Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemahaman konsep awal dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran advance organizer dan direct instruction, serta menganalisis interaksi antara model pembelajaran dengan pemahaman konsep awal siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model advance organizer lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dibandingkan model direct instruction, dan sis
1. Jurnal Online Pendidikan Fisika
ISSN 2301-7651
ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP AWAL DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS BIDANG STUDI FISIKA MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DAN
MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION
Deo Demonta Panggabean dan Retno Dwi Suyanti
Jurusan Pendidikan Fisika Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan
Abstract. Penelitian ini bertujuan (1) Untuk menganalisis apakah ada
perbedaan tingkat kemampuan berpikir kritis Fisika siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran advance organizer dan model pembelajaran
direct instruction. (2) Untuk menganalisis apakah ada perbedaan kemampuan
berpikir kritis Fisika siswa pada kelompok pemahaman konsep awal tinggi
dan pemahaman konsep awal rendah. (3) Untuk menganalisis apakah ada
interaksi model pembelajaran advance organizer dengan tingkat pemahaman
konsep awal siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Sampel
dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random sampling sebanyak dua
kelas, dimana kelas pertama sebagai kelas eksperimen diterapkan model
pembelajaran advance organizer dan kelas kedua sebagai kelas kontrol
diterapkan model pembelajaran direct instruction. Dari hasil penelitian
diperoleh rata-rata kemampuan berpikir kritis untuk kelas eksperimen lebih
tinggi dari kelas kontrol, dan kesimpulan bahwa untuk hipotesis pertama
kemampuan berpikir kritis Fisika siswa melalui Advance Organizer lebih
baik dibandingkan Direct Instruction. Untuk hipotesis kedua disimpulkan
bahwa kemampuan berpikir kritis Fisika antara siswa yang memiliki
pemahaman konsep awal tinggi lebih baik dibandingkan dengan pemahaman
konsep awal rendah. Sedangkan untuk hipotesis ketiga menunjukkan bahwa
tidak terdapat interaksi antara model Advance Organizer dan Direct
Instruction dengan pemahaman konsep awal siswa untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis.
Kata kunci: berpikir kritis, pemahaman konsep awal, model pembelajaran,
advance organizer, direct instruction
ANALYZE UNDERSTANDING BEGINNING CONCEPT AND
ABILITY IN THINKING CRITICALLY TO THE PHYSIC
LESSON BY USING ADVANCE ORGANIZER AND
DIRECT INSTRUCTION MODELS
Abstract. The research were be purposed (1) To analyze if there were the
differences of the students’ ability in thinking critically to the physic lesson
taught by using advance organizer and direct instruction models, (2) To
analyze if there were the differences of the students’ ability in thinking
critically in the physic lesson by understanding the high and low beginning
concept, (3) to analyze if there were interaction in advance organizer models
to the students’ beginning concept, so can improve their ability in thinking
Volume: 1 (2) Desember 2012
13
Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
2. Panggabean, D.D. dan Suyanti, R.D.: Analisis
Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan
Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan
Model Pembelajaran Advance Organizer dan
Model Pembelajaran Direct Instruction.
Jurnal Online Pendidikan Fisika
ISSN 2301-7651
critically. The sample in this research done by cluster random sampling at
two classes, for the first class can be mentioned as the experiment class used
advance organizer models, and the second class can be mentioned as a
control class used direct instruction models. From the experiment’s results
obtained that the average of the ability critical thinking for experiment class
was higher than control class, and the conclusion were at the first hypothesis
of the students’ ability in critical thinking to physic lesson by using advance
organizer was better than direct instruction. At the second hypothesis could
be concluded that the ability of critical thinking to physic lesson between
students who had the understanding of high beginning concept was better
than the understanding of low beginning concept. For the third hypothesis
shown that there were not interactions between advance organizer and direct
instruction into the understanding of the students’ beginning concept in
improving their critical thinking ability.
Keywords: ability in thinking critically, understanding beginning concept,
learning models, advance organizer, direct instruction
lukan nalar dan analisis. Untuk bidang sains
pada Tahun 1999 Indonesia menempati
peringkat 32 dari 38 negara, Tahun 2003
Indonesia menempati peringkat 37 dari 46
negara, sedangkan Tahun 2007 Indonesia
menempati peringkat 35 dari 49 negara.
