SlideShare a Scribd company logo
1 of 86
Download to read offline
MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1
PEKERJAAN
PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE
(INSPEKTUR LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN)
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN
KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK)
MODUL
SIB – 04 : MEMBACA GAMBAR
2006
Modul SIB-04 : Membaca Gambar Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -i-
KATA PENGANTAR
Modul ini berisi bahasan tentang Membaca Gambar pekerjaan jalan dan
jembatan mencakup gambar rencana, gambar kerja (shop drawing) maupun
gambar hasil pelaksanaan (as built drawing).
Gambar rencana adalah gambar yang dibuat untuk mempersiapkan suatu proyek
sampai dengan tahap pelelangan. Gambar ini belum merupakan gambar lengkap
karena hanya terdiri dari gambar yang pokok-pokok saja, misalnya gambar denah
dilengkapi dengan gambar konstruksi dan gambar pelengkap lainnya untuk
keperluan pelelangan.
Gambar kerja (shop drawing) adalah gambar rencana yang dilengkapi dengan
gambar-gambar detail dan gambar tambahan agar pelaksanaan
pembangunannya sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam
dokumen tender. Gambar kerja tersebut harus mendapatkan persetujuan dari
Direksi Pekerjaan terlebih dahulu sebelum digunakan di lapangan.
Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing) adalah perubahan gambar yang
terjadi apabila terdapat perbedaan dalam pelaksanaan yang disebabkan oleh
koreksi di lapangan dan telah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan, dan
merupakan gambar akhir yang harus diserahkan kepada Pemilik Pekerjaan untuk
kepentingan operasi dan perawatan dan dokumentasi proyek. As-built drawing
kadang-kadang disebut juga record drawing.
Dengan memahami kodefikasi dan standar gambar untuk pekerjaan jalan dan
jembatan di maksud di atas, diharapkan hasil kerja Site Inspector of Bridge dapat
memenuhi standar yang dipersyaratkan dalam jabatan ini.
Modul SIB-04 : Membaca Gambar Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -ii-
Modul SIB-04 : Membaca Gambar Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -iii-
LEMBAR TUJUAN
JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Site Inspector of Bridge
TUJUAN UMUM PELATIHAN
Setelah melakukan pelatihan, peserta mampu melaksanakan pengawasan dan
perlaporan pekerjaan konstruksi jembatan untuk memastikan kesesuaian dengan
rencana, metode kerja dan dokumen kontrak.
TUJUAN KHUSUS PELATIHAN
Setelah pelatihan, peserta mampu:
1. Menjelaskan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
2. Membaca gambar geoteknik.
3. Menjelaskan tentang bahan jembatan.
4. Membaca gambar.
5. Menjelaskan tentang alat berat
6. Mengawasi pekerjaan pengukuran dan pematokan.
7. Mengawasi pekerjaan tanah.
8. Mengawasi pekerjaan beton.
9. Mengawasi pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jembatan.
10. Mengawasi pekerjaan pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalu lintas.
11. Menjelaskan metode kerja pelaksanaan pekerjaan jembatan.
12. Melakukan teknik pelaporan.
Modul SIB-04 : Membaca Gambar Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -iv-
NOMOR DAN JUDUL MODUL : SIB - 04 Membaca Gambar
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu mengimplementasikan gambar rencana
pekerjaan jalan dan jembatan menjadi gambar kerja (shop drawing) dan selanjutnya
dalam proses pelaksanaan di lapangan, sesuai dengan kondisi lapangan menjadi gambar
hasil pelaksanaan(as-built drawing).
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Pada akhir pelatihan peserta mampu :
1. Menjelaskan fungsi gambar, gambar sebagai bahasa teknik, dan jenis gambar
konstruksi
2. Menjelaskan penyajian gambar
3. Menjelaskan kodefikasi dan normalisasi gambar.
4. Menjelaskan desain jembatan
5. Menjelaskan kelegkapan gambar.
6. Menjelaskan sistimatika gambar
Modul SIB-04 : Membaca Gambar Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -v-
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
LEMBAR TUJUAN ii
DAFTAR ISI iv
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN
INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN
(Site Inspector of Bridge) vi
DAFTAR MODUL vii
PANDUAN INSTRUKTUR viii
BAB I PENDAHULUAN I-1
1.1. Umum I-1
1.2. Fungsi Gambar I-2
1.3. Gambar Sebagai Bahasa Teknik I-2
1.4. Jenis Gambar Konstruksi I-3
BAB II PENYAJIAN GAMBAR II-1
2.1. Ukuran Kertas Gambar II-1
2.2. Garis Batas Atau Garis Tepi II-1
2.3. Kepala Gambar II-2
2.4. Skala Gambar II-3
BAB III KODEFIKASI DAN SIMBOL GAMBAR III-1
3.1. Garis III-1
3.2. Huruf Dan Angka III-2
3.3. Gambar Jalan III-3
3.4. Gambar Beton Bertulang III-4
BAB IV DESAIN JEMBATAN IV-1
4.1. Data Perencanaan IV-1
4.2. Rencana Kelas Jembatan & Kriteria Perencanaan IV-1
4.3. Pemilihan Jenis Bangunan Atas Jembatan IV-1
4.4. Perencanaan Lajur Lalu-Lintas Rencana IV-9
4.5. Perencanaan Struktur Jembatan IV-9
4.6. Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan IV-11
4.7. Perangkat Lunak Perencanaan IV-12
Modul SIB-04 : Membaca Gambar Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -vi-
BAB V KELENGKAPAN GAMBAR V-1
5.1. Umum V-1
5.2. Halaman Sampul V-1
5.3. Daftar Gambar V-1
5.4. Daftar Singkatan Dan Simbol V-2
5.5. Gambar Situasi V-2
5.6. Denah Perencanaan Jalan (Plan) V-2
5.7. Potongan Memanjang (Profile) V-2
5.8. Potongan Melintang Jalan (Cross Section) V-3
5.9. Denah Perencanaan Drainase V-3
5.10. Potongan Memanjang Saluran V-3
5.11. Gambar Detail V-3
5.12. Gambar Perencanaan Traffic Engineering V-3
5.13. Gambar Desain V-4
BAB VI SISTEMATIKA DAN CONTOH GAMBAR VI-1
6.1. Sistematika Gambar VI-1
6.2. Contoh Gambar VI-2
RANGKUMAN
LAMPIRAN :
Contoh Gambar-Gambar Proyek.
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
Modul SIB-04 : Membaca Gambar Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -vii-
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL
PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN
JEMBATAN (Site Inspector of Bridge)
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Inspektor
Lapangan Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridge) dibakukan
dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang
didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan
Inspektor Lapangan Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridge)
unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing
Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang
menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari
setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan
kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan
kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka
berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun
seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang
harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Inspektor Lapangan
Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridge).
Modul SIB-04 : Membaca Gambar Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -viii-
DAFTAR MODUL
Jabatan Kerja :
Inspektur Lapangan Pekerjaan Jembatan
Site Inspector of Bridge (SIB)
Nomor
Modul
Kode Judul Modul
1 SIB – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2 SIB – 02 Membaca Data Geoteknik
3 SIB – 03 Bahan Jembatan
4 SIB – 04 Membaca Gambar
5 SIB – 05 Alat Berat
6 SIB – 06 Pengukuran dan Pematokan
7 SIB – 07 Pekerjaan Tanah
8 SIB – 08 Pekerjaan Beton
9 SIB – 09 Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan
10 SIB – 10 Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas
11 SIB – 11 Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan
12 SIB – 12 Teknik Pelaporan
Modul SIB-04 : Membaca Gambar Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -ix-
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
JUDUL : MEMBACA GAMBAR KETERANGAN
KODE MODUL : SIB – 04
Deskripsi : Materi ini terutama membahas gambar
pelaksanaan dan menyusun rencana kerja
terutama meliputi fungsi gambar, jenis gambar,
penyajian gambar, kodefikasi gambar,
kelengkapan gambar, gambar teknik jalan dan
desain serta sistematika gambar beserta
contoh-contohnya dan menyusun rencana
kerja
Tempat Kegiatan : Dalam ruang kelas lengkap dengan fasilitasnya
Waktu Kegiatan : 2 jam pelajaran (1 jp = 45 menit)
B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
1. Ceramah : Pembukaan
Menjelaskan tujuan instruksional
(TIU & TIK)
 Merangsang motivasi peserta
dengan pertanyaan atau pengala-
mannya dalam penerapan gambar
pelaksanaan
Waktu : 5 menit
2. Ceramah : Pendahuluan
Tahapan penyiapan gambar, jenis
dan fungsi gambar :
 Menjelaskan tahapan pembuatan
gambar konstruksi
 Menjelaskan jenis dan fungsi
gambar
 Menjelaskan pengertian gambar
sebagai bahasa teknik
 Mendiskusikan setiap pokok
 Mengikuti penjelasan TIU dan
TIK dengan tekun dan aktif
 Mengajukan pertanyaan
apabila kurang jelas.
 Mengikuti penjelasan instruktur
dengan tekun dan aktif
 Mencatat hal-hal yang perlu
 Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
OHT
Modul SIB-04 : Membaca Gambar Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -x-
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
bahasan tersebut
Waktu : 9 menit
Bahan : Materi Serahan (Bab I,
Pendahuluan)
3. Ceramah : Penyajian gambar
Ukuran kertas gambar, garis tepi,
kepala gambar dan skala gambar.
 Menjelaskan ukuran kertas gambar
 Menjelaskan garis batas atau garis
tepi
 Menjelaskan kepala gambar
 Menjelaskan skala gambar
 Mendiskusikan setiap pokok
bahasan tersebut.
Waktu : 8 menit
Bahan : Materi Serahan (Bab 2,
Penyajian Gambar)
4. Ceramah : Kodefikasi dan simbol
gambar
Garis, huruf dan angka, gambar jalan
dan gambar beton.
Menjelaskan jenis, bentuk dan
ukuran garis
Menjelaskan huruf dan angka yang
digunakan dalam gambar
konstruksi
Menjelaskan gambar jalan atau
letak dan arah jalan
 Menjelaskan gambar beton
bertulang
 Mendiskusikan setiap pokok
bahasan tersebut.
Waktu : 8 menit
Bahan : Materi serahan (Bab 3,
Kodefilaksi dan Simbol Gambar)
5. Ceramah : Desain Jembatan
o Data Perencanaan
o Rencana Kelas Jembatan &
Kriteria Perencanaan
o Pemilihan Jenis Bangunan Atas
Jembatan
o Perencanaan Lajur Lalu-Lintas
Rencana
o Perencanaan Struktur Jembatan
o Perencanaan Bangunan Bawah
Jembatan
oPerangkat Lunak Perencanaan
Waktu : 15 menit
Bahan : Materi Serahan (Bab 4,
Desain Jembatan)
 Mengikuti penjelasan instruktur
dengan tekun dan aktif
 Mencatat hal-hal yang perlu
 Mengajukan pertanyaan bila
perlu
 Mengikuti penjelasan instruktur
dengan tekun dan aktif
 Mencatat hal-hal yang perlu
 Mengajukan pertanyaan bila
perlu
 Mengikuti penjelasan instruktur
dengan tekun dan aktif
 Mencatat hal-hal yang perlu
 Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
OHT
OHT
Modul SIB-04 : Membaca Gambar Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -xi-
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
6. Ceramah : Kelengkapan gambar
Kelengkapan gambar untuk
mendukung terlaksananya suatu
proyek pekerjaan jalan.
Menjelaskan halaman sampul,
daftar gambar, daftar singkatan
dan simbol
 Menjelaskan gambar situasi dan
denah perencanaan
jalan/jembatan
 Menjelaskan gambar potongan
jalan memanjang dan melintang
 Menjelaskan denah perencanaan
drainase dan potongan
memanjang saluran
 Menjelaskan gambar detail
 Menjelaskan gambar perencanaan
traffic engineering
 Menjelaskan gambar standard
 Mendiskusikan setiap pokok
bahasan tersebut
Waktu : 15 menit
Bahan : Materi Serahan (Bab 5,
Kelengkapan Gambar)
7. Ceramah : Sistematika dan contoh
gambar
Sistematika penyajian gambar dan
contoh gambar beberapa proyek
jalan
Menjelaskan sistematika penyajian
gambar
 Menjelaskan contoh gambar dari
beberapa proyek jalan
 Mendiskusikan setiap pokok
bahasan.
Waktu : 15 menit
Bahan : Materi Serahan (Bab 6,
Sistematika dan Contoh Gambar)
8. Praktek : Membaca gambar
 Membagikan gambar desain atau
gambar pelaksanaan pekerjaan
jalan dan jembatan
 Menjelaskan simbol dan kode yang
ada pada gambar tersebut.
 Menjelaskan cara menginterpre-
tasikan gambar kontrak dan
gambar pelaksanaan
 Menjelaskan cara perhitungan
kuantitas berdasar gambar desain
dan gambar pelaksanaan
 Memberi tugas kelompok
mengitung kuantitas pekerjaan
jalan dan jembatan berdasarkan
 Mengikuti penjelasan instruktur
dengan tekun dan aktif
 Mencatat hal-hal yang perlu
 Mengajukan pertanyaan bila
perlu
 Mengikuti penjelasan instruktur
dengan tekun dan aktif
 Mencatat hal-hal yang perlu
 Mengajukan pertanyaan bila
perlu
 Mempelajari gambar yang
diterimanya
 Mengikuti penjelasan dengan
tekun dan aktif
 Mengiterpretasikan gambar
desain atau gambar
pelaksanaan
 Menentukan cara perhitungan
kuantitas pekerjaan berdasar
gambar desain atau gambar
pelaksanaan
 Menjelaskan simbol dan kode
pada gambar
OHT
OHT
 Gambar
desain /
pelaksanaan
jalan dan
jembatan
 Komputer
 Kalkulator
 Alat tulis/
gambar
Modul SIB-04 : Membaca Gambar Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -xii-
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
gambar desain dan gambar
pelaksanaan
Waktu : 15 menit
 Mencatat hal-hal yang perlu
 Mengajukan pertanyaan bila
perlu
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab I Pendahuluan
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. UMUM
Untuk menciptakan sebuah proyek, kita harus membuat sketsa atau gambar berskala
kecil yang memberi memberi gambaran tentang bentuk bangunan keseluruhan, situasi,
dan kemungkinan-kemungkinan perencanaan.
Setelah sketsa pemikiran pertama dari proyek tersebut dikaji secara mendalam,
termasuk garis besar biaya yang diperlukan dan manfaatnya, maka dibuatlah pra-
rencana yang terdiri dari gambar / sketsa yang lebih detail dalam skala kecil dari bagian-
bagian bangunan proyek. Dari gambar tersebut dibuatlah anggaran biaya secara lebih
teliti. Setelah dipelajari lebih mendalam dan dipandang feasible untuk diteruskan rencana
proyek tersebut, maka dibuatlah rencana pelaksanaannya.
Tahap selanjutnya adalah membuat gambar-gambar (bestek) berdasarkan pra-rencana
dan gambar detail yang lebih teliti dengan skala yang lebih besar. Kemudian dikaji lagi
untuk mencari kemungkinan-kemungkinan yang lebih menguntungkan dan lebih
ekonomis. Setelah ini semua mantap, maka dibuatlah gambar yang lebih lengkap.
Gambar detail dibuat dengan skala yang cukup besar, supaya ada gambaran yang jelas
tentang seluruh pekerjaan yang diperlukan lengkap dengan biaya-biayanya.
Dari uraian diatas maka jelas bahwa dalam bidang pembangunan konstruksi sangat
diperlukan pengetahuan tentang gambar-gambar konstruksi. Pengetahuan tentang
gambar konstruksi sudah cukup jika :
a. Mengenal kodefikasi dan normalisasi gambar, misalnya :
 Gambar pasangan batu
 Gambar pekerjaan beton
 Garis-garis yang kelihatan
 Garis-garis yang tak kelihatan
b. Dapat mengerti / membaca dan menerjemahkan gambar, misalnya gambar bestek,
gambar konstruksi / detail, dsb.
c. Dapat mengenal pengetahuan konstruksi.
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab I Pendahuluan
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-2
1.2. FUNGSI GAMBAR
Gambar secara garis besar mempunyai 2 fungsi, yaitu :
 Sebagai alat untuk menyampaikan informasi.
 Untuk menyimpan data atau sebagai arsip.
1. Alat penyampaian informasi
Sebagai contoh ada satu bundel gambar perencanaan jalan yang dibuat oleh
seorang perencana. Dalam gambar tersebut seorang perencana menyampaikan
ide pikirannya melalui gambar dan selanjutnya informasi tersebut diterima oleh
orang lain misalnya kontraktor untuk dilaksanakan. Setelah proyek tersebut selesai
dibangun ternyata hasilnya sama seperti yang diinginkan oleh perencananya. Ini
suatu bukti bahwa melalui gambar tersebut terjadilah transformasi informasi secara
tepat dan benar.
2. Alat menyimpan data
Gambar merupakan data teknis yang paling ampuh untuk mengarsipkan data.
Informasi tentang suatu proyek atau konstruksi yang telah dibuat beberapa tahun
yang silam dapat dilihat kembali dan diperoleh keterangannya melalui sebuah
gambar yang diarsipkan. Sebagai contoh suatu jembatan beton bertulang setelah
jembatan tersebut jadi, tidak dapat diketahui berapa jumlah penulangan baja yang
digunakan untuk memperkuat jembatan beton bertulang tersebut. Tetapi 50 tahun
kemudian, dengan pengarsipan gambar yang baik maka penulangan jembatan
tersebut masih dapat diketahui sehingga kekuatan jembatan dapat dihitung ulang
untuk menahan perkembangan beban kendaraan yang melewatinya. Sekarang
gambar-gambar dapat disimpang dengan menggunakan micro-film, dimana
penyimpanannya lebih menghemat tempat dan lebih tahan lama.
1.3. GAMBAR SEBAGAI BAHASA TEKNIK
Gambar adalah bahasa yang dipakai oleh orang teknik, seperti Teknik Sipil, Teknik
Mesin, Teknik Elektro, Arsitektur dan lain-lain. Oleh karena itu gambar dapat disebut
sebagai bahasa teknik. Dengan gambarr, orang-orang teknik menggunakan / melengkapi
komunikasinya, yang mana sangat sulit bahkan tidak mungkin apabila diceritakan
dengan bahasa lisan ataupun tulis. Sebagai alat komunikasi, suatu gambar dapat untuk
menyampaikan ide / gagasan yang ada dipikiran seseorang untuk disampaikan kepada
orang lain. Penerusan informasi adalah sebagai fungsi yang penting untuk suatu gambar,
oleh karena itu diharapkan gambar dapat meneruskan keterangan secara tepat dan
obyektif.
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab I Pendahuluan
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-3
Sebuah gambar memerlukan kelengkapan keterangan-keterangan. Karena gambar juga
merupakan bahasa lambang yang mana perlu kesepakatan dalam mengartikan lambang-
lambang yang dipakai untuk kelengkapan gambar.
1.4. JENIS GAMBAR KONSTRUKSI
Dalam pekerjaan konstruksi dikenal jenis-jenis gambar, yaitu :
 Gambar rencana
 Gambar kerja (shop drawing)
 Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing)
Termasuk didalamnya terdapat gambar detail. Gambar detail yaitu suatu gambar
dengan skala besar untuk menggambarkan lebih jelas tentang hal-hal yang perlu
dijelaskan lebih rinci, biasanya dilengkapi dengan beberapa gambar potongan dan
gambar tampak.
Gambar desain adalah gambar yang dibuat untuk mempersiapkan suatu proyek sampai
dengan tahap pelelangan. Gambar desain juga disebut gambar perencanaan. Adapula
gambar desain yang disebut gambar prarencana. Gambar ini belum merupakan gambar
lengkap karena hanya terdiri dari gambar yang pokok-pokok saja, misalnya gambar
denah. Biasanya gambar prarencana diperlukan hanya untuk kebutuhan negosiasi atau
konsultasi. Setelah rencana proyek tersebut disepakati / disetujui oleh Pengguna Jasa
dan pihak-pihak yang terkait, maka dibuatlah gambar rencana yang dilengkapi dengan
gambar konstruksi dan gambar pelengkap lainnya untuk keperluan tender atau
pelelangan.
Gambar kerja (shop drawing) adalah gambar rencana yang dilengkapi dengan gambar-
gambar detail dan gambar tambahan agar pelaksanaan pembangunannya sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam dokumen tender. Gambar kerja harus
mendapat persetujuan Pengawas / Direksi Pekerjaan terlebih dahulu tentang persyaratan
yang harus dipenuhi sesuai spesifikasi.
Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing) adalah perubahan gambar yang terjadi
apabila terdapat perbedaan dalam pelaksanaan yang disebabkan oleh koreksi di
lapangan dan telah mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa, dan merupakan gambar
akhir yang harus diserahkan kepada Pemilik / Pengguna Jasa untuk kepentingan operasi
dan perawatan dan dokumentasi proyek. As-built drawing kadang-kadang disebut juga
record drawing.
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab II Penyajian Gambar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-1
BAB II
PENYAJIAN GAMBAR
2.1. UKURAN KERTAS GAMBAR
Gambar disajikan dalam kertas dengan ukuran yang berbeda-beda. Ukuran kertas
gambar mempunyai standard ukuran tertentu. Ukuran yang paling banyak digunakan
adalah dengan menggunakan seri A yang diikuti huruf mulai dari 0 sampai 4.
Ukuran standard yaitu A0 mempunyai luas 1 m2
, dengan perbandingan ukuran panjang
kertas terhadap lebar kertas adalah √2 : 1. Ukuran-ukuran berikutnya diperoleh dengan
membagi 2 ukuran yang mendahuluinya. Misalnya A1 mempunyai ukuran setengah A0,
ukuran A2 mempunyai ukuran setengah A1, ukuran A3 mempunyai ukuran setengah A2,
ukuran A4 mempunyai ukuran setengah A3. Ukuran kertas gambar dapat dilihat seperti
pada Tabel 2.1. berikut.
Tabel 2.1. : Ukuran kertas.
Lambang Panjang (mm) Lebar (mm)
A0 1.189 841
A1 841 594
A2 594 420
A3 420 297
A4 297 210
2.2. GARIS BATAS ATAU GARIS TEPI
Kertas gambar harus diberi garis batas pada tepinya. Jarak garis batas / tepi pada kertas
gambar sekurang-kurangnya mempunyai lebar 20 mm untuk kertas ukuran A0 dan A1.
Sedangkan untuk ukuran kertas A2, A3 dan A4 biasanya diambil sekurang-kurangnya 10
mm. Untuk keperluan pengarsipan bagian tepi kertas sebelah kiri diberi lubang untuk
menjepit kertas-kertas gambar tersebut dalam suatu bundel arsip. Demikian juga bila
sekelompok kertas gambar harus dijilid, maka bagian kiri kertas gambar perlu disiapkan
tempat untuk menjilid bundel kertas gambar tersebut. Oleh karena itu pada bagian kiri
kertas gambar biasanya jarak garis tepinya lebih lebar dari sisi yang lain, misalnya
diambil 30 sampai 40 mm, seperti tampak pada gambar dibawah ini. Sedangkan garis
tepi ini biasanya dipakai ketebalan garis minimum 0,5 mm.
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab II Penyajian Gambar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-2
2.3. KEPALA GAMBAR
Kepala gambar harus dibubuhkan pada lembar kertas gambar. Pada ruang kepala
gambar tercantum hal-hal penting antara lain sebagai berikut :
 Nomor gambar
 Judul gambar
 Nama perusahaan
 Tanda-tangan petugas yang bertanggung-jawab
 Keterangan gambar, seperti skala gambar
 Tempat untuk menulis catatan penting, dll.
Letak kepala gambar yang baku adalah disebelah kanan bawah. Namun untuk
kepentingan tertentu maka kepala gambar dapat diperpanjang kekiri atau keatas
sehingga sering terjadi kepala gambar terletak pada sisi bawah gambar sepanjang
ukuran kertas gambar atau pada sisi kanan kertas gambar selebar ukuran kertas
gambar, ada pula pada sisi atas gambar sepanjang ukuran kertas gambar.
Bentuk / format kepala gambar bisa berbeda, sesuai dengan yang ditentukan oleh
Pengguna Jasa.
Contoh bentuk kepala gambar dan letaknya dapat dilihat seperti Gambar 2.3.
Garis tepi
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab II Penyajian Gambar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-3
PROYEK PENINGKATAN JALAN ARJUNA DKI JAKARTA
CATATAN DENAH JALAN No. 2/8
NAMA TANDA-TANGAN
DIGAMBAR
DIPERIKSA
DISETUJUI
Skala 1 : 100
Gambar 2.3. : Contoh kepala gambar dan letaknya.
2.4. SKALA GAMBAR
Untuk ilmu bangunan, dapat digunakan gambar dengan skala :
 1 : 5
 1 : 10
 1 : 20
 1 : 50
 1 : 100
 1 : 200
 1 : 500
 1 : 1.000
Kepala gambar
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab II Penyajian Gambar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-4
Untuk pembuatan peta, skala gambar yang digunakan adalah 1 : 500 dan seterusnya
hingga 1 : 50.000
Sedangkan penggunaan skala untuk masing-masing jenis dan fungsi gambar adalah :
 Gambar situasi menggunakan skala 1 : 500, 1 : 1.000
 Gambar konstruksi menggunakan skala 1 : 200, 1 : 100, 1 : 50
 Gambar detail menggunakan skala 1 : 20, 1 : 10, 1 : 5
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab III Kodefikasi dan Simbol Gambar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 1
BAB III
KODEFIKASI DAN SIMBOL GAMBAR
3.1. GARIS
Dalam gambar dipergunakan bermacam jenis garis baik bentuknya maupun ukurannya.
Karena gambar adalah alat untuk komunikasi maka penggunaan garis tersebut harus
sesuai dengan maksud dan tujuannya.
Jenis-jenis garis yang dipergunakan untuk gambar teknik sipil biasanya terdiri dari 3
jenis, yaitu :
Garis nyata atau garis penuh
Garis putus-putus
Garis putus titik
Jenis garis yang lain misalnya :
Garis titik-titik
Garis putus dengan dua titik
Garis-garis tersebut diatas mempunyai ketebalan. Jenis garis menurut tebalnya, dibagi
menjadi 3 macam, yaitu :
 Garis tebal
 Garis sedang
 Garis titpis
Perbandingan ketebalan garis tersebut diatas lebih kurang adalah 1 : 0,7 : 0,5.
Perbandingan tersebut tidak terlalu mengikat karena ketebalan garis sebenarnya juga
tergantung dari besarnya gambar.
Penggunaan garis untuk gambar teknik sipil biasanya sebagai berikut :
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab III Kodefikasi dan Simbol Gambar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 2
 Garis tebal biasanya digunakan untuk garis tepi, garis kepala gambar. Selain
itu garis tebal juga digunakan untuk membuat garis benda. Tetapi garis benda
biasanya dibuat dengan ukuran sedang.
 Garis titpis dipakai untuk keperluan garis pembantu atau garis ukuran, garis
penunjuk dan garis arsir.
 Garis putus-putus biasanya digunakan untuk membuat garis benda yang
mana dari arah kita memandang garis tersebut sebenarnya tidak terlihat.
 Garis putus-titik biasanya digunakan untuk menggambar garis sumbu (garis
simetri), garis potong bidang benda, garis pada benda yang berada
dibelakang kita. Bisa saja garis putus maupun garis putus-titik dipakai untuk
keperluan lain, tetapi harus diberi keterangan.
3.2. HURUF DAN ANGKA
Huruf biasanya digunakan untuk keperluan menulis keterangan, catatan, judul dan
sebagainya. Sedangkan angka biasanya digunakan untuk penomoran, menulis ukuran,
peng-kode-an dan lain-lain. Huruf maupun angka tidak boleh menimbulkan keragu-
raguan bagi yang membaca. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan dalam membuat
huruf maupun angka, ialah :
 Dapat terbaca dengan jelas
 Bentuknya seragam, konsisten
Berikut diberikan contoh standard membuat huruf dan angka yang dipakai oleh ISO
3098/1-1974 dan JIS seperti pada Gambar 3.2.1. dan 3.2.2. Ukuran huruf secara umum
dapat diambil perbandingan tinggi huruf terhadap lebarnya adalah 3 : 2
Gambar 3.2.1. : Bentuk huruf sesuai standard ISO
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
abcdefghijklmnopqrstuvwxyz
[(!?.,”-=+x√%&)]Ø
0123456789IVX
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab III Kodefikasi dan Simbol Gambar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 3
1
0
m
m
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0
8
m
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab III Kodefikasi dan Simbol Gambar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 4
m
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0
6
,
3
m
m
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab III Kodefikasi dan Simbol Gambar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 5
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
5
m
m
K
L
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab III Kodefikasi dan Simbol Gambar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 6
M
N
O
P
Q
R
S
T
4
m
m
U
V
W
X
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab III Kodefikasi dan Simbol Gambar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 7
Y
Z
3
,
2
m
m
a
b
c
d
e
f
g
h
i
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab III Kodefikasi dan Simbol Gambar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 8
j
2
,
5
m
m
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab III Kodefikasi dan Simbol Gambar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 9
2
m
m
u
v
w
x
y
z
Gambar 3.2.2. : Bentuk huruf
sesuai standard JIS
3.3. GAMBAR JALAN
Dalam menggambar denah badan jalan harus ditetapkan dulu letak dan arah badan jalan
secara tepat dan benar. Untuk mengetahui letak yang benar perlu ada pedoman titik-titik
koordinat. Masing-masing wilayah atau kota biasanya sudah ada titik tertentu sebagai
sumbu koordinatnya dimana sumbu X dan Y dari koordinat tersebut menunjukkan arah
Utara dan Selatan. Oleh karena itu agar arah sumbu jalan dapat digambar dengan benar,
perlu ditetapkan arah mata angin pada gambar tersebut.
Simbol mata angin menunjukkan arah Utara (North) dengan tanda panah seperti contoh
gambar dibawah ini dan biasanya diikuti dengan ukuran skala yang dipakai pada gambar
tersebut.
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab III Kodefikasi dan Simbol Gambar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 10
0 5 10 km
Gambar 3.3.1. : Simbol mata angin
Simbol-simbol yang sering dipakai biasanya dikumpulkan dalam satu daftar yang biasa
disebut Legenda (Legend) seperti contoh pada Lampiran.
3.4. GAMBAR BETON BERTULANG
 Ukuran ketebalan plat beton dengan simbol t = thickness = tebal. Contoh : t = 20
cm.
 Untuk balok, lebar disebut lebih dahulu dari pada tinggi, misalnya 25 x 60. Tinggi
balok adalah jarak antara tepi bawah balok dan tepi atas lantai. Bila balok terletak
diatas lantai, maka tingginya diukur dari tepi bawah balok sampai tepi atas balok.
 Ukuran tinggi dipakai simbol H atau h = high = tinggi. Contoh : h = 40 cm.
 Ukuran diameter = d atau D atau Ø. Contoh : d = 8 mm, D = 40 cm.
 Ukuran diameter dan jumlah penulangan pada beton. Misalnya 4 Ø 20 artinya
dipakai tulangan baja d = 20 mm jumlahnya 4 buah.
 Ukuran diameter dan jarak tulangan. Misalnya Ø 8 – 20 artinya pelat beton
tersebut menggunakan tulangan baja dengan diameter 8 mm dipasang pada jarak
20 cm.
 Kemiringan digunakan simbol I yang artinya inclination. Contoh : I = 1 % = 1 : 100
Gambar beton biasanya dibuat dalam skala 1 : 20, kecuali bila perlu lebih jelas dipakai
skala lebih besar. Penampang biasanya ditengah-tengah antara 2 tumpuan dan ditepi
balok dekat tumpuan. Gambar-gambar tulangan dan jarak antara tulangan harus jelas.
Jika letak batang tak jelas, maka tempatkanlah di tempat batang itu suatu segitiga,
dengan puncaknya menunjuk ke sebelah dalam pelat, misalnya :
Tulangan bawah :
Letak batang pada tulangan bersilangan adalah :
Lapis terbawah, penulangan atas atau bawah :
U
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab III Kodefikasi dan Simbol Gambar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 11
Lapis teratas, penulangan bawah atau atas :
Pada Lampiran diberikan contoh-contoh gambar pekerjaan beton bertulang.
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV Desain Jembatan
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 1
BAB IV
DESAIN JEMBATAN
4.1. DATA PERENCANAAN
Perencanaan utama yang harus dilaksanakan minimal dan tidak terbatas pada :
1). Jembatan baru
 Perencanaan bangunan atas jembatan
 Perencanaan bangunan bawah jembatan (pilar, abutment dan pondasi)
 Perencanaan jalan pendekat / oprit jembatan
2). Jembatan lama
 Perencanaan perbaikan atau pemeliharaan bangunan atas jembatan
 Perencanaan perbaikan atau pemeliharaan komponen perletakan jembatan
 Perencanaan perbaikan atau pemeliharaan bangunan bawah jembatan
4.2. RENCANA KELAS JEMBATAN & KRITERIA PERENCANAAN
Sistem jembatan harus direncanakan berdasar kriteria sebagai berikut :
 Estimasi biaya konstruksi terendah
 Kuat
 Kenyamanan
 Estetika struktur
 Kemudahan pelaksanaan
Suatu penampang melintang jembatan yang normal harus sesuai dengan kriteria
perencanaan geometrik yang diberikan, meliputi :
 Lebar jalan kendaraan.
 Bentang jembatan.
 Tinggi ruang bebas jembatan.
 Muka air banjir.
4.3. PEMILIHAN JENIS BANGUNAN ATAS JEMBATAN
Bentang maksimum bangunan atas jembatan tergantung pada jenis konstruksi yang
akan dipilih. Bila panjang keseluruhan jembatan memerlukan lebih dari satu bentang
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV Desain Jembatan
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 2
untuk suatu jenis konstruksi maka diperlukan satu pilar atau lebih. Pada dasarnya jenis
bangunan atas jembatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
 Balok dan pelat (beam & slab).
 Pelat (slab).
 Culvert.
 Box girder.
 Rangka baja.
Untuk kepentingan syarat pemilihan jenis jembatan yang sangat penting ini disarankan
memakai jenis jembatan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Persyaratan fungsinya
a. Panjang span : Panjang span jembatan merupakan faktor terpenting dalam
menentukan jenis jembatan. Mengenai seleksi jpendekatan enis struktur
bangunan atas dapat dilihat pada Tabel 4.1, 4.2., dan 4.3
b. Perbandingan tinggi gelagar terhadap panjang span : Formula ini dibuat untuk
tujuan mendapatkan biaya konstruksi yang ekonomis. Pada Tabel 4.1, 4.2., dan
4.3
disajikan formula sebagai pendekatan penentuan tinggi gelagar.
2. Persyaratan lingkungan
Sistem jembatan yang direncanakan estetikanya harus harmonis dengan lingkungan
sekitarnya baik dipandang dari jarak jauh maupun dipandang dari bawah.
Standarisasi jembatan juga dibuat untuk pandangan estetis yang lebih baik.
3. Persyaratan pelaksanaan konstruksi
a. Metode konstruksi
Metode pracetak dan metode pengangkatan dengan crane adalah yang
disarankan dalam pelaksanaan jembatan beton karena kemudahan
pelaksanaannya, ekonomi dan pendeknya periode pelaksanaan.
Alternative metode konstruksi dapat dilihat pada Tabel 4.4.
b. Periode pelaksanaan
Untuk mengoptimalkan jangka waktu pelaksanaan maka kecepatan pelaksanaan
jembatan harus menjadi pertimbangan dalam menentukan jenis jembatan.
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV Desain Jembatan
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 3
No. Jenis bangunan atas Bentang efektif (m) Perbandingan
10 20 30 40 50 100 150 200 H/L
I. Struktur prategang
1 Slab berongga 1/22 (1/20 - 1/30)
2 Str. komposit sederhana : gelagar I 1/15 (1/13 - 1/20)
3 Str. komposit menerus : gelagar I 1/18 (1/16 - 1/22)
4 Str. sederhana : gelagar I 1/18 (1/16 - 1/22)
5 Str. menerus : gelagar I 1/20 (1/18 - 1/22)
6 Str. komposit sederhana : gelagar U 1/18 (1/16 - 1/20)
7 Gelagar kotak sederhana 1/20 (1/18 - 1/24)
8 Gelagar kotak menerus * 1/22 (1/20 - 1/27)
9 Gelagar kotak menerus ** 1/18 (1/16 - 1/22)
II. Struktur beton bertulang
1 Gelagar sederhana 1/15
2 Slab berongga 1/20
3 Konstruksi kaku 1/12
4 Slab di tiang 1/20
Catatan :
* = di-ereksi dengan penopang H = tinggi gelagar
** = di-ereksi dengan metoda kantilever L = bentang
Tabel 4.1. : Standar pendekatan pemilihan jenis gelagar bangunan atas.
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV Desain Jembatan
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 4
Tabel 4.2. : Tipe-tipe bangunan atas struktur jembatan yang menggunakan beton bertulang.
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV Desain Jembatan
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 5
Tabel 4.3. : Tipe-tipe bangunan atas struktur jembatan yang menggunakan beton pratekan.
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV Desain Jembatan
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 6
Tabel 4.4. : Tipe-tipe bangunan atas struktur jembatan yang menggunakan beton pratekan.
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV Desain Jembatan
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 7
Tabel 4.5. : Metode pelaksanaan struktur atas jembatan.
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV Desain Jembatan
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 8
Jembatan rangka baja dibagi dalam dua kelas : A dan B, pembagian kelas ini didasarkan
pada perbedaan lebar lantai dan lebar trotoar.
a. Kelas A
 Lebar lantai kendaraan : 7,00 m
 Trotoar : 2 x 1,00 m
 Clearance height : 5,10 m
b. Kelas B
 Lebar lantai kendaraan : 6,00 m
 Trotoar : 2 x 0,50 m
 Clearance height : 5,10 m
c. Mutu baja
 Struktur utama : SM 490 YB
 Struktur sekunder : SM 400 YB
 Semua baut mutu tinggi : Grade 8.8 (kecuali untuk sandaran)
Jembatan sistim rangka baja umumnya dengan bentang 40 ~ 60 meter, kecuali jembatan
gantung atau jembatan yang di-desain secara khusus dapat berbentang panjang.
Kriteria perencanaan pembebanan
Pembebanan mengacu pada BMS7-C2-BRIDGE DESIGN CODE1992 termasuk
kombinasi dan faktor beban. Prinsip pembebanannya adalah :
 Lalu lintas : Kelas A dan B – 2 jalur penuh ditambah jalur tidak penuh kedua
sisi jalan. 100 % beban D dan beban T. Ditambahkan pengaruh
lain jika diketahui.
 Trotoar : Kelas A - 2 kPa s/d 5 kPa pembebanannya.
Kelas B - Nil.
 Sandaran : 0,7 kN/m ditransfer secara vertikal kesetiap simultannya.
 Angin : Desain beban angin
 Maksimal : 35 m/s.
 Beban Layan : 30 m/s.
 Gempa : Koefisien gempa = 0,2 sesuai dengan spesifikasi kontrak.
 Arus : Bangunan atas dianggap terletak diatas permukaan air banjir
 Temperatur: Minimum 15ºC
 Maksimum : 40 ºC
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV Desain Jembatan
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 9
Spesifikasi perencanaan
Berdasarkan spesifikasi desain jembatan AASHTOLRFD tahun 1998.
Catatan : Beban & faktor beban yang digunakan berdasarkan BMS7-C2-Bridge
Design Code 1992.
4.4. PERENCANAAN LAJUR LALU-LINTAS RENCANA
Lajur lalu-lintas rencana harus mempunyai lebar 3,50 m (per lajur). Jumlah rencana lajur
lalu-lintas yang digunakan untuk berbagai lebar jembatan bisa dilihat dalam Tabel 4.6.
Tabel 4.6. : Lebar jalur kendaraan dan jumlah lajur lalu-lintas rencana.
Tipe jembatan Lebar jalur kendaraan
(m)
Jumlah lajur lalu-lintas
rencana
Satu lajur 4,00 – 5,00 1
Dua arah, tanpa
median
5,50 – 8,25
11,30 – 15,00
2 (3)
4
Dua arah / banyak
arah
8,25 – 11,25
11,30 – 15,00
15,10 – 18,75
18,80 – 22,50
3
4
5
6
4.5. PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN
1. Metode analisis
Untuk memenuhi persyaratan untuk kestabilan, kekuatan dan batas layan, pengaruh
aksi pada struktur dan komponennya harus ditentukan berdasarkan pendekatan
sebagai berikut :
 Struktur diasumsikan elastis linier
 Metode analisis berdasarkan pendekatan fleksibilitas atau kekakuan
 Pengaruh efek P delta dapat memperhitungkan dalam analisis struktur
2. Tahapan analisis
Perencanaan balok jembatan harus mempertimbangkan penampang komposit dan
penampang non komposit sesuai dengan langkah-langkah pelaksanaan konstruksi di
lapangan.
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV Desain Jembatan
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 10
3. Penempatan beban lalu lintas
Jika jembatan merupakan suatu sistem struktur statis tertentu (bentang tunggal),
maka beban lalu lintas diletakkan sepanjang bentang. Dalam hal ini, beban terpusat
diletakkan di tengah bentang.
Jika jembatan merupakan suatu sistem struktur statis tak tentu (bentang banyak)
maka beban lalu lintas harus diletakkan pada bentang-bentang yang menghasilkan
gaya-gaya dalam terbesar di tengah bentang dan di perletakan seperti diuraikan di
bawah ini.
Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 1 (bentang 5 serupa),
beban KEL harus diletakkan pada bentang 1 dan mengambil L adalah pengaruh
terburuk S1; S1 + S3; atau S1 + S3 + S5. Untuk mendapatkan momen lentur maksimum
pada bentang 3, beban KEL harus diletakkan pada bentang 3 dan mengambil L
adalah pengaruh terburuk S3; S1 + S3; atau S3 + S5.
Gambar 4.1. : Momen Lentur Positif – Bentang 1, 3 dan 5
Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 2, beban KEL
harus diletakkan pada bentang 2 dan mengambil L adalah pengaruh terburuk
S2; S2 + S4. Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 4,
beban KEL harus diletakkan pada bentang 4 dan mengambil L adalah pengaruh
terburuk S4; S2 + S4.
Gambar 4.2. : Momen Lentur Positif – Bentang 2 dan 4
S 1 S 2 S 3 S 4 S 5
S 2S 1 S 5S 4S 3
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV Desain Jembatan
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 11
Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 2, beban KEL
harus diletakkan pada bentang 2 dan mengambil L adalah pengaruh terburuk
S2; S2 + S4. Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 4,
beban KEL harus diletakkan pada bentang 4 dan mengambil L adalah pengaruh
terburuk S4; S2 + S4.
Gambar 4.3. : Momen Lentur Negatif pada Pilar
Untuk mendapatkan momen lentur maksimum di pilar 2, beban KEL harus
diletakkan pada bentang 2 dan 3; dengan mengambil L adalah pengaruh
terburuk S2 + S3; S3 + S5.
4.6. PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH JEMBATAN
1. Tumpuan / perletakan
Fungsi tumpuan / perletakan ialah untuk meneruskan gaya-gaya dari bangunan atas
jembatan ke bangunan bawah jembatan.
a. Tumpuan tetap
Rotasi terbatas bangunan atas jembatan dapat terjadi, tetapi perpindahan tempat
kearah horizontal akan dicegah oleh perletakan tetap tersebut.
b. Tumpuan yang dapat bergerak
Rotasi terbatas dan perpindahan tempat kearah horizontal dapat terjadi pada
perletakan yang dapat bergerak.
2. Jenis perletakan
a. Sendi dan Rol
Sendi merupakan tumpuan tetap dan Rol merupakan perletakan yang dapat
bergerak. Jenis tumpuan ini merupakan tumpuan yang paling umum digunakan
pada jembatan-jembatan di Indonesia.
S 4S 1 S 2 S 3 S 5
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV Desain Jembatan
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 12
b. Tumpuan Garis
Dapat berupa tumpuan tetap dan perletakan rol.
c. Tumpuan Elastomer
Tumpuan elastomer dapat mengikuti perpindahan tempat kearah vertikal dan
horizontal dan rotasi atau kombinasi gerakan-gerakan bangunan atas jembatan.
d. Tumpuan Pelat
Untuk jembatan bentang pendek, tumpuan dapat diberikan berupa pelat-pelat
baja rata.
3. Pondasi
Konstruksi pondasi mendukung dan meneruskan gaya-gaya dari bangunan bawah
jembatan ke lapis daya dukung tanah.
Pemilihan konstruksi pondasi dipengaruhi oleh hal-hal berikut :
 Gaya-gaya dari konstruksi jembatan.
 Kapasitas daya dukung tanah.
 Stabilitas tanah yang mendukung pondasi.
 Tersedianya alat transportasi, kemungkinan adanya bahan pondasi dan
pelaksanaannya.
 Pengaruh sungai, besarnya gerusan dan sedimentasi harus se-minimum
mungkin.
.
4.7. PERANGKAT LUNAK PERENCANAAN
Dalam melaksanakan perencanaan harus dengan menggunakan perangkat lunak yang
kompatibel seperti perangkat MOSS atau AD-CAD (perencanaan teknis harus dilakukan
secara compturized program). Perangkat lunak untuk analisis struktur dan analisis
perencanaan teknis lain terkait harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa.
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab V Kelengkapan Gambar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 1
BAB V
KELENGKAPAN GAMBAR
5.1. UMUM
Suatu gambar teknik sipil untuk perencanaan proyek jalan, misalnya, harus dilengkapi
gambar-gambar yang mendukung terlaksananya proyek tersebut tanpa menimbulkan
konflik atau interpretasi yang berbeda bagi setiap unsur yang terlibat dalam pelaksanaan
proyek tersebut.
Biasanya gambar perencanaan yang lengkap terdiri atas :
1. Halaman sampul.
2. Daftar gambar.
3. Daftar singkatan dan simbol.
4. Gambar situasi.
5. Denah perencanaan jalan (plan).
6. Potongan memanjang (profile).
7. Potongan melintang jalan (cross section).
8. Denah perencanaan drainase.
9. Potongan memanjang saluran.
10. Gambar detail.
11. Gambar perencanaan traffic engineering.
12. Gambar standard.
5.2. HALAMAN SAMPUL
Pada halaman ini tercantum keterangan tentang :
 Siapa pemilik dari proyek tersebut atau yang biasa disebut sebagai Pengguna Jasa.
 Apa nama proyek tersebut beserta keterangan-keterangannya apabila diperlukan.
 Siapa konsultan perencana-nya.
5.3. DAFTAR GAMBAR
Daftar gambar ini hampir sama dengan daftar isi pada buku. Pada lembar ini dimuat
daftar judul gambar secara ber-urutan. Setiap lembar gambar diberi kode dengan
menggunakan huruf kapital sebagai singkatan nama judulnya. Untuk gambar yang
sejenis diletakkan pada lembar yang saling berdekatan. Untuk membedakan antara
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab V Kelengkapan Gambar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 2
lembar satu dengan lainnya, pada tiap lembar diberi kode nomor urut yang diletakkan
setelah huruf kapital tersebut diatas. Nomor urut tersebut menunjukkan jumlah
lembarnya.
5.4. DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL
Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap simbol, kode huruf maupun istilah
(khususnya istilah asing) maka perlu disediakan lembar gambar khusus yang
mencantumkan arti dari simbol, kode maupun istilah yang digunakan dalam gambar
perencanaan / kerja.
5.5. GAMBAR SITUASI
Pada gambar situasi ini mengkaitkan letak proyek yang akan dibangun terhadap daerah
sekitarnya yang telah dikenal oleh masyarakat secara umum. Biasanya gambar situasi ini
merupakan gambar peta untuk suatu wilayah tertentu. Untuk mempermudah dalam
menentukan lokasi yang akan dibangun, biasanya diberikan keterangan-keterangan
seperlunya.
5.6. DENAH PERENCANAAN JALAN (PLAN)
Panjang suatu proyek jalan biasanya sampai ratusan meter atau beberapa kilometer.
Oleh karena itu gambar denah jalan dibagi-bagi menjadi beberapa bagian. Biasanya
pada sumbu jalan dipasang titik-titik pembantu dengan interval jarak tertentu, misalnya
setiap 50 m, titik-titik tersebut disebut station atau disingkat STA. Angka dibelakang huruf
STA menunjukkan jarak diukur dari station yang pertama yaitu STA. 0. Dari denah, dapat
diketahui antara lain : letak jalan, bentuk dan arah jalan, panjang dan lebar jalan serta
fasilitas-fasilitas jalan.
5.7. POTONGAN MEMANJANG (PROFILE)
Pada gambar potongan memanjang disamping gambar titik-titik station juga disajikan
ketinggian (peil/level) dari permukaan tanah yang ada, rencana permukaan jalan, dan
rencana dasar saluran.
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab V Kelengkapan Gambar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 3
5.8. POTONGAN MELINTANG JALAN (CROSS SECTION)
Potongan melintang digambar untuk jarak tertentu dari penampang jalan, biasanya
diambil potongan pada setiap station. Disamping itu dapat pula dibuat potongan
melintang diluar titik station apabila pada tempat tersebut ingin ditampilkan hal-hal yang
khusus, misalnya terdapat tiang penerangan jalan dsb. Dari potongan melintang ini dapat
diketahui antara lain : bentuk lapisan perkerasan jalan, ukuran lebar maupun tinggi,
kemiringan jalan, fasilitas jalan, misalnya saluran air, trotoir (side walk), dinding penahan
tanah, pagar jalan, penerangan jalan dll.
5.9. DENAH PERENCANAAN DRAINASE
Dari gambar denah drainase dapat diketahui antara lain : letak saluran air terhadap
badan jalan, arah pengaliran air, model konstruksi saluran terbuka maupun saluran
tertutup.
5.10. POTONGAN MEMANJANG SALURAN
Pada potongan memanjang ini disamping letak titik-titik station juga dicantumkan
ketinggian permukaan tanah dan dasar saluran yang direncanakan. Sehingga melalui
gambar potongan ini dapat dihitung jumlah galian maupun urugan tanah untuk
pembuatan saluran air.
5.11. GAMBAR DETAIL
Gambar detail adalah gambar-gambar konstruksi dengan skala kecil misalnya 1 : 5, 1 :
10 atau 1 : 20. Pada gambar potongan dilengkapi ukuran-ukuran dengan jelas dan
lengkap disamping keterangan-keterangan gambar. Bahkan dibuat tabel-tabel misalnya
untuk kebutuhan pembesian pekerjaan beton. Gambar detail biasanya meliputi pekerjaan
: detail saluran air terbuka dan tertutup, detail trotoir dan kanstin (side walk & curb), detail
dinding penahan tanah, detail pagar, pondasi, detail jembatan, pelat penutup saluran dll.
5.12. GAMBAR PERENCANAAN TRAFFIC ENGINEERING
Traffic engineering dibuat dengan denah tersendiri agar tidak rancu dengan gambar-
gambar yang lainnya. Gambar perencanaan traffic engineering memuat antara lain :
perencanaan rambu lalu-lintas, marka jalan, penerangan jalan, pengaturan traffic light,
dll.
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab V Kelengkapan Gambar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 4
5.13. GAMBAR DESAIN JEMBATAN
Gambar rencana akhir minimal harus terdiri sebagai berikut ini jika tidak ditentukan lain :
a) Sampul luar (cover) dan sampul dalam.
b) Daftar isi.
c) Peta lokasi proyek.
d) Peta lokasi sumber bahan material (quarry)
e) Daftar simbol dan singkatan.
f) Daftar bangunan pelengkap
g) Daftar rangkuman volume pekerjaan.
h) Alinyemen Horizontal (plan) digambar di atas peta situasi skala 1 : 500 untuk
jembatan dengan interval garis tinggi 1 meter dan dilengkapi dengan data yang
dibutuhkan.
i) Alinyemen Vertikal (profile) digambar dengan skala horizontal 1 : 500 untuk jembatan
dan skala vertikal 1 : 100 yang mencakup data yang dibutuhkan.
j) Potongan Melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik STA (maximum
interval 50 meter), dibuat dengan skala horizontal 1 : 100 dan skala vertikal 1 : 50.
Dalam gambar potongan melintang harus mencakup :
 Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka jalan dan jembatan
 Profil tanah asli dan profil / dimensi RUMIJA (ROW) rencana
 Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan
 Data kemiringan lereng galian / timbunan (bila ada)
k) Potongan Melintang Tipikal (Typical Cross Section) harus digambar dengan skala
yang pantas dan memuat semua informasi yang diperlukan antara lain :
 Gambar konstruksi existing yang ada.
 Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada ketinggian yang berbeda-
beda.
 Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota.
 Rincian konstruksi perkerasan.
 Penampang bangunan pelengkap.
 Bentuk dan konstruksi bahu jalan, median.
 Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada).
l) Gambar standar yang mencakup antara lain gambar bangunan pelengkap, drainase,
rambu jalan, marka jalan, dan sebagainya.
m) Gambar detail bangunan bawah dan bangunan atas jembatan.
n) Keterangan mengenai mutu bahan dan kelas pembebanan.
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab VI Sistematika dan Contoh Gambar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) VI - 1
BAB VI
SISTEMATIKA DAN CONTOH GAMBAR
6.1. SISTEMATIKA GAMBAR
Pada umumnya susunan / sistematika gambar akan terdiri dari :
No. Kode Gambar
SAMPUL SAMPUL
A UMUM
1. A/1/1 Daftar gambar
2. A/2/1 Peta lokasi proyek
3. A/2/2 Key Plan
4. A/2/3 Peta Quarry
5. A/3 Abbreviations, Legend & Keterangan umum
6. A/4 Daftar Kuantitas Pekerjaan
B TYPICAL CROSS SECTION
7. B/1 Typical Cross Section Type I
8. B/2 Typical Cross Section Type II
C ALIGNMENT LAYOUT
9. B/1 Alignment Layout STA 0+000 – 0+750
10. B/2 Alignment Layout STA 0+750 – 1+500
D PLAN & PROFILE
11. D/1 Plan & Profile STA 0+000 - 0+750
12. D/2 Plan & Profile STA 0+750 - 1+500
E CROSS SECTION
13. E/1 Cross Section STA 0+000 - 0+500
14. E/2 Cross Section STA 0+500 - 1+000
F INTERSECTION
15. F/1/1 Plan of Intersection STA 5+000
16. F/1/2 Cross Section of Intersection STA 5+000
17. F/1/3 Intersection Details STA 5+000
G STRUKTUR
18. G/1/1 Tampak samping jembatan
19. G/1/2 Denah / tampak atas jembatan
20. G/1/3 Longitudinal & Cross Section
21. G/1/4 Girder Detail & Reinforcement
22. G/1/5 Bar Reinforcement of Girder
23. G/1/6 Deck Slab Detail & Reinforcement
24. G/1/7 Bar Reinforcement of Deck Slab
25. G/1/8 Railing Detail & Reinforcement
26. G/1/9 Bar Reinforcement of Railing
27. G/1/10 Detail of Abutment & Reinforcement
28. G/1/11 Bar Reinforcement of Abutment
29. G/1/12 Detail pondasi
30. G/1/13 Detail Expansion Joint
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab VI Sistematika dan Contoh Gambar
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) VI - 2
No. Kode Gambar
H DRAINASE
31. H/1/1 Plan & Longitudinal Section STA 0+000 - 0+750
32. H/2/1 Ditch – Type I
33. H/3/1 Inlet & Outlet Structure Drain – Type I
34. H/4/1 Catch Basins – Type I
35. H/5/1 Reinforced Concrete Pipe Culvert
36. H/5/2 Headwall for Pipe Culvert – Type I
37. H/6/1 Box Culvert – Type I
38. H/6/3 Box Culvert Bar Reinforcement – Type I
39. H/6/5 Box Culvert Detail – Type I
40. H/6/7 Single Cell Slab Culvert – Type I
41. H/6/8 Multi Cell Slab Culvert – Type II
42. H/6/9 Slab Culvert Reinforcement
43. H/6/10 Sub Surface Drain
I RETAINING WALL & SLOPE PROTECTION
44. I/1/1 Retaining Wall & Slope Protection– Type I
45. I/1/2 Retaining Wall & Slope Protection– Type II
46. I/2/1 Bar Reinforcement
47. I/3 River Bank Slope Protection
48. I/4 Rip-rap Slope Protection
J MISCELLANEOUS & STANDARD DRAWING
49. J/1 Curb
50. J/2/1 Median
51. J/3 Concrete Barrier
52. J/4/1 Side-walk
53. J/5/1 Island
54. J/6/1 U-Turn – Type I
55. J/7 Truck Parking Area
56. J/8/1 Traffic Signs
57. J/9/1 Road Marking
58. J/10 Guardrail
59. J/11 KM Post
60. J/12/1 Lighting – Type I
61. J/13 Bus Bay
62. J/14/1 Lanscape Plan
63. J/14/2 Detail planting plan
64. J/14/3 Description of planting plan
6.2. CONTOH GAMBAR
Pada lampiran diberikan contoh gambar dari beberapa proyek yang telah ada, dan
contoh dari proyek-proyek dari instansi : Kimpraswil, Dinas Pekerjaan Umum DKI
Jakarta, dan dari PT. Jasa Marga (Persero). Nampak bahwa masing-masing instansi
mempunyai format yang tidak sama, tetapi pada dasarnya mempunyai pengertian
gambar yang harus di-interpretasikan sama oleh pelaku proyek.
Modul SIB-04 : Membaca Gambar Rangkuman
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) R-1
RANGKUMAN
Gambar secara garis besar mempunyai 2 fungsi, yaitu :
 Sebagai alat untuk menyampaikan informasi.
 Untuk menyimpan data atau sebagai arsip.
Karena gambar juga merupakan bahasa lambang yang mana perlu kesepakatan dalam
mengartikan lambang-lambang yang dipakai untuk kelengkapan gambar.
Dalam pekerjaan konstruksi dikenal jenis-jenis gambar, yaitu :
 Gambar rencana
 Gambar kerja (shop drawing)
 Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing)
Kepala gambar harus dibubuhkan pada lembar kertas gambar. Pada ruang kepala
gambar tercantum hal-hal penting antara lain sebagai berikut :
 Nomor gambar
 Judul gambar
 Nama perusahaan
 Tanda-tangan petugas yang bertanggung-jawab
 Keterangan gambar, seperti skala gambar
 Tempat untuk menulis catatan penting, dll.
Dalam gambar dipergunakan bermacam jenis garis baik bentuknya maupun ukurannya.
Karena gambar adalah alat untuk komunikasi maka penggunaan garis tersebut harus
sesuai dengan maksud dan tujuannya.
Huruf biasanya digunakan untuk keperluan menulis keterangan, catatan, judul dan
sebagainya. Sedangkan angka biasanya digunakan untuk penomoran, menulis ukuran,
peng-kode-an dan lain-lain. Huruf maupun angka tidak boleh menimbulkan keragu-
raguan bagi yang membaca. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan dalam membuat
huruf maupun angka, ialah :
 Dapat terbaca dengan jelas
 Bentuknya seragam, konsisten
Dalam menggambar denah badan jalan harus ditetapkan dulu letak dan arah badan jalan
secara tepat dan benar. Untuk mengetahui letak yang benar perlu ada pedoman titik-titik
koordinat. Masing-masing wilayah atau kota biasanya sudah ada titik tertentu sebagai
sumbu koordinatnya dimana sumbu X dan Y dari koordinat tersebut menunjukkan arah
Utara dan Selatan. Oleh karena itu agar arah sumbu jalan dapat digambar dengan benar,
perlu ditetapkan arah mata angin pada gambar tersebut.
Modul SIB-04 : Membaca Gambar Rangkuman
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) R-2
Perencanaan jalan baru ini juga berlaku untuk perencanaan rekonstruksi jalan (full depth
pavement) pada peningkatan jalan. Metode perencanaan didasarkan pada buku Petunjuk
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen
No. SNI 1732-1989-F.
Pada dasarnya jenis bangunan atas jembatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
 Balok dan pelat (beam & slab).
 Pelat (slab).
 Culvert.
 Box girder.
 Rangka baja.
Perencanaan struktur jembatan meliputi:
1. Metode analisis
Untuk memenuhi persyaratan untuk kestabilan, kekuatan dan batas layan, pengaruh
aksi pada struktur dan komponennya harus ditentukan berdasarkan pendekatan
sebagai berikut :
 Struktur diasumsikan elastis linier
 Metode analisis berdasarkan pendekatan fleksibilitas atau kekakuan
 Pengaruh efek P delta dapat memperhitungkan dalam analisis struktur
2. Tahapan analisis
Perencanaan balok jembatan harus mempertimbangkan penampang komposit dan
penampang non komposit sesuai dengan langkah-langkah pelaksanaan konstruksi di
lapangan.
3. Penempatan beban lalu lintas
Jika jembatan merupakan suatu sistem struktur statis tertentu (bentang tunggal),
maka beban lalu lintas diletakkan sepanjang bentang. Dalam hal ini, beban terpusat
diletakkan di tengah bentang.
Jika jembatan merupakan suatu sistem struktur statis tak tentu (bentang banyak)
maka beban lalu lintas harus diletakkan pada bentang-bentang yang menghasilkan
gaya-gaya dalam terbesar di tengah bentang dan di perletakan seperti diuraikan di
bawah ini.
Dalam melaksanakan perencanaan harus dengan menggunakan perangkat lunak yang
kompatibel seperti perangkat MOSS atau AD-CAD (perencanaan teknis harus dilakukan
secara compturized program). Perangkat lunak untuk analisis struktur dan analisis
perencanaan teknis lain terkait harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa.
Gambar rencana akhir minimal harus terdiri sebagai berikut ini jika tidak ditentukan lain :
a) Sampul luar (cover) dan sampul dalam.
Modul SIB-04 : Membaca Gambar Rangkuman
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) R-3
b) Daftar isi.
c) Peta lokasi proyek.
d) Peta lokasi sumber bahan material (quarry)
e) Daftar simbol dan singkatan.
f) Daftar bangunan pelengkap
g) Daftar rangkuman volume pekerjaan.
h) Alinyemen Horizontal (plan) digambar di atas peta situasi skala 1 : 500 untuk
jembatan dengan interval garis tinggi 1 meter dan dilengkapi dengan data yang
dibutuhkan.
i) Alinyemen Vertikal (profile) digambar dengan skala horizontal 1 : 500 untuk jembatan
dan skala vertikal 1 : 100 yang mencakup data yang dibutuhkan.
j) Potongan Melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik STA (maximum
interval 50 meter), dibuat dengan skala horizontal 1 : 100 dan skala vertikal 1 : 50.
Dalam gambar potongan melintang harus mencakup :
 Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka jalan dan jembatan
 Profil tanah asli dan profil / dimensi RUMIJA (ROW) rencana
 Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan
 Data kemiringan lereng galian / timbunan (bila ada)
k) Potongan Melintang Tipikal (Typical Cross Section) harus digambar dengan skala
yang pantas dan memuat semua informasi yang diperlukan antara lain :
 Gambar konstruksi existing yang ada.
 Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada ketinggian yang berbeda-
beda.
 Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota.
 Rincian konstruksi perkerasan.
 Penampang bangunan pelengkap.
 Bentuk dan konstruksi bahu jalan, median.
 Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada).
l) Gambar standar yang mencakup antara lain gambar bangunan pelengkap, drainase,
rambu jalan, marka jalan, dan sebagainya.
m) Gambar detail bangunan bawah dan bangunan atas jembatan.
n) Keterangan mengenai mutu bahan dan kelas pembebanan.
LLAAMMPPIIRRAANN
CCoonnttoohh GGaammbbaarr--ggaammbbaarr PPrrooyyeekk
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-1
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-2
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-3
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-4
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-5
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-6
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-7
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-8
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-9
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-10
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-11
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-12
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-13
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-14
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-15
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-16
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-17
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-18
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-19
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-20
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-21
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-22
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-23
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-24
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-25
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-26
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-27
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-28
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-29
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-30
Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-31
Modul SIB-04 : Membaca Gambar Daftar Pustaka
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) DP-1
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, Pelaksanaan Pembangunan Jalan (Highway Engineering), Lestari
Jakarta, Oktober 1979.
2. The Asphalt Institute, Asphalt in Pavement Maintenance, manual Series No. 16
(MS-16), March 1983.
3. Asphalt Institute, Asphalt Technologie Construction Practice, Educational Series
No. 1, January 1983.
4. Asphalt Institute, Principles of Construction of Hot-mix Asphalt Pavements, Manual
Series No. 22, Januari 1983.
5. Clarkson.H.Oglesby, R. Gary Hicks, Highways Engineering, 4nd Ed John Willey &
Sons, inc, 1982.
6. Direktorat Jenderal Bina Marga, (1976), Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No.
01/MN/BM/1976, Departemen Pekerjaan Umum dan tenaga Listrik.
7. Direktorat Jenderal Bina Marga, Pengambilan Data Lapangan untuk IBRD Rolling
Beterment Programme, Bipran Central Design Office, May 1986.
8. Direktorat Jenderal Bina Marga, Petunjuk Pengambilan Data Lapangan untuk
Program Pemeliharaan Berkala, Bipran Central Design Office, November 1988.
9. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Bina Program Jalan, Second Nine
Provinces Road, Rehabilitation Project, Buku 3, “Spesifikasi Umum”.
10. Direktorat Jenderal Bina Marga, Central Quality Control & Monitoring unit, Manual
Supervisi Lapangan untuk Pengendalian Mutu pada Kontrak Pemeliharaan dan
Peningkatan jalan, Agustus 1988.
11. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Pedoman
Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan, No. 010/BNKT/1990.
12. Direktorat Jenderal Bina marga, Bina Program Jalan, Dokumen Rujukan RD
3.1.2., Pedoman untuk Pengumpulan Rutin Data untuk Disain, Oktober 1989.
Modul SIB-04 : Membaca Gambar Daftar Pustaka
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) DP-2
13. Direktorat Jenderal Bina Marga, Bina Program Jalan, Design Parameters and
Models for the Roadworks Design System.
14. Direktorat Jenderal Bina Marga, Bina Program Jalan, Sistim Perhitungan Lalu
Lintas Rutin, Petunjuk Pelaksanaan thn 1984/1985 ; Jakarta, Maret 1984.
15. Direktorat Jenderal Bina Marga, Manual Pemeliharaan Jalan, No.03/MN/B/1983.
16. Horison, Jack.A, Correlation of CBR and Dynamic Cone Penetrometer Strength
measurement of soils, Thesis for MSc degree in Highway Engineering and
Development, August 1984.
17. Djoko Untung Soedarsono, Konstruksi Jalan Raya, Badan Penerbit Pekerjaan
Umum, cetakan pertama, 1979.
18. Konferensi Tahunan Teknik Jalan ke 4, Jakarta 19-21 Nopember ’90, Volume 4,
Teknik Lalu Lintas dan Transportasi.
19. M.W.Witczak, Pavement Design Seminars for Bina Marga, Indonesian Highway
Departement, Bandung, Indonesia, February 9-10, 1979.
20. NAASRA, Interim Guide to Pavement Thicknees Design, 1979.
21. Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1985 tentang Jalan.
22. PMU, Urban Roads Planning and Programming Manual, Jakarta.
23. Robert D. Krebs/Richard D. Walker, Highway Materials, Mc Graw-Hill Book
Company, 1971.
24. Semawi A.M., Konstruksi Jalan Raya, Unpar.
25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1980 tentang Jalan.
26. Unpar, Bahan Kuliah Teknik Jalan Raya II, 1989.
27. PT. HUTAMA PRIMA, Aspal Emulsi, Jakarta, 2004.

More Related Content

What's hot

MODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNG
MODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNGMODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNG
MODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNGPPGHybrid1
 
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNG
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNGMETODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNG
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNGtrisna gallaran
 
2007 04-gambar teknik
2007 04-gambar teknik2007 04-gambar teknik
2007 04-gambar teknikahmad fuadi
 
UJI KOMPETENSI – SKK Ahli Muda Gedung.pptx
UJI KOMPETENSI – SKK Ahli Muda Gedung.pptxUJI KOMPETENSI – SKK Ahli Muda Gedung.pptx
UJI KOMPETENSI – SKK Ahli Muda Gedung.pptxMoehammadHarristZulf
 
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2contoh kerjaan struktur beton bertulang 2
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2Aryo Bimantoro
 
06 ho pelaksanaan pekerjaan pekerasan jalan beton
06 ho pelaksanaan pekerjaan pekerasan jalan beton06 ho pelaksanaan pekerjaan pekerasan jalan beton
06 ho pelaksanaan pekerjaan pekerasan jalan betonIoKusuma
 
ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN.pptx
ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN.pptxELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN.pptx
ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN.pptxAndreaHiden
 
Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971
Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971
Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971Yusrizal Mahendra
 
Baja - Balok Komposit
Baja - Balok Komposit Baja - Balok Komposit
Baja - Balok Komposit Yasmin Rosyad
 
Handout mer iv d iii
Handout mer iv d iiiHandout mer iv d iii
Handout mer iv d iiiJunaida Wally
 
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautKonstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautJunaida Wally
 
presentasi jembatan.pptx
presentasi jembatan.pptxpresentasi jembatan.pptx
presentasi jembatan.pptxPRASADJA1
 
Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10noussevarenna
 
Menghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum GempaMenghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum GempaRafi Perdana Setyo
 

What's hot (20)

MODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNG
MODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNGMODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNG
MODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNG
 
UJI KOMPETENSI JEMBATAN.pptx
UJI KOMPETENSI JEMBATAN.pptxUJI KOMPETENSI JEMBATAN.pptx
UJI KOMPETENSI JEMBATAN.pptx
 
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNG
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNGMETODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNG
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNG
 
2007 04-gambar teknik
2007 04-gambar teknik2007 04-gambar teknik
2007 04-gambar teknik
 
UJI KOMPETENSI – SKK Ahli Muda Gedung.pptx
UJI KOMPETENSI – SKK Ahli Muda Gedung.pptxUJI KOMPETENSI – SKK Ahli Muda Gedung.pptx
UJI KOMPETENSI – SKK Ahli Muda Gedung.pptx
 
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2contoh kerjaan struktur beton bertulang 2
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2
 
06 ho pelaksanaan pekerjaan pekerasan jalan beton
06 ho pelaksanaan pekerjaan pekerasan jalan beton06 ho pelaksanaan pekerjaan pekerasan jalan beton
06 ho pelaksanaan pekerjaan pekerasan jalan beton
 
ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN.pptx
ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN.pptxELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN.pptx
ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN.pptx
 
Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971
Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971
Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971
 
Sistem rangka pemikul momen
Sistem rangka pemikul momenSistem rangka pemikul momen
Sistem rangka pemikul momen
 
Baja - Balok Komposit
Baja - Balok Komposit Baja - Balok Komposit
Baja - Balok Komposit
 
Handout mer iv d iii
Handout mer iv d iiiHandout mer iv d iii
Handout mer iv d iii
 
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautKonstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
 
presentasi jembatan.pptx
presentasi jembatan.pptxpresentasi jembatan.pptx
presentasi jembatan.pptx
 
Preliminary design kel. 3revisi
Preliminary design kel. 3revisiPreliminary design kel. 3revisi
Preliminary design kel. 3revisi
 
Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10
 
Metode pelaksanaan-konstruksi-jembatan
Metode pelaksanaan-konstruksi-jembatanMetode pelaksanaan-konstruksi-jembatan
Metode pelaksanaan-konstruksi-jembatan
 
PPT JEMBATAN
PPT JEMBATANPPT JEMBATAN
PPT JEMBATAN
 
Buku etabs
Buku etabsBuku etabs
Buku etabs
 
Menghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum GempaMenghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum Gempa
 

Similar to 2006 04-membaca gambar

2006 09-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
2006 09-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan2006 09-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
2006 09-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalanahmad fuadi
 
2007 10-pekerjaan beton
2007 10-pekerjaan beton2007 10-pekerjaan beton
2007 10-pekerjaan betonahmad fuadi
 
2006 03-bahan jembatan
2006 03-bahan jembatan2006 03-bahan jembatan
2006 03-bahan jembatanahmad fuadi
 
2006 08-pekerjaan beton
2006 08-pekerjaan beton2006 08-pekerjaan beton
2006 08-pekerjaan betonahmad fuadi
 
2006 12-teknik pelaporan
2006 12-teknik pelaporan2006 12-teknik pelaporan
2006 12-teknik pelaporanahmad fuadi
 
2005-04-Rekayasa lapangan dan kaji ulang desain.pdf
2005-04-Rekayasa lapangan dan kaji ulang desain.pdf2005-04-Rekayasa lapangan dan kaji ulang desain.pdf
2005-04-Rekayasa lapangan dan kaji ulang desain.pdfivanrsd70
 
2006 05-alat berat
2006 05-alat berat2006 05-alat berat
2006 05-alat beratahmad fuadi
 
2007 13-metode kerja
2007 13-metode kerja2007 13-metode kerja
2007 13-metode kerjaahmad fuadi
 
2007 03-bahan jalan
2007 03-bahan jalan2007 03-bahan jalan
2007 03-bahan jalanahmad fuadi
 
2007 11-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
2007 11-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan2007 11-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
2007 11-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalanahmad fuadi
 
2007 06-pengukuran dan pematokan
2007 06-pengukuran dan pematokan2007 06-pengukuran dan pematokan
2007 06-pengukuran dan pematokanahmad fuadi
 
2006 01-keselamatan dan kesehatan kerja
2006 01-keselamatan dan kesehatan kerja2006 01-keselamatan dan kesehatan kerja
2006 01-keselamatan dan kesehatan kerjaahmad fuadi
 
2007 14-teknik pelaporan
2007 14-teknik pelaporan2007 14-teknik pelaporan
2007 14-teknik pelaporanahmad fuadi
 
2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan
2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan
2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatanahmad fuadi
 
File_Soal_jalan.pptx
File_Soal_jalan.pptxFile_Soal_jalan.pptx
File_Soal_jalan.pptxannafikarya
 
PPT JURU GAMBAR JALAN DAN JEMBATAN LV 4.pptx
PPT JURU GAMBAR JALAN DAN JEMBATAN LV 4.pptxPPT JURU GAMBAR JALAN DAN JEMBATAN LV 4.pptx
PPT JURU GAMBAR JALAN DAN JEMBATAN LV 4.pptxANGKATANCORONA1
 
File_Soal_17_158_29_1676969129.pptx
File_Soal_17_158_29_1676969129.pptxFile_Soal_17_158_29_1676969129.pptx
File_Soal_17_158_29_1676969129.pptxOnieChicarito
 
b0110_Bahan_Tayang_Modul_4-BEP_sbg_bag_dari_proses_penyajian_informasi (1).pptx
b0110_Bahan_Tayang_Modul_4-BEP_sbg_bag_dari_proses_penyajian_informasi (1).pptxb0110_Bahan_Tayang_Modul_4-BEP_sbg_bag_dari_proses_penyajian_informasi (1).pptx
b0110_Bahan_Tayang_Modul_4-BEP_sbg_bag_dari_proses_penyajian_informasi (1).pptxSinggihTendemArekMen
 
