1. TEORI
AGENDA SETTING
Disusun oleh kelompok :
Anisa Rizkya - 172050288
Rizky Oktavian - 172050329
Resha Yuniar - 172050329
Ditsa Fristianelis - 172050332
Faris Althop Fatwa- 172050372
Indrawan Gumelar – 172050359
Dosen pengampu : Dhini Ardianti
S.Sos.,M.I.Kom
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
3. LATAR BELAKANG
TEORI
Pikiran Teori Agenda
Setting di pelopori oleh
Walter Lipmann pada tahun
1922.
Lippmann mengambil
pandangan bahwa
masyarakat tidak
merespon pada
kejadian sebenarnya
dalam lingkungan,
tetapi pada gambaran
dalam kepala kita
(media), yang dia
sebut dengan
lingkungan palsu.
5. ESENSI
TEORITeori agenda setting ini bermula dari
hipotesa yang tidak memuaskan dengan
dominan teoretis paradigma komunikasi
massa selama 1950 dan 1960 karena
model yang digunakan sangat terbatas
Titik mulai studi adalah hipotesa mereka
yaitu "bahwa media massa menentukan
agenda untuk masing-masing
kampanye politik, mempengaruhi sikap
dari publik terhadap persoalan politik"
6. ASUMSI – ASUMSI TEORI
AGENDA SETTINGKhalayak tidak hanya mempelajari isu-isu pemberitaan, tetapi juga
mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau
topik berdasarkan cara media massa memberikan penekanan terhadap
isu atau topik tersebut.
Media massa mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan
mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa
tertentu.
Masyarakat pers dan mass media tidak mencerminkan kenyataan;
mereka menyaring dan membentuk isu.
Konsentrasi media massa hanya pada beberapa masalah masyarakat
untuk ditayangkan sebagai isu-isu yang lebih penting dari pada isu-
isu lain.
7. DIMENSI AGENDA SETTING
Agenda Media.
(Prioritas masalah-masalah yang harus dibahas dalam
media harus ditentukan)
Agenda Publik.
(Agenda media tadi dalam beberapa hal mempengaruhi
atau berinteraksi dengan apa yang ada dalam pikiran publik)
Agenda Kebijaksanaan.
Agenda publik mempengaruhi atau berinteraksi dalam batas-
batas tertentu dengan apa yang dianggap penting oleh para
pembuat kebijaksanaan)
8. KELEBIHAN
TEORI
Publik dapat mengetahui informasi atau
isu-isu yang sedang hangat atau
penting. Informasi itu dapat dilihat atau
di dengar dari media. Media pun mulai
menggunakan teori agenda setting ini
untuk penentuan agendanya.
Media juga dapat membantu
menciptakan citra tertentu untuk
seorang calon dengan membuat
sebagian karakteristik pribadi tampak
lebih penting dan dengan mengabaikan
karakteristik yang lain.
9. KEKURANGAN
TEORILiputan media sering kali
tidak begitu sesuai dengan
kejadian-kejadian dalam
realitas (Funkhouser dan
Zucker 1978).
Teori ini mempertimbangkan
apa yang dilakukan orang
pada media, yaitu
menggunakan media untuk
pemuas kebutuhannya.
10. CONTOH
Kasus Prita Mulyasari. Ibu muda yang dipenjara
karena mengeluhkan pelayanan sebuah institusi
melalui email di sebuah mailist. Media massa
mengeksposnya. Kemudian, dukungan dan simpati
bermunculan untuk pembebasannya. Sampai-sampai
diadakannya aksi solidaritas Koin Peduli Prita dalam
rangka membantu Prita dalam memperoleh uang
untuk bayar denda kepada Rumah Sakit Omni
Internasional.
11. CONTOH KEDUA
Seperti yang kita ketahui, tahun 2018 yang lalu public sedang ramai-ramainya
membicarakan terkait siapa yang akan menjadi calon presiden selannjutnya,
termasuk media yang turut serta membahas hal ini. Saat itu media sangat sibuk
dan ikut campur terhadap berita yang menyangkut tentang kegiatan apa saha
yang dilakukan oleh para calon presiden dan wakil presiden saat itu.
Bagaimana strategi mereka untuk menarik masyarakat untuk memilih mereka
menjadi pemimpin dengan segala janji mereka yang belum tentu terwujudkan.
Seperti contoh yang dilakukan salah satu calon yaitu dengan blusukan ke pasar
tradisional untuk memantau harga sembako, melakukan pidato program
kerjanya jika terpilih, dll. Media terus mengunggah kegiatan para calon dengan
berbagai macam kemasan berita, namun kurang kita sadari bahwa ternyata
media-media mengunggah adalah milik para calon pemimpin. Seperti misalnya
MNC Grup yang merupakan milik salah satu partai sehingga media tersebut
digunakan untuk mengunggah segala kegiatan yang dilakukan oleh calon
pemimpin sehingga masyarakat akan menganggap bahwa dialah calon
pemimpin yang baik untuk mereka.
12. CONTOH KETIGA
Jatuhnya pesawat Lion Air yang terjadi tahun 2018 lalu,
media memberitakan peristiwa tersebut selama satu pekan
sehingga menganggap bahwa berita tersebut penting dan
masyarakat lupa bahwa ada peristiwa yang lebih penting
yaitu bagaimana keadaan korban bencana di Sulawesi
yang terjadi bulan lalu yang menelan lebih banyak
korban.
13. CONTOH KE 4
Perusahaan Shopee memanfaatkan agenda setting untuk
mengunggah onlineshop mereka dengan berbagai
tawaran diskon secara terus menerus sehingga
masyarakat menganggap bahwa online shop itu hanya
Shopee. Terjadi simbosis mutualisme disini karena media
diuntungkan dengan biaya iklan dan perusahaan online
shop diuntungkan dengan strategi agenda settingnya.
14. KESIMPULAN CONTOH YANG DIAMBIL
DARI CONTOH 1
Agenda Media. Kasus Prita bermula dari ekspos media mengenai
penahanan yang dialaminya akibat curhatannya di media virtual,
facebook.
Agenda Publik. Begitu kasus Prita terekspos di media dan diketahui
khalayak luas, publik pun bereaksi. Muncullah pro dan kontra. Tak
terkecuali para calon presiden yang sedang berkampanye pun
menjadikan derita Prita ini sebagai tunggangan politik.
Agenda Kebijaksanaan/Eksekutif. Mau tidak mau, tekanan publik
dari berbagai kalangan baik dari masyarakat maupun para key
person yang begitu besar akhirnya mempengaruhi para agenda
eksekutif.
Framing yang dilakukan media membuat suatu berita terus
menerus ditayangkan di media sehingga muncul agenda publik.
Seperti yang dikatakan oleh Robert N. Ertman, framing adalah
proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu
dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Pada
kasus Prita, dampak dari media massa yang terus mem-blow up