SlideShare a Scribd company logo
1 of 41
MAKALAH PSIKOLOGI SOSIAL
TEORI PSIKOANALISA DAN TEORI BELAJAR SOSIAL

PENYUSUN KELOMPOK IV :
ANGGIT VERDANINGRUM 46112010074
AHMAD IBNU NURLAMBANG 46112010097
EMILIA UJIANINGSIH 46112010073
INDRI ISPRIANTI PUSPITA 46112010068
JUMACHRIYANI ROSDIATI 46112010030

Universitas Mercu Buana Jakarta
Jl. Meruya Selatan, Kebun Jeruk - Jakarta Barat Telepon: 021-58903455 (hunting),
5861779, 5840815 (ext.2751), 5840816, Fax: 021-5861906
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang Psikologi Sosial I. Diharapkan makalah ini dapat membantu proses
belajar mahasiswa. Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam teori pendekatan ini,kita belajar untuk mempelajari dorongan-dorongan
seperti apa yang berasal dari dalam tubuh kita sendiri sehingga menghasilkan suatu
tindakan dalam melakukan sesuatu. Bukan hanya itu saja dalam melakukan suatu tindakan
kita juga akan dipengaruhi banyak hal baik secara biologis maupun ekologis, biologis
merupakan pengaruh yang asalnya dari dalam tubuh misalknya rasa malas,rasa lelah
sedangkan pengaruh ekologis berasal dari lingkungan sekitar.
Dalam pengambilan tindakan tidak selalu tindakan tersebut hasil dari dorongan
yang asalnya benar-benar murni dari dalam diri, oleh karena itu dalam teori pendekatan
social dijelaskan bawasannya dalam pengambilan tindakan pasti adanya observasi,itimasi
serta modeling. Dalam teori pendekatan kognitifpun dijelaskan bahwa saat seseorang
mengambil suatu tindakan membutuhkan proses yang panjang,bukan hanya kita
mendapatkan stimulus lalu kita langsung memberikan respon,melainkan butuh proses yang
lain seperti pemikiran-pemikiran baik atau buruknya dalam melakukan suatu tindakan.
Masalah-masalah psikologis adalah akibat dari konflik psikologis di luar alam sadar
yang dapat dilacak pada masa kecil. Freud meyakini bahwa banyak dari perilaku kita yang
didorong oleh motif-motif diliar alam sadar kita dan konflik-konflik yang tidak kita sadari.
Konflik-konflik tersebut didasari oleh hal-hal seputar insting-insting atau dorongan seksual
dan agresif.
Dalam teori belajar social, Albert Bandura, melibatkan keterbatasan teori belajar
behavioristik. Teori belajar behavioristik menerangkan dampak dari penguatan yang positif
akan dipelajari, dan yang tidak diikuti oleh konsekuensi yang positif akan terlupakan.
Bandura menguraikan hal-hal berikut ini sebagai keterbatasan teori belajar behavioristik.
Pengaruh biologis terhadap perilaku manusia ditekankan oleh Mc.Dougall, Freud,
dan Lorenz, manusia dilahirkan dengan berbagai karakteristik biologis yang membedakan
dengan hewan dan sesamanya.
Pendekatan ekologi adalah suatu metode analisis yang menekankan pada
hubungan antara manusia dan kegiatan lingkungannya, sehingga manusia dan berbagai
kegiatannya selalu menjadi fokus analisis dalam keterkaitannya dengan lingkungan abiotik,
biotik, maupun sosial, ekonomi dan kulturalnya.
Teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget seorang psikolog dari Swiss yang
hidup pada tahun 1896-1980. Teori Kognitif merupakan cara mempersepsikan dan
menyusun informasi yang berasal dari lingkungan sekitar yang dilakukan secara aktif oleh
seorang pembelajar. lebih rincinya teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon tetapi belajar adalah proses berpikir yang
sangat kompleks.

B. Rumusan Makalah
Adapun rumusan dalam makalah ini :

1. Apa yang dimaksud teori pendekatan Psikoanalisis ?
2. Apa yang dimaksud teori pendekatan Belajar Sosial ?
3. Apa yang dimaksud teori pendekatan Biologik ?
4. Apa yang dimaksud teori pendekatan Ekologik ?
5. Apa yang dimaksud teori pendekatan Kognitif ?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini :
1. Untuk mengetahui tentang teori pendekatan Psikoanalisis
2. Untuk mengetahui tentang teori pendekatan Belajar social
3. Untuk mengetahui tentang teori pendekatan Biologik
4. Untuk mengetahui tentang teori pendekatan Ekologik
5. Untuk mengetahui tentang teori pendekatan Kognitif
D. Manfaat Makalah
Adapun manfaat dibuatnya makalah psikologi social ini untuk memudahkan para
pembaca mengetahui tentang teori pendekatan psikoanalisis serta teori pendekatan
social lainnya, karena makalah ini dibuat dengan susunan kalimat yang lebih mudah
dipahami.
BAB II
ISI

PENDEKATAN TEORI PSIKOANALISA
1.

Sigmund Freud
Masalah-masalah psikologis adalah akibat dari konflik psikologis di luar alam sadar yang

dapat dilacak pada masa kecil. Freud meyakini bahwa banyak dari perilaku kita yang didorong
oleh motif-motif diliar alam sadar kita dan konflik-konflik yang tidak kita sadari. Konflik-konflik
tersebut didasari oleh hal-hal seputar insting-insting atau dorongan seksual dan agresif yang
primitive serta kebutuhan untuk mempertahankan impuls-impuls primitive tersebut di luar
kesadaran kita. Karena kesadaran akan impuls-impuls inses akan membanjiri alam sadar dari diri
dengan kecemasan yang melemahkan.
A. Tingkat Kehidupan Mental

Sumbangan terbesar menurut Freud adalah apapun yang keluar dari dalam diri seorang
individu itu bedasarkan atas dorongan-dorongan utama yang belum atau tidak individu itu sadari.
Menurut Freud, kehidupan mental terbagi atas dua tingkat yaitu alam tidak sadar dan alam
sadar. Sedangkan tidak sadar dibagi lagi menjadi dua yaitu alam tidak sadar dan alam bawah
sadar. Adapun tingkat kehidupan mental individu ini dipahai baik sebagai proses maupun lokasi.
Dan lokasi dari tiga tingkat kehidupan mental itu bersifat hipotesis dan tidak nyata ada di dalam
tubuh. Walaupun begitu, Freud melihatnya sebagai suatu alam tidak sadar sekaligus proses terjadi
tanpa disadari.
1.

Alam tidak sadar
Unconscious menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan, maupun insting yang

kita tidak sadari tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan, dan tindakan kita.
Sekalipun kita sadar akan perilaku kita yang nyata, sering kali kita tidak menyadari
proses mental yang ada dibalik perilaku tersebut.
Freud meyakini bahwa keberadaan alam tidak sadar ini hanya bisa dibuktikan
secara tidak langsung. Baginya, alam tidak sadar merupakan penjelasan dari makna
yang ada di balik mimpi, kesalahan ucap (slips of the tongue), dan berbagai jenis lupa,

yag dikenal dengan represi. Mimpi adalah sumber yang kaya akan materi alam tidak
sadar. Contohnya, Freud yakin bahwa pengalaman masa kanak-kanak bisa muncul
dalam mimpi orang dewasa sekalipun bermimpi boleh jadi tidak ingat secara sadar akan
pengalaman-pengalaman tersebut.
Ketidaksadaran adalah bagian dari pikiran dan bagian terbesar dari pikiran yang
tetap diliputi oleh misteri.isinya hanya dapat dibawa ke kesadaran dengan upaya yang
besar, jika bisa.Freud berpendapat bahwa ketidaksadaran merupakan tempat
penyimpanan dorongn-dorongan biologis, atau indting-insting, seperti seks, dan agresi.
2.

Alam Bawah Sadar
Preconscious ini memuat semua elemen yang tak disadari, tetapi bisa muncul dalam

kesadaran dengan cepat atau agak sukar. Pikiran dapat menyelinap dari sensor yang
ketat dan masuk kea lam bawah sadar karena begitu kita menyadari bahwa gambarangambaran tersebut datang dari alam tidak sadar, maka kita akan merasa semakin cemas,
sehingga sensor akhir pun bekerja untuk menekan gambaran yang memicu kecemasan
tersebut dan mendorongnya kembali ke alam tidak sadar.
3. Alam Sadar
Conscious adalah bagian dari pikiran yang berhubungan dengan kesadaran kita saat

ini. alam sadar memainkan peran tak berarti dalam teori psikoanalisis, didefinisikan
sebagai elemen-elemen mental yang setiap saat berada dalam kesadaran.
B. Wilayah Pikiran

Menurut hipotesis struktural (structural hypothesis) Freud, kepribadian dibagi ke dalam tiga
unit mental, atau struktur psikis; id, ego, dan superego. Struktur psikis tidak dapat terlihat atau
diukur secara langsung, namun keberadaannya ditandai oleh perilaku yang dapat diamati dan
diekspresikan pada pikiran dan emosi.
1.

Id (das Es)

Suatu istilah yang diambil dari kata ganti untuk “sesuatu” atau “itu”, adalah satusatunya struktur psikis yang muncul sejak lahir. Id tidak memiliki kontak dengan dunia
nyata, tetapi selalu berupaya meredam ketegangan dengan cara memuaskan hasrathasrat dasar. Id merupakan penyimpanan dorongan-dorongan dan impuls-impuls
instingtif yang lebih dasar, mencangkup kebutuhan biologis seperti lapar, haus, seks,
dan agresi. Fungsinya adalah untuk memperoleh kepuasan yaitu sebagai prinsip
kesenangan (pleasure principle).
Id tidak mampu membuat keputusan atas nilai dasar atau membedakan hal-hal
yang baik dan yang buruk. Id adalaw wilayah yang primitive, kacau balau dan tidak
terjangkai alam sadar serta dicurahkan semata-mata untuk memuaskan prinsip
kesenangan.
2. Ego (das Ich)

Kata ganti untuk “saya”, adalah satu-satunya wilayah dari pikiran yang berhubungan
dengan dunia luar. Ego merupakan struktur psikis yang berhubungan dengan konsep
tentang diri dan ditandai oleh kemampuan untuk menoleransi frustasi. Artinya, Ego
mengambil peran eksekutif atau pengambil keputusan dari kepribadian. Ego dikendalikan
oleh prinsip kenyataan (reality principle) yang berusaha menggantikan prinsip
kesenangan milik id.
Pada saat menjalankan fungsi kogitif dan intelektual, ego harus menimbangnimbang abtara sederetan tuntutan id yang tidak masuk akal dan saling bertentangan
dengan superego. Jadi ego berupaya mengendalikan irasional dari id serta superego
dengan tuntutan realistis dunia luar. Ego memunculkan reaksi yang sudah bisa
diperkirakan sebelumnya-yaitu cemas. Oleh karena itu, ego menggunakan represi dan
mekanisme pertahanan (defense mechanism) lAinnya untuk melindungi diri dari
kecemasan tersebut.
3. Superego (das Uber-Ich)

“saya yang lebih” adalah struktur psikis yang menggabungkan nilai-nilai moral dan
ideal dari kepribadian serta dikendalikan oleh prinsip moralistis dan idealis (moralistic
and idealistic principles). Superego menggabungkan nilai-nilai orang tua dan orang
lain yang penting yang diatur oleh prinsip moral yang terdiri dari dua bagian, hati
nurani dan ego ideal.
Superego yang berkembang dengan baik berperan dalam mengendalikan
dorongan-dorongan seksual dan agresif melalui proses represi. Superego memang
tidak bisa memproduksi represi dengan sendirinya, tetapi superego memerintahkan
ego untuk melakukan hal tersebut.
C. Kecemasan

Dalam menjelaskan kecemasan, Freud menjelaskan bahwa kecemasan merupakan situasi
afektif yang dirasa tidak menyenangkan dan diikuti oleh sensasi fisik yang memperingatkan
seseorang akan bahaya yang mengancam.
Menurut Freud berbagai kecemasan dapat dibagi menjadi 3macam yaitu :

1.

Kecemasan Neurosis
Rasa cemas akibat bahaya yang tidak diketahui. Perasaan itu sendiri berada
pada ego, tetapi muncul dorongan-dorongan id.

2. Kecemasan Moral
Berakar dari konflik antara ego dan superego. Ketika anak membangun super
ego, biasanya di usia 5-6 tahun. Mereka mengalami kecemasan yang tumbuh dari
konflik antara kebutuhan realistis dan perintah superego.
3. Kecemasan Realistis
Terkait erat dengan rasa takut. Kecemasan ini didefinisikan sebagai
perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak spesifik yang mencakup
kemungkinan bahaya itu sendiri.
Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang mengamankan ego karena member sinyal
bahwa ada bahaya didepan mata. Kecemasan juga mengatur diri sendiri (self regulating) karena
bisa memicu persepsi yang kemudian mengurangi rasa sakit akibat kecemasan tadi.

D. Dinamika Kepribadian

Tingkat kehidupan mental dan wilayah pikiran mengacu pada struktur atau kompisisi
kepribadian, tetapi kepribadian itu sendiri juga bertindak. Bagi Freud, manusia termotivasi untuk
mencari kesenangan serta menurutnkan ketegangan dan kecemasan. Motivasi ini diperoleh dari
energy psikis dan fisik dari dorongan-dorongan dasar yang mereka miliki.
1.

Dorongan – Dorongan
Menurut Freud, berbagai macam dorongan bisa digolongkan berdasarkan
dua kategori, yaitu seks (Eros) dan Agresi, Distraksi atau Thanatos. Dorongandorongan ini berasal dari Id , tetapi berada di bawah kendali ego. Masingmasing dorongan memiliki bentuk energy psikis masing-masing. Istilah Libido
untuk dorongan seks ,sedangkan energy untuk dorongan agresi tidak diberi
nama.
A. Seks

Tujuan dorongan seksual adalah kesenangan ,tetapi kesenangan ini tidak
terbatas pada pemuasan genital. Freud meyakini bahwa seluruh tubuh dialiri
oleh libido. Selain genital, mulut dan anus juga mampu menghasilkan
kesenangan seksual dan dikenal sebagai zona erogenus. Dorongan ini bisa
bersifat aktif serta pasif.
Seks bisa muncul dalam berbagai bentuk , termasuk narsisme, cinta,
sadism, dan masokisme. Dua bentuk terakhir, memiliki komponen yang besar
dari dorongan agresif.
Sadisme adalah kebutuhan akan kesenangan seksual dengan cara
menimbulkan rasa sakit atau mempermalukan orang lain. Apabila dilakukan
secara ekstrem maka sadism dipandang sebagai kelainan seksual, akan tetapi
dalam taraf menengah sadisme merupakan kebutuhan yang umum dan muncul
dalam semua hubungan seksual.
Masokisme seperti halnya sadisme, merupakan kebutuhan yang lazim tetapi
berubah menjadi kelainan aoabila Eros tunduk pada dorongan pengrusakan.
Seorang masokis mengalami kesenangan seksual dari penderitaan yang
diakibatkan oleh rasa sakit dan perasaan dipermalukan yang dipacu, baik oleh
diri sendiri ataupun oleh orang lain.

B. Agresi

Menurut Freud adalah kembalinya organism ke kondisi inorganic. Oleh
karena kondisi inorganic yang paling utama adalah kematian, maka tujuan akhir
dari dorongan agresi adalah penghancuran diri. Serupa dengan dorongan
seksual, agresi bersifat fleksibel dan bisa berubah bentuk, misalnya dengan
menggoda, bergosip, humor, mempermalukan orang lain dan menikmati
penderitaan orang lain.
C. Kecemasan

Seks dan agresi menduduki posisi sentral dalam teori dinamika Freu,
bersama-sama dengan kecemasan. Freud menjelaskan tentang definisi
kecemasan merupakan situasi afektif yang dirasa tidak menyenangkan yang di
ikuti oleh sensasi fisik yang memperingati seseorang akan bahaya yang
mengancam. Perasaan tidak menyenangkan ini biasanya samar-samar dan sulit
dipastikan, tetapi selalu terasa. Hanya ego yang bisa memproduksi atau
merasakan kecemasan.
Ada

3

kecemasan,

yang

terkait

dengan

id,ego

dan

superego.

Ketergantungan ego pada id menyebaban munculnya kecemasan neurosis,
sedangkan ketergantungan ego pada superego memunculkan kecemasan
moral dan ketergantungan pada dunia luar mengakibatkan kecemasan realistis.
1.

Kecemasan Neurosis

Rasa cemas akibat bahaya yang tidak diketahui.
2.

Kecemasan Moral
Berakar konflik antara ego dan superego.

3.

Kecemasan Realistis
Terkait erat dengan rasa takut.

E. Mekanisme Pertahanan

Mekanisme pertahanan (defense mechanism) adalah strategi medistorsi kenyataan yang

digunakan oleh ego untuk membentengi diri dari kesadaran atas materi-materi yang menimbulkan
kecemasan. Mekipun bagian dari ego mencapai kesadaran, beberapa aktivitasnya terjadi tanpa
disadari. Pada ketidaksadaran, ego bertindak sebagai semacam anjing penjaga, atau sensor, yang
menyaring impuls-impuls dari id, mencegah impuls-impuls yang tidak dapat diterima secara sosial
agar tidak muncul ke alam sadar.

Mekanisme pertahanan diri ini normal dan digunakan secara universal, apabila digunakan
secara ekstrem, maka mekanisme-mekanisme ini akah mengarah pada perilau yang kompulsif,
repetitive, juga neurotis. Berikut :
1.

Represi ( Repression)
Mekanisme yang paling dasar, karena muncul juga pada bentuk-bentuk mekanisme
lain. Manakala ego terancam oleh dorongan-dorongan id yang tidak dikehendak, ego
melindungi dirinya dengan merepresi dorongan-dorongan tersebut dengan cara
memaksa perasaan-perasaan mengancam masuk ke alam tidak sadar.

2.

Pembentuk Reaksi (Reaction Formation)
Salah satu cara agar dorongan yang ditekan tersebut bisa disadari adalah dengan cara
menyembunyikan diri dalam selubung yang sama sekali bertentangan dengan bentuk
semula.

3.

Fiksasi (Fixation)
Melangkah ke tahap perkembangan lebih lanjut memunculkan kecemasan yang lebih
besar, maka ego bisa mengambil strategi untuk tetap bertahan ditahap psikologis saat
ini, yang lebih nyaman.

4.

Regresi (Regression)
Pada saat libido melewati tahap perkembangan tertentu, dimasa-masa penuh stress
dan kecemasan, libido ini bisa kembali ketahap sebelumnya. Langkah mundur ini
disebut sebagai regresi (regression).

5.

Proyeksi (Projection)
Manakala dorongan dari dalam menyebabkan kecemasan yang berlebihan, ego
biasanya mengurangi rasa cemas tersebut dengan mengarahkan dorongan yang tidak
di inginkan ke objek eksternal, biasanya ke orang lain yaitu seolah orang lain yang
berprilaku demikian.

6.

Sublimasi (Sublimation)
Merupakan represi dari tujuan genital dari eros dengan cara menggantinya ke hal-hal
yang bisa diterima, baik secara cultural ataupun structural.
7.

Displacement
Orang bisa mengarahkan dorongan-dorongan yang tak sesuai pada sejumlah orang
atau objek sehingga dorongan aslinya terselubung atau tersembunyi. Atau dengan kata
lain, melampiaskannya kepada orang ke tiga.

8.

Rasionalisasi (Rationalization)
Penggunaan justifikasi atau alasan yang bukan sebenarnya untuk perilaku yang tidak
dapat diterima. Contohnya, ikut menyalahkan orang lain atas perbuatannya.

9.

Introyeksi (Introjection)
Mekanisme pertahanan dimana seseorang meleburkan sifat-sifat positif orang lain
kedalam egonya sendiri. Contohnya, seorang remaja yang mengadopsi perilaku, nilai,
dan gaya hidup seorang idolanya.

F. Tahap Perkembangan
Freud meyakini bahwa usia empat atau lima tahun pertama kehidupan adalah masa yang
sangat penting bagi perkembangan kepribadian. Masa ini disebut dengan masa infantil, yang
kemudian diikuti dengan masa laten, pada usia lima hingga 11 atau 12 tahun. Pada masa laten ini,
pertumbuhan seksual sedikit terjadi pada anak-anak. Kemudian dilanjutkan dengan masa genital
pada usia puber, dan yang terakhir adalah masa dewasa.
 Periode Infatil
Freud meyakini bahwa usia empat atau lima tahun pertama kehidupan adalah masa yang
sangat penting bagi perkembangan kepribadian. Masa ini disebut dengan masa infantil, yang
kemudian diikuti dengan masa laten, pada usia lima hingga 11 atau 12 tahun. Pada masa laten ini,
pertumbuhan seksual sedikit terjadi pada anak-anak. Kemudian dilanjutkan dengan masa genital
pada usia puber, dan yang terakhir adalah masa dewasa seksual yang bersifat erogen. Pada
masa ini, anak-anak memiliki tiga zona erogen, sehingga Freud membagi tahap infantil ini ke
dalam tiga fase, yaitu :
1. Fase Oral
Mulut merupakan zona erogen pertama yang memberikan kesenangan dan
kepuasan kepada bayi. Hal ini disebabkan karena bayi mendapat nutrisi untuk
bertahan hidup melalui aktivitas oral, dan memperoleh kesenangan dari perilaku
mengisap. Namun, seiring waktu, bayi akan mengalami perasaan frustrasi dan
cemas karena jeda waktu menyusui yang panjang, dan adanya penyapihan
secara bertahap. Kondisi ini menyebabkan bayi mengalami perasan ambivalen
terhadap ibu. Jika anak tidak mampu menyikapi proses penyapihan dengan
baik, maka pada masa itu anak mengalami kecemasan. Kecemasan itu akan
berlanjut pada masa dewasa, dimana orang akan mengalami fiksasi oral,
berbentuk mengunyah permen karet, mengisap permen, merokok, menggigit
pensil, makan berlebihan, atau mengeluarkan pernyataan sarkastik.
2. Fase Anal
Anus merupakan zona erogen yang kedua. Ciri dari fase ini adalah
kepuasan melalui perilaku agresif dan melakukan ekskresi atau pembuangan. Oleh
karena ini, pada masa ini, orangtua sering melakukan toilet training kepada anak.
Proses pembuangan ini, akan menimbulkan kepuasan seksual dan rasa sakit, yaitu
ketika mereka menahan untuk tidak mengeluarkan feses mereka. Kondisi ini sering
disebut kesenangan narsistik dan masokis. Kedua kondisi inilah yang menjadi
pondasi dasar dari karakter anal, yaitu kepuasan erotis dengan menyimpan dan
memiliki berbagaiobjek, serta menatanya dengan rapi dan teratur.

