SlideShare a Scribd company logo
1 of 113
Download to read offline
SIR – 02 = MANAJEMEN
PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN
PEKERJAAN JALAN
(SITE INSPECTOR OF ROADS)
2007
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Modul SIR-02 : Manajemen Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) i
KATA PENGANTAR
Modul Manajemen ini menguraikan mengenai dasar-dasar manjemen, manajemen sumber
daya manusia, manajemen pelaksanaan pekerjaan, pengawasan dan pengendalian,
kepemimpinan dan komunikasi. Pengetahuan mengenai manjemen proyek memberikan
peningkatan kemampuan para pihak yang terkait dengan pengawasan pekerjaan
konstruksi jalan untuk melaksanakan tugas pengawasannya lebih baik sehingga sasaran
proyek yang ditetapkan baik mutu, waktu dan biaya dapat dicapai.
Modul ini disusun berdasarkan dokumen kontrak yang selama ini dipakai oleh proyek-
proyek pemerintah terutama proyek di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga,
Departemen Pekerjaan Umum.
Dengan mempelajari modul ini diharapkan para pengawas pekerjaan jalan dapat
memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai ketentuan-ketentuan dokumen kontrak
sehingga dapat melakukan tugas pengawasannya secara profesional sesuai ketentuan
dokumen kontrak dan mewujudkan sasaran proyek secara tepat mutu, tepat waktu, dan
tepat biaya.
Jakarta, Desember 2005
Penyusun
Modul SIR-02 : Manajemen Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) ii
LEMBAR TUJUAN
JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site
Inspector of Roads)
MODEL PELATIHAN : Lokakarya terstruktur
TUJUAN UMUM PELATIHAN :
Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu melaksanakan pengawasan dan pelaporan
pekerjaan konstruksi jalan untuk memastikan kesesuaian dengan rencana, metode kerja
dan dokumen kontrak.
TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :
Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu:
1. Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Melaksanakan Manajemen
3. Mengenal Bahan Jalan
4. Membuat Gambar Teknik
5. Mengenal Alat Berat
6. Melaksanakan Pengukuran dan pematokan
7. Melaksanakan Pekerjaan Tanah
8. Melaksanakan Pekerjaan Drainase
9. Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Jalan
10. Melaksanakan Pekerjaan Beton
11. Melaksanakan Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan
12. Melaksanakan Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas
13. Melaksanakan Metode Kerja
14. Menyusun Pelaporan
Modul SIR-02 : Manajemen Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) iii
NOMOR MODUL : SIR-02
JUDUL MODUL : Manajemen
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu mengawasi pelaksanaan manajemen proyek
sehingga diperoleh hasil pekerjaan jalan dengan sesuai dengan sasaran yang ditetapkan
dalam dokumen kontrak.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Pada akhir pelatihan peserta mampu :
1. Menjelaskan dasar-dasar manajemen
2. Menjelaskan manajemen sumber daya manusia
3. Menjelaskan manajemen pelaksanaan pekerjaan
4. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan
5. Menjelaskan kepemimpinan
6. Menjelaskan komunikasi
.
Modul SIR-02 : Manajemen Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
LEMBAR TUJUAN ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL
PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN
PEKERJAAN JALAN (Site Inspector of Road)................................ vii
DAFTAR MODUL ...................................................................................... viii
PANDUAN PEMBELAJARAN ................................................................... ix
BAB I DASAR-DASAR MANAJEMEN .............................................. I-1
1.1. SUMBER DAYA .............................................. I-1
1.2. FUNGSI MANAJEMEN ................................. I-4
BAB II MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA................... II-1
2.1. PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA ....... II-1
2.1.1 Produktivitas Tenaga Kerja ....................... II-1
2.1.2 Kebutuhan Produktivitas Tenaga Kerja..... II-2
2.1.3 Perkiraan Jumlah Tenaga 3
2.2. ORGANISASI KONSULTAN ENGAWAS KONSTRUKSI
JALAN DAN JEMBATAN .......................... II-6
2.3. PEMBENTUKAN TIM PROYEK ............................ II-9
2.4. EFEKTIVITAS DAN PRESTASI TIM ..................... II-10
2.4.1 Efektivitas Tim .......................................... II-10
2.4.2 Prestasi Tim.............................................. II-11
BAB III MANAJEMEN PELAKSANAAN PEKERJAAN.......................... III-1
3.1 PERSIAPAN ADMINISTRASI ................................ III-2
3.1.1 Surat Perintah Mulai
Kerja (SPMK) ............................................ III-2
3.1.2 Jadwal Pelaksanaan (Construction
Schedule) ..................................................III-2
3.1.3 Pre Construction
Meeting (PCM) .......................................... III-6
3.2 PERSIAPAN FISIK LAPANGAN ............................ III-11
Modul SIR-02 : Manajemen Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) v
3.2.1 Project Quality Plans ................................. III-11
3.2.2 Mobilisasi .................................................. III-11
3.2.3 Review Design .......................................... III-13
3.3 PROSES PEMBAYARAN ...................................... III-15
3.3.1 Uang Muka (Advance
Payment)..................................................... III-15
3.3.2 Buku Harian Dan Laporan ........................... III-15
3.3.3 Pembayaran Pestasi
Pekerjaan .................................................... III-17
3.4 PEKERJAAN TAMBAH /
KURANG............................... III-18
3.4.1 Pekerjaan Tambah Kurang.......................... III-18
3.4.2 Perpanjangan Waktu
Pelaksanaan................................................ III-19
3.4.3 Denda (Liquidated
Damage) ..................................................... III-20
3.4.4 Eskalasi / De-Eskalasi
Harga .......................................................... III-20
3.5 PENYELESAIAN PERSELISIHAN KONTRAK....... III-22
3.6 SERAH TERIMA PEKERJAAN.............................. III-25
3.6.1 Serah Terima Pertama ekerjaan
(
P
r
o
v
2
5
3.6.2 Final Hand Over (FHO) ............................... III-32
BAB IV PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
PELAKSANAAN ........................................................................ IV-1
4.1. PENGENDALIAN MUTU .............................................. IV-2
4.2. PENGENDALIAN WAKTU .............................................. IV-5
4.2.1. Show Cause Meeting............................................. IV-5
Modul SIR-02 : Manajemen Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) vi
4.3. PENGENDALIAN METODE KERJA................................... IV-8
4.4. JARINGAN KERJA SEBAGAI MODEL DALAM
PENGENDALIAN PELAKSANAAN .................................... IV-11
BAB V KEPEMIMPINAN ...................................................................... V-1
5.1. UMUM .............................................................................. V-1
5.2. HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN
MANAJEMEN................................................ V-1
5.3. OTORITAS KEPEMIMPINAN............................................. V-2
5.4. TIPOLOGI KEPEMIMPINAN .............................................. V-4
5.5. FUNGSI KEPEMIMPINAN.................................................. V-5
5.6. MUTU KEPEMIMPINAN..................................................... V-5
5.7. GAYA KEPEMIMPINAN .............................................. V-6
5.7.1 Kepemimpinan Situasional..................................... V-7
5.7.2 Tiga Asas Kepemimpinan Oleh Ki Hajar dewanta . V-8
5.7.3 Hasta Brata .......................................................... V-9
5.8. KEPEMIMPINAN PENYELENGGARAAN PROYEK........... V-11
BAB VI KOMUNIKASI ............................................................................ VI-1
6.1. UMUM ............................................................................ VI-1
6.2. PERENCANAAN KOMUNIKASI......................................... VI-1
6.2.1. Penentuan Saluran Komunikasi............................. VI-2
6.2.2. Pemilihan Media Komunikasi ................................. VI-2
6.2.3. Perencanaan Format Komunikasi.......................... VI-4
6.2.4. Evaluasi Waktu Respon......................................... VI-6
6.3. DISTRIBUSI INFORMASI .............................................. VI-6
6.4. LAPORAN KEMAJUAN DAN RAPAT BERKALA ............... VI-7
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
Modul SIR-02 : Manajemen Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) vii
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN
INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (Site Inspector of
Road)
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Inspektor Lapangan
Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road) dibakukan dalam Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja
sehingga dalam Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector
of Road) unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit
Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan
kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen
Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus
pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan
Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul
pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan
pengajaran dalam pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site
Inspector of Road).
Modul SIR-02 : Manajemen Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) viii
DAFTAR MODUL
Jabatan Kerja : Site Inspector of Roads (SIR)
Nomor
Modul
Kode Judul Modul
1 SIR – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2 SIR – 02 Manajemen
3 SIR – 03 Bahan Jalan
4 SIR – 04 Gambar Teknik
5 SIR – 05 Alat Berat
6 SIR – 06 Pengukuran dan Pematokan
7 SIR – 07 Pekerjaan Tanah
8 SIR – 08 Pekerjaan Drainase
9 SIR – 09 Pekerjaan Perkerasan Jalan
10 SIR – 10 Pekerjaan Beton
11 SIR – 11 Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan
12 SIR – 12 Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas
13 SIR – 13 Metode Kerja
14 SIR – 14 Teknik Pelaporan
Modul SIR-02 : Manajemen Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) ix
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
NAMA PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan
(Site Inspector of Roads )
KODE MODUL : SIR-02
JUDUL MODUL : MANAJEMEN
DESKRIPSI : Modul ini membahas pengetahuan dasar-dasar manajemen,
manajemen sumber daya manusia, manajemen
pelaksanaan pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan,
kepemimpinan, komunikasi untuk pelatihan Inspektur
Lapangan Pekerjaan Jalan.
TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya.
WAKTU PEMBELAJARAN : 2 (Dua) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)
Modul SIR-02 : Manajemen Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) x
B. RENCANA PEMBELAJARAN
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
1. Ceramah : Pembukaan,
Menjelaskan dan menguraikan
tentang :
• Tujuan instruksional umum(TIU)
dan Tujuan instruksional khusus
(TIK)
• Latar belakang
• Ketentuan hukum yang berlaku
di Indonesia
Waktu : 5 menit
Mengikuti penjelasan TIU dan
TIK dengan tekun dan aktif
Mengajukan pertanyaan
apabila kurang jelas.
OHT
2. Ceramah : Bab I Dasar-dasar
Manajemen
Menjelaskan dan menguraikan
tentang:
• Sumber daya
• Fungsi manajemen
Waktu : 10 menit
Mengikuti penjelasan instruktur
dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu
Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
3. Ceramah : Bab II Manajemen
sumber daya manusia
Menjelaskan dan menguraikan
tentang :
• Perencanaan sumber daya
manusia
• Organisasi konsultan pengawas
konstruksi jalan dan jembatan
• Pembentukan tim proyek
• Efektivitas dan prestasi tim
Waktu : 15 menit
Mengikuti penjelasan instruktur
dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu
Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
4. Ceramah : Bab III Manajemen
Pelaksanaan Pekerjaan
Menjelaskan dan menguraikan
tentang:
• Persiapan administrasi
• Persiapan fisik lapangan
• Proses pembayaran
• Pekerjaan tambah / kurang
• Penyelesaian perselisihan
kontrak
• Serah terima pekerjaan
Waktu : 15 menit
Mengikuti penjelasan instruktur
dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu
Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
5. Ceramah : Bab IV Pengawasan
dan Pengendalian Pelaksanaan
Menjelaskan dan menguraikan
tentang:
• Pengendalian Mutu
• Pengendalian Waktu
• Pengendalian Metode Kerja
Mengikuti penjelasan instruktur
dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu
Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
Modul SIR-02 : Manajemen Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) xi
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
• Jaringan kerja sebagai model
dalam pengendalian
pelaksanaan
Waktu : 15 menit
6. Ceramah : Bab V Kepemimpinan
Menjelaskan dan menguraikan
tentang:
• Hubungan kepemimpinan dan
manajemen
• Otoritas kepemimpinan
• Tipologi kepemimpinan
• Fungsi kepemimpinan
• Mutu kepemimpinan
• Gaya kepemimpinan
• Kepemimpinan penyelenggaraan
proyek
Waktu : 15 menit
Mengikuti penjelasan instruktur
dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu
Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
7. Ceramah : Bab VI Komunikasi
Menjelaskan dan menguraikan
tentang:
• Perencanaan komunikasi
• Distribusi informasi
• Laporan kemajuan dan rapat
berkala
Waktu : 15 menit
Mengikuti penjelasan instruktur
dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu
Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
Modul SIR-02 : Manajemen Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) xii
Modul SIR-02 Manajemen Bab I : Dasar-Dasar Manajemen
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-1
BAB I
DASAR-DASAR MANAJEMEN
Penyelenggaraan proyek tergantung pada dua faktor utama yaitu : sumber daya dan
fungsi manajemen. Sumber daya terdiri dari manusia, uang, peralatan, dan material,
sedangkan fungsi manajemen dimaksudkan sebagai kegiatan-kegiatan yang dapat
mengarahkan atau mengendalikan sekelompok orang yang tergabung dalam suatu
kerja sama untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dalam
penyelenggaraan proyek, kegiatan yang dilakukan oleh sumber daya manusia,
ditunjang dengan uang, material dan peralatan, perlu ditata melalui fungsi-fungsi
manajemen dalam keterbatasan waktu yang disediakan sehingga memenuhi prinsip
efisien dan efektif.
1.1. SUMBER DAYA
 Manusia
Manusia sebagai sumber daya utama diartikan sebagai tenaga kerja baik yang
terlibat langsung maupun tidak terlibat langsung dengan proyek. Tenaga yang
terlibat langsung adalah tenaga kerja yang berada pada kelompok pemberi
pekerjaan (pengguna jasa), kelompok kontraktor (penyedia jasa), dan kelompok
konsultan (penyedia jasa). Berdasarkan kualifikasinya para tenaga kerja tersebut
dapat dikelompokkan ke dalam “tenaga ahli” dan “tenaga terampil”. Pada Tabel
1.1. disajikan sebutan terhadap ketiga kelompok tersebut.
Tabel 1.1 Tenaga Kerja Berdasarkan Kelompok
Kelompok
Pemberi Pekerjaan Kontraktor Konsultan
Pinpro
Pinbagpro
Asisten Pinpro
Bendahara Pinpro
Bendahara Bag. Proyek
Urusan Tata Usaha
Urusan Pergudangan
General Superintendent
Site Administration
Materials Superintendent
Construction Engineer
Equipment Superintendent
Technicians
Surveyor
Foremen
Mechanics
Laborers
Equipment Operators
Team Leader
Co Team Leader
Highway Engineer
Pavement & Materials Engr.
Chief Supervision Engr.
Site Engineer
Quantity Engineer
Quality Engineer
Inspector
Quantity Surveyor
Laboratory Technician
Draftsman
Modul SIR-02 Manajemen Bab I : Dasar-Dasar Manajemen
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-2
 Uang
Uang merupakan sumber daya sangat penting dalam manajemen
penyelenggaraan proyek. Ketidakcukupan uang, sulit untuk mengharapkan
penyelenggaraan manajemen proyek sesuai dengan ikatan kontrak yang
disepakati antara para pihak yang menandatangani perjanjian kontrak. Seluruh
kegiatan penyelenggaraan proyek pada seluruh kelompok terlibat, memerlukan
biaya yang besarnya telah disepakati di dalam surat perjanjian kontrak. Jika
terjadi ketidaksepakatan (dispute) dalam pelaksanaan pekerjaan, biasanya
berdampak pada “nilai uang” yang harus disepakati, dokumen kontrak telah
mengatur tata cara penyelesaian hukum yang harus ditempuh.
Uang sangat penting karena seluruh kegiatan proyek memerlukan pembiayaan,
menyangkut : rekruitmen manusia (tenaga kerja); penggunaan jasa tenaga kerja
(tenaga ahli, tenaga terampil, tenaga non skill); penggunaan peralatan (alat-alat
berat maupun alat-alat laboratorium); pembelian bahan dan material, pengolahan
bahan dan material, baik bagi kelompok pengguna jasa maupun penyedia jasa.
Jadi pengertian “uang” di dalam penyelenggaraan proyek (civil works) bukan
semata-mata untuk pembiayaan pelaksanaan konstruksi oleh kontraktor, tetapi
juga termasuk biaya yang harus dikeluarkan untuk konsultan pengawas (Core
Team, Provincial Team, Field Supervision Team) dan untuk pengguna jasa
(misalnya Pinpro dan Pinbagpro yang mewakili Pemerintah), dalam suatu kurun
waktu yang telah disepakati.
 Peralatan
Peralatan dalam proyek diartikan sebagai alat lapangan (alat berat), peralatan
laboratorium, peralatan kantor (computer, kalkulator), dan peralatan penunjang
utama. Dengan menggunakan peralatan yang sesuai sasaran pekerjaan dapat
dicapai dengan ketepatan waktu lebih akurat, serta memenuhi spesifikasi teknis
yang telah dipersyaratkan.
▪ Alat-alat berat
Jenis peralatan dengan variasi kapasitas dan kegunaannya dapat digunakan
untuk pekerjaan konstruksi jalan-jembatan sesuai fungsinya. Berdasarkan
jenis peralatan dan fungsinya, dikaitkan dengan jenis pelaksanaan
pekerjaannya dapat dikelompokan sebagaimana tertulis pada Tabel 1.2.
Pemilihan dan pemanfaatan peralatan harus sesuai dengan kebutuhan
ditinjau dari jenis, jumlah, kapasitas maupun waktu yang tersedia. Demikian
pula cara penggunaannya, harus mengikuti prosedur pengoperasian dan
perawatannya, sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan.
Modul SIR-02 Manajemen Bab I : Dasar-Dasar Manajemen
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-3
Tabel 1.2 Jenis Peralatan Dan Penggunaannya
Earth moving equipment
✓ Bulldozer (crawler, heel)
✓ Loader (crawler, wheel0
✓ Motor Grader
✓ Excavator (crawler, heel)
Compacting Equipment
✓ Tandem Roller
✓ Pedestrian Roller
✓ Vibrating Tamper
✓ Vibrating Rammer
✓ Three Wheel Roller
✓ Tyre (Pneumatic Roller)
✓ Vibrating Compactor
✓ Combination Roller
✓ Sheepfoot Roller
Paving / Spreading Equipment
✓ Asphalt Finisher
✓ Concrete Finisher
✓ Aggregate / Chip Spreader
✓ Asphalt Sprayer
Plant Equipment
✓ Stone Crushing Plant
✓ Asphalt Mixing Plant
✓ Concrete Plant / Mixer
Transportation Equipment
✓ Truck
✓ Trailer
✓ Jeep
✓ Pick Up
✓ Bus
Hauling Equipment
✓ Motor Scraper
✓ Dump Truck
Lifting Equipment
✓ Crane
✓ Lift Platform
✓ Forklift
Drilling / Boring Equipment
✓ Percusion Drill
✓ Bore Pile
✓ Hammer Dril
Piling Equipment
✓ Pile Hammer (Diesel, Vibro)
Cutting / Milling Equipment
✓ Soil Stabilizer
✓ Cutter / Milling Machine
✓ Groving Equipment
✓ Asphalt / Concrete Cutter
Supporting Equipment
✓ Water Tank Truck
✓ Fuel Tank Truck
✓ Generating Set
✓ Air Compressor
✓ Water Pump
▪ Peralatan Laboratorium
Peralatan laboratorium diperlukan dalam rangka melakukan pengawasan
dan pengendalian mutu atas pekerjaan konstruksi oleh kontraktor. Jenis
peralatan laboratorium dapat dilihat pada Tabel 1.3. Jenis, jumlah dan
waktu diperlukannya peralatan-peralatan laboratorium tersebut tergantung
pada ruang lingkup kegiatan pengawasan atas pekerjaan konstruksi.
Selain peralatan tersebut ada beberapa yang spesifik seperti untuk
pengujian pondasi soil cement dan bahan-bahan struktur (beton,
pasangan batu dan lain-lain).
Tabel 1.3 Jenis Pengujian Dan Alat Yang Digunakan
Jenis Pengujian Peralatan
pekerjaan tanah ▪ Sampling for soil tests
▪ Atterberg Limit Soil Classification Tests for
Soils
▪ Liquid Limit Test
▪ Plastic Limit Test
▪ CBR Test for Soils
pondasi dan pondasi bawah ▪ Sampling of aggregate base and sub-base
▪ Atterberg limits for aggregate base and sub-
base
▪ Particle size analysis tests
▪ Extent of Fractured Faces Test
▪ Los Angeles Abrasion Test
▪ Moisture density test for aggregate base and
Modul SIR-02 Manajemen Bab I : Dasar-Dasar Manajemen
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-4
sub-base
▪ California Bearing Value Test for aggregate
base and sub-base
▪ Compaction control
aspal campuran panas ▪ Sampling and mechanical soundness tests
▪ Particle size analysis test
▪ Sodium sulphates soundness test
▪ Coating and stripping of bitumen aggregate
mixtures
▪ Specific gravity of course and fine aggregate
▪ Mineral filler Marshall Testing
▪ Testing for asphalt mix design and plant control
▪ Testing of bitumen
 Bahan
Bahan diartikan sebagai bahan baku natural maupun melalui pengolahan, dan
setelah diproses ditetapkan menjadi item pekerjaan sebagaimana dituangkan di
dalam dokumen kontrak. Bahan baku (tanah, batu, aspal, semen, pasir, besi
beton, dll.) dan bahan olahan (agregat, adukan beton, pofil baja dll.) merupakan
sumber daya yang harus diperhitungkan secara cermat, karena pengaruhnya di
dalam perhitungan biaya proyek sangat besar. Oleh karena itu lokasi bahan baku
perlu secara cermat ditetapkan berdasar jarak dan volume yang tersedia,
memenuhi syarat menjadi bahan olahan. Survey untuk mendapatkan informasi
lokasi bahan baku perlu dilakukan, guna mendapatkan data akurat sebagai
masukan bagi kontraktor dalam menyiapkan penawaran, maupun pada tahap
pelaksanaan pekerjaan.
1.2. FUNGSI MANAJEMEN
Untuk melaksanakan manajemen, seorang pada posisi pimpinan di level manapun,
harus melakukan fungsi-fungsi manajemen. Di dalam fungsi-fungsi manajemen ada
fungsi organik yang mutlak harus dilaksanakan dan ada fungsi penunjang yang
bersifat sebagai pelengkap. Jika fungsi organik tersebut tidak dilakukan dengan baik
maka terbuka kemungkinan pencapaian sasaran menjadi gagal. George R. Terry
telah merumuskan fungsi-fungsi tersebut sebagai POAC, (Planning, Organizing,
Actuating dan Controlling).
 Planning
Planning adalah proses yang secara sistematis mempersiapkan kegiatan guna
mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Kegiatan diartikan sebagai kegiatan yang
dilakukan dalam rangka pekerjaan konstruksi, baik yang menjadi tanggung jawab
Modul SIR-02 Manajemen Bab I : Dasar-Dasar Manajemen
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-5
pelaksana (kontraktor) maupun pengawas (konsultan). Kontraktor maupun
konsultan, harus mempunyai konsep planning” yang tepat untuk mencapai tujuan
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Produk planning
meliputi perencanaan teknis, dokumen lelang.
Pada proses planning perlu diketahui hal-hal sebagai berikut :
▪ Permasalahan yang terkait dengan tujuan dan sumber daya tersedia.
▪ Cara mencapai tujuan dan sasaran dengan memperhatikan sumber daya
tersedia.
▪ Penerjemahan rencana kedalam program-program kegiatan yang kongkrit.
▪ Penetapan jangka waktu yang dapat disediakan guna mencapai tujuan dan
sasaran, (seluruh tahap: -proses pengadaan, -pelaksanaan dan pengawasan
konstruksi; dan FHO).
 Organizing
Organizing (pengorganisasian kerja) dimaksudkan sebagai pengaturan atas
suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang, dipimpin oleh pimpinan
kelompok dalam suatu wadah organisasi. Wadah organisasi ini menggambarkan
hubungan-hubungan struktural dan fungsional yang diperlukan untuk
menyalurkan tanggung jawab, sumber daya maupun data.
Dalam proses manajemen, organisasi digunakan sebagai alat untuk :
▪ menjamin terpeliharanya koordinasi dengan baik.
▪ membantu pimpinannya dalam menggerakkan fungsi-fungsi manajemen.
▪ mempersatukan pemikiran dari satuan organisasi yang lebih kecil yang
berada di dalam kordinasinya.
Dalam fungsi organizing, koordinasi merupakan mekanisme hubungan struktural
maupun fungsional yang secara konsisten harus dijalankan. Koordinasi dapat
dilakukan melalui mekanisme : -koordinasi vertikal (menggambarkan fungsi
komando), -koordinasi horizontal (menggambarkan interaksi satu level); dan -
koordinasi diagonal (menggambarkan interaksi berbeda level tapi di luar fungsi
komando). Koordinasi diagonal apabila diintegrasikan dengan baik akan
memberikan kontribusi signifikan dalam menjalankan fungsi organizing.
Sebagai contoh, dapat dijelaskan sebagai berikut:
▪ Koordinasi vertikal dan bersifat hirarkis:
1. Pelaksana Konstruksi : koordinasi antara General Superintendant dengan
Material Superintendant atau dengan Construction Engineer atau dengan
Equipment Superintendant
Modul SIR-02 Manajemen Bab I : Dasar-Dasar Manajemen
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-6
2. Field Supervision Team, koordinasi antara Site Engineer dengan Quantity
Engineer atau dengan Quality Engineer merupakan koordinasi vertikal
dan bersifat hirarkis.
▪ Koordinasi horizontal dan bersifat satu level:
1. Pelaksanaan konstruksi, koordinasi antara Material Superintendant
dengan Construction Engineer atau dengan Equipment Superintendant
merupakan.
2. Field Supervision Team, koordinasi antara Quantity Engineer atau dengan
Quality Engineer merupakan koordinasi horizontal dan bersifat satu level.
▪ Koordinasi diagonal:
Koordinasi antara General Superintendant dengan Site Engineer merupakan
koordinasi horizontal dan bersifat satu level, sedangkan koordinasi antara
Pinbagpro Fisik dengan General Superintendant atau dengan Site Engineer
merupakan koordinasi vertikal, kemudian koordinasi antara Pinpro Fisik
dengan Chief Supervision Engineer merupakan.
 Actuating
Actuating diartikan sebagai fungsi manajemen untuk menggerakkan orang yang
tergabung dalam organisasi agar melakukan kegiatan yang telah ditetapkan di
dalam planning. Pada tahap ini diperlukan kemampuan pimpinan kelompok untuk
menggerakkan; mengarahkan; dan memberikan motivasi kepada anggota
kelompoknya untuk secara bersama-sama memberikan kontribusi dalam
menyukseskan manajemen proyek mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan.
Berikut ini beberapa metoda menyukseskan “actuating” yang dikemukakan oleh
George R. Terry, yaitu:
▪ Hargailah seseorang apapun tugasnya sehingga ia merasa keberadaannya di
dalam kelompok atau organisasi menjadi penting.
▪ Instruksi yang dikeluarkan seorang pimpinan harus dibuat dengan
mempertimbangkan adanya perbedaan individual dari pegawainya, hingga
dapat dilaksanakan dengan tepat oleh pegawainya.
▪ Perlu ada pedoman kerja yang jelas, singkat, mudah difahami dan
dilaksanakan oleh pegawainya.
▪ Lakukan praktek partisipasi dalam manajemen guna menjalin kebersamaan
dalam penyelenggaraan manajemen, hingga setiap pegawai dapat
difungsikan sepenuhnya sebagai bagian dari organisasi.
Modul SIR-02 Manajemen Bab I : Dasar-Dasar Manajemen
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-7
▪ Upayakan memahami hak pegawai termasuk urusan kesejahteraan,
sehingga tumbuh sense of belonging dari pegawai tersebut terhadap tempat
bekerja yang diikutinya.
▪ Pimpinan perlu menjadi pendengar yang baik, agar dapat memahami dengan
benar apa yang melatarbelakangi keluhan pegawai, sehingga dapat dijadikan
bahan pertimbangan dalam pengambilan sesuatu keputusan.
▪ Seorang pimpinan perlu mencegah untuk memberikan argumentasi sebagai
pembenaran atas keputusan yang diambilnya, oleh karena pada umumnya
semua orang tidak suka pada alasan apalagi kalau dicari-cari agar bisa
memberikan dalih pembenaran atas keputusannya.
▪ Jangan berbuat sesuatu yang menimbulkan sentimen dari orang lain atau
orang lain menjadi naik emosinya.
▪ Pimpinan dapat melakukan teknik persuasi dengan cara bertanya sehingga
tidak dirasakan sebagai tekanan oleh pegawainya.
▪ Perlu melakukan pengawasan untuk meningkatkan kinerja pegawai, namun
haruslah dengan cara-cara yang tidak boleh mematikan kreativitas pegawai.
 Controlling
Controlling diartikan sebagai kegiatan guna menjamin pekerjaan yang telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana. Didalam manajemen proyek jalan atau
jembatan, controlling terhadap pekerjaan kontraktor dilakukan oleh konsultan
melalui kontrak supervisi, dimana pekerjaan pelaksanaan konstruksinya
dilakukan oleh kontraktor. General Superintendat berkewajiban melakukan
controlling (secara berjenjang) terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh staf di
bawah kendalinya yaitu Site Administration, Quantity Surveyor, Materials
Superintendant, Construction Engineer, dan Equipment Engineer untuk
memastikan masing-masing staf sudah melakukan tugasnya dalam koridor
“quality assurance”. Sehingga, tahap-tahap pencapaian sasaran sebagaimana
direncanakan dapat dipenuhi.
Kegiatan ini juga berlaku di dalam kegiatan internal konsultan supervisi; artinya
kepada pihak luar konsultan supervisi itu bertugas mengawasi kontraktor, dan
secara internal Site Engineer juga melakukan controlling terhadap Quantity
Engineer dan Quality Engineer. Secara keseluruhan internal controlling ini dapat
mendorong kinerja konsultan supervisi lebih baik di dalam mengawasi pekerjaan
kontraktor.
Ruang lingkup kegiatan controlling mencakup seluruh aspek pelaksanaan
rencana, antara lain adalah:
▪ Produk pekerjaan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif
Modul SIR-02 Manajemen Bab I : Dasar-Dasar Manajemen
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-8
▪ Seluruh sumber-sumber daya yang digunakan (manusia, uang, peralatan,
bahan)
▪ Prosedur dan cara kerjanya
▪ Kebijaksanaan teknis yang diambil selama proses pencapaian sasaran.
Controlling harus bersifat obyektif dan harus dapat menemukan fakta-fakta
tentang pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Rujukan untuk menilainya adalah memperbandingkan antara
rencana dan pelaksanaan, artinya memahami kemungkinan terjadinya
penyimpangan.
Modul SIR-02 Manajemen Bab II : Manajemen Sumber Daya Manusia
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-1
BAB II
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
2.1. PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA
Pengelolaan sumber daya manusia meliputi proses perencanaan dan penggunaan
sumber daya manusia dengan cara yang tepat (berdaya guna) untuk mendapatkan hasil
yang optimal. Dalam aspek ini sering pengelola proyek kurang memberi penekanan
dibandingkan terhadap aspek kegiatan inti proyek lainnya seperti lingkup, biaya,jadwal
dan mutu, padahal pada kenyataannya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang
memenuhi syarat menjadi factor penentu keberhasilan pencapaian sasaran proyek.
Dari segi perencanaan biaya proyek, sumber daya manusia merupakan salah satu unsur
yang penting dalam perencanaan pelaksanaan proyek seperti perencanaan biaya, jadwal
dan mutu pekerjaan. Kualitas, kuantitas dan ketepatan waktu penyediaan sumber daya
manusia merupakan aspek yang sangat penting dalam keberhasilan pelaksanaan
pekerjaan sesuai sasaran yang ditentukan.
Yang di maksud dengan perencanaan sumber daya manusia adalah proses
mengidentifikasi jenis dan jumlah sumber daya manusia sesuai jadwal kebutuhan yang
ditetapkan. Tujuan perencanaan sumber daya manusia adalah mengusahakan agar
sumber daya yang dibutuhkan tersedia tepat pada waktunya untuk menghindari
pemborosan sebagai akibat penyediaan sumber daya yang terlalu dini atau telambat.
Faktor-faktor penting dalam perencanaan tenaga kerja proyek meliputi:
1. Produktivitas tenaga kerja.
2. Kebutuhan tenaga kerja periode puncak (peak).
3. Perkiraan jumlah tenaga kerja di lapangan.
4. Perataan jumlah tenaga kerja.
2.1.1 PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA
Walaupun ukuran produktivitas tenaga kerja secara matematis sulit ditentukan, namun
pendekatan penentuan tolok ukur utnuk memperkirakan produktivitas tega kerja bagi
proyek yang akan ditangani perlu ditetapkan untuk mengukur hasil guna atau efisiensi
kerja, misalnya dengan cara membandingkannya terhadap suatu norma yang dipakai
sebagai patokan. Patokan tersebut dirasakan penting terurtama bagi kontraktor yang
akan bekerja di lokasi proyek yang masih asing bagi kontraktor yang bersangkutan.
Salah satu pendekatan yang dipakai untuk mengukur hasil guna tenaga kerja adalah
digunakannya parameter indeks produktivitas yang didefinisikan sebagai perbandingan
Modul SIR-02 Manajemen Bab II : Manajemen Sumber Daya Manusia
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-2
antara jumlah waktu dan orang yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu
dengan jumlah waktu dan orang yang diperlukan untuk menyelsaikan pekerjaan yang
sama pada kondisi standar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja lapangan antara lain:
