SlideShare a Scribd company logo
1 of 78
Download to read offline
SIR – 04 = GAMBAR TEKNIK
PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN
PEKERJAAN JALAN
(SITE INSPECTOR OF ROADS)
2007
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -i-
KATA PENGANTAR
Modul ini berisi bahasan tentang Membaca Gambar pekerjaan jalan dan jembatan
mencakup gambar rencana, gambar kerja (shop drawing) maupun gambar hasil
pelaksanaan (as built drawing).
Gambar rencana adalah gambar yang dibuat untuk mempersiapkan suatu proyek
sampai dengan tahap pelelangan. Gambar ini belum merupakan gambar lengkap
karena hanya terdiri dari gambar yang pokok-pokok saja, misalnya gambar denah
dilengkapi dengan gambar konstruksi dan gambar pelengkap lainnya untuk
keperluan pelelangan.
Gambar kerja (shop drawing) adalah gambar rencana yang dilengkapi dengan
gambar-gambar detail dan gambar tambahan agar pelaksanaan pembangunannya
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam dokumen tender. Gambar
kerja tersebut harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan terlebih
dahulu sebelum digunakan di lapangan.
Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing) adalah perubahan gambar yang
terjadi apabila terdapat perbedaan dalam pelaksanaan yang disebabkan oleh
koreksi di lapangan dan telah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan, dan
merupakan gambar akhir yang harus diserahkan kepada Pemilik Pekerjaan untuk
kepentingan operasi dan perawatan dan dokumentasi proyek. As-built drawing
kadang-kadang disebut juga record drawing.
Dengan memahami kodefikasi dan standar gambar untuk pekerjaan jalan dan
jembatan di maksud di atas, diharapkan hasil kerja juru ukur kuantitas dapat
memenuhi standar yang dipersyaratkan dalam jabatan ini.
Diharapkan modul ini bermanfaat bagi para pembaca terutama dalam
meningkatkan kemampuan pengawasan pekerjaan jalan.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -ii-
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -iii-
LEMBAR TUJUAN
JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan
Jalan (Site Inspector of Roads)
MODEL PELATIHAN : Lokakarya terstruktur
TUJUAN UMUM PELATIHAN :
Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu melaksanakan pengawasan dan
pelaporan pekerjaan konstruksi jalan untuk memastikan kesesuaian dengan
rencana, metode kerja dan dokumen kontrak.
TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :
Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu:
1. Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Melaksanakan Manajemen
3. Mengenal Bahan Jalan
4. Membuat Gambar Teknik
5. Mengenal Alat Berat
6. Melaksanakan Pengukuran dan pematokan
7. Melaksanakan Pekerjaan Tanah
8. Melaksanakan Pekerjaan Drainase
9. Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Jalan
10. Melaksanakan Pekerjaan Beton
11. Melaksanakan Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan
12. Melaksanakan Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas
13. Melaksanakan Metode Kerja
14. Menyusun Pelaporan
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -iv-
NOMOR DAN JUDUL MODUL : SIR - 04 GAMBAR TEKNIK
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu mengimplementasikan gambar rencana
pekerjaan jalan dan jembatan menjadi gambar kerja (shop drawing) dan selanjutnya
dalam proses pelaksanaan di lapangan, sesuai dengan kondisi lapangan menjadi gambar
hasil pelaksanaan(as-built drawing).
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Pada akhir pelatihan peserta mampu :
1. Menjelaskan kodefikasi dan normalisasi gambar.
2. Menjelaskan gambar rencana dan gambar kerja.
3. Menjelaskan sistematika gambar dan kelengkapan gambar.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -v-
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
LEMBAR TUJUAN ii
DAFTAR ISI iii
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN
MODUL PELATIHAN INSPEKTOR
LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (Site
Inspector of Road) vi
DAFTAR MODUL vii
PANDUAN INSTRUKTUR viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Umum
1.2. Fungsi Gambar
1.3. Gambar Sebagai Bahasa Teknik
1.4. Jenis Gambar Konstruksi
I – 1
I – 1
I – 2
I – 2
I – 3
BAB II PENYAJIAN GAMBAR
2.1. Ukuran Kertas Gambar
2.2. Garis Batas Atau Garis Tepi
2.3. Kepala Gambar
2.4. Skala Gambar
II – 1
II – 1
II – 1
II – 2
II – 3
BAB III KODEFIKASI DAN SIMBOL GAMBAR
3.1. Garis
3.2. Huruf Dan Angka
3.3. Gambar Jalan
3.4. Gambar Beton Bertulang 3
III – 1
III – 1
III – 2
III – 3
III – 3
BAB IV GAMBAR TEKNIK JALAN DAN DESAIN
4.1. Desain Geometrik
4.2. Desain Perkerasan Jalan Kabupaten
4.3. Desain Perkerasan Jalan Arteri
IV – 1
IV – 1
IV – 7
IV – 9
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -vi-
4.4. Desain Jembatan IV – 12
BAB V KELENGKAPAN GAMBAR
5.1. Umum
5.2. Halaman Sampul
5.3. Daftar Gambar
5.4. Daftar Singkatan Dan Simbol
5.5. Gambar Situasi
5.6. Denah Perencanaan Jalan (Plan)
5.7. Potongan Memanjang (Profile)
5.8. Potongan Melintang Jalan (Cross Section)
5.9. Denah Perencanaan Drainase
5.10.Potongan Memanjang Saluran.
5.11.Gambar Detail
5.12.Gambar Perencanaan Traffic Engineering
5.13.Gambar Standar
V – 1
V – 1
V – 1
V – 1
V – 2
V – 2
V – 2
V – 2
V – 3
V – 3
V – 3
V – 3
V – 4
V – 4
BAB VI SISTEMATIKA DAN CONTOH GAMBAR
6.1. Sistematika Gambar
6.2. Contoh Gambar
VI – 1
VI – 1
VI – 2
RANGKUMAN
LAMPIRAN
Contoh Gambar-gambar Proyek
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -vii-
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL
PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN
JALAN (Site Inspector of Road)
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Inspektor Lapangan
Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road) dibakukan dalam Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah
ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Inspektor Lapangan
Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road) unit-unit tersebut menjadi
Tujuan Khusus Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing
Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang
menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari
setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan
kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan
kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka
berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun
seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang
harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Inspektor Lapangan
Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road).
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -viii-
DAFTAR MODUL
Jabatan Kerja : Site Inspector of Roads (SIR)
Nomor
Modul
Kode Judul Modul
1 SIR – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2 SIR – 02 Manajemen
3 SIR – 03 Bahan Jalan
4 SIR – 04 Gambar Teknik
5 SIR – 05 Alat Berat
6 SIR – 06 Pengukuran dan Pematokan
7 SIR – 07 Pekerjaan Tanah
8 SIR – 08 Pekerjaan Drainase
9 SIR – 09 Pekerjaan Perkerasan Jalan
10 SIR – 10 Pekerjaan Beton
11 SIR – 11 Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan
12 SIR – 12 Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas
13 SIR – 13 Metode Kerja
14 SIR – 14 Teknik Pelaporan
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -ix-
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
NAMA PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan
(Site Inspector of Roads )
KODE MODUL : SIR-04
JUDUL MODUL : GAMBAR TEKNIK
DESKRIPSI : Modul ini membahas mengenai kodefikasi dan
normalisasi gambar, gambar rencana dan gambar
kerja, menjelaskan sistematika gambar dan
kelengkapan gambar untuk pelatihan Inspektur
Lapangan Pekerjaan Jalan.
TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya.
WAKTU PEMBELAJARAN : 2 (Dua) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -x-
B. RENCANA PEMBELAJARAN
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
1. Ceramah : Pembukaan, Bab I
Pendahuluan
Menjelaskan dan menguraikan
tentang :
• Tujuan instruksional umum(TIU)
dan Tujuan instruksional khusus
(TIK)
• Pendahuluan
• Fungsi gambar
• Gambar sebagai bahasa teknik
• Jenis gambar konstruksi
Waktu :10 menit
Mengikuti penjelasan TIU dan
TIK dengan tekun dan aktif
Mengajukan pertanyaan
apabila kurang jelas.
OHT
2. Ceramah : Bab II Penyajian
Gambar
Menjelaskan dan menguraikan
tentang:
• Ukuran kertas gambar
• Garis batas atau garis tepi
• Kepala gambar
• Skala gambar
Waktu : 15 menit
Mengikuti penjelasan instruktur
dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu
Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
3. Ceramah : Bab III Kodefikasi dan
Simbol Gambar
Menjelaskan dan menguraikan
tentang :
• Garis
• Huruf Dan Angka
• Gambar Jalan
• Gambar Beton Bertulang
Waktu : 15 menit
Mengikuti penjelasan instruktur
dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu
Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
4. Ceramah : Bab IV Gambar Teknik
Jalan dan Desain
Menjelaskan dan menguraikan
tentang:
• Desain Geometrik
• Desain Perkerasan Jalan
Kabupaten
• Desain Perkerasan Jalan Arteri
• Desain Jembatan
Waktu : 20 menit
Mengikuti penjelasan instruktur
dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu
Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
5. Ceramah : Bab V Kelengkapan
Gambar
Menjelaskan dan menguraikan
tentang:
• Umum
• Halaman sampul
• Daftar gambar
• Daftar singkatan dan symbol
• Gambar situasi
Mengikuti penjelasan instruktur
dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu
Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -xi-
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
• Denah perencanaan jalan (plan)
• Potongan memanjang (profile)
• Potongan melintang jalan (cross
section)
• Denah perencanaan drainase
• Potongan memanjang saluran
• Gambar detail
• Gambar perencanaan traffic
engineering
• Gambar standard
Waktu : 20 menit
6. Ceramah : Bab VI Sistematika dan
Contoh Gambar
Menjelaskan dan menguraikan
tentang:
• Sistematika gambar
• Contoh gambar
Waktu : 10 menit
Mengikuti penjelasan instruktur
dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu
Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab I : Pendahuluan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-1
BBAABB II
PPEENNDDAAHHUULLUUAANN
1.1. UMUM
Untuk menciptakan sebuah proyek, kita harus membuat sketsa atau gambar berskala
kecil yang memberi memberi gambaran tentang bentuk bangunan keseluruhan, situasi,
dan kemungkinan-kemungkinan perencanaan.
Setelah sketsa pemikiran pertama dari proyek tersebut dikaji secara mendalam, termasuk
garis besar biaya yang diperlukan dan manfaatnya, maka dibuatlah pra-rencana yang
terdiri dari gambar / sketsa yang lebih detail dalam skala kecil dari bagian-bagian
bangunan proyek. Dari gambar tersebut dibuatlah anggaran biaya secara lebih teliti.
Setelah dipelajari lebih mendalam dan dipandang feasible untuk diteruskan rencana
proyek tersebut, maka dibuatlah rencana pelaksanaannya.
Tahap selanjutnya adalah membuat gambar-gambar (bestek) berdasarkan pra-rencana
dan gambar detail yang lebih teliti dengan skala yang lebih besar. Kemudian dikaji lagi
untuk mencari kemungkinan-kemungkinan yang lebih menguntungkan dan lebih
ekonomis. Setelah ini semua mantap, maka dibuatlah gambar yang lebih lengkap.
Gambar detail dibuat dengan skala yang cukup besar, supaya ada gambaran yang jelas
tentang seluruh pekerjaan yang diperlukan lengkap dengan biaya-biayanya.
