinis umum terdiri dari
pemeriksaan jantung dan aorta serta pemeriksaan pembuluh darah perifer. Pengkajian temuan
fisik dilakukan untuk mendukung data yang diperoleh dari riwayat kesehatan. Informasi dasar
diperoleh pada pasien datang.
Pemeriksaan fisik jantung dan pembuluh darah besar dimulai setelah dilakukan inspeksi
payudara dan palpasi aksila. Perlengkapan yang diperlukan unuk melakukan pemeriksaan
meliputi kamar yang sunyi untu mempertajam akurasi auskultasi, penerangan yang baik dan
dada pasien terbuka untuk inspeksi prekordium, kamar dan tangan pemeriksa yang hangat
agar palpasi menyenangkan, dan stetoskop dengan bel dan diafragma.
Bagi pasien jantung akut, pemeriksaan fisik dilakukan dengan mengukur tanda vital
secara rutin (tiap 4 jam, atau lebih sering bila perlu). Karena perawat jaga di bagian perawatan
akut bertugas selama 24 jam, maka mereka adalah yang dapat mengetahui periama kali setiap
perubahan yang terjadi. Perubahan harus diketahui sedini mungkin, sebelum terjadi
komplikasi yang lebih serius. Perubahan harus dilaporkan kepada dokter dan dicatat secara
rinci pada status pasien:
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengkajian diagnostik pada jantung?
b. Bagaimana pemeriksaan tekanan darah?
c. Bagaimana pemeriksaan pada pembuluh darah perifer?
d. Bagaimana pemeriksaan pada tangan?
e. Bagaimana pemeriksaan pada kepala?
1.3. Tujuan
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB I
b. Untuk mengetahui cara pengkajian/pemeriksaan diagnostik system kardiovaskuler
6. 2
c. Untuk mengetahui cara pemeriksaan tekanan darah
d. Untuk mengetahui cara pemeriksaan pada pembuluh darah perifer
e. Untuk mengetahui cara pemeriksaan pada tangan dan kepala
7. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Anatomi Sistem Kardiovaskuler
2.1.1. Anatomi Fisiologi Jantung
Jantung dan pembuluh darah besarnya, vena kava inferior dan superior, aorta,arteri,
dan vena pulmonalis terletak pada garis tengah toraks, dikelilingi oleh kedua paru dibagian
lateral dan posterior, dan dibatasi sternum dan rongga iga sentral diagian anterior.
Jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak di tengah toraks, dan ia
menempati rongga antara paru dan diafragma. Beratnya sekitar 300 g (10,6 oz), meskipun
berat dan ukurannya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan, beratnya latihan
dan kebiasaan fisik dan penyakit jantung. Fungsi jantung adalah memompa darah ke
jaringan, menyuplai oksigen dan zat nutrisi lain sambil mengangkut karbondioksida dan
sampah hasil metabolisme. Jantung dewasa normal berdetak sekitar 60 sampai 80 kali per
menit, menyemburkan sekitar 70 ml darah dari kedua ventrikel per detakan, dan keluaran
totalnya sekitar 5 L/menit.
STRUKTUR JANTUNG
Terdapat selaput tipis yang melapisi jantung
yang disebut dengan perikardium. Perikardium
adalah kantong perikard fibrosa, yang menutupi
seluruh bagian Jantung, dipisahkan dari permukaan
Jantung oleh ruang yang berisi beberapa milliliter
cairan pericardium hanya cukup untuk mencegah
pergesekan terhadap lapisan proteksi luar sewaktu
jantung berkontraksi, berelaksasi
sesuai dengan siklus Jantung.
Dinding Jantung terdiri dari 3
lapisan :
1. Epikardium : Lapisan
luar/membran tipis atau
perikardium viseralis
8. 2
2. Miokardium : Lapisan tengah /berotot
3. Endokardium : Lapisan dalam/ lapisan tipis endotelium suatu jaringan epitel.
RUANG JANTUNG
Jantung mempunyai empat ruang dinding yang relative tipis, yaitu:
1. Atrium Kanan/Serambi Kanan
- Berfungsi sebagai penampung darah yg rendah oksigen dari seluruh tubuh.
- Melalui vena kava superior, vena kava inferior dan sinus karotis yg berasal dari
jantung
- Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan selanjutnya ke paru
2. Atrium Kiri/Serambi Kiri
- Menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4 buah vena
pulmonal
- Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri selanjutnya keseluruh tubuh
- Kedua atrium tersebut dipisahkan oleh sekat yang disebut septum atrium.
3. Ventrikel/Bilik kanan
- Menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paru-paru melalui arteri
pulmonalis
4. Ventrikel kiri
- Menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan keseluruh bagian melalui aorta
- Kedua ventrikel tersebut dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel.
Perbedaan ketebalan dinding atrium dan ventrikel berhubungan dengan beban kerja
yang diperlukan oleh tiap ruang. Dinding atrium lebih tipis daripada dinding ventrikel
9. 3
karena rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium untuk menahan darah dan
kemudian menyalurkannya ke ventrikel. Karena ventrikel kiri mempunyai beban kerja
yang lebih berat di antara dua kamar bawah, maka tebalnya sekitar 2 ½ lebih tebal
dibanding dinding ventrikel kanan.
KATUP JANTUNG
Katup jantung memungkinkan darah mengalir
hanya ke satu arah dalam jantung. Katup yang
tersusun atas bilah-bilah jaringan fibrosa, membuka
dan menutup secara pasif sebagai respons terhadap
perubahan tekanan dan aliran darah. Ada dua jenis
katup, yaitu katup atrioventrikularis dan semilunaris.
1. Katup Atrioventrikularis, yaitu katup
yang memisahkan atrium dan ventrikel. katup ini
memungkinkan darah mengalir dari masing-masing
atrium ke ventrikel pada fase diastol ventrikel dan
mencegah aliran balik pada saat sistol ventrikel (kontraksi).
- Katup trikuspidalis, dinamakan demikian karena tersusun atas tiga kuspid atau
daun katup, memisahkan atrium kanan dan ventrikel kanan.
- Katup mitral atau bikuspidalis (dua kuspid), terletak di antara atrium kiri dan
ventrikel kiri
2. Katup Semilunaris, terletak di antara tiap ventrikel dan arteri yang bersangkutan.
Katup semilunaris normalnya tersusun atas tiga kuspis, yang berfungsi dengan baik
tanpa otot papilaris dan korda tendinea. Tidak terdapat katup antara vena-vena
besar dengan atrium. Adanya katup semilunar memungkinkan darah mengalir dari
masing-masing ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistol.
Katup antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis disebut katup pulmonalis; katup
antara ventrikel kiri dan aorta dinamakan katup aorta.
- Katup Pulmonal: Terletak pada arteri pulmonalis
- Katup Aorta: Terletak antara vebtrikel kiri dan aorta
10. 4
ARTERI KORONARIA
Arteri koronaria adalah pembuluh yang menyuplai otot jantung, yang mempunyai
kebutuhan metabolisme tinggi terhadap oksigen dan nutrisi. Jantung menggunakan 70%
sampai 80% oksigen yang dihantarkan melalui arteri koronaria, sebagai perbandingan,
organ lain hanya menggunakan rata-rata seperempat oksigen yang dihantarkan. Arteri
koronaria muncul dari aorta dekat hulunya di ventrikel kiri. Dinding sisi kiri jantung
disuplai dengan bagian yang lebih banyak melalui arteri koronaria utama kiri, yang
kemudian terpecah menjadi dua cabang besar ke bawah (arteri desendens anterior sinistra)
dan melintang (arteri sirkumfleksa) sisi kiri jantung. Jantung kanan dipasok seperti itu pula
dari arteri koronaria dekstra. Tidak seperti arteri lain, arteri koronaria diperflisi selama
diastolik.
OTOT JANTUNG
Jaringan otot khusus yang menyusun dinding jantung dinamakan otot jantung. Secara
mikroskopis, otot jantung mirip otot serat lurik (skelet), yang berada dibawah kontrol
kesadaran. Namun secara fungsional, otot jantung menyerupai otot polos katena sifatnya
volunter.