LAPORAN_PRAKTIK_KERJA.civil and enggineringpdf
LAPORAN_PRAKTIK_KERJA.civil and enggineringpdfLAPORAN_PRAKTIK_KERJA.civil and enggineringpdf
LAPORAN_PRAKTIK_KERJA.civil and enggineringpdfFadliST
 

Similar to 2006 04-membaca gambar (20)

2006 09-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
2006 09-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan2006 09-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
2006 09-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
 
2007 10-pekerjaan beton
2007 10-pekerjaan beton2007 10-pekerjaan beton
2007 10-pekerjaan beton
 
2006 03-bahan jembatan
2006 03-bahan jembatan2006 03-bahan jembatan
2006 03-bahan jembatan
 
2006 08-pekerjaan beton
2006 08-pekerjaan beton2006 08-pekerjaan beton
2006 08-pekerjaan beton
 
2006 12-teknik pelaporan
2006 12-teknik pelaporan2006 12-teknik pelaporan
2006 12-teknik pelaporan
 
2005-04-Rekayasa lapangan dan kaji ulang desain.pdf
2005-04-Rekayasa lapangan dan kaji ulang desain.pdf2005-04-Rekayasa lapangan dan kaji ulang desain.pdf
2005-04-Rekayasa lapangan dan kaji ulang desain.pdf
 
2006 05-alat berat
2006 05-alat berat2006 05-alat berat
2006 05-alat berat
 
2007 13-metode kerja
2007 13-metode kerja2007 13-metode kerja
2007 13-metode kerja
 
2007 03-bahan jalan
2007 03-bahan jalan2007 03-bahan jalan
2007 03-bahan jalan
 
2007 11-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
2007 11-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan2007 11-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
2007 11-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
 
2007 06-pengukuran dan pematokan
2007 06-pengukuran dan pematokan2007 06-pengukuran dan pematokan
2007 06-pengukuran dan pematokan
 
2006 01-keselamatan dan kesehatan kerja
2006 01-keselamatan dan kesehatan kerja2006 01-keselamatan dan kesehatan kerja
2006 01-keselamatan dan kesehatan kerja
 
2007 14-teknik pelaporan
2007 14-teknik pelaporan2007 14-teknik pelaporan
2007 14-teknik pelaporan
 
2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan
2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan
2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan
 
File_Soal_jalan.pptx
File_Soal_jalan.pptxFile_Soal_jalan.pptx
File_Soal_jalan.pptx
 
PPT JURU GAMBAR JALAN DAN JEMBATAN LV 4.pptx
PPT JURU GAMBAR JALAN DAN JEMBATAN LV 4.pptxPPT JURU GAMBAR JALAN DAN JEMBATAN LV 4.pptx
PPT JURU GAMBAR JALAN DAN JEMBATAN LV 4.pptx
 
File_Soal_17_158_29_1676969129.pptx
File_Soal_17_158_29_1676969129.pptxFile_Soal_17_158_29_1676969129.pptx
File_Soal_17_158_29_1676969129.pptx
 
b0110_Bahan_Tayang_Modul_4-BEP_sbg_bag_dari_proses_penyajian_informasi (1).pptx
b0110_Bahan_Tayang_Modul_4-BEP_sbg_bag_dari_proses_penyajian_informasi (1).pptxb0110_Bahan_Tayang_Modul_4-BEP_sbg_bag_dari_proses_penyajian_informasi (1).pptx
b0110_Bahan_Tayang_Modul_4-BEP_sbg_bag_dari_proses_penyajian_informasi (1).pptx
 
LAPORAN_PRAKTIK_KERJA.civil and enggineringpdf
LAPORAN_PRAKTIK_KERJA.civil and enggineringpdfLAPORAN_PRAKTIK_KERJA.civil and enggineringpdf
LAPORAN_PRAKTIK_KERJA.civil and enggineringpdf
 
File_Soal_17_158_29_1671014012.pptx
File_Soal_17_158_29_1671014012.pptxFile_Soal_17_158_29_1671014012.pptx
File_Soal_17_158_29_1671014012.pptx
 

More from ahmad fuadi

2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin
2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin
2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalinahmad fuadi
 
2007 09-pekerjaan pekerasan jalan
2007 09-pekerjaan pekerasan jalan2007 09-pekerjaan pekerasan jalan
2007 09-pekerjaan pekerasan jalanahmad fuadi
 
2007 08-pekerjaan drainase
2007 08-pekerjaan drainase2007 08-pekerjaan drainase
2007 08-pekerjaan drainaseahmad fuadi
 
2007 07-pekerjaan tanah
2007 07-pekerjaan tanah2007 07-pekerjaan tanah
2007 07-pekerjaan tanahahmad fuadi
 
2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalanahmad fuadi
 
2007 05-analisis dan interpretasi hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 05-analisis dan interpretasi hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan2007 05-analisis dan interpretasi hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 05-analisis dan interpretasi hasil penyelidikan tanah untuk badan jalanahmad fuadi
 
2007 05-alat berat
2007 05-alat berat2007 05-alat berat
2007 05-alat beratahmad fuadi
 
2007 04-pengujian mekanika tanah di lapangan dan di laboratorium untuk badan ...
2007 04-pengujian mekanika tanah di lapangan dan di laboratorium untuk badan ...2007 04-pengujian mekanika tanah di lapangan dan di laboratorium untuk badan ...
2007 04-pengujian mekanika tanah di lapangan dan di laboratorium untuk badan ...ahmad fuadi
 
2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalanahmad fuadi
 
2007 02-manajemen
2007 02-manajemen2007 02-manajemen
2007 02-manajemenahmad fuadi
 
2007 02-desk study dan survai pendahuluan
2007 02-desk study dan survai pendahuluan2007 02-desk study dan survai pendahuluan
2007 02-desk study dan survai pendahuluanahmad fuadi
 
2007 01-uujk, smk3
2007 01-uujk, smk32007 01-uujk, smk3
2007 01-uujk, smk3ahmad fuadi
 
2007 01-keselamatan kesehatan kerja
2007 01-keselamatan  kesehatan kerja2007 01-keselamatan  kesehatan kerja
2007 01-keselamatan kesehatan kerjaahmad fuadi
 
2006 10-pemeliharaan jalan darurat dan pemeliharaan lalu lintas
2006 10-pemeliharaan jalan darurat dan pemeliharaan lalu lintas2006 10-pemeliharaan jalan darurat dan pemeliharaan lalu lintas
2006 10-pemeliharaan jalan darurat dan pemeliharaan lalu lintasahmad fuadi
 
2006 07-pekerjaan tanah
2006 07-pekerjaan tanah2006 07-pekerjaan tanah
2006 07-pekerjaan tanahahmad fuadi
 
2006 02-membaca data geoteknik
2006 02-membaca data geoteknik2006 02-membaca data geoteknik
2006 02-membaca data geoteknikahmad fuadi
 

More from ahmad fuadi (16)

2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin
2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin
2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin
 
2007 09-pekerjaan pekerasan jalan
2007 09-pekerjaan pekerasan jalan2007 09-pekerjaan pekerasan jalan
2007 09-pekerjaan pekerasan jalan
 
2007 08-pekerjaan drainase
2007 08-pekerjaan drainase2007 08-pekerjaan drainase
2007 08-pekerjaan drainase
 
2007 07-pekerjaan tanah
2007 07-pekerjaan tanah2007 07-pekerjaan tanah
2007 07-pekerjaan tanah
 
2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
 
2007 05-analisis dan interpretasi hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 05-analisis dan interpretasi hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan2007 05-analisis dan interpretasi hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 05-analisis dan interpretasi hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
 
2007 05-alat berat
2007 05-alat berat2007 05-alat berat
2007 05-alat berat
 
2007 04-pengujian mekanika tanah di lapangan dan di laboratorium untuk badan ...
2007 04-pengujian mekanika tanah di lapangan dan di laboratorium untuk badan ...2007 04-pengujian mekanika tanah di lapangan dan di laboratorium untuk badan ...
2007 04-pengujian mekanika tanah di lapangan dan di laboratorium untuk badan ...
 
2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan
 
2007 02-manajemen
2007 02-manajemen2007 02-manajemen
2007 02-manajemen
 
2007 02-desk study dan survai pendahuluan
2007 02-desk study dan survai pendahuluan2007 02-desk study dan survai pendahuluan
2007 02-desk study dan survai pendahuluan
 
2007 01-uujk, smk3
2007 01-uujk, smk32007 01-uujk, smk3
2007 01-uujk, smk3
 
2007 01-keselamatan kesehatan kerja
2007 01-keselamatan  kesehatan kerja2007 01-keselamatan  kesehatan kerja
2007 01-keselamatan kesehatan kerja
 
2006 10-pemeliharaan jalan darurat dan pemeliharaan lalu lintas
2006 10-pemeliharaan jalan darurat dan pemeliharaan lalu lintas2006 10-pemeliharaan jalan darurat dan pemeliharaan lalu lintas
2006 10-pemeliharaan jalan darurat dan pemeliharaan lalu lintas
 
2006 07-pekerjaan tanah
2006 07-pekerjaan tanah2006 07-pekerjaan tanah
2006 07-pekerjaan tanah
 
2006 02-membaca data geoteknik
2006 02-membaca data geoteknik2006 02-membaca data geoteknik
2006 02-membaca data geoteknik
 

2006 04-membaca gambar

  • 1. MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1 PEKERJAAN PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK) MODUL SIB – 04 : MEMBACA GAMBAR 2006
  • 2. Modul SIB-04 : Membaca Gambar Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -i- KATA PENGANTAR Modul ini berisi bahasan tentang Membaca Gambar pekerjaan jalan dan jembatan mencakup gambar rencana, gambar kerja (shop drawing) maupun gambar hasil pelaksanaan (as built drawing). Gambar rencana adalah gambar yang dibuat untuk mempersiapkan suatu proyek sampai dengan tahap pelelangan. Gambar ini belum merupakan gambar lengkap karena hanya terdiri dari gambar yang pokok-pokok saja, misalnya gambar denah dilengkapi dengan gambar konstruksi dan gambar pelengkap lainnya untuk keperluan pelelangan. Gambar kerja (shop drawing) adalah gambar rencana yang dilengkapi dengan gambar-gambar detail dan gambar tambahan agar pelaksanaan pembangunannya sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam dokumen tender. Gambar kerja tersebut harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan terlebih dahulu sebelum digunakan di lapangan. Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing) adalah perubahan gambar yang terjadi apabila terdapat perbedaan dalam pelaksanaan yang disebabkan oleh koreksi di lapangan dan telah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan, dan merupakan gambar akhir yang harus diserahkan kepada Pemilik Pekerjaan untuk kepentingan operasi dan perawatan dan dokumentasi proyek. As-built drawing kadang-kadang disebut juga record drawing. Dengan memahami kodefikasi dan standar gambar untuk pekerjaan jalan dan jembatan di maksud di atas, diharapkan hasil kerja Site Inspector of Bridge dapat memenuhi standar yang dipersyaratkan dalam jabatan ini.
  • 3. Modul SIB-04 : Membaca Gambar Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -ii-
  • 4. Modul SIB-04 : Membaca Gambar Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -iii- LEMBAR TUJUAN JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Site Inspector of Bridge TUJUAN UMUM PELATIHAN Setelah melakukan pelatihan, peserta mampu melaksanakan pengawasan dan perlaporan pekerjaan konstruksi jembatan untuk memastikan kesesuaian dengan rencana, metode kerja dan dokumen kontrak. TUJUAN KHUSUS PELATIHAN Setelah pelatihan, peserta mampu: 1. Menjelaskan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) 2. Membaca gambar geoteknik. 3. Menjelaskan tentang bahan jembatan. 4. Membaca gambar. 5. Menjelaskan tentang alat berat 6. Mengawasi pekerjaan pengukuran dan pematokan. 7. Mengawasi pekerjaan tanah. 8. Mengawasi pekerjaan beton. 9. Mengawasi pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jembatan. 10. Mengawasi pekerjaan pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalu lintas. 11. Menjelaskan metode kerja pelaksanaan pekerjaan jembatan. 12. Melakukan teknik pelaporan.
  • 5. Modul SIB-04 : Membaca Gambar Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -iv- NOMOR DAN JUDUL MODUL : SIB - 04 Membaca Gambar TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu mengimplementasikan gambar rencana pekerjaan jalan dan jembatan menjadi gambar kerja (shop drawing) dan selanjutnya dalam proses pelaksanaan di lapangan, sesuai dengan kondisi lapangan menjadi gambar hasil pelaksanaan(as-built drawing). TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Pada akhir pelatihan peserta mampu : 1. Menjelaskan fungsi gambar, gambar sebagai bahasa teknik, dan jenis gambar konstruksi 2. Menjelaskan penyajian gambar 3. Menjelaskan kodefikasi dan normalisasi gambar. 4. Menjelaskan desain jembatan 5. Menjelaskan kelegkapan gambar. 6. Menjelaskan sistimatika gambar
  • 6. Modul SIB-04 : Membaca Gambar Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -v- DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR i LEMBAR TUJUAN ii DAFTAR ISI iv DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN (Site Inspector of Bridge) vi DAFTAR MODUL vii PANDUAN INSTRUKTUR viii BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1. Umum I-1 1.2. Fungsi Gambar I-2 1.3. Gambar Sebagai Bahasa Teknik I-2 1.4. Jenis Gambar Konstruksi I-3 BAB II PENYAJIAN GAMBAR II-1 2.1. Ukuran Kertas Gambar II-1 2.2. Garis Batas Atau Garis Tepi II-1 2.3. Kepala Gambar II-2 2.4. Skala Gambar II-3 BAB III KODEFIKASI DAN SIMBOL GAMBAR III-1 3.1. Garis III-1 3.2. Huruf Dan Angka III-2 3.3. Gambar Jalan III-3 3.4. Gambar Beton Bertulang III-4 BAB IV DESAIN JEMBATAN IV-1 4.1. Data Perencanaan IV-1 4.2. Rencana Kelas Jembatan & Kriteria Perencanaan IV-1 4.3. Pemilihan Jenis Bangunan Atas Jembatan IV-1 4.4. Perencanaan Lajur Lalu-Lintas Rencana IV-9 4.5. Perencanaan Struktur Jembatan IV-9 4.6. Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan IV-11 4.7. Perangkat Lunak Perencanaan IV-12
  • 7. Modul SIB-04 : Membaca Gambar Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -vi- BAB V KELENGKAPAN GAMBAR V-1 5.1. Umum V-1 5.2. Halaman Sampul V-1 5.3. Daftar Gambar V-1 5.4. Daftar Singkatan Dan Simbol V-2 5.5. Gambar Situasi V-2 5.6. Denah Perencanaan Jalan (Plan) V-2 5.7. Potongan Memanjang (Profile) V-2 5.8. Potongan Melintang Jalan (Cross Section) V-3 5.9. Denah Perencanaan Drainase V-3 5.10. Potongan Memanjang Saluran V-3 5.11. Gambar Detail V-3 5.12. Gambar Perencanaan Traffic Engineering V-3 5.13. Gambar Desain V-4 BAB VI SISTEMATIKA DAN CONTOH GAMBAR VI-1 6.1. Sistematika Gambar VI-1 6.2. Contoh Gambar VI-2 RANGKUMAN LAMPIRAN : Contoh Gambar-Gambar Proyek. DAFTAR PUSTAKA HAND OUT
  • 8. Modul SIB-04 : Membaca Gambar Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -vii- DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN (Site Inspector of Bridge) 1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Inspektor Lapangan Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridge) dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridge) unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan. 2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut. 3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridge).
  • 9. Modul SIB-04 : Membaca Gambar Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -viii- DAFTAR MODUL Jabatan Kerja : Inspektur Lapangan Pekerjaan Jembatan Site Inspector of Bridge (SIB) Nomor Modul Kode Judul Modul 1 SIB – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2 SIB – 02 Membaca Data Geoteknik 3 SIB – 03 Bahan Jembatan 4 SIB – 04 Membaca Gambar 5 SIB – 05 Alat Berat 6 SIB – 06 Pengukuran dan Pematokan 7 SIB – 07 Pekerjaan Tanah 8 SIB – 08 Pekerjaan Beton 9 SIB – 09 Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan 10 SIB – 10 Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas 11 SIB – 11 Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan 12 SIB – 12 Teknik Pelaporan
  • 10. Modul SIB-04 : Membaca Gambar Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -ix- PANDUAN INSTRUKTUR A. BATASAN JUDUL : MEMBACA GAMBAR KETERANGAN KODE MODUL : SIB – 04 Deskripsi : Materi ini terutama membahas gambar pelaksanaan dan menyusun rencana kerja terutama meliputi fungsi gambar, jenis gambar, penyajian gambar, kodefikasi gambar, kelengkapan gambar, gambar teknik jalan dan desain serta sistematika gambar beserta contoh-contohnya dan menyusun rencana kerja Tempat Kegiatan : Dalam ruang kelas lengkap dengan fasilitasnya Waktu Kegiatan : 2 jam pelajaran (1 jp = 45 menit) B. KEGIATAN PEMBELAJARAN KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG 1. Ceramah : Pembukaan Menjelaskan tujuan instruksional (TIU & TIK)  Merangsang motivasi peserta dengan pertanyaan atau pengala- mannya dalam penerapan gambar pelaksanaan Waktu : 5 menit 2. Ceramah : Pendahuluan Tahapan penyiapan gambar, jenis dan fungsi gambar :  Menjelaskan tahapan pembuatan gambar konstruksi  Menjelaskan jenis dan fungsi gambar  Menjelaskan pengertian gambar sebagai bahasa teknik  Mendiskusikan setiap pokok  Mengikuti penjelasan TIU dan TIK dengan tekun dan aktif  Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas.  Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif  Mencatat hal-hal yang perlu  Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT OHT
  • 11. Modul SIB-04 : Membaca Gambar Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -x- KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG bahasan tersebut Waktu : 9 menit Bahan : Materi Serahan (Bab I, Pendahuluan) 3. Ceramah : Penyajian gambar Ukuran kertas gambar, garis tepi, kepala gambar dan skala gambar.  Menjelaskan ukuran kertas gambar  Menjelaskan garis batas atau garis tepi  Menjelaskan kepala gambar  Menjelaskan skala gambar  Mendiskusikan setiap pokok bahasan tersebut. Waktu : 8 menit Bahan : Materi Serahan (Bab 2, Penyajian Gambar) 4. Ceramah : Kodefikasi dan simbol gambar Garis, huruf dan angka, gambar jalan dan gambar beton. Menjelaskan jenis, bentuk dan ukuran garis Menjelaskan huruf dan angka yang digunakan dalam gambar konstruksi Menjelaskan gambar jalan atau letak dan arah jalan  Menjelaskan gambar beton bertulang  Mendiskusikan setiap pokok bahasan tersebut. Waktu : 8 menit Bahan : Materi serahan (Bab 3, Kodefilaksi dan Simbol Gambar) 5. Ceramah : Desain Jembatan o Data Perencanaan o Rencana Kelas Jembatan & Kriteria Perencanaan o Pemilihan Jenis Bangunan Atas Jembatan o Perencanaan Lajur Lalu-Lintas Rencana o Perencanaan Struktur Jembatan o Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan oPerangkat Lunak Perencanaan Waktu : 15 menit Bahan : Materi Serahan (Bab 4, Desain Jembatan)  Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif  Mencatat hal-hal yang perlu  Mengajukan pertanyaan bila perlu  Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif  Mencatat hal-hal yang perlu  Mengajukan pertanyaan bila perlu  Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif  Mencatat hal-hal yang perlu  Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT OHT OHT
  • 12. Modul SIB-04 : Membaca Gambar Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -xi- KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG 6. Ceramah : Kelengkapan gambar Kelengkapan gambar untuk mendukung terlaksananya suatu proyek pekerjaan jalan. Menjelaskan halaman sampul, daftar gambar, daftar singkatan dan simbol  Menjelaskan gambar situasi dan denah perencanaan jalan/jembatan  Menjelaskan gambar potongan jalan memanjang dan melintang  Menjelaskan denah perencanaan drainase dan potongan memanjang saluran  Menjelaskan gambar detail  Menjelaskan gambar perencanaan traffic engineering  Menjelaskan gambar standard  Mendiskusikan setiap pokok bahasan tersebut Waktu : 15 menit Bahan : Materi Serahan (Bab 5, Kelengkapan Gambar) 7. Ceramah : Sistematika dan contoh gambar Sistematika penyajian gambar dan contoh gambar beberapa proyek jalan Menjelaskan sistematika penyajian gambar  Menjelaskan contoh gambar dari beberapa proyek jalan  Mendiskusikan setiap pokok bahasan. Waktu : 15 menit Bahan : Materi Serahan (Bab 6, Sistematika dan Contoh Gambar) 8. Praktek : Membaca gambar  Membagikan gambar desain atau gambar pelaksanaan pekerjaan jalan dan jembatan  Menjelaskan simbol dan kode yang ada pada gambar tersebut.  Menjelaskan cara menginterpre- tasikan gambar kontrak dan gambar pelaksanaan  Menjelaskan cara perhitungan kuantitas berdasar gambar desain dan gambar pelaksanaan  Memberi tugas kelompok mengitung kuantitas pekerjaan jalan dan jembatan berdasarkan  Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif  Mencatat hal-hal yang perlu  Mengajukan pertanyaan bila perlu  Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif  Mencatat hal-hal yang perlu  Mengajukan pertanyaan bila perlu  Mempelajari gambar yang diterimanya  Mengikuti penjelasan dengan tekun dan aktif  Mengiterpretasikan gambar desain atau gambar pelaksanaan  Menentukan cara perhitungan kuantitas pekerjaan berdasar gambar desain atau gambar pelaksanaan  Menjelaskan simbol dan kode pada gambar OHT OHT  Gambar desain / pelaksanaan jalan dan jembatan  Komputer  Kalkulator  Alat tulis/ gambar
  • 13. Modul SIB-04 : Membaca Gambar Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -xii- KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG gambar desain dan gambar pelaksanaan Waktu : 15 menit  Mencatat hal-hal yang perlu  Mengajukan pertanyaan bila perlu
  • 14. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab I Pendahuluan Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM Untuk menciptakan sebuah proyek, kita harus membuat sketsa atau gambar berskala kecil yang memberi memberi gambaran tentang bentuk bangunan keseluruhan, situasi, dan kemungkinan-kemungkinan perencanaan. Setelah sketsa pemikiran pertama dari proyek tersebut dikaji secara mendalam, termasuk garis besar biaya yang diperlukan dan manfaatnya, maka dibuatlah pra- rencana yang terdiri dari gambar / sketsa yang lebih detail dalam skala kecil dari bagian- bagian bangunan proyek. Dari gambar tersebut dibuatlah anggaran biaya secara lebih teliti. Setelah dipelajari lebih mendalam dan dipandang feasible untuk diteruskan rencana proyek tersebut, maka dibuatlah rencana pelaksanaannya. Tahap selanjutnya adalah membuat gambar-gambar (bestek) berdasarkan pra-rencana dan gambar detail yang lebih teliti dengan skala yang lebih besar. Kemudian dikaji lagi untuk mencari kemungkinan-kemungkinan yang lebih menguntungkan dan lebih ekonomis. Setelah ini semua mantap, maka dibuatlah gambar yang lebih lengkap. Gambar detail dibuat dengan skala yang cukup besar, supaya ada gambaran yang jelas tentang seluruh pekerjaan yang diperlukan lengkap dengan biaya-biayanya. Dari uraian diatas maka jelas bahwa dalam bidang pembangunan konstruksi sangat diperlukan pengetahuan tentang gambar-gambar konstruksi. Pengetahuan tentang gambar konstruksi sudah cukup jika : a. Mengenal kodefikasi dan normalisasi gambar, misalnya :  Gambar pasangan batu  Gambar pekerjaan beton  Garis-garis yang kelihatan  Garis-garis yang tak kelihatan b. Dapat mengerti / membaca dan menerjemahkan gambar, misalnya gambar bestek, gambar konstruksi / detail, dsb. c. Dapat mengenal pengetahuan konstruksi.
  • 15. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab I Pendahuluan Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-2 1.2. FUNGSI GAMBAR Gambar secara garis besar mempunyai 2 fungsi, yaitu :  Sebagai alat untuk menyampaikan informasi.  Untuk menyimpan data atau sebagai arsip. 1. Alat penyampaian informasi Sebagai contoh ada satu bundel gambar perencanaan jalan yang dibuat oleh seorang perencana. Dalam gambar tersebut seorang perencana menyampaikan ide pikirannya melalui gambar dan selanjutnya informasi tersebut diterima oleh orang lain misalnya kontraktor untuk dilaksanakan. Setelah proyek tersebut selesai dibangun ternyata hasilnya sama seperti yang diinginkan oleh perencananya. Ini suatu bukti bahwa melalui gambar tersebut terjadilah transformasi informasi secara tepat dan benar. 2. Alat menyimpan data Gambar merupakan data teknis yang paling ampuh untuk mengarsipkan data. Informasi tentang suatu proyek atau konstruksi yang telah dibuat beberapa tahun yang silam dapat dilihat kembali dan diperoleh keterangannya melalui sebuah gambar yang diarsipkan. Sebagai contoh suatu jembatan beton bertulang setelah jembatan tersebut jadi, tidak dapat diketahui berapa jumlah penulangan baja yang digunakan untuk memperkuat jembatan beton bertulang tersebut. Tetapi 50 tahun kemudian, dengan pengarsipan gambar yang baik maka penulangan jembatan tersebut masih dapat diketahui sehingga kekuatan jembatan dapat dihitung ulang untuk menahan perkembangan beban kendaraan yang melewatinya. Sekarang gambar-gambar dapat disimpang dengan menggunakan micro-film, dimana penyimpanannya lebih menghemat tempat dan lebih tahan lama. 1.3. GAMBAR SEBAGAI BAHASA TEKNIK Gambar adalah bahasa yang dipakai oleh orang teknik, seperti Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Arsitektur dan lain-lain. Oleh karena itu gambar dapat disebut sebagai bahasa teknik. Dengan gambarr, orang-orang teknik menggunakan / melengkapi komunikasinya, yang mana sangat sulit bahkan tidak mungkin apabila diceritakan dengan bahasa lisan ataupun tulis. Sebagai alat komunikasi, suatu gambar dapat untuk menyampaikan ide / gagasan yang ada dipikiran seseorang untuk disampaikan kepada orang lain. Penerusan informasi adalah sebagai fungsi yang penting untuk suatu gambar, oleh karena itu diharapkan gambar dapat meneruskan keterangan secara tepat dan obyektif.
  • 16. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab I Pendahuluan Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-3 Sebuah gambar memerlukan kelengkapan keterangan-keterangan. Karena gambar juga merupakan bahasa lambang yang mana perlu kesepakatan dalam mengartikan lambang- lambang yang dipakai untuk kelengkapan gambar. 1.4. JENIS GAMBAR KONSTRUKSI Dalam pekerjaan konstruksi dikenal jenis-jenis gambar, yaitu :  Gambar rencana  Gambar kerja (shop drawing)  Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing) Termasuk didalamnya terdapat gambar detail. Gambar detail yaitu suatu gambar dengan skala besar untuk menggambarkan lebih jelas tentang hal-hal yang perlu dijelaskan lebih rinci, biasanya dilengkapi dengan beberapa gambar potongan dan gambar tampak. Gambar desain adalah gambar yang dibuat untuk mempersiapkan suatu proyek sampai dengan tahap pelelangan. Gambar desain juga disebut gambar perencanaan. Adapula gambar desain yang disebut gambar prarencana. Gambar ini belum merupakan gambar lengkap karena hanya terdiri dari gambar yang pokok-pokok saja, misalnya gambar denah. Biasanya gambar prarencana diperlukan hanya untuk kebutuhan negosiasi atau konsultasi. Setelah rencana proyek tersebut disepakati / disetujui oleh Pengguna Jasa dan pihak-pihak yang terkait, maka dibuatlah gambar rencana yang dilengkapi dengan gambar konstruksi dan gambar pelengkap lainnya untuk keperluan tender atau pelelangan. Gambar kerja (shop drawing) adalah gambar rencana yang dilengkapi dengan gambar- gambar detail dan gambar tambahan agar pelaksanaan pembangunannya sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam dokumen tender. Gambar kerja harus mendapat persetujuan Pengawas / Direksi Pekerjaan terlebih dahulu tentang persyaratan yang harus dipenuhi sesuai spesifikasi. Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing) adalah perubahan gambar yang terjadi apabila terdapat perbedaan dalam pelaksanaan yang disebabkan oleh koreksi di lapangan dan telah mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa, dan merupakan gambar akhir yang harus diserahkan kepada Pemilik / Pengguna Jasa untuk kepentingan operasi dan perawatan dan dokumentasi proyek. As-built drawing kadang-kadang disebut juga record drawing.
  • 17. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab II Penyajian Gambar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-1 BAB II PENYAJIAN GAMBAR 2.1. UKURAN KERTAS GAMBAR Gambar disajikan dalam kertas dengan ukuran yang berbeda-beda. Ukuran kertas gambar mempunyai standard ukuran tertentu. Ukuran yang paling banyak digunakan adalah dengan menggunakan seri A yang diikuti huruf mulai dari 0 sampai 4. Ukuran standard yaitu A0 mempunyai luas 1 m2 , dengan perbandingan ukuran panjang kertas terhadap lebar kertas adalah √2 : 1. Ukuran-ukuran berikutnya diperoleh dengan membagi 2 ukuran yang mendahuluinya. Misalnya A1 mempunyai ukuran setengah A0, ukuran A2 mempunyai ukuran setengah A1, ukuran A3 mempunyai ukuran setengah A2, ukuran A4 mempunyai ukuran setengah A3. Ukuran kertas gambar dapat dilihat seperti pada Tabel 2.1. berikut. Tabel 2.1. : Ukuran kertas. Lambang Panjang (mm) Lebar (mm) A0 1.189 841 A1 841 594 A2 594 420 A3 420 297 A4 297 210 2.2. GARIS BATAS ATAU GARIS TEPI Kertas gambar harus diberi garis batas pada tepinya. Jarak garis batas / tepi pada kertas gambar sekurang-kurangnya mempunyai lebar 20 mm untuk kertas ukuran A0 dan A1. Sedangkan untuk ukuran kertas A2, A3 dan A4 biasanya diambil sekurang-kurangnya 10 mm. Untuk keperluan pengarsipan bagian tepi kertas sebelah kiri diberi lubang untuk menjepit kertas-kertas gambar tersebut dalam suatu bundel arsip. Demikian juga bila sekelompok kertas gambar harus dijilid, maka bagian kiri kertas gambar perlu disiapkan tempat untuk menjilid bundel kertas gambar tersebut. Oleh karena itu pada bagian kiri kertas gambar biasanya jarak garis tepinya lebih lebar dari sisi yang lain, misalnya diambil 30 sampai 40 mm, seperti tampak pada gambar dibawah ini. Sedangkan garis tepi ini biasanya dipakai ketebalan garis minimum 0,5 mm.
  • 18. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab II Penyajian Gambar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-2 2.3. KEPALA GAMBAR Kepala gambar harus dibubuhkan pada lembar kertas gambar. Pada ruang kepala gambar tercantum hal-hal penting antara lain sebagai berikut :  Nomor gambar  Judul gambar  Nama perusahaan  Tanda-tangan petugas yang bertanggung-jawab  Keterangan gambar, seperti skala gambar  Tempat untuk menulis catatan penting, dll. Letak kepala gambar yang baku adalah disebelah kanan bawah. Namun untuk kepentingan tertentu maka kepala gambar dapat diperpanjang kekiri atau keatas sehingga sering terjadi kepala gambar terletak pada sisi bawah gambar sepanjang ukuran kertas gambar atau pada sisi kanan kertas gambar selebar ukuran kertas gambar, ada pula pada sisi atas gambar sepanjang ukuran kertas gambar. Bentuk / format kepala gambar bisa berbeda, sesuai dengan yang ditentukan oleh Pengguna Jasa. Contoh bentuk kepala gambar dan letaknya dapat dilihat seperti Gambar 2.3. Garis tepi
  • 19. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab II Penyajian Gambar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-3 PROYEK PENINGKATAN JALAN ARJUNA DKI JAKARTA CATATAN DENAH JALAN No. 2/8 NAMA TANDA-TANGAN DIGAMBAR DIPERIKSA DISETUJUI Skala 1 : 100 Gambar 2.3. : Contoh kepala gambar dan letaknya. 2.4. SKALA GAMBAR Untuk ilmu bangunan, dapat digunakan gambar dengan skala :  1 : 5  1 : 10  1 : 20  1 : 50  1 : 100  1 : 200  1 : 500  1 : 1.000 Kepala gambar
  • 20. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab II Penyajian Gambar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-4 Untuk pembuatan peta, skala gambar yang digunakan adalah 1 : 500 dan seterusnya hingga 1 : 50.000 Sedangkan penggunaan skala untuk masing-masing jenis dan fungsi gambar adalah :  Gambar situasi menggunakan skala 1 : 500, 1 : 1.000  Gambar konstruksi menggunakan skala 1 : 200, 1 : 100, 1 : 50  Gambar detail menggunakan skala 1 : 20, 1 : 10, 1 : 5
  • 21. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab III Kodefikasi dan Simbol Gambar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 1 BAB III KODEFIKASI DAN SIMBOL GAMBAR 3.1. GARIS Dalam gambar dipergunakan bermacam jenis garis baik bentuknya maupun ukurannya. Karena gambar adalah alat untuk komunikasi maka penggunaan garis tersebut harus sesuai dengan maksud dan tujuannya. Jenis-jenis garis yang dipergunakan untuk gambar teknik sipil biasanya terdiri dari 3 jenis, yaitu : Garis nyata atau garis penuh Garis putus-putus Garis putus titik Jenis garis yang lain misalnya : Garis titik-titik Garis putus dengan dua titik Garis-garis tersebut diatas mempunyai ketebalan. Jenis garis menurut tebalnya, dibagi menjadi 3 macam, yaitu :  Garis tebal  Garis sedang  Garis titpis Perbandingan ketebalan garis tersebut diatas lebih kurang adalah 1 : 0,7 : 0,5. Perbandingan tersebut tidak terlalu mengikat karena ketebalan garis sebenarnya juga tergantung dari besarnya gambar. Penggunaan garis untuk gambar teknik sipil biasanya sebagai berikut :
  • 22. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab III Kodefikasi dan Simbol Gambar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 2  Garis tebal biasanya digunakan untuk garis tepi, garis kepala gambar. Selain itu garis tebal juga digunakan untuk membuat garis benda. Tetapi garis benda biasanya dibuat dengan ukuran sedang.  Garis titpis dipakai untuk keperluan garis pembantu atau garis ukuran, garis penunjuk dan garis arsir.  Garis putus-putus biasanya digunakan untuk membuat garis benda yang mana dari arah kita memandang garis tersebut sebenarnya tidak terlihat.  Garis putus-titik biasanya digunakan untuk menggambar garis sumbu (garis simetri), garis potong bidang benda, garis pada benda yang berada dibelakang kita. Bisa saja garis putus maupun garis putus-titik dipakai untuk keperluan lain, tetapi harus diberi keterangan. 3.2. HURUF DAN ANGKA Huruf biasanya digunakan untuk keperluan menulis keterangan, catatan, judul dan sebagainya. Sedangkan angka biasanya digunakan untuk penomoran, menulis ukuran, peng-kode-an dan lain-lain. Huruf maupun angka tidak boleh menimbulkan keragu- raguan bagi yang membaca. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan dalam membuat huruf maupun angka, ialah :  Dapat terbaca dengan jelas  Bentuknya seragam, konsisten Berikut diberikan contoh standard membuat huruf dan angka yang dipakai oleh ISO 3098/1-1974 dan JIS seperti pada Gambar 3.2.1. dan 3.2.2. Ukuran huruf secara umum dapat diambil perbandingan tinggi huruf terhadap lebarnya adalah 3 : 2 Gambar 3.2.1. : Bentuk huruf sesuai standard ISO ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ abcdefghijklmnopqrstuvwxyz [(!?.,”-=+x√%&)]Ø 0123456789IVX
  • 23. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab III Kodefikasi dan Simbol Gambar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 3 1 0 m m 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 8 m
  • 24. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab III Kodefikasi dan Simbol Gambar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 4 m 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 6 , 3 m m
  • 25. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab III Kodefikasi dan Simbol Gambar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 5 A B C D E F G H I J 5 m m K L
  • 26. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab III Kodefikasi dan Simbol Gambar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 6 M N O P Q R S T 4 m m U V W X
  • 27. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab III Kodefikasi dan Simbol Gambar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 7 Y Z 3 , 2 m m a b c d e f g h i
  • 28. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab III Kodefikasi dan Simbol Gambar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 8 j 2 , 5 m m k l m n o p q r s t
  • 29. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab III Kodefikasi dan Simbol Gambar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 9 2 m m u v w x y z Gambar 3.2.2. : Bentuk huruf sesuai standard JIS 3.3. GAMBAR JALAN Dalam menggambar denah badan jalan harus ditetapkan dulu letak dan arah badan jalan secara tepat dan benar. Untuk mengetahui letak yang benar perlu ada pedoman titik-titik koordinat. Masing-masing wilayah atau kota biasanya sudah ada titik tertentu sebagai sumbu koordinatnya dimana sumbu X dan Y dari koordinat tersebut menunjukkan arah Utara dan Selatan. Oleh karena itu agar arah sumbu jalan dapat digambar dengan benar, perlu ditetapkan arah mata angin pada gambar tersebut. Simbol mata angin menunjukkan arah Utara (North) dengan tanda panah seperti contoh gambar dibawah ini dan biasanya diikuti dengan ukuran skala yang dipakai pada gambar tersebut.
  • 30. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab III Kodefikasi dan Simbol Gambar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 10 0 5 10 km Gambar 3.3.1. : Simbol mata angin Simbol-simbol yang sering dipakai biasanya dikumpulkan dalam satu daftar yang biasa disebut Legenda (Legend) seperti contoh pada Lampiran. 3.4. GAMBAR BETON BERTULANG  Ukuran ketebalan plat beton dengan simbol t = thickness = tebal. Contoh : t = 20 cm.  Untuk balok, lebar disebut lebih dahulu dari pada tinggi, misalnya 25 x 60. Tinggi balok adalah jarak antara tepi bawah balok dan tepi atas lantai. Bila balok terletak diatas lantai, maka tingginya diukur dari tepi bawah balok sampai tepi atas balok.  Ukuran tinggi dipakai simbol H atau h = high = tinggi. Contoh : h = 40 cm.  Ukuran diameter = d atau D atau Ø. Contoh : d = 8 mm, D = 40 cm.  Ukuran diameter dan jumlah penulangan pada beton. Misalnya 4 Ø 20 artinya dipakai tulangan baja d = 20 mm jumlahnya 4 buah.  Ukuran diameter dan jarak tulangan. Misalnya Ø 8 – 20 artinya pelat beton tersebut menggunakan tulangan baja dengan diameter 8 mm dipasang pada jarak 20 cm.  Kemiringan digunakan simbol I yang artinya inclination. Contoh : I = 1 % = 1 : 100 Gambar beton biasanya dibuat dalam skala 1 : 20, kecuali bila perlu lebih jelas dipakai skala lebih besar. Penampang biasanya ditengah-tengah antara 2 tumpuan dan ditepi balok dekat tumpuan. Gambar-gambar tulangan dan jarak antara tulangan harus jelas. Jika letak batang tak jelas, maka tempatkanlah di tempat batang itu suatu segitiga, dengan puncaknya menunjuk ke sebelah dalam pelat, misalnya : Tulangan bawah : Letak batang pada tulangan bersilangan adalah : Lapis terbawah, penulangan atas atau bawah : U
  • 31. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab III Kodefikasi dan Simbol Gambar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 11 Lapis teratas, penulangan bawah atau atas : Pada Lampiran diberikan contoh-contoh gambar pekerjaan beton bertulang.
  • 32. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV Desain Jembatan Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 1 BAB IV DESAIN JEMBATAN 4.1. DATA PERENCANAAN Perencanaan utama yang harus dilaksanakan minimal dan tidak terbatas pada : 1). Jembatan baru  Perencanaan bangunan atas jembatan  Perencanaan bangunan bawah jembatan (pilar, abutment dan pondasi)  Perencanaan jalan pendekat / oprit jembatan 2). Jembatan lama  Perencanaan perbaikan atau pemeliharaan bangunan atas jembatan  Perencanaan perbaikan atau pemeliharaan komponen perletakan jembatan  Perencanaan perbaikan atau pemeliharaan bangunan bawah jembatan 4.2. RENCANA KELAS JEMBATAN & KRITERIA PERENCANAAN Sistem jembatan harus direncanakan berdasar kriteria sebagai berikut :  Estimasi biaya konstruksi terendah  Kuat  Kenyamanan  Estetika struktur  Kemudahan pelaksanaan Suatu penampang melintang jembatan yang normal harus sesuai dengan kriteria perencanaan geometrik yang diberikan, meliputi :  Lebar jalan kendaraan.  Bentang jembatan.  Tinggi ruang bebas jembatan.  Muka air banjir. 4.3. PEMILIHAN JENIS BANGUNAN ATAS JEMBATAN Bentang maksimum bangunan atas jembatan tergantung pada jenis konstruksi yang akan dipilih. Bila panjang keseluruhan jembatan memerlukan lebih dari satu bentang
  • 33. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV Desain Jembatan Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 2 untuk suatu jenis konstruksi maka diperlukan satu pilar atau lebih. Pada dasarnya jenis bangunan atas jembatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :  Balok dan pelat (beam & slab).  Pelat (slab).  Culvert.  Box girder.  Rangka baja. Untuk kepentingan syarat pemilihan jenis jembatan yang sangat penting ini disarankan memakai jenis jembatan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : 1. Persyaratan fungsinya a. Panjang span : Panjang span jembatan merupakan faktor terpenting dalam menentukan jenis jembatan. Mengenai seleksi jpendekatan enis struktur bangunan atas dapat dilihat pada Tabel 4.1, 4.2., dan 4.3 b. Perbandingan tinggi gelagar terhadap panjang span : Formula ini dibuat untuk tujuan mendapatkan biaya konstruksi yang ekonomis. Pada Tabel 4.1, 4.2., dan 4.3 disajikan formula sebagai pendekatan penentuan tinggi gelagar. 2. Persyaratan lingkungan Sistem jembatan yang direncanakan estetikanya harus harmonis dengan lingkungan sekitarnya baik dipandang dari jarak jauh maupun dipandang dari bawah. Standarisasi jembatan juga dibuat untuk pandangan estetis yang lebih baik. 3. Persyaratan pelaksanaan konstruksi a. Metode konstruksi Metode pracetak dan metode pengangkatan dengan crane adalah yang disarankan dalam pelaksanaan jembatan beton karena kemudahan pelaksanaannya, ekonomi dan pendeknya periode pelaksanaan. Alternative metode konstruksi dapat dilihat pada Tabel 4.4. b. Periode pelaksanaan Untuk mengoptimalkan jangka waktu pelaksanaan maka kecepatan pelaksanaan jembatan harus menjadi pertimbangan dalam menentukan jenis jembatan.
  • 34. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV Desain Jembatan Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 3 No. Jenis bangunan atas Bentang efektif (m) Perbandingan 10 20 30 40 50 100 150 200 H/L I. Struktur prategang 1 Slab berongga 1/22 (1/20 - 1/30) 2 Str. komposit sederhana : gelagar I 1/15 (1/13 - 1/20) 3 Str. komposit menerus : gelagar I 1/18 (1/16 - 1/22) 4 Str. sederhana : gelagar I 1/18 (1/16 - 1/22) 5 Str. menerus : gelagar I 1/20 (1/18 - 1/22) 6 Str. komposit sederhana : gelagar U 1/18 (1/16 - 1/20) 7 Gelagar kotak sederhana 1/20 (1/18 - 1/24) 8 Gelagar kotak menerus * 1/22 (1/20 - 1/27) 9 Gelagar kotak menerus ** 1/18 (1/16 - 1/22) II. Struktur beton bertulang 1 Gelagar sederhana 1/15 2 Slab berongga 1/20 3 Konstruksi kaku 1/12 4 Slab di tiang 1/20 Catatan : * = di-ereksi dengan penopang H = tinggi gelagar ** = di-ereksi dengan metoda kantilever L = bentang Tabel 4.1. : Standar pendekatan pemilihan jenis gelagar bangunan atas.
  • 35. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV Desain Jembatan Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 4 Tabel 4.2. : Tipe-tipe bangunan atas struktur jembatan yang menggunakan beton bertulang.
  • 36. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV Desain Jembatan Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 5 Tabel 4.3. : Tipe-tipe bangunan atas struktur jembatan yang menggunakan beton pratekan.
  • 37. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV Desain Jembatan Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 6 Tabel 4.4. : Tipe-tipe bangunan atas struktur jembatan yang menggunakan beton pratekan.
  • 38. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV Desain Jembatan Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 7 Tabel 4.5. : Metode pelaksanaan struktur atas jembatan.
  • 39. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV Desain Jembatan Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 8 Jembatan rangka baja dibagi dalam dua kelas : A dan B, pembagian kelas ini didasarkan pada perbedaan lebar lantai dan lebar trotoar. a. Kelas A  Lebar lantai kendaraan : 7,00 m  Trotoar : 2 x 1,00 m  Clearance height : 5,10 m b. Kelas B  Lebar lantai kendaraan : 6,00 m  Trotoar : 2 x 0,50 m  Clearance height : 5,10 m c. Mutu baja  Struktur utama : SM 490 YB  Struktur sekunder : SM 400 YB  Semua baut mutu tinggi : Grade 8.8 (kecuali untuk sandaran) Jembatan sistim rangka baja umumnya dengan bentang 40 ~ 60 meter, kecuali jembatan gantung atau jembatan yang di-desain secara khusus dapat berbentang panjang. Kriteria perencanaan pembebanan Pembebanan mengacu pada BMS7-C2-BRIDGE DESIGN CODE1992 termasuk kombinasi dan faktor beban. Prinsip pembebanannya adalah :  Lalu lintas : Kelas A dan B – 2 jalur penuh ditambah jalur tidak penuh kedua sisi jalan. 100 % beban D dan beban T. Ditambahkan pengaruh lain jika diketahui.  Trotoar : Kelas A - 2 kPa s/d 5 kPa pembebanannya. Kelas B - Nil.  Sandaran : 0,7 kN/m ditransfer secara vertikal kesetiap simultannya.  Angin : Desain beban angin  Maksimal : 35 m/s.  Beban Layan : 30 m/s.  Gempa : Koefisien gempa = 0,2 sesuai dengan spesifikasi kontrak.  Arus : Bangunan atas dianggap terletak diatas permukaan air banjir  Temperatur: Minimum 15ºC  Maksimum : 40 ºC
  • 40. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV Desain Jembatan Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 9 Spesifikasi perencanaan Berdasarkan spesifikasi desain jembatan AASHTOLRFD tahun 1998. Catatan : Beban & faktor beban yang digunakan berdasarkan BMS7-C2-Bridge Design Code 1992. 4.4. PERENCANAAN LAJUR LALU-LINTAS RENCANA Lajur lalu-lintas rencana harus mempunyai lebar 3,50 m (per lajur). Jumlah rencana lajur lalu-lintas yang digunakan untuk berbagai lebar jembatan bisa dilihat dalam Tabel 4.6. Tabel 4.6. : Lebar jalur kendaraan dan jumlah lajur lalu-lintas rencana. Tipe jembatan Lebar jalur kendaraan (m) Jumlah lajur lalu-lintas rencana Satu lajur 4,00 – 5,00 1 Dua arah, tanpa median 5,50 – 8,25 11,30 – 15,00 2 (3) 4 Dua arah / banyak arah 8,25 – 11,25 11,30 – 15,00 15,10 – 18,75 18,80 – 22,50 3 4 5 6 4.5. PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN 1. Metode analisis Untuk memenuhi persyaratan untuk kestabilan, kekuatan dan batas layan, pengaruh aksi pada struktur dan komponennya harus ditentukan berdasarkan pendekatan sebagai berikut :  Struktur diasumsikan elastis linier  Metode analisis berdasarkan pendekatan fleksibilitas atau kekakuan  Pengaruh efek P delta dapat memperhitungkan dalam analisis struktur 2. Tahapan analisis Perencanaan balok jembatan harus mempertimbangkan penampang komposit dan penampang non komposit sesuai dengan langkah-langkah pelaksanaan konstruksi di lapangan.
  • 41. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV Desain Jembatan Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 10 3. Penempatan beban lalu lintas Jika jembatan merupakan suatu sistem struktur statis tertentu (bentang tunggal), maka beban lalu lintas diletakkan sepanjang bentang. Dalam hal ini, beban terpusat diletakkan di tengah bentang. Jika jembatan merupakan suatu sistem struktur statis tak tentu (bentang banyak) maka beban lalu lintas harus diletakkan pada bentang-bentang yang menghasilkan gaya-gaya dalam terbesar di tengah bentang dan di perletakan seperti diuraikan di bawah ini. Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 1 (bentang 5 serupa), beban KEL harus diletakkan pada bentang 1 dan mengambil L adalah pengaruh terburuk S1; S1 + S3; atau S1 + S3 + S5. Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 3, beban KEL harus diletakkan pada bentang 3 dan mengambil L adalah pengaruh terburuk S3; S1 + S3; atau S3 + S5. Gambar 4.1. : Momen Lentur Positif – Bentang 1, 3 dan 5 Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 2, beban KEL harus diletakkan pada bentang 2 dan mengambil L adalah pengaruh terburuk S2; S2 + S4. Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 4, beban KEL harus diletakkan pada bentang 4 dan mengambil L adalah pengaruh terburuk S4; S2 + S4. Gambar 4.2. : Momen Lentur Positif – Bentang 2 dan 4 S 1 S 2 S 3 S 4 S 5 S 2S 1 S 5S 4S 3
  • 42. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV Desain Jembatan Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 11 Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 2, beban KEL harus diletakkan pada bentang 2 dan mengambil L adalah pengaruh terburuk S2; S2 + S4. Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 4, beban KEL harus diletakkan pada bentang 4 dan mengambil L adalah pengaruh terburuk S4; S2 + S4. Gambar 4.3. : Momen Lentur Negatif pada Pilar Untuk mendapatkan momen lentur maksimum di pilar 2, beban KEL harus diletakkan pada bentang 2 dan 3; dengan mengambil L adalah pengaruh terburuk S2 + S3; S3 + S5. 4.6. PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH JEMBATAN 1. Tumpuan / perletakan Fungsi tumpuan / perletakan ialah untuk meneruskan gaya-gaya dari bangunan atas jembatan ke bangunan bawah jembatan. a. Tumpuan tetap Rotasi terbatas bangunan atas jembatan dapat terjadi, tetapi perpindahan tempat kearah horizontal akan dicegah oleh perletakan tetap tersebut. b. Tumpuan yang dapat bergerak Rotasi terbatas dan perpindahan tempat kearah horizontal dapat terjadi pada perletakan yang dapat bergerak. 2. Jenis perletakan a. Sendi dan Rol Sendi merupakan tumpuan tetap dan Rol merupakan perletakan yang dapat bergerak. Jenis tumpuan ini merupakan tumpuan yang paling umum digunakan pada jembatan-jembatan di Indonesia. S 4S 1 S 2 S 3 S 5
  • 43. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV Desain Jembatan Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 12 b. Tumpuan Garis Dapat berupa tumpuan tetap dan perletakan rol. c. Tumpuan Elastomer Tumpuan elastomer dapat mengikuti perpindahan tempat kearah vertikal dan horizontal dan rotasi atau kombinasi gerakan-gerakan bangunan atas jembatan. d. Tumpuan Pelat Untuk jembatan bentang pendek, tumpuan dapat diberikan berupa pelat-pelat baja rata. 3. Pondasi Konstruksi pondasi mendukung dan meneruskan gaya-gaya dari bangunan bawah jembatan ke lapis daya dukung tanah. Pemilihan konstruksi pondasi dipengaruhi oleh hal-hal berikut :  Gaya-gaya dari konstruksi jembatan.  Kapasitas daya dukung tanah.  Stabilitas tanah yang mendukung pondasi.  Tersedianya alat transportasi, kemungkinan adanya bahan pondasi dan pelaksanaannya.  Pengaruh sungai, besarnya gerusan dan sedimentasi harus se-minimum mungkin. . 4.7. PERANGKAT LUNAK PERENCANAAN Dalam melaksanakan perencanaan harus dengan menggunakan perangkat lunak yang kompatibel seperti perangkat MOSS atau AD-CAD (perencanaan teknis harus dilakukan secara compturized program). Perangkat lunak untuk analisis struktur dan analisis perencanaan teknis lain terkait harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa.
  • 44. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab V Kelengkapan Gambar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 1 BAB V KELENGKAPAN GAMBAR 5.1. UMUM Suatu gambar teknik sipil untuk perencanaan proyek jalan, misalnya, harus dilengkapi gambar-gambar yang mendukung terlaksananya proyek tersebut tanpa menimbulkan konflik atau interpretasi yang berbeda bagi setiap unsur yang terlibat dalam pelaksanaan proyek tersebut. Biasanya gambar perencanaan yang lengkap terdiri atas : 1. Halaman sampul. 2. Daftar gambar. 3. Daftar singkatan dan simbol. 4. Gambar situasi. 5. Denah perencanaan jalan (plan). 6. Potongan memanjang (profile). 7. Potongan melintang jalan (cross section). 8. Denah perencanaan drainase. 9. Potongan memanjang saluran. 10. Gambar detail. 11. Gambar perencanaan traffic engineering. 12. Gambar standard. 5.2. HALAMAN SAMPUL Pada halaman ini tercantum keterangan tentang :  Siapa pemilik dari proyek tersebut atau yang biasa disebut sebagai Pengguna Jasa.  Apa nama proyek tersebut beserta keterangan-keterangannya apabila diperlukan.  Siapa konsultan perencana-nya. 5.3. DAFTAR GAMBAR Daftar gambar ini hampir sama dengan daftar isi pada buku. Pada lembar ini dimuat daftar judul gambar secara ber-urutan. Setiap lembar gambar diberi kode dengan menggunakan huruf kapital sebagai singkatan nama judulnya. Untuk gambar yang sejenis diletakkan pada lembar yang saling berdekatan. Untuk membedakan antara
  • 45. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab V Kelengkapan Gambar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 2 lembar satu dengan lainnya, pada tiap lembar diberi kode nomor urut yang diletakkan setelah huruf kapital tersebut diatas. Nomor urut tersebut menunjukkan jumlah lembarnya. 5.4. DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap simbol, kode huruf maupun istilah (khususnya istilah asing) maka perlu disediakan lembar gambar khusus yang mencantumkan arti dari simbol, kode maupun istilah yang digunakan dalam gambar perencanaan / kerja. 5.5. GAMBAR SITUASI Pada gambar situasi ini mengkaitkan letak proyek yang akan dibangun terhadap daerah sekitarnya yang telah dikenal oleh masyarakat secara umum. Biasanya gambar situasi ini merupakan gambar peta untuk suatu wilayah tertentu. Untuk mempermudah dalam menentukan lokasi yang akan dibangun, biasanya diberikan keterangan-keterangan seperlunya. 5.6. DENAH PERENCANAAN JALAN (PLAN) Panjang suatu proyek jalan biasanya sampai ratusan meter atau beberapa kilometer. Oleh karena itu gambar denah jalan dibagi-bagi menjadi beberapa bagian. Biasanya pada sumbu jalan dipasang titik-titik pembantu dengan interval jarak tertentu, misalnya setiap 50 m, titik-titik tersebut disebut station atau disingkat STA. Angka dibelakang huruf STA menunjukkan jarak diukur dari station yang pertama yaitu STA. 0. Dari denah, dapat diketahui antara lain : letak jalan, bentuk dan arah jalan, panjang dan lebar jalan serta fasilitas-fasilitas jalan. 5.7. POTONGAN MEMANJANG (PROFILE) Pada gambar potongan memanjang disamping gambar titik-titik station juga disajikan ketinggian (peil/level) dari permukaan tanah yang ada, rencana permukaan jalan, dan rencana dasar saluran.
  • 46. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab V Kelengkapan Gambar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 3 5.8. POTONGAN MELINTANG JALAN (CROSS SECTION) Potongan melintang digambar untuk jarak tertentu dari penampang jalan, biasanya diambil potongan pada setiap station. Disamping itu dapat pula dibuat potongan melintang diluar titik station apabila pada tempat tersebut ingin ditampilkan hal-hal yang khusus, misalnya terdapat tiang penerangan jalan dsb. Dari potongan melintang ini dapat diketahui antara lain : bentuk lapisan perkerasan jalan, ukuran lebar maupun tinggi, kemiringan jalan, fasilitas jalan, misalnya saluran air, trotoir (side walk), dinding penahan tanah, pagar jalan, penerangan jalan dll. 5.9. DENAH PERENCANAAN DRAINASE Dari gambar denah drainase dapat diketahui antara lain : letak saluran air terhadap badan jalan, arah pengaliran air, model konstruksi saluran terbuka maupun saluran tertutup. 5.10. POTONGAN MEMANJANG SALURAN Pada potongan memanjang ini disamping letak titik-titik station juga dicantumkan ketinggian permukaan tanah dan dasar saluran yang direncanakan. Sehingga melalui gambar potongan ini dapat dihitung jumlah galian maupun urugan tanah untuk pembuatan saluran air. 5.11. GAMBAR DETAIL Gambar detail adalah gambar-gambar konstruksi dengan skala kecil misalnya 1 : 5, 1 : 10 atau 1 : 20. Pada gambar potongan dilengkapi ukuran-ukuran dengan jelas dan lengkap disamping keterangan-keterangan gambar. Bahkan dibuat tabel-tabel misalnya untuk kebutuhan pembesian pekerjaan beton. Gambar detail biasanya meliputi pekerjaan : detail saluran air terbuka dan tertutup, detail trotoir dan kanstin (side walk & curb), detail dinding penahan tanah, detail pagar, pondasi, detail jembatan, pelat penutup saluran dll. 5.12. GAMBAR PERENCANAAN TRAFFIC ENGINEERING Traffic engineering dibuat dengan denah tersendiri agar tidak rancu dengan gambar- gambar yang lainnya. Gambar perencanaan traffic engineering memuat antara lain : perencanaan rambu lalu-lintas, marka jalan, penerangan jalan, pengaturan traffic light, dll.
  • 47. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab V Kelengkapan Gambar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 4 5.13. GAMBAR DESAIN JEMBATAN Gambar rencana akhir minimal harus terdiri sebagai berikut ini jika tidak ditentukan lain : a) Sampul luar (cover) dan sampul dalam. b) Daftar isi. c) Peta lokasi proyek. d) Peta lokasi sumber bahan material (quarry) e) Daftar simbol dan singkatan. f) Daftar bangunan pelengkap g) Daftar rangkuman volume pekerjaan. h) Alinyemen Horizontal (plan) digambar di atas peta situasi skala 1 : 500 untuk jembatan dengan interval garis tinggi 1 meter dan dilengkapi dengan data yang dibutuhkan. i) Alinyemen Vertikal (profile) digambar dengan skala horizontal 1 : 500 untuk jembatan dan skala vertikal 1 : 100 yang mencakup data yang dibutuhkan. j) Potongan Melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik STA (maximum interval 50 meter), dibuat dengan skala horizontal 1 : 100 dan skala vertikal 1 : 50. Dalam gambar potongan melintang harus mencakup :  Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka jalan dan jembatan  Profil tanah asli dan profil / dimensi RUMIJA (ROW) rencana  Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan  Data kemiringan lereng galian / timbunan (bila ada) k) Potongan Melintang Tipikal (Typical Cross Section) harus digambar dengan skala yang pantas dan memuat semua informasi yang diperlukan antara lain :  Gambar konstruksi existing yang ada.  Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada ketinggian yang berbeda- beda.  Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota.  Rincian konstruksi perkerasan.  Penampang bangunan pelengkap.  Bentuk dan konstruksi bahu jalan, median.  Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada). l) Gambar standar yang mencakup antara lain gambar bangunan pelengkap, drainase, rambu jalan, marka jalan, dan sebagainya. m) Gambar detail bangunan bawah dan bangunan atas jembatan. n) Keterangan mengenai mutu bahan dan kelas pembebanan.
  • 48. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab VI Sistematika dan Contoh Gambar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) VI - 1 BAB VI SISTEMATIKA DAN CONTOH GAMBAR 6.1. SISTEMATIKA GAMBAR Pada umumnya susunan / sistematika gambar akan terdiri dari : No. Kode Gambar SAMPUL SAMPUL A UMUM 1. A/1/1 Daftar gambar 2. A/2/1 Peta lokasi proyek 3. A/2/2 Key Plan 4. A/2/3 Peta Quarry 5. A/3 Abbreviations, Legend & Keterangan umum 6. A/4 Daftar Kuantitas Pekerjaan B TYPICAL CROSS SECTION 7. B/1 Typical Cross Section Type I 8. B/2 Typical Cross Section Type II C ALIGNMENT LAYOUT 9. B/1 Alignment Layout STA 0+000 – 0+750 10. B/2 Alignment Layout STA 0+750 – 1+500 D PLAN & PROFILE 11. D/1 Plan & Profile STA 0+000 - 0+750 12. D/2 Plan & Profile STA 0+750 - 1+500 E CROSS SECTION 13. E/1 Cross Section STA 0+000 - 0+500 14. E/2 Cross Section STA 0+500 - 1+000 F INTERSECTION 15. F/1/1 Plan of Intersection STA 5+000 16. F/1/2 Cross Section of Intersection STA 5+000 17. F/1/3 Intersection Details STA 5+000 G STRUKTUR 18. G/1/1 Tampak samping jembatan 19. G/1/2 Denah / tampak atas jembatan 20. G/1/3 Longitudinal & Cross Section 21. G/1/4 Girder Detail & Reinforcement 22. G/1/5 Bar Reinforcement of Girder 23. G/1/6 Deck Slab Detail & Reinforcement 24. G/1/7 Bar Reinforcement of Deck Slab 25. G/1/8 Railing Detail & Reinforcement 26. G/1/9 Bar Reinforcement of Railing 27. G/1/10 Detail of Abutment & Reinforcement 28. G/1/11 Bar Reinforcement of Abutment 29. G/1/12 Detail pondasi 30. G/1/13 Detail Expansion Joint
  • 49. Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab VI Sistematika dan Contoh Gambar Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) VI - 2 No. Kode Gambar H DRAINASE 31. H/1/1 Plan & Longitudinal Section STA 0+000 - 0+750 32. H/2/1 Ditch – Type I 33. H/3/1 Inlet & Outlet Structure Drain – Type I 34. H/4/1 Catch Basins – Type I 35. H/5/1 Reinforced Concrete Pipe Culvert 36. H/5/2 Headwall for Pipe Culvert – Type I 37. H/6/1 Box Culvert – Type I 38. H/6/3 Box Culvert Bar Reinforcement – Type I 39. H/6/5 Box Culvert Detail – Type I 40. H/6/7 Single Cell Slab Culvert – Type I 41. H/6/8 Multi Cell Slab Culvert – Type II 42. H/6/9 Slab Culvert Reinforcement 43. H/6/10 Sub Surface Drain I RETAINING WALL & SLOPE PROTECTION 44. I/1/1 Retaining Wall & Slope Protection– Type I 45. I/1/2 Retaining Wall & Slope Protection– Type II 46. I/2/1 Bar Reinforcement 47. I/3 River Bank Slope Protection 48. I/4 Rip-rap Slope Protection J MISCELLANEOUS & STANDARD DRAWING 49. J/1 Curb 50. J/2/1 Median 51. J/3 Concrete Barrier 52. J/4/1 Side-walk 53. J/5/1 Island 54. J/6/1 U-Turn – Type I 55. J/7 Truck Parking Area 56. J/8/1 Traffic Signs 57. J/9/1 Road Marking 58. J/10 Guardrail 59. J/11 KM Post 60. J/12/1 Lighting – Type I 61. J/13 Bus Bay 62. J/14/1 Lanscape Plan 63. J/14/2 Detail planting plan 64. J/14/3 Description of planting plan 6.2. CONTOH GAMBAR Pada lampiran diberikan contoh gambar dari beberapa proyek yang telah ada, dan contoh dari proyek-proyek dari instansi : Kimpraswil, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, dan dari PT. Jasa Marga (Persero). Nampak bahwa masing-masing instansi mempunyai format yang tidak sama, tetapi pada dasarnya mempunyai pengertian gambar yang harus di-interpretasikan sama oleh pelaku proyek.
  • 50. Modul SIB-04 : Membaca Gambar Rangkuman Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) R-1 RANGKUMAN Gambar secara garis besar mempunyai 2 fungsi, yaitu :  Sebagai alat untuk menyampaikan informasi.  Untuk menyimpan data atau sebagai arsip. Karena gambar juga merupakan bahasa lambang yang mana perlu kesepakatan dalam mengartikan lambang-lambang yang dipakai untuk kelengkapan gambar. Dalam pekerjaan konstruksi dikenal jenis-jenis gambar, yaitu :  Gambar rencana  Gambar kerja (shop drawing)  Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing) Kepala gambar harus dibubuhkan pada lembar kertas gambar. Pada ruang kepala gambar tercantum hal-hal penting antara lain sebagai berikut :  Nomor gambar  Judul gambar  Nama perusahaan  Tanda-tangan petugas yang bertanggung-jawab  Keterangan gambar, seperti skala gambar  Tempat untuk menulis catatan penting, dll. Dalam gambar dipergunakan bermacam jenis garis baik bentuknya maupun ukurannya. Karena gambar adalah alat untuk komunikasi maka penggunaan garis tersebut harus sesuai dengan maksud dan tujuannya. Huruf biasanya digunakan untuk keperluan menulis keterangan, catatan, judul dan sebagainya. Sedangkan angka biasanya digunakan untuk penomoran, menulis ukuran, peng-kode-an dan lain-lain. Huruf maupun angka tidak boleh menimbulkan keragu- raguan bagi yang membaca. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan dalam membuat huruf maupun angka, ialah :  Dapat terbaca dengan jelas  Bentuknya seragam, konsisten Dalam menggambar denah badan jalan harus ditetapkan dulu letak dan arah badan jalan secara tepat dan benar. Untuk mengetahui letak yang benar perlu ada pedoman titik-titik koordinat. Masing-masing wilayah atau kota biasanya sudah ada titik tertentu sebagai sumbu koordinatnya dimana sumbu X dan Y dari koordinat tersebut menunjukkan arah Utara dan Selatan. Oleh karena itu agar arah sumbu jalan dapat digambar dengan benar, perlu ditetapkan arah mata angin pada gambar tersebut.
  • 51. Modul SIB-04 : Membaca Gambar Rangkuman Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) R-2 Perencanaan jalan baru ini juga berlaku untuk perencanaan rekonstruksi jalan (full depth pavement) pada peningkatan jalan. Metode perencanaan didasarkan pada buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen No. SNI 1732-1989-F. Pada dasarnya jenis bangunan atas jembatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :  Balok dan pelat (beam & slab).  Pelat (slab).  Culvert.  Box girder.  Rangka baja. Perencanaan struktur jembatan meliputi: 1. Metode analisis Untuk memenuhi persyaratan untuk kestabilan, kekuatan dan batas layan, pengaruh aksi pada struktur dan komponennya harus ditentukan berdasarkan pendekatan sebagai berikut :  Struktur diasumsikan elastis linier  Metode analisis berdasarkan pendekatan fleksibilitas atau kekakuan  Pengaruh efek P delta dapat memperhitungkan dalam analisis struktur 2. Tahapan analisis Perencanaan balok jembatan harus mempertimbangkan penampang komposit dan penampang non komposit sesuai dengan langkah-langkah pelaksanaan konstruksi di lapangan. 3. Penempatan beban lalu lintas Jika jembatan merupakan suatu sistem struktur statis tertentu (bentang tunggal), maka beban lalu lintas diletakkan sepanjang bentang. Dalam hal ini, beban terpusat diletakkan di tengah bentang. Jika jembatan merupakan suatu sistem struktur statis tak tentu (bentang banyak) maka beban lalu lintas harus diletakkan pada bentang-bentang yang menghasilkan gaya-gaya dalam terbesar di tengah bentang dan di perletakan seperti diuraikan di bawah ini. Dalam melaksanakan perencanaan harus dengan menggunakan perangkat lunak yang kompatibel seperti perangkat MOSS atau AD-CAD (perencanaan teknis harus dilakukan secara compturized program). Perangkat lunak untuk analisis struktur dan analisis perencanaan teknis lain terkait harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa. Gambar rencana akhir minimal harus terdiri sebagai berikut ini jika tidak ditentukan lain : a) Sampul luar (cover) dan sampul dalam.
  • 52. Modul SIB-04 : Membaca Gambar Rangkuman Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) R-3 b) Daftar isi. c) Peta lokasi proyek. d) Peta lokasi sumber bahan material (quarry) e) Daftar simbol dan singkatan. f) Daftar bangunan pelengkap g) Daftar rangkuman volume pekerjaan. h) Alinyemen Horizontal (plan) digambar di atas peta situasi skala 1 : 500 untuk jembatan dengan interval garis tinggi 1 meter dan dilengkapi dengan data yang dibutuhkan. i) Alinyemen Vertikal (profile) digambar dengan skala horizontal 1 : 500 untuk jembatan dan skala vertikal 1 : 100 yang mencakup data yang dibutuhkan. j) Potongan Melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik STA (maximum interval 50 meter), dibuat dengan skala horizontal 1 : 100 dan skala vertikal 1 : 50. Dalam gambar potongan melintang harus mencakup :  Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka jalan dan jembatan  Profil tanah asli dan profil / dimensi RUMIJA (ROW) rencana  Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan  Data kemiringan lereng galian / timbunan (bila ada) k) Potongan Melintang Tipikal (Typical Cross Section) harus digambar dengan skala yang pantas dan memuat semua informasi yang diperlukan antara lain :  Gambar konstruksi existing yang ada.  Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada ketinggian yang berbeda- beda.  Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota.  Rincian konstruksi perkerasan.  Penampang bangunan pelengkap.  Bentuk dan konstruksi bahu jalan, median.  Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada). l) Gambar standar yang mencakup antara lain gambar bangunan pelengkap, drainase, rambu jalan, marka jalan, dan sebagainya. m) Gambar detail bangunan bawah dan bangunan atas jembatan. n) Keterangan mengenai mutu bahan dan kelas pembebanan.
  • 54. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-1
  • 55. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-2
  • 56. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-3
  • 57. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-4
  • 58. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-5
  • 59. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-6
  • 60. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-7
  • 61. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-8
  • 62. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-9
  • 63. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-10
  • 64. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-11
  • 65. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-12
  • 66. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-13
  • 67. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-14
  • 68. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-15
  • 69. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-16
  • 70. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-17
  • 71. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-18
  • 72. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-19
  • 73. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-20
  • 74. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-21
  • 75. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-22
  • 76. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-23
  • 77. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-24
  • 78. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-25
  • 79. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-26
  • 80. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-27
  • 81. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-28
  • 82. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-29
  • 83. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-30
  • 84. Modul SIB-04 Membaca Gambar Lampiran Pelatihan Site Inspector of Bridges (SIB) L-31
  • 85. Modul SIB-04 : Membaca Gambar Daftar Pustaka Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) DP-1 DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim, Pelaksanaan Pembangunan Jalan (Highway Engineering), Lestari Jakarta, Oktober 1979. 2. The Asphalt Institute, Asphalt in Pavement Maintenance, manual Series No. 16 (MS-16), March 1983. 3. Asphalt Institute, Asphalt Technologie Construction Practice, Educational Series No. 1, January 1983. 4. Asphalt Institute, Principles of Construction of Hot-mix Asphalt Pavements, Manual Series No. 22, Januari 1983. 5. Clarkson.H.Oglesby, R. Gary Hicks, Highways Engineering, 4nd Ed John Willey & Sons, inc, 1982. 6. Direktorat Jenderal Bina Marga, (1976), Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No. 01/MN/BM/1976, Departemen Pekerjaan Umum dan tenaga Listrik. 7. Direktorat Jenderal Bina Marga, Pengambilan Data Lapangan untuk IBRD Rolling Beterment Programme, Bipran Central Design Office, May 1986. 8. Direktorat Jenderal Bina Marga, Petunjuk Pengambilan Data Lapangan untuk Program Pemeliharaan Berkala, Bipran Central Design Office, November 1988. 9. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Bina Program Jalan, Second Nine Provinces Road, Rehabilitation Project, Buku 3, “Spesifikasi Umum”. 10. Direktorat Jenderal Bina Marga, Central Quality Control & Monitoring unit, Manual Supervisi Lapangan untuk Pengendalian Mutu pada Kontrak Pemeliharaan dan Peningkatan jalan, Agustus 1988. 11. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Pedoman Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan, No. 010/BNKT/1990. 12. Direktorat Jenderal Bina marga, Bina Program Jalan, Dokumen Rujukan RD 3.1.2., Pedoman untuk Pengumpulan Rutin Data untuk Disain, Oktober 1989.
  • 86. Modul SIB-04 : Membaca Gambar Daftar Pustaka Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) DP-2 13. Direktorat Jenderal Bina Marga, Bina Program Jalan, Design Parameters and Models for the Roadworks Design System. 14. Direktorat Jenderal Bina Marga, Bina Program Jalan, Sistim Perhitungan Lalu Lintas Rutin, Petunjuk Pelaksanaan thn 1984/1985 ; Jakarta, Maret 1984. 15. Direktorat Jenderal Bina Marga, Manual Pemeliharaan Jalan, No.03/MN/B/1983. 16. Horison, Jack.A, Correlation of CBR and Dynamic Cone Penetrometer Strength measurement of soils, Thesis for MSc degree in Highway Engineering and Development, August 1984. 17. Djoko Untung Soedarsono, Konstruksi Jalan Raya, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, cetakan pertama, 1979. 18. Konferensi Tahunan Teknik Jalan ke 4, Jakarta 19-21 Nopember ’90, Volume 4, Teknik Lalu Lintas dan Transportasi. 19. M.W.Witczak, Pavement Design Seminars for Bina Marga, Indonesian Highway Departement, Bandung, Indonesia, February 9-10, 1979. 20. NAASRA, Interim Guide to Pavement Thicknees Design, 1979. 21. Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1985 tentang Jalan. 22. PMU, Urban Roads Planning and Programming Manual, Jakarta. 23. Robert D. Krebs/Richard D. Walker, Highway Materials, Mc Graw-Hill Book Company, 1971. 24. Semawi A.M., Konstruksi Jalan Raya, Unpar. 25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1980 tentang Jalan. 26. Unpar, Bahan Kuliah Teknik Jalan Raya II, 1989. 27. PT. HUTAMA PRIMA, Aspal Emulsi, Jakarta, 2004.