Teks tersebut membahas tentang air asam tambang (AAT), termasuk definisi, proses pembentukan, sumber, dan dampaknya. AAT dihasilkan dari oksidasi mineral sulfida seperti pirit di tambang, yang menghasilkan asam dan logam beracun dalam air. Hal ini dapat mencemari lingkungan dan memengaruhi kesehatan.
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
Bab i pendahuluan bab ii,Makalah pengetahuan lingkungan .Air asam Tambang.
1. Page | 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pertambangan merupakan suatu bidang usaha yang karena sifat kegiatannya pada
dasarnya selalu menimbulkan perubahan pada alam lingkungannya (BPLHD
Jabar, 2005). Aktivitas pertambangan selalu membawa dua sisi. Sisi pertama
adalah memacu kemakmuran ekonominegara. Sisi yang lainnya adalah sekaligus
perusak lingkungan yang sangat potensial yang memerlukan tenaga, pikiran, dan
biaya yang cukup signifikan untuk proses pemulihannya. Sebagai sumber
kemakmuran, sudah tidak diragukan lagi bahwa sektor ini menyokong pendapatan
negara selama bertahun-tahun. Sebagai perusak lingkungan, pertambangan
terbuka (open pit mining) dapat merubah total iklim dan tanah akibat seluruh
lapisan tanah di atas deposit bahan tambang disingkirkan. Sedangkan untuk
pertambangan bawah (underground mining) kerusakan lingkungan umumnya
diakibatkan karena adanya limbah (tailing) yang dihasilkan pada proses
pemurnian bijih. Baik tambang dalam maupun tambang terbuka menghasilkan air
buangan bersifat asam yang disebut sebagai acid mine drainage/acid rock
drainage (AMD/ARD). Menurut Wilkipedia AMD merujuk kepada air yang
terdapat di kawasan pertambangan atau yang mengalir dari kawasan tersebut yang
bersifat sangat masam (pH < 3).
Air asam tambang adalah salah satu permasalahan lingkungan yang dihasilkan
oleh industri pertambangan. Air asam tambang merupakan hasil dari oksidasi
batuan yang mengandung pirit (FeS2
) dan mineral sulfida dari sisa batuan yang
terpapar oleh oksigen yang berada dalam air (Elberling.et.al, 2008). Permasalahan
air asam tambang adalah salah satu dampak potensial yang dihadapi industri
pertambangan. Air asam tambang juga mengandung logam berat seperti besi (Fe),
alumunium (Al), mangan (Mn).
Potensi air asam tambang harus diketahui dan dihitung agar langkah – langkah
preventif serta pengendaliannya dapat dilakukan. Pengelolaan yang benar harus
2. Page | 2
dilakukan agar suatu cebakan mineral beserta batuan – batuan penutup dan batuan
– batuan sampingnya tidak menjadikan persoalan dikemudian hari, baik sewaktu
tambang itu sedang aktif ataupun setelah tambang tersebut tidak beroperasi lagi.
Pengendalian terhadap air asam tambang merupakan hal yang perlu dilakukan
selama kegiatan penambangan berlangsung dan setelah kegiatan penambangan
berakhir, karena air asam tambang ( mine acid drainage ) dapat mengakibatkan
menurunnya kualitas air, air permukaan dan air tanah, selain itu jika dialirkan ke
sungai akan berdampak terhadap masyarakat yang tinggal disepanjang aliran
sungai serta akan mengganggu biota yang hidup didarat juga biota diperairan.
1.2 TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa itu Air Asam Tambang
2. Untuk mengetahui sumber utama yang berpotensi sebagai pencemar
Pada AAT
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah terbentuknya kembali air
asamtambang
4. Untuk mengetahui metode atau alat apa yang digunakan dalam
pengendalian air
asam tambang.
1.3 MANFAAT PENULISAN
1. Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan
penyusun mengenai AAT secara khusus dan pembaca pada
umumnya
2. Sebagai Literatur yang dapat digunakan untuk mengenal lebih jauh
mengenai Air Asam Tambang,Proses pembentukannya,dampak yang
ditimbulkan serta cara mengatasinya.
3. Page | 3
1.4 RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Air Asam Tambang ?
2. Bagaimana Proses terjadinya AAT ?
3. Apa saja dampak yang ditimbulkan oleh AAT terhadap lingkungan ?
4. Bagaimana cara pencegahan AAT agar tidak terbentuk di lokasi
tambang ?
5. Bagaimana cara penanganan AAT yang sudah terbentuk ?
4. Page | 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Air Asam Tambang(AAT)
Air Asam Tambang (AAT) atau disebut juga Acid Mine Drainage (AMD)terjadi
sebagai akibat proses fisika dan kimia yang cukup kompleks yang melibatkan
beberapa faktor dalam kegiatan pertambangan. Kegiatan pertambangan ini dapat
berupa tambang terbuka maupun tambang dalam (bawah tanah). Umumnya
keadaan ini terjadi karena sulfur yang terjadi dalam batuan teroksidasi secara
alamiah (pada proses pembukaan tambang). Selanjutnya dengan kondisi
kelembaban lingkungan yang cukup tinggi akan menyebabkan oksida sulfur
tersebut berubah menjadi asam.
AAT adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada air asam yang timbul
akibat kegiatan penambangan, untuk membedakan dengan air asam yang timbul
oleh kegiatan lain seperti: penggalian untuk pembangunan pondasi bangunan,
pembuatan tambak, dan sebagainya.
Terbentuknya AAT ditandai oleh pH yang rendah (1,5-4) konsentrasi logam
terlarut yang tinggi, nilai acidity yang tinggi, nilai sulfat yang tinggi and
konsentrasi O2 yang rendah. Sebagian besar permasalahan AAT berhubungan
dengan penambangan batubara dan bijih primer, karena pada kedua sumber alam
ini terkadang banyak mineral sulfida yang terkandung didalamnya terutama
mineral pirit (FeS2), baik pada badan bijih maupun batuan sampingnya.
5. Page | 5
Pada kegiatan penambangan, beberapa mineral sulphida yang umum ditemukan
adalah:
FeS2: pyrite
Cu2S: chalcocite
CuS: cuvellite
CuFeS2: chalcopyrite
MoS2: molybdenite
NiS: millerite
PbS: galena
ZnS: sphalerite
FeAsS: arsenopyrite
Pyrite merupakan mineral sulphida yang umum ditemukan pada kegiatan
penambangan, terutama batubara.
Berdasarkan persamaan kimia dapat diketahui proses pembentukan air asam
tambang adalah sebagai berikut:
Persamaan 1 : FeS2 + 7/2 O2 + H2O « Fe+2 + 2 SO4-2 + 2 H+
6. Page | 6
(Besi sulfida teroksidasi melepaskan besi ferro, sulfat dan asam.)
Persamaan 2 : Fe+2 + 1/4 O2 + H+ « Fe+3 + 1/2 H2O
(Besi ferro akan teroksidasi menjadi besi ferri.)
Persamaan 3 : Fe+3 + 3 H2O « Fe(OH) + 3H+
(Besi ferri dapat terhidrolisis dan membentuk ferri hidrosida dan asam.)
Persamaan 4 : FeS2 + 14 Fe+3 +8 H2O « 15 Fe+2 + 2 SO4
-2 + 16 H+
(Besi ferri secara langsung bereaksi dengan pirit dan berlaku sebagai katalis yang
menyebabkan besi ferro yang sangat besar, sulfat dan asam.)
Berdasarkan hal tersebut diatas, apabila AAT keluar dari tempat terbentuknya dan
masuk ke sistem lingkungan umum (diluar tambang), maka beberapa faktor
lingkungan dapat terpengaruhi, seperti: kualitas air dan peruntukannya (sebagai
bahan baku air minum, sebagai habitat biota air, sebagai sumber air untuk
tanaman, dsb); kualitas tanah dan peruntukkanya (sebagai habitat flora dan fauna
darat), dsb.
2.2 Sumber – Sumber Air Asam Tambang
Sumber – sumber air asam tambang antara lain berasal dari kegiatan – kegiatan
berikut :
1. Air dari tambang terbuka
Lapisan batuan akan terbuka sebagai akibat dari terkupasnya lapisan
penutup, sehingga unsur sulfur yang terdapat dalam batuan sulfida akan mudah
teroksidasi dan bila bereaksi air dan oksigen akan membentuk air asam tambang.
2. Air dari unit pengolahan batuan buangan
Material yang banyak terdapat pada limbah kegiatan penambangan adalah batuan
buangan(waste rock).Jumlah batuan buangan ini akan semakin meningkat dengan
bertambahnya kegiatan penambangan. Sebagai akibatnya, batuan buangan yang
banyak mengandung sulfur akan berhubungan langsung dengan udara terbuka
7. Page | 7
membentuk senyawa sulfur oksida selanjutnya dengan adanya air akan
membentuk air asam tambang.
3. Air dari lokasi penimbunan batuan
Timbunan batuan yang berasal dari batuan sulfida dapat menghasilkan air asam
tambang karena adanya kontak langsung dengan udara yang selanjutnya terjadi
pelarutan akibat adanya air.
4. Air dari unit pengolahan limbah tailing
Kandungan unsur sulfur di dalam tailing diketahui mempunyai potensi dalam
membentuk air asam tambang, pH dalam tailing pond ini biasanya cukup tinggi
karena adanya penambahan hydrated lime untuk menetralkan air yang bersifat
asam yang dibuang kedalamnya. Air yang masuk ke dalam tailing pond yang
bersifat asam tersebut diperkirakan akan menyebabkan limbah asam bila
merembes keluar dari tailing pond.
2.3 Proses Terjadinya Air Asam Tambang
Prinsip terjadinya air asam tambang adalah adanya reaksi pembentukan H+ yang
merupakan ion pembentuk asam akibat oksidasi mineral-mineral sulfida dan
bereaksi dengan air (H2O). Kemudian oksidasi dari Fe2+, hidrolisis Fe3+ dan
pengendapan logam hidroksida. Prinsip tersebut bila dilihat secara kimia,
8. Page | 8
sedangkan secara biologi terjadi air asam tambang akibat adanya bakteri-bakteri
tertentu yang sanggup untuk mempercepat proses (katalisator) dari oksida
mineral-mineral sulfida dan oksidasi-oksidasi besi.
Tempat-tempat yang berpotensi menghasilkan AMD adalah tanah yang tertinggal
(di bawah deposit bahan galian), overburden pill (tumpukan lapisan batuan di atas
deposit bahan galian), stock pill(tumpukan bahan galian), fasilitas pemurnian,
tempat pencucian, limbah batubara, lumpur tailling.
Berikut reaksi pembentukan air asam tambang secara kimia dan secara biologi :
1. Secara Kimia
Oksidasi mineral-mineral sulfida (dalam bentuk pyrit) yang menyebabkan
keasaman dari air asam tambang dapat digambarkan dengan tiga reaksi :
a. FeS2 + 7/2 O2 + H2O à Fe2+ + 2 SO42- + 2 H+
b. Fe2+ + ¼ O2 + H+ à Fe3+ + ½ H2O
c. Fe3+ + 3 H2O à Fe(OH)3 ¯ + 3 H+ +
d. FeS2 + 15/4 O2 + 7/2 H2O à 2 H2SO4 + Fe(OH)3 ¯
Persamaan a. menunjukkan oksidasi dari kristal pyrit oleh oksigen,
persamaan b. menunjukkan oksidasi dari ferrous iron (Fe2+) menjadi Ferric iron
dan
persamaan c. menunjukkan hidrolisis ferric iron dan pengendapannya menjadi
besi hidroksida [Fe(OH)3].
Bila ketiga persamaan tersebut dijumlahakan memberikan hubungan stokiometri
secara menyeluruh
9. Page | 9
2. Secara Biologi
Kondisi keasaman dari pelapukan ion-ion hidrogen selama oksidasi dapat pula
disebabkan karena adanya aktivitas biologi oleh bakteri-bakteri. Bakteri tersebut
mampu untuk mempercepat proses oksidasi dari mineral-mineral sulfida dan
oksidasi besi serta mendapat energi hasil pelepasan energi dari proses oksidasi.
Bakteri ini termasuk dalam subgroup strick aerobes, genus trobhasillus, species
thiobasillus, ferroxidans (kadang-kadang dijumpai Ferrobacillus ferroxidans).
Persamaan reaksi terbentuknya air asam tambang berdasarkan aktivitas biologi
sebagai berikut : FeS2 + H2O + 7/2 O2 à Fe2+ + 2 SO42- Fe2+ + ¼ O2 + 5/2
H2O
T.Ferroxidans à Fe(OH)3 + 2 H+ + FeS2 + 7/2 H2O + 15/4 O2 à Fe(OH)3 ¯ +
2 H2SO4
Dari reaksi kimia dan biologi di atas dapat dilihat bagaimana terbentuk asam
sulfat (H2SO4) yang merupakan asam kuat, dengan adanya kadar asam sulfat ini
menyebabkan air yang mengalir pada daerah yang terjadi proses kimia dan biologi
tersebut akan bersifat asam, inilah yang disebut air asam tambang. Air asam
tambang ini dapat dikenal dari warna jingga atau merah dari endapan besi
hidroksida di dasar aliran atau bau belerang, tetapi ini tidak selalu terjadi karena
ada air asam tambang yang warnanya agak jernih.
Terbentuknya AAT ditandai oleh satu atau lebih karakteristik kualitas air sbb.:
nilai pH yang rendah (1.5 – 4)
konsentrasi logam terlarut yang tinggi, seperti logam besi, aluminium,
mangan, cadmium, tembaga, timbal, seng, arsenik dan mercury
nilai acidity yang tinggi (50 – 1500 mg/L CaCO3)
nilai sulphate yang tinggi (500 – 10.000 mg/L
nilai salinitas (1 – 20 mS/cm)
konsentrasi oksigen terlarut yang rendah
10. Page | 10
2.4 Dampak Yang Ditimbulkan Akibat Air Asam Tambang (AAT)
2.4.1 Dampak Terhadap Lingkungan
Dampak yang dapat ditimbulkan akibat air asam tambang adalah terjadinya
pencemaran lingkungan, dimana komposisi atau kandungan air di daerah yang
terkena dampak tersebut akan berubah sehingga dapat mengurangi kesuburan
tanah, mengganggu kesehatan masyarakat sekitarnya, dan dapat mengakibatkan
korosi pada peralatan tambang. Derajat keasaman tanah yang telah tercemar
akibat air asam tambang ini akan semakin meningkat, sehingga tanaman tidak
dapat tumbuh karena derajat keasaman tanahnya terlalu tinggi. Apabila air asam
tersebut mencemari air tanah maupun aliran air sungai dimana masyarakat
memanfaatkan air tersebut maka dapat mengganggu kesehatan masyarakat sekitar,
11. Page | 11
diantaranya dapat menimbulkan penyakit diare maupun penyakit lainnya yang
berhubungan dengan pencernaan.
Akibat dari kegiatan pemboran, pengolahan batuan penutup dan kegiatan
penambangan yang lainnya serta pengolahan batubara yang dapat menyebabkan
senyawa pyrit yang ada dalam mineral terbentuk dengan oksigen dan bereaksi
dengan air tanah atau air hujan. Air asam tambang ini dicirikan dengan rendahnya
pH dan tingginya senyawa logam tertentu seperti besi, alumunium, mangan. Bila
air yang bersifat asam ini melewati daerah batuan karang/kapur akan melarutkan
senyawa Ca dan Mg dari batuan tersebut.Selanjutnya senyawa Ca dan Mg yang
larut terbawa air akan memberi efek terjadinya AIR SADAH, yang tidak bisa
digunakan untuk mencuci karena sabun tidak bisa berbuih. Bila dipaksakan akan
memboroskan sabun,karena sabun tidak akan berbuih sebelum semua ion Ca dan
Mg mengendap. Limbah pertambangan yang bersifat asam bisa menyebabkan
korosi dan melarutkan logam-logam sehingga air yang dicemari bersifat racun dan
dapat memusnahkan kehidupan akuatik.
Beberapa dampak dari air asam tambang, yaitu :
1.Timbulnya H2SO4 yang dapat menimbulkan peningkatan derajat keasaman
pada air buangan tambang, disamping itu juga dapat terjadi peningkatan Fe dan
total metal.
2.Peningkatan konsentrasi TSS (Total Suspended Solid) akibat tingginya air
limpasan yang membawa tanah tererosi akibat pembukaan lahan tambang yang
dapat menganggu penetrasi matahari dalam sungai yang membawa dampak
lanjutan berupa gangguan proses fotosintetis biota perairan. Proses fotosintetis
oleh komunitas pytoplakton juga akan terganggu, akibat penetrasi cahaya
terhambat oleh partikel tersuspensi.
3.Akibat partikel yang mengendap akan menutupi lapisan dasar perairan sehingga
menggangu proses respirasi biota dasar.
12. Page | 12
4.Penurunan kualitas air permukaan sekaligus penurunan kualitas sanitasi
lingkungan dimana tahap selanjutnya derajat kesehatan penduduk yang
memanfaatkan sumber daya air sungai akan terganggu.
5. Kebutuhan sehari-hari akan menurun dan akan berpotensi terjadi penyakit perut
dan, juga akan menimbulkan persepsi yang buruk darimasyarakat terhadap proyek
tersebut.
2.4.2 Dampak terhadap air tanah
Mineral sulfida sering dijumpai berupa pirit, kalkopirit, spalerit dan galena. Dari
karakteristiknya mineral sulfida dapat dimanfaatkan sebagai bahan industri
metalurgi maupun kimia, namun di alam potensial juga sebagai penghasil air asam
yang dapat menurunkan kualitas lingkungan. Air asam dapat terbentuk secara
alami, sebagai akibat teroksidasi dan terlarutkannya sulfida ke dalam sistem aliran
air permukaan dan air tanah menyebabkan turunnya pH air. Kegiatan
penambangan, dengan membongkar endapan sulfida, berpotensi memperbesar dan
mempercepat proses pembentukan air asam. Permasalahan mineral sulfida terjadi
apabila terpapar pada udara bebas akan teroksidasi, terlarutkan oleh air permukaan
atau air tanah membentuk air asam. Air asam akan melarutkan logam yang
terlewati sehingga menghasilkan bahan beracun berbahaya yang berpotensi
mencemari lingkungan, terutama air permukaan dan air tanah.
13. Page | 13
2.4.3 Dampak Lainnya
Air asam tambang juga dapat mempercepat proses pengkaratan pada peralatan
tambang, sehingga perlu penanganan agar pengaruh yang ditimbulkan dari air
asam tersebut tidak merusak peralatan tambang
2.5 Pengendalian Air Asam Tambang
Upaya pengendalian dilakukan untuk mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan. Dalam mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan sebelum maupun
setelah terbentuknya air asam tambang
Pengendalian air asam tambang secara umum dapat dilakukan dengan cara :
1. Pencegahan atau pengendalian proses pembentukan asam.
Upaya mencegah dapat dilakukan dengan cara :
14. Page | 14
a. Mengisolasi mineral sulfida dengan memisahkan material yang
mengandungmineral sulfida dari air dan udara akan mencegah
terjadinya reaksi oksidasi.
b. Mengendalikan aliran air
1) Mencegah aliran air permukaan masuk ke material
2) Mencegah penyerapan air hujan pada material asam
3) Mencegah aliran air tanah masuk pada lokasi material asam
c. Menutup dan menimbun kembali dengan segera lokasi bekas
penambangan yang telah selesai diambil batubaranya agar jangan
sampai terjadi oksidasi mineral sulfida dengan air dan udara pada
batuan pirit yang terbuka akibat proses penambangan
d. melapisi material yang mengandung sulfida dengan tanah liat(Capsule).
2. Mengendalikan perpindahan air asam yang telah terbentuk.
Hal ini dapat dilakukan dengan :
Secara umum terdapat dua cara pengolahan air, yaitu secara aktif dan pasif.
Sebagai contoh,salah satu parameter penting yaitu pH. Untuk menaikkan nilai pH
ke kondisi normal, maka dilakukan beberapa upaya diantaranya adalah dengan
penambahan bahan kimia seperti kapur (lime).
a. Secara aktif, kapur (berbentuk serbuk/tepung) dicampurkan secara
langsung dengan air asam di saluran air atau wadah khusus, atau di
kolam penampungan air.
15. Page | 15
b. Secara pasif, air asam dialirkan melalui saluran-saluran dimana
terdapat kapur (dalam bentuk batuan) sebagai “media penetral” air
asam yang melaluinya
c. Pembuatan saluran penirisan di sepanjang daerah sumber air asam
d. Pemasangan sistem pipa penirisan di bawah timbunan penghasil air
asam untuk selanjutnya dialirkan ke dalam kolam pengendapan
e. Menambahkan kapur (hydrated lime) ke dalam air. Hydrated lime
adalah suatu bahan kimia yang sangat umum digunakan untuk
menetralkan air asam tambang. Hydrated lime dapat diperoleh dengan
menggunakan proses kalsinasi terhadap batu gamping. Batu gamping
dipanaskan pada suhu 6000 C – 9000 C dengan tekanan 1 atm sehingga
menghasilkan CaO (kapur tohor).
16. Page | 16
3. Menampung dan menetralkan air asam yang telah terbentuk.
Salah satu proses pengolahan terhadap air asam tambang ini adalah proses
netralisasi asam dengan senyawa alkali, oksida besi (II) menjadi besi (III) yang
tidak larut dan proses sedimentasi untuk menghasilkan endapan yang berbentuk
Fe3+. Air asam yang terjadi ditampung pada kolam pengendapan yang berfungsi
sebagai sarana pemantauan kualitas air sekaligus tempat penetralan air asam
sebelum dilepaskan ke alam.
4.Pencegahan Pembentukan Kembali Air Asam Tambang
Pembentukan air asam tambang dapat diatasi dengan menghilangkan atau
mengurangi satu atau lebih komponen – komponen pembentuk air asam tambang.
Pencegahan terbentuknya air asam tambang pada kolam bekas penambangan
adalah dengan cara pelapisan.
Pelapisan adalah cara pengendalian terbentuknya air asam tambang dengan
membatasi kontak oksigen dan air terhadap lapisan batubara yang mengandung
mineral sulfida. Pelapisan ini dilakukan dengan cara menutupi lapisan batubara
yang berupa lantai batubara dengan material yang bersifat impermeable misalnya
mineral liat.
17. Page | 17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari Hasil Penulisan Makalah ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Sektor pertambangan masih dapat diandalkan sebagai tulang punggung
pembangunan di Indonesia untuk beberapa masa mendatang. Tantangan
yang dihadapi Indonesia adalah bagaimana mewujudkan praktek
penambangan yang baik (good mining practices/GMP) yang
meminimalisir dampak lingkungan, sehingga seluruh rakyat Indonesia
dapat menikmati kemakmuran karena sektor pertambangan tanpa takut
kiamat dipercepat akibat keserakahan kita menguras perut bumi
2) Air tanah adalah air yang tersimpan/terperangkap di dalam lapisan batuan
yangmengalami pengisian/penambahan secara terus menerusoleh alam.
3) Air asam tambang (AAT) atau (ARD) didefinisikan sebagai air asam
tambang yang telahtercemar / terpengaruh oleh proses oksidasi mineral-
mineral sulfidayang terdapat pada batuan sebagai akibat kegiatan
eksplorasi ataukegiatan eksploitasi bahan tambang sehingga menghasilkan
air dengan kondisi asam (Ph kurang dari 7).
4) Mineral sulfida dapat terbentuk sebagai hasil aktifitas hidrotermal maupun
sebagai hasil proses sedimentasi. Mineral sulfida sering dijumpai berupa
pirit, kalkopirit, spalerit dan galena. Dari karakteristiknya mineral sulfida
dapat dimanfaatkan sebagai bahan industri metalurgi maupun kimia,
namun di alam potensial juga sebagai penghasil air asam yang dapat
menurunkan kualitas lingkungan.
18. Page | 18
3.2 Saran
1) Perlunya Kerjasama dan kesiapan Pihak Pemerintah Daerah dan
Perusahaan untuk bersama-sama melakukan pencegahan sesuai prosedur
agar AAT tidak sempat terbentuk.
2) Air asam tambang yang tidak dapat terhindarkan terbentuk di wilayah
tambang, harus dinetralkan agar tidak berdampak buruk terhadap
lingkungan sekitarnya.
3) Lokasi bekas penambangan harus selalu dikontrol agar pembentukan air
asam tambang dapat diantisipasi.
4) Segera lakukan penutupan pada lahan bekas penambangan menggunakan
batuan penutup dan top soil agar terbentuknya air asam tambang dapat
dicegah.