SlideShare a Scribd company logo
1 of 61
Download to read offline
SIR – 07 = PEKERJAAN TANAH
PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN
PEKERJAAN JALAN
(SITE INSPECTOR OF ROADS)
2007
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) i
KATA PENGANTAR
Modul ini berisi bahasan tentang pelaksanaan pekerjaan tanah dalam pekerjaan
konstruksi jalan. Pengetahuan ini sangat bermanfaat dalam menunjang tugas-
tugas inspektur jalan dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan pekerjaan
jalan.
Inspeksi pekerjaan jalan dalam rangka pengawasan pekerjaan jalan dimaksudkan
agar hasil pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ketentuan spesifikasi dan
dokumen kontrak lainnya.
Pengawasan pelaksanaan pekerjaan tanah mencakup pengawasan terhadap
pekerjaan persiapan, pembersihan lapangan, timbunan, galian, dan penyiapan
badan jalan termasuk pengetahuan mengenai jenis dan sifat tanah, pemilihana
peralatan serta cara pemadatan.
Modul ini disusun berdasarkan dokumen pelaksanaan pekerjaan jalan yang
secara umum digunakan oleh penyelenggara jalan.
Diharapkan modul ini bermanfaat bagi para pembaca terutama dalam
meningkatkan kemampuan pengawasan pekerjaan jalan.
Jakarta, Desember 2005
Penyusun
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) ii
LEMBAR TUJUAN
JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan
Jalan (Site Inspector of Roads)
MODEL PELATIHAN : Lokakarya terstruktur
TUJUAN UMUM PELATIHAN :
Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu melaksanakan pengawasan dan
pelaporan pekerjaan konstruksi jalan untuk memastikan kesesuaian dengan
rencana, metode kerja dan dokumen kontrak.
TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :
Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu:
1. Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Melaksanakan Manajemen
3. Mengenal Bahan Jalan
4. Membuat Gambar Teknik
5. Mengenal Alat Berat
6. Melaksanakan Pengukuran dan pematokan
7. Melaksanakan Pekerjaan Tanah
8. Melaksanakan Pekerjaan Drainase
9. Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Jalan
10. Melaksanakan Pekerjaan Beton
11. Melaksanakan Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan
12. Melaksanakan Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas
13. Melaksanakan Metode Kerja
14. Menyusun Pelaporan
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) iii
NOMOR : SIR-07
JUDUL MODUL : PEKERJAAN TANAH
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu memeriksa hasil pelaksanaan
pekerjaan tanah konstruksi jalan dan memastikan kesesuaian dengan gambar
rencana dan gambar kerja.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Pada akhir pelatihan peserta mampu :
1. Memeriksa hasil pelaksanaan pekerjaan tanah dasar
2. Memeriksa hasil pelaksanaan pekerjaan galian.
3. Memeriksa hasil pelaksanaan pekerjaan timbunan.
4. Memahami jenis peralatan untuk pekerjaan tanah
.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
LEMBAR TUJUAN .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN
MODUL PELATIHAN INSPEKTOR
LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (Site
Inspector of Road) ............................................................................ vi
DAFTAR MODUL ...................................................................................... vii
PANDUAN PEMBELAJARAN .................................................................. viii
BAB I PEKERJAAN TANAH DASAR .................................................. I-1
1.1. LAPISAN TANAH DASAR
(SUBGRADE) .................................................................... I-1
1.2. JENIS DAN SIFAT TANAH................................................ I-2
1.2.1 Urugan .................................................................. I-2
1.2.2 Urugan Biasa ........................................................ I-2
1.2.3 Urugan Pilihan....................................................... I-3
BAB II PEKERJAAN TANAH................................................................ II-1
2.1. PEMBERSIHAN DAN
PEMBONGKARAN (CLEARING
AND GRUBBING).............................................................. II-1
2.1.1 Pembersihan Ringan............................................. II-1
2.2. GALIAN ............................................................................. II-4
2.3. TIMBUNAN........................................................................ II-5
2.4. PENYIAPAN TANAH DASAR
(SUBGRADE PREPARATION).......................................... II-6
BAB III PELAKSANAAN DAN PERALATAN ........................................ III-1
3.1 GALIAN ............................................................................. III-1
3.2 URUGAN ........................................................................... III-3
3.3 PENYIAPAN BADAN JALAN ............................................. III-5
3.4 PERALATAN ..................................................................... III-6
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) v
3.4.1 Peralatan Untuk Pekerjaan Timbunan................... III-7
3.4.2 Peralatan Untuk Pekerjaan Galian ........................ III-7
3.4.3 Bulldozer ............................................................... III-7
3.4.4 Wheel Loader........................................................ III-11
3.4.5 Excavator .............................................................. III-14
3.4.6 Dump Truck........................................................... III-17
3.4.7 Motor Grader......................................................... III-19
3.4.8 Three Wheel Roller, Vibratory Roller ..................... III-21
3.4.9 Water Tank Truck.................................................. III-24
3.4.10 Pemilihan Alat Berat.............................................. III-26
3.4.11 Konversi Volume Tanah ........................................ III-27
3.4.12 Job Efficiency ........................................................ III-28
3.4.13 Pendekatan Kondisi Kerja ..................................... III-28
3.4.14 Waktu Penyelesaian Pekerjaan............................. III-29
3.4.15 Pendekatan Produksi Alat ..................................... III-29
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) vi
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL
PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN
JALAN (Site Inspector of Road)
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Inspektor Lapangan
Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road) dibakukan dalam Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah
ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Inspektor Lapangan
Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road) unit-unit tersebut menjadi
Tujuan Khusus Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing
Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang
menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari
setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan
kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan
kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka
berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun
seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang
harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Inspektor Lapangan
Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road).
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) vii
DAFTAR MODUL
Jabatan Kerja : Site Inspector of Roads (SIR)
Nomor
Modul
Kode Judul Modul
1 SIR – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2 SIR – 02 Manajemen
3 SIR – 03 Bahan Jalan
4 SIR – 04 Gambar Teknik
5 SIR – 05 Alat Berat
6 SIR – 06 Pengukuran dan Pematokan
7 SIR – 07 Pekerjaan Tanah
8 SIR – 08 Pekerjaan Drainase
9 SIR – 09 Pekerjaan Perkerasan Jalan
10 SIR – 10 Pekerjaan Beton
11 SIR – 11 Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan
12 SIR – 12 Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas
13 SIR – 13 Metode Kerja
14 SIR – 14 Teknik Pelaporan
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) viii
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
NAMA PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan
(Site Inspector of Roads )
KODE MODUL : SIR-07
JUDUL MODUL : PEKERJAAN TANAH
DESKRIPSI : Modul ini membahas pengetahuan pelaksanaan
pekerjaan tanah dasar, pekerjaan galian,
pekerjaan timbunan, jenis peralatan untuk
pekerjaan tanah dalam pelatihan Inspektur
Lapangan Pekerjaan Jalan.
TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya.
WAKTU PEMBELAJARAN : 2 (Dua) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) ix
B. RENCANA PEMBELAJARAN
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
1. Ceramah : Pembukaan
Menjelaskan dan menguraikan
tentang :
 Tujuan instruksional umum(TIU)
dan Tujuan instruksional khusus
(TIK)
Waktu : 5 menit
Mengikuti penjelasan TIU dan
TIK dengan tekun dan aktif
Mengajukan pertanyaan
apabila kurang jelas.
OHT
2. Ceramah : Bab I Pekerjaan Tanah
Dasar
Menjelaskan dan menguraikan
tentang:
 Lapisan tanah dasar (subgrade)
 Jenis dan sifat tanah
Waktu : 15 menit
Mengikuti penjelasan instruktur
dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu
Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
3. Ceramah : Bab II Pekerjaan Tanah
Menjelaskan dan menguraikan
tentang :
 Pembersihan dan pembongkaran
(clearing and grubbing)
 Galian
 Timbunan
 Penyiapan tanah dasar
(subgrade preparation)
Waktu : 40 menit
Mengikuti penjelasan instruktur
dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu
Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
4. Ceramah : Bab III Pelaksanaan
dan Peralatan
Menjelaskan dan menguraikan
tentang:
 Galian
 Urugan
 Penyiapan badan jalan
 Peralatan
Waktu : 30 menit
Mengikuti penjelasan instruktur
dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu
Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Pekerjaan Tanah Dasar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-1
BAB I
PEKERJAAN TANAH DASAR
1.1 LAPISAN TANAH DASAR (SUBGRADE)
Perkerasan jalan lentur (hotmix) berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan
menyebarkannya ke lapisan di bawahnya.
Di dalam pelaksanaannya, perkerasan jalan lentur (hotmix) secara umum terdiri dari
beberapa jenis lapisan perkerasan yaitu :
 Lapisan tanah dasar (sub grade)
 Lapisan pondasi bawah (subbase course)
 Lapisan pondasi atas (base course)
 Lapisan permukaan / penutup (surface course)
Lapisan Permukaan (AC)
Lapisan Pondasi Atas (Macadam, CTB, ATB)
Lapisan Pondasi Bawah (Sirtu)
Tanah Dasar
Gambar 1. Lapisan Perkerasan Jalan Lentur.
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis
perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya.
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik,
atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dengan
semen dan lain lain.
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
 Lapisan tanah dasar, tanah galian.
 Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
 Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan
daya dukung tanah dasar.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Pekerjaan Tanah Dasar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-2
 Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
 Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
 Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada
lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya kepadatan yang
kurang baik.
1.2. JENIS DAN SIFAT TANAH
1.2.1. URUGAN
Urugan dibagi dalam 2 macam sesuai dengan maksud penggunaannya yaitu :
 Urugan biasa, adalah urugan yang digunakan untuk pencapaian elevasi akhir
subgrade yang disyaratkan dalam gambar perencanaan tanpa maksud khusus lainnya.
Urugan biasa ini juga digunakan untuk penggantian material existing subgrade yang
tidak memenuhi syarat.
 Urugan pilihan, adalah urugan yang digunakan untuk pencapaian elevasi akhir
subgrade yang disyaratkan dalam gambar perencanaan dengan maksud khusus
lainnya, misalnya untuk mengurangi tebal lapisan pondasi bawah, untuk memperkecil
gaya lateral tekanan tanah dibelakang dinding penahan tanah talud jalan.
Untuk dapat mengetahui material urugan secara umum terlebih dahulu harus diketahui
pengelompokan dari setiap jenis tanah. AASTHO dan US Army Corp. telah mengenalkan
pengelompokan dari jenis-jenis tanah yaitu :
 Klasifikasi tanah menurut AASHTO system.
 Klasifikasi tanah menurut Unified System (sebagai pengembangan dari sistim
Casagrande).
Sebagai pedoman dapat dilihat pada Tabel 1.1. s/d 1.4.
1.2.2. URUGAN BIASA
Bahan urugan biasa harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
 Urugan yang diklasifikasikan sebagai urugan biasa harus terdiri dari tanah yang
disetujui oleh Pengawas yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan
permanen.
 Bahan yang dipilih tidak termasuk tanah yang plastisitasnya tinggi, yang diklasifikasi
sebagai A-7-6 dari persyaratan AASHTO M 145 atau sebagai CH dalam sistim
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Pekerjaan Tanah Dasar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-3
klasifikasi “Unified atau Casagrande”. Sebagai tambahan, urugan ini harus memiliki
CBR yang tak kurang dari 6 %, bila diuji dengan AASHTO T 193.
 Tanah yang pengembangannya tinggi yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25 bila
diuji dengan AASHTO T 258, tidak boleh digunakan sebagai bahan urugan. Nilai aktif
diukur sebagai perbandingan antara Indeks Plastisitas (PI) – (AASHTO T 90) dan
presentase ukuran lempung (AASHTO T 88).
1.2.3. URUGAN PILIHAN
Bahan urugan pilihan harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
 Urugan hanya boleh diklasifikasikan sebagai “Urugan Pilihan” bila digunakan pada
lokasi atau untuk maksud yang telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh
Pengawas.
 Urugan yang diklasifikasikan sebagai urugan pilihan harus terdiri dari bahan tanah
berpasir (sandy clay) atau padas yang memenuhi persyaratan dan sebagai tambahan
harus memiliki sifat tertentu tergantung dari maksud penggunaannya. Dalam segala
hal, seluruh urugan pilihan harus memiliki CBR paling sedikit 10 %, bila diuji sesuai
dengan AASHTO T 193.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Pekerjaan Tanah Dasar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-4
Materiallanau–lempung
(lebihdari35%yanglolossar.No.200)
A-7
A-7-5,
A-7-6
……….
……….
36min
41min
11min
Tanahkelempungan
Cukupbagus-jelek
*IndeksplastisitasdariA-7-5subgroupadalahsetara,ataukurangdariLLminus30
IndeksplastisitasdariA-7-6subgrouplebihbesardariLLminus30
(Sumber:HighwayMaterial,RobertD.Kerb,RichardD.Walker)
A-6
……….
……….
36min
40max
11min
A-5
……….
……….
36min
41min
10max
Tanahkelanauan
A-4
……….
……….
36min
40max
10max
Materialberbutir
(kurangdari35%yanglolossaringanNo.200)
A-2
A-2-7
……….
……….
35max
41min
11min
Kerikilkelanauanataukelempungan
danpasir
A-2-6
……….
……….
35max
40max
11min
Tabel1.1.:KlasifikasiTanahMenurutSistimAASTHO
A-2-5
………
.
………
.
35max
41min
10max
Sangatbagus-bagus
A-2-4
……….
……….
35max
40max
10max
A-3
………
.
51min
10max
………
.
N.P
Pasir
halus
A–1
A-1-b
………
.
50max
25max
Batuan,kerikil
danpasir
A-1-a
50max
30max
15max
………
.
6max
KlasifikasiUmum
GrupKlasifikasi
Analisasaringan,lolos(%)
No.10
No.40
No.200
Sifat-sifatfraksilolossarNo.400
Batascair
IndeksPlastisitas
Penggunaanjenismaterialyang
sesuai
TingkatPenilaiansebagaitanah
dasar
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Pekerjaan Tanah Dasar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-5
Tabel 1.2 : Klasifikasi Tanah Menurut Sistim Unified
Uraian Kode Keterangan
Tanahberbutirkasarlebihbesardari50
%yangtertahansaringanNo.200
Kerikil50%lebih
besardarifraksi
kasaryang
tertahanpada
saringanNo.4
Kerikil
bersih
GW
Kerikil bergradasi baik dan campuran kerikil dan pasir,
dengan sedikit atau tidak ada material halus.
GP
Kerikil bergradasi jelek dan campuran kerikil dan
pasir,dengan sedikit atau tidak ada material halus
Kerik
il
halus
GM Kerikil kelanauan, kerikil, campuran kerikil-pasir dan lanau
GC Kerikil kelempungan, campuran kerikil-pasir dan lempung
Pasirlebihbesar
dari50%fraksi
kasaryanglolos
padasaringan
No.4
Pasir
bersih
SW Pasir bergradasi baik dan pasir dengan sedikit atau tidak
ada kerikil.
SP Pasir bergradasi jelek dan pasir dengan sedikit atau tidak
ada kerikil.
Pasir
halus
SM Pasir kelanauan, campuran pasir -lanau
SC Pasir kelempungan, campuran pasir – lempung.
TanahberbutirhalusLolossaringan
No.200lebihdari50%
Lumpurdan
lempungbatascair
kurangdari50%
ML Lanau, pasir halus, batu rapuh, pasir halus kelempungan
atau kelanauan.
CL Lempung, dengan plastisitas dari rendah s/d sedang,
lempung kerikil, lempung kepasiran, lempung kelanauan,
kelempungan
OL Lanau organik dan Lempung kelanauan organik dengan
plastisitas rendah.
Lumpur
MH Lempung, pasir halus mengandung mica atau lanau,
lanau elastis.
CH Lempung dengan tingkat plastisitas tinggi, lempung
OH Lempung organik dengan tingkat plastisitas dari sedang
s/d tinggi
Tanah organik PT Tanah bakaran, rabuk dan segala jenis tanah organik.
(Sumber : Highway Material, Robert D. Kerb / Richard D. Walker)
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Pekerjaan Tanah Dasar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-6
Tabel 1.3. : Perbandingan Sistim Penggolongan Tanah Menurut AASHTO
Dan Unified
Penggolongan Golongan sebanding menurut sistim
Unified
Penggolongan Golongan sebanding menurut sistim
AASHTO
tanah menurut Sangat Mungkin Mungkin tapi tanah menurut Sangat Mungkin Mungkin tapi
sistim AASHTO mungkin bisa tidak sistim Unified mungkin bisa tidak
A-1-a GW, GP SW, SP GM, SM GW A-1-a …… A-2-4, A-2-5,
A-2-6, A-2-7
A-1-b SW, SP, GP …… GP A-1-a A-1-b A-3, A-2-4,
GM, SM A-2-5, A-2-6,
A-3 SP …… SW, GP A-2-7
A-2-4 GM, SM GC, GW, GP GM A-1-b, A-2-4 A-2-6 A-3, A-2-4
SC SW, GP A-2-5, A-2-7 A-2-5, A-2-6
A-2-7
A-2-5 GM, SM …… GW, GP, GC A-2-6, A-2-7 A-2-4 A-4, A-7-6,
SW, GP A-6 A-7-5
A-2-6 GC, SC GM, GW, GP SW A-1-b A-1-a A-3, A-2-4
SM SW, GP A-2-5, A-2-6
A-2-7 GM, GC …… GW, GP A-2-7
SM, SC SW, GP
SP A-3, A-1-b A-1-a A-2-4, A-2-5,
A-4 ML, OL CL, SM, SC GM, GC A-2-6, A-2-7
SM A-1-b, A-2-4 A-2-6, A-4 A-6, A-7-5
A-5 OH, MH, …… SM, GM A-2-5, A-2-7 A-5 A-7-6, A-1-a
ML, OL
SC A-2-6, A-2-7 A-2-4, A-6 A-7-5
A-6 CL ML, OL, GC, GM, A-2-5, A-2-7 A-4, A-7-6
SC SM, GM
ML A-4, A-5 A-6 A-7-5
A-7-5 OH, MH ML, OL, GM, SM,
CH GC, SC CL A-6, A-7-6 A-4
A-7-6 CH, CL ML, OL, OH, MH OL A-4, A-5 A-6
SC GC, GM, A-7-5
SM A-7-6
MH A-7-5, A-5 …… A-7-5
CH A-7-6 A-7-5
OH A-7-5, A-5 …… A-7-6
PT …… ……
(Sumber : Highway Material, Robert D. Kerb / Richard D. Walker)
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Pekerjaan Tanah Dasar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-7
Tabel 1.4. : Petunjuk umum memilih tanah sebagai bahan urugan ( AASHTO )
Klasifikasi Uraian secara Kepadatan Maximum Penggunaan
menurut HRB visual kering maximum % kadar air sebagai urugan
A-1-a Material berbutir 1,81 – 2,24 7 – 15 Baik – sangat baik
A-1-b
A-2-4 Material berbutir 1,73 – 2,12 9 – 18 Cukup baik – sangat baik
A-2-5 dengan tanah
A-2-6
A-2-7
A-3 Pasir halus dan pasir 1,73 – 1,81 9 – 15 Cukup baik - baik
A-4 Lanau kepasiran dan 1,50 – 2,05 10 – 20 Jelek - baik
lanau
A-5 Lanau elastis - 1,34 – 1,57 20 – 35 Kurang memuaskan
Dan lempung
A-6 Lanau - lempung 1,50 – 1,89 10 – 30 Jelek – cukup baik
A-7-5 Lempung 1,34 – 1,57 20 – 35 Kurang memuaskan
Kelanauan elastis
A-7-6 Lempung 1,42 – 1,81 15 – 30 Jelek – cukup baik
(Sumber : Highway Material, Robert D. Kerb / Richard D. Walker)
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Pekerjaan Tanah Dasar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-8
Tabel1.5.:SifatTingkatKepadatanTanahDanPenilaian,KlasifikasiTanahUntukKonstruksi
Penggunaan
sebagai
pondasiatas
Baik
Jelek-cukup
Jelek-cukup
Baik-cukup
Cukup-jelek
Jelek
Jelek
Cukup-jelek
Tidakcocok
Tidakcocok
Tidakcocok
Tidakcocok
Tidakcocok
Tidakcocok
Tidakcocok
(Sumber:HighwayMaterial,RobertD.Kerb,RichardD.Walker)
Penggunaan
sbgsubgrade
Sangatbaik
Sangatbaik-
baik
Sangatbaik-
baik
Baik
Baik
Baik-cukup
baik
Baik-cukup
baik
Baik-cukup
baik
Cukup-jelek
Cukup-jelek
Jelek
Jelek
Jelek-sangat
jelek
Sangatjelek
Tidakcocok
Penggunaansebagai
materialurugan
Sangatstabil
Cukupstabil
Cukupstabil
Cukupstabil
Sangatstabil
Cukupstabilsaatpadat
Cukupstabilsaatpadat
Cukupstabil
Stabilitasjelekdiperlukantingkat
kepadatanygtinggi
Stabilitasbaik
Tidakstabil,tidakdapat
dipergunakan
Stabilitasjelek,tidakdapat
dipergunakan
Stabilitascukup,denganmengur
angisisilebar
Tidakstabil,tidakdapat
digunakan
Tidakdapatdipergunakan
Pengembangan
(ekspansif)
Hampirtidak
Hampirtidak
Rendah
Rendah
Hampirtidak
Hampirtidak
Rendah
Rendah-menengah
Rendah-menengah
Menengah
Menengah-tinggi
Tinggi
Sangattinggi
Tinggi
Sangattinggi
Kepadatankering
maks.(standar
AASHTO)
1,97–2,12
1,18–1,97
1,89–2,12
1,81–2,05
1,73–2,05
1,57–1,89
1,73–1,97
1,65–1,97
1,50–1,89
1,50–1,89
1,26–1,57
1,10–1,50
1,26–1,65
1,02–1,57
SifatPemadatandanPedoman
Penggunaanalatpemadat
tractor,rubber-tired,steelwheel,
atauvibratoryroller
tractor,rubber-tired,steelwheel,
atauvibratoryroller
rubber-tiredatausheepsfoot
rollerringan
rubber-tiredatausheepsfoot
roller
tractor,rubber-tired,atau
vibratoryroller
rubber-tired,atauvibratoryroller
ringan
rubber-tiredatausheepsfoot
rollerringan
rubber-tiredatausheepsfoot
roller
rubber-tiredatausheepsfoot
roller
rubber-tiredatausheepsfoot
roller
rubber-tiredatausheepsfoot
roller
rubber-tiredatausheepsfoot
roller
sheepsfootroller
sheepsfootroller
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Baik
Baik
Baik
Baik-
cukup
Baik
Baik
Baik
Baik-
cukup
Baik-
jelek
Baik-
cukup
Cukup-
jelek
Cukup-
jelek
Cukup-
jelek
Cukup
-jelek
Tidak
cocok
Kelas
GW
GP
GM
GC
SW
SP
SM
SC
ML
CL
OL
MH
CH
OH
PT
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Tanah
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-1
BAB II
PEKERJAAN TANAH
2.1. PEMBERSIHAN DAN PEMBONGKARAN
(CLEARING AND GRUBBING)
Setelah pekerjaan survey dan pengukuran selesai sesuai rencana, maka pekerjaan
selanjutnya adalah pekerjaan pembersihan dan pembongkaran.
Pekerjaan pembersihan, adalah pembersihan segala macam tumbuh-tumbuhan, pohon-
pohon, semak-semak, tanaman lain, sampah dan bahan-bahan lain yang mengganggu,
termasuk pencabutan akar-akar, sisa-sisa konstruksi dan material.
Ada dua jenis pekerjaan pembersihan dan pembongkaran, yaitu:
 Pembersihan ringan
 Pembersihan berat
Pembersihan ringan, adalah pekerjaan pembersihan yang dilakukan terhadap semak
belukar, pohon-pohon, tanaman lain, sampah, dan bahan-bahan lain, termasuk
pengupasan / pembuangan lapisan tanah atas (‘top soil’).
Pembersihan berat , adalah pekerjaan pembersihan / pembongkaran tunggul-tunggul
pohon, batu-batu besar dengan ukuran kurang dari 0,5 m3 dan sisa-sisa bangunan
dengan ukuran kurang dari 1 m3, pembongkaran rintangan-rintangan, pengupasan jalan
lama dan sebagainya. Untuk batu-batu besar ukuran lebih besar dari 0.5 m3 dan sisa
bangunan lebih besar dari 1 m3, dimasukkan sebagai pekerjaan galian batu.
2.1.1. PEMBERSIHAN RINGAN
1. Pembersihan Semak Belukar
Semak dan belukar dibabat / ditebang dengan tenaga manusia atau dengan
‘bulldozer’. Penebangan / pembabatan dengan ‘bulldozer’ lebih menguntungkan
jika semak dan belukarnya lebat dan banyak pohon-pohon kecil. Semak yang
telah ditebang kemudian dikumpulkan / ditumpuk dan kemudian dibakar
(umumnya).
Penumpukan semak belukar yang telah ditebang yang dilakukan dengan
‘bulldozer’, dapat dilakukan dengan salah satu pola di bawah ini:
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Tanah
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-2
A.
Semak-semak
setelah ditebang
didorong ke arah
secara teratur
B.
C.
Semak-semak
setelah ditebang
didorong ke pinggir
D
Semak-semak
setelah ditebang
didorong ke pinggir
Gambar 2.1.: Pola Pengumpulan Semak Belukar setelah ditebang.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Tanah
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-3
2. Pembesihan Semak Belukar Lebat Dengan ‘Bulldozer’
Pembersihan semak belukar lebat ini dapat dilakukan dengan
urutan sebagai berikut:
Gambar 2.2.: Urutan Pembersihan Semak Lebat Dengan ‘Bulldozer’
‘Bulldozer’ bergerak maju membersihkan semak belukar sedikit demi sedikit . Pembantu
operator berjalan disekitar ‘bulldozer’ untuk membantu operator apabila ada sesuatu
yang perlu dihindari. Demikian seterusnya ‘bulldozer’ pindah di sebelah yang belum
tergusur dengan batas akhir gusuran yang tidak sama seperti terlihat pada Gambar 2
tersebut.
Tugas-tugas inspektor dalam pekerjaan pembersihan dan pembongkaran yang
ditetapkan sesuai spesifikasi, adalah:
1) Mengenali batas-batas pekerjaan pembersihan dan pembongkaran yang telah
ditetapkan inspektor sesuai spesifikasi umum.
2) Memasang dan menjaga patok-patok elevasi tetap pada tempat dan ketinggian yang
seharusnya.
3) Mengajukan persetujuan lokasi pembuangan pekerjaan pembersihan kepada Direksi
Teknik
4) Jika ternyata ada bangunan utility, pelaksana wajib segera melaporkan ke Direksi
Teknik untuk penyelesaian selanjutnya
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Tanah
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-4
5) Menjaga kemajuan dan mutu pekerjaan, agar sesuai dengan jadwal pelaksanaan
dan spesifikasi umum.
6) Setiap perubahan / penyesuaian yang akan dilaksanakan, harus dengan persetujuan
Direksi Teknik
2.2. GALIAN
Pekerjaan tanah adalah pembentukan badan jalan dan saluran samping sesuai
dengan ketinggian (elevasi) tiap bagian jalan yang direncanakan.
Untuk mencapai permukaan tanah dasar badan jalan sesuai rencana ,perlu pekerjaan
galian dan timbunan.
Di samping untuk menyiapkan permukaan tanah dasar badan jalan, galian diperlukan
juga untuk membentuk saluran samping dan penempatan gorong- gorong. Masalah
utama yang sering dihadapi di daerah pemotongan bukit, adalah kemiringan lereng. Di
lapangan kadang-kadang dijumpai keadaan khusus,seperti jenis tanah lunak, keluarnya
air tanah sepanjang lereng dan potongan lereng yang sangat panjang dan terjal. Dengan
demikian diperlukan pengetahuan praktis untuk mengatasi masalah tersebut. Apabila
tidak memungkinkan melakukan penyelidikan tanah yang lengkap, cara berikut ini dapat
dilaksanakan:
1. Tinggi Potongan kurang dari 5,0 Meter
Kemiringan lereng yang dapat diterima untuk semua keadaan normal,adalah 2
(tegak ): 1 (mendatar).
Bila terdapat hal khusus seperti di atas, maka pemilihan kemiringan lereng lebih
landai perlu dipertimbangkan.
2. Tinggi Potongan lebih dari 5,0 Meter
Pada setiap ketiggian 5,0 meter perlu dibuat bagian yang datar selebar I,0 meter.
Pada bagian yang datar itu harus dibentuk sedemikian rupa, sehingga miring ke
bagian dalam, agar dapat menampung air dan mengalirkannya sepanjang bagian
datar searah dengan jalan tersebut.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Tanah
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-5
Gambar 2.3.: Potongan Melintang Yang Tipikal
Saluran air perlu dibuat untuk mengalirkan air dari talud atau “bench” ke saluran tepi, di
tempat-tempat tertentu, agar kestabilan lereng terjaga.
2.3. TIMBUNAN
Pada pekerjaan timbunan badan jalan, harus diperhatikan beberapa faktor yang sangat
mempengaruhi pekerjaan, yaitu:
1. Kondisi Tanah Asli yang akan ditimbun
 Tanah asli jenis tufa atau jenis lain yang kurang baik mutunya, yang akan
ditimbun untuk badan jalan,digali sampai kedalaman tertentu.
 Sebelum pekerjaan timbunan itu dimulai,pada tempat yang selesai dibersihkan,
lubang-lubang yang ada akibat akar-akar pohon, atau alur bekas saluran dan
sebagainya, harus diisi dengan bahan tanah pilihan.
 Kemudian lakukanlah upaya perataan pada permukaan tanah tersebut.
 Padatkan tanah permukaan yang telah dibersihkan sesuai dengan ketentuan.
2. Bahan Urugan dan Jenis Tanah Timbunan
Jenis tanah timbunan merupakan bahan urugan yang memerlukan persetujuan dari
Direksi Teknik.
3. Tinggi Timbunan Talud
Pekerjaan penimbunan dikerjakan setelah jalur patok-patok dipasang. Patok
dipasang di lereng , di tikungan, juga pada penampang, pada pekerjaan jembatan,
Berasal dari
air hujan
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Tanah
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-6
patok gorong-gorong, dsb. Patok-patok tersebut dikerjakan / dipasang oleh tim
pengukuran.
4. Cara Pemadatan
Bahan yang sudah disetujui dihampar dan dipadatkan lapis demi lapis dengan tebal
padat tertentu (10-20 cm). Tebal lapisan akhir minimal 10 cm. Perlu diperhatikan
,bahwa lapisan-lapisan tersebut harus mencapai kepadatan tertentu yang harus
dibuktikan dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
2.4. PENYIAPAN TANAH DASAR (SUBGRADE PREPARATION)
Subgrade atau lapisan tanah dasar merupakan bagian dari konstruksi jalan yang
berfungsi untuk mendukung konstruksi perkerasan jalan di atasnya.
Untuk menunjukkan besarnya daya dukung subgrade tersebut dipakai CBR (‘California
Bearing Ratio’). Nilai CBR adalah perbandingan antara beban dibutuhkan untuk
penetrasi 0,1“ dan 0,2” dari contoh tanah, dengan beban yang dibutuhkan untuk
penetrasi 0,1“ dan 0,2” dari batu pecah standar.
Nilai ini dinyatakan dalam persen (%). Pada prinsipnya tes CBR ini dilakukan di
Laboratorium dengan kondisi yang selalu dikontrol.
CBR Lapangan adalah Tes CBR yang dilaksanakan di lapangan dengan menggunakan
Beban statis truk yang dimuati penuh dan Tes penetrasi dilakukan pada permukaan
tanah yang akan diukur. Meskipun tes ini cepat, namun hasilnya perlu ada faktor koreksi,
karena Tanah Dasar asli tidak dipadatkan, di samping kadar airnya tidak dapat diatur
sebagaimana Tes CBR di laboratorium
Metode yang biasa digunakan dalam menentukan harga CBR adalah dengan
mengambil contoh tanah dari suatu kedalaman tertentu, yang umumnya berkisar antara
0,5 – 1,0 meter dan kemudian dilakukan tes labolatorium.
Prosedur ini akan banyak memakan waktu, tenaga trampil dan juga peralatan dalam
keadaan baik. Salah satu cara yang sederhana ( meskipun tidak terlalu tepat) untuk
menentukan harga CBR lapangan, adalah dengan menggunakan alat yang disebut:
‘Dynamic Cone Penetrometer’ (DCP).
Dengan alat tersebut besarnya CBR lapangan dapat diperoleh dalam waktu yang relatif
cepat. Tentang cara pemakaian DCP tersebut akan dipelajari di dalam mata pelajaran
khusus tersendiri, yaitu dalam kursus ‘Teknisi Laboratorium’
Pada dasarnya daya dukung tanah dapat diperbaiki dengan 2 (dua) cara, yaitu:
 Dengan Pemadatan
 Dengan membuat Drainase yang baik
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Tanah
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-7
Yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan pemadatan, ialah:
1. Tebal Lapis yang dipadatkan
Makin tebal suatu lapisan, maka untuk mendapatkan suatu kepadatan tertentu,
diperlukan alat pemadat yang semakin berat. Untuk tanah lempung, tebal lapisan
15 cm, sedang untuk pasir dapat mencapai 40 cm
2. Kadar Air Tanah
Bila kadar air tanah rendah, tanah tersebut sukar dipadatkan. Jika kadar air
dinaikkan dengan menambah air , air tersebut seolah-olah sebagai pelumas antara
butiran tanah sehingga mudah dipadatkan , tetapi bila kadar air terlalu tinggi,
kepadatannya akan menurun.
Jadi kadar air tersebut perlu ditetapkan yang dikenal dengan kadar air optimum.
Berat isi kering maximum
21
20
Berat Jenis Maximum
19
18
17 PASIR Kurva kepadatan pori-pori
16 LANAU hampa udara
15 Kadar air optimum
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Persen Kadar Air
GAMBAR 2.4.: LENGKUNG KEPADATAN LABORATORIUM UNTUK LANAU DAN
PASIR
Gambar 2.4. memberi ilustrasi grafis hubungan Kadar Air Kepadatan terhadap jenis
tanah yang dipadatkan dengan Pengujian Proctor standar. Terlihat pula nilai Kadar Air
Optimum yang perlu diupayakan untuk diterapkan di lapangan.
Dan untuk mengetahui kadar air optimum dan kepadatan kering maksimum itu, diadakan
percobaan pemadatan di laboratorium yang dikenal dengan:
 ‘Standard Proctor Compaction Test’ untuk tanah pada umumnya
 ‘Modified Proctor Test' untuk tanah yang mengandung bahan granular
3. Alat Pemadat
Pemilihan alat disesuaikan dengan kepadatan yang akan dicapai. Untuk kepadatan
yang tinggi, diperlukan tenaga alat pemadat yang lebih besar. Pada pelaksanaan di
Beratisikeringg/cm3
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Tanah
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-8
lapangan, tenaga pemadatan tersebut diukur dalam jumlah lintasan alat pemadat
dan berat alat pemadat sendiri.
Alat pemadat maupun tanah yang akan dipadatkan bermacam-macam jenisnya.
Untuk itu, pemilihan alat pemadat harus disesuaikan dengan jenis tanah yang akan
dipadatkan, agar tujuan pemadatan dapat tercapai.
Macam alat pemadat untuk pekerjaan ‘sub grade’, antara lain adalah sebagai berikut:
 ‘Sheep Foot Roller’ (Penggilas Jenis Kaki Kambing)
Prinsip Sheep Foot Roller ini, adalah sebuah silinder yang di bagian luarnya
dipasang kaki-kaki. Pada kaki-kaki ini terjadi tekanan yang tinggi, sehingga
kaki-kaki ini masuk ke dalam tanah dan memberikan pemadatan dari bawah.
‘Sheep Foot Roller’ ini baik digunakan untuk tanah berpasir yang sedikit
mengandung lempung dan juga untuk tanah yang plastis dan kohesif. Untuk
tebal lapisan antara 15 – 25 cm, ‘roller ‘ ini masih berhasil guna.
 Penggilas dengan Getaran (‘Vibration Roller’)
Alat pemadat ini mempunyai efesiensi pemadatan yang sangat baik. Alat ini
memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan
pemadatan.
Efek yang diakibatkan ‘vibration roller’, adalah gaya dinamis terhadap
tanah. Butir-butir tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong yang
terdapat di antara butir-butirnya, sehingga akibat getaran ini tanah menjadi
padat dan dengan susunan yang lebih kompak.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-1
BAB III
PELAKSANAAN DAN PERALATAN
3.1. GALIAN
Pekerjaan galian mencakup penggalian, penanganan pembuangan material galian untuk
pembentukan badan jalan. Pekerjaan ini juga termasuk penggalian badan jalan eksisting
untuk keperluan penggantian material tanah jelek.
Pekerjaan galian dibagi 2 menurut sifat pengerjaannya yaitu :
 Galian padas, mencakup galian dari batu dengan volume 1 m3
atau lebih dari seluruh
padas atau bahan lainnya yang menurut pendapat Pengawas hanya dapat
dilepaskan dengan penggaru yang ditarik oleh traktor dengan berat minimum 15 ton
dan tenaga kuda netto sebesar 180 Tenaga Kuda.
 Galian biasa, mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai galian
padas.
1. Keamanan Pekerjaan Penggalian
 Kontraktor harus bertanggung-jawab penuh untuk menjamin keselamatan tenaga
kerja yang melaksanakan pekerjaan penggalian dan masyarakat umum.
 Selama pekerjaan penggalian, harus dipertahankan sepanjang waktu lereng
galian sementara yang mantap.
 Cofferdam, tembok ujung atau sarana lain untuk menghindari penggalian dari air
harus direncanakan secara layak dan cukup kuat untuk menjamin tidak akan
terjadi runtuhan secara tiba-tiba yang akan mengakibatkan pekerjaan dibanjiri,
digenangi dengan cepat.
 Bahan peledak (jika diperlukan) untuk penggalian batuan harus disimpan dalam
suatu penyimpanan yang aman, jauh dari daerah perkotaan, disuatu lokasi dan
dengan suatu cara yang disetujui oleh instansi terkait.
 Semua penggalian terbuka harus diberi penghalang/pengaman secukupnya
untuk mencegah para pekerja tidak jatuh kedalamnya, dan setiap penggalian
terbuka di daerah jalur kendaraan atau bahu jalan harus diberi tanda tambahan
pada malam hari dengan drum-drum yang dicat putih-hitam dan lampu merah
atau kuning.
 Teknik pengaturan dan pengendalian lalu-lintas harus diterapkan bagi semua
pekerjaan penggalian daerah milik jalan.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-2
2. Penjadwalan Kerja
 Luas galian yang dibuka dalam setiap penggalian harus dibatasi sesuai dengan
pemeliharaan permukaan yang digali dalam suatu kondisi yang baik.
 Pembuatan saluran / gorong-gorong atau penggalian lainnya yang melintasi jalur
kendaraan harus dilaksanakan dengan menggunakan konstruksi setengah lebar
jalur kendaraan sehingga jalan tetap terbuka bagi lalu-lintas.
 Jika lalu-lintas pada jalan harus dihentikan karena kegiatan pekerjaan, maka
kontraktor sebelumnya harus memperoleh persetujuan atas jadwal rencana
penghentiannya dari instansi terkait.
3. Kondisi Lokasi Pekerjaan
Semua galian harus dipelihara agar bebas dari air, dan kontraktor harus menjamin
tidak ada gangguan terhadap kelangsungan prosedur pengeringan.
4. Bangunan Utilitas
 Kontraktor harus bertanggung-jawab untuk memperoleh informasi tentang
keberadaan serta lokasi bangunan utilitas dibawah tanah dan memperoleh serta
membayar setiap perijinan yang diperlukan untuk melaksanakan penggalian.
 Kontraktor harus bertanggung-jawab atas pemeliharaan dan perlindungan setiap
saluran pipa bawah tanah, kabel, pipa penyalur atau lainnya diatas tanah dan
jaringan pelayanan atau struktur yang mungkin ditemukan, dan memperbaiki
setiap kerusakan yang ditimbulkan oleh kegiatan kontraktor.
5. Penggunaan Dan Pembuangan Bahan-Bahan Galian
 Semua bahan-bahan yang layak yang digali, sejauh dimungkinkan digunakan
untuk pembentukan timbunan atau urugan kembali.
 Bahan-bahan galian yang banyak mengandung tanah organik, tanah gambut,
akar-akar, tanah kompresibel, digolongkan sebagai tidak memenuhi syarat
digunakan untuk timbunan, sehingga harus dibuang.
 Setiap bahan-bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan harus dibuang
keluar dari daerah pekerjaan.
 Kontraktor harus bertanggung-jawab untuk semua pengaturan dan biaya untuk
pembuangan bahan-bahan kelebihan atau yang tidak memenuhi syarat, termasuk
pengangkutan dan perolehan ijin dari pemilik atau penghuni tanah dimana
pembuangan itu dilaksanakan.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-3
6. Pemulihan Lokasi Dan Pembongkaran Pekerjaan Sementara
 Semua struktur sementara harus dibongkar kembali oleh kontraktor setelah
selesainya struktur permanen.
 Bahan-bahan galian tidak boleh ditempatkan dalam saluran air, harus segera
disisihkan dan dibuang.
 Semua lubang sumber bahan galian tambahan, quarry atau tempat pembuangan
yang digunakan oleh kontraktor harus ditinggalkan dalam keadaan rapi dan
teratur.
7. Prosedur Pelaksanaan
 Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang
ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan oleh Pengawas dan harus mencakup
pembuangan seluruh material dalam bentuk apapun yang dijumpai termasuk
tanah, padas, batu, beton, tembok dan perkerasan yang lama.
 Pekerjaan galian harus dilakukan dengan gangguan seminimal mungkin terhadap
material dibawah dan diluar batas galian.
 Peledakan sebagai cara pembongkaran padas hanya boleh digunakan jika,
menurut pendapat Pengawas, tidak praktis menggunakan alat bertekanan udara
atau penggaru hidraulis dan tidak membahayakan manusia atau struktur
konstruksi.
 Penggalian batuan/padas harus dilaksanakan sedemikian sehingga tepi dan galian
harus dibiarkan pada kondisi yang aman dan serata rnungkin. Batuan/padas yang
lepas yang dapat menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya terhadap
pekerjaan atau orang harus dibuang.
3.2. URUGAN
Pekerjaan pemasangan urugan mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan
dan pemadatan tanah untuk pembentukan badan jalan.
1. Penjadwalan Kerja
Bagian timbunan jalan harus dibangun dengan menggunakan konstruksi setengah
lebar jalan sehingga jalan selalu terbuka untuk lalu-lintas.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-4
2. Kondisi Lokasi Pekerjaan
 Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan selalu dalam keadaan kering
sebelum dan selama pekerjaan penempatan dan pemadatan.
 Menjamin adanya persediaan air yang cukup di lapangan untuk pengendalian
pemadatan.
3. Pemulihan Pekerjaan Setelah Pengujian
Semua lubang pada pekerjaan akhir oleh karena pengujian kepadatan atau lainnya
harus ditimbun kembali oleh kontraktor dengan tanpa penundaan, dan dipadatkan.
4. Pembatasan Cuaca
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan turun,
dan atau bila kadar air bahan timbunan berada di luar batas yang ditentukan.
5. Penempatan Dan Pemadatan Timbunan
a. Persiapan lokasi pekerjaan
 Sebelum menempatkan timbunan, maka semua operasi pembersihan,
pembongkaran, termasuk penimbunan lubang yang tertinggal pada waktu
pembongkaran akar pohon, harus telah diselesaikan, dan bahan-bahan yang
tidak memenuhi syarat harus disisihkan. Seluruh daerah yang akan ditimbun
harus diratakan secukupnya sebelum penimbunan dimulai.
 Dimana ukuran tinggi timbunan mencapai 1 m, maka daerah dasar/pondasi
timbunan harus dipadatkan secara penuh (termasuk penggaruan dan
pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai lapisan 15 cm teratas
memenuhi persyaratan kepadatan yang ditentukan.
 Bila timbunan tersebut akan dibangun diatas sisi/tepi bukit atau ditempatkan
diatas timbunan yang ada, maka lereng-lereng yang ada harus dipotong untuk
membentuk terasering dengan ukuran lebar yang cukup untuk menampung
peralatan.
b. Penempatan timbunan
 Timbunan harus disebarkan merata sedemikian sehingga bila telah
dipadatkan akan memenuhi toleransi ketebalan lapisan. Bila akan
ditempatkan lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus sedapat
mungkin sama tebalnya.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-5
 Timbunan harus ditempatkan dalam keadaan cuaca kering, penumpukan
tanah timbunan tidak diijinkan dalam musim hujan.
 Dimana timbunan akan diperlebar, maka lereng timbunan yang ada harus
dipersiapkan dengan menghilangkan semua tumbuh-tumbuhan permukaan
dan harus dibuat terasering.
 Tanah dasar harus ditutup secepat mungkin dengan lapisan pondasi bawah.
c. Pemadatan
 Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan setiap lapisan
harus dipadatkan.
 Pemadatan urugan tanah harus dilaksanakan hanya bila kadar air dari
material berada dalam rentang kurang dari 3 % sampai lebih dari 1 % dari
kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air
pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bila tanah dipadatkan
sesuai dengan AASHTO T 99.
 Masing-masing lapis dari urugan yang dipasang harus dipadatkan seperti
yang ditentukan, diuji untuk kepadatan dan diterima oleh Pengawas sebelum
lapis berikutnya dipasang.
 Timbunan harus dipadatkan mulai pada tepi luar dan berlanjut kearah sumbu
jalan sedemikian sehingga masing-masing bagian menerima jumlah usaha
pemadatan yang sama. Bilamana mungkin, lalu-lintas alat konstruksi harus
dilewatkan diatas urugan dan arahnya terus berubah-ubah untuk
menyebarkan usaha pemadatan dari lalu-lintas tersebut.
 Timbunan pada lokasi yang tidak dicapai/dimasuki oleh alat pemadat yang
biasa, harus dipadatkan, dapat menggunakan alat pemadat tangan mekanis
(mechanical tamper) atau alat pemadat lain yang disetujui.
3.3. PENYIAPAN BADAN JALAN
Pekerjaan penyiapan badan jalan mencakup menyiapkan permukaan tanah untuk
pemasangan lapis pondasi bawah (sirtu), permukaan jalan lama untuk pemasangan lapis
pondasi agregat (sirtu / macadam).
Pekerjaan meliputi galian minor atau penggarukan serta urugan yang disusul dengan
pembentukan, pemadatan dan memelihara permukaan sampai dengan material
perkerasan ditempatkan di atasnya.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-6
1. Pekerjaan Pembentukan Tanah Dasar
 Meliputi semua pekerjaan persiapan tanah dasar untuk pelebaran perkerasan
jalan, bahu jalan, dasar dari lapisan pondasi bawah.
 Pekerjaan penggalian atau pengurugan kembali diluar pekerjaan pos galian dan
timbunan (pekerjaan minor).
2. Prosedur Penyiapan Badan Jalan
 Permukaan jalan sebelum pelaksanaan penyiapan badan jalan harus diperbaiki
dari akibat galian dan urugan yang tidak memuaskan.
 Permukaan badan jalan harus dibentuk dan dengan ketinggian/elevasi yang
sesuai dengan penampang melintang jalan, juga mengikuti penampang
memanjang jalan yang direncanakan.
 Permukaan badan jalan harus dipadatkan sama dengan persyaratan-persyaratan
pemadatan dan jaminan mutu dari urugan.
 Bentuk yang dipersiapkan harus dipelihara dalam kondisi yang baik oleh
kontraktor sampai perkerasan atau bahan-bahan pelapis diatasnya ditempatkan.
3.4. PERALATAN
Dalam mengoperasikan alat berat untuk pekerjaan tanah, dikelompokkan kedalam:
pekerjaan timbunan dan pekerjaan galian.
Alat berat hubungannya sangat erat sekali dan tidak terpisahkan dengan pelaksanaan
fisik proyek jalan secara mekanis.
Hal-hal pokok yang berhubungan dengan alat berat, yaitu :
a. Volume pekerjaan yang harus diselesaikan dalam batas waktu tertentu.
b. Dengan volume pekerjaan tersebut dan waktu yang telah ditentukan berarti kita harus
menetapkan jenis dan jumlah alat untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Dari butir a, dan b di atas dapat diprogramkan suatu penanganan proyek yang
konseptional, diharapkan target volume pekerjaan dan waktu pelaksanaan tidak meleset
dari perkiraan. Ini bisa terjadi bila didukung dengan pemilihan dan analisa kapasitas alat
berat dengan cermat.
Dengan adanya analisa yang baik dalam Construction Method diharapkan peralatan yang
dioperasikan dapat tepat waktu dan tepat guna untuk menangani proyek tersebut.
Evaluasi dapat dikembangkan lebih jauh, yaitu dengan menempatkan peralatan tersebut
pada tiap-tiap aktivitas pekerjaan dengan jenis dan jumlah sesuai kebutuhan. Misalnya
untuk aktivitas / pekerjaan : Pengangkutan borrow material, Pekerjaan excavation dan
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-7
embankment. Aktivitas-aktivitas pekerjaan ini membutuhkan jenis dan jumlah alat yang
berbeda-beda.
Berikut ini diberikan gambaran umum tentang alat berat yang terkait dengan pekerjaan
perkerasan jalan khususnya untuk peralatan pekerjaan tanah, formula produksi alat,
penentuan kombinasi dan jumlah alat, serta pendekatan site output alat.
Dengan pendekatan site output (produksi alat) tersebut beserta analisisnya, maka akan
membantu para pelaku Proyek antara lain dalam memperkirakan waktu pelaksanaan
proyek, mengendalikan waktu penyelesaian proyek, menerapkan manajemen operasi alat
berat di lapangan, serta pengendalian efisiensi alat, waktu dan biaya.
3.4.1. PERALATAN UNTUK PEKERJAAN TIMBUNAN
Pada pekerjaan timbunan tanah, alternatif alat yang digunakan adalah :
 Bulldozer : digunakan untuk pembersihan dan pengupasan badan jalan, mendorong
material dan sebagainya, termasuk menumbangkan pohon yang berada dilokasi
rencana badan jalan.
 Wheel Loader : untuk memindahkan bahan dalam jarak dekat dari suatu lokasi
ketempat kendaraan pengangkut jarak jauh (dump truck).
 Dump truck : untuk memindahkan bahan dalam jarak jauh.
 Motor Grader : untuk pekerjaan perataan.
 Vibratory Roller : untuk alat pemadat, dapat juga digunakan alternatif pilihan lain
seperti Three Wheel Roller, Pneumatic Tire Roller.
 Water tank truck : untuk alat pemberi air sesuai dengan kadar air yang diperlukan
pada waktu pemadatan.
3.4.2. PERALATAN UNTUK PEKERJAAN GALIAN
Pada pekerjaan galian tanah, alternatif alat yang digunakan adalah :
 Excavator : untuk memotong perbukitan, menggali tanah dan material yang dapat
langsung dipindahkan ke dump truck.
 Dump truck : untuk memindahkan bahan dalam jarak jauh.
3.4.3. BULLDOZER
Alat ini hanya dimungkinkan untuk diberikan kedudukan untuk mendorong lurus kedepan.
Bulldozer merupakan alat khusus untuk keperluan pekerjaan-pekerjaan mendorong yang
menggunakan traktor sebagai tempat kedudukan dan tenaga geraknya.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-8
Bagian-bagian terpenting bulldozer ini adalah (lihat Gambar 3.3.) :
 Dozer blade (pisau dozer), yang terdiri dari molboard yang berbentuk lengkung dan
mata pisau (cutting edge), cutting edge ini biasanya terdiri dari 3 bagian, sebuah
ditengah yang panjang dan 2 buah tepian masing-masing di-baut (bolted) pada
molboard.
 Push-arm (batang pendorong), yang terdiri dari push-arm nya sendiri, dan pitch-arm
untuk mengatur tegak dan condongnya kedudukan dozer blade.
 Control device (kendali blade), yang terdiri dari satu atau dua buah hydraulic rams
pada hydraulic controlled dozers.
Bulldozer ini untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi (terutama jalan-jalan raya) bersifat
serba-guna, dapat berfungsi antara lain :
 Pembersihan lapangan pekerjaan dari pepohonan, kayu-kayu dan bonggol-
bonggolnya, puing-puing bekas bangunan, dsb.
 Pemindahan / penggusuran tanah jarak dekat (maximum 100 meter).
 Meratakan timbunan tanah pada daerah fill, mengisi kembali galian-galian tanah, dsb.
 Pembukaan jalan-jalan kerja / darurat.
 Memelihara jalan kerja, jalan angkut, dll.
Gambar 3.1 : Bulldozer.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-9
Tabel 3.1. : Blade Factor.
Dozing conditions Blade factor
Easy dozing 1,1 – 0,9
Average dozing 0,9 – 0,7
Rather difficult
dozing
0,7 – 0,6
Difficult dozing 0,6 – 0,4
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
Tabel 3.2. : Waktu Pindah Gigi.
Machine
Time required for
gear shifting (menit)
Direct drive 0,10
Torqflow 0,05
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
Tabel 3.3. : Data / Spesifikasi Bulldozer Komatsu.
No. Merk / Lebar Tinggi Kecepatan Kecepatan
Model blade
(m)
blade
(m)
maju
(km/jam)
mundur
(km/jam)
1. D40A 3,180 0,750 3,2 5,3
2. D60A 3,970 1,050 3,7 4,9
3. D65E 3,970 1,050 3,9 5,0
4. D65P 4,475 0,960 3,5 4,4
4. D75A 4,250 1,050 3,7 4,8
5. D85A 4,365 1,130 3,8 4,9
6. D155A 4,850 1,140 3,7 4,5
7. D355A 5,230 1,350 3,3 5,0
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-10
Tabel 3.4. : Data / Spesifikasi Bulldozer Caterpillar.
No. Merk / Lebar Tinggi Kecepatan Kecepatan
Model blade
(m)
blade
(m)
maju
(km/jam)
mundur
(km/jam)
1. D5B 3,630 0,857 3,5 4,2
2. D6D 3,880 0,930 4,0 4,8
3. D7G 4,270 0,960 3,7 4,5
4. D8K 4,620 1,120 4,0 5,0
Sumber : Caterpillar performance handbook.
Perhitungan hasil guna atau produksi bulldozer dengan menggunakan formula sebagai
berikut :
Cm
E60q
Q


aHLq 2

Z
R
D
F
D
Cm 
di mana :
Q : Produksi per jam (m3
/jam)
q : Produksi per cycle (m3
)
Cm : Cycle time (menit)
E : Job efficiency
L : Lebar blade (m)
H : Tinggi blade (m)
a : Faktor blade
D : Jarak kerja (m)
F : Kecepatan maju (m/menit)
R : Kecepatan mundur (m/menit)
Z : Waktu untuk ganti gigi (menit)
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-11
3.4.4. WHEEL LOADER
Alat ini baik sekali untuk pekerjaan-pekerjaan menggali tanah dan sekaligus memuatnya
kedalam truck-truck, juga untuk membuat timbunan bahan persediaan (stockpiling). Batu-
batuan lepas seperti yang terdapat disungai-sungai atau ditempat pengambilan batu dari
gunung (stone quarry) bisa juga dimuat oleh alat ini kedalam alat-alat angkut atau
sekaligus kedalam alat pemecah batu (stone crusher) yang dipasang disekitar tempat
pengambilan tersebut. Wheel Loader ini juga dapat di-operasikan untuk alat pemuat
agregat kedalam hoper cold bin pada Asphalt Mixing Plant (AMP).
Bagian-bagian terpenting wheel loader ini adalah (lihat Gambar 4.4.) :
 Bucket.
 Dumping angles facilitate load / carry.
 Steering control, short turning radius control.
 Bucket & boom actions control.
Gambar 3.2. : Wheel Loader.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-12
Tabel 3.5. : Kapasitas Bucket.
No. Merk / Model Kapasitas
bucket (m3
)
1. W20 0,60
2. W30 0,80
3. W40 1,20
4. W60 1,40
5. W70 1.70
6. W90 2,30
7. W120 3,30
8. W170 3,50
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
Tabel 3.6. : Bucket Factor.
Loading conditions Bucket factor (k)
Easy loading 1,00 – 1,10
Average loading 0,85 – 0,95
Rather difficult
loading
0,80 – 0,85
Difficult loading 0,75 – 0,80
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-13
Tabel 3.7. : Fixed Time.
Fixed time (Z) (menit)
Z 0,60 – 0,75
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
Tabel 3.8. : Travel Speed.
Operating
conditions
Loaded
(km/jam)
Empty
(km/jam)
Good 10 – 23 11 – 24
Average 10 – 18 11 – 19
Rather poor 10 – 15 10 – 16
Poor 9 – 12 9 – 14
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
Perhitungan hasil guna atau produksi wheel loader dengan menggunakan formula
sebagai berikut :
Cm
E60kq
Q 1 

Z
R
D2
F
D2
Cm 
Dimana :
Q : Produksi per jam (m3
/jam)
q1 : Kapasitas munjung (m3
)
k : Faktor bucket
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-14
Cm : Cycle time (menit)
E : Job efficiency
D : Jarak kerja (m)
F : Kecepatan maju (m/menit)
R : Kecepatan mundur (m/menit)
Z : Waktu untuk ganti gigi (menit)
3.4.5. EXCAVATOR
Excavator merupakan alat untuk pengangkat, menggali, mengisi / membuang (dumping).
Bagian-bagian utama excavator ini adalah (lihat Gambar 4.5.) :
 Bagian atas yang dapat berputar (revolving unit).
 Bagian bawah untuk berpindah tempat (travel unit).
 Bagian tambahan (attachments).
Gambar 3.3. : Excavator
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-15
Tabel 3.9. : Kapasitas Bucket.
No. Merk / Model Kapasitas
bucket (m3
)
1. PC100 0,18 – 0,55
2. PC120 0,18 – 0,60
3. PC150 0,57 – 0,75
4. PC180 0,57 – 1,00
5. PC200 0,36 – 1,17
6. PC210 0,36 – 1,40
7. PC220, PC240 0,44 – 1,26
8. PC280 0,44 – 1,40
9. PC300 0,52 – 1,80
10. PC400 1,30 – 2,20
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
Tabel 3.10. : Bucket Factor.
Excavating conditions Bucket factor
Easy 1,1 – 1,2
Average 1,0 – 1,1
Rather difficult 0,8 – 0,9
Difficult 0,7 – 0,8
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-16
Tabel 3.11. : Standard Cycle Time (detik).
Model Swing angle
45 - 90 90 - 180
PC60, PW 60 10 – 13 13 – 16
PC80, PC100, PW100,
PC120
11 – 14 14 – 17
PC150, PW150, PC180,
PC200
13 – 16 16 – 19
PC210, PW210, PC220 14 – 17 17 – 20
PC240, PC280, PC300 15 – 18 18 – 21
PC360, PC400 16 – 19 19 – 22
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
Tabel 3.12. : Conversion Factor.
Digging Dumping condition
condition Easy Normal Rather
difficult
Difficult
Below 40 % 0,7 0,9 1,1 1,4
40 – 75
%
0,8 1,0 1,3 1,6
Over 75 % 0,9 1,1 1,5 1,8
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
Perhitungan produksi excavator dengan menggunakan formula sebagai berikut :
Cm
E60kq
Q 1 

Cm = (Standard cycle time) x (Faktor konversi)
Q : Produksi per jam (m3
/jam)
q1 : Kapasitas munjung (m3
)
k : Faktor bucket
Cm : Cycle time (menit)
E : Job efficiency
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-17
3.4.6. DUMP TRUCK
Dump truck adalah alat yang khusus dipergunakan sebagai alat pengangkutan. Oleh
karena kemampuannya untuk bergerak dengan cepat, truck ini dapat dikatakan
mempunyai kapasitas yang tinggi dan biaya operasi yang relatif murah.
Bagian-bagian terpenting dari dump truck adalah (lihat Gambar 4.6.) :
 Badan (body) yang terdiri dari bak muatan dengan sistem pengangkatnya (hidrolis).
 Chassis, meliputi frame, bumper, pegas serta roda dan ban.
 Cabine, untuk tempat sopir.
 Power train, terdiri dari mesin, clutch (kopling), transmisi, sumbu gerak.
Daya muat truck, dapat dinyatakan dalam :
 Berat muatan (ton)
 Isi peres (m3
)
 Isi munjung (m3
)
Gambar 3.4. : Dump Truck.
Tabel 3.13. : Speed Factor.
Distance of each
section of haul
road
When
making a
standing
start
When
running into
each section
500 – 750 0,60 – 0,70 0,75 – 0,80
750 – 1.000 0,65 – 0,75 0,80 – 0,85
> 1.000 0,70 – 0,85 0,80 – 0,90
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-18
Tabel 3.14. : Waktu Dumping.
Operating
conditions
t1 (menit)
Favorable 0,5 – 0,7
Average 1,0 – 1,3
Unfavorable 1,5 – 2,0
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
Tabe l3.15.: Waktu Tunggu Untuk Pengisian Kembali.
Operating
conditions
t2 (menit)
Favorable 0,10 – 0,20
Average 0,25 – 0,35
Unfavorable 0,40 – 0,50
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
Perhitungan produksi dump truck dengan menggunakan formula sebagai
berikut:
Cmt
ME60C
P


2
2
1
1
t
V
D
t
V
D
Cm.nCmt 
PengisisinMeCyclePeroduksiPr
TruckDumpCapasitas
n 
C = n x q
di mana :
P : Produksi per jam (m3
/jam, ton/jam)
C : Produksi per cycle (m3
, ton)
E : Job efficiency
Cmt : Cycle time (menit)
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-19
M : Jumlah Dump Truck
n.Cm : Waktu muat (menit)
D/V1 : Waktu angkut (menit)
t1 : Waktu dumping (menit)
D/V2 : Waktu kembali (menit)
t2 : Waktu tunggu untuk pengisian kembali (menit)
n : Jumlah siklus pengisian
Cm : Cycle time mesin pengisi (menit)
D : Jarak angkut (m)
V1 : Kecepatan rata-rata truck bermuatan (m/menit)
V2 : Kecepatan rata-rata truck kosong (m/menit)
q : Produksi per cycle mesin pengisi (m3
, ton)
3.4.7. MOTOR GRADER
Satu-satunya alat yang paling cocok untuk keperluan perataan atau pembentukan
kemiringan (grade) tanah, sirtu, agregat batu pecah lepas didalam rangka membentuk
permukaan secara mekanis, adalah motor grader.
Dapat pula dipergunakan untuk keperluan lain, seperti untuk penggusuran tanah,
penyampuran bahan-bahan (blending), menggali saluran samping jalan, menggaruk lepas
permukaan tanah yang keras, perataan tanggul-tanggul, backfill, dsb.
Bagian-bagian penting motor grader adalah (lihat Gambar 4.7.) :
 Grader blade yang terpasang pada circle.
 Scarifier (ripper), yang dipasang didepan blade.
 Circle sebagai kedudukan blade digantungkan pada drawbar, yaitu sebuah frame
yang berbentuk segitiga.
 Kendali blade (control levers).
 Kendaraan sebagai mounting dari blade.
Gerakan-gerakan blade terdiri dari 3 gerakan pokok, yaitu :
 Angling : adalah gerakan memberikan kedudukan serong kepada blade terhadap
arah gerak motor grader.
 Side shift : untuk memberikan blade suatu kedudukan disamping poros motor grader,
yaitu untuk mengerjakan permukaan yang oleh sesuatu sebab, tidak boleh di-injak
oleh roda motor grader.
 Circle lift : adalah gerakan naik turun circle (berikut blade) dalam arah vertikal.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-20
Gambar 3.5. : Motor Grader
Tabel 3.16. : Data / Spesifikasi.
No.
Merk /
Model
Lebar
blade
(m)
Lebar blade effective (m)
blade angle
60o
Blade angle
45o
1. GD313A, GD461A 3,125 2,7 2,2
2. GD510R - GD661A 3,710 3,2 2,6
3. GD705A, GD705R,
GD725A
4,320 3,7 3,0
4. GD825A 4,928 4,2 3,5
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
Tabel 3.17. : Kecepatan Kerja.
No. Operation
Working
speed
(km/jam)
1. Road repair 2,0 – 6,0
2. Trenching 1,6 – 4,0
3. Bank finishing 1,6 – 2,6
4. Field grading 1,6 – 4,0
5. Leveling 2,0 – 8,0
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-21
Perhitungan produksi motor grader dengan menggunakan formula sebagai berikut:
 
N
HELLV
Q oe 

Q : Produksi per jam (m3
/jam)
V : Kecepatan kerja (m/jam)
Le : Lebar blade efektif (m)
Lo : Lebar overlap (m)
E : Job efficiency
H : Tebal layer (m)
N : Jumlah pass
3.4.8. THREE WHEEL ROLLER, VIBRATORY ROLLER
3.4.8.1. Three Wheel Roller
Alat pemadat ini adalah type yang tertua, yang hingga kini masih dipergunakan pada
pekerjaan-pekerjaan pembuatan jalan di Indonesia.
Roller ini, pada hakekatnya dipergunakan untuk pemadatan lapisan yang terdiri dari
bahan-bahan yang berbutir kasar, misalnya untuk pembuatan jalan macadam. Meskipun
demikian, cukup baik juga untuk pemadatan tanah sebagai subgrade, base course.
Roller ini umumnya digunakan klas 8 – 10 ton, artinya berat roller dengan roda kosong
adalah 8 ton, sedangkan kalau roda di-isi, beratnya menjadi 10 ton.
Gambar 3.6. : Three Wheel Roller.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-22
Tabel 3.18. : Data / Spesifikasi Alat.
No
.
Uraian Data
1. Type / merk Barat
a
2. Lebar efektif = Driving wheel width
– 0,20 m
1,00 m
3. Kecepatan kerja 4 –
10
km/ja
m
4. Jumlah pass 4 –
12
Sumber : Semarang Surakarta Urban Development Project, 1995 – 2001.
3.4.8.2. Vibratory Roller
Vibratory roller mempergunakan pukulan getar untuk menambah pengaruh tekanan oleh
roda gilasnya. Dengan pukulan-pukulan getar (vibrating) ini dapat dicapai pengaruh
pemadatan yang besarnya 2 sampai 5 kali berat asli (berat statis) roller tersebut.
Vibratory roller baik sekali untuk memadatkan bahan-bahan berbutir kasar.
Berat compaction effect vibratory roller : 10 – 16 ton.
Gambar 3.7. : Vibratory Roller.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-23
Tabel 3.19. : Kecepatan Kerja.
No. Roller Operating speed
1. Vibration
roller
 1,5 km/jam
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
Tabel 3.20. : Data / Spesifikasi.
No. Model
Operating
weight (kg)
Drum width
(m)
1. JV80A 8.000 1,650
2. JV100A 9.600 2,130
3. JV100WA 10.590 2,130
4. JV100WP 11.490 2,130
5. JV140WA 13.600 2,100
6. JV140WAP 13.900 2,100
7. JV180WA 17.500 2,100
8. JV180WAP 17.800 2,100
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
Tabel 3.21. : Jumlah Lintasan Pemadatan.
No. Roller Number of compaction
passes
1. Vibration roller 4 – 12
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
Tabel 3.22. : Lebar Effective Pemadatan.
No. Type Effective compaction
width
1. Vibration roller Lebar roller – 0,20 m
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-24
Perhitungan produksi roller tersebut diatas dengan menggunakan formula
sebagai berikut :
N
EHVW
Q


Dimana :
Q : Produksi per jam (m3
/jam)
W : Lebar efektif pemadatan (m)
V : Kecepatan kerja (m/jam)
H : Tebal padat satu lapis (m)
N : Jumlah pass
E : Job efficiency
3.4.9. WATER TANK TRUCK
Dioperasikan untuk : Pemberi air sesuai dengan kadar air yang diperlukan pada waktu
pemadatan.
Gambar1.4.9. : Water tank truck.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-25
Tabel 3.23. : Data / Spesifikasi.
No. Uraian Data
1. Type / merk Hino
2. Kapasitas 8.000 liter
3. Kecepatan pada kondisi isi 50 km/jam
4. Kecepatan pada kondisi kosong 60 km/jam
5. Faktor kecepatan 0,85
6. Waktu watering 5,00 menit
7. Waktu tunggu untuk isi kembali 0,30 menit
Sumber : Semarang Surakarta Urban Development Project, 1995 – 2001.
Pendekatan perhitungan produksi water tank truck dengan menggunakan
formula sebagai berikut :
Cmt
ME60C
P


2
2
1
1
t
V
D
t
V
D
CmsCmt 
di mana :
P : Produksi per jam (Ltr/jam)
C : Kapasitas water tank truck (Ltr)
E : Job efficiency
Cmt : Cycle time (menit)
M : Jumlah Water Tank Truck
Cms : Waktu muat (menit)
D/V1 : Waktu angkut (menit)
t1 : Waktu transfer air (menit)
D/V2 : Waktu kembali (menit)
t2 : Waktu tunggu untuk pengisian kembali (menit)
D : Jarak angkut (m)
V1 : Kecepatan rata-rata water tank truck bermuatan (m/menit)
V2 : Kecepatan rata-rata water tank truck kosong (m/menit)
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-26
3.4.10. PEMILIHAN ALAT BERAT
Pemilihan alat berat antara lain didasarkan pada :
 Skala proyek, atau besar / kecil pekerjaan.
 Waktu yang tersedia atau waktu yang ditentukan.
 Jenis pekerjaan.
 Pertimbangan keseimbangan kapasitas dari kombinasi operasi alat.
 Kondisi medan kerja.
 Kemudahan didapatnya alat yang dipilih tersebut dipasaran atau di-lapangan.
a. Pekerjaan Timbunan Tanah
Untuk analisis pekerjaan ini diperlukan data sebagai berikut :
 Volume timbunan
 Jarak angkut dari quarry ke tempat pekerjaan
 Waktu yang disediakan
Alat yang digunakan umumnya (option) :
 Bulldozer, Caterpillar D5B
 Excavator, Komatsu PC 200, Cap. 0,80 m3
 Dump Truck, Hino, Cap. 6 m3
 Motor Grader, Komatsu GD510R
 Vibratory Roller, Sakai SV500
 Water Tank Truck, Hino, Cap. 5000 ltr
Type atau kapasitas alat berat beserta jumlahnya bisa ditentukan dan dihitung
berdasarkan volume timbunan dan waktu yang disediakan.
Atau sebaliknya alat ditentukan dahulu kemudian berapa kemampuan kapasitas alat
tersebut untuk dapat mengerjakan suatu volume tertentu.
b. Pekerjaan Galian Tanah
Untuk analisis pekerjaan ini diperlukan data sebagai berikut :
 Volume galian
 Jarak angkut dari galian ke tempat buangan
 Waktu yang disediakan
Alat yang digunakan umumnya (option) :
 Bulldozer, Caterpillar D5B
 Excavator, Komatsu PC 200, Cap. 0,80 m3
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-27
 Dump Truck, Hino, Cap. 6 m3
 Motor Grader, Komatsu GD510R
Type atau kapasitas alat berat beserta jumlahnya bisa ditentukan dan dihitung
berdasarkan volume galian dan waktu yang disediakan.
Atau sebaliknya alat ditentukan dahulu kemudian berapa kemampuan kapasitas alat
tersebut untuk dapat mengerjakan suatu volume tertentu.
3.4.11. KONVERSI VOLUME TANAH
Faktor konversi volume tanah mengacu pada Tabel 3.24.
Tabel 3.24. : Faktor Konversi Volume Tanah.
Nature Initial Conditions of earth to be moved
of earth condition Bank
Condition
Loosened
Condition
Compacted
Condition
Bank Condition 1,00 1,43 0,90
Clay Loosened Condition 0,70 1,00 0,63
Compacted
Condition
1,11 1,59 1,00
Bank Condition 1,00 1,13 1,03
Gravels Loosened Condition 0,88 1,00 0,91
Compacted
Condition
0,97 1,10 1,00
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-28
3.4.12. JOB EFFICIENCY
Job efficiency alat mengacu pada Tabel 4.12 berikut ini. Pendekatan dapat dilakukan
untuk alat lain.
Tabel 3.25. : Job Efficiency.
Operating
conditions
Excavator
Dump
truck
Bulldozer
Motor
grader
Wheel
Loader
Good 0,83 0,83 0,83 0,80 0,83
Average 0,75 0,80 0,75 0,70 0,75
Rather poor 0,67 0,75 0,67 0,60 0,67
Poor 0,58 0,70 0,58 0,50 0,58
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
3.4.13. PENDEKATAN KONDISI KERJA
Hari dan jam kerja yang direncanakan untuk pelaksanaan konstruksi berdasarkan asumsi
/ estimit sebagai berikut :
a. Hari minggu dan hari libur resmi nasional tidak ada jam kerja, kecuali mengejar target
penyelesaian atau kondisi khusus.
b. Setiap bulan tidak ada hari kerja selama 2 hari untuk maintenance peralatan.
c. Anggapan jam kerja harian = 8 jam kerja.
d. Hari kerja efektip dalam setahun :
 Hari minggu dalam setahun = 52 hari
 Hari libur resmi nasional = 13 hari
 Maintenance peralatan = 24 hari
 Hari hujan dalam setahun :
o Januari : 50 % x 31 hari = 15 hari
o Februari : 40 % x 28 hari = 11 hari
o Maret : 30 % x 31 hari = 9 hari
o Oktober : 30 % x 31 hari = 9 hari
o Nopember : 40 % x 30 hari = 12 hari
o Desember : 50 % x 31 hari = 15 hari
Jumlah hari tidak bekerja = 160 hari
Jumlah hari kerja effective = 365 – 160 = 205 hari
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-29
Prosen hari kerja efektip =
365
205
= 56 %
Angka ini mempunyai nilai variabel sesuai dengan kajian secara khusus.
3.4.14. WAKTU PENYELESAIAN PEKERJAAN
Formula umum :
soQ
V
T 
dimana :
T =Waktu yang diperlukan
V =Volume pekerjaan
Qso =Site output terkecil dari produksi kombinasi peralatan
3.4.15. PENDEKATAN PRODUKSI ALAT
Pendekatan perhitungan produksi alat berat diberikan secara computerized program pada
Lampiran dan hasilnya dirangkum sebagai berikut :
3.4.15.1. Peralatan Pekerjaan Galian Tanah
Bulldozer, Excavator, Motor grader.
No. Alat
Produksi per jam
(BCM)
Produksi per hari
(BCM)
1. Bulldozer, Caterpillar
D5B
103,70 830
2. Excavator, Komatsu
PC200
104,00 832
3. Motor Grader, Komatsu
GD510R
228,70 1.830
Site output 103,70 830
Keterangan : BCM = Bank Cubic Meter.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-30
Dump truck.
Jarak
(km)
Jumlah
Dump
truck
Produksi per jam
(BCM)
Produksi per
hari (BCM)
2 5 112,00 896
4 8 113,70 909
6 10 104,30 834
8 13 106,50 852
10 16 108,60 869
12 18 104,60 837
14 21 105,80 847
16 24 107,50 860
18 26 103,70 830
20 29 105,60 844
22 32 105,30 842
24 34 104,70 838
26 37 106,20 850
28 39 103,70 830
30 43 105,40 843
Keterangan : BCM = Bank Cubic Meter.
3.4.15.2. Peralatan Pekerjaan Timbunan Tanah
Bulldozer, Excavator, Motor grader, Vibratory roller.
No. Alat
Produksi
per jam
(CCM)
Produksi
per hari
(CCM)
1. Bulldozer, Caterpillar D5B 93,40 747
2. Excavator, Komatsu PC200 93,60 749
3. Motor Grader, Komatsu GD510R 205,80 1.646
4. Vibratory roller, Sakai SV500 94,10 753
Site output 93,40 747
Keterangan : CCM = Compacted Cubic Meter.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-31
Dump truck.
Jarak
(km)
Jumlah Dump
truck
Produksi per jam
(CCM)
Produksi per hari
(CCM)
2 5 100,80 806
4 8 102,30 818
6 10 93,90 751
8 13 95,80 767
10 16 97,80 782
12 18 94,10 753
14 21 95,30 762
16 24 96,80 774
18 26 93,40 747
20 29 95,00 760
22 32 94,80 758
24 34 94,20 754
26 37 95,60 765
28 39 93,40 747
30 43 94,80 759
Keterangan : CCM = Compacted Cubic Meter.
Water tank truck.
Jarak
Jumlah Water
tank truck
Produksi per jam
(CCM)
Produksi per hari
(CCM)
2 1 193,20 1.546
4 1 144,90 1.159
6 1 115,90 927
8 1 96,60 773
10 2 165,60 1.325
12 2 144,90 1.159
14 2 128,80 1.030
16 2 115,90 927
18 2 105,40 843
20 2 96,60 773
22 3 133,70 1.070
24 3 124,20 994
26 3 115,90 927
28 3 108,70 870
30 3 102,30 818
Keterangan : CCM = Compacted Cubic Meter.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Rangkuman
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) R-1
RANGKUMAN
Perkerasan jalan lentur (hotmix) secara umum terdiri dari beberapa jenis lapisan
perkerasan yaitu :
 Lapisan tanah dasar (sub grade)
 Lapisan pondasi bawah (subbase course)
 Lapisan pondasi atas (base course)
 Lapisan permukaan / penutup (surface course)
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :Lapisan tanah
dasar, tanah galian.
 Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
 Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Urugan dibagi dalam 2 macam sesuai dengan maksud penggunaannya yaitu :
 Urugan biasa, adalah urugan yang digunakan untuk pencapaian elevasi akhir
subgrade yang disyaratkan dalam gambar perencanaan tanpa maksud khusus lainnya.
Urugan biasa ini juga digunakan untuk penggantian material existing subgrade yang
tidak memenuhi syarat.
 Urugan pilihan, adalah urugan yang digunakan untuk pencapaian elevasi akhir
subgrade yang disyaratkan dalam gambar perencanaan dengan maksud khusus
lainnya, misalnya untuk mengurangi tebal lapisan pondasi bawah, untuk memperkecil
gaya lateral tekanan tanah dibelakang dinding penahan tanah talud jalan.
Pengelompokan dari jenis-jenis tanah yaitu :
 Klasifikasi tanah menurut AASHTO system.
 Klasifikasi tanah menurut Unified System (sebagai pengembangan dari sistim
Casagrande).
Pekerjaan pembersihan, adalah pembersihan segala macam tumbuh-tumbuhan, pohon-
pohon, semak-semak, tanaman lain, sampah dan bahan-bahan lain yang mengganggu,
termasuk pencabutan akar-akar, sisa-sisa konstruksi dan material.
Ada dua jenis pekerjaan pembersihan dan pembongkaran, yaitu:
 Pembersihan ringan
 Pembersihan berat
Tugas-tugas inspektor dalam pekerjaan pembersihan dan pembongkaran yang
ditetapkan sesuai spesifikasi, adalah:
1) Mengenali batas-batas pekerjaan pembersihan dan pembongkaran yang telah
ditetapkan inspektor sesuai spesifikasi umum.
2) Memasang dan menjaga patok-patok elevasi tetap pada tempat dan ketinggian yang
seharusnya.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Rangkuman
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) R-2
3) Mengajukan persetujuan lokasi pembuangan pekerjaan pembersihan kepada Direksi
Teknik
4) Jika ternyata ada bangunan utility, pelaksana wajib segera melaporkan ke Direksi
Teknik untuk penyelesaian selanjutnya
5) Menjaga kemajuan dan mutu pekerjaan, agar sesuai dengan jadwal pelaksanaan
dan spesifikasi umum.
6) Setiap perubahan / penyesuaian yang akan dilaksanakan, harus dengan persetujuan
Direksi Teknik
Pekerjaan tanah adalah pembentukan badan jalan dan saluran samping sesuai
dengan ketinggian (elevasi) tiap bagian jalan yang direncanakan.
Untuk mencapai permukaan tanah dasar badan jalan sesuai rencana ,perlu pekerjaan
galian dan timbunan.
Pada dasarnya daya dukung tanah dapat diperbaiki dengan 2 (dua) cara, yaitu:
 Dengan Pemadatan
 Dengan membuat Drainase yang baik
Macam alat pemadat untuk pekerjaan ‘sub grade’, antara lain adalah sebagai berikut:
 ‘Sheep Foot Roller’ (Penggilas Jenis Kaki Kambing)
Prinsip Sheep Foot Roller ini, adalah sebuah silinder yang di bagian luarnya
dipasang kaki-kaki. Pada kaki-kaki ini terjadi tekanan yang tinggi, sehingga kaki-
kaki ini masuk ke dalam tanah dan memberikan pemadatan dari bawah.
‘Sheep Foot Roller’ ini baik digunakan untuk tanah berpasir yang sedikit
mengandung lempung dan juga untuk tanah yang plastis dan kohesif. Untuk tebal
lapisan antara 15 – 25 cm, ‘roller ‘ ini masih berhasil guna.
 Penggilas dengan Getaran (‘Vibration Roller’)
Alat pemadat ini mempunyai efesiensi pemadatan yang sangat baik. Alat ini
memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan.
Efek yang diakibatkan ‘vibration roller’, adalah gaya dinamis terhadap tanah.
Butir-butir tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong yang terdapat di
antara butir-butirnya, sehingga akibat getaran ini tanah menjadi padat dan
dengan susunan yang lebih kompak.
Pekerjaan galian dibagi 2 menurut sifat pengerjaannya yaitu :
 Galian padas, mencakup galian dari batu dengan volume 1 m3
atau lebih dari seluruh
padas atau bahan lainnya yang menurut pendapat Pengawas hanya dapat dilepaskan
dengan penggaru yang ditarik oleh traktor dengan berat minimum 15 ton dan tenaga
kuda netto sebesar 180 Tenaga Kuda.
 Galian biasa, mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai galian
padas.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Rangkuman
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) R-3
Pekerjaan pemasangan urugan mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan
dan pemadatan tanah untuk pembentukan badan jalan.
Pekerjaan penyiapan badan jalan mencakup menyiapkan permukaan tanah untuk
pemasangan lapis pondasi bawah (sirtu), permukaan jalan lama untuk pemasangan lapis
pondasi agregat (sirtu / macadam).
Pekerjaan meliputi galian minor atau penggarukan serta urugan yang disusul dengan
pembentukan, pemadatan dan memelihara permukaan sampai dengan material
perkerasan ditempatkan di atasnya
Pada pekerjaan timbunan tanah, alternatif alat yang digunakan adalah :
 Bulldozer : digunakan untuk pembersihan dan pengupasan badan jalan, mendorong
material dan sebagainya, termasuk menumbangkan pohon yang berada dilokasi
rencana badan jalan.
 Wheel Loader : untuk memindahkan bahan dalam jarak dekat dari suatu lokasi
ketempat kendaraan pengangkut jarak jauh (dump truck).
 Dump truck : untuk memindahkan bahan dalam jarak jauh.
 Motor Grader : untuk pekerjaan perataan.
 Vibratory Roller : untuk alat pemadat, dapat juga digunakan alternatif pilihan lain
seperti Three Wheel Roller, Pneumatic Tire Roller.
 Water tank truck : untuk alat pemberi air sesuai dengan kadar air yang diperlukan
pada waktu pemadatan.
Pada pekerjaan galian tanah, alternatif alat yang digunakan adalah :
 Excavator : untuk memotong perbukitan, menggali tanah dan material yang dapat
langsung dipindahkan ke dump truck.
 Dump truck : untuk memindahkan bahan dalam jarak jauh.
Pemilihan alat berat antara lain didasarkan pada :
 Skala proyek, atau besar / kecil pekerjaan.
 Waktu yang tersedia atau waktu yang ditentukan.
 Jenis pekerjaan.
 Pertimbangan keseimbangan kapasitas dari kombinasi operasi alat.
 Kondisi medan kerja.
 Kemudahan didapatnya alat yang dipilih tersebut dipasaran atau di-lapangan.
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Daftar Pustaka
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) DP-1
DAFTAR PUSTAKA
1. Hand Book Of Soil Mechanics, By Arpad Kezdi.
2. Contruction Planning, Equipment and Method, By R.L.Peurifoy.
3. Highway Enggineering Handbook, By Kenneth B Woods
4. Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi I & II, Oleh Imam Soekoto
5. Drainage Engineering, By James M Luthin.
6. Alat-alat Berat dan Penggunaannya, Oleh Ir. Rochmanhadi
7. Caterpilar Performance Handbook, Edition 29
8. Leaflets : Caterpillar, Komatsu, Fassi

More Related Content

What's hot

2007 11-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
2007 11-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan2007 11-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
2007 11-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalanahmad fuadi
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatanFarid Thahura
 
Analisa lalu lintas harian rata
Analisa lalu lintas harian rataAnalisa lalu lintas harian rata
Analisa lalu lintas harian rataPawanto Atmajaya
 
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Harsanty Seran
 
Sand cone test (Tes Kepadatan Tanah di Lapangan)
Sand cone test (Tes Kepadatan Tanah di Lapangan)Sand cone test (Tes Kepadatan Tanah di Lapangan)
Sand cone test (Tes Kepadatan Tanah di Lapangan)Angga Nugraha
 
SNI beton 7833-2012 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang ...
SNI beton 7833-2012 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang ...SNI beton 7833-2012 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang ...
SNI beton 7833-2012 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang ...Mira Pemayun
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangMira Pemayun
 
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss PileCara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss PileAngga Nugraha
 
2007 09-pekerjaan pekerasan jalan
2007 09-pekerjaan pekerasan jalan2007 09-pekerjaan pekerasan jalan
2007 09-pekerjaan pekerasan jalanahmad fuadi
 
Manual desain-perkerasan-jalan-2017
Manual desain-perkerasan-jalan-2017Manual desain-perkerasan-jalan-2017
Manual desain-perkerasan-jalan-2017NUR SETIAJI
 
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)andribacotid
 
Manual desain-perkerasan-jalan-nomor-02-m-bm-2013
Manual desain-perkerasan-jalan-nomor-02-m-bm-2013Manual desain-perkerasan-jalan-nomor-02-m-bm-2013
Manual desain-perkerasan-jalan-nomor-02-m-bm-2013Agus Budi Prasetyo
 
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMakalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMOSES HADUN
 
PPT PERKERASAN JALAN RAYA 2015
PPT PERKERASAN JALAN RAYA 2015PPT PERKERASAN JALAN RAYA 2015
PPT PERKERASAN JALAN RAYA 2015Herizki Trisatria
 

What's hot (20)

Metode jalan beton
Metode jalan betonMetode jalan beton
Metode jalan beton
 
2007 11-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
2007 11-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan2007 11-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
2007 11-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
 
Sni tiang pancang
Sni tiang pancangSni tiang pancang
Sni tiang pancang
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
 
Analisa lalu lintas harian rata
Analisa lalu lintas harian rataAnalisa lalu lintas harian rata
Analisa lalu lintas harian rata
 
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
 
Sand cone test (Tes Kepadatan Tanah di Lapangan)
Sand cone test (Tes Kepadatan Tanah di Lapangan)Sand cone test (Tes Kepadatan Tanah di Lapangan)
Sand cone test (Tes Kepadatan Tanah di Lapangan)
 
SNI beton 7833-2012 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang ...
SNI beton 7833-2012 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang ...SNI beton 7833-2012 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang ...
SNI beton 7833-2012 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang ...
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton Bertulang
 
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss PileCara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
 
2007 09-pekerjaan pekerasan jalan
2007 09-pekerjaan pekerasan jalan2007 09-pekerjaan pekerasan jalan
2007 09-pekerjaan pekerasan jalan
 
Manual desain-perkerasan-jalan-2017
Manual desain-perkerasan-jalan-2017Manual desain-perkerasan-jalan-2017
Manual desain-perkerasan-jalan-2017
 
PPT JEMBATAN
PPT JEMBATANPPT JEMBATAN
PPT JEMBATAN
 
Metode pelaksanaan-konstruksi-jembatan
Metode pelaksanaan-konstruksi-jembatanMetode pelaksanaan-konstruksi-jembatan
Metode pelaksanaan-konstruksi-jembatan
 
1. analisis slab lantai jembatan
1. analisis slab lantai jembatan1. analisis slab lantai jembatan
1. analisis slab lantai jembatan
 
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
 
Manual desain-perkerasan-jalan-nomor-02-m-bm-2013
Manual desain-perkerasan-jalan-nomor-02-m-bm-2013Manual desain-perkerasan-jalan-nomor-02-m-bm-2013
Manual desain-perkerasan-jalan-nomor-02-m-bm-2013
 
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMakalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
 
Tabel baja-wf-lrfd
Tabel baja-wf-lrfdTabel baja-wf-lrfd
Tabel baja-wf-lrfd
 
PPT PERKERASAN JALAN RAYA 2015
PPT PERKERASAN JALAN RAYA 2015PPT PERKERASAN JALAN RAYA 2015
PPT PERKERASAN JALAN RAYA 2015
 

Similar to 2007 07-pekerjaan tanah

2007 08-pekerjaan drainase
2007 08-pekerjaan drainase2007 08-pekerjaan drainase
2007 08-pekerjaan drainaseahmad fuadi
 
2007 13-metode kerja
2007 13-metode kerja2007 13-metode kerja
2007 13-metode kerjaahmad fuadi
 
2007 06-pengukuran dan pematokan
2007 06-pengukuran dan pematokan2007 06-pengukuran dan pematokan
2007 06-pengukuran dan pematokanahmad fuadi
 
2007 03-bahan jalan
2007 03-bahan jalan2007 03-bahan jalan
2007 03-bahan jalanahmad fuadi
 
2006 06-pengukuran dan pematokan
2006 06-pengukuran dan pematokan2006 06-pengukuran dan pematokan
2006 06-pengukuran dan pematokanahmad fuadi
 
2007 10-pekerjaan beton
2007 10-pekerjaan beton2007 10-pekerjaan beton
2007 10-pekerjaan betonahmad fuadi
 
2007 05-alat berat
2007 05-alat berat2007 05-alat berat
2007 05-alat beratahmad fuadi
 
2006 07-pekerjaan tanah
2006 07-pekerjaan tanah2006 07-pekerjaan tanah
2006 07-pekerjaan tanahahmad fuadi
 
2006 10-pemeliharaan jalan darurat dan pemeliharaan lalu lintas
2006 10-pemeliharaan jalan darurat dan pemeliharaan lalu lintas2006 10-pemeliharaan jalan darurat dan pemeliharaan lalu lintas
2006 10-pemeliharaan jalan darurat dan pemeliharaan lalu lintasahmad fuadi
 
2007 14-teknik pelaporan
2007 14-teknik pelaporan2007 14-teknik pelaporan
2007 14-teknik pelaporanahmad fuadi
 