Rendahnya hasil TIMSS ini tidak terlepas dari
proses pembelajaran yang dilaksanakan di
sekolah-sekolah.
Proses pembelajaran tidak terlepas dari
peran guru. Pada pembelajaran seharusnya guru
hanya berperan sebagai fasilitator dan bukan
satu satunya sumber informasi bagi siswa.
Sebaliknya siswa sebagai subjek proses pembelajaran diberi keleluasaan yang sangat luas
untuk menentukan pencapaian kompetensi yang
harus di raih. Siswa juga yang harus lebih aktif
menyampaikan ide, mencari solusi atas masalah
yang dihadapi dan menentukan langkah-langkah
berikutnya sehingga pengetahuan itu dapat
bermakna dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi
pada kenyataannya, dalam proses belajar
mengajar, guru mengajarkan konsep melalui
kegiatan yang kurang berpusat pada siswa.
Siswa tidak dilibatkan secara aktif sehingga
kurang memberikan kesempatan untuk mengembangkan proses berpikirnya. Hal tersebut juga
merupakan salah satu yang menyebabkan isi
PENDAHULUAN
Mata pelajaran Fisika baik yang ada di
SLTP maupun di SMA adalah cabang dari mata
pelajaran IPA yang memperlajari tentang sifat
materi, gerak dan fenomena lainnya yang ada
hubungannya dengan energi serta memperlajari
keterkaitan antara konsep-konsep Fisika dengan
kehidupan nyata. Oleh karena itu, dalam mempelajari Fisika banyak memerlukan pemahaman
tentang konsep-konsep yang disampaikan dalam
tiap materi pelajaran tersebut.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran Fisika bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan berpikir
analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip Fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan
masalah-masalah baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Banyaknya permasalahan-permasalahan yang muncul, perlu adanya pembaharuanpembaharuan di lingkungan pendidikan yang
mengarahkan pembelajaran agar dapat selalu
berpikir kritis.
Data The Trends in Internasional Mathematics and Sciense Study (TIMSS) (Efendi,
2010) menyebutkan siswa Indonesia hanya
mampu menjawab konsep dasar atau hapalan
dan tidak mampu menjawab soal yang memerVolume: 1 (2) Desember 2012
14
Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
3. Panggabean, D.D. dan Suyanti, R.D.: Analisis
Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan
Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan
Model Pembelajaran Advance Organizer dan
Model Pembelajaran Direct Instruction.
pembelajaran Fisika dianggap sebagai hapalan,
siswa dapat menyatakan konsep di luar kepala
tetapi tidak mampu memaknai maknanya. Siswa
yang belajar dengan hapalan tingkat kebermaknaannya akan relatif rendah (Dahar, 1991).
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan
di SMA Swasta Teladan Medan menunjukkan
bahwa nilai rata-rata semester I untuk mata
pelajaran Fisika masih rendah. Hal ini dilihat
dari Daftar Kumpulan Nilai (DKN) T.P 2009/
2010 dengan rata-rata 67,23 dan T.P 2010/
2011 dengan rata-rata 68,55. Nilai tersebut
tergolong rendah karena nilainya sedikit di atas
nilai KKM mata pelajaran Fisika di sekolah
tersebut, yaitu 65.
Hasil wawancara dengan salah seorang
guru Fisika SMA Swasta Teladan Medan,
menyatakan bahwa hal demikian bisa terjadi
karena kurangnya minat belajar siswa pada
mata pelajaran Fisika yang disebabkan
beberapa hal. Pertama, ketika masih duduk di
SMP mata pelajaran IPA lebih dominan
mempelajari pelajaran biologi dari pada Fisika
yang menyebabkan minimnya pengetahuan
dasar siswa terhadap pelajaran Fisika. Kedua,
dalam proses pembelajaran guru cenderung
menggunakan model pembelajaran konvensional agar tidak menghabiskan waktu terlalu
banyak dan tidak menggunakan media pembelajaran. Ketiga, penggunaan laboratorium
sekolah juga masih terbatas yang disebabkan
oleh kelengkapan alat-alat dalam laboratorium
masih kurang dan kondisi alat yang ada
kebanyakan sudah tidak dapat berfungsi dengan
baik sehinggga tidak dapat digunakan.
Selain minat belajar siswa terhadap
pelajaran Fisika rendah, pemahaman konsep
dan kemampuan berpikir siswa juga rendah.
Hal ini dibuktikan dari hasil tes pemahaman
konsep yang mencakup aspek translasi,
interpretasi dan ekstrapolasi dan tes kemampuan
berpikir kritis termasuk dalam aspek memecahkan
masalah, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Hasil tes pemahaman konsep awal,
menunjukkan secara keseluruhan siswa hanya
mampu menyelesaikan soal dalam aspek
translasi. Hasil tes kemampuan berpikir kritis
Volume: 1 (2) Desember 2012
Jurnal Online Pendidikan Fisika
ISSN 2301-7651
menunjukkan siswa hanya mampu mengenal
permasalahan yaitu dalam menuliskan variabelvariabel yang diketahui tetapi belum pada
pemecahan masalah, menganalisis, mensintesis
dan mengevalusi.
Sehubungan dengan masalah di atas, salah
satu model pembelajaran yang dipilih dalam
upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran advance organizer yang merupakan
salah satu rumpun model pemrosesan informasi.
Model advance organizer dapat memperkuat
struktur kognitif dan meningkatkan penyimpanan
informasi baru. Struktur kognitif yang kuat
dapat mendorong siswa meningkatkan kemampuan berpikirnya yang lebih tinggi. Ausubel
mendeskripsikan advance organizer sebagai
materi pengenalan yang disajikan pertama kali
dalam tugas pembelajaran dan dalam tingkat
abstraksi dan inklusivitas yang lebih tinggi
daripada tugas pembelajaran itu sendiri.
Tujuannya adalah menjelaskan, mengintegrasikan,
dan menghubungkan materi baru dalam tugas
pembelajaran dengan materi yang telah dipelajari
sebelumnya serta membantu pembelajar
membedakan materi baru dari materi yang telah
dipelajari sebelumnya (Joyce, 2009).
Advance organizer sangat berperan dalam
kegiatan pembelajaran, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Dahar (1991) bahwa
advance organizer mengarahkan siswa ke materi
yang akan mereka pelajari, dan menolong
mereka mengingat kembali informasi yang
berhubungan dan dapat digunakan dalam
membantu menanam pengetahuan baru. Model
pembelajaran advance organizer dapat diterapkan
dengan menggunakan peta konsep. Peta konsep
digunakan untuk menyatakan hubungan yang
bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk
proporsi-proporsi. Proporsi-proporsi merupakan
dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan
oleh kata-kata dalam suatu unit semantik.
Dalam model pembelajaran advance
organizer terdapat beberapa keunggulan yang
berupa dampak pengajaran langsung maupun
dampak iringan yang diperlihatkan dalam
Gambar 1.
15
Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
4. Panggabean, D.D. dan Suyanti, R.D.: Analisis
Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan
Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan
Model Pembelajaran Advance Organizer dan
Model Pembelajaran Direct Instruction.
Model
Advance
Organizer
Memilki prilaku
berpikir secara tepat
pada pencapaian prestasi siswa dalam pembelajaran matematika.
Struktur
Konsept
ual
Asmilasi bermakna
dari informasi
dan ide
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua siswa kelas X SMA Swasta Teladan
Cinta Damai Medan Tahun Pembelajaran
2012/2013. Jumlah populasi sebanyak 3 kelas
paralel dengan jumlah siswa seluruhnya 108
orang siswa. Pengambilan sampel dilakukan
secara cluster random sampling sebanyak dua
kelas, yakni kelas pertama sebagai kelas
eksperimen diterapkan model pembelajaran
advance organizer dan kelas kedua sebagai
kelas kontrol diterapkan model pembelajaran
direct instruction dengan jumlah siswa masingmasing 36 orang. Variabel dalam penelitian ini
terdiri atas variabel bebas yaitu model
pembelajaran advance organizer dan direct
instruction, variabel moderator yaitu pemahaman
konsep awal, dan variabel terikat yaitu
kemampuan berpikir kritis Fisika siswa.
Hubungan antara variabel bebas, variabel
moderator dan variabel terikat dapat dilihat
pada Gambar 2.
Minat dalam inquiri
Gambar 1. Keunggulan Model Advance
Organizer
Keterangan :
Instructional/dampak langsung
Nurturant/dampak iringan
Instructional atau dampak langsung akan
memperkuat struktur konseptual anak dan
memberikan proses pada konsep asimilasi.
Nurturant atau dampak iringan yaitu berupa
rasa ketertarikan untuk menyelidiki lebih lanjut
dan membiasakan siswa untuk berpikir secara
tepat.
Beberapa penelitian telah menunjukkan
dampak positif dari implementasi advance
organizer dalam pembelajaran, yakni penelitian
Ivie (1998) menyimpulkan bahwa advance
organizer mendorong siswa untuk berpikir
tingkat tinggi pada level analisis, sintesis dan
evaluasi. Penelitian Putri (2010) menyimpulkan
bahwa model pembelajaran advance organizer
memiliki pengaruh yang lebih baik dalam
meningkatkan hasil belajar Fisika siswa dibandingkan dengan hasil belajar Fisika siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional. Penelitian Shihusa dan Fred (2009) menyimpulkan
bahwa advance organizer meningkatkan
motivasi siswa untuk belajar. Penelitian Githua
dan Rachel (2008) menyimpulkan bahwa Siswa
yang diajarkan dengan advance organizer
memperoleh nilai matematika yang lebih tinggi
secara signifikan dibandingkan siswa yang
diajarkan dengan model konvensional. Selanjutnya Pachpande (2012) dalam penelitiannya juga
menemukan bahwa model advance organizer
lebih efektif daripada metode konvensional
Volume: 1 (2) Desember 2012
Jurnal Online Pendidikan Fisika
ISSN 2301-7651
Model
Pembelajaran
Kemampuan
Berpikir Kritis
Pemahaman Konsep Awal
Gambar 2. Hubungan Variabel
Penelitian ini merupakan quasi eksperiment dengan desain Two Group Pretes-Postes
Design (Suryabrata, 2003). Desain penelitian
ANAVA 2x2 terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Desain Penelitian ANAVA 2x2
Pemahaman
Model
Rata-Rata
Konsep
Pembelajaran
Awal (B)
(A)
DI(1)
AO(2)
Rendah (1)
11
12
R
Tinggi (2)
21
22
T
e
Rata-Rata
k
16
Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
5. Panggabean, D.D. dan Suyanti, R.D.: Analisis
Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan
Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan
Model Pembelajaran Advance Organizer dan
Model Pembelajaran Direct Instruction.
Keterangan:
Jurnal Online Pendidikan Fisika
ISSN 2301-7651
awal (PKA). Data hasil pretes dan pemahaman
konsep awal dapat dilihat pada Tabel 2.
11 : Nilai rata-rata yang diajarkan dengan
model direct instruction pada pemahaman
konsep awal rendah.
Tabel 2. Data Pretes dan Pemahaman
Konsep Awal
12 : Nilai rata-rata siswa yang diajarkan dengan
Tes
Pretes DI
Pretes AO
PKA DI
PKA AO
PKA Rendah DI
PKA Tinggi DI
PKA Rendah AO
PKA Tinggi AO
model pembelajaran advance organizer
pada pemahaman konsep awal rendah.
21 : Nilai rata-rata siswa yang diajarkan
dengan model direct instruction pada
pemahaman konsep awal tinggi.
22 : Nilai rata-rata siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran advance organizer
pada pemahaman konsep awal tinggi.
R : Nilai rata-rata pemahaman konsep awal
Nilai Rata-Rata
38,28
39,33
51,11
53,89
40,26
63,24
40,36
62,50
Secara ringkas, distribusi data pretes dan
pemahaman konsep awal di kelas Direct
Instruction dan Advance Organizer digambarkan
pada Gambar 3.
rendah.
T : Nilai rata-rata pemahaman konsep awal
tinggi.
k : Nilai rata-rata kelas kontrol.
e : Nilai rata-rata kelas eksperimen.
Pengumpulan data dilakukan dengan
mengunakan instrumen pretes, tes pemahaman
konsep awal dan postes yang sudah diujicobakan
dan dianalisis denga uji validitas isi, reliabilitas,
daya beda, dan tingkat kesukaran (Arikunto,
2009). Analisis pemahaman konsep awal dan
kemampuan berpikir kritis menggunakan uji
ANAVA dua jalur.
Gambar 3. Pretes dan PKA
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini meliputi data (1) tes
pemahaman konsep awal dan (2) tes kemampuan berpikir kritis. Deskripsi data yang
disajikan dalam hasil penelitian ini terdiri dari
hasil kemampuan berpikir kritis (KBK) siswa
dengan menggunakan model pembelajaran Direct
Instruction (DI) dan Advance Organizer (AO)
yang dikelompokkan berdasarkan kemampuan
pemahaman konsep awal tinggi dan rendah.
Pada tahapan penelitian, kelas eksperimen
dan kelas kontrol diberikan pretes kemampuan
berpikir kritis (KBK) dan tes pemahaman konsep
Volume: 1 (2) Desember 2012
Setelah pretes KBK dan tes pemahaman
konsep awal diberikan, kemudian kedua kelas
diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu pada
kelas eksperimen diberikan model pembelajaran
Advance Organizer dan pada kelas kontrol
diberikan model pembelajaran Direct Instruction.
Setelah perlakuan selesai, selanjutnya diberikan
postes untuk melihat perbedaan kemampuan
berpikir kritis siswa pada kedua kelas dan pada
pemahaman konsep awal tingkat rendah dan
tinggi yang hasilnya terdapat pada Tabel 3.
17
Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
6. Panggabean, D.D. dan Suyanti, R.D.: Analisis
Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan
Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan
Model Pembelajaran Advance Organizer dan
Model Pembelajaran Direct Instruction.
Tabel 3. Postes Kemampuan Berpikir Kritis
Tes
Postes DI
Postes AO
KBK pada PKA Rendah DI
KBK pada PKA Tinggi DI
KBK pada PKA Rendah AO
KBK pada PKA Tinggi AO
Jurnal Online Pendidikan Fisika
ISSN 2301-7651
Tabel 5. Uji Normalitas Data
Uji Homogenitas
Sig.
Keterangan
Pretes DI dan AO 0,653
Homogen
Postes DI dan AO 0,638
Homogen
Nilai Rata-Rata
60,39
66,11
59,05
71,95
63,39
74,66
Setelah uji prasyarat dipenuhi, dilakukan
uji kesamaan rata-rata pretes dengan uji
independent sample t test menggunakan SPSS
17.0 untuk melihat kemampuan awal berpikir
kritis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
sama. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Uji Kesamaan Rata-Rata Data Pretes
Secara ringkas, distribusi data nilai ratarata postes kemampuan berpikir kritis di kelas
Direct Instruction dan Advance Organizer
digambarkan pada Gambar 4.
Uji t untuk kesamaan rata-rata
t
Sig. (2-tailed)
-0,652
0,517
-0,652
0,517
Keterangan
Kemampuan
awal sama
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji
ANOVA dua jalur menggunakan SPSS 17.0.
Deskripsi statistik output perhitungan ANOVA
data pemahaman konsep awal dan kemampuan
berpikir kritis dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Output Perhitungan ANOVA 2 Jalur
Variabel Bebas : Nilai Kemampuan
Berpikir Kritis
Source
F
Sig.
Model
10,131 0,002
Konsep Awal
131,634 0,000
Model * Konsep Awal
0,000
0,996
Gambar 4. Nilai Rata-Rata Postes KBK
Selanjutnya dilakukan uji prasyarat
hipotesis data pretes dan postes sebagai pemeriksaan awal tentang asumsi-asumsi agar dapat
dilakukan pengujian statistik dengan uji t untuk
pretes dan analisis varians untuk postes. Uji
prasyarat hipotesis meliputi uji normalitas dengan
uji Kolmogorov-Semirnov dan uji homogenitas
dengan uji Chi-Square menggunakan SPSS 17.0.
Kelompok data dikatakan normal dan homogen
jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Secara
ringkas, data hasil uji normalitas dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Uji Normalitas Data
Uji Normalitas
Sig.
Keterangan
Pretes DI
0,544
Normal
Pretes AO
0,509
Normal
Postes DI
0,577
Normal
Postes AO
0,616
Normal
Berdasarkan Tabel 7 hipotesis statistik
yang diperoleh adalah:
1. Hipotesis pertama yang diajukan Ha diterima,
yaitu terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kritis siswa melalui Advance Organizer (AO)
dan Direct Instruction (DI). Hal ini diperoleh dari Tabel 7 pada signifikan model yaitu
0,002 dan signifikan ini lebih kecil
dibandingkan signifikan α = 0,05.
