SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
Eksplorasi emas 
Dalam penambangan emas, logam emas tidak berada dalam bentuk murninya, akan tetapi 
masih bercampur dengan logam dan campuran lain. Karena itu perlu adanya pemisahan dan 
pemurnian logam emas. Selama ini, pemisahan emas dilakukan dengan cara sianidasi, 
amalgamasi, dan peleburan.Leaching Sianida adalah proses pelarutan selektif oleh sianida 
dimana hanya logam-logam tertentu yang dapat larut, misalnya Au, Ag, Cu, Zn, Cd, Co dan 
lain-lain. Proses Sianidasi terdiri dari dua tahap penting, yaitu proses pelarutan / pelindian ( 
leaching ) dan proses pemisahan emas ( recovery ) dari larutan kaya. Pelarut yang biasa 
digunakan dalam proses cyanidasi adalah Sodium Cyanide ( NaCN ), Potassium Cyanide ( 
KCN ) , Calcium Cyanide [ Ca(CN)2 ], atau Ammonium Cyanide ( NH4CN ). Pelarut yang 
paling sering digunakan adalah NaCN, karena mampu melarutkan emas lebih baik dari 
pelarut lainnya. 
diagram alir proses pengolahan emas sianidasi 
Tahapan amalgamasi secara sederhana sebagai berikut : 
Sebelum dilakukan amalgamasi hendaknya dilakukan proses kominusi dan konsentrasi 
gravitasi, agar mencapai derajat liberasi yang baik sehingga permukaan emas tersingkap.
Pada hasil konsentrat akhir yang diperoleh ditambah merkuri ( amalgamasi ) dilakukan 
selama + 1 jam 
Hasil dari proses ini berupa amalgam basah ( pasta ) dan tailing. Amalgam basah kemudian 
ditampung di dalam suatu tempat yang selanjutnya didulang untuk pemisahan merkuri 
dengan amalgam 
Terhadap amalgam yang diperoleh dari kegiatan pendulangan kemudian dilakukan kegiatan 
pemerasan ( squeezing ) dengan menggunakan kain parasut untuk memisahkan merkuri dari 
amalgam ( filtrasi ). Merkuri yang diperoleh dapat dipakai untuk proses amalgamasi 
selanjutnya. Jumlah merkuri yang tersisa dalam amalgan tergantung pada seberapa kuat 
pemerasan yang dilakukan. Amalgam dengan pemerasan manual akan mengandung 60 – 70 
% emas, dan amalgam yang disaring dengan alat sentrifugal dapat mengandung emas sampai 
lebih dari 80 %. 
Retorting yaitu pembakaran amalgam untuk menguapkan merkuri, sehingga yang tertinggal 
berupa alloy emas. 
Sedangkan pemurnian emas dengan cara elektrolisis. Elektrolisis merupakan proses kimia 
yang mengubah energi listrik menjadi energi kimia. Namun metode-metode tersebut banyak 
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Hal ini karena bahan kimia yang digunakan 
untuk reaksi-reaksi diatas bersifat toksik terhadap lingkungan. 
Pencucian tumpukan batuan dengan sianida (Cyanide Heap Leaching) dianggap sebagai cara 
paling hemat biaya untuk memisahkan butir-butir emas yang halus. Tapi cara ini sangat tidak 
ramah lingkungan karena sianida dapat melepaskan logam-logam berat lainnya seperti 
kadmium, timah, merkuri yang berbahaya bagi manusia dan ikan, dalam konsentrasi rendah 
sekalipun. Menurut laporan Program lingkungan PBB (UNEP), dari tahun 1985 hingga 2000, 
lebih dari selusin waduk pembuangan limbah tambang emas mengandung sianida ambruk. 
Metode amalgamasi, yang dalam penggunaannya melibatkan raksa, hanya dapat mengisolasi 
emas sekitar 50%-60%. Selain dinilai tidak efisien, raksa juga menghasilkan residu yang 
berdampak negatif bagi lingkungan. Bahkan uap raksapun dianggap berbahaya jika terhirup 
manusia. Gejala keracunan pada manusia antara lain : batuk, nyeri dada, bronchitis, 
pneumonia, tremor, insomnia, sakit kepala, cepat lelah, kehilangan berat badan, dan 
gangguan pencernaan.
Mengingat metode-metode yang tidak ramah lingkungan tersebut, maka diperlukan metode 
lain yang lebih ramah terhadap lingkungan. Sejak lama telah diketahui bahwa tumbuhan 
memiliki kemampuan untuk mengambil emas dari tanah dan mengakumulasikannya dalam 
jaringan secara cepat, baik secara aktif melalui metabolisme tumbuhan atau secara pasif 
melalui gugus fungsional dalam jaringan tumbuhan. Kemampuan ini dapat dimanfaatkan 
untuk memperoleh kembali ion emas(III) dari larutannya. 
Dewasa ini telah banyak dikembangkan metode adsorpsi dengan menggunakan biomassa 
tumbuhan, yang dikenal sebagai metode fitofiltrasi. Biomassa tumbuhan dapat digunakan 
untuk mengadsorpsi ion logam kationik maupun anionik. Berbagai penelitian menunjukkan 
bahwa biomassa tumbuhan dapat mengikat berbagai ion logam seperti Cu(II), Ni(II), Cd(II), 
Cr(III), Sn(II), Au(III), dan Zn(II). Selain itu, biomassa bersifat biodegradable, sehingga 
penggunaannya bersifat ramah lingkungan. 
Gugus-gugus aktif yang terdapat pada protein dalam tumbuhan berperan penting bagi proses 
pengikatan ion logam. Tumbuhan yang memiliki kadar protein tinggi dan dapat digunakan 
untuk mengikat emas(III) dengan metode fitofiltrasi adalah rumput gajah. 
Metode fitofiltrasi ini diharapkan sebagai metode alternatif yang dapat digunakan dalam 
pengolahan pertambangan emas di Indonesia, sehingga residu dari hasil tambang emas yang 
diperoleh tidak akan membahayakan bagi lingkungan, hewan, dan manusia. 
Pengolahan emas sistem pelarutan ( leaching) sianida ataupun tiourea konvensional baru 
bernilai jika dilakukan terhadap batuan dengan kandungan minimal emas 5 gram / ton. 
Padahal dalam kenyataannya mayoritas batuan emas memiliki kandungan yang lebih kecil 
dari itu. Agar batuan dengan kandungan emas minimal 1 gram / ton dapat diproses secara 
ekonomis, maka diciptakan sistem pengolahan dump leach / heap leach. 
Berbeda dengan cara - cara konvensional, dalam sistem ini tidak dilakukan penghalusan 
ukuran batuan. Dengan kata lain tak perlu dilakukan proses - proses mekanis terhadap batuan 
hasil tambang. Batuan dengan ukuran seperti apa adanya ditumpuk diatas bidang datar ( 
lapang) yng telah dilapisi polimer sejenis plastik. Plastik berfungsi menahan cairan kimia 
agar tak meresap ke lapisan tanah di bawahnya, sehingga aman dari pencemaran. 
Proses pelarutan dilakukan dengan menyemprot cairan kimia dengan metode hujan buatan 
melalui sprinkle - sprinkle yang ditempatkan di atas tumpukan batuan. Tetes larutan 
selanjutnya akan melakukan penetrasi ke pori - pori batuan, melarutkan logam - logam yang
di inginkan. Gaya grafitasi membawa larutan logam ke bagian bawah dan selanjutnya 
dialirkan ke kolam / danau penampungan. Hasil larutan yang telah masuk ke kolam / danau 
kemudian diproses untuk mendapatkan logam emas dan perak. 
Kegiatan eksplorasi di daerah Pongkor, Jawa Barat di antaranya meliputi Pemetaan Geologi 
Detail (PGD), core logging, detailed mapping structure, pemboran dan evaluasi, serta 
modeling geologi. 
Untuk bauksit, kegiatan eksplorasi di Mempawah, Landak, Tayan, dan Munggu Pasir, 
Kalimantan Barat. Total biaya eksplorasi bauksit selama Februari 2012 adalah sebesar Rp1 
miliar 
Metode geolistrik/resistivity dalam eksplorasi emas 
Emas merupakan salah satu bahan galian logam yang bernilai tinggi baik dari sisi harga 
maupun sisi penggunaan. Logam ini juga merupakan logam pertama yang ditambang karena 
sering dijumpai dalam bentuk logam murni. Bahan galian ini sering dikelompokkan ke dalam 
logam mulia (precious metal). Penggunaan emas telah dimulai lebih dari 5000 tahun yang 
lalu oleh bangsa Mesir. Emas digunakan untuk uang logam dan merupakan suatu standar
untuk sistem keuangan di beberapa negara. Di samping itu emas juga digunakan secara besar-besaran 
pada industri barang perhiasan. 
Ada tiga hal penting dalam membahas pembentukan emas, yaitu 
1. suatu reservoar yang mengandung emas meskipun dalam kadar yang tidak begitu besar 
2. larutan airpanas yang dapat membawa emas ke tempat penjebakan 
3. tempat penjebakan 
Emas dapat dijumpai dalam jumlah cukup besar pada inti bumi dan batuan-batuan yang 
berukuran halus, seperti lempung hitam. Dua hal ini merupakan reservoar potensial dari 
logam emas ini. 
Emas murni sangat mudah larut dalam KCN, NaCN, dan Hg (air raksa). Sehingga emas dapat 
diambil dari mineral pengikatnya melalui amalgamasi (Hg) atau dengan menggunakan 
larutan sianida (biasanya NaCN) dengan karbon aktif. Di antara kedua metode ini, metode 
amalgamasi paling mudah dilakukan dan tentunya dengan biaya yang relatif rendah. Hanya 
dengan modal air raksa dan alat pembakar, emas dengan mudah dapat diambil dari 
pengikatnya. Metode ini umumnya dipakai oleh penduduk lokal untuk mengambil emas dari 
batuan pembawanya. 
Tambang Emas di Indonesia dan Cara Pengolahan Limbahnya 
Indonesia memiliki berbagai macam bahan tambang yang terdapat di berbagai daerah. 
Minyak bumi, gas alam, emas, batubara, bijih besi, dan aspal merupakan jenis-jenis bahan 
tambang yang dimiliki oleh Indonesia. Salah satu jenis bahan tambang yang cukup banyak 
dan tersebar ketersediaannya di Indonesia adalah emas. Emas merupakan salah satu jenis 
bahan tambang yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi. Emas hampir dipasarkan dan 
diperdagangkan hampir di semua pasar perdagangan bahan tambang di seluruh dunia. Nilai 
investasi emas meningkat setiap terjadi perdagangan emas dalam jumlah yang cukup besar. 
Bahkan, jika dilihat lebih jauh lagi, emas memberikan kontribusi berupa devisa yang sangat 
besar bagi negara-negara pengekspor emas. 
Emas tidak terdapat di lapisan tanah yang cukup dalam dari permukaan bumi atau permukaan 
tanah. Bisa dikatakan bahwa bahan tambang jenis ini terletak di permukaan tanah, daerah 
aliran sungai yang berisi endapan-endapan mineral, bahkan di daerah hilir sungai yang
merupakan akhir dari arah aliran air sungai yang mungkin saja menjadi tempat berkumpulnya 
arah aliran beberapa sungai yang membawa endapan-endapan mineral. Emas merupakan 
salah satu jenis mineral yang memiliki banyak manfaat. Jenis mineral ini dapat digunakan 
sebagai bahan konduktor pengantar panas di beberapa jenis alat elektronik. Namun, kegunaan 
emas yang utama adalah sebagai bahan perhiasan berupa kalung, emas, cincin, dan lain 
sebagainya. Jadi, secara garis besar, emas memiliki berbagai manfaat untuk kehidupan 
manusia. 
Untuk mendapatkan emas yang terletak di permukaan tanah ataupun yang terletak di daerah 
aliran sungai tidaklah terlalu sulit. Pencariannya hanya mempergunakan alat-alat yang 
sederhana. Teknik pencarian dan pengolahan limbahnya sangat sederhana. Namun, untuk 
mendapatkan emas yang terdapat di dalam lapisan tanah dengan kedalaman tertentu, 
pencarian emas perlu dipergunakan alat-alat teknologi dan teknik pencarian yang cukup sulit. 
Survey lokasi merupakan salah satu kegiatan awal yang diperlukan untuk mengetahui jumlah 
ketersediaan emas, posisi atau letak emas, dan kedalaman emas dari permukaan tanah. 
Daerah yang memiliki banyak ketersediaan emas tentu saja harus menjadi basis atau sumber 
pencarian dan pengolahan limbah hasil eksplorasi emas. Daerah-daerah inilah yang kemudian 
menjadi daerah-daerah tambang emas yang mungkin saja alam dan lingkungannya dapat 
rusak karena adanya kegiatan penambangan emas ini. 
Pengolahan emas ini selain menguntungkan juga dapat memberikan beberapa efek negatif. 
Selain melakukan eksplorasi alam secara berlebihan, penambangan emas dan pengolahan 
emas akan menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan. Kasus pencemaran 
limbah akibat penambangan emas salah satunya terjadi di Perairan Pantai Buyat. Dugaan 
terjadinya pencemaran logam berat di perairan pantai Buyat karena pembuangan limbah 
padat (tailing) seharusnya tidak akan terjadi, seandainya limbah tersebut sebelum dibuang 
dilakukan pengolahan lebih dulu. Pengolahan limbah bertujuan untuk mengurangi hingga 
kadarnya seminimal mungkin bahkan jika mungkin menghilangkan sama sekali bahan-bahan 
beracun yang terdapat dalam limbah sebelum limbah tersebut dibuang. Walaupun peraturan 
dan tatacara pembuangan limbah beracun telah diatur oleh Pemerintah dalam hal ini 
Kementrian Lingkungan Hidup, tetapi dalam prakteknya dilapangan, masih banyak 
ditemukan terjadinya pencemaran akibat limbah industri. Mungkin terbatasnya tenaga 
pengawas disamping proses pengolahan limbah biasanya memerlukan biaya yang cukup 
besar.Logam berat adalah logam yang massa atom relatifnya besar, kelompok logam-logam 
ini mempunyai peranan yang sangat penting dibidang industri misalnya : Kadmium Cd
digunakan untuk bahan batery yang dapat diisi ulang. Kromium Cr untuk pemberi warna 
cemerlang atau verkrom pada perkakas dari logam. Kobalt Co untuk bahan magnet yang kuat 
pada loudspeker atau microphone. Tembaga Cu untuk kawat listrik. Nikel Ni untuk bahan 
baja tahan karat atau stainless steel. Timbal Pb untuk bahan battery atau Accu pada mobil. 
Seng Zn untuk pelapis kaleng. Mercury Hg dapat melarutkan emas sehingga banyak 
digunakan untuk memisahkan emas dari campurannya dengan tanah, bahan pengisi 
termometer dan dan masih banyak lagi kegunaan logam berat. Hanya sangat disayangkan 
disamping begitu banyak kegunaannya, kelompok logam-logam berat ini sangat beracun 
misalnya Hg, Pb Cd dan Cr dan lain-lain. Ditambah lagi sifatnya yang akumulatif di dalam 
tubuh manusia, dimana setelah logam berat ini masuk ke dalam tubuh manusia, biasanya 
melalui makanan yang tercemar logam berat. Logam berat ini tidak dapat dikeluarkan lagi 
oleh tubuh sehingga makin lama jumlahnya akan semakin meningkat. Jika jumlahnya telah 
cukup besar baru pengaruh negatifnya terhadap kesehatan mulai terlihat, biasanya logam-logam 
berat ini menumpuk di otak, syaraf, jantung, hati, ginjal yang dapat menyebabkan 
kerusakan pada jaringan yang ditempatinya. Tersebarnya logam berat di tanah, peraian 
ataupun udara dapat melalui berbagai hal misalnya, pembuangan secara langsung limbah 
industri, baik limbah padat maupun limbah cair, tetapi dapat pula melalui udara karena 
banyak industri yang membakar begitu saja limbahnya dan membuang hasil pembakaran ke 
udara tanpa melalui pengolahan lebih dulu. Banyak orang beranggapan bahwa dengan cara 
membakar maka limbah beracun tersebut akan hilang, padahal sebenarnya kita hanya 
memindahkan dan menyebarkan limbah beracun tersebut keudara. Pencemaran dengan cara 
ini lebih berbahaya karena udara lebih dinamis sehingga dampak yang diakibatkannya juga 
akan lebih luas dan membersihkan udara jauh lebih sulit. 
Dalam kasus Buyat, logam berat mercury kemungkinan dapat berasal dari limbah proses 
pemisahan biji emas atau dari tanah bahan tambangnya sendiri memang mengandung 
mercury. Banyak alternatif yang dapat digunakan untuk mengolah limbah yang mengandung 
logam berat kususnya mercury diantaranya ialah dengan teknologi Low TemperatureThermal 
Desorption (LTTD) atau dengan teknologi Phytoremediation. Pada sistem thermal 
desorption, material diuraikan pada suhu rendah (< 300 oC) dengan pemanasan tidak 
langsung serta kondisi tekanan udara yang rendah (vakum). Dengan kondisi tersebut material 
akan lebih mudah diuapkan dibandingkan dalam tekanan tinggi. Jadi dalam sistem ini yang 
terjadi adalah proses fisika tidak ada reaksi kimia seperti misalnya reaksi oksidasi. Cara ini 
sangat efektif untuk memisahkan bahan-bahan organik yang mudah menguap misalnya,
(volatile organic compounds/VOCs), semi-volatile organic compounds (SVOCs), (poly 
aromatic hydrocarbon/PAHs), (poly chlorinated biphenyl/PCBs), minyak, pestisida dan 
beberapa logam Cadmium, Mercury Timbal serta non logam misal Arsen, Sulfur, Chlor dan 
lain-lain. Material yang telah terpisah dalam bentuk uapnya akan lebih mudah untuk 
dikumpulkan kembali dengan cara dikondensasikan, diadsorbsi menggunakan filter, larutan 
atau media lain sehingga tidak tersebar kemana-mana. Dengan sistem thermal desorption 
material yang berbahaya dipisahkan agar lebih mudah untuk ditangani entah akan dibuang 
atau dimanfaatkan kembali, sedangkan bahan-bahan organik yang sukar menguap akan 
terkarbonisasi menjadi arang. 
Limbah padat yang mengandung polutan mercury dan arsen dimasukkan ke dalam sistem 
LTTD, limbah akan mengalami pemanasan tidak langsung dengan kondisi tekanan udara 
lebih kecil dari 1 atmosfer. Polutan mercury dan arsen akan menguap (desorpsi), sedangkan 
limbah padat yang telah bersih dari polutan dapat dibuang ke tempat penampungan. 
Kemudian uap polutan yang terbentuk dialirkan ke dalam media pengabsorpsi (absorber). 
Untuk menangkap uap logam mercury dapat digunakan butiran logam perak atau tembaga 
yang kemudian membentuk amalgam. Sedangkan untuk menangkap ion-ion mercury dan 
arsen dapat digunakan larutan hidroksida (OH- ), sulfida (S2-) yang akan mengendapkan ion-ion 
tersebut. Dalam sistem ini perlu ditambahkan wet scrubber dan filter karbon untuk 
menangkap partikulat dan gas-gas beracun yang mungkin terbentuk pada proses desorbsi. 
Keunggulan sistem ini ialah prosesnya cepat dan biaya investasi peralatan dan operasionalnya 
murah, unitnya dapat dibuat kecil sehingga dapat dibuat sistem yang mobil. 
Teknologi mengolah limbah dengan sistem Phytoremediasi, menggunakan tanaman sebagai 
alat pengolah bahan pencemar. Pada limbah padat atau cair yang akan diolah, ditanami 
dengan tanaman tertentu(tanaman sawi , alpine pennycress , rami, dan pigweed) yang dapat 
menyerap, mengumpulkan, mendegradasi bahan-bahan pencemar tertentu yang terdapat di 
dalam limbah tersebut. Banyak istilah yang diberikan pada sistem ini sesuai dengan 
mekanisme yang terjadi pada prosesnya. Misalnya : Phytostabilization, yaitu polutan 
distabilkan di dalam tanah oleh pengaruh tanaman, Phytostimulation: akar tanaman 
menstimulasi penghancuran polutan dengan bantuan bakteri rhizosphere, Phytodegradation, 
yaitu tanaman mendegradasi polutan dengan atau tanpa menyimpannya di dalam daun, 
batang atau akarnya untuk sementara waktu, Phytoextraction, yaitu polutan terakumulasi di 
jaringan tanaman terutama daun, Phytovolatilization, yaitu polutan oleh tanaman diubah
menjadi senyawa yang mudah menguap sehingga dapat dilepaskan ke udara, dan 
Rhizofiltration, yaitu polutan diambil dari air oleh akar tanaman pada sistem hydroponic. 
Proses remediasi polutan dari dalam tanah atau air terjadi karena jenis tanaman tertentu dapat 
melepaskan zat carriers yang biasanya berupa senyawaan kelat, protein, glukosida yang 
berfungsi mengikat zat polutan tertentu kemudian dikumpulkan dijaringan tanaman misalnya 
pada daun atau akar. Keunggulan sistem phytoremediasi diantaranya ialah biayanya murah 
dan dapat dikerjakan insitu, tetapi kekurangannya diantaranya ialah perlu waktu yang 
lamadan diperlukan pupuk untuk menjaga kesuburan tanaman, akar tanaman biasanya pendek 
sehingga tidak dapat menjangkau bagian tanah yang dalam. Yang perlu diingat ialah setelah 
dipanen, tanaman yang kemungkinan masih mengandung polutan beracun ini harus ditangani 
secara khusus. 
Tidak bisa disangkal masalah lingkungan lahir dan berkembang karena faktor manusia jauh 
lebih besar dan rumit (complicated) dibandingkan dengan faktor alam itu sendiri. Manusia 
dengan berbagai dimensinya, terutama dengan faktor mobilitas pertumbuhannya, dan begitu 
juga dengan faktor proses masa atau zaman yang mengubah karakter dan pandangan 
manusia, merupakan faktor yang lebih cepat dikatakan kepada masalah-masalah lingkungan 
hidup. 
Limbah mercuri di buang ke sungai Krueng Sabee oleh petambang yang melakukan 
eksplorasi tambang emas Aceh Jaya. Eksplorasi di Gunung Ujeun telah terus berlanjut, tamu 
dari daerah juga berdatangan mencari emas dengan cara tradisional. Memisahkan emas 
dengan menggunakan mercuri berdasarkan berat jenis. Mercuri diendapkan kedalam tanah 
alluvial yang mengandung emas, emas naik ke atas dan endapan lain mengendap kebawah, 
emas muncul ke permukaan. 
Seperti itulah teknik pengambilan emas dengan merkuri yang menghasilkan limbah sangat 
berbahaya bagi makhluk hidup. Limbah di buang ke daerah aliran sungai tanpa ada proses 
pengolahan sama sekali oleh masyarakat. Merkuri (Hg) adalah jenis logam sangat berat, 
membeku pada temperatur –38,9oC dan mendidih pada temperatur 357oC. 
Merkuri dapat diakumulasi dalam tubuh manusia adalah merkuri yang berbentuk methyl 
merkuri (CH3Hg), juga dapat terakumulasi dalam ikan. Kasus keracunan metil merkuri pada
orang, baik anak maupun orang dewasa, diberitakan secara besar-besaran pasca Perang Dunia 
ke-2 di Jepang disebut sebagai Minamata Disease (Penyakit Minamata). 
Pemandangan pengilingan emas dilakukan oleh kelompok masyarakat di depan rumah 
mereka di Aceh Jaya, hasil limbahnya langsung di buang ke sungai yang berakibat langsung 
terhadap kehidupan manusia dan biota sepanjang kehidupan daerah aliran sungai tersebut, 
yang bersentuhan langsung dengan aktivitas ekosistem. Dekat aliran sungai telah berdiri 
warung kecil menyediakan ikan bakar bagi pengunjung dan pendatang eksplorasi emas. 
Ikan bakar di konsumsi manusia, ditakutkan dengan kondisi ini, ikan dibeli oleh masyarakat 
dan memakannya. Misalnya ikan bakar terkontaminasi dengan merkuri, apa ada yang 
sanggup mengatakan merkuri aman di konsumsi oleh manusia. Bukan hanya orang Aceh Jaya 
terkena dampaknya tapi semua yang melakukan eksplorasi tambang emas, apalagi telah 
berdatangan orang-orang dari luar Aceh terkontaminasi merkuri. 
Akibatnya, pada intoksikasi berat penderita menunjukkan gejala klinis tremor, gangguan 
koordinasi, gangguan keseimbangan, jalan sempoyongan (Ataxia) yang menyebabkan orang 
takut berjalan. Hal ini diakibatkan terjadi kerusakan pada jaringan otak kecil (serebellum). 
Ditakutkan masyarakat Aceh Jaya akan kehilangan generasi produktifnya, dampak langsung 
dirasakan oleh meraka yang terkontaminasi. Mercuri tidak langsung membawa penyakit bagi 
manusia, tapi terakumulasi dalam tubuh. Seperti air sungai dipakai oleh warga untuk mandi 
dan dialirkan ke sawah. Jadi setiap hari warga memanfaatkan air dan mengkonsumsi ikan 
yang telah terkontaminasi dengan merkuri. 
Setiap hari produksi limbah merkuri sebanyak 100 kilogram dari kilang pengolahan biji emas 
yang dibuang ke sungai Krueng Sabee. Hasil investigasi Walhi Aceh dilapangan adalah 
warga sekitar tambang telah mengetahui bahaya penggunaan merkuri, masyarakat cuek dan 
tidak memikirkan dampak dan menghindari bahaya merkuri.. 
Imbas merkuri bukan hanya pencemaran di sungai, semua ekosistem yang pernah 
berhubungan dengan sungai Krueng Sabee juga berpotensi menimbulkan penyakit minamata. 
Pada kadar merkuri yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru, muntah-muntah, 
peningkatan tekanan darah atau denyut jantung, kerusakan kulit, dan iritasi mata. Masyarakat 
mengetahui dampak langsung mengunakan merkuri. Jika Merkuri telah terkontaminasi dalam 
tubuh manusia, maka akan merusak sistem syaraf, tidur, perubahan mood (perasaan),
kesemutan mulai dari daerah sekitar mulut hingga jari dan tangan, pengurangan pendengaran 
atau penglihatan dan pengurangan daya ingat. 
Ada tiga persoalan yang masih harus dihadapi dalam eksplorasi emas. Pertama, meyakinkan 
publik bahwa kelak proses eksploitasi tambang emas tidak berdampak serius pada 
lingkungan. Kedua, persinggungan dan hubungan dengan penambang liar. Ketiga, hubungan 
dengan Pemerintah dengan mengadakan sistem bagi hasil (saham golden share). 
Selama ini, secara umum, publik memahami bahwa dibutuhkan merkuri dan sianida untuk 
mengambil emas dari bebatuan. Dari 100 ton batuan, hanya 3 persen yang diambil untuk 
diproses lebih lanjut guna mendapatkan kandungan emas. Sementara 97 persen sisanya 
dibuang sebagai limbag tailing tambang. 
Pengolahan limbah tailing agar aman membutuhkan biaya yang sangat besar. Itulah sebabnya 
mengapa banyak perusahaan yang kemudian membuang limbahnya ke daerah sungai, sumber 
air seperti danau, atau sekadar kolam penampung. 
Dalam tahap eksplorasi, tidak ada penggunaan merkuri. Limbah ceceran minyak (B3) yang 
berasal dari area pemboran ditampung di tempat tersendiri. Limbah B3 ini lantas dikirim ke 
pengelola. 
Saat ini ancaman pencemaran merkuri berasal dari penambang tradisional. PT IMN pernah 
meneliti air Sungai Gonggo, Ringin Agung, Gumuk Gendruwo, dan Lompongan untuk 
mengetahui kadar merkuri di sana. Ternyata kadar merkuri ditemukan dari lumpur. 
Di Sungai Gumuk Gendruwo, terkandung 231 gram per kilogram kering lumpur. Masih ada 
perdebatan tentang ambang normal merkuri di lumpur. Namun yang jelas, merkuri itu berada 
di lokasi penambangan rakyat. 
Penambang liar tidak mendatangkan retribusi kepada pemerintah daerah maupun pajak 
kepada pemerintah pusat, serta sebetulnya merupakan eksploitasi rakyat oleh para cukong. 
PETI (Penambang Emas Tanpa Izin) didukung oleh pemodal cukup kuat, sehingga untuk 
mengamankan pengoperasiannya sering melibatkan pejabat dan unsur keamanan. PETI juga 
telah terbukti menimbulkan masalah lingkungan yang cukup parah. Para penambang tak 
segan-seganmemakai air raksa untuk "menangkap" emas, sehingga sungai pun tercemar. 
Penggunaan pompa-pompa pasir juga telah mengakibatkan erosi pada dinding-dinding 
sungai.
PETI berpotensi memberikan ancaman kepada operator resmi. Razia aparat kepolisian 
terhadap mereka bisa berakibat pada aksi balas dendam kepada operator resmi yang dianggap 
mendalangi razia tersebut. 
Tailing dan Pemanfaatannya 
Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (World Commission on Environment 
and Development/WCED) mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai 
pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini dengan mengkompromikan kemampuan 
generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Pembangunan berkelanjutan 
menuntut masyarakat agar memenuhi kebutuhan manusia dengan meningkatkan potensi 
produktif melalui cara-cara yang ramah lingkungan maupun dengan menjamin tersedianya 
peluang yang adil bagi semua pihak (WCED, 1997). Untuk itu diperlukan pengaturan agar 
lingkungan tetap mampu mendukung kegiatan pembangunan dalam rangka memenuhi 
kebutuhan manusia. 
Pertambangan adalah usaha mengelola sumberdaya alam yang tidak terbaharui dengan 
mengambil mineral berharga dari dalam bumi. Pertambangan memang memiliki potensi 
untuk merusak lingkungan. Dewasa ini paradigma pertambangan sudah mulai bergeser dari 
pilar keuntungan ekonomi menjadi tiga pilar, orientasi ekonomi, kesejahteraan sosial dan 
perlindungan lingkungan. 
Berlanjutnya sistem ekologi di sekitar wilayah pertambangan sangat berkaitan pula dengan 
dayadukung wilayah tersebut. Hal ini disebabkan karena sumberdaya pada suatu daerah yang 
telah terganggu oleh aktivitas penambangan memiliki batas kemampuan untuk menghadapi 
perubahan, mendukung sistem kehidupan, serta menyerap limbah. 
Potensi penurunan fungsi lingkungan yang masih mungkin terjadi adalah akibat masuknya 
tailing sebagai hasil sampingan produk pertambangan ke dalam lingkungan. Karena 
pembuangan tailing ini berjalan terus seiring produksi perusahaan maka volume yang 
dikeluarkan juga akan ada dalam jumlah besar sehingga perlu pengelolaan yang kontinyu dan 
akurat.
Pengertian Tailing 
Tailing sebenarnya merupakan limbah yang dihasilkan dari proses penggerusan batuan 
tambang (ore) yang mengandung bijih mineral untuk diambil mineral berharganya. Tailing 
umumnya memiliki komposisi sekitar 50% batuan dan 50% air sehingga sifatnya seperti 
lumpur (slurry). Sebagai limbah, tailing dapat dikatakan sebagai sampah dan berpotensi 
mencemarkan lingkungan baik dilihat dari volume yang dihasilkan maupun potensi rembesan 
yang mungkin terjadi pada tempat pembuangan tailing. Tailing hasil ekstraksi logam seperti 
emas dan nikel umumnya masih mengandung beberapa logam dengan kadar tertentu. Logam 
ini berasal dari logam yang terbentuk bersamaan dengan proses pembentukan mineral 
berharga itu sendiri. Mineral yang mengandung emas dan perak biasanya berasosiasi dengan 
logam perak, besi, chrom, seng dan tembaga seperti kalkokpirit (CuFeS2) dan berbagai 
mineral sulfida lain. 
Karena di dalam tailing kandungan logam berharga sudah sangat sedikit dan dalam jumlah 
yang tidak ekonomis, maka tailing ini biasanya dibuang. Perbandingan logam berharga sepeti 
emas dan tailing sangat besar. Untuk penambangan emas dan perak secara bawah tanah di 
Jawa Barat, dalam satu ton bijih batuan hanya mengandung rata-rata Au 9 gr/ton dan Ag 96 
gr/ton. Sedangkan di daerah lain yang menambag emas porfiri dan tembaga hanya dengan 
kadar rata-rata hanya Au 0,3 gr/ton dan Ag 1,06 gr/ton. 
Perbedaan volume dan kadar yang besar ini menyebabkan jumlah tailing hasil pengolahan 
dan penambangan sangat besar. Untuk penambangan dengan sistem open pit, jumlahnya 
sangat besar. Sebuah tambang tembaga asing menghasilkan 40 juta ton tailing per tahunnya 
kemudian dengan skala lebih besar lagi menghasilkan lebih dai 81 juta ton tailing tiap 
tahunnya.
Tailing Sebagai Limbah 
Pengertian limbah berdasarkan PP No. 19/1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan 
Berbahaya dan Beracun adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan atau proses produksi. Jika 
melampaui nilai ambang batas dapat membahayakan lingkungan di sekitarnya. Tailing 
berpotensi sebagai sumber pencemar lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik akan 
mengakibatkan pengotoran lingkungan, pencemaran air dan tanah. Pengertian tailing diatas 
dapat diartikan sebagai limbah pada sisa aktivitas pengolahan dan penambangan, tidak 
terpakai, karena membahayakan lingkungan harus dikelola dari lingkungan. Dengan 
demikian diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk mengelola tailing ini. 
Tailing penambangan emas sebagai limbah adalah sisa setelah terjadi pemisahan konsentrat 
atau logam berharga dari bijih batuan di pabrik pengolahan, bentuknya merupakan batuan 
alami yang telah digerus. Dalam artian sebagai limbah, tailing ini tidak bernilai karena hanya 
sebagai produk sisa atau buangan dari pengambilan emas dan perak. 
Tailing Sebagai Limbah B3 
Pengertian limbah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas 
manusia maupun proses alam. Sebagai hasil sampingan dari proses pengolahan tailing juga 
masuk dalam kategori limbah. Selain itu ada pengertian limbah B3 berdasarkan pasal 1 PP 
No. 19 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3 pengertian Limbah B3, adalah “sisa suatu 
usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena 
sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak 
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat 
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk 
hidup lain”. Berdasar ketentuan ini, KLH menyatakan tailing sebagai limbah B3. Pengertian 
ini, tailing tidak bernilai karena hanya sebagai produk sisa dari pengambilan emas dan perak 
dan berpotensi sebagai pencemar lingkungan apabila tidak dikelola.
Tailing Sebagai Sumber Daya 
Dilain pihak terdapat pengertian bahwa tailing merupakan potensi sumberdaya yang dapat 
dimanfaatkan sehingga mempunyai nilai tambah sebagai produk yang dapat dimanfaatkan 
kembali menjadi produk lain. Dengan demikian diharapkan dapat menghasilkan nilai tambah 
dari hanya sekedar limbah yang tidak termanfaatkan. 
Tailing sebagai sumberdaya telah mulai dimanfaatkan di beberapa perusahaan pertambangan 
baik di dalam maupun luar negeri. Komposisi utama tailing hasil penambangan emas 
umumnya adalah kuarsa, lempung silikat dan beberapa logam yang terkandung di dalamnya. 
Komposisi tailing seperti ini ditambah lagi dengan ukuran yang halus membuat banyak 
tailing dimanfaatan sebagai media tanam untuk reklamasi, pengurukan lahan reklamasi 
dengan sistem cutt and fill serta pembuatan bahan bangunan dan agregat. Untuk pembuatan 
bahan bangunan dan beton ini, tailing digunakan sebagai bahan utama dan ditambahkan 
beberapa bahan aditif lainnya. 
Pertimbangan dalam Pemanfaatan Tailing 
Tailing yang dihasilkan dari industri pertambangan menjadi perdebatan karena volume yang 
dihasilkan sangat besar dan masih mengandung logam dalam konsentrasi tertentu. Volume 
tailing ini besar karena di dalam bijih tembaga misalnya, hanya terkandung 0,5%-2% logam 
tembaga dan sisanya adalah batuan waste yang akan menjadi tailing. Perbedaan pengotor dan 
mineral berharga inilah yang membuat tailing pertambangan volumenya sangat besar. 
Karena volume yang besar ini pula, maka tailing harus ditempatkan di lokasi khusus dan 
dengan maintenance yang cermat pula. Pemilihan sistem penempatan tailing dan 
pemanfaatan tailing bukan saja memikirkan faktor biaya tetapi juga dampaknya bagi 
lingkungan hidup. Perkembangan industri pertambangan saat ini membuat produksi harus 
diiringi dengan pelaksanaan penambangan yang bertanggung jawab. 
Volume tailing yang sangat besar ini dapat berpotensi menurunkan fungsi lingkungan karena 
sebaran tailing dapat menutupi permukaan sehingga vegetasi yang ada di permukaan menjadi 
tidak dapat hidup. Selain itu tailing membutuhkan area khusus yang besar dan steril untuk 
lokasi penampungan. Penanganan tailing harus dilakukan dengan good mining practice 
karena jika tidak dikelola akan menimbulkan dampak yang besar
Semakin tinggi volume tailing yang akan dibuang, semakin besar luas pula area yang 
diperlukan untuk menampung tailing (tailing dam). Semakin luasnya penggunaan tanah ini 
berarti akan menambah beban limbah ke lingkungan. Para ahli tambang dan lingkungan 
merekomendasikan pemanfaatan kembali tailing ini untuk berbagai keperluan aktivitas 
penambangan karena praktik terbaik pengelolaan lingkungan di pertambangan menuntut 
proses yang terus menerus dan terpadu, mulai kegiatan eksplorasi awal hingga konstruksi, 
pengoperasian dan penutupannya. 
Pemanfaatan kembali tailing dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penggunaan 
agregat (bahan bangunan), sebagai media tanam, pembuatan jalan, reklamasi lahan pantai 
maupun pengisi lubang bukaan tambang (backfilling). Pemanfaatan tailing sejalan dengan 
prinsip 3 R (reduce, reuse dan recycle) akan mengurangi volume tailing sehingga beban 
lingkungan berkurang. 
Karakteristik tambang bawah tanah sangat khas karena disesuaikan dengan jenis dan kondisi 
cadangan. Meskipun begitu, baik tambang bawah tanah maupun open pit, keduanya selalu 
menghasilkan tailing. 
Oleh: 
Brian Nugraha (2613101009) 
Niar Kasih Karlita (2613101007)
Yuniar H 
entrika (2613101008)

More Related Content

What's hot

Tambang eksplorasi
Tambang eksplorasiTambang eksplorasi
Tambang eksplorasioilandgas24
 
Teknik eksplorasi
Teknik eksplorasiTeknik eksplorasi
Teknik eksplorasioilandgas24
 
Teknik Eksplorasi Tambang
Teknik Eksplorasi TambangTeknik Eksplorasi Tambang
Teknik Eksplorasi Tambangnyongker29
 
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineralrramdan383
 
GeoTek Kestabilan Lereng
GeoTek Kestabilan LerengGeoTek Kestabilan Lereng
GeoTek Kestabilan LerengAyu Kuleh Putri
 
BENTONITE - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
BENTONITE - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITABENTONITE - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
BENTONITE - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITABonita Susimah
 
Bab 1-terminologi-bahan-galian
Bab 1-terminologi-bahan-galianBab 1-terminologi-bahan-galian
Bab 1-terminologi-bahan-galianisa saleh
 
Bab II Pemboran Peledakan
Bab II Pemboran PeledakanBab II Pemboran Peledakan
Bab II Pemboran PeledakanMuhammad Nafis
 
Metode sampling pada jenis – jenis endapan
Metode sampling pada jenis – jenis endapanMetode sampling pada jenis – jenis endapan
Metode sampling pada jenis – jenis endapankusyanto Anto
 
Penyanggaan tambang bawah tanah - isya ansyari -
Penyanggaan  tambang bawah tanah - isya ansyari -Penyanggaan  tambang bawah tanah - isya ansyari -
Penyanggaan tambang bawah tanah - isya ansyari -Isya Ansyari
 
Teknik Penambangan (Alluvial Mine)
Teknik Penambangan (Alluvial Mine)Teknik Penambangan (Alluvial Mine)
Teknik Penambangan (Alluvial Mine)Amiin Majiid Nugroho
 
Tahapan pemetaan geologi
Tahapan pemetaan geologiTahapan pemetaan geologi
Tahapan pemetaan geologiIndahPasaribu1
 
BATU MULIA - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
BATU MULIA - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITABATU MULIA - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
BATU MULIA - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITABonita Susimah
 
paper underground mining
paper underground miningpaper underground mining
paper underground miningheny novi
 
Mekanika Batuan (Teknik Pertambangan)
Mekanika Batuan (Teknik Pertambangan)Mekanika Batuan (Teknik Pertambangan)
Mekanika Batuan (Teknik Pertambangan)Aris Munandar
 
pola peledakan tamka dan tamda
pola peledakan tamka dan tamdapola peledakan tamka dan tamda
pola peledakan tamka dan tamdaUDIN MUHRUDIN
 

What's hot (20)

Tambang eksplorasi
Tambang eksplorasiTambang eksplorasi
Tambang eksplorasi
 
Teknik eksplorasi
Teknik eksplorasiTeknik eksplorasi
Teknik eksplorasi
 
Teknik Eksplorasi Tambang
Teknik Eksplorasi TambangTeknik Eksplorasi Tambang
Teknik Eksplorasi Tambang
 
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
 
GeoTek Kestabilan Lereng
GeoTek Kestabilan LerengGeoTek Kestabilan Lereng
GeoTek Kestabilan Lereng
 
BENTONITE - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
BENTONITE - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITABENTONITE - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
BENTONITE - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
 
Bab 1-terminologi-bahan-galian
Bab 1-terminologi-bahan-galianBab 1-terminologi-bahan-galian
Bab 1-terminologi-bahan-galian
 
Bab II Pemboran Peledakan
Bab II Pemboran PeledakanBab II Pemboran Peledakan
Bab II Pemboran Peledakan
 
Metode sampling pada jenis – jenis endapan
Metode sampling pada jenis – jenis endapanMetode sampling pada jenis – jenis endapan
Metode sampling pada jenis – jenis endapan
 
Penyanggaan tambang bawah tanah - isya ansyari -
Penyanggaan  tambang bawah tanah - isya ansyari -Penyanggaan  tambang bawah tanah - isya ansyari -
Penyanggaan tambang bawah tanah - isya ansyari -
 
Teknik Penambangan (Alluvial Mine)
Teknik Penambangan (Alluvial Mine)Teknik Penambangan (Alluvial Mine)
Teknik Penambangan (Alluvial Mine)
 
Tahapan pemetaan geologi
Tahapan pemetaan geologiTahapan pemetaan geologi
Tahapan pemetaan geologi
 
Komponen dan fungsi alatbor
Komponen dan fungsi alatborKomponen dan fungsi alatbor
Komponen dan fungsi alatbor
 
Deskripsi core
Deskripsi coreDeskripsi core
Deskripsi core
 
BATU MULIA - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
BATU MULIA - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITABATU MULIA - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
BATU MULIA - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
 
paper underground mining
paper underground miningpaper underground mining
paper underground mining
 
Mekanika Batuan (Teknik Pertambangan)
Mekanika Batuan (Teknik Pertambangan)Mekanika Batuan (Teknik Pertambangan)
Mekanika Batuan (Teknik Pertambangan)
 
pola peledakan tamka dan tamda
pola peledakan tamka dan tamdapola peledakan tamka dan tamda
pola peledakan tamka dan tamda
 
Laporan
LaporanLaporan
Laporan
 
Genesa Bahan Galian
Genesa Bahan GalianGenesa Bahan Galian
Genesa Bahan Galian
 

Viewers also liked

Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_Coal sttnas supandi_2014_09...
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_Coal sttnas supandi_2014_09...Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_Coal sttnas supandi_2014_09...
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_Coal sttnas supandi_2014_09...Mario Yuven
 
Materi eksplorasi sumber daya bahan galian
Materi eksplorasi sumber daya bahan galianMateri eksplorasi sumber daya bahan galian
Materi eksplorasi sumber daya bahan galianmahapatih_51
 
Peluang Kerja Teknik Lingkungan
Peluang Kerja Teknik LingkunganPeluang Kerja Teknik Lingkungan
Peluang Kerja Teknik LingkunganSutami Suparmin
 
Metode Geofisika
Metode GeofisikaMetode Geofisika
Metode Geofisikakeynahkhun
 
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI AIR TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI  AIR  TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI  AIR  TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI AIR TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...YOHANIS SAHABAT
 
Laporan studi fenomena geografi 1
Laporan studi fenomena geografi 1Laporan studi fenomena geografi 1
Laporan studi fenomena geografi 1Albert Tiar
 
02. drilling rig sistem angkat hoisting system ok
02. drilling rig  sistem angkat  hoisting system ok02. drilling rig  sistem angkat  hoisting system ok
02. drilling rig sistem angkat hoisting system okrusihan
 
Pembuaan dan manfaat beberapa unsur logam dan senyawanya
Pembuaan dan manfaat beberapa unsur logam dan senyawanyaPembuaan dan manfaat beberapa unsur logam dan senyawanya
Pembuaan dan manfaat beberapa unsur logam dan senyawanyaIrwan Saputra
 
Dasar Dasar Teknik Pengeboran
Dasar Dasar Teknik PengeboranDasar Dasar Teknik Pengeboran
Dasar Dasar Teknik PengeboranlombkTBK
 
Power point strategi_pembelajaran-2013
Power point strategi_pembelajaran-2013Power point strategi_pembelajaran-2013
Power point strategi_pembelajaran-2013Pitha Kartika
 

Viewers also liked (15)

Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_Coal sttnas supandi_2014_09...
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_Coal sttnas supandi_2014_09...Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_Coal sttnas supandi_2014_09...
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_Coal sttnas supandi_2014_09...
 
Materi eksplorasi sumber daya bahan galian
Materi eksplorasi sumber daya bahan galianMateri eksplorasi sumber daya bahan galian
Materi eksplorasi sumber daya bahan galian
 
Tahapan eksplorasi
Tahapan eksplorasiTahapan eksplorasi
Tahapan eksplorasi
 
Pengolahan batu-cu1
Pengolahan batu-cu1Pengolahan batu-cu1
Pengolahan batu-cu1
 
Peluang Kerja Teknik Lingkungan
Peluang Kerja Teknik LingkunganPeluang Kerja Teknik Lingkungan
Peluang Kerja Teknik Lingkungan
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Pertambangan peti
Pertambangan petiPertambangan peti
Pertambangan peti
 
Metode Geofisika
Metode GeofisikaMetode Geofisika
Metode Geofisika
 
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI AIR TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI  AIR  TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI  AIR  TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI AIR TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...
 
Laporan studi fenomena geografi 1
Laporan studi fenomena geografi 1Laporan studi fenomena geografi 1
Laporan studi fenomena geografi 1
 
Alat Bor Eksplorasi
Alat Bor EksplorasiAlat Bor Eksplorasi
Alat Bor Eksplorasi
 
02. drilling rig sistem angkat hoisting system ok
02. drilling rig  sistem angkat  hoisting system ok02. drilling rig  sistem angkat  hoisting system ok
02. drilling rig sistem angkat hoisting system ok
 
Pembuaan dan manfaat beberapa unsur logam dan senyawanya
Pembuaan dan manfaat beberapa unsur logam dan senyawanyaPembuaan dan manfaat beberapa unsur logam dan senyawanya
Pembuaan dan manfaat beberapa unsur logam dan senyawanya
 
Dasar Dasar Teknik Pengeboran
Dasar Dasar Teknik PengeboranDasar Dasar Teknik Pengeboran
Dasar Dasar Teknik Pengeboran
 
Power point strategi_pembelajaran-2013
Power point strategi_pembelajaran-2013Power point strategi_pembelajaran-2013
Power point strategi_pembelajaran-2013
 

Similar to EKSTRAKSI EMAS

Similar to EKSTRAKSI EMAS (20)

Makalah toksikologi toksisitas emas (diva) revisi
Makalah toksikologi toksisitas emas (diva) revisiMakalah toksikologi toksisitas emas (diva) revisi
Makalah toksikologi toksisitas emas (diva) revisi
 
Sumberdaya logam
Sumberdaya  logamSumberdaya  logam
Sumberdaya logam
 
EMAS
EMAS EMAS
EMAS
 
Makalah tembaga (Cu)
Makalah tembaga (Cu)Makalah tembaga (Cu)
Makalah tembaga (Cu)
 
Barang tambang emas dan perak
Barang tambang emas dan perakBarang tambang emas dan perak
Barang tambang emas dan perak
 
Makalah tambang bijih
Makalah tambang bijihMakalah tambang bijih
Makalah tambang bijih
 
36974166 aplikasi-geolistrik
36974166 aplikasi-geolistrik36974166 aplikasi-geolistrik
36974166 aplikasi-geolistrik
 
Tugas geografi
Tugas geografiTugas geografi
Tugas geografi
 
292736504 tembaga
292736504 tembaga292736504 tembaga
292736504 tembaga
 
Metalurgi.pptx
Metalurgi.pptxMetalurgi.pptx
Metalurgi.pptx
 
Jenis jenis dan Persebaran SDA di Indonesia
Jenis jenis dan Persebaran SDA di IndonesiaJenis jenis dan Persebaran SDA di Indonesia
Jenis jenis dan Persebaran SDA di Indonesia
 
Endapan Placer
Endapan PlacerEndapan Placer
Endapan Placer
 
KIMIA Unsur Transisi Periode 4
KIMIA Unsur Transisi Periode 4KIMIA Unsur Transisi Periode 4
KIMIA Unsur Transisi Periode 4
 
Bab i pendahuluan bab ii,Makalah pengetahuan lingkungan .Air asam Tambang.
Bab i pendahuluan bab ii,Makalah pengetahuan lingkungan .Air asam Tambang.Bab i pendahuluan bab ii,Makalah pengetahuan lingkungan .Air asam Tambang.
Bab i pendahuluan bab ii,Makalah pengetahuan lingkungan .Air asam Tambang.
 
Perak
PerakPerak
Perak
 
Sda tambang
Sda tambangSda tambang
Sda tambang
 
Kelompok 10 ESDA (Pratiwi dan Adinda).pdf
Kelompok 10 ESDA (Pratiwi dan Adinda).pdfKelompok 10 ESDA (Pratiwi dan Adinda).pdf
Kelompok 10 ESDA (Pratiwi dan Adinda).pdf
 
Arsenik; Limbah Tambang Berbahaya
Arsenik; Limbah Tambang BerbahayaArsenik; Limbah Tambang Berbahaya
Arsenik; Limbah Tambang Berbahaya
 
Contoh judul kp
Contoh judul kpContoh judul kp
Contoh judul kp
 
Alluvial mine
Alluvial mineAlluvial mine
Alluvial mine
 

EKSTRAKSI EMAS

  • 1. Eksplorasi emas Dalam penambangan emas, logam emas tidak berada dalam bentuk murninya, akan tetapi masih bercampur dengan logam dan campuran lain. Karena itu perlu adanya pemisahan dan pemurnian logam emas. Selama ini, pemisahan emas dilakukan dengan cara sianidasi, amalgamasi, dan peleburan.Leaching Sianida adalah proses pelarutan selektif oleh sianida dimana hanya logam-logam tertentu yang dapat larut, misalnya Au, Ag, Cu, Zn, Cd, Co dan lain-lain. Proses Sianidasi terdiri dari dua tahap penting, yaitu proses pelarutan / pelindian ( leaching ) dan proses pemisahan emas ( recovery ) dari larutan kaya. Pelarut yang biasa digunakan dalam proses cyanidasi adalah Sodium Cyanide ( NaCN ), Potassium Cyanide ( KCN ) , Calcium Cyanide [ Ca(CN)2 ], atau Ammonium Cyanide ( NH4CN ). Pelarut yang paling sering digunakan adalah NaCN, karena mampu melarutkan emas lebih baik dari pelarut lainnya. diagram alir proses pengolahan emas sianidasi Tahapan amalgamasi secara sederhana sebagai berikut : Sebelum dilakukan amalgamasi hendaknya dilakukan proses kominusi dan konsentrasi gravitasi, agar mencapai derajat liberasi yang baik sehingga permukaan emas tersingkap.
  • 2. Pada hasil konsentrat akhir yang diperoleh ditambah merkuri ( amalgamasi ) dilakukan selama + 1 jam Hasil dari proses ini berupa amalgam basah ( pasta ) dan tailing. Amalgam basah kemudian ditampung di dalam suatu tempat yang selanjutnya didulang untuk pemisahan merkuri dengan amalgam Terhadap amalgam yang diperoleh dari kegiatan pendulangan kemudian dilakukan kegiatan pemerasan ( squeezing ) dengan menggunakan kain parasut untuk memisahkan merkuri dari amalgam ( filtrasi ). Merkuri yang diperoleh dapat dipakai untuk proses amalgamasi selanjutnya. Jumlah merkuri yang tersisa dalam amalgan tergantung pada seberapa kuat pemerasan yang dilakukan. Amalgam dengan pemerasan manual akan mengandung 60 – 70 % emas, dan amalgam yang disaring dengan alat sentrifugal dapat mengandung emas sampai lebih dari 80 %. Retorting yaitu pembakaran amalgam untuk menguapkan merkuri, sehingga yang tertinggal berupa alloy emas. Sedangkan pemurnian emas dengan cara elektrolisis. Elektrolisis merupakan proses kimia yang mengubah energi listrik menjadi energi kimia. Namun metode-metode tersebut banyak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Hal ini karena bahan kimia yang digunakan untuk reaksi-reaksi diatas bersifat toksik terhadap lingkungan. Pencucian tumpukan batuan dengan sianida (Cyanide Heap Leaching) dianggap sebagai cara paling hemat biaya untuk memisahkan butir-butir emas yang halus. Tapi cara ini sangat tidak ramah lingkungan karena sianida dapat melepaskan logam-logam berat lainnya seperti kadmium, timah, merkuri yang berbahaya bagi manusia dan ikan, dalam konsentrasi rendah sekalipun. Menurut laporan Program lingkungan PBB (UNEP), dari tahun 1985 hingga 2000, lebih dari selusin waduk pembuangan limbah tambang emas mengandung sianida ambruk. Metode amalgamasi, yang dalam penggunaannya melibatkan raksa, hanya dapat mengisolasi emas sekitar 50%-60%. Selain dinilai tidak efisien, raksa juga menghasilkan residu yang berdampak negatif bagi lingkungan. Bahkan uap raksapun dianggap berbahaya jika terhirup manusia. Gejala keracunan pada manusia antara lain : batuk, nyeri dada, bronchitis, pneumonia, tremor, insomnia, sakit kepala, cepat lelah, kehilangan berat badan, dan gangguan pencernaan.
  • 3. Mengingat metode-metode yang tidak ramah lingkungan tersebut, maka diperlukan metode lain yang lebih ramah terhadap lingkungan. Sejak lama telah diketahui bahwa tumbuhan memiliki kemampuan untuk mengambil emas dari tanah dan mengakumulasikannya dalam jaringan secara cepat, baik secara aktif melalui metabolisme tumbuhan atau secara pasif melalui gugus fungsional dalam jaringan tumbuhan. Kemampuan ini dapat dimanfaatkan untuk memperoleh kembali ion emas(III) dari larutannya. Dewasa ini telah banyak dikembangkan metode adsorpsi dengan menggunakan biomassa tumbuhan, yang dikenal sebagai metode fitofiltrasi. Biomassa tumbuhan dapat digunakan untuk mengadsorpsi ion logam kationik maupun anionik. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa biomassa tumbuhan dapat mengikat berbagai ion logam seperti Cu(II), Ni(II), Cd(II), Cr(III), Sn(II), Au(III), dan Zn(II). Selain itu, biomassa bersifat biodegradable, sehingga penggunaannya bersifat ramah lingkungan. Gugus-gugus aktif yang terdapat pada protein dalam tumbuhan berperan penting bagi proses pengikatan ion logam. Tumbuhan yang memiliki kadar protein tinggi dan dapat digunakan untuk mengikat emas(III) dengan metode fitofiltrasi adalah rumput gajah. Metode fitofiltrasi ini diharapkan sebagai metode alternatif yang dapat digunakan dalam pengolahan pertambangan emas di Indonesia, sehingga residu dari hasil tambang emas yang diperoleh tidak akan membahayakan bagi lingkungan, hewan, dan manusia. Pengolahan emas sistem pelarutan ( leaching) sianida ataupun tiourea konvensional baru bernilai jika dilakukan terhadap batuan dengan kandungan minimal emas 5 gram / ton. Padahal dalam kenyataannya mayoritas batuan emas memiliki kandungan yang lebih kecil dari itu. Agar batuan dengan kandungan emas minimal 1 gram / ton dapat diproses secara ekonomis, maka diciptakan sistem pengolahan dump leach / heap leach. Berbeda dengan cara - cara konvensional, dalam sistem ini tidak dilakukan penghalusan ukuran batuan. Dengan kata lain tak perlu dilakukan proses - proses mekanis terhadap batuan hasil tambang. Batuan dengan ukuran seperti apa adanya ditumpuk diatas bidang datar ( lapang) yng telah dilapisi polimer sejenis plastik. Plastik berfungsi menahan cairan kimia agar tak meresap ke lapisan tanah di bawahnya, sehingga aman dari pencemaran. Proses pelarutan dilakukan dengan menyemprot cairan kimia dengan metode hujan buatan melalui sprinkle - sprinkle yang ditempatkan di atas tumpukan batuan. Tetes larutan selanjutnya akan melakukan penetrasi ke pori - pori batuan, melarutkan logam - logam yang
  • 4. di inginkan. Gaya grafitasi membawa larutan logam ke bagian bawah dan selanjutnya dialirkan ke kolam / danau penampungan. Hasil larutan yang telah masuk ke kolam / danau kemudian diproses untuk mendapatkan logam emas dan perak. Kegiatan eksplorasi di daerah Pongkor, Jawa Barat di antaranya meliputi Pemetaan Geologi Detail (PGD), core logging, detailed mapping structure, pemboran dan evaluasi, serta modeling geologi. Untuk bauksit, kegiatan eksplorasi di Mempawah, Landak, Tayan, dan Munggu Pasir, Kalimantan Barat. Total biaya eksplorasi bauksit selama Februari 2012 adalah sebesar Rp1 miliar Metode geolistrik/resistivity dalam eksplorasi emas Emas merupakan salah satu bahan galian logam yang bernilai tinggi baik dari sisi harga maupun sisi penggunaan. Logam ini juga merupakan logam pertama yang ditambang karena sering dijumpai dalam bentuk logam murni. Bahan galian ini sering dikelompokkan ke dalam logam mulia (precious metal). Penggunaan emas telah dimulai lebih dari 5000 tahun yang lalu oleh bangsa Mesir. Emas digunakan untuk uang logam dan merupakan suatu standar
  • 5. untuk sistem keuangan di beberapa negara. Di samping itu emas juga digunakan secara besar-besaran pada industri barang perhiasan. Ada tiga hal penting dalam membahas pembentukan emas, yaitu 1. suatu reservoar yang mengandung emas meskipun dalam kadar yang tidak begitu besar 2. larutan airpanas yang dapat membawa emas ke tempat penjebakan 3. tempat penjebakan Emas dapat dijumpai dalam jumlah cukup besar pada inti bumi dan batuan-batuan yang berukuran halus, seperti lempung hitam. Dua hal ini merupakan reservoar potensial dari logam emas ini. Emas murni sangat mudah larut dalam KCN, NaCN, dan Hg (air raksa). Sehingga emas dapat diambil dari mineral pengikatnya melalui amalgamasi (Hg) atau dengan menggunakan larutan sianida (biasanya NaCN) dengan karbon aktif. Di antara kedua metode ini, metode amalgamasi paling mudah dilakukan dan tentunya dengan biaya yang relatif rendah. Hanya dengan modal air raksa dan alat pembakar, emas dengan mudah dapat diambil dari pengikatnya. Metode ini umumnya dipakai oleh penduduk lokal untuk mengambil emas dari batuan pembawanya. Tambang Emas di Indonesia dan Cara Pengolahan Limbahnya Indonesia memiliki berbagai macam bahan tambang yang terdapat di berbagai daerah. Minyak bumi, gas alam, emas, batubara, bijih besi, dan aspal merupakan jenis-jenis bahan tambang yang dimiliki oleh Indonesia. Salah satu jenis bahan tambang yang cukup banyak dan tersebar ketersediaannya di Indonesia adalah emas. Emas merupakan salah satu jenis bahan tambang yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi. Emas hampir dipasarkan dan diperdagangkan hampir di semua pasar perdagangan bahan tambang di seluruh dunia. Nilai investasi emas meningkat setiap terjadi perdagangan emas dalam jumlah yang cukup besar. Bahkan, jika dilihat lebih jauh lagi, emas memberikan kontribusi berupa devisa yang sangat besar bagi negara-negara pengekspor emas. Emas tidak terdapat di lapisan tanah yang cukup dalam dari permukaan bumi atau permukaan tanah. Bisa dikatakan bahwa bahan tambang jenis ini terletak di permukaan tanah, daerah aliran sungai yang berisi endapan-endapan mineral, bahkan di daerah hilir sungai yang
  • 6. merupakan akhir dari arah aliran air sungai yang mungkin saja menjadi tempat berkumpulnya arah aliran beberapa sungai yang membawa endapan-endapan mineral. Emas merupakan salah satu jenis mineral yang memiliki banyak manfaat. Jenis mineral ini dapat digunakan sebagai bahan konduktor pengantar panas di beberapa jenis alat elektronik. Namun, kegunaan emas yang utama adalah sebagai bahan perhiasan berupa kalung, emas, cincin, dan lain sebagainya. Jadi, secara garis besar, emas memiliki berbagai manfaat untuk kehidupan manusia. Untuk mendapatkan emas yang terletak di permukaan tanah ataupun yang terletak di daerah aliran sungai tidaklah terlalu sulit. Pencariannya hanya mempergunakan alat-alat yang sederhana. Teknik pencarian dan pengolahan limbahnya sangat sederhana. Namun, untuk mendapatkan emas yang terdapat di dalam lapisan tanah dengan kedalaman tertentu, pencarian emas perlu dipergunakan alat-alat teknologi dan teknik pencarian yang cukup sulit. Survey lokasi merupakan salah satu kegiatan awal yang diperlukan untuk mengetahui jumlah ketersediaan emas, posisi atau letak emas, dan kedalaman emas dari permukaan tanah. Daerah yang memiliki banyak ketersediaan emas tentu saja harus menjadi basis atau sumber pencarian dan pengolahan limbah hasil eksplorasi emas. Daerah-daerah inilah yang kemudian menjadi daerah-daerah tambang emas yang mungkin saja alam dan lingkungannya dapat rusak karena adanya kegiatan penambangan emas ini. Pengolahan emas ini selain menguntungkan juga dapat memberikan beberapa efek negatif. Selain melakukan eksplorasi alam secara berlebihan, penambangan emas dan pengolahan emas akan menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan. Kasus pencemaran limbah akibat penambangan emas salah satunya terjadi di Perairan Pantai Buyat. Dugaan terjadinya pencemaran logam berat di perairan pantai Buyat karena pembuangan limbah padat (tailing) seharusnya tidak akan terjadi, seandainya limbah tersebut sebelum dibuang dilakukan pengolahan lebih dulu. Pengolahan limbah bertujuan untuk mengurangi hingga kadarnya seminimal mungkin bahkan jika mungkin menghilangkan sama sekali bahan-bahan beracun yang terdapat dalam limbah sebelum limbah tersebut dibuang. Walaupun peraturan dan tatacara pembuangan limbah beracun telah diatur oleh Pemerintah dalam hal ini Kementrian Lingkungan Hidup, tetapi dalam prakteknya dilapangan, masih banyak ditemukan terjadinya pencemaran akibat limbah industri. Mungkin terbatasnya tenaga pengawas disamping proses pengolahan limbah biasanya memerlukan biaya yang cukup besar.Logam berat adalah logam yang massa atom relatifnya besar, kelompok logam-logam ini mempunyai peranan yang sangat penting dibidang industri misalnya : Kadmium Cd
  • 7. digunakan untuk bahan batery yang dapat diisi ulang. Kromium Cr untuk pemberi warna cemerlang atau verkrom pada perkakas dari logam. Kobalt Co untuk bahan magnet yang kuat pada loudspeker atau microphone. Tembaga Cu untuk kawat listrik. Nikel Ni untuk bahan baja tahan karat atau stainless steel. Timbal Pb untuk bahan battery atau Accu pada mobil. Seng Zn untuk pelapis kaleng. Mercury Hg dapat melarutkan emas sehingga banyak digunakan untuk memisahkan emas dari campurannya dengan tanah, bahan pengisi termometer dan dan masih banyak lagi kegunaan logam berat. Hanya sangat disayangkan disamping begitu banyak kegunaannya, kelompok logam-logam berat ini sangat beracun misalnya Hg, Pb Cd dan Cr dan lain-lain. Ditambah lagi sifatnya yang akumulatif di dalam tubuh manusia, dimana setelah logam berat ini masuk ke dalam tubuh manusia, biasanya melalui makanan yang tercemar logam berat. Logam berat ini tidak dapat dikeluarkan lagi oleh tubuh sehingga makin lama jumlahnya akan semakin meningkat. Jika jumlahnya telah cukup besar baru pengaruh negatifnya terhadap kesehatan mulai terlihat, biasanya logam-logam berat ini menumpuk di otak, syaraf, jantung, hati, ginjal yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan yang ditempatinya. Tersebarnya logam berat di tanah, peraian ataupun udara dapat melalui berbagai hal misalnya, pembuangan secara langsung limbah industri, baik limbah padat maupun limbah cair, tetapi dapat pula melalui udara karena banyak industri yang membakar begitu saja limbahnya dan membuang hasil pembakaran ke udara tanpa melalui pengolahan lebih dulu. Banyak orang beranggapan bahwa dengan cara membakar maka limbah beracun tersebut akan hilang, padahal sebenarnya kita hanya memindahkan dan menyebarkan limbah beracun tersebut keudara. Pencemaran dengan cara ini lebih berbahaya karena udara lebih dinamis sehingga dampak yang diakibatkannya juga akan lebih luas dan membersihkan udara jauh lebih sulit. Dalam kasus Buyat, logam berat mercury kemungkinan dapat berasal dari limbah proses pemisahan biji emas atau dari tanah bahan tambangnya sendiri memang mengandung mercury. Banyak alternatif yang dapat digunakan untuk mengolah limbah yang mengandung logam berat kususnya mercury diantaranya ialah dengan teknologi Low TemperatureThermal Desorption (LTTD) atau dengan teknologi Phytoremediation. Pada sistem thermal desorption, material diuraikan pada suhu rendah (< 300 oC) dengan pemanasan tidak langsung serta kondisi tekanan udara yang rendah (vakum). Dengan kondisi tersebut material akan lebih mudah diuapkan dibandingkan dalam tekanan tinggi. Jadi dalam sistem ini yang terjadi adalah proses fisika tidak ada reaksi kimia seperti misalnya reaksi oksidasi. Cara ini sangat efektif untuk memisahkan bahan-bahan organik yang mudah menguap misalnya,
  • 8. (volatile organic compounds/VOCs), semi-volatile organic compounds (SVOCs), (poly aromatic hydrocarbon/PAHs), (poly chlorinated biphenyl/PCBs), minyak, pestisida dan beberapa logam Cadmium, Mercury Timbal serta non logam misal Arsen, Sulfur, Chlor dan lain-lain. Material yang telah terpisah dalam bentuk uapnya akan lebih mudah untuk dikumpulkan kembali dengan cara dikondensasikan, diadsorbsi menggunakan filter, larutan atau media lain sehingga tidak tersebar kemana-mana. Dengan sistem thermal desorption material yang berbahaya dipisahkan agar lebih mudah untuk ditangani entah akan dibuang atau dimanfaatkan kembali, sedangkan bahan-bahan organik yang sukar menguap akan terkarbonisasi menjadi arang. Limbah padat yang mengandung polutan mercury dan arsen dimasukkan ke dalam sistem LTTD, limbah akan mengalami pemanasan tidak langsung dengan kondisi tekanan udara lebih kecil dari 1 atmosfer. Polutan mercury dan arsen akan menguap (desorpsi), sedangkan limbah padat yang telah bersih dari polutan dapat dibuang ke tempat penampungan. Kemudian uap polutan yang terbentuk dialirkan ke dalam media pengabsorpsi (absorber). Untuk menangkap uap logam mercury dapat digunakan butiran logam perak atau tembaga yang kemudian membentuk amalgam. Sedangkan untuk menangkap ion-ion mercury dan arsen dapat digunakan larutan hidroksida (OH- ), sulfida (S2-) yang akan mengendapkan ion-ion tersebut. Dalam sistem ini perlu ditambahkan wet scrubber dan filter karbon untuk menangkap partikulat dan gas-gas beracun yang mungkin terbentuk pada proses desorbsi. Keunggulan sistem ini ialah prosesnya cepat dan biaya investasi peralatan dan operasionalnya murah, unitnya dapat dibuat kecil sehingga dapat dibuat sistem yang mobil. Teknologi mengolah limbah dengan sistem Phytoremediasi, menggunakan tanaman sebagai alat pengolah bahan pencemar. Pada limbah padat atau cair yang akan diolah, ditanami dengan tanaman tertentu(tanaman sawi , alpine pennycress , rami, dan pigweed) yang dapat menyerap, mengumpulkan, mendegradasi bahan-bahan pencemar tertentu yang terdapat di dalam limbah tersebut. Banyak istilah yang diberikan pada sistem ini sesuai dengan mekanisme yang terjadi pada prosesnya. Misalnya : Phytostabilization, yaitu polutan distabilkan di dalam tanah oleh pengaruh tanaman, Phytostimulation: akar tanaman menstimulasi penghancuran polutan dengan bantuan bakteri rhizosphere, Phytodegradation, yaitu tanaman mendegradasi polutan dengan atau tanpa menyimpannya di dalam daun, batang atau akarnya untuk sementara waktu, Phytoextraction, yaitu polutan terakumulasi di jaringan tanaman terutama daun, Phytovolatilization, yaitu polutan oleh tanaman diubah
  • 9. menjadi senyawa yang mudah menguap sehingga dapat dilepaskan ke udara, dan Rhizofiltration, yaitu polutan diambil dari air oleh akar tanaman pada sistem hydroponic. Proses remediasi polutan dari dalam tanah atau air terjadi karena jenis tanaman tertentu dapat melepaskan zat carriers yang biasanya berupa senyawaan kelat, protein, glukosida yang berfungsi mengikat zat polutan tertentu kemudian dikumpulkan dijaringan tanaman misalnya pada daun atau akar. Keunggulan sistem phytoremediasi diantaranya ialah biayanya murah dan dapat dikerjakan insitu, tetapi kekurangannya diantaranya ialah perlu waktu yang lamadan diperlukan pupuk untuk menjaga kesuburan tanaman, akar tanaman biasanya pendek sehingga tidak dapat menjangkau bagian tanah yang dalam. Yang perlu diingat ialah setelah dipanen, tanaman yang kemungkinan masih mengandung polutan beracun ini harus ditangani secara khusus. Tidak bisa disangkal masalah lingkungan lahir dan berkembang karena faktor manusia jauh lebih besar dan rumit (complicated) dibandingkan dengan faktor alam itu sendiri. Manusia dengan berbagai dimensinya, terutama dengan faktor mobilitas pertumbuhannya, dan begitu juga dengan faktor proses masa atau zaman yang mengubah karakter dan pandangan manusia, merupakan faktor yang lebih cepat dikatakan kepada masalah-masalah lingkungan hidup. Limbah mercuri di buang ke sungai Krueng Sabee oleh petambang yang melakukan eksplorasi tambang emas Aceh Jaya. Eksplorasi di Gunung Ujeun telah terus berlanjut, tamu dari daerah juga berdatangan mencari emas dengan cara tradisional. Memisahkan emas dengan menggunakan mercuri berdasarkan berat jenis. Mercuri diendapkan kedalam tanah alluvial yang mengandung emas, emas naik ke atas dan endapan lain mengendap kebawah, emas muncul ke permukaan. Seperti itulah teknik pengambilan emas dengan merkuri yang menghasilkan limbah sangat berbahaya bagi makhluk hidup. Limbah di buang ke daerah aliran sungai tanpa ada proses pengolahan sama sekali oleh masyarakat. Merkuri (Hg) adalah jenis logam sangat berat, membeku pada temperatur –38,9oC dan mendidih pada temperatur 357oC. Merkuri dapat diakumulasi dalam tubuh manusia adalah merkuri yang berbentuk methyl merkuri (CH3Hg), juga dapat terakumulasi dalam ikan. Kasus keracunan metil merkuri pada
  • 10. orang, baik anak maupun orang dewasa, diberitakan secara besar-besaran pasca Perang Dunia ke-2 di Jepang disebut sebagai Minamata Disease (Penyakit Minamata). Pemandangan pengilingan emas dilakukan oleh kelompok masyarakat di depan rumah mereka di Aceh Jaya, hasil limbahnya langsung di buang ke sungai yang berakibat langsung terhadap kehidupan manusia dan biota sepanjang kehidupan daerah aliran sungai tersebut, yang bersentuhan langsung dengan aktivitas ekosistem. Dekat aliran sungai telah berdiri warung kecil menyediakan ikan bakar bagi pengunjung dan pendatang eksplorasi emas. Ikan bakar di konsumsi manusia, ditakutkan dengan kondisi ini, ikan dibeli oleh masyarakat dan memakannya. Misalnya ikan bakar terkontaminasi dengan merkuri, apa ada yang sanggup mengatakan merkuri aman di konsumsi oleh manusia. Bukan hanya orang Aceh Jaya terkena dampaknya tapi semua yang melakukan eksplorasi tambang emas, apalagi telah berdatangan orang-orang dari luar Aceh terkontaminasi merkuri. Akibatnya, pada intoksikasi berat penderita menunjukkan gejala klinis tremor, gangguan koordinasi, gangguan keseimbangan, jalan sempoyongan (Ataxia) yang menyebabkan orang takut berjalan. Hal ini diakibatkan terjadi kerusakan pada jaringan otak kecil (serebellum). Ditakutkan masyarakat Aceh Jaya akan kehilangan generasi produktifnya, dampak langsung dirasakan oleh meraka yang terkontaminasi. Mercuri tidak langsung membawa penyakit bagi manusia, tapi terakumulasi dalam tubuh. Seperti air sungai dipakai oleh warga untuk mandi dan dialirkan ke sawah. Jadi setiap hari warga memanfaatkan air dan mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi dengan merkuri. Setiap hari produksi limbah merkuri sebanyak 100 kilogram dari kilang pengolahan biji emas yang dibuang ke sungai Krueng Sabee. Hasil investigasi Walhi Aceh dilapangan adalah warga sekitar tambang telah mengetahui bahaya penggunaan merkuri, masyarakat cuek dan tidak memikirkan dampak dan menghindari bahaya merkuri.. Imbas merkuri bukan hanya pencemaran di sungai, semua ekosistem yang pernah berhubungan dengan sungai Krueng Sabee juga berpotensi menimbulkan penyakit minamata. Pada kadar merkuri yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru, muntah-muntah, peningkatan tekanan darah atau denyut jantung, kerusakan kulit, dan iritasi mata. Masyarakat mengetahui dampak langsung mengunakan merkuri. Jika Merkuri telah terkontaminasi dalam tubuh manusia, maka akan merusak sistem syaraf, tidur, perubahan mood (perasaan),
  • 11. kesemutan mulai dari daerah sekitar mulut hingga jari dan tangan, pengurangan pendengaran atau penglihatan dan pengurangan daya ingat. Ada tiga persoalan yang masih harus dihadapi dalam eksplorasi emas. Pertama, meyakinkan publik bahwa kelak proses eksploitasi tambang emas tidak berdampak serius pada lingkungan. Kedua, persinggungan dan hubungan dengan penambang liar. Ketiga, hubungan dengan Pemerintah dengan mengadakan sistem bagi hasil (saham golden share). Selama ini, secara umum, publik memahami bahwa dibutuhkan merkuri dan sianida untuk mengambil emas dari bebatuan. Dari 100 ton batuan, hanya 3 persen yang diambil untuk diproses lebih lanjut guna mendapatkan kandungan emas. Sementara 97 persen sisanya dibuang sebagai limbag tailing tambang. Pengolahan limbah tailing agar aman membutuhkan biaya yang sangat besar. Itulah sebabnya mengapa banyak perusahaan yang kemudian membuang limbahnya ke daerah sungai, sumber air seperti danau, atau sekadar kolam penampung. Dalam tahap eksplorasi, tidak ada penggunaan merkuri. Limbah ceceran minyak (B3) yang berasal dari area pemboran ditampung di tempat tersendiri. Limbah B3 ini lantas dikirim ke pengelola. Saat ini ancaman pencemaran merkuri berasal dari penambang tradisional. PT IMN pernah meneliti air Sungai Gonggo, Ringin Agung, Gumuk Gendruwo, dan Lompongan untuk mengetahui kadar merkuri di sana. Ternyata kadar merkuri ditemukan dari lumpur. Di Sungai Gumuk Gendruwo, terkandung 231 gram per kilogram kering lumpur. Masih ada perdebatan tentang ambang normal merkuri di lumpur. Namun yang jelas, merkuri itu berada di lokasi penambangan rakyat. Penambang liar tidak mendatangkan retribusi kepada pemerintah daerah maupun pajak kepada pemerintah pusat, serta sebetulnya merupakan eksploitasi rakyat oleh para cukong. PETI (Penambang Emas Tanpa Izin) didukung oleh pemodal cukup kuat, sehingga untuk mengamankan pengoperasiannya sering melibatkan pejabat dan unsur keamanan. PETI juga telah terbukti menimbulkan masalah lingkungan yang cukup parah. Para penambang tak segan-seganmemakai air raksa untuk "menangkap" emas, sehingga sungai pun tercemar. Penggunaan pompa-pompa pasir juga telah mengakibatkan erosi pada dinding-dinding sungai.
  • 12. PETI berpotensi memberikan ancaman kepada operator resmi. Razia aparat kepolisian terhadap mereka bisa berakibat pada aksi balas dendam kepada operator resmi yang dianggap mendalangi razia tersebut. Tailing dan Pemanfaatannya Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (World Commission on Environment and Development/WCED) mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini dengan mengkompromikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Pembangunan berkelanjutan menuntut masyarakat agar memenuhi kebutuhan manusia dengan meningkatkan potensi produktif melalui cara-cara yang ramah lingkungan maupun dengan menjamin tersedianya peluang yang adil bagi semua pihak (WCED, 1997). Untuk itu diperlukan pengaturan agar lingkungan tetap mampu mendukung kegiatan pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Pertambangan adalah usaha mengelola sumberdaya alam yang tidak terbaharui dengan mengambil mineral berharga dari dalam bumi. Pertambangan memang memiliki potensi untuk merusak lingkungan. Dewasa ini paradigma pertambangan sudah mulai bergeser dari pilar keuntungan ekonomi menjadi tiga pilar, orientasi ekonomi, kesejahteraan sosial dan perlindungan lingkungan. Berlanjutnya sistem ekologi di sekitar wilayah pertambangan sangat berkaitan pula dengan dayadukung wilayah tersebut. Hal ini disebabkan karena sumberdaya pada suatu daerah yang telah terganggu oleh aktivitas penambangan memiliki batas kemampuan untuk menghadapi perubahan, mendukung sistem kehidupan, serta menyerap limbah. Potensi penurunan fungsi lingkungan yang masih mungkin terjadi adalah akibat masuknya tailing sebagai hasil sampingan produk pertambangan ke dalam lingkungan. Karena pembuangan tailing ini berjalan terus seiring produksi perusahaan maka volume yang dikeluarkan juga akan ada dalam jumlah besar sehingga perlu pengelolaan yang kontinyu dan akurat.
  • 13. Pengertian Tailing Tailing sebenarnya merupakan limbah yang dihasilkan dari proses penggerusan batuan tambang (ore) yang mengandung bijih mineral untuk diambil mineral berharganya. Tailing umumnya memiliki komposisi sekitar 50% batuan dan 50% air sehingga sifatnya seperti lumpur (slurry). Sebagai limbah, tailing dapat dikatakan sebagai sampah dan berpotensi mencemarkan lingkungan baik dilihat dari volume yang dihasilkan maupun potensi rembesan yang mungkin terjadi pada tempat pembuangan tailing. Tailing hasil ekstraksi logam seperti emas dan nikel umumnya masih mengandung beberapa logam dengan kadar tertentu. Logam ini berasal dari logam yang terbentuk bersamaan dengan proses pembentukan mineral berharga itu sendiri. Mineral yang mengandung emas dan perak biasanya berasosiasi dengan logam perak, besi, chrom, seng dan tembaga seperti kalkokpirit (CuFeS2) dan berbagai mineral sulfida lain. Karena di dalam tailing kandungan logam berharga sudah sangat sedikit dan dalam jumlah yang tidak ekonomis, maka tailing ini biasanya dibuang. Perbandingan logam berharga sepeti emas dan tailing sangat besar. Untuk penambangan emas dan perak secara bawah tanah di Jawa Barat, dalam satu ton bijih batuan hanya mengandung rata-rata Au 9 gr/ton dan Ag 96 gr/ton. Sedangkan di daerah lain yang menambag emas porfiri dan tembaga hanya dengan kadar rata-rata hanya Au 0,3 gr/ton dan Ag 1,06 gr/ton. Perbedaan volume dan kadar yang besar ini menyebabkan jumlah tailing hasil pengolahan dan penambangan sangat besar. Untuk penambangan dengan sistem open pit, jumlahnya sangat besar. Sebuah tambang tembaga asing menghasilkan 40 juta ton tailing per tahunnya kemudian dengan skala lebih besar lagi menghasilkan lebih dai 81 juta ton tailing tiap tahunnya.
  • 14. Tailing Sebagai Limbah Pengertian limbah berdasarkan PP No. 19/1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan atau proses produksi. Jika melampaui nilai ambang batas dapat membahayakan lingkungan di sekitarnya. Tailing berpotensi sebagai sumber pencemar lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan pengotoran lingkungan, pencemaran air dan tanah. Pengertian tailing diatas dapat diartikan sebagai limbah pada sisa aktivitas pengolahan dan penambangan, tidak terpakai, karena membahayakan lingkungan harus dikelola dari lingkungan. Dengan demikian diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk mengelola tailing ini. Tailing penambangan emas sebagai limbah adalah sisa setelah terjadi pemisahan konsentrat atau logam berharga dari bijih batuan di pabrik pengolahan, bentuknya merupakan batuan alami yang telah digerus. Dalam artian sebagai limbah, tailing ini tidak bernilai karena hanya sebagai produk sisa atau buangan dari pengambilan emas dan perak. Tailing Sebagai Limbah B3 Pengertian limbah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam. Sebagai hasil sampingan dari proses pengolahan tailing juga masuk dalam kategori limbah. Selain itu ada pengertian limbah B3 berdasarkan pasal 1 PP No. 19 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3 pengertian Limbah B3, adalah “sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain”. Berdasar ketentuan ini, KLH menyatakan tailing sebagai limbah B3. Pengertian ini, tailing tidak bernilai karena hanya sebagai produk sisa dari pengambilan emas dan perak dan berpotensi sebagai pencemar lingkungan apabila tidak dikelola.
  • 15. Tailing Sebagai Sumber Daya Dilain pihak terdapat pengertian bahwa tailing merupakan potensi sumberdaya yang dapat dimanfaatkan sehingga mempunyai nilai tambah sebagai produk yang dapat dimanfaatkan kembali menjadi produk lain. Dengan demikian diharapkan dapat menghasilkan nilai tambah dari hanya sekedar limbah yang tidak termanfaatkan. Tailing sebagai sumberdaya telah mulai dimanfaatkan di beberapa perusahaan pertambangan baik di dalam maupun luar negeri. Komposisi utama tailing hasil penambangan emas umumnya adalah kuarsa, lempung silikat dan beberapa logam yang terkandung di dalamnya. Komposisi tailing seperti ini ditambah lagi dengan ukuran yang halus membuat banyak tailing dimanfaatan sebagai media tanam untuk reklamasi, pengurukan lahan reklamasi dengan sistem cutt and fill serta pembuatan bahan bangunan dan agregat. Untuk pembuatan bahan bangunan dan beton ini, tailing digunakan sebagai bahan utama dan ditambahkan beberapa bahan aditif lainnya. Pertimbangan dalam Pemanfaatan Tailing Tailing yang dihasilkan dari industri pertambangan menjadi perdebatan karena volume yang dihasilkan sangat besar dan masih mengandung logam dalam konsentrasi tertentu. Volume tailing ini besar karena di dalam bijih tembaga misalnya, hanya terkandung 0,5%-2% logam tembaga dan sisanya adalah batuan waste yang akan menjadi tailing. Perbedaan pengotor dan mineral berharga inilah yang membuat tailing pertambangan volumenya sangat besar. Karena volume yang besar ini pula, maka tailing harus ditempatkan di lokasi khusus dan dengan maintenance yang cermat pula. Pemilihan sistem penempatan tailing dan pemanfaatan tailing bukan saja memikirkan faktor biaya tetapi juga dampaknya bagi lingkungan hidup. Perkembangan industri pertambangan saat ini membuat produksi harus diiringi dengan pelaksanaan penambangan yang bertanggung jawab. Volume tailing yang sangat besar ini dapat berpotensi menurunkan fungsi lingkungan karena sebaran tailing dapat menutupi permukaan sehingga vegetasi yang ada di permukaan menjadi tidak dapat hidup. Selain itu tailing membutuhkan area khusus yang besar dan steril untuk lokasi penampungan. Penanganan tailing harus dilakukan dengan good mining practice karena jika tidak dikelola akan menimbulkan dampak yang besar
  • 16. Semakin tinggi volume tailing yang akan dibuang, semakin besar luas pula area yang diperlukan untuk menampung tailing (tailing dam). Semakin luasnya penggunaan tanah ini berarti akan menambah beban limbah ke lingkungan. Para ahli tambang dan lingkungan merekomendasikan pemanfaatan kembali tailing ini untuk berbagai keperluan aktivitas penambangan karena praktik terbaik pengelolaan lingkungan di pertambangan menuntut proses yang terus menerus dan terpadu, mulai kegiatan eksplorasi awal hingga konstruksi, pengoperasian dan penutupannya. Pemanfaatan kembali tailing dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penggunaan agregat (bahan bangunan), sebagai media tanam, pembuatan jalan, reklamasi lahan pantai maupun pengisi lubang bukaan tambang (backfilling). Pemanfaatan tailing sejalan dengan prinsip 3 R (reduce, reuse dan recycle) akan mengurangi volume tailing sehingga beban lingkungan berkurang. Karakteristik tambang bawah tanah sangat khas karena disesuaikan dengan jenis dan kondisi cadangan. Meskipun begitu, baik tambang bawah tanah maupun open pit, keduanya selalu menghasilkan tailing. Oleh: Brian Nugraha (2613101009) Niar Kasih Karlita (2613101007)
  • 17. Yuniar H entrika (2613101008)