2007 01-keselamatan kesehatan kerja
2007 01-keselamatan  kesehatan kerja2007 01-keselamatan  kesehatan kerja
2007 01-keselamatan kesehatan kerjaahmad fuadi
 
2007 04-gambar teknik
2007 04-gambar teknik2007 04-gambar teknik
2007 04-gambar teknikahmad fuadi
 
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota - Bina Marga_1997
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota - Bina Marga_1997Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota - Bina Marga_1997
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota - Bina Marga_1997University of Widyagama Malang
 
File_Soal_17_158_29_1676969129.pptx
File_Soal_17_158_29_1676969129.pptxFile_Soal_17_158_29_1676969129.pptx
File_Soal_17_158_29_1676969129.pptxOnieChicarito
 
2005-04-Rekayasa lapangan dan kaji ulang desain.pdf
2005-04-Rekayasa lapangan dan kaji ulang desain.pdf2005-04-Rekayasa lapangan dan kaji ulang desain.pdf
2005-04-Rekayasa lapangan dan kaji ulang desain.pdfivanrsd70
 
2006 02-membaca data geoteknik
2006 02-membaca data geoteknik2006 02-membaca data geoteknik
2006 02-membaca data geoteknikahmad fuadi
 
Peraturan_Perundang_Undangan_di_Lingkung.ppsx
Peraturan_Perundang_Undangan_di_Lingkung.ppsxPeraturan_Perundang_Undangan_di_Lingkung.ppsx
Peraturan_Perundang_Undangan_di_Lingkung.ppsxbudimancs
 
2006 05-alat berat
2006 05-alat berat2006 05-alat berat
2006 05-alat beratahmad fuadi
 
-Powerpoint-Pemeliharaan-JALAN-Kemal.pptx
-Powerpoint-Pemeliharaan-JALAN-Kemal.pptx-Powerpoint-Pemeliharaan-JALAN-Kemal.pptx
-Powerpoint-Pemeliharaan-JALAN-Kemal.pptxvickrygaluh59
 
2007 02-manajemen
2007 02-manajemen2007 02-manajemen
2007 02-manajemenahmad fuadi
 

Similar to 2007 07-pekerjaan tanah (20)

2007 08-pekerjaan drainase
2007 08-pekerjaan drainase2007 08-pekerjaan drainase
2007 08-pekerjaan drainase
 
2007 13-metode kerja
2007 13-metode kerja2007 13-metode kerja
2007 13-metode kerja
 
2007 06-pengukuran dan pematokan
2007 06-pengukuran dan pematokan2007 06-pengukuran dan pematokan
2007 06-pengukuran dan pematokan
 
2007 03-bahan jalan
2007 03-bahan jalan2007 03-bahan jalan
2007 03-bahan jalan
 
2006 06-pengukuran dan pematokan
2006 06-pengukuran dan pematokan2006 06-pengukuran dan pematokan
2006 06-pengukuran dan pematokan
 
2007 10-pekerjaan beton
2007 10-pekerjaan beton2007 10-pekerjaan beton
2007 10-pekerjaan beton
 
2007 05-alat berat
2007 05-alat berat2007 05-alat berat
2007 05-alat berat
 
2006 07-pekerjaan tanah
2006 07-pekerjaan tanah2006 07-pekerjaan tanah
2006 07-pekerjaan tanah
 
2006 10-pemeliharaan jalan darurat dan pemeliharaan lalu lintas
2006 10-pemeliharaan jalan darurat dan pemeliharaan lalu lintas2006 10-pemeliharaan jalan darurat dan pemeliharaan lalu lintas
2006 10-pemeliharaan jalan darurat dan pemeliharaan lalu lintas
 
2007 14-teknik pelaporan
2007 14-teknik pelaporan2007 14-teknik pelaporan
2007 14-teknik pelaporan
 
2007 01-keselamatan kesehatan kerja
2007 01-keselamatan  kesehatan kerja2007 01-keselamatan  kesehatan kerja
2007 01-keselamatan kesehatan kerja
 
2007 04-gambar teknik
2007 04-gambar teknik2007 04-gambar teknik
2007 04-gambar teknik
 
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota - Bina Marga_1997
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota - Bina Marga_1997Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota - Bina Marga_1997
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota - Bina Marga_1997
 
File_Soal_17_158_29_1676969129.pptx
File_Soal_17_158_29_1676969129.pptxFile_Soal_17_158_29_1676969129.pptx
File_Soal_17_158_29_1676969129.pptx
 
2005-04-Rekayasa lapangan dan kaji ulang desain.pdf
2005-04-Rekayasa lapangan dan kaji ulang desain.pdf2005-04-Rekayasa lapangan dan kaji ulang desain.pdf
2005-04-Rekayasa lapangan dan kaji ulang desain.pdf
 
2006 02-membaca data geoteknik
2006 02-membaca data geoteknik2006 02-membaca data geoteknik
2006 02-membaca data geoteknik
 
Peraturan_Perundang_Undangan_di_Lingkung.ppsx
Peraturan_Perundang_Undangan_di_Lingkung.ppsxPeraturan_Perundang_Undangan_di_Lingkung.ppsx
Peraturan_Perundang_Undangan_di_Lingkung.ppsx
 
2006 05-alat berat
2006 05-alat berat2006 05-alat berat
2006 05-alat berat
 
-Powerpoint-Pemeliharaan-JALAN-Kemal.pptx
-Powerpoint-Pemeliharaan-JALAN-Kemal.pptx-Powerpoint-Pemeliharaan-JALAN-Kemal.pptx
-Powerpoint-Pemeliharaan-JALAN-Kemal.pptx
 
2007 02-manajemen
2007 02-manajemen2007 02-manajemen
2007 02-manajemen
 

More from ahmad fuadi

2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin
2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin
2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalinahmad fuadi
 
2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalanahmad fuadi
 
2007 05-analisis dan interpretasi hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 05-analisis dan interpretasi hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan2007 05-analisis dan interpretasi hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 05-analisis dan interpretasi hasil penyelidikan tanah untuk badan jalanahmad fuadi
 
2007 04-pengujian mekanika tanah di lapangan dan di laboratorium untuk badan ...
2007 04-pengujian mekanika tanah di lapangan dan di laboratorium untuk badan ...2007 04-pengujian mekanika tanah di lapangan dan di laboratorium untuk badan ...
2007 04-pengujian mekanika tanah di lapangan dan di laboratorium untuk badan ...ahmad fuadi
 
2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalanahmad fuadi
 
2007 02-desk study dan survai pendahuluan
2007 02-desk study dan survai pendahuluan2007 02-desk study dan survai pendahuluan
2007 02-desk study dan survai pendahuluanahmad fuadi
 
2007 01-uujk, smk3
2007 01-uujk, smk32007 01-uujk, smk3
2007 01-uujk, smk3ahmad fuadi
 
2006 12-teknik pelaporan
2006 12-teknik pelaporan2006 12-teknik pelaporan
2006 12-teknik pelaporanahmad fuadi
 
2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan
2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan
2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatanahmad fuadi
 
2006 09-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
2006 09-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan2006 09-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
2006 09-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalanahmad fuadi
 
2006 08-pekerjaan beton
2006 08-pekerjaan beton2006 08-pekerjaan beton
2006 08-pekerjaan betonahmad fuadi
 
2006 04-membaca gambar
2006 04-membaca gambar2006 04-membaca gambar
2006 04-membaca gambarahmad fuadi
 
2006 03-bahan jembatan
2006 03-bahan jembatan2006 03-bahan jembatan
2006 03-bahan jembatanahmad fuadi
 

More from ahmad fuadi (13)

2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin
2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin
2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin
 
2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
 
2007 05-analisis dan interpretasi hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 05-analisis dan interpretasi hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan2007 05-analisis dan interpretasi hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 05-analisis dan interpretasi hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
 
2007 04-pengujian mekanika tanah di lapangan dan di laboratorium untuk badan ...
2007 04-pengujian mekanika tanah di lapangan dan di laboratorium untuk badan ...2007 04-pengujian mekanika tanah di lapangan dan di laboratorium untuk badan ...
2007 04-pengujian mekanika tanah di lapangan dan di laboratorium untuk badan ...
 
2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan
 
2007 02-desk study dan survai pendahuluan
2007 02-desk study dan survai pendahuluan2007 02-desk study dan survai pendahuluan
2007 02-desk study dan survai pendahuluan
 
2007 01-uujk, smk3
2007 01-uujk, smk32007 01-uujk, smk3
2007 01-uujk, smk3
 
2006 12-teknik pelaporan
2006 12-teknik pelaporan2006 12-teknik pelaporan
2006 12-teknik pelaporan
 
2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan
2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan
2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan
 
2006 09-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
2006 09-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan2006 09-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
2006 09-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
 
2006 08-pekerjaan beton
2006 08-pekerjaan beton2006 08-pekerjaan beton
2006 08-pekerjaan beton
 
2006 04-membaca gambar
2006 04-membaca gambar2006 04-membaca gambar
2006 04-membaca gambar
 
2006 03-bahan jembatan
2006 03-bahan jembatan2006 03-bahan jembatan
2006 03-bahan jembatan
 

Recently uploaded

001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 

Recently uploaded (6)

001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 

2007 07-pekerjaan tanah

  • 1. SIR – 07 = PEKERJAAN TANAH PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) 2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
  • 2. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) i KATA PENGANTAR Modul ini berisi bahasan tentang pelaksanaan pekerjaan tanah dalam pekerjaan konstruksi jalan. Pengetahuan ini sangat bermanfaat dalam menunjang tugas- tugas inspektur jalan dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan pekerjaan jalan. Inspeksi pekerjaan jalan dalam rangka pengawasan pekerjaan jalan dimaksudkan agar hasil pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ketentuan spesifikasi dan dokumen kontrak lainnya. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan tanah mencakup pengawasan terhadap pekerjaan persiapan, pembersihan lapangan, timbunan, galian, dan penyiapan badan jalan termasuk pengetahuan mengenai jenis dan sifat tanah, pemilihana peralatan serta cara pemadatan. Modul ini disusun berdasarkan dokumen pelaksanaan pekerjaan jalan yang secara umum digunakan oleh penyelenggara jalan. Diharapkan modul ini bermanfaat bagi para pembaca terutama dalam meningkatkan kemampuan pengawasan pekerjaan jalan. Jakarta, Desember 2005 Penyusun
  • 3. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) ii LEMBAR TUJUAN JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Roads) MODEL PELATIHAN : Lokakarya terstruktur TUJUAN UMUM PELATIHAN : Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu melaksanakan pengawasan dan pelaporan pekerjaan konstruksi jalan untuk memastikan kesesuaian dengan rencana, metode kerja dan dokumen kontrak. TUJUAN KHUSUS PELATIHAN : Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu: 1. Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2. Melaksanakan Manajemen 3. Mengenal Bahan Jalan 4. Membuat Gambar Teknik 5. Mengenal Alat Berat 6. Melaksanakan Pengukuran dan pematokan 7. Melaksanakan Pekerjaan Tanah 8. Melaksanakan Pekerjaan Drainase 9. Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Jalan 10. Melaksanakan Pekerjaan Beton 11. Melaksanakan Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan 12. Melaksanakan Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas 13. Melaksanakan Metode Kerja 14. Menyusun Pelaporan
  • 4. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) iii NOMOR : SIR-07 JUDUL MODUL : PEKERJAAN TANAH TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu memeriksa hasil pelaksanaan pekerjaan tanah konstruksi jalan dan memastikan kesesuaian dengan gambar rencana dan gambar kerja. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Pada akhir pelatihan peserta mampu : 1. Memeriksa hasil pelaksanaan pekerjaan tanah dasar 2. Memeriksa hasil pelaksanaan pekerjaan galian. 3. Memeriksa hasil pelaksanaan pekerjaan timbunan. 4. Memahami jenis peralatan untuk pekerjaan tanah .
  • 5. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) iv DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................. i LEMBAR TUJUAN .................................................................................... ii DAFTAR ISI ............................................................................................... iv DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (Site Inspector of Road) ............................................................................ vi DAFTAR MODUL ...................................................................................... vii PANDUAN PEMBELAJARAN .................................................................. viii BAB I PEKERJAAN TANAH DASAR .................................................. I-1 1.1. LAPISAN TANAH DASAR (SUBGRADE) .................................................................... I-1 1.2. JENIS DAN SIFAT TANAH................................................ I-2 1.2.1 Urugan .................................................................. I-2 1.2.2 Urugan Biasa ........................................................ I-2 1.2.3 Urugan Pilihan....................................................... I-3 BAB II PEKERJAAN TANAH................................................................ II-1 2.1. PEMBERSIHAN DAN PEMBONGKARAN (CLEARING AND GRUBBING).............................................................. II-1 2.1.1 Pembersihan Ringan............................................. II-1 2.2. GALIAN ............................................................................. II-4 2.3. TIMBUNAN........................................................................ II-5 2.4. PENYIAPAN TANAH DASAR (SUBGRADE PREPARATION).......................................... II-6 BAB III PELAKSANAAN DAN PERALATAN ........................................ III-1 3.1 GALIAN ............................................................................. III-1 3.2 URUGAN ........................................................................... III-3 3.3 PENYIAPAN BADAN JALAN ............................................. III-5 3.4 PERALATAN ..................................................................... III-6
  • 6. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) v 3.4.1 Peralatan Untuk Pekerjaan Timbunan................... III-7 3.4.2 Peralatan Untuk Pekerjaan Galian ........................ III-7 3.4.3 Bulldozer ............................................................... III-7 3.4.4 Wheel Loader........................................................ III-11 3.4.5 Excavator .............................................................. III-14 3.4.6 Dump Truck........................................................... III-17 3.4.7 Motor Grader......................................................... III-19 3.4.8 Three Wheel Roller, Vibratory Roller ..................... III-21 3.4.9 Water Tank Truck.................................................. III-24 3.4.10 Pemilihan Alat Berat.............................................. III-26 3.4.11 Konversi Volume Tanah ........................................ III-27 3.4.12 Job Efficiency ........................................................ III-28 3.4.13 Pendekatan Kondisi Kerja ..................................... III-28 3.4.14 Waktu Penyelesaian Pekerjaan............................. III-29 3.4.15 Pendekatan Produksi Alat ..................................... III-29 RANGKUMAN DAFTAR PUSTAKA HAND OUT
  • 7. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) vi DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (Site Inspector of Road) 1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road) dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road) unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan. 2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut. 3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road).
  • 8. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) vii DAFTAR MODUL Jabatan Kerja : Site Inspector of Roads (SIR) Nomor Modul Kode Judul Modul 1 SIR – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2 SIR – 02 Manajemen 3 SIR – 03 Bahan Jalan 4 SIR – 04 Gambar Teknik 5 SIR – 05 Alat Berat 6 SIR – 06 Pengukuran dan Pematokan 7 SIR – 07 Pekerjaan Tanah 8 SIR – 08 Pekerjaan Drainase 9 SIR – 09 Pekerjaan Perkerasan Jalan 10 SIR – 10 Pekerjaan Beton 11 SIR – 11 Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan 12 SIR – 12 Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas 13 SIR – 13 Metode Kerja 14 SIR – 14 Teknik Pelaporan
  • 9. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) viii PANDUAN INSTRUKTUR A. BATASAN NAMA PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Roads ) KODE MODUL : SIR-07 JUDUL MODUL : PEKERJAAN TANAH DESKRIPSI : Modul ini membahas pengetahuan pelaksanaan pekerjaan tanah dasar, pekerjaan galian, pekerjaan timbunan, jenis peralatan untuk pekerjaan tanah dalam pelatihan Inspektur Lapangan Pekerjaan Jalan. TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya. WAKTU PEMBELAJARAN : 2 (Dua) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)
  • 10. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) ix B. RENCANA PEMBELAJARAN KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG 1. Ceramah : Pembukaan Menjelaskan dan menguraikan tentang :  Tujuan instruksional umum(TIU) dan Tujuan instruksional khusus (TIK) Waktu : 5 menit Mengikuti penjelasan TIU dan TIK dengan tekun dan aktif Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas. OHT 2. Ceramah : Bab I Pekerjaan Tanah Dasar Menjelaskan dan menguraikan tentang:  Lapisan tanah dasar (subgrade)  Jenis dan sifat tanah Waktu : 15 menit Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT 3. Ceramah : Bab II Pekerjaan Tanah Menjelaskan dan menguraikan tentang :  Pembersihan dan pembongkaran (clearing and grubbing)  Galian  Timbunan  Penyiapan tanah dasar (subgrade preparation) Waktu : 40 menit Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT 4. Ceramah : Bab III Pelaksanaan dan Peralatan Menjelaskan dan menguraikan tentang:  Galian  Urugan  Penyiapan badan jalan  Peralatan Waktu : 30 menit Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT
  • 11. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Pekerjaan Tanah Dasar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-1 BAB I PEKERJAAN TANAH DASAR 1.1 LAPISAN TANAH DASAR (SUBGRADE) Perkerasan jalan lentur (hotmix) berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya. Di dalam pelaksanaannya, perkerasan jalan lentur (hotmix) secara umum terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yaitu :  Lapisan tanah dasar (sub grade)  Lapisan pondasi bawah (subbase course)  Lapisan pondasi atas (base course)  Lapisan permukaan / penutup (surface course) Lapisan Permukaan (AC) Lapisan Pondasi Atas (Macadam, CTB, ATB) Lapisan Pondasi Bawah (Sirtu) Tanah Dasar Gambar 1. Lapisan Perkerasan Jalan Lentur. Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dengan semen dan lain lain. Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :  Lapisan tanah dasar, tanah galian.  Lapisan tanah dasar, tanah urugan.  Lapisan tanah dasar, tanah asli. Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
  • 12. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Pekerjaan Tanah Dasar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-2  Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.  Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.  Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya kepadatan yang kurang baik. 1.2. JENIS DAN SIFAT TANAH 1.2.1. URUGAN Urugan dibagi dalam 2 macam sesuai dengan maksud penggunaannya yaitu :  Urugan biasa, adalah urugan yang digunakan untuk pencapaian elevasi akhir subgrade yang disyaratkan dalam gambar perencanaan tanpa maksud khusus lainnya. Urugan biasa ini juga digunakan untuk penggantian material existing subgrade yang tidak memenuhi syarat.  Urugan pilihan, adalah urugan yang digunakan untuk pencapaian elevasi akhir subgrade yang disyaratkan dalam gambar perencanaan dengan maksud khusus lainnya, misalnya untuk mengurangi tebal lapisan pondasi bawah, untuk memperkecil gaya lateral tekanan tanah dibelakang dinding penahan tanah talud jalan. Untuk dapat mengetahui material urugan secara umum terlebih dahulu harus diketahui pengelompokan dari setiap jenis tanah. AASTHO dan US Army Corp. telah mengenalkan pengelompokan dari jenis-jenis tanah yaitu :  Klasifikasi tanah menurut AASHTO system.  Klasifikasi tanah menurut Unified System (sebagai pengembangan dari sistim Casagrande). Sebagai pedoman dapat dilihat pada Tabel 1.1. s/d 1.4. 1.2.2. URUGAN BIASA Bahan urugan biasa harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :  Urugan yang diklasifikasikan sebagai urugan biasa harus terdiri dari tanah yang disetujui oleh Pengawas yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan permanen.  Bahan yang dipilih tidak termasuk tanah yang plastisitasnya tinggi, yang diklasifikasi sebagai A-7-6 dari persyaratan AASHTO M 145 atau sebagai CH dalam sistim
  • 13. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Pekerjaan Tanah Dasar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-3 klasifikasi “Unified atau Casagrande”. Sebagai tambahan, urugan ini harus memiliki CBR yang tak kurang dari 6 %, bila diuji dengan AASHTO T 193.  Tanah yang pengembangannya tinggi yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25 bila diuji dengan AASHTO T 258, tidak boleh digunakan sebagai bahan urugan. Nilai aktif diukur sebagai perbandingan antara Indeks Plastisitas (PI) – (AASHTO T 90) dan presentase ukuran lempung (AASHTO T 88). 1.2.3. URUGAN PILIHAN Bahan urugan pilihan harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :  Urugan hanya boleh diklasifikasikan sebagai “Urugan Pilihan” bila digunakan pada lokasi atau untuk maksud yang telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh Pengawas.  Urugan yang diklasifikasikan sebagai urugan pilihan harus terdiri dari bahan tanah berpasir (sandy clay) atau padas yang memenuhi persyaratan dan sebagai tambahan harus memiliki sifat tertentu tergantung dari maksud penggunaannya. Dalam segala hal, seluruh urugan pilihan harus memiliki CBR paling sedikit 10 %, bila diuji sesuai dengan AASHTO T 193.
  • 14. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Pekerjaan Tanah Dasar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-4 Materiallanau–lempung (lebihdari35%yanglolossar.No.200) A-7 A-7-5, A-7-6 ………. ………. 36min 41min 11min Tanahkelempungan Cukupbagus-jelek *IndeksplastisitasdariA-7-5subgroupadalahsetara,ataukurangdariLLminus30 IndeksplastisitasdariA-7-6subgrouplebihbesardariLLminus30 (Sumber:HighwayMaterial,RobertD.Kerb,RichardD.Walker) A-6 ………. ………. 36min 40max 11min A-5 ………. ………. 36min 41min 10max Tanahkelanauan A-4 ………. ………. 36min 40max 10max Materialberbutir (kurangdari35%yanglolossaringanNo.200) A-2 A-2-7 ………. ………. 35max 41min 11min Kerikilkelanauanataukelempungan danpasir A-2-6 ………. ………. 35max 40max 11min Tabel1.1.:KlasifikasiTanahMenurutSistimAASTHO A-2-5 ……… . ……… . 35max 41min 10max Sangatbagus-bagus A-2-4 ………. ………. 35max 40max 10max A-3 ……… . 51min 10max ……… . N.P Pasir halus A–1 A-1-b ……… . 50max 25max Batuan,kerikil danpasir A-1-a 50max 30max 15max ……… . 6max KlasifikasiUmum GrupKlasifikasi Analisasaringan,lolos(%) No.10 No.40 No.200 Sifat-sifatfraksilolossarNo.400 Batascair IndeksPlastisitas Penggunaanjenismaterialyang sesuai TingkatPenilaiansebagaitanah dasar
  • 15. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Pekerjaan Tanah Dasar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-5 Tabel 1.2 : Klasifikasi Tanah Menurut Sistim Unified Uraian Kode Keterangan Tanahberbutirkasarlebihbesardari50 %yangtertahansaringanNo.200 Kerikil50%lebih besardarifraksi kasaryang tertahanpada saringanNo.4 Kerikil bersih GW Kerikil bergradasi baik dan campuran kerikil dan pasir, dengan sedikit atau tidak ada material halus. GP Kerikil bergradasi jelek dan campuran kerikil dan pasir,dengan sedikit atau tidak ada material halus Kerik il halus GM Kerikil kelanauan, kerikil, campuran kerikil-pasir dan lanau GC Kerikil kelempungan, campuran kerikil-pasir dan lempung Pasirlebihbesar dari50%fraksi kasaryanglolos padasaringan No.4 Pasir bersih SW Pasir bergradasi baik dan pasir dengan sedikit atau tidak ada kerikil. SP Pasir bergradasi jelek dan pasir dengan sedikit atau tidak ada kerikil. Pasir halus SM Pasir kelanauan, campuran pasir -lanau SC Pasir kelempungan, campuran pasir – lempung. TanahberbutirhalusLolossaringan No.200lebihdari50% Lumpurdan lempungbatascair kurangdari50% ML Lanau, pasir halus, batu rapuh, pasir halus kelempungan atau kelanauan. CL Lempung, dengan plastisitas dari rendah s/d sedang, lempung kerikil, lempung kepasiran, lempung kelanauan, kelempungan OL Lanau organik dan Lempung kelanauan organik dengan plastisitas rendah. Lumpur MH Lempung, pasir halus mengandung mica atau lanau, lanau elastis. CH Lempung dengan tingkat plastisitas tinggi, lempung OH Lempung organik dengan tingkat plastisitas dari sedang s/d tinggi Tanah organik PT Tanah bakaran, rabuk dan segala jenis tanah organik. (Sumber : Highway Material, Robert D. Kerb / Richard D. Walker)
  • 16. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Pekerjaan Tanah Dasar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-6 Tabel 1.3. : Perbandingan Sistim Penggolongan Tanah Menurut AASHTO Dan Unified Penggolongan Golongan sebanding menurut sistim Unified Penggolongan Golongan sebanding menurut sistim AASHTO tanah menurut Sangat Mungkin Mungkin tapi tanah menurut Sangat Mungkin Mungkin tapi sistim AASHTO mungkin bisa tidak sistim Unified mungkin bisa tidak A-1-a GW, GP SW, SP GM, SM GW A-1-a …… A-2-4, A-2-5, A-2-6, A-2-7 A-1-b SW, SP, GP …… GP A-1-a A-1-b A-3, A-2-4, GM, SM A-2-5, A-2-6, A-3 SP …… SW, GP A-2-7 A-2-4 GM, SM GC, GW, GP GM A-1-b, A-2-4 A-2-6 A-3, A-2-4 SC SW, GP A-2-5, A-2-7 A-2-5, A-2-6 A-2-7 A-2-5 GM, SM …… GW, GP, GC A-2-6, A-2-7 A-2-4 A-4, A-7-6, SW, GP A-6 A-7-5 A-2-6 GC, SC GM, GW, GP SW A-1-b A-1-a A-3, A-2-4 SM SW, GP A-2-5, A-2-6 A-2-7 GM, GC …… GW, GP A-2-7 SM, SC SW, GP SP A-3, A-1-b A-1-a A-2-4, A-2-5, A-4 ML, OL CL, SM, SC GM, GC A-2-6, A-2-7 SM A-1-b, A-2-4 A-2-6, A-4 A-6, A-7-5 A-5 OH, MH, …… SM, GM A-2-5, A-2-7 A-5 A-7-6, A-1-a ML, OL SC A-2-6, A-2-7 A-2-4, A-6 A-7-5 A-6 CL ML, OL, GC, GM, A-2-5, A-2-7 A-4, A-7-6 SC SM, GM ML A-4, A-5 A-6 A-7-5 A-7-5 OH, MH ML, OL, GM, SM, CH GC, SC CL A-6, A-7-6 A-4 A-7-6 CH, CL ML, OL, OH, MH OL A-4, A-5 A-6 SC GC, GM, A-7-5 SM A-7-6 MH A-7-5, A-5 …… A-7-5 CH A-7-6 A-7-5 OH A-7-5, A-5 …… A-7-6 PT …… …… (Sumber : Highway Material, Robert D. Kerb / Richard D. Walker)
  • 17. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Pekerjaan Tanah Dasar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-7 Tabel 1.4. : Petunjuk umum memilih tanah sebagai bahan urugan ( AASHTO ) Klasifikasi Uraian secara Kepadatan Maximum Penggunaan menurut HRB visual kering maximum % kadar air sebagai urugan A-1-a Material berbutir 1,81 – 2,24 7 – 15 Baik – sangat baik A-1-b A-2-4 Material berbutir 1,73 – 2,12 9 – 18 Cukup baik – sangat baik A-2-5 dengan tanah A-2-6 A-2-7 A-3 Pasir halus dan pasir 1,73 – 1,81 9 – 15 Cukup baik - baik A-4 Lanau kepasiran dan 1,50 – 2,05 10 – 20 Jelek - baik lanau A-5 Lanau elastis - 1,34 – 1,57 20 – 35 Kurang memuaskan Dan lempung A-6 Lanau - lempung 1,50 – 1,89 10 – 30 Jelek – cukup baik A-7-5 Lempung 1,34 – 1,57 20 – 35 Kurang memuaskan Kelanauan elastis A-7-6 Lempung 1,42 – 1,81 15 – 30 Jelek – cukup baik (Sumber : Highway Material, Robert D. Kerb / Richard D. Walker)
  • 18. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Pekerjaan Tanah Dasar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-8 Tabel1.5.:SifatTingkatKepadatanTanahDanPenilaian,KlasifikasiTanahUntukKonstruksi Penggunaan sebagai pondasiatas Baik Jelek-cukup Jelek-cukup Baik-cukup Cukup-jelek Jelek Jelek Cukup-jelek Tidakcocok Tidakcocok Tidakcocok Tidakcocok Tidakcocok Tidakcocok Tidakcocok (Sumber:HighwayMaterial,RobertD.Kerb,RichardD.Walker) Penggunaan sbgsubgrade Sangatbaik Sangatbaik- baik Sangatbaik- baik Baik Baik Baik-cukup baik Baik-cukup baik Baik-cukup baik Cukup-jelek Cukup-jelek Jelek Jelek Jelek-sangat jelek Sangatjelek Tidakcocok Penggunaansebagai materialurugan Sangatstabil Cukupstabil Cukupstabil Cukupstabil Sangatstabil Cukupstabilsaatpadat Cukupstabilsaatpadat Cukupstabil Stabilitasjelekdiperlukantingkat kepadatanygtinggi Stabilitasbaik Tidakstabil,tidakdapat dipergunakan Stabilitasjelek,tidakdapat dipergunakan Stabilitascukup,denganmengur angisisilebar Tidakstabil,tidakdapat digunakan Tidakdapatdipergunakan Pengembangan (ekspansif) Hampirtidak Hampirtidak Rendah Rendah Hampirtidak Hampirtidak Rendah Rendah-menengah Rendah-menengah Menengah Menengah-tinggi Tinggi Sangattinggi Tinggi Sangattinggi Kepadatankering maks.(standar AASHTO) 1,97–2,12 1,18–1,97 1,89–2,12 1,81–2,05 1,73–2,05 1,57–1,89 1,73–1,97 1,65–1,97 1,50–1,89 1,50–1,89 1,26–1,57 1,10–1,50 1,26–1,65 1,02–1,57 SifatPemadatandanPedoman Penggunaanalatpemadat tractor,rubber-tired,steelwheel, atauvibratoryroller tractor,rubber-tired,steelwheel, atauvibratoryroller rubber-tiredatausheepsfoot rollerringan rubber-tiredatausheepsfoot roller tractor,rubber-tired,atau vibratoryroller rubber-tired,atauvibratoryroller ringan rubber-tiredatausheepsfoot rollerringan rubber-tiredatausheepsfoot roller rubber-tiredatausheepsfoot roller rubber-tiredatausheepsfoot roller rubber-tiredatausheepsfoot roller rubber-tiredatausheepsfoot roller sheepsfootroller sheepsfootroller : : : : : : : : : : : : : : : Baik Baik Baik Baik- cukup Baik Baik Baik Baik- cukup Baik- jelek Baik- cukup Cukup- jelek Cukup- jelek Cukup- jelek Cukup -jelek Tidak cocok Kelas GW GP GM GC SW SP SM SC ML CL OL MH CH OH PT
  • 19. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Tanah Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-1 BAB II PEKERJAAN TANAH 2.1. PEMBERSIHAN DAN PEMBONGKARAN (CLEARING AND GRUBBING) Setelah pekerjaan survey dan pengukuran selesai sesuai rencana, maka pekerjaan selanjutnya adalah pekerjaan pembersihan dan pembongkaran. Pekerjaan pembersihan, adalah pembersihan segala macam tumbuh-tumbuhan, pohon- pohon, semak-semak, tanaman lain, sampah dan bahan-bahan lain yang mengganggu, termasuk pencabutan akar-akar, sisa-sisa konstruksi dan material. Ada dua jenis pekerjaan pembersihan dan pembongkaran, yaitu:  Pembersihan ringan  Pembersihan berat Pembersihan ringan, adalah pekerjaan pembersihan yang dilakukan terhadap semak belukar, pohon-pohon, tanaman lain, sampah, dan bahan-bahan lain, termasuk pengupasan / pembuangan lapisan tanah atas (‘top soil’). Pembersihan berat , adalah pekerjaan pembersihan / pembongkaran tunggul-tunggul pohon, batu-batu besar dengan ukuran kurang dari 0,5 m3 dan sisa-sisa bangunan dengan ukuran kurang dari 1 m3, pembongkaran rintangan-rintangan, pengupasan jalan lama dan sebagainya. Untuk batu-batu besar ukuran lebih besar dari 0.5 m3 dan sisa bangunan lebih besar dari 1 m3, dimasukkan sebagai pekerjaan galian batu. 2.1.1. PEMBERSIHAN RINGAN 1. Pembersihan Semak Belukar Semak dan belukar dibabat / ditebang dengan tenaga manusia atau dengan ‘bulldozer’. Penebangan / pembabatan dengan ‘bulldozer’ lebih menguntungkan jika semak dan belukarnya lebat dan banyak pohon-pohon kecil. Semak yang telah ditebang kemudian dikumpulkan / ditumpuk dan kemudian dibakar (umumnya). Penumpukan semak belukar yang telah ditebang yang dilakukan dengan ‘bulldozer’, dapat dilakukan dengan salah satu pola di bawah ini:
  • 20. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Tanah Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-2 A. Semak-semak setelah ditebang didorong ke arah secara teratur B. C. Semak-semak setelah ditebang didorong ke pinggir D Semak-semak setelah ditebang didorong ke pinggir Gambar 2.1.: Pola Pengumpulan Semak Belukar setelah ditebang.
  • 21. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Tanah Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-3 2. Pembesihan Semak Belukar Lebat Dengan ‘Bulldozer’ Pembersihan semak belukar lebat ini dapat dilakukan dengan urutan sebagai berikut: Gambar 2.2.: Urutan Pembersihan Semak Lebat Dengan ‘Bulldozer’ ‘Bulldozer’ bergerak maju membersihkan semak belukar sedikit demi sedikit . Pembantu operator berjalan disekitar ‘bulldozer’ untuk membantu operator apabila ada sesuatu yang perlu dihindari. Demikian seterusnya ‘bulldozer’ pindah di sebelah yang belum tergusur dengan batas akhir gusuran yang tidak sama seperti terlihat pada Gambar 2 tersebut. Tugas-tugas inspektor dalam pekerjaan pembersihan dan pembongkaran yang ditetapkan sesuai spesifikasi, adalah: 1) Mengenali batas-batas pekerjaan pembersihan dan pembongkaran yang telah ditetapkan inspektor sesuai spesifikasi umum. 2) Memasang dan menjaga patok-patok elevasi tetap pada tempat dan ketinggian yang seharusnya. 3) Mengajukan persetujuan lokasi pembuangan pekerjaan pembersihan kepada Direksi Teknik 4) Jika ternyata ada bangunan utility, pelaksana wajib segera melaporkan ke Direksi Teknik untuk penyelesaian selanjutnya
  • 22. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Tanah Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-4 5) Menjaga kemajuan dan mutu pekerjaan, agar sesuai dengan jadwal pelaksanaan dan spesifikasi umum. 6) Setiap perubahan / penyesuaian yang akan dilaksanakan, harus dengan persetujuan Direksi Teknik 2.2. GALIAN Pekerjaan tanah adalah pembentukan badan jalan dan saluran samping sesuai dengan ketinggian (elevasi) tiap bagian jalan yang direncanakan. Untuk mencapai permukaan tanah dasar badan jalan sesuai rencana ,perlu pekerjaan galian dan timbunan. Di samping untuk menyiapkan permukaan tanah dasar badan jalan, galian diperlukan juga untuk membentuk saluran samping dan penempatan gorong- gorong. Masalah utama yang sering dihadapi di daerah pemotongan bukit, adalah kemiringan lereng. Di lapangan kadang-kadang dijumpai keadaan khusus,seperti jenis tanah lunak, keluarnya air tanah sepanjang lereng dan potongan lereng yang sangat panjang dan terjal. Dengan demikian diperlukan pengetahuan praktis untuk mengatasi masalah tersebut. Apabila tidak memungkinkan melakukan penyelidikan tanah yang lengkap, cara berikut ini dapat dilaksanakan: 1. Tinggi Potongan kurang dari 5,0 Meter Kemiringan lereng yang dapat diterima untuk semua keadaan normal,adalah 2 (tegak ): 1 (mendatar). Bila terdapat hal khusus seperti di atas, maka pemilihan kemiringan lereng lebih landai perlu dipertimbangkan. 2. Tinggi Potongan lebih dari 5,0 Meter Pada setiap ketiggian 5,0 meter perlu dibuat bagian yang datar selebar I,0 meter. Pada bagian yang datar itu harus dibentuk sedemikian rupa, sehingga miring ke bagian dalam, agar dapat menampung air dan mengalirkannya sepanjang bagian datar searah dengan jalan tersebut.
  • 23. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Tanah Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-5 Gambar 2.3.: Potongan Melintang Yang Tipikal Saluran air perlu dibuat untuk mengalirkan air dari talud atau “bench” ke saluran tepi, di tempat-tempat tertentu, agar kestabilan lereng terjaga. 2.3. TIMBUNAN Pada pekerjaan timbunan badan jalan, harus diperhatikan beberapa faktor yang sangat mempengaruhi pekerjaan, yaitu: 1. Kondisi Tanah Asli yang akan ditimbun  Tanah asli jenis tufa atau jenis lain yang kurang baik mutunya, yang akan ditimbun untuk badan jalan,digali sampai kedalaman tertentu.  Sebelum pekerjaan timbunan itu dimulai,pada tempat yang selesai dibersihkan, lubang-lubang yang ada akibat akar-akar pohon, atau alur bekas saluran dan sebagainya, harus diisi dengan bahan tanah pilihan.  Kemudian lakukanlah upaya perataan pada permukaan tanah tersebut.  Padatkan tanah permukaan yang telah dibersihkan sesuai dengan ketentuan. 2. Bahan Urugan dan Jenis Tanah Timbunan Jenis tanah timbunan merupakan bahan urugan yang memerlukan persetujuan dari Direksi Teknik. 3. Tinggi Timbunan Talud Pekerjaan penimbunan dikerjakan setelah jalur patok-patok dipasang. Patok dipasang di lereng , di tikungan, juga pada penampang, pada pekerjaan jembatan, Berasal dari air hujan
  • 24. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Tanah Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-6 patok gorong-gorong, dsb. Patok-patok tersebut dikerjakan / dipasang oleh tim pengukuran. 4. Cara Pemadatan Bahan yang sudah disetujui dihampar dan dipadatkan lapis demi lapis dengan tebal padat tertentu (10-20 cm). Tebal lapisan akhir minimal 10 cm. Perlu diperhatikan ,bahwa lapisan-lapisan tersebut harus mencapai kepadatan tertentu yang harus dibuktikan dengan hasil pemeriksaan laboratorium. 2.4. PENYIAPAN TANAH DASAR (SUBGRADE PREPARATION) Subgrade atau lapisan tanah dasar merupakan bagian dari konstruksi jalan yang berfungsi untuk mendukung konstruksi perkerasan jalan di atasnya. Untuk menunjukkan besarnya daya dukung subgrade tersebut dipakai CBR (‘California Bearing Ratio’). Nilai CBR adalah perbandingan antara beban dibutuhkan untuk penetrasi 0,1“ dan 0,2” dari contoh tanah, dengan beban yang dibutuhkan untuk penetrasi 0,1“ dan 0,2” dari batu pecah standar. Nilai ini dinyatakan dalam persen (%). Pada prinsipnya tes CBR ini dilakukan di Laboratorium dengan kondisi yang selalu dikontrol. CBR Lapangan adalah Tes CBR yang dilaksanakan di lapangan dengan menggunakan Beban statis truk yang dimuati penuh dan Tes penetrasi dilakukan pada permukaan tanah yang akan diukur. Meskipun tes ini cepat, namun hasilnya perlu ada faktor koreksi, karena Tanah Dasar asli tidak dipadatkan, di samping kadar airnya tidak dapat diatur sebagaimana Tes CBR di laboratorium Metode yang biasa digunakan dalam menentukan harga CBR adalah dengan mengambil contoh tanah dari suatu kedalaman tertentu, yang umumnya berkisar antara 0,5 – 1,0 meter dan kemudian dilakukan tes labolatorium. Prosedur ini akan banyak memakan waktu, tenaga trampil dan juga peralatan dalam keadaan baik. Salah satu cara yang sederhana ( meskipun tidak terlalu tepat) untuk menentukan harga CBR lapangan, adalah dengan menggunakan alat yang disebut: ‘Dynamic Cone Penetrometer’ (DCP). Dengan alat tersebut besarnya CBR lapangan dapat diperoleh dalam waktu yang relatif cepat. Tentang cara pemakaian DCP tersebut akan dipelajari di dalam mata pelajaran khusus tersendiri, yaitu dalam kursus ‘Teknisi Laboratorium’ Pada dasarnya daya dukung tanah dapat diperbaiki dengan 2 (dua) cara, yaitu:  Dengan Pemadatan  Dengan membuat Drainase yang baik
  • 25. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Tanah Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-7 Yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan pemadatan, ialah: 1. Tebal Lapis yang dipadatkan Makin tebal suatu lapisan, maka untuk mendapatkan suatu kepadatan tertentu, diperlukan alat pemadat yang semakin berat. Untuk tanah lempung, tebal lapisan 15 cm, sedang untuk pasir dapat mencapai 40 cm 2. Kadar Air Tanah Bila kadar air tanah rendah, tanah tersebut sukar dipadatkan. Jika kadar air dinaikkan dengan menambah air , air tersebut seolah-olah sebagai pelumas antara butiran tanah sehingga mudah dipadatkan , tetapi bila kadar air terlalu tinggi, kepadatannya akan menurun. Jadi kadar air tersebut perlu ditetapkan yang dikenal dengan kadar air optimum. Berat isi kering maximum 21 20 Berat Jenis Maximum 19 18 17 PASIR Kurva kepadatan pori-pori 16 LANAU hampa udara 15 Kadar air optimum 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Persen Kadar Air GAMBAR 2.4.: LENGKUNG KEPADATAN LABORATORIUM UNTUK LANAU DAN PASIR Gambar 2.4. memberi ilustrasi grafis hubungan Kadar Air Kepadatan terhadap jenis tanah yang dipadatkan dengan Pengujian Proctor standar. Terlihat pula nilai Kadar Air Optimum yang perlu diupayakan untuk diterapkan di lapangan. Dan untuk mengetahui kadar air optimum dan kepadatan kering maksimum itu, diadakan percobaan pemadatan di laboratorium yang dikenal dengan:  ‘Standard Proctor Compaction Test’ untuk tanah pada umumnya  ‘Modified Proctor Test' untuk tanah yang mengandung bahan granular 3. Alat Pemadat Pemilihan alat disesuaikan dengan kepadatan yang akan dicapai. Untuk kepadatan yang tinggi, diperlukan tenaga alat pemadat yang lebih besar. Pada pelaksanaan di Beratisikeringg/cm3
  • 26. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Tanah Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-8 lapangan, tenaga pemadatan tersebut diukur dalam jumlah lintasan alat pemadat dan berat alat pemadat sendiri. Alat pemadat maupun tanah yang akan dipadatkan bermacam-macam jenisnya. Untuk itu, pemilihan alat pemadat harus disesuaikan dengan jenis tanah yang akan dipadatkan, agar tujuan pemadatan dapat tercapai. Macam alat pemadat untuk pekerjaan ‘sub grade’, antara lain adalah sebagai berikut:  ‘Sheep Foot Roller’ (Penggilas Jenis Kaki Kambing) Prinsip Sheep Foot Roller ini, adalah sebuah silinder yang di bagian luarnya dipasang kaki-kaki. Pada kaki-kaki ini terjadi tekanan yang tinggi, sehingga kaki-kaki ini masuk ke dalam tanah dan memberikan pemadatan dari bawah. ‘Sheep Foot Roller’ ini baik digunakan untuk tanah berpasir yang sedikit mengandung lempung dan juga untuk tanah yang plastis dan kohesif. Untuk tebal lapisan antara 15 – 25 cm, ‘roller ‘ ini masih berhasil guna.  Penggilas dengan Getaran (‘Vibration Roller’) Alat pemadat ini mempunyai efesiensi pemadatan yang sangat baik. Alat ini memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan. Efek yang diakibatkan ‘vibration roller’, adalah gaya dinamis terhadap tanah. Butir-butir tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong yang terdapat di antara butir-butirnya, sehingga akibat getaran ini tanah menjadi padat dan dengan susunan yang lebih kompak.
  • 27. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-1 BAB III PELAKSANAAN DAN PERALATAN 3.1. GALIAN Pekerjaan galian mencakup penggalian, penanganan pembuangan material galian untuk pembentukan badan jalan. Pekerjaan ini juga termasuk penggalian badan jalan eksisting untuk keperluan penggantian material tanah jelek. Pekerjaan galian dibagi 2 menurut sifat pengerjaannya yaitu :  Galian padas, mencakup galian dari batu dengan volume 1 m3 atau lebih dari seluruh padas atau bahan lainnya yang menurut pendapat Pengawas hanya dapat dilepaskan dengan penggaru yang ditarik oleh traktor dengan berat minimum 15 ton dan tenaga kuda netto sebesar 180 Tenaga Kuda.  Galian biasa, mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai galian padas. 1. Keamanan Pekerjaan Penggalian  Kontraktor harus bertanggung-jawab penuh untuk menjamin keselamatan tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan penggalian dan masyarakat umum.  Selama pekerjaan penggalian, harus dipertahankan sepanjang waktu lereng galian sementara yang mantap.  Cofferdam, tembok ujung atau sarana lain untuk menghindari penggalian dari air harus direncanakan secara layak dan cukup kuat untuk menjamin tidak akan terjadi runtuhan secara tiba-tiba yang akan mengakibatkan pekerjaan dibanjiri, digenangi dengan cepat.  Bahan peledak (jika diperlukan) untuk penggalian batuan harus disimpan dalam suatu penyimpanan yang aman, jauh dari daerah perkotaan, disuatu lokasi dan dengan suatu cara yang disetujui oleh instansi terkait.  Semua penggalian terbuka harus diberi penghalang/pengaman secukupnya untuk mencegah para pekerja tidak jatuh kedalamnya, dan setiap penggalian terbuka di daerah jalur kendaraan atau bahu jalan harus diberi tanda tambahan pada malam hari dengan drum-drum yang dicat putih-hitam dan lampu merah atau kuning.  Teknik pengaturan dan pengendalian lalu-lintas harus diterapkan bagi semua pekerjaan penggalian daerah milik jalan.
  • 28. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-2 2. Penjadwalan Kerja  Luas galian yang dibuka dalam setiap penggalian harus dibatasi sesuai dengan pemeliharaan permukaan yang digali dalam suatu kondisi yang baik.  Pembuatan saluran / gorong-gorong atau penggalian lainnya yang melintasi jalur kendaraan harus dilaksanakan dengan menggunakan konstruksi setengah lebar jalur kendaraan sehingga jalan tetap terbuka bagi lalu-lintas.  Jika lalu-lintas pada jalan harus dihentikan karena kegiatan pekerjaan, maka kontraktor sebelumnya harus memperoleh persetujuan atas jadwal rencana penghentiannya dari instansi terkait. 3. Kondisi Lokasi Pekerjaan Semua galian harus dipelihara agar bebas dari air, dan kontraktor harus menjamin tidak ada gangguan terhadap kelangsungan prosedur pengeringan. 4. Bangunan Utilitas  Kontraktor harus bertanggung-jawab untuk memperoleh informasi tentang keberadaan serta lokasi bangunan utilitas dibawah tanah dan memperoleh serta membayar setiap perijinan yang diperlukan untuk melaksanakan penggalian.  Kontraktor harus bertanggung-jawab atas pemeliharaan dan perlindungan setiap saluran pipa bawah tanah, kabel, pipa penyalur atau lainnya diatas tanah dan jaringan pelayanan atau struktur yang mungkin ditemukan, dan memperbaiki setiap kerusakan yang ditimbulkan oleh kegiatan kontraktor. 5. Penggunaan Dan Pembuangan Bahan-Bahan Galian  Semua bahan-bahan yang layak yang digali, sejauh dimungkinkan digunakan untuk pembentukan timbunan atau urugan kembali.  Bahan-bahan galian yang banyak mengandung tanah organik, tanah gambut, akar-akar, tanah kompresibel, digolongkan sebagai tidak memenuhi syarat digunakan untuk timbunan, sehingga harus dibuang.  Setiap bahan-bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan harus dibuang keluar dari daerah pekerjaan.  Kontraktor harus bertanggung-jawab untuk semua pengaturan dan biaya untuk pembuangan bahan-bahan kelebihan atau yang tidak memenuhi syarat, termasuk pengangkutan dan perolehan ijin dari pemilik atau penghuni tanah dimana pembuangan itu dilaksanakan.
  • 29. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-3 6. Pemulihan Lokasi Dan Pembongkaran Pekerjaan Sementara  Semua struktur sementara harus dibongkar kembali oleh kontraktor setelah selesainya struktur permanen.  Bahan-bahan galian tidak boleh ditempatkan dalam saluran air, harus segera disisihkan dan dibuang.  Semua lubang sumber bahan galian tambahan, quarry atau tempat pembuangan yang digunakan oleh kontraktor harus ditinggalkan dalam keadaan rapi dan teratur. 7. Prosedur Pelaksanaan  Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan oleh Pengawas dan harus mencakup pembuangan seluruh material dalam bentuk apapun yang dijumpai termasuk tanah, padas, batu, beton, tembok dan perkerasan yang lama.  Pekerjaan galian harus dilakukan dengan gangguan seminimal mungkin terhadap material dibawah dan diluar batas galian.  Peledakan sebagai cara pembongkaran padas hanya boleh digunakan jika, menurut pendapat Pengawas, tidak praktis menggunakan alat bertekanan udara atau penggaru hidraulis dan tidak membahayakan manusia atau struktur konstruksi.  Penggalian batuan/padas harus dilaksanakan sedemikian sehingga tepi dan galian harus dibiarkan pada kondisi yang aman dan serata rnungkin. Batuan/padas yang lepas yang dapat menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan atau orang harus dibuang. 3.2. URUGAN Pekerjaan pemasangan urugan mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah untuk pembentukan badan jalan. 1. Penjadwalan Kerja Bagian timbunan jalan harus dibangun dengan menggunakan konstruksi setengah lebar jalan sehingga jalan selalu terbuka untuk lalu-lintas.
  • 30. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-4 2. Kondisi Lokasi Pekerjaan  Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan selalu dalam keadaan kering sebelum dan selama pekerjaan penempatan dan pemadatan.  Menjamin adanya persediaan air yang cukup di lapangan untuk pengendalian pemadatan. 3. Pemulihan Pekerjaan Setelah Pengujian Semua lubang pada pekerjaan akhir oleh karena pengujian kepadatan atau lainnya harus ditimbun kembali oleh kontraktor dengan tanpa penundaan, dan dipadatkan. 4. Pembatasan Cuaca Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan turun, dan atau bila kadar air bahan timbunan berada di luar batas yang ditentukan. 5. Penempatan Dan Pemadatan Timbunan a. Persiapan lokasi pekerjaan  Sebelum menempatkan timbunan, maka semua operasi pembersihan, pembongkaran, termasuk penimbunan lubang yang tertinggal pada waktu pembongkaran akar pohon, harus telah diselesaikan, dan bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat harus disisihkan. Seluruh daerah yang akan ditimbun harus diratakan secukupnya sebelum penimbunan dimulai.  Dimana ukuran tinggi timbunan mencapai 1 m, maka daerah dasar/pondasi timbunan harus dipadatkan secara penuh (termasuk penggaruan dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai lapisan 15 cm teratas memenuhi persyaratan kepadatan yang ditentukan.  Bila timbunan tersebut akan dibangun diatas sisi/tepi bukit atau ditempatkan diatas timbunan yang ada, maka lereng-lereng yang ada harus dipotong untuk membentuk terasering dengan ukuran lebar yang cukup untuk menampung peralatan. b. Penempatan timbunan  Timbunan harus disebarkan merata sedemikian sehingga bila telah dipadatkan akan memenuhi toleransi ketebalan lapisan. Bila akan ditempatkan lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus sedapat mungkin sama tebalnya.
  • 31. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-5  Timbunan harus ditempatkan dalam keadaan cuaca kering, penumpukan tanah timbunan tidak diijinkan dalam musim hujan.  Dimana timbunan akan diperlebar, maka lereng timbunan yang ada harus dipersiapkan dengan menghilangkan semua tumbuh-tumbuhan permukaan dan harus dibuat terasering.  Tanah dasar harus ditutup secepat mungkin dengan lapisan pondasi bawah. c. Pemadatan  Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan setiap lapisan harus dipadatkan.  Pemadatan urugan tanah harus dilaksanakan hanya bila kadar air dari material berada dalam rentang kurang dari 3 % sampai lebih dari 1 % dari kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bila tanah dipadatkan sesuai dengan AASHTO T 99.  Masing-masing lapis dari urugan yang dipasang harus dipadatkan seperti yang ditentukan, diuji untuk kepadatan dan diterima oleh Pengawas sebelum lapis berikutnya dipasang.  Timbunan harus dipadatkan mulai pada tepi luar dan berlanjut kearah sumbu jalan sedemikian sehingga masing-masing bagian menerima jumlah usaha pemadatan yang sama. Bilamana mungkin, lalu-lintas alat konstruksi harus dilewatkan diatas urugan dan arahnya terus berubah-ubah untuk menyebarkan usaha pemadatan dari lalu-lintas tersebut.  Timbunan pada lokasi yang tidak dicapai/dimasuki oleh alat pemadat yang biasa, harus dipadatkan, dapat menggunakan alat pemadat tangan mekanis (mechanical tamper) atau alat pemadat lain yang disetujui. 3.3. PENYIAPAN BADAN JALAN Pekerjaan penyiapan badan jalan mencakup menyiapkan permukaan tanah untuk pemasangan lapis pondasi bawah (sirtu), permukaan jalan lama untuk pemasangan lapis pondasi agregat (sirtu / macadam). Pekerjaan meliputi galian minor atau penggarukan serta urugan yang disusul dengan pembentukan, pemadatan dan memelihara permukaan sampai dengan material perkerasan ditempatkan di atasnya.
  • 32. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-6 1. Pekerjaan Pembentukan Tanah Dasar  Meliputi semua pekerjaan persiapan tanah dasar untuk pelebaran perkerasan jalan, bahu jalan, dasar dari lapisan pondasi bawah.  Pekerjaan penggalian atau pengurugan kembali diluar pekerjaan pos galian dan timbunan (pekerjaan minor). 2. Prosedur Penyiapan Badan Jalan  Permukaan jalan sebelum pelaksanaan penyiapan badan jalan harus diperbaiki dari akibat galian dan urugan yang tidak memuaskan.  Permukaan badan jalan harus dibentuk dan dengan ketinggian/elevasi yang sesuai dengan penampang melintang jalan, juga mengikuti penampang memanjang jalan yang direncanakan.  Permukaan badan jalan harus dipadatkan sama dengan persyaratan-persyaratan pemadatan dan jaminan mutu dari urugan.  Bentuk yang dipersiapkan harus dipelihara dalam kondisi yang baik oleh kontraktor sampai perkerasan atau bahan-bahan pelapis diatasnya ditempatkan. 3.4. PERALATAN Dalam mengoperasikan alat berat untuk pekerjaan tanah, dikelompokkan kedalam: pekerjaan timbunan dan pekerjaan galian. Alat berat hubungannya sangat erat sekali dan tidak terpisahkan dengan pelaksanaan fisik proyek jalan secara mekanis. Hal-hal pokok yang berhubungan dengan alat berat, yaitu : a. Volume pekerjaan yang harus diselesaikan dalam batas waktu tertentu. b. Dengan volume pekerjaan tersebut dan waktu yang telah ditentukan berarti kita harus menetapkan jenis dan jumlah alat untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Dari butir a, dan b di atas dapat diprogramkan suatu penanganan proyek yang konseptional, diharapkan target volume pekerjaan dan waktu pelaksanaan tidak meleset dari perkiraan. Ini bisa terjadi bila didukung dengan pemilihan dan analisa kapasitas alat berat dengan cermat. Dengan adanya analisa yang baik dalam Construction Method diharapkan peralatan yang dioperasikan dapat tepat waktu dan tepat guna untuk menangani proyek tersebut. Evaluasi dapat dikembangkan lebih jauh, yaitu dengan menempatkan peralatan tersebut pada tiap-tiap aktivitas pekerjaan dengan jenis dan jumlah sesuai kebutuhan. Misalnya untuk aktivitas / pekerjaan : Pengangkutan borrow material, Pekerjaan excavation dan
  • 33. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-7 embankment. Aktivitas-aktivitas pekerjaan ini membutuhkan jenis dan jumlah alat yang berbeda-beda. Berikut ini diberikan gambaran umum tentang alat berat yang terkait dengan pekerjaan perkerasan jalan khususnya untuk peralatan pekerjaan tanah, formula produksi alat, penentuan kombinasi dan jumlah alat, serta pendekatan site output alat. Dengan pendekatan site output (produksi alat) tersebut beserta analisisnya, maka akan membantu para pelaku Proyek antara lain dalam memperkirakan waktu pelaksanaan proyek, mengendalikan waktu penyelesaian proyek, menerapkan manajemen operasi alat berat di lapangan, serta pengendalian efisiensi alat, waktu dan biaya. 3.4.1. PERALATAN UNTUK PEKERJAAN TIMBUNAN Pada pekerjaan timbunan tanah, alternatif alat yang digunakan adalah :  Bulldozer : digunakan untuk pembersihan dan pengupasan badan jalan, mendorong material dan sebagainya, termasuk menumbangkan pohon yang berada dilokasi rencana badan jalan.  Wheel Loader : untuk memindahkan bahan dalam jarak dekat dari suatu lokasi ketempat kendaraan pengangkut jarak jauh (dump truck).  Dump truck : untuk memindahkan bahan dalam jarak jauh.  Motor Grader : untuk pekerjaan perataan.  Vibratory Roller : untuk alat pemadat, dapat juga digunakan alternatif pilihan lain seperti Three Wheel Roller, Pneumatic Tire Roller.  Water tank truck : untuk alat pemberi air sesuai dengan kadar air yang diperlukan pada waktu pemadatan. 3.4.2. PERALATAN UNTUK PEKERJAAN GALIAN Pada pekerjaan galian tanah, alternatif alat yang digunakan adalah :  Excavator : untuk memotong perbukitan, menggali tanah dan material yang dapat langsung dipindahkan ke dump truck.  Dump truck : untuk memindahkan bahan dalam jarak jauh. 3.4.3. BULLDOZER Alat ini hanya dimungkinkan untuk diberikan kedudukan untuk mendorong lurus kedepan. Bulldozer merupakan alat khusus untuk keperluan pekerjaan-pekerjaan mendorong yang menggunakan traktor sebagai tempat kedudukan dan tenaga geraknya.
  • 34. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-8 Bagian-bagian terpenting bulldozer ini adalah (lihat Gambar 3.3.) :  Dozer blade (pisau dozer), yang terdiri dari molboard yang berbentuk lengkung dan mata pisau (cutting edge), cutting edge ini biasanya terdiri dari 3 bagian, sebuah ditengah yang panjang dan 2 buah tepian masing-masing di-baut (bolted) pada molboard.  Push-arm (batang pendorong), yang terdiri dari push-arm nya sendiri, dan pitch-arm untuk mengatur tegak dan condongnya kedudukan dozer blade.  Control device (kendali blade), yang terdiri dari satu atau dua buah hydraulic rams pada hydraulic controlled dozers. Bulldozer ini untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi (terutama jalan-jalan raya) bersifat serba-guna, dapat berfungsi antara lain :  Pembersihan lapangan pekerjaan dari pepohonan, kayu-kayu dan bonggol- bonggolnya, puing-puing bekas bangunan, dsb.  Pemindahan / penggusuran tanah jarak dekat (maximum 100 meter).  Meratakan timbunan tanah pada daerah fill, mengisi kembali galian-galian tanah, dsb.  Pembukaan jalan-jalan kerja / darurat.  Memelihara jalan kerja, jalan angkut, dll. Gambar 3.1 : Bulldozer.
  • 35. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-9 Tabel 3.1. : Blade Factor. Dozing conditions Blade factor Easy dozing 1,1 – 0,9 Average dozing 0,9 – 0,7 Rather difficult dozing 0,7 – 0,6 Difficult dozing 0,6 – 0,4 Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu. Tabel 3.2. : Waktu Pindah Gigi. Machine Time required for gear shifting (menit) Direct drive 0,10 Torqflow 0,05 Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu. Tabel 3.3. : Data / Spesifikasi Bulldozer Komatsu. No. Merk / Lebar Tinggi Kecepatan Kecepatan Model blade (m) blade (m) maju (km/jam) mundur (km/jam) 1. D40A 3,180 0,750 3,2 5,3 2. D60A 3,970 1,050 3,7 4,9 3. D65E 3,970 1,050 3,9 5,0 4. D65P 4,475 0,960 3,5 4,4 4. D75A 4,250 1,050 3,7 4,8 5. D85A 4,365 1,130 3,8 4,9 6. D155A 4,850 1,140 3,7 4,5 7. D355A 5,230 1,350 3,3 5,0 Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
  • 36. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-10 Tabel 3.4. : Data / Spesifikasi Bulldozer Caterpillar. No. Merk / Lebar Tinggi Kecepatan Kecepatan Model blade (m) blade (m) maju (km/jam) mundur (km/jam) 1. D5B 3,630 0,857 3,5 4,2 2. D6D 3,880 0,930 4,0 4,8 3. D7G 4,270 0,960 3,7 4,5 4. D8K 4,620 1,120 4,0 5,0 Sumber : Caterpillar performance handbook. Perhitungan hasil guna atau produksi bulldozer dengan menggunakan formula sebagai berikut : Cm E60q Q   aHLq 2  Z R D F D Cm  di mana : Q : Produksi per jam (m3 /jam) q : Produksi per cycle (m3 ) Cm : Cycle time (menit) E : Job efficiency L : Lebar blade (m) H : Tinggi blade (m) a : Faktor blade D : Jarak kerja (m) F : Kecepatan maju (m/menit) R : Kecepatan mundur (m/menit) Z : Waktu untuk ganti gigi (menit)
  • 37. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-11 3.4.4. WHEEL LOADER Alat ini baik sekali untuk pekerjaan-pekerjaan menggali tanah dan sekaligus memuatnya kedalam truck-truck, juga untuk membuat timbunan bahan persediaan (stockpiling). Batu- batuan lepas seperti yang terdapat disungai-sungai atau ditempat pengambilan batu dari gunung (stone quarry) bisa juga dimuat oleh alat ini kedalam alat-alat angkut atau sekaligus kedalam alat pemecah batu (stone crusher) yang dipasang disekitar tempat pengambilan tersebut. Wheel Loader ini juga dapat di-operasikan untuk alat pemuat agregat kedalam hoper cold bin pada Asphalt Mixing Plant (AMP). Bagian-bagian terpenting wheel loader ini adalah (lihat Gambar 4.4.) :  Bucket.  Dumping angles facilitate load / carry.  Steering control, short turning radius control.  Bucket & boom actions control. Gambar 3.2. : Wheel Loader.
  • 38. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-12 Tabel 3.5. : Kapasitas Bucket. No. Merk / Model Kapasitas bucket (m3 ) 1. W20 0,60 2. W30 0,80 3. W40 1,20 4. W60 1,40 5. W70 1.70 6. W90 2,30 7. W120 3,30 8. W170 3,50 Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu. Tabel 3.6. : Bucket Factor. Loading conditions Bucket factor (k) Easy loading 1,00 – 1,10 Average loading 0,85 – 0,95 Rather difficult loading 0,80 – 0,85 Difficult loading 0,75 – 0,80 Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
  • 39. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-13 Tabel 3.7. : Fixed Time. Fixed time (Z) (menit) Z 0,60 – 0,75 Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu. Tabel 3.8. : Travel Speed. Operating conditions Loaded (km/jam) Empty (km/jam) Good 10 – 23 11 – 24 Average 10 – 18 11 – 19 Rather poor 10 – 15 10 – 16 Poor 9 – 12 9 – 14 Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu. Perhitungan hasil guna atau produksi wheel loader dengan menggunakan formula sebagai berikut : Cm E60kq Q 1   Z R D2 F D2 Cm  Dimana : Q : Produksi per jam (m3 /jam) q1 : Kapasitas munjung (m3 ) k : Faktor bucket
  • 40. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-14 Cm : Cycle time (menit) E : Job efficiency D : Jarak kerja (m) F : Kecepatan maju (m/menit) R : Kecepatan mundur (m/menit) Z : Waktu untuk ganti gigi (menit) 3.4.5. EXCAVATOR Excavator merupakan alat untuk pengangkat, menggali, mengisi / membuang (dumping). Bagian-bagian utama excavator ini adalah (lihat Gambar 4.5.) :  Bagian atas yang dapat berputar (revolving unit).  Bagian bawah untuk berpindah tempat (travel unit).  Bagian tambahan (attachments). Gambar 3.3. : Excavator
  • 41. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-15 Tabel 3.9. : Kapasitas Bucket. No. Merk / Model Kapasitas bucket (m3 ) 1. PC100 0,18 – 0,55 2. PC120 0,18 – 0,60 3. PC150 0,57 – 0,75 4. PC180 0,57 – 1,00 5. PC200 0,36 – 1,17 6. PC210 0,36 – 1,40 7. PC220, PC240 0,44 – 1,26 8. PC280 0,44 – 1,40 9. PC300 0,52 – 1,80 10. PC400 1,30 – 2,20 Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu. Tabel 3.10. : Bucket Factor. Excavating conditions Bucket factor Easy 1,1 – 1,2 Average 1,0 – 1,1 Rather difficult 0,8 – 0,9 Difficult 0,7 – 0,8 Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
  • 42. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-16 Tabel 3.11. : Standard Cycle Time (detik). Model Swing angle 45 - 90 90 - 180 PC60, PW 60 10 – 13 13 – 16 PC80, PC100, PW100, PC120 11 – 14 14 – 17 PC150, PW150, PC180, PC200 13 – 16 16 – 19 PC210, PW210, PC220 14 – 17 17 – 20 PC240, PC280, PC300 15 – 18 18 – 21 PC360, PC400 16 – 19 19 – 22 Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu. Tabel 3.12. : Conversion Factor. Digging Dumping condition condition Easy Normal Rather difficult Difficult Below 40 % 0,7 0,9 1,1 1,4 40 – 75 % 0,8 1,0 1,3 1,6 Over 75 % 0,9 1,1 1,5 1,8 Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu. Perhitungan produksi excavator dengan menggunakan formula sebagai berikut : Cm E60kq Q 1   Cm = (Standard cycle time) x (Faktor konversi) Q : Produksi per jam (m3 /jam) q1 : Kapasitas munjung (m3 ) k : Faktor bucket Cm : Cycle time (menit) E : Job efficiency
  • 43. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-17 3.4.6. DUMP TRUCK Dump truck adalah alat yang khusus dipergunakan sebagai alat pengangkutan. Oleh karena kemampuannya untuk bergerak dengan cepat, truck ini dapat dikatakan mempunyai kapasitas yang tinggi dan biaya operasi yang relatif murah. Bagian-bagian terpenting dari dump truck adalah (lihat Gambar 4.6.) :  Badan (body) yang terdiri dari bak muatan dengan sistem pengangkatnya (hidrolis).  Chassis, meliputi frame, bumper, pegas serta roda dan ban.  Cabine, untuk tempat sopir.  Power train, terdiri dari mesin, clutch (kopling), transmisi, sumbu gerak. Daya muat truck, dapat dinyatakan dalam :  Berat muatan (ton)  Isi peres (m3 )  Isi munjung (m3 ) Gambar 3.4. : Dump Truck. Tabel 3.13. : Speed Factor. Distance of each section of haul road When making a standing start When running into each section 500 – 750 0,60 – 0,70 0,75 – 0,80 750 – 1.000 0,65 – 0,75 0,80 – 0,85 > 1.000 0,70 – 0,85 0,80 – 0,90 Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
  • 44. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-18 Tabel 3.14. : Waktu Dumping. Operating conditions t1 (menit) Favorable 0,5 – 0,7 Average 1,0 – 1,3 Unfavorable 1,5 – 2,0 Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu. Tabe l3.15.: Waktu Tunggu Untuk Pengisian Kembali. Operating conditions t2 (menit) Favorable 0,10 – 0,20 Average 0,25 – 0,35 Unfavorable 0,40 – 0,50 Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu. Perhitungan produksi dump truck dengan menggunakan formula sebagai berikut: Cmt ME60C P   2 2 1 1 t V D t V D Cm.nCmt  PengisisinMeCyclePeroduksiPr TruckDumpCapasitas n  C = n x q di mana : P : Produksi per jam (m3 /jam, ton/jam) C : Produksi per cycle (m3 , ton) E : Job efficiency Cmt : Cycle time (menit)
  • 45. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-19 M : Jumlah Dump Truck n.Cm : Waktu muat (menit) D/V1 : Waktu angkut (menit) t1 : Waktu dumping (menit) D/V2 : Waktu kembali (menit) t2 : Waktu tunggu untuk pengisian kembali (menit) n : Jumlah siklus pengisian Cm : Cycle time mesin pengisi (menit) D : Jarak angkut (m) V1 : Kecepatan rata-rata truck bermuatan (m/menit) V2 : Kecepatan rata-rata truck kosong (m/menit) q : Produksi per cycle mesin pengisi (m3 , ton) 3.4.7. MOTOR GRADER Satu-satunya alat yang paling cocok untuk keperluan perataan atau pembentukan kemiringan (grade) tanah, sirtu, agregat batu pecah lepas didalam rangka membentuk permukaan secara mekanis, adalah motor grader. Dapat pula dipergunakan untuk keperluan lain, seperti untuk penggusuran tanah, penyampuran bahan-bahan (blending), menggali saluran samping jalan, menggaruk lepas permukaan tanah yang keras, perataan tanggul-tanggul, backfill, dsb. Bagian-bagian penting motor grader adalah (lihat Gambar 4.7.) :  Grader blade yang terpasang pada circle.  Scarifier (ripper), yang dipasang didepan blade.  Circle sebagai kedudukan blade digantungkan pada drawbar, yaitu sebuah frame yang berbentuk segitiga.  Kendali blade (control levers).  Kendaraan sebagai mounting dari blade. Gerakan-gerakan blade terdiri dari 3 gerakan pokok, yaitu :  Angling : adalah gerakan memberikan kedudukan serong kepada blade terhadap arah gerak motor grader.  Side shift : untuk memberikan blade suatu kedudukan disamping poros motor grader, yaitu untuk mengerjakan permukaan yang oleh sesuatu sebab, tidak boleh di-injak oleh roda motor grader.  Circle lift : adalah gerakan naik turun circle (berikut blade) dalam arah vertikal.
  • 46. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-20 Gambar 3.5. : Motor Grader Tabel 3.16. : Data / Spesifikasi. No. Merk / Model Lebar blade (m) Lebar blade effective (m) blade angle 60o Blade angle 45o 1. GD313A, GD461A 3,125 2,7 2,2 2. GD510R - GD661A 3,710 3,2 2,6 3. GD705A, GD705R, GD725A 4,320 3,7 3,0 4. GD825A 4,928 4,2 3,5 Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu. Tabel 3.17. : Kecepatan Kerja. No. Operation Working speed (km/jam) 1. Road repair 2,0 – 6,0 2. Trenching 1,6 – 4,0 3. Bank finishing 1,6 – 2,6 4. Field grading 1,6 – 4,0 5. Leveling 2,0 – 8,0 Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
  • 47. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-21 Perhitungan produksi motor grader dengan menggunakan formula sebagai berikut:   N HELLV Q oe   Q : Produksi per jam (m3 /jam) V : Kecepatan kerja (m/jam) Le : Lebar blade efektif (m) Lo : Lebar overlap (m) E : Job efficiency H : Tebal layer (m) N : Jumlah pass 3.4.8. THREE WHEEL ROLLER, VIBRATORY ROLLER 3.4.8.1. Three Wheel Roller Alat pemadat ini adalah type yang tertua, yang hingga kini masih dipergunakan pada pekerjaan-pekerjaan pembuatan jalan di Indonesia. Roller ini, pada hakekatnya dipergunakan untuk pemadatan lapisan yang terdiri dari bahan-bahan yang berbutir kasar, misalnya untuk pembuatan jalan macadam. Meskipun demikian, cukup baik juga untuk pemadatan tanah sebagai subgrade, base course. Roller ini umumnya digunakan klas 8 – 10 ton, artinya berat roller dengan roda kosong adalah 8 ton, sedangkan kalau roda di-isi, beratnya menjadi 10 ton. Gambar 3.6. : Three Wheel Roller.
  • 48. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-22 Tabel 3.18. : Data / Spesifikasi Alat. No . Uraian Data 1. Type / merk Barat a 2. Lebar efektif = Driving wheel width – 0,20 m 1,00 m 3. Kecepatan kerja 4 – 10 km/ja m 4. Jumlah pass 4 – 12 Sumber : Semarang Surakarta Urban Development Project, 1995 – 2001. 3.4.8.2. Vibratory Roller Vibratory roller mempergunakan pukulan getar untuk menambah pengaruh tekanan oleh roda gilasnya. Dengan pukulan-pukulan getar (vibrating) ini dapat dicapai pengaruh pemadatan yang besarnya 2 sampai 5 kali berat asli (berat statis) roller tersebut. Vibratory roller baik sekali untuk memadatkan bahan-bahan berbutir kasar. Berat compaction effect vibratory roller : 10 – 16 ton. Gambar 3.7. : Vibratory Roller.
  • 49. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-23 Tabel 3.19. : Kecepatan Kerja. No. Roller Operating speed 1. Vibration roller  1,5 km/jam Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu. Tabel 3.20. : Data / Spesifikasi. No. Model Operating weight (kg) Drum width (m) 1. JV80A 8.000 1,650 2. JV100A 9.600 2,130 3. JV100WA 10.590 2,130 4. JV100WP 11.490 2,130 5. JV140WA 13.600 2,100 6. JV140WAP 13.900 2,100 7. JV180WA 17.500 2,100 8. JV180WAP 17.800 2,100 Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu. Tabel 3.21. : Jumlah Lintasan Pemadatan. No. Roller Number of compaction passes 1. Vibration roller 4 – 12 Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu. Tabel 3.22. : Lebar Effective Pemadatan. No. Type Effective compaction width 1. Vibration roller Lebar roller – 0,20 m Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
  • 50. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-24 Perhitungan produksi roller tersebut diatas dengan menggunakan formula sebagai berikut : N EHVW Q   Dimana : Q : Produksi per jam (m3 /jam) W : Lebar efektif pemadatan (m) V : Kecepatan kerja (m/jam) H : Tebal padat satu lapis (m) N : Jumlah pass E : Job efficiency 3.4.9. WATER TANK TRUCK Dioperasikan untuk : Pemberi air sesuai dengan kadar air yang diperlukan pada waktu pemadatan. Gambar1.4.9. : Water tank truck.
  • 51. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-25 Tabel 3.23. : Data / Spesifikasi. No. Uraian Data 1. Type / merk Hino 2. Kapasitas 8.000 liter 3. Kecepatan pada kondisi isi 50 km/jam 4. Kecepatan pada kondisi kosong 60 km/jam 5. Faktor kecepatan 0,85 6. Waktu watering 5,00 menit 7. Waktu tunggu untuk isi kembali 0,30 menit Sumber : Semarang Surakarta Urban Development Project, 1995 – 2001. Pendekatan perhitungan produksi water tank truck dengan menggunakan formula sebagai berikut : Cmt ME60C P   2 2 1 1 t V D t V D CmsCmt  di mana : P : Produksi per jam (Ltr/jam) C : Kapasitas water tank truck (Ltr) E : Job efficiency Cmt : Cycle time (menit) M : Jumlah Water Tank Truck Cms : Waktu muat (menit) D/V1 : Waktu angkut (menit) t1 : Waktu transfer air (menit) D/V2 : Waktu kembali (menit) t2 : Waktu tunggu untuk pengisian kembali (menit) D : Jarak angkut (m) V1 : Kecepatan rata-rata water tank truck bermuatan (m/menit) V2 : Kecepatan rata-rata water tank truck kosong (m/menit)
  • 52. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-26 3.4.10. PEMILIHAN ALAT BERAT Pemilihan alat berat antara lain didasarkan pada :  Skala proyek, atau besar / kecil pekerjaan.  Waktu yang tersedia atau waktu yang ditentukan.  Jenis pekerjaan.  Pertimbangan keseimbangan kapasitas dari kombinasi operasi alat.  Kondisi medan kerja.  Kemudahan didapatnya alat yang dipilih tersebut dipasaran atau di-lapangan. a. Pekerjaan Timbunan Tanah Untuk analisis pekerjaan ini diperlukan data sebagai berikut :  Volume timbunan  Jarak angkut dari quarry ke tempat pekerjaan  Waktu yang disediakan Alat yang digunakan umumnya (option) :  Bulldozer, Caterpillar D5B  Excavator, Komatsu PC 200, Cap. 0,80 m3  Dump Truck, Hino, Cap. 6 m3  Motor Grader, Komatsu GD510R  Vibratory Roller, Sakai SV500  Water Tank Truck, Hino, Cap. 5000 ltr Type atau kapasitas alat berat beserta jumlahnya bisa ditentukan dan dihitung berdasarkan volume timbunan dan waktu yang disediakan. Atau sebaliknya alat ditentukan dahulu kemudian berapa kemampuan kapasitas alat tersebut untuk dapat mengerjakan suatu volume tertentu. b. Pekerjaan Galian Tanah Untuk analisis pekerjaan ini diperlukan data sebagai berikut :  Volume galian  Jarak angkut dari galian ke tempat buangan  Waktu yang disediakan Alat yang digunakan umumnya (option) :  Bulldozer, Caterpillar D5B  Excavator, Komatsu PC 200, Cap. 0,80 m3
  • 53. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-27  Dump Truck, Hino, Cap. 6 m3  Motor Grader, Komatsu GD510R Type atau kapasitas alat berat beserta jumlahnya bisa ditentukan dan dihitung berdasarkan volume galian dan waktu yang disediakan. Atau sebaliknya alat ditentukan dahulu kemudian berapa kemampuan kapasitas alat tersebut untuk dapat mengerjakan suatu volume tertentu. 3.4.11. KONVERSI VOLUME TANAH Faktor konversi volume tanah mengacu pada Tabel 3.24. Tabel 3.24. : Faktor Konversi Volume Tanah. Nature Initial Conditions of earth to be moved of earth condition Bank Condition Loosened Condition Compacted Condition Bank Condition 1,00 1,43 0,90 Clay Loosened Condition 0,70 1,00 0,63 Compacted Condition 1,11 1,59 1,00 Bank Condition 1,00 1,13 1,03 Gravels Loosened Condition 0,88 1,00 0,91 Compacted Condition 0,97 1,10 1,00 Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.
  • 54. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-28 3.4.12. JOB EFFICIENCY Job efficiency alat mengacu pada Tabel 4.12 berikut ini. Pendekatan dapat dilakukan untuk alat lain. Tabel 3.25. : Job Efficiency. Operating conditions Excavator Dump truck Bulldozer Motor grader Wheel Loader Good 0,83 0,83 0,83 0,80 0,83 Average 0,75 0,80 0,75 0,70 0,75 Rather poor 0,67 0,75 0,67 0,60 0,67 Poor 0,58 0,70 0,58 0,50 0,58 Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu. 3.4.13. PENDEKATAN KONDISI KERJA Hari dan jam kerja yang direncanakan untuk pelaksanaan konstruksi berdasarkan asumsi / estimit sebagai berikut : a. Hari minggu dan hari libur resmi nasional tidak ada jam kerja, kecuali mengejar target penyelesaian atau kondisi khusus. b. Setiap bulan tidak ada hari kerja selama 2 hari untuk maintenance peralatan. c. Anggapan jam kerja harian = 8 jam kerja. d. Hari kerja efektip dalam setahun :  Hari minggu dalam setahun = 52 hari  Hari libur resmi nasional = 13 hari  Maintenance peralatan = 24 hari  Hari hujan dalam setahun : o Januari : 50 % x 31 hari = 15 hari o Februari : 40 % x 28 hari = 11 hari o Maret : 30 % x 31 hari = 9 hari o Oktober : 30 % x 31 hari = 9 hari o Nopember : 40 % x 30 hari = 12 hari o Desember : 50 % x 31 hari = 15 hari Jumlah hari tidak bekerja = 160 hari Jumlah hari kerja effective = 365 – 160 = 205 hari
  • 55. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-29 Prosen hari kerja efektip = 365 205 = 56 % Angka ini mempunyai nilai variabel sesuai dengan kajian secara khusus. 3.4.14. WAKTU PENYELESAIAN PEKERJAAN Formula umum : soQ V T  dimana : T =Waktu yang diperlukan V =Volume pekerjaan Qso =Site output terkecil dari produksi kombinasi peralatan 3.4.15. PENDEKATAN PRODUKSI ALAT Pendekatan perhitungan produksi alat berat diberikan secara computerized program pada Lampiran dan hasilnya dirangkum sebagai berikut : 3.4.15.1. Peralatan Pekerjaan Galian Tanah Bulldozer, Excavator, Motor grader. No. Alat Produksi per jam (BCM) Produksi per hari (BCM) 1. Bulldozer, Caterpillar D5B 103,70 830 2. Excavator, Komatsu PC200 104,00 832 3. Motor Grader, Komatsu GD510R 228,70 1.830 Site output 103,70 830 Keterangan : BCM = Bank Cubic Meter.
  • 56. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-30 Dump truck. Jarak (km) Jumlah Dump truck Produksi per jam (BCM) Produksi per hari (BCM) 2 5 112,00 896 4 8 113,70 909 6 10 104,30 834 8 13 106,50 852 10 16 108,60 869 12 18 104,60 837 14 21 105,80 847 16 24 107,50 860 18 26 103,70 830 20 29 105,60 844 22 32 105,30 842 24 34 104,70 838 26 37 106,20 850 28 39 103,70 830 30 43 105,40 843 Keterangan : BCM = Bank Cubic Meter. 3.4.15.2. Peralatan Pekerjaan Timbunan Tanah Bulldozer, Excavator, Motor grader, Vibratory roller. No. Alat Produksi per jam (CCM) Produksi per hari (CCM) 1. Bulldozer, Caterpillar D5B 93,40 747 2. Excavator, Komatsu PC200 93,60 749 3. Motor Grader, Komatsu GD510R 205,80 1.646 4. Vibratory roller, Sakai SV500 94,10 753 Site output 93,40 747 Keterangan : CCM = Compacted Cubic Meter.
  • 57. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-31 Dump truck. Jarak (km) Jumlah Dump truck Produksi per jam (CCM) Produksi per hari (CCM) 2 5 100,80 806 4 8 102,30 818 6 10 93,90 751 8 13 95,80 767 10 16 97,80 782 12 18 94,10 753 14 21 95,30 762 16 24 96,80 774 18 26 93,40 747 20 29 95,00 760 22 32 94,80 758 24 34 94,20 754 26 37 95,60 765 28 39 93,40 747 30 43 94,80 759 Keterangan : CCM = Compacted Cubic Meter. Water tank truck. Jarak Jumlah Water tank truck Produksi per jam (CCM) Produksi per hari (CCM) 2 1 193,20 1.546 4 1 144,90 1.159 6 1 115,90 927 8 1 96,60 773 10 2 165,60 1.325 12 2 144,90 1.159 14 2 128,80 1.030 16 2 115,90 927 18 2 105,40 843 20 2 96,60 773 22 3 133,70 1.070 24 3 124,20 994 26 3 115,90 927 28 3 108,70 870 30 3 102,30 818 Keterangan : CCM = Compacted Cubic Meter.
  • 58. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Rangkuman Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) R-1 RANGKUMAN Perkerasan jalan lentur (hotmix) secara umum terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yaitu :  Lapisan tanah dasar (sub grade)  Lapisan pondasi bawah (subbase course)  Lapisan pondasi atas (base course)  Lapisan permukaan / penutup (surface course) Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :Lapisan tanah dasar, tanah galian.  Lapisan tanah dasar, tanah urugan.  Lapisan tanah dasar, tanah asli. Urugan dibagi dalam 2 macam sesuai dengan maksud penggunaannya yaitu :  Urugan biasa, adalah urugan yang digunakan untuk pencapaian elevasi akhir subgrade yang disyaratkan dalam gambar perencanaan tanpa maksud khusus lainnya. Urugan biasa ini juga digunakan untuk penggantian material existing subgrade yang tidak memenuhi syarat.  Urugan pilihan, adalah urugan yang digunakan untuk pencapaian elevasi akhir subgrade yang disyaratkan dalam gambar perencanaan dengan maksud khusus lainnya, misalnya untuk mengurangi tebal lapisan pondasi bawah, untuk memperkecil gaya lateral tekanan tanah dibelakang dinding penahan tanah talud jalan. Pengelompokan dari jenis-jenis tanah yaitu :  Klasifikasi tanah menurut AASHTO system.  Klasifikasi tanah menurut Unified System (sebagai pengembangan dari sistim Casagrande). Pekerjaan pembersihan, adalah pembersihan segala macam tumbuh-tumbuhan, pohon- pohon, semak-semak, tanaman lain, sampah dan bahan-bahan lain yang mengganggu, termasuk pencabutan akar-akar, sisa-sisa konstruksi dan material. Ada dua jenis pekerjaan pembersihan dan pembongkaran, yaitu:  Pembersihan ringan  Pembersihan berat Tugas-tugas inspektor dalam pekerjaan pembersihan dan pembongkaran yang ditetapkan sesuai spesifikasi, adalah: 1) Mengenali batas-batas pekerjaan pembersihan dan pembongkaran yang telah ditetapkan inspektor sesuai spesifikasi umum. 2) Memasang dan menjaga patok-patok elevasi tetap pada tempat dan ketinggian yang seharusnya.
  • 59. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Rangkuman Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) R-2 3) Mengajukan persetujuan lokasi pembuangan pekerjaan pembersihan kepada Direksi Teknik 4) Jika ternyata ada bangunan utility, pelaksana wajib segera melaporkan ke Direksi Teknik untuk penyelesaian selanjutnya 5) Menjaga kemajuan dan mutu pekerjaan, agar sesuai dengan jadwal pelaksanaan dan spesifikasi umum. 6) Setiap perubahan / penyesuaian yang akan dilaksanakan, harus dengan persetujuan Direksi Teknik Pekerjaan tanah adalah pembentukan badan jalan dan saluran samping sesuai dengan ketinggian (elevasi) tiap bagian jalan yang direncanakan. Untuk mencapai permukaan tanah dasar badan jalan sesuai rencana ,perlu pekerjaan galian dan timbunan. Pada dasarnya daya dukung tanah dapat diperbaiki dengan 2 (dua) cara, yaitu:  Dengan Pemadatan  Dengan membuat Drainase yang baik Macam alat pemadat untuk pekerjaan ‘sub grade’, antara lain adalah sebagai berikut:  ‘Sheep Foot Roller’ (Penggilas Jenis Kaki Kambing) Prinsip Sheep Foot Roller ini, adalah sebuah silinder yang di bagian luarnya dipasang kaki-kaki. Pada kaki-kaki ini terjadi tekanan yang tinggi, sehingga kaki- kaki ini masuk ke dalam tanah dan memberikan pemadatan dari bawah. ‘Sheep Foot Roller’ ini baik digunakan untuk tanah berpasir yang sedikit mengandung lempung dan juga untuk tanah yang plastis dan kohesif. Untuk tebal lapisan antara 15 – 25 cm, ‘roller ‘ ini masih berhasil guna.  Penggilas dengan Getaran (‘Vibration Roller’) Alat pemadat ini mempunyai efesiensi pemadatan yang sangat baik. Alat ini memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan. Efek yang diakibatkan ‘vibration roller’, adalah gaya dinamis terhadap tanah. Butir-butir tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong yang terdapat di antara butir-butirnya, sehingga akibat getaran ini tanah menjadi padat dan dengan susunan yang lebih kompak. Pekerjaan galian dibagi 2 menurut sifat pengerjaannya yaitu :  Galian padas, mencakup galian dari batu dengan volume 1 m3 atau lebih dari seluruh padas atau bahan lainnya yang menurut pendapat Pengawas hanya dapat dilepaskan dengan penggaru yang ditarik oleh traktor dengan berat minimum 15 ton dan tenaga kuda netto sebesar 180 Tenaga Kuda.  Galian biasa, mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai galian padas.
  • 60. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Rangkuman Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) R-3 Pekerjaan pemasangan urugan mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah untuk pembentukan badan jalan. Pekerjaan penyiapan badan jalan mencakup menyiapkan permukaan tanah untuk pemasangan lapis pondasi bawah (sirtu), permukaan jalan lama untuk pemasangan lapis pondasi agregat (sirtu / macadam). Pekerjaan meliputi galian minor atau penggarukan serta urugan yang disusul dengan pembentukan, pemadatan dan memelihara permukaan sampai dengan material perkerasan ditempatkan di atasnya Pada pekerjaan timbunan tanah, alternatif alat yang digunakan adalah :  Bulldozer : digunakan untuk pembersihan dan pengupasan badan jalan, mendorong material dan sebagainya, termasuk menumbangkan pohon yang berada dilokasi rencana badan jalan.  Wheel Loader : untuk memindahkan bahan dalam jarak dekat dari suatu lokasi ketempat kendaraan pengangkut jarak jauh (dump truck).  Dump truck : untuk memindahkan bahan dalam jarak jauh.  Motor Grader : untuk pekerjaan perataan.  Vibratory Roller : untuk alat pemadat, dapat juga digunakan alternatif pilihan lain seperti Three Wheel Roller, Pneumatic Tire Roller.  Water tank truck : untuk alat pemberi air sesuai dengan kadar air yang diperlukan pada waktu pemadatan. Pada pekerjaan galian tanah, alternatif alat yang digunakan adalah :  Excavator : untuk memotong perbukitan, menggali tanah dan material yang dapat langsung dipindahkan ke dump truck.  Dump truck : untuk memindahkan bahan dalam jarak jauh. Pemilihan alat berat antara lain didasarkan pada :  Skala proyek, atau besar / kecil pekerjaan.  Waktu yang tersedia atau waktu yang ditentukan.  Jenis pekerjaan.  Pertimbangan keseimbangan kapasitas dari kombinasi operasi alat.  Kondisi medan kerja.  Kemudahan didapatnya alat yang dipilih tersebut dipasaran atau di-lapangan.
  • 61. Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Daftar Pustaka Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) DP-1 DAFTAR PUSTAKA 1. Hand Book Of Soil Mechanics, By Arpad Kezdi. 2. Contruction Planning, Equipment and Method, By R.L.Peurifoy. 3. Highway Enggineering Handbook, By Kenneth B Woods 4. Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi I & II, Oleh Imam Soekoto 5. Drainage Engineering, By James M Luthin. 6. Alat-alat Berat dan Penggunaannya, Oleh Ir. Rochmanhadi 7. Caterpilar Performance Handbook, Edition 29 8. Leaflets : Caterpillar, Komatsu, Fassi