SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
Jurnal Online Pendidikan Fisika
ISSN 2301-7651

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP AWAL DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS BIDANG STUDI FISIKA MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DAN
MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION
Deo Demonta Panggabean dan Retno Dwi Suyanti
Jurusan Pendidikan Fisika Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan
Abstract. Penelitian ini bertujuan (1) Untuk menganalisis apakah ada
perbedaan tingkat kemampuan berpikir kritis Fisika siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran advance organizer dan model pembelajaran
direct instruction. (2) Untuk menganalisis apakah ada perbedaan kemampuan
berpikir kritis Fisika siswa pada kelompok pemahaman konsep awal tinggi
dan pemahaman konsep awal rendah. (3) Untuk menganalisis apakah ada
interaksi model pembelajaran advance organizer dengan tingkat pemahaman
konsep awal siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Sampel
dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random sampling sebanyak dua
kelas, dimana kelas pertama sebagai kelas eksperimen diterapkan model
pembelajaran advance organizer dan kelas kedua sebagai kelas kontrol
diterapkan model pembelajaran direct instruction. Dari hasil penelitian
diperoleh rata-rata kemampuan berpikir kritis untuk kelas eksperimen lebih
tinggi dari kelas kontrol, dan kesimpulan bahwa untuk hipotesis pertama
kemampuan berpikir kritis Fisika siswa melalui Advance Organizer lebih
baik dibandingkan Direct Instruction. Untuk hipotesis kedua disimpulkan
bahwa kemampuan berpikir kritis Fisika antara siswa yang memiliki
pemahaman konsep awal tinggi lebih baik dibandingkan dengan pemahaman
konsep awal rendah. Sedangkan untuk hipotesis ketiga menunjukkan bahwa
tidak terdapat interaksi antara model Advance Organizer dan Direct
Instruction dengan pemahaman konsep awal siswa untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis.
Kata kunci: berpikir kritis, pemahaman konsep awal, model pembelajaran,
advance organizer, direct instruction
ANALYZE UNDERSTANDING BEGINNING CONCEPT AND
ABILITY IN THINKING CRITICALLY TO THE PHYSIC
LESSON BY USING ADVANCE ORGANIZER AND
DIRECT INSTRUCTION MODELS
Abstract. The research were be purposed (1) To analyze if there were the
differences of the students’ ability in thinking critically to the physic lesson
taught by using advance organizer and direct instruction models, (2) To
analyze if there were the differences of the students’ ability in thinking
critically in the physic lesson by understanding the high and low beginning
concept, (3) to analyze if there were interaction in advance organizer models
to the students’ beginning concept, so can improve their ability in thinking
Volume: 1 (2) Desember 2012

13

Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
Panggabean, D.D. dan Suyanti, R.D.: Analisis
Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan
Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan
Model Pembelajaran Advance Organizer dan
Model Pembelajaran Direct Instruction.

Jurnal Online Pendidikan Fisika
ISSN 2301-7651

critically. The sample in this research done by cluster random sampling at
two classes, for the first class can be mentioned as the experiment class used
advance organizer models, and the second class can be mentioned as a
control class used direct instruction models. From the experiment’s results
obtained that the average of the ability critical thinking for experiment class
was higher than control class, and the conclusion were at the first hypothesis
of the students’ ability in critical thinking to physic lesson by using advance
organizer was better than direct instruction. At the second hypothesis could
be concluded that the ability of critical thinking to physic lesson between
students who had the understanding of high beginning concept was better
than the understanding of low beginning concept. For the third hypothesis
shown that there were not interactions between advance organizer and direct
instruction into the understanding of the students’ beginning concept in
improving their critical thinking ability.
Keywords: ability in thinking critically, understanding beginning concept,
learning models, advance organizer, direct instruction

lukan nalar dan analisis. Untuk bidang sains
pada Tahun 1999 Indonesia menempati
peringkat 32 dari 38 negara, Tahun 2003
Indonesia menempati peringkat 37 dari 46
negara, sedangkan Tahun 2007 Indonesia
menempati peringkat 35 dari 49 negara.
Rendahnya hasil TIMSS ini tidak terlepas dari
proses pembelajaran yang dilaksanakan di
sekolah-sekolah.
Proses pembelajaran tidak terlepas dari
peran guru. Pada pembelajaran seharusnya guru
hanya berperan sebagai fasilitator dan bukan
satu satunya sumber informasi bagi siswa.
Sebaliknya siswa sebagai subjek proses pembelajaran diberi keleluasaan yang sangat luas
untuk menentukan pencapaian kompetensi yang
harus di raih. Siswa juga yang harus lebih aktif
menyampaikan ide, mencari solusi atas masalah
yang dihadapi dan menentukan langkah-langkah
berikutnya sehingga pengetahuan itu dapat
bermakna dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi
pada kenyataannya, dalam proses belajar
mengajar, guru mengajarkan konsep melalui
kegiatan yang kurang berpusat pada siswa.
Siswa tidak dilibatkan secara aktif sehingga
kurang memberikan kesempatan untuk mengembangkan proses berpikirnya. Hal tersebut juga
merupakan salah satu yang menyebabkan isi

PENDAHULUAN
Mata pelajaran Fisika baik yang ada di
SLTP maupun di SMA adalah cabang dari mata
pelajaran IPA yang memperlajari tentang sifat
materi, gerak dan fenomena lainnya yang ada
hubungannya dengan energi serta memperlajari
keterkaitan antara konsep-konsep Fisika dengan
kehidupan nyata. Oleh karena itu, dalam mempelajari Fisika banyak memerlukan pemahaman
tentang konsep-konsep yang disampaikan dalam
tiap materi pelajaran tersebut.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran Fisika bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan berpikir
analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip Fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan
masalah-masalah baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Banyaknya permasalahan-permasalahan yang muncul, perlu adanya pembaharuanpembaharuan di lingkungan pendidikan yang
mengarahkan pembelajaran agar dapat selalu
berpikir kritis.
Data The Trends in Internasional Mathematics and Sciense Study (TIMSS) (Efendi,
2010) menyebutkan siswa Indonesia hanya
mampu menjawab konsep dasar atau hapalan
dan tidak mampu menjawab soal yang memerVolume: 1 (2) Desember 2012

14

Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
Panggabean, D.D. dan Suyanti, R.D.: Analisis
Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan
Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan
Model Pembelajaran Advance Organizer dan
Model Pembelajaran Direct Instruction.

pembelajaran Fisika dianggap sebagai hapalan,
siswa dapat menyatakan konsep di luar kepala
tetapi tidak mampu memaknai maknanya. Siswa
yang belajar dengan hapalan tingkat kebermaknaannya akan relatif rendah (Dahar, 1991).
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan
di SMA Swasta Teladan Medan menunjukkan
bahwa nilai rata-rata semester I untuk mata
pelajaran Fisika masih rendah. Hal ini dilihat
dari Daftar Kumpulan Nilai (DKN) T.P 2009/
2010 dengan rata-rata 67,23 dan T.P 2010/
2011 dengan rata-rata 68,55. Nilai tersebut
tergolong rendah karena nilainya sedikit di atas
nilai KKM mata pelajaran Fisika di sekolah
tersebut, yaitu 65.
Hasil wawancara dengan salah seorang
guru Fisika SMA Swasta Teladan Medan,
menyatakan bahwa hal demikian bisa terjadi
karena kurangnya minat belajar siswa pada
mata pelajaran Fisika yang disebabkan
beberapa hal. Pertama, ketika masih duduk di
SMP mata pelajaran IPA lebih dominan
mempelajari pelajaran biologi dari pada Fisika
yang menyebabkan minimnya pengetahuan
dasar siswa terhadap pelajaran Fisika. Kedua,
dalam proses pembelajaran guru cenderung
menggunakan model pembelajaran konvensional agar tidak menghabiskan waktu terlalu
banyak dan tidak menggunakan media pembelajaran. Ketiga, penggunaan laboratorium
sekolah juga masih terbatas yang disebabkan
oleh kelengkapan alat-alat dalam laboratorium
masih kurang dan kondisi alat yang ada
kebanyakan sudah tidak dapat berfungsi dengan
baik sehinggga tidak dapat digunakan.
Selain minat belajar siswa terhadap
pelajaran Fisika rendah, pemahaman konsep
dan kemampuan berpikir siswa juga rendah.
Hal ini dibuktikan dari hasil tes pemahaman
konsep yang mencakup aspek translasi,
interpretasi dan ekstrapolasi dan tes kemampuan
berpikir kritis termasuk dalam aspek memecahkan
masalah, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Hasil tes pemahaman konsep awal,
menunjukkan secara keseluruhan siswa hanya
mampu menyelesaikan soal dalam aspek
translasi. Hasil tes kemampuan berpikir kritis
Volume: 1 (2) Desember 2012

Jurnal Online Pendidikan Fisika
ISSN 2301-7651

menunjukkan siswa hanya mampu mengenal
permasalahan yaitu dalam menuliskan variabelvariabel yang diketahui tetapi belum pada
pemecahan masalah, menganalisis, mensintesis
dan mengevalusi.
Sehubungan dengan masalah di atas, salah
satu model pembelajaran yang dipilih dalam
upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran advance organizer yang merupakan
salah satu rumpun model pemrosesan informasi.
Model advance organizer dapat memperkuat
struktur kognitif dan meningkatkan penyimpanan
informasi baru. Struktur kognitif yang kuat
dapat mendorong siswa meningkatkan kemampuan berpikirnya yang lebih tinggi. Ausubel
mendeskripsikan advance organizer sebagai
materi pengenalan yang disajikan pertama kali
dalam tugas pembelajaran dan dalam tingkat
abstraksi dan inklusivitas yang lebih tinggi
daripada tugas pembelajaran itu sendiri.
Tujuannya adalah menjelaskan, mengintegrasikan,
dan menghubungkan materi baru dalam tugas
pembelajaran dengan materi yang telah dipelajari
sebelumnya serta membantu pembelajar
membedakan materi baru dari materi yang telah
dipelajari sebelumnya (Joyce, 2009).
Advance organizer sangat berperan dalam
kegiatan pembelajaran, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Dahar (1991) bahwa
advance organizer mengarahkan siswa ke materi
yang akan mereka pelajari, dan menolong
mereka mengingat kembali informasi yang
berhubungan dan dapat digunakan dalam
membantu menanam pengetahuan baru. Model
pembelajaran advance organizer dapat diterapkan
dengan menggunakan peta konsep. Peta konsep
digunakan untuk menyatakan hubungan yang
bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk
proporsi-proporsi. Proporsi-proporsi merupakan
dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan
oleh kata-kata dalam suatu unit semantik.
Dalam model pembelajaran advance
organizer terdapat beberapa keunggulan yang
berupa dampak pengajaran langsung maupun
dampak iringan yang diperlihatkan dalam
Gambar 1.
15

Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
Panggabean, D.D. dan Suyanti, R.D.: Analisis
Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan
Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan
Model Pembelajaran Advance Organizer dan
Model Pembelajaran Direct Instruction.

Model
Advance
Organizer

Memilki prilaku
berpikir secara tepat

pada pencapaian prestasi siswa dalam pembelajaran matematika.

Struktur
Konsept
ual
Asmilasi bermakna
dari informasi
dan ide

METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua siswa kelas X SMA Swasta Teladan
Cinta Damai Medan Tahun Pembelajaran
2012/2013. Jumlah populasi sebanyak 3 kelas
paralel dengan jumlah siswa seluruhnya 108
orang siswa. Pengambilan sampel dilakukan
secara cluster random sampling sebanyak dua
kelas, yakni kelas pertama sebagai kelas
eksperimen diterapkan model pembelajaran
advance organizer dan kelas kedua sebagai
kelas kontrol diterapkan model pembelajaran
direct instruction dengan jumlah siswa masingmasing 36 orang. Variabel dalam penelitian ini
terdiri atas variabel bebas yaitu model
pembelajaran advance organizer dan direct
instruction, variabel moderator yaitu pemahaman
konsep awal, dan variabel terikat yaitu
kemampuan berpikir kritis Fisika siswa.
Hubungan antara variabel bebas, variabel
moderator dan variabel terikat dapat dilihat
pada Gambar 2.

Minat dalam inquiri

Gambar 1. Keunggulan Model Advance
Organizer
Keterangan :
Instructional/dampak langsung
Nurturant/dampak iringan
Instructional atau dampak langsung akan
memperkuat struktur konseptual anak dan
memberikan proses pada konsep asimilasi.
Nurturant atau dampak iringan yaitu berupa
rasa ketertarikan untuk menyelidiki lebih lanjut
dan membiasakan siswa untuk berpikir secara
tepat.
Beberapa penelitian telah menunjukkan
dampak positif dari implementasi advance
organizer dalam pembelajaran, yakni penelitian
Ivie (1998) menyimpulkan bahwa advance
organizer mendorong siswa untuk berpikir
tingkat tinggi pada level analisis, sintesis dan
evaluasi. Penelitian Putri (2010) menyimpulkan
bahwa model pembelajaran advance organizer
memiliki pengaruh yang lebih baik dalam
meningkatkan hasil belajar Fisika siswa dibandingkan dengan hasil belajar Fisika siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional. Penelitian Shihusa dan Fred (2009) menyimpulkan
bahwa advance organizer meningkatkan
motivasi siswa untuk belajar. Penelitian Githua
dan Rachel (2008) menyimpulkan bahwa Siswa
yang diajarkan dengan advance organizer
memperoleh nilai matematika yang lebih tinggi
secara signifikan dibandingkan siswa yang
diajarkan dengan model konvensional. Selanjutnya Pachpande (2012) dalam penelitiannya juga
menemukan bahwa model advance organizer
lebih efektif daripada metode konvensional
Volume: 1 (2) Desember 2012

Jurnal Online Pendidikan Fisika
ISSN 2301-7651

Model
Pembelajaran

Kemampuan
Berpikir Kritis

Pemahaman Konsep Awal

Gambar 2. Hubungan Variabel
Penelitian ini merupakan quasi eksperiment dengan desain Two Group Pretes-Postes
Design (Suryabrata, 2003). Desain penelitian
ANAVA 2x2 terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Desain Penelitian ANAVA 2x2
Pemahaman
Model
Rata-Rata
Konsep
Pembelajaran
Awal (B)
(A)
DI(1)
AO(2)
Rendah (1)
 11
 12
R
Tinggi (2)
 21
 22
T
e
Rata-Rata
k
16

Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
Panggabean, D.D. dan Suyanti, R.D.: Analisis
Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan
Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan
Model Pembelajaran Advance Organizer dan
Model Pembelajaran Direct Instruction.

Keterangan:

Jurnal Online Pendidikan Fisika
ISSN 2301-7651

awal (PKA). Data hasil pretes dan pemahaman
konsep awal dapat dilihat pada Tabel 2.

 11 : Nilai rata-rata yang diajarkan dengan
model direct instruction pada pemahaman
konsep awal rendah.

Tabel 2. Data Pretes dan Pemahaman
Konsep Awal

 12 : Nilai rata-rata siswa yang diajarkan dengan

Tes
Pretes DI
Pretes AO
PKA DI
PKA AO
PKA Rendah DI
PKA Tinggi DI
PKA Rendah AO
PKA Tinggi AO

model pembelajaran advance organizer
pada pemahaman konsep awal rendah.

 21 : Nilai rata-rata siswa yang diajarkan

dengan model direct instruction pada
pemahaman konsep awal tinggi.

 22 : Nilai rata-rata siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran advance organizer
pada pemahaman konsep awal tinggi.

 R : Nilai rata-rata pemahaman konsep awal

Nilai Rata-Rata
38,28
39,33
51,11
53,89
40,26
63,24
40,36
62,50

Secara ringkas, distribusi data pretes dan
pemahaman konsep awal di kelas Direct
Instruction dan Advance Organizer digambarkan
pada Gambar 3.

rendah.

T : Nilai rata-rata pemahaman konsep awal
tinggi.
k : Nilai rata-rata kelas kontrol.

 e : Nilai rata-rata kelas eksperimen.
Pengumpulan data dilakukan dengan
mengunakan instrumen pretes, tes pemahaman
konsep awal dan postes yang sudah diujicobakan
dan dianalisis denga uji validitas isi, reliabilitas,
daya beda, dan tingkat kesukaran (Arikunto,
2009). Analisis pemahaman konsep awal dan
kemampuan berpikir kritis menggunakan uji
ANAVA dua jalur.
Gambar 3. Pretes dan PKA
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini meliputi data (1) tes
pemahaman konsep awal dan (2) tes kemampuan berpikir kritis. Deskripsi data yang
disajikan dalam hasil penelitian ini terdiri dari
hasil kemampuan berpikir kritis (KBK) siswa
dengan menggunakan model pembelajaran Direct
Instruction (DI) dan Advance Organizer (AO)
yang dikelompokkan berdasarkan kemampuan
pemahaman konsep awal tinggi dan rendah.
Pada tahapan penelitian, kelas eksperimen
dan kelas kontrol diberikan pretes kemampuan
berpikir kritis (KBK) dan tes pemahaman konsep

Volume: 1 (2) Desember 2012

Setelah pretes KBK dan tes pemahaman
konsep awal diberikan, kemudian kedua kelas
diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu pada
kelas eksperimen diberikan model pembelajaran
Advance Organizer dan pada kelas kontrol
diberikan model pembelajaran Direct Instruction.
Setelah perlakuan selesai, selanjutnya diberikan
postes untuk melihat perbedaan kemampuan
berpikir kritis siswa pada kedua kelas dan pada
pemahaman konsep awal tingkat rendah dan
tinggi yang hasilnya terdapat pada Tabel 3.

17

Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
Panggabean, D.D. dan Suyanti, R.D.: Analisis
Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan
Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan
Model Pembelajaran Advance Organizer dan
Model Pembelajaran Direct Instruction.

Tabel 3. Postes Kemampuan Berpikir Kritis
Tes
Postes DI
Postes AO
KBK pada PKA Rendah DI
KBK pada PKA Tinggi DI
KBK pada PKA Rendah AO
KBK pada PKA Tinggi AO

Jurnal Online Pendidikan Fisika
ISSN 2301-7651

Tabel 5. Uji Normalitas Data
Uji Homogenitas
Sig.
Keterangan
Pretes DI dan AO 0,653
Homogen
Postes DI dan AO 0,638
Homogen

Nilai Rata-Rata
60,39
66,11
59,05
71,95
63,39
74,66

Setelah uji prasyarat dipenuhi, dilakukan
uji kesamaan rata-rata pretes dengan uji
independent sample t test menggunakan SPSS
17.0 untuk melihat kemampuan awal berpikir
kritis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
sama. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Uji Kesamaan Rata-Rata Data Pretes

Secara ringkas, distribusi data nilai ratarata postes kemampuan berpikir kritis di kelas
Direct Instruction dan Advance Organizer
digambarkan pada Gambar 4.

Uji t untuk kesamaan rata-rata
t
Sig. (2-tailed)
-0,652
0,517
-0,652
0,517

Keterangan
Kemampuan
awal sama

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji
ANOVA dua jalur menggunakan SPSS 17.0.
Deskripsi statistik output perhitungan ANOVA
data pemahaman konsep awal dan kemampuan
berpikir kritis dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Output Perhitungan ANOVA 2 Jalur
Variabel Bebas : Nilai Kemampuan
Berpikir Kritis
Source
F
Sig.
Model
10,131 0,002
Konsep Awal
131,634 0,000
Model * Konsep Awal
0,000
0,996

Gambar 4. Nilai Rata-Rata Postes KBK
Selanjutnya dilakukan uji prasyarat
hipotesis data pretes dan postes sebagai pemeriksaan awal tentang asumsi-asumsi agar dapat
dilakukan pengujian statistik dengan uji t untuk
pretes dan analisis varians untuk postes. Uji
prasyarat hipotesis meliputi uji normalitas dengan
uji Kolmogorov-Semirnov dan uji homogenitas
dengan uji Chi-Square menggunakan SPSS 17.0.
Kelompok data dikatakan normal dan homogen
jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Secara
ringkas, data hasil uji normalitas dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Uji Normalitas Data
Uji Normalitas
Sig.
Keterangan
Pretes DI
0,544
Normal
Pretes AO
0,509
Normal
Postes DI
0,577
Normal
Postes AO
0,616
Normal

Berdasarkan Tabel 7 hipotesis statistik
yang diperoleh adalah:
1. Hipotesis pertama yang diajukan Ha diterima,
yaitu terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kritis siswa melalui Advance Organizer (AO)
dan Direct Instruction (DI). Hal ini diperoleh dari Tabel 7 pada signifikan model yaitu
0,002 dan signifikan ini lebih kecil
dibandingkan signifikan α = 0,05.
2. Hipotesis kedua yang diajukan Ha diterima,
yaitu terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kritis antara siswa yang memiliki pemahaman
konsep siswa rendah dan pemahaman konsep
tinggi. Dari Tabel 7 pada signifikan konsep
awal yaitu 0,000 dan signifikan ini lebih
kecil dibandingkan signifikan α = 0,05.

Secara ringkas, data hasil uji homogenitas dapat
dilihat pada Tabel 5.
Volume: 1 (2) Desember 2012

18

Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
Panggabean, D.D. dan Suyanti, R.D.: Analisis
Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan
Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan
Model Pembelajaran Advance Organizer dan
Model Pembelajaran Direct Instruction.

3. Hipotesis ketiga yang diajukan Ha ditolak,
yaitu tidak ada interaksi antara model
pembelajaran Advance Organizer (AO) dan
Direct Instruction (DI) dengan pemahaman
konsep siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis Fisika siswa. Hal ini
diperoleh dari Tabel 7 pada signifikan
model*pemahaman konsep awal yaitu 0,996
dan signifikan ini lebih besar dibandingkan
signifikan α=0,05.

jaran konvensional. Pengaruh ini dapat
disebabkan karena beberapa hal, seperti
pendapat yang dikemukakan oleh beberapa
penulis berikut, menurut Dahar (1991) penggunaan advance organizer sebagai kerangka isi
akan dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam mempelajari informasi baru, karena
merupakan kerangka dalam bentuk abstraksi
atau ringkasan konsep-konsep dasar tentang apa
yang dipelajari dan hubungannya dengan materi
yang telah ada dalam struktur kognitif siswa.
Jika ditata dengan baik advance organizer akan
memudahkan siswa mempelajari materi
pelajaran yang baru serta hubungannya dengan
materi yang telah dipelajarinya. Djiwandono
(2009) menjelaskan tujuan utama advance
organizer adalah memberi siswa informasi yang
mereka butuhkan untuk mempelajari pelajaran
atau membantu mereka dalam mengingat dan
menerapkan pengetahuan yang telah mereka
miliki. Maka dari penjelasan di atas dan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa, kemampuan berpikir kritis Fisika siswa yang diajarkan
dengan AO lebih baik dibandingkan dengan
siswa yang diajarkan dengan DI.
Berdasarkan data empiris pada Tabel 3
dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kritis
Fisika siswa yang memiliki pemahaman konsep
awal tinggi lebih baik dibandingkan dengan
pemahaman konsep awal rendah. Maka dari
hasil penelitian dapat dilihat jika pemahaman
konsep awal rendah maka kemampuan berpikir
kritis Fisika akan rendah, sebaliknya jika
pemahaman konsep awal tinggi akan menghasilkan kemampuan berpikir kritis yang tinggi.
Dengan kata lain, apabila pada dasarnya siswa
telah memiliki pemahaman konsep awal yang
tinggi, jika diajarkan dengan DI maupun AO
akan menghasilkan kemampuan berpikir kritis
yang tinggi.
Hasil pengujian dengan SPSS 17.0 pada
Tabel 7 untuk interaksi model dengan pemahaman konsep awal diperoleh signifikan 0,99
yang nilainya lebih besar dibandingkan signifikan 0,05. Hal ini berati hipotesis ketiga
ditolak, artinya pada penelitian ini antara model
pembelajaran dan pemahaman konsep awal

Pembahasan
Temuan dalam penelitian ini adalah
terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis
pada siswa yang diberikan model Advance
Organizer (AO) dan Direct Instruction (DI),
rata-rata kemampuan berpikir kritis kelas AO
adalah 66,11 sementara rata-rata kelas DI
adalah 60,39. Ini menunjukkan kemampuan
berpikir kritis di kelas AO lebih tinggi
dibandingkan kelas DI.
Novak dkk (2008) dalam penelitiannya
menemukan penggunaan peta konsep dalam
proses belajar-mengajar menyebabkan peningkatan pada hasil belajar siswa dibandingkan
dengan menggunakan metode konvensional.
Githua dan Rachel (2008) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa siswa yang diajarkan
dengan advance organizer memperoleh nilai
matematika yang lebih tinggi secara signifikan
dibandingkan siswa yang diajarkan dengan
model konvensional. Selanjutnya Pachpande
(2012) dalam penelitiannya juga menemukan
bahwa model advance organizer lebih efektif
dari pada metode konvensional pada pencapaian prestasi siswa dalam pembelajaran
matematika. Hal yang sama juga diperoleh
Putri (2010) yang dalam penelitiannya menemukan bahwa model pembelajaran advance
organizer memiliki pengaruh yang lebih baik
dalam meningkatkan hasil belajar Fisika siswa
dibandingkan dengan hasil belajar Fisika siswa
yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil penelitian ini dan
penelitian terdahulu yang relevan menunjukkan
model pembelajaran advance organizer pengaruh
yang lebih baik dibandingkan model pembelaVolume: 1 (2) Desember 2012

Jurnal Online Pendidikan Fisika
ISSN 2301-7651

19

Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
Panggabean, D.D. dan Suyanti, R.D.: Analisis
Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan
Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan
Model Pembelajaran Advance Organizer dan
Model Pembelajaran Direct Instruction.

tidak saling mempengaruhi. Dengan demikian
tidak ada kontribusi secara bersama-sama yang
disumbangkan antara model dengan pemahaman
konsep awal untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa. Siswa yang memiliki
pemahaman konsep awal yang tinggi tanpa
model pembelajaran akan memperoleh kemampuan berpikir kritis yang tinggi. Siswa yang
mempunyai pemahaman konsep awal yang
rendah maka akan memperoleh kemampuan
berpikir kritis yang rendah.

International On Mathematics and
Science Study), Prosiding Seminar
Nasional Fisika 2010 (Online). (http://w
ww.fi.itb.ac.id/~dede/Seminar%20HFI%
202010/CD%20Proceedings/Proceedings
/FP%2012.pdf, diakses 14 Mei 2012).
Githua, B.N. dan Rachel, A.N. 2008. Effects of
advance organiser strategy during
instruction on secondary school students’
mathematics achievement in Kenya’s
Nakuru district. International Journal of
Science and Mathematics Education.
Volume 6, No. 3
Ivie, S. D. 1998. Ausubel's Learning Theory:
An Approach To Teaching Higher Order
Thinking Skills.(educational psychologist
David Paul Ausubel). High School
Journal 82.1 (Oct 1998): p35(1).
Joyce, B., dan Weil, M. 2009. Models of
Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Novak, J.D., Reiska, P. & Ahlberg, M. 2008.
Study of concept maps usage effect on
meaningful learning frontier in Bloom's
taxonomy for atomic structure mental
concepts. Finland. hlm 1-4.
Pachpande, N. G. 2012. Study of effect of
advanced organizer model on achievement
of students in mathematics teaching at
school level. Indian Streams Research
Journal. Volume 2, Issue. 6, Juli 2012
Putri, E. 2010. Penerapan Model Pembelajaran
Advance Organizer Pada Bidang Studi
Fisika. Kultura. Vol.11 No.1
Shihusa, H. dan Fred, N.K. 2009. Using
Advance Organizers to Enhance Students
Motivation in Learning Biology. Eurasia
Journal of Mathematics, Science &
technology Education, 5(4), 413-420.
Suryabrata, S. 2003. Metodologi Penelitian.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan:
1. Kemampuan berpikir kritis Fisika siswa yang
menggunakan Advance Organizer (AO) lebih
baik dibandingkan siswa yang menggunakan
Direct Instruction (DI).
2. Kemampuan berpikir kritis Fisika siswa yang
memiliki pemahaman konsep awal tinggi
lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki
pemahaman konsep awal rendah.
3. Tidak terdapat interaksi antara model Advance
Organizer (AO) dan Direct Instruction (DI)
dengan pemahaman konsep awal siswa untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Model pembelajaran dengan pemahaman
konsep awal tidak saling mempengaruhi
dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Dahar, R. 1991. Teori-Teori Belajar. Jakarta:
Erlangga.
Djiwandono, S.E.W. 2009. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Grasindo.
Efendi, R. 2010. Kemampuan Fisika Siswa
Indonesia dalam TIMSS (Trend Of

Volume: 1 (2) Desember 2012

Jurnal Online Pendidikan Fisika
ISSN 2301-7651

20

Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed

More Related Content

What's hot

Proposal calon skripsi
Proposal calon skripsiProposal calon skripsi
Proposal calon skripsiSayid Barca
 
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematisInstrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematisPreally A
 
2531 5071-1-pb
2531 5071-1-pb2531 5071-1-pb
2531 5071-1-pbFppi Unila
 
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limasAnalisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limasSulistiawati .
 
Makalah penelitian jurnal bintang
Makalah penelitian jurnal bintangMakalah penelitian jurnal bintang
Makalah penelitian jurnal bintangLauri Bintang
 
Contoh artikel Tes
Contoh artikel TesContoh artikel Tes
Contoh artikel Tesanggadiyan
 
Jurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaJurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaNurmalianis Anis
 
Model pencapaian konsep
Model pencapaian konsepModel pencapaian konsep
Model pencapaian konsepsintaroyani
 
5117 11181-1-sm
5117 11181-1-sm5117 11181-1-sm
5117 11181-1-smFppi Unila
 
Instrumen Review Tesis
Instrumen Review Tesis Instrumen Review Tesis
Instrumen Review Tesis T. Astari
 
3351 6492-1-pb
3351 6492-1-pb3351 6492-1-pb
3351 6492-1-pbFppi Unila
 
2132 4233-1-pb
2132 4233-1-pb2132 4233-1-pb
2132 4233-1-pbFppi Unila
 
Power point skripsi
Power point skripsiPower point skripsi
Power point skripsisiskaningsih
 
7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pbFppi Unila
 

What's hot (20)

Proposal calon skripsi
Proposal calon skripsiProposal calon skripsi
Proposal calon skripsi
 
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematisInstrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
 
2531 5071-1-pb
2531 5071-1-pb2531 5071-1-pb
2531 5071-1-pb
 
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limasAnalisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
 
Makalah penelitian jurnal bintang
Makalah penelitian jurnal bintangMakalah penelitian jurnal bintang
Makalah penelitian jurnal bintang
 
Bahasa d elon selesai
Bahasa d elon selesaiBahasa d elon selesai
Bahasa d elon selesai
 
Contoh artikel Tes
Contoh artikel TesContoh artikel Tes
Contoh artikel Tes
 
Jurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaJurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematika
 
117 356-1-pb
117 356-1-pb117 356-1-pb
117 356-1-pb
 
Model pencapaian konsep
Model pencapaian konsepModel pencapaian konsep
Model pencapaian konsep
 
5117 11181-1-sm
5117 11181-1-sm5117 11181-1-sm
5117 11181-1-sm
 
Instrumen Review Tesis
Instrumen Review Tesis Instrumen Review Tesis
Instrumen Review Tesis
 
3351 6492-1-pb
3351 6492-1-pb3351 6492-1-pb
3351 6492-1-pb
 
Masalah Pembelajaran Matematika
Masalah Pembelajaran MatematikaMasalah Pembelajaran Matematika
Masalah Pembelajaran Matematika
 
1 st, Try
1 st, Try1 st, Try
1 st, Try
 
2132 4233-1-pb
2132 4233-1-pb2132 4233-1-pb
2132 4233-1-pb
 
Power point skripsi
Power point skripsiPower point skripsi
Power point skripsi
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Makalah Penuh Penelitian Berbasis ICT
Makalah Penuh Penelitian Berbasis ICTMakalah Penuh Penelitian Berbasis ICT
Makalah Penuh Penelitian Berbasis ICT
 
7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb
 

Similar to ANALISIS KRITIS

Prosiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docx
Prosiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docxProsiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docx
Prosiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docxmeimunah3
 
Jurnal1 130117153631-phpapp01
Jurnal1 130117153631-phpapp01Jurnal1 130117153631-phpapp01
Jurnal1 130117153631-phpapp01fathinirin
 
Penyusunan tes diagnostik 1
Penyusunan tes diagnostik 1Penyusunan tes diagnostik 1
Penyusunan tes diagnostik 1Sugiatno Sakidin
 
Berpikir kreatif+open ended
Berpikir kreatif+open endedBerpikir kreatif+open ended
Berpikir kreatif+open endedDini Safitri
 
Model 5 E
Model 5 EModel 5 E
Model 5 EKusdian
 
Artikel eman p ps prodi pend. biologi
Artikel eman  p ps prodi pend. biologiArtikel eman  p ps prodi pend. biologi
Artikel eman p ps prodi pend. biologiAmir Uddin
 
JPII 12 bhs indonesia.docx
JPII 12 bhs indonesia.docxJPII 12 bhs indonesia.docx
JPII 12 bhs indonesia.docxMarwana7
 
Model 5 E
Model 5 EModel 5 E
Model 5 EKusdian
 
836579803 1559551487
836579803 1559551487836579803 1559551487
836579803 1559551487Saeful Muarif
 
Jurna Problem Solving dan Gaya Kognitif
Jurna Problem Solving dan Gaya Kognitif Jurna Problem Solving dan Gaya Kognitif
Jurna Problem Solving dan Gaya Kognitif Asta Wibawa
 
ppt-seminar-proposal-tesis.pptx
ppt-seminar-proposal-tesis.pptxppt-seminar-proposal-tesis.pptx
ppt-seminar-proposal-tesis.pptxAndiBab
 

Similar to ANALISIS KRITIS (20)

Prosiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docx
Prosiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docxProsiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docx
Prosiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docx
 
Jurnal1 130117153631-phpapp01
Jurnal1 130117153631-phpapp01Jurnal1 130117153631-phpapp01
Jurnal1 130117153631-phpapp01
 
Ppt
PptPpt
Ppt
 
Penyusunan tes diagnostik 1
Penyusunan tes diagnostik 1Penyusunan tes diagnostik 1
Penyusunan tes diagnostik 1
 
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
 
Berpikir kreatif+open ended
Berpikir kreatif+open endedBerpikir kreatif+open ended
Berpikir kreatif+open ended
 
laporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih meranginlaporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih merangin
 
Proposal SKRIPSI
Proposal SKRIPSIProposal SKRIPSI
Proposal SKRIPSI
 
4435 14519-1-pb
4435 14519-1-pb4435 14519-1-pb
4435 14519-1-pb
 
Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
 
Model 5 E
Model 5 EModel 5 E
Model 5 E
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 
Bab i dari nora
Bab i dari noraBab i dari nora
Bab i dari nora
 
Artikel eman p ps prodi pend. biologi
Artikel eman  p ps prodi pend. biologiArtikel eman  p ps prodi pend. biologi
Artikel eman p ps prodi pend. biologi
 
JPII 12 bhs indonesia.docx
JPII 12 bhs indonesia.docxJPII 12 bhs indonesia.docx
JPII 12 bhs indonesia.docx
 
Model 5 E
Model 5 EModel 5 E
Model 5 E
 
Jp kim ia121redhana
Jp kim ia121redhanaJp kim ia121redhana
Jp kim ia121redhana
 
836579803 1559551487
836579803 1559551487836579803 1559551487
836579803 1559551487
 
Jurna Problem Solving dan Gaya Kognitif
Jurna Problem Solving dan Gaya Kognitif Jurna Problem Solving dan Gaya Kognitif
Jurna Problem Solving dan Gaya Kognitif
 
ppt-seminar-proposal-tesis.pptx
ppt-seminar-proposal-tesis.pptxppt-seminar-proposal-tesis.pptx
ppt-seminar-proposal-tesis.pptx
 

ANALISIS KRITIS

  • 1. Jurnal Online Pendidikan Fisika ISSN 2301-7651 ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP AWAL DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS BIDANG STUDI FISIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION Deo Demonta Panggabean dan Retno Dwi Suyanti Jurusan Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan Abstract. Penelitian ini bertujuan (1) Untuk menganalisis apakah ada perbedaan tingkat kemampuan berpikir kritis Fisika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran advance organizer dan model pembelajaran direct instruction. (2) Untuk menganalisis apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis Fisika siswa pada kelompok pemahaman konsep awal tinggi dan pemahaman konsep awal rendah. (3) Untuk menganalisis apakah ada interaksi model pembelajaran advance organizer dengan tingkat pemahaman konsep awal siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random sampling sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama sebagai kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran advance organizer dan kelas kedua sebagai kelas kontrol diterapkan model pembelajaran direct instruction. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata kemampuan berpikir kritis untuk kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol, dan kesimpulan bahwa untuk hipotesis pertama kemampuan berpikir kritis Fisika siswa melalui Advance Organizer lebih baik dibandingkan Direct Instruction. Untuk hipotesis kedua disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis Fisika antara siswa yang memiliki pemahaman konsep awal tinggi lebih baik dibandingkan dengan pemahaman konsep awal rendah. Sedangkan untuk hipotesis ketiga menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara model Advance Organizer dan Direct Instruction dengan pemahaman konsep awal siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Kata kunci: berpikir kritis, pemahaman konsep awal, model pembelajaran, advance organizer, direct instruction ANALYZE UNDERSTANDING BEGINNING CONCEPT AND ABILITY IN THINKING CRITICALLY TO THE PHYSIC LESSON BY USING ADVANCE ORGANIZER AND DIRECT INSTRUCTION MODELS Abstract. The research were be purposed (1) To analyze if there were the differences of the students’ ability in thinking critically to the physic lesson taught by using advance organizer and direct instruction models, (2) To analyze if there were the differences of the students’ ability in thinking critically in the physic lesson by understanding the high and low beginning concept, (3) to analyze if there were interaction in advance organizer models to the students’ beginning concept, so can improve their ability in thinking Volume: 1 (2) Desember 2012 13 Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
  • 2. Panggabean, D.D. dan Suyanti, R.D.: Analisis Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Advance Organizer dan Model Pembelajaran Direct Instruction. Jurnal Online Pendidikan Fisika ISSN 2301-7651 critically. The sample in this research done by cluster random sampling at two classes, for the first class can be mentioned as the experiment class used advance organizer models, and the second class can be mentioned as a control class used direct instruction models. From the experiment’s results obtained that the average of the ability critical thinking for experiment class was higher than control class, and the conclusion were at the first hypothesis of the students’ ability in critical thinking to physic lesson by using advance organizer was better than direct instruction. At the second hypothesis could be concluded that the ability of critical thinking to physic lesson between students who had the understanding of high beginning concept was better than the understanding of low beginning concept. For the third hypothesis shown that there were not interactions between advance organizer and direct instruction into the understanding of the students’ beginning concept in improving their critical thinking ability. Keywords: ability in thinking critically, understanding beginning concept, learning models, advance organizer, direct instruction lukan nalar dan analisis. Untuk bidang sains pada Tahun 1999 Indonesia menempati peringkat 32 dari 38 negara, Tahun 2003 Indonesia menempati peringkat 37 dari 46 negara, sedangkan Tahun 2007 Indonesia menempati peringkat 35 dari 49 negara. Rendahnya hasil TIMSS ini tidak terlepas dari proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah. Proses pembelajaran tidak terlepas dari peran guru. Pada pembelajaran seharusnya guru hanya berperan sebagai fasilitator dan bukan satu satunya sumber informasi bagi siswa. Sebaliknya siswa sebagai subjek proses pembelajaran diberi keleluasaan yang sangat luas untuk menentukan pencapaian kompetensi yang harus di raih. Siswa juga yang harus lebih aktif menyampaikan ide, mencari solusi atas masalah yang dihadapi dan menentukan langkah-langkah berikutnya sehingga pengetahuan itu dapat bermakna dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi pada kenyataannya, dalam proses belajar mengajar, guru mengajarkan konsep melalui kegiatan yang kurang berpusat pada siswa. Siswa tidak dilibatkan secara aktif sehingga kurang memberikan kesempatan untuk mengembangkan proses berpikirnya. Hal tersebut juga merupakan salah satu yang menyebabkan isi PENDAHULUAN Mata pelajaran Fisika baik yang ada di SLTP maupun di SMA adalah cabang dari mata pelajaran IPA yang memperlajari tentang sifat materi, gerak dan fenomena lainnya yang ada hubungannya dengan energi serta memperlajari keterkaitan antara konsep-konsep Fisika dengan kehidupan nyata. Oleh karena itu, dalam mempelajari Fisika banyak memerlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang disampaikan dalam tiap materi pelajaran tersebut. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran Fisika bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip Fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah-masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Banyaknya permasalahan-permasalahan yang muncul, perlu adanya pembaharuanpembaharuan di lingkungan pendidikan yang mengarahkan pembelajaran agar dapat selalu berpikir kritis. Data The Trends in Internasional Mathematics and Sciense Study (TIMSS) (Efendi, 2010) menyebutkan siswa Indonesia hanya mampu menjawab konsep dasar atau hapalan dan tidak mampu menjawab soal yang memerVolume: 1 (2) Desember 2012 14 Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
  • 3. Panggabean, D.D. dan Suyanti, R.D.: Analisis Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Advance Organizer dan Model Pembelajaran Direct Instruction. pembelajaran Fisika dianggap sebagai hapalan, siswa dapat menyatakan konsep di luar kepala tetapi tidak mampu memaknai maknanya. Siswa yang belajar dengan hapalan tingkat kebermaknaannya akan relatif rendah (Dahar, 1991). Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SMA Swasta Teladan Medan menunjukkan bahwa nilai rata-rata semester I untuk mata pelajaran Fisika masih rendah. Hal ini dilihat dari Daftar Kumpulan Nilai (DKN) T.P 2009/ 2010 dengan rata-rata 67,23 dan T.P 2010/ 2011 dengan rata-rata 68,55. Nilai tersebut tergolong rendah karena nilainya sedikit di atas nilai KKM mata pelajaran Fisika di sekolah tersebut, yaitu 65. Hasil wawancara dengan salah seorang guru Fisika SMA Swasta Teladan Medan, menyatakan bahwa hal demikian bisa terjadi karena kurangnya minat belajar siswa pada mata pelajaran Fisika yang disebabkan beberapa hal. Pertama, ketika masih duduk di SMP mata pelajaran IPA lebih dominan mempelajari pelajaran biologi dari pada Fisika yang menyebabkan minimnya pengetahuan dasar siswa terhadap pelajaran Fisika. Kedua, dalam proses pembelajaran guru cenderung menggunakan model pembelajaran konvensional agar tidak menghabiskan waktu terlalu banyak dan tidak menggunakan media pembelajaran. Ketiga, penggunaan laboratorium sekolah juga masih terbatas yang disebabkan oleh kelengkapan alat-alat dalam laboratorium masih kurang dan kondisi alat yang ada kebanyakan sudah tidak dapat berfungsi dengan baik sehinggga tidak dapat digunakan. Selain minat belajar siswa terhadap pelajaran Fisika rendah, pemahaman konsep dan kemampuan berpikir siswa juga rendah. Hal ini dibuktikan dari hasil tes pemahaman konsep yang mencakup aspek translasi, interpretasi dan ekstrapolasi dan tes kemampuan berpikir kritis termasuk dalam aspek memecahkan masalah, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Hasil tes pemahaman konsep awal, menunjukkan secara keseluruhan siswa hanya mampu menyelesaikan soal dalam aspek translasi. Hasil tes kemampuan berpikir kritis Volume: 1 (2) Desember 2012 Jurnal Online Pendidikan Fisika ISSN 2301-7651 menunjukkan siswa hanya mampu mengenal permasalahan yaitu dalam menuliskan variabelvariabel yang diketahui tetapi belum pada pemecahan masalah, menganalisis, mensintesis dan mengevalusi. Sehubungan dengan masalah di atas, salah satu model pembelajaran yang dipilih dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam penelitian ini adalah model pembelajaran advance organizer yang merupakan salah satu rumpun model pemrosesan informasi. Model advance organizer dapat memperkuat struktur kognitif dan meningkatkan penyimpanan informasi baru. Struktur kognitif yang kuat dapat mendorong siswa meningkatkan kemampuan berpikirnya yang lebih tinggi. Ausubel mendeskripsikan advance organizer sebagai materi pengenalan yang disajikan pertama kali dalam tugas pembelajaran dan dalam tingkat abstraksi dan inklusivitas yang lebih tinggi daripada tugas pembelajaran itu sendiri. Tujuannya adalah menjelaskan, mengintegrasikan, dan menghubungkan materi baru dalam tugas pembelajaran dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya serta membantu pembelajar membedakan materi baru dari materi yang telah dipelajari sebelumnya (Joyce, 2009). Advance organizer sangat berperan dalam kegiatan pembelajaran, sebagaimana yang dikemukakan oleh Dahar (1991) bahwa advance organizer mengarahkan siswa ke materi yang akan mereka pelajari, dan menolong mereka mengingat kembali informasi yang berhubungan dan dapat digunakan dalam membantu menanam pengetahuan baru. Model pembelajaran advance organizer dapat diterapkan dengan menggunakan peta konsep. Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proporsi-proporsi. Proporsi-proporsi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik. Dalam model pembelajaran advance organizer terdapat beberapa keunggulan yang berupa dampak pengajaran langsung maupun dampak iringan yang diperlihatkan dalam Gambar 1. 15 Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
  • 4. Panggabean, D.D. dan Suyanti, R.D.: Analisis Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Advance Organizer dan Model Pembelajaran Direct Instruction. Model Advance Organizer Memilki prilaku berpikir secara tepat pada pencapaian prestasi siswa dalam pembelajaran matematika. Struktur Konsept ual Asmilasi bermakna dari informasi dan ide METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Swasta Teladan Cinta Damai Medan Tahun Pembelajaran 2012/2013. Jumlah populasi sebanyak 3 kelas paralel dengan jumlah siswa seluruhnya 108 orang siswa. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling sebanyak dua kelas, yakni kelas pertama sebagai kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran advance organizer dan kelas kedua sebagai kelas kontrol diterapkan model pembelajaran direct instruction dengan jumlah siswa masingmasing 36 orang. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas yaitu model pembelajaran advance organizer dan direct instruction, variabel moderator yaitu pemahaman konsep awal, dan variabel terikat yaitu kemampuan berpikir kritis Fisika siswa. Hubungan antara variabel bebas, variabel moderator dan variabel terikat dapat dilihat pada Gambar 2. Minat dalam inquiri Gambar 1. Keunggulan Model Advance Organizer Keterangan : Instructional/dampak langsung Nurturant/dampak iringan Instructional atau dampak langsung akan memperkuat struktur konseptual anak dan memberikan proses pada konsep asimilasi. Nurturant atau dampak iringan yaitu berupa rasa ketertarikan untuk menyelidiki lebih lanjut dan membiasakan siswa untuk berpikir secara tepat. Beberapa penelitian telah menunjukkan dampak positif dari implementasi advance organizer dalam pembelajaran, yakni penelitian Ivie (1998) menyimpulkan bahwa advance organizer mendorong siswa untuk berpikir tingkat tinggi pada level analisis, sintesis dan evaluasi. Penelitian Putri (2010) menyimpulkan bahwa model pembelajaran advance organizer memiliki pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar Fisika siswa dibandingkan dengan hasil belajar Fisika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Penelitian Shihusa dan Fred (2009) menyimpulkan bahwa advance organizer meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Penelitian Githua dan Rachel (2008) menyimpulkan bahwa Siswa yang diajarkan dengan advance organizer memperoleh nilai matematika yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan siswa yang diajarkan dengan model konvensional. Selanjutnya Pachpande (2012) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa model advance organizer lebih efektif daripada metode konvensional Volume: 1 (2) Desember 2012 Jurnal Online Pendidikan Fisika ISSN 2301-7651 Model Pembelajaran Kemampuan Berpikir Kritis Pemahaman Konsep Awal Gambar 2. Hubungan Variabel Penelitian ini merupakan quasi eksperiment dengan desain Two Group Pretes-Postes Design (Suryabrata, 2003). Desain penelitian ANAVA 2x2 terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Desain Penelitian ANAVA 2x2 Pemahaman Model Rata-Rata Konsep Pembelajaran Awal (B) (A) DI(1) AO(2) Rendah (1)  11  12 R Tinggi (2)  21  22 T e Rata-Rata k 16 Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
  • 5. Panggabean, D.D. dan Suyanti, R.D.: Analisis Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Advance Organizer dan Model Pembelajaran Direct Instruction. Keterangan: Jurnal Online Pendidikan Fisika ISSN 2301-7651 awal (PKA). Data hasil pretes dan pemahaman konsep awal dapat dilihat pada Tabel 2.  11 : Nilai rata-rata yang diajarkan dengan model direct instruction pada pemahaman konsep awal rendah. Tabel 2. Data Pretes dan Pemahaman Konsep Awal  12 : Nilai rata-rata siswa yang diajarkan dengan Tes Pretes DI Pretes AO PKA DI PKA AO PKA Rendah DI PKA Tinggi DI PKA Rendah AO PKA Tinggi AO model pembelajaran advance organizer pada pemahaman konsep awal rendah.  21 : Nilai rata-rata siswa yang diajarkan dengan model direct instruction pada pemahaman konsep awal tinggi.  22 : Nilai rata-rata siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran advance organizer pada pemahaman konsep awal tinggi.  R : Nilai rata-rata pemahaman konsep awal Nilai Rata-Rata 38,28 39,33 51,11 53,89 40,26 63,24 40,36 62,50 Secara ringkas, distribusi data pretes dan pemahaman konsep awal di kelas Direct Instruction dan Advance Organizer digambarkan pada Gambar 3. rendah. T : Nilai rata-rata pemahaman konsep awal tinggi. k : Nilai rata-rata kelas kontrol.  e : Nilai rata-rata kelas eksperimen. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan instrumen pretes, tes pemahaman konsep awal dan postes yang sudah diujicobakan dan dianalisis denga uji validitas isi, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran (Arikunto, 2009). Analisis pemahaman konsep awal dan kemampuan berpikir kritis menggunakan uji ANAVA dua jalur. Gambar 3. Pretes dan PKA HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian ini meliputi data (1) tes pemahaman konsep awal dan (2) tes kemampuan berpikir kritis. Deskripsi data yang disajikan dalam hasil penelitian ini terdiri dari hasil kemampuan berpikir kritis (KBK) siswa dengan menggunakan model pembelajaran Direct Instruction (DI) dan Advance Organizer (AO) yang dikelompokkan berdasarkan kemampuan pemahaman konsep awal tinggi dan rendah. Pada tahapan penelitian, kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan pretes kemampuan berpikir kritis (KBK) dan tes pemahaman konsep Volume: 1 (2) Desember 2012 Setelah pretes KBK dan tes pemahaman konsep awal diberikan, kemudian kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu pada kelas eksperimen diberikan model pembelajaran Advance Organizer dan pada kelas kontrol diberikan model pembelajaran Direct Instruction. Setelah perlakuan selesai, selanjutnya diberikan postes untuk melihat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kedua kelas dan pada pemahaman konsep awal tingkat rendah dan tinggi yang hasilnya terdapat pada Tabel 3. 17 Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
  • 6. Panggabean, D.D. dan Suyanti, R.D.: Analisis Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Advance Organizer dan Model Pembelajaran Direct Instruction. Tabel 3. Postes Kemampuan Berpikir Kritis Tes Postes DI Postes AO KBK pada PKA Rendah DI KBK pada PKA Tinggi DI KBK pada PKA Rendah AO KBK pada PKA Tinggi AO Jurnal Online Pendidikan Fisika ISSN 2301-7651 Tabel 5. Uji Normalitas Data Uji Homogenitas Sig. Keterangan Pretes DI dan AO 0,653 Homogen Postes DI dan AO 0,638 Homogen Nilai Rata-Rata 60,39 66,11 59,05 71,95 63,39 74,66 Setelah uji prasyarat dipenuhi, dilakukan uji kesamaan rata-rata pretes dengan uji independent sample t test menggunakan SPSS 17.0 untuk melihat kemampuan awal berpikir kritis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Uji Kesamaan Rata-Rata Data Pretes Secara ringkas, distribusi data nilai ratarata postes kemampuan berpikir kritis di kelas Direct Instruction dan Advance Organizer digambarkan pada Gambar 4. Uji t untuk kesamaan rata-rata t Sig. (2-tailed) -0,652 0,517 -0,652 0,517 Keterangan Kemampuan awal sama Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji ANOVA dua jalur menggunakan SPSS 17.0. Deskripsi statistik output perhitungan ANOVA data pemahaman konsep awal dan kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Output Perhitungan ANOVA 2 Jalur Variabel Bebas : Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Source F Sig. Model 10,131 0,002 Konsep Awal 131,634 0,000 Model * Konsep Awal 0,000 0,996 Gambar 4. Nilai Rata-Rata Postes KBK Selanjutnya dilakukan uji prasyarat hipotesis data pretes dan postes sebagai pemeriksaan awal tentang asumsi-asumsi agar dapat dilakukan pengujian statistik dengan uji t untuk pretes dan analisis varians untuk postes. Uji prasyarat hipotesis meliputi uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Semirnov dan uji homogenitas dengan uji Chi-Square menggunakan SPSS 17.0. Kelompok data dikatakan normal dan homogen jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Secara ringkas, data hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Uji Normalitas Data Uji Normalitas Sig. Keterangan Pretes DI 0,544 Normal Pretes AO 0,509 Normal Postes DI 0,577 Normal Postes AO 0,616 Normal Berdasarkan Tabel 7 hipotesis statistik yang diperoleh adalah: 1. Hipotesis pertama yang diajukan Ha diterima, yaitu terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa melalui Advance Organizer (AO) dan Direct Instruction (DI). Hal ini diperoleh dari Tabel 7 pada signifikan model yaitu 0,002 dan signifikan ini lebih kecil dibandingkan signifikan α = 0,05. 2. Hipotesis kedua yang diajukan Ha diterima, yaitu terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang memiliki pemahaman konsep siswa rendah dan pemahaman konsep tinggi. Dari Tabel 7 pada signifikan konsep awal yaitu 0,000 dan signifikan ini lebih kecil dibandingkan signifikan α = 0,05. Secara ringkas, data hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 5. Volume: 1 (2) Desember 2012 18 Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
  • 7. Panggabean, D.D. dan Suyanti, R.D.: Analisis Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Advance Organizer dan Model Pembelajaran Direct Instruction. 3. Hipotesis ketiga yang diajukan Ha ditolak, yaitu tidak ada interaksi antara model pembelajaran Advance Organizer (AO) dan Direct Instruction (DI) dengan pemahaman konsep siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis Fisika siswa. Hal ini diperoleh dari Tabel 7 pada signifikan model*pemahaman konsep awal yaitu 0,996 dan signifikan ini lebih besar dibandingkan signifikan α=0,05. jaran konvensional. Pengaruh ini dapat disebabkan karena beberapa hal, seperti pendapat yang dikemukakan oleh beberapa penulis berikut, menurut Dahar (1991) penggunaan advance organizer sebagai kerangka isi akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru, karena merupakan kerangka dalam bentuk abstraksi atau ringkasan konsep-konsep dasar tentang apa yang dipelajari dan hubungannya dengan materi yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Jika ditata dengan baik advance organizer akan memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran yang baru serta hubungannya dengan materi yang telah dipelajarinya. Djiwandono (2009) menjelaskan tujuan utama advance organizer adalah memberi siswa informasi yang mereka butuhkan untuk mempelajari pelajaran atau membantu mereka dalam mengingat dan menerapkan pengetahuan yang telah mereka miliki. Maka dari penjelasan di atas dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, kemampuan berpikir kritis Fisika siswa yang diajarkan dengan AO lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan DI. Berdasarkan data empiris pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kritis Fisika siswa yang memiliki pemahaman konsep awal tinggi lebih baik dibandingkan dengan pemahaman konsep awal rendah. Maka dari hasil penelitian dapat dilihat jika pemahaman konsep awal rendah maka kemampuan berpikir kritis Fisika akan rendah, sebaliknya jika pemahaman konsep awal tinggi akan menghasilkan kemampuan berpikir kritis yang tinggi. Dengan kata lain, apabila pada dasarnya siswa telah memiliki pemahaman konsep awal yang tinggi, jika diajarkan dengan DI maupun AO akan menghasilkan kemampuan berpikir kritis yang tinggi. Hasil pengujian dengan SPSS 17.0 pada Tabel 7 untuk interaksi model dengan pemahaman konsep awal diperoleh signifikan 0,99 yang nilainya lebih besar dibandingkan signifikan 0,05. Hal ini berati hipotesis ketiga ditolak, artinya pada penelitian ini antara model pembelajaran dan pemahaman konsep awal Pembahasan Temuan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis pada siswa yang diberikan model Advance Organizer (AO) dan Direct Instruction (DI), rata-rata kemampuan berpikir kritis kelas AO adalah 66,11 sementara rata-rata kelas DI adalah 60,39. Ini menunjukkan kemampuan berpikir kritis di kelas AO lebih tinggi dibandingkan kelas DI. Novak dkk (2008) dalam penelitiannya menemukan penggunaan peta konsep dalam proses belajar-mengajar menyebabkan peningkatan pada hasil belajar siswa dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional. Githua dan Rachel (2008) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa siswa yang diajarkan dengan advance organizer memperoleh nilai matematika yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan siswa yang diajarkan dengan model konvensional. Selanjutnya Pachpande (2012) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa model advance organizer lebih efektif dari pada metode konvensional pada pencapaian prestasi siswa dalam pembelajaran matematika. Hal yang sama juga diperoleh Putri (2010) yang dalam penelitiannya menemukan bahwa model pembelajaran advance organizer memiliki pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar Fisika siswa dibandingkan dengan hasil belajar Fisika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil penelitian ini dan penelitian terdahulu yang relevan menunjukkan model pembelajaran advance organizer pengaruh yang lebih baik dibandingkan model pembelaVolume: 1 (2) Desember 2012 Jurnal Online Pendidikan Fisika ISSN 2301-7651 19 Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
  • 8. Panggabean, D.D. dan Suyanti, R.D.: Analisis Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Advance Organizer dan Model Pembelajaran Direct Instruction. tidak saling mempengaruhi. Dengan demikian tidak ada kontribusi secara bersama-sama yang disumbangkan antara model dengan pemahaman konsep awal untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Siswa yang memiliki pemahaman konsep awal yang tinggi tanpa model pembelajaran akan memperoleh kemampuan berpikir kritis yang tinggi. Siswa yang mempunyai pemahaman konsep awal yang rendah maka akan memperoleh kemampuan berpikir kritis yang rendah. International On Mathematics and Science Study), Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010 (Online). (http://w ww.fi.itb.ac.id/~dede/Seminar%20HFI% 202010/CD%20Proceedings/Proceedings /FP%2012.pdf, diakses 14 Mei 2012). Githua, B.N. dan Rachel, A.N. 2008. Effects of advance organiser strategy during instruction on secondary school students’ mathematics achievement in Kenya’s Nakuru district. International Journal of Science and Mathematics Education. Volume 6, No. 3 Ivie, S. D. 1998. Ausubel's Learning Theory: An Approach To Teaching Higher Order Thinking Skills.(educational psychologist David Paul Ausubel). High School Journal 82.1 (Oct 1998): p35(1). Joyce, B., dan Weil, M. 2009. Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Novak, J.D., Reiska, P. & Ahlberg, M. 2008. Study of concept maps usage effect on meaningful learning frontier in Bloom's taxonomy for atomic structure mental concepts. Finland. hlm 1-4. Pachpande, N. G. 2012. Study of effect of advanced organizer model on achievement of students in mathematics teaching at school level. Indian Streams Research Journal. Volume 2, Issue. 6, Juli 2012 Putri, E. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Pada Bidang Studi Fisika. Kultura. Vol.11 No.1 Shihusa, H. dan Fred, N.K. 2009. Using Advance Organizers to Enhance Students Motivation in Learning Biology. Eurasia Journal of Mathematics, Science & technology Education, 5(4), 413-420. Suryabrata, S. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan: 1. Kemampuan berpikir kritis Fisika siswa yang menggunakan Advance Organizer (AO) lebih baik dibandingkan siswa yang menggunakan Direct Instruction (DI). 2. Kemampuan berpikir kritis Fisika siswa yang memiliki pemahaman konsep awal tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki pemahaman konsep awal rendah. 3. Tidak terdapat interaksi antara model Advance Organizer (AO) dan Direct Instruction (DI) dengan pemahaman konsep awal siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Model pembelajaran dengan pemahaman konsep awal tidak saling mempengaruhi dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Dahar, R. 1991. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Djiwandono, S.E.W. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Efendi, R. 2010. Kemampuan Fisika Siswa Indonesia dalam TIMSS (Trend Of Volume: 1 (2) Desember 2012 Jurnal Online Pendidikan Fisika ISSN 2301-7651 20 Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed