2. Konstruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan
yang memiliki anggapan bahwa pengetahuan adalah
hasil dari konstruksi (bentukan) manusia itu
sendiri.
3. Pendekatan konstruktivisme merupakan
pendekatan dalam pembelajaran yang lebih
menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam
menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan bagi
pengembangan diri siswa yang didasarkan pada
pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat
penting dalam peningkatan dan pengembangan
pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa
keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam
pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah
maupun dalam lingkungan masyarakat.
4. 1. Dengan adanya pendekatankonstruktivisme,pengembangan
pengetahuan bagi peserta didik dapat dilakukan oleh siswa
itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau pengamatan
langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru
sesuai dengan pengalaman dengan menemukan fakta yang
sesuai dengan kajian teori.
2. Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada
keterkaitan dengan pengalaman yang ada dalam diri siswa.
3. Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam
menentukan apa yang mereka pelajari.
4. Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan
menyediakan materi atau konsep apa yang akan dipelajari
serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis
sesuai dengan materi yang dipelajari.
5. Langkah-langkah dalam pengelolaan pembelajaran yang
konstruktivistis akan di lihat dari tiga sisi yakni;
persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Adapun
penjelasannya yaitu sebagai berikut:
1. Sebelum guru mengajar (Tahap persiapan)
· Mempersiapkan bahan yang mau di ajarkan;
· Mempersiapkan alat-alat peraga atau praktikum
yang akan digunakan;
· Mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk
merangsang siswa aktif belajar;
· Mempelajari keadaan siswa, mengerti kelemahan
dan kelebihan siswa;
· Mempelajari pengetahuan awal siswa;
6. 2. Selama proses pembelajaran (tahap pelaksanaan):
· Mengajak siswa aktif belajar;
· Siswa dibiarkan bertanya;
· Menggunakan metode ilmiah dalam proses
penemuan sehingga siswa merasa menemukan sendiri
pengetahuan mereka;
· Mengikuti pikiran dan gagasan siswa;
· Menggunakan variasi metode pembelajaran;
· Kunjungan ke tempat pengembangan bidang studi
di luar sekolah;
· Mengadakan praktikum terpimpin maupun bebas;
7. 3. Sesudah proses pembelajaran (tahap evaluasi)
· Guru memberi pekerjaan rumah,
mengumpulkannya, dan mengoreksinya.
· Memberikan tugas lain untuk pendalaman;
· Tes yang membuat siswa berpikir, bukan hafalan.
8. Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis,
terstruktur, logis dan sistematis mulai dari konsep yang
paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks.
Dalam matematika terdapat topik atau konsep prasyarat
sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep
selanjutnya.
Di dalam konstruktivisme peranan guru bukan pemberi
jawaban akhir atas pertanyaan siswa, melainkan
mengarahkan mereka untuk membentuk
(mengkonstruksikan) pengetahuan matematika sehingga
diperoleh struktur matematika. Sedangkan dalam
paradigma tradisional, guru mendominasi pembelajaran dan
guru sanantiasa menjawab ‘dengan segera‘ terhadap
pertanyaan-pertanyaan siswa.
9. Pembelajaran matematika yang menggunakan
pendekatan konstruktivis, maka strategi yang
sesuai dengan kondisi tersebut adalah dengan
pemberian tugas rumah, karena dapat memberikan
suatu motivasi kepada siswa untuk memahami
suatu konsep secara utuh melalui pengerjaan tugas
dengan kondisi dan situasi yang tidak hanya
terpaku pada ruang kelas dan keterbatasan waktu
dalam proses belajar. Siswa dapat berusaha
memahami suatu masalah beserta pemecahannya
berdasarkan kecepatan dan kemampuannya sendiri.
Dengan demikian diharapkan dapat memberi suatu
motivasi kepada siswa untuk berperan aktif dalam
proses pembelajaran dan menimbulkan tangggapan
positif terhadap matematika.
10. Kelebihan Pembelajaran Konstruktivisme
a. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan
secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri,
berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa
memberikan penjelasan tentang gagasannya.
b. pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi
pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah
dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan
gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan
mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk
merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk
membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena
yang menantang siswa.
c. pembelajaran konstruktivisme memberi siswa
kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini
dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif,
mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan
gagasan-gagasanpada saat yang tepat.
11. d. pembelajaran berdasarkan konstruktivisme
memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba
gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh
kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai
konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan
akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan
berbagai strategi belajar.
e. pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa
untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah
menyadari kemajuan mereka serta memberi
kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan
gagasan mereka.
f. pembelajaran konstruktivisme memberikan
lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung
siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan
menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
12. Kekurangan Pembelajaran Konstruktivisme
a. Karena siswa mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa
tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuwan,
hal ini mengakibatkan terjadinya miskonsepsi.
b. Membutuhkan waktu yang lama, dan setiap
siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda.