Modul ini membahas tentang kegawatdaruratan psikiatri yang ditandai oleh gangguan pikiran, perasaan, dan perilaku yang membutuhkan perhatian dan intervensi segera seperti gaduh gelisah, agitasi, agresif, kekerasan, dan percobaan bunuh diri. Dokumen ini memberikan algoritma dan strategi penanganan pasien dengan kegawatdaruratan psikiatri seperti modifikasi lingkungan, wawancara, penilaian, tatalaksana, serta obat-ob
2. Suatu kondisi yang ditandai oleh
adanya gangguan pada pikiran,
perasaan dan perilaku seseorang
yang memerlukan perhatian dan
intervensi terapeutik SEGERA
Kegawatdaruratan
psikiatri
Gaduh gelisah
agitasi
agresif
kekerasan
Percobaan
bunuh diri
KEGAWAT
DARURATAN
PSIKIATRI
4. STRATEGI UMUM PENANGANAN PASIEN
DENGAN KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI
STRATEGI UMUM
• Lakukan penilaian adanya bahaya melukai/menyakiti diri
sendiri maupun orang lain.
• Dapat dilakukan di dalam maupun di luar gedung layanan
kesehatan.
• Penting untuk memperhatikan keselamatan staf, anggota tim
dan keselamatan pasien
• Jangan menolong sendiri, minimal 4 orang dalam 1 tim
• Cegah perlukaan
• Cek benda-benda berbahaya yang mungkin disembunyikan
seperti senjata, gunting, pisau atau benda berbahaya lainnya.
• Menyadari bahwa semua pasien memiliki potensi untuk
melakukan kekerasan.
5. STRATEGI UMUM PENANGANAN PASIEN
DENGAN KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI
MODIFIKASI LINGKUNGAN
• Ciptakan lingkungan dengan kebisingan minimal
atau rangsangan minimal untuk mengurangi
kecemasan pasien.
• Pencahayaan ruangan cukup untuk mengurangi
ilusi dan mispersepsi lingkungan yang dapat
meningkatkan risiko perilaku kekerasan atau
agresif.
• Ciptakan lingkungan yang aman dan tidak
mengancam.
6. PRINSIP WAWANCARA DALAM
KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI
• Lakukan pengkajian pada area yang tertutup
(privasi)
• Ciptakan hubungan terapeutik
• Yakinkan bahwa pasien berada di tempat yang
aman
• Lakukan komunikasi terapeutik :
bicara dengan tenang, ajak pasien untuk tenang
vokal jelas dan nada suara tegas
intonasi rendah
gerakan tidak tergesa-gesa
pertahankan posisi tubuh
hargai dan bicara dengan sopan kepada pasien
7. STRATEGI UMUM PENANGANAN PASIEN
DENGAN KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI
• Kumpulkan sebanyak mungkin informasi
• Pertanyaan fokus pd keluhan saat ini, kalimat
pendek dan mudah dipahami
• Tetap mempertahankan keselamatan petugas dan
pasien (jarak aman 2-3 langkah dr pasien)
• Singkirkan kemungkinan masalah terkait penyakit
fisik, ketergantungan zat/alkohol yang mungkin
mengancam nyawa, pertimbangkan gangguan jiwa
lain bila hal2 tersebut bisa disingkirkan
• Nilai derajat fungsi, berat ringannya gejala psikiatri,
adanya penyakit penyerta, kualitas dan ketersediaan
sistem pendukung
8. TATALAKSANA UMUM
KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI
Yang perlu dilakukan :
- Berpikir dan bersikap kritis
- Tetap tenang
- Perlu kontrol thd perasaan bingung,
aneh, atau depresi
- Bersikap suportif
- Jaga jarak aman
- Tawarkan pilihan : mengontrol diri,
minum obat, atau dibantu dg fiksasi
- Tegaskan bahwa perilaku kekerasan
tdk diperkenankan
- Lakukan dokumentasi
Yang harus dihindari :
- Mengancam
- Mentertawakan
- Merasa tdk adekuat
atau sangat tidak pasti
- Merasa terancam
- Menghakimi
- Marah thd keluarga
yg membawa
9. PEMERIKSAAN YG DILAKUKAN PADA PASIEN
DENGAN KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI
PEMERIKSAAN
FISIK DAN
NEUROLOGIK
PEMERIKSAAN
STATUS
MENTAL
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
(bila perlu dan
tersedia)
> 40 tahun :
- skrining
toksikologi,
- EKG,
- rontgen,
- laboratorium
10. PENANGANAN KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI
TENAGA
KESEHATAN :
- Dokter
- Perawat
- bidan
TOKOH
MASYARAKAT :
- lurah/kades
- RT,RW
- Tokoh agama
- Tokoh wanita
TENAGA
KEAMANAN :
- satpam hansip
- Pamong praja
- Kemanan desa
11. Alat-alat untuk kegawatdaruratan psikiatri
Alat fiksasi kaki dan
tangan:
- Kain yg kuat & halus
- 40 cm x 20 cm x 0,5
cm
- 2 tali pengikat : utk
manset & ke tempat
tidur
- 4 buah : utk lengan
& tungkai
Jaket fiksasi :
untuk pasien
dg
hiperaktifitas
motorik
Alat injeksi :
spuit 3 cc
14. Gaduh gelisah
Perilaku agitasi Perilaku kekerasan
Aktifitas motorik atau verbal yang
meningkat dan tidak bertujuan
Agresi fisik yang bertujuan untuk
melukai orang lain
Manifestasi :
ketakutan/kecemasan yang
berlebihan
Hostilitas/ permusuhan
Peningkatan psikomotor
Perilaku destruktif
Kekasaran atau mengancam
Iritabilitas
Respons yang berlebihan terhadap
stimulasi
Daya nilai terganggu
15. Perilaku agitasi dapat disebabkan oleh :
Gangguan mental organik : kondisi medis umum yang
dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat
Gangguan penyalahgunaan napza
Gangguan psikotik
Gangguan mood
Gangguan kepribadian
16. Pasien dapat datang dengan :
• aktivitas motorik yang berlebihan, tidak
sesuai dan tidak bertujuan
• Menyerang
• Kontrol impuls yang buruk
• Postur tegang dan condong ke depan
• Merusak lingkungan
• Kontak mata melotot
• Ketakutan dan/atau anxietas yang berat
17. Pasien dapat datang dengan :
• Iritabilitas yang dapat meningkat intensitasnya
menjadi perilaku yang mengancam
• Ketidakmampuan untuk menganalisis situasi
dengan baik
• Isi pembicaraan berlebihan dan bersifat
menghina
• Tekanan suara keras dan menuntut
• Marah-marah
• Dendam
• Merasa tidak aman
18. PENILAIAN
Wawancara Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
Prinsip wawancara
kedaruratan
Riwayat penyakit medik :
kesadaran, tanda vital,
pemeriksaan neurologis
Darah perifer lengkap,
elketrolit, fungsi hati, fungsi
ginjal
Bila pasien membawa
senjata tajam : yakinkan
pasien dalam keadaaan
aman, diminta meletakkan
senjata
Riwayat penggunaan obat,
zat psikoaktif, alkohol
Urinalisa lengkap
Identifikasi kemungkinan
penyebab :
a. Kondisi organik,
penggunaan napza
b. Kondisi mental :
gangguan psikotik,
gangguan mood,
gangguan ansietas,
gangguan kepribadian
Riwayat penyakit psikiatrik :
pemeriksaan status mental
dan riwayat psikososial
Radiologi, EKG (jika tersedia)
20. Pelaksanaan pembatasan gerak/pengekangan
fisik (restraint)
Lakukan
informed
consent lisan,
tulis di status
•Jelaskan tindakan yg akan
dilakukan, bukan hukuman
tp untuk keamanan
Siapkan ruang
isolasi/alat
pengikat yg aman
• Lakukan
kontrak/kesepakatan utk
mengontrol perilakunya
Pilih alat pengikat
yg aman & nyaman,
dr bahan katun
Pengikatan di
tempat tidur dg
posisi terlentang
•Ikatan tdk terlalu
kencang & tdk terlalu
longgar