3. Fase Falik
Wilayah genital adalah zona erogen yang ketiga. Fase ini dimulai ketika anak
berusia 3 atau 4 tahun. Pada masa ini sering terjadi Oedipus complex, baik
pada laki-laki maupun pada perempuan.
 Periode Laten
Periode yang terjadi pada usia 4 atau 5 tahun ini merupakan periode perkembangan
seksual yang nonaktif. Hal ini disebabkan karena orangtua mencegah aktivitas seksual anak,
sehingga anak akan merepresi dorongan seksualnya dan mengarahkan energi psikisnya ke
sekolah, teman, hobi, atau aktivitas nonseksual lainnya.
 Periode Genital
Periode ini terjadi ketika seseorang mengalami pubertas, yang ditandai dengan
penyadaran kembali akan dorongan seksual yang terhambat selama periode laten.
 Periode Dewasa
Pada periode ini, seseorang memiliki struktur pikiran seimbang, yaitu ego mampu
mengendalikan id, sedangkan superego membuka diri terhadap dorongan id yang masuk akal.
G. Penerapan Teori Psikoanlisis
Ada beberapa teknik yang dipakai Freud dalam psikoterapinya, yaitu asosiasi bebas, analisis
mimpi, parapraxies atau Freudian slips, interpretasi, analisis resistensi, tranferensi dan working
through (Alwisol, 2005).
 Asosiasi bebas
Dalam asosiasi bebas klien dipersilakan mewngemukakan apa saja yang terlintas dalam isi
jiwanya, tidak peduli apakah hal itu remeh, memalukan, tidak logis, ataupun kabur.Dari ungkapan
kesadaran tanpa sensor ini terapis memahami masalah kliennya. Asosiasi bebas dikembangkan
Freud dan diterapkan dalam psikoterapi berdasarkan tiga asumsi, yaitu :
- apa saja yang dikatakan dan dilakukan seseorang sekarang, mempunyai makna dan
berhubungan dengan perkataan dan perbuatannya dimasa lalu
- materi yang ada dalam ketidak sadaran berpengaruh penting terhadap tingkah laku
-materi yang ada dalam ketidak sadaran dapat dibawa ke kesadaran dengan mendorong
ekspresi bebas setiap kali hal itu muncul ke dalam pikiran.
Menurut

Freud,

meskipun

klien

menghalangi

topik

tertentu

dan

berusaha

menyembunyikannya, suatu saat terbentuk rantai asosiasi yang membuat terapis dapat
memahami konflik yang telah terjadi pada klien.

 Analisis mimpi
Ketika seseorang tidur kontrol kesadaran terhadap ketidak sadaran menjadi lemah sehingga
ketidak sadaran berusaha muncul kepermukaan dalam bentuk mimpi. Dengan memahami makna
mimpi berarti dapat dipahami pula aspek-aspek ketidak sadaran yang berhubungan dengan konflik
yang terjadi.
 Freudian slips
Freudian slips atau parapraxes adalah gejala salah ucap, salah membaca, salah dengar, salah
meletakkan objek, dan tiba-tiba lupa. Bagi Freud gejala-gejala tersebut bukan bersifat kebetulan,
tetapi berhubungan erat dengan ketidaksadaran. Dengan menganalisis gejala-gejala tersebut akan
terungkap gambaran mental yang ada dibaliknya.
 Interpretasi
Dalam interpretasi terapis mengenalkan kepada klien makna yang tidak disadari dari pikiran
perasaan, dan keingingannya.
 Analisis resistensi
Resistensi adalah mekanisme pertahanan dari klien untuk tidak mengungkapkan topic
tertentu kerana alasan tertentu pula. Oleh karena itu dengan menganalisis apa yang ingin
disembunyikan klien akan dapat diperoleh informasi yang sangat penting berkenaan dengan
masalah yang pernah dialami klien.
 Tranferensi
Transferensi adalah pengungkapan isi ketidak sadaran yang ter-simpan sejak masa kanakkanak dengan memakai terapis senagai medianya.
 Working through
Pengulangan atau working through berupa tindakan menginter-pretasi dan mengidentifikasi
masalah klien, mengulang resistensi dan transferensi, pada seluruh aspek pengalaman kejiwaan.
Tindakan ini dilakukan secara berulang-ulang sampai terapis menemukan akar permasalahan
yang menyebabkan klien mengalami gangguan.
H. Psikoanalisa pada Masa Kini
Psikoanalisa adalah gerakan unik dalam psikologi. Gerakan ini berkembang dari model
aktivitas mental yang juga menghasilkan psikologi aksi dan gerakan Gestalt di Jerman. Meskipun
demikian, psikoanalisia mengembangkan pandangannya langsung dari kebutuhan-kebutuhan para
penderita penyakit mental. Ini merupakan perkembangan klinis, bukan akademis.
Psikoanalisia tidak pernah memformulasi kriteria sistematik yang dapat menjadi bahan
perbandingan interprestasi-interprestasi baru. Secara nyata, terdapat teori psikoanalisia yang
sama banyaknya dengan jumlah psikoanalisia itu sendiri. Masalah ini membebani gerakan ini
sejak masa Freud dan berlanjut hingga kini. Psikoanalisia kontemporer mengalami perpecahan
besar.
Psikoanalisia juga terus berpengaruh besar dalam seni, sastera dan filsafat. Pengaruh ini
mencerminkan kontribusi besar Freud: “analisis komperhensifnya tentang ketidaksadaran”. Sesuai
dengan itu, karya sastra dan musik di interpretasi berkaitan dengan aktivitas ketidaksadaran sang
seniman serta kesan ketidaksadaran si penikmat. Meskipun para psikolog dapat tidak setuju
dengan interpretasi Freud, ia memang mengidentifikasi beberapa proses dimanis yang
mempengaruhi aktivitas individu, yang merupakan proses-proses tidak terabaikan dalam psikologi.
2. Alfred Adler
A. Pokok-Pokok Pemikiran Teori Adler
Walaupun tulisan-tulisannya mengungkap pemahaman mendalamdan kompleks mengenai
kepribadian manusia, teori Adler sebenarnya sedrhana dan ringkas. Bagi Adler manusia itu lahir
dalam keadaan tubuh yang lemah. tak berdaya. Kondisi ketidak berdayaan itu menimbulakan
perasaan inferiorita dan ketergantungan kepada orang lain. Psikologi individual memandang
individu sebagai makhluk yang saling tergantung secara sosial. Perasaan bersatu dengan orang
lain (interes sosial) ada sejak manusia dilahirkan dan menjadi syarat utama kesehatan jiwa.
Rincian pokok- pokok teori Adler adalah sebagai berikut:
1. Satu-satunya kekuatan dinamik yang melatar belakangi aktivitas manusia
adalah perjuangan untuk sukses atau menjadi superior (sriving for superiority).
2. Persepsi subyaktif individu membentuk tingkah laku dan kepribadian.
3. Semua fenomena psikologis disatukan (unity of personality) di dalam diri
individu dalam bentuk self.
4. Manfaat dari aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang interes sosial.
5. Semua potensi manusia dikembangkan sesuai gaya hidup (life of style) dari self.
6. Gaya hidup dikembangkan melalui kekuatan kratif (creative power) individu.
Selanjutnya pokok teori diatas akan dibahas lebih lanjut dalam uraian di bawah ini:
1. Perjuangan Menjadi Sukses atau Superioirita.
Manusia dimotivasi oleh adanya dorongan utama, yaitu mengatasi perasaan inferior dan
menjadi superior. Dengan demikian perilaku kita dijelaskan berdasarkan tujuan dan ekspentasi
akan masa depan. Inferioritas berarti merasa lemah dan tidak memiliki keterampilan untuk
menghadapi tugas atau keadaan yang harus diselesaikan. Hal itu tidak berarti rendah diri terhadap
orang lain dalam pengertian yang umum, meskipun ada unsur membandingkan kemampuan diri
dengan kemampuan orang lain yang lebih matang dan berpengalaman. Sedangkan superiority
bukan berarti lebih baik dibandingkan dengan orang lain, melainkan secara berkelanjutan
mencoba untuk menjadi lebih baik, untuk menjadi semakin dekat dengan tujuan ideal seseorang.
Beberapa keadaan khusus seperti dimanja dan ditolak, mungkin dapat membuat
seseorang mengembangkan inferiority complex atau superiority complex. Dua kompleks tersebut
berhubungan erat. Superiority complex selalu menyembunyikan atau bentuk kompensasi dari
inferior. Sedangkan inferiority complex menyembunyikan perasaan superior. Adler meyakini bahwa
motif utama setiap orang adalah untuk menjadi kuat, kompeten, berprestasi dan kreatif.
Individu memulai hidupnya dengan kelemahan fisik yang menimbulkan perasaan inferior.
Perasaan inilah yang kemudian menjadi pendorong agar dirinya sukses dan tidak menyerah pada
inferioritasnya. Adler berpendapat bahwa manusia memulai hidup dengan dasar kekuatan
perjuangan yang diaktifkan oleh kelemahan fisik neonatal. Kelemahan fisik menimbulkan perasaan
inferior. Individu yang jiwanya tidak sehat mengembangkan perasaan inferioritasnya secara
berlebihan dan berusaha mengkompensasikannya dengan membuat tujuan menjadi superioritsd
personal.
Sebaliknya, orang yang sehat jiwanya dimotivasi oleh perasaan normal ketidak lengkapan
diri dan minat sosial yang tinggi. Mereka berjuang menjadi sukses, mengacu kekesempurnaan dan
kebahagiaan siapa saja.
2.

Pengamatan Subyektif (Subjective Perception)

Kepribadian manusia dibangun bukan oleh realita tetapi oleh keyakinan subyektif orang itu
mengenai masa depannya.Pandangan subyektif yang terpenting adalah tujuan menjadi superiorita
atau tujuan menjadi sukses, tujuan yang diciptakan pada awal kehidupan, yang hanya terpahami
secara kabur.Tujuan final fiktif itu embimbing gaya hidup atau style of life manusia, membentuk
kepribadian menjadi kesatuan, dan kalu tujuan itu dapat dipahami akan memberikan tujuan
kepada semua tingkah laku.menurut Adler orang yang normal, akhirnya dapat membebaskan diri
dari fiksi ini, sedang orang yang neurotis tidak.
3.

Kesatuan (Unity) Kepribadian.
Menurut Adler manusia itu dilahirkan dalam keadaan tubuh yang lemah.
Kondisi ketidak berdayaan ini menimbulkan perasaan inferior (merasa lemah atau tidak mampu)
dan ketergantungan kepada orang lain. Manusia, menurut Adler, merupakan makhluk yang saling
tergantung secara sosial. Perasaan bersatu dengan orang lain ada sejak manusia dilahirkan dan
menjadi syarat utama kesehatan jiwanya. Berdasarkan paradigma tersebut kemudian Adler
mengembangkan teorinya yang secara ringkas disajikan pada uraian berikut.
1. Logat Organ
Unity kepribadian bukan hanya kesatuan aspek-aspek kejiwaan seperti
motivasi, perasaan, dan pikiran, tetapi unity juga meliputi keseluruhan organ
tubuh. Gejala-gejala fisik, misalnya kelemahan organ tertentu bukan suatu
peristiwa yang terpisah, tetapi mungkin kelemahan itu berbicara tentang tujuan
individu, yang oleh Adler dinamakan logat organ (organ dialect) atau bahasa
organ (organ jargon) misalnya: orang yang mengalami atritis rematik, tangannya
dan persendiannya yang kaku, mengungkapkan seluruh gaya hidupnya.
2. Kesadaran dan Ketidaksadaran
Adler memandang unitas (kesatuan) kepribadian juga terjadi antara
kesadaran dan ketidak sadaran (Alwisol, 2005 : 92). Menurut Adler, tingkah laku
tidak sadar adalah bagian dari tujuan final yang belum terformulasi dan belum
terpahami secara jelas. Adler menolak pandangan bahwa kesadaran dan
ketidak sadaran adalah bagian yang bekerja sama dalam sistem yang unify.
Pikiran sadar, menurut Adler, adalah apa saja yang dipahami dan diterima
individu serta dapat membantu perjuangan mencapai keberhasilan., sedangkan
apa saja yang tidak membantu hal tersebut akan ditekan ke ketidak sadaran,
apakah pikiran itu disadari atau tidak tujuannya satu yaitu untuk menjadi super
atau mencapai keberhasilan. Jika Freud memakai gunung es sebagai ilustrasi
yang menggambarkan hubungan dan perbandingan antara alam sadar dan
alam tak sadar, Adler memakai ilustrasi mahkota pohon dan akar, keduanya
berkembang ke arah yang berbeda untuk mencapai kehidupan yang sama.

4.

Sosial (Social Interest)

Social interest merupakan bentuk kepedulian atas kesehjateraan orang lain yang
berkelanjutan sepanjang kehidupan untuk mengarahkan perilaku seseorang. Meskipun minat
sosial dilahirkan, tetapi menurut Adler terlalu lemah atau kecil untuk dapat berkembang dengan
sendirinya. Oleh karena itu menjadi tugas Ibu, yang menjadi orang pertama dalam pengalaman
seorang anak, untuk mengembangkan potensi tersebut. Apabila ibu tidak dapat membantu anak
untuk memperluas minat sosialnya, maka anak akan cenderung tidak memiliki kesiapan ketika
menghadapi masalah dalam lingkungan sosialnya.
Minat sosial memungkinkan seseorang untuk berjuang mencapai superior dengan cara
yang sehat dan kurangnya minat sosial tersebut dapat mengarahkan pada fungsi yang maladaptif.
Semua kegagalan seperti neurotik, psikotik, pemabuk, anak yang bermasalah dan lainnya
disebabkan kurangnya memiliki minat sosial mereka mengatasi masalah pekerjaan, persahabatan
dan seks tanpa memiliki keyakinan bahwa hal tersebut dapat diselesaikan dengan cara kerja
sama. Makna yang diberikan pada kehidupan lebih bernilai pribadi. Tidak ada orang lain yang
mendapatkan keuntungan dengan tercapainya tujuan mereka. Tujuan keberhasilan merupakan
merasakan superioritas personal dan hanya berarti untuk diri mereka sendiri. sebagai manusia
yang sehat, maka pada waktu yang bersamaan ia akan berjuang mencapai superior dengan
membantu orang lain mencapai tujuan mereka. 6. Minat Sosial (social interest)
Adler berpendapat bahwa minat sosial adalah bagian dari hakikat manusia dalam dalam
besaran yang berbeda muncul pada tingkah laku setiap orang. Minat sosial membuat individu
mampu berjuang mengejar superioritas dengan cara yang sehat dan tidak tersesat ke salah suai.
Bahwa semua kegagalan, neurotik, psikotik, kriminal, pem,abuk, anak bermasalah, dst., menurut
Adler, terjadi karena penderita kurang memiliki minat sosial.
5. Gaya Hidup (Style Of Life)
Menurut Adler setiap orang memiliki tujuan, merasa inferior, berjuang menjadi superior.
Namun setiap orang berusaha mewujudkan keinginan tersebut dengan gaya hidup yang berbedabeda. Adler menyatakan bahwa gaya hidup adalah cara yang unik dari setiap orang dalam
berjuang mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan oleh yang bersangkutan dalam kehidupan
tertentu di mana dia berada. Bagi Adler, gaya hidup itu tidak mudah berubah. Ekspresi nyata dari
gaya hidup mungkin berubah tetapi dasar gayanya tetap sama, kecuali individu menyadari
kesalahannya dan secara sengaja mengubah arah tujuannya
Melalui konsep gaya hidup, Adler menjelaskan keunikan manusia. Setiap manusia memiliki
tujuan, perasaan inferior, berjuang menjadi superior dan dapat mewarnai atau tidak mewarnai
usaha mencapai superioritasnya itu dengan minat sosial. Akan tetapi, setiap manusia
melakukannya dengan cara yang berbeda. Gaya hidup merupakan cara unik dari setiap orang
dalam mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan dalam lingkungan hidup tertentu, di tempat
orang tersebut berada. Gaya hidup berdasarkan atas makna yang seseorang berikan mengenai
kehidupannya atau interpretasi unik seseorang mengenai inferioritasnya, setiap orang akan
mengatur kehidupannya masing-masing unuk mencapai tujuan akhirnya dan mereka berjuang
untuk mencapai hal tersebut.
Gaya hidup terbentuk pada usia 4-5 tahun dan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan
intrinsik (hereditas) dan lingkungan objektif, melainkan dibentuk oleh persepsi dan interpretasinya
mengenai kedua hal tersebut. Seorang anak tidak memandang suatu situasi sebagaimana
adanya, melainkan dipengaruhi oleh prasangka dan minatnya dirinya.
Gaya hidup yang maladaptif merupakan hasil dari tiga kondisi, yaitu cacat fisik, gaya hidup
dimanja dan gaya hidup diabaikan. Anak dengan cacat fisik cenderung memilki perasaan tidak
adekuat dalam memenuhi tugas dalam hidupnya. Pengertian dari orangtua dapat membantu
anaknya untuk mengembangkan kekuatan untuk mengkompensasikan kelemahannya itu. Anak
yang dimanja gagal untuk mengembangkan minat sosial dan memenuhi harapan sosial. Ia
memiliki kebutuhan untuk menerima tanpa memberi, anak akan sedikit atau tidak melakukan
sesuatu untuk orang lain dan memanipulasi orang lain untk memuaskan kebutuhannya.
Sedangkan anak yang diabaikan dapat menjadi musuh di lingkungannya dan didominasi oleh
kebutuhan untuk balas dendam.

6. Kekuatan Kreatif Self
Self kreatif merupakan puncak prestasi Adler sebagai teoris kepribadian. Menurut Adler,
self kreatif atau kekuatan kreatif adalah kekuatan ketiga yang paling menentukan tingkah laku
(kekutatan pertama dan kedua adalah hereditas dan lingkungan).
Self kreatif, menurut Adler, bersifat padu, konsisten, dan berdaulat dalam struktur
kepribadian. Keturunan memberi kemampuan tertentu, lingkungan memberi imresi atau kesan
tertentu. Self kreatif adalah sarana yang mengolah fakta-fakta dunia dan menstranformasikan
fakta-fakta itu menjadi kepribadian yang bersifat subjektif, dinamis, menyatu, personal dan unik.
Self kreatif memberi arti kepada kehidupan, menciptakan tujuan maupun sarana untuk
mencapainya.

B. Perkembangan Abnormal
Adler merupakan tokoh yang menaruh perhatian pada perkembangan abnormal individu.
Gagasan-gagasan Adler (Alwisol, 2005: 99-100) tentang perkembangan abnormal adalah sebagai
sebagai berikut.
Minat sosial yang tidak berkembang menjadi faktor yang melatar belakangi semua jenis
salah suai atau maladjusment Di samping minat sosial yang buruk, penderita neurosis cenderung
membuat tujuan yang terlalu tinggi, memakai gaya hidup yang kaku, dan hidup dalam dunianya
sendiri. Tiga ciri ini mengiringi minat sosial yang buruk. Pengidap neurosis memasang tujuan yang
tinggi sebagai kompensasi perasaan inferioritas yang berlebihan.
Adler menidentifikasi bahwa ada tiga faktor yang membuat individu menjadi salah, yaitu
cacat fisik yang parah, gaya hidup yang manja, dan gaya hidup diabaikan.
1. Cacat fisik yang parah
Cacat fisik yang parah, apakah dibawa sejak lahir atau akibat kecelakaan,
dan penyakit, tidak cukup untuk membuat salah suai. Bila cacat tersebut diikuti
dengan perasaan inferior yang berlebihan maka terjadilah gejala salah suai.
2. Gaya hidup manja
Gaya hidup manja menjadi sumber utama penyebab sebagian neurosis.
Anak yang dimanja mempunyai minat sosial yang kecil dan tingkat aktivitas
yang rendah. Ia menikmati pemanjaan dan berusaha agar tetap dimanja, dan
mengembangkan hubungan parasit dengan ibunya ke orang lain. Ia berharap
orang lain memperhatikan dirinya, melindunginya, dan memuaskan semua
keinginannya yang mementingkan diri sendiri. Gaya hidup manja seseorang
mudah dikenali dengan ciri-ciri : sangat mudah putus asa, selalu ragu, sangat
sensitif, tidak sabaran, dan emosional.

3. Gaya hidup diabaikan
Anak

yang

merasa

tidak

dicintai

dan

tidak

dikehendai,

akan

mengembangkan gaya hidup diabaikan. Diabaikan, menurut Adler, merupakan
konsep yang relatif, tidak ada orang yang merasa mutlak diabaikan. Ciri-ciri
anak yang diabaikan mempunyai banyak persamaan dengan anak yang
dimanjakan, tetapi pada umumnya anak yang diabaikan lebih dicurigai dan
berbahaya bagi orang lain.
Gambaran Adler tentang sifat manusia adalah sederhana. Masing-masing
orang adalah unik dan memiliki kemauan dan pilihan yang bebas untuk
menciptakan dirinya. Meskipun aspek-aspek tertentu dari sifat manusia adalah
pembawaan dari lahir seperti minat social dan mengejar kesempurnaan, itu
adalah pengalaman yang menentukan seberapa baik kecenderungan pewarisan
ini akan di realisasikan. Dalam pandangan Adler pengaruh masa kanak-kanak
penting, khususnya urutan kelahiran dan hubungan dengan orang tua.
Adler tidak hanya yang melihat masing-masing orang unik dan penuh
kesadaran, tetapi dia juga memandang manusia seluruhnya sebagai suatu
keutuhan dalam terminology yang sama. Dia optimistis terhadap kemajuan
social. Dari masa kanak-kanak, dia prihatin dengan perbaikan bermasyarakat.
Kepercayaan kuat yang dapat mengubah diri kita dan masyarakat kita
merupakan suatu tanda dari teori Adlerian.
Konsep minat social ini menggambarkan suatu kepercayaan bahwa orang
mampu bekerja sama untuk menyempurnakan suatu masyarakat yang sehat
dan diinginkan. Dengan menggambarkannya kita mampu untuk merasakan dan
menyatakan symphaty, afeksi, dan identifikasi dengan orang lain.

C. Kepribadian Berdaarkan Struktur Keluarga : Anak Bungsu, Tengah, Sulung
Pembentukan kepribadian setelah kelahiran adiknya dapat membentuk tanggung jawab
kepada orang lain, melindungi orang lain, atau bahkan merasa sebaliknya, ia dapat menjadi
merasa tidak aman dan miskin interes sosial. Bila kelahiran tersebut berjarak 3 tahun atau lebih,
maka ia akan marah karena ia harus mengakui adiknya, beberapa faktor yang telah dimiliki oleh
pengalaman sebelumnya bergabung sebagai interpretasi pengalamannya, bila persiapan dan
interes sosialnya baik maka ia akan mengembangkan sikap kooperatif dan ia akan memakai gaya
kooperatif itu kepada adiknya. Bila kelahiran adiknya sebelum dia berusia 3 tahun maka
kemarahan dan kebencian itu semakin besar dan tidak disadari, sikap itu menjadi resisten dan sulit
diubah pada orang dewasa.
Anak kedua biasanya memulai hidup dalam situasi yang lebih baik untuk mengembangkan
kerjasama dan minat sosial. Pada tahap tertentu, kepribadian anak dibentuk melalui
pengamatannya terhadap sikap kakanya. Jika sikap kakaknya penuh kemarahan dan kebencian,
anak kedua mungkin menjadi sangat kompetitif, atau menjadi penakut dan sangat kecil hati.
Umumnya anak kedua tidak mengembangkan kedua arah itu, tetapi masak dengan dorongan
kompetisi yang baik, memiliki keinginan yang sehat untuk mengalahkan kakaknya. Jika dia banyak
mengalami keberhasilan, anak akan mengembangkan sikap revolusioner dan merasa bahwa
otoritas itu dapat dikalahkan.
Anak bungsu, seringkali dimanja, sehingga beresiko tinggi menjadi anak bermasalah.
mudah terdorong pada perasaan inferior yang kuat dan tidak mampu berdiri sendiri. Namun
demikian ia mempunyai banyak keuntungan, ia termotivasi untuk selalu mengungguli kakakkakaknya dan menjadi anak yang ambisius.
Anak tunggal mempunyai posisi unik dalam berkompetisi, tidak dengan saudara-saudaranya
melainkan dengan kedua orangtuanya. Mereka sering mengembangkan perasaan superior
berlebihan, konsep diri rendah dan perasaan bahwa dunia adalah tempat yang berbahaya bila
kedua orangtuanya terlalu menjaga kesehatannya. Adler menyatakan bahwa anak tunggal
mungkin kurang baik mengembangkan kerjasama dan minat sosial, memiliki sifat parasit, dan
mengharapkan perhatian untuk melindungi dan memanjakannya.