1. kondisi fisik lapangan dan sarana bantuan;
2. supervisi, perencanaan, dan koordinasi;
3. komposisi kelompok kerja;
4. kerja lembur;
5. ukuran besar proyek;
6. kurva pengalaman (learning curve);
7. pekerja langsung versus subkontraktor; dan
8. kepadatan tenaga verja
2.1.2 KEBUTUHAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA
Secara umum pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi, kebutuhan tenaga kerja dikenal 3
(tiga) tahapan yaitu:
A. Mobilisasi
Pada tahap awal ini yang berlangsung antara 10-15% dari masa konstruksi,
produktivitas masih rendah. Hal ini karena para pekerja memerlukan masa
pengenalan dan penyesuaian pekerjaan. Juga pada masa menenjak seringkali sulit
mengikuti secara tepat kenaikan jumlah kegiatan dengan kenaikan jumlah pekerja
yang diperlukan, sehingga menimbulkan pengaturan yang kurang efisien.
B. Periode Puncak
Pada masa ini dicapai produktivitas optimum, jumlah tenaga kerja tidak bertambah
dan telah terbiasa dengan pekerjaan maupun kondisi lapangan atau medan yang
dihadapi.
C. Periode Menurun
Menjelang akhir konstruksi, produktivitas cenderung menurun, terutama disebabkan
oleh:
▪ Kurang tepatnya perencanaan, misalnya masa kontrak kerja belum berakhir
sedangkan pekerjaan sudah menipis, sehingga terjadi kelebihan tenaga kerja.
Modul SIR-02 Manajemen Bab II : Manajemen Sumber Daya Manusia
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-3
▪ Sikap mental atau semangat yang mengendur, karena melihat pekerjaan mulai
berkurang dan belum tentu tersedia lapangan kerja berikutnya.
▪ Terlambatnya demobilisasi yang sering dijumpai karena penyelia ingin menahan
pekerja yang berlebihan dengan menunggu sampai hasil kerjanya meyakinkan.
Apabila faktor tersebut telah diperhitungkan jauh sebelumnya, maka dapat direncanakan
pendekatan pengelolaan yang sebaik-baiknya.Pengkajian produktivitas tenaga kerja dan
pengaruhnya terhadap biaya dan jadual proyek dapat dilakukan melalui beberapa
langkah sebagai berikut:
Langkah pertama adalah mencoba mencari data dan informasi terakhir mengenai data
dan informasi terakhir mengenai angka indeks produktivitas di daerah lokasi proyek.
Kemudian diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi indeks tersebut, dengan melihat
kondisi fisik lokasi atau lapangan proyek sesungguhnya, serta menganalisa faktor-
faktor lain yang nantinya mungkin diberlakukan terhadap proyek. Apabila dari kondisi
dan sifat-sifat tersebut telah dapat diperkirakan besar angka produktivitasnya,
selanjutnya angka ini dipakai untuk menghitung keperluan total tenaga kerja, berikut
fasilitas (perumahan sementara, transportasi, katering, dan lain-lain). Sementara itu,
program peningkatan keterampilan dan pelatihan perlu diperhatikan, karena dapat
menaikkan produktivitas mereka secara efektif.
2.1.3 PERKIRAAN JUMLAH TENAGA KERJA PERIODE PUNCAK (PEAK)
Periode puncak adalah periode yang paling sibuk, dalam arti paling banyak memerlukan
tenaga kerja. Pengetahuan mengenai seberapa besar tenaga kerja puncak dan berapa
lama periodenya berguna bagi perencanaan kapasitas fasiltas penampungan,
transportasi, dan arus dana pembiayaan proyek.
1. Grafik Lonceng
Cara paling sederhana memperkirakan kebutuhan tenaga kerja puncak adalah dengan
metode empiris, yaitu pertama-tama dengan menghitung keperluan rata-rata (garis lurus),
kemudian memakai kurva lonceng atau genta di mana puncaknya berada sekitar 1.5 – 1.7
kali keperluan rata-rata, seperti terliahat pada Gambar 2.1.
Total tenaga kerja proyek = luas area di bawah kurva lonceng = luas segi empat ABCD.
Sebagai contoh pada Gambar 2.1., keperluan tenaga kerja puncak adalah sebesar 1.6 x
350 = 560.
Pada prakteknya jarang terjadi bentuk lonceng ideal seperti bentuk lintasan AED tetapi
kebanyakan seperti bentuk dengan ”benjolan” ke depan atau ke belakang yang disebut
Modul SIR-02 Manajemen Bab II : Manajemen Sumber Daya Manusia
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-4
front loaded atau back loaded. Kedua bentuk tersebut sama-sama tidak menguntungkan.
Front loaded menunjukkan ketidak tepatan hasil guna karena terlau banyak tenaga kerja
dibandingkan dengan tersedianya pekerjaan, Sebaliknya keadaan back loaded
menggambarkan adanya kenaikan jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk mengejar
jadual, yang umumnya menaikkan biaya proyek secara keseluruhan (cost-overrun).
Gambar 2.1. Memperkirakan Kebutuhan Tenaga Kerja Puncak dengan
Grafik Lonceng
2. Metode Trapesium
Apabila kurva lonceng memberikan indikasi berapa besar keperluan tenaga kerja pada
waktu puncak, maka metode trapesium sering dipakai untuk memperkirakan angka
keperluan puncak. Di samping itu, metode ini juga memberikan keterangan berapa lama
masa puncak tersebut berlangsung. Dasar pemikiran metode ini menganggap bahwa
keperluan tenaga kerja mengikuti pola sebagai berikut:
▪ Mulai dari titik awal (nol) naik sebagai garis miring. Periode ini disebut periode
menanjak (build up period)
200
400
600
Front
Loaded
Back
Loaded
A
B
Jumlah
Tenaga Kerja
C
D
E
a
b
0 24Kurun Waktu (Bulan)
Catatan:
Luas ABCD = Luas AED
Tinggi (a+b) = 1.5 atau 1.7 kali tingg (b)
Modul SIR-02 Manajemen Bab II : Manajemen Sumber Daya Manusia
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-5
▪ Kemudian setelah sampai di puncak, arahnya menjadi mendatar, dan disebut
periode puncak (peak period)
▪ Akhirnya menurun (run down) sampai proyek selesai)
Pendekatan ini menghasilkan bentuk segiempat trapesium, seperti terlihat pada Gambar
2.2. Luas trapesium sama dengan total lingkup proyek.
Metode trapesium memakai angka-angka yang berbeda antara tahap desain-engineering
dan tahap konstruksi
Gambar 2.2. Memperkirakan Kebutuhan Tenaga Kerja Konstruksi Dengan
Metode Trapesium
a = 20%
b=20%
c =60%
A
B C
D
Waktu
Tenaga Kerja
Catatan:
AD = Kurun waktu implementasi fissik
AB = Periode menanjak (build-up)
BC = Periode puncak (peak)
CD = Periode menurun (run-down)
t = Jumlah tenaga kerja pada periode
puncak
t
Jumlah Tenaga
Kerja
Waktu
a=50%
b= 25%
c =25%
A
B C
D
O
Tenaga Kerja Desain-Engineering Tenaga Kerja Konstruksi
Catatan :
OD = Kurun waktu implementasi fisik
AD = Tahap konstruksi
AB = Periode menanjak
CD = Periode menurun
BC = Periode puncak
OA = Kurang lebih 20% - 30% OD
t = Jumlah tenaga kerja pada periode
puncak
Modul SIR-02 Manajemen Bab II : Manajemen Sumber Daya Manusia
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-6
2.2. ORGANISASI KONSULTAN PENGAWAS KONSTRUKSI
JALAN DAN JEMBATAN
Pihak Engineer’s Representative, (konsultan yang mewakili Engineer untuk pengawasan
di lapangan -Field Supervision Team-) antara lain terdiri dari : Site Engineer,
membawahkan Quantity Engineer, Quality Engineer, Inspector, Quantity Surveyor,
Laboratory Technicians dan Draftman.
Di tingkat propinsi : Chief Supervision Engineer (Provincial Team), Pavement and
Material Engineer.
Di tingkat pusat: Core Team terdiri dari Team Leader, dan Co-Team Leader.
Untuk jelasnya pada halaman-halaman berikut diberikan contoh Struktur Organisasi
Pengawasan Konstruksi yang terdiri dari Core Team, Provincial Team dan Field
Supervision Team. Dalam struktur organisasi tersebut masih digunakan istilah-istilah lama
untuk kualifikasi keahlian atau posisi-posisi yang ada pada organisasi pengawas, untuk
memberikan gambaran tentang keahlian khusus atau keterampilan khusus apa yang
diperlukan oleh masing-masing organisasi yang ditugasi untuk menyelenggarakan proyek.
Modul SIR-02 Manajemen Bab II : Manajemen Sumber Daya Manusia
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-7
Gambar 2.3. : Strukur Organisasi Pengawasan Konstruksi
C. Struktur Organisasi Pengawasan Konstruksi
Engineer's Representative
Core Team, Provincial Teams dan Field Supervision Teams
(Contoh : Proyek Pemerintah)
Province : A Province : B Province : C
Field Supervison Teams
Team
Leader
Co -
Team Leader
Quantity
Surveyor
Bridge
Engineer
Chief Super-
vision Engineer
Chief Super-
vision Engineer
Chief Super-
vision Engineer
Highway
Engineer
Pavement &
Material Eng.
Pavement &
Material Eng.
Pavement &
Material Eng.
Core Team
Geotechnical
Engineer
Bridge
Engineer
Field
Supervision Teams
(Province A)
Provincial Teams
Field
Supervision Teams
(Province B)
Field
Supervision Teams
(Province C)
Modul SIR-02 Manajemen Bab II : Manajemen Sumber Daya Manusia
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-8
Type 1 (Standard Team for Road Project)
Inspector
(A)
Inspector
(B)
Quantity
Surveyor
Draftman
Quantity
Engineer
Laboratory
Technician
Quality
Engineer
Site
Engineer
Type 2 (with Bridge Construction)
Inspector
(A)
Inspector
(B)
Quantity
Surveyor
Draftman
Quantity
Engineer
Inspector
(C)
Bridge
Engineer
Laboratory
Technician
Quality
Engineer
Site
Engineer
Type 4 (For Road Project)
Inspector
(A)
Quantity
Surveyor
Draftman Laboratory
Technician
Quantity /
Quality
Engineer
Site
Engineer
Gambar 2.4. : Struktur Organisasi Pengawasan Konstruksi
Type 3 (For Road Project)
Inspector
(A)
Inspector
(B)
Quantity
Surveyor
Draftman Laboratory
Technician
Quantity /
Quality
Engineer
Site
Engineer
Modul SIR-02 Manajemen Bab II : Manajemen Sumber Daya Manusia
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-9
2.3. PEMBENTUKAN TIM PROYEK
Karena sifatnya kompleks, multidisiplin, dan memerlukan koordinasi serta integrasi yang
erat, maka pengisian personil dalam penyelenggaraan proyek konstruksi ditekankan pada
terbentuknya satu tim yang dapat bekerja secara terpadu dan efektif. Menyusun,
membangun, dan mengelola tim dengan sifat demikian merupakan salah satu tugas dan
tanggung jawab utama pimpinan proyek.
Proses pemebentukan tim adalah proses menyusun suatu kelompok yang terdiri dari
berbagai masing-masing menjadi satu unit kerja yang efektif untuk mencapai tujuan tim.
Tim yang efektif ditandai oleh keluaran yang bersifat sinergis, yaitu keluaran hasil usaha
bersama lebih besar dari pada jumlah keluaran masing-masing anggota.
Pembentukan tim proyek mengikuti sistematika penahapan sebagai berikut:
1. Pembentukan atau forming
Pada tahap ini, anggota tim yang semula bersikap sebagai individual mulai saling
mengenal, kemudian secara bersama mempelajari tujuan tim, uraian tugas, dan
tanggung jawab masing-masing serta peraturan (prosedur kebijakan) yang akan
diberlakukan.
2. Storming
Merupakan tanggapan secara alami terhadap tata cara yang akan diberlakukan di
dalam tim. Mereka mulai berpikir dan menilai dampaknya terhadap kebiasaan, sikap,
dan perilaku selama ini (sebelum bergabung dalam tim). Langkah efektif yang
sebaiknya dilakukan oleh pimpinan tim adalah dengan mencoba mendorong mereka
untuk bersifat terbuka dalam mengemukakan pendapat, keluhan serta perhatian
(concern), selanjutnya menanggapinya secara positif tanpa kehilangan prinsip yang
harus tetap dipegang.
3. Kesepakatan (Norming)
Pada tahap ini, tim telah mencapai kesepakatan mengenai sikap dan arah tindakan
menyangkut berbagai aspek penting seperti pengambilan keputusan, penanganan
konflik, peletakan dasar kebijakan, dan prosedur yang harus diikuti. Tahapan ini
ditandai dengan tumbuhnya semangat kerja sama dan saling pengertian antara
anggota tim serta tanggung jawab sebagai satu tim, sehingga siap untuk diberi tugas-
tugas yang telah direncanakan.*
4. Pelaksanaan (Performing)
Dengan selesainya langkah-langkah pada Butir 1, 2 dan 3 di atas dengan baik, maka
secara umum tim dianggap telah mencapai taraf “kedewasaan” dan mampu
melaksanakan tugas implementasi secara efektif. Pimpinan memberikan tugas-tugas
Modul SIR-02 Manajemen Bab II : Manajemen Sumber Daya Manusia
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-10
yang semakin bertambah kuantitas dan kualitasnya, sambil menganalisis kinerja
(performance) tim yang bersangkutan.
5. Pembubaran
Pada tahapan ini kuantitas pekerjaan mulai berkurang dan akhirnya selesai serta
ditutup. Pada saat yang bersamaan, anggota tim mulai berkurang dengan menyisakan
anggota yang masih diperlukan serta akirnya dibubarkan secara keseluruhan.
Pada tahap ini pimpinan mengahadpai masalah yang tak kalah sulitnya seperti pada
tahap awal pekerjaan yakni mesalah penyeimbangan antara waktu, jumlah anggota
(termasuk siapa) yang akan dilepas dari waktu ke waktu dengan pekerjaan yang
tersisa. Masalah lain adalah menjaga semangat tim yang dapat menurun karena
memikirkan penugasan yang akan datang.
2.4. EFEKTIVITAS DAN PRESTASI TIM
2.4.1 EFEKTIVITAS TIM
Karena sifatnya yang spesifik, kegiatan proyek menuntut adanya kerjasama yang amat
erat. Salah satu cara untuk meningkatkan kerjasama adalah mendorong
terselenggaranya komunikasi dan interaksi :
a. Masing-masing anggota mengetahui perannya dalam tim;
b. Setiap anggota merasa saling diperlukan; serta
c. Anggota merasakan bahwa kerjasama sebagai satu tim akan memberikan hasil lebih
besar dari pada bekerja sendiri-sendiri secara terpisah.
Adanya penjelasan kepada mereka mengenai tujuan tim, struktur organisasi yang
memperlihatkan hubungan kerjasama antaranggota, posisi yang akan ditempati, jenis
tugas, dan besar tanggung jawab mereka masing-masing serta harapan perusahaan
terhadap tim akan menjernihkan butir-butir di atas. Keikutsertaan dan konsultasi dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan membantu anggota tim meningkatkan rasa ikut
bertanggung jawab dalam upaya mencapai prestasi.
Parameter atau karakteristik yang dapat mempengaruhi kualitas dan efektivitas suatu tim
proyek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu yang berhubungan dengan tugas dan yang
berhubungan dengan antaranggota.
1. Karakteristik yang berhubungan dengan tugas
Karakteristik yang dapat mempengaruhi kualitas dan efektifivitas tim yang
berhubungan dengan tugas adalah:
a. Komitmen dengan proyek
b. Berorientasi terhadap hasil kerja.
Modul SIR-02 Manajemen Bab II : Manajemen Sumber Daya Manusia
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-11
c. Kreatif dan inovatif.
d. Peduli terhadap kualitas produk.
e. Mampu memperkirakan kecenderungan (trend) yang akan terjadi.
2. Karakteristik yang berhubungan denganantaranggota
Karakteristik yang dapat mempengaruhi kualitas dan efektifivitas tim yang
berhubungan dengan antar anggota adalah:
a. Terjalinnya komunikasi dengan baik.
b. Mampu memecahkan konflik.
c. Adanya saling percaya.
d. Berkeinginan mencapai sasaran tim
e. Menjaga dan mengembangkan semangat tim
f. Saling membantu meningkatkan kecakapan/kepandaian.
2.4.2 Prestasi Tim
Apabila syarat-syarat untuk tumbuhnya kerjasama tim telah dipenuhi, selanjutnya perlu
diperhatikan beberapa faktor-faktor yang pada gilirannya akan amat berpengaruh
terhadap prestasi suatu tim proyek seperti:
1. Faktor lingkunganl;
2. Gaya kepemimpinan; dan
3. Dorongan dan hambatan spesifik terhadap prestasi.
Ketiga faktor tersebut sangat bertalian satu dengan yang lain sering menjadi persoalan
yang kompleks dan untuk mencapai prestasi tim yang diinginkan, pimpinan tim
berkewajiban mengenali dan menangani dengan pendekatan pengeloalan dan organisasi
yang tepat.
Untuk mengelola tim yang tepat dan benar sehingga dapat bekerja sebagai kesatuan unit
yang efektif, pimpinan tim harus mengenal faktor-faktor yang menjadi pendorong maupun
penghambat. Pendorong di sini diartikan sebagai faktor yang bersifat positif terhadap
prestasi tim, sebaliknya penghambat adalah faktor yang bersifat negatif. Dengan
mengenali semua faktor pendorong dan penghambat tersebut, pimpinan tim dapat
merencanakan tindakan-tindakan yang diperlukan.
Faktor pendorong prestasi tim antara lain adalah:
a. Secara profesional pekerjaan menarik dan merangsang.
b. Pengakuan terhadap hasil kerja.
c. Pimpinan berpengalaman dalam bidang manajemen dan engineering.
d. Penanganan yang benar dalam kepemimpinan dan adanya petunjuk masalah
teknis.
e. Personil tim yang berkualitas.
Modul SIR-02 Manajemen Bab II : Manajemen Sumber Daya Manusia
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-12
f. Potensi jenjang profesional.
Sedangkan faktor penghambat prestasi kerja antara lain adalah:
a. Sasaran dan pengarahan tentang proyek tidak jelas.
b. Tidak cukup sumber daya.
c. Tidak banyak konflik.
d. Tidak cukup perhatian dan keperdulian dari pimpinan.
e. Jaminan kerja tidak terlihat dengan jelas
f. Tujuan dan prioritas sering berubah.
Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-1
BAB III
MANAJEMEN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Ukuran keberhasilan pelaksanaan suatu proyek (paket proyek fisik) ialah apabila mutu
produk akhir yang dicapai sesuai dengan: -persyaratan teknis dalam dokumen kontrak; -
dilaksanakan sesuai koridor waktu yang telah disepakati di dalam surat perjanjian kontrak;
-menyerap biaya secara bertahap sesuai dengan jadwal maupun besarnya pembiayaan
yang telah disepakati sejak commencement of works hingga FHO.
Beberapa indikator penyebab ketidaksesuaian atau ketidakberhasilan adalah: -dokumen
perencanaan teknis (dituangkan menjadi drawings) tidak disiapkan secara teliti akibat
keterbatasan biaya maupun waktu; -pilihan yang diambil berupa modul-modul
perencanaan teknis diperhitungkan dengan data yang terbatas. Keterbatasan biaya dan
waktu menyebabkan Employer sulit dalam menyediakan full engineering design untuk
ribuan ruas jalan yang tersebar di seluruh wilayah dimana peningkatan ataupun
pemeliharaan berkala diperlukan. Dalam pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan perlu
dibuka peluang adanya review design terhadap drawings dan dokumen pendukung
lainnya bila terjadi ketidaksesuaian dengan kondisi lapangan. Dengan pendekatan
tersebut secara teknis dapat diperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan perencanaan.
Secara keseluruhan manajemen penyelenggaraan proyek (fisik) memerlukan alat kontrol
dalam upaya mendekati pencapaian tepat mutu, tepat waktu dan tepat biaya. Pada Tabel
3.1 disajikan kelompok dan jenis kegiatan-kegiatan yang lazimnya digunakan sebagai alat
kontrol.
Tabel 3.1 Kelompok dan Tahap Kegiatan Alat Kontrol
Kelompok Kegiatan
1 Persiapan Dokumen Surat Perintah Mulai Kerja
Construction Schedule
Pre Construction Meeting
2 Persiapan Fisik Lapangan Project Quality Plans
Mobilisasi
Review Design
3 Proses Pembayaran Advance Payment
Buku Harian dan Laporan
Show Cause Meeting
Pembayaran Prestasi Pekerjaan
4 Pekerjaan Tambah Kurang Pekerjaan Tambah / Kurang
Perpanjangan Waktu Pelaksanaan
Denda (Liquidated Damage)
Eskalasi / De-eskalasi Harga
5 Perselisihan Penyelesaian Perselisihan Kontrak
6 Serah Terima Provisional Hand Over
Final Hand Over
Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-2
3.1 PERSIAPAN ADMINISTRASI
3.1.1 SURAT PERINTAH MULAI KERJA (SPMK)
SPMK diterbitkan Pinpro/Pinbagpro selambat-lambatnya dalam waktu tertentu sejak
penandatanganan kontrak sebagaimana ditetapkan dalam dokumen kontrak misalnya 14
(empat belas) hari (untuk kontrak LCB/NCB) atau 60 (enam puluh) hari (untuk ICB) sejak
penandatanganan kontrak pekerjaan konstruksi, didahului dengan penandatanganan
Berita Acara Serah terima Lapangan (Site Hand-Over) dari Pihak Proyek kepada Pihak
Kontraktor sebagai pelaksana pekerjaan konstruksi. Serah terima lapangan
diselenggarakan setelah seluruh permasalahan terkait dengan Pemerintah atau
masyarakat setempat (misalnya pembebasan tanah) terselesaikan.
SPMK memuat juga tanggal paling lambat dimulainya pelaksanaan konstruksi dan
sekaligus sebagai awal masa pelaksanaan (construction period) atau dapat juga disebut
sebagai awal dari masa kontrak (contract period). Jika construction period dimulai sejak
COW dan berakhir pada PHO (Provisional Hand Over) maka contract period dimulai sejak
COW dan berakhir pada FHO (Final Hand Over).
3.1.2 JADWAL PELAKSANAAN (CONSTRUCTION SCHEDULE)
Construction schedule dimaksudkan sebagai dasar bagi proyek (pemilik proyek,
kontraktor dan konsultan untuk :
 Memantau kemajuan pekerjaan kontraktor di lapangan,
 Menjadi rujukan bagi pembayaran eskalasi / de-eskalasi harga,
 Mendukung pengalokasian anggaran biaya,
 Mempertimbangkan permintaan tambahan biaya akibat perubahan pekerjaan,
 Mendukung permintaan perpanjangan waktu pelaksanaan konstruksi.
Jadwal pelaksanaan yang dibuat kontraktor dimaksudkan sebagai bagian dari pengajuan
penawaran pada waktu pelelangan dengan mempertimbangkan aspek perencanaan,
analisa, dan pemilihan jenis/cara penjadualan. Pertimbangan aspek perencanaan
meliputi:
• APA yang harus dikerjakan ?
• KAPAN harus dikerjakan ?
• BAGAIMANA cara mengerjakannya ?
• SIAPA yang harus mengerjakan ?
• BERAPA biaya yang harus dikeluarkan ?
Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-3
Analisis dari pertanyaan di atas menghasilkan komponen dan jumlah kegiatan yang
berurutan, mudah dikenali sebagai item pekerjaan, dan indikasi kesulitan dan risiko dalam
menyelesaikannya. Analisis juga menghasilkan waktu dan periode pekerjaan, metoda
pelaksanaan, pelaksanaan pekerjaan dan dana yang harus disiapkan. Langkah dalam
menyusun jadual pelaksanaan dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Tahap Kegiatan Manajemen Pelaksanaan Proyek
Tahap Kegiatan
Persiapan • Kajian dokumen: -dokumen kontrak; -Gambar
rencana; -Daftar kuantitas
• Persyaratan Pekerjaan: -spesifikasi dan syarat
kontrak; -biaya pekerjaan; -analisis dan urutan
pekerjaan.
• Pengkajian Lokasi: -lokasi sumberdaya tersedia, -
tingkat kesulitan pekerjaan
Tahap analisis: • Waktu untuk menyelesaikan setiap kegiatan
• Waktu untuk menyelesaikan seluruh kegiatan
• Urutan setiap kegiatan
• Metoda kerja untuk menyelesaikan setiap kegiatan
• Sumber daya yang diperlukan
• Resiko yang terkait
• Biaya sebenarnya guna menyelesaikan setiap
kegiatan
• Nilai pekerjaan yang diselesaikan
Penjadualan pekerjaan • Jadual kegiatan, (waktu untuk setiap jenis
pekerjaan).
• Jadual Sumber Daya, rencana ketersediaan tenaga
kerja, peralatan dan bahan.
• Jadual kemajuan keuangan (Kurva S), rencana
kemajuan pekerjaan dan keuangan proyek.
• Jadual cash flow keuangan, keadaan pemasukan
dan pengeluaran uang.
Beberapa jenis jadual dapat dipergunakan, tergantung kepada kebutuhan proyek antara
lain adalah:
a) Critical Path Method (Metoda Lintasan Kritis)
b) Bar Charts – basic and linked (Diagram Balok – asli dan terkait)
c) Financial Progress Schedule – S Curve (Jadual Kemajuan Keuangan –
Kurva S)
a) Critical Path Method
Critical Path Method adalah jadual pelaksanaan pekerjaan (network planning) digunakan
untuk menyajikan jadual konstruksi didasarkan atas urutan kegiatan dengan
mempertimbangkan ketergantungan satu kegiatan dengan kegiatan lain. Setiap kegiatan
Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-4
dilengkapi dengan rencana “durasi”, awal dan akhir kegiatan yang harus dilaksanakan.
Dari rangkaian ini dapat dikaji prioritas kegiatan yang harus segera dilaksanakan.
Biasanya terdapat jaringan lintasan kritis yaitu rangkaian kegiatan yang harus diawali dan
diakhiri secara tepat waktu. Ketidak sesuaian penyelesaian atau awalan pada kegiatan
kritis berpotensi menunda penyelesaian proyek.
Berikut adalah Gambar 3.1. sebagai contoh penjelasan lebih rinci tentang penggunaan
Critical Path Method untuk keperluan menyiapkan suatu Network Planning :
A (14) = Kegiatan dengan kode A memerlukan durasi 14 hari untuk menyelesaikannya
= = Event
NE = No. of Event
EET = Earliest Event Time
LET = Latest Event Time
Kegiatan yang penyelesainnya memerlukan waktu (duration) tertentu
Kegiatan di lintasan kritis (critical path)
Kegiatan semu, dummy, bukan kegiatan tapi dianggap sebagai kegiatan
yang tidak membutuhkan waktu
Gambar 3.1 Critical Path
Pada Tabel 3.1 disajikan contoh hasil analisis suatu rangkaian kegiatan serta kaitan
dengan kegiatan lainnya, hingga diketahui saat satu kegiatan harus dimulai dan diakhiri.
Beberapa masukan dalam pembuatan penjadualan pelaksanaan proyek adalah sebagai
berikut:
a) Kontraktor perlu secara tajam mencari sejumlah kegiatan dalam menyelesaikan
proyek yang potensial menjadi kritis. Dari indikasi tersebut, perlu dirinci
kegiatannya kedalam satu sub kegiatan guna mendapatkan lintasan ktiris.
0
1
0
15
3
15
50
5
50
33
4
33
14
2
17
EET
LET
LET
B(15)
A(14)
D(16)
E(18)
F(17)
C(0)
Start
Finish
NE
Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-5
b) Metoda Lintasan Kritis sangat berguna untuk proyek yang dikategorikan sebagai
proyek crash program, sebagai tambahan dari metoda penjadualan dengan
menggunakan Bar Chart dan Jadual Progres Keuangan – S Curve.
c) Apabila indikasi kritis terjadi pada sebagian besar kegiatan, perlu diketahui sub
kegiatan yang memberi kontribusi terbesar terhadap penyelesaian proyek.
Tabel 3.3 Kegiatan dan Urutan Berdasarkan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan
Catatan:
• Lintasan kritis B, E, dan F
• Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan kegiatan di lintasan kritis tidak boleh
dilampaui, karena akan mengakibatkan tertundanya penyelesian pekerjaan.
• Kontrol ketat harus dilakukan terhadap kegiatan di lintasan kritis agar
penyelesaian pekerjaan tidak tertunda.
• Kelonggaran waktu pada kegiatan lain (kasus di atas adalah kegiatan A dan D)
dapat dipertimbangkan untuk dimanfaatkan (tenaga, peralatan, bahan, dan
barangkali juga biaya) bagi percepatan penyelesaian kegiatan B, E, dan F.
Pemanfaatan Metoda Lintasan Kritis disarankan untuk pekerjaan bersifat multi tahun,
karena permasalahan yang komplek didasarkan atas variasi pekerjaan dan waktu
pelaksaanaan. Banyak kasus yang ditemui pada pekerjaan multi tahun namun belum
memanfaatkan kemudahan controlling yang diberikan oleh metoda ini.
Data Perhitungan Untuk Menetapkan Lintasan Kritis
Kegiatan Event EET + Durasi pada Event No.
Kegiatan Durasi Yang No. Terendah Tertinggi EET LET
(Hari) Mendahului (Hari) (Hari) (Hari) (Hari)
1 - - 0 0
A 14 Tidak ada - - - -
B 15 Tidak ada - - - -
2 0+14=14 0+14=14 14 33-16=17
C 0 A - - - -
D 16 A - - - -
3 0+15=15 0+15=15 15 33-18=15
E 18 B dan C - - - -
4 14+16=30 15+18=33 33 50-17=33
F 17 D dan E - - - -
Selesai 5 30+17=47 33+17=50 50 50
Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-6
b) Bar Charts – Basic and Linked
Bar Charts atau diagram balok merupakan diagram yang paling sederhana,
menggambarkan hubungan antara kegiatan dengan waktu. Ada 2 type yang dikenal yaitu
basic chart dan linked chart. Basic chart menggambarkan blok jadwal masing-masing
kegiatan berdiri sendiri, sedangkan linked chart digambarkan blok jadwal masing-masing
dikaitkan dengan kegiatan lain baik awal maupun akhir kegiatan. Pada link chart
dinampakkan adanya ketergantungan suatu kegiatan dengan kegiatan lain, meskipun
tidak sejelas Critical Path Method. Pada metoda ini tidak tergambarkan lintasan kritis yang
terjadi. Pada Gambar 2.3 dapat dilihat tipikal contoh metoda Bar Chart. Bar Chart pada
proyek jalan biasanya dilengkapi dengan nomer, nama kegiatan, kuantitas dan waktu
pelaksanaan dari setiap pay item sesuai dengan kontrak.
c) Financial Progress Schedule – S Curve
Financial Progress Schedule – S Curve menggambarkan rencana dan realisasi
pelaksanaan pekerjaan bulanan kumulatif dinyatakan dalam prosentase biaya terserap
per satuan waktu terhadap total biaya proyek selama construction period. S Curve itu
dapat memberikan informasi pekerjaan berkaitan dengan pembayaran prestasi pekerjaan.
Dalam S Curve tercatat:
 No. pay item,
 Deskripsi pay item,
 Nama seksi yang berisi sejumlah pay item,
 Kuantitas per pay item,
 Harga satuan per pay item,
 Total harga dari per pay item,
 Rincian kebutuhan biaya bulanan per pay item dinyatakan dalam prosen terhadap
total biaya konstruksi
Dari total prosentase rencana pelaksanaan pekerjaan setiap bulan, dapat dihitung jumlah
prosentase kumulatif rencana pelaksanaan pekerjaan tiap bulan. Kurva yang
menghubungkan prosentase kumulatif rencana pelaksanaan pekerjaan tiap bulan inilah
yang disebut Kurva S.
3.1.3 PRE CONSTRUCTION MEETING (PCM)
Rapat Persiapan Pelaksanaan (Pre Construction Meeting) adalah pertemuan antara Pihak
Proyek, Kontraktor dan Konsultan dilakukan selambat-lambatnya 14 hari setelah
diterbitkannya SPMK oleh Pinbagpro. Tujuan Pre-Construction Meeting adalah : -
membangun pengertian yang sama tentang isi Dokumen Kontrak; -membuat
Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-7
kesepakatan terhadap hal penting yang belum tercantum dalam Dokumen Kontrak; -dan
mencari penyelesaian terhadap potensi kendala selama pelaksanaan konstruksi.
Pertemuan ini membahas dan menyepakati berbagai hal seperti pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Bahasan Kesepakatan Pada PCM
No Bahasan Kesepakatan
1 Rencana Kegiatan Pelaksanaan Organisasi kerja pelaksanaan konstruksi
Tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan
2 Jadual persiapan Review & penyempurnaan construction schedule sesuai
target volume, mutu dan waktu
Jadual mobilisasi personel dan peralatan.
Jadual pengadaan bahan dan penggunaann peralatan
3 Kajian Lapangan Menyusun rencana pemeriksan lapangan (mutual check) dan
review terhadap simplified design yang ada.
Menentukan lokasi sumber quarry (sumber bahan/material),
estimate kuantitas bahan serta rencana pemeriksaan mutu
bahan yang akan digunakan.
4 Kondisi Sosial Masyarakat Pendekatan kepada masyarakat dan Pemerintah Daerah
setempat (misalnya: masalah jalan akses ke lokasi quarry).
Substansi pokok yang dibahas dalam Pre Construction Meeting dapat dilihat pada Tabel
3.5.
Tabel 3.5 Substansi Masalah Yang Dibahas Pada PCM
No Kegiatan Rincian
1 Aplikasi pasal-pasal penting dalam
dokumen kontrak
o Pekerjaan tambah kurang
o Termination atau forfeiture
o Mobilisasi
o Maintenance and protection of traffic
o Sub Letting
o Insurance of works
o Organisasi kerja
2 Prosedur administrasi
penyelenggaraan pekerjaan
o Request and Approval dalam rangka Examination of
Works
o Extension time for completion of works
o Gambar kerja dan kelengkapannya.
o Pengajuan MC (Monthly Certificate)
o PHO dan FHO
o Pembuatan Addendum Kontrak
o Jadual pengadaan bahan, pnggunaan peralatan dan
personel
o Review dan penyempurnaan terhadap jadual kerja yang
harus sesuai dengan target volume, mutu dan aktu.
o Menyusun rencana dan pelaksanaan pemeriksaan
lapangan (mutual check) sehubungan dengan Review
design terhadap simplified design yang ada dalam
dokumen kontrak
3 Tata cara dan prosedur teknis
pelaksanaan pekerjaan
o Konstruksi pondasi jembatan dan bangunan atasnya.
o Rigid pavement dengan LHR (Lalulintas Harian rata-
Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-8
No Kegiatan Rincian
rata) tinggi dan traffic management-nya.
o Soil stabilization.
o Produksi agregat untuk pondasi jalan dan perkerasan
aspalnya.
o Penentuan lokasi sumber bahan material (quarry),
estimasi kuantitas serta rencana pemeriksaan mutu
bahan yang akan digunakan.
o Pendekatan terhadap masyarakat dan Pemerintah
Daerah setempat terkait dengan rencana kerja dan: -
musim tanam , -akses ke quarry & angkutan bahan.
Pada Pre Construction Meeting setiap komponen pelaksana kegiatan mempunyai peran
sesuai dengan posisi masing masing. Komponen pemerintah diwakili oleh unsur atasan
langsung, pengawas dan pelaksana. Pada Tabel 3.6 dijelaskan peran dari komponen
pemerintah dalam PCM artinya adalah peran dalam menjelaskan masalah penting dalam
pelaksanaan pekerjaan.
Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-9
Tabel 3.6 Masalah Yang Dijelaskan Oleh Setiap Posisi Pemerintah
Dalam PCM
No Posisi Masalah yang dijelaskan - dilakukan
1 Atasan langsung Pinpro o Sebagai moderator dan nara sumber.
o Prinsip umum pelaksanaan proyek.
2 Pinpro/Pinbagpro
Pengawas
o Kebijakan teknis tentang Review Design. (tanggung jawab
Pinbagpro terhadap Review Design; prosedur survey;
penyelesaian dan pedoman pelaksanaan pekerjaan).
o Periode dan Prosedur Review Design (Metodologi survei;
pembuatan gambar kerja; proses administrasi, proses
Addendum (atau Memorandum) Kontrak).
o Prosedur dan jadual kerja tenaga konsultan supervisi (mobilisasi
dan demobilisasi).
o TOR (personel, tugas dan tanggung jawab konsultan supervisi).
o Tugas konsultan dalam membuat laporan supervisi kemajuan
pelaksanaan fisik dan pengarsipan penyerahannya (seperti:
Monthly Executive Summary; Monthly Progress; Quarterly;
Quality Control; Technical Report (Review Design/Technical
Justification); Technical Paper, Draft Final ; Final Report).
o Penilaian performance terhadap konsultan atau kontraktor
o Melakukan uji petik secara periodik..
o Penyiapan As built drawing sesuai standar.
o Penyiapan data original desain (per segmen) mencakup seperti:
-Tipe dan lebar perkerasan; Besar lendutan; CBR; IRI, RCI.
o akomodasi dan fasilitas yang disediakan oleh kontrak konsultan.
3 Pinpro/Pinbagpro Fisik
(unsur Pemerintah
o Sebagai Pemimpin Rapat (Chairman)
o Struktur organisasi pelaksanaan konstruksi kontraktor maupun
yang disarankan oleh konsultan supervisi.
o Tugas kontraktor (Survei dan membuat gambar kerja; Rencana
pengadaan personel, peralatan dan bahan; Construction
Schedule – Financial Progress Schedule – S Curve; Rencana
penyelesaian Vector Diagram setelah Review Design).
