SlideShare a Scribd company logo
1 of 49
Download to read offline
PELAKSANAAN PEKERJAAN
PERKERASAN JALAN BETON
Disampaikan dalam Pelatihan :
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
4.1. PENGERTIAN UMUM
4.1.1.Pendahuluan
Tiga elemen kompetensi dalam SKKNI Pelaksana Lapangan
Perkerasan Jalan Beton :
1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk membuat
perkerasan jalan beton.
2. Melaksanakan pemasangan sambungan memanjang, sambungan
ekspansi melintang atau sambungan kontraksi melintang untuk
pekerjaan perkerasan jalan beton.
3. Melaksanakan pengecoran, penghamparan, pemadatan dan
penyelesaian akhir beton.
4.1.2. Pengertian Umum
4.1.2.1 Definisi Perkerasan Kaku
Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) didefinisikan sebagai struktur
perkerasan yang terdiri dari plat beton semen yang bersambungan
(tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan, atau plat beton menerus
dengan tulangan, yang terletak di atas lapis pondasi bawah, tanpa atau
dengan aspal sebagai lapis permukaan.
1). Lapis Pondasi
Lapis pondasi (base course) terdiri atas satu lapis plat (slab) beton
semen mutu tinggi yang kira-kira setara dengan beton K-350 sampai K-
400.
Dalam perkembangan terakhir, plat beton ini dapat juga terdiri atas beton
pratekan.
Lapis pondasi yang terdiri atas plat beton semen ini merupakan
konstruksi utama dari perkerasan kaku, yang apabila kontak langsung
dengan roda lalu lintas (berfungsi sebagai lapis permukaan / surface
course), maka permukaannya harus rata, tidak mudah aus dan tidak
licin.
Lapis pondasi tidak boleh lekat (unbonded) dengan lapis pondasi bawah
(sub base course).
2). Lapis Pondasi Bawah
Fungsi utama lapis pondasi bawah (sub base course) :
- sebagai lantai kerja (working platform),
- mencegah pumping (pemompaan), dan
- menambah kekuatan tanah dasar, meskipun pada umumnya lapis
pondasi bawah ini tidak diperhitungkan dalam memikul beban lalu
lintas (bersifat non-struktural).
Pumping adalah peristiwa masuknya air hujan dari permukaan plat beton
melalui retakan/celah sambungan pada plat beton tersebut dan terus ke
tanah dasar, yang kemudian dengan terjadinya lendutan plat beton akibat
dari beban lalu lintas berat mengakibatkan air dapat terpompa ke luar lagi
dengan membawa butir-butir halus material tanah dasar; akibatnya lambat
laun terjadi rongga di bawah plat beton sehingga plat beton kehilangan
dukungan sehingga akhirnya retak karena plat beton tidak didesain untuk
menahan momen lentur.
Tahap awal terjadinya pumping dapat dilihat dari munculnya lumpur tanah
merah di permukaan perkerasan di daerah sambungan / retakan plat
beton.
Untuk mengatasi pumping ini dapat digunakan material berbutir (granular
material / agregat) untuk memberikan fasilitas drainase bagi air yang
masuk ke bawah perkerasan untuk kemudian disalurkan melalui saluran
pembuang di bawah perkerasan (subdrain).
Agar berfungsi baik sebagai drainase maupun sebagai saringan agar
material halus tanah dasar tidak bisa lewat, maka material berbutir yang
dipergunakan harus memenuhi persyaratan agregat porous (filter
material).
Alternatif lainnya, dapat dipergunakan lean concrete (yaitu beton kurus
dengan kekuatan kubus 1,0 MPa, atau dikenal juga sebagai beton B-0)
sebagai lapis pondasi bawah. Dalam hal ini lean concrete dimaksudkan
sebagai material penghambat (blocking) masuknya air ke bawah
perkerasan (tanah dasar).
Secara teoritis, antara lapis pondasi bawah dengan plat beton di atasnya
tidak boleh ada ikatan (bonding) sehingga perlu dipasang bond breaker.
3). Bond Breaker
Bond breaker dipasang di atas subbase agar tidak ada kelekatan
(bonding) atau gesekan (friction) antara lapis pondasi bawah dengan plat
beton. Dalam praktek bond breaker dibuat dari plastik tebal (minimum 125
mikron).
Untuk mencegah gesekan, maka permukaan lapis pondasi bawah tidak
boleh dikasarkan (grooving atau (brushing).
Pada waktu pemasangan plastik harus dihindari terjadinya “air-trapped” di
bawah plastik karena akan menyebabkan “irregular joint” yang akan
menimbulkan gesekan antara lapis pondasi bawah dengan plat beton di
atasnya.
Bila lapis pondasi bawah terdiri atas granular material, tidak diperlukan
adanya bond breaker, kecuali kalau ada kekhawatiran terjadinya
“dewatering” campuran beton.
4.1.2.3 Prinsip Penyebaran Beban
Perkerasan beton semen sebagai perkerasan kaku bersifat sebagai
single layer system, terdiri atas Plat Beton Mutu Tinggi sebagai lapis
pondasi, yang berfungsi memikul seluruh beban lalu lintas di atasnya
untuk diteruskan ke tanah dasar pada daerah yang relatif jauh lebih luas
dibandingkan dengan perkerasan lentur, sehingga tegangan maksimum
yang diterima oleh tanah dasar sangat kecil (0,2 – 0,3 kg/cm2).
Lapis pondasi bawah (lean concrete atau batu pecah) di sini pada
umumnyat idak diperhitungkan memikul beban (berfungsi non-struktural).
Distribusi tegangan akibat beban lalu lintas pada permukaan Tanah Dasar
(Subgrade) oleh Perkerasan Kaku (Rigid Pavement).
Pressure only 3 psi (0.2 kg/cm2)
- sangat kecil !!!
1) Perkerasan beton semen
dengan sambungan
tanpa tulangan (Jointed
Unreinforced/Plain
Concrete Pavement /
JPCP);
2) Perkerasan beton semen
dengan sambungan
dengan tulangan (Jointed
Reinforced Concrete
Pavement / JRCP);
3) Perkerasan beton semen
menerus (tanpa
sambungan) dengan
tulangan (Continuously
Reinforced Concrete
Pavement / CRCP);
4) Perkerasan beton semen
pratekan (Prestressed
Concrete Pavement /
PCP).
Jenis-jenis Perkerasan Beton Semen
Konstruksi Perkerasan jalan beton di Proyek
Pelebaran Jalan
Slab perkerasan beton pratekan
yang telah selesai dengan bahu
jalan dari perkerasan beton
konvensional.
4.2. PENYIAPAN PERALATAN PELAKSANAAN
PERKERASAN JALAN BETON
4.2.1. Identifikasi Peralatan Pelaksanaan
Untuk dapat mengidentifikasi jenis peralatan diperlukan data-data sebagai
berikut:
• Jenis, volume pekerjaan beton, spesifikasi teknik, lokasi pekerjaan
dan kondisi lapangan;
• Jadwal waktu yang disediakan untuk masing-masing tahapan
pelaksanaan pekerjaan beton semen;
• Metode kerja pelaksanaan pekerjaan yang akan digunakan;
Pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton memerlukan peralatan
utama yang meliputi:
• Peralatan pencampur dan pengecoran beton (Batching Plant dan
Truck Mixer / Dump Truck),
• Penghamparan dan pemadatan beton (Concrete Paver / Concrete
Finisher), serta
• Peralatan penyelesaian akhir (finishing) permukaan beton (Texturing
and Curing Machine).
Jenis-jenis peralatan utama yang akan diuraikan berikut ini:
4.2.1.1. Peralatan Pencampur (Batching Plant) dan Pengangkut Beton
4.2.1.2. Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete
Paver)
4.2.1.3. Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap (Fixform Concrete
Finisher)
4.2.1.4. Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton dan Perapihan
Tepi
4.2.1.5. Gergaji Beton
4.2.1.1. Peralatan Pencampur (Batching Plant) dan
Pengangkut Beton
Pembuatan campuran beton yang bermutu tinggi memerlukan perhatian
yang sangat teliti pada setiap tahapan kegiatannya, mulai dari penetapan
dan penakaran komposisi bahan pembentuk beton, pencampuran, sampai
kepada pengangkutannya ke lokasi pengecoran. Pada umumnya, proses
produksi campuran beton meliputi kegiatan–kegiatan sebagai berikut:
•Penakaran bahan-bahan beton;
•Pencampuran;
•Pengangkutan ke lokasi pengecoran;
•Penempatan / pengecoran;
•Pemadatan (konsolidasi);
•Perawatan (Curing);
•Penyelesaian akhir / Perapihan (Finishing).
Kegiatan penakaran bahan-bahan pembentuk beton dalam bahasa
asing disebut batching. Penakaran dapat dilakukan berdasarkan berat
maupun berdasarkan volume bahan tersebut. Tetapi, penakaran
berdasarkan berat lebih umum dilakukan karena dipandang lebih praktis.
Batcher equipment adalah kontainer yang berfungsi sebagai penampung
dan untuk mengukur material beton sebelum dituangkan ke dalam
Concrete Mixer. Untuk menentukan batcher yang harus digunakan,
kapasitas batcher tersebut minimal 3 (tiga) kali kapasitas alat
pencampur (concrete mixer).
Peralatan pembuatan campuran beton
yang ditempatkan secara terpusat dan
biasanya mempunyai kapasitas tinggi,
sehingga cocok untuk pekerjaan-
pekerjaan beton dengan volume besar,
disebut Batching Plant.
Peralatan Batching Plant dengan alat
pengangkut Dump Truck.
Peralatan Batching Plant dan alat pengangkut (Truck Mixer atau Agitator
Truck Mixer) harus sesuai dengan ketentuan mengenai peralatan dalam
Spesifikasi Beton dari Spesifikasi Umum.
Kapasitas Batching Plant harus cukup besar untuk dapat memasok
kebutuhan alat Slipform Concrete Paver sehingga alat penghampar
tersebut dapat terus bergerak tanpa berhenti akibat kekurangan atau
keterlambatan pemasokan campuran beton.
Apabila di lapanganterjadi satu proyek menggunakan beberapa Batching
Plant, bahkan dari beberapa perusahaan pemasok, maka diperlukan
kecermatan yang lebih tinggi dari Pelaksana Lapangan yang
bersangkutan untuk dapat mengendalikan
mutu maupun jumlah campuran beton yang
harus diterimanya agar tetap konsisten
dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan.
Batching Plant jenis pan mixer dengan Truk
Ready Mix.
4.2.1.2. Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak
(Slipform Concrete Paver)
Mesin penghampar beton jenis ini merupakan satu unit mesin yang
mempunyai fungsi menghampar, meratakan, memadatkan dan
membentuk perkerasan sekaligus memberi arah dan mengatur elevasi
sesuai kebutuhan dalam sekali gerak maju.
Mesin jenis acuan bergerak (Slipform Concrete Paver) mempunyai lebar
minimum 4.0 m yang bertumpu pada 4 (empat ) roda kelabang (crawler
track), dilengkapi sensor arah gerak (steering sensors), sensor elevasi
(level control sensors) masing-masing di depan dan di belakang pada
kedua sisi, dan sensor kelandaian – kemiringan (slope sensor). Semua
sensor ini dikendalikan secara otomatis dengan komputer (computerized
control).
Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete Paver) yang banyak
dipergunakan di Indonesia.
Paving direction
Side form
Prinsip kerja Concrete Paver (jenis acuan bergerak) dan komponen-komponen mesin
penghampar tipikal
Prinsip kerja
CONCRETE PAVER
4.2.1.3. Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap (Fixform
Concrete Finisher)
Jika lokasi perkerasan sempit atau bentuknya tidak beraturan yang tidak
memungkinkan beroperasinya mesin Slipform Concrete Paver, maka
dapat digunakan alat berikut ini:
1. Mesin Penghampar dan Penempa (Spreading and Finishing Machines)
Jenis mesin penghampar harus sedemikian rupa sehingga dapat
memperkecil kemungkinan segregasi campuran beton. Alat penempa
(finishing machines) harus dilengkapi dengan tranverse screeds yang
dapat bergerak bolak-balik (oscillating type) atau alat lain yang serupa.
2. Vibrator (Penggetar)
Vibrator, untuk menggetarkan seluruh lebar perkerasan beton, dapat
berupa surface pan type atau internal type dengan tabung celup
(immersed tube) atau multiple spuds.
Vibrator dapat dipasang pada mesin penghampar atau alat penempa.
Vibrator tidak boleh menyentuh sambungan, load transfer devices,
subgrade dan acuan (form) samping.
3. Acuan
Acuan lurus terbuat dari logam dengan ketebalan tidak kurang dari 5 mm
dan disediakan dalam bentuk bagian-bagian dengan panjang tidak kurang
dari 3 m, dan sekurang-kurangnya mempunyai kedalaman sama dengan
ketebalan plat beton perkerasan tanpa sambungan horisontal dan lebar
dasar acuan tidak kurang dari kedalamannya.
Acuan yang mudah disesuaikan atau lengkung dengan radius yang
memadai digunakan untuk tikungan dengan radius 30,0 m atau kurang.
Acuan harus dapat menahan segala benturan dan getaran dari alat
penghampar dan penempa.
Batang flens (flange braces) harus melebihi keluar dari dasar tidak kurang
dari 2/3 tinggi acuan.
Permukaan atas acuan tidak boleh berbeda lebih dari 3 mm sepanjang 3 m
dari suatu bidang datar sebenarnya dan bidang tegak tidak berbeda
melebihi 6 mm. Acuan ini juga harus dilengkapi pengunci pada ujung-ujung
bagian yang bersambungan.
Alat penghampar beton mekanis
(dengan fixed form)
Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap Secara Mekanis (Fixform Concrete Finisher)
Penghamparan dan pemadatan
beton secara manual
4.2.1.4. Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton dan
Perapihan Tepi
Setelah sambungan dan tepi perkerasan selesai, sebelum bahan
perawatan (curing) digunakan, permukaan beton harus dikasarkan dengan
membuat tekstur permukaan pada arah melintang atau memanjang garis
sumbu (centre line) jalan, yang dapat dilakukan dengan cara brushing atau
grooving.
Pembuatan tekstur permukaan jalan ini dimaksudkan untuk mencegah
aquaplaning atau hydroplaning, yaitu fenomena tidak adanya kontak
antara ban kendaraan dengan permukaan jalan pada waktu adanya
lapisan air di permukaan jalan. Hal ini sangat berbahaya terutama pada
lalu lintas dengan kecepatan tinggi, karena kendaraan menjadi tidak bisa
dikendalikan. Dengan adanya tekstur permukaan jalan maka akan tersedia
fasilitas drainase di bawah ban kendaraan.
Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 1/16” (1,5 mm).
Cara grooving dilakukan dengan menggunakan alat grooving manual atau
mekanis, yang mempunyai batang-batang penggaruk setebal 3 mm dan
masing-masing berjarak antara 15 sampai 20 mm.
Perapihan tepi perkerasan beton di sepanjang acuan dan pada
sambungan dilakukan secara manual menggunakan alat khusus manual
pada saat beton mulai mengeras, dengan membentuk tepian untuk
membentuk permukaan lengkung yang halus dengan radius tertentu. bila
tak ditentukan lain pada Gambar Rencana, ialah 12 mm.
Perapihan dilakukan supaya ujung-ujung beton yang bersudut tidak mudah
gompal.
Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton Secara Mekanis
Pembuatan tekstur permukaan beton
secara manual
Penemprotan Curing Compound
Secara Manual
4.2.1.5. Gergaji Beton
Bila ditentukan sambungan dibentuk dengan penggergajian (saw joints),
maka harus disediakan peralatan gergaji dalam jumlah dan kapasitas yang
memadai untuk membentuk sambungan,
Gergaji beton terdiri dari gergaji bermata intan dan berpendingin air atau
dengan abrasive wheel sesuai ukuran yang ditentukan, dan paling sedikit
satu gergaji selalu siap dioperasikan (standby) dengan cadangan pisau
gergaji secukupnya, serta fasilitas penerangan untuk pekerjaan malam.
Gergaji Beton
4.2.2 Pemilihan Peralatan
Pemilihan Peralatan dilakukan terutama untuk peralatan utama.
Untuk dapat memilih peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan
perkerasan jalan beton, Pelaksana Lapangan perlu mendapatkan data-
data/informasi tentang :
1. Owning Cost dan Operating Cost alat;
2. Uraian Analisa Alat;
3. Uraian Analisa Harga Satuan untuk seluruh item pekerjaan yang ada
dalam berkas penawaran.
Yang dimaksud dengan owning cost adalah biaya kepemilikan alat yang
harus diperhitungkan selama alat yang bersangkutan dioperasikan,
apabila alat tersebut milik sendiri.
Sedangkan untuk menghitung owning cost, harus diperhitungkan:
• Depresiasi,
• Suku bunga,
• Pajak,
• Asuransi, dan
• Biaya penyimpanan alat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya operating cost alat ialah:
• Biaya bahan bakar,
• Biaya pelumas,
• Biaya perawatan,
• Biaya perbaikan,
• Biaya operator, dan
• Biaya pembantu operator;
Hasil akhir dari uraian analisa alat-alat berat adalah biaya ”sewa” alat per
jam kerja.
4.2.3 Penetapan Peralatan
Pada dasarnya, pilihan-pilihan pengadaan peralatan yang dapat ditetapkan
oleh Kontraktor a.l. adalah:
sewa (rental), investasi dalam bentuk beli langsung, atau investasi dalam
bentuk sewa-beli (leasing).
Keuntungan yang diperoleh oleh Kontraktor dari alternatif sewa :
• Biaya yang dikeluarkan hanya sebatas sewa peralatan yang diperlukan
saja.
• Tidak dibebani biaya mobilisasi.
• Tidak dibebani biaya demobilisasi.
Sedangkan kerugian dari alternatif sewa :
• Belum tentu dapat memastikan bahwa penyewa dapat menguasai
teknologi peralatan yang disewanya.
• Menyebabkan penyewa akan bergantung pada perusahaan sewa selama
pengoperasian alat.
• Jika digunakan untuk jangka panjang akan menjadi mahal.
Keuntungan yang diperoleh oleh Kontraktor dari alternatif beli langsung :
• Teknologi peralatan dapat dikuasai oleh Kontraktor.
• Untuk proyek jangka panjang biaya alat menjadi murah.
• Dapat memilih peralatan yang paling sesuai dengan rencana dan
metode pelaksanaan yang direncanakan.
Penyediaan peralatan dengan cara leasing mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
• Pengeluaran (modal investasi) tidak dibayarkan sekaligus, namun
secara bertahap tergantung pada ketentuan dalam surat perjanjian.
• Meskipun lokasi pekerjaan/proyek jauh dari lokasi pelaksana pembelian,
dengan cara leasing tidak perlu ada tambahan biaya untuk transportasi.
• Pada akhir masa pembayaran, maka peralatan belum menjadi milik
penyewa karena masih harus diperhitungkan terlebih dahulu biaya-biaya
pemeliharaan yang dikeluarkan oleh pihak yang menyewakan.
4.3. PEMASANGANAN SAMBUNGAN-SAMBUNGAN
(JOINTS)
Tulangan sambungan, yang berfungsi sebagai penyambung plat beton
yang sudah putus (akibat retak). Tulangan sambungan melintang susut
(contraction joint), dan tulangan sambungan melintang pelaksanaan
(construction joint) disebut Dowel (Ruji); sedangkan tulangan sambungan
memanjang disebut Tie Bar (Batang Pengikat).
Semua sambungan didesain untuk dapat berfungsi menyalurkan beban
(load transfer), yang dapat diperoleh dari batang dowel, tie bar, sambungan
lidah-alur, interlocking (saling mengunci) antar batuan, atau kombinasi dari
pada itu semua. Khusus pada sambungan melintang tanpa dowel,
penyaluran beban juga dilakukan melalui tanah dasar yang diperkuat
(improved subgrade).
Pada umumnya, di Indonesia sambungan dibuat dengan saw cut, crack
inducer, atau akhir pentahapan pelaksanaan. Di luar negeri banyak juga
yang menggunakan plat logam yang dibentuk terlebih dahulu kemudian
disisipkan ke dalam beton pada waktu beton masih bersifat cair, namun
cara ini tidak praktis karena dapat mengganggu operasi pelaksanaan.
4.3.1. Pembuatan Sambungan Memanjang (Longitudinal
Joint).
Sambungan memanjang dapat berupa sambungan susut (contraction joint)
atau bidang perlemahan pada jalan dengan lebih dari satu lajur.
Detail konstruksi sambungan memanjang dibuat tergantung pada cara
bagaimana cara plat beton yang bersangkutan dicor / dihampar ;
- Untuk plat yang dicor per lajur dibuat dengan cara memasang bekisting
memanjang dan tie bar.
- Untuk plat yang dicor 2 lajur sekaligus dibuat dengan cara saw cutting
untuk bagian atas, dan memasang crack inducer (batang kayu
berpenampang ) di bagian bawah plat beton.
b) Dicor 2 lajur sekaligus
a) Dicor per lajur
4.3.2. Pembuatan Sambungan Ekspansi Melintang
(Expansion Joint).
Sambungan Ekspansi Melintang dibuat untuk mengakomodasi muai-susut
plat beton pada arah memanjang.
Salah satu ujung dowel harus dimasukkan ke dalam selongsong baja yang
sedikit lebih panjang dari pada dowelnya agar dowel dapat bergerak bebas
maju-mundur akibat muai-susut slab beton.
Detail Sambungan Ekspansi Melintang
4.3.3. Pembuatan Sambungan Kontraksi Melintang
(Transversal Contraction Joint)
4.3.3.1 Sambungan Kontraksi Melintang
Sambungan Kontraksi Melintang atau sering disebut Sambungan
Susut (Contraction Joint), dibuat dengan melakukan perlemahan
pada penampang plat beton dengan membuat takikan sedalam ¼
tebal plat.
Sambungan Kontraksi Melintang
Pembuatan Sambungan dengan cara Sawcut
Pembuatan sambungan di Indonesia lebih disukai cara saw cut mengingat
beberapa keuntungan sebagai berikut:
• Pengecoran beton dapat dilakukan secara monolit;
• Kualitas beton di sekitar sambungan sama dengan daerah-daerah
lainnya di seluruh plat beton perkerasan;
• Operasi saw cutting tidak mempengaruhi pelaksanaan pengecoran /
penghamparan beton;
• Peggergajian / saw cut selalu tegaklurus terhadap permukaan plat beton
sehingga tidak akan ada perlemahan sudut atau tepi.
Penggergajian dilakukan sedalam tidak kurang dari 1/4 tebal plat beton
dan tegak lurus pada permukaan plat beton, di tempat-tempat yang telah
ditentukan. Untuk beton dengan perkuatan serat baja (steel-fiber
reinforcement) kedalaman penggergajian adalah 1/3 tebal plat beton.
Penggergajian harus dilakukan antara jam ke-4 sampai jam ke-18 setelah
pengecoran plat beton, maksimum sampai jam ke-24.
Pada waktu penggergajian, perlu diperhatikan:
•Harus tepat lokasi (diberi tanda sebelumnya pada bekisting);
•Harus tepat kedalaman (1/4 tebal plat);
•Harus tepat waktu (antara jam ke-4 sampai jam ke-24).
Penggergajian (saw cut) yang terlambat dilakukan akan mengakibatkan
retak melintang di sekitar letak dowel.
Saw Cut Terlambat. Retak terjadi di
tempat sembarang / tidak dikehendaki
Sambungan Saw Cut Tepat Waktu. Retak
terjadi di tempat yang
diinginkan/direncanakan
Konstruksi Dudukan/Kursi Dowel yang
banyak dipakai di Indonesia
Dowel bar insertion equipment (ACPA)
(Pemasangan dowel cara mekanis)
4.3.3.2 Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)
Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint) adalah
sambungan yang harus dibuat pada akhir pelaksanaan pada
suatu hari untuk dilanjutkan dengan pengecoran pada hari
berikutnya, atau bila pengecoran beton berhenti lebih dari 30
menit.
Sambungan konstruksi melintang tidak boleh dibuat pada jarak
kurang dari 3 m dari sambungan ekspansi, sambungan
kontraksi, atau bidang yang diperlemah lainnya.
Detail Sambungan Pelaksanaan
4.4. PENGECORAN, PENGHAMPARAN, PEMADATAN DAN
PENYELESAIAN AKHIR PERMUKAAN BETON
4.4.1 Pengangkutan dan Pengecoran Campuran Beton
Apabila campuran beton diangkut dengan alat angkut yang tidak
bergerak (non-agitating), jangka waktu terhitung mulai semen
dimasukkan ke dalam mesin pengaduk hingga selesai
pengangkutan ke lokasi pengecoran tidak boleh melebihi 45 menit
untuk beton normal dan tidak boleh melebihi 30 menit untuk beton
yang memiliki sifat mengeras lebih cepat atau temperatur beton ≥ 30
oC.
Apabila menggunakan truck mixer atau truck agitator maka jangka
waktu tersebut dapat diijinkan hingga 60 menit untuk beton normal
tetapi harus lebih pendek lagi untuk beton yang mengeras lebih
cepat atau temperatur beton ≥ 30 oC.
Penuangan campuran beton harus dilakukan secara hati-hati agar
tidak terjadi segregasi. Tinggi jatuh campuran beton harus dijaga
antara 0,90 – 1,50 m tergantung dari konsistensi (nilai slump)
campuran beton.
4.4.2 Penghamparan dan Pemadatan Beton
Campuran beton harus ditumpahkan ke dalam alat penghampar
untuk dihamparkan secara mekanis sedemikian rupa untuk
mencegah segregasi.
Untuk menghindari terjadinya retak-retak akibat dari penguapan
yang berlebihan, yaitu yang dipengaruhi oleh temperatur udara,
temperatur beton, kelembaban udara dan kecepatan angin, maka
pengecoran dan penghamparan beton tidak oleh dilakukan bila
tingkat penguapan melampaui 1,0 kg/m2/jam, dan perlu dilakukan
usaha-usaha untuk mencegah penguapan yang berlebihan dan
akan berakibat terjadinya susut (plastic shrinkage).
Grafik untuk memperkirakan besarnya penguapan rata-rata.
4.4.3 Penyelesaian Akhir (Finishing) Permukaan Beton
4.4.3.1 Pengkasaran permukaan beton
Setelah sambungan dan tepian selesai dirapihkan, dan sebelum bahan
perawatan (curing) digunakan, permukaan beton harus dibuat
bertekstur dengan cara dikasarkan. Pengkasaran permukaan beton ini
dapat dilakukan dengan salah satu dari dua cara berikut:
Cara brushing dilakukan dengan menggunakan sikat kawat selebar
tidak kurang dari 450 mm, dan panjang kawat sikat dalam keadaan
baru adalah 100 mm dengan masing-masing untaian terdiri dari 32
kawat. Sikat harus terdiri dari 2 baris untaian kawat, yang diatur
berselang-seling sehingga jarak masing-masing kawat untaian
maksimum 10 mm. Sikat harus diganti bila bulu terpendek panjangnya
sampai 90 mm. Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari
1/16 inch (1,5 mm).
Cara grooving dilakukan dengan alat grooving manual atau mekanis
yang mempunyai batang-batang penggaruk setebal 3 mm dan masing-
masing berjarak 15 sampai 20 mm.
4.4.3.2 Pengujian permukaan beton
Setelah beton mengeras, permukaan beton harus diuji dengan
menggunakan mal datar panjang 3,0 m.
Bila penyimpangan dari penampang melintang yang seharusnya lebih dari
12,5 mm, maka lapisan beton tersebut harus dibongkar dan diganti baru.
Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3,0 m ataupun kurang dari
lebar lajur yang terkena bongkaran.
Bagian yang tersisa dari pembongkaran pada perkerasan beton dekat
sambungan yang panjangnya kurang dari 3,0 m harus ikut dibongkar dan
diganti.
4.4.3.3 Perawatan beton (curing)
Perawatan beton adalah usaha-usaha yang dimaksudkan untuk
memastikan kadar air dalam beton cukup agar proses pengerasan beton
tetap berjalan terus.
Pelaksanaan perawatan beton dilakukan setelah finishing dengan
grooving / brushing, permukaan beton dilapis / disemprot bahan
pengawet (curing compound) sebanyak 0,22 – 0,27 liter/m2 (cara
mekanis) atau 0,27 – 0,36 liter/m2 (cara manual).Dianjurkan
menggunakan curing compound yang berwarna putih.
Curing compound harus disemprotkan segera selama permukaan beton
belum mengering.
Cara lain, ialah dengan menutup seluruh permukaan yang terbuka
dengan burlap atau karung goni yang selalu dibasahi sekurang-
kurangnya selama 7 hari.
4.4.4 Percobaan Penghamparan
Percobaan penghamparan harus dilakukan oleh Kontraktor dengan
menyediakan peralatan dan menunjukkan metode pelaksanaan pekerjaan
yang akan digunakannya, dengan cara menghamparkan lapisan
percobaan sepanjang tidak kurang dari 30 m di lokasi yang disediakannya
di luar daerah kerja permanen.
Setelah percobaan pertama berjalan memuaskan dan disetujui Pemberi
Tugas, maka percobaan sepanjang 150 m tetapi tidak lebih dari 300 m
harus dilakukan di daerah kerja permanen, yang meliputi seluruh aspek
pelaksanaan, dan mencakup semua jenis sambungan yang akan
digunakan dalam pekerjaan.
Apabila hasil percobaan lanjutan tersebut tidak memuaskan, maka
Kontraktor harus menyiapkan lokasi lain untuk percobaan lanjutan
berikutnya.
4.4.5 Pembuatan Catatan Pelaksanaan Pekerjaan
Pembuatan catatan pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan mengikuti
formulir-formulir standar yang disetujui dan ditetapkan Pemberi Tugas,
yang biasanya berisi informasi mengenai:
•Jenis Pekerjaan
•Nomor Mata Pembayaran
•Nama Mata Pembayaran
•Tanggal pelaksanaan pekerjaan
•Lokasi pekerjaan
•Jenis Bagian / Komponen Pekerjaan
•Tanggal dan jam kedatangan material
•Tanggal dan jam penggunaan
•Rincian hasil pengukuran (panjang, lebar, tinggi dan volume)
•Keterangan lainnya (besi tulangan, dsb.).
•Masalah yang timbul dan pemecahannya.
Cara Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton

More Related Content

What's hot

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi PPT file
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi PPT fileMetode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi PPT file
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi PPT filetrisna gallaran
 
2007 07-pekerjaan tanah
2007 07-pekerjaan tanah2007 07-pekerjaan tanah
2007 07-pekerjaan tanahahmad fuadi
 
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATANPELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATANMOSES HADUN
 
Pd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semen
Pd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semenPd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semen
Pd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semenSyukri Ghazali
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiAyu Fatimah Zahra
 
Laporan Pendahuluan Konsep Perencanaan Bangunan
Laporan Pendahuluan Konsep Perencanaan Bangunan Laporan Pendahuluan Konsep Perencanaan Bangunan
Laporan Pendahuluan Konsep Perencanaan Bangunan Gremons
 
2002 12 sni 03-2847-2002 (beton) 2
2002 12 sni 03-2847-2002 (beton) 22002 12 sni 03-2847-2002 (beton) 2
2002 12 sni 03-2847-2002 (beton) 2Fuad CR
 
PPT perkerasan jalan beton.pptx
PPT perkerasan jalan beton.pptxPPT perkerasan jalan beton.pptx
PPT perkerasan jalan beton.pptxNoviSugianto
 
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNG
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNGMETODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNG
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNGtrisna gallaran
 
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspal
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspalTes core drill pada pekerjaan jalan aspal
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspalAngga Nugraha
 
Perhitungan perkerasan lentur
Perhitungan perkerasan lenturPerhitungan perkerasan lentur
Perhitungan perkerasan lenturHelny Lalan
 
Pelaksanaan jalan-beton-semen-ok
Pelaksanaan jalan-beton-semen-okPelaksanaan jalan-beton-semen-ok
Pelaksanaan jalan-beton-semen-okPutik Ervia Mei
 
TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"
TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"
TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"MOSES HADUN
 
Stabilitas tanah dengan kapur
Stabilitas tanah dengan kapurStabilitas tanah dengan kapur
Stabilitas tanah dengan kapurherewith sofian
 
Menghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum GempaMenghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum GempaRafi Perdana Setyo
 
Soal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdf
Soal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdfSoal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdf
Soal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdfSipri Gamur
 
Eksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasiEksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasidwidam
 

What's hot (20)

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi PPT file
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi PPT fileMetode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi PPT file
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi PPT file
 
2007 07-pekerjaan tanah
2007 07-pekerjaan tanah2007 07-pekerjaan tanah
2007 07-pekerjaan tanah
 
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATANPELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
 
Tiang Pancang I
Tiang Pancang ITiang Pancang I
Tiang Pancang I
 
Sni tiang pancang
Sni tiang pancangSni tiang pancang
Sni tiang pancang
 
Pd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semen
Pd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semenPd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semen
Pd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semen
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
 
Laporan Pendahuluan Konsep Perencanaan Bangunan
Laporan Pendahuluan Konsep Perencanaan Bangunan Laporan Pendahuluan Konsep Perencanaan Bangunan
Laporan Pendahuluan Konsep Perencanaan Bangunan
 
2002 12 sni 03-2847-2002 (beton) 2
2002 12 sni 03-2847-2002 (beton) 22002 12 sni 03-2847-2002 (beton) 2
2002 12 sni 03-2847-2002 (beton) 2
 
PPT perkerasan jalan beton.pptx
PPT perkerasan jalan beton.pptxPPT perkerasan jalan beton.pptx
PPT perkerasan jalan beton.pptx
 
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNG
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNGMETODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNG
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNG
 
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspal
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspalTes core drill pada pekerjaan jalan aspal
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspal
 
Perhitungan perkerasan lentur
Perhitungan perkerasan lenturPerhitungan perkerasan lentur
Perhitungan perkerasan lentur
 
Pelaksanaan jalan-beton-semen-ok
Pelaksanaan jalan-beton-semen-okPelaksanaan jalan-beton-semen-ok
Pelaksanaan jalan-beton-semen-ok
 
TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"
TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"
TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"
 
Stabilitas tanah dengan kapur
Stabilitas tanah dengan kapurStabilitas tanah dengan kapur
Stabilitas tanah dengan kapur
 
Menghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum GempaMenghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum Gempa
 
Soal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdf
Soal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdfSoal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdf
Soal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdf
 
Eksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasiEksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasi
 
Perencanaan perkerasan jalan raya
Perencanaan perkerasan jalan rayaPerencanaan perkerasan jalan raya
Perencanaan perkerasan jalan raya
 

Similar to Cara Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton

RIGIS PAVEMENT Gupita Diah Kusuma
RIGIS PAVEMENT Gupita Diah KusumaRIGIS PAVEMENT Gupita Diah Kusuma
RIGIS PAVEMENT Gupita Diah Kusumaafifsalim12
 
Bahan Perkerasan Jalan.ppt
Bahan Perkerasan Jalan.pptBahan Perkerasan Jalan.ppt
Bahan Perkerasan Jalan.pptdpibskanida
 
metode-xx kerja-pelaksanaan-perkerasan-kaku.ppt
metode-xx kerja-pelaksanaan-perkerasan-kaku.pptmetode-xx kerja-pelaksanaan-perkerasan-kaku.ppt
metode-xx kerja-pelaksanaan-perkerasan-kaku.pptdarmadi ir,mm
 
Perbandingan antara perkerasan lentur dan kaku
Perbandingan antara perkerasan lentur dan kakuPerbandingan antara perkerasan lentur dan kaku
Perbandingan antara perkerasan lentur dan kakuFranky Sihombing
 
tahap proses pembuatan beton
tahap proses pembuatan betontahap proses pembuatan beton
tahap proses pembuatan betonRiky Rida
 
Makalah perkerasan jalan
Makalah perkerasan jalan Makalah perkerasan jalan
Makalah perkerasan jalan efdharey
 
Makalah perkerasan jalan TEKNIK PIPIL
Makalah perkerasan jalan TEKNIK PIPILMakalah perkerasan jalan TEKNIK PIPIL
Makalah perkerasan jalan TEKNIK PIPILefdharey
 
CONTOH METODE PELAKSANAAN
CONTOH METODE PELAKSANAANCONTOH METODE PELAKSANAAN
CONTOH METODE PELAKSANAANMOSES HADUN
 
1-perkersan-jalan.pptx
1-perkersan-jalan.pptx1-perkersan-jalan.pptx
1-perkersan-jalan.pptxarief294504
 
SOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANG
SOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANGSOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANG
SOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANGintan mustika
 
Analisa Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton Semen untuk Jalan Akses...
Analisa Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton Semen untuk Jalan Akses...Analisa Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton Semen untuk Jalan Akses...
Analisa Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton Semen untuk Jalan Akses...Debora Elluisa Manurung
 
Pondasi Sumuran dan Bore Pile
Pondasi Sumuran dan Bore PilePondasi Sumuran dan Bore Pile
Pondasi Sumuran dan Bore Pileariffikri12
 
Metode pelaksanaan proyek
Metode pelaksanaan proyekMetode pelaksanaan proyek
Metode pelaksanaan proyekWesly Simarmata
 
176571108 metode-pekerjaan-jalan-beton
176571108 metode-pekerjaan-jalan-beton176571108 metode-pekerjaan-jalan-beton
176571108 metode-pekerjaan-jalan-betonOlfa Finatry
 
Perkerasan berbutir
Perkerasan berbutirPerkerasan berbutir
Perkerasan berbutirsatrioajiRio
 
Perencanaan perkerasan jalamn
Perencanaan perkerasan jalamnPerencanaan perkerasan jalamn
Perencanaan perkerasan jalamnTita Wirya
 
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptxHidayatNm1
 

Similar to Cara Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton (20)

RIGIS PAVEMENT Gupita Diah Kusuma
RIGIS PAVEMENT Gupita Diah KusumaRIGIS PAVEMENT Gupita Diah Kusuma
RIGIS PAVEMENT Gupita Diah Kusuma
 
rigid pavement
rigid pavementrigid pavement
rigid pavement
 
Bahan Perkerasan Jalan.ppt
Bahan Perkerasan Jalan.pptBahan Perkerasan Jalan.ppt
Bahan Perkerasan Jalan.ppt
 
metode-xx kerja-pelaksanaan-perkerasan-kaku.ppt
metode-xx kerja-pelaksanaan-perkerasan-kaku.pptmetode-xx kerja-pelaksanaan-perkerasan-kaku.ppt
metode-xx kerja-pelaksanaan-perkerasan-kaku.ppt
 
Perbandingan antara perkerasan lentur dan kaku
Perbandingan antara perkerasan lentur dan kakuPerbandingan antara perkerasan lentur dan kaku
Perbandingan antara perkerasan lentur dan kaku
 
tahap proses pembuatan beton
tahap proses pembuatan betontahap proses pembuatan beton
tahap proses pembuatan beton
 
Pondasi sumuran
Pondasi sumuranPondasi sumuran
Pondasi sumuran
 
Makalah perkerasan jalan
Makalah perkerasan jalan Makalah perkerasan jalan
Makalah perkerasan jalan
 
Makalah perkerasan jalan TEKNIK PIPIL
Makalah perkerasan jalan TEKNIK PIPILMakalah perkerasan jalan TEKNIK PIPIL
Makalah perkerasan jalan TEKNIK PIPIL
 
CONTOH METODE PELAKSANAAN
CONTOH METODE PELAKSANAANCONTOH METODE PELAKSANAAN
CONTOH METODE PELAKSANAAN
 
1-perkersan-jalan.pptx
1-perkersan-jalan.pptx1-perkersan-jalan.pptx
1-perkersan-jalan.pptx
 
SOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANG
SOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANGSOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANG
SOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANG
 
Analisa Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton Semen untuk Jalan Akses...
Analisa Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton Semen untuk Jalan Akses...Analisa Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton Semen untuk Jalan Akses...
Analisa Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton Semen untuk Jalan Akses...
 
3. (OJT).pptx
3. (OJT).pptx3. (OJT).pptx
3. (OJT).pptx
 
Pondasi Sumuran dan Bore Pile
Pondasi Sumuran dan Bore PilePondasi Sumuran dan Bore Pile
Pondasi Sumuran dan Bore Pile
 
Metode pelaksanaan proyek
Metode pelaksanaan proyekMetode pelaksanaan proyek
Metode pelaksanaan proyek
 
176571108 metode-pekerjaan-jalan-beton
176571108 metode-pekerjaan-jalan-beton176571108 metode-pekerjaan-jalan-beton
176571108 metode-pekerjaan-jalan-beton
 
Perkerasan berbutir
Perkerasan berbutirPerkerasan berbutir
Perkerasan berbutir
 
Perencanaan perkerasan jalamn
Perencanaan perkerasan jalamnPerencanaan perkerasan jalamn
Perencanaan perkerasan jalamn
 
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
 

Recently uploaded

MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfssuser40d8e3
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 

Recently uploaded (9)

MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 

Cara Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton

  • 1. PELAKSANAAN PEKERJAAN PERKERASAN JALAN BETON Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
  • 2. 4.1. PENGERTIAN UMUM 4.1.1.Pendahuluan Tiga elemen kompetensi dalam SKKNI Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton : 1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk membuat perkerasan jalan beton. 2. Melaksanakan pemasangan sambungan memanjang, sambungan ekspansi melintang atau sambungan kontraksi melintang untuk pekerjaan perkerasan jalan beton. 3. Melaksanakan pengecoran, penghamparan, pemadatan dan penyelesaian akhir beton.
  • 3. 4.1.2. Pengertian Umum 4.1.2.1 Definisi Perkerasan Kaku Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) didefinisikan sebagai struktur perkerasan yang terdiri dari plat beton semen yang bersambungan (tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan, atau plat beton menerus dengan tulangan, yang terletak di atas lapis pondasi bawah, tanpa atau dengan aspal sebagai lapis permukaan.
  • 4. 1). Lapis Pondasi Lapis pondasi (base course) terdiri atas satu lapis plat (slab) beton semen mutu tinggi yang kira-kira setara dengan beton K-350 sampai K- 400. Dalam perkembangan terakhir, plat beton ini dapat juga terdiri atas beton pratekan. Lapis pondasi yang terdiri atas plat beton semen ini merupakan konstruksi utama dari perkerasan kaku, yang apabila kontak langsung dengan roda lalu lintas (berfungsi sebagai lapis permukaan / surface course), maka permukaannya harus rata, tidak mudah aus dan tidak licin. Lapis pondasi tidak boleh lekat (unbonded) dengan lapis pondasi bawah (sub base course).
  • 5. 2). Lapis Pondasi Bawah Fungsi utama lapis pondasi bawah (sub base course) : - sebagai lantai kerja (working platform), - mencegah pumping (pemompaan), dan - menambah kekuatan tanah dasar, meskipun pada umumnya lapis pondasi bawah ini tidak diperhitungkan dalam memikul beban lalu lintas (bersifat non-struktural). Pumping adalah peristiwa masuknya air hujan dari permukaan plat beton melalui retakan/celah sambungan pada plat beton tersebut dan terus ke tanah dasar, yang kemudian dengan terjadinya lendutan plat beton akibat dari beban lalu lintas berat mengakibatkan air dapat terpompa ke luar lagi dengan membawa butir-butir halus material tanah dasar; akibatnya lambat laun terjadi rongga di bawah plat beton sehingga plat beton kehilangan dukungan sehingga akhirnya retak karena plat beton tidak didesain untuk menahan momen lentur. Tahap awal terjadinya pumping dapat dilihat dari munculnya lumpur tanah merah di permukaan perkerasan di daerah sambungan / retakan plat beton.
  • 6. Untuk mengatasi pumping ini dapat digunakan material berbutir (granular material / agregat) untuk memberikan fasilitas drainase bagi air yang masuk ke bawah perkerasan untuk kemudian disalurkan melalui saluran pembuang di bawah perkerasan (subdrain). Agar berfungsi baik sebagai drainase maupun sebagai saringan agar material halus tanah dasar tidak bisa lewat, maka material berbutir yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan agregat porous (filter material). Alternatif lainnya, dapat dipergunakan lean concrete (yaitu beton kurus dengan kekuatan kubus 1,0 MPa, atau dikenal juga sebagai beton B-0) sebagai lapis pondasi bawah. Dalam hal ini lean concrete dimaksudkan sebagai material penghambat (blocking) masuknya air ke bawah perkerasan (tanah dasar). Secara teoritis, antara lapis pondasi bawah dengan plat beton di atasnya tidak boleh ada ikatan (bonding) sehingga perlu dipasang bond breaker.
  • 7. 3). Bond Breaker Bond breaker dipasang di atas subbase agar tidak ada kelekatan (bonding) atau gesekan (friction) antara lapis pondasi bawah dengan plat beton. Dalam praktek bond breaker dibuat dari plastik tebal (minimum 125 mikron). Untuk mencegah gesekan, maka permukaan lapis pondasi bawah tidak boleh dikasarkan (grooving atau (brushing). Pada waktu pemasangan plastik harus dihindari terjadinya “air-trapped” di bawah plastik karena akan menyebabkan “irregular joint” yang akan menimbulkan gesekan antara lapis pondasi bawah dengan plat beton di atasnya. Bila lapis pondasi bawah terdiri atas granular material, tidak diperlukan adanya bond breaker, kecuali kalau ada kekhawatiran terjadinya “dewatering” campuran beton.
  • 8. 4.1.2.3 Prinsip Penyebaran Beban Perkerasan beton semen sebagai perkerasan kaku bersifat sebagai single layer system, terdiri atas Plat Beton Mutu Tinggi sebagai lapis pondasi, yang berfungsi memikul seluruh beban lalu lintas di atasnya untuk diteruskan ke tanah dasar pada daerah yang relatif jauh lebih luas dibandingkan dengan perkerasan lentur, sehingga tegangan maksimum yang diterima oleh tanah dasar sangat kecil (0,2 – 0,3 kg/cm2). Lapis pondasi bawah (lean concrete atau batu pecah) di sini pada umumnyat idak diperhitungkan memikul beban (berfungsi non-struktural). Distribusi tegangan akibat beban lalu lintas pada permukaan Tanah Dasar (Subgrade) oleh Perkerasan Kaku (Rigid Pavement). Pressure only 3 psi (0.2 kg/cm2) - sangat kecil !!!
  • 9. 1) Perkerasan beton semen dengan sambungan tanpa tulangan (Jointed Unreinforced/Plain Concrete Pavement / JPCP); 2) Perkerasan beton semen dengan sambungan dengan tulangan (Jointed Reinforced Concrete Pavement / JRCP); 3) Perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan tulangan (Continuously Reinforced Concrete Pavement / CRCP); 4) Perkerasan beton semen pratekan (Prestressed Concrete Pavement / PCP). Jenis-jenis Perkerasan Beton Semen
  • 10. Konstruksi Perkerasan jalan beton di Proyek Pelebaran Jalan Slab perkerasan beton pratekan yang telah selesai dengan bahu jalan dari perkerasan beton konvensional.
  • 11. 4.2. PENYIAPAN PERALATAN PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON 4.2.1. Identifikasi Peralatan Pelaksanaan Untuk dapat mengidentifikasi jenis peralatan diperlukan data-data sebagai berikut: • Jenis, volume pekerjaan beton, spesifikasi teknik, lokasi pekerjaan dan kondisi lapangan; • Jadwal waktu yang disediakan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan pekerjaan beton semen; • Metode kerja pelaksanaan pekerjaan yang akan digunakan; Pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton memerlukan peralatan utama yang meliputi: • Peralatan pencampur dan pengecoran beton (Batching Plant dan Truck Mixer / Dump Truck), • Penghamparan dan pemadatan beton (Concrete Paver / Concrete Finisher), serta • Peralatan penyelesaian akhir (finishing) permukaan beton (Texturing and Curing Machine).
  • 12. Jenis-jenis peralatan utama yang akan diuraikan berikut ini: 4.2.1.1. Peralatan Pencampur (Batching Plant) dan Pengangkut Beton 4.2.1.2. Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete Paver) 4.2.1.3. Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap (Fixform Concrete Finisher) 4.2.1.4. Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton dan Perapihan Tepi 4.2.1.5. Gergaji Beton
  • 13. 4.2.1.1. Peralatan Pencampur (Batching Plant) dan Pengangkut Beton Pembuatan campuran beton yang bermutu tinggi memerlukan perhatian yang sangat teliti pada setiap tahapan kegiatannya, mulai dari penetapan dan penakaran komposisi bahan pembentuk beton, pencampuran, sampai kepada pengangkutannya ke lokasi pengecoran. Pada umumnya, proses produksi campuran beton meliputi kegiatan–kegiatan sebagai berikut: •Penakaran bahan-bahan beton; •Pencampuran; •Pengangkutan ke lokasi pengecoran; •Penempatan / pengecoran; •Pemadatan (konsolidasi); •Perawatan (Curing); •Penyelesaian akhir / Perapihan (Finishing).
  • 14. Kegiatan penakaran bahan-bahan pembentuk beton dalam bahasa asing disebut batching. Penakaran dapat dilakukan berdasarkan berat maupun berdasarkan volume bahan tersebut. Tetapi, penakaran berdasarkan berat lebih umum dilakukan karena dipandang lebih praktis. Batcher equipment adalah kontainer yang berfungsi sebagai penampung dan untuk mengukur material beton sebelum dituangkan ke dalam Concrete Mixer. Untuk menentukan batcher yang harus digunakan, kapasitas batcher tersebut minimal 3 (tiga) kali kapasitas alat pencampur (concrete mixer). Peralatan pembuatan campuran beton yang ditempatkan secara terpusat dan biasanya mempunyai kapasitas tinggi, sehingga cocok untuk pekerjaan- pekerjaan beton dengan volume besar, disebut Batching Plant. Peralatan Batching Plant dengan alat pengangkut Dump Truck.
  • 15. Peralatan Batching Plant dan alat pengangkut (Truck Mixer atau Agitator Truck Mixer) harus sesuai dengan ketentuan mengenai peralatan dalam Spesifikasi Beton dari Spesifikasi Umum. Kapasitas Batching Plant harus cukup besar untuk dapat memasok kebutuhan alat Slipform Concrete Paver sehingga alat penghampar tersebut dapat terus bergerak tanpa berhenti akibat kekurangan atau keterlambatan pemasokan campuran beton. Apabila di lapanganterjadi satu proyek menggunakan beberapa Batching Plant, bahkan dari beberapa perusahaan pemasok, maka diperlukan kecermatan yang lebih tinggi dari Pelaksana Lapangan yang bersangkutan untuk dapat mengendalikan mutu maupun jumlah campuran beton yang harus diterimanya agar tetap konsisten dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan. Batching Plant jenis pan mixer dengan Truk Ready Mix.
