BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
Paper Sugama (Metode Penugasan Terbimbing)
1. Pengaruh Metode Penugasan Terbimbing Terhadap
Pemahaman Konsep Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Garis
dan Sudut
Sugama Maskar1,a
, Guntur Maulana Muhammad2
,
1
Pendidikan Matematika, Universitas Teknokrat Indonesia, Bandar Lampung
2
Pendidikan Matematika, Universitas Suryakanacana, Cianjur
a)
E-mail: sugama_maskar@teknokrat.ac.id
Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbandingan pemahaman konsep
siswa-siswa yang menggunakan pembelajaran dengan metode penugasan terbimbing dengan
metode konvensional. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen desain pretest-
posttest yang difokuskan terhadap pemahaman konsep siswa SMP dengan dua kelompok
sampel, kelas eksperimen dan kontrol. Populasi penelitian ini adalah kelas VII A sebagai
kelas eksperimen dan VII C sebagai kelas kontrol di SMPN 1 Cugenang Cianjur tahun ajaran
2011/2012. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang berisi soal
pemahaman konsep. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemahaman konsep siswa-siswa
kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran dengan metode penugasan terbimbing
lebih baik daripada siswa-siswa kelas kontrol dilihat dari perolehan indeks gain kedua kelas,
dimana rata-rata nilai indeks gain kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
1. Pendahuluan
Kurikulum itu disusun oleh pemerintah dengan tujuan utama agar setiap warga negara,
dimanapun ia bersekolah, mempunyai kesempatan memperoleh pengalaman belajar yang sejenis
(Ali, 1992:1). Setiap ada kebijakan pergantian kurikulum, dunia pendidikan disibukan dengan
berbagai kegiatan ilmiah. Namun kegiatan itu tidak membawa pencerahan bagi guru, sebaliknya
justru membawa frustrasi karena membingungkan (Amri & Ahmadi, 2010: 62). Oleh karena itu,
kurikulum yang berubah-ubah kadang hanya membingungkan guru di sekolah sebagai pelaksana
kurikulum tersebut dan menimbulkan beberapa masalah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
di sekolah.
Masalah tersebut secara tidak langsung berdampak pada hasil belajar matematika siswa-siswa
yang rendah. Berdasarkan hasil ujian nasional 2011 (Ferdiansyah et.all: 2011) diperoleh nilai rata-
rata pelajaran matematika hanya 7.50 dengan nilai minimum 0.80. Hasil rata-rata ujian nasional
matematika di SMP Negeri 1 Cugenang pada tahun 2009, 2010, dan 2011 berturut-turut adalah 6.86,
6.74, dan 7.99 dengan rata-rata nilai 7.19. Sedangkan rata-rata pelajaran Bahasa Inggris dan IPA
pada tiga tahun tersebut adalah 7.56 dan 8.02. Data tersebut memperlihatkan rendahnya nilai
matematika jika dibandingkan dengan pelajaran lain. Salah satu masalah yang dihadapi oleh guru
bahkan dirasakan langsung oleh siswa adalah mata pelajaran dan pokok bahasan dari setiap mata
pelajaran tersebut yang terlalu banyak. Pada sekolah menengah pertama atau setingkat saat ini saja,
kurang lebih dalam satu semester para siswa harus menghadapi 11 sampai 12 mata pelajaran
sekaligus. Belum lagi beberapa pokok bahasan dari setiap mata pelajaran tersebut dan kegitan lain di
sekolah yang cukup banyak, sehingga kadang hanya membuat siswa frustasi dalam belajar di
sekolah. Seperti halnya pendapat Roestiyah (2008: 132), “Bila hanya menggunakan seluruh jam
pelajaran yang ada untuk tiap mata pelajaran, hal itu tidak akan mencukupi tuntutan luasnya pelajaran
yang diharuskan, seperti yang tercantum dalam kurikulum”.
Berdasarkan pengalaman peneliti, hal tersebut yang merupakan salah satu masalah guru dalam
menerapkan pelajaran matematika di sekolah. Seorang guru dituntut bisa menyampaikan seluruh
pokok bahasan matematika yang banyak dengan waktu sedikit. Sehingga, kadang guru mengajar
siswa dengan metode ceramah yang di selangi latihan soal dalam LKS atau buku paket. Proses belajar
2. tersebut cenderung kaku dan hanya bertujuan agar materi dapat tersampaikan seluruhnya dengan
berharap siswa dapat mengikuti pelajaran tersebut dan mengerti. Metode pembelajaran ceramah
ditambah dengan latihan soal yang cenderung monoton tersebut memang bukan tanpa alasan, seorang
guru melakukan hal tersebut karena tuntutan kurikulum yang mengharuskan mereka mengajarkan
pokok bahasan yang banyak dengan jam belajar yang sedikit. Sehingga, tidak ada pilihan lain bagi
guru untuk melakukan metode seperti itu, karena metode tersebutlah yang dianggap paling relevan
untuk diterapkan pada keadaan sistem pendidikan seperti sekarang. Karena seorang guru tidak
mungkin merubah kurikulum dan jam pelajaran seenaknya.
Banyak sekali teknik mengajar yang dapat diterapkan dalam kelas untuk pelajaran matematika,
mulai dari strategi, metode, sampai model belajar yang paling baru dan teruji oleh para ahli. Seperti
model pembelajaran Students Team Achievement (STAD), Times Games Tournament (TGT),
Number Head Together (NHT), metode Drill (latihan), sampai yang terkenal yaitu Quantum
Learning dan banyak lagi yang lainnya. Namun peneliti berpikir bahwa model-model seperti yang
telah disebutkan tersebut tidak terlalu cocok diterapkan pada sistem pembelajaran sekolah di
Indonesia umumnya. Hal itu disebabkan model-model tersebut menyita waktu belajar yang lumayan
lama untuk setiap pokok bahasan yang diajarkan. Dengan pokok bahasan yang banyak dan waktu
belajar maksimal sehari hanya dua jam pelajaran dengan alokasi satu jam pelajaran yaitu 40 menit
(di SMP). Maka penulis beranggapan jika penerapan model-model tersebut tidak akan cukup
membantu. Maka dari itu penulis mengambil metode penugasan terbimbing sebagai alternatif
pemecahan masalah tersebut. Metode ini tidak terlalu berbeda dengan metode yang biasa digunakan
guru matematika dalam mengajar di kelas. Idenya peneliti ingin mengemas metode yang biasa
menjadi lebih menarik dan memberikan tantangan pada siswa. Sehingga siswa dapat lebih antusias
belajar dan terlibat langsung dalam pembelajaran matematika, tidak hanya memperhatikan dan
mengerjakan soal saja. Lebih dari itu, metode penugasan terbimbing ini juga dikemas seefektif
mungkin, sehingga tidak memakan waktu lama, namun diharapkan dapat meningkatkan pemahaman
siswa.
Metode penugasan atau pemberian tugas adalah metode penyajian bahan dimana guru
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar (Djamarah & Zain, 2002: 96).
Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil
belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan selama melakukan tugas, sehingga
pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi (Roestiyah, 2008: 133).
Berdasarkan pemaparan dan temuan-temuan diatas, maka penulis merasa tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Penugasan Terbimbing Terhadap Pemahaman Konsep
Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Garis dan Sudut”.
2. Metodologi
2.1. Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan adalah metode penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah
penelitian yang menghadirkan variabel, yaitu dengan sengaja membuat agar ada variabel yang hadir,
kemudian diteliti dan dicermati bagaimana dampaknya (Arikunto, 2010: 19). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah metode penugasan terbimbing sedangkan variabel terikatnya adalah pemahaman
konsep siswa.
2.2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan yaitu desain kelompok kontrol Prestest – Postest. Pola desain
tersebut (Arikunto, 2010: 125) adalah sebagai berikut:
Pola:
3. E = kelompok eksperimen
K = kelompok kontrol.