2. Hipotesis kedua yang diajukan Ha diterima,
yaitu terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kritis antara siswa yang memiliki pemahaman
konsep siswa rendah dan pemahaman konsep
tinggi. Dari Tabel 7 pada signifikan konsep
awal yaitu 0,000 dan signifikan ini lebih
kecil dibandingkan signifikan α = 0,05.
Secara ringkas, data hasil uji homogenitas dapat
dilihat pada Tabel 5.
Volume: 1 (2) Desember 2012
18
Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
7. Panggabean, D.D. dan Suyanti, R.D.: Analisis
Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan
Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan
Model Pembelajaran Advance Organizer dan
Model Pembelajaran Direct Instruction.
3. Hipotesis ketiga yang diajukan Ha ditolak,
yaitu tidak ada interaksi antara model
pembelajaran Advance Organizer (AO) dan
Direct Instruction (DI) dengan pemahaman
konsep siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis Fisika siswa. Hal ini
diperoleh dari Tabel 7 pada signifikan
model*pemahaman konsep awal yaitu 0,996
dan signifikan ini lebih besar dibandingkan
signifikan α=0,05.
jaran konvensional. Pengaruh ini dapat
disebabkan karena beberapa hal, seperti
pendapat yang dikemukakan oleh beberapa
penulis berikut, menurut Dahar (1991) penggunaan advance organizer sebagai kerangka isi
akan dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam mempelajari informasi baru, karena
merupakan kerangka dalam bentuk abstraksi
atau ringkasan konsep-konsep dasar tentang apa
yang dipelajari dan hubungannya dengan materi
yang telah ada dalam struktur kognitif siswa.
Jika ditata dengan baik advance organizer akan
memudahkan siswa mempelajari materi
pelajaran yang baru serta hubungannya dengan
materi yang telah dipelajarinya. Djiwandono
(2009) menjelaskan tujuan utama advance
organizer adalah memberi siswa informasi yang
mereka butuhkan untuk mempelajari pelajaran
atau membantu mereka dalam mengingat dan
menerapkan pengetahuan yang telah mereka
miliki. Maka dari penjelasan di atas dan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa, kemampuan berpikir kritis Fisika siswa yang diajarkan
dengan AO lebih baik dibandingkan dengan
siswa yang diajarkan dengan DI.
Berdasarkan data empiris pada Tabel 3
dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kritis
Fisika siswa yang memiliki pemahaman konsep
awal tinggi lebih baik dibandingkan dengan
pemahaman konsep awal rendah. Maka dari
hasil penelitian dapat dilihat jika pemahaman
konsep awal rendah maka kemampuan berpikir
kritis Fisika akan rendah, sebaliknya jika
pemahaman konsep awal tinggi akan menghasilkan kemampuan berpikir kritis yang tinggi.
Dengan kata lain, apabila pada dasarnya siswa
telah memiliki pemahaman konsep awal yang
tinggi, jika diajarkan dengan DI maupun AO
akan menghasilkan kemampuan berpikir kritis
yang tinggi.
Hasil pengujian dengan SPSS 17.0 pada
Tabel 7 untuk interaksi model dengan pemahaman konsep awal diperoleh signifikan 0,99
yang nilainya lebih besar dibandingkan signifikan 0,05. Hal ini berati hipotesis ketiga
ditolak, artinya pada penelitian ini antara model
pembelajaran dan pemahaman konsep awal
Pembahasan
Temuan dalam penelitian ini adalah
terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis
pada siswa yang diberikan model Advance
Organizer (AO) dan Direct Instruction (DI),
rata-rata kemampuan berpikir kritis kelas AO
adalah 66,11 sementara rata-rata kelas DI
adalah 60,39. Ini menunjukkan kemampuan
berpikir kritis di kelas AO lebih tinggi
dibandingkan kelas DI.
Novak dkk (2008) dalam penelitiannya
menemukan penggunaan peta konsep dalam
proses belajar-mengajar menyebabkan peningkatan pada hasil belajar siswa dibandingkan
dengan menggunakan metode konvensional.
Githua dan Rachel (2008) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa siswa yang diajarkan
dengan advance organizer memperoleh nilai
matematika yang lebih tinggi secara signifikan
dibandingkan siswa yang diajarkan dengan
model konvensional. Selanjutnya Pachpande
(2012) dalam penelitiannya juga menemukan
bahwa model advance organizer lebih efektif
dari pada metode konvensional pada pencapaian prestasi siswa dalam pembelajaran
matematika. Hal yang sama juga diperoleh
Putri (2010) yang dalam penelitiannya menemukan bahwa model pembelajaran advance
organizer memiliki pengaruh yang lebih baik
dalam meningkatkan hasil belajar Fisika siswa
dibandingkan dengan hasil belajar Fisika siswa
yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil penelitian ini dan
penelitian terdahulu yang relevan menunjukkan
model pembelajaran advance organizer pengaruh
yang lebih baik dibandingkan model pembelaVolume: 1 (2) Desember 2012
Jurnal Online Pendidikan Fisika
ISSN 2301-7651
19
Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
8. Panggabean, D.D. dan Suyanti, R.D.: Analisis
Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan
Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan
Model Pembelajaran Advance Organizer dan
Model Pembelajaran Direct Instruction.
tidak saling mempengaruhi. Dengan demikian
tidak ada kontribusi secara bersama-sama yang
disumbangkan antara model dengan pemahaman
konsep awal untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa. Siswa yang memiliki
pemahaman konsep awal yang tinggi tanpa
model pembelajaran akan memperoleh kemampuan berpikir kritis yang tinggi. Siswa yang
mempunyai pemahaman konsep awal yang
rendah maka akan memperoleh kemampuan
berpikir kritis yang rendah.
International On Mathematics and
Science Study), Prosiding Seminar
Nasional Fisika 2010 (Online). (http://w
ww.fi.itb.ac.id/~dede/Seminar%20HFI%
202010/CD%20Proceedings/Proceedings
/FP%2012.pdf, diakses 14 Mei 2012).
Githua, B.N. dan Rachel, A.N. 2008. Effects of
advance organiser strategy during
instruction on secondary school students’
mathematics achievement in Kenya’s
Nakuru district. International Journal of
Science and Mathematics Education.
Volume 6, No. 3
Ivie, S. D. 1998. Ausubel's Learning Theory:
An Approach To Teaching Higher Order
Thinking Skills.(educational psychologist
David Paul Ausubel). High School
Journal 82.1 (Oct 1998): p35(1).
Joyce, B., dan Weil, M. 2009. Models of
Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Novak, J.D., Reiska, P. & Ahlberg, M. 2008.
Study of concept maps usage effect on
meaningful learning frontier in Bloom's
taxonomy for atomic structure mental
concepts. Finland. hlm 1-4.
Pachpande, N. G. 2012. Study of effect of
advanced organizer model on achievement
of students in mathematics teaching at
school level. Indian Streams Research
Journal. Volume 2, Issue. 6, Juli 2012
Putri, E. 2010. Penerapan Model Pembelajaran
Advance Organizer Pada Bidang Studi
Fisika. Kultura. Vol.11 No.1
Shihusa, H. dan Fred, N.K. 2009. Using
Advance Organizers to Enhance Students
Motivation in Learning Biology. Eurasia
Journal of Mathematics, Science &
technology Education, 5(4), 413-420.
Suryabrata, S. 2003. Metodologi Penelitian.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan:
1. Kemampuan berpikir kritis Fisika siswa yang
menggunakan Advance Organizer (AO) lebih
baik dibandingkan siswa yang menggunakan
Direct Instruction (DI).
2. Kemampuan berpikir kritis Fisika siswa yang
memiliki pemahaman konsep awal tinggi
lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki
pemahaman konsep awal rendah.
3. Tidak terdapat interaksi antara model Advance
Organizer (AO) dan Direct Instruction (DI)
dengan pemahaman konsep awal siswa untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Model pembelajaran dengan pemahaman
konsep awal tidak saling mempengaruhi
dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Dahar, R. 1991. Teori-Teori Belajar. Jakarta:
Erlangga.
Djiwandono, S.E.W. 2009. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Grasindo.
Efendi, R. 2010. Kemampuan Fisika Siswa
Indonesia dalam TIMSS (Trend Of
Volume: 1 (2) Desember 2012
Jurnal Online Pendidikan Fisika
ISSN 2301-7651
20
Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed