Dokumen tersebut membahas tentang model manajemen dalam bisnis berdasarkan penerapan prinsip-prinsip etika, yaitu tingkat terendah adalah manajemen immoral, diikuti manajemen amoral, dan tertinggi adalah manajemen moral. Sumber nilai etika dalam bisnis meliputi agama, hukum, filsafat, budaya, dan pengalaman. Faktor yang mempengaruhi etika manajerial antara lain kepemimpinan, strategi dan kinerja perusahaan, kar
1. MODEL DALAM BISNIS, SUMBER
NILAI ETIKA & FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI ETIKA
MANAJERIAL
CHAPTER 2
DEVIN HANGGARA / 4EA01/ 12213267
2. MORAL BISNIS BERDASARKAN TINGKATANYA
Immoral Manajemen
(Tingkat 1)
• Manajer yang memiliki manajemen
tipe ini pada umumnya sama sekali
tidak mengindahkan apa yang
dimaksud dengan moralitas, baik
dalam internal organisasinya maupun
bagaimana dia menjalankan aktivitas
bisnisnya. Para pelaku bisnis yang
tergolong pada tipe ini, biasanya
memanfaatkan kelemahan-kelemahan
dan kelengahan-kelengahan dalam
komunitas untuk kepentingan dan
keuntungan diri sendiri, baik secara
individu atau kelompok mereka.
• Dalam moral manajemen, nilai-nilai
etika dan moralitas diletakkan pada
level standar tertinggi dari segala
bentuk prilaku dan aktivitas
bisnisnya. Manajer yang termasuk
dalam tipe ini hanya menerima dan
mematuhi aturan-aturan yang
berlaku namun juga terbiasa
meletakkan prinsip-prinsip etika
dalam kepemimpinannya.
Moral Manajemen
(Tingkat 3)
Amoral Manajemen
(Tingkat 2)
• Manajer dengan tipe
manajemen seperti ini
sebenarnya bukan tidak tahu
sama sekali etika atau
moralitas. Ada dua jenis lain
manajemen tipe amoral ini,
yaitu Pertama, manajer yang
tidak sengaja berbuat
amoral (unintentional
amoral manager) Kedua,
tipe manajer yang sengaja
berbuat amoral.
3. IMMORAL MANAJEMEN
Immoral manajemen merupakan tingkatan terendah dari model
manajemen dalam menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis. Manajer
yang memiliki manajemen tipe ini pada umumnya sama sekali tidak
mengindahkan apa yang dimaksud dengan moralitas, baik dalam
internal organisasinya maupun bagaimana dia menjalankan aktivitas
bisnisnya. Para pelaku bisnis yang tergolong pada tipe ini, biasanya
memanfaatkan kelemahan-kelemahan dan kelengahan-kelengahan
dalam komunitas untuk kepentingan dan keuntungan diri sendiri,
baik secara individu atau kelompok mereka. Kelompok manajemen
ini selalu menghindari diri dari yang disebut etika. Bahkan hukum
dianggap sebagai batu sandungan dalam menjalankan bisnisnya.
4. AMORAL MANAJEMEN
Tingkatan kedua dalam aplikasi etika dan moralitas dalam manajemen adalah
amoral manajemen. Berbeda dengan immoral manajemen, manajer dengan tipe
manajemen seperti ini sebenarnya bukan tidak tahu sama sekali etika atau
moralitas. Ada dua jenis lain manajemen tipe amoral ini, yaitu Pertama, manajer
yang tidak sengaja berbuat amoral (unintentional amoral manager). Tipe ini adalah
para manajer yang dianggap kurang peka, bahwa dalam segala keputusan bisnis
yang diperbuat sebenarnya langsung atau tidak langsung akan memberikan efek
pada pihak lain. Oleh karena itu, mereka akan menjalankan bisnisnya tanpa
memikirkan apakah aktivitas bisnisnya sudah memiliki dimensi etika atau belum.
Manajer tipe ini mungkin saja punya niat baik, namun mereka tidak bisa melihat
bahwa keputusan dan aktivitas bisnis mereka apakah merugikan pihak lain atau
tidak. Tipikal manajer seperti ini biasanya lebih berorientasi hanya pada hukum
yang berlaku, dan menjadikan hukum sebagai pedoman dalam beraktivitas. Kedua,
tipe manajer yang sengaja berbuat amoral. Manajemen dengan pola ini sebenarnya
memahami ada aturan dan etika yang harus dijalankan, namun terkadang secara
sengaja melanggar etika tersebut berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bisnis
mereka, misalnya ingin melakukan efisiensi dan lain-lain. Namun manajer tipe ini
terkadang berpandangan bahwa etika hanya berlaku bagi kehidupan pribadi kita,
tidak untuk bisnis. Mereka percaya bahwa aktivitas bisnis berada di luar dari
pertimbangan-pertimbangan etika dan moralitas.
5. MORAL MANAJEMEN
Tingkatan tertinggi dari penerapan nilai-nilai etika atau moralitas dalam
bisnis adalah moral manajemen. Dalam moral manajemen, nilai-nilai
etika dan moralitas diletakkan pada level standar tertinggi dari segala
bentuk prilaku dan aktivitas bisnisnya. Manajer yang termasuk dalam
tipe ini hanya menerima dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku
namun juga terbiasa meletakkan prinsip-prinsip etika dalam
kepemimpinannya. Seorang manajer yang termasuk dalam tipe ini
menginginkan keuntungan dalam bisnisnya, tapi hanya jika bisnis yang
dijalankannya secara legal dan juga tidak melanggar etika yang ada dalam
komunitas, seperti keadilan, kejujuran, dan semangat untuk mematuhi
hukum yang berlaku. Hukum bagi mereka dilihat sebagai minimum etika
yang harus mereka patuhi, sehingga aktifitas dan tujuan bisnisnya akan
diarahkan untuk melebihi dari apa yang disebut sebagai tuntutan hukum.
Manajer yang bermoral selalu melihat dan menggunakan prinsip-prinsip
etika seperti, keadilan, kebenaran, dan aturan-aturan emas (golden rule)
sebagai pedoman dalam segala keputusan bisnis yang diambilnya.
6. SUMBER NILAI ETIKA
Agama
• Agama adalah sumber dari segala
moral dalam etika apapun dengan
kebenarannya yang absolut. Tiada
keraguan dan tidak boleh diragukan
nilai-nilai etika yang bersumber dari
agama. Agama berkorelasi kuat
dengan moral. Setiap agama
mengandung ajaran moral atau etika
yang di jadikan pegangan bagi para
penganutnya. Pada umumnya,
kehidupan beragama yang baik akan
menghasilkan kehidupan moral yang
baik pula. Orang-orang dalam
organisasi bisnis secara luas harus
menganut nilai shiddiq, tabligh,
amanah dan fathanah.
• Referensi penting lainnya yang
dapat dimanfaatkan sebagai
acuan etika bisnis adalah
pengalaman dan perkembangan
budaya, baik budaya dari suatu
bangsa maupun budaya yang
bersumber dari berbagai negara
(Cracken, 1986). Budaya yang
mengalami transisi akan
melahirkan nilai, aturan-aturan
dan standar-standar yang
diterima oleh suatu komunitas
tertentu dan selanjutnya
diwujudkan dalam perilaku
seseorang, suatu kelompok atau
suatu komunitas yang lebih
besar.
HukumFilsafat
• Sumber utama nilai-nilai etika
yang dapat dijadikan sebagai
acuan dan referensi dalam
pengeJolaan dan pengendalian
perilaku pebisnis dengan aktifitas
usaha bisnisnya adalah filsafat.
Ajaran-ajaran filsafat tersebut
mengandung nilai-nilai kebenaran
yang bersumber dari pemikiran-
pemikiran filsuf dan ahli filsafat
yang terus berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman.
Budaya
• Hukum merupakan
aturan hidup yang
bersifat memaksa dan si
pelanggar dapat diberi
tindakan hukum yang
tegas dan nyata. Hukum
moral dalam banyak hal
lebih banyak mewarnai
lilai-nilai etika. Hukum
moral adalah tuntunan
perilaku manusia yang
ditaati karena kesadaran
yang bersumber pada
hati nurani dan
bertujuan untuk
mencapai kebahagiaan.
7. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDIVIDU
• LEADERSHIP
• STRATEGI DAN PERFORMASI
• KARAKTER INDIVIDU
• BUDAYA ORGANISASI
8. LEADERSHIP
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang (yaitu
pemimpin) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin
atau pengikut-pengikutnya). Kepemimpinan juga merupakan suatu
kompleks dari hak-hak dan kewajiban yang dapat dimiliki oleh
seorang atau suatu badan. Sebagai suatu proses sosial,
kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang
atau sesuatu Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal
leadership) yaitu kepemimpinan yang tersimpul didalam suatu
jabatan. Ada pula kepemimpinan karena pengakuan dari masyarakat
akan kemampuan seseorang untuk menjalankan
kepemimpinan. badan yang menyebabkan gerak dari warga
masyarakat.
9. STRATEGI DAN PERFORMASI
Fungsi yang penting dari sebuah manajemen adalah untuk kreatif
dalam menghadapi tingginya tingkat persaingan yang membuat
perusahaannya mencapai tujuan perusahaan terutama dari sisi
keuangan tanpa harus menodai aktivitas bisnisnya berbagai
kompromi etika. Sebuah perusahaan yang jelek akan memiliki
kesulitan besar untuk menyelaraskan target yang ingin dicapai
perusahaannya dengan standar-standar etika. Karena keseluruhan
strategi perusahaan yang disebut excellence harus bisa melaksanakan
seluruh kebijakan-kebijakan perusahaan guna mencapai tujuan
perusahaan dengan cara yang jujur.
10. KARAKTER INDIVIDU
Perjalanan hidup suatu perusahaan tidak lain adalah karena peran
banyak individu dalam menjalankan fungsi-fungsinya dalam
perusahaan tersebut. Perilaku para individu ini tentu akan sangat
mempengaruhi pada tindakan-tindakan mereka ditempat kerja atau
dalam menjalankan aktivitas bisnisnya.
Semua kualitas individu nantinya akan dipengaruhi oleh beberapa
faktor-faktor yang diperoleh dari luar dan kemudian menjadi prinsip
yang dijalani dalam kehidupannya dalam bentuk perilaku.
11. BUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi adalah suatu kumpulan nilai-nilai, norma-norma,
ritual dan pola tingkah laku yang menjadi karakteristik suatu
organisasi. Setiap budaya perusahaan akan memiliki dimensi etika
yang didorong tidak hanya oleh kebijakan-kebijakan formal
perusahaan, tapi juga karena kebiasaan-kebiasaan sehari-hari yang
berkembang dalam organisasi perusahaan tersebut, sehingga
kemudian dipercayai sebagai suatu perilaku, yang bisa ditandai mana
perilaku yang pantas dan mana yang tidak pantas.
Budaya-budaya perusahaan inilah yang membantu terbentuknya nilai
dan moral ditempat kerja, juga moral yang dipakai untuk melayani
para stakeholdernya. Aturan-aturan dalam perusahaan dapat
dijadikan yang baik. Hal ini juga sangat terkait dengan visi dan misi
perusahaan.