Dari uraian diatas maka jelas bahwa dalam bidang pembangunan konstruksi sangat
diperlukan pengetahuan tentang gambar-gambar konstruksi. Pengetahuan tentang
gambar konstruksi sudah cukup jika :
a. Mengenal kodefikasi dan normalisasi gambar, misalnya :
• Gambar pasangan batu
• Gambar pekerjaan beton
• Garis-garis yang kelihatan
• Garis-garis yang tak kelihatan
b. Dapat mengerti / membaca dan menerjemahkan gambar, misalnya gambar bestek,
gambar konstruksi / detail, dsb.
c. Dapat mengenal pengetahuan konstruksi.
1.2. FUNGSI GAMBAR
Gambar secara garis besar mempunyai 2 fungsi, yaitu :
• Sebagai alat untuk menyampaikan informasi.
• Untuk menyimpan data atau sebagai arsip.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab I : Pendahuluan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-2
1. Alat penyampaian informasi
Sebagai contoh ada satu bundel gambar perencanaan jalan yang dibuat oleh seorang
perencana. Dalam gambar tersebut seorang perencana menyampaikan ide pikirannya
melalui gambar dan selanjutnya informasi tersebut diterima oleh orang lain misalnya
kontraktor untuk dilaksanakan. Setelah proyek tersebut selesai dibangun ternyata
hasilnya sama seperti yang diinginkan oleh perencananya. Ini suatu bukti bahwa melalui
gambar tersebut terjadilah transformasi informasi secara tepat dan benar.
2. Alat menyimpan data
Gambar merupakan data teknis yang paling ampuh untuk mengarsipkan data. Informasi
tentang suatu proyek atau konstruksi yang telah dibuat beberapa tahun yang silam dapat
dilihat kembali dan diperoleh keterangannya melalui sebuah gambar yang diarsipkan.
Sebagai contoh suatu jembatan beton bertulang setelah jembatan tersebut jadi, tidak
dapat diketahui berapa jumlah penulangan baja yang digunakan untuk memperkuat
jembatan beton bertulang tersebut. Tetapi 50 tahun kemudian, dengan pengarsipan
gambar yang baik maka penulangan jembatan tersebut masih dapat diketahui sehingga
kekuatan jembatan dapat dihitung ulang untuk menahan perkembangan beban
kendaraan yang melewatinya. Sekarang gambar-gambar dapat disimpang dengan
menggunakan micro-film, dimana penyimpanannya lebih menghemat tempat dan lebih
tahan lama.
1.3. GAMBAR SEBAGAI BAHASA TEKNIK
Gambar adalah bahasa yang dipakai oleh orang teknik, seperti Teknik Sipil, Teknik Mesin,
Teknik Elektro, Arsitektur dan lain-lain. Oleh karena itu gambar dapat disebut sebagai
bahasa teknik. Dengan gambarr, orang-orang teknik menggunakan / melengkapi
komunikasinya, yang mana sangat sulit bahkan tidak mungkin apabila diceritakan dengan
bahasa lisan ataupun tulis. Sebagai alat komunikasi, suatu gambar dapat untuk
menyampaikan ide / gagasan yang ada dipikiran seseorang untuk disampaikan kepada
orang lain. Penerusan informasi adalah sebagai fungsi yang penting untuk suatu gambar,
oleh karena itu diharapkan gambar dapat meneruskan keterangan secara tepat dan
obyektive.
Sebuah gambar memerlukan kelengkapan keterangan-keterangan. Karena gambar juga
merupakan bahasa lambang yang mana perlu kesepakatan dalam mengartikan lambang-
lambang yang dipakai untuk kelengkapan gambar.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab I : Pendahuluan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-3
1.4. JENIS GAMBAR KONSTRUKSI
Dalam pekerjaan konstruksi dikenal jenis-jenis gambar, yaitu :
• Gambar rencana
• Gambar kerja (shop drawing)
• Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing)
Termasuk didalamnya terdapat gambar detail. Gambar detail yaitu suatu gambar dengan
skala besar untuk menggambarkan lebih jelas tentang hal-hal yang perlu dijelaskan lebih
rinci, biasanya dilengkapi dengan beberapa gambar potongan dan gambar tampak.
Gambar desain adalah gambar yang dibuat untuk mempersiapkan suatu proyek sampai
dengan tahap pelelangan. Gambar desain juga disebut gambar perencanaan. Adapula
gambar desain yang disebut gambar prarencana. Gambar ini belum merupakan gambar
lengkap karena hanya terdiri dari gambar yang pokok-pokok saja, misalnya gambar
denah. Biasanya gambar prarencana diperlukan hanya untuk kebutuhan negosiasi atau
konsultasi. Setelah rencana proyek tersebut disepakati / disetujui oleh Pengguna Jasa
dan pihak-pihak yang terkait, maka dibuatlah gambar rencana yang dilengkapi dengan
gambar konstruksi dan gambar pelengkap lainnya untuk keperluan tender atau
pelelangan.
Gambar kerja (shop drawing) adalah gambar rencana yang dilengkapi dengan gambar-
gambar detail dan gambar tambahan agar pelaksanaan pembangunannya sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam dokumen tender. Gambar kerja harus
mendapat persetujuan Pengawas / Direksi Pekerjaan terlebih dahulu tentang persyaratan
yang harus dipenuhi sesuai spesifikasi.
Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing) adalah perubahan gambar yang terjadi
apabila terdapat perbedaan dalam pelaksanaan yang disebabkan oleh koreksi di
lapangan dan telah mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa, dan merupakan gambar
akhir yang harus diserahkan kepada Pemilik / Pengguna Jasa untuk kepentingan operasi
dan perawatan dan dokumentasi proyek. As-built drawing kadang-kadang disebut juga
record drawing.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab II : Penyajian Gambar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
II-1
BBAABB IIII
PPEENNYYAAJJIIAANN GGAAMMBBAARR
2.1. UKURAN KERTAS GAMBAR
Gambar disajikan dalam kertas dengan ukuran yang berbeda-beda. Ukuran kertas
gambar mempunyai standard ukuran tertentu. Ukuran yang paling banyak digunakan
adalah dengan menggunakan seri A yang diikuti huruf mulai dari 0 sampai 4.
Ukuran standard yaitu A0 mempunyai luas 1 m2
, dengan perbandingan ukuran panjang
kertas terhadap lebar kertas adalah √2 : 1. Ukuran-ukuran berikutnya diperoleh dengan
membagi 2 ukuran yang mendahuluinya. Misalnya A1 mempunyai ukuran setengah A0,
ukuran A2 mempunyai ukuran setengah A1, ukuran A3 mempunyai ukuran setengah A2,
ukuran A4 mempunyai ukuran setengah A3. Ukuran kertas gambar dapat dilihat seperti
pada Tabel 2.1. berikut.
Tabel 2.1. : Ukuran Kertas.
Lambang Panjang (mm) Lebar (mm)
A0 1.189 841
A1 841 594
A2 594 420
A3 420 297
A4 297 210
2.2. GARIS BATAS ATAU GARIS TEPI
Kertas gambar harus diberi garis batas pada tepinya. Jarak garis batas / tepi pada kertas
gambar sekurang-kurangnya mempunyai lebar 20 mm untuk kertas ukuran A0 dan A1.
Sedangkan untuk ukuran kertas A2, A3 dan A4 biasanya diambil sekurang-kurangnya 10
mm. Untuk keperluan pengarsipan bagian tepi kertas sebelah kiri diberi lubang untuk
menjepit kertas-kertas gambar tersebut dalam suatu bundel arsip. Demikian juga bila
sekelompok kertas gambar harus dijilid, maka bagian kiri kertas gambar perlu disiapkan
tempat untuk menjilid bundel kertas gambar tersebut. Oleh karena itu pada bagian kiri
kertas gambar biasanya jarak garis tepinya lebih lebar dari sisi yang lain, misalnya diambil
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab II : Penyajian Gambar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
II-2
30 sampai 40 mm, seperti tampak pada gambar dibawah ini. Sedangkan garis tepi ini
biasanya dipakai ketebalan garis minimum 0,5 mm.
2.3. KEPALA GAMBAR
Kepala gambar harus dibubuhkan pada lembar kertas gambar. Pada ruang kepala
gambar tercantum hal-hal penting antara lain sebagai berikut :
• Nomor gambar
• Judul gambar
• Nama perusahaan
• Tanda-tangan petugas yang bertanggung-jawab
• Keterangan gambar, seperti skala gambar
• Tempat untuk menulis catatan penting, dll.
Letak kepala gambar yang baku adalah disebelah kanan bawah. Namun untuk
kepentingan tertentu maka kepala gambar dapat diperpanjang kekiri atau keatas
sehingga sering terjadi kepala gambar terletak pada sisi bawah gambar sepanjang
ukuran kertas gambar atau pada sisi kanan kertas gambar selebar ukuran kertas
gambar, ada pula pada sisi atas gambar sepanjang ukuran kertas gambar.
Bentuk / format kepala gambar bisa berbeda, sesuai dengan yang ditentukan oleh
Pengguna Jasa.
Contoh bentuk kepala gambar dan letaknya dapat dilihat seperti Gambar 2.3.
Garis tepi
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab II : Penyajian Gambar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
II-3
PROYEK PENINGKATAN JALAN ARJUNA DKI JAKARTA
CATATAN DENAH JALAN No. 2/8
NAMA TANDA-TANGAN
DIGAMBAR
DIPERIKSA
DISETUJUI
Skala 1 : 100
Gambar 2.3. : Contoh Kepala Gambar Dan Letaknya.
2.4. SKALA GAMBAR
Untuk ilmu bangunan, dapat digunakan gambar dengan skala :
• 1 : 5
• 1 : 10
• 1 : 20
• 1 : 50
• 1 : 100
Kepala gambar
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab II : Penyajian Gambar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
II-4
• 1 : 200
• 1 : 500
• 1 : 1.000
Untuk pembuatan peta, skala gambar yang digunakan adalah 1 : 500 dan seterusnya
hingga 1 : 50.000
Sedangkan penggunaan skala untuk masing-masing jenis dan fungsi gambar adalah :
• Gambar situasi menggunakan skala 1 : 500, 1 : 1.000
• Gambar konstruksi menggunakan skala 1 : 200, 1 : 100, 1 : 50
• Gambar detail menggunakan skala 1 : 20, 1 : 10, 1 : 5
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab III : Kodefikasi dan Simbol Gambar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-1
BBAABB IIIIII
KKOODDEEFFIIKKAASSII DDAANN SSIIMMBBOOLL GGAAMMBBAARR
3.1. GARIS
Dalam gambar dipergunakan bermacam jenis garis baik bentuknya maupun ukurannya.
Karena gambar adalah alat untuk komunikasi maka penggunaan garis tersebut harus
sesuai dengan maksud dan tujuannya.
Jenis-jenis garis yang dipergunakan untuk gambar teknik sipil biasanya terdiri dari 3 jenis,
yaitu :
• Garis nyata atau garis penuh
• Garis putus-putus
• Garis putus titik
Jenis garis yang lain misalnya :
• Garis titik-titik
• Garis putus dengan dua titik
Garis-garis tersebut di atas menurut tebalnya, dibagi menjadi 3 jenis garis, yaitu :
• Garis tebal
• Garis sedang
• Garis tipis
Perbandingan ketebalan garis tersebut diatas lebih kurang adalah 1 : 0,7 : 0,5.
Perbandingan tersebut tidak terlalu mengikat karena ketebalan garis sebenarnya juga
tergantung dari besarnya gambar.
Penggunaan garis untuk gambar teknik sipil biasanya sebagai berikut :
• Garis tebal biasanya digunakan untuk garis tepi, garis kepala gambar. Selain itu garis
tebal juga digunakan untuk membuat garis benda. Tetapi garis benda biasanya dibuat
dengan ukuran sedang.
• Garis tipis dipakai untuk keperluan garis pembantu atau garis ukuran, garis penunjuk
dan garis arsir.
• Garis putus-putus biasanya digunakan untuk membuat garis benda yang mana dari
arah kita memandang garis tersebut sebenarnya tidak terlihat.
• Garis putus-titik biasanya digunakan untuk menggambar garis sumbu (garis simetri),
garis potong bidang benda, garis pada benda yang berada dibelakang kita. Bisa saja
garis putus maupun garis putus-titik dipakai untuk keperluan lain, tetapi harus diberi
keterangan.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab III : Kodefikasi dan Simbol Gambar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-2
3.2. HURUF DAN ANGKA
Huruf biasanya digunakan untuk keperluan menulis keterangan, catatan, judul dan
sebagainya. Sedangkan angka biasanya digunakan untuk penomoran, menulis ukuran,
peng-kode-an dan lain-lain. Huruf maupun angka tidak boleh menimbulkan keragu-
raguan bagi yang membaca. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan dalam membuat
huruf maupun angka, ialah :
• Dapat terbaca dengan jelas
• Bentuknya seragam, konsisten
Berikut diberikan contoh standard membuat huruf dan angka yang dipakai oleh ISO
3098/1-1974 dan JIS seperti pada Gambar 3.2.1. dan Gambar 3.2.2. Ukuran huruf secara
umum dapat diambil perbandingan tinggi huruf terhadap lebarnya adalah 3 : 2
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
abcdefghijklmnopqrstuvwxyz
[(!?.,”-=+x√%&)]Ø
0123456789IVX
10 mm 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
8 mm 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
6,3 mm A B C D E F G H I J
5 mm K L M N O P Q R S T
4 mm U V W X Y Z
3,2 mm a b c d e f g h i j
2,5 mm k l m n o p q r s t
2 mm u v w x y z
Gambar 3.2.1.:
Bentuk Huruf Sesuai
Standar ISO
Gambar 3.2.2. :
Bentuk Huruf Sesuai
Standar JIS
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab III : Kodefikasi dan Simbol Gambar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-3
3.3. GAMBAR JALAN
Dalam menggambar denah badan jalan harus ditetapkan dulu letak dan arah badan jalan
secara tepat dan benar. Untuk mengetahui letak yang benar perlu ada pedoman titik-titik
koordinat. Masing-masing wilayah atau kota biasanya sudah ada titik tertentu sebagai
sumbu koordinatnya dimana sumbu X dan Y dari koordinat tersebut menunjukkan arah
Utara dan Selatan. Oleh karena itu agar arah sumbu jalan dapat digambar dengan benar,
perlu ditetapkan arah mata angin pada gambar tersebut.
Simbol mata angin menunjukkan arah Utara (North) dengan tanda panah seperti contoh
gambar dibawah ini dan biasanya diikuti dengan ukuran skala yang dipakai pada gambar
tersebut.
0 5 10 km
Gambar 3.3.1. : Simbol Mata Angin
Simbol-simbol yang sering dipakai biasanya dikumpulkan dalam satu daftar yang biasa
disebut Legenda (Legend) seperti contoh pada Lampiran.
3.4. GAMBAR BETON BERTULANG
• Ukuran ketebalan plat beton dengan simbol t = thickness = tebal. Contoh : t = 20 cm.
• Untuk balok, lebar disebut lebih dahulu dari pada tinggi, misalnya 25 x 60. Tinggi balok
adalah jarak antara tepi bawah balok dan tepi atas lantai. Bila balok terletak diatas
lantai, maka tingginya diukur dari tepi bawah balok sampai tepi atas balok.
• Ukuran tinggi dipakai simbol H atau h = high = tinggi. Contoh : h = 40 cm.
• Ukuran diameter = d atau D atau Ø. Contoh : d = 8 mm, D = 40 cm.
• Ukuran diameter dan jumlah penulangan pada beton. Misalnya 4 Ø 20 artinya dipakai
tulangan baja d = 20 mm jumlahnya 4 buah.
• Ukuran diameter dan jarak tulangan. Misalnya Ø 8 – 20 artinya pelat beton tersebut
menggunakan tulangan baja dengan diameter 8 mm dipasang pada jarak 20 cm.
• Kemiringan digunakan simbol I yang artinya inclination. Contoh : I = 1 % = 1 : 100
U
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab III : Kodefikasi dan Simbol Gambar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-4
Gambar beton biasanya dibuat dalam skala 1 : 20, kecuali bila perlu lebih jelas dipakai
skala lebih besar. Penampang biasanya ditengah-tengah antara 2 tumpuan dan ditepi
balok dekat tumpuan. Gambar-gambar tulangan dan jarak antara tulangan harus jelas.
Jika letak batang tak jelas, maka tempatkanlah di tempat batang itu suatu segitiga,
dengan puncaknya menunjuk ke sebelah dalam pelat, misalnya :
Tulangan bawah :
Letak batang pada tulangan bersilangan adalah :
Lapis terbawah, penulangan atas atau bawah :
Lapis teratas, penulangan bawah atau atas :
Pada Lampiran diberikan contoh-contoh gambar pekerjaan beton bertulang.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-1
BBAABB IIVV
GGAAMMBBAARR TTEEKKNNIIKK JJAALLAANN DDAANN DDEESSAAIINN
4.1. DESAIN GEOMETRIK
4.1.1. DESAIN PARAMETER
Desain geometrik dari sebuah jalan tergantung dari beberapa faktor, misalnya volume
lalu-lintas, muatan gandar, desain kecepatan dan kondisi lokasi atau daerah.
Kondisi daerah dapat digolongkan pada 3 kategori :
Kategori daerah Kemiringan
Datar < 10 %
Berbukit-bukit 10 – 25 %
Bergunung-
gunung
> 25 %
Konstruksi jalan kabupaten didasarkan pada perkiraan dari rata-rata volume lalu-lintas
tiap hari selama 5 tahun yang akan datang.
Bab ini antara lain akan menjelaskan penggunaan data volume lalu-lintas untuk
menentukan ketebalan, yaitu pada sub-bab Desain Perkerasan.
4.1.2. ALINYEMEN HORIZONTAL DAN SUPER-ELEVASI
Perubahan besar pada alinyemen horizontal dan vertikal sejauh mungkin harus dihindari.
Perubahan besar hanya dilakukan apabila benar-benar diperlukan dan keadaan medan /
lokasi mengijinkan terutama ditinjau dari segi biaya.
Jika kendaraan melintasi suatu lengkung bundar, akan mengakibatkan suatu gaya
sentrifugal yang mana harus cukup untuk dapat dilalui pada jalan tikungan. Untuk
menentukan jari-jari dan kecepatan, suatu usaha harus dibuat untuk menjaga agar
kendaraan tetap pada jalurnya. Dalam desain jalan, usaha ini diberikan oleh gesekan tepi
antara roda dan perkerasan dibantu dengan super-elevasi.
Untuk nilai kecil dari super-elevasi dan gesekan samping, rumus berikut dapat dipakai :
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-2
R.g
v
fe  atau
R127
V2
di mana :
e = Super-elevasi perkerasan (tangen dari pada sebuah sudut), yang
diambil adalah nilai positifnya apabila perkerasan jatuh pada pusat
tikungan.
f = Koefisien gesekan antara roda kendaraan dengan perkerasan
jalan. Ini diambil dari nilai positif, apabila tenaga gesekan pada
kendaraan menuju ke pusat tikungan.
g = Gravitasi bumi = 9,8 m/det2
v = Kecepatan kendaraan (m/det)
V = Kecepatan kendaraan (km/jam)
R = Jari-jari lengkung (m)
Jari-jari lengkung minimum (R) dan super-elevasi (e) untuk bermacam-macam desain
kecepatan V (km/jam) seperti pada Tabel 4.1.2.1.
Jari-jari minimum tanpa super-elevasi diberikan pada Tabel 4.1.2.2.
Tabel 4.1.2.1. : Jari-Jari Minimum (M) – Super-Elevasi (%).
Jari-jari
Kecepatan rencana
30 40 50 60 70 80
Kemiringan
nominal (e)
3 5 6 3 5 6 3 5 3 5 3 5 3
> 300 x x x x x x x x x x x x x
275 – 300 x x x x x x x x x x x x x
250 – 275 x x x x x x x x x x x x 3,0
225 – 250 x x x x x x x x x x x 5,0 3,0
200 – 225 x x x x x x x x x 5,0 3,0 5,0 3,0
175 – 200 x x x x x x x x 3,0 5,0 3,0 5,0 5,0
150 – 175 x x x x x x x 5,0 3,0 5,0 4,5 5,0 6,6
135 – 150 x x x x x 6,0 3,0 5,0 3,5 5,0 6,0 6,0 8,5
120 – 135 x x x x 5,0 6,0 3,0 5,0 4,7 5,0 7,5 7,5 10
110 – 120 x x x x 5,0 6,0 3,0 5,0 5,8 5,0 8,8 8,8 10
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-3
Jari-jari
Kecepatan rencana
30 40 50 60 70 80
Kemiringan
nominal (e)
3 5 6 3 5 6 3 5 3 5 3 5 3
100 – 110 x x 6,0 3,0 5,0 6,0 3,0 5,0 7,0 5,0 10 10 10
90 – 100 x 5,0 6,0 3,0 5,0 6,0 4,8 5,0 8,2 8,2 10 10 10
80 – 90 x 5,0 6,0 3,0 5,0 6,0 6,2 6,2 10 10 10 10 10
70 – 80 3,0 5,0 6,0 3,6 5,0 6,0 8,0 8,0 10 10 10 10
60 – 70 3,0 5,0 6,0 5,2 5,0 10 10 10 10 10 10 10
50 – 60 3,0 5,0 6,0 7,5 7,5 10 10 10 10 10 10 10
45 – 50 3,6 5,0 6,0 9,3 9,3 10 10 10 10 10 10 10
40 – 45 4,8 5,0 6,0 10 10 10 10 10 10 10
35 – 40 6,2 6,2 6,2 10 10 10 10 10
30 – 35 8,5 8,5 8,5 10 10 10
25 – 30 10 10 10
Tabel 4.1.2.2. : Jari-Jari Minimum Super-Elevasi.
Kecepatan
rencana
Jari-jari minimum
(km/jam) Punca
k
3 % 5 % 6 %
80 260 (290) (300)
70 220 250 (270)
60 185 210 (230)
50 150 175 (190)
40 110 135 150
30 75 95 110
4.1.3. ALINYEMEN VERTIKAL
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-4
Alinyemen vertikal sangat berpengaruh pada biaya konstruksi jalan. Maka, kemiringan
yang memanjang harus diperhitungkan secara lebih berhati-hati, mengingat kondisi
daerah untuk dapat mencapai desain jalan yang sempurna yang juga mempunyai sifat-
sifat keindahan.
a. Gradien (tanjakan)
Maximum desain tanjakan untuk jalan-jalan kabupaten dapat dilihat pada Tabel 4.1.3.a.
Tabel 4.1.3.a. : Standar Perencanaan Untuk Jalan Kabupaten.
Klasifikasi jalan Kelas III A Kelas III B Kelas III C
Type perkerasan
Aspal
(Lapen,
Lasbutag)
Aspal
(Lasbutag,
Burda)
Kerikil / Waterbound
macadam dg seal
coat (Burda, Buras,
Latasbum)
Kerikil / Japat
with seal coat
(Burtu, Buras,
Latasbum)
Volume lalu-lintas harian rata-
rata (kendaraan roda 4)
3.000 – 500 500 – 200 300 – 50 < 50
Daerah dtr bkt gng dtr bkt gng dtr bkt gng dtr bkt gng
Jumlah jalur 2 2 2 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1 1 1
Kecepatan disarankan 70 60 40 70 40 30 60 40 30 50 30 riz
rencana
(km/jam)
minimum 30 30 30 30 30 riz 30 30 riz 30
Landai disarankan 4 5 8 4 6 8 4 7 8 5 8 12
(%) maximum 7 8 10 7 8 10 7 9 12 7 12 16
Lebar bahu jalan disarankan 2,0 1,5 1,0 1,5 1,5 1,0 1,5 1,0 1,0 1,0 1,0 0,7
5
(m) minimum 1,5 1,0 0,7
5
1,0 1,0 0,7
5
1,0 0,75 0,75 0,7
5
0,7
5
0,7
5
Lebar
perkerasan
disarankan 10,
0
9,0 9,0 8,0 7,5 6,5 7,5 6,5 6,5 5,5 5,5 5,5
jalan (m) minimum 7,5 6,5 6,0 5,5 5,5 5,0 5,5 5,0 4,5 4,5 4,0 4,0
Total lebar jalan disarankan 16 12 12 12
(m) minimum 12 10 10 8
Kemiringan disarankan 3 4 5 6
maximum (%) maximum 4 5 6 7
Riz = Realizable (dapat dicapai)
Apabila mendesain sebuah tanjakan, perhatian harus ditujukan pada panjangnya
(panjang kemiringan kritis), dimana masih dapat menghasilkan kecepatan tetap tanpa
menghambat arus lalu-lintas. Tabel di bawah ini menunjukkan panjang kritis yang dapat
dipergunakan pada kemiringan tertentu.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-5
Landai
(%)
3 4 5 6 7 8 10 12
Panjang
(m)
480 330 250 200 170 150 135 120
b. Lengkung vertikal
Potongan memanjang jalan terdiri dari jalan lurus (landai) yang dihubungkan oleh
lengkungan. Lengkungan-lengkungan dapat diketahui sebagai lengkung vertikal dan
usulannya yang terdiri dari 2 maksud, yaitu :
• Melancarkan jalan lintasan kendaraan dari tanjakan yang satu dan yang lainnya.
• Meningkatkan jarak pandang di seberang persimpangan pada tanjakan.
Lengkung vertikal cembung dapat diketahui dari puncaknya atau bagian atas dan
lengkung vertikal cekung adalah sebaliknya.
Biasanya spesifikasi jarak pandang ditetapkan dari panjang puncak lengkung vertikal.
Pada salah satunya diperlukan kenyamanan perjalanan atau tidak perlu panjang
minimum jarak pandang yang pasti, dimana ada kelebihan batasan sampai garis
pandang.
Lengkung vertikal biasanya berbentuk parabola. Selain itu, lengkung vertikal bisa
berbentuk bundar. Tabel 4.1.3.b. dan 4.1.3.c. menggunakan data vertikal bundar.
Panjang puncak lengkung vertikal untuk memberikan jarak pandang diberikan rumus
seperti tersebut dibawah ini :
 21 h.Vh.V
A
200
D2L 
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-6
Tabel 4.1.3.b. : Panjang Lengkung Vertikal Cembung (M) Untuk Jalan 2 Jalur
Berdasarkan Jarak Pandangan Menyiap (Henti).
Landai
Kecepatan rencana ( V = km/jam )
V = 80 V = 60 V = 50 V = 40 V = 30
0 – 1 52 47 30 23 20
1 – 2 300 47 30 23 20
2 – 3 650 300 50 23 20
3 – 4 900 430 160 23 20
4 – 5 > 1.000 550 225 50 20
5 – 6 > 1.000 650 275 85 20
6 – 7 > 1.000 790 325 120 20
7 – 8 > 1.000 900 380 145 25
8 – 9 > 1.000 > 1.000 440 160 40
9 – 10 > 1.000 > 1.000 500 170 55
10 – 11 > 1.000 > 1.000 540 200 60
11 – 12 > 1.000 > 1.000 575 220 75
12 – 13 > 1.000 > 1.000 600 230 90
13 – 14 > 1.000 > 1.000 750 260 100
Tabel 4.1.3.c. : Panjang Lengkung Vertikal Cekung (M).
Landai
Kecepatan rencana ( V = km/jam )
V = 80 V = 60 V = 50 V = 40 V = 30
0 – 1 45 35 30 23 18
1 – 2 45 35 30 23 18
2 – 3 46 35 30 23 18
3 – 4 53 35 30 23 18
4 – 5 102 60 37 23 18
5 – 6 133 78 48 23 18
6 – 7 155 93 58 35 18
7 – 8 180 110 68 42 25
8 – 9 205 125 75 45 32
9 – 10 230 143 85 55 38
10 – 11 253 155 95 58 40
11 – 12 278 173 103 63 42
1. Bila panjang lengkung adalah kurang dari jarak pandang yang diminta :
 2
21 h.Vh.V
A
200
D2L 
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-7
2. Bila panjang lengkung adalah lebih tinggi dari jarak pandang yang diminta :
 2
21
2
h.Vh.V200
AD
L


L = Panjang lengkung vertikal (m)
D = Jarak pandang (m)
A = Perbedaan kemiringan secara aljabar (%)
h1 = Tinggi penglihatan diatas jalan = 1,15 m
h2 = Tinggi obyek diatas jalan
= 1,15 m, apabila berada di kendaraan yang lain.
= 0,20 m, apabila obyek berada diatas tanah.
Nilai h1 dan h2 yang dipakai dalam rumus adalah hubungan antara panjang lengkung
vertikal, jarak pandang dan perubahan kemiringan.
Panjang lengkung vertikal miring untuk jarak pandang diberikan rumus seperti tersebut
dibawah ini :
1. Dimana panjang lengkung, kurang dari jarak pandang yang dibutuhkan :
A
D5,3150
D2L

 (m)
2. Dimana panjang lengkung, lebih besar dari jarak pandang yang dibutuhkan :
D5,3150
AD
D2L
2

 (m)
4.2. DESAIN PERKERASAN JALAN KABUPATEN
Pada umumnya desain perkerasan berdasarkan pada :
• Volume lalu-lintas selama periode desain (biasanya minimum 10 tahun).
• Berat kendaraan yang melalui jalan tersebut.
• Nilai CBR dari tanah dasar.
• Material yang tersedia untuk pembangunan jalan.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-8
Ahli teknik bidang jalan harus mengetahui material yang berkualitas rendah secara tidak
langsung akan menambah ketebalan lapisan apabila dibandingkan dengan ketebalan
yang dibuat dengan material yang memenuhi standar yang lebih tinggi.
Penentuan tebal perkerasan didasarkan pada buku PETUNJUK PERENCANAAN
PERKERASAN UNTUK JALAN KABUPATEN, adapun ketentuan-ketentuan dasarnya
adalah sebagai berikut :
a. Pada umumnya, perencanaan tebal perkerasan jalan kabupaten tidak memberikan
ketebalan yang terlalu tinggi jika CBR tanah dasar > 5 %. Jika kondisinya
memungkinkan, CBR tanah dasar yang nilainya < 5 % perlu diperbaiki agar mencapai
nilai yang > 5 % dengan cara-cara yang biasa berlaku.
b. Sebagai petunjuk praktis, berikut ini diberikan tabel perkerasan jalan kabupaten yang
dihitung dengan umur rencana 10 tahun (Tabel 4.2.). Jika dikehendaki perencana
dapat menghitung lebih teliti tebal perkerasan jalan yang diperlukan, sesuai dengan
data yang tersedia.
c. Nilai tebal lapis perkerasan :
• Tebal perkerasan LPA ditetapkan min.15 cm.
• Jumlah beban kumulatif standar sumbu tunggal dapat didekati dengan perkiraan
kelas jalan.
Tabel 4.2. : Pendekatan Desain Tebal Perkerasan Lentur.
Klasifikasi CBR AC ATB Macada
m
Sirtu
jalan (cm) (cm) (cm) (cm)
Lokal 6 5 5 20 15
Lokal 5 5 5 20 15
Lokal 4 5 5 20 20
CBR tanah dasar :
Kondisi CBR
Amat baik Didasarkan pada CBR 24 %
Baik Didasarkan pada CBR 8 %
Sedang Didasarkan pada CBR 5 %
Buruk Didasarkan pada CBR 3 %
Amat buruk Didasarkan pada CBR 2 %
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-9
4.3. DESAIN PERKERASAN JALAN ARTERI
Perencanaan jalan baru ini juga berlaku untuk perencanaan rekonstruksi jalan (full depth
pavement) pada peningkatan jalan. Metode perencanaan didasarkan pada buku
Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa
Komponen No. SNI 1732-1989-F.
4.3.1. KOEFISIEN KEKUATAN RELATIF
Koefisien kekuatan relatif masing-masing bahan dan kegunaannya sebagai lapis
permukaan, pondasi, pondasi bawah, ditentukan secara korelasi sesuai nilai Marshall
Test (untuk bahan dengan aspal), kuat tekan (untuk bahan yang stabilisasi dengan
semen atau kapur), atau CBR (untuk bahan lapis pondasi bawah).
Daftar koefisien kekuatan relatif ditentukan menurut Tabel 4.3.1.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-10
Tabel 4.3.1. : Koefisien Kekuatan Relatif
Koefisien kekuatan relatif Kekuatan Bahan
Jenis Bahan
a1 a2 a3 MS (kg) Kt (kg/cm2
) CBR (%)
0,40 - - 744 - -
0,35 - - 590 - - Laston
0,32 - - 454 - -
0,30 - - 340 - -
0,35 - - 744 - -
0,31 - - 590 - - Lasbutag
0,28 - - 454 - -
0,26 - - 340 - -
0,30 - - 340 - - HRA
0,26 - - 340 - - Aspal Macadam
0,25 - - - - - Lapen(mekanis)
0,20 - - - - - Lapen(manual)
- 0,28 - 590 - -
- 0,26 - 454 - - Laston Atas
- 0,24 - 340 - -
- 0,23 - - - - Lapen (mekanis)
- 0,19 - - - - Lapen (manual)
- 0,15 - - 22 - Stab. tanah dg semen
- 0,13 - - 18 -
- 0,15 - - 22 - Stab. tanah dg kapur
- 0,13 - - 18 -
- 0,14 - - - 100 Batu pecah (kelas A)
- 0,13 - - - 80 Batu pecah (kelas B)
- 0,12 - - - 60 Batu pecah (kelas C)
- - 0,13 - - 70 Sirtu/pitrun (kelas A)
- - 0,12 - - 50 Sirtu/pitrun (kelas B)
- - 0,11 - - 30 Sirtu/pitrun (kelas C)
- - 0,10 - - 20 Tnh/lempung kepasiran
(Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Raya dengan Metode Analisa
Komponen, 1987).
Koefisien kekuatan relatif bahan untuk Cement Treated Base (CTB) sebagai berikut :
• CTB dengan kuat tekan > 45 kg/cm2
: a = 0,23
• CTB dengan kuat tekan 28 - 45 kg/cm2
: a = 0,20
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-11
• CTB dengan kuat tekan < 28 kg/cm2
: a = 0,15
(Sumber : Teknik Jalan Raya, Clarkson H Oglesby, R Gary Hicks, Jilid 2, 1996).
4.3.2. BATAS MINIMUM TEBAL PERKERASAN
1. Lapis permukaan.
ITP Tebal min.
(cm)
Bahan
< 3,00 5 Lapis pelindung : Buras, Burtu, Burda
3,00 – 6,70 5 Lapen/Aspal Macadam, HRA,
Lasbutag, Laston
6,71 – 7,49 7,5 Lapen/Aspal Macadam, HRA,
Lasbutag, Laston
7,50 – 9,99 7,5 Lasbutag, Laston
 10,00 10 Laston
(Sumber : Petunjuk Perencanaantebal Perkerasan Jalan Raya dengan
metode Analisa Komponen, 1987).
2. Lapis pondasi.
ITP Tebal min.
(cm)
Bahan
< 3,00 15
Batu pecah,stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi
tanah dengan kapur.
3,00 – 7,49 20 *)
10
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi
tanah dengan kapur.
Laston atas.
7,50 – 9,99 20
15
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi
tanah dengan kapur, Macadam.
Laston atas
10 – 12,14 20
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi
tanah dengan kapur, Macadam, Lapen, Laston atas.
 12,25 25
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi
tanah dengan kapur, Macadam, Lapen, Laston atas.
(Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Raya dengan metode
Analisa Komponen, 1987).
*) Batas 20 cm tersebut dapat diturunkan menjadi 15 cm bila untuk pondasi bawah
digunakan material berbutir kasar.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-12
3. Lapis pondasi bawah.
Untuk setiap nilai ITP, bila digunakan pondasi bawah, tebal minimum
adalah 10 cm.
4.3.3. PENDEKATAN DESAIN TEBAL PERKERASAN
Pendekatan desain tebal perkerasan lentur (full depth pavement) dapat dilakukan untuk
perkiraan / pendekatan awal guna keperluan-keperluan khusus dan tertentu dengan
asumsi-asumsi, peng-kondisi-an, tentang parameter-parameter yang dibutuhkan untuk
penentuan / perencanaan tebal perkerasan lentur.
Tabel 4.3.3. : Pendekatan Desain Tebal Perkerasan Lentur.
Klasifikasi
jalan
CBR
AC
(cm)
ATB
(cm)
Macadam
(cm)
Sirtu
(cm)
AC
(cm)
ATB
(cm)
CTB
(cm)
Sirtu
(cm)
Arteri 6 5 7 30 40 - - - -
Arteri 5 5 7 30 40 - - - -
Arteri 4 5 7 35 40 - - - -
Arteri 6 - - - - 5 7 25 25
Arteri 5 - - - - 5 7 25 25
Arteri 4 - - - - 5 7 25 30
Kolektor 6 5 7 20 25 - - - -
Kolektor 5 5 7 20 25 - - - -
Kolektor 4 5 7 20 30 - - - -
Kolektor 6 - - - - 5 7 20 10
Kolektor 5 - - - - 5 7 20 10
Kolektor 4 - - - - 5 7 20 15
4.4. DESAIN JEMBATAN
Desain jembatan untuk jalan lokal (jalan transmigrasi, perkebunan, jalan kabupaten, dll.)
harus memakai standar Bina Marga :
• Standar spesifikasi untuk konstruksi jembatan Bina Marga No. 04/ST/BM/1974.
• Spesifikasi pembebanan jembatan Bina Marga No. 12/1970.
Daya muat jembatan untuk jalan kabupaten yang diijinkan oleh Bina Marga adalah seperti
berikut :
Kelas LHR Desain Jembatan Catatan
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-13
Jalan (beban)
III A 3.000 – 500 70 % BM Jembatan permanen
III B 500 – 200 70 % BM Jembatan permanen / kayu
200 – 50 50 % BM Jembatan kayu
III C < 50 50 % BM Jembatan kayu
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab V : Kelengkapan Gambar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) V-1
BBAABB VV
KKEELLEENNGGKKAAPPAANN GGAAMMBBAARR
5.1. UMUM
Suatu gambar teknik sipil untuk perencanaan proyek jalan, misalnya, harus dilengkapi
gambar-gambar yang mendukung terlaksananya proyek tersebut tanpa menimbulkan
konflik atau interpretasi yang berbeda bagi setiap unsur yang terlibat dalam pelaksanaan
proyek tersebut.
Biasanya gambar perencanaan yang lengkap terdiri atas :
1. Halaman sampul.
2. Daftar gambar.
3. Daftar singkatan dan simbol.
4. Gambar situasi.
5. Denah perencanaan jalan (plan).
6. Potongan memanjang (profile).
7. Potongan melintang jalan (cross section).
8. Denah perencanaan drainase.
9. Potongan memanjang saluran.
10. Gambar detail.
11. Gambar perencanaan traffic engineering.
12. Gambar standard.
5.2. HALAMAN SAMPUL
Pada halaman ini tercantum keterangan tentang :
• Siapa pemilik dari proyek tersebut atau yang biasa disebut sebagai Pengguna Jasa.
• Apa nama proyek tersebut beserta keterangan-keterangannya apabila diperlukan.
• Siapa konsultan perencana-nya.
5.3. DAFTAR GAMBAR
Daftar gambar ini hampir sama dengan daftar isi pada buku. Pada lembar ini dimuat
daftar judul gambar secara ber-urutan. Setiap lembar gambar diberi kode dengan
menggunakan huruf kapital sebagai singkatan nama judulnya. Untuk gambar yang
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab V : Kelengkapan Gambar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) V-2
sejenis diletakkan pada lembar yang saling berdekatan. Untuk membedakan antara
lembar satu dengan lainnya, pada tiap lembar diberi kode nomor urut yang diletakkan
setelah huruf kapital tersebut di atas. Nomor urut tersebut menunjukkan jumlah
lembarnya.
5.4. DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL
Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap simbol, kode huruf maupun istilah
(khususnya istilah asing) maka perlu disediakan lembar gambar khusus yang
mencantumkan arti dari simbol, kode maupun istilah yang digunakan dalam gambar
perencanaan / kerja.
5.5. GAMBAR SITUASI
Pada gambar situasi ini mengkaitkan letak proyek yang akan dibangun terhadap daerah
sekitarnya yang telah dikenal oleh masyarakat secara umum. Biasanya gambar situasi ini
merupakan gambar peta untuk suatu wilayah tertentu. Untuk mempermudah dalam
menentukan lokasi yang akan dibangun, biasanya diberikan keterangan-keterangan
seperlunya.
5.6. DENAH PERENCANAAN JALAN (PLAN)
Panjang suatu proyek jalan biasanya sampai ratusan meter atau beberapa kilometer.
Oleh karena itu gambar denah jalan dibagi-bagi menjadi beberapa bagian. Biasanya
pada sumbu jalan dipasang titik-titik pembantu dengan interval jarak tertentu, misalnya
setiap 50 m, titik-titik tersebut disebut station atau disingkat STA. Angka dibelakang huruf
STA menunjukkan jarak diukur dari station yang pertama yaitu STA. 0. Dari denah, dapat
diketahui antara lain : letak jalan, bentuk dan arah jalan, panjang dan lebar jalan serta
fasilitas-fasilitas jalan.
5.7. POTONGAN MEMANJANG (PROFILE)
Pada gambar potongan memanjang disamping gambar titik-titik station juga disajikan
ketinggian (peil/level) dari permukaan tanah yang ada, rencana permukaan jalan, dan
rencana dasar saluran.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab V : Kelengkapan Gambar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) V-3
5.8. POTONGAN MELINTANG JALAN (CROSS SECTION)
Potongan melintang digambar untuk jarak tertentu dari penampang jalan, biasanya
diambil potongan pada setiap station. Disamping itu dapat pula dibuat potongan
melintang diluar titik station apabila pada tempat tersebut ingin ditampilkan hal-hal yang
khusus, misalnya terdapat tiang penerangan jalan dsb. Dari potongan melintang ini dapat
diketahui antara lain : bentuk lapisan perkerasan jalan, ukuran lebar maupun tinggi,
kemiringan jalan, fasilitas jalan, misalnya saluran air, trotoir (side walk), dinding penahan
tanah, pagar jalan, penerangan jalan dll.
5.9. DENAH PERENCANAAN DRAINASE
Dari gambar denah drainase dapat diketahui antara lain : letak saluran air terhadap badan
jalan, arah pengaliran air, model konstruksi saluran terbuka maupun saluran tertutup.
5.10. POTONGAN MEMANJANG SALURAN
Pada potongan memanjang ini disamping letak titik-titik station juga dicantumkan
ketinggian permukaan tanah dan dasar saluran yang direncanakan. Sehingga melalui
gambar potongan ini dapat dihitung jumlah galian maupun urugan tanah untuk
pembuatan saluran air.
5.11. GAMBAR DETAIL
Gambar detail adalah gambar-gambar konstruksi dengan skala kecil misalnya 1 : 5, 1 : 10
atau 1 : 20. Pada gambar potongan dilengkapi ukuran-ukuran dengan jelas dan lengkap
disamping keterangan-keterangan gambar. Bahkan dibuat tabel-tabel misalnya untuk
kebutuhan pembesian pekerjaan beton. Gambar detail biasanya meliputi pekerjaan :