Observasi tiap 30
menit
• Pengikatan min 4 org (1
memegang kepala, 2
ekstremitas, 1 ekstremitas
bawah
21. Hal-hal yang perlu diobservasi dlm pengekangan
• Tanda-tanda vital
• Tanda-tanda cedera yang berhubungan
dengan proses pengikatan
• Nutrisi dan hidrasi
• Sirkulasi & rentang gerak ekstremitas
• Higiene & eliminasi
• Status fisik dan psikologis
• Kesiapan klien untuk dilepaskan dari
pengikatan, termasuk tanda vital
22. ….lanjutan proses pengekangan
Lakukan
perawatan
daerah
pengikatan
• Pantau kondisi kulit yg diikat
• Lakukan latihan gerak pd
tungkai yg diikat secara
bergantian tiap 2 jam
• Perubahan posisi pengikatan
Libatkan & latih
pasien utk
mengontrol perilaku
sblm ikatan dibuka
Kurangi
pengekangan
secara bertahap
Bila klien sdh dpt
mengontrol perilaku :
coba interaksi tanpa
ikatan
25. TANDA & GEJALA RISIKO DAN PERILAKU BUNUH DIRI
• Bunuh diri merupakan tindakan yang secara
sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri
kehidupannya
26. • JENIS PERILAKU BUNUH DIRI :
ancaman buhun diri : perilaku untuk melakukan
bunuh diri apabila keinginan/harapannya tidak
terpenuhi
isyarat/gelagat : bentuk/perilaku bunuh diri yg
diwujudkan dalam bentuk perubahan tingkah
laku/kebiasaan yg tidak biasa kemduain
dilanjutkan dg percobaan bunuh diri
Percobaan bunh diri : perilaku bunh diri dalam
bentuk percobaan mencederai diri sendiri dg
berbagai cara.
27. Tanda dan gejala
• Pasien dengan risiko dan tindakan bunuh diri
mungkin datang dengan :
• Ancaman untuk melukai atau bunuh diri
• Mencari jalan untuk bunuh diri misalnya
mencari akses ke obat-obatan, senjata, atau
cara lainnya
• Bicara atau menulis sesuatu tentang kematian,
sekarat, atau bunuh diri
28. Pasien mungkin datang dengan tanda-tanda
fisik, pikiran, perasaan, dan perilaku.
Tanda fisik Tanda pikiran Tanda perasaan Tanda perilaku
- Tidak peduli
penampilan
- Hilamg hasrat
seksual
- Gangguan tidur
- Hilang anfsu
makan, BB
- Keluhan kesehatan
fisik
-”saya tdk
membutuhkan apa2
lagi”
-”saya tidak bisa
berbuat apapun yg
baik”
- “saya tidak bisa
berpikir benar”
- “saya berharap
saya mati”
- “ segalanya akan
lebih baik tanpa
saya”
- “Semua masalah
akan berakhir
secepatnya”
- Putus asa
- Marah
- Rasa bersalah
- Tidak berarti
- Kesepian
- Sedih
- Tidak ada harapan
- Tidak tertolong
- Menarik diri
- Tidak tertarik dg
hal2 yg dulu
disukai
- Perilaku tidak
menentu
- Perubahan perilaku
drastis
- Impulsif
- Mutilasi diri
- Mengembalikan
barang2,
mengubah wasiat,
menitipkan hal2 yg
dicintai
29. Penilaian gawat darurat risiko
bunuh diri
1. Wawancara untuk mengkaji kemungkinan
penyebab :
a. Penyakit fisik : epilepsi, tumor, penyakit
Alzheimer, multiple sklerosis, trauma,
keganasan dll
b. Ringkasan gangguan jiwa & komorbiditas
gangguan jiwa
30. 2. Wawancara utk mengkaji faktor risiko dan faktor protektif
Faktor risiko Faktor protektif
- ide, rencana, & akses ke alat2 saat ini
- Riwayat percobaan bunuh diri/melukai
diri sendiri
- Riwayat keluarga dg bunuh diri
- Penyalahgunaan alkohol/zat psikoaktif
- Riwayat gg jiwa saat ini/sebelumnya
- Baru pulang dr perawatan di rawatan
psikiatri
- Impulsivitas & kontrol diri rendah
- Keputusasaan
- Kehilangan
- Masalah yg berkepanjangan
- Riwayat perilaku salah & kekerasan
- Kondisi akut : dipermalukan, rs putus asa
- Masalah komorbiditas kesehatan
- Usia, jenis kelamin, tdk menikah,
homoseksual
• Dukungan sosial yang positif
• Spiritualitas
• Tanggungjawab pada keluarga,
aset ekonomi
• Memiliki anak atau hamil
• Kepuasan hidup
• Memiliki kemampuan
membedakan mana yg nyata dan
tidak nyata
• Memiliki ketrampilan
menyelesaikan masalah
• Hubungan terapeutik yang
positif
• Memiliki hobi, aktivitas
rekreasional
31. 3. Lakukan pemeriksaan fisik utk mencari kemungkinan
tanda2 :
- Sayatan pd pergelangan tangan
- Luka tusuk di dada/abdomen,
- luka tembak
- Jejas bekas gantung diri
- Luka memar akibat jatuh atau
membentur benda keras
- Bau muntah racun serangga
- tanda2 intoksikasi obat2an
tertentu
Kemungkinan diagnosis
utama :
- Gangguan mental organik
- Gangguan akibat
penyalahgunaan zat dan
32. 3. Lakukan pemeriksaan fisik utk mencari kemungkinan
tanda2 :
Lakukan
pem
fisik
utk
mencari
tanda2
:
- Sayatan pd
pergelangan tangan
- Luka tusuk di
dada/abdomen,
- luka tembak
- Jejas bekas gantung diri
- Luka memar akibat
jatuh atau membentur
benda keras
- Bau muntah racun
serangga
- tanda2 intoksikasi
obat2an tertentu
Kemungkinan
diagnosis
utama
- Gangguan mental
organik
- Gangguan akibat
penyalahgunaan zat &
alkohol
- Gangguan psikotik
- Gangguan mood
- Gangguan neurotik
- Gangguan kepribadian
34. Yang harus dilakukan :
• Waspada
• Bertindak
• Terbuka
• Menyediakan diri
• Meu mendengarkan
• Harapan
• Jejaring bantuan
yang harus dihindari :
- Menantang untuk melakukan
tindakan bunuh diri
- Terlihat terpukul /terkejut
- Bertanya “kenapa”
- Menghakimi
- Menjanjikan utk menjadikan
hal ini rahasia
- Pemberian antidepresan hati2
memperbesar risiko
percobaan bunuh diri
35. Tindakan-tindakan khusus
Mereka yg telah
merencanakan bunuh diri saat
ini
- Perlu dirawat
- Menyingkirkan alat
- Membina hubungan terus
dg pasien & kontak sumber
dukungan terdekat
Mereka yg tampak gelisah &
sulit mengendalikan diri
Lakukan manajemen gaduh
gelisah
Mereka yg memiliki rasa nyeri
& sesak
Bantu utk mengurangi rasa
nyeri & sesak
Mereka yg dengan perilaku
bunuh diri sebelumnya
Lindungi dr bahaya seperti yg
dulu pernah dilakukan
Mereka yg memiliki gangguan
jiwa
Hubungkan ke layanan
kesehatan jiwa
36. Manajemen untuk mencegah
percobaan bunuh diri berikutnya
Bila kondisi pasien sudah stabil :
1. Awasi, jangan biarkan pasien sendirian
2. Simpan benda2 yg dapat digunakan utk bunuh diri :
benda tajam, tali, ikat pinggang, racun serangga
3. Apabila pasien minum obat pastikan obat benar2
diminum dalam dosis yang sesuai
4. Buat kontrak : tdk akan melakukan tindakan bunuh
diri pd periode waktu tertentu
37. Manajemen untuk mencegah
percobaan bunuh diri berikutnya
Bila kondisi pasien sudah stabil :
5. Tegakkan hubungan saling percaya dg pasien
6. Jangan menghakimi perilaku pasien
7. Tingkatkan harga diri pasien : memberikan aspek
positif diri, menyusun rencana jangka pendek
8. Kerahkan dukungan keluarga/orang terdekat. Edukasi
supaya memberikan dukunga kpd pasien
Ajak pasien utk mengenali potensi penyelesaian
masalah yg selama ini efektif
38. Tindak lanjut
• Pasien tidak memiliki keluarga/keluarga tdk
mampu merawat pasien di rumah
hospitalisasi
40. DELIRIUM
Delirium merupakan :
• gangguan dari sistem saraf pusat yang
mengancam nyawa namun juga bersifat
reversibel dan ditandai oleh :
penurunan akut dalam tingkat kesadaran dan
kognitif,
gangguan pada atensi,
gangguan persepsi,
aktivitas psikomotor abnormal, gangguan dalam
siklus tidur
41. Frekuensi
• 10-30% dari seluruh pasien yg dirawat di
rumah sakit
• Populasi lanjut usia : 10-15% delirium saat
masuk RS & 10-40% mengalami delirium saat
dirawat di RS
• Unit gawat darurat :
- 12 – 50%
- 60% tidak dikenali oleh sistem kesehatan
43. Tanda dan gejala
• Perubahan kesadaran yang bersifat fluktuatif dalam satu hari
(biasanya memberat pada malam hari)
• Gangguan pemusatan, pertahanan dan pengalihan perhatian
• Gangguan orientasi waktu, ruang dan bila berat disertai
gangguan orientasi orang
• Halusinasi, biasanya visual (lihat) atau olfaktorik (penciuman)
• Hiperaktivitas atau hipoaktivitas motorik
• Gangguan siklus tidur
• Inkoherensi
• Onset akut
• Adanya penyakit fisik
44. Evaluasi dan diagnosis
1. Pasien yang mengalami perubahan mendadak
dalam :
• fungsi fisik : penurunan mobilitas, perubahan
nafsu makan, sulit tidur, gelisah
• kognitif : bingung, sulit konsentrasi, respons
lambat
• Persepsi : halusinasi visual/ auditorik
• Perilaku sosial : tidak kooperatif
Cek apakah ada faktor risiko predisposisi
delirium
45. Evaluasi dan diagnosis
Pasien yang
mengalami perubahan
mendadak dalam :
fungsi fisik :
penurunan mobilitas,
perubahan nafsu
makan, sulit tidur,
gelisah
kognitif : bingung,
sulit konsentrasi,
respons lambat
Persepsi : halusinasi
visual/ auditorik
Perilaku sosial : tidak
kooperatif
Cek apakah ada
faktor risiko
predisposisi delirium
Pemeriksaan
fisik cermat
(status
generalis,
status
neurologis
Pemeriksaan darah
lengkap
Analisis gas darah
dan elektrolit
Kimia darah
Tes fungsi hati
Fungsi ginjal
Urinalisis
EKG
Foto thorax
Delirium :
fluktuatif :
pemeriksaan
serial
55. • Napza yg bekerja sbg depresan :
memperlambat/menekan sistem syaraf pusat
dan pesan yg dikirim ke otak, memperlambat
detak jantung & pernafasan
• Gejala :
efek yang ringan :
perasaan tenag & sejahtera
Perasaan gembira yang berlebihan (euforia)
Perasaan rileks
Efek yg lebih serius :
bicara cadel
Jalan sempoyongan
Mual, muntah
56. Napza yang memiliki efek stimulan
• Mempercepat/merangsang kerja sistem syaraf
pusat & pesan ke dan dari otak.
• Meningkatkan detak jantung, tekanan darah &
suhu tubuh
• Membuat orang lebih sadar dan waspada
• Efek ringan : hilang nafsu makan, tidak bisa
tidur, banyak bicara, gelisah
• Efek yang lebih serius : agresi, panik, cemas,
sakit kepala, paranoia
57. Napza yg memiliki efek halusinogen
Mempengaruhi persepsi orang yg menyebabkannya
melihat/mendengar sesuatu secara terdistorsi
EFEK
HALUSINOGEN
Tekanan darah meningkat
Detak jantung meningkat
Hilang nafsu makan
Kram perut
Banyak bicara dan tertawa
Aktivitas meningkat
Panik
Dilatasi pupil
Distorsi waktu dan ruang
58. Tanda & gejala intoksikasi dan putus zat akibat
penggunaan napza
Intoksikasi :
Kumpulan gejala disebabkan
oleh penggunaan Napza yg
mempengaruhi 1/lebih fungsi
mental (memori, orientasi,
mood, perilaku, sosial &
pekerjaan)
Putus zat (withdrawal) :
Kumpulan gejala yg terjadi setelah
menghentikan/mengurangi
penggunaan zat psikoaktif, sesudah
penggunaan berulang kali
(berlangsung lama dan/atau dalam
jumlah yg banyak)
67. PENILAIAN
Anamnesis :
- Tanda & gejala, perilaku yg menyertai, intensitas &
frekuensi gejala, gejala yg mengarah pd gangguan
organik
- Penggunaan napza : jenis, lama penggunaan, toleransi
dosis, gejala putus obat, pengobatan sebelumnya
Pemeriksaan fisik : tanda vital, pmeriksaan
fisik menyeluruh
Pemeriksaan status mental : perasaan, pikiran,
perilaku
Pemeriksaan penunjang : darah lengkap, tes urin utk
napza, SGOT/SGPT, ureum kreatinin
68. TATALAKSANA INTOKSIKASI :
1. PSIKOFARMAKA
TATALAKSANA UMUM :
- Penanganan kondisi medik umum
- Monitoring vital sign
- Evaluasi tingkat kesadaran & jalan nafas :
observasi tanda vital tiap 15 menit selama 4 jam
Evaluasi perlunya pemberian oksigen
Pasien dipuasakan untuk menghindari aspirasi
69. TATALAKSANA INTOKSIKASI :
1. PSIKOFARMAKA
TATALAKSANA KHUSUS :
Terapi intoksikasi opioid :
nalokson 0.2 – 0.4 mg (1cc)/ 0.01 mg/kg BB IV,
IM/subkutan, bisa diulang sesudah 3-10 menit
sampai 2-3 kali & pasien dipantau selama 24 jam
Bila tdk ada nalokson : terapi simtomatik, gelisah :
antipsikotik oral/injeksi
Mengatasi penyulit sesuai kondisi klinis
Bila kondisi fisik membutuhkan perawatan intensif
rujuk ke RS
70. TATALAKSANA INTOKSIKASI :
1. PSIKOFARMAKA
TATALAKSANA KHUSUS :
Terapi intoksikasi kokain & amfetamin :
bila suhu naik kompres air hangat
Untuk mencegah kejang : diazepam 10-30 mg per
oral/parenteral diulang 15-20 menit
Bila ada gejala psikotik : haloperidol 3 x 2.5-5 mg
Bila terjadi takikardi : propanolol 10-20 mg
71. TATALAKSANA INTOKSIKASI :
1. PSIKOFARMAKA
TATALAKSANA KHUSUS :
Terapi intoksikasi kanabis:
ciptakan suasana tenang, ajak bicara tentang
apa yg dialami
Jelaskan kondisi sementara, 4-8 jam akan
menghilang
Diazepam 10-30 mg per oral/ parenteral, diulang
tiap jam bila perlu (hati2 depresi nafas, maksimal
parenteral 20 mg/hari)
72. TATALAKSANA INTOKSIKASI :
1. PSIKOFARMAKA
TATALAKSANA KHUSUS :
Terapi intoksikasi alkohol:
kondisi hipoglikemi : dekstrose 40% : 50 ml
Injeksi Thiamine 100 mg IV utk profilaksis
terjadinya Wernicke Encephalopathy
Gelisah : antipsikotik, haloperidol 5 mg IM, bisa
diulang tiap 30 menit, maksimal 30 mg/hari
Bila kesadaran menurun rujuk ke RS
84. SNM
• Rigiditas
• Demam tinggi Bisa mencapai 41 C bahkan
lebih
• Instabilitas otonomik
• Takhikardia
• Diaforesis
• Tekanan darah abnormal: hipertensi,
hipotensi, atau naik turun drastis
• Kebingungan
89. Serangan Panik
Ditemukan sekurangnya 4 gejala dari daftar di bawah yang salah satunya
harus termasuk a sampai d:
a. Merasa denyut jantung tak teratur, cepat atau berdebar keras
b. Berkeringat
c. Gemetar atau bergetar
d. Merasa mulut kering
e. Kesulitan bernapas
f. Merasa tercekik
g. Merasa nyeri, tertekan atau tidak enak di dada
h. Mengalami mual atau gangguan perut
i. Kepala pusing, sempoyongan, melayang atau pingsan
j. Merasa asing dengan sekeliling atau asing dengan bagian tubuhmya
k. Takut akan menjadi gila, kehilangan kendali atau pingsan
l. Takut bahwa akan mati
m. Mengalami kilatan panas atau kedinginan
n. Merasa kesemutan atau baal pada bagian tubuh
90. Gangguan Disosiatif (Konversi)
• Perubahan fungsi tubuh atau anggota badan mirip dengan gangguan
neurologik namun tidak didapatkan bukti adanya gangguan fisik yang dapat
menjelaskan karakteristik
• gejala yang terjadi.
– Terdapat asosiasi waktu yang menyakinkan antara awitan gejala gangguan
ini dengan peristiwa penuh stres, masalah, atau kebutuhan.
– Perubahan (sementara) terhadap diri orang tersebut, seperti: suara yang
berbeda, bizarre/aneh, perubahan afeksi, perubahan emosi; bahkan
berubahnya identitas diri, seperti nama yang berbeda, hobi yang berbeda,
atau pengalaman yang berbeda dengan dirinya saat sebelum kesurupan.
– Perhatian dan kewaspadaan menjadi terbatas atau terpusat pada satu atau
dua aspek yang ada di lingkungannya.
– Posisi tubuh dan ungkapan kata-kata terbatas dan diulang-ulang.
– Ketidakmampuan mengendalikan gejala.
– Kurang memperdulikan keadaan
– Parese, pingsan, kejang.
91. Gangguan Disosiatif (Konversi)
• Gejala bisa merupakan: membiarkan konflik tidak
disadari atau mendapat keuntungan dari
lingkungan akibat gejala yang timbul.
• Biasanya terjadi secara mendadak
• Untuk mengetahui apakah seseorang kesurupan
atau mengalami reaksi histeris, periksa kelopak
matanya yang selalu ditutup, dengan cara
membuka kelopak matanya. Seseorang yang
mengalami reaksi histeris biasanya akan
menahannya dengan kuat.
• Dapat terjadi secara individu maupun massal.
95. Ilustrasi kasus
Tahap 1:
• Tn A, usia 25 tahun, dibawa oleh keluarga ke Puskesmas dalam
keadaan gelisah. Menurut keluarga, Tn A sejak 2 hari ini
marah-marah, merusak alat rumah tangga, membakar kasur
dan memukul tetangga sampai luka dan harus dibawa ke
rumah sakit.
• Informasi apa lagi yang harus anda dapatkan dengan segera,
dan tindakan awal apa yang perlu anda lakukan?
• Informasi apa lagi yang anda perlukan?
96. Tahap 2:
•Menurut keluarga, Tn A sejak 3 bulan ini terlihat suka
menyendiri, tidak mau bekerja dan tidak mau keluar rumah. Tn A
terlihat bicara dan tertawa sendiri sejak 2 bulan yang lalu. Tn. A
juga sering tiba-tiba marah dengan tetangga depan rumah
tersebut karena menurut Tn A tetangga tersebut berniat jahat
kepada Tn A dan mempunyai niat untuk merebut istri Tn A. Tn A
tidak pernah menderita penyakit berat, tidak pernah mengalami
kecelakaan atau cedera yang berat, tidak pernah mengalami
kejang. Tn A juga tidak pernah minum alkohol maupun
menggunakan narkotika, hanya suka merokok, hampir sebungkus
sehari, dan minum kopi 2 cangkir sehari.
•Informasi apa lagi yang anda perlukan dan tindakan apa yang
akan anda lakukan?
97. Tahap 3:
• Saat diwawancara oleh perawat, Tn A marah dan mengancam
akan memukul perawat. Tn A juga marah saat didekati oleh
dokter, pasien marah dan mengatakan tidak sakit. Penampilan
Tn A tampak sesuai usia, pakaian kotor dan acak-acakan
• Tindakan apa yang akan anda (dokter dan perawat) lakukan?
98. Tahap 4:
• Saat dicoba didekati, Tn A langsung berniat
memukul perawat dan menendang kursi
sampai terguling.
• Tindakan apa yang harus anda lakukan?
Editor's Notes
Tanyakan kepada peserta :
Apa itu gawat
Apa itu darurat
Contoh kasus yang pernah ditangani
Tanyakan :
Hierarki Diagnosis F0 – F1 dst
Tatalaksana untuk kasus gaduh gelisah dan percobaan bunuh diri
Ingatkan tentang Hierari F0 F1 dst
Tekan kan bahwa tim bukan hanya dokter dan perawat akan tetapi juga satpam
Tekan home
Masuk ke algoritma awal untuk masuk ke gaduh gelisah dan depresi
Ingatkan wawancara : bukan melihat dari jendela dan langsung merujuk