Teori Disonansi Kognitif menjelaskan tentang ketidaknyamanan psikologis yang timbul dari adanya inkonsistensi antara sikap, pemikiran, dan perilaku seseorang. Teori ini mengajarkan bahwa manusia memiliki dorongan untuk mencapai konsistensi dan akan berusaha mengurangi disonansi dengan mengubah sikap, pemikiran, atau perilaku.
2. Pengertia Teori Disonansi Kognitif
• Istilah disonansi kognitif pertama kali dipopulerkan ileh seorang psikolog
bernama Leon Festinger pada tahun 1950an.
Menurut Festinger disonansi kognitif adalah ketidak sesuaian yang terjadi
antara dua elemen kognitif yang tidak konsisten yang menyebabkan ketidak
nyamanan psikologis serta mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu
agar disonansi itu dapat dikurangi. Istilah disonansi/disonan berkaitan
dengan istilah konsonan dimana keduanya mengacu pada hubungan yang
ada antara elemen. Elemen-elemen yang dimaksud adalah elemen kognitif
(Festinger, 1957).
• Teori Disonansi Kognitif merupakan sebuah teori dalam psikologi sosial
yang membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang akibat
sikap, pemikiran, dan perilaku yang saling bertentangan dan memotivasi
seseorag untukmengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan
tersebut .
3. • Terdapat dua macam hubungan antar elemen
(Festinger, 1957 dalam Shaw dan Contanzo, 1982),
yaitu :
a. Hubungan tidak relevan (irrelevant), yaitu tidak adanya
kaitan antara dua elemen kognitif.
b. Hubungan relevan, yaitu hubungan yang tekait sehingga
salah satu elemen mempunyai dampak terhadap elemen yang
lainnya. Hubungan ini terdiri dari dua macam yaitu :
Disonan, Hubungan yang disonan adalah hubungan yang
berlawanan atau tidak sesuai.
Konsonan, Hubungan konsonan adalah hubungan yang
berjalan secara beriringan dan sesuai.
4. Konsep dan Proses Disonansi Kognitif
Kognitif merujuk pada pikiran atau pemikiran.
Disonansi merujuk pada konflik atau inkonsistensi.
5. Asumsi Teori Disonansi Kognitif
• Manusia mempunyai hasrat akan adanya konsistensi pada
keyakinan, sikap, dan perilakunya.
• Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologis.
• Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang
untuk melakukan tindakan-tindakan dengan dampak yang
dapat diukur.
• Disonansi mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi
dan usaha untuk mengurangi disonansi Orang enerung untuk
menghindari situasi yang menciptakan inkonsistensi dan
berusaha mencari situasi yang mengembalikan konsistensi.
6. Sumber penyebab Disonansi Kognitif
Festinger (1957) meneyebutkan empat sumber disonansi yaitu :
• Inkonsistensi logis (Logical Inconsistency)
Disonansi yang terjadi karena ketidaksesuaian elemen kognitif dengan
hal-hal logis yang ada
• Nilai-nilai budaya (Culture Mores)
Perbedaan budaya yang menyebabkan terjadinya disonansi kognitif.
• Pendapat umum (Opinion Generality)
Disonansi dapat terjadi apabila pendapat yang dianut banyak orang
dipaksakan kepada pendapat perorangan
• Pengalaman masa lalu (Past Experience)
Jika kognisi tidak konsisten dengan pengetahuan pada pengalaman
masa lalu, maka akan muncul disonansi
7. Tingkat Disonansi
Merujuk kepada jumlah inkonsistensi yang dialami seseorang,
ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi tingkat disonansi yang
dirasakan seseorang(Zimbardo, ebbsen&Maslach, 1977):
• Kepentingan, atau seberapa signifikan suatu masalah,
berpengaruh terhadap tingkat disonansi yang dirasakan.
• Rasio disonansi atau jumlah kognisi disonan berbanding
dengan jumlah kognisi yang konsonan.
• Rasionalitas yang digunakan individu untuk menjustifikasi
inkonsistensi. Faktor ini merujuk pada alasan yang dikemukan
untuk menjelaskan mengapa sebuah inkonsistensi muncul.
8. Dimensi disonansi kognitif
a. Emotional (emosional): Indikator dari dimensi ini antara lain :
• Telah membuat sesuatu yang salah,
• Putus asa,
• Menyesal,
• Kecewa dengan diri sendiri,
• Takut,
• Hampa,
• Marah,
• Cemas atau khawatir,
• Kesal dengan diri sendiri,
• Frustasi,
• Sakit hati,
• Depresi,
• Marah dengan diri sendiri,
• Muak,
• Merasa mendapat masalah.
9. b. Wisdom of purchase (kebijaksanaan): Indikator dari
dimensi ini antara lain :
• Telah membuat pilihan yang tepat,
• Kebutuhan,
• Keperluan,
• Pilihan.
c. Concern the deal (perhatian): Indikator dari dimensi
ini antara lain :
• Melakukan kesalahan dengan persetujuan yang di buat.
• Melakukan suatu kebodohan,
• Kebingungan.
10. Cara Mengatasi Disonansi Kognitif
• Ada banyak cara untuk mengatasi disonansi kognitif,
namun cara yang paling efektif untuk ditempuh adalah:
• Mengurangi pentingnya keyakinan disonan kita.
• Menambahkan keyakinan yang konsonan.
• Menghapus disonansi dengan cara tertentu.
11. PENGAPLIKASIAN TEORI
Dengan Contoh
Rudi (19), merupakan siswa salah satu sekolahan di Kediri. Hobi
nya Sepak Bola dan Touring. apalagi dia seorang pendiam, baik
hati, tidak sombong dan selalu membantu teman yang sering
kesusahan. Makanya banyak teman-temanya suka padanya.
Namun dari begitu banyak tingkahnya yang baik, ada satu hal
yang tidak baik yang melekat pada dirinya yaitu suka minum-
minuman keras. Meminum-minuman keras adalah hal biasa bagi
seorang rudi. Banyak orang dan bahkan orang tuanya sendiri
sudah memperingatkanya bahwa minum-minuman keras dapat
merusak kesehatan dan otak dan bila sudah over bisa
menyebabkan kematian. Semua peringatan dan bimbingan dari
orang-orang disekitarnya tidak juga membuat dia jera.
12. Dari contoh diatas, rudi mengalami disonansi (ketidak cocokan antara
dua kognisi; pengetahuan). Maka rudi berusaha mengurangi
disonansinya dengan melalui tiga cara:
• Mengubah elemen tingkah laku Rudi mengetahui bahwa minum-
minuman keras dapat membahayakan kesehatan dan otak. Maka untuk
menghilangkan desonansi, rudi berusaha tidak minum-minuman
keras.
• Mengubah eleman kognitif lingkungan rudi mencoba untuk
meyakinkan kepada teman-temanya bahwa minum-minuman keras
tidak membahayakan kesehatan dan otak.
• Mengubah elemen kognitif baru rudi mencoba mencari pendapat pada
teman-temanya yang mendukung pendapat bahwa minum-minuman
keras tidak akan membahayakan kesehatah dan otak
• Mengurangi disonansi dengan memutuskan bahwa salah satu kognisi
tidak penting. Rudi sudah putus asa akan hidupnya di dunia, sehingga
tidak menganggap penting persoalan-persoalan itu. Karena dia ingin
hidup cepat dan mati muda.