detail saluran air terbuka dan tertutup, detail trotoir dan kanstin (side walk & curb), detail
dinding penahan tanah, detail pagar, pondasi, detail jembatan, pelat penutup saluran dll.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab V : Kelengkapan Gambar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) V-4
5.12. GAMBAR PERENCANAAN TRAFFIC ENGINEERING
Traffic engineering dibuat dengan denah tersendiri agar tidak rancu dengan gambar-
gambar yang lainnya. Gambar perencanaan traffic engineering memuat antara lain :
perencanaan rambu lalu-lintas, marka jalan, penerangan jalan, pengaturan traffic light, dll.
5.13. GAMBAR STANDARD
Gambar standard, antara lain : marka jalan, rambu jalan, penerangan jalan termasuk
pondasinya, lampu lalu-lintas, kerb, guardrail, patok KM, guide post, bisa juga box culvert,
gorong-gorong bulat, dll.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab VI : Sistematika dan Contoh Gambar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) VI-1
BBAABB VVII
SSIISSTTEEMMAATTIIKKAA DDAANN CCOONNTTOOHH GGAAMMBBAARR
6.1. SISTEMATIKA GAMBAR
Pada umumnya susunan / sistematika gambar akan terdiri dari :
No. Kode Gambar
SAMPUL SAMPUL
A UMUM
1. A/1/1 Daftar gambar
2. A/2/1 Peta lokasi proyek
3. A/2/2 Key Plan
4. A/2/3 Peta Quarry
5. A/3 Abbreviations, Legend & Keterangan umum
6. A/4 Daftar Kuantitas Pekerjaan
B TYPICAL CROSS SECTION
7. B/1 Typical Cross Section Type I
8. B/2 Typical Cross Section Type II
C ALIGNMENT LAYOUT
9. B/1 Alignment Layout STA 0+000 – 0+750
10. B/2 Alignment Layout STA 0+750 – 1+500
D PLAN & PROFILE
11. D/1 Plan & Profile STA 0+000 - 0+750
12. D/2 Plan & Profile STA 0+750 - 1+500
E CROSS SECTION
13. E/1 Cross Section STA 0+000 - 0+500
14. E/2 Cross Section STA 0+500 - 1+000
F INTERSECTION
15. F/1/1 Plan of Intersection STA 5+000
16. F/1/2 Cross Section of Intersection STA 5+000
17. F/1/3 Intersection Details STA 5+000
G STRUKTUR
18. G/1/1 Tampak samping jembatan
19. G/1/2 Denah / tampak atas jembatan
20. G/1/3 Longitudinal & Cross Section
21. G/1/4 Girder Detail & Reinforcement
22. G/1/5 Bar Reinforcement of Girder
23. G/1/6 Deck Slab Detail & Reinforcement
24. G/1/7 Bar Reinforcement of Deck Slab
25. G/1/8 Railing Detail & Reinforcement
26. G/1/9 Bar Reinforcement of Railing
27. G/1/10 Detail of Abutment & Reinforcement
28. G/1/11 Bar Reinforcement of Abutment
29. G/1/12 Detail pondasi
30. G/1/13 Detail Expansion Joint
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab VI : Sistematika dan Contoh Gambar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) VI-2
No. Kode Gambar
H DRAINASE
31. H/1/1 Plan & Longitudinal Section STA 0+000 - 0+750
32. H/2/1 Ditch – Type I
33. H/3/1 Inlet & Outlet Structure Drain – Type I
34. H/4/1 Catch Basins – Type I
35. H/5/1 Reinforced Concrete Pipe Culvert
36. H/5/2 Headwall for Pipe Culvert – Type I
37. H/6/1 Box Culvert – Type I
38. H/6/3 Box Culvert Bar Reinforcement – Type I
39. H/6/5 Box Culvert Detail – Type I
40. H/6/7 Single Cell Slab Culvert – Type I
41. H/6/8 Multi Cell Slab Culvert – Type II
42. H/6/9 Slab Culvert Reinforcement
43. H/6/10 Sub Surface Drain
I RETAINING WALL & SLOPE PROTECTION
44. I/1/1 Retaining Wall & Slope Protection– Type I
45. I/1/2 Retaining Wall & Slope Protection– Type II
46. I/2/1 Bar Reinforcement
47. I/3 River Bank Slope Protection
48. I/4 Rip-rap Slope Protection
J MISCELLANEOUS & STANDARD DRAWING
49. J/1 Curb
50. J/2/1 Median
51. J/3 Concrete Barrier
52. J/4/1 Side-walk
53. J/5/1 Island
54. J/6/1 U-Turn – Type I
55. J/7 Truck Parking Area
56. J/8/1 Traffic Signs
57. J/9/1 Road Marking
58. J/10 Guardrail
59. J/11 KM Post
60. J/12/1 Lighting – Type I
61. J/13 Bus Bay
62. J/14/1 Lanscape Plan
63. J/14/2 Detail planting plan
64. J/14/3 Description of planting plan
6.2. CONTOH GAMBAR
Pada lampiran diberikan contoh gambar dari beberapa proyek yang telah ada, dan
contoh dari proyek-proyek dari instansi :Depatemen Pekerjaan Umum, Dinas Pekerjaan
Umum DKI Jakarta, dan dari PT. Jasa Marga (Persero). Nampak bahwa masing-masing
instansi mempunyai format yang tidak sama, tetapi pada dasarnya mempunyai
pengertian gambar yang harus di-interpretasikan sama oleh pelaku proyek.
LLAAMMPPIIRRAANN
CCoonnttoohh GGaammbbaarr--ggaammbbaarr PPrrooyyeekk
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-1
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-2
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-3
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-4
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-5
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-6
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-7
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-8
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-9
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-10
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-11
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-12
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-13
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-14
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-15
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-16
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-17
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-18
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-19
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-20
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-21
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-22
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-23
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-24
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-25
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-26
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-27
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-28
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-29
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-30
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-31
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Rangkuman
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) R-1
RRAANNGGKKUUMMAANN
Gambar secara garis besar mempunyai 2 fungsi, yaitu :
• Sebagai alat untuk menyampaikan informasi.
• Untuk menyimpan data atau sebagai arsip.
Karena gambar juga merupakan bahasa lambang yang mana perlu kesepakatan dalam
mengartikan lambang-lambang yang dipakai untuk kelengkapan gambar.
Dalam pekerjaan konstruksi dikenal jenis-jenis gambar, yaitu :
• Gambar rencana
• Gambar kerja (shop drawing)
• Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing)
Kepala gambar harus dibubuhkan pada lembar kertas gambar. Pada ruang kepala
gambar tercantum hal-hal penting antara lain sebagai berikut :
• Nomor gambar
• Judul gambar
• Nama perusahaan
• Tanda-tangan petugas yang bertanggung-jawab
• Keterangan gambar, seperti skala gambar
• Tempat untuk menulis catatan penting, dll.
Dalam gambar dipergunakan bermacam jenis garis baik bentuknya maupun ukurannya.
Karena gambar adalah alat untuk komunikasi maka penggunaan garis tersebut harus
sesuai dengan maksud dan tujuannya.
Huruf biasanya digunakan untuk keperluan menulis keterangan, catatan, judul dan
sebagainya. Sedangkan angka biasanya digunakan untuk penomoran, menulis ukuran,
peng-kode-an dan lain-lain. Huruf maupun angka tidak boleh menimbulkan keragu-
raguan bagi yang membaca. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan dalam membuat
huruf maupun angka, ialah :
• Dapat terbaca dengan jelas
• Bentuknya seragam, konsisten
Dalam menggambar denah badan jalan harus ditetapkan dulu letak dan arah badan jalan
secara tepat dan benar. Untuk mengetahui letak yang benar perlu ada pedoman titik-titik
koordinat. Masing-masing wilayah atau kota biasanya sudah ada titik tertentu sebagai
sumbu koordinatnya dimana sumbu X dan Y dari koordinat tersebut menunjukkan arah
Utara dan Selatan. Oleh karena itu agar arah sumbu jalan dapat digambar dengan benar,
perlu ditetapkan arah mata angin pada gambar tersebut.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Rangkuman
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) R-2
Perencanaan jalan baru ini juga berlaku untuk perencanaan rekonstruksi jalan (full depth
pavement) pada peningkatan jalan. Metode perencanaan didasarkan pada buku
Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa
Komponen No. SNI 1732-1989-F.
Desain jembatan untuk jalan lokal (jalan transmigrasi, perkebunan, jalan kabupaten, dll.)
harus memakai standar Bina Marga :
• Standar spesifikasi untuk konstruksi jembatan Bina Marga No. 04/ST/BM/1974.
• Spesifikasi pembebanan jembatan Bina Marga No. 12/1970.
Gambar perencanaan yang lengkap terdiri atas :
1. Halaman sampul.
2. Daftar gambar.
3. Daftar singkatan dan simbol.
4. Gambar situasi.
5. Denah perencanaan jalan (plan).
6. Potongan memanjang (profile).
7. Potongan melintang jalan (cross section).
8. Denah perencanaan drainase.
9. Potongan memanjang saluran.
10. Gambar detail.
11. Gambar perencanaan traffic engineering.
12. Gambar standard.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Daftar Pustaka
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) DP-1
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, Pelaksanaan Pembangunan Jalan (Highway Engineering), Lestari
Jakarta, Oktober 1979.
2. The Asphalt Institute, Asphalt in Pavement Maintenance, manual Series No. 16
(MS-16), March 1983.
3. Asphalt Institute, Asphalt Technologie Construction Practice, Educational Series
No. 1, January 1983.
4. Asphalt Institute, Principles of Construction of Hot-mix Asphalt Pavements, Manual
Series No. 22, Januari 1983.
5. Clarkson.H.Oglesby, R. Gary Hicks, Highways Engineering, 4nd Ed John Willey &
Sons, inc, 1982.
6. Direktorat Jenderal Bina Marga, (1976), Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No.
01/MN/BM/1976, Departemen Pekerjaan Umum dan tenaga Listrik.
7. Direktorat Jenderal Bina Marga, Pengambilan Data Lapangan untuk IBRD Rolling
Beterment Programme, Bipran Central Design Office, May 1986.
8. Direktorat Jenderal Bina Marga, Petunjuk Pengambilan Data Lapangan untuk
Program Pemeliharaan Berkala, Bipran Central Design Office, November 1988.
9. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Bina Program Jalan, Second Nine
Provinces Road, Rehabilitation Project, Buku 3, “Spesifikasi Umum”.
10. Direktorat Jenderal Bina Marga, Central Quality Control & Monitoring unit, Manual
Supervisi Lapangan untuk Pengendalian Mutu pada Kontrak Pemeliharaan dan
Peningkatan jalan, Agustus 1988.
11. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Pedoman
Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan, No. 010/BNKT/1990.
12. Direktorat Jenderal Bina marga, Bina Program Jalan, Dokumen Rujukan RD
3.1.2., Pedoman untuk Pengumpulan Rutin Data untuk Disain, Oktober 1989.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Daftar Pustaka
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) DP-2
13. Direktorat Jenderal Bina Marga, Bina Program Jalan, Design Parameters and
Models for the Roadworks Design System.
14. Direktorat Jenderal Bina Marga, Bina Program Jalan, Sistim Perhitungan Lalu
Lintas Rutin, Petunjuk Pelaksanaan thn 1984/1985 ; Jakarta, Maret 1984.
15. Direktorat Jenderal Bina Marga, Manual Pemeliharaan Jalan, No.03/MN/B/1983.
16. Horison, Jack.A, Correlation of CBR and Dynamic Cone Penetrometer Strength
measurement of soils, Thesis for MSc degree in Highway Engineering and
Development, August 1984.
17. Djoko Untung Soedarsono, Konstruksi Jalan Raya, Badan Penerbit Pekerjaan
Umum, cetakan pertama, 1979.
18. Konferensi Tahunan Teknik Jalan ke 4, Jakarta 19-21 Nopember ’90, Volume 4,
Teknik Lalu Lintas dan Transportasi.
19. M.W.Witczak, Pavement Design Seminars for Bina Marga, Indonesian Highway
Departement, Bandung, Indonesia, February 9-10, 1979.
20. NAASRA, Interim Guide to Pavement Thicknees Design, 1979.
21. Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1985 tentang Jalan.
22. PMU, Urban Roads Planning and Programming Manual, Jakarta.
23. Robert D. Krebs/Richard D. Walker, Highway Materials, Mc Graw-Hill Book
Company, 1971.
24. Semawi A.M., Konstruksi Jalan Raya, Unpar.
25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1980 tentang Jalan.
26. Unpar, Bahan Kuliah Teknik Jalan Raya II, 1989.
27. PT. HUTAMA PRIMA, Aspal Emulsi, Jakarta, 2004.

More Related Content

What's hot

Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Harsanty Seran
 
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMakalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMOSES HADUN
 
04 r1 -_kapasitas_simpang_apill
04 r1 -_kapasitas_simpang_apill04 r1 -_kapasitas_simpang_apill
04 r1 -_kapasitas_simpang_apilla_agung_kartika
 
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)andribacotid
 
4bf1a modul 1_-_pengantar_preservasi_jalan
4bf1a modul 1_-_pengantar_preservasi_jalan4bf1a modul 1_-_pengantar_preservasi_jalan
4bf1a modul 1_-_pengantar_preservasi_jalanudin2234
 
Dasar teori tentang jalan
Dasar teori tentang jalanDasar teori tentang jalan
Dasar teori tentang jalanArtdian Hudaya
 
Sni 2827 2008 cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir
Sni 2827 2008 cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondirSni 2827 2008 cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir
Sni 2827 2008 cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondirahmad mukhlish
 
Alinemen vertikal-teks1
Alinemen vertikal-teks1Alinemen vertikal-teks1
Alinemen vertikal-teks1WSKT
 
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATANMODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATANPPGHybrid1
 
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatanfianardi
 
Baja tulangan beton SNI 2052-2014
Baja tulangan beton SNI 2052-2014Baja tulangan beton SNI 2052-2014
Baja tulangan beton SNI 2052-2014WSKT
 
Perencanaan struktur baja
Perencanaan struktur bajaPerencanaan struktur baja
Perencanaan struktur bajaAmi_Roy
 
2007 11-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
2007 11-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan2007 11-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
2007 11-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalanahmad fuadi
 
Presentasi pci klp i
Presentasi pci klp iPresentasi pci klp i
Presentasi pci klp idianretno16
 
Analisa lalu lintas harian rata
Analisa lalu lintas harian rataAnalisa lalu lintas harian rata
Analisa lalu lintas harian rataPawanto Atmajaya
 
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALANPERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALANMira Pemayun
 

What's hot (20)

Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
 
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMakalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
 
04 r1 -_kapasitas_simpang_apill
04 r1 -_kapasitas_simpang_apill04 r1 -_kapasitas_simpang_apill
04 r1 -_kapasitas_simpang_apill
 
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
 
Preliminary design kel. 3revisi
Preliminary design kel. 3revisiPreliminary design kel. 3revisi
Preliminary design kel. 3revisi
 
4bf1a modul 1_-_pengantar_preservasi_jalan
4bf1a modul 1_-_pengantar_preservasi_jalan4bf1a modul 1_-_pengantar_preservasi_jalan
4bf1a modul 1_-_pengantar_preservasi_jalan
 
Dasar teori tentang jalan
Dasar teori tentang jalanDasar teori tentang jalan
Dasar teori tentang jalan
 
Sni 2827 2008 cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir
Sni 2827 2008 cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondirSni 2827 2008 cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir
Sni 2827 2008 cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir
 
Alinemen vertikal-teks1
Alinemen vertikal-teks1Alinemen vertikal-teks1
Alinemen vertikal-teks1
 
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATANMODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
 
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
 
Baja tulangan beton SNI 2052-2014
Baja tulangan beton SNI 2052-2014Baja tulangan beton SNI 2052-2014
Baja tulangan beton SNI 2052-2014
 
Perencanaan struktur baja
Perencanaan struktur bajaPerencanaan struktur baja
Perencanaan struktur baja
 
Metode cross
Metode crossMetode cross
Metode cross
 
Grafik nomogram
Grafik nomogramGrafik nomogram
Grafik nomogram
 
2007 11-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
2007 11-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan2007 11-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
2007 11-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
 
Presentasi pci klp i
Presentasi pci klp iPresentasi pci klp i
Presentasi pci klp i
 
Analisa lalu lintas harian rata
Analisa lalu lintas harian rataAnalisa lalu lintas harian rata
Analisa lalu lintas harian rata
 
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALANPERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
 
PPT JEMBATAN
PPT JEMBATANPPT JEMBATAN
PPT JEMBATAN
 

Similar to 2007 04-gambar teknik

2006 04-membaca gambar
2006 04-membaca gambar2006 04-membaca gambar
2006 04-membaca gambarahmad fuadi
 
2006 06-pengukuran dan pematokan
2006 06-pengukuran dan pematokan2006 06-pengukuran dan pematokan
2006 06-pengukuran dan pematokanahmad fuadi
 
2007 06-pengukuran dan pematokan
2007 06-pengukuran dan pematokan2007 06-pengukuran dan pematokan
2007 06-pengukuran dan pematokanahmad fuadi
 
2005-04-Rekayasa lapangan dan kaji ulang desain.pdf
2005-04-Rekayasa lapangan dan kaji ulang desain.pdf2005-04-Rekayasa lapangan dan kaji ulang desain.pdf
2005-04-Rekayasa lapangan dan kaji ulang desain.pdfivanrsd70
 
2007 13-metode kerja
2007 13-metode kerja2007 13-metode kerja
2007 13-metode kerjaahmad fuadi
 
2007 10-pekerjaan beton
2007 10-pekerjaan beton2007 10-pekerjaan beton
2007 10-pekerjaan betonahmad fuadi
 
2007 14-teknik pelaporan
2007 14-teknik pelaporan2007 14-teknik pelaporan
2007 14-teknik pelaporanahmad fuadi
 
2007 03-bahan jalan
2007 03-bahan jalan2007 03-bahan jalan
2007 03-bahan jalanahmad fuadi
 
2007 05-alat berat
2007 05-alat berat2007 05-alat berat
2007 05-alat beratahmad fuadi
 
2006 12-teknik pelaporan
2006 12-teknik pelaporan2006 12-teknik pelaporan
2006 12-teknik pelaporanahmad fuadi
 
PPT JURU GAMBAR JALAN DAN JEMBATAN LV 4.pptx
PPT JURU GAMBAR JALAN DAN JEMBATAN LV 4.pptxPPT JURU GAMBAR JALAN DAN JEMBATAN LV 4.pptx
PPT JURU GAMBAR JALAN DAN JEMBATAN LV 4.pptxANGKATANCORONA1
 
File_Soal_jalan.pptx
File_Soal_jalan.pptxFile_Soal_jalan.pptx
File_Soal_jalan.pptxannafikarya
 
2007 08-pekerjaan drainase
2007 08-pekerjaan drainase2007 08-pekerjaan drainase
2007 08-pekerjaan drainaseahmad fuadi
 
2006 09-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
2006 09-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan2006 09-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
2006 09-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalanahmad fuadi
 
2006 08-pekerjaan beton
2006 08-pekerjaan beton2006 08-pekerjaan beton
2006 08-pekerjaan betonahmad fuadi
 
EKA JALAN BETON.pptx
EKA JALAN BETON.pptxEKA JALAN BETON.pptx
EKA JALAN BETON.pptxSeptian558020
 
2007 07-pekerjaan tanah(1)
2007 07-pekerjaan tanah(1)2007 07-pekerjaan tanah(1)
2007 07-pekerjaan tanah(1)HannyTWST
 
2006 05-alat berat
2006 05-alat berat2006 05-alat berat
2006 05-alat beratahmad fuadi
 
jalanfilesoal17158291676969129ahmadfurqon-230726112604-bd9d68aa.pdf
jalanfilesoal17158291676969129ahmadfurqon-230726112604-bd9d68aa.pdfjalanfilesoal17158291676969129ahmadfurqon-230726112604-bd9d68aa.pdf
jalanfilesoal17158291676969129ahmadfurqon-230726112604-bd9d68aa.pdfUmiKalsum220895
 

Similar to 2007 04-gambar teknik (20)

2006 04-membaca gambar
2006 04-membaca gambar2006 04-membaca gambar
2006 04-membaca gambar
 
2006 06-pengukuran dan pematokan
2006 06-pengukuran dan pematokan2006 06-pengukuran dan pematokan
2006 06-pengukuran dan pematokan
 
2007 06-pengukuran dan pematokan
2007 06-pengukuran dan pematokan2007 06-pengukuran dan pematokan
2007 06-pengukuran dan pematokan
 
2005-04-Rekayasa lapangan dan kaji ulang desain.pdf
2005-04-Rekayasa lapangan dan kaji ulang desain.pdf2005-04-Rekayasa lapangan dan kaji ulang desain.pdf
2005-04-Rekayasa lapangan dan kaji ulang desain.pdf
 
2007 13-metode kerja
2007 13-metode kerja2007 13-metode kerja
2007 13-metode kerja
 
2007 10-pekerjaan beton
2007 10-pekerjaan beton2007 10-pekerjaan beton
2007 10-pekerjaan beton
 
2007 14-teknik pelaporan
2007 14-teknik pelaporan2007 14-teknik pelaporan
2007 14-teknik pelaporan
 
2007 03-bahan jalan
2007 03-bahan jalan2007 03-bahan jalan
2007 03-bahan jalan
 
2007 05-alat berat
2007 05-alat berat2007 05-alat berat
2007 05-alat berat
 
2006 12-teknik pelaporan
2006 12-teknik pelaporan2006 12-teknik pelaporan
2006 12-teknik pelaporan
 
PPT JURU GAMBAR JALAN DAN JEMBATAN LV 4.pptx
PPT JURU GAMBAR JALAN DAN JEMBATAN LV 4.pptxPPT JURU GAMBAR JALAN DAN JEMBATAN LV 4.pptx
PPT JURU GAMBAR JALAN DAN JEMBATAN LV 4.pptx
 
File_Soal_jalan.pptx
File_Soal_jalan.pptxFile_Soal_jalan.pptx
File_Soal_jalan.pptx
 
2007 08-pekerjaan drainase
2007 08-pekerjaan drainase2007 08-pekerjaan drainase
2007 08-pekerjaan drainase
 
File_Soal_17_158_29_1671014012.pptx
File_Soal_17_158_29_1671014012.pptxFile_Soal_17_158_29_1671014012.pptx
File_Soal_17_158_29_1671014012.pptx
 
2006 09-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
2006 09-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan2006 09-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
2006 09-pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
 
2006 08-pekerjaan beton
2006 08-pekerjaan beton2006 08-pekerjaan beton
2006 08-pekerjaan beton
 
EKA JALAN BETON.pptx
EKA JALAN BETON.pptxEKA JALAN BETON.pptx
EKA JALAN BETON.pptx
 
2007 07-pekerjaan tanah(1)
2007 07-pekerjaan tanah(1)2007 07-pekerjaan tanah(1)
2007 07-pekerjaan tanah(1)
 
2006 05-alat berat
2006 05-alat berat2006 05-alat berat
2006 05-alat berat
 
jalanfilesoal17158291676969129ahmadfurqon-230726112604-bd9d68aa.pdf
jalanfilesoal17158291676969129ahmadfurqon-230726112604-bd9d68aa.pdfjalanfilesoal17158291676969129ahmadfurqon-230726112604-bd9d68aa.pdf
jalanfilesoal17158291676969129ahmadfurqon-230726112604-bd9d68aa.pdf
 

More from ahmad fuadi

2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin
2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin
2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalinahmad fuadi
 
2007 09-pekerjaan pekerasan jalan
2007 09-pekerjaan pekerasan jalan2007 09-pekerjaan pekerasan jalan
2007 09-pekerjaan pekerasan jalanahmad fuadi
 
2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalanahmad fuadi
 
2007 05-analisis dan interpretasi hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 05-analisis dan interpretasi hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan2007 05-analisis dan interpretasi hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 05-analisis dan interpretasi hasil penyelidikan tanah untuk badan jalanahmad fuadi
 
2007 04-pengujian mekanika tanah di lapangan dan di laboratorium untuk badan ...
2007 04-pengujian mekanika tanah di lapangan dan di laboratorium untuk badan ...2007 04-pengujian mekanika tanah di lapangan dan di laboratorium untuk badan ...
2007 04-pengujian mekanika tanah di lapangan dan di laboratorium untuk badan ...ahmad fuadi
 
2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalanahmad fuadi
 
2007 02-manajemen
2007 02-manajemen2007 02-manajemen
2007 02-manajemenahmad fuadi
 
2007 02-desk study dan survai pendahuluan
2007 02-desk study dan survai pendahuluan2007 02-desk study dan survai pendahuluan
2007 02-desk study dan survai pendahuluanahmad fuadi
 
2007 01-uujk, smk3
2007 01-uujk, smk32007 01-uujk, smk3
2007 01-uujk, smk3ahmad fuadi
 
2007 01-keselamatan kesehatan kerja
2007 01-keselamatan  kesehatan kerja2007 01-keselamatan  kesehatan kerja
2007 01-keselamatan kesehatan kerjaahmad fuadi
 
2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan
2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan
2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatanahmad fuadi
 
2006 10-pemeliharaan jalan darurat dan pemeliharaan lalu lintas
2006 10-pemeliharaan jalan darurat dan pemeliharaan lalu lintas2006 10-pemeliharaan jalan darurat dan pemeliharaan lalu lintas
2006 10-pemeliharaan jalan darurat dan pemeliharaan lalu lintasahmad fuadi
 
2006 07-pekerjaan tanah
2006 07-pekerjaan tanah2006 07-pekerjaan tanah
2006 07-pekerjaan tanahahmad fuadi
 
2006 03-bahan jembatan
2006 03-bahan jembatan2006 03-bahan jembatan
2006 03-bahan jembatanahmad fuadi
 
2006 02-membaca data geoteknik
2006 02-membaca data geoteknik2006 02-membaca data geoteknik
2006 02-membaca data geoteknikahmad fuadi
 

More from ahmad fuadi (15)

2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin
2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin
2007 12-pemeliharaan jalan darurat dan pengaturan lalin
 
2007 09-pekerjaan pekerasan jalan
2007 09-pekerjaan pekerasan jalan2007 09-pekerjaan pekerasan jalan
2007 09-pekerjaan pekerasan jalan
 
2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 06-laporan hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
 
2007 05-analisis dan interpretasi hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 05-analisis dan interpretasi hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan2007 05-analisis dan interpretasi hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 05-analisis dan interpretasi hasil penyelidikan tanah untuk badan jalan
 
2007 04-pengujian mekanika tanah di lapangan dan di laboratorium untuk badan ...
2007 04-pengujian mekanika tanah di lapangan dan di laboratorium untuk badan ...2007 04-pengujian mekanika tanah di lapangan dan di laboratorium untuk badan ...
2007 04-pengujian mekanika tanah di lapangan dan di laboratorium untuk badan ...
 
2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan
2007 03-perencanaan penyelidikan tanah untuk badan jalan
 
2007 02-manajemen
2007 02-manajemen2007 02-manajemen
2007 02-manajemen
 
2007 02-desk study dan survai pendahuluan
2007 02-desk study dan survai pendahuluan2007 02-desk study dan survai pendahuluan
2007 02-desk study dan survai pendahuluan
 
2007 01-uujk, smk3
2007 01-uujk, smk32007 01-uujk, smk3
2007 01-uujk, smk3
 
2007 01-keselamatan kesehatan kerja
2007 01-keselamatan  kesehatan kerja2007 01-keselamatan  kesehatan kerja
2007 01-keselamatan kesehatan kerja
 
2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan
2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan
2006 11-metode kerja pelaksanaan jembatan
 
2006 10-pemeliharaan jalan darurat dan pemeliharaan lalu lintas
2006 10-pemeliharaan jalan darurat dan pemeliharaan lalu lintas2006 10-pemeliharaan jalan darurat dan pemeliharaan lalu lintas
2006 10-pemeliharaan jalan darurat dan pemeliharaan lalu lintas
 
2006 07-pekerjaan tanah
2006 07-pekerjaan tanah2006 07-pekerjaan tanah
2006 07-pekerjaan tanah
 
2006 03-bahan jembatan
2006 03-bahan jembatan2006 03-bahan jembatan
2006 03-bahan jembatan
 
2006 02-membaca data geoteknik
2006 02-membaca data geoteknik2006 02-membaca data geoteknik
2006 02-membaca data geoteknik
 