2.1.2. Pembuluh Darah Besar
Vena besar membawa darah sistemik dan pulmonal ke dalam atrium. Dari kepala,
leher, anggota gerak atas, dan bagian trunkus atas, darah kotor masuk ke dalam atrium
kanan melalui vena kava superior; dan dari abdomen, dada bagian bawah dan anggota
tubuh bagian bawah, darah yang kurang akan oksigen masuk ke dalam atrium kanan
melalui vena kafa inferior. Darah bersih masuk ke dalam atrium kiri melalui kedua vena
pulmonalis kanan dan kiri (superior dan inferior).
Arteri pulmonalis keluar dari ventrikel kanan dan segera terbagi atas arteri
pulmonalis kiri dan kanan, masing-masing membawa darah kotor ke dalam masing-masing
sistem, sirkulasi pulmoner.
Aorta membawa darah bersih yang membawa oksigen dari ventrikel kiri dan
mengedarkannya ke sleuruh tubuh.
11. 5
2.2. Pengkajian DIagnostik Jantung
Jantung diperiksa secara langsung dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
dinding dada. Pendekatan sistemik merupakan dasar pengkajian yang seksama. Pemeriksaan
dinding dada dilakukan pada enam daerah di bawah ini:
1. Daerah aorta (ruang interkostal kedua pada sternum kanan)
2. Daerah pulmonal (ruang interkostal kedua pada sternum kiri)
3. Titik Erb (ruang interkostal ketiga pada sternum kiri)
4. Daerah trikuspid atau ventrikel kanan (ruang interkostal empat dan lima pada sternum
kiri)
5. Daerah apeks atau ventrikel kiri (ruang interkostal kelima pada sternum kiri)
6. Daerah epigastrik (di bawah prosesus xifoideus)
Pemeriksaan kebanyakan dilakukan dengan pasien dalam posisi supine, dan kepala
sedikit dinaikkan. Pemeriksa yang menggunakan tangan kanan memeriksa sisi kanan pasien
dan pemeriksa yang kidal pada sisi kiri..
Hal yang harus diperhatikan pada saat pemeriksaan jantung:
1) Selama melakukan pemeriksaan jantung, penting untuk mengidentifikasi lokasi anatomis
berdasar kelainan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan serta menghubungkan kelainan
hasil pemeriksaan dengan waktu terjadinya pada siklus jantung.
2) Lokasi anatomis dinyatakan dengan ”...ditemukan di sela iga ke-...” atau jaraknya
(...sentimeter dari linea...) dari linea di sekeliling dinding dada (linea midsternal,
midklavikular atau aksilaris).
3) Beberapa istilah yang harus difahami misalnya :
- Stroke Volume : volume darah yang diejeksikan dalam 1 kali kontraksi ventrikel
- Heart Rate : frekuensi denyut jantung per menit
- Cardiac Output : volume darah yang dipancarkan keluar dari ventrikel dalam 1 menit
(cardiac output = stroke volume x heart rate)
- Preload : volume darah yang meregangkan otot ventrikel sebelum kontraksi. Volume
darah dalam ventrikel kanan pada akhir diastole merupakan volume preload untuk
kontraksi berikutnya. Volume preload ventrikel kanan meningkat bila venous return ke
dalam atrium kanan meningkat, misalnya pada inspirasi dan pada aktifitas fisik berat.
Peningkatan volume darah dalam ventrikel yang mengalami dilatasi pada gagal
jantung kongestif juga menyebabkan peningkatan preload. Penurunan preload
ventrikel kanan disebabkan oleh ekspirasi, penurunan output ventrikel kiri dan pooling
darah dalam sistem kapiler dan venosa.
12. 6
- Afterload : menggambarkan resistensi vaskuler terhadap kontraksi ventrikel. Penyebab
resistensi terhadap kontraksi ventrikel kiri adalah peningkatan tonus aorta, arteri besar,
arteri kecil dan arteriole. Peningkatan preload dan afterload patologis mengakibatkan
perubahan fungsi ventrikel yang akan terdeteksi secara klinis.
4) Pemeriksaan dilakukan setelah pasien beristirahat minimal 5 menit.
5) Pemeriksaan jantung dilakukan pada 3 posisi, yaitu :
- Pasien dalam posisi berbaring terlentang dengan kepala sedikit ditinggikan
(membentuk sudut 30o). Dokter berdiri di sisi kanan pasien.
- Pasien berbaring miring ke kiri (left lateral decubitus).
- Pasien duduk, sedikit membungkuk ke depan.
6) Urutan pemeriksaan jantung ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel 1 Urutan Posisi Pasien pada Pemeriksaan Jantung
Selain pengkajian keadaan umum pasien, pengkajian jantung harus pula berisi evaluasi
sebagai berikut:
- Efektivitas jantung sebagai pompa
- Volume dan lekanan pengisian
- Curah jantung
- Mekanisme kompensasi
Faktor yang menunjukkan bahwa jantung tidak mampu berkontraksi secara memadai
atau berfungsi secara efektif sebagai pompa meliputi: penurunan lekanan nadi, pembesaran
jantung, dan adanya murmur dan Irama gallop (bunyi jantung abnormal).
Jumlah darah yang mengisi atrium dan ventrikel serta tekanan yang terjadi (dinamakan
volume dan lekanan pengisian) dapat diperkirakan dengan derajal distensi vena jugularis
Posisi pasien Pemeriksaan
Terlentang, dengan elevasi kepala
30̊
Inspeksi dan palpasi prekordium : sela
iga II, ventrikel kanan dan kiri, iktus
kordis (diameter, lokasi, amplitudo,
durasi).
Berbaring miring ke kiri (left lateral
decubitus)
Palpasi iktus kordis. Auskultasi
dengan bagian bel dari stetostop.
Terlentang, dengan elevasi kepala
30o
Auskultasi daerah trikuspidalis dengan
bagian bel dari stetostop.
Duduk, sedikit membungkuk ke
depan, setelah ekspirasi maksimal
Dengarkan sepanjang tepi sternum kiri
dan di apeks
13. 7
(JVD) dan ada atau tidaknya kongesti paru, edema perifer, dan perubahan tekanan darah
postural yang lerjadi saat bangun alau berdiri.
Curah jantung dicerminkan oleh frekuensi jantung, tekanan nadi, tahanan vaskuler
perifer, haluaran urin, dan manifestasi sistem saraf pusat. Contoh mekanisme kompensasi
yang dapat membantu memelihara curah jantung adalah dengan meningkatkan volume
pengisian dan peningkatan frekuensi jantung.
2.2.1. Inspeksi Jantung
Inspeksi jantung berarti mencari tanda-tanda yang mengungkapan keadaan jantung
pada permukaan dada dengan cara melihat/mengamati. Tanda-tanda itu adalah (1) bentuk
prekordium, (2) Denyut pada apeks jantung, (3) Denyut nadi pada dada, dan (4) Denyut
vena. Inspeksi juga berguna untuk mencari iktus kordis (punctum maximum). Pada sebagian
besar orang normal (20-25%) dapat dilihat pulsus gerakan apeks menyentuh dinding dada
saat sistolik pada sela iga 5 di sebelah medial linea midklavikularis sinistra
BENTUK PREKORDIUM
Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris. Prekordium yang cekung dapat
terjadi akibat perikarditis menahun, fibrosis atau atelektasis paru, scoliosis atau kifoskoliosis
dan akibat penekanan oleh benda yang seringkali disandarkan pada dada dalam melakukan
pekerjaan( pemahat tukang kayu dsb). Prekordium yang gembung dapat terjadi akibat dari
pembesaran jantung, efusi epikardium, efusi pleura, tumor paru, tumor mediastinum dan
scoliosis atau kifoskoliosis.
Penyakit jantung yang menimbulkan penggembungan setempat pada prekordium
adalah penyakit jantung bawaan ( Tetralogi Fallot ), penyakit katup mitral atau aneurisma
aorta yang berangsur menjadi besar serta aneurisma ventrikel sebagai kelanjutan infark
kordis.
DENYUT APEKS JANTUNG (IKTUS KORDIS)
Tempat iktus kordis belum tentu dapat dilihat terutama pada orang gemuk. Dalam
keadaaan normal, dengan sikap duduk, tidur terlentang atau berdiri iktus terlihat didalam
ruangan interkostal V sisi kiri agak medial dari linea midclavicularis sinistra. Pada anak-
anak iktus tampak pada ruang interkostal IV, pada wanita hamil atau yang perutnya buncit
iktus kordis dapat bergeser ke samping kiri. Tempat iktus kordis sangat tergantung pada :
14. 8
a. Sikap badan
Pada sikap tiduran dengan menghadap ke kiri iktus akan terdapat dekat linea axillaries
anterior. Pada sikap tiduran dengan menghadap ke klanan iktus terdapat dekat tepi
sternum kiri. Pada sikap berdiri, iktus akan lebih rendah dan lebih ke dalam dari pada
sikap tiduran.
b. Letak diafragma
Pada inspirasi yang dalam, maka letak iktus lebih ke bawah dan pindah ke medial 1
– 1,5 cm. Pada wanita hamil trimester III, dimana diafragma terdesak ke atas, maka
iktus akan lebih tinggi letaknya, bisa pada ruang interkostal III atau bahkan II, serta
agak di luar linea midklavikularis. Pada ascites juga akan dijumpai keadaan seperti
tersebut di atas.
Kadang-kadang iktus dapat ditentukan dengan melihat papilla mammae, tapi
seringkali hal ini tidak dapat dijadikan patokan karena letak papilla mammae terutama pada
wanita sangat variable. Iktus sangat menentukan batas jantung kiri. Maka jika didapatkan
iktus terdapat pada perpotongan antara spatium interkostale V kiri dengan linea
midklavikularis, berarti besar jantung normal. Jika iktus terdapat di luar linea
midklavikularis, maka menunjukan suatu hal tidak normal, yang dapat disebabkan oleh
pembesaran jantung kiri atau jika besar jantung adalah normal, maka perpindahan itu
disebabkan oleh penimbunan cairan dalam kavum pleura kiri atau adanya schwarte pleura
kanan.
Jika iktus terdapat lebih medial (lebih kanan) dari normal, hal ini juga patologis, dapat
terjadi karena penimbunan cairan pleura kiri atau adanya schwarte pleura kanan. Sifat iktus
antara lain :
a. Pada keadaan normal, iktus hanya merupakan tonjolan kecil, yang sifatnya local. Pada
pembesaran yang sangat pada bilik kiri, iktus akan meluas.
b. Iktus hanya terjadi selama systole.Oleh karena itu, untuk memeriksa iktus, kita adakan
juga palpasi pada a. carotis comunis untuk merasakan adanya gelombang yang asalnya
dari systole.
DENYUTAN NADI PADA DADA
Bagian prekordium di samping sternum dapat bergerak naik-turun seirama dengan
diastolic dan sistolik. Tanda ini terdapat pada ventrikel kanan yang membesar. Apabila di
dada bagian atas terdapat denyutan maka harus curiga adanya kelainan pada aorta.
Aneurisma aorta ascenden dapat menimbulkan denyutan di ruang interkostal II kanan,
15. 9
sedangkan denyutan dada di daerah ruang interkostal II kiri menunjukkan adanya dilatasi a.
pulmonalis dan aneurisma aorta descenden.
DENYUTAN VENA
Vena yang tampak pada dada dan punggung tidak menunjukkan denyutan.Vena yang
menunjukkan denyutan hanyalah vena jugularis interna dan eksterna.
2.2.2. Palpasi Jantung
Palpasi dapat menguatkan hasil yang didapat dari inspeksi. Denyutan yang tidak
tampak, juga dapat ditemukan dengan palpasi. Terdapat impuls normal yang jelas dan
terletak tepat di atas apeks jantung; biasanya terlihat pada orang muda atau tua yang kurus.
Impul ini disebut impuls apikal atau titik impuls maksimal (PMI) dan normalnya terletak
pada rongga interkostal kelima kiri pada garis medio-klavikularis. PMI dapat di auskultasi
pada tempat ini.
Palpasi pada prekordiun harus dilakukan dengan telapak tangan dahulu, baru
kemudian memakai ujung ujung jari. Palpasi mula-mula harus dilakukan dengan menekan
secara ringan dan kemudian dengan tekanan yang keras. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan
pasien, sedang pasien dalam sikap duduk dan kemudian berbaring terlentang. Telapak
tangan pemeriksa diletakkan pada prekordium dengan ujung-ujung jari menuju ke samping
kiri toraks. Hal ini dilakukan untuk memeriksa denyutan apeks. Setelah itu tangan kanan
pemeriksa menekan lebih keras untuk menilai kekuatan denyutan apeks. Jika denyut apeks
sudah ditemukan dengan palpasi menggunakan telapak tangan, kita palpasi denyut apeks
dengan memakai ujung-ujung jari telunjuk dan tengah.
Denyutan, getaran dan tarikan dapat diteliti dengan jalan palpasi baik ringan maupun
berat. Urutan palpasi dalam rangka pemeriksaan jantung adalah sebagai berikut :
16. 10
1. Pemeriksaan iktus cordis
Hal yang dinilai adalah teraba tidaknya iktus, dan apabila teraba dinilai kuat angkat
atau tidak. Kadang-kadang kita tidak dapat melihat, tetapi dapat meraba iktus. Pada
keadaan normal iktus cordis dapat teraba
pada ruang interkostal kiri V, agak ke
medial (2 cm) dari linea midklavikularis
kiri. Lokasi iktus kordis ini lebih mudah
ditentukan dengan menyuruh pasien
berbaring lebih ke arah kiri (posisi left
lateral decubitus) sehingga bagian apeks
lebih dekat ke dinding dada. Pada saat
memeriksa pasien wanita, mammae akan
menghalangi pemeriksaan palpasi. Sisihkan mammae ke arah atas atau lateral, mintalah
bantuan tangan pasien bila perlu. Apabila denyut iktus tidak dapat dipalpasi, bisa
diakibatkan karena dinding toraks yang tebal misalnya pada orang gemuk atau adanya
emfisema, tergantung pada hasil
pemeriksaan inspeksi dan perkusi.
Setelah iktus ditemukan,
karakteristik iktus dinilai dengan
menggunakan ujung-ujung jari dan
kemudian dengan 1 ujung jari.
Denyut iktus cordis sangat
kuat kalau pengeluaran darah dari jantung (output) besar. Dalam keadaan itu denyut
apeks memukul pada telapak tangan atau jari yang melakukan palpasi. Hal ini dapat
terjadi pada insufisiensi aorta dan insufisiensi mitralis. Pada keadaan hipertensi dan
stenosis aorta denyutan apeks juga kuat, akan tetapi tidak begitu kuat, kecuali jika
ventrikel kiri sudah melebar (dilatasi) dan mulai timbul keadaan decomp cordis.
Denyutan yang memukul pada daerah sebelah kiri sternum menandakan keadaan
abnormal yaitu ventrikel kanan yang hipertrofi dan melebar.Hal ini dapat terjadi pada
septum atrium yang berlubang, mungkin juga pada stenosis pulmonalis atau hipertensi
pulmonalis. Denyutan yang memukul akibat kelainan pada ventrikel kiri atau ventrikel
kanan dapat juga teraba di seluruh permukaan prekordium. Hal ini terjadi apabila
penjalaran denyutan menjadi sangat kuat karena jantung berada dekat sekali pada
dada.Namun, harus tetap ditentukan satu tempat dimana denyutan itu teraba paling keras.
17. 11
2. Pemeriksaan getaran / thrill
Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya kelainan katub bawaan atau
penyakit jantung congenital. Disini harus diperhatikan:
a. Lokalisasi dari getaran
b. Terjadinya getaran : saat systole atau diastole
c. Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila orang tersebut melakukan
pekerjaan fisik karena frekuensi jantung dan darah akan mengalir lebih cepat.
d. Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya akan terdengar bising
jantung.
Contoh pada kelainan jantung bawaan VSD akan teraba getaran sistolik di
parasternal kiri bawah dan pada stenosis pulmonal akan teraba getaran sistolik di
parasternal kiri atas. Pada kelainan jantung didapat seperti stenosis mitral akan teraba
getaran distolik di apeks jantung dan pada stenosis aorta akan teraba getaran sistolik di
bagian basis jantung.
3. Pemeriksaan gerakan trachea
Pada pemeriksaan jantung, trachea harus juga diperhatikan karena anatomi trachea
berhubungan dengan arkus aorta. Pada aneurisma aorta denyutan aorta menjalar ke
trachea dan denyutan ini dapat teraba. Cara pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan kedua jari telunjuknya diletakkan pada trachea
sedikit di bawah krikoid. Kemudian laring dan trachea diangkat ke atas oleh kedua jari
telunjuk itu. Jika ada aneurisma aorta maka tiap kali jantung berdenyut terasa oleh kedua
jari telunjuk itu bahwa trachea dan laring tertarik ke bawah.
2.2.3. Perkusi Jantung
Perkusi boleh tidak dilakukan kecuali bila pemeriksa menemukan pergeseran impuls
apikal dan mencurigai pembesaran jantung. Perkusi dilakukan untuk mengetahui bentuk dan
ukuran jantung secara kasar. Perkusi dilakukan dengan meletakkan jari tengah tangan kiri
sebagai landasan, rapat pada dinding dada. Perkusi dapat dilakukan dari semua arah menuju
jantung.
Selain itu perkusi dilakukan juga untuk menetapkan batas-batas jantung. Untuk
menentukan batas kanan dan kiri jantung, perkusi dikerjakan dari arah samping ke tengah
dada.
18. 12
1. Batas kiri jantung
Perkusi batas kiri redam jantung (LBCD - left border of cardiac dullness) dilakukan
dari lateral ke medial dimulai dari sela iga 5, 4 dan 3. LBCD terdapat kurang lebih 1-2 cm
di sebelah medial linea midklavikularis kiri dan bergeser 1 cm ke medial pada sela iga 4
dan 3. Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup relatif kita tetapkan sebagai
batas jantung kiri. Dengan cara tersebut kita akan dapatkan tempat iktus, yaitu normal
pada ruang interkostale V kiri agak ke medial dari linea midklavikularis sinistra, dan agak
di atas batas paru-hepar. Ini merupakan batas kiri bawah dari jantung.
Batas jantung sebelah kiri yang terletak di sebelah cranial iktus,pada ruang
interkostal II letaknya lebih dekat ke sternum daripada letak iktus cordis ke sternum,
kurang lebih di linea parasternalis kiri. Tempat ini sering disebut dengan pinggang
jantung. Sedangkan batas kiri atas dari jantung adalah ruang interkostal II kiri di linea
parasternalis kiri.
Pada beberapa orang yang dadanya sangat tebal atau obes atau menderita emfisema,
jantung terletak jauh di bawah permukaan dada sehingga bahkan batas kiri pun tidak jelas
kecuali bila membesar.
2. Batas kanan jantung
Batas kanan redam jantung (RBCD - right border of cardiac dullness) dilakukan
dengan perkusi bagian lateral kanan dari sternum. Batas kanan terletak dibawah batas
kanan sternum dan tidak dapat di deteksi. Perkusi juga dilakukan dari arah lateral ke
medial. Disini agak sulit menentukan batas jantung karena letaknya agak jauh dari
dinding depan thorak. Batas bawah kanan jantung adalah di sekitar ruang interkostal III-
IV kanan, di line parasternalis kanan. Sedangkan batas atasnya di ruang interkostal II
kanan linea parasternalis kanan.
Perkusi jantung mempunyai arti pada dua macam penyakit jantung yaitu efusi
pericardium dan aneurisma aorta. Kita ketahui bahwa pada emfisema daerah redup
jantung mengecil, tapi pada aneurisma aorta daerah redup jantung meluas sampai ke
sebelah kanan sternum sekitar ruang interkostal II. Suara perkusi pada sternumpun
menjadi redup. Pada efusi pericardium daerah redup jantung meluas terutama bagian
bawahnya sehingga bentuknya menyerupai bentuk jambu.
2.2.4. Auskultasi Jantung
Auskultasi jantung menggunakan alat stetoskop.Yang dipakai disini adalah stetoskop
duplek, yang memiliki dua corong yang dapat dipakai bergantian. Corong pertama
19. 13
berbentuk kerucut yang sangat baik untuk mendengarkan suara dengan frekuensi tinggi,
sedangkan corong yang kedua berbentuk lingkaran yang sangat baik untuk mendengarkan
bunyi dengan nada rendah.
Auskultasi dimulai dengan meletakkan stetoskop pada sela iga II kanan di dekat
sternum, sepanjang tepi kiri sternum dari sela iga II sampai V dan di apeks. Bagian
diafragma stetoskop dipergunakan untuk auskultasi bunyi jantung dengan nada tinggi seperti
BJ1 dan BJ2, bising dari regurgitasi aorta dan mitral serta bising gesek perikardium. Bagian
mangkuk stetoskop (bell) yang diletakkan dengan tekanan ringan lebih sensitif untuk suara-
suara dengan nada rendah seperti BJ3 dan BJ4 serta bising pada stenosis mitral. Letakkan
bagian mangkuk stetostop pada apeks lalu berpindah ke medial sepanjang tepi sternum ke
arah atas.
Ada 5 tempat utama stetoskop harus diletakkan untuk auskultasi. Tepat-tempat
tersebut antara lain:
1. Apeks atau apeks mitral: terbaik ditentukan secara palpasi pada denyutan apikal;
jika tidak teraba impuls, dengarkan pada ruang sela iga ke 5 kiri pada garis
midklavikularis.
2. Batas sternum kiri bawah (BSKiB) atau fokus trikuspid: ruang sela iga ke 4 tepat
pada batas sternum bagian kiri
3. Interkostalis ketiga kiri: tepat pada batas sternum kiri (fokus pulmonalis asesorius)
4. Sela iga kedua kiri, disebut juga batas sternum kiri atas (BSKiA) atau fokus
pulmonal: ruang sela iga kedua tepat pada batas sternum kiri.
5. Sela iga ke dua kanan atau fokus katup aorta: ruang sela iga kedua, tepat pada
batas sternum kanan.
20. 14
Pada auskultasi, selama beberapa pukulan jantung harus diusahan untuk
mendengarkan dan memusatkan perhatian pada bunyi I, setelah ada kepastian barulah
dipusatkan pada bunyi II. Pada auskultasi akan diperhatikan 2 hal, Yaitu :
a. Bunyi jantung : Bunyi jantung I (S1) dan Bunyi Jantung II (S2)
Bunyi normal jantung, S1
dan S2, terutama dihasilkan
oleh penutupan katup jantung.
Waktu antara S1 dan S2
berhubungan dengan sistolik
dan normalnya lebih pendek
dari waktu antara S2 dan S1
(diastolik). Bila frekuensi
jantung meningkat, diastole
akan memendek.
Pada fisiologi normal, periode sistolik dan diastolik tidak ter dengar bunyi. Namun
pada keadaan patologi ventrikel, dapat timbul bunyi pada sistolik dan diastolik yang
dinamakan gallop, penutupan (snap) dan klik.
Tekanan sistolik menggambarkan tekanan saat ventrikel mengalami kontraksi,
sementara tekanan diastolik merupakan tekanan saat relaksasi ventrikel. Selama sistolik,
katub aorta terbuka memungkinkan ejeksi darah dari ventrikel kiri ke aorta. Sementara
katub mitral menutup untuk mencegah darah mengalir kembali ke atrium kiri. Sebaliknya,
selama diastole katub aorta menutup, mencegah darah mengalami regurgitasi dari aorta
kembali ke ventrikel kiri, sementara katub mitral terbuka sehingga darah mengalir dari
atrium kiri menuju ventrikel kiri yang mengalami relaksasi. Pemahaman tentang tekanan
di dalam atrium kiri, ventrikel kiri dan aorta serta posisi dan gerakan katub sangat penting
untuk memahami bunyi-bunyi jantung.
Bunyi Jantung I
Selama fase sistolik, ventrikel kiri mulai berkontraksi, sehingga tekanan dalam
ventrikel kiri meningkat melebihi tekanan dalam atrium kiri, menyebabkan katub mitral
menutup. Getaran yang terjadi tersebut akan diproyeksikan pada dinding toraks yang kita
dengar sebagai bunyi jantung I. Meskipun bisa didengarkan di seluruh prekordium,
namun terdengar paling jelas pada apeks jantung (daerah mitral). Peningkatan tekanan
dalam ventrikel kiri menyebabkan katub aorta membuka. Pada kondisi patologis tertentu,
21. 15
pembukaan katub aorta disertai dengan bunyi ejeksi (Ej) pada awal sistolik (terdengar
segera setelah BJ1).
Intensitasnya meningkat bila daun katup mengeras akibat kalsium pada penyakit
jantung rematik dan pada keadaan yang menyebabkan katup tetap terbuka lebar saat
kontraksi ventrikel. Keadaan ini terjadi misalnya, ketika terjadi kontraksi prematur pada
siklus jantung normal. Bunyi jantung pertama bervariasi intensitasnya pada setiap
denyutan ketika kontraksi atrium tidak sinkron dengan kontraksi ventrikel. Mungkin
disebabkan karena katup tertutup sebagian atau sempurna pada satu denyutan dan tetap
terbuka atau paten pada denyutan berikutnya akibat fungsi aktivitas atrium yang tidak
teramr. Bunyi jantung pertama mudah sekali didengar dan dapat dipakai sebagai
pedoman bunyi lainnya sepanjang siklus.
Intensitas dari BJ I tergantung dari :
- Kekuatan kontraksi bilik dimana ini tergantung dari kekuatan otot bilik.
- Kecepatan naiknya desakan bilik
- Letak katub A – V pada waktu systole ventrikel
- Kondisi anatomis dari katub A – V
Daerah auskultasi untuk BJ I :
1. Pada iktus : katub mitralis terdengar baik disini.
2. Pada ruang interkostal IV – V kanan. Pada tepi sternum : katub trikuspidalis
terdengar disini
3. Pada ruang interkostal III kiri, pada tepi sternum, merupakan tempat yang baik
pula untuk mendengar katub mitral.
Intensitas BJ I akan bertambah pada apek pada:
- stenosis mitral
- interval PR (pada EKG) yang begitu pendek
- pada kontraksi ventrikel yang kuat dan aliran darah yang cepat misalnya [ada
kerja fisik, emosi, anemi, demam dll.
Intensitas BJ I melemah pada apeks pada :
- shock hebat
- interval PR yang memanjang
- decompensasi hebat
22. 16
Bunyi Jantung II
Bunyi jantung ke dua (S2) dihasilkan oleh penutupan katup aorta dan a. Pulmonalis
pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada permulaan diastole. Meskipun kedua kalup
ini menutup hampir bersamaan, katup pulmonal biasanya menutup agak belakangan.
Maka, pada keadaan tertentu, kedua komponen bunyi kedua dapat terdengar terpisah
(split S2). Split biasanya semakin jelas saat inspirasi dan menghilang saat ekspirasi.
(Lebih banyak darah disemburkan dari ventrikel kanan selama inspirasi; lebih sedikit
darah disemburkan saat ekspirasi.)
S2 paling keras terdengar pada basis jantung. Komponen aorta bunyi kedua
terdengar jelas baik pada daerah aorta maupun pulmonal, dan terdengar kurang jelas pada
apeks. Komponen pulmonal bunyi kedua bila ada, hanya terdengar pada daerah pulmonal.
Jadi, kita hanya akan mendengar bunyi jantung kedua "tunggal" pada daerah aorta dan
split bunyi jantung kedua pada daerah pulmonal.
BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I. Pada anak-anak dan dewasa muda
akan didengarkan BJ II pulmonal lebih keras daripada BJ II aortal. Pada orang dewasa
didapatkan BJ II aortal lebih keras daripada BJ II pulmonal. Intensitas BJ II aorta akan
bertambah pada :
- hipertensi
- arterisklerosis aorta yang sangat.
Intensitas BJ II pulmonal bertambah pada kenaikan desakan a. pulmonalis,
misalnya pada : kelemahan bilik kiri, stenosis mitralis, cor pulmonal kronik, kelainan cor
congenital.
BJ II menjadi kembar pada penutupan yang tidak bersama-sama dari katub aorta
dan pulmonal. terdengar jelas pada basis jantung. BJ I dan II akan melemah pada :
- orang yang gemuk
- emfisema paru-paru
- perikarditis eksudatif
- penyakit-penyakit yang menyebabkan kelemahan otot jantung.
23. 17
Bunyi Gallop
Bila pengisian darah ke ventrikel terhambat selama diastolik, seperti terjadi pada
berbagai keadaan penyakit, maka akan terjadi getaran sementara pada saat diastolik,
serupa dengan bunyi jantung pertama dan kedua meskipun lebih halus. Maka bunyi
jantung menjadi triplet dan
menimbulkan efek akustik
seperti gallop kuda; sehingga
disebut gallop. Bunyi ini dapat
terjadi pada awal diastolik,
selama fase pengisian cepat
siklus jantung, atau pada akhir
kontraksi atrium.
Bunyi gallop yang terjadi selama pengisian cepat ventrikel dinamakan suara ketiga
(S3) dan merupakan temuan normal pada anak dan dewasa muda. Suara ini terdengar
pada pasien yang mengalami penyakit miokard atau yang menderita gagal jantung
kongestif dan yang venirikelnya gagal menycmburkan semua darah selama sisiolik.
Gallop S3 paling jelas terdengar pada paslen yang berbaring pada sisi kiri.
Bunyi gallop yang
terdengar pada saat konlraksi
atrium dinamakan suara
jantung keempat (S4). S4
sering terdengar bila
ventrikel membesar atau
hipertrofi sehingga ada
lahanan pengisian. Keadaan
tersebut terjadi pada
penyakit arteri koroner, hipertensi, atau stenosis katup aorta. Meskipun Jarang, keempat
suara jantung dapat terdengar dalam satu siklus jantung, sehingga dinamakan irama
kuadrupel.
Bunyi gallop mempunyai frekuensi rendah dan hanya dapat didengar melalui
corong stetoskop yang diletakkan pada dinding dada. Tanpa ditekan bunyi tersebut
terdengar -paling baik di apeks, meskipun kadang-kadang dapat juga terdengar di sisi kiri
sternum.
24. 18
Snap dan Klik
Stenosis katup mitral akibat penyakit jantung rematik menimbulkan bunyi sangat
dini pada diastolik dengan nada tinggi dan paling jelas terdengar sepanjang batas kiri
sternum. Bunyi ini ditimbulkan oleh tekanan tinggi di atrium kiri dengan gerakan
mendadak katup mitral yang kaku. Bunyi ini dinamakan snap pembukaan. Terjadi lama
setelah bunyi kedua dan sering keliru dengan split bunyi kedua dan terjadi sangat awal
pada diastolik sehingga sering keliru dengan gallop. Bunyi tersebut hampir selalu
berhubungan dengan murmur stenosis mitral dan khas untuk kelainan ini.
Dengan cara yang sama, stenosis katup aorta menim bulkan suara pendek bernada
tinggi segera setelah bunyi jantung periama yang dinamakan klik. ejeksi. Bunyi ini
disebabkan oleh tekanan tinggi dalam ventrikel, menggerakkan katup aorta yang kaku
dan mengalami kalsifikasi.
b. Bising jantung / cardiac murmur
Murmur terjadi akibat turbulensi aliran darah. Penyebab turbulensi dapat karena
penyempitan kritis katup, katup yang tidak berfungsi baik, yang menyebabkan regurgitasi
aliran darah; defek kongenital dinding ventrikel atau defek antara aorta dan arteri
pulmonalis; atau peningkatan aliran darah melalui struktur yang normal (mis., pada
demara, kehamilan, hipertiroidisme). Murmur ditandai oleh beberapa sifat, meliputi saat
terjadinya dalam siklus jantung, lokasinya di dinding dada, intensitas, nada, kualitas, dan
pola penyebarannya.
Yang harus dinilai bila terdengar bising jantung adalah kapan terdengar, bentuk,
lokasi di mana bising terdengar paling keras, radiasi/ transmisi bising dari tempatnya
paling keras terdengar, intensitas bising, nada dan kualitas bising.
1. Kapan bising terdengar?
Apakah bising terdapat antara BJ I dan BJ II (=bising systole), ataukah bising
terdapat antara BJ II dan BJ I (=bising diastole). Palpasi nadi karotis sambil
mendengarkan bising jantung dapat membantu menentukan bising terjadi saat
sistolik atau diastolik. Bising yang terdengar bersamaan dengan denyut karotis
adalah bising sistolik. Bising sistolik terjadi pada penyakit katub, namun dapat juga
terjadi pada jantung tanpa kelainan anatomis, sementara bising diastolik terjadi
pada gangguan katub.
25. 19
Penting untuk mengidentifikasi kapan bising terdengar selama fase sistolik dan
diastolik (hanya pada awal, di tengah, pada akhir atau selama sistolik dan
diastolik).
2. Bentuk:
Bentuk atau konfigurasi murmur adalah intensitas bising dari waktu ke waktu
selama terdengar.
a. Bising crescendo : intensitas makin keras (misalnya bising presistolik pada
stenosis mitral).
b. Bising decrescendo : intensitas makin berkurang (misalnya bising early
diastolic pada regurgitasi katub aorta).
c. Bising crescendo-decrescendo : mula-mula intensitas bising makin meningkat,
kemudian menurun (misalnya bising midsistolik pada stenosis aorta atau
bising innocent).
d. Bising plateau : intensitas bising tetap (misalnya bising pansistolik pada
regurgitasi mitral).
3. Lokasi dimana bising terdengar paling keras:
Lokasi untuk mendeteksi murmur pada dinding dada sangat penting karena
berkaitan dengan asal bising. Murmur hanya dapat didengar pada apeks atau lebih
luas ke seluruh dinding dada, atau sepanjang batas kiri sternum antara rongga
interkostal tiga dan empat tergantung tipe kelainan katup, misalnya “bising paling
jelas terdengar di sela iga ke-2 kanan, dekat tepi sternum” menunjukan asal bising
dari katub aorta.
4. Radiasi/transmisi bising dari tempatnya terdengar paling keras :
Transmisi bising tidak saja menunjukkan asal bising tetapi juga intensitas
bising dan arah aliran darah. Lakukan auskultasi di beberapa area di sekeliling
lokasi di mana bising paling jelas terdengar dan tentukan sampai di mana bising
masih dapat didengar. Misalnya bising pada stenosis aorta bisa terdengar demikian
jauh sampai ke leher (mengikuti aliran darah).
5. Intensitas bising.
Gradasi intensitas bising dibagi dalam 6 skala dan dinyatakan dalan bentuk
pecahan (misalnya grade 2/6)
- Grade 1: sangat lembut, bising yang paling lemah yang dapat didengar.
Bising ini baru terdengar dalam waktu agak lama setelah pemeriksa sungguh-
26. 20
sungguh berkonsentrasi untuk menyakinkan apakah besar-benar merupakan
suara bising. Bising ini tidak terdengar pada semua posisi.
- Grade 2 : lembut, tapi dapat segera terdengar begitu stetostop diletakkan pada
area auskultasi.
- Grade 3 : cukup keras
- Grade 4 : keras, teraba thrill
- Grade 5 : sangat keras, disertai thrill, tapi tak dapat didengar bila stetoskop
tidak diletakkan pada dinding dada.
- Grade 6 : sangat keras, disertai thrill, dapat didengar dengan seluruh bagian
stetoskop sedikit diangkat dari permukaan auskultasi (dapat didengar
walaupun tak menggunakan stetoskop.)
6. Nada : dikategorikan sebagai nada tinggi, sedang dan rendah.
7. Kualitas bising : kualitas bising dideskripsikan sebagai blowing, harsh, rumbling,
dan musikal.
Perhatikan kualitas dari bising, apakah kasar, halus, bising gesek, bising yang
meniup, bising yang melagu. Secara klinis, bising dapat dibagi menjadi :
1) Bising fisiologis. Biasanya bising yang sistolik berupa bising yang fisiologis,
dan jarang patologis. Tetapi bising diastolic selalu merupakan hal yang
patologis. Sifat-sifat bising fisiologis adalah sbb :
a. Biasanya bersifat meniup
b. Tak pernah disertai getaran
c. Biasanya tidak begitu kerasa tetapi lebih dari derajat II
d. Pada auskultasi terdengar baik pada sikap terlentanbg dan pada waktu
ekspirasi
e. Dapat diauskultasi paling baik di ruang interkostal II – III kiri pada tempat
konus pulmonalis.
2) Bising patologis
Seperti sudah dijelaskan bahwa bising diastolic pasti patologis, sedang
bising sistolik bias fisiologis, bisa patologis. Bising sistolik yang terdapat pada
apeks biasanya patologis. Sifatnya meniup, intensitasnya tak tentu, lamanya juga
tak tentu. Keadaan-keadaan ini sering dijumpai bising sistolik pada apeks :
a. Insufisiensi mitralis organic missal pada cacat katub karena reuma.
27. 21
b. Pembesaran hebat dari bilik kiri, sehingga annulus fibrosis relatif lebih besar
daripada valvula mitralis. Jadi disini ada insufisiensi mitral relatif. Hal ini
terdapat pada miodegenerasi dan hipertensi hebat.
c. Anemia dan hipertiroid atau demam. Bising disini terjadi karena darah
megalir lebih cepat.
d. Stenosis aorta. Disini akan dijumpai adanya bising sistolik pada aorta, yang
kemudian dihantarkan ke apeks jantung. Sehingga pada apeks akan
terdengar bunyi yang lebih lemah daripada aorta
Karakteristik yang lain yang harus dinilai dari bunyi jantung dan bising adalah
pengaruh perubahan posisi tubuh, respirasi atau manuver pemeriksaan terhadap bunyi
jantung dan bising. Bising yang berasal dari sisi kanan jantung biasanya cenderung
berubah bila ada perubahan posisi pasien.
Sehingga deskripsi lengkap pelaporan bising adalah sebagai berikut: misalnya pada
regurgitasi aorta, “pada auskultasi terdengar bising decrescendo dengan kualitas bising
seperti tiupan (blowing), terdengar paling keras pada sela iga ke-4 kiri, dengan
penjalaran ke arah apeks”.
INTERPRETASI SUARA JANTUNG
Untuk menginterpretasi suara jantung, kita harus mempunyai pengetahuan yang rinci
mengenai fisiologi jantung dan patofisiologi penyakit jantung. Ada berbagai tingkat
kecakapan perawat yang harus dipenuhi sesuai tingkatannya.
Tingkat pertama perawat hanya perlu menentukan bahwa bunyi yang terdengar tidak
normal. Temuan tersebut harus diberitahukan kepada dokter untuk di tindak lanjuti.
Tingkat kedua meliputi pengenalan pola. Perawat dengan tepat mampu mengolah
temuan yang didapat dan mampu mengenali kontelasi suara dan kepentingan dianostiknya
yang penting. Perawat yang sudah berpengalaman mempunyai keterampilan dalam tahap ini.
Pada tingkat yang paling canggih, perawat dapat menginterpretasikan diagnosa
jantung. Perawat memiliki keterampilan tinggi mampu membedakan berbagai disritmia dan
melakukan tindakan yg sesuai. Mereka dapat menentukan makna dari ada atau tidaknya
gallop selama perawatan pasien yang menderita infark miokard atau yang menderita gagal
jantung. Peran ini harus dimiliki oleh seorang perawat koroner dan perawat yang
mengkhususkan diri dalam kardiovaskuler klinis. Mereka bekerjasama dengan satu tim
profesional kesehatan lainnya dimana diagnosis kardiovaskuler yang sangat rinci menjadi
keterampilan yang tinggi.
28. 22
CARA AUSKULTASI JANTUNG
1. Lakukan auskultasi di seluruh prekordium dengan posisi pasien terlentang.
2. Pasien berbaring miring ke kiri (left lateral decubitus) sehingga ventrikel kiri lebih
dekat ke permukaan dinding dada (gambar 7).
- Tempatkan bagian mangkuk dari stetoskop di daerah impuls apeks (iktus).
- Posisi ini membuat bising-bising area katub mitral (misalnya pada stenosis mitral)
dan bunyi jantung akibat kelainan bagian kiri jantung (misalnya BJ3 dan BJ4) lebih
jelas terdengar.
3. Pasien diminta untuk duduk dengan sedikit membungkuk ke depan (gambar 9)
- Mintalah pasien untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi maksimal kemudian
sejenak menahan nafas.
- Bagian diafragma dari stetoskop diletakkan pada permukaan auskultasi dengan
tekanan ringan.
29. 23
- Lakukan auskultasi di sepanjang tepi sternum sisi kiri dan di apeks, dengan secara
periodik memberi kesempatan pasien untuk mengambil nafas.
- Posisi ini membuat bising-bising yang berasal dari daerah aorta lebih jelas terdengar.
2.3. Pemeriksaan Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri, dan
volume, laju serta kekentalan (viskositas) darah.
Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik.
Tekanan diastolik adalah tekanan terendah, yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan
darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik,
dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah
normal biasanya 120/80.
Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik dinamakan tekanan nadi.
Nilai normalnya sekitar 40 mm Hg. Peningkatan tekanan darah dinamakan hipertensi;
penurunan disebut hipotensi. Bila hanya tekan sistolik saja yang meningkat (hipertensi
sistolik), terjadilah pelebaran tekanan nadi. Hal ini terjadi pada aterosklerosis (pengerasan
arteri) dan pada tirotoksikosis.
Peningkatan tekanan diastolik selalu diikuti dengan tekanan sistolik. Peningkatan
tekanan diastolik sampai 95 mmmHg harus diperhatikan terutama pada pasien muda;
peningkatan tekanan diastolik melebihi 95 mm Hg menunjukkan hipertensi yang sebenarnya
dan memerlukan penelitian dan pengontrolan.
PENGUKURAN TEKANAN DARAH
Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak langsung. Pada metode
langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri. Pengukuran tidak langsung dilakukan
dengan sfigmomanometcr dan stetoskop.
Sfigmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur
tekanan yang berhubungan dengan rongga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian
rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan dalam milimeter
air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis. Manset dibalutkan dengan kencang dan
lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan pompa.
Tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut radial atau brakial menghilang.
Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri
30. 24
brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mm Hg di atas titik
hilangnya denyutan radial. Manset kemudian dikempiskan perlahan dan dilakukan
pembacaan secara auskultasi maupun palpasi.
Dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih
akurat. Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang berbentuk corong atau
diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku (rongga antekubital),
yang merupakan titik di mana arteri brakialis muncul di antara kedua kaput otot biseps.
Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mm Hg perdetik, sementara kita
mendengarkan awitan bunyi berdetak, yang menunjukkan tekanan darah sistolik.
Bunyi tersebut, yang dikenal sebagai bunyi Korotkoff terjadi bersamaan dengan detak
jantung, dan akan terus terdengar dari arteri brakhialis sampai tekanan dalam manset turun di
bawah tekanan diastolik. Pada titik tersebut, bunyi akan menghilang. Dalam praktek
sebenarnya, bunyi menjadi lebih sember (karakternya berubah) saat diastolik tercapai dan
kemudian menghilang sekitar 10mm Hg di bawah tekanan diastolic.
2.4. Pemeriksaan Pembuluh Darah Perifer (Pemeriksaan Nadi)
Pada pemeriksaan pembuluh darah perifer hal yang biasa dilakukan adalah palpasi nadi.
Faktor- faktor yang perlu di evaluasi adalah kecepatan, irama, kualitas, konfigurasi
gelombang nadi dan kualitas pembuluh darah. Pada pemeriksaan yang rutin yang dilakukan
adalah palpasi nadi dari a. radialis. Pada palpasi nadi harus diperhatikan hal-hal di bawah ini :
1. Frekuensi nadi
Frekuensi nadi adalah jumlah denyut nadi selama 1 menit. Frekuensi nadi yang
normal pada orang dewasa adalah antara 60 – 90, biasanya 70 – 75. Pada anak-anak dan
wanita frekuensi sedilikt lebih cepat. Demikin juga halnya pada waktu berdiri, sedang
makan, mengeluarkan tenaga, atau waktu mengalami emosi. Frekuensi nadi yang
dianggap abnormal adalah lebih dari 100 dan kurang dari 60.Nadi yang cepat dikenal
dengan takikardi atau pulsus frekuens sedangkan nadi yang lambat dikenal dengan
bradikardi atau pulsus rarus. Takikardi dijumpai pada demam tinggi, tirotoksikosis,
infeksi streptokokus, difteri dan berbagai jenis penyakit jantung sepert supraventrikuler
takikardia paroksismal. Bradikardi terdapt pada penyakit miksudema, penyakit kuning,
demam enteritis, dan tifoid.
2. Tegangan
Tegangan nadi tergantung dari desakan darah. Cara memeriksanya adalah: Tangan
kanan penderita diletakkan dengan telapak tangan menghadap ke atas dan disandarkan
pada ibu jari pemeriksa. Di atas a. radialis diletakkan berjajar jari telunjuk, tari tengah,
31. 25
dan jari manis. Telunjuk menekan a. radialis sehingga a. radialis menutup, setelah itu
dengan jari manis kita tekan a. radialis perlahan-lahan sampai jari tengah tak merasakan
adanya pulsasi lagi. Jadi kesan besarnya desakan darah diperoleh dari jari manis yang
menghil;angkan pulsasi. Untuk ini, kita harus melatih diri supaya dapat mengetahui
tegangan nadi.
3. Irama nadi
Irama nadi dibedakan menjadi reguler/teratur dan irreguler/tidak teratur. Pada orang
sehat denyut nadi biasanya teratur, tetapi nadi yang tidak teratur belum tentu abnormal.
Aritmia sinus adalah gangguan irama nadi, dimana frekuensi nadi menjadi cepat pada
waktu inspirasi dan melambat pada waktu ekspirasi. Hal demikian adalah normal dan
mudah dijumpai pada anak-anak.
Ketidakteraturan minimal pada nadi masih dianggap normal. Kecepatan nadi,
terutama pada orang muda, meningkat selama inspirasi dan melambat selama ekspirasi.
Dinamakan disritmia sinus. Untuk pemeriksaan jantung awal atau bila irama nadi tidak
teratur, maka frekuensi jantung harus dihitung dengan mengauskultasi denyut apikal
selama satu menit penuh sambil meraba denyut nadi.
Jenis nadi tak teratur lainnya adalah abnormal. Pada gangguan hantaran jantung
dapat terjadi keadaan dimana tiap-tiap dua denyut jantung dipisahkan oleh waktu yang
lama, karena satu diantara tiap-tiap dua denyut menghilang. Nadi semacam ini dinamakan
pulsus bigeminus. Kalau tiap 2-3 denyut diceraikan oleh waktu yang lama dinamakan
pulsus trigeminus. Masa antara denyutan nadi (interval) yang memanjang dapat
ditemukan juga jika terdapat satu denyutan tambahan yang tibul lebih dini daripada
denyutan-denyutan lain yang menyusulnya. Denyutan ini dinamakan denyutan ekstra-
sistolik. Nadi yang sama sekali tak teratur dikenal sebagai pulsus iregularis totalis dan
nadi ini merupakan gejala dari fibrilasi atrium.
4. Macam-macam denyut nadi
Tiap denyut nadi dapat dilukiskan sebagai satu gelombang yang terdiri dari bagian
yang meningkat, bagian yang menurun dan puncaknya. Dengan cara palpasi kita dapat
menafsirkan gelombang tersebut. Gelombang nadi yang lemah mempunyai puncak yang
tumpul dan rendah. Denyut nadi itu sifatnya seolah-olah merangkak. Nadi semacam ini
dinamakan pulsus anakrot, yang khas terdapat pada stenosis aorta. Sebaliknya denyut
nadi yang terasa seolah-olah meloncat tinggi, yaitu denyutan yang meningkat tinggi dan
menurun secara cepat sekali, adalah khas untuk insufisiensi aorta, nadi semacam ini
dinamakan pulsus seler.
32. 26
Ada juga denyut nadi yang dinamakan pulsus paradoksus, yaitu denyut nadi yang
menjadi semakin lemah selama inspirasi bahkan menghilang sama sekali pada bagian
akhir inspirasi untuk timbul kembali pada saat ekspirasi. Nadi semacam ini menunjukkan
adanya pericarditis konstriktiva dan efusi perikardium. Pulsus alternans adalah nadi yang
mempunyai denyut yang kuat dan lemah berganti-ganti. Hali ini menandakan adanya
kerusakan pada otot jantung.
5. Isi nadi
Isi nadi ditentukan oleh faktor dari dalam jantung dan faktor dari dalam pembuluh
darah. Dibedakan menjadi isi nadi normal, isi nadi kurang/pulsus parvus, isi nadi
besar/pulsus magnus. Pada tiap denyut nadi sejumlah darah melewati bagian tertentu dari
arteri. Banyaknya jumlah darah ini dicerminkan oleh tingginya puncak gelombang nadi.
Jika suatu denyutan terasa mendorong jari yang malakukan palpasi, maka dikatakan
bahwa nadi itu besar disebut dengan pulsus magnus. Sebaliknya pada gelombang nadi
yang kecil, jumlah darah yang melalui arteri kecil, disebut dengan pulsus parvus.
Nadi yang besar dijumpai pada waktu orang mengeluarkan tenaga atau jika ada
demam tinggi yang akut. Pada pulsus seler didapati denyut yang besar, akan tetapi datang
dan hilangnya denyutan pada pulsus seler cepat sekali. Pulsus parvus dijumpai pada
perdarahan, infark cordis, dan stenosis aorta. Isi nadi juga mencerminkan perbedaan
antara tekanan sistolik dan diastolik yang dikenal sebagai tekanan nadi.
6. Bandingkan nadi a.radialis kiri dan kanan.
Jika tidak sama disebut nadi tak sama (pulsus differens). Pulsus differens
disebabkan :
a. Kelainan a. radialis, yaitu a. radialis tetap kecil bentuknya, sehingga a. ulnaris yang
membesar. Di sini a. ulnaris harus diperiksa dengan cara meraba sebelah dalam
m.flexor carpi ulnaris.
b. Penyakit pada pangkal a. anonyma, a. subclavia, aorta yaitu aneurisma aorta. Hal ini
menyebabkan desakan antara lengan kanan dan kiri tidak sama.
7. Keadaan dinding arteri.
Pada arterisclerosis dinding akan teraba abnormal keras, kadang-kadang bahkan
seperti pipa kerasnya, sedangkan pembuluh tadi dapat kita guling-gulingkan kesana
kemari. Bila tingkatan sklerosis berlanjut, pembuluh juga akan mengalami pemanjangan
sehingga berkelok-kelok. Keadaan ini dapat terlihat jelas pada a. brachialis. Pada keadaan
normal, dinding arteri akan teraba kenyal.
33. 27
2.5. Pemeriksaan Tangan
Pada pasien jantung, hal-hal yang paling penting diperhatikan saat pemeriksaan
ekstremitas atas :
Sianosis perifer , dimana kulit tampak kebiruan, menunjukkan penurunan kecepatan
aliran darah ke perifer, sehingga perlu waktu yang lebih lama bagi hemoglobin
mengalami desaturas. Normal terjadi pada vasokonstriksi perifer akibat udara dingii, atau
pada penurunan aliran darah patologis, misalnya syok jantung.
Pucat dapat menandakan anemia atau peningkatan tahanan vaskuler sistemik.
Waktu pengisian kapiler merupakan dasar memperkirakan kecepatan aliran darah perifer.
Untuk menguji pengisian kapiler, tekanlah dengan kuat ujung jari dan kemudian lepaskan
dengan cepat. Secara normal, reperfusi terjadi hampir seketika dengan kembalinya warna
pada jari. Reperfusi yang melambat menunjukkan kecepatan aliran darah perifer yang
melambat, seperti terjadi pada gagal jantung.
Temperatur dan kelembaban tangan dikontrol oleh sistem saraf otonom. Normalnya
tangan terasa hangat dan kering. Pada keadaan stress, akan terasa dingin dan lembab.
Pada syok jantung, tangan sangat dingin dan basah akibat stimulasi sistem saraf simpatis
dan mengakibatkan vasokontriksi.
Edema meregangkan kulit dan membuatnya susah dilipat.
Penurunan turgor kulit terjadi pada dehidrasi dan penuaan.
Penggandaan (clubbing) jari tangan dan jari kaki meununjukkan desaturasi hemoglobin
kronis, seperti pada penyakit jantung kongenital
2.6. Pemeriksaan Kepala
Pemeriksaan kepala sebagai bagian pengkajian kardiovaskuler difokuskan untuk
mengkaji bibir dan cuping telinga guna mengetahui adanya sianosis perifer atau kebiruan.
Sianosis perifer disebabkan oleh penurunan aliran darah ke perifer. Semakin banyak oksigen
yang dilepaskan dari hemoglobin, akan menimbulkan warna kebiruan.
Perkiraan fungsi jantung kanan dapat dibuat dengan mengamati denyutan, vena
jugularis di leher. Ini merupkan cara memperkirakan tekanan vena sentral, yang
mencerminkan tekanan akhir diastolik atrium kanan atau ventrikel kanan (tekanan sesaat
sebelum kontraksi ventrilel kanan).
Distensi vena jugularis disebabkan oleh peningkatan volume dan tekanan pengisian
pada sisi kanan jantung. Tekanan vena juguler diperiksa sebagai berikut :
34. 28
Mulailah dengan pasien dalam posisi supine, dengan kepala dinaikkan setinggi 15 sampai
30 derajat pada tempat tidur atau meja pemeriksaan.
Kepala pasien harus sedikit dipalingkan menjauhi sisi leher yang akan diperiksa
Carilah vena jugularis eksterna
Carilah denyutan vena jugularis
interna. (Bedakan denyutan ini dengan
denyutan dari arteri karotis interna di
sebelahnya)
Tentukan titik tertinggi dimana
denyutan vena jugularis interna masih
terlihat
Dengan menggunakan penggaris
sentimeter, ukurlah jarak ventrikel
antara titik ini dengan sudut sternal
(gambar. 26-6)
Catatlah jarak dalam sentimeter dan tentukan sudut kemiringan pasien berbaring (mis.
"Denyut vena jugularis 5 cm di atas sudut sternal, dengan kepala dinaikkan 30 derajat")
Pengukuran yang lebih dari 3 sampai 4 cm di atas sudut sternal dianggap suatu
peningkatan.
35. 29
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pemeriksaan susunan kardiovaskuler dalam pemeriksaan klinis umum terdiri dari
pemeriksaan jantung dan aorta serta pemeriksaan pembuluh darah perifer. Pemeriksaan fisik
jantung dan pembuluh darah besar dimulai setelah dilakukan inspeksi payudara dan palpasi
aksila.
Perlengkapan yang diperlukan unuk melakukan pemeriksaan meliputi kamar yang sunyi
untu mempertajam akurasi auskultasi, penerangan yang baik dan dada pasien terbuka untuk
inspeksi prekordium, kamar dan tangan pemeriksa yang hangat agar palpasi menyenangkan,
dan stetoskop dengan bel dan diafragma.
3.2. Saran
a. Da
b.
36. 30
DAFTAR PUSTAKA
Ethel, Sloane. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Smeltzer, Suzanne C., et. Al. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth. Vol. 1. E/8. Jakarta: EGC
Sudoyo, Aryu W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Kelima Jilid II. Jakarta: Internal
Publishing
Willms, Janice L., et. Al. 2005. Diagnosis Fisik: Evaluasi Diagnosis & Fungsi di Bangsa.
Jakarta: EGC
Jurnal FK UNS
Jurnal Medik Unsoed