  • 16. 4.2.1.2. Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete Paver) Mesin penghampar beton jenis ini merupakan satu unit mesin yang mempunyai fungsi menghampar, meratakan, memadatkan dan membentuk perkerasan sekaligus memberi arah dan mengatur elevasi sesuai kebutuhan dalam sekali gerak maju. Mesin jenis acuan bergerak (Slipform Concrete Paver) mempunyai lebar minimum 4.0 m yang bertumpu pada 4 (empat ) roda kelabang (crawler track), dilengkapi sensor arah gerak (steering sensors), sensor elevasi (level control sensors) masing-masing di depan dan di belakang pada kedua sisi, dan sensor kelandaian – kemiringan (slope sensor). Semua sensor ini dikendalikan secara otomatis dengan komputer (computerized control).
  • 17. Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete Paver) yang banyak dipergunakan di Indonesia.
  • 18. Paving direction Side form Prinsip kerja Concrete Paver (jenis acuan bergerak) dan komponen-komponen mesin penghampar tipikal Prinsip kerja CONCRETE PAVER
  • 19. 4.2.1.3. Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap (Fixform Concrete Finisher) Jika lokasi perkerasan sempit atau bentuknya tidak beraturan yang tidak memungkinkan beroperasinya mesin Slipform Concrete Paver, maka dapat digunakan alat berikut ini: 1. Mesin Penghampar dan Penempa (Spreading and Finishing Machines) Jenis mesin penghampar harus sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil kemungkinan segregasi campuran beton. Alat penempa (finishing machines) harus dilengkapi dengan tranverse screeds yang dapat bergerak bolak-balik (oscillating type) atau alat lain yang serupa. 2. Vibrator (Penggetar) Vibrator, untuk menggetarkan seluruh lebar perkerasan beton, dapat berupa surface pan type atau internal type dengan tabung celup (immersed tube) atau multiple spuds. Vibrator dapat dipasang pada mesin penghampar atau alat penempa. Vibrator tidak boleh menyentuh sambungan, load transfer devices, subgrade dan acuan (form) samping.
  • 20. 3. Acuan Acuan lurus terbuat dari logam dengan ketebalan tidak kurang dari 5 mm dan disediakan dalam bentuk bagian-bagian dengan panjang tidak kurang dari 3 m, dan sekurang-kurangnya mempunyai kedalaman sama dengan ketebalan plat beton perkerasan tanpa sambungan horisontal dan lebar dasar acuan tidak kurang dari kedalamannya. Acuan yang mudah disesuaikan atau lengkung dengan radius yang memadai digunakan untuk tikungan dengan radius 30,0 m atau kurang. Acuan harus dapat menahan segala benturan dan getaran dari alat penghampar dan penempa. Batang flens (flange braces) harus melebihi keluar dari dasar tidak kurang dari 2/3 tinggi acuan. Permukaan atas acuan tidak boleh berbeda lebih dari 3 mm sepanjang 3 m dari suatu bidang datar sebenarnya dan bidang tegak tidak berbeda melebihi 6 mm. Acuan ini juga harus dilengkapi pengunci pada ujung-ujung bagian yang bersambungan.
  • 21. Alat penghampar beton mekanis (dengan fixed form) Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap Secara Mekanis (Fixform Concrete Finisher)
  • 23. 4.2.1.4. Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton dan Perapihan Tepi Setelah sambungan dan tepi perkerasan selesai, sebelum bahan perawatan (curing) digunakan, permukaan beton harus dikasarkan dengan membuat tekstur permukaan pada arah melintang atau memanjang garis sumbu (centre line) jalan, yang dapat dilakukan dengan cara brushing atau grooving. Pembuatan tekstur permukaan jalan ini dimaksudkan untuk mencegah aquaplaning atau hydroplaning, yaitu fenomena tidak adanya kontak antara ban kendaraan dengan permukaan jalan pada waktu adanya lapisan air di permukaan jalan. Hal ini sangat berbahaya terutama pada lalu lintas dengan kecepatan tinggi, karena kendaraan menjadi tidak bisa dikendalikan. Dengan adanya tekstur permukaan jalan maka akan tersedia fasilitas drainase di bawah ban kendaraan. Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 1/16” (1,5 mm). Cara grooving dilakukan dengan menggunakan alat grooving manual atau mekanis, yang mempunyai batang-batang penggaruk setebal 3 mm dan masing-masing berjarak antara 15 sampai 20 mm.
  • 24. Perapihan tepi perkerasan beton di sepanjang acuan dan pada sambungan dilakukan secara manual menggunakan alat khusus manual pada saat beton mulai mengeras, dengan membentuk tepian untuk membentuk permukaan lengkung yang halus dengan radius tertentu. bila tak ditentukan lain pada Gambar Rencana, ialah 12 mm. Perapihan dilakukan supaya ujung-ujung beton yang bersudut tidak mudah gompal.
  • 25. Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton Secara Mekanis
  • 26. Pembuatan tekstur permukaan beton secara manual Penemprotan Curing Compound Secara Manual
  • 27. 4.2.1.5. Gergaji Beton Bila ditentukan sambungan dibentuk dengan penggergajian (saw joints), maka harus disediakan peralatan gergaji dalam jumlah dan kapasitas yang memadai untuk membentuk sambungan, Gergaji beton terdiri dari gergaji bermata intan dan berpendingin air atau dengan abrasive wheel sesuai ukuran yang ditentukan, dan paling sedikit satu gergaji selalu siap dioperasikan (standby) dengan cadangan pisau gergaji secukupnya, serta fasilitas penerangan untuk pekerjaan malam. Gergaji Beton
  • 28. 4.2.2 Pemilihan Peralatan Pemilihan Peralatan dilakukan terutama untuk peralatan utama. Untuk dapat memilih peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan perkerasan jalan beton, Pelaksana Lapangan perlu mendapatkan data- data/informasi tentang : 1. Owning Cost dan Operating Cost alat; 2. Uraian Analisa Alat; 3. Uraian Analisa Harga Satuan untuk seluruh item pekerjaan yang ada dalam berkas penawaran. Yang dimaksud dengan owning cost adalah biaya kepemilikan alat yang harus diperhitungkan selama alat yang bersangkutan dioperasikan, apabila alat tersebut milik sendiri.
  • 29. Sedangkan untuk menghitung owning cost, harus diperhitungkan: • Depresiasi, • Suku bunga, • Pajak, • Asuransi, dan • Biaya penyimpanan alat. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya operating cost alat ialah: • Biaya bahan bakar, • Biaya pelumas, • Biaya perawatan, • Biaya perbaikan, • Biaya operator, dan • Biaya pembantu operator; Hasil akhir dari uraian analisa alat-alat berat adalah biaya ”sewa” alat per jam kerja.
  • 30. 4.2.3 Penetapan Peralatan Pada dasarnya, pilihan-pilihan pengadaan peralatan yang dapat ditetapkan oleh Kontraktor a.l. adalah: sewa (rental), investasi dalam bentuk beli langsung, atau investasi dalam bentuk sewa-beli (leasing). Keuntungan yang diperoleh oleh Kontraktor dari alternatif sewa : • Biaya yang dikeluarkan hanya sebatas sewa peralatan yang diperlukan saja. • Tidak dibebani biaya mobilisasi. • Tidak dibebani biaya demobilisasi. Sedangkan kerugian dari alternatif sewa : • Belum tentu dapat memastikan bahwa penyewa dapat menguasai teknologi peralatan yang disewanya. • Menyebabkan penyewa akan bergantung pada perusahaan sewa selama pengoperasian alat. • Jika digunakan untuk jangka panjang akan menjadi mahal.
  • 31. Keuntungan yang diperoleh oleh Kontraktor dari alternatif beli langsung : • Teknologi peralatan dapat dikuasai oleh Kontraktor. • Untuk proyek jangka panjang biaya alat menjadi murah. • Dapat memilih peralatan yang paling sesuai dengan rencana dan metode pelaksanaan yang direncanakan. Penyediaan peralatan dengan cara leasing mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: • Pengeluaran (modal investasi) tidak dibayarkan sekaligus, namun secara bertahap tergantung pada ketentuan dalam surat perjanjian. • Meskipun lokasi pekerjaan/proyek jauh dari lokasi pelaksana pembelian, dengan cara leasing tidak perlu ada tambahan biaya untuk transportasi. • Pada akhir masa pembayaran, maka peralatan belum menjadi milik penyewa karena masih harus diperhitungkan terlebih dahulu biaya-biaya pemeliharaan yang dikeluarkan oleh pihak yang menyewakan.
  • 32. 4.3. PEMASANGANAN SAMBUNGAN-SAMBUNGAN (JOINTS) Tulangan sambungan, yang berfungsi sebagai penyambung plat beton yang sudah putus (akibat retak). Tulangan sambungan melintang susut (contraction joint), dan tulangan sambungan melintang pelaksanaan (construction joint) disebut Dowel (Ruji); sedangkan tulangan sambungan memanjang disebut Tie Bar (Batang Pengikat). Semua sambungan didesain untuk dapat berfungsi menyalurkan beban (load transfer), yang dapat diperoleh dari batang dowel, tie bar, sambungan lidah-alur, interlocking (saling mengunci) antar batuan, atau kombinasi dari pada itu semua. Khusus pada sambungan melintang tanpa dowel, penyaluran beban juga dilakukan melalui tanah dasar yang diperkuat (improved subgrade). Pada umumnya, di Indonesia sambungan dibuat dengan saw cut, crack inducer, atau akhir pentahapan pelaksanaan. Di luar negeri banyak juga yang menggunakan plat logam yang dibentuk terlebih dahulu kemudian disisipkan ke dalam beton pada waktu beton masih bersifat cair, namun cara ini tidak praktis karena dapat mengganggu operasi pelaksanaan.
  • 33. 4.3.1. Pembuatan Sambungan Memanjang (Longitudinal Joint). Sambungan memanjang dapat berupa sambungan susut (contraction joint) atau bidang perlemahan pada jalan dengan lebih dari satu lajur. Detail konstruksi sambungan memanjang dibuat tergantung pada cara bagaimana cara plat beton yang bersangkutan dicor / dihampar ; - Untuk plat yang dicor per lajur dibuat dengan cara memasang bekisting memanjang dan tie bar. - Untuk plat yang dicor 2 lajur sekaligus dibuat dengan cara saw cutting untuk bagian atas, dan memasang crack inducer (batang kayu berpenampang ) di bagian bawah plat beton.
  • 34. b) Dicor 2 lajur sekaligus a) Dicor per lajur
  • 35. 4.3.2. Pembuatan Sambungan Ekspansi Melintang (Expansion Joint). Sambungan Ekspansi Melintang dibuat untuk mengakomodasi muai-susut plat beton pada arah memanjang. Salah satu ujung dowel harus dimasukkan ke dalam selongsong baja yang sedikit lebih panjang dari pada dowelnya agar dowel dapat bergerak bebas maju-mundur akibat muai-susut slab beton. Detail Sambungan Ekspansi Melintang
  • 36. 4.3.3. Pembuatan Sambungan Kontraksi Melintang (Transversal Contraction Joint) 4.3.3.1 Sambungan Kontraksi Melintang Sambungan Kontraksi Melintang atau sering disebut Sambungan Susut (Contraction Joint), dibuat dengan melakukan perlemahan pada penampang plat beton dengan membuat takikan sedalam ¼ tebal plat. Sambungan Kontraksi Melintang
  • 37. Pembuatan Sambungan dengan cara Sawcut Pembuatan sambungan di Indonesia lebih disukai cara saw cut mengingat beberapa keuntungan sebagai berikut: • Pengecoran beton dapat dilakukan secara monolit; • Kualitas beton di sekitar sambungan sama dengan daerah-daerah lainnya di seluruh plat beton perkerasan; • Operasi saw cutting tidak mempengaruhi pelaksanaan pengecoran / penghamparan beton; • Peggergajian / saw cut selalu tegaklurus terhadap permukaan plat beton sehingga tidak akan ada perlemahan sudut atau tepi. Penggergajian dilakukan sedalam tidak kurang dari 1/4 tebal plat beton dan tegak lurus pada permukaan plat beton, di tempat-tempat yang telah ditentukan. Untuk beton dengan perkuatan serat baja (steel-fiber reinforcement) kedalaman penggergajian adalah 1/3 tebal plat beton. Penggergajian harus dilakukan antara jam ke-4 sampai jam ke-18 setelah pengecoran plat beton, maksimum sampai jam ke-24.
  • 38. Pada waktu penggergajian, perlu diperhatikan: •Harus tepat lokasi (diberi tanda sebelumnya pada bekisting); •Harus tepat kedalaman (1/4 tebal plat); •Harus tepat waktu (antara jam ke-4 sampai jam ke-24). Penggergajian (saw cut) yang terlambat dilakukan akan mengakibatkan retak melintang di sekitar letak dowel. Saw Cut Terlambat. Retak terjadi di tempat sembarang / tidak dikehendaki Sambungan Saw Cut Tepat Waktu. Retak terjadi di tempat yang diinginkan/direncanakan
  • 39. Konstruksi Dudukan/Kursi Dowel yang banyak dipakai di Indonesia Dowel bar insertion equipment (ACPA) (Pemasangan dowel cara mekanis)
  • 40. 4.3.3.2 Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint) Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint) adalah sambungan yang harus dibuat pada akhir pelaksanaan pada suatu hari untuk dilanjutkan dengan pengecoran pada hari berikutnya, atau bila pengecoran beton berhenti lebih dari 30 menit. Sambungan konstruksi melintang tidak boleh dibuat pada jarak kurang dari 3 m dari sambungan ekspansi, sambungan kontraksi, atau bidang yang diperlemah lainnya. Detail Sambungan Pelaksanaan
  • 41. 4.4. PENGECORAN, PENGHAMPARAN, PEMADATAN DAN PENYELESAIAN AKHIR PERMUKAAN BETON 4.4.1 Pengangkutan dan Pengecoran Campuran Beton Apabila campuran beton diangkut dengan alat angkut yang tidak bergerak (non-agitating), jangka waktu terhitung mulai semen dimasukkan ke dalam mesin pengaduk hingga selesai pengangkutan ke lokasi pengecoran tidak boleh melebihi 45 menit untuk beton normal dan tidak boleh melebihi 30 menit untuk beton yang memiliki sifat mengeras lebih cepat atau temperatur beton ≥ 30 oC. Apabila menggunakan truck mixer atau truck agitator maka jangka waktu tersebut dapat diijinkan hingga 60 menit untuk beton normal tetapi harus lebih pendek lagi untuk beton yang mengeras lebih cepat atau temperatur beton ≥ 30 oC. Penuangan campuran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi segregasi. Tinggi jatuh campuran beton harus dijaga antara 0,90 – 1,50 m tergantung dari konsistensi (nilai slump) campuran beton.
  • 42. 4.4.2 Penghamparan dan Pemadatan Beton Campuran beton harus ditumpahkan ke dalam alat penghampar untuk dihamparkan secara mekanis sedemikian rupa untuk mencegah segregasi. Untuk menghindari terjadinya retak-retak akibat dari penguapan yang berlebihan, yaitu yang dipengaruhi oleh temperatur udara, temperatur beton, kelembaban udara dan kecepatan angin, maka pengecoran dan penghamparan beton tidak oleh dilakukan bila tingkat penguapan melampaui 1,0 kg/m2/jam, dan perlu dilakukan usaha-usaha untuk mencegah penguapan yang berlebihan dan akan berakibat terjadinya susut (plastic shrinkage).
  • 43. Grafik untuk memperkirakan besarnya penguapan rata-rata.
  • 44. 4.4.3 Penyelesaian Akhir (Finishing) Permukaan Beton 4.4.3.1 Pengkasaran permukaan beton Setelah sambungan dan tepian selesai dirapihkan, dan sebelum bahan perawatan (curing) digunakan, permukaan beton harus dibuat bertekstur dengan cara dikasarkan. Pengkasaran permukaan beton ini dapat dilakukan dengan salah satu dari dua cara berikut: Cara brushing dilakukan dengan menggunakan sikat kawat selebar tidak kurang dari 450 mm, dan panjang kawat sikat dalam keadaan baru adalah 100 mm dengan masing-masing untaian terdiri dari 32 kawat. Sikat harus terdiri dari 2 baris untaian kawat, yang diatur berselang-seling sehingga jarak masing-masing kawat untaian maksimum 10 mm. Sikat harus diganti bila bulu terpendek panjangnya sampai 90 mm. Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 1/16 inch (1,5 mm). Cara grooving dilakukan dengan alat grooving manual atau mekanis yang mempunyai batang-batang penggaruk setebal 3 mm dan masing- masing berjarak 15 sampai 20 mm.
  • 45. 4.4.3.2 Pengujian permukaan beton Setelah beton mengeras, permukaan beton harus diuji dengan menggunakan mal datar panjang 3,0 m. Bila penyimpangan dari penampang melintang yang seharusnya lebih dari 12,5 mm, maka lapisan beton tersebut harus dibongkar dan diganti baru. Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3,0 m ataupun kurang dari lebar lajur yang terkena bongkaran. Bagian yang tersisa dari pembongkaran pada perkerasan beton dekat sambungan yang panjangnya kurang dari 3,0 m harus ikut dibongkar dan diganti.
  • 46. 4.4.3.3 Perawatan beton (curing) Perawatan beton adalah usaha-usaha yang dimaksudkan untuk memastikan kadar air dalam beton cukup agar proses pengerasan beton tetap berjalan terus. Pelaksanaan perawatan beton dilakukan setelah finishing dengan grooving / brushing, permukaan beton dilapis / disemprot bahan pengawet (curing compound) sebanyak 0,22 – 0,27 liter/m2 (cara mekanis) atau 0,27 – 0,36 liter/m2 (cara manual).Dianjurkan menggunakan curing compound yang berwarna putih. Curing compound harus disemprotkan segera selama permukaan beton belum mengering. Cara lain, ialah dengan menutup seluruh permukaan yang terbuka dengan burlap atau karung goni yang selalu dibasahi sekurang- kurangnya selama 7 hari.
  • 47. 4.4.4 Percobaan Penghamparan Percobaan penghamparan harus dilakukan oleh Kontraktor dengan menyediakan peralatan dan menunjukkan metode pelaksanaan pekerjaan yang akan digunakannya, dengan cara menghamparkan lapisan percobaan sepanjang tidak kurang dari 30 m di lokasi yang disediakannya di luar daerah kerja permanen. Setelah percobaan pertama berjalan memuaskan dan disetujui Pemberi Tugas, maka percobaan sepanjang 150 m tetapi tidak lebih dari 300 m harus dilakukan di daerah kerja permanen, yang meliputi seluruh aspek pelaksanaan, dan mencakup semua jenis sambungan yang akan digunakan dalam pekerjaan. Apabila hasil percobaan lanjutan tersebut tidak memuaskan, maka Kontraktor harus menyiapkan lokasi lain untuk percobaan lanjutan berikutnya.
  • 48. 4.4.5 Pembuatan Catatan Pelaksanaan Pekerjaan Pembuatan catatan pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan mengikuti formulir-formulir standar yang disetujui dan ditetapkan Pemberi Tugas, yang biasanya berisi informasi mengenai: •Jenis Pekerjaan •Nomor Mata Pembayaran •Nama Mata Pembayaran •Tanggal pelaksanaan pekerjaan •Lokasi pekerjaan •Jenis Bagian / Komponen Pekerjaan •Tanggal dan jam kedatangan material •Tanggal dan jam penggunaan •Rincian hasil pengukuran (panjang, lebar, tinggi dan volume) •Keterangan lainnya (besi tulangan, dsb.). •Masalah yang timbul dan pemecahannya.