01 = tes awal (Pretest) kelas eksperimen
02 = tes akhir (Posttest) kelas eksperimen
03 = tes awal (Pretest) kelas kontrol
04 = tes akhir (Posttest) kelas kontrol
Kelompok pertama sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kedua sebagai kelompok kontrol.
Dalam penelitian ini kedua kelompok akan diberi tes awal (pretest) dengan tes yang sama, kemudian
kelompok pertama diberi perklakuan khusus, yaitu metode penugasan terbimbing, sedangkan
kelompok kedua diberi perlakuan seperti biasanya, yaitu metode konvensional. Setelah akhir mata
pelajaran, kedua kelompok diberi tes dengan tes yang sama sebagai tes akhir. Hasil akhir kedua tes
akhir diperbandingkan (diuji perbedaannya), demikian juga hasil tes awal dan tes akhir pada masing-
masing kelompok. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru.
2. 3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Cugenang tahun ajaran 2010/2011.
Sampel penelitian yang diambil adalah siswa-siswi kelas VII A dan VII C SMP Negeri 1 Cugenang
tahun ajaran 2010/2011. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu cara pengambilan sampel
secara random yang didasarkan kepada kelompok, tidak didasarkan pada anggota-anggotanya.
2.4. Insstrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data yang dapat menjawab setiap permasalahan
dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah tes pemahaman konsep,
dan angket skala sikap. Soal yang diberikan kepada siswa adalah soal yang dapat mengukur
pemahaman konsep mereka. Tes hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes awal
dan tes akhir suatu pokok bahasan yang digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa. Jenis
tes yang akan digunakan adalah tes subjektif, yaitu bentuk tes uraian.
Penyusunan instrument tes ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Membuat kisi-kisi soal tes pemahaman konsep siswa. Kisi-kisi soal.
b. Menyusun soal tes berdasarkan kisi-kisi dan membuat kunci jawaban serta penskoran.
c. Melakukan uji coba soal tes pada anggota populasi penelitian di luar kelompok sampel, yaitu pada
kelas VIII B yang terdiri dari 34 siswa.
d. Melakukan analisis validitas, realiabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran soal tes.
2.5. Prosedur Penelitian
Tahap-tahap yang direncanakan penulis dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Identifikasi masalah, potensi dan peluang yang terkait dengan permasalahan yang terjadi pada
pembelajaran di tingkat SMP
b. Konsultasi pemilihan judul dan lokasi penelitian
c. Pengembangan bahan ajar, model evaluasi dan strategi pembelajaran
d. Membuat dan merevisi instrument penelitian
e. Pemilihan sampel penelitian
f. Mengurus perizinan penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan pretest.
b. Implementasi pembelajaran dengan penugasan terbimbing pada kelas eksperimen
c. Pelaksanaan posttest
3. Tahap Analisis Data
a. Pengumpulan data
b. Pengolahan dan penganalisian data pretest dan posttest
c. Menganalisis data dan menguji hipotesis
4. 4. Tahap Pembuatan Kesimpulan
Kegiatan pada tahap ini adalah membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hipotesis yang
telah dirumuskan.
Pengembangan Bahan Ajar
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penugasan terbimbing di kelas eksperimen
dikembangkan bahan ajar yang disusun dalam bentuk tugas Pekerjaan Rumah (PR) dan
Lembar Kerja Siswa (LKS). Tugas PR berupa pemandu bagi siswa sebagai pengetahuan awal
tentang materi yang akan dipelajari atau berupa aktivitas yang harus dilakukan terkait materi
yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya di kelas. Sedangkan LKS dibuat sebagai
pemandu siswa untuk lebih memahami materi yang telah diberikan, dan pengisian LKS ini
siswa diberi kebebasan berdiskusi, minimal dengan teman sebangku dan guru sebagai
pembimbing siswa jika terdapat kesulitan-kesulitan dalam mengerjakan LKS tersebut.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan
data yang valid untuk menjawab pertanyaan penelitian. Pengumpulan data pada penelitian
ini dilakukan dengan tes pemahaman konsep. Tes pemahaman konsep bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kelas metode pemberian tugas terhadap pemahaman konsep siswa pada
kelas yang mendapatkan tindakan.