o Mobilisasi (awal dan akhir) dan masa konstruksi termasuk
sanksi dan denda keterlambatan
o Mekanisme kerja ketiga unsur proyek (Pinbagpro, Kontraktor dan
Pengawas) (seperti: contractor’s request sebelum memulai
pekerjaan dan sebelum penerimaan pekerjaan, metode
pelaksanaan yang diajukan kontraktor ssaat pelelangan.).
o Penyelenggaraan SC-Meeting (terkait dengan keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan, ketidak sesuaian antara realisasi
pelaksanaan dan rencana pelaksanaan pekerjaan).
o Proses pelaksanaan PHO (antara lain: penjelasan kepada
masyarakat untuk menghindari adanya tagihan utang yang
belum dibayar oleh kontraktor kepada masyarakat -1 bulan
sebelum proyek berakhir) , FHO dan serah terima lapangan.
o Proses pembayaran (pengusulan dan pembayaran bulanan,
pungutan retribusi maupun asuransi.)
o Prosedur pembongkaran dan penyerahan barang bekas,
misalnya bangunan atas jembatan.
o Standar Laporan Harian dan Mingguan.
o Proses quality control (sondir pada awal sebelum diulainya
pekerjaan pondasi jembatan,.bahan jalan dan bahan jembatan,
fasilitas laboratorium yang harus disediakan kontraktor).
Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-10
No Posisi Masalah yang dijelaskan - dilakukan
o Tidak adanya biaya tambahan test bahan untuk Quality Control
(biaya test sudah termasuk dalam harga satuan penawaran
masing-masing pekerjaan).
o Pendekatan terhadap masyarakat dan Pemerintah Daerah
terkait antara rencana kerja antara lain dengan: akses ke lokasi
quarry, pembebasan lahan, listrik, telpon, PDAM..
o Masalah umum (seperti: Pemerintah dibebaskan dari tuntutan
Pihak Ketiga terhadap kelalaian kontraktor dalam pelaksanaan
pekerjaan; barang yang menjadi milik Pemerintah)
o Mata pembayaran yang spesifik (seperti: Beton, Pemeliharaan
Rutin, Agregat untuk bahu jalan, Pelaksanaan pekerjaan
pemeliharaan rutin, Pelaksanaan pekerjaan pada masa
pemeliharaan (warranty period), Penyiapan badan jalan).
o Tim Mutual Check selama periode kontrak
Pada Tabel 3.7 dijelaskan mengenai posisi dan masalah menjadi bagian dari
kontraktor dan konsultan.
Tabel 3.7 Posisi Dan Masalah Yang Harus Dijelaskan Oleh Kontraktor Dan
Konsultan
No Posisi Masalah yang dijelaskan - dilakukan
1 Kontraktor Rencana kerja pada saat mobilisasi yang meliputi :
o Mobilisasi peralatan dan personel
o Survei lapangan (Drainase; Perkerasan Jalan; Struktur)
o Pengembalian kondisi dan pekerjaan minor (setelah survei
lapangan selesai), meliputi :Perkerasan jalan; Bahu jalan
o Pemeliharaan rutin (setelah SPMK terbitkan).
Rencana Kerja dan Review Design :
o Pembuatan gambar kerja (didasarkan atas survey standard),
o metode (cara) pelaksanaan konstruksi
o struktur organisasi ( personel, tugas dan tanggungjawab)
o mobilisasi personel
o bagian pekerjaan yang akan di-sub-kontrakkan serta calon sub
kontraktornya.
o Peralatan (Jumlah. jenis dan mobilisasi)
o Pengadaan Bahan Jalan dan Jembatan( ijin, bahan konstruksi –
Aspal, -Agregat, -Tanah timbunan-, Lokasi dan Jumlah deposit
quarry, Kualitas bahan jalan/struktur, dan cara pengujiannya).
o Rencana kerja berdasarkan S – Curve
2 Konsultan o Mencatat dan membuat Berita Acara kesepakatan dalam PCM
sebagai dokumen proyek
o Mempersiapkan formulir dan laporan (Executive Summary;
Survei untuk Review Design; Kerangka gambar kerja (Routine
Maintenance dan Reinstatement & Betterment / Periodic
Maintenance; Perhitungan Volume (Back Up Data) dan Monthly
Certificate; Quality Control; Contractor’s Request)
o Struktur organisasi konsultan dan tugas personel konsultan
o Mobilisasi personel
o Rencana kerja Review Design (Waktu dan Personel terlibat
Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-11
No Posisi Masalah yang dijelaskan - dilakukan
untuk survei lapangan, Ruang lingkup dan Kelengkapan,
Alternatif penanganan, Rencana dan gambar kerja)
o Foto dokmentasi (lokasi, waktu, frekuensi)
3.2 PERSIAPAN FISIK LAPANGAN
3.2.1 PROJECT QUALITY PLANS
Project Quality Plans (PQP) disusun pada saat Pre Construction Meeting, menjelaskan
mengenai: -informasi dan organisasi proyek (konsultan dan kontraktor), jadwal
pelaksanaan. PQP merupakan alat kontrol bagi Engineer, Engineer’s Representative
maupun Kontraktor dalam melakukan pengendalian proses pelaksanaan proyek. Rencana
ini mencakup jadual pelaksanaan dan prosedurnya setiap jenis pekerjaan seperti standar,
prosedur, daftar inspeksi dan persyaratan uji serta instruksi kerja. Kegiatan yang mininal
tercakup dalam instruksi kerja adalah:
 Urutan kegiatan pelaksanaan
 Prosedur kerja untuk mengawali kegiatan
 Pemantauan proses kegiatan
 Perawatan / pemeliharaan produk-produk pekerjaan
 Jaminan bahwa output suatu proses akan sesuai dengan spesifikasi
3.2.2 MOBILISASI
 Mobilisasi
Kegiatan mobilisasi meliputi kegiatan persiapan dan mendatangkan:
▪ fasilitas lapangan (base camp) (misalnya: kantor untuk proyek, konsultan,
kontraktor; tempat tinggal petugas proyek, bengkel, gudang, dan construction
plant)
▪ peralatan berat dan kendaraan yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek
▪ peralatan laboratorium untuk pemeriksaan mutu bahan baku, mutu bahan olahan
dan mutu pekerjaan jadi.
▪ personel-personel kontraktor dan konsultan.
Jangka waktu
Jangka waktu waktu mobilisasi ditentukan dalam Spesifikasi Umum, umumnya waktu
yang disediakan dibatasi 60 hari terhitung sejak COW, dan seluruh peralatan
laboratorium harus sudah terpasang 45 hari terhitung sejak COW.
Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-12
 Alat Berat dan Peralatan Laboratorium
Komposisi Peralatan
Pinpro/Pinbagpro harus memeriksa kecukupan dan komposisi armada (fleet) alat-alat
berat yang dimobilisasi oleh kontraktor ke lapangan; seperti: kapasitas, jenis dan
jumlahnya sesuai kebutuhan,serta kondisi setempat.
Ijin Pemasukan
▪ Ijin pemasukan alat berat dan peralatan laboratorium ke lokasi proyek dikeluarkan
oleh Pinpro/Pinbagpro
▪ Apabila alat berat dan peralatan laboratorium belum diproduksi atau harus import
dari luar negeri, rekomendasi dari Pinpro/Pinbagpro perlu diajukan oleh kontraktor
sebelum memproses sesuai presedur dan ketentuan yang berlaku.
Kondisi Akses Jalan
Akses (jalan, jembatan, dermaga) untuk mendatangkan alat berat ke lokasi pekerjaan
harus diteliti terlebih dahulu oleh kontraktor guna memperhitungkan kemampuan
akses tersebut. Jika ternyata tidak mampu, kontraktor melalui koordinasi dengan pihak
berwenang, perlu melakukan perbaikan atau perkuatan konstruksi, biaya yang
dibutuhkan harus sudah diperhitungkan kontraktor pada saat mengajukan penawaran.
Ijin menggunakan jalan / jembatan
Ijin dibutuhkan antara lain untuk menghindarkan terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan, seperti kerusakan jalan atau ambruknya jembatan karena angkutan alat
berat yang lewat melebihi batas muatan. Ijin penggunaan ditujukan kepada Dinas Lalu
Lintas Angkutan Jalan Raya sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.
Ijin operasi peralatan / kendaraan
Ijin diperoleh dari pihak kepolisian sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.
 Quarry
Pemeriksaan
Jika di sekitar proyek tidak terdapat material yang memenuhi syarat, perlu dipilih lokasi
dari deposit quarry di tempat lain. Material harus memenuhi persyaratan mutu bahan
baku, dan untuk menjamin mutu konsultan harus melakukan pengujian mutu bahan
baku di laboratorium, serta perkiraan volume deposit quarry yang tersedia. Kontraktor
wajib membayar retribusi akibat penggunaan quarry tersebut.
Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-13
Ijin menggunakan Quarry
Permohonan ijin menggunakan quarry (borrow area) diajukan kepada Pemerintah
setempat oleh kontraktor, sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku setempat.
 Bahan-bahan
Bahan yang akan didatangkan pihak kontraktor dari luar proyek misalnya aspal,
semen, besi beton, harus memperoleh persetujuan Pinpro/Pinbagpro. Persetujuan
penggunaan didasarkan atas hasil pengujian di laboratorium terhadap bahan tersebut
dilakukan oleh Konsultan atas perintah Pinpro/Pinbagpro.
 Mobilisasi Personel
Mobilisasi personel dilakukan bertahap sesuai kebutuhan, untuk tenaga inti kontraktor,
Pinpro/Pinbagpro perlu mengacu pada daftar yang diajukan kontraktor pada saat
memasukkan penawaran.
3.2.3 REVIEW DESIGN
Review Design merupakan upaya untuk menyesuaikan produk original design (jalan dan
ataupun jembatan) akibat pelaksanaan konstruksi tidak dimulai tepat waktu sesuai
rencana. Prinsip dasar perencanaan teknis jalan (dan jembatan) adalah menyediakan
prasarana jalan yang dapat dilalui arus lalu lintas sesuai umur rencana, pada suatu tingkat
pelayanan dan MST (Muatan Sumbu Terberat) tertentu.
Prinsip dasar sebagai acuan penyiapan original design sebagai berikut :
Umur rencana jalan (awal dan akhir); Kapasitas jalan (lebar jalur, jumlah lajur, lebar
bahu jalan, lebar median jika ada); berdasarkan Level of Service minimal yang
ditentukan; Kelas jembatan (kelas A, B, C); Struktur perkerasan jalan sesusi MST
yang dipilih (8 ton atau 10 ton); Dokumen Tender / Kontrak yang mencantumkan
volume pekerjaan berdasarkan pay item masing-masing pekerjaan.
Potensi timbulnya masalah sebagai akibat dari tertundanya pelaksanaan konstruksi
membutuhkan koreksi antara lain karena :
 Kondisi perkerasan eksisting sudah mulai rusak tidak sama dengan kondisi
perkerasan awal sebagai dasar pertimbangan untuk menetapkan struktur perkerasan
dalam original design.
 Perubahan kondisi berakibat adanya pekerjaan tambahan (patching, levelling, atau
kaji ulang desain lapis perkerasan).
 Kondisi bangunan pelengkap jalan sudah tidak sesuai (lebih rusak, lebih buruk)
Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-14
Perubahan tersebut perlu direspons dengan melakukan review design agar umur rencana
tetap tercapai sesuai rancangan awal. Rancangan ini berakibat bill of quantity berubah
dibanding dengan original design. Review Design dilakukan melalui prosedur administratif
dan prosedur teknis. Prosedur administratif dilaksanakan sesuai ketentuan umum, sedang
prosedur teknis meliputi kegiatan: -pengumpulan data original desain; Survei lapangan
(dalam koridor waktu mobilisasi).
 Pengumpulan Data Dari Original Design
Pada prinsipnya pengumpulan data dapat diambil dari dokumen kontrak koordinasi
dengan unsur Perencana. Data yang perlu dikumpulkan adalah sebagai berikut :
Data Teknis: LHR, CBR dan lendutan dari original design, existing pavement dan
rencana struktur pavement (Jenis, tebal dan lokasi per lapis
perkerasan), typical cross section (lebar, jenis, tebal perkerasan, CBR).
Data Biaya: biaya kontrak, kuantitas dan harga satuan menurut pay item.
 Survei Lapangan.
Data dikumpulkan pada masa mobilisasi, informasi yang dibutuhkan dilakukan dengan
menggunakan standard Inventory RDS (Road Design Standard) Guide Lines yang
disederhanakan dan survei rancangan, profil jalan, jembatan, drainage. (lihat
lampiran). Pengumpulan data meliputi: geometrik jalan lengkap termasuk srana
drainasi, struktur perkerasan jalan termasuk kerusakan dan jenisnya seperti lendutan
dan kekasaran permukaan, dan perubahan jenis dan volume pekerjaan. Setiap
komponen data harus dilengkapi dengan data perhitungan volume (form DL.31-M).
Evaluasi Perubahan Volume Pekerjaan terjadi dari pekerjaan major menjadi minor
atau sebaliknya.
 Hasil Perhitungan Review Design
Secara ringkas hasil yang diperoleh dari Review Design adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8. Ringkasan Kegiatan Review Design
Program RDS ▪ Traffic Analysis – RDS ESA (Road Design Standard
– Equivalnt Single Axle Load)
▪ Sorting Data – RDS SORT
▪ Graffic Unique Section
▪ Pavement Dimension
Grafik Tebal Perkerasan ▪ Menurut Original Design
Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-15
▪ Menurut Review Design
▪ Alternatif Pelaksanaan
Tipikal Potongan Melintang ▪ Per segmen yang berbeda struktur maupun tebal
perkerasannya
Rekapitulasi Volume dan
Biaya
▪ Tabel volume dan biaya per item pekerjaan.
3.3 PROSES PEMBAYARAN
3.3.1 UANG MUKA (ADVANCE PAYMENT)
Besarnya Uang Muka (Advance Payment) yang dibayarkan kepada kontraktor biasanya
sebesar 20% dari nilai kontrak. Uang muka tersebut baru dapat dibayarkan apabila :
▪ Kontraktor telah menyerahkan jaminan uang muka (Bank Garansi), nilainya
minimal sama dengan jumlah uang muka yang diterbitkan oleh Bank Pemerintah
atau Lembaga Keuangan lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
▪ Kontraktor mengajukan permohonan pengambilan uang muka secara tertulis
kepada Pinpro/Pinbagpro dilengkapi rencana penggunaannya.
Pembayaran kembali uang muka (Advance Payment Repayment) diperhitungkan secara
berangsur sesuai tahap pembayaran prestasi pekerjaan. Pembayaran dilakukan dengan
pemotongan sebesar 20% dan 25 % masing masing untuk jenis kontrak dengan dana
APBN (setelah pekerjaan 100%) dan dana Pinjaman Luar Negeri (setelah pekerjaan
mencapai 80%).
3.3.2 BUKU HARIAN DAN LAPORAN
Dalam proses pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, dibuat
Buku Harian, Laporan (Mingguan, Bulanan, Triwulanan dan Akhir). Sehingga seluruh
peristiwa dan kejadian penting yang terjadi di lapangan tercatat dan dijadikan sebagai
masukan bagi pengendali dalam pengambilan keputusan dan tindak turun tangan.
a. Buku Harian
Kontraktor wajib membuat dan menyimpan buku harian. Materi yang perlu dicatat dalam
buku harian adalah: bahan (kualitas dan kuantitas); tenaga kerja (penempatan dan jenis
ketrampilan), peralatan (jenis dan kuantitas), kemajuan pekerjaan (jenis dan uraian),
kondisi cuaca. Perlu pula dicatat perubahan gambar kerja dan kelambatan yang terjadi.
Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-16
Buku Harian dibuat dalam rangkap 4 (empat), ditandatangani oleh Pihak Kontraktor,
diperiksa dan disetujui oleh petugas lapangan dari Engineer’s Representative, dan
diketahui oleh petugas lapangan dari Engineer (yang mewakili Pinpro/Pinbagpro).
Laporan didistribusikan kepada Pinbagpro, Pinpro, Engineer’s Representative (konsultan),
dan kontraktor.
b. Laporan Mingguan
Laporan merupakan resume dari seluruh materi Laporan Harian selama 1 minggu,
disiapkan oleh kontraktor dan dibuat dalam rangkap 4, dengan penanggung jawab dan
pola distribusi laporan sama seperti Buku Harian.
c. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan merupakan rangkuman dari Laporan Mingguan selama 1 bulan,
disiapkan oleh kontraktor, penanggung jawab dan distribusinya sama dengan Buku
Harian. Isinya merupakan masukan bagi konsultan dalam menyiapkan laporannya
(Laporan Bulanan Konsultan Supervisi). Laporan memuat laporan kegiatan fisik (monthly
certificate, realisasi progres S-curve), dan laporan pengawasan teknis (qualiti assurance
dan quality control).
d. Laporan Triwulan
Laporan Triwulanan dibuat oleh konsultan pengawas terhadap pelaksanaan pekerjaan
fisik yang dilakukan oleh kontraktor. Laporan memuat progres termasuk berbagai
kekurangan pelaksanaan proyek yang terjadi selama 3 bulan, menyangkut aspek teknis
maupun administratif. Laporan ini menjadi masukan manajemen bagi Pinpro/ Pinbagpro
untuk mengambil langkah-langkah preventif bagi kemungkinan kegagalan pelaksanaan
proyek baik dari sisi teknis maupun administratif.
e. Laporan Akhir
Laporan Akhir disiapkan baik oleh kontraktor maupun konsultan pengawas, adalah
laporan lengkap yang menggambarkan resume seluruh rangkaian pelaksanaan proyek.
Laporan menyajikan kronologis (lengkap) pelaksanaan proyek, program masa
pemeliharaan (Warranty Period) seperti program pemeliharaan dan identifikasi lokasi
rawan longsor, dan Dokumen Serah Terima Sementara (termasuk berita acara serah
terima). Laporan proses pelaksanaan proyek juga memuat status review design dan
change order serta addendum kontrak yang dibuat selama masa pelaksanaan proyek.
Ada 2 cara yang bisa ditempuh dalam menyiapkan laporan akhir proyek, yaitu dibuat
sendiri-sendiri dengan sudut pandang yang berbeda antara kontraktor dan konsultan atau
Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-17
dibuat bersama oleh kontraktor dan konsultan (ditandatangani oleh kontraktor dan
konsultan). Cara yang kedua relatif lebih sulit melaksanakannya akibat perbedaan sudut
pandang antara kontraktor dan konsultan, namun isi laporan akhir akan lebih lengkap dan
akurat analisisnya.
3.3.3 PEMBAYARAN PESTASI PEKERJAAN
Pembayaran prestasi pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor pada umumnya dilakukan
dengan dua cara, yaitu: (a) Sistem sertifikat bulanan (monthly certificate), dan (b) Sistem
termijn. Kedua sistem tersebut dapat dipilih sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan
dalam dokumen kontrak.
 Pembayaran dengan sistem Monthly Certificate (MC)
Pada setiap tanggal 25, kontraktor membuat sertifikat bulanan diajukan kepada
Pinpro/Pinbagpro. Dalam waktu 7 (tujuh) hari harus sudah mendapat, dalam arti
disetujui, diperbaiki, atau ditolak. Apabila telah disetujui, Pinpro / Pinbagpro harus
mengajukan SPP (Surat Permintaan Pembayaran) kepada instansi yang berwenang
dan mengupayakan agar dapat disetujui sebelum tanggal 10 bulan berikutnya.
MC mencakup rincian :
▪ Komulatif % kemajuan atau prestasi fisik pekerjaan, ekivalen dengan komulatif
jumlah biaya per Divisi Pekerjaan pada bulan yang bersangkutan.
▪ Gross Monthly Certificate, ( biaya total works complete + biaya material on site)
▪ Biaya-biaya deductions (pengurangan) terdiri dari : (Retention Money , Advance
Payment Repayment (terhitung sejak MC No. 3))
▪ Previous Monthly Certificate
▪ Net Monthly Certificate (= Gross MC - Total Deductions)
▪ Value Added Tax (Net MC; Advance Payment -jika belum dibayarkan)
▪ Total Payment untuk bulan yang bersangkutan (= Net MC - Value Added Taxes)
▪ Komposisi pembayaran : (Foreign Cost Component; Local Cost Component)
 Pembayaran dengan sistem Termyn
Setelah prestasi pekerjaan mencapai nilai prosentase tertentu sesuai dengan yang
telah dipersyaratkan di dalam dokumen kontrak, kontraktor diperbolehkan mengajukan
tagihan pembayaran secara tertulis kepada Pinpro/Pinbagpro disertai dengan
lampiran daftar rincian volume pekerjaan yang telah diselesaikan beserta harga
Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-18
satuan dan jumlahnya. Atas permintaan Pinpro/Pinbagpro, konsultan melaksanakan
penelitian dan pengecekan lapangan atas kebenaran laporan hasil pekerjaan yang
diajukan oleh kontraktor. Hasilnya dituangkan ke dalam Berita Acara Kemajuan Fisik
dan Berita Acara Pembayaran ditandatangani oleh kontraktor, konsultan dan Pinpro/
Pibagpro. Selambat-lambatnya 10 hari terhitung sejak pengajuan tagihan oleh
kontraktor, Pinpro/Pinbagpro harus sudah mengajukan SPP kepada instansi yang
berwenang.
3.4 PEKERJAAN TAMBAH / KURANG
3.4.1 PEKERJAAN TAMBAH KURANG
Pekerjaan tambah atau kurang adalah suatu perubahan volume pekerjaan terjadi sebagai
akibat kondisi lapangan yang tidak dapat dielakkan dalam rangka penyelesaian pekerjaan
secara keseluruhan. Pengertian pekerjaan tambah / kurang dibedakan dalam 2 jenis
yaitu:
 Kenaikan atau penurunan volume pekerjaan pada item tertentu yang sudah ada harga
satuannya di dalam kontrak.
 Variation Order atau Change Order yang belum ada kesepakatan harga satuannya di
dalam kontrak.
Sesuai dokumen kontrak, Pinpro/Pinbagpro mempunyai kewenangan untuk
melaksanakan perubahan pekerjaan di lapangan antara lain :
 Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum di dalam kontrak.
 Menghapus atau mengadakan jenis pekerjaan baru.
 Mengubah spesifikasi pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan.
 Mengubah ketinggian, kedudukan dan ukuran dari bagian-bagian pekerjaan.
 Melaksanakan pekerjaan tambah yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh
pekerjaan.
Perubahan bisa diusulkan baik oleh Pinpro/Pinbagpro maupun Kontraktor dan
ditindaklanjuti dengan negosiasi atas dasar kewajaran harga. Untuk menghindari
terjadinya dispute di kemudian hari, segala perubahan (pekerjaan tambah / kurang) agar:
 Dibuat tertulis dan ditandatangani oleh Pinpro/Pinbagpro, Konsultan Supervisi dan
Kontraktor.
 Segala perubahan harus dituangkan di dalam Addendum Kontrak.
Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-19
3.4.2 PERPANJANGAN WAKTU PELAKSANAAN
Perpanjangan waktu diberlakukan apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat hal-hal
yang dinilai layak dijadikan penyebab perlunya perpanjangan waktu pelaksanaan. Pada
kasus tersebut, tugas Pinpro/Pinbagpro untuk mempelajari permasalahannya dan
memperhitungkan jumlah hari yang layak disepakati untuk perpanjangan waktu
pelaksanaan. Penetapan perpanjangan waktu pelaksanaan tidak boleh menunggu sampai
PHO (Provisional Hand Over).
Adapun yang dimaksud dengan hal-hal yang dinilai layak untuk pengusulan perpanjangan
waktu pelaksanaan adalah sebagai berikut :
 Pekerjaan tambah.
 Perubahan design
 Bencana alam yang dinyatakan oleh Gubernur.
 Keterlambatan pekerjaan yang disebabkan oleh Pihak Pinpro/Pinbagpro (misalnya
pengiriman bangunan atas jembatan, pembebasan tanah dan sebagainya).
 Masalah yang timbul di luar kewenangan kontraktor.
 Force majeur ( antara lain : huru-hara, perang, bencana alam)
Keterlambatan pekerjaan karena alasan cuaca (hujan) hanya dapat dibenarkan apabila
didukung dengan data curah hujan (sangat besar) pada saat pelaksanaan kontrak.
a. Prosedur permintaan perpanjangan waktu kontrak
Perpanjangan waktu diusulkan secara tertulis ditujukan kepada Pinpro/Pinbagpro
dengan menjelaskan alasan-alasannya dan disertai data pendukung. Usulan tersebut
diteliti dan dievaluasi oleh Pinpro/Pinbagpro. Hasil evaluasi (berupa persetujuan atau
penolakan) segera disampaikan kepada kontraktor secara tertulis. Bila
Pinpro/Pinbagpro dapat menyetujui usulan yang diajukan, maka proses adendum
kontrak harus segera dilakukan. Proses adendum kontrak karena perpanjangan waktu
tersebut harus diikuti dengan perpanjangan waktu semua jaminan (jaminan
pelaksanaan, jaminan uang muka, jaminan pemeliharaan)
b. Revisi jadual pelaksanaan
Sebagai konsekwensi dari persetujuan perpanjangan waktu pelaksanaan, Financial
Progress Schedule - S Curve juga perlu direvisi. Revisi jadual pelaksanaan disiapkan
tidak lebih dari 1 (satu) minggu sejak persetujuan perpanjangan waktu diterbitkan.
Revisi S Curve harus dibuat sejajar dengan original S Curve (sesuai kontrak), dimulai
dari titik rencana pencapaian perpanjangan progress awal akibat dari persetujuan
perpanjangan waktu. Posisi titik rencana progress ini lebih tinggi dari actual progress
Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-20
kontraktor, dengan demikian kontraktor harus melakukan upaya khusus untuk
mencapai progress yang dikehendaki dalam revisi jadual pelaksanaan.
3.4.3 Denda (Liquidated Damage)
Denda adalah bentuk sanksi yang dikenakan kepada Pihak Kontraktor karena
keterlambatan penyelesaian pelaksanaan pekerjaan. Ketentuan besarnya denda
tergantung pada klausul yang tercantum di dalam Syarat-syarat Kontrak. Sejak waktu
pelaksanaan kontrak dilampaui, denda sudah harus diperhitungkan dan dibayar ke Kas
Negara pada setiap terjadi transaksi pembayaran.
Jika sumber pembiayaan proyek berasal dari APBN Rupiah Murni, maka
Pinpro/Pinbagpro akan memotong langsung dari tiap tagihan pembayaran yang diajukan
oleh kontraktor. Sedangkan apabila sumber dananya berasal dari Dana Pinjaman Luar
Negeri maka kontraktor harus terlebih dahulu menyetor pembayaran denda melalui Kas
Negara sebelum aplikasi tagihan pembayaran dari kontraktor diajukan kepada Badan
pemberi Pinjaman.
3.4.4 Eskalasi / De-Eskalasi Harga
Rumus yang digunakan untuk menghitung eskalasi harga adalah sebagai berikut :
di mana,
E = Nilai eskalasi harga atau de-eskalasi harga (price adjustment)
Q = Kuantitas pekerjaan pada item pekerjaan yang mendapatkan eskalasi
UPo = Harga Satuan Kontrak Asal (Original Unit Price Contract)
K = Faktor Eskalasi Harga
O = Koefisien atau faktor yang tidak disesuaikan (merupakan fixed factor
untuk biaya kantor; misalnya : O = 10%, 15% atau 20% tergantung
pertimbangan yang diambil pada waktu menyusun dokumen lelang).
l, m, f, e, dan t : komponen cost factor masing-masing untuk labour (l), material
(m), fuel (f), equipment (e) dan transportation (t), nilainya ditetapkan oleh
Employer untuk masing-masing item pekerjaan, dicantumkan di dalam
Syarat-syarat Kontrak. Sebagai cross check, perlu diketahui bahwa O + l +
E = Q x Upo x (K-1)
K = O + l x (Ln/Lo) + m x (Mn/Mo) + f x (Fn/Fo) + e x (En/Eo) + t x (Tn/To) + …
Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-21
m + f + e + t = 1,00 (jika tidak ada komponen cost factor selain l, m, f, e,
dan t)
Catatan : Contoh yang pernah ada, O = 15%, t = tidak diperhitungkan, sehingga l + m +
f + e = 100% -15% = 85%.
Lo, Mo, Fo, Eo, To: angka index dasar (zero index) untuk Labour, Material, Fuel,
Equipment dan Transport yang berlaku pada 30 hari sebelum pembukaan
penawaran (bid opening), diambil dari data resmi yang diterbitkan oleh
Biro Pusat Statistik (bisa Pusat bisa Daerah, tergantung data mana yang
dapat diperoleh)
Ln, Mn, Fn, En, Tn: angka index harga untuk Labour, Material, Fuel, Equipment
dan Transport yang berlaku pada suatu bulan selama construction period,
data pendukung diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik (Pusat atau Daerah)
pada bulan yang bersangkutan. Jika data yang tersedia di Biro Pusat
Statistik tidak lengkap perlu dibuat interpolasi dengan memperhitungkan
trend perkembangan angka index yang bersangkutan.
Jika didalam dokumen kontrak terdapat klausul mengenai eskalasi (de-eskalasi), maka
Engineer, Engineer's Representative atau kontraktor perlu memberikan perhatian
terhadap masalah berikut ini:
 Pembayaran kontrak akibat eskalasi harga hanya dapat dilakukan untuk item
pekerjaan yang dicantumkan di dalam Syarat-Syarat Khusus Kontrak.
 Perhitungan kuantitas item pekerjaan yang dibayar dengan eskalasi :
▪ Kuantitas yang dibayar eskalasinya diperoleh dari selisih kumulatif kuantitas tahun
ke (i) yang dipilih dengan kumulatif kuantitas tahun ke (i-1) yang dipilih.
▪ Jika kemajuan pelaksanaan terlambat, maka kumulatif kuantitas yang dipilih
adalah kumulatif kuantitas rencana.
▪ Jika kemajuan pelaksanaan ahead schedule, maka kumulatif kuantitas yang dipilih
adalah kumulatif kuantitas actual.
 Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mempercepat pembayaran eskalasi :
▪ Perhitungan faktor eskalasi per bulan dibuat dengan menggunakan trend line
perubahan Ln, Mn, Fn, En, Tn (regressi linear), diperhitungkan berdasarkan data
yang tersedia di Biro Pusat Statistik.
▪ Hasil perhitungan tersebut diajukan kepada instansi yang berwenang untuk
mendapatkan persetujuan.
Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-22
▪ Berdasarkan persetujuan tersebut, tiap bulan dapat dibayarkan 70% dari
perhitungan di atas.
▪ Setelah angka index diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik, perhitungan secara
bertahap dapat disesuaikan dan pembayaran dapat dilakukan secara final setelah
dipersiapkan Adendum Kontrak yang diperlukan.
 Jika nilai kontrak disusun berdasarkan Harga Satuan berupa Rupiah saja, maka
angka index untuk Lo, Mo, Fo, Eo, To dan Ln, Mn, Fn, En, Tn dapat didasarkan atas
data yang secara resmi diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik. Jika nilai kontrak disusun
berdasarkan Harga Satuan berupa Rupiah Currency + Foreign Currency, maka
angka index untuk Lo, Mo, Fo, Eo, To dan Ln, Mn, Fn, En, Tn juga dapat didasarkan
atas data yang secara resmi diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik, namun untuk porsi
Harga Satuan Foreign Currency terlebih dahulu diekivalenkan ke dalam Rupiah
dengan kurs pada saat 30 hari sebelum bid opening. Dengan demikian akan diperoleh
Harga Satuan dalam Rupiah yang terdiri dari ex Rupiah Currency dan ex Foreign
Currency yang dirupiahkan. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung
eskalasi harga bagian mata uang asing menjadi sebagai berikut :
di mana,
Upo = Nilai Harga Satuan Kontrak Semula
UPn = Nilai Harga Satuan Kontrak Tereskalasi
Eo = Kurs pada saat 30 hari sebelum pembukaan penawaran
Et = Kurs pada saat bulan perhitungan eskalasi untuk mata uang asing.
3.5 PENYELESAIAN PERSELISIHAN KONTRAK
Jika ternyata kontraktor tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya, pengamanan dan penyelamatan proyek diambil oleh Pinpro/Pinbagpro guna
menyelesaikan permasalahan tersebut. Beberapa cara yang dapat diambil adalah
sebagai berikut :
 Penghentian kontrak (Determination)
 Pemutusan kontrak (Termination)
E = (UPn - UPo x Eo)/Et
UPn = UPo x Eo x K
E = (UPo x Eo x K/Et) - (UPo x Eo/Et)
= UPo x (K-1) x Eo / Et
Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-23
 Three Parties Agreement (Kesepakatan Tiga Pihak)
 Penundaan Pekerjaan (Suspension)
 Arbitrase
 Rescheduling
 Force Mayour
 Claim
 Penghentian Kontrak (Determination)
Penghentian kontrak adalah pengakhiran kontrak lebih awal dari jadwal yang telah
ditetapkan atas prakarsa pemilik karena telah terjadi hal-hal di luar kemampuan kedua
belah pihak misalnya : terjadi peperangan; pemberontakan atau perang saudara;
keributan, kekacauan, huru-hara yang menimpa wilayah proyek dan sekitarnya, dan
atau bencana alam.
Sebagai konsekwensi penghentian kontrak, Employer berkewajiban membayar kepda
kontraktor biaya-biaya yang dikeluarkan oleh kontraktor sesuai dengan dokumen
kontrak.
 Pemutusan Kontrak (Termination)
Pemutusan kontrak adalah pengakhiran kontrak lebih awal dari jadwal yang telah
ditetapkan atas prakarsa pemilik karena kelalaian kontraktor. Pemutusan kontrak ini
memberikan sanksi kepada kontraktor yang bersangkutan, biasanya mencakup hal-
hal sebagai berikut :
a. Jaminan pelaksanaan dicairkan, disetor ke Kas Negara
b. Sisa jaminan uang muka dicairkan sekaligus, disetor ke Kas Negara.
c. Kepada kontraktor yang diputus kontraknya dikenakan sanksi tambahan berupa
pengenaan daftar hitam (tidak diundang lelang, tidak ditunjuk sebagai pemenang
lelang, tidak diberi pekerjaan dengan pemilian langsung) untuk jangka waktu
tertentu, untuk propinsi tertentu, untuk beberapa propinsi tertentu atau bahkan
untuk skala wilayah nasional.
Pengenaan denda yang diatur sebagai berikut:
a. Apabila kontrak diputus sebelum construction period berakhir maka kontraktor
tidak dikenakan denda apapun;
b. Apabila kontrak diputus setelah construction period berakhir namun belum
mencapai waktu untuk denda maksimum, maka denda hanya dikenakan sampai
waktu pemutusan kontrak;
c. Apabila kontrak diputus setelah masa pengenaan denda maksimum maka kepada
kontraktor dikenakan denda maksimum.
Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-24
 Kesepakatan Tiga Pihak (Three Parties Agreement)
Kesepakatan Tiga Pihak adalah penyelesaian kontrak dengan melibatkan kontraktor
lain sebagai penerus pelaksanaan pekerjaan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Kontraktor pertama masih tetap harus bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan
sesuai dengan ketentuan kontrak.
b. Kontraktor pengganti melaksanakan sisa pekerjaan yang belum diselesaikan oleh
kontraktor pertama. Penunjukan kontraktor pengganti ditetapkan oleh Pejabat
yang berwenang berdasarkan usul yang diajukan oleh Pinpro/Pinbagpro setelah
mempertimbangkan kemampuannya.
Permasalahan yang biasanya muncul adalah adanya perbedaan Harga Satuan milik
kontraktor lama dengan kontraktor pengganti. Selisih harga tersebut menjadi
tanggungan kontraktor pertama, dan sebelumnya harus dibuat kesepakatan tentang
hal ini antara kontraktor pertama dan kontraktor pengganti. Pelaksanaan pembayaran
prestasi kerja langsung diberikan kepada kontraktor pengganti yang diatur di dalam
Addendum Kontrak yang ditandatangani oleh tiga pihak (Pinpro/Pinbagpro, Kontraktor
Pertama dan Kontraktor Pengganti).
 Penundaan Pekerjaan (Suspension)
Berdasarkan pertimbangan khusus, Pinpro/Pinbagpro dapat menggunakan
kewenangannya memerintahkan kontraktor untuk menunda pelaksanaan pekerjaan
atau bagian pekerjaan yang dilakukannya. Engineer's Representative dalam hal ini
harus membantu Pinpro/Pinbagpro dengan memberikan pedoman dan perintah
kepada kontraktor dalam melindungi / menjaga pekerjaan selama masa penundaan.
Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh kontraktor selama masa penundaan menjadi
tanggung jawab Engineer, kecuali dalam penundaan tersebut :
a. Dinyatakan lain dalam dokmen kontrak.
b. Penundaan terpaksa harus dilakukan akibat cuaca buruk yang dapat
mempengaruhi keselamatan dan kualitas pekerjaan
c. Kesalahan kontraktor.
Untuk mendapatkan pengembalian pembayaran selama masa penundaan, konraktor
harus memberitahukan hal ini secara tertulis kepada Engineer's Representative paling
lambat 28 hari setelah perintah Engineer's Representative dikeluarkan, dan Engineer
berkewajiban menyelesaikan pembayarannya sesuai dengan rekomendasi yang
diberikan oleh Engineer's Representative.
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK
MANAJEMEN PROYEK

More Related Content

What's hot

2007 07-pekerjaan tanah
2007 07-pekerjaan tanah2007 07-pekerjaan tanah
2007 07-pekerjaan tanahahmad fuadi
 
2007 02-desk study dan survai pendahuluan
2007 02-desk study dan survai pendahuluan2007 02-desk study dan survai pendahuluan
2007 02-desk study dan survai pendahuluanahmad fuadi
 
2007 13-metode kerja
2007 13-metode kerja2007 13-metode kerja
2007 13-metode kerjaahmad fuadi
 
2007 01-keselamatan kesehatan kerja
2007 01-keselamatan  kesehatan kerja2007 01-keselamatan  kesehatan kerja
2007 01-keselamatan kesehatan kerjaahmad fuadi
 
2007 08-pekerjaan drainase
2007 08-pekerjaan drainase2007 08-pekerjaan drainase
2007 08-pekerjaan drainaseahmad fuadi
 
2007 03-bahan jalan
2007 03-bahan jalan2007 03-bahan jalan
2007 03-bahan jalanahmad fuadi
 
2006 05-alat berat
2006 05-alat berat2006 05-alat berat
2006 05-alat beratahmad fuadi
 
2006 02-membaca data geoteknik
2006 02-membaca data geoteknik2006 02-membaca data geoteknik
2006 02-membaca data geoteknikahmad fuadi
 
2007 10-pekerjaan beton
2007 10-pekerjaan beton2007 10-pekerjaan beton
2007 10-pekerjaan betonahmad fuadi
 
2006 03-bahan jembatan
2006 03-bahan jembatan2006 03-bahan jembatan
2006 03-bahan jembatanahmad fuadi
 
2006 01-keselamatan dan kesehatan kerja
2006 01-keselamatan dan kesehatan kerja2006 01-keselamatan dan kesehatan kerja
2006 01-keselamatan dan kesehatan kerjaahmad fuadi
 
2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalanahmad fuadi
 
2006 07-pekerjaan tanah
2006 07-pekerjaan tanah2006 07-pekerjaan tanah
2006 07-pekerjaan tanahahmad fuadi
 
2006 04-membaca gambar
2006 04-membaca gambar2006 04-membaca gambar
2006 04-membaca gambarahmad fuadi
 
2007 01-uujk, smk3
2007 01-uujk, smk32007 01-uujk, smk3
2007 01-uujk, smk3ahmad fuadi
 
2007 14-teknik pelaporan
2007 14-teknik pelaporan2007 14-teknik pelaporan
2007 14-teknik pelaporanahmad fuadi
 
2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalanahmad fuadi
 
2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan
2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan
2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatanahmad fuadi
 
2006 08-pekerjaan beton
2006 08-pekerjaan beton2006 08-pekerjaan beton
2006 08-pekerjaan betonahmad fuadi
 
2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin
2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin
2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalinahmad fuadi
 

What's hot (20)

2007 07-pekerjaan tanah
2007 07-pekerjaan tanah2007 07-pekerjaan tanah
2007 07-pekerjaan tanah
 
2007 02-desk study dan survai pendahuluan
2007 02-desk study dan survai pendahuluan2007 02-desk study dan survai pendahuluan
2007 02-desk study dan survai pendahuluan
 
2007 13-metode kerja
2007 13-metode kerja2007 13-metode kerja
2007 13-metode kerja
 
2007 01-keselamatan kesehatan kerja
2007 01-keselamatan  kesehatan kerja2007 01-keselamatan  kesehatan kerja
2007 01-keselamatan kesehatan kerja
 
2007 08-pekerjaan drainase
2007 08-pekerjaan drainase2007 08-pekerjaan drainase
2007 08-pekerjaan drainase
 
2007 03-bahan jalan
2007 03-bahan jalan2007 03-bahan jalan
2007 03-bahan jalan
 
2006 05-alat berat
2006 05-alat berat2006 05-alat berat
2006 05-alat berat
 
2006 02-membaca data geoteknik
2006 02-membaca data geoteknik2006 02-membaca data geoteknik
2006 02-membaca data geoteknik
 
2007 10-pekerjaan beton
2007 10-pekerjaan beton2007 10-pekerjaan beton
2007 10-pekerjaan beton
 
2006 03-bahan jembatan
2006 03-bahan jembatan2006 03-bahan jembatan
2006 03-bahan jembatan
 
2006 01-keselamatan dan kesehatan kerja
2006 01-keselamatan dan kesehatan kerja2006 01-keselamatan dan kesehatan kerja
2006 01-keselamatan dan kesehatan kerja
 
2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
 
2006 07-pekerjaan tanah
2006 07-pekerjaan tanah2006 07-pekerjaan tanah
2006 07-pekerjaan tanah
 
2006 04-membaca gambar
2006 04-membaca gambar2006 04-membaca gambar
2006 04-membaca gambar
 
2007 01-uujk, smk3
2007 01-uujk, smk32007 01-uujk, smk3
2007 01-uujk, smk3
 
2007 14-teknik pelaporan
2007 14-teknik pelaporan2007 14-teknik pelaporan
2007 14-teknik pelaporan
 
2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan
 
2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan
2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan
2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan
 
2006 08-pekerjaan beton
2006 08-pekerjaan beton2006 08-pekerjaan beton
2006 08-pekerjaan beton
 
2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin
2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin
2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin
 

Similar to MANAJEMEN PROYEK

CONTOH LAPORAN DLKM OPERASI SISTEM KOMPUTER IT-020-4
CONTOH LAPORAN DLKM OPERASI SISTEM KOMPUTER IT-020-4CONTOH LAPORAN DLKM OPERASI SISTEM KOMPUTER IT-020-4
CONTOH LAPORAN DLKM OPERASI SISTEM KOMPUTER IT-020-4Shahril Majid
 
b7a0c_Modul_Pembongkaran1 bangunanas.docx
b7a0c_Modul_Pembongkaran1 bangunanas.docxb7a0c_Modul_Pembongkaran1 bangunanas.docx
b7a0c_Modul_Pembongkaran1 bangunanas.docxariesnad
 
Modul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidro
Modul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidroModul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidro
Modul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidroDede Heryadi
 
Modul 5 Lembar Sebar
Modul 5   Lembar SebarModul 5   Lembar Sebar
Modul 5 Lembar SebarAan Solo
 
01 uujk, etika profesi dan etos kerja
01 uujk, etika profesi dan etos kerja01 uujk, etika profesi dan etos kerja
01 uujk, etika profesi dan etos kerjaWendy Hutahaean
 
Manajemen konstruksi 1 iman soeharto
Manajemen konstruksi 1 iman soehartoManajemen konstruksi 1 iman soeharto
Manajemen konstruksi 1 iman soehartoTaufick Max Ir
 
1.4. pedoman pelaksanaan idb
1.4. pedoman pelaksanaan idb1.4. pedoman pelaksanaan idb
1.4. pedoman pelaksanaan idbnugrohoery83
 
Teknologi bengkel elektronika
Teknologi bengkel elektronikaTeknologi bengkel elektronika
Teknologi bengkel elektronikaEko Supriyadi
 
Peta Dasar Pakpak Bharat 2007
Peta Dasar Pakpak Bharat 2007Peta Dasar Pakpak Bharat 2007
Peta Dasar Pakpak Bharat 2007Ar Tinambunan
 
CMB-11 Sistem Manajemen Risiko.pdf
CMB-11 Sistem Manajemen Risiko.pdfCMB-11 Sistem Manajemen Risiko.pdf
CMB-11 Sistem Manajemen Risiko.pdfssuser422c48
 
Buku Panduan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Buku Panduan Penyehatan Lingkungan PermukimanBuku Panduan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Buku Panduan Penyehatan Lingkungan PermukimanJoy Irman
 
Teknik dasar motor_diesel
Teknik dasar motor_dieselTeknik dasar motor_diesel
Teknik dasar motor_dieselRio Eka Pratama
 
01 abi zainur muzakki-modul kerja proyek xii tkj
01 abi zainur muzakki-modul kerja proyek xii tkj01 abi zainur muzakki-modul kerja proyek xii tkj
01 abi zainur muzakki-modul kerja proyek xii tkjAnang Susilo
 
17. mengadministrasi server dalam_jaringan
17. mengadministrasi server dalam_jaringan17. mengadministrasi server dalam_jaringan
17. mengadministrasi server dalam_jaringanEko Supriyadi
 
17.mengadministrasi server dalam_jaringan
17.mengadministrasi server dalam_jaringan17.mengadministrasi server dalam_jaringan
17.mengadministrasi server dalam_jaringanAn Atsa
 
MODUL_PERHITUNGAN.docx
MODUL_PERHITUNGAN.docxMODUL_PERHITUNGAN.docx
MODUL_PERHITUNGAN.docxAllFree5
 
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota - Bina Marga_1997
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota - Bina Marga_1997Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota - Bina Marga_1997
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota - Bina Marga_1997University of Widyagama Malang
 
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Harsanty Seran
 

Similar to MANAJEMEN PROYEK (20)

CONTOH LAPORAN DLKM OPERASI SISTEM KOMPUTER IT-020-4
CONTOH LAPORAN DLKM OPERASI SISTEM KOMPUTER IT-020-4CONTOH LAPORAN DLKM OPERASI SISTEM KOMPUTER IT-020-4
CONTOH LAPORAN DLKM OPERASI SISTEM KOMPUTER IT-020-4
 
Galo2 kp
Galo2 kpGalo2 kp
Galo2 kp
 
b7a0c_Modul_Pembongkaran1 bangunanas.docx
b7a0c_Modul_Pembongkaran1 bangunanas.docxb7a0c_Modul_Pembongkaran1 bangunanas.docx
b7a0c_Modul_Pembongkaran1 bangunanas.docx
 
Modul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidro
Modul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidroModul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidro
Modul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidro
 
Modul 5 Lembar Sebar
Modul 5   Lembar SebarModul 5   Lembar Sebar
Modul 5 Lembar Sebar
 
01 uujk, etika profesi dan etos kerja
01 uujk, etika profesi dan etos kerja01 uujk, etika profesi dan etos kerja
01 uujk, etika profesi dan etos kerja
 
Manajemen konstruksi 1 iman soeharto
Manajemen konstruksi 1 iman soehartoManajemen konstruksi 1 iman soeharto
Manajemen konstruksi 1 iman soeharto
 
1.4. pedoman pelaksanaan idb
1.4. pedoman pelaksanaan idb1.4. pedoman pelaksanaan idb
1.4. pedoman pelaksanaan idb
 
Teknologi bengkel elektronika
Teknologi bengkel elektronikaTeknologi bengkel elektronika
Teknologi bengkel elektronika
 
Peta Dasar Pakpak Bharat 2007
Peta Dasar Pakpak Bharat 2007Peta Dasar Pakpak Bharat 2007
Peta Dasar Pakpak Bharat 2007
 
CMB-11 Sistem Manajemen Risiko.pdf
CMB-11 Sistem Manajemen Risiko.pdfCMB-11 Sistem Manajemen Risiko.pdf
CMB-11 Sistem Manajemen Risiko.pdf
 
Buku Panduan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Buku Panduan Penyehatan Lingkungan PermukimanBuku Panduan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Buku Panduan Penyehatan Lingkungan Permukiman
 
Teknik dasar motor_diesel
Teknik dasar motor_dieselTeknik dasar motor_diesel
Teknik dasar motor_diesel
 
01 abi zainur muzakki-modul kerja proyek xii tkj
01 abi zainur muzakki-modul kerja proyek xii tkj01 abi zainur muzakki-modul kerja proyek xii tkj
01 abi zainur muzakki-modul kerja proyek xii tkj
 
MJR PDF SHARE 3
MJR PDF SHARE 3MJR PDF SHARE 3
MJR PDF SHARE 3
 
17. mengadministrasi server dalam_jaringan
17. mengadministrasi server dalam_jaringan17. mengadministrasi server dalam_jaringan
17. mengadministrasi server dalam_jaringan
 
17.mengadministrasi server dalam_jaringan
17.mengadministrasi server dalam_jaringan17.mengadministrasi server dalam_jaringan
17.mengadministrasi server dalam_jaringan
 
MODUL_PERHITUNGAN.docx
MODUL_PERHITUNGAN.docxMODUL_PERHITUNGAN.docx
MODUL_PERHITUNGAN.docx
 
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota - Bina Marga_1997
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota - Bina Marga_1997Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota - Bina Marga_1997
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota - Bina Marga_1997
 
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
 

Recently uploaded

10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppttaniaalda710
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdfAnonymous6yIobha8QY
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfihsan386426
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxarifyudianto3
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfArvinThamsir1
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 

Recently uploaded (9)

10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 

MANAJEMEN PROYEK

  • 1. SIR – 02 = MANAJEMEN PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) 2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
  • 2. Modul SIR-02 : Manajemen Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) i KATA PENGANTAR Modul Manajemen ini menguraikan mengenai dasar-dasar manjemen, manajemen sumber daya manusia, manajemen pelaksanaan pekerjaan, pengawasan dan pengendalian, kepemimpinan dan komunikasi. Pengetahuan mengenai manjemen proyek memberikan peningkatan kemampuan para pihak yang terkait dengan pengawasan pekerjaan konstruksi jalan untuk melaksanakan tugas pengawasannya lebih baik sehingga sasaran proyek yang ditetapkan baik mutu, waktu dan biaya dapat dicapai. Modul ini disusun berdasarkan dokumen kontrak yang selama ini dipakai oleh proyek- proyek pemerintah terutama proyek di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum. Dengan mempelajari modul ini diharapkan para pengawas pekerjaan jalan dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai ketentuan-ketentuan dokumen kontrak sehingga dapat melakukan tugas pengawasannya secara profesional sesuai ketentuan dokumen kontrak dan mewujudkan sasaran proyek secara tepat mutu, tepat waktu, dan tepat biaya. Jakarta, Desember 2005 Penyusun
  • 3. Modul SIR-02 : Manajemen Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) ii LEMBAR TUJUAN JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Roads) MODEL PELATIHAN : Lokakarya terstruktur TUJUAN UMUM PELATIHAN : Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu melaksanakan pengawasan dan pelaporan pekerjaan konstruksi jalan untuk memastikan kesesuaian dengan rencana, metode kerja dan dokumen kontrak. TUJUAN KHUSUS PELATIHAN : Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu: 1. Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2. Melaksanakan Manajemen 3. Mengenal Bahan Jalan 4. Membuat Gambar Teknik 5. Mengenal Alat Berat 6. Melaksanakan Pengukuran dan pematokan 7. Melaksanakan Pekerjaan Tanah 8. Melaksanakan Pekerjaan Drainase 9. Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Jalan 10. Melaksanakan Pekerjaan Beton 11. Melaksanakan Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan 12. Melaksanakan Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas 13. Melaksanakan Metode Kerja 14. Menyusun Pelaporan
  • 4. Modul SIR-02 : Manajemen Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) iii NOMOR MODUL : SIR-02 JUDUL MODUL : Manajemen TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu mengawasi pelaksanaan manajemen proyek sehingga diperoleh hasil pekerjaan jalan dengan sesuai dengan sasaran yang ditetapkan dalam dokumen kontrak. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Pada akhir pelatihan peserta mampu : 1. Menjelaskan dasar-dasar manajemen 2. Menjelaskan manajemen sumber daya manusia 3. Menjelaskan manajemen pelaksanaan pekerjaan 4. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan 5. Menjelaskan kepemimpinan 6. Menjelaskan komunikasi .
  • 5. Modul SIR-02 : Manajemen Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) iv DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................. i LEMBAR TUJUAN ..................................................................................... ii DAFTAR ISI ............................................................................................... iv DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (Site Inspector of Road)................................ vii DAFTAR MODUL ...................................................................................... viii PANDUAN PEMBELAJARAN ................................................................... ix BAB I DASAR-DASAR MANAJEMEN .............................................. I-1 1.1. SUMBER DAYA .............................................. I-1 1.2. FUNGSI MANAJEMEN ................................. I-4 BAB II MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA................... II-1 2.1. PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA ....... II-1 2.1.1 Produktivitas Tenaga Kerja ....................... II-1 2.1.2 Kebutuhan Produktivitas Tenaga Kerja..... II-2 2.1.3 Perkiraan Jumlah Tenaga 3 2.2. ORGANISASI KONSULTAN ENGAWAS KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN .......................... II-6 2.3. PEMBENTUKAN TIM PROYEK ............................ II-9 2.4. EFEKTIVITAS DAN PRESTASI TIM ..................... II-10 2.4.1 Efektivitas Tim .......................................... II-10 2.4.2 Prestasi Tim.............................................. II-11 BAB III MANAJEMEN PELAKSANAAN PEKERJAAN.......................... III-1 3.1 PERSIAPAN ADMINISTRASI ................................ III-2 3.1.1 Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) ............................................ III-2 3.1.2 Jadwal Pelaksanaan (Construction Schedule) ..................................................III-2 3.1.3 Pre Construction Meeting (PCM) .......................................... III-6 3.2 PERSIAPAN FISIK LAPANGAN ............................ III-11
  • 6. Modul SIR-02 : Manajemen Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) v 3.2.1 Project Quality Plans ................................. III-11 3.2.2 Mobilisasi .................................................. III-11 3.2.3 Review Design .......................................... III-13 3.3 PROSES PEMBAYARAN ...................................... III-15 3.3.1 Uang Muka (Advance Payment)..................................................... III-15 3.3.2 Buku Harian Dan Laporan ........................... III-15 3.3.3 Pembayaran Pestasi Pekerjaan .................................................... III-17 3.4 PEKERJAAN TAMBAH / KURANG............................... III-18 3.4.1 Pekerjaan Tambah Kurang.......................... III-18 3.4.2 Perpanjangan Waktu Pelaksanaan................................................ III-19 3.4.3 Denda (Liquidated Damage) ..................................................... III-20 3.4.4 Eskalasi / De-Eskalasi Harga .......................................................... III-20 3.5 PENYELESAIAN PERSELISIHAN KONTRAK....... III-22 3.6 SERAH TERIMA PEKERJAAN.............................. III-25 3.6.1 Serah Terima Pertama ekerjaan ( P r o v 2 5 3.6.2 Final Hand Over (FHO) ............................... III-32 BAB IV PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN ........................................................................ IV-1 4.1. PENGENDALIAN MUTU .............................................. IV-2 4.2. PENGENDALIAN WAKTU .............................................. IV-5 4.2.1. Show Cause Meeting............................................. IV-5
  • 7. Modul SIR-02 : Manajemen Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) vi 4.3. PENGENDALIAN METODE KERJA................................... IV-8 4.4. JARINGAN KERJA SEBAGAI MODEL DALAM PENGENDALIAN PELAKSANAAN .................................... IV-11 BAB V KEPEMIMPINAN ...................................................................... V-1 5.1. UMUM .............................................................................. V-1 5.2. HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN................................................ V-1 5.3. OTORITAS KEPEMIMPINAN............................................. V-2 5.4. TIPOLOGI KEPEMIMPINAN .............................................. V-4 5.5. FUNGSI KEPEMIMPINAN.................................................. V-5 5.6. MUTU KEPEMIMPINAN..................................................... V-5 5.7. GAYA KEPEMIMPINAN .............................................. V-6 5.7.1 Kepemimpinan Situasional..................................... V-7 5.7.2 Tiga Asas Kepemimpinan Oleh Ki Hajar dewanta . V-8 5.7.3 Hasta Brata .......................................................... V-9 5.8. KEPEMIMPINAN PENYELENGGARAAN PROYEK........... V-11 BAB VI KOMUNIKASI ............................................................................ VI-1 6.1. UMUM ............................................................................ VI-1 6.2. PERENCANAAN KOMUNIKASI......................................... VI-1 6.2.1. Penentuan Saluran Komunikasi............................. VI-2 6.2.2. Pemilihan Media Komunikasi ................................. VI-2 6.2.3. Perencanaan Format Komunikasi.......................... VI-4 6.2.4. Evaluasi Waktu Respon......................................... VI-6 6.3. DISTRIBUSI INFORMASI .............................................. VI-6 6.4. LAPORAN KEMAJUAN DAN RAPAT BERKALA ............... VI-7 RANGKUMAN DAFTAR PUSTAKA HAND OUT
  • 8. Modul SIR-02 : Manajemen Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) vii DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (Site Inspector of Road) 1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road) dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road) unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan. 2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut. 3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road).
  • 9. Modul SIR-02 : Manajemen Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) viii DAFTAR MODUL Jabatan Kerja : Site Inspector of Roads (SIR) Nomor Modul Kode Judul Modul 1 SIR – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2 SIR – 02 Manajemen 3 SIR – 03 Bahan Jalan 4 SIR – 04 Gambar Teknik 5 SIR – 05 Alat Berat 6 SIR – 06 Pengukuran dan Pematokan 7 SIR – 07 Pekerjaan Tanah 8 SIR – 08 Pekerjaan Drainase 9 SIR – 09 Pekerjaan Perkerasan Jalan 10 SIR – 10 Pekerjaan Beton 11 SIR – 11 Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan 12 SIR – 12 Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas 13 SIR – 13 Metode Kerja 14 SIR – 14 Teknik Pelaporan
  • 10. Modul SIR-02 : Manajemen Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) ix PANDUAN INSTRUKTUR A. BATASAN NAMA PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Roads ) KODE MODUL : SIR-02 JUDUL MODUL : MANAJEMEN DESKRIPSI : Modul ini membahas pengetahuan dasar-dasar manajemen, manajemen sumber daya manusia, manajemen pelaksanaan pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, komunikasi untuk pelatihan Inspektur Lapangan Pekerjaan Jalan. TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya. WAKTU PEMBELAJARAN : 2 (Dua) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)
  • 11. Modul SIR-02 : Manajemen Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) x B. RENCANA PEMBELAJARAN KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG 1. Ceramah : Pembukaan, Menjelaskan dan menguraikan tentang : • Tujuan instruksional umum(TIU) dan Tujuan instruksional khusus (TIK) • Latar belakang • Ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia Waktu : 5 menit Mengikuti penjelasan TIU dan TIK dengan tekun dan aktif Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas. OHT 2. Ceramah : Bab I Dasar-dasar Manajemen Menjelaskan dan menguraikan tentang: • Sumber daya • Fungsi manajemen Waktu : 10 menit Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT 3. Ceramah : Bab II Manajemen sumber daya manusia Menjelaskan dan menguraikan tentang : • Perencanaan sumber daya manusia • Organisasi konsultan pengawas konstruksi jalan dan jembatan • Pembentukan tim proyek • Efektivitas dan prestasi tim Waktu : 15 menit Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT 4. Ceramah : Bab III Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Menjelaskan dan menguraikan tentang: • Persiapan administrasi • Persiapan fisik lapangan • Proses pembayaran • Pekerjaan tambah / kurang • Penyelesaian perselisihan kontrak • Serah terima pekerjaan Waktu : 15 menit Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT 5. Ceramah : Bab IV Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan Menjelaskan dan menguraikan tentang: • Pengendalian Mutu • Pengendalian Waktu • Pengendalian Metode Kerja Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT
  • 12. Modul SIR-02 : Manajemen Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) xi KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG • Jaringan kerja sebagai model dalam pengendalian pelaksanaan Waktu : 15 menit 6. Ceramah : Bab V Kepemimpinan Menjelaskan dan menguraikan tentang: • Hubungan kepemimpinan dan manajemen • Otoritas kepemimpinan • Tipologi kepemimpinan • Fungsi kepemimpinan • Mutu kepemimpinan • Gaya kepemimpinan • Kepemimpinan penyelenggaraan proyek Waktu : 15 menit Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT 7. Ceramah : Bab VI Komunikasi Menjelaskan dan menguraikan tentang: • Perencanaan komunikasi • Distribusi informasi • Laporan kemajuan dan rapat berkala Waktu : 15 menit Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT
  • 13. Modul SIR-02 : Manajemen Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) xii
  • 14. Modul SIR-02 Manajemen Bab I : Dasar-Dasar Manajemen Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-1 BAB I DASAR-DASAR MANAJEMEN Penyelenggaraan proyek tergantung pada dua faktor utama yaitu : sumber daya dan fungsi manajemen. Sumber daya terdiri dari manusia, uang, peralatan, dan material, sedangkan fungsi manajemen dimaksudkan sebagai kegiatan-kegiatan yang dapat mengarahkan atau mengendalikan sekelompok orang yang tergabung dalam suatu kerja sama untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dalam penyelenggaraan proyek, kegiatan yang dilakukan oleh sumber daya manusia, ditunjang dengan uang, material dan peralatan, perlu ditata melalui fungsi-fungsi manajemen dalam keterbatasan waktu yang disediakan sehingga memenuhi prinsip efisien dan efektif. 1.1. SUMBER DAYA  Manusia Manusia sebagai sumber daya utama diartikan sebagai tenaga kerja baik yang terlibat langsung maupun tidak terlibat langsung dengan proyek. Tenaga yang terlibat langsung adalah tenaga kerja yang berada pada kelompok pemberi pekerjaan (pengguna jasa), kelompok kontraktor (penyedia jasa), dan kelompok konsultan (penyedia jasa). Berdasarkan kualifikasinya para tenaga kerja tersebut dapat dikelompokkan ke dalam “tenaga ahli” dan “tenaga terampil”. Pada Tabel 1.1. disajikan sebutan terhadap ketiga kelompok tersebut. Tabel 1.1 Tenaga Kerja Berdasarkan Kelompok Kelompok Pemberi Pekerjaan Kontraktor Konsultan Pinpro Pinbagpro Asisten Pinpro Bendahara Pinpro Bendahara Bag. Proyek Urusan Tata Usaha Urusan Pergudangan General Superintendent Site Administration Materials Superintendent Construction Engineer Equipment Superintendent Technicians Surveyor Foremen Mechanics Laborers Equipment Operators Team Leader Co Team Leader Highway Engineer Pavement & Materials Engr. Chief Supervision Engr. Site Engineer Quantity Engineer Quality Engineer Inspector Quantity Surveyor Laboratory Technician Draftsman
  • 15. Modul SIR-02 Manajemen Bab I : Dasar-Dasar Manajemen Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-2  Uang Uang merupakan sumber daya sangat penting dalam manajemen penyelenggaraan proyek. Ketidakcukupan uang, sulit untuk mengharapkan penyelenggaraan manajemen proyek sesuai dengan ikatan kontrak yang disepakati antara para pihak yang menandatangani perjanjian kontrak. Seluruh kegiatan penyelenggaraan proyek pada seluruh kelompok terlibat, memerlukan biaya yang besarnya telah disepakati di dalam surat perjanjian kontrak. Jika terjadi ketidaksepakatan (dispute) dalam pelaksanaan pekerjaan, biasanya berdampak pada “nilai uang” yang harus disepakati, dokumen kontrak telah mengatur tata cara penyelesaian hukum yang harus ditempuh. Uang sangat penting karena seluruh kegiatan proyek memerlukan pembiayaan, menyangkut : rekruitmen manusia (tenaga kerja); penggunaan jasa tenaga kerja (tenaga ahli, tenaga terampil, tenaga non skill); penggunaan peralatan (alat-alat berat maupun alat-alat laboratorium); pembelian bahan dan material, pengolahan bahan dan material, baik bagi kelompok pengguna jasa maupun penyedia jasa. Jadi pengertian “uang” di dalam penyelenggaraan proyek (civil works) bukan semata-mata untuk pembiayaan pelaksanaan konstruksi oleh kontraktor, tetapi juga termasuk biaya yang harus dikeluarkan untuk konsultan pengawas (Core Team, Provincial Team, Field Supervision Team) dan untuk pengguna jasa (misalnya Pinpro dan Pinbagpro yang mewakili Pemerintah), dalam suatu kurun waktu yang telah disepakati.  Peralatan Peralatan dalam proyek diartikan sebagai alat lapangan (alat berat), peralatan laboratorium, peralatan kantor (computer, kalkulator), dan peralatan penunjang utama. Dengan menggunakan peralatan yang sesuai sasaran pekerjaan dapat dicapai dengan ketepatan waktu lebih akurat, serta memenuhi spesifikasi teknis yang telah dipersyaratkan. ▪ Alat-alat berat Jenis peralatan dengan variasi kapasitas dan kegunaannya dapat digunakan untuk pekerjaan konstruksi jalan-jembatan sesuai fungsinya. Berdasarkan jenis peralatan dan fungsinya, dikaitkan dengan jenis pelaksanaan pekerjaannya dapat dikelompokan sebagaimana tertulis pada Tabel 1.2. Pemilihan dan pemanfaatan peralatan harus sesuai dengan kebutuhan ditinjau dari jenis, jumlah, kapasitas maupun waktu yang tersedia. Demikian pula cara penggunaannya, harus mengikuti prosedur pengoperasian dan perawatannya, sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan.
  • 16. Modul SIR-02 Manajemen Bab I : Dasar-Dasar Manajemen Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-3 Tabel 1.2 Jenis Peralatan Dan Penggunaannya Earth moving equipment ✓ Bulldozer (crawler, heel) ✓ Loader (crawler, wheel0 ✓ Motor Grader ✓ Excavator (crawler, heel) Compacting Equipment ✓ Tandem Roller ✓ Pedestrian Roller ✓ Vibrating Tamper ✓ Vibrating Rammer ✓ Three Wheel Roller ✓ Tyre (Pneumatic Roller) ✓ Vibrating Compactor ✓ Combination Roller ✓ Sheepfoot Roller Paving / Spreading Equipment ✓ Asphalt Finisher ✓ Concrete Finisher ✓ Aggregate / Chip Spreader ✓ Asphalt Sprayer Plant Equipment ✓ Stone Crushing Plant ✓ Asphalt Mixing Plant ✓ Concrete Plant / Mixer Transportation Equipment ✓ Truck ✓ Trailer ✓ Jeep ✓ Pick Up ✓ Bus Hauling Equipment ✓ Motor Scraper ✓ Dump Truck Lifting Equipment ✓ Crane ✓ Lift Platform ✓ Forklift Drilling / Boring Equipment ✓ Percusion Drill ✓ Bore Pile ✓ Hammer Dril Piling Equipment ✓ Pile Hammer (Diesel, Vibro) Cutting / Milling Equipment ✓ Soil Stabilizer ✓ Cutter / Milling Machine ✓ Groving Equipment ✓ Asphalt / Concrete Cutter Supporting Equipment ✓ Water Tank Truck ✓ Fuel Tank Truck ✓ Generating Set ✓ Air Compressor ✓ Water Pump ▪ Peralatan Laboratorium Peralatan laboratorium diperlukan dalam rangka melakukan pengawasan dan pengendalian mutu atas pekerjaan konstruksi oleh kontraktor. Jenis peralatan laboratorium dapat dilihat pada Tabel 1.3. Jenis, jumlah dan waktu diperlukannya peralatan-peralatan laboratorium tersebut tergantung pada ruang lingkup kegiatan pengawasan atas pekerjaan konstruksi. Selain peralatan tersebut ada beberapa yang spesifik seperti untuk pengujian pondasi soil cement dan bahan-bahan struktur (beton, pasangan batu dan lain-lain). Tabel 1.3 Jenis Pengujian Dan Alat Yang Digunakan Jenis Pengujian Peralatan pekerjaan tanah ▪ Sampling for soil tests ▪ Atterberg Limit Soil Classification Tests for Soils ▪ Liquid Limit Test ▪ Plastic Limit Test ▪ CBR Test for Soils pondasi dan pondasi bawah ▪ Sampling of aggregate base and sub-base ▪ Atterberg limits for aggregate base and sub- base ▪ Particle size analysis tests ▪ Extent of Fractured Faces Test ▪ Los Angeles Abrasion Test ▪ Moisture density test for aggregate base and
  • 17. Modul SIR-02 Manajemen Bab I : Dasar-Dasar Manajemen Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-4 sub-base ▪ California Bearing Value Test for aggregate base and sub-base ▪ Compaction control aspal campuran panas ▪ Sampling and mechanical soundness tests ▪ Particle size analysis test ▪ Sodium sulphates soundness test ▪ Coating and stripping of bitumen aggregate mixtures ▪ Specific gravity of course and fine aggregate ▪ Mineral filler Marshall Testing ▪ Testing for asphalt mix design and plant control ▪ Testing of bitumen  Bahan Bahan diartikan sebagai bahan baku natural maupun melalui pengolahan, dan setelah diproses ditetapkan menjadi item pekerjaan sebagaimana dituangkan di dalam dokumen kontrak. Bahan baku (tanah, batu, aspal, semen, pasir, besi beton, dll.) dan bahan olahan (agregat, adukan beton, pofil baja dll.) merupakan sumber daya yang harus diperhitungkan secara cermat, karena pengaruhnya di dalam perhitungan biaya proyek sangat besar. Oleh karena itu lokasi bahan baku perlu secara cermat ditetapkan berdasar jarak dan volume yang tersedia, memenuhi syarat menjadi bahan olahan. Survey untuk mendapatkan informasi lokasi bahan baku perlu dilakukan, guna mendapatkan data akurat sebagai masukan bagi kontraktor dalam menyiapkan penawaran, maupun pada tahap pelaksanaan pekerjaan. 1.2. FUNGSI MANAJEMEN Untuk melaksanakan manajemen, seorang pada posisi pimpinan di level manapun, harus melakukan fungsi-fungsi manajemen. Di dalam fungsi-fungsi manajemen ada fungsi organik yang mutlak harus dilaksanakan dan ada fungsi penunjang yang bersifat sebagai pelengkap. Jika fungsi organik tersebut tidak dilakukan dengan baik maka terbuka kemungkinan pencapaian sasaran menjadi gagal. George R. Terry telah merumuskan fungsi-fungsi tersebut sebagai POAC, (Planning, Organizing, Actuating dan Controlling).  Planning Planning adalah proses yang secara sistematis mempersiapkan kegiatan guna mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Kegiatan diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka pekerjaan konstruksi, baik yang menjadi tanggung jawab
  • 18. Modul SIR-02 Manajemen Bab I : Dasar-Dasar Manajemen Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-5 pelaksana (kontraktor) maupun pengawas (konsultan). Kontraktor maupun konsultan, harus mempunyai konsep planning” yang tepat untuk mencapai tujuan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Produk planning meliputi perencanaan teknis, dokumen lelang. Pada proses planning perlu diketahui hal-hal sebagai berikut : ▪ Permasalahan yang terkait dengan tujuan dan sumber daya tersedia. ▪ Cara mencapai tujuan dan sasaran dengan memperhatikan sumber daya tersedia. ▪ Penerjemahan rencana kedalam program-program kegiatan yang kongkrit. ▪ Penetapan jangka waktu yang dapat disediakan guna mencapai tujuan dan sasaran, (seluruh tahap: -proses pengadaan, -pelaksanaan dan pengawasan konstruksi; dan FHO).  Organizing Organizing (pengorganisasian kerja) dimaksudkan sebagai pengaturan atas suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang, dipimpin oleh pimpinan kelompok dalam suatu wadah organisasi. Wadah organisasi ini menggambarkan hubungan-hubungan struktural dan fungsional yang diperlukan untuk menyalurkan tanggung jawab, sumber daya maupun data. Dalam proses manajemen, organisasi digunakan sebagai alat untuk : ▪ menjamin terpeliharanya koordinasi dengan baik. ▪ membantu pimpinannya dalam menggerakkan fungsi-fungsi manajemen. ▪ mempersatukan pemikiran dari satuan organisasi yang lebih kecil yang berada di dalam kordinasinya. Dalam fungsi organizing, koordinasi merupakan mekanisme hubungan struktural maupun fungsional yang secara konsisten harus dijalankan. Koordinasi dapat dilakukan melalui mekanisme : -koordinasi vertikal (menggambarkan fungsi komando), -koordinasi horizontal (menggambarkan interaksi satu level); dan - koordinasi diagonal (menggambarkan interaksi berbeda level tapi di luar fungsi komando). Koordinasi diagonal apabila diintegrasikan dengan baik akan memberikan kontribusi signifikan dalam menjalankan fungsi organizing. Sebagai contoh, dapat dijelaskan sebagai berikut: ▪ Koordinasi vertikal dan bersifat hirarkis: 1. Pelaksana Konstruksi : koordinasi antara General Superintendant dengan Material Superintendant atau dengan Construction Engineer atau dengan Equipment Superintendant
  • 19. Modul SIR-02 Manajemen Bab I : Dasar-Dasar Manajemen Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-6 2. Field Supervision Team, koordinasi antara Site Engineer dengan Quantity Engineer atau dengan Quality Engineer merupakan koordinasi vertikal dan bersifat hirarkis. ▪ Koordinasi horizontal dan bersifat satu level: 1. Pelaksanaan konstruksi, koordinasi antara Material Superintendant dengan Construction Engineer atau dengan Equipment Superintendant merupakan. 2. Field Supervision Team, koordinasi antara Quantity Engineer atau dengan Quality Engineer merupakan koordinasi horizontal dan bersifat satu level. ▪ Koordinasi diagonal: Koordinasi antara General Superintendant dengan Site Engineer merupakan koordinasi horizontal dan bersifat satu level, sedangkan koordinasi antara Pinbagpro Fisik dengan General Superintendant atau dengan Site Engineer merupakan koordinasi vertikal, kemudian koordinasi antara Pinpro Fisik dengan Chief Supervision Engineer merupakan.  Actuating Actuating diartikan sebagai fungsi manajemen untuk menggerakkan orang yang tergabung dalam organisasi agar melakukan kegiatan yang telah ditetapkan di dalam planning. Pada tahap ini diperlukan kemampuan pimpinan kelompok untuk menggerakkan; mengarahkan; dan memberikan motivasi kepada anggota kelompoknya untuk secara bersama-sama memberikan kontribusi dalam menyukseskan manajemen proyek mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Berikut ini beberapa metoda menyukseskan “actuating” yang dikemukakan oleh George R. Terry, yaitu: ▪ Hargailah seseorang apapun tugasnya sehingga ia merasa keberadaannya di dalam kelompok atau organisasi menjadi penting. ▪ Instruksi yang dikeluarkan seorang pimpinan harus dibuat dengan mempertimbangkan adanya perbedaan individual dari pegawainya, hingga dapat dilaksanakan dengan tepat oleh pegawainya. ▪ Perlu ada pedoman kerja yang jelas, singkat, mudah difahami dan dilaksanakan oleh pegawainya. ▪ Lakukan praktek partisipasi dalam manajemen guna menjalin kebersamaan dalam penyelenggaraan manajemen, hingga setiap pegawai dapat difungsikan sepenuhnya sebagai bagian dari organisasi.
  • 20. Modul SIR-02 Manajemen Bab I : Dasar-Dasar Manajemen Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-7 ▪ Upayakan memahami hak pegawai termasuk urusan kesejahteraan, sehingga tumbuh sense of belonging dari pegawai tersebut terhadap tempat bekerja yang diikutinya. ▪ Pimpinan perlu menjadi pendengar yang baik, agar dapat memahami dengan benar apa yang melatarbelakangi keluhan pegawai, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan sesuatu keputusan. ▪ Seorang pimpinan perlu mencegah untuk memberikan argumentasi sebagai pembenaran atas keputusan yang diambilnya, oleh karena pada umumnya semua orang tidak suka pada alasan apalagi kalau dicari-cari agar bisa memberikan dalih pembenaran atas keputusannya. ▪ Jangan berbuat sesuatu yang menimbulkan sentimen dari orang lain atau orang lain menjadi naik emosinya. ▪ Pimpinan dapat melakukan teknik persuasi dengan cara bertanya sehingga tidak dirasakan sebagai tekanan oleh pegawainya. ▪ Perlu melakukan pengawasan untuk meningkatkan kinerja pegawai, namun haruslah dengan cara-cara yang tidak boleh mematikan kreativitas pegawai.  Controlling Controlling diartikan sebagai kegiatan guna menjamin pekerjaan yang telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Didalam manajemen proyek jalan atau jembatan, controlling terhadap pekerjaan kontraktor dilakukan oleh konsultan melalui kontrak supervisi, dimana pekerjaan pelaksanaan konstruksinya dilakukan oleh kontraktor. General Superintendat berkewajiban melakukan controlling (secara berjenjang) terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh staf di bawah kendalinya yaitu Site Administration, Quantity Surveyor, Materials Superintendant, Construction Engineer, dan Equipment Engineer untuk memastikan masing-masing staf sudah melakukan tugasnya dalam koridor “quality assurance”. Sehingga, tahap-tahap pencapaian sasaran sebagaimana direncanakan dapat dipenuhi. Kegiatan ini juga berlaku di dalam kegiatan internal konsultan supervisi; artinya kepada pihak luar konsultan supervisi itu bertugas mengawasi kontraktor, dan secara internal Site Engineer juga melakukan controlling terhadap Quantity Engineer dan Quality Engineer. Secara keseluruhan internal controlling ini dapat mendorong kinerja konsultan supervisi lebih baik di dalam mengawasi pekerjaan kontraktor. Ruang lingkup kegiatan controlling mencakup seluruh aspek pelaksanaan rencana, antara lain adalah: ▪ Produk pekerjaan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif
  • 21. Modul SIR-02 Manajemen Bab I : Dasar-Dasar Manajemen Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-8 ▪ Seluruh sumber-sumber daya yang digunakan (manusia, uang, peralatan, bahan) ▪ Prosedur dan cara kerjanya ▪ Kebijaksanaan teknis yang diambil selama proses pencapaian sasaran. Controlling harus bersifat obyektif dan harus dapat menemukan fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Rujukan untuk menilainya adalah memperbandingkan antara rencana dan pelaksanaan, artinya memahami kemungkinan terjadinya penyimpangan.
  • 22. Modul SIR-02 Manajemen Bab II : Manajemen Sumber Daya Manusia Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-1 BAB II MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA 2.1. PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA Pengelolaan sumber daya manusia meliputi proses perencanaan dan penggunaan sumber daya manusia dengan cara yang tepat (berdaya guna) untuk mendapatkan hasil yang optimal. Dalam aspek ini sering pengelola proyek kurang memberi penekanan dibandingkan terhadap aspek kegiatan inti proyek lainnya seperti lingkup, biaya,jadwal dan mutu, padahal pada kenyataannya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang memenuhi syarat menjadi factor penentu keberhasilan pencapaian sasaran proyek. Dari segi perencanaan biaya proyek, sumber daya manusia merupakan salah satu unsur yang penting dalam perencanaan pelaksanaan proyek seperti perencanaan biaya, jadwal dan mutu pekerjaan. Kualitas, kuantitas dan ketepatan waktu penyediaan sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat penting dalam keberhasilan pelaksanaan pekerjaan sesuai sasaran yang ditentukan. Yang di maksud dengan perencanaan sumber daya manusia adalah proses mengidentifikasi jenis dan jumlah sumber daya manusia sesuai jadwal kebutuhan yang ditetapkan. Tujuan perencanaan sumber daya manusia adalah mengusahakan agar sumber daya yang dibutuhkan tersedia tepat pada waktunya untuk menghindari pemborosan sebagai akibat penyediaan sumber daya yang terlalu dini atau telambat. Faktor-faktor penting dalam perencanaan tenaga kerja proyek meliputi: 1. Produktivitas tenaga kerja. 2. Kebutuhan tenaga kerja periode puncak (peak). 3. Perkiraan jumlah tenaga kerja di lapangan. 4. Perataan jumlah tenaga kerja. 2.1.1 PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA Walaupun ukuran produktivitas tenaga kerja secara matematis sulit ditentukan, namun pendekatan penentuan tolok ukur utnuk memperkirakan produktivitas tega kerja bagi proyek yang akan ditangani perlu ditetapkan untuk mengukur hasil guna atau efisiensi kerja, misalnya dengan cara membandingkannya terhadap suatu norma yang dipakai sebagai patokan. Patokan tersebut dirasakan penting terurtama bagi kontraktor yang akan bekerja di lokasi proyek yang masih asing bagi kontraktor yang bersangkutan. Salah satu pendekatan yang dipakai untuk mengukur hasil guna tenaga kerja adalah digunakannya parameter indeks produktivitas yang didefinisikan sebagai perbandingan
  • 23. Modul SIR-02 Manajemen Bab II : Manajemen Sumber Daya Manusia Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-2 antara jumlah waktu dan orang yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dengan jumlah waktu dan orang yang diperlukan untuk menyelsaikan pekerjaan yang sama pada kondisi standar. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja lapangan antara lain: 1. kondisi fisik lapangan dan sarana bantuan; 2. supervisi, perencanaan, dan koordinasi; 3. komposisi kelompok kerja; 4. kerja lembur; 5. ukuran besar proyek; 6. kurva pengalaman (learning curve); 7. pekerja langsung versus subkontraktor; dan 8. kepadatan tenaga verja 2.1.2 KEBUTUHAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA Secara umum pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi, kebutuhan tenaga kerja dikenal 3 (tiga) tahapan yaitu: A. Mobilisasi Pada tahap awal ini yang berlangsung antara 10-15% dari masa konstruksi, produktivitas masih rendah. Hal ini karena para pekerja memerlukan masa pengenalan dan penyesuaian pekerjaan. Juga pada masa menenjak seringkali sulit mengikuti secara tepat kenaikan jumlah kegiatan dengan kenaikan jumlah pekerja yang diperlukan, sehingga menimbulkan pengaturan yang kurang efisien. B. Periode Puncak Pada masa ini dicapai produktivitas optimum, jumlah tenaga kerja tidak bertambah dan telah terbiasa dengan pekerjaan maupun kondisi lapangan atau medan yang dihadapi. C. Periode Menurun Menjelang akhir konstruksi, produktivitas cenderung menurun, terutama disebabkan oleh: ▪ Kurang tepatnya perencanaan, misalnya masa kontrak kerja belum berakhir sedangkan pekerjaan sudah menipis, sehingga terjadi kelebihan tenaga kerja.
  • 24. Modul SIR-02 Manajemen Bab II : Manajemen Sumber Daya Manusia Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-3 ▪ Sikap mental atau semangat yang mengendur, karena melihat pekerjaan mulai berkurang dan belum tentu tersedia lapangan kerja berikutnya. ▪ Terlambatnya demobilisasi yang sering dijumpai karena penyelia ingin menahan pekerja yang berlebihan dengan menunggu sampai hasil kerjanya meyakinkan. Apabila faktor tersebut telah diperhitungkan jauh sebelumnya, maka dapat direncanakan pendekatan pengelolaan yang sebaik-baiknya.Pengkajian produktivitas tenaga kerja dan pengaruhnya terhadap biaya dan jadual proyek dapat dilakukan melalui beberapa langkah sebagai berikut: Langkah pertama adalah mencoba mencari data dan informasi terakhir mengenai data dan informasi terakhir mengenai angka indeks produktivitas di daerah lokasi proyek. Kemudian diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi indeks tersebut, dengan melihat kondisi fisik lokasi atau lapangan proyek sesungguhnya, serta menganalisa faktor- faktor lain yang nantinya mungkin diberlakukan terhadap proyek. Apabila dari kondisi dan sifat-sifat tersebut telah dapat diperkirakan besar angka produktivitasnya, selanjutnya angka ini dipakai untuk menghitung keperluan total tenaga kerja, berikut fasilitas (perumahan sementara, transportasi, katering, dan lain-lain). Sementara itu, program peningkatan keterampilan dan pelatihan perlu diperhatikan, karena dapat menaikkan produktivitas mereka secara efektif. 2.1.3 PERKIRAAN JUMLAH TENAGA KERJA PERIODE PUNCAK (PEAK) Periode puncak adalah periode yang paling sibuk, dalam arti paling banyak memerlukan tenaga kerja. Pengetahuan mengenai seberapa besar tenaga kerja puncak dan berapa lama periodenya berguna bagi perencanaan kapasitas fasiltas penampungan, transportasi, dan arus dana pembiayaan proyek. 1. Grafik Lonceng Cara paling sederhana memperkirakan kebutuhan tenaga kerja puncak adalah dengan metode empiris, yaitu pertama-tama dengan menghitung keperluan rata-rata (garis lurus), kemudian memakai kurva lonceng atau genta di mana puncaknya berada sekitar 1.5 – 1.7 kali keperluan rata-rata, seperti terliahat pada Gambar 2.1. Total tenaga kerja proyek = luas area di bawah kurva lonceng = luas segi empat ABCD. Sebagai contoh pada Gambar 2.1., keperluan tenaga kerja puncak adalah sebesar 1.6 x 350 = 560. Pada prakteknya jarang terjadi bentuk lonceng ideal seperti bentuk lintasan AED tetapi kebanyakan seperti bentuk dengan ”benjolan” ke depan atau ke belakang yang disebut
  • 25. Modul SIR-02 Manajemen Bab II : Manajemen Sumber Daya Manusia Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-4 front loaded atau back loaded. Kedua bentuk tersebut sama-sama tidak menguntungkan. Front loaded menunjukkan ketidak tepatan hasil guna karena terlau banyak tenaga kerja dibandingkan dengan tersedianya pekerjaan, Sebaliknya keadaan back loaded menggambarkan adanya kenaikan jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk mengejar jadual, yang umumnya menaikkan biaya proyek secara keseluruhan (cost-overrun). Gambar 2.1. Memperkirakan Kebutuhan Tenaga Kerja Puncak dengan Grafik Lonceng 2. Metode Trapesium Apabila kurva lonceng memberikan indikasi berapa besar keperluan tenaga kerja pada waktu puncak, maka metode trapesium sering dipakai untuk memperkirakan angka keperluan puncak. Di samping itu, metode ini juga memberikan keterangan berapa lama masa puncak tersebut berlangsung. Dasar pemikiran metode ini menganggap bahwa keperluan tenaga kerja mengikuti pola sebagai berikut: ▪ Mulai dari titik awal (nol) naik sebagai garis miring. Periode ini disebut periode menanjak (build up period) 200 400 600 Front Loaded Back Loaded A B Jumlah Tenaga Kerja C D E a b 0 24Kurun Waktu (Bulan) Catatan: Luas ABCD = Luas AED Tinggi (a+b) = 1.5 atau 1.7 kali tingg (b)
  • 26. Modul SIR-02 Manajemen Bab II : Manajemen Sumber Daya Manusia Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-5 ▪ Kemudian setelah sampai di puncak, arahnya menjadi mendatar, dan disebut periode puncak (peak period) ▪ Akhirnya menurun (run down) sampai proyek selesai) Pendekatan ini menghasilkan bentuk segiempat trapesium, seperti terlihat pada Gambar 2.2. Luas trapesium sama dengan total lingkup proyek. Metode trapesium memakai angka-angka yang berbeda antara tahap desain-engineering dan tahap konstruksi Gambar 2.2. Memperkirakan Kebutuhan Tenaga Kerja Konstruksi Dengan Metode Trapesium a = 20% b=20% c =60% A B C D Waktu Tenaga Kerja Catatan: AD = Kurun waktu implementasi fissik AB = Periode menanjak (build-up) BC = Periode puncak (peak) CD = Periode menurun (run-down) t = Jumlah tenaga kerja pada periode puncak t Jumlah Tenaga Kerja Waktu a=50% b= 25% c =25% A B C D O Tenaga Kerja Desain-Engineering Tenaga Kerja Konstruksi Catatan : OD = Kurun waktu implementasi fisik AD = Tahap konstruksi AB = Periode menanjak CD = Periode menurun BC = Periode puncak OA = Kurang lebih 20% - 30% OD t = Jumlah tenaga kerja pada periode puncak
  • 27. Modul SIR-02 Manajemen Bab II : Manajemen Sumber Daya Manusia Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-6 2.2. ORGANISASI KONSULTAN PENGAWAS KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN Pihak Engineer’s Representative, (konsultan yang mewakili Engineer untuk pengawasan di lapangan -Field Supervision Team-) antara lain terdiri dari : Site Engineer, membawahkan Quantity Engineer, Quality Engineer, Inspector, Quantity Surveyor, Laboratory Technicians dan Draftman. Di tingkat propinsi : Chief Supervision Engineer (Provincial Team), Pavement and Material Engineer. Di tingkat pusat: Core Team terdiri dari Team Leader, dan Co-Team Leader. Untuk jelasnya pada halaman-halaman berikut diberikan contoh Struktur Organisasi Pengawasan Konstruksi yang terdiri dari Core Team, Provincial Team dan Field Supervision Team. Dalam struktur organisasi tersebut masih digunakan istilah-istilah lama untuk kualifikasi keahlian atau posisi-posisi yang ada pada organisasi pengawas, untuk memberikan gambaran tentang keahlian khusus atau keterampilan khusus apa yang diperlukan oleh masing-masing organisasi yang ditugasi untuk menyelenggarakan proyek.
  • 28. Modul SIR-02 Manajemen Bab II : Manajemen Sumber Daya Manusia Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-7 Gambar 2.3. : Strukur Organisasi Pengawasan Konstruksi C. Struktur Organisasi Pengawasan Konstruksi Engineer's Representative Core Team, Provincial Teams dan Field Supervision Teams (Contoh : Proyek Pemerintah) Province : A Province : B Province : C Field Supervison Teams Team Leader Co - Team Leader Quantity Surveyor Bridge Engineer Chief Super- vision Engineer Chief Super- vision Engineer Chief Super- vision Engineer Highway Engineer Pavement & Material Eng. Pavement & Material Eng. Pavement & Material Eng. Core Team Geotechnical Engineer Bridge Engineer Field Supervision Teams (Province A) Provincial Teams Field Supervision Teams (Province B) Field Supervision Teams (Province C)
  • 29. Modul SIR-02 Manajemen Bab II : Manajemen Sumber Daya Manusia Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-8 Type 1 (Standard Team for Road Project) Inspector (A) Inspector (B) Quantity Surveyor Draftman Quantity Engineer Laboratory Technician Quality Engineer Site Engineer Type 2 (with Bridge Construction) Inspector (A) Inspector (B) Quantity Surveyor Draftman Quantity Engineer Inspector (C) Bridge Engineer Laboratory Technician Quality Engineer Site Engineer Type 4 (For Road Project) Inspector (A) Quantity Surveyor Draftman Laboratory Technician Quantity / Quality Engineer Site Engineer Gambar 2.4. : Struktur Organisasi Pengawasan Konstruksi Type 3 (For Road Project) Inspector (A) Inspector (B) Quantity Surveyor Draftman Laboratory Technician Quantity / Quality Engineer Site Engineer
  • 30. Modul SIR-02 Manajemen Bab II : Manajemen Sumber Daya Manusia Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-9 2.3. PEMBENTUKAN TIM PROYEK Karena sifatnya kompleks, multidisiplin, dan memerlukan koordinasi serta integrasi yang erat, maka pengisian personil dalam penyelenggaraan proyek konstruksi ditekankan pada terbentuknya satu tim yang dapat bekerja secara terpadu dan efektif. Menyusun, membangun, dan mengelola tim dengan sifat demikian merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab utama pimpinan proyek. Proses pemebentukan tim adalah proses menyusun suatu kelompok yang terdiri dari berbagai masing-masing menjadi satu unit kerja yang efektif untuk mencapai tujuan tim. Tim yang efektif ditandai oleh keluaran yang bersifat sinergis, yaitu keluaran hasil usaha bersama lebih besar dari pada jumlah keluaran masing-masing anggota. Pembentukan tim proyek mengikuti sistematika penahapan sebagai berikut: 1. Pembentukan atau forming Pada tahap ini, anggota tim yang semula bersikap sebagai individual mulai saling mengenal, kemudian secara bersama mempelajari tujuan tim, uraian tugas, dan tanggung jawab masing-masing serta peraturan (prosedur kebijakan) yang akan diberlakukan. 2. Storming Merupakan tanggapan secara alami terhadap tata cara yang akan diberlakukan di dalam tim. Mereka mulai berpikir dan menilai dampaknya terhadap kebiasaan, sikap, dan perilaku selama ini (sebelum bergabung dalam tim). Langkah efektif yang sebaiknya dilakukan oleh pimpinan tim adalah dengan mencoba mendorong mereka untuk bersifat terbuka dalam mengemukakan pendapat, keluhan serta perhatian (concern), selanjutnya menanggapinya secara positif tanpa kehilangan prinsip yang harus tetap dipegang. 3. Kesepakatan (Norming) Pada tahap ini, tim telah mencapai kesepakatan mengenai sikap dan arah tindakan menyangkut berbagai aspek penting seperti pengambilan keputusan, penanganan konflik, peletakan dasar kebijakan, dan prosedur yang harus diikuti. Tahapan ini ditandai dengan tumbuhnya semangat kerja sama dan saling pengertian antara anggota tim serta tanggung jawab sebagai satu tim, sehingga siap untuk diberi tugas- tugas yang telah direncanakan.* 4. Pelaksanaan (Performing) Dengan selesainya langkah-langkah pada Butir 1, 2 dan 3 di atas dengan baik, maka secara umum tim dianggap telah mencapai taraf “kedewasaan” dan mampu melaksanakan tugas implementasi secara efektif. Pimpinan memberikan tugas-tugas
  • 31. Modul SIR-02 Manajemen Bab II : Manajemen Sumber Daya Manusia Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-10 yang semakin bertambah kuantitas dan kualitasnya, sambil menganalisis kinerja (performance) tim yang bersangkutan. 5. Pembubaran Pada tahapan ini kuantitas pekerjaan mulai berkurang dan akhirnya selesai serta ditutup. Pada saat yang bersamaan, anggota tim mulai berkurang dengan menyisakan anggota yang masih diperlukan serta akirnya dibubarkan secara keseluruhan. Pada tahap ini pimpinan mengahadpai masalah yang tak kalah sulitnya seperti pada tahap awal pekerjaan yakni mesalah penyeimbangan antara waktu, jumlah anggota (termasuk siapa) yang akan dilepas dari waktu ke waktu dengan pekerjaan yang tersisa. Masalah lain adalah menjaga semangat tim yang dapat menurun karena memikirkan penugasan yang akan datang. 2.4. EFEKTIVITAS DAN PRESTASI TIM 2.4.1 EFEKTIVITAS TIM Karena sifatnya yang spesifik, kegiatan proyek menuntut adanya kerjasama yang amat erat. Salah satu cara untuk meningkatkan kerjasama adalah mendorong terselenggaranya komunikasi dan interaksi : a. Masing-masing anggota mengetahui perannya dalam tim; b. Setiap anggota merasa saling diperlukan; serta c. Anggota merasakan bahwa kerjasama sebagai satu tim akan memberikan hasil lebih besar dari pada bekerja sendiri-sendiri secara terpisah. Adanya penjelasan kepada mereka mengenai tujuan tim, struktur organisasi yang memperlihatkan hubungan kerjasama antaranggota, posisi yang akan ditempati, jenis tugas, dan besar tanggung jawab mereka masing-masing serta harapan perusahaan terhadap tim akan menjernihkan butir-butir di atas. Keikutsertaan dan konsultasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan membantu anggota tim meningkatkan rasa ikut bertanggung jawab dalam upaya mencapai prestasi. Parameter atau karakteristik yang dapat mempengaruhi kualitas dan efektivitas suatu tim proyek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu yang berhubungan dengan tugas dan yang berhubungan dengan antaranggota. 1. Karakteristik yang berhubungan dengan tugas Karakteristik yang dapat mempengaruhi kualitas dan efektifivitas tim yang berhubungan dengan tugas adalah: a. Komitmen dengan proyek b. Berorientasi terhadap hasil kerja.
  • 32. Modul SIR-02 Manajemen Bab II : Manajemen Sumber Daya Manusia Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-11 c. Kreatif dan inovatif. d. Peduli terhadap kualitas produk. e. Mampu memperkirakan kecenderungan (trend) yang akan terjadi. 2. Karakteristik yang berhubungan denganantaranggota Karakteristik yang dapat mempengaruhi kualitas dan efektifivitas tim yang berhubungan dengan antar anggota adalah: a. Terjalinnya komunikasi dengan baik. b. Mampu memecahkan konflik. c. Adanya saling percaya. d. Berkeinginan mencapai sasaran tim e. Menjaga dan mengembangkan semangat tim f. Saling membantu meningkatkan kecakapan/kepandaian. 2.4.2 Prestasi Tim Apabila syarat-syarat untuk tumbuhnya kerjasama tim telah dipenuhi, selanjutnya perlu diperhatikan beberapa faktor-faktor yang pada gilirannya akan amat berpengaruh terhadap prestasi suatu tim proyek seperti: 1. Faktor lingkunganl; 2. Gaya kepemimpinan; dan 3. Dorongan dan hambatan spesifik terhadap prestasi. Ketiga faktor tersebut sangat bertalian satu dengan yang lain sering menjadi persoalan yang kompleks dan untuk mencapai prestasi tim yang diinginkan, pimpinan tim berkewajiban mengenali dan menangani dengan pendekatan pengeloalan dan organisasi yang tepat. Untuk mengelola tim yang tepat dan benar sehingga dapat bekerja sebagai kesatuan unit yang efektif, pimpinan tim harus mengenal faktor-faktor yang menjadi pendorong maupun penghambat. Pendorong di sini diartikan sebagai faktor yang bersifat positif terhadap prestasi tim, sebaliknya penghambat adalah faktor yang bersifat negatif. Dengan mengenali semua faktor pendorong dan penghambat tersebut, pimpinan tim dapat merencanakan tindakan-tindakan yang diperlukan. Faktor pendorong prestasi tim antara lain adalah: a. Secara profesional pekerjaan menarik dan merangsang. b. Pengakuan terhadap hasil kerja. c. Pimpinan berpengalaman dalam bidang manajemen dan engineering. d. Penanganan yang benar dalam kepemimpinan dan adanya petunjuk masalah teknis. e. Personil tim yang berkualitas.
  • 33. Modul SIR-02 Manajemen Bab II : Manajemen Sumber Daya Manusia Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-12 f. Potensi jenjang profesional. Sedangkan faktor penghambat prestasi kerja antara lain adalah: a. Sasaran dan pengarahan tentang proyek tidak jelas. b. Tidak cukup sumber daya. c. Tidak banyak konflik. d. Tidak cukup perhatian dan keperdulian dari pimpinan. e. Jaminan kerja tidak terlihat dengan jelas f. Tujuan dan prioritas sering berubah.
  • 34. Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-1 BAB III MANAJEMEN PELAKSANAAN PEKERJAAN Ukuran keberhasilan pelaksanaan suatu proyek (paket proyek fisik) ialah apabila mutu produk akhir yang dicapai sesuai dengan: -persyaratan teknis dalam dokumen kontrak; - dilaksanakan sesuai koridor waktu yang telah disepakati di dalam surat perjanjian kontrak; -menyerap biaya secara bertahap sesuai dengan jadwal maupun besarnya pembiayaan yang telah disepakati sejak commencement of works hingga FHO. Beberapa indikator penyebab ketidaksesuaian atau ketidakberhasilan adalah: -dokumen perencanaan teknis (dituangkan menjadi drawings) tidak disiapkan secara teliti akibat keterbatasan biaya maupun waktu; -pilihan yang diambil berupa modul-modul perencanaan teknis diperhitungkan dengan data yang terbatas. Keterbatasan biaya dan waktu menyebabkan Employer sulit dalam menyediakan full engineering design untuk ribuan ruas jalan yang tersebar di seluruh wilayah dimana peningkatan ataupun pemeliharaan berkala diperlukan. Dalam pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan perlu dibuka peluang adanya review design terhadap drawings dan dokumen pendukung lainnya bila terjadi ketidaksesuaian dengan kondisi lapangan. Dengan pendekatan tersebut secara teknis dapat diperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan perencanaan. Secara keseluruhan manajemen penyelenggaraan proyek (fisik) memerlukan alat kontrol dalam upaya mendekati pencapaian tepat mutu, tepat waktu dan tepat biaya. Pada Tabel 3.1 disajikan kelompok dan jenis kegiatan-kegiatan yang lazimnya digunakan sebagai alat kontrol. Tabel 3.1 Kelompok dan Tahap Kegiatan Alat Kontrol Kelompok Kegiatan 1 Persiapan Dokumen Surat Perintah Mulai Kerja Construction Schedule Pre Construction Meeting 2 Persiapan Fisik Lapangan Project Quality Plans Mobilisasi Review Design 3 Proses Pembayaran Advance Payment Buku Harian dan Laporan Show Cause Meeting Pembayaran Prestasi Pekerjaan 4 Pekerjaan Tambah Kurang Pekerjaan Tambah / Kurang Perpanjangan Waktu Pelaksanaan Denda (Liquidated Damage) Eskalasi / De-eskalasi Harga 5 Perselisihan Penyelesaian Perselisihan Kontrak 6 Serah Terima Provisional Hand Over Final Hand Over
  • 35. Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-2 3.1 PERSIAPAN ADMINISTRASI 3.1.1 SURAT PERINTAH MULAI KERJA (SPMK) SPMK diterbitkan Pinpro/Pinbagpro selambat-lambatnya dalam waktu tertentu sejak penandatanganan kontrak sebagaimana ditetapkan dalam dokumen kontrak misalnya 14 (empat belas) hari (untuk kontrak LCB/NCB) atau 60 (enam puluh) hari (untuk ICB) sejak penandatanganan kontrak pekerjaan konstruksi, didahului dengan penandatanganan Berita Acara Serah terima Lapangan (Site Hand-Over) dari Pihak Proyek kepada Pihak Kontraktor sebagai pelaksana pekerjaan konstruksi. Serah terima lapangan diselenggarakan setelah seluruh permasalahan terkait dengan Pemerintah atau masyarakat setempat (misalnya pembebasan tanah) terselesaikan. SPMK memuat juga tanggal paling lambat dimulainya pelaksanaan konstruksi dan sekaligus sebagai awal masa pelaksanaan (construction period) atau dapat juga disebut sebagai awal dari masa kontrak (contract period). Jika construction period dimulai sejak COW dan berakhir pada PHO (Provisional Hand Over) maka contract period dimulai sejak COW dan berakhir pada FHO (Final Hand Over). 3.1.2 JADWAL PELAKSANAAN (CONSTRUCTION SCHEDULE) Construction schedule dimaksudkan sebagai dasar bagi proyek (pemilik proyek, kontraktor dan konsultan untuk :  Memantau kemajuan pekerjaan kontraktor di lapangan,  Menjadi rujukan bagi pembayaran eskalasi / de-eskalasi harga,  Mendukung pengalokasian anggaran biaya,  Mempertimbangkan permintaan tambahan biaya akibat perubahan pekerjaan,  Mendukung permintaan perpanjangan waktu pelaksanaan konstruksi. Jadwal pelaksanaan yang dibuat kontraktor dimaksudkan sebagai bagian dari pengajuan penawaran pada waktu pelelangan dengan mempertimbangkan aspek perencanaan, analisa, dan pemilihan jenis/cara penjadualan. Pertimbangan aspek perencanaan meliputi: • APA yang harus dikerjakan ? • KAPAN harus dikerjakan ? • BAGAIMANA cara mengerjakannya ? • SIAPA yang harus mengerjakan ? • BERAPA biaya yang harus dikeluarkan ?
  • 36. Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-3 Analisis dari pertanyaan di atas menghasilkan komponen dan jumlah kegiatan yang berurutan, mudah dikenali sebagai item pekerjaan, dan indikasi kesulitan dan risiko dalam menyelesaikannya. Analisis juga menghasilkan waktu dan periode pekerjaan, metoda pelaksanaan, pelaksanaan pekerjaan dan dana yang harus disiapkan. Langkah dalam menyusun jadual pelaksanaan dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Tahap Kegiatan Manajemen Pelaksanaan Proyek Tahap Kegiatan Persiapan • Kajian dokumen: -dokumen kontrak; -Gambar rencana; -Daftar kuantitas • Persyaratan Pekerjaan: -spesifikasi dan syarat kontrak; -biaya pekerjaan; -analisis dan urutan pekerjaan. • Pengkajian Lokasi: -lokasi sumberdaya tersedia, - tingkat kesulitan pekerjaan Tahap analisis: • Waktu untuk menyelesaikan setiap kegiatan • Waktu untuk menyelesaikan seluruh kegiatan • Urutan setiap kegiatan • Metoda kerja untuk menyelesaikan setiap kegiatan • Sumber daya yang diperlukan • Resiko yang terkait • Biaya sebenarnya guna menyelesaikan setiap kegiatan • Nilai pekerjaan yang diselesaikan Penjadualan pekerjaan • Jadual kegiatan, (waktu untuk setiap jenis pekerjaan). • Jadual Sumber Daya, rencana ketersediaan tenaga kerja, peralatan dan bahan. • Jadual kemajuan keuangan (Kurva S), rencana kemajuan pekerjaan dan keuangan proyek. • Jadual cash flow keuangan, keadaan pemasukan dan pengeluaran uang. Beberapa jenis jadual dapat dipergunakan, tergantung kepada kebutuhan proyek antara lain adalah: a) Critical Path Method (Metoda Lintasan Kritis) b) Bar Charts – basic and linked (Diagram Balok – asli dan terkait) c) Financial Progress Schedule – S Curve (Jadual Kemajuan Keuangan – Kurva S) a) Critical Path Method Critical Path Method adalah jadual pelaksanaan pekerjaan (network planning) digunakan untuk menyajikan jadual konstruksi didasarkan atas urutan kegiatan dengan mempertimbangkan ketergantungan satu kegiatan dengan kegiatan lain. Setiap kegiatan
  • 37. Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-4 dilengkapi dengan rencana “durasi”, awal dan akhir kegiatan yang harus dilaksanakan. Dari rangkaian ini dapat dikaji prioritas kegiatan yang harus segera dilaksanakan. Biasanya terdapat jaringan lintasan kritis yaitu rangkaian kegiatan yang harus diawali dan diakhiri secara tepat waktu. Ketidak sesuaian penyelesaian atau awalan pada kegiatan kritis berpotensi menunda penyelesaian proyek. Berikut adalah Gambar 3.1. sebagai contoh penjelasan lebih rinci tentang penggunaan Critical Path Method untuk keperluan menyiapkan suatu Network Planning : A (14) = Kegiatan dengan kode A memerlukan durasi 14 hari untuk menyelesaikannya = = Event NE = No. of Event EET = Earliest Event Time LET = Latest Event Time Kegiatan yang penyelesainnya memerlukan waktu (duration) tertentu Kegiatan di lintasan kritis (critical path) Kegiatan semu, dummy, bukan kegiatan tapi dianggap sebagai kegiatan yang tidak membutuhkan waktu Gambar 3.1 Critical Path Pada Tabel 3.1 disajikan contoh hasil analisis suatu rangkaian kegiatan serta kaitan dengan kegiatan lainnya, hingga diketahui saat satu kegiatan harus dimulai dan diakhiri. Beberapa masukan dalam pembuatan penjadualan pelaksanaan proyek adalah sebagai berikut: a) Kontraktor perlu secara tajam mencari sejumlah kegiatan dalam menyelesaikan proyek yang potensial menjadi kritis. Dari indikasi tersebut, perlu dirinci kegiatannya kedalam satu sub kegiatan guna mendapatkan lintasan ktiris. 0 1 0 15 3 15 50 5 50 33 4 33 14 2 17 EET LET LET B(15) A(14) D(16) E(18) F(17) C(0) Start Finish NE
  • 38. Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-5 b) Metoda Lintasan Kritis sangat berguna untuk proyek yang dikategorikan sebagai proyek crash program, sebagai tambahan dari metoda penjadualan dengan menggunakan Bar Chart dan Jadual Progres Keuangan – S Curve. c) Apabila indikasi kritis terjadi pada sebagian besar kegiatan, perlu diketahui sub kegiatan yang memberi kontribusi terbesar terhadap penyelesaian proyek. Tabel 3.3 Kegiatan dan Urutan Berdasarkan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Catatan: • Lintasan kritis B, E, dan F • Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan kegiatan di lintasan kritis tidak boleh dilampaui, karena akan mengakibatkan tertundanya penyelesian pekerjaan. • Kontrol ketat harus dilakukan terhadap kegiatan di lintasan kritis agar penyelesaian pekerjaan tidak tertunda. • Kelonggaran waktu pada kegiatan lain (kasus di atas adalah kegiatan A dan D) dapat dipertimbangkan untuk dimanfaatkan (tenaga, peralatan, bahan, dan barangkali juga biaya) bagi percepatan penyelesaian kegiatan B, E, dan F. Pemanfaatan Metoda Lintasan Kritis disarankan untuk pekerjaan bersifat multi tahun, karena permasalahan yang komplek didasarkan atas variasi pekerjaan dan waktu pelaksaanaan. Banyak kasus yang ditemui pada pekerjaan multi tahun namun belum memanfaatkan kemudahan controlling yang diberikan oleh metoda ini. Data Perhitungan Untuk Menetapkan Lintasan Kritis Kegiatan Event EET + Durasi pada Event No. Kegiatan Durasi Yang No. Terendah Tertinggi EET LET (Hari) Mendahului (Hari) (Hari) (Hari) (Hari) 1 - - 0 0 A 14 Tidak ada - - - - B 15 Tidak ada - - - - 2 0+14=14 0+14=14 14 33-16=17 C 0 A - - - - D 16 A - - - - 3 0+15=15 0+15=15 15 33-18=15 E 18 B dan C - - - - 4 14+16=30 15+18=33 33 50-17=33 F 17 D dan E - - - - Selesai 5 30+17=47 33+17=50 50 50
  • 39. Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-6 b) Bar Charts – Basic and Linked Bar Charts atau diagram balok merupakan diagram yang paling sederhana, menggambarkan hubungan antara kegiatan dengan waktu. Ada 2 type yang dikenal yaitu basic chart dan linked chart. Basic chart menggambarkan blok jadwal masing-masing kegiatan berdiri sendiri, sedangkan linked chart digambarkan blok jadwal masing-masing dikaitkan dengan kegiatan lain baik awal maupun akhir kegiatan. Pada link chart dinampakkan adanya ketergantungan suatu kegiatan dengan kegiatan lain, meskipun tidak sejelas Critical Path Method. Pada metoda ini tidak tergambarkan lintasan kritis yang terjadi. Pada Gambar 2.3 dapat dilihat tipikal contoh metoda Bar Chart. Bar Chart pada proyek jalan biasanya dilengkapi dengan nomer, nama kegiatan, kuantitas dan waktu pelaksanaan dari setiap pay item sesuai dengan kontrak. c) Financial Progress Schedule – S Curve Financial Progress Schedule – S Curve menggambarkan rencana dan realisasi pelaksanaan pekerjaan bulanan kumulatif dinyatakan dalam prosentase biaya terserap per satuan waktu terhadap total biaya proyek selama construction period. S Curve itu dapat memberikan informasi pekerjaan berkaitan dengan pembayaran prestasi pekerjaan. Dalam S Curve tercatat:  No. pay item,  Deskripsi pay item,  Nama seksi yang berisi sejumlah pay item,  Kuantitas per pay item,  Harga satuan per pay item,  Total harga dari per pay item,  Rincian kebutuhan biaya bulanan per pay item dinyatakan dalam prosen terhadap total biaya konstruksi Dari total prosentase rencana pelaksanaan pekerjaan setiap bulan, dapat dihitung jumlah prosentase kumulatif rencana pelaksanaan pekerjaan tiap bulan. Kurva yang menghubungkan prosentase kumulatif rencana pelaksanaan pekerjaan tiap bulan inilah yang disebut Kurva S. 3.1.3 PRE CONSTRUCTION MEETING (PCM) Rapat Persiapan Pelaksanaan (Pre Construction Meeting) adalah pertemuan antara Pihak Proyek, Kontraktor dan Konsultan dilakukan selambat-lambatnya 14 hari setelah diterbitkannya SPMK oleh Pinbagpro. Tujuan Pre-Construction Meeting adalah : - membangun pengertian yang sama tentang isi Dokumen Kontrak; -membuat
  • 40. Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-7 kesepakatan terhadap hal penting yang belum tercantum dalam Dokumen Kontrak; -dan mencari penyelesaian terhadap potensi kendala selama pelaksanaan konstruksi. Pertemuan ini membahas dan menyepakati berbagai hal seperti pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Bahasan Kesepakatan Pada PCM No Bahasan Kesepakatan 1 Rencana Kegiatan Pelaksanaan Organisasi kerja pelaksanaan konstruksi Tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan 2 Jadual persiapan Review & penyempurnaan construction schedule sesuai target volume, mutu dan waktu Jadual mobilisasi personel dan peralatan. Jadual pengadaan bahan dan penggunaann peralatan 3 Kajian Lapangan Menyusun rencana pemeriksan lapangan (mutual check) dan review terhadap simplified design yang ada. Menentukan lokasi sumber quarry (sumber bahan/material), estimate kuantitas bahan serta rencana pemeriksaan mutu bahan yang akan digunakan. 4 Kondisi Sosial Masyarakat Pendekatan kepada masyarakat dan Pemerintah Daerah setempat (misalnya: masalah jalan akses ke lokasi quarry). Substansi pokok yang dibahas dalam Pre Construction Meeting dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5 Substansi Masalah Yang Dibahas Pada PCM No Kegiatan Rincian 1 Aplikasi pasal-pasal penting dalam dokumen kontrak o Pekerjaan tambah kurang o Termination atau forfeiture o Mobilisasi o Maintenance and protection of traffic o Sub Letting o Insurance of works o Organisasi kerja 2 Prosedur administrasi penyelenggaraan pekerjaan o Request and Approval dalam rangka Examination of Works o Extension time for completion of works o Gambar kerja dan kelengkapannya. o Pengajuan MC (Monthly Certificate) o PHO dan FHO o Pembuatan Addendum Kontrak o Jadual pengadaan bahan, pnggunaan peralatan dan personel o Review dan penyempurnaan terhadap jadual kerja yang harus sesuai dengan target volume, mutu dan aktu. o Menyusun rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lapangan (mutual check) sehubungan dengan Review design terhadap simplified design yang ada dalam dokumen kontrak 3 Tata cara dan prosedur teknis pelaksanaan pekerjaan o Konstruksi pondasi jembatan dan bangunan atasnya. o Rigid pavement dengan LHR (Lalulintas Harian rata-
  • 41. Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-8 No Kegiatan Rincian rata) tinggi dan traffic management-nya. o Soil stabilization. o Produksi agregat untuk pondasi jalan dan perkerasan aspalnya. o Penentuan lokasi sumber bahan material (quarry), estimasi kuantitas serta rencana pemeriksaan mutu bahan yang akan digunakan. o Pendekatan terhadap masyarakat dan Pemerintah Daerah setempat terkait dengan rencana kerja dan: - musim tanam , -akses ke quarry & angkutan bahan. Pada Pre Construction Meeting setiap komponen pelaksana kegiatan mempunyai peran sesuai dengan posisi masing masing. Komponen pemerintah diwakili oleh unsur atasan langsung, pengawas dan pelaksana. Pada Tabel 3.6 dijelaskan peran dari komponen pemerintah dalam PCM artinya adalah peran dalam menjelaskan masalah penting dalam pelaksanaan pekerjaan.
  • 42. Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-9 Tabel 3.6 Masalah Yang Dijelaskan Oleh Setiap Posisi Pemerintah Dalam PCM No Posisi Masalah yang dijelaskan - dilakukan 1 Atasan langsung Pinpro o Sebagai moderator dan nara sumber. o Prinsip umum pelaksanaan proyek. 2 Pinpro/Pinbagpro Pengawas o Kebijakan teknis tentang Review Design. (tanggung jawab Pinbagpro terhadap Review Design; prosedur survey; penyelesaian dan pedoman pelaksanaan pekerjaan). o Periode dan Prosedur Review Design (Metodologi survei; pembuatan gambar kerja; proses administrasi, proses Addendum (atau Memorandum) Kontrak). o Prosedur dan jadual kerja tenaga konsultan supervisi (mobilisasi dan demobilisasi). o TOR (personel, tugas dan tanggung jawab konsultan supervisi). o Tugas konsultan dalam membuat laporan supervisi kemajuan pelaksanaan fisik dan pengarsipan penyerahannya (seperti: Monthly Executive Summary; Monthly Progress; Quarterly; Quality Control; Technical Report (Review Design/Technical Justification); Technical Paper, Draft Final ; Final Report). o Penilaian performance terhadap konsultan atau kontraktor o Melakukan uji petik secara periodik.. o Penyiapan As built drawing sesuai standar. o Penyiapan data original desain (per segmen) mencakup seperti: -Tipe dan lebar perkerasan; Besar lendutan; CBR; IRI, RCI. o akomodasi dan fasilitas yang disediakan oleh kontrak konsultan. 3 Pinpro/Pinbagpro Fisik (unsur Pemerintah o Sebagai Pemimpin Rapat (Chairman) o Struktur organisasi pelaksanaan konstruksi kontraktor maupun yang disarankan oleh konsultan supervisi. o Tugas kontraktor (Survei dan membuat gambar kerja; Rencana pengadaan personel, peralatan dan bahan; Construction Schedule – Financial Progress Schedule – S Curve; Rencana penyelesaian Vector Diagram setelah Review Design). o Mobilisasi (awal dan akhir) dan masa konstruksi termasuk sanksi dan denda keterlambatan o Mekanisme kerja ketiga unsur proyek (Pinbagpro, Kontraktor dan Pengawas) (seperti: contractor’s request sebelum memulai pekerjaan dan sebelum penerimaan pekerjaan, metode pelaksanaan yang diajukan kontraktor ssaat pelelangan.). o Penyelenggaraan SC-Meeting (terkait dengan keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, ketidak sesuaian antara realisasi pelaksanaan dan rencana pelaksanaan pekerjaan). o Proses pelaksanaan PHO (antara lain: penjelasan kepada masyarakat untuk menghindari adanya tagihan utang yang belum dibayar oleh kontraktor kepada masyarakat -1 bulan sebelum proyek berakhir) , FHO dan serah terima lapangan. o Proses pembayaran (pengusulan dan pembayaran bulanan, pungutan retribusi maupun asuransi.) o Prosedur pembongkaran dan penyerahan barang bekas, misalnya bangunan atas jembatan. o Standar Laporan Harian dan Mingguan. o Proses quality control (sondir pada awal sebelum diulainya pekerjaan pondasi jembatan,.bahan jalan dan bahan jembatan, fasilitas laboratorium yang harus disediakan kontraktor).
  • 43. Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-10 No Posisi Masalah yang dijelaskan - dilakukan o Tidak adanya biaya tambahan test bahan untuk Quality Control (biaya test sudah termasuk dalam harga satuan penawaran masing-masing pekerjaan). o Pendekatan terhadap masyarakat dan Pemerintah Daerah terkait antara rencana kerja antara lain dengan: akses ke lokasi quarry, pembebasan lahan, listrik, telpon, PDAM.. o Masalah umum (seperti: Pemerintah dibebaskan dari tuntutan Pihak Ketiga terhadap kelalaian kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan; barang yang menjadi milik Pemerintah) o Mata pembayaran yang spesifik (seperti: Beton, Pemeliharaan Rutin, Agregat untuk bahu jalan, Pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan rutin, Pelaksanaan pekerjaan pada masa pemeliharaan (warranty period), Penyiapan badan jalan). o Tim Mutual Check selama periode kontrak Pada Tabel 3.7 dijelaskan mengenai posisi dan masalah menjadi bagian dari kontraktor dan konsultan. Tabel 3.7 Posisi Dan Masalah Yang Harus Dijelaskan Oleh Kontraktor Dan Konsultan No Posisi Masalah yang dijelaskan - dilakukan 1 Kontraktor Rencana kerja pada saat mobilisasi yang meliputi : o Mobilisasi peralatan dan personel o Survei lapangan (Drainase; Perkerasan Jalan; Struktur) o Pengembalian kondisi dan pekerjaan minor (setelah survei lapangan selesai), meliputi :Perkerasan jalan; Bahu jalan o Pemeliharaan rutin (setelah SPMK terbitkan). Rencana Kerja dan Review Design : o Pembuatan gambar kerja (didasarkan atas survey standard), o metode (cara) pelaksanaan konstruksi o struktur organisasi ( personel, tugas dan tanggungjawab) o mobilisasi personel o bagian pekerjaan yang akan di-sub-kontrakkan serta calon sub kontraktornya. o Peralatan (Jumlah. jenis dan mobilisasi) o Pengadaan Bahan Jalan dan Jembatan( ijin, bahan konstruksi – Aspal, -Agregat, -Tanah timbunan-, Lokasi dan Jumlah deposit quarry, Kualitas bahan jalan/struktur, dan cara pengujiannya). o Rencana kerja berdasarkan S – Curve 2 Konsultan o Mencatat dan membuat Berita Acara kesepakatan dalam PCM sebagai dokumen proyek o Mempersiapkan formulir dan laporan (Executive Summary; Survei untuk Review Design; Kerangka gambar kerja (Routine Maintenance dan Reinstatement & Betterment / Periodic Maintenance; Perhitungan Volume (Back Up Data) dan Monthly Certificate; Quality Control; Contractor’s Request) o Struktur organisasi konsultan dan tugas personel konsultan o Mobilisasi personel o Rencana kerja Review Design (Waktu dan Personel terlibat
  • 44. Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-11 No Posisi Masalah yang dijelaskan - dilakukan untuk survei lapangan, Ruang lingkup dan Kelengkapan, Alternatif penanganan, Rencana dan gambar kerja) o Foto dokmentasi (lokasi, waktu, frekuensi) 3.2 PERSIAPAN FISIK LAPANGAN 3.2.1 PROJECT QUALITY PLANS Project Quality Plans (PQP) disusun pada saat Pre Construction Meeting, menjelaskan mengenai: -informasi dan organisasi proyek (konsultan dan kontraktor), jadwal pelaksanaan. PQP merupakan alat kontrol bagi Engineer, Engineer’s Representative maupun Kontraktor dalam melakukan pengendalian proses pelaksanaan proyek. Rencana ini mencakup jadual pelaksanaan dan prosedurnya setiap jenis pekerjaan seperti standar, prosedur, daftar inspeksi dan persyaratan uji serta instruksi kerja. Kegiatan yang mininal tercakup dalam instruksi kerja adalah:  Urutan kegiatan pelaksanaan  Prosedur kerja untuk mengawali kegiatan  Pemantauan proses kegiatan  Perawatan / pemeliharaan produk-produk pekerjaan  Jaminan bahwa output suatu proses akan sesuai dengan spesifikasi 3.2.2 MOBILISASI  Mobilisasi Kegiatan mobilisasi meliputi kegiatan persiapan dan mendatangkan: ▪ fasilitas lapangan (base camp) (misalnya: kantor untuk proyek, konsultan, kontraktor; tempat tinggal petugas proyek, bengkel, gudang, dan construction plant) ▪ peralatan berat dan kendaraan yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek ▪ peralatan laboratorium untuk pemeriksaan mutu bahan baku, mutu bahan olahan dan mutu pekerjaan jadi. ▪ personel-personel kontraktor dan konsultan. Jangka waktu Jangka waktu waktu mobilisasi ditentukan dalam Spesifikasi Umum, umumnya waktu yang disediakan dibatasi 60 hari terhitung sejak COW, dan seluruh peralatan laboratorium harus sudah terpasang 45 hari terhitung sejak COW.
  • 45. Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-12  Alat Berat dan Peralatan Laboratorium Komposisi Peralatan Pinpro/Pinbagpro harus memeriksa kecukupan dan komposisi armada (fleet) alat-alat berat yang dimobilisasi oleh kontraktor ke lapangan; seperti: kapasitas, jenis dan jumlahnya sesuai kebutuhan,serta kondisi setempat. Ijin Pemasukan ▪ Ijin pemasukan alat berat dan peralatan laboratorium ke lokasi proyek dikeluarkan oleh Pinpro/Pinbagpro ▪ Apabila alat berat dan peralatan laboratorium belum diproduksi atau harus import dari luar negeri, rekomendasi dari Pinpro/Pinbagpro perlu diajukan oleh kontraktor sebelum memproses sesuai presedur dan ketentuan yang berlaku. Kondisi Akses Jalan Akses (jalan, jembatan, dermaga) untuk mendatangkan alat berat ke lokasi pekerjaan harus diteliti terlebih dahulu oleh kontraktor guna memperhitungkan kemampuan akses tersebut. Jika ternyata tidak mampu, kontraktor melalui koordinasi dengan pihak berwenang, perlu melakukan perbaikan atau perkuatan konstruksi, biaya yang dibutuhkan harus sudah diperhitungkan kontraktor pada saat mengajukan penawaran. Ijin menggunakan jalan / jembatan Ijin dibutuhkan antara lain untuk menghindarkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kerusakan jalan atau ambruknya jembatan karena angkutan alat berat yang lewat melebihi batas muatan. Ijin penggunaan ditujukan kepada Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku. Ijin operasi peralatan / kendaraan Ijin diperoleh dari pihak kepolisian sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.  Quarry Pemeriksaan Jika di sekitar proyek tidak terdapat material yang memenuhi syarat, perlu dipilih lokasi dari deposit quarry di tempat lain. Material harus memenuhi persyaratan mutu bahan baku, dan untuk menjamin mutu konsultan harus melakukan pengujian mutu bahan baku di laboratorium, serta perkiraan volume deposit quarry yang tersedia. Kontraktor wajib membayar retribusi akibat penggunaan quarry tersebut.
  • 46. Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-13 Ijin menggunakan Quarry Permohonan ijin menggunakan quarry (borrow area) diajukan kepada Pemerintah setempat oleh kontraktor, sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku setempat.  Bahan-bahan Bahan yang akan didatangkan pihak kontraktor dari luar proyek misalnya aspal, semen, besi beton, harus memperoleh persetujuan Pinpro/Pinbagpro. Persetujuan penggunaan didasarkan atas hasil pengujian di laboratorium terhadap bahan tersebut dilakukan oleh Konsultan atas perintah Pinpro/Pinbagpro.  Mobilisasi Personel Mobilisasi personel dilakukan bertahap sesuai kebutuhan, untuk tenaga inti kontraktor, Pinpro/Pinbagpro perlu mengacu pada daftar yang diajukan kontraktor pada saat memasukkan penawaran. 3.2.3 REVIEW DESIGN Review Design merupakan upaya untuk menyesuaikan produk original design (jalan dan ataupun jembatan) akibat pelaksanaan konstruksi tidak dimulai tepat waktu sesuai rencana. Prinsip dasar perencanaan teknis jalan (dan jembatan) adalah menyediakan prasarana jalan yang dapat dilalui arus lalu lintas sesuai umur rencana, pada suatu tingkat pelayanan dan MST (Muatan Sumbu Terberat) tertentu. Prinsip dasar sebagai acuan penyiapan original design sebagai berikut : Umur rencana jalan (awal dan akhir); Kapasitas jalan (lebar jalur, jumlah lajur, lebar bahu jalan, lebar median jika ada); berdasarkan Level of Service minimal yang ditentukan; Kelas jembatan (kelas A, B, C); Struktur perkerasan jalan sesusi MST yang dipilih (8 ton atau 10 ton); Dokumen Tender / Kontrak yang mencantumkan volume pekerjaan berdasarkan pay item masing-masing pekerjaan. Potensi timbulnya masalah sebagai akibat dari tertundanya pelaksanaan konstruksi membutuhkan koreksi antara lain karena :  Kondisi perkerasan eksisting sudah mulai rusak tidak sama dengan kondisi perkerasan awal sebagai dasar pertimbangan untuk menetapkan struktur perkerasan dalam original design.  Perubahan kondisi berakibat adanya pekerjaan tambahan (patching, levelling, atau kaji ulang desain lapis perkerasan).  Kondisi bangunan pelengkap jalan sudah tidak sesuai (lebih rusak, lebih buruk)
  • 47. Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-14 Perubahan tersebut perlu direspons dengan melakukan review design agar umur rencana tetap tercapai sesuai rancangan awal. Rancangan ini berakibat bill of quantity berubah dibanding dengan original design. Review Design dilakukan melalui prosedur administratif dan prosedur teknis. Prosedur administratif dilaksanakan sesuai ketentuan umum, sedang prosedur teknis meliputi kegiatan: -pengumpulan data original desain; Survei lapangan (dalam koridor waktu mobilisasi).  Pengumpulan Data Dari Original Design Pada prinsipnya pengumpulan data dapat diambil dari dokumen kontrak koordinasi dengan unsur Perencana. Data yang perlu dikumpulkan adalah sebagai berikut : Data Teknis: LHR, CBR dan lendutan dari original design, existing pavement dan rencana struktur pavement (Jenis, tebal dan lokasi per lapis perkerasan), typical cross section (lebar, jenis, tebal perkerasan, CBR). Data Biaya: biaya kontrak, kuantitas dan harga satuan menurut pay item.  Survei Lapangan. Data dikumpulkan pada masa mobilisasi, informasi yang dibutuhkan dilakukan dengan menggunakan standard Inventory RDS (Road Design Standard) Guide Lines yang disederhanakan dan survei rancangan, profil jalan, jembatan, drainage. (lihat lampiran). Pengumpulan data meliputi: geometrik jalan lengkap termasuk srana drainasi, struktur perkerasan jalan termasuk kerusakan dan jenisnya seperti lendutan dan kekasaran permukaan, dan perubahan jenis dan volume pekerjaan. Setiap komponen data harus dilengkapi dengan data perhitungan volume (form DL.31-M). Evaluasi Perubahan Volume Pekerjaan terjadi dari pekerjaan major menjadi minor atau sebaliknya.  Hasil Perhitungan Review Design Secara ringkas hasil yang diperoleh dari Review Design adalah sebagai berikut: Tabel 3.8. Ringkasan Kegiatan Review Design Program RDS ▪ Traffic Analysis – RDS ESA (Road Design Standard – Equivalnt Single Axle Load) ▪ Sorting Data – RDS SORT ▪ Graffic Unique Section ▪ Pavement Dimension Grafik Tebal Perkerasan ▪ Menurut Original Design
  • 48. Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-15 ▪ Menurut Review Design ▪ Alternatif Pelaksanaan Tipikal Potongan Melintang ▪ Per segmen yang berbeda struktur maupun tebal perkerasannya Rekapitulasi Volume dan Biaya ▪ Tabel volume dan biaya per item pekerjaan. 3.3 PROSES PEMBAYARAN 3.3.1 UANG MUKA (ADVANCE PAYMENT) Besarnya Uang Muka (Advance Payment) yang dibayarkan kepada kontraktor biasanya sebesar 20% dari nilai kontrak. Uang muka tersebut baru dapat dibayarkan apabila : ▪ Kontraktor telah menyerahkan jaminan uang muka (Bank Garansi), nilainya minimal sama dengan jumlah uang muka yang diterbitkan oleh Bank Pemerintah atau Lembaga Keuangan lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. ▪ Kontraktor mengajukan permohonan pengambilan uang muka secara tertulis kepada Pinpro/Pinbagpro dilengkapi rencana penggunaannya. Pembayaran kembali uang muka (Advance Payment Repayment) diperhitungkan secara berangsur sesuai tahap pembayaran prestasi pekerjaan. Pembayaran dilakukan dengan pemotongan sebesar 20% dan 25 % masing masing untuk jenis kontrak dengan dana APBN (setelah pekerjaan 100%) dan dana Pinjaman Luar Negeri (setelah pekerjaan mencapai 80%). 3.3.2 BUKU HARIAN DAN LAPORAN Dalam proses pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, dibuat Buku Harian, Laporan (Mingguan, Bulanan, Triwulanan dan Akhir). Sehingga seluruh peristiwa dan kejadian penting yang terjadi di lapangan tercatat dan dijadikan sebagai masukan bagi pengendali dalam pengambilan keputusan dan tindak turun tangan. a. Buku Harian Kontraktor wajib membuat dan menyimpan buku harian. Materi yang perlu dicatat dalam buku harian adalah: bahan (kualitas dan kuantitas); tenaga kerja (penempatan dan jenis ketrampilan), peralatan (jenis dan kuantitas), kemajuan pekerjaan (jenis dan uraian), kondisi cuaca. Perlu pula dicatat perubahan gambar kerja dan kelambatan yang terjadi.
  • 49. Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-16 Buku Harian dibuat dalam rangkap 4 (empat), ditandatangani oleh Pihak Kontraktor, diperiksa dan disetujui oleh petugas lapangan dari Engineer’s Representative, dan diketahui oleh petugas lapangan dari Engineer (yang mewakili Pinpro/Pinbagpro). Laporan didistribusikan kepada Pinbagpro, Pinpro, Engineer’s Representative (konsultan), dan kontraktor. b. Laporan Mingguan Laporan merupakan resume dari seluruh materi Laporan Harian selama 1 minggu, disiapkan oleh kontraktor dan dibuat dalam rangkap 4, dengan penanggung jawab dan pola distribusi laporan sama seperti Buku Harian. c. Laporan Bulanan Laporan Bulanan merupakan rangkuman dari Laporan Mingguan selama 1 bulan, disiapkan oleh kontraktor, penanggung jawab dan distribusinya sama dengan Buku Harian. Isinya merupakan masukan bagi konsultan dalam menyiapkan laporannya (Laporan Bulanan Konsultan Supervisi). Laporan memuat laporan kegiatan fisik (monthly certificate, realisasi progres S-curve), dan laporan pengawasan teknis (qualiti assurance dan quality control). d. Laporan Triwulan Laporan Triwulanan dibuat oleh konsultan pengawas terhadap pelaksanaan pekerjaan fisik yang dilakukan oleh kontraktor. Laporan memuat progres termasuk berbagai kekurangan pelaksanaan proyek yang terjadi selama 3 bulan, menyangkut aspek teknis maupun administratif. Laporan ini menjadi masukan manajemen bagi Pinpro/ Pinbagpro untuk mengambil langkah-langkah preventif bagi kemungkinan kegagalan pelaksanaan proyek baik dari sisi teknis maupun administratif. e. Laporan Akhir Laporan Akhir disiapkan baik oleh kontraktor maupun konsultan pengawas, adalah laporan lengkap yang menggambarkan resume seluruh rangkaian pelaksanaan proyek. Laporan menyajikan kronologis (lengkap) pelaksanaan proyek, program masa pemeliharaan (Warranty Period) seperti program pemeliharaan dan identifikasi lokasi rawan longsor, dan Dokumen Serah Terima Sementara (termasuk berita acara serah terima). Laporan proses pelaksanaan proyek juga memuat status review design dan change order serta addendum kontrak yang dibuat selama masa pelaksanaan proyek. Ada 2 cara yang bisa ditempuh dalam menyiapkan laporan akhir proyek, yaitu dibuat sendiri-sendiri dengan sudut pandang yang berbeda antara kontraktor dan konsultan atau
  • 50. Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-17 dibuat bersama oleh kontraktor dan konsultan (ditandatangani oleh kontraktor dan konsultan). Cara yang kedua relatif lebih sulit melaksanakannya akibat perbedaan sudut pandang antara kontraktor dan konsultan, namun isi laporan akhir akan lebih lengkap dan akurat analisisnya. 3.3.3 PEMBAYARAN PESTASI PEKERJAAN Pembayaran prestasi pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor pada umumnya dilakukan dengan dua cara, yaitu: (a) Sistem sertifikat bulanan (monthly certificate), dan (b) Sistem termijn. Kedua sistem tersebut dapat dipilih sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam dokumen kontrak.  Pembayaran dengan sistem Monthly Certificate (MC) Pada setiap tanggal 25, kontraktor membuat sertifikat bulanan diajukan kepada Pinpro/Pinbagpro. Dalam waktu 7 (tujuh) hari harus sudah mendapat, dalam arti disetujui, diperbaiki, atau ditolak. Apabila telah disetujui, Pinpro / Pinbagpro harus mengajukan SPP (Surat Permintaan Pembayaran) kepada instansi yang berwenang dan mengupayakan agar dapat disetujui sebelum tanggal 10 bulan berikutnya. MC mencakup rincian : ▪ Komulatif % kemajuan atau prestasi fisik pekerjaan, ekivalen dengan komulatif jumlah biaya per Divisi Pekerjaan pada bulan yang bersangkutan. ▪ Gross Monthly Certificate, ( biaya total works complete + biaya material on site) ▪ Biaya-biaya deductions (pengurangan) terdiri dari : (Retention Money , Advance Payment Repayment (terhitung sejak MC No. 3)) ▪ Previous Monthly Certificate ▪ Net Monthly Certificate (= Gross MC - Total Deductions) ▪ Value Added Tax (Net MC; Advance Payment -jika belum dibayarkan) ▪ Total Payment untuk bulan yang bersangkutan (= Net MC - Value Added Taxes) ▪ Komposisi pembayaran : (Foreign Cost Component; Local Cost Component)  Pembayaran dengan sistem Termyn Setelah prestasi pekerjaan mencapai nilai prosentase tertentu sesuai dengan yang telah dipersyaratkan di dalam dokumen kontrak, kontraktor diperbolehkan mengajukan tagihan pembayaran secara tertulis kepada Pinpro/Pinbagpro disertai dengan lampiran daftar rincian volume pekerjaan yang telah diselesaikan beserta harga
  • 51. Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-18 satuan dan jumlahnya. Atas permintaan Pinpro/Pinbagpro, konsultan melaksanakan penelitian dan pengecekan lapangan atas kebenaran laporan hasil pekerjaan yang diajukan oleh kontraktor. Hasilnya dituangkan ke dalam Berita Acara Kemajuan Fisik dan Berita Acara Pembayaran ditandatangani oleh kontraktor, konsultan dan Pinpro/ Pibagpro. Selambat-lambatnya 10 hari terhitung sejak pengajuan tagihan oleh kontraktor, Pinpro/Pinbagpro harus sudah mengajukan SPP kepada instansi yang berwenang. 3.4 PEKERJAAN TAMBAH / KURANG 3.4.1 PEKERJAAN TAMBAH KURANG Pekerjaan tambah atau kurang adalah suatu perubahan volume pekerjaan terjadi sebagai akibat kondisi lapangan yang tidak dapat dielakkan dalam rangka penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan. Pengertian pekerjaan tambah / kurang dibedakan dalam 2 jenis yaitu:  Kenaikan atau penurunan volume pekerjaan pada item tertentu yang sudah ada harga satuannya di dalam kontrak.  Variation Order atau Change Order yang belum ada kesepakatan harga satuannya di dalam kontrak. Sesuai dokumen kontrak, Pinpro/Pinbagpro mempunyai kewenangan untuk melaksanakan perubahan pekerjaan di lapangan antara lain :  Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum di dalam kontrak.  Menghapus atau mengadakan jenis pekerjaan baru.  Mengubah spesifikasi pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan.  Mengubah ketinggian, kedudukan dan ukuran dari bagian-bagian pekerjaan.  Melaksanakan pekerjaan tambah yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan. Perubahan bisa diusulkan baik oleh Pinpro/Pinbagpro maupun Kontraktor dan ditindaklanjuti dengan negosiasi atas dasar kewajaran harga. Untuk menghindari terjadinya dispute di kemudian hari, segala perubahan (pekerjaan tambah / kurang) agar:  Dibuat tertulis dan ditandatangani oleh Pinpro/Pinbagpro, Konsultan Supervisi dan Kontraktor.  Segala perubahan harus dituangkan di dalam Addendum Kontrak.
  • 52. Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-19 3.4.2 PERPANJANGAN WAKTU PELAKSANAAN Perpanjangan waktu diberlakukan apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat hal-hal yang dinilai layak dijadikan penyebab perlunya perpanjangan waktu pelaksanaan. Pada kasus tersebut, tugas Pinpro/Pinbagpro untuk mempelajari permasalahannya dan memperhitungkan jumlah hari yang layak disepakati untuk perpanjangan waktu pelaksanaan. Penetapan perpanjangan waktu pelaksanaan tidak boleh menunggu sampai PHO (Provisional Hand Over). Adapun yang dimaksud dengan hal-hal yang dinilai layak untuk pengusulan perpanjangan waktu pelaksanaan adalah sebagai berikut :  Pekerjaan tambah.  Perubahan design  Bencana alam yang dinyatakan oleh Gubernur.  Keterlambatan pekerjaan yang disebabkan oleh Pihak Pinpro/Pinbagpro (misalnya pengiriman bangunan atas jembatan, pembebasan tanah dan sebagainya).  Masalah yang timbul di luar kewenangan kontraktor.  Force majeur ( antara lain : huru-hara, perang, bencana alam) Keterlambatan pekerjaan karena alasan cuaca (hujan) hanya dapat dibenarkan apabila didukung dengan data curah hujan (sangat besar) pada saat pelaksanaan kontrak. a. Prosedur permintaan perpanjangan waktu kontrak Perpanjangan waktu diusulkan secara tertulis ditujukan kepada Pinpro/Pinbagpro dengan menjelaskan alasan-alasannya dan disertai data pendukung. Usulan tersebut diteliti dan dievaluasi oleh Pinpro/Pinbagpro. Hasil evaluasi (berupa persetujuan atau penolakan) segera disampaikan kepada kontraktor secara tertulis. Bila Pinpro/Pinbagpro dapat menyetujui usulan yang diajukan, maka proses adendum kontrak harus segera dilakukan. Proses adendum kontrak karena perpanjangan waktu tersebut harus diikuti dengan perpanjangan waktu semua jaminan (jaminan pelaksanaan, jaminan uang muka, jaminan pemeliharaan) b. Revisi jadual pelaksanaan Sebagai konsekwensi dari persetujuan perpanjangan waktu pelaksanaan, Financial Progress Schedule - S Curve juga perlu direvisi. Revisi jadual pelaksanaan disiapkan tidak lebih dari 1 (satu) minggu sejak persetujuan perpanjangan waktu diterbitkan. Revisi S Curve harus dibuat sejajar dengan original S Curve (sesuai kontrak), dimulai dari titik rencana pencapaian perpanjangan progress awal akibat dari persetujuan perpanjangan waktu. Posisi titik rencana progress ini lebih tinggi dari actual progress
  • 53. Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-20 kontraktor, dengan demikian kontraktor harus melakukan upaya khusus untuk mencapai progress yang dikehendaki dalam revisi jadual pelaksanaan. 3.4.3 Denda (Liquidated Damage) Denda adalah bentuk sanksi yang dikenakan kepada Pihak Kontraktor karena keterlambatan penyelesaian pelaksanaan pekerjaan. Ketentuan besarnya denda tergantung pada klausul yang tercantum di dalam Syarat-syarat Kontrak. Sejak waktu pelaksanaan kontrak dilampaui, denda sudah harus diperhitungkan dan dibayar ke Kas Negara pada setiap terjadi transaksi pembayaran. Jika sumber pembiayaan proyek berasal dari APBN Rupiah Murni, maka Pinpro/Pinbagpro akan memotong langsung dari tiap tagihan pembayaran yang diajukan oleh kontraktor. Sedangkan apabila sumber dananya berasal dari Dana Pinjaman Luar Negeri maka kontraktor harus terlebih dahulu menyetor pembayaran denda melalui Kas Negara sebelum aplikasi tagihan pembayaran dari kontraktor diajukan kepada Badan pemberi Pinjaman. 3.4.4 Eskalasi / De-Eskalasi Harga Rumus yang digunakan untuk menghitung eskalasi harga adalah sebagai berikut : di mana, E = Nilai eskalasi harga atau de-eskalasi harga (price adjustment) Q = Kuantitas pekerjaan pada item pekerjaan yang mendapatkan eskalasi UPo = Harga Satuan Kontrak Asal (Original Unit Price Contract) K = Faktor Eskalasi Harga O = Koefisien atau faktor yang tidak disesuaikan (merupakan fixed factor untuk biaya kantor; misalnya : O = 10%, 15% atau 20% tergantung pertimbangan yang diambil pada waktu menyusun dokumen lelang). l, m, f, e, dan t : komponen cost factor masing-masing untuk labour (l), material (m), fuel (f), equipment (e) dan transportation (t), nilainya ditetapkan oleh Employer untuk masing-masing item pekerjaan, dicantumkan di dalam Syarat-syarat Kontrak. Sebagai cross check, perlu diketahui bahwa O + l + E = Q x Upo x (K-1) K = O + l x (Ln/Lo) + m x (Mn/Mo) + f x (Fn/Fo) + e x (En/Eo) + t x (Tn/To) + …
  • 54. Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-21 m + f + e + t = 1,00 (jika tidak ada komponen cost factor selain l, m, f, e, dan t) Catatan : Contoh yang pernah ada, O = 15%, t = tidak diperhitungkan, sehingga l + m + f + e = 100% -15% = 85%. Lo, Mo, Fo, Eo, To: angka index dasar (zero index) untuk Labour, Material, Fuel, Equipment dan Transport yang berlaku pada 30 hari sebelum pembukaan penawaran (bid opening), diambil dari data resmi yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik (bisa Pusat bisa Daerah, tergantung data mana yang dapat diperoleh) Ln, Mn, Fn, En, Tn: angka index harga untuk Labour, Material, Fuel, Equipment dan Transport yang berlaku pada suatu bulan selama construction period, data pendukung diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik (Pusat atau Daerah) pada bulan yang bersangkutan. Jika data yang tersedia di Biro Pusat Statistik tidak lengkap perlu dibuat interpolasi dengan memperhitungkan trend perkembangan angka index yang bersangkutan. Jika didalam dokumen kontrak terdapat klausul mengenai eskalasi (de-eskalasi), maka Engineer, Engineer's Representative atau kontraktor perlu memberikan perhatian terhadap masalah berikut ini:  Pembayaran kontrak akibat eskalasi harga hanya dapat dilakukan untuk item pekerjaan yang dicantumkan di dalam Syarat-Syarat Khusus Kontrak.  Perhitungan kuantitas item pekerjaan yang dibayar dengan eskalasi : ▪ Kuantitas yang dibayar eskalasinya diperoleh dari selisih kumulatif kuantitas tahun ke (i) yang dipilih dengan kumulatif kuantitas tahun ke (i-1) yang dipilih. ▪ Jika kemajuan pelaksanaan terlambat, maka kumulatif kuantitas yang dipilih adalah kumulatif kuantitas rencana. ▪ Jika kemajuan pelaksanaan ahead schedule, maka kumulatif kuantitas yang dipilih adalah kumulatif kuantitas actual.  Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mempercepat pembayaran eskalasi : ▪ Perhitungan faktor eskalasi per bulan dibuat dengan menggunakan trend line perubahan Ln, Mn, Fn, En, Tn (regressi linear), diperhitungkan berdasarkan data yang tersedia di Biro Pusat Statistik. ▪ Hasil perhitungan tersebut diajukan kepada instansi yang berwenang untuk mendapatkan persetujuan.
  • 55. Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-22 ▪ Berdasarkan persetujuan tersebut, tiap bulan dapat dibayarkan 70% dari perhitungan di atas. ▪ Setelah angka index diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik, perhitungan secara bertahap dapat disesuaikan dan pembayaran dapat dilakukan secara final setelah dipersiapkan Adendum Kontrak yang diperlukan.  Jika nilai kontrak disusun berdasarkan Harga Satuan berupa Rupiah saja, maka angka index untuk Lo, Mo, Fo, Eo, To dan Ln, Mn, Fn, En, Tn dapat didasarkan atas data yang secara resmi diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik. Jika nilai kontrak disusun berdasarkan Harga Satuan berupa Rupiah Currency + Foreign Currency, maka angka index untuk Lo, Mo, Fo, Eo, To dan Ln, Mn, Fn, En, Tn juga dapat didasarkan atas data yang secara resmi diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik, namun untuk porsi Harga Satuan Foreign Currency terlebih dahulu diekivalenkan ke dalam Rupiah dengan kurs pada saat 30 hari sebelum bid opening. Dengan demikian akan diperoleh Harga Satuan dalam Rupiah yang terdiri dari ex Rupiah Currency dan ex Foreign Currency yang dirupiahkan. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung eskalasi harga bagian mata uang asing menjadi sebagai berikut : di mana, Upo = Nilai Harga Satuan Kontrak Semula UPn = Nilai Harga Satuan Kontrak Tereskalasi Eo = Kurs pada saat 30 hari sebelum pembukaan penawaran Et = Kurs pada saat bulan perhitungan eskalasi untuk mata uang asing. 3.5 PENYELESAIAN PERSELISIHAN KONTRAK Jika ternyata kontraktor tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, pengamanan dan penyelamatan proyek diambil oleh Pinpro/Pinbagpro guna menyelesaikan permasalahan tersebut. Beberapa cara yang dapat diambil adalah sebagai berikut :  Penghentian kontrak (Determination)  Pemutusan kontrak (Termination) E = (UPn - UPo x Eo)/Et UPn = UPo x Eo x K E = (UPo x Eo x K/Et) - (UPo x Eo/Et) = UPo x (K-1) x Eo / Et
  • 56. Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-23  Three Parties Agreement (Kesepakatan Tiga Pihak)  Penundaan Pekerjaan (Suspension)  Arbitrase  Rescheduling  Force Mayour  Claim  Penghentian Kontrak (Determination) Penghentian kontrak adalah pengakhiran kontrak lebih awal dari jadwal yang telah ditetapkan atas prakarsa pemilik karena telah terjadi hal-hal di luar kemampuan kedua belah pihak misalnya : terjadi peperangan; pemberontakan atau perang saudara; keributan, kekacauan, huru-hara yang menimpa wilayah proyek dan sekitarnya, dan atau bencana alam. Sebagai konsekwensi penghentian kontrak, Employer berkewajiban membayar kepda kontraktor biaya-biaya yang dikeluarkan oleh kontraktor sesuai dengan dokumen kontrak.  Pemutusan Kontrak (Termination) Pemutusan kontrak adalah pengakhiran kontrak lebih awal dari jadwal yang telah ditetapkan atas prakarsa pemilik karena kelalaian kontraktor. Pemutusan kontrak ini memberikan sanksi kepada kontraktor yang bersangkutan, biasanya mencakup hal- hal sebagai berikut : a. Jaminan pelaksanaan dicairkan, disetor ke Kas Negara b. Sisa jaminan uang muka dicairkan sekaligus, disetor ke Kas Negara. c. Kepada kontraktor yang diputus kontraknya dikenakan sanksi tambahan berupa pengenaan daftar hitam (tidak diundang lelang, tidak ditunjuk sebagai pemenang lelang, tidak diberi pekerjaan dengan pemilian langsung) untuk jangka waktu tertentu, untuk propinsi tertentu, untuk beberapa propinsi tertentu atau bahkan untuk skala wilayah nasional. Pengenaan denda yang diatur sebagai berikut: a. Apabila kontrak diputus sebelum construction period berakhir maka kontraktor tidak dikenakan denda apapun; b. Apabila kontrak diputus setelah construction period berakhir namun belum mencapai waktu untuk denda maksimum, maka denda hanya dikenakan sampai waktu pemutusan kontrak; c. Apabila kontrak diputus setelah masa pengenaan denda maksimum maka kepada kontraktor dikenakan denda maksimum.
  • 57. Modul SIR-02 : Manajemen Bab III : Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-24  Kesepakatan Tiga Pihak (Three Parties Agreement) Kesepakatan Tiga Pihak adalah penyelesaian kontrak dengan melibatkan kontraktor lain sebagai penerus pelaksanaan pekerjaan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Kontraktor pertama masih tetap harus bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan sesuai dengan ketentuan kontrak. b. Kontraktor pengganti melaksanakan sisa pekerjaan yang belum diselesaikan oleh kontraktor pertama. Penunjukan kontraktor pengganti ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang berdasarkan usul yang diajukan oleh Pinpro/Pinbagpro setelah mempertimbangkan kemampuannya. Permasalahan yang biasanya muncul adalah adanya perbedaan Harga Satuan milik kontraktor lama dengan kontraktor pengganti. Selisih harga tersebut menjadi tanggungan kontraktor pertama, dan sebelumnya harus dibuat kesepakatan tentang hal ini antara kontraktor pertama dan kontraktor pengganti. Pelaksanaan pembayaran prestasi kerja langsung diberikan kepada kontraktor pengganti yang diatur di dalam Addendum Kontrak yang ditandatangani oleh tiga pihak (Pinpro/Pinbagpro, Kontraktor Pertama dan Kontraktor Pengganti).  Penundaan Pekerjaan (Suspension) Berdasarkan pertimbangan khusus, Pinpro/Pinbagpro dapat menggunakan kewenangannya memerintahkan kontraktor untuk menunda pelaksanaan pekerjaan atau bagian pekerjaan yang dilakukannya. Engineer's Representative dalam hal ini harus membantu Pinpro/Pinbagpro dengan memberikan pedoman dan perintah kepada kontraktor dalam melindungi / menjaga pekerjaan selama masa penundaan. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh kontraktor selama masa penundaan menjadi tanggung jawab Engineer, kecuali dalam penundaan tersebut : a. Dinyatakan lain dalam dokmen kontrak. b. Penundaan terpaksa harus dilakukan akibat cuaca buruk yang dapat mempengaruhi keselamatan dan kualitas pekerjaan c. Kesalahan kontraktor. Untuk mendapatkan pengembalian pembayaran selama masa penundaan, konraktor harus memberitahukan hal ini secara tertulis kepada Engineer's Representative paling lambat 28 hari setelah perintah Engineer's Representative dikeluarkan, dan Engineer berkewajiban menyelesaikan pembayarannya sesuai dengan rekomendasi yang diberikan oleh Engineer's Representative.