D. PSIKOLOGI INDIVIDUAL SEBAGAI TEKNIK TERAPI
Sebagai seorang psikiater, Adler sehari-harinya tidak terlepas dari urusan
psikopatologi. Dia berpendapat bahwa psikopatologi merupakan akibat dari kurangnya
keberanian , perasaan inferior yang berlebihan, dan minat sosial yang kurang
berkembang. Pandangan tersebut dijadikan landasan dalam melakukan psikoterapi.
Adapun ciri-ciri psikoterapi Adler adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Psikoterapi
Prinsip yang dipegang Adler dalam melakukan psikoterapi adalah sebagai
berikut :
1. Terapis hendaknya tidak bersikap otoriter terhadap pasiennya.
2. Terapis hendaknya secara perlahan-lahan membawa pasiennya ke arah
pemahaman akan gaya hidup pasien yang sebenarnya dan hal ini
dilakukan bukan dengan paksaan.
3. Terapis harus memberikan dorongan kepada pasien akan kesadaran
sosial
2. Tujuan Psikoterapi
Tujuan

utama

psikoterapi

Adler

adalah

meningkatkan

keberanian,

mengurangi perasaan inferior, dan mendorong berkembangnya minat sosial
pasien. Adler menyadari bahwa tugas ini tidak mudah karena pasien atau klien
berjuang untuk mempertahankan keadaannya sekarang, yang dipan-dangnya
menyenangkan.

3. Teknik-Teknik Psikoterapi
Teknik-teknik Psikoterapi Seperti halnya Freud dan Jung, dalam melakukan
psikoterapi, Adler juga menggali masa lalu dan melakukan analisis terhadap
mimpi pasien untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang
kepribadian pasien.
1.

Menggali masa lalu (early recollections)
Adler berpendapat bahwa ingatan masa lalu seseorang selalu
konsisten dengan gaya hidupnya sekarang, dan pandangan subjektif yang
bersangkutan terhadap pengalaman masa lalunya menjadi petunjuk untuk
memahami tujuan final dan gaya hidupnya. Oleh karena itu Adler berusaha
mengungkap faktor penyebab gangguan jiwa dengan mempelajari masa lalu
pasien terutama pada kanak-kanak.
2. Analisis mimpi
Menurut Adler, gaya hidup seseorang juga terekspresikan dalam
mimpi. Adler menolak pandangan Freud bahwa mimpi adalah ekpresi
keinginan masa kecil. Menurut Adler, mimpi bukan pemuas keinginan yang
tidak diterima ego, tetapi merupakan bagian dari usaha si pemimpi untuk
memecahkan masalah yang tidak disenangi atau masalah yang tidak
dikuasainya ketika sadar.
Mimpi, menurut Adler, adalah usaha dari ketidak sadaran untuk
menciptakan suasana hati atau keadaan emosional sesudah bangun nanti,
yang bisa memaksa si pemimpi melakukan kegiatan yang semula tidak
dikerjakan.

3. Carl Gustav Jung
A.Pokok-Pokok Teori Carl Gustav Jung
Jung mendasarkan teori kepribadiannya pada asumsi bahwa pikiran atau psike(psyche),
mempunyai level kesadaran dan ketidaksadaran. Namun tidak seperti Freud, Jung sangat
menekankan bahwa bagian yang paling penting dari labirin ketidaksadaran seseorang bukan
berasal dari pengalaman personal. Melainkan dari keberadaan manusia di masa lalu. Konsep ini
yang disebut Jung sebagai Ketidaksadaran Kolektif. Poin penting dari teori Jung adalah kesadaran
dan ketidak sadaran personal.
1. Kesadaran
Jung melihat ego sebagai pusat dari kesadaran, tetapi bukan merupakan inti (core)
dari kesadaran itu sendiri. Ego bukan keseluruhan dari kepribadian dan harus dipenuhi
dengan sendiri (self). Diri inilah yang merupakan pusat dari kepribadian yang
kebanyakan di antaranya berupa ketidaksadaran. Ego merupakan aspek kedua dari
ketidaksadaran diri.
2. Ketidaksadaran Personal
Berdekatan dengan ego, yang terdiri dari pengalaman-pengalaman yang pernah
sadar tetapi kemudian direpresikan, disupresikan, dilupakan atau diabaikan karena
terlalu lemah untuk menciptakan kesan.
3. Ketidaksadaran Kolektif
Ketidaksadaran kolektif hampir sepenuhnya terleps dari segala segi pribadi individu.
Semua manusia memiliki keidaksadaran kolektif yang hampir sama. Ketidak sadaran
pribadi merupakan gudang bekas-bekas ingatan laten yang diwariskan dari masa
lampau leluhur seseorang, masa lampau tidak hanya meliputi sejarah ras manusia
namun juga leluhur pramunusiawi atau nenek moyang binatangnya
4. Arketipe
Jung menekankan pada aspek ketidaksadaran dengan konsep utamanya, collective
unconscious yang sifatnya transpersonal, ada pada seluruh manusia. Collective
unconscious terdiri dari jejak ingatan yang diturunkan dari generasi terdahulu,
cakupannya sampai pada masa pra-manusia. Misalnya, cinta pada orangtua, takut
pada binatang buas,dan lain-lain.

Didalam collective unconscious ini terdapat

archetype, archetype adalah ide-ide yang diturunkan atau yang biasa disebut primordial
images, yang terbentuk dalam kurun waktu yang lama.
Arketipe terdiri dari:
a. Persona
Persona adalah topeng yang dipakai pribadi sebagai respon terhadap tuntutantuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat, serta tuntutan tentang arketipenya sendiri.
Tujuannya adalah unutk menciptakan kesan tertentu pada orang lain dan seringkali ia
melupakan hakikat kepribadian sesungguhnya

b. Bayangan(Shadow)
Bayangan

mencerminkan

sisi

binatang

pada

kodrat

manusia.

bayangan

mengakibatkan munculnya perasaan, tindakan yang tidak menyenangakan dan bisa
dicela masyarakat dalam kehidupan dan tingkah laku, bayangan ini tidak kita akui
keberadaannya serta berusaha untuk disembunyikan dari diri kita sendiri dan orang
lain.

c. Anima dan Animus
Jung mengaitkan sisi feminis kepribadian pria dan sisi maskulin kepribadian wanita
dengan arkhetipe-arkhetipe. Arkhetipe feminine pada pria disebut anima, arketipe
maskulin pada wanita disebut animus. Arketipe ini ditentukan oleh kelenjar-kelenjar
seks dan kromosom namun juga ditentukan pengalaman dimana pria dan wanita hidup
berdampingan selama berabad lamanya.
Arketipe-arketipe tidak hanya menyebabkan masing-masing jenis menunjukkan
cirri-ciri lawan jenisnya tetapi mereka juga dapat tertarik pada lawan jenisnya. Pria
memahami kodrat wanita berdasarkan animanya, wanita memahami kodrat pria
berdasarkan animusnya
d. Great Mother
Great Mother merupakan turunan dari anima dan animus. Konsep ini selalu
dikaitkan dengan perasaan positif dan negative. Jung percaya bahwa pandangan kita
mengenai sosok ibu yang penuh cinta, tetapi juga payah telah dinilai secara berlebihan.
“Semua pengaruh yang dideskripsikan dan diaplikasikan kepada anak-anak tidak
hanya datang dari si ibu sendiri, tetapi lebih kepada arketipe yang diproyeksikan
kepada si ibu itu sendiri, yang pada akhirnya akan memberikan si ibu sebuah latar
belakang mitos”. Dengan kata lain, daya tarik yang kuat dari seorang ibu yang
diarasakan, seringkali muncul meskipun tidak ada hubungan personal diantara mereka.

e. Wise Old Man
Merupakan

sebuah

arketipe

dari

kebijaksanaan

dan

keberartian

yang

menyimbolkan pengetahuan manusia akan misteri kehidupan. Arti dari arketipe ini,
bagaimanapun ,tidak disadari dan tidak dapat secara langsung dialami oleh seorang
individu.

f.

Pahlawan
Arketipe pahlawan(hero) direpresentasikan dalam mitologi dan legenda sebagai

seseorang yang snagat kuat, bahkan terkadang merupakan bagian dari Tuhan, yang
memerangi kejahatan dalam bentuk naga,monster, atau iblis. Pada akhirnya, seorang
pahlawan kerap dikalahkan oleh seseorang atau sesuatu yang sepele.

g. Diri
Arketipe ini mengungkapkan diri sebagai lambang, dan lambang utamanya adalah
mandala atau lingkaran magis. Diri adalah tujuan hidup, suatu tujuanyang terus
menerus diperjuangkan orang tetapi yang jarang tercapai. Ia memotivasikan tingkah
laku manusia dn mencarikebulatan, khususnya melalui cara-cara yang disediakan oleh
agama
B. Perkembangan Kepribadian

1.

Mekanistik, Purposif, dan Sinkronisitas
Perkembangan kepribadian menurut Jung lebih lengkap dibandingkan dengan

Freud. Jika pandangan Freud bersikap mekanistik atau kausalistik, semua peristiwa
disebabkan oleh sesuatu yang terjadi dimasa lalu, Jung mengedepankan pandangan
purposive atau teleologik yang menjelaskan kejadian sekarang ditentukan oleh masa
depan atau tujuan. Prinsip mekanistik akan membuat manusia menjadi sengsara karena
terpenjara dimasa lalu. Manusia tidak bebas menentukan tujuan atau membuat rencana
karena masa lalu tidak dapat diubah. Sebaliknya, prinsip purposive membuat orang
mempunyai perasaan penuh harapan, ada sesuatu yang membuat orang berjuang dan
bekerja.
Menurut Jung, peristiwa psikis tidak selalu dapat dijelaskan dengan prinsip sebab
akibat. Dua peristiwa psikis yang terjadi secara bersamaan dan tampak saling
berhubungan, yang satu tidak menjadi penyebab dari yang lain, karena sulit membedakan
mana yang masa lalu dan mana yang masa depan, hal inilah dinamakan prinsip
sinkronisitas. Jung memakai prinsip sinkronisitas untuk menjelaskan kata kerja arsetip.
Arsetip sebagai isi tak sadar tidak menjadi sebab terjadinya peristiwa mental atau fisik.
Prinsip sinkronisitaslah yang membuat peristiwa mental atau fisik terjadi bersamaan
dengan aktifnya isi-isi tak sadar.

2. Individuasi dan Transedensi
Tujuan hidup manusia adalah mencapai kesempurnaan yang disebut realisasi diri. Orang
dikatakan mencapai realisasi diri, kalau dia dapat mengintegrasikan semua kutub-kutub
yang berseberangan dalam jiwanya, menjadi kesatuan pribadi yang homogeny. Realisasi
diri berarti meminimalkan persona, menyadari anima atau animusnya menyeimbangkan
inroversi dan ekstraversi, serta meningkatkan empat fungsi jiwa yaitu pikiran, perasaan,
panca indra, dan intuisi dalam posisi tertinggi. Realisasi juga berarti asimilasi tak sadar
kedalam keseluruhan kepribadian, dan menyatukan ego dengan self sebagai pusat
kepribadian. Realisasi diri umumnya hanya dapat dicapai sesudah usia pertengahan
melalui proses individuasi dan proses transendensi.
a. Individuasi
Adalah proses analitik memilah-milah, memperinci dan mengelaborasi aspek-aspek
kepribadian. Apabila ada sesuatu bagian kepribadian yang terabaikan, maka system
yang terabaikan itu menjadi kurang berkembang dan akan menjadi pusat resistensi.
Jiwa yang memiliki banyak resistensi bisa memunculkan gejala-gejala neurotic.

b. Transedensi
Adalah proses sintetik, mengintegrasiksn materi tak sadar dengan materi
kesadaran, mengintegrasikan system-sistem secara keseluruhan agar dapat berfungsi
dalam satu kesatuan secara efektif.

C. Tahap-Tahap Perkembangan
Hereditas berperan penting dalam psikologi Jung, karena :
a. Hereditas berkenaan dengan insting biologis yang berfungsi memelihara kehidupan
dan reproduksi. Insting-insting merupakan “sisi binatang” pada kodrat manusia.
b. Hereditas mewariskan pengalaman leluhur dalam bentuk arsetip; ingatan tentang ras
yang telah menjadi bagian dari hereditas karena diulang berkali-kali lintas generasi.

Jung tidak menyusun tahap-tahap perkembangan secara rinci. Perhatian utamanya
tertuju

pada

tujuan-tujuan

perkembangannya,

khususnya

tahap

kedua

tekanan

perkembangannya terletak pada pemenuhan syarat social dan ekonomi, dan tahap ketiga
ketika orang mulai membutuhkan nilai spiritual. Menurut Jung terdapat 4 tahap
perkembangan.
a. Usia anak (childhood),dibagi menjadi tiga tahap :
1) Tahap Anarkis (0-6tahun)
Tahap ini ditandai dengan kesadaran yang kacau dan sporadic atau kadang ada
kadang tidak.
2) Tahap monarkis (6 – 8 tahun)
Tahap ini ditandai dengan perkembangan ego, dan mulainya pikiran verbal dan
logika. Pada tahap ini, anak memandang dirinya secara obyektif, sehingga sering
secara tidak sadar mereka menganggap dirinya sebagai orang ketiga.
3) Tahap dualistic (8 – 12 tahun)
Tahap ini ditandai dengan pembagian ego menjadi 2, obyektif dan subyektif. Pada
tahap ini, kesadaran terus berkembang. Anak kini memandang dirinya sebagai
orang pertama, dan menyadari eksistensinya sebagai individu yang terpisah.

b. Usia pemuda ( Youth and Young adult hood)
Tahap muda berlangsung mulai dari puberitas sampai usia pertengahan. Pemuda
berjuang untuk mandiri secara fisik dan psikis dari orang tuanya. Tahap ini ditandai oleh
meningkatnya kegiatan, matangnya seksual, tumbuh kembangnya kesadaran dan
pemahaman bahwa era bebas masalah dari kehidupan anak-anak sudah hilang.
Kesulitan utama yang sering dihadapi masalah kecenderungan untuk hidup seperti
anak-anak dan menolak menghadapi masalah kekinian yang disebut prinsip
konservatif.
Kelahiran jiwa terjadi pada awal puberitas, mengikuti terjadinya perubahanperubahan fisik dan ledakan seksualitas. Tahap ini ditandai oleh perbedaan perlakuan
kepada anak-anak menjadi perlakuan kepada orang dewasa dari orang tua mereka.
Kepribadian selanjutnya harus dapat memutuskan dan menyesuaikan diri dengan
kehidupan social.
c. Usia pertengahan (Middle Hood)
Tahap ini dimulai antara usia 35 atau 40 tahun. Periode ini ditandai dengn
aktualisasi potensi

yang sangat bervariasi. Pada tahap usia pertengahan, muncul

kebutuhan nilai spiritual, yaitu kebutuhan yang selalu menjadi bagian dari jiwa, tetapi
pada usia muda dikesampingkan, karena pada usia itu orang lebih tertarik pada nilai
materialistic. Usia pertengahan adalah usia realisasi diri.
d. Usia tua (Old Age)
Usia tua ditandai dengan tenggelamnya alam sadar ke alam tak dasar. Banyak
diantara mereka yang mengalami kesengsaraan karena berorientasi pada masa lalu
dan menjalani hidup tanpa tujuan.
D. Tipologi Jung
Menurut teori psikoanalisa dari Jung ada dua aspek penting dalam kepribadian yaitu sikap
dan fungsi. Sikap terdiri dari introvert dan ekstrovert, sedangkan fungsi terdiri dari thinking,
feeling, sensing dan intuiting. Dari kedelapan hal ini maka diperoleh tipologi Jung, yaitu :
1.

Introversion-Thinking

Orang dengan sikap yang introvert dan fungsi thinking yang dominan biasanya tidak
memiliki emosi dan tidak ramah serta kurang bisa bergaul. Hal ini terjadi karena mereka
memiliki kecenderungan untuk memperhatikan nilai abstrak dibandingkan orang-orang
dan lingkungan sekitarnya. Mereka lebih mengejar dan memperhatikan pemikirannya
tanpa memperdulikan apakah ide mereka diterima oleh orang lain atau tidak. Mereka
biasanya keras kepala, sombong dan berpendirian. Contoh dari orang dengan
kepribadian seperti ini adalah philosophers.
2.

Extraversion-Thinking
Contoh orang dengan sikap extrovert dan fungsi thinking yang dominan adalah

ilmuwan dan peneliti. Mereka memiliki kecenderungan untuk muncul seorang diri,
dingin dan sombong. Seperti pada tipe pertama, mereka juga me-repress fungsi
feeling. Kenyataan yang obyektif merupakan aturan untuk mereka dan mereka
menginginkan orang lain juga berpikir hal yang sama.

3.

Introversion-Feeling
Orang dengan introversion-feeling berpengalaman dalam emosi yang kuat, tapi

mereka menutupinya. Contoh orang dengan sikap introvert dan fungsi feeling yang
dominan adalah seniman dan penulis, dimana mereka mengekspresikan perasaannya
hanya dalam bentuk seni. Mereka mungkin menampilkan keselarasan didalam dirinya
dan self-efficacy, namun perasaan mereka dapat meledak dengan tiba-tiba.
4.

Extraversion-Feeling
Pada orang dengan sikap extraversion dan fungsi feeling yang dominan perasaan

dapat berubah sebanyak situasi yang berubah. Kebanyakan dari mereka adalah aktor.
Mereka cenderung untuk emosional dan moody tapi terkadang sikap sosialnya dapat
muncul.
5.

Introversion-Sensation
Orang ini cenderung tenggelam dalam sensasi fisik mereka dan untuk mencari hal

yang tidak menarik dari dunia sebagai perbandingan. Biasanya mereka adalah orangorang yang tenang, kalem, self-controlled, tapi mereka juga membosankan dan kurang
bisa berkomunikasi.
6.

Extraversion-Sensation

Orang dengan tipe ini biasanya adalah businessman. Mereka biasanya realistik,
praktis, dan pekerja keras. Mereka menikmati apa yang dapat mereka indrai dari dunia
ini, menikmati cinta dan mencari kegairahan. Mereka mudah dipengaruhi oleh
peraturan dan mudah ketagihan pada berbagai hal.
7.

Introversion-Intiuting
Pemimipi, peramal, dan orang aneh biasanya adalah orang dengan sikap introvert

dan fungsi intuitif yang dominan. Mereka terisolasi dalam gambaran-gambaran primitif
yang artinya tidak selalu mereka ketahui namun selalu muncul dalam pikiran mereka.
Mereka memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain, tidak praktis namun
memiliki intuisi yang sangat tajam dibandingkan orang lain.
8.

Extraversion-Intuiting
Penemu dan pengusaha biasanya memiliki sikap extravert dan fungsi intuitif yang

dominan, mereka adalah orang-orang yang selalu mencari sesuatu yang baru. Mereka
sangat baik dalam mempromosikan hal-hal yang baru. Namun mereka tidak dapat
bertahan pada satu ide, pekerjaan maupun lingkungan karena sesuatu yang baru
merupakan tujuan hidup mereka.

E. Proses dan Dinamika Kepribadian Jung

Jung menyatakan bahwa kepribadian atau psyche bersifat dinamis dengan gerak
yang terus-menerus. Dinamika psyche tersebut disebabkan oleh enerji psikis yang oleh
Jung disebut libido. Dalam dinamika psyche terdapat prinsip-prinsip sebagai berikut :

1.

Prinsip oposisi
Berbagai sistem, sikap, dan fungsi kepribadian saling berinteraksi dengan
tiga cara, yaitu : saling bertentangan (oppose), saling mendukung (compensate),
dan bergabung mejnadi kesatuan (synthese).
Menurut Jung, prinsip oposisi paling sering terjadi karena kepribadian berisi
berbagai kecenderungan konflik. Oposisi juga terjadi antar tipe kepribadian,
ekstraversi lawan introversi, pikiran lawan perasaa, dan penginderaan lawan
intuisi.

2.

Prinsip kompensasi
Prinsip ini berfungsi untuk menjada agar kepribadian tidak mengalami

gangguan. Misalnya bila sikap sadar mengalami frus-trasi, sikap tak sadar akan
mengambil alih. Ketika individu tidak dapat mencapai apa yang dipilihnya, dalam
tidur sikap tak sadar mengambil alih dan muncullah ekpresi mimpi.

3. Prinsip penggabungan
Menurut

Jung,

kepribadian

terus-menerus

berusaha

menyatukan

pertentangan-pertentangan yang ada agar tercapai kepribadian yang seimbang
dan integral.
F. Metode Investigasi Jung
1.

Teori Asosiasi Kata

2.

Analisi Mimpi

3.

Imajinatif Aktif

4.

Psikoterapi

PENDEKATAN TEORI BELAJAR SOSIAL
Teori yang diperkenalkan oleh Albert Bandura, yang melibatkan keterbatasan teori belajar
behavioristik. Teori belajar behavioristik menerangkan dampak dari penguatan yang positif akan
dipelajari, dan yang tidak diikuti oleh konsekuensi yang positif akan terlupakan. Bandura
menguraikan hal-hal berikut ini sebagai keterbatasan teori belajar behavioristik.
1.

Teori behavioristik sukar diterapkan pada situasi kehidupan nyata. Tidak mungkin ada satu

orang yang terus-menerus hadir setiap harinya untuk memberikan hadiah bagi terlihatnya
perilaku yang diinginkan guna menjamin meningkatnya frekuensi munculnya perilaku tersebut.
Biasanya orang harus mengatur dan mengendalikan perilakunya sendiri.
2.

Teori behavioristik tidak dapat menerangkan mengenai terjadinya pembelajaran perilaku

baru. Jarang kita melihat orang melakukan suatu tindakan yang belum pernah dilakukan
sebelumnya.
3.

Teori behavioristik hanya dapat menerangkan pembelajaran langsung (direct learning), di

mana konsekuensi diberikan segera setelah perilaku belajar terjadi, tetapi tidak dapat
menerangkan mengenai perilaku serupa yang muncul pada waktu berikutnya, di mana
konsekuensi diberikan kemudian. Sering terjadi, suatu perilaku telah dipelajari tetapi belum
segera ditampakkan sehingga dampak belajar mungkin belum terlihat sampai waktu kemudian.
A. Perbandingan antara Belajar Langsung dan Tidak Langsung
Type Belajar Bagaimana Terjadinya :
1. Langsung (padanan langsung)
Hasil belajar yang langsung ditampakkan Setelah mempelajari suatu perilaku
tertentu, siswa langsung melakukan atau melaksanakan sendiri perilaku tersebut yang
merupakan hasil belajarnya, dan langsung mengalami konsekuensi dari responsnya
itu.Perilaku

yang

dipelajari

itu

dapat

diperagakan

oleh

model

2. Tidak langsung (pemadanan yang tertunda)
Belajar dari memperhatikan orang lain (vicarious learning) Siswa memperhatikan
seorang model melakukan perilaku yang harus dipelajari dan memperhatikan
bagaimana model tersebut mendapat penguatan. Beberapa waktu kemudian siswa
tersebut memperlihatkan perilaku yang dipelajarinya dari memperhatikan model di atas.
Untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan tersebut di atas, Bandura mengusulkan suatu
teori alternatif yang dinamakannya Teori Belajar Sosial. Ada enam prinsip yang mendasari teori ini.
1. Faktor-faktor yang Saling Menentukan
Prinsip pertama menyatakan bahwa perilaku, berbagai faktor pada pribadi
seseorang, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada lingkungan orang tersebut,
secara bersama-sama saling bertindak sebagai penentu atau penyebab yang
satu terhadap lainnya dalam apa yang disebut Bandura sebagai sistem diri orang
itu.
Interaksi faktor-faktor pembentuk sistem diri: hubungan timbal-balik tiga arah
antara Faktor-faktor Pribadi, Perilaku, dan Kejadian-kejadian pada lingkungan
sekitar.
2. Kemampuan Membuat atau Memahami Simbol Tanda/Lambang
Bandura menyatakan bahwa orang memahami dunia ini secara simbolis,
melalui gambaran-gambaran kognitif (cognitive representation). Jadi, kita lebih
bereaksi terhadap gambaran kognitif dari dunia sekitar daripada terhadap dunia
itu sendiri. Artinya, karena kita memiliki kemampuan berpikir dan memanfaatkan
bahasa sebagai alat untuk berpikir maka hal-hal yang telah berlalu dapat
disimpan dalam ingatan dan hal-hal yang akan datang dapat pula "diuji coba"
secara simbolis dalam pikiran.
Lebih jauh lagi apa yang belum terjadi dapat dibayangkan dalam
pikiran.

Perilaku-perilaku yang mungkin diperlihatkan akan dapat diduga,

diharapkan, dikhawatirkan, dan diuji cobakan terlebih dahulu secara simbolis,
dalam pikiran, tanpa harus mengalaminya secara fisik terlebih dahulu.
Karenanya pikiran-pikiran yang merupakan simbol atau gambaran kognitif dari
masa lalu maupun masa depan itulah yang mempengaruhi atau menyebabkan
munculnya perilaku tertentu.
3. Kemampuan Berpikir ke Depan
Selain dapat digunakan untuk mengingat hal-hal yang sudah pernah
dialami, kemampuan berpikir atau mengolah simbol tersebut dapat dimanfaatkan
untuk merencanakan masa depan. Kita dapat menduga bagaimana orang lain
akan bereaksi terhadap kita, dapat menentukan tujuan, dan merencanakan
tindakan-tindakan yang harus diambil untuk mencapai tujuan tersebut. Inilah yang
disebut berpikir ke depan, karena biasanya pikiran mengawali tindakan. Tetapi
kadang-kadang, seperti yang akan diterangkan kemudian, pikiran-pikiran tersebut
selain dapat membantu dapat pula menjadi penghalang.
4. Kemampuan seolah-olah Mengalami Sendiri Apa yang Dialami Orang Lain
Banyak manusia, terlebih lagi anak-anak, mampu belajar dengan cara
memperhatikan orang lain berperilaku dan memperhatikan konsekuensi dari
perilaku tersebut. Inilah yang dinamakan belajar dari apa yang dialami orang lain.
Tentu saja orang dapat belajar dengan melakukan sendiri berbagai hal dan
mengalami konsekuensi dari perbuatannya tersebut. Tetapi hidup ini akan terlalu
berat apabila belajar secara langsung seperti ini merupakan satu¬satunya cara
belajar. Karena itu cara belajar dari pengalaman orang lain ini sangatlah
membantu. Kemampuan ini merupakan prinsip penting dari teori belajar sosial.
5. Kemampuan Mengatur Diri Sendiri
Prinsip berikutnya dari teori belajar sosial adalah bahwa orang umumnya
memiliki kemampuan untuk mengendalikan perilaku mereka sendiri. Seberapa giat
kita bekerja dan belajar, berapa jam kita tidur, bagaimana kita bersikap di muka
umum, apakah kita men gerjakan tugas perkuliahan kita dengan teratur, kita
pelajari untuk mengajarkan mata pelajaran yang menjadi tanggung jawab kita.
contoh perilaku yang dapat Anda kendalikan. Perilaku-perilaku ini dikerjakan tidak
selalu untuk memuaskan orang lain, tetapi apakah kita menerapkan strategi,
metode ataupun teknik pembelajaran yang telah berdasarkan standar dan motivasi
yang kita tetapkan sendiri. Tentu saja kita akan terpengaruh oleh reaksi orang lain
terhadap kita, tetapi tanggung jawab utama berada pada diri kita sendiri.
6. Kemampuan untuk Berefleksi
Prinsip terakhir ini menerangkan bahwa kebanyakan orang sering
melakukan refleksi atau perenungan untuk memikirkan mengenai kemampuan diri
mereka pribadi. Mereka umumnya mampu memantau ide-ide mereka dan menilai
kepantasan ide-ide tersebut sekaligus menilai diri mereka sendiri, dengan
memperhatikan konsekuensi dari perilaku mereka.
Dari semua penilaian diri sendiri itu, yang paling penting adalah penilaian
terhadap seberapa kompeten atau seberapa mampu mereka mengira diri mereka
dapat mengerjakan suatu tugas dengan sukses. Penilaian terhadap diri sendiri ini
disebut

keyakinan

akan

kemampuan

diri

(self-efficacy)

yang

ternyata

mempengaruhi pilihan seseorang akan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukannya,
besarnya usaha yang akan dikerahkan untuk menyelesaikan tugas tersebut,
besarnya ketabahan saat menghadapi kesulitan, dan kemungkinan menghadapi
suatu tugas dengan rasa khawatir atau ketakutan atau rasa percaya diri.

B. Belajar dari Mengamati (Observational Learning) Perilaku Orang Lain(Model
Menurut Bandura, terdapat 4 proses yang terlibat di dalam pembelajaran melalui
pengamatan : perhatian, pengendapan, reproduksi motorik, dan penguatan. Agar pembelajaran
melalui pengamatan dapat terjadi, hal pertama yang harus ada adalah perhatian (attention). Untuk
menghasilkan tingkah laku seperti yang dilakukan oleh model, kita harus benar-benar
memperhatikan apa yang dikatakan atau dilakukannya. Kita tidak dapat mendengar apa yang
teman katakan jika terdapat suara musik yang kencang. Kita juga dapat kehilangan apa yang
profesor katakan di dalam kelas mengenai analisisnya, jika perhatian kita tertuju pada
gadis/pemuda yang sedang duduk di depan kita.
Bayangkan jika kita mengambil kelas menggambar. Kita perlu memperhatikan setiap
instruksi dan petunjuk, serta gerakan tangan guru kita. Memberi perhatian kepada model
dipengaruhi oleh karakteritik model tersebut. Orang yang hangat, memiliki kekuasaan, unik, akan
sanggup menyita perhatian, daripada orang yang dingin, lemah, atau biasa-biasa saja.
1. Pengendapan (retention)
Proses kedua yang diperlukan agar pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi. Untuk
mereproduksi tindakan seorang model, kita harus menyimpan setiap informasi di dalam ingatan
kita sehingga kita dapat mengeluarkan ingatan tersebut saat diperlukan. Sebuah deskripsi verbal
yang sederhana, atau gambar detail dari tindakan model dapat membantu proses pengendapan.
Dalam contoh kelas menggambar di atas, kita perlu mengingat instruksi guru dan apa hal-hal yang
ia lakukan agar dapat menirunya untuk menggambar dengan baik.
2. Reproduksi Motorik (motor reproduction)
Proses melakukan peniruan terhadap tindakan model. Orang mungkin dapat memberi
perhatian dan mengingat apa yang telah mereka lihat. Namun, jika mereka memiliki keterbatasan
motorik, maka akan sulit bagi mereka untuk mereproduksi tindakan model tersebut. Seorang
remaja berusia 13 tahun dapat mengamati seorang pemain basket profesional melakukan dunk
dengan dua tangan secara terbalik, namun ia mungkin tidak dapat melakukannya. Sama halnya
pada kelas menggambar, kita akan memerlukan keahlian reproduksi motorik yang baik untuk
dapat mengikuti contoh gambar guru kita.
3. Penguatan (reinforcement)
Pemberian intensif merupakan komponen akhir dalam pembelajaran melalui pengamatan.
Pada banyak kejadian, kita dapat memberikan perhatian dengan baik pada apa yang model
lakukan, mengendapkan informasi tersebut dan memiliki kemampuan motorik yang baik untuk
mereproduksi ulang tindakannya. Namun, sering kali kita gagal untuk mengulangi tindakan
tersebut karena kurangnya penguatan. Pentingnya hal ini dintunjukkan oleh Bandura dalam studi
awalnya mengenai seorang anak yang melihat seorang model hanya ketika mereka ditawarkan
intensif untuk melakukannya. Dalam kelas menggamba, saat guru memilih gambar kita untuk
dipajang, maka penguatan ini akan menyemangati kita untuk terus menggambar dan mengambil
kelas kesenian yang lain
Pembelajaran Melalui
Pengamatan

Perhatian

Pengendapan

Reproduksi
Motorik

Penguatan
atau kondisi
intensif

Beberapa langkah untuk menerapkan teori belajar sosial, yang dapat dimanfaatkan oleh
para guru untuk mengatur pembelajaran dengan mengamati perilaku model :
1. Guru menentukan perilaku yang akan ditiru
Keterampilan kognitif, afektif dan motorik, seperti: mempresentasikan hasil penelitian
gerak-gerakan dalam olahraga atau perbengkelan sopan santun (rasa hormat, respek
terhadap milik orang lain) penyaluran emosi negatif dan positif (kemarahan dan
kegembiraan)
2.

Guru menentukan siapa yang akan bertindak sebagai model

 Guru itu sendiri
 Siswa lain (untuk model yang statusnya sama)
 Model lain (orang yang berasal dari komunitas sekitar)
 Model-model simbolis (mereka yang dapat bertindak sebagai pahlawan, atau tokoh-tokoh
dalam film, baik nyata maupun kartun)
3.

Guru memastikan tampilnya perilaku yang diperagakan oleh model
Mengusahakan untuk memusatkan perhatian siswa yaitu dengan membuat perilaku
itu cukup sederhana, tampak jelas, terpecah dalam urutan yang dapat diikuti, sehingga
dapat membantu siswa untuk dapat mengingat perilaku tersebut dengan memberikan cara
untuk mengingat dan memberikan kesempatan untuk mengulang . Hal itu juga dapat
membantu siswa untuk mempraktekkan perilaku tersebut (produksi) dan memberi motivasi
kepada siswa untuk meniru perilaku tersebut dalam bentuk pujian atau hadiah (motivasi).

4. Guru menciptakan nilai manfaat dari perilaku orang yang menjadi model
Memberi penghargaan untuk hasil dan perilaku positif dari model tersebut dan
Memberi
Tidak

sanksi

bereaksi

pada

hasil

berlebihan

atau

dan

perilaku

secara

negatif

pribadi

dari

terhadap

model
perilaku

itu,

serta

model

dan

Tidak menunjukkan sikap mengabaikan terhadap perilaku model tersebut.

PENDEKATAN TEORI BIOLOGIS

Pengaruh biologis terhadap perilaku manusia ditekankan oleh Mc.Dougall, Freud, dan
Lorenz, manusia dilahirkan dengan berbagai karakteristik biologis yang membedakan dengan
hewan dan sesamanya.
1.Naluri, Konrad Lorenz dorongan agresif adalah naluri manusia yang sudah ada semenjak
manusia lahir dan tidak dapat dirubah, hampir sama dengan Freud adanya dorongan bawaan
yang mengarahkan manusia berprilaku destruktif (id thanatos), walaupun dorongan bawaan itu
bisa diarahkan pada perilaku konstruktif.
2.Perbedaan genetik kromosom XYY lebih besar kemungkinan menjadi penjahat, karena
Y tersebut bersifat agresif , sehingga jika kromosom tersebut double Y maka tingkat
keagresivitasnya semakin tinggi dan kemungkinan akan menjadi penjahat. Kerusakan fisiologis
lain seperti kerusakan otak tertentu (hipotalamus) dapat mengakibatkan agresivitas yang tak
terkendali.

PENDEKATAN TEORI EKOLOGIK
Pendekatan ekologi adalah suatu metode analisis yang menekankan pada hubungan
antara manusia dan kegiatan lingkungannya, sehingga manusia dan berbagai kegiatannya selalu
menjadi fokus analisis dalam keterkaitannya dengan lingkungan abiotik, biotik, maupun sosial,
ekonomi dan kulturalnya. Manusia dalam hal ini tidak boleh diartikan sebagai makhluk biologis
semata yang setaraf dengan makhluk hidup lainnya, namun adalah sosok yang dikaruniai daya
cipta, rasa, karsa, karya atau makhluk yang berbudi daya.
Pendekatan ekologi ini ditekankan pada keterkaitan antara fenomena geosfer tertentu
dengan variabel lingkungan yang ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya
tidak mengkaitkan hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula
dikaitkan dengan :
(1)

fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan

manusia.
(2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta
kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan bahwa ruang lingkup lingkungan geografi memiliki dua
aspek, yaitu lingkungan perilaku (behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena
environment).
Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, dan
kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi,
yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses sosial ekonomi dan perubahan
nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan yang penting adalah perubahan pengetahuan
lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan
fenomena alam. Relik fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan lingkungan dan
manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan mencakup produk dan
proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses anorganik.
Studi mendalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu pada
wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap sebagai ciri khas pada
pendekatan kelingkungan.
Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingkungan mendapat peran yang penting untuk
memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan ini fenomena geosfer dapat dipahami secara
holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga dapat dikonsepsikan secara baik.

Teori Pendekatan Kognitif
Teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget seorang psikolog dari Swiss yang hidup
pada tahun 1896-1980. Teori Kognitif merupakan cara mempersepsikan dan menyusun informasi
yang berasal dari lingkungan sekitar yang dilakukan secara aktif oleh seorang pembelajar. lebih
rincinya teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon tetapi belajar adalah proses berpikir yang sangat kompleks. Dalam teori
kognitif manusia melakukan pengamatan secara keseluruhan lebih dahulu menganalisanya lalu
mensintesiskannya kembali.
Teori kognitif tidak menyelidiki hal-hal yang lebih mendalam dari yang ada pada kesadaran. Ia
tidak mempelajari proses yang terjadi dalam alam bawah sadar dan ketidaksadaran.
Teori kognitif lebih menekankan pada pandangan bahwa untuk memahami perilaku manusia harus
mempelajari proses mental manusia tersebut. Karena, manusia tidak menanggapi lingkungannya
secara otomatis. Perilaku manusia tergantung pada bagaiman proses berpikir dan mempersepsi
lingkungannya. Jadi proses mental manusia merupakan hal yang utama yang bisa menjelaskan
perilaku social seseorang
Intinya teori-teori kognitif memusatkan perhatiannya pada bagaimana proses informasi yang
datangnya dari lingkungan ke dalam struktur mental manusia.
Tokoh-Tokoh dalam Teori Kognitif yaitu Jean Piaget dan Lev Vygotsky .
a. Jean Piaget
Jean piaget adalah psikolog dari swiss . Piaget adalah salah satu tokoh penting dalam
psikologi perkembangan karena teori-teorinya dalam psikologi perkembangan yang
mengutamakan unsur kesadaran (kognitif). Teori Tahapan Kognitif merupakan sebuah teori
yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif anak melaju dalam empat tahap yang
melibatkan jenis-jenis operasi mental yang berbeda secara kualitatif yaitu :
•

Organisasi (Organization) adalah kecenderungan untuk menciptakan struktur
kognitif atau system-sistem pengetahuan.

•

Skema (Schema) adalah pola-pola perilaku teratur yang digunakan seseorang
untuk berpikir dan bertindak dalam suatu situasi.

•

Adaptasi (Adaptation) merupakan istilah Piaget untuk menggambarkan cara anakanak menangani informasi baru dengan mempertimbangkan hal yang sudah
mereka ketahui. Adaptasi muncul melalui dua proses yaitu :
 Asimilasi  Memasukkan informasi baru dan menggabungkannya ke dalam
struktur kognitif yang sudah ada.
 Akomodasi  Menyesuaikan struktur kognitif seseorang agar sesuai
dengan informasi baru.

•

Equilibrasi (Equlibration) merupakan istilah Piaget untuk kecenderungan dalam
mencari keseimbangan yang stabil diantara berbagai unsur kognitif.

Tidak hanya tentang jenis-jenis operasi mental, Piaget juga mengemukakan empat
periode perkembangan intelektual yang secara khas mengorganisir interaksi anak
dengan lingkungan. Meskipun tingkat perkembangan intelektual pada setiap anak
dapat berbeda, Piaget berpendapat bahwa sekuens perkembangan tersebut terjadi
pada setiap anak seperti berikut :
1. Periode Sensorimotorik (0-2 Tahun) : kemampuan anak itu masih terbatas pada
penginderaan rangsangan-rangsangan dan memberikan reaksi-reaksi motoris yang
mekanistis dan otomatis.
2. Periode Praoperasional (2-7 Tahun) : Dalam fase ini anak menguasai bahasa dan
mempelajari hubungan waktu, masa lalau, dan masa depan, serta masa kini. Dalam
fase ini pula terjadi pembentukan symbol-simbol untuk kelak memungkinkan anak
itu berpikir. Sifat anak pada usia ini masih terpusat pada diri sendiri (ego centris)
3. Periode Operasi Konkret (7-11 Thaun) : Pada tahap ini anak tidak lagi ego centris,
melainkan banyak berorientasi keluar, kepada objek-objek yang konkret. Ia masih
aktif dan banyak bergerak, tetapi perbuatan-perbuatannya selalu tidak dapat
dilepaskan hal-hal yang konkret.
4. Periode Operasi Formal (11-15 Tahun) : Pada fase akhir perkembangan intelektual
ini, anak menguasai pemahaman. Maksudnya Individu disini tidak lagi terikat pada
objek-objek yang nyata atau konkret, ia mampu menyusun kesimpulan-kesimpulan
dan hipotesa-hipotesa atas dasar symbol-simbol semata.
Dalam teori tentang intelegensi Piaget membedakan antara teori umum tentang
intelegensi yang berlaku pada setiap tingkat perkembangan dan teori yang khusus
berhubungan dengan tingkat perkembangan tertentu. Dalam teorinya yang umum (non
phasic) Piaget menerangkan asal mula intelegensi dari tingkah laku-tingkah laku yang
rendah tingkatannya. Ia percaya bahwa semua tingkah laku baik yang eksternal
maupun internal (contohnya:berpikir) bertujuan beradaptasi. Adaptasi dianggapnya
sebagai sebagai keseimbangan yang bergerak terus antara asimilasi dan lingkungan
terhadap individu dan akomodasi dari individu dalam lingkungannya. Kalau adaptasi
dalam kehidupan biologis bersifat fisik, adaptasi dalam kehidupan psikis lebih
fungsional. Perkembangan kognitif oleh Piaget dianggap sebagai keseimbangan yang
meningkat dari taraf asimilasi ke taraf akomodasi.
b. Lev Vygotsky
Lev Semenovich Vygotsky (1896-1934) seorang Psikolog dari Rusia. Ia memusatkan
perhatiannya pada berbagai proses social dan budaya yang memadu perkembangan
kognitif anak-anak. Teori Sosial Budaya (sociocultural theory) dari Vygotsky menekankan
keterlibatan aktif anak-anak dengan lingkungannya. Vgotsky memandang pertumbuhan
kognitif sebagai suatu proses kolaborasi. Vgotsky mengatakan bahwa anak-anak belajar
melalui interaksi social. Mereka memperoleh keterampilan kognitif sebagai bagian dari
induksi ke dalam suatu cara hidup. Berbagai kegiatan yang dibagi bersama membantu
anak-anak

menginternalisasikan

cara

berpikir

dan

berperilaku

masyarakat

serta

menjadikannya milik mereka.
Menurut Vygotsky, orang dewasa atau kelompok teman seusia yang lebih maju harus
membantu mengarahkan dan mengatur pembelajaran anak sebelum mereka dapat
menguasai dan menginternalisasikannya. Tanggung jawab diarahkan kepada anakmeskipun ketika mengajari anak untuk mengambang orang dewasa pertama kali
menyokong anak di dalam air kemudian melepaskannya secara perlahan seiring dengan
tubuh anak menjadi rileks ke dalam posisi mendatar.

Bab III
Daftar Pustaka
Sarwono, S.W. Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi. Jakarta:
Bulan Bintang, 2002
Feist. Jess, Feist, Gregory J. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika, 2010
Papalia, Dkk. Human Development. Jakarta: Salemba Humanika, 2009
http://search.proquest.com/psycarticles/docview/614336214/fulltextPDF/141313B433E315
EB5AD/1?accountid=17242

http://search.proquest.com/psycarticles/docview/614311383/fulltextPDF/141313B433E315
EB5AD/2?accountid=17242

http://search.proquest.com/psycarticles/docview/614400278/fulltextPDF/141313D30374B7
56747/1?accountid=17242

http://search.proquest.com/psycarticles/docview/614336214/fulltextPDF/141313E38C51B5
E7102/1?accountid=17242
Teori Psikoanalisa dan Teori Belajar Sosial

More Related Content

What's hot

Makalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung
Makalah Psikoanalisis Carl Gustav JungMakalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung
Makalah Psikoanalisis Carl Gustav JungRoyNal Rois Al-Khalim
 
Psikologi Kepribadian Gordon Allport
Psikologi Kepribadian Gordon AllportPsikologi Kepribadian Gordon Allport
Psikologi Kepribadian Gordon AllportWulandari Rima Kumari
 
Ppt psikologi kognitif - Endang Siswati
Ppt psikologi kognitif - Endang SiswatiPpt psikologi kognitif - Endang Siswati
Ppt psikologi kognitif - Endang SiswatiEndang20
 
Teori kepribadian humanistik abraham maslow
Teori kepribadian humanistik abraham maslowTeori kepribadian humanistik abraham maslow
Teori kepribadian humanistik abraham maslowZulfa Meizanita
 
Teori teori dasar dalam psikologi sosial
Teori teori dasar dalam psikologi sosialTeori teori dasar dalam psikologi sosial
Teori teori dasar dalam psikologi sosialelmakrufi
 
Contoh pelanggaran kode etik psikologi
Contoh pelanggaran kode etik psikologiContoh pelanggaran kode etik psikologi
Contoh pelanggaran kode etik psikologiTyaseta Sardjono
 
Makalah psikoanalisa
Makalah psikoanalisaMakalah psikoanalisa
Makalah psikoanalisapsepti22
 
Neo psikoanalisis horney
Neo psikoanalisis horneyNeo psikoanalisis horney
Neo psikoanalisis horneyRyan Advan
 
Psikologi sosial makalah sikap
Psikologi sosial makalah sikapPsikologi sosial makalah sikap
Psikologi sosial makalah sikapvidyatiara
 
Psikodiagnostik observasi
Psikodiagnostik observasiPsikodiagnostik observasi
Psikodiagnostik observasiSeta Wicaksana
 
Agresi (Psikologi Sosial)
Agresi (Psikologi Sosial)Agresi (Psikologi Sosial)
Agresi (Psikologi Sosial)atone_lotus
 
SELF dari Sudut Pandang Psikologi Sosial
SELF dari Sudut Pandang Psikologi SosialSELF dari Sudut Pandang Psikologi Sosial
SELF dari Sudut Pandang Psikologi Sosialajengseptiana
 

What's hot (20)

Makalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung
Makalah Psikoanalisis Carl Gustav JungMakalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung
Makalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung
 
Psikologi Kepribadian Gordon Allport
Psikologi Kepribadian Gordon AllportPsikologi Kepribadian Gordon Allport
Psikologi Kepribadian Gordon Allport
 
Ppt psikologi kognitif - Endang Siswati
Ppt psikologi kognitif - Endang SiswatiPpt psikologi kognitif - Endang Siswati
Ppt psikologi kognitif - Endang Siswati
 
Teori kepribadian humanistik abraham maslow
Teori kepribadian humanistik abraham maslowTeori kepribadian humanistik abraham maslow
Teori kepribadian humanistik abraham maslow
 
Teori teori dasar dalam psikologi sosial
Teori teori dasar dalam psikologi sosialTeori teori dasar dalam psikologi sosial
Teori teori dasar dalam psikologi sosial
 
Bermacam psikologi kepribadian
Bermacam psikologi kepribadianBermacam psikologi kepribadian
Bermacam psikologi kepribadian
 
Psikologi kognitif
Psikologi kognitifPsikologi kognitif
Psikologi kognitif
 
Psi.sosial
Psi.sosialPsi.sosial
Psi.sosial
 
Contoh pelanggaran kode etik psikologi
Contoh pelanggaran kode etik psikologiContoh pelanggaran kode etik psikologi
Contoh pelanggaran kode etik psikologi
 
Makalah psikoanalisa
Makalah psikoanalisaMakalah psikoanalisa
Makalah psikoanalisa
 
Allport
AllportAllport
Allport
 
Persepsi Sosial
Persepsi SosialPersepsi Sosial
Persepsi Sosial
 
Diri sosial
Diri sosialDiri sosial
Diri sosial
 
Psikoanalisis sosial
Psikoanalisis sosial Psikoanalisis sosial
Psikoanalisis sosial
 
Neo psikoanalisis horney
Neo psikoanalisis horneyNeo psikoanalisis horney
Neo psikoanalisis horney
 
Psikologi sosial makalah sikap
Psikologi sosial makalah sikapPsikologi sosial makalah sikap
Psikologi sosial makalah sikap
 
Presentation1 skinner
Presentation1 skinnerPresentation1 skinner
Presentation1 skinner
 
Psikodiagnostik observasi
Psikodiagnostik observasiPsikodiagnostik observasi
Psikodiagnostik observasi
 
Agresi (Psikologi Sosial)
Agresi (Psikologi Sosial)Agresi (Psikologi Sosial)
Agresi (Psikologi Sosial)
 
SELF dari Sudut Pandang Psikologi Sosial
SELF dari Sudut Pandang Psikologi SosialSELF dari Sudut Pandang Psikologi Sosial
SELF dari Sudut Pandang Psikologi Sosial
 

Similar to Teori Psikoanalisa dan Teori Belajar Sosial

Similar to Teori Psikoanalisa dan Teori Belajar Sosial (20)

Teori psikoanalisis
Teori psikoanalisisTeori psikoanalisis
Teori psikoanalisis
 
Pendekatan konseling psykoanalisis
Pendekatan konseling psykoanalisisPendekatan konseling psykoanalisis
Pendekatan konseling psykoanalisis
 
Psikologi Umum
Psikologi UmumPsikologi Umum
Psikologi Umum
 
Psikologi Umum
Psikologi UmumPsikologi Umum
Psikologi Umum
 
P S I K O L O G I U M U M
P S I K O L O G I  U M U MP S I K O L O G I  U M U M
P S I K O L O G I U M U M
 
Teori keperibadian psikodinamik
Teori keperibadian psikodinamikTeori keperibadian psikodinamik
Teori keperibadian psikodinamik
 
BIMBINGAN DAN KAUSELING
BIMBINGAN DAN KAUSELINGBIMBINGAN DAN KAUSELING
BIMBINGAN DAN KAUSELING
 
Teori Kepribadian Sigmun Freud
Teori Kepribadian Sigmun FreudTeori Kepribadian Sigmun Freud
Teori Kepribadian Sigmun Freud
 
Manusia dalam pandangan psikologi
Manusia dalam pandangan psikologiManusia dalam pandangan psikologi
Manusia dalam pandangan psikologi
 
Paper dokmatika III
Paper dokmatika IIIPaper dokmatika III
Paper dokmatika III
 
Manusia dalam Pandangan Psikologi
Manusia dalam Pandangan PsikologiManusia dalam Pandangan Psikologi
Manusia dalam Pandangan Psikologi
 
Pertemuan ke 3
Pertemuan ke 3Pertemuan ke 3
Pertemuan ke 3
 
Tugas Psikologi Pendidikan
Tugas Psikologi PendidikanTugas Psikologi Pendidikan
Tugas Psikologi Pendidikan
 
Psikoterapi (asosiasi bebas)
Psikoterapi (asosiasi bebas)Psikoterapi (asosiasi bebas)
Psikoterapi (asosiasi bebas)
 
Siti nuriah psikologi komunikasi
Siti nuriah psikologi komunikasiSiti nuriah psikologi komunikasi
Siti nuriah psikologi komunikasi
 
Struktur kepribadian
Struktur kepribadianStruktur kepribadian
Struktur kepribadian
 
Struktur kepribadian
Struktur kepribadianStruktur kepribadian
Struktur kepribadian
 
Uts bu richma novi
Uts bu richma noviUts bu richma novi
Uts bu richma novi
 
Psikoanalisa
PsikoanalisaPsikoanalisa
Psikoanalisa
 
Tingkat Kesadaran dan Ketidaksadaran Manusia
Tingkat Kesadaran dan Ketidaksadaran ManusiaTingkat Kesadaran dan Ketidaksadaran Manusia
Tingkat Kesadaran dan Ketidaksadaran Manusia
 

Teori Psikoanalisa dan Teori Belajar Sosial

  • 1. MAKALAH PSIKOLOGI SOSIAL TEORI PSIKOANALISA DAN TEORI BELAJAR SOSIAL PENYUSUN KELOMPOK IV : ANGGIT VERDANINGRUM 46112010074 AHMAD IBNU NURLAMBANG 46112010097 EMILIA UJIANINGSIH 46112010073 INDRI ISPRIANTI PUSPITA 46112010068 JUMACHRIYANI ROSDIATI 46112010030 Universitas Mercu Buana Jakarta Jl. Meruya Selatan, Kebun Jeruk - Jakarta Barat Telepon: 021-58903455 (hunting), 5861779, 5840815 (ext.2751), 5840816, Fax: 021-5861906
  • 2. Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan tentang Psikologi Sosial I. Diharapkan makalah ini dapat membantu proses belajar mahasiswa. Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
  • 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam teori pendekatan ini,kita belajar untuk mempelajari dorongan-dorongan seperti apa yang berasal dari dalam tubuh kita sendiri sehingga menghasilkan suatu tindakan dalam melakukan sesuatu. Bukan hanya itu saja dalam melakukan suatu tindakan kita juga akan dipengaruhi banyak hal baik secara biologis maupun ekologis, biologis merupakan pengaruh yang asalnya dari dalam tubuh misalknya rasa malas,rasa lelah sedangkan pengaruh ekologis berasal dari lingkungan sekitar. Dalam pengambilan tindakan tidak selalu tindakan tersebut hasil dari dorongan yang asalnya benar-benar murni dari dalam diri, oleh karena itu dalam teori pendekatan social dijelaskan bawasannya dalam pengambilan tindakan pasti adanya observasi,itimasi serta modeling. Dalam teori pendekatan kognitifpun dijelaskan bahwa saat seseorang mengambil suatu tindakan membutuhkan proses yang panjang,bukan hanya kita mendapatkan stimulus lalu kita langsung memberikan respon,melainkan butuh proses yang lain seperti pemikiran-pemikiran baik atau buruknya dalam melakukan suatu tindakan. Masalah-masalah psikologis adalah akibat dari konflik psikologis di luar alam sadar yang dapat dilacak pada masa kecil. Freud meyakini bahwa banyak dari perilaku kita yang didorong oleh motif-motif diliar alam sadar kita dan konflik-konflik yang tidak kita sadari. Konflik-konflik tersebut didasari oleh hal-hal seputar insting-insting atau dorongan seksual dan agresif. Dalam teori belajar social, Albert Bandura, melibatkan keterbatasan teori belajar behavioristik. Teori belajar behavioristik menerangkan dampak dari penguatan yang positif akan dipelajari, dan yang tidak diikuti oleh konsekuensi yang positif akan terlupakan. Bandura menguraikan hal-hal berikut ini sebagai keterbatasan teori belajar behavioristik. Pengaruh biologis terhadap perilaku manusia ditekankan oleh Mc.Dougall, Freud, dan Lorenz, manusia dilahirkan dengan berbagai karakteristik biologis yang membedakan dengan hewan dan sesamanya. Pendekatan ekologi adalah suatu metode analisis yang menekankan pada hubungan antara manusia dan kegiatan lingkungannya, sehingga manusia dan berbagai kegiatannya selalu menjadi fokus analisis dalam keterkaitannya dengan lingkungan abiotik, biotik, maupun sosial, ekonomi dan kulturalnya. Teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget seorang psikolog dari Swiss yang hidup pada tahun 1896-1980. Teori Kognitif merupakan cara mempersepsikan dan
  • 4. menyusun informasi yang berasal dari lingkungan sekitar yang dilakukan secara aktif oleh seorang pembelajar. lebih rincinya teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon tetapi belajar adalah proses berpikir yang sangat kompleks. B. Rumusan Makalah Adapun rumusan dalam makalah ini : 1. Apa yang dimaksud teori pendekatan Psikoanalisis ? 2. Apa yang dimaksud teori pendekatan Belajar Sosial ? 3. Apa yang dimaksud teori pendekatan Biologik ? 4. Apa yang dimaksud teori pendekatan Ekologik ? 5. Apa yang dimaksud teori pendekatan Kognitif ? C. Tujuan Makalah Adapun tujuan dibuatnya makalah ini : 1. Untuk mengetahui tentang teori pendekatan Psikoanalisis 2. Untuk mengetahui tentang teori pendekatan Belajar social 3. Untuk mengetahui tentang teori pendekatan Biologik 4. Untuk mengetahui tentang teori pendekatan Ekologik 5. Untuk mengetahui tentang teori pendekatan Kognitif D. Manfaat Makalah Adapun manfaat dibuatnya makalah psikologi social ini untuk memudahkan para pembaca mengetahui tentang teori pendekatan psikoanalisis serta teori pendekatan social lainnya, karena makalah ini dibuat dengan susunan kalimat yang lebih mudah dipahami.
  • 5. BAB II ISI PENDEKATAN TEORI PSIKOANALISA 1. Sigmund Freud Masalah-masalah psikologis adalah akibat dari konflik psikologis di luar alam sadar yang dapat dilacak pada masa kecil. Freud meyakini bahwa banyak dari perilaku kita yang didorong oleh motif-motif diliar alam sadar kita dan konflik-konflik yang tidak kita sadari. Konflik-konflik tersebut didasari oleh hal-hal seputar insting-insting atau dorongan seksual dan agresif yang primitive serta kebutuhan untuk mempertahankan impuls-impuls primitive tersebut di luar kesadaran kita. Karena kesadaran akan impuls-impuls inses akan membanjiri alam sadar dari diri dengan kecemasan yang melemahkan. A. Tingkat Kehidupan Mental Sumbangan terbesar menurut Freud adalah apapun yang keluar dari dalam diri seorang individu itu bedasarkan atas dorongan-dorongan utama yang belum atau tidak individu itu sadari. Menurut Freud, kehidupan mental terbagi atas dua tingkat yaitu alam tidak sadar dan alam sadar. Sedangkan tidak sadar dibagi lagi menjadi dua yaitu alam tidak sadar dan alam bawah sadar. Adapun tingkat kehidupan mental individu ini dipahai baik sebagai proses maupun lokasi. Dan lokasi dari tiga tingkat kehidupan mental itu bersifat hipotesis dan tidak nyata ada di dalam tubuh. Walaupun begitu, Freud melihatnya sebagai suatu alam tidak sadar sekaligus proses terjadi tanpa disadari. 1. Alam tidak sadar Unconscious menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan, maupun insting yang kita tidak sadari tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan, dan tindakan kita. Sekalipun kita sadar akan perilaku kita yang nyata, sering kali kita tidak menyadari proses mental yang ada dibalik perilaku tersebut. Freud meyakini bahwa keberadaan alam tidak sadar ini hanya bisa dibuktikan secara tidak langsung. Baginya, alam tidak sadar merupakan penjelasan dari makna
  • 6. yang ada di balik mimpi, kesalahan ucap (slips of the tongue), dan berbagai jenis lupa, yag dikenal dengan represi. Mimpi adalah sumber yang kaya akan materi alam tidak sadar. Contohnya, Freud yakin bahwa pengalaman masa kanak-kanak bisa muncul dalam mimpi orang dewasa sekalipun bermimpi boleh jadi tidak ingat secara sadar akan pengalaman-pengalaman tersebut. Ketidaksadaran adalah bagian dari pikiran dan bagian terbesar dari pikiran yang tetap diliputi oleh misteri.isinya hanya dapat dibawa ke kesadaran dengan upaya yang besar, jika bisa.Freud berpendapat bahwa ketidaksadaran merupakan tempat penyimpanan dorongn-dorongan biologis, atau indting-insting, seperti seks, dan agresi. 2. Alam Bawah Sadar Preconscious ini memuat semua elemen yang tak disadari, tetapi bisa muncul dalam kesadaran dengan cepat atau agak sukar. Pikiran dapat menyelinap dari sensor yang ketat dan masuk kea lam bawah sadar karena begitu kita menyadari bahwa gambarangambaran tersebut datang dari alam tidak sadar, maka kita akan merasa semakin cemas, sehingga sensor akhir pun bekerja untuk menekan gambaran yang memicu kecemasan tersebut dan mendorongnya kembali ke alam tidak sadar. 3. Alam Sadar Conscious adalah bagian dari pikiran yang berhubungan dengan kesadaran kita saat ini. alam sadar memainkan peran tak berarti dalam teori psikoanalisis, didefinisikan sebagai elemen-elemen mental yang setiap saat berada dalam kesadaran. B. Wilayah Pikiran Menurut hipotesis struktural (structural hypothesis) Freud, kepribadian dibagi ke dalam tiga unit mental, atau struktur psikis; id, ego, dan superego. Struktur psikis tidak dapat terlihat atau diukur secara langsung, namun keberadaannya ditandai oleh perilaku yang dapat diamati dan diekspresikan pada pikiran dan emosi. 1. Id (das Es) Suatu istilah yang diambil dari kata ganti untuk “sesuatu” atau “itu”, adalah satusatunya struktur psikis yang muncul sejak lahir. Id tidak memiliki kontak dengan dunia nyata, tetapi selalu berupaya meredam ketegangan dengan cara memuaskan hasrathasrat dasar. Id merupakan penyimpanan dorongan-dorongan dan impuls-impuls instingtif yang lebih dasar, mencangkup kebutuhan biologis seperti lapar, haus, seks, dan agresi. Fungsinya adalah untuk memperoleh kepuasan yaitu sebagai prinsip kesenangan (pleasure principle). Id tidak mampu membuat keputusan atas nilai dasar atau membedakan hal-hal yang baik dan yang buruk. Id adalaw wilayah yang primitive, kacau balau dan tidak terjangkai alam sadar serta dicurahkan semata-mata untuk memuaskan prinsip kesenangan.
  • 7. 2. Ego (das Ich) Kata ganti untuk “saya”, adalah satu-satunya wilayah dari pikiran yang berhubungan dengan dunia luar. Ego merupakan struktur psikis yang berhubungan dengan konsep tentang diri dan ditandai oleh kemampuan untuk menoleransi frustasi. Artinya, Ego mengambil peran eksekutif atau pengambil keputusan dari kepribadian. Ego dikendalikan oleh prinsip kenyataan (reality principle) yang berusaha menggantikan prinsip kesenangan milik id. Pada saat menjalankan fungsi kogitif dan intelektual, ego harus menimbangnimbang abtara sederetan tuntutan id yang tidak masuk akal dan saling bertentangan dengan superego. Jadi ego berupaya mengendalikan irasional dari id serta superego dengan tuntutan realistis dunia luar. Ego memunculkan reaksi yang sudah bisa diperkirakan sebelumnya-yaitu cemas. Oleh karena itu, ego menggunakan represi dan mekanisme pertahanan (defense mechanism) lAinnya untuk melindungi diri dari kecemasan tersebut. 3. Superego (das Uber-Ich) “saya yang lebih” adalah struktur psikis yang menggabungkan nilai-nilai moral dan ideal dari kepribadian serta dikendalikan oleh prinsip moralistis dan idealis (moralistic and idealistic principles). Superego menggabungkan nilai-nilai orang tua dan orang lain yang penting yang diatur oleh prinsip moral yang terdiri dari dua bagian, hati nurani dan ego ideal. Superego yang berkembang dengan baik berperan dalam mengendalikan dorongan-dorongan seksual dan agresif melalui proses represi. Superego memang tidak bisa memproduksi represi dengan sendirinya, tetapi superego memerintahkan ego untuk melakukan hal tersebut. C. Kecemasan Dalam menjelaskan kecemasan, Freud menjelaskan bahwa kecemasan merupakan situasi afektif yang dirasa tidak menyenangkan dan diikuti oleh sensasi fisik yang memperingatkan seseorang akan bahaya yang mengancam. Menurut Freud berbagai kecemasan dapat dibagi menjadi 3macam yaitu : 1. Kecemasan Neurosis Rasa cemas akibat bahaya yang tidak diketahui. Perasaan itu sendiri berada pada ego, tetapi muncul dorongan-dorongan id. 2. Kecemasan Moral Berakar dari konflik antara ego dan superego. Ketika anak membangun super ego, biasanya di usia 5-6 tahun. Mereka mengalami kecemasan yang tumbuh dari konflik antara kebutuhan realistis dan perintah superego. 3. Kecemasan Realistis Terkait erat dengan rasa takut. Kecemasan ini didefinisikan sebagai perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri.
  • 8. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang mengamankan ego karena member sinyal bahwa ada bahaya didepan mata. Kecemasan juga mengatur diri sendiri (self regulating) karena bisa memicu persepsi yang kemudian mengurangi rasa sakit akibat kecemasan tadi. D. Dinamika Kepribadian Tingkat kehidupan mental dan wilayah pikiran mengacu pada struktur atau kompisisi kepribadian, tetapi kepribadian itu sendiri juga bertindak. Bagi Freud, manusia termotivasi untuk mencari kesenangan serta menurutnkan ketegangan dan kecemasan. Motivasi ini diperoleh dari energy psikis dan fisik dari dorongan-dorongan dasar yang mereka miliki. 1. Dorongan – Dorongan Menurut Freud, berbagai macam dorongan bisa digolongkan berdasarkan dua kategori, yaitu seks (Eros) dan Agresi, Distraksi atau Thanatos. Dorongandorongan ini berasal dari Id , tetapi berada di bawah kendali ego. Masingmasing dorongan memiliki bentuk energy psikis masing-masing. Istilah Libido untuk dorongan seks ,sedangkan energy untuk dorongan agresi tidak diberi nama. A. Seks Tujuan dorongan seksual adalah kesenangan ,tetapi kesenangan ini tidak terbatas pada pemuasan genital. Freud meyakini bahwa seluruh tubuh dialiri oleh libido. Selain genital, mulut dan anus juga mampu menghasilkan kesenangan seksual dan dikenal sebagai zona erogenus. Dorongan ini bisa bersifat aktif serta pasif. Seks bisa muncul dalam berbagai bentuk , termasuk narsisme, cinta, sadism, dan masokisme. Dua bentuk terakhir, memiliki komponen yang besar dari dorongan agresif. Sadisme adalah kebutuhan akan kesenangan seksual dengan cara menimbulkan rasa sakit atau mempermalukan orang lain. Apabila dilakukan secara ekstrem maka sadism dipandang sebagai kelainan seksual, akan tetapi dalam taraf menengah sadisme merupakan kebutuhan yang umum dan muncul dalam semua hubungan seksual.
  • 9. Masokisme seperti halnya sadisme, merupakan kebutuhan yang lazim tetapi berubah menjadi kelainan aoabila Eros tunduk pada dorongan pengrusakan. Seorang masokis mengalami kesenangan seksual dari penderitaan yang diakibatkan oleh rasa sakit dan perasaan dipermalukan yang dipacu, baik oleh diri sendiri ataupun oleh orang lain. B. Agresi Menurut Freud adalah kembalinya organism ke kondisi inorganic. Oleh karena kondisi inorganic yang paling utama adalah kematian, maka tujuan akhir dari dorongan agresi adalah penghancuran diri. Serupa dengan dorongan seksual, agresi bersifat fleksibel dan bisa berubah bentuk, misalnya dengan menggoda, bergosip, humor, mempermalukan orang lain dan menikmati penderitaan orang lain. C. Kecemasan Seks dan agresi menduduki posisi sentral dalam teori dinamika Freu, bersama-sama dengan kecemasan. Freud menjelaskan tentang definisi kecemasan merupakan situasi afektif yang dirasa tidak menyenangkan yang di ikuti oleh sensasi fisik yang memperingati seseorang akan bahaya yang mengancam. Perasaan tidak menyenangkan ini biasanya samar-samar dan sulit dipastikan, tetapi selalu terasa. Hanya ego yang bisa memproduksi atau merasakan kecemasan. Ada 3 kecemasan, yang terkait dengan id,ego dan superego. Ketergantungan ego pada id menyebaban munculnya kecemasan neurosis, sedangkan ketergantungan ego pada superego memunculkan kecemasan moral dan ketergantungan pada dunia luar mengakibatkan kecemasan realistis. 1. Kecemasan Neurosis Rasa cemas akibat bahaya yang tidak diketahui. 2. Kecemasan Moral Berakar konflik antara ego dan superego. 3. Kecemasan Realistis Terkait erat dengan rasa takut. E. Mekanisme Pertahanan Mekanisme pertahanan (defense mechanism) adalah strategi medistorsi kenyataan yang digunakan oleh ego untuk membentengi diri dari kesadaran atas materi-materi yang menimbulkan
  • 10. kecemasan. Mekipun bagian dari ego mencapai kesadaran, beberapa aktivitasnya terjadi tanpa disadari. Pada ketidaksadaran, ego bertindak sebagai semacam anjing penjaga, atau sensor, yang menyaring impuls-impuls dari id, mencegah impuls-impuls yang tidak dapat diterima secara sosial agar tidak muncul ke alam sadar. Mekanisme pertahanan diri ini normal dan digunakan secara universal, apabila digunakan secara ekstrem, maka mekanisme-mekanisme ini akah mengarah pada perilau yang kompulsif, repetitive, juga neurotis. Berikut : 1. Represi ( Repression) Mekanisme yang paling dasar, karena muncul juga pada bentuk-bentuk mekanisme lain. Manakala ego terancam oleh dorongan-dorongan id yang tidak dikehendak, ego melindungi dirinya dengan merepresi dorongan-dorongan tersebut dengan cara memaksa perasaan-perasaan mengancam masuk ke alam tidak sadar. 2. Pembentuk Reaksi (Reaction Formation) Salah satu cara agar dorongan yang ditekan tersebut bisa disadari adalah dengan cara menyembunyikan diri dalam selubung yang sama sekali bertentangan dengan bentuk semula. 3. Fiksasi (Fixation) Melangkah ke tahap perkembangan lebih lanjut memunculkan kecemasan yang lebih besar, maka ego bisa mengambil strategi untuk tetap bertahan ditahap psikologis saat ini, yang lebih nyaman. 4. Regresi (Regression) Pada saat libido melewati tahap perkembangan tertentu, dimasa-masa penuh stress dan kecemasan, libido ini bisa kembali ketahap sebelumnya. Langkah mundur ini disebut sebagai regresi (regression). 5. Proyeksi (Projection) Manakala dorongan dari dalam menyebabkan kecemasan yang berlebihan, ego biasanya mengurangi rasa cemas tersebut dengan mengarahkan dorongan yang tidak di inginkan ke objek eksternal, biasanya ke orang lain yaitu seolah orang lain yang berprilaku demikian. 6. Sublimasi (Sublimation) Merupakan represi dari tujuan genital dari eros dengan cara menggantinya ke hal-hal yang bisa diterima, baik secara cultural ataupun structural.
  • 11. 7. Displacement Orang bisa mengarahkan dorongan-dorongan yang tak sesuai pada sejumlah orang atau objek sehingga dorongan aslinya terselubung atau tersembunyi. Atau dengan kata lain, melampiaskannya kepada orang ke tiga. 8. Rasionalisasi (Rationalization) Penggunaan justifikasi atau alasan yang bukan sebenarnya untuk perilaku yang tidak dapat diterima. Contohnya, ikut menyalahkan orang lain atas perbuatannya. 9. Introyeksi (Introjection) Mekanisme pertahanan dimana seseorang meleburkan sifat-sifat positif orang lain kedalam egonya sendiri. Contohnya, seorang remaja yang mengadopsi perilaku, nilai, dan gaya hidup seorang idolanya. F. Tahap Perkembangan Freud meyakini bahwa usia empat atau lima tahun pertama kehidupan adalah masa yang sangat penting bagi perkembangan kepribadian. Masa ini disebut dengan masa infantil, yang kemudian diikuti dengan masa laten, pada usia lima hingga 11 atau 12 tahun. Pada masa laten ini, pertumbuhan seksual sedikit terjadi pada anak-anak. Kemudian dilanjutkan dengan masa genital pada usia puber, dan yang terakhir adalah masa dewasa.  Periode Infatil Freud meyakini bahwa usia empat atau lima tahun pertama kehidupan adalah masa yang sangat penting bagi perkembangan kepribadian. Masa ini disebut dengan masa infantil, yang kemudian diikuti dengan masa laten, pada usia lima hingga 11 atau 12 tahun. Pada masa laten ini, pertumbuhan seksual sedikit terjadi pada anak-anak. Kemudian dilanjutkan dengan masa genital pada usia puber, dan yang terakhir adalah masa dewasa seksual yang bersifat erogen. Pada masa ini, anak-anak memiliki tiga zona erogen, sehingga Freud membagi tahap infantil ini ke dalam tiga fase, yaitu : 1. Fase Oral Mulut merupakan zona erogen pertama yang memberikan kesenangan dan kepuasan kepada bayi. Hal ini disebabkan karena bayi mendapat nutrisi untuk bertahan hidup melalui aktivitas oral, dan memperoleh kesenangan dari perilaku mengisap. Namun, seiring waktu, bayi akan mengalami perasaan frustrasi dan cemas karena jeda waktu menyusui yang panjang, dan adanya penyapihan secara bertahap. Kondisi ini menyebabkan bayi mengalami perasan ambivalen terhadap ibu. Jika anak tidak mampu menyikapi proses penyapihan dengan baik, maka pada masa itu anak mengalami kecemasan. Kecemasan itu akan berlanjut pada masa dewasa, dimana orang akan mengalami fiksasi oral, berbentuk mengunyah permen karet, mengisap permen, merokok, menggigit pensil, makan berlebihan, atau mengeluarkan pernyataan sarkastik. 2. Fase Anal
  • 12. Anus merupakan zona erogen yang kedua. Ciri dari fase ini adalah kepuasan melalui perilaku agresif dan melakukan ekskresi atau pembuangan. Oleh karena ini, pada masa ini, orangtua sering melakukan toilet training kepada anak. Proses pembuangan ini, akan menimbulkan kepuasan seksual dan rasa sakit, yaitu ketika mereka menahan untuk tidak mengeluarkan feses mereka. Kondisi ini sering disebut kesenangan narsistik dan masokis. Kedua kondisi inilah yang menjadi pondasi dasar dari karakter anal, yaitu kepuasan erotis dengan menyimpan dan memiliki berbagaiobjek, serta menatanya dengan rapi dan teratur. 3. Fase Falik Wilayah genital adalah zona erogen yang ketiga. Fase ini dimulai ketika anak berusia 3 atau 4 tahun. Pada masa ini sering terjadi Oedipus complex, baik pada laki-laki maupun pada perempuan.  Periode Laten Periode yang terjadi pada usia 4 atau 5 tahun ini merupakan periode perkembangan seksual yang nonaktif. Hal ini disebabkan karena orangtua mencegah aktivitas seksual anak, sehingga anak akan merepresi dorongan seksualnya dan mengarahkan energi psikisnya ke sekolah, teman, hobi, atau aktivitas nonseksual lainnya.  Periode Genital Periode ini terjadi ketika seseorang mengalami pubertas, yang ditandai dengan penyadaran kembali akan dorongan seksual yang terhambat selama periode laten.  Periode Dewasa Pada periode ini, seseorang memiliki struktur pikiran seimbang, yaitu ego mampu mengendalikan id, sedangkan superego membuka diri terhadap dorongan id yang masuk akal. G. Penerapan Teori Psikoanlisis Ada beberapa teknik yang dipakai Freud dalam psikoterapinya, yaitu asosiasi bebas, analisis mimpi, parapraxies atau Freudian slips, interpretasi, analisis resistensi, tranferensi dan working through (Alwisol, 2005).  Asosiasi bebas Dalam asosiasi bebas klien dipersilakan mewngemukakan apa saja yang terlintas dalam isi jiwanya, tidak peduli apakah hal itu remeh, memalukan, tidak logis, ataupun kabur.Dari ungkapan kesadaran tanpa sensor ini terapis memahami masalah kliennya. Asosiasi bebas dikembangkan Freud dan diterapkan dalam psikoterapi berdasarkan tiga asumsi, yaitu :
  • 13. - apa saja yang dikatakan dan dilakukan seseorang sekarang, mempunyai makna dan berhubungan dengan perkataan dan perbuatannya dimasa lalu - materi yang ada dalam ketidak sadaran berpengaruh penting terhadap tingkah laku -materi yang ada dalam ketidak sadaran dapat dibawa ke kesadaran dengan mendorong ekspresi bebas setiap kali hal itu muncul ke dalam pikiran. Menurut Freud, meskipun klien menghalangi topik tertentu dan berusaha menyembunyikannya, suatu saat terbentuk rantai asosiasi yang membuat terapis dapat memahami konflik yang telah terjadi pada klien.  Analisis mimpi Ketika seseorang tidur kontrol kesadaran terhadap ketidak sadaran menjadi lemah sehingga ketidak sadaran berusaha muncul kepermukaan dalam bentuk mimpi. Dengan memahami makna mimpi berarti dapat dipahami pula aspek-aspek ketidak sadaran yang berhubungan dengan konflik yang terjadi.  Freudian slips Freudian slips atau parapraxes adalah gejala salah ucap, salah membaca, salah dengar, salah meletakkan objek, dan tiba-tiba lupa. Bagi Freud gejala-gejala tersebut bukan bersifat kebetulan, tetapi berhubungan erat dengan ketidaksadaran. Dengan menganalisis gejala-gejala tersebut akan terungkap gambaran mental yang ada dibaliknya.  Interpretasi Dalam interpretasi terapis mengenalkan kepada klien makna yang tidak disadari dari pikiran perasaan, dan keingingannya.  Analisis resistensi Resistensi adalah mekanisme pertahanan dari klien untuk tidak mengungkapkan topic tertentu kerana alasan tertentu pula. Oleh karena itu dengan menganalisis apa yang ingin disembunyikan klien akan dapat diperoleh informasi yang sangat penting berkenaan dengan masalah yang pernah dialami klien.  Tranferensi Transferensi adalah pengungkapan isi ketidak sadaran yang ter-simpan sejak masa kanakkanak dengan memakai terapis senagai medianya.  Working through Pengulangan atau working through berupa tindakan menginter-pretasi dan mengidentifikasi masalah klien, mengulang resistensi dan transferensi, pada seluruh aspek pengalaman kejiwaan. Tindakan ini dilakukan secara berulang-ulang sampai terapis menemukan akar permasalahan yang menyebabkan klien mengalami gangguan.
  • 14. H. Psikoanalisa pada Masa Kini Psikoanalisa adalah gerakan unik dalam psikologi. Gerakan ini berkembang dari model aktivitas mental yang juga menghasilkan psikologi aksi dan gerakan Gestalt di Jerman. Meskipun demikian, psikoanalisia mengembangkan pandangannya langsung dari kebutuhan-kebutuhan para penderita penyakit mental. Ini merupakan perkembangan klinis, bukan akademis. Psikoanalisia tidak pernah memformulasi kriteria sistematik yang dapat menjadi bahan perbandingan interprestasi-interprestasi baru. Secara nyata, terdapat teori psikoanalisia yang sama banyaknya dengan jumlah psikoanalisia itu sendiri. Masalah ini membebani gerakan ini sejak masa Freud dan berlanjut hingga kini. Psikoanalisia kontemporer mengalami perpecahan besar. Psikoanalisia juga terus berpengaruh besar dalam seni, sastera dan filsafat. Pengaruh ini mencerminkan kontribusi besar Freud: “analisis komperhensifnya tentang ketidaksadaran”. Sesuai dengan itu, karya sastra dan musik di interpretasi berkaitan dengan aktivitas ketidaksadaran sang seniman serta kesan ketidaksadaran si penikmat. Meskipun para psikolog dapat tidak setuju dengan interpretasi Freud, ia memang mengidentifikasi beberapa proses dimanis yang mempengaruhi aktivitas individu, yang merupakan proses-proses tidak terabaikan dalam psikologi. 2. Alfred Adler A. Pokok-Pokok Pemikiran Teori Adler Walaupun tulisan-tulisannya mengungkap pemahaman mendalamdan kompleks mengenai kepribadian manusia, teori Adler sebenarnya sedrhana dan ringkas. Bagi Adler manusia itu lahir dalam keadaan tubuh yang lemah. tak berdaya. Kondisi ketidak berdayaan itu menimbulakan perasaan inferiorita dan ketergantungan kepada orang lain. Psikologi individual memandang individu sebagai makhluk yang saling tergantung secara sosial. Perasaan bersatu dengan orang lain (interes sosial) ada sejak manusia dilahirkan dan menjadi syarat utama kesehatan jiwa. Rincian pokok- pokok teori Adler adalah sebagai berikut: 1. Satu-satunya kekuatan dinamik yang melatar belakangi aktivitas manusia adalah perjuangan untuk sukses atau menjadi superior (sriving for superiority). 2. Persepsi subyaktif individu membentuk tingkah laku dan kepribadian. 3. Semua fenomena psikologis disatukan (unity of personality) di dalam diri individu dalam bentuk self. 4. Manfaat dari aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang interes sosial. 5. Semua potensi manusia dikembangkan sesuai gaya hidup (life of style) dari self. 6. Gaya hidup dikembangkan melalui kekuatan kratif (creative power) individu.
  • 15. Selanjutnya pokok teori diatas akan dibahas lebih lanjut dalam uraian di bawah ini: 1. Perjuangan Menjadi Sukses atau Superioirita. Manusia dimotivasi oleh adanya dorongan utama, yaitu mengatasi perasaan inferior dan menjadi superior. Dengan demikian perilaku kita dijelaskan berdasarkan tujuan dan ekspentasi akan masa depan. Inferioritas berarti merasa lemah dan tidak memiliki keterampilan untuk menghadapi tugas atau keadaan yang harus diselesaikan. Hal itu tidak berarti rendah diri terhadap orang lain dalam pengertian yang umum, meskipun ada unsur membandingkan kemampuan diri dengan kemampuan orang lain yang lebih matang dan berpengalaman. Sedangkan superiority bukan berarti lebih baik dibandingkan dengan orang lain, melainkan secara berkelanjutan mencoba untuk menjadi lebih baik, untuk menjadi semakin dekat dengan tujuan ideal seseorang. Beberapa keadaan khusus seperti dimanja dan ditolak, mungkin dapat membuat seseorang mengembangkan inferiority complex atau superiority complex. Dua kompleks tersebut berhubungan erat. Superiority complex selalu menyembunyikan atau bentuk kompensasi dari inferior. Sedangkan inferiority complex menyembunyikan perasaan superior. Adler meyakini bahwa motif utama setiap orang adalah untuk menjadi kuat, kompeten, berprestasi dan kreatif. Individu memulai hidupnya dengan kelemahan fisik yang menimbulkan perasaan inferior. Perasaan inilah yang kemudian menjadi pendorong agar dirinya sukses dan tidak menyerah pada inferioritasnya. Adler berpendapat bahwa manusia memulai hidup dengan dasar kekuatan perjuangan yang diaktifkan oleh kelemahan fisik neonatal. Kelemahan fisik menimbulkan perasaan inferior. Individu yang jiwanya tidak sehat mengembangkan perasaan inferioritasnya secara berlebihan dan berusaha mengkompensasikannya dengan membuat tujuan menjadi superioritsd personal. Sebaliknya, orang yang sehat jiwanya dimotivasi oleh perasaan normal ketidak lengkapan diri dan minat sosial yang tinggi. Mereka berjuang menjadi sukses, mengacu kekesempurnaan dan kebahagiaan siapa saja. 2. Pengamatan Subyektif (Subjective Perception) Kepribadian manusia dibangun bukan oleh realita tetapi oleh keyakinan subyektif orang itu mengenai masa depannya.Pandangan subyektif yang terpenting adalah tujuan menjadi superiorita atau tujuan menjadi sukses, tujuan yang diciptakan pada awal kehidupan, yang hanya terpahami secara kabur.Tujuan final fiktif itu embimbing gaya hidup atau style of life manusia, membentuk kepribadian menjadi kesatuan, dan kalu tujuan itu dapat dipahami akan memberikan tujuan kepada semua tingkah laku.menurut Adler orang yang normal, akhirnya dapat membebaskan diri dari fiksi ini, sedang orang yang neurotis tidak. 3. Kesatuan (Unity) Kepribadian.
  • 16. Menurut Adler manusia itu dilahirkan dalam keadaan tubuh yang lemah. Kondisi ketidak berdayaan ini menimbulkan perasaan inferior (merasa lemah atau tidak mampu) dan ketergantungan kepada orang lain. Manusia, menurut Adler, merupakan makhluk yang saling tergantung secara sosial. Perasaan bersatu dengan orang lain ada sejak manusia dilahirkan dan menjadi syarat utama kesehatan jiwanya. Berdasarkan paradigma tersebut kemudian Adler mengembangkan teorinya yang secara ringkas disajikan pada uraian berikut. 1. Logat Organ Unity kepribadian bukan hanya kesatuan aspek-aspek kejiwaan seperti motivasi, perasaan, dan pikiran, tetapi unity juga meliputi keseluruhan organ tubuh. Gejala-gejala fisik, misalnya kelemahan organ tertentu bukan suatu peristiwa yang terpisah, tetapi mungkin kelemahan itu berbicara tentang tujuan individu, yang oleh Adler dinamakan logat organ (organ dialect) atau bahasa organ (organ jargon) misalnya: orang yang mengalami atritis rematik, tangannya dan persendiannya yang kaku, mengungkapkan seluruh gaya hidupnya. 2. Kesadaran dan Ketidaksadaran Adler memandang unitas (kesatuan) kepribadian juga terjadi antara kesadaran dan ketidak sadaran (Alwisol, 2005 : 92). Menurut Adler, tingkah laku tidak sadar adalah bagian dari tujuan final yang belum terformulasi dan belum terpahami secara jelas. Adler menolak pandangan bahwa kesadaran dan ketidak sadaran adalah bagian yang bekerja sama dalam sistem yang unify. Pikiran sadar, menurut Adler, adalah apa saja yang dipahami dan diterima individu serta dapat membantu perjuangan mencapai keberhasilan., sedangkan apa saja yang tidak membantu hal tersebut akan ditekan ke ketidak sadaran, apakah pikiran itu disadari atau tidak tujuannya satu yaitu untuk menjadi super atau mencapai keberhasilan. Jika Freud memakai gunung es sebagai ilustrasi yang menggambarkan hubungan dan perbandingan antara alam sadar dan alam tak sadar, Adler memakai ilustrasi mahkota pohon dan akar, keduanya berkembang ke arah yang berbeda untuk mencapai kehidupan yang sama. 4. Sosial (Social Interest) Social interest merupakan bentuk kepedulian atas kesehjateraan orang lain yang berkelanjutan sepanjang kehidupan untuk mengarahkan perilaku seseorang. Meskipun minat sosial dilahirkan, tetapi menurut Adler terlalu lemah atau kecil untuk dapat berkembang dengan sendirinya. Oleh karena itu menjadi tugas Ibu, yang menjadi orang pertama dalam pengalaman seorang anak, untuk mengembangkan potensi tersebut. Apabila ibu tidak dapat membantu anak
  • 17. untuk memperluas minat sosialnya, maka anak akan cenderung tidak memiliki kesiapan ketika menghadapi masalah dalam lingkungan sosialnya. Minat sosial memungkinkan seseorang untuk berjuang mencapai superior dengan cara yang sehat dan kurangnya minat sosial tersebut dapat mengarahkan pada fungsi yang maladaptif. Semua kegagalan seperti neurotik, psikotik, pemabuk, anak yang bermasalah dan lainnya disebabkan kurangnya memiliki minat sosial mereka mengatasi masalah pekerjaan, persahabatan dan seks tanpa memiliki keyakinan bahwa hal tersebut dapat diselesaikan dengan cara kerja sama. Makna yang diberikan pada kehidupan lebih bernilai pribadi. Tidak ada orang lain yang mendapatkan keuntungan dengan tercapainya tujuan mereka. Tujuan keberhasilan merupakan merasakan superioritas personal dan hanya berarti untuk diri mereka sendiri. sebagai manusia yang sehat, maka pada waktu yang bersamaan ia akan berjuang mencapai superior dengan membantu orang lain mencapai tujuan mereka. 6. Minat Sosial (social interest) Adler berpendapat bahwa minat sosial adalah bagian dari hakikat manusia dalam dalam besaran yang berbeda muncul pada tingkah laku setiap orang. Minat sosial membuat individu mampu berjuang mengejar superioritas dengan cara yang sehat dan tidak tersesat ke salah suai. Bahwa semua kegagalan, neurotik, psikotik, kriminal, pem,abuk, anak bermasalah, dst., menurut Adler, terjadi karena penderita kurang memiliki minat sosial. 5. Gaya Hidup (Style Of Life) Menurut Adler setiap orang memiliki tujuan, merasa inferior, berjuang menjadi superior. Namun setiap orang berusaha mewujudkan keinginan tersebut dengan gaya hidup yang berbedabeda. Adler menyatakan bahwa gaya hidup adalah cara yang unik dari setiap orang dalam berjuang mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan oleh yang bersangkutan dalam kehidupan tertentu di mana dia berada. Bagi Adler, gaya hidup itu tidak mudah berubah. Ekspresi nyata dari gaya hidup mungkin berubah tetapi dasar gayanya tetap sama, kecuali individu menyadari kesalahannya dan secara sengaja mengubah arah tujuannya Melalui konsep gaya hidup, Adler menjelaskan keunikan manusia. Setiap manusia memiliki tujuan, perasaan inferior, berjuang menjadi superior dan dapat mewarnai atau tidak mewarnai usaha mencapai superioritasnya itu dengan minat sosial. Akan tetapi, setiap manusia melakukannya dengan cara yang berbeda. Gaya hidup merupakan cara unik dari setiap orang dalam mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan dalam lingkungan hidup tertentu, di tempat orang tersebut berada. Gaya hidup berdasarkan atas makna yang seseorang berikan mengenai kehidupannya atau interpretasi unik seseorang mengenai inferioritasnya, setiap orang akan mengatur kehidupannya masing-masing unuk mencapai tujuan akhirnya dan mereka berjuang untuk mencapai hal tersebut. Gaya hidup terbentuk pada usia 4-5 tahun dan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan intrinsik (hereditas) dan lingkungan objektif, melainkan dibentuk oleh persepsi dan interpretasinya
  • 18. mengenai kedua hal tersebut. Seorang anak tidak memandang suatu situasi sebagaimana adanya, melainkan dipengaruhi oleh prasangka dan minatnya dirinya. Gaya hidup yang maladaptif merupakan hasil dari tiga kondisi, yaitu cacat fisik, gaya hidup dimanja dan gaya hidup diabaikan. Anak dengan cacat fisik cenderung memilki perasaan tidak adekuat dalam memenuhi tugas dalam hidupnya. Pengertian dari orangtua dapat membantu anaknya untuk mengembangkan kekuatan untuk mengkompensasikan kelemahannya itu. Anak yang dimanja gagal untuk mengembangkan minat sosial dan memenuhi harapan sosial. Ia memiliki kebutuhan untuk menerima tanpa memberi, anak akan sedikit atau tidak melakukan sesuatu untuk orang lain dan memanipulasi orang lain untk memuaskan kebutuhannya. Sedangkan anak yang diabaikan dapat menjadi musuh di lingkungannya dan didominasi oleh kebutuhan untuk balas dendam. 6. Kekuatan Kreatif Self Self kreatif merupakan puncak prestasi Adler sebagai teoris kepribadian. Menurut Adler, self kreatif atau kekuatan kreatif adalah kekuatan ketiga yang paling menentukan tingkah laku (kekutatan pertama dan kedua adalah hereditas dan lingkungan). Self kreatif, menurut Adler, bersifat padu, konsisten, dan berdaulat dalam struktur kepribadian. Keturunan memberi kemampuan tertentu, lingkungan memberi imresi atau kesan tertentu. Self kreatif adalah sarana yang mengolah fakta-fakta dunia dan menstranformasikan fakta-fakta itu menjadi kepribadian yang bersifat subjektif, dinamis, menyatu, personal dan unik. Self kreatif memberi arti kepada kehidupan, menciptakan tujuan maupun sarana untuk mencapainya. B. Perkembangan Abnormal Adler merupakan tokoh yang menaruh perhatian pada perkembangan abnormal individu. Gagasan-gagasan Adler (Alwisol, 2005: 99-100) tentang perkembangan abnormal adalah sebagai sebagai berikut. Minat sosial yang tidak berkembang menjadi faktor yang melatar belakangi semua jenis salah suai atau maladjusment Di samping minat sosial yang buruk, penderita neurosis cenderung membuat tujuan yang terlalu tinggi, memakai gaya hidup yang kaku, dan hidup dalam dunianya sendiri. Tiga ciri ini mengiringi minat sosial yang buruk. Pengidap neurosis memasang tujuan yang tinggi sebagai kompensasi perasaan inferioritas yang berlebihan.
  • 19. Adler menidentifikasi bahwa ada tiga faktor yang membuat individu menjadi salah, yaitu cacat fisik yang parah, gaya hidup yang manja, dan gaya hidup diabaikan. 1. Cacat fisik yang parah Cacat fisik yang parah, apakah dibawa sejak lahir atau akibat kecelakaan, dan penyakit, tidak cukup untuk membuat salah suai. Bila cacat tersebut diikuti dengan perasaan inferior yang berlebihan maka terjadilah gejala salah suai. 2. Gaya hidup manja Gaya hidup manja menjadi sumber utama penyebab sebagian neurosis. Anak yang dimanja mempunyai minat sosial yang kecil dan tingkat aktivitas yang rendah. Ia menikmati pemanjaan dan berusaha agar tetap dimanja, dan mengembangkan hubungan parasit dengan ibunya ke orang lain. Ia berharap orang lain memperhatikan dirinya, melindunginya, dan memuaskan semua keinginannya yang mementingkan diri sendiri. Gaya hidup manja seseorang mudah dikenali dengan ciri-ciri : sangat mudah putus asa, selalu ragu, sangat sensitif, tidak sabaran, dan emosional. 3. Gaya hidup diabaikan Anak yang merasa tidak dicintai dan tidak dikehendai, akan mengembangkan gaya hidup diabaikan. Diabaikan, menurut Adler, merupakan konsep yang relatif, tidak ada orang yang merasa mutlak diabaikan. Ciri-ciri anak yang diabaikan mempunyai banyak persamaan dengan anak yang dimanjakan, tetapi pada umumnya anak yang diabaikan lebih dicurigai dan berbahaya bagi orang lain. Gambaran Adler tentang sifat manusia adalah sederhana. Masing-masing orang adalah unik dan memiliki kemauan dan pilihan yang bebas untuk menciptakan dirinya. Meskipun aspek-aspek tertentu dari sifat manusia adalah pembawaan dari lahir seperti minat social dan mengejar kesempurnaan, itu adalah pengalaman yang menentukan seberapa baik kecenderungan pewarisan ini akan di realisasikan. Dalam pandangan Adler pengaruh masa kanak-kanak penting, khususnya urutan kelahiran dan hubungan dengan orang tua. Adler tidak hanya yang melihat masing-masing orang unik dan penuh kesadaran, tetapi dia juga memandang manusia seluruhnya sebagai suatu
  • 20. keutuhan dalam terminology yang sama. Dia optimistis terhadap kemajuan social. Dari masa kanak-kanak, dia prihatin dengan perbaikan bermasyarakat. Kepercayaan kuat yang dapat mengubah diri kita dan masyarakat kita merupakan suatu tanda dari teori Adlerian. Konsep minat social ini menggambarkan suatu kepercayaan bahwa orang mampu bekerja sama untuk menyempurnakan suatu masyarakat yang sehat dan diinginkan. Dengan menggambarkannya kita mampu untuk merasakan dan menyatakan symphaty, afeksi, dan identifikasi dengan orang lain. C. Kepribadian Berdaarkan Struktur Keluarga : Anak Bungsu, Tengah, Sulung Pembentukan kepribadian setelah kelahiran adiknya dapat membentuk tanggung jawab kepada orang lain, melindungi orang lain, atau bahkan merasa sebaliknya, ia dapat menjadi merasa tidak aman dan miskin interes sosial. Bila kelahiran tersebut berjarak 3 tahun atau lebih, maka ia akan marah karena ia harus mengakui adiknya, beberapa faktor yang telah dimiliki oleh pengalaman sebelumnya bergabung sebagai interpretasi pengalamannya, bila persiapan dan interes sosialnya baik maka ia akan mengembangkan sikap kooperatif dan ia akan memakai gaya kooperatif itu kepada adiknya. Bila kelahiran adiknya sebelum dia berusia 3 tahun maka kemarahan dan kebencian itu semakin besar dan tidak disadari, sikap itu menjadi resisten dan sulit diubah pada orang dewasa. Anak kedua biasanya memulai hidup dalam situasi yang lebih baik untuk mengembangkan kerjasama dan minat sosial. Pada tahap tertentu, kepribadian anak dibentuk melalui pengamatannya terhadap sikap kakanya. Jika sikap kakaknya penuh kemarahan dan kebencian, anak kedua mungkin menjadi sangat kompetitif, atau menjadi penakut dan sangat kecil hati. Umumnya anak kedua tidak mengembangkan kedua arah itu, tetapi masak dengan dorongan kompetisi yang baik, memiliki keinginan yang sehat untuk mengalahkan kakaknya. Jika dia banyak mengalami keberhasilan, anak akan mengembangkan sikap revolusioner dan merasa bahwa otoritas itu dapat dikalahkan. Anak bungsu, seringkali dimanja, sehingga beresiko tinggi menjadi anak bermasalah. mudah terdorong pada perasaan inferior yang kuat dan tidak mampu berdiri sendiri. Namun demikian ia mempunyai banyak keuntungan, ia termotivasi untuk selalu mengungguli kakakkakaknya dan menjadi anak yang ambisius. Anak tunggal mempunyai posisi unik dalam berkompetisi, tidak dengan saudara-saudaranya melainkan dengan kedua orangtuanya. Mereka sering mengembangkan perasaan superior berlebihan, konsep diri rendah dan perasaan bahwa dunia adalah tempat yang berbahaya bila kedua orangtuanya terlalu menjaga kesehatannya. Adler menyatakan bahwa anak tunggal
  • 21. mungkin kurang baik mengembangkan kerjasama dan minat sosial, memiliki sifat parasit, dan mengharapkan perhatian untuk melindungi dan memanjakannya. D. PSIKOLOGI INDIVIDUAL SEBAGAI TEKNIK TERAPI Sebagai seorang psikiater, Adler sehari-harinya tidak terlepas dari urusan psikopatologi. Dia berpendapat bahwa psikopatologi merupakan akibat dari kurangnya keberanian , perasaan inferior yang berlebihan, dan minat sosial yang kurang berkembang. Pandangan tersebut dijadikan landasan dalam melakukan psikoterapi. Adapun ciri-ciri psikoterapi Adler adalah sebagai berikut: 1. Prinsip Psikoterapi Prinsip yang dipegang Adler dalam melakukan psikoterapi adalah sebagai berikut : 1. Terapis hendaknya tidak bersikap otoriter terhadap pasiennya. 2. Terapis hendaknya secara perlahan-lahan membawa pasiennya ke arah pemahaman akan gaya hidup pasien yang sebenarnya dan hal ini dilakukan bukan dengan paksaan. 3. Terapis harus memberikan dorongan kepada pasien akan kesadaran sosial 2. Tujuan Psikoterapi Tujuan utama psikoterapi Adler adalah meningkatkan keberanian, mengurangi perasaan inferior, dan mendorong berkembangnya minat sosial pasien. Adler menyadari bahwa tugas ini tidak mudah karena pasien atau klien berjuang untuk mempertahankan keadaannya sekarang, yang dipan-dangnya menyenangkan. 3. Teknik-Teknik Psikoterapi Teknik-teknik Psikoterapi Seperti halnya Freud dan Jung, dalam melakukan psikoterapi, Adler juga menggali masa lalu dan melakukan analisis terhadap mimpi pasien untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang kepribadian pasien. 1. Menggali masa lalu (early recollections) Adler berpendapat bahwa ingatan masa lalu seseorang selalu konsisten dengan gaya hidupnya sekarang, dan pandangan subjektif yang bersangkutan terhadap pengalaman masa lalunya menjadi petunjuk untuk
  • 22. memahami tujuan final dan gaya hidupnya. Oleh karena itu Adler berusaha mengungkap faktor penyebab gangguan jiwa dengan mempelajari masa lalu pasien terutama pada kanak-kanak. 2. Analisis mimpi Menurut Adler, gaya hidup seseorang juga terekspresikan dalam mimpi. Adler menolak pandangan Freud bahwa mimpi adalah ekpresi keinginan masa kecil. Menurut Adler, mimpi bukan pemuas keinginan yang tidak diterima ego, tetapi merupakan bagian dari usaha si pemimpi untuk memecahkan masalah yang tidak disenangi atau masalah yang tidak dikuasainya ketika sadar. Mimpi, menurut Adler, adalah usaha dari ketidak sadaran untuk menciptakan suasana hati atau keadaan emosional sesudah bangun nanti, yang bisa memaksa si pemimpi melakukan kegiatan yang semula tidak dikerjakan. 3. Carl Gustav Jung A.Pokok-Pokok Teori Carl Gustav Jung Jung mendasarkan teori kepribadiannya pada asumsi bahwa pikiran atau psike(psyche), mempunyai level kesadaran dan ketidaksadaran. Namun tidak seperti Freud, Jung sangat menekankan bahwa bagian yang paling penting dari labirin ketidaksadaran seseorang bukan berasal dari pengalaman personal. Melainkan dari keberadaan manusia di masa lalu. Konsep ini yang disebut Jung sebagai Ketidaksadaran Kolektif. Poin penting dari teori Jung adalah kesadaran dan ketidak sadaran personal. 1. Kesadaran Jung melihat ego sebagai pusat dari kesadaran, tetapi bukan merupakan inti (core) dari kesadaran itu sendiri. Ego bukan keseluruhan dari kepribadian dan harus dipenuhi dengan sendiri (self). Diri inilah yang merupakan pusat dari kepribadian yang kebanyakan di antaranya berupa ketidaksadaran. Ego merupakan aspek kedua dari ketidaksadaran diri. 2. Ketidaksadaran Personal Berdekatan dengan ego, yang terdiri dari pengalaman-pengalaman yang pernah sadar tetapi kemudian direpresikan, disupresikan, dilupakan atau diabaikan karena terlalu lemah untuk menciptakan kesan. 3. Ketidaksadaran Kolektif
  • 23. Ketidaksadaran kolektif hampir sepenuhnya terleps dari segala segi pribadi individu. Semua manusia memiliki keidaksadaran kolektif yang hampir sama. Ketidak sadaran pribadi merupakan gudang bekas-bekas ingatan laten yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang, masa lampau tidak hanya meliputi sejarah ras manusia namun juga leluhur pramunusiawi atau nenek moyang binatangnya 4. Arketipe Jung menekankan pada aspek ketidaksadaran dengan konsep utamanya, collective unconscious yang sifatnya transpersonal, ada pada seluruh manusia. Collective unconscious terdiri dari jejak ingatan yang diturunkan dari generasi terdahulu, cakupannya sampai pada masa pra-manusia. Misalnya, cinta pada orangtua, takut pada binatang buas,dan lain-lain. Didalam collective unconscious ini terdapat archetype, archetype adalah ide-ide yang diturunkan atau yang biasa disebut primordial images, yang terbentuk dalam kurun waktu yang lama. Arketipe terdiri dari: a. Persona Persona adalah topeng yang dipakai pribadi sebagai respon terhadap tuntutantuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat, serta tuntutan tentang arketipenya sendiri. Tujuannya adalah unutk menciptakan kesan tertentu pada orang lain dan seringkali ia melupakan hakikat kepribadian sesungguhnya b. Bayangan(Shadow) Bayangan mencerminkan sisi binatang pada kodrat manusia. bayangan mengakibatkan munculnya perasaan, tindakan yang tidak menyenangakan dan bisa dicela masyarakat dalam kehidupan dan tingkah laku, bayangan ini tidak kita akui keberadaannya serta berusaha untuk disembunyikan dari diri kita sendiri dan orang lain. c. Anima dan Animus Jung mengaitkan sisi feminis kepribadian pria dan sisi maskulin kepribadian wanita dengan arkhetipe-arkhetipe. Arkhetipe feminine pada pria disebut anima, arketipe maskulin pada wanita disebut animus. Arketipe ini ditentukan oleh kelenjar-kelenjar seks dan kromosom namun juga ditentukan pengalaman dimana pria dan wanita hidup berdampingan selama berabad lamanya. Arketipe-arketipe tidak hanya menyebabkan masing-masing jenis menunjukkan cirri-ciri lawan jenisnya tetapi mereka juga dapat tertarik pada lawan jenisnya. Pria
  • 24. memahami kodrat wanita berdasarkan animanya, wanita memahami kodrat pria berdasarkan animusnya d. Great Mother Great Mother merupakan turunan dari anima dan animus. Konsep ini selalu dikaitkan dengan perasaan positif dan negative. Jung percaya bahwa pandangan kita mengenai sosok ibu yang penuh cinta, tetapi juga payah telah dinilai secara berlebihan. “Semua pengaruh yang dideskripsikan dan diaplikasikan kepada anak-anak tidak hanya datang dari si ibu sendiri, tetapi lebih kepada arketipe yang diproyeksikan kepada si ibu itu sendiri, yang pada akhirnya akan memberikan si ibu sebuah latar belakang mitos”. Dengan kata lain, daya tarik yang kuat dari seorang ibu yang diarasakan, seringkali muncul meskipun tidak ada hubungan personal diantara mereka. e. Wise Old Man Merupakan sebuah arketipe dari kebijaksanaan dan keberartian yang menyimbolkan pengetahuan manusia akan misteri kehidupan. Arti dari arketipe ini, bagaimanapun ,tidak disadari dan tidak dapat secara langsung dialami oleh seorang individu. f. Pahlawan Arketipe pahlawan(hero) direpresentasikan dalam mitologi dan legenda sebagai seseorang yang snagat kuat, bahkan terkadang merupakan bagian dari Tuhan, yang memerangi kejahatan dalam bentuk naga,monster, atau iblis. Pada akhirnya, seorang pahlawan kerap dikalahkan oleh seseorang atau sesuatu yang sepele. g. Diri Arketipe ini mengungkapkan diri sebagai lambang, dan lambang utamanya adalah mandala atau lingkaran magis. Diri adalah tujuan hidup, suatu tujuanyang terus menerus diperjuangkan orang tetapi yang jarang tercapai. Ia memotivasikan tingkah laku manusia dn mencarikebulatan, khususnya melalui cara-cara yang disediakan oleh agama
  • 25. B. Perkembangan Kepribadian 1. Mekanistik, Purposif, dan Sinkronisitas Perkembangan kepribadian menurut Jung lebih lengkap dibandingkan dengan Freud. Jika pandangan Freud bersikap mekanistik atau kausalistik, semua peristiwa disebabkan oleh sesuatu yang terjadi dimasa lalu, Jung mengedepankan pandangan purposive atau teleologik yang menjelaskan kejadian sekarang ditentukan oleh masa depan atau tujuan. Prinsip mekanistik akan membuat manusia menjadi sengsara karena terpenjara dimasa lalu. Manusia tidak bebas menentukan tujuan atau membuat rencana karena masa lalu tidak dapat diubah. Sebaliknya, prinsip purposive membuat orang mempunyai perasaan penuh harapan, ada sesuatu yang membuat orang berjuang dan bekerja. Menurut Jung, peristiwa psikis tidak selalu dapat dijelaskan dengan prinsip sebab akibat. Dua peristiwa psikis yang terjadi secara bersamaan dan tampak saling berhubungan, yang satu tidak menjadi penyebab dari yang lain, karena sulit membedakan mana yang masa lalu dan mana yang masa depan, hal inilah dinamakan prinsip sinkronisitas. Jung memakai prinsip sinkronisitas untuk menjelaskan kata kerja arsetip. Arsetip sebagai isi tak sadar tidak menjadi sebab terjadinya peristiwa mental atau fisik. Prinsip sinkronisitaslah yang membuat peristiwa mental atau fisik terjadi bersamaan dengan aktifnya isi-isi tak sadar. 2. Individuasi dan Transedensi Tujuan hidup manusia adalah mencapai kesempurnaan yang disebut realisasi diri. Orang dikatakan mencapai realisasi diri, kalau dia dapat mengintegrasikan semua kutub-kutub yang berseberangan dalam jiwanya, menjadi kesatuan pribadi yang homogeny. Realisasi diri berarti meminimalkan persona, menyadari anima atau animusnya menyeimbangkan inroversi dan ekstraversi, serta meningkatkan empat fungsi jiwa yaitu pikiran, perasaan, panca indra, dan intuisi dalam posisi tertinggi. Realisasi juga berarti asimilasi tak sadar kedalam keseluruhan kepribadian, dan menyatukan ego dengan self sebagai pusat kepribadian. Realisasi diri umumnya hanya dapat dicapai sesudah usia pertengahan melalui proses individuasi dan proses transendensi.
  • 26. a. Individuasi Adalah proses analitik memilah-milah, memperinci dan mengelaborasi aspek-aspek kepribadian. Apabila ada sesuatu bagian kepribadian yang terabaikan, maka system yang terabaikan itu menjadi kurang berkembang dan akan menjadi pusat resistensi. Jiwa yang memiliki banyak resistensi bisa memunculkan gejala-gejala neurotic. b. Transedensi Adalah proses sintetik, mengintegrasiksn materi tak sadar dengan materi kesadaran, mengintegrasikan system-sistem secara keseluruhan agar dapat berfungsi dalam satu kesatuan secara efektif. C. Tahap-Tahap Perkembangan Hereditas berperan penting dalam psikologi Jung, karena : a. Hereditas berkenaan dengan insting biologis yang berfungsi memelihara kehidupan dan reproduksi. Insting-insting merupakan “sisi binatang” pada kodrat manusia. b. Hereditas mewariskan pengalaman leluhur dalam bentuk arsetip; ingatan tentang ras yang telah menjadi bagian dari hereditas karena diulang berkali-kali lintas generasi. Jung tidak menyusun tahap-tahap perkembangan secara rinci. Perhatian utamanya tertuju pada tujuan-tujuan perkembangannya, khususnya tahap kedua tekanan perkembangannya terletak pada pemenuhan syarat social dan ekonomi, dan tahap ketiga ketika orang mulai membutuhkan nilai spiritual. Menurut Jung terdapat 4 tahap perkembangan. a. Usia anak (childhood),dibagi menjadi tiga tahap : 1) Tahap Anarkis (0-6tahun) Tahap ini ditandai dengan kesadaran yang kacau dan sporadic atau kadang ada kadang tidak.
  • 27. 2) Tahap monarkis (6 – 8 tahun) Tahap ini ditandai dengan perkembangan ego, dan mulainya pikiran verbal dan logika. Pada tahap ini, anak memandang dirinya secara obyektif, sehingga sering secara tidak sadar mereka menganggap dirinya sebagai orang ketiga. 3) Tahap dualistic (8 – 12 tahun) Tahap ini ditandai dengan pembagian ego menjadi 2, obyektif dan subyektif. Pada tahap ini, kesadaran terus berkembang. Anak kini memandang dirinya sebagai orang pertama, dan menyadari eksistensinya sebagai individu yang terpisah. b. Usia pemuda ( Youth and Young adult hood) Tahap muda berlangsung mulai dari puberitas sampai usia pertengahan. Pemuda berjuang untuk mandiri secara fisik dan psikis dari orang tuanya. Tahap ini ditandai oleh meningkatnya kegiatan, matangnya seksual, tumbuh kembangnya kesadaran dan pemahaman bahwa era bebas masalah dari kehidupan anak-anak sudah hilang. Kesulitan utama yang sering dihadapi masalah kecenderungan untuk hidup seperti anak-anak dan menolak menghadapi masalah kekinian yang disebut prinsip konservatif. Kelahiran jiwa terjadi pada awal puberitas, mengikuti terjadinya perubahanperubahan fisik dan ledakan seksualitas. Tahap ini ditandai oleh perbedaan perlakuan kepada anak-anak menjadi perlakuan kepada orang dewasa dari orang tua mereka. Kepribadian selanjutnya harus dapat memutuskan dan menyesuaikan diri dengan kehidupan social. c. Usia pertengahan (Middle Hood) Tahap ini dimulai antara usia 35 atau 40 tahun. Periode ini ditandai dengn aktualisasi potensi yang sangat bervariasi. Pada tahap usia pertengahan, muncul kebutuhan nilai spiritual, yaitu kebutuhan yang selalu menjadi bagian dari jiwa, tetapi pada usia muda dikesampingkan, karena pada usia itu orang lebih tertarik pada nilai materialistic. Usia pertengahan adalah usia realisasi diri. d. Usia tua (Old Age)
  • 28. Usia tua ditandai dengan tenggelamnya alam sadar ke alam tak dasar. Banyak diantara mereka yang mengalami kesengsaraan karena berorientasi pada masa lalu dan menjalani hidup tanpa tujuan. D. Tipologi Jung Menurut teori psikoanalisa dari Jung ada dua aspek penting dalam kepribadian yaitu sikap dan fungsi. Sikap terdiri dari introvert dan ekstrovert, sedangkan fungsi terdiri dari thinking, feeling, sensing dan intuiting. Dari kedelapan hal ini maka diperoleh tipologi Jung, yaitu : 1. Introversion-Thinking Orang dengan sikap yang introvert dan fungsi thinking yang dominan biasanya tidak memiliki emosi dan tidak ramah serta kurang bisa bergaul. Hal ini terjadi karena mereka memiliki kecenderungan untuk memperhatikan nilai abstrak dibandingkan orang-orang dan lingkungan sekitarnya. Mereka lebih mengejar dan memperhatikan pemikirannya tanpa memperdulikan apakah ide mereka diterima oleh orang lain atau tidak. Mereka biasanya keras kepala, sombong dan berpendirian. Contoh dari orang dengan kepribadian seperti ini adalah philosophers. 2. Extraversion-Thinking Contoh orang dengan sikap extrovert dan fungsi thinking yang dominan adalah ilmuwan dan peneliti. Mereka memiliki kecenderungan untuk muncul seorang diri, dingin dan sombong. Seperti pada tipe pertama, mereka juga me-repress fungsi feeling. Kenyataan yang obyektif merupakan aturan untuk mereka dan mereka menginginkan orang lain juga berpikir hal yang sama. 3. Introversion-Feeling Orang dengan introversion-feeling berpengalaman dalam emosi yang kuat, tapi mereka menutupinya. Contoh orang dengan sikap introvert dan fungsi feeling yang dominan adalah seniman dan penulis, dimana mereka mengekspresikan perasaannya hanya dalam bentuk seni. Mereka mungkin menampilkan keselarasan didalam dirinya dan self-efficacy, namun perasaan mereka dapat meledak dengan tiba-tiba. 4. Extraversion-Feeling Pada orang dengan sikap extraversion dan fungsi feeling yang dominan perasaan dapat berubah sebanyak situasi yang berubah. Kebanyakan dari mereka adalah aktor.
  • 29. Mereka cenderung untuk emosional dan moody tapi terkadang sikap sosialnya dapat muncul. 5. Introversion-Sensation Orang ini cenderung tenggelam dalam sensasi fisik mereka dan untuk mencari hal yang tidak menarik dari dunia sebagai perbandingan. Biasanya mereka adalah orangorang yang tenang, kalem, self-controlled, tapi mereka juga membosankan dan kurang bisa berkomunikasi. 6. Extraversion-Sensation Orang dengan tipe ini biasanya adalah businessman. Mereka biasanya realistik, praktis, dan pekerja keras. Mereka menikmati apa yang dapat mereka indrai dari dunia ini, menikmati cinta dan mencari kegairahan. Mereka mudah dipengaruhi oleh peraturan dan mudah ketagihan pada berbagai hal. 7. Introversion-Intiuting Pemimipi, peramal, dan orang aneh biasanya adalah orang dengan sikap introvert dan fungsi intuitif yang dominan. Mereka terisolasi dalam gambaran-gambaran primitif yang artinya tidak selalu mereka ketahui namun selalu muncul dalam pikiran mereka. Mereka memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain, tidak praktis namun memiliki intuisi yang sangat tajam dibandingkan orang lain. 8. Extraversion-Intuiting Penemu dan pengusaha biasanya memiliki sikap extravert dan fungsi intuitif yang dominan, mereka adalah orang-orang yang selalu mencari sesuatu yang baru. Mereka sangat baik dalam mempromosikan hal-hal yang baru. Namun mereka tidak dapat bertahan pada satu ide, pekerjaan maupun lingkungan karena sesuatu yang baru merupakan tujuan hidup mereka. E. Proses dan Dinamika Kepribadian Jung Jung menyatakan bahwa kepribadian atau psyche bersifat dinamis dengan gerak yang terus-menerus. Dinamika psyche tersebut disebabkan oleh enerji psikis yang oleh Jung disebut libido. Dalam dinamika psyche terdapat prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Prinsip oposisi
  • 30. Berbagai sistem, sikap, dan fungsi kepribadian saling berinteraksi dengan tiga cara, yaitu : saling bertentangan (oppose), saling mendukung (compensate), dan bergabung mejnadi kesatuan (synthese). Menurut Jung, prinsip oposisi paling sering terjadi karena kepribadian berisi berbagai kecenderungan konflik. Oposisi juga terjadi antar tipe kepribadian, ekstraversi lawan introversi, pikiran lawan perasaa, dan penginderaan lawan intuisi. 2. Prinsip kompensasi Prinsip ini berfungsi untuk menjada agar kepribadian tidak mengalami gangguan. Misalnya bila sikap sadar mengalami frus-trasi, sikap tak sadar akan mengambil alih. Ketika individu tidak dapat mencapai apa yang dipilihnya, dalam tidur sikap tak sadar mengambil alih dan muncullah ekpresi mimpi. 3. Prinsip penggabungan Menurut Jung, kepribadian terus-menerus berusaha menyatukan pertentangan-pertentangan yang ada agar tercapai kepribadian yang seimbang dan integral. F. Metode Investigasi Jung 1. Teori Asosiasi Kata 2. Analisi Mimpi 3. Imajinatif Aktif 4. Psikoterapi PENDEKATAN TEORI BELAJAR SOSIAL Teori yang diperkenalkan oleh Albert Bandura, yang melibatkan keterbatasan teori belajar behavioristik. Teori belajar behavioristik menerangkan dampak dari penguatan yang positif akan
  • 31. dipelajari, dan yang tidak diikuti oleh konsekuensi yang positif akan terlupakan. Bandura menguraikan hal-hal berikut ini sebagai keterbatasan teori belajar behavioristik. 1. Teori behavioristik sukar diterapkan pada situasi kehidupan nyata. Tidak mungkin ada satu orang yang terus-menerus hadir setiap harinya untuk memberikan hadiah bagi terlihatnya perilaku yang diinginkan guna menjamin meningkatnya frekuensi munculnya perilaku tersebut. Biasanya orang harus mengatur dan mengendalikan perilakunya sendiri. 2. Teori behavioristik tidak dapat menerangkan mengenai terjadinya pembelajaran perilaku baru. Jarang kita melihat orang melakukan suatu tindakan yang belum pernah dilakukan sebelumnya. 3. Teori behavioristik hanya dapat menerangkan pembelajaran langsung (direct learning), di mana konsekuensi diberikan segera setelah perilaku belajar terjadi, tetapi tidak dapat menerangkan mengenai perilaku serupa yang muncul pada waktu berikutnya, di mana konsekuensi diberikan kemudian. Sering terjadi, suatu perilaku telah dipelajari tetapi belum segera ditampakkan sehingga dampak belajar mungkin belum terlihat sampai waktu kemudian. A. Perbandingan antara Belajar Langsung dan Tidak Langsung Type Belajar Bagaimana Terjadinya : 1. Langsung (padanan langsung) Hasil belajar yang langsung ditampakkan Setelah mempelajari suatu perilaku tertentu, siswa langsung melakukan atau melaksanakan sendiri perilaku tersebut yang merupakan hasil belajarnya, dan langsung mengalami konsekuensi dari responsnya itu.Perilaku yang dipelajari itu dapat diperagakan oleh model 2. Tidak langsung (pemadanan yang tertunda) Belajar dari memperhatikan orang lain (vicarious learning) Siswa memperhatikan seorang model melakukan perilaku yang harus dipelajari dan memperhatikan bagaimana model tersebut mendapat penguatan. Beberapa waktu kemudian siswa tersebut memperlihatkan perilaku yang dipelajarinya dari memperhatikan model di atas. Untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan tersebut di atas, Bandura mengusulkan suatu teori alternatif yang dinamakannya Teori Belajar Sosial. Ada enam prinsip yang mendasari teori ini. 1. Faktor-faktor yang Saling Menentukan Prinsip pertama menyatakan bahwa perilaku, berbagai faktor pada pribadi seseorang, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada lingkungan orang tersebut,
  • 32. secara bersama-sama saling bertindak sebagai penentu atau penyebab yang satu terhadap lainnya dalam apa yang disebut Bandura sebagai sistem diri orang itu. Interaksi faktor-faktor pembentuk sistem diri: hubungan timbal-balik tiga arah antara Faktor-faktor Pribadi, Perilaku, dan Kejadian-kejadian pada lingkungan sekitar. 2. Kemampuan Membuat atau Memahami Simbol Tanda/Lambang Bandura menyatakan bahwa orang memahami dunia ini secara simbolis, melalui gambaran-gambaran kognitif (cognitive representation). Jadi, kita lebih bereaksi terhadap gambaran kognitif dari dunia sekitar daripada terhadap dunia itu sendiri. Artinya, karena kita memiliki kemampuan berpikir dan memanfaatkan bahasa sebagai alat untuk berpikir maka hal-hal yang telah berlalu dapat disimpan dalam ingatan dan hal-hal yang akan datang dapat pula "diuji coba" secara simbolis dalam pikiran. Lebih jauh lagi apa yang belum terjadi dapat dibayangkan dalam pikiran. Perilaku-perilaku yang mungkin diperlihatkan akan dapat diduga, diharapkan, dikhawatirkan, dan diuji cobakan terlebih dahulu secara simbolis, dalam pikiran, tanpa harus mengalaminya secara fisik terlebih dahulu. Karenanya pikiran-pikiran yang merupakan simbol atau gambaran kognitif dari masa lalu maupun masa depan itulah yang mempengaruhi atau menyebabkan munculnya perilaku tertentu. 3. Kemampuan Berpikir ke Depan Selain dapat digunakan untuk mengingat hal-hal yang sudah pernah dialami, kemampuan berpikir atau mengolah simbol tersebut dapat dimanfaatkan untuk merencanakan masa depan. Kita dapat menduga bagaimana orang lain akan bereaksi terhadap kita, dapat menentukan tujuan, dan merencanakan tindakan-tindakan yang harus diambil untuk mencapai tujuan tersebut. Inilah yang disebut berpikir ke depan, karena biasanya pikiran mengawali tindakan. Tetapi kadang-kadang, seperti yang akan diterangkan kemudian, pikiran-pikiran tersebut selain dapat membantu dapat pula menjadi penghalang. 4. Kemampuan seolah-olah Mengalami Sendiri Apa yang Dialami Orang Lain Banyak manusia, terlebih lagi anak-anak, mampu belajar dengan cara memperhatikan orang lain berperilaku dan memperhatikan konsekuensi dari perilaku tersebut. Inilah yang dinamakan belajar dari apa yang dialami orang lain. Tentu saja orang dapat belajar dengan melakukan sendiri berbagai hal dan
  • 33. mengalami konsekuensi dari perbuatannya tersebut. Tetapi hidup ini akan terlalu berat apabila belajar secara langsung seperti ini merupakan satu¬satunya cara belajar. Karena itu cara belajar dari pengalaman orang lain ini sangatlah membantu. Kemampuan ini merupakan prinsip penting dari teori belajar sosial. 5. Kemampuan Mengatur Diri Sendiri Prinsip berikutnya dari teori belajar sosial adalah bahwa orang umumnya memiliki kemampuan untuk mengendalikan perilaku mereka sendiri. Seberapa giat kita bekerja dan belajar, berapa jam kita tidur, bagaimana kita bersikap di muka umum, apakah kita men gerjakan tugas perkuliahan kita dengan teratur, kita pelajari untuk mengajarkan mata pelajaran yang menjadi tanggung jawab kita. contoh perilaku yang dapat Anda kendalikan. Perilaku-perilaku ini dikerjakan tidak selalu untuk memuaskan orang lain, tetapi apakah kita menerapkan strategi, metode ataupun teknik pembelajaran yang telah berdasarkan standar dan motivasi yang kita tetapkan sendiri. Tentu saja kita akan terpengaruh oleh reaksi orang lain terhadap kita, tetapi tanggung jawab utama berada pada diri kita sendiri. 6. Kemampuan untuk Berefleksi Prinsip terakhir ini menerangkan bahwa kebanyakan orang sering melakukan refleksi atau perenungan untuk memikirkan mengenai kemampuan diri mereka pribadi. Mereka umumnya mampu memantau ide-ide mereka dan menilai kepantasan ide-ide tersebut sekaligus menilai diri mereka sendiri, dengan memperhatikan konsekuensi dari perilaku mereka. Dari semua penilaian diri sendiri itu, yang paling penting adalah penilaian terhadap seberapa kompeten atau seberapa mampu mereka mengira diri mereka dapat mengerjakan suatu tugas dengan sukses. Penilaian terhadap diri sendiri ini disebut keyakinan akan kemampuan diri (self-efficacy) yang ternyata mempengaruhi pilihan seseorang akan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukannya, besarnya usaha yang akan dikerahkan untuk menyelesaikan tugas tersebut, besarnya ketabahan saat menghadapi kesulitan, dan kemungkinan menghadapi suatu tugas dengan rasa khawatir atau ketakutan atau rasa percaya diri. B. Belajar dari Mengamati (Observational Learning) Perilaku Orang Lain(Model Menurut Bandura, terdapat 4 proses yang terlibat di dalam pembelajaran melalui pengamatan : perhatian, pengendapan, reproduksi motorik, dan penguatan. Agar pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi, hal pertama yang harus ada adalah perhatian (attention). Untuk
  • 34. menghasilkan tingkah laku seperti yang dilakukan oleh model, kita harus benar-benar memperhatikan apa yang dikatakan atau dilakukannya. Kita tidak dapat mendengar apa yang teman katakan jika terdapat suara musik yang kencang. Kita juga dapat kehilangan apa yang profesor katakan di dalam kelas mengenai analisisnya, jika perhatian kita tertuju pada gadis/pemuda yang sedang duduk di depan kita. Bayangkan jika kita mengambil kelas menggambar. Kita perlu memperhatikan setiap instruksi dan petunjuk, serta gerakan tangan guru kita. Memberi perhatian kepada model dipengaruhi oleh karakteritik model tersebut. Orang yang hangat, memiliki kekuasaan, unik, akan sanggup menyita perhatian, daripada orang yang dingin, lemah, atau biasa-biasa saja. 1. Pengendapan (retention) Proses kedua yang diperlukan agar pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi. Untuk mereproduksi tindakan seorang model, kita harus menyimpan setiap informasi di dalam ingatan kita sehingga kita dapat mengeluarkan ingatan tersebut saat diperlukan. Sebuah deskripsi verbal yang sederhana, atau gambar detail dari tindakan model dapat membantu proses pengendapan. Dalam contoh kelas menggambar di atas, kita perlu mengingat instruksi guru dan apa hal-hal yang ia lakukan agar dapat menirunya untuk menggambar dengan baik. 2. Reproduksi Motorik (motor reproduction) Proses melakukan peniruan terhadap tindakan model. Orang mungkin dapat memberi perhatian dan mengingat apa yang telah mereka lihat. Namun, jika mereka memiliki keterbatasan motorik, maka akan sulit bagi mereka untuk mereproduksi tindakan model tersebut. Seorang remaja berusia 13 tahun dapat mengamati seorang pemain basket profesional melakukan dunk dengan dua tangan secara terbalik, namun ia mungkin tidak dapat melakukannya. Sama halnya pada kelas menggambar, kita akan memerlukan keahlian reproduksi motorik yang baik untuk dapat mengikuti contoh gambar guru kita. 3. Penguatan (reinforcement) Pemberian intensif merupakan komponen akhir dalam pembelajaran melalui pengamatan. Pada banyak kejadian, kita dapat memberikan perhatian dengan baik pada apa yang model lakukan, mengendapkan informasi tersebut dan memiliki kemampuan motorik yang baik untuk mereproduksi ulang tindakannya. Namun, sering kali kita gagal untuk mengulangi tindakan tersebut karena kurangnya penguatan. Pentingnya hal ini dintunjukkan oleh Bandura dalam studi awalnya mengenai seorang anak yang melihat seorang model hanya ketika mereka ditawarkan intensif untuk melakukannya. Dalam kelas menggamba, saat guru memilih gambar kita untuk dipajang, maka penguatan ini akan menyemangati kita untuk terus menggambar dan mengambil kelas kesenian yang lain
  • 35. Pembelajaran Melalui Pengamatan Perhatian Pengendapan Reproduksi Motorik Penguatan atau kondisi intensif Beberapa langkah untuk menerapkan teori belajar sosial, yang dapat dimanfaatkan oleh para guru untuk mengatur pembelajaran dengan mengamati perilaku model : 1. Guru menentukan perilaku yang akan ditiru Keterampilan kognitif, afektif dan motorik, seperti: mempresentasikan hasil penelitian gerak-gerakan dalam olahraga atau perbengkelan sopan santun (rasa hormat, respek terhadap milik orang lain) penyaluran emosi negatif dan positif (kemarahan dan kegembiraan) 2. Guru menentukan siapa yang akan bertindak sebagai model  Guru itu sendiri  Siswa lain (untuk model yang statusnya sama)  Model lain (orang yang berasal dari komunitas sekitar)  Model-model simbolis (mereka yang dapat bertindak sebagai pahlawan, atau tokoh-tokoh dalam film, baik nyata maupun kartun) 3. Guru memastikan tampilnya perilaku yang diperagakan oleh model Mengusahakan untuk memusatkan perhatian siswa yaitu dengan membuat perilaku itu cukup sederhana, tampak jelas, terpecah dalam urutan yang dapat diikuti, sehingga dapat membantu siswa untuk dapat mengingat perilaku tersebut dengan memberikan cara untuk mengingat dan memberikan kesempatan untuk mengulang . Hal itu juga dapat membantu siswa untuk mempraktekkan perilaku tersebut (produksi) dan memberi motivasi kepada siswa untuk meniru perilaku tersebut dalam bentuk pujian atau hadiah (motivasi). 4. Guru menciptakan nilai manfaat dari perilaku orang yang menjadi model
  • 36. Memberi penghargaan untuk hasil dan perilaku positif dari model tersebut dan Memberi Tidak sanksi bereaksi pada hasil berlebihan atau dan perilaku secara negatif pribadi dari terhadap model perilaku itu, serta model dan Tidak menunjukkan sikap mengabaikan terhadap perilaku model tersebut. PENDEKATAN TEORI BIOLOGIS Pengaruh biologis terhadap perilaku manusia ditekankan oleh Mc.Dougall, Freud, dan Lorenz, manusia dilahirkan dengan berbagai karakteristik biologis yang membedakan dengan hewan dan sesamanya. 1.Naluri, Konrad Lorenz dorongan agresif adalah naluri manusia yang sudah ada semenjak manusia lahir dan tidak dapat dirubah, hampir sama dengan Freud adanya dorongan bawaan yang mengarahkan manusia berprilaku destruktif (id thanatos), walaupun dorongan bawaan itu bisa diarahkan pada perilaku konstruktif. 2.Perbedaan genetik kromosom XYY lebih besar kemungkinan menjadi penjahat, karena Y tersebut bersifat agresif , sehingga jika kromosom tersebut double Y maka tingkat keagresivitasnya semakin tinggi dan kemungkinan akan menjadi penjahat. Kerusakan fisiologis lain seperti kerusakan otak tertentu (hipotalamus) dapat mengakibatkan agresivitas yang tak terkendali. PENDEKATAN TEORI EKOLOGIK Pendekatan ekologi adalah suatu metode analisis yang menekankan pada hubungan antara manusia dan kegiatan lingkungannya, sehingga manusia dan berbagai kegiatannya selalu menjadi fokus analisis dalam keterkaitannya dengan lingkungan abiotik, biotik, maupun sosial, ekonomi dan kulturalnya. Manusia dalam hal ini tidak boleh diartikan sebagai makhluk biologis semata yang setaraf dengan makhluk hidup lainnya, namun adalah sosok yang dikaruniai daya cipta, rasa, karsa, karya atau makhluk yang berbudi daya. Pendekatan ekologi ini ditekankan pada keterkaitan antara fenomena geosfer tertentu dengan variabel lingkungan yang ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan : (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.
  • 37. Dalam sistematika Kirk ditunjukkan bahwa ruang lingkup lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku (behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment). Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya. Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan fenomena alam. Relik fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses anorganik. Studi mendalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingkungan mendapat peran yang penting untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan ini fenomena geosfer dapat dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga dapat dikonsepsikan secara baik. Teori Pendekatan Kognitif Teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget seorang psikolog dari Swiss yang hidup pada tahun 1896-1980. Teori Kognitif merupakan cara mempersepsikan dan menyusun informasi yang berasal dari lingkungan sekitar yang dilakukan secara aktif oleh seorang pembelajar. lebih rincinya teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon tetapi belajar adalah proses berpikir yang sangat kompleks. Dalam teori kognitif manusia melakukan pengamatan secara keseluruhan lebih dahulu menganalisanya lalu mensintesiskannya kembali. Teori kognitif tidak menyelidiki hal-hal yang lebih mendalam dari yang ada pada kesadaran. Ia tidak mempelajari proses yang terjadi dalam alam bawah sadar dan ketidaksadaran. Teori kognitif lebih menekankan pada pandangan bahwa untuk memahami perilaku manusia harus mempelajari proses mental manusia tersebut. Karena, manusia tidak menanggapi lingkungannya secara otomatis. Perilaku manusia tergantung pada bagaiman proses berpikir dan mempersepsi lingkungannya. Jadi proses mental manusia merupakan hal yang utama yang bisa menjelaskan perilaku social seseorang
  • 38. Intinya teori-teori kognitif memusatkan perhatiannya pada bagaimana proses informasi yang datangnya dari lingkungan ke dalam struktur mental manusia. Tokoh-Tokoh dalam Teori Kognitif yaitu Jean Piaget dan Lev Vygotsky . a. Jean Piaget Jean piaget adalah psikolog dari swiss . Piaget adalah salah satu tokoh penting dalam psikologi perkembangan karena teori-teorinya dalam psikologi perkembangan yang mengutamakan unsur kesadaran (kognitif). Teori Tahapan Kognitif merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif anak melaju dalam empat tahap yang melibatkan jenis-jenis operasi mental yang berbeda secara kualitatif yaitu : • Organisasi (Organization) adalah kecenderungan untuk menciptakan struktur kognitif atau system-sistem pengetahuan. • Skema (Schema) adalah pola-pola perilaku teratur yang digunakan seseorang untuk berpikir dan bertindak dalam suatu situasi. • Adaptasi (Adaptation) merupakan istilah Piaget untuk menggambarkan cara anakanak menangani informasi baru dengan mempertimbangkan hal yang sudah mereka ketahui. Adaptasi muncul melalui dua proses yaitu :  Asimilasi  Memasukkan informasi baru dan menggabungkannya ke dalam struktur kognitif yang sudah ada.  Akomodasi  Menyesuaikan struktur kognitif seseorang agar sesuai dengan informasi baru. • Equilibrasi (Equlibration) merupakan istilah Piaget untuk kecenderungan dalam mencari keseimbangan yang stabil diantara berbagai unsur kognitif. Tidak hanya tentang jenis-jenis operasi mental, Piaget juga mengemukakan empat periode perkembangan intelektual yang secara khas mengorganisir interaksi anak dengan lingkungan. Meskipun tingkat perkembangan intelektual pada setiap anak dapat berbeda, Piaget berpendapat bahwa sekuens perkembangan tersebut terjadi pada setiap anak seperti berikut : 1. Periode Sensorimotorik (0-2 Tahun) : kemampuan anak itu masih terbatas pada penginderaan rangsangan-rangsangan dan memberikan reaksi-reaksi motoris yang mekanistis dan otomatis.
  • 39. 2. Periode Praoperasional (2-7 Tahun) : Dalam fase ini anak menguasai bahasa dan mempelajari hubungan waktu, masa lalau, dan masa depan, serta masa kini. Dalam fase ini pula terjadi pembentukan symbol-simbol untuk kelak memungkinkan anak itu berpikir. Sifat anak pada usia ini masih terpusat pada diri sendiri (ego centris) 3. Periode Operasi Konkret (7-11 Thaun) : Pada tahap ini anak tidak lagi ego centris, melainkan banyak berorientasi keluar, kepada objek-objek yang konkret. Ia masih aktif dan banyak bergerak, tetapi perbuatan-perbuatannya selalu tidak dapat dilepaskan hal-hal yang konkret. 4. Periode Operasi Formal (11-15 Tahun) : Pada fase akhir perkembangan intelektual ini, anak menguasai pemahaman. Maksudnya Individu disini tidak lagi terikat pada objek-objek yang nyata atau konkret, ia mampu menyusun kesimpulan-kesimpulan dan hipotesa-hipotesa atas dasar symbol-simbol semata. Dalam teori tentang intelegensi Piaget membedakan antara teori umum tentang intelegensi yang berlaku pada setiap tingkat perkembangan dan teori yang khusus berhubungan dengan tingkat perkembangan tertentu. Dalam teorinya yang umum (non phasic) Piaget menerangkan asal mula intelegensi dari tingkah laku-tingkah laku yang rendah tingkatannya. Ia percaya bahwa semua tingkah laku baik yang eksternal maupun internal (contohnya:berpikir) bertujuan beradaptasi. Adaptasi dianggapnya sebagai sebagai keseimbangan yang bergerak terus antara asimilasi dan lingkungan terhadap individu dan akomodasi dari individu dalam lingkungannya. Kalau adaptasi dalam kehidupan biologis bersifat fisik, adaptasi dalam kehidupan psikis lebih fungsional. Perkembangan kognitif oleh Piaget dianggap sebagai keseimbangan yang meningkat dari taraf asimilasi ke taraf akomodasi. b. Lev Vygotsky Lev Semenovich Vygotsky (1896-1934) seorang Psikolog dari Rusia. Ia memusatkan perhatiannya pada berbagai proses social dan budaya yang memadu perkembangan kognitif anak-anak. Teori Sosial Budaya (sociocultural theory) dari Vygotsky menekankan keterlibatan aktif anak-anak dengan lingkungannya. Vgotsky memandang pertumbuhan kognitif sebagai suatu proses kolaborasi. Vgotsky mengatakan bahwa anak-anak belajar melalui interaksi social. Mereka memperoleh keterampilan kognitif sebagai bagian dari induksi ke dalam suatu cara hidup. Berbagai kegiatan yang dibagi bersama membantu anak-anak menginternalisasikan cara berpikir dan berperilaku masyarakat serta menjadikannya milik mereka. Menurut Vygotsky, orang dewasa atau kelompok teman seusia yang lebih maju harus membantu mengarahkan dan mengatur pembelajaran anak sebelum mereka dapat
  • 40. menguasai dan menginternalisasikannya. Tanggung jawab diarahkan kepada anakmeskipun ketika mengajari anak untuk mengambang orang dewasa pertama kali menyokong anak di dalam air kemudian melepaskannya secara perlahan seiring dengan tubuh anak menjadi rileks ke dalam posisi mendatar. Bab III Daftar Pustaka Sarwono, S.W. Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang, 2002 Feist. Jess, Feist, Gregory J. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika, 2010 Papalia, Dkk. Human Development. Jakarta: Salemba Humanika, 2009 http://search.proquest.com/psycarticles/docview/614336214/fulltextPDF/141313B433E315 EB5AD/1?accountid=17242 http://search.proquest.com/psycarticles/docview/614311383/fulltextPDF/141313B433E315 EB5AD/2?accountid=17242 http://search.proquest.com/psycarticles/docview/614400278/fulltextPDF/141313D30374B7 56747/1?accountid=17242 http://search.proquest.com/psycarticles/docview/614336214/fulltextPDF/141313E38C51B5 E7102/1?accountid=17242