Pengolahan Data Hasil Instrumen Tes
Data yang diperoleh dari hasil pretest, posttest di kelas eksperimen dan kontrol merupakan data
kuantitatif yang akan dianalisis dengan uji statistika. Analisis data pada hasil tes ini dimaksudkan
untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika siswa antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol serta pengaruh metode penugasan terbimbing terhadap pemahaman konsep siswa pada pokok
bahasan garis dan sudut.
Selain dari hasil rata-rata pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol, data kuantitatif juga
diperoleh dari gain kedua kelas. Gain yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gain yang
ternormalisasi atau Normalized Gain. Gain yang ternormalisasi adalah rasio antara aktual gain
dengan gain maksimal yang dicapai (Hake, 1999: 1) atau dapat ditulis:
G =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡−𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
Dengan klasifikasi gain sebagai berikut:
Tabel 1. Kategori Normalized Gain
Gain Kriteria
Tinggi G > 0.7
Sedang 0.7 > G > 0.3
Rendah G < 0.3
Indeks gain ini dipakai jika rata-rata hasil pretest kelas kontrol dan eksperimen berbeda. Jika rata-
rata hasil pretest kelas eksperimen dan kontrol sama, maka indeks gain hanya dipakai untuk
menghitung kualitas peningkatan rata-rata nilai kelas eksperimen jika diperoleh hasil akhir nilai rata-
rata kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Analisis data pada penelitian ini
menggunakan Software SPSS Versi 17.0 for windows.
5. Hasil dan Pembahasan
Analisis Kemampuan Awal Pemahaman Konsep Para Siswa
Data yang digunakan untuk menganalisis kemampuan awal pemahaman konsep para siswa
ini menggunakan hasil perolehan pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pretest diberikan
pada siswa-siswa sebelum pembelajaran yang akan diteliti dilakukan, dengan tujuan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Data tersebut memperlihatkan bahwa rata-rata nilai pretest kelas eksperimen yaitu 36.28
dan rata-rata nilai pretest kelas kontrol yaitu 21.51. Nilai pretest terbesar kelas eksperimen
adalah 64 dan nilai terendahnya yaitu 10. Sedangkan nilai pretest terbesar kelas konrol
adalah 52 dan nilai terendahnya yaitu enam (6). Angka tersebut memperlihatkan bahwa nilai
rata-rata pretest kelas eksperimen cukup jauh berbeda dengan kelas kontrol dengan selisih
rata-rata nilai sebesar 14.77. Berdasarkan angka tersebut, dapat diasumsikan bahwa
kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda, dimana rata-rata nilai pretest
kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
Tabel 2. Hasil Analisis Deskriptif Pretest
Kelas Rata-rata
Simpangan
Baku
Skor
Tertinggi
Skor
Terendah
Eksperimen 36.28 14.01 64 10
Kontrol 21.51 9.04 52 6
Namun demikian, untuk mendapatkan hasil yang lebih objektif dan untuk mengetahui apakah
perbedaan rata-rata nilai pretest tersebut signifikan atau tidak. Maka nilai-nilai pretest kelas
eksperimen dan kontrol tersebut akan diuji dengan uji statistik sebagai berikut:
Uji Normalitas Data Indeks Gain
Untuk menguji normalitas data indeks gain kelas eksperimen dan kelas kontrol, dalam penlitian
ini menggunakan uji test of normality dari Kolmogorov-Smirnov dalam SPSS 17.0 for Windows
dengan tingkat kepercayaan 95%. Adapun pasangan hipotesis yang akan diuji sebagai berikut :
H0 = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Ha = Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Kriteria pengambilan keputusan untuk pengujian tersebut yaitu H0 ditolak jika dan hanya jika nilai
Sig. < 𝛼 = 0.05 dan H0 diterima jika dan hanya jika nilai Sig. ≥ 𝛼 = 0.05. Adapun data hasil
pengolahan data nilai indeks gain kedua kelas dengan test of normality dari Kolmogorov-Smirnov
terdapat dalam tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Uji Normalitas Data Nilai Indeks Gain
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh nilai signifikansi indeks gain kelas eksperimen sebesar
0.200. Karena 0.200 > 𝛼 = 0.05, maka H0 diterima. Sehingga, disimpulkan nilai indeks gain kelas
eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan nilai signifikansi indeks gain kelas kontrol sebesar
0.168. Karena 0.168 > 𝛼 = 0.05, maka H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai indeks
gain kelas kontrol berdistribusi normal. Karena kedua kelas memiliki data yang berdistribusi normal,
maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians dengan menggunakan uji Levene’s Test dalam
SPSS 17.0 for Windows.
6. Uji Homogenitas Varians Indeks Gain
Adapun pasangan hipotesis yang akan diuji pada uji homogenitas varians data nilai indeks gain
kelas eksperimen dan kontrol dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H0 = Kedua kelas memiliki varians populasi yang homogen
Ha = Kedua kels memiliki varians populasi yang tidak homogen.
Dengan taraf kepercayaan sebesar 95%, kriteria pengambilan keputusan untuk pengujian tersebut
yaitu H0 ditolak jika dan hanya jika nilai Sig. < 𝛼 = 0.05 dan H0 diterima jika dan hanya jika nilai
Sig. ≥ 𝛼 = 0.05. Adapun hasil pengolahan data nilai indeks gain kedua kelas dengan uji
homogenitas varians menggunakan uji Levene’s Test dalam SPSS 17.0 for Windows adalah sebagai
berikut :
Tabel 4. Uji Homogenitas Varians Data Indeks Gain
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh nilai signifikansi hasil uji Levene’s Test indeks gain sebesar
0.079. Karena 0.079 > 𝛼 = 0.05, maka H0 diterima. Sehingga, disimpulkan bahwa kedua kelas
memiliki varians populasi yang homogen.
Uji Perbedaan Dua Rata-rata Nilai Indeks Gain
Karena sampel memiliki varians populasi yang homogen, maka pengujian perbedaan rata-rata
indeks gain dilakukan menggunakan uji perbedaan rata dengan Independent Sampels Test dalam
SPSS 17.0 for Windows atau uji t. Uji t pada nilai indeks gain ini menggunakan uji satu pihak.
Adapun pasangan hipotesis yang akan diuji pada uji perbedaan dua rata-rata kelas eksperimen
dan kontrol dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 = Rata-rata nilai indeks gain kelas eksprimen lebih rendah atau sama dengan rata-rata kelas
kontrol.
Ha = Rata-rata nilai indeks gain kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata kelas kontrol
Kriteria pengambilan keputusan untuk pengujian tersebut yaitu H0 ditolak jika dan hanya jika
nilai Sig. < 𝛼 = 0.05 dan H0 diterima jika dan hanya jika nilai Sig. ≥ 𝛼 = 0.05. Karena pengujian ini
menggunakan uji satu pihak, maka Sig. (2- tailed) harus dikalikan dua terlebih dahulu (Besral, 2010:
57).
Adapun data hasil pengolahan data uji perbedaan dua rata-rata nilai indeks gain dengan
uji t (Independent Sampel Test) dengan SPSS 17.0 for Windows tersedia pada Tabel 5.
Tabel 5. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Nilai Indeks Gain
Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh nilai signifikan nilai indeks gain kelas eksperimen dan
kontrol sebesar 0.002 (uji dua pihak). Namun, uji perbedaan rata-rata indeks gain ini menggunakan
uji satu pihak, maka nilai signifikan harus dikalikan dua, sehingga menjadi 0.004. Karena 0.004 < 𝛼
= 0.05, maka H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai indeks gain kelas
7. eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata kelas kontrol. Dengan kata lain pemahaman konsep kelas
yang menggunakan metode penugasan terbimbing (kelas eksperimen) lebih baik daripada kelas yang
menggunakan metode konvensional (kelas kontrol).
Untuk memperkuat pengujian tersebut dan mempermudah melihat perbedaan rata-rata indeks
gain kedua kelas. Maka disediakan grafik histogram untuk memperlihatkan perbedaan rata-rata nilai
indeks gain kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun grafik histogram tersebut sebagai berikut :
Gambar 1. Grafik Histogram Rata-rata Nilai Indeks Gain Kelas Eksperimen dan
Kontrol
Grafik tersebut memperlihatkan perbedaan yang signifikan nilai rata-rata indeks gain kelas
eksperimen dan kelas kontrol, dimana rata-rata nilai indeks gain kelas eksperimen lebih tinggi
daripada kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep siswa-siswa kelas
eksperimen lebih baik daripada siswa-siswa yang tedapat dalam kelas kontrol seperti yang telah
diujikan.
Analisis Rata-rata Nilai Gain Kelas Eksperimen
Pada tahap sebelumnya diketahui bahwa pemahaman konsep siswa-siswa kelas yang
menggunakan metode pembelajaran penugasan terbimbing (kelas eskperimen) lebih baik daripada
pemahaman konsep siwa-siswa yang tidak mendapatkan metode pembelajaran penugasan
terbimbing (kelas kontrol). Oleh karena itu, analisis nilai gain kelas eksperimen ini dimaksudkan
untuk mengetahui kualitas peningkatan nilai rata-rata siswa-siwa kelas eksperimen setelah
memperoleh pengajaran dengan metode penugasan terbimbing. Berdasarkan bab sebelumnya,
kriteria kualitas nilai gain diklasifikasikan oleh Hake (1999: 1) yang terdapat pada Tabel 3.8.
Adapun data nilai rata-rata indeks gain kelas yang menggunakan metode penugasan terbimbing
(kelas eksperimen) disediakan dalam tabel 6 berikut:
Tabel 6. Statistik Desktriptif Indeks Gain Kelas Eksperimen
Kelas Jumlah Siswa (N) Rata-rata Standar Deviasi
Eksperimen 35 0.46 0.27
Berdasarkan tabel 4.8 tersebut, terlihat bahwa rata-rata nilai indeks gain kelas eksperimen sebesar
0.46 dengan standar deviasi sebesar 0.27. Karena angka 0.46 terletak antara 0.3 dan 0.7, berdasarkan
kategori indeks gain yang terdapat dalam Tabel 1, nilai tersebut memperlihatkan bahwa rata-rata nilai
indeks gain kelas eksperimen termasuk dalam kategori sedang. Maka berdasarkan analisis tersebut,
Kelas
Nilai
Rata-rata
8. dapat disimpulkan bahwa kualitas peningkatan pemahaman konsep pada kelas eksperimen termasuk
dalam kategori sedang.
Daftar Pustaka
[1] Aderhold J, Davydov V Yu, Fedler F, Klausing H, Mistele D, Rotter T, Semchinova O,
Stemmer J and Graul J. 2001. Cryst. Growth 222 701.
[2] Strite S and Morkoc H. 1992. Vac. Sci. Technol. B 10 1237.
[3] Nakamura S, Senoh M, Nagahama S, Iwase N, Yamada T, Matsushita T, Kiyoku H and
Sugimoto Y. 1996. Japan. J. Appl. Phys. 35 L74.
[4] Bustanul. 2011 . “Guru profesional”. Paper presented on National Teacher Day. Solo:
Unpublished.
[5] Covey. 1997. “The 7 habits of highly effective people”. Asian Pasific Journal of Human
Resources, vol. 32, no.3, pp. 124-127.
[6] Erawati, Ria. 2016. Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Active Knowledge Sharing
untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS kelas IV
SDN 3 Metro Barat. Skripsi Universitas Lampung: tidak diterbitkan.