2007 04-gambar teknik

  • 1. SIR – 04 = GAMBAR TEKNIK PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) 2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
  • 2. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -i- KATA PENGANTAR Modul ini berisi bahasan tentang Membaca Gambar pekerjaan jalan dan jembatan mencakup gambar rencana, gambar kerja (shop drawing) maupun gambar hasil pelaksanaan (as built drawing). Gambar rencana adalah gambar yang dibuat untuk mempersiapkan suatu proyek sampai dengan tahap pelelangan. Gambar ini belum merupakan gambar lengkap karena hanya terdiri dari gambar yang pokok-pokok saja, misalnya gambar denah dilengkapi dengan gambar konstruksi dan gambar pelengkap lainnya untuk keperluan pelelangan. Gambar kerja (shop drawing) adalah gambar rencana yang dilengkapi dengan gambar-gambar detail dan gambar tambahan agar pelaksanaan pembangunannya sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam dokumen tender. Gambar kerja tersebut harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan terlebih dahulu sebelum digunakan di lapangan. Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing) adalah perubahan gambar yang terjadi apabila terdapat perbedaan dalam pelaksanaan yang disebabkan oleh koreksi di lapangan dan telah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan, dan merupakan gambar akhir yang harus diserahkan kepada Pemilik Pekerjaan untuk kepentingan operasi dan perawatan dan dokumentasi proyek. As-built drawing kadang-kadang disebut juga record drawing. Dengan memahami kodefikasi dan standar gambar untuk pekerjaan jalan dan jembatan di maksud di atas, diharapkan hasil kerja juru ukur kuantitas dapat memenuhi standar yang dipersyaratkan dalam jabatan ini. Diharapkan modul ini bermanfaat bagi para pembaca terutama dalam meningkatkan kemampuan pengawasan pekerjaan jalan.
  • 3. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -ii-
  • 4. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -iii- LEMBAR TUJUAN JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Roads) MODEL PELATIHAN : Lokakarya terstruktur TUJUAN UMUM PELATIHAN : Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu melaksanakan pengawasan dan pelaporan pekerjaan konstruksi jalan untuk memastikan kesesuaian dengan rencana, metode kerja dan dokumen kontrak. TUJUAN KHUSUS PELATIHAN : Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu: 1. Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2. Melaksanakan Manajemen 3. Mengenal Bahan Jalan 4. Membuat Gambar Teknik 5. Mengenal Alat Berat 6. Melaksanakan Pengukuran dan pematokan 7. Melaksanakan Pekerjaan Tanah 8. Melaksanakan Pekerjaan Drainase 9. Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Jalan 10. Melaksanakan Pekerjaan Beton 11. Melaksanakan Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan 12. Melaksanakan Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas 13. Melaksanakan Metode Kerja 14. Menyusun Pelaporan
  • 5. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -iv- NOMOR DAN JUDUL MODUL : SIR - 04 GAMBAR TEKNIK TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu mengimplementasikan gambar rencana pekerjaan jalan dan jembatan menjadi gambar kerja (shop drawing) dan selanjutnya dalam proses pelaksanaan di lapangan, sesuai dengan kondisi lapangan menjadi gambar hasil pelaksanaan(as-built drawing). TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Pada akhir pelatihan peserta mampu : 1. Menjelaskan kodefikasi dan normalisasi gambar. 2. Menjelaskan gambar rencana dan gambar kerja. 3. Menjelaskan sistematika gambar dan kelengkapan gambar.
  • 6. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -v- DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR i LEMBAR TUJUAN ii DAFTAR ISI iii DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (Site Inspector of Road) vi DAFTAR MODUL vii PANDUAN INSTRUKTUR viii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum 1.2. Fungsi Gambar 1.3. Gambar Sebagai Bahasa Teknik 1.4. Jenis Gambar Konstruksi I – 1 I – 1 I – 2 I – 2 I – 3 BAB II PENYAJIAN GAMBAR 2.1. Ukuran Kertas Gambar 2.2. Garis Batas Atau Garis Tepi 2.3. Kepala Gambar 2.4. Skala Gambar II – 1 II – 1 II – 1 II – 2 II – 3 BAB III KODEFIKASI DAN SIMBOL GAMBAR 3.1. Garis 3.2. Huruf Dan Angka 3.3. Gambar Jalan 3.4. Gambar Beton Bertulang 3 III – 1 III – 1 III – 2 III – 3 III – 3 BAB IV GAMBAR TEKNIK JALAN DAN DESAIN 4.1. Desain Geometrik 4.2. Desain Perkerasan Jalan Kabupaten 4.3. Desain Perkerasan Jalan Arteri IV – 1 IV – 1 IV – 7 IV – 9
  • 7. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -vi- 4.4. Desain Jembatan IV – 12 BAB V KELENGKAPAN GAMBAR 5.1. Umum 5.2. Halaman Sampul 5.3. Daftar Gambar 5.4. Daftar Singkatan Dan Simbol 5.5. Gambar Situasi 5.6. Denah Perencanaan Jalan (Plan) 5.7. Potongan Memanjang (Profile) 5.8. Potongan Melintang Jalan (Cross Section) 5.9. Denah Perencanaan Drainase 5.10.Potongan Memanjang Saluran. 5.11.Gambar Detail 5.12.Gambar Perencanaan Traffic Engineering 5.13.Gambar Standar V – 1 V – 1 V – 1 V – 1 V – 2 V – 2 V – 2 V – 2 V – 3 V – 3 V – 3 V – 3 V – 4 V – 4 BAB VI SISTEMATIKA DAN CONTOH GAMBAR 6.1. Sistematika Gambar 6.2. Contoh Gambar VI – 1 VI – 1 VI – 2 RANGKUMAN LAMPIRAN Contoh Gambar-gambar Proyek DAFTAR PUSTAKA HAND OUT
  • 8. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -vii- DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (Site Inspector of Road) 1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road) dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road) unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan. 2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut. 3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road).
  • 9. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -viii- DAFTAR MODUL Jabatan Kerja : Site Inspector of Roads (SIR) Nomor Modul Kode Judul Modul 1 SIR – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2 SIR – 02 Manajemen 3 SIR – 03 Bahan Jalan 4 SIR – 04 Gambar Teknik 5 SIR – 05 Alat Berat 6 SIR – 06 Pengukuran dan Pematokan 7 SIR – 07 Pekerjaan Tanah 8 SIR – 08 Pekerjaan Drainase 9 SIR – 09 Pekerjaan Perkerasan Jalan 10 SIR – 10 Pekerjaan Beton 11 SIR – 11 Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan 12 SIR – 12 Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas 13 SIR – 13 Metode Kerja 14 SIR – 14 Teknik Pelaporan
  • 10. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -ix- PANDUAN INSTRUKTUR A. BATASAN NAMA PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Roads ) KODE MODUL : SIR-04 JUDUL MODUL : GAMBAR TEKNIK DESKRIPSI : Modul ini membahas mengenai kodefikasi dan normalisasi gambar, gambar rencana dan gambar kerja, menjelaskan sistematika gambar dan kelengkapan gambar untuk pelatihan Inspektur Lapangan Pekerjaan Jalan. TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya. WAKTU PEMBELAJARAN : 2 (Dua) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)
  • 11. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -x- B. RENCANA PEMBELAJARAN KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG 1. Ceramah : Pembukaan, Bab I Pendahuluan Menjelaskan dan menguraikan tentang : • Tujuan instruksional umum(TIU) dan Tujuan instruksional khusus (TIK) • Pendahuluan • Fungsi gambar • Gambar sebagai bahasa teknik • Jenis gambar konstruksi Waktu :10 menit Mengikuti penjelasan TIU dan TIK dengan tekun dan aktif Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas. OHT 2. Ceramah : Bab II Penyajian Gambar Menjelaskan dan menguraikan tentang: • Ukuran kertas gambar • Garis batas atau garis tepi • Kepala gambar • Skala gambar Waktu : 15 menit Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT 3. Ceramah : Bab III Kodefikasi dan Simbol Gambar Menjelaskan dan menguraikan tentang : • Garis • Huruf Dan Angka • Gambar Jalan • Gambar Beton Bertulang Waktu : 15 menit Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT 4. Ceramah : Bab IV Gambar Teknik Jalan dan Desain Menjelaskan dan menguraikan tentang: • Desain Geometrik • Desain Perkerasan Jalan Kabupaten • Desain Perkerasan Jalan Arteri • Desain Jembatan Waktu : 20 menit Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT 5. Ceramah : Bab V Kelengkapan Gambar Menjelaskan dan menguraikan tentang: • Umum • Halaman sampul • Daftar gambar • Daftar singkatan dan symbol • Gambar situasi Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT
  • 12. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -xi- KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG • Denah perencanaan jalan (plan) • Potongan memanjang (profile) • Potongan melintang jalan (cross section) • Denah perencanaan drainase • Potongan memanjang saluran • Gambar detail • Gambar perencanaan traffic engineering • Gambar standard Waktu : 20 menit 6. Ceramah : Bab VI Sistematika dan Contoh Gambar Menjelaskan dan menguraikan tentang: • Sistematika gambar • Contoh gambar Waktu : 10 menit Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT
  • 13. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab I : Pendahuluan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-1 BBAABB II PPEENNDDAAHHUULLUUAANN 1.1. UMUM Untuk menciptakan sebuah proyek, kita harus membuat sketsa atau gambar berskala kecil yang memberi memberi gambaran tentang bentuk bangunan keseluruhan, situasi, dan kemungkinan-kemungkinan perencanaan. Setelah sketsa pemikiran pertama dari proyek tersebut dikaji secara mendalam, termasuk garis besar biaya yang diperlukan dan manfaatnya, maka dibuatlah pra-rencana yang terdiri dari gambar / sketsa yang lebih detail dalam skala kecil dari bagian-bagian bangunan proyek. Dari gambar tersebut dibuatlah anggaran biaya secara lebih teliti. Setelah dipelajari lebih mendalam dan dipandang feasible untuk diteruskan rencana proyek tersebut, maka dibuatlah rencana pelaksanaannya. Tahap selanjutnya adalah membuat gambar-gambar (bestek) berdasarkan pra-rencana dan gambar detail yang lebih teliti dengan skala yang lebih besar. Kemudian dikaji lagi untuk mencari kemungkinan-kemungkinan yang lebih menguntungkan dan lebih ekonomis. Setelah ini semua mantap, maka dibuatlah gambar yang lebih lengkap. Gambar detail dibuat dengan skala yang cukup besar, supaya ada gambaran yang jelas tentang seluruh pekerjaan yang diperlukan lengkap dengan biaya-biayanya. Dari uraian diatas maka jelas bahwa dalam bidang pembangunan konstruksi sangat diperlukan pengetahuan tentang gambar-gambar konstruksi. Pengetahuan tentang gambar konstruksi sudah cukup jika : a. Mengenal kodefikasi dan normalisasi gambar, misalnya : • Gambar pasangan batu • Gambar pekerjaan beton • Garis-garis yang kelihatan • Garis-garis yang tak kelihatan b. Dapat mengerti / membaca dan menerjemahkan gambar, misalnya gambar bestek, gambar konstruksi / detail, dsb. c. Dapat mengenal pengetahuan konstruksi. 1.2. FUNGSI GAMBAR Gambar secara garis besar mempunyai 2 fungsi, yaitu : • Sebagai alat untuk menyampaikan informasi. • Untuk menyimpan data atau sebagai arsip.
  • 14. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab I : Pendahuluan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-2 1. Alat penyampaian informasi Sebagai contoh ada satu bundel gambar perencanaan jalan yang dibuat oleh seorang perencana. Dalam gambar tersebut seorang perencana menyampaikan ide pikirannya melalui gambar dan selanjutnya informasi tersebut diterima oleh orang lain misalnya kontraktor untuk dilaksanakan. Setelah proyek tersebut selesai dibangun ternyata hasilnya sama seperti yang diinginkan oleh perencananya. Ini suatu bukti bahwa melalui gambar tersebut terjadilah transformasi informasi secara tepat dan benar. 2. Alat menyimpan data Gambar merupakan data teknis yang paling ampuh untuk mengarsipkan data. Informasi tentang suatu proyek atau konstruksi yang telah dibuat beberapa tahun yang silam dapat dilihat kembali dan diperoleh keterangannya melalui sebuah gambar yang diarsipkan. Sebagai contoh suatu jembatan beton bertulang setelah jembatan tersebut jadi, tidak dapat diketahui berapa jumlah penulangan baja yang digunakan untuk memperkuat jembatan beton bertulang tersebut. Tetapi 50 tahun kemudian, dengan pengarsipan gambar yang baik maka penulangan jembatan tersebut masih dapat diketahui sehingga kekuatan jembatan dapat dihitung ulang untuk menahan perkembangan beban kendaraan yang melewatinya. Sekarang gambar-gambar dapat disimpang dengan menggunakan micro-film, dimana penyimpanannya lebih menghemat tempat dan lebih tahan lama. 1.3. GAMBAR SEBAGAI BAHASA TEKNIK Gambar adalah bahasa yang dipakai oleh orang teknik, seperti Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Arsitektur dan lain-lain. Oleh karena itu gambar dapat disebut sebagai bahasa teknik. Dengan gambarr, orang-orang teknik menggunakan / melengkapi komunikasinya, yang mana sangat sulit bahkan tidak mungkin apabila diceritakan dengan bahasa lisan ataupun tulis. Sebagai alat komunikasi, suatu gambar dapat untuk menyampaikan ide / gagasan yang ada dipikiran seseorang untuk disampaikan kepada orang lain. Penerusan informasi adalah sebagai fungsi yang penting untuk suatu gambar, oleh karena itu diharapkan gambar dapat meneruskan keterangan secara tepat dan obyektive. Sebuah gambar memerlukan kelengkapan keterangan-keterangan. Karena gambar juga merupakan bahasa lambang yang mana perlu kesepakatan dalam mengartikan lambang- lambang yang dipakai untuk kelengkapan gambar.
  • 15. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab I : Pendahuluan Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-3 1.4. JENIS GAMBAR KONSTRUKSI Dalam pekerjaan konstruksi dikenal jenis-jenis gambar, yaitu : • Gambar rencana • Gambar kerja (shop drawing) • Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing) Termasuk didalamnya terdapat gambar detail. Gambar detail yaitu suatu gambar dengan skala besar untuk menggambarkan lebih jelas tentang hal-hal yang perlu dijelaskan lebih rinci, biasanya dilengkapi dengan beberapa gambar potongan dan gambar tampak. Gambar desain adalah gambar yang dibuat untuk mempersiapkan suatu proyek sampai dengan tahap pelelangan. Gambar desain juga disebut gambar perencanaan. Adapula gambar desain yang disebut gambar prarencana. Gambar ini belum merupakan gambar lengkap karena hanya terdiri dari gambar yang pokok-pokok saja, misalnya gambar denah. Biasanya gambar prarencana diperlukan hanya untuk kebutuhan negosiasi atau konsultasi. Setelah rencana proyek tersebut disepakati / disetujui oleh Pengguna Jasa dan pihak-pihak yang terkait, maka dibuatlah gambar rencana yang dilengkapi dengan gambar konstruksi dan gambar pelengkap lainnya untuk keperluan tender atau pelelangan. Gambar kerja (shop drawing) adalah gambar rencana yang dilengkapi dengan gambar- gambar detail dan gambar tambahan agar pelaksanaan pembangunannya sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam dokumen tender. Gambar kerja harus mendapat persetujuan Pengawas / Direksi Pekerjaan terlebih dahulu tentang persyaratan yang harus dipenuhi sesuai spesifikasi. Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing) adalah perubahan gambar yang terjadi apabila terdapat perbedaan dalam pelaksanaan yang disebabkan oleh koreksi di lapangan dan telah mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa, dan merupakan gambar akhir yang harus diserahkan kepada Pemilik / Pengguna Jasa untuk kepentingan operasi dan perawatan dan dokumentasi proyek. As-built drawing kadang-kadang disebut juga record drawing.
  • 16. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab II : Penyajian Gambar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-1 BBAABB IIII PPEENNYYAAJJIIAANN GGAAMMBBAARR 2.1. UKURAN KERTAS GAMBAR Gambar disajikan dalam kertas dengan ukuran yang berbeda-beda. Ukuran kertas gambar mempunyai standard ukuran tertentu. Ukuran yang paling banyak digunakan adalah dengan menggunakan seri A yang diikuti huruf mulai dari 0 sampai 4. Ukuran standard yaitu A0 mempunyai luas 1 m2 , dengan perbandingan ukuran panjang kertas terhadap lebar kertas adalah √2 : 1. Ukuran-ukuran berikutnya diperoleh dengan membagi 2 ukuran yang mendahuluinya. Misalnya A1 mempunyai ukuran setengah A0, ukuran A2 mempunyai ukuran setengah A1, ukuran A3 mempunyai ukuran setengah A2, ukuran A4 mempunyai ukuran setengah A3. Ukuran kertas gambar dapat dilihat seperti pada Tabel 2.1. berikut. Tabel 2.1. : Ukuran Kertas. Lambang Panjang (mm) Lebar (mm) A0 1.189 841 A1 841 594 A2 594 420 A3 420 297 A4 297 210 2.2. GARIS BATAS ATAU GARIS TEPI Kertas gambar harus diberi garis batas pada tepinya. Jarak garis batas / tepi pada kertas gambar sekurang-kurangnya mempunyai lebar 20 mm untuk kertas ukuran A0 dan A1. Sedangkan untuk ukuran kertas A2, A3 dan A4 biasanya diambil sekurang-kurangnya 10 mm. Untuk keperluan pengarsipan bagian tepi kertas sebelah kiri diberi lubang untuk menjepit kertas-kertas gambar tersebut dalam suatu bundel arsip. Demikian juga bila sekelompok kertas gambar harus dijilid, maka bagian kiri kertas gambar perlu disiapkan tempat untuk menjilid bundel kertas gambar tersebut. Oleh karena itu pada bagian kiri kertas gambar biasanya jarak garis tepinya lebih lebar dari sisi yang lain, misalnya diambil
  • 17. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab II : Penyajian Gambar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-2 30 sampai 40 mm, seperti tampak pada gambar dibawah ini. Sedangkan garis tepi ini biasanya dipakai ketebalan garis minimum 0,5 mm. 2.3. KEPALA GAMBAR Kepala gambar harus dibubuhkan pada lembar kertas gambar. Pada ruang kepala gambar tercantum hal-hal penting antara lain sebagai berikut : • Nomor gambar • Judul gambar • Nama perusahaan • Tanda-tangan petugas yang bertanggung-jawab • Keterangan gambar, seperti skala gambar • Tempat untuk menulis catatan penting, dll. Letak kepala gambar yang baku adalah disebelah kanan bawah. Namun untuk kepentingan tertentu maka kepala gambar dapat diperpanjang kekiri atau keatas sehingga sering terjadi kepala gambar terletak pada sisi bawah gambar sepanjang ukuran kertas gambar atau pada sisi kanan kertas gambar selebar ukuran kertas gambar, ada pula pada sisi atas gambar sepanjang ukuran kertas gambar. Bentuk / format kepala gambar bisa berbeda, sesuai dengan yang ditentukan oleh Pengguna Jasa. Contoh bentuk kepala gambar dan letaknya dapat dilihat seperti Gambar 2.3. Garis tepi
  • 18. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab II : Penyajian Gambar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-3 PROYEK PENINGKATAN JALAN ARJUNA DKI JAKARTA CATATAN DENAH JALAN No. 2/8 NAMA TANDA-TANGAN DIGAMBAR DIPERIKSA DISETUJUI Skala 1 : 100 Gambar 2.3. : Contoh Kepala Gambar Dan Letaknya. 2.4. SKALA GAMBAR Untuk ilmu bangunan, dapat digunakan gambar dengan skala : • 1 : 5 • 1 : 10 • 1 : 20 • 1 : 50 • 1 : 100 Kepala gambar
  • 19. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab II : Penyajian Gambar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-4 • 1 : 200 • 1 : 500 • 1 : 1.000 Untuk pembuatan peta, skala gambar yang digunakan adalah 1 : 500 dan seterusnya hingga 1 : 50.000 Sedangkan penggunaan skala untuk masing-masing jenis dan fungsi gambar adalah : • Gambar situasi menggunakan skala 1 : 500, 1 : 1.000 • Gambar konstruksi menggunakan skala 1 : 200, 1 : 100, 1 : 50 • Gambar detail menggunakan skala 1 : 20, 1 : 10, 1 : 5
  • 20. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab III : Kodefikasi dan Simbol Gambar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-1 BBAABB IIIIII KKOODDEEFFIIKKAASSII DDAANN SSIIMMBBOOLL GGAAMMBBAARR 3.1. GARIS Dalam gambar dipergunakan bermacam jenis garis baik bentuknya maupun ukurannya. Karena gambar adalah alat untuk komunikasi maka penggunaan garis tersebut harus sesuai dengan maksud dan tujuannya. Jenis-jenis garis yang dipergunakan untuk gambar teknik sipil biasanya terdiri dari 3 jenis, yaitu : • Garis nyata atau garis penuh • Garis putus-putus • Garis putus titik Jenis garis yang lain misalnya : • Garis titik-titik • Garis putus dengan dua titik Garis-garis tersebut di atas menurut tebalnya, dibagi menjadi 3 jenis garis, yaitu : • Garis tebal • Garis sedang • Garis tipis Perbandingan ketebalan garis tersebut diatas lebih kurang adalah 1 : 0,7 : 0,5. Perbandingan tersebut tidak terlalu mengikat karena ketebalan garis sebenarnya juga tergantung dari besarnya gambar. Penggunaan garis untuk gambar teknik sipil biasanya sebagai berikut : • Garis tebal biasanya digunakan untuk garis tepi, garis kepala gambar. Selain itu garis tebal juga digunakan untuk membuat garis benda. Tetapi garis benda biasanya dibuat dengan ukuran sedang. • Garis tipis dipakai untuk keperluan garis pembantu atau garis ukuran, garis penunjuk dan garis arsir. • Garis putus-putus biasanya digunakan untuk membuat garis benda yang mana dari arah kita memandang garis tersebut sebenarnya tidak terlihat. • Garis putus-titik biasanya digunakan untuk menggambar garis sumbu (garis simetri), garis potong bidang benda, garis pada benda yang berada dibelakang kita. Bisa saja garis putus maupun garis putus-titik dipakai untuk keperluan lain, tetapi harus diberi keterangan.
  • 21. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab III : Kodefikasi dan Simbol Gambar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-2 3.2. HURUF DAN ANGKA Huruf biasanya digunakan untuk keperluan menulis keterangan, catatan, judul dan sebagainya. Sedangkan angka biasanya digunakan untuk penomoran, menulis ukuran, peng-kode-an dan lain-lain. Huruf maupun angka tidak boleh menimbulkan keragu- raguan bagi yang membaca. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan dalam membuat huruf maupun angka, ialah : • Dapat terbaca dengan jelas • Bentuknya seragam, konsisten Berikut diberikan contoh standard membuat huruf dan angka yang dipakai oleh ISO 3098/1-1974 dan JIS seperti pada Gambar 3.2.1. dan Gambar 3.2.2. Ukuran huruf secara umum dapat diambil perbandingan tinggi huruf terhadap lebarnya adalah 3 : 2 ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ abcdefghijklmnopqrstuvwxyz [(!?.,”-=+x√%&)]Ø 0123456789IVX 10 mm 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 8 mm 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 6,3 mm A B C D E F G H I J 5 mm K L M N O P Q R S T 4 mm U V W X Y Z 3,2 mm a b c d e f g h i j 2,5 mm k l m n o p q r s t 2 mm u v w x y z Gambar 3.2.1.: Bentuk Huruf Sesuai Standar ISO Gambar 3.2.2. : Bentuk Huruf Sesuai Standar JIS
  • 22. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab III : Kodefikasi dan Simbol Gambar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-3 3.3. GAMBAR JALAN Dalam menggambar denah badan jalan harus ditetapkan dulu letak dan arah badan jalan secara tepat dan benar. Untuk mengetahui letak yang benar perlu ada pedoman titik-titik koordinat. Masing-masing wilayah atau kota biasanya sudah ada titik tertentu sebagai sumbu koordinatnya dimana sumbu X dan Y dari koordinat tersebut menunjukkan arah Utara dan Selatan. Oleh karena itu agar arah sumbu jalan dapat digambar dengan benar, perlu ditetapkan arah mata angin pada gambar tersebut. Simbol mata angin menunjukkan arah Utara (North) dengan tanda panah seperti contoh gambar dibawah ini dan biasanya diikuti dengan ukuran skala yang dipakai pada gambar tersebut. 0 5 10 km Gambar 3.3.1. : Simbol Mata Angin Simbol-simbol yang sering dipakai biasanya dikumpulkan dalam satu daftar yang biasa disebut Legenda (Legend) seperti contoh pada Lampiran. 3.4. GAMBAR BETON BERTULANG • Ukuran ketebalan plat beton dengan simbol t = thickness = tebal. Contoh : t = 20 cm. • Untuk balok, lebar disebut lebih dahulu dari pada tinggi, misalnya 25 x 60. Tinggi balok adalah jarak antara tepi bawah balok dan tepi atas lantai. Bila balok terletak diatas lantai, maka tingginya diukur dari tepi bawah balok sampai tepi atas balok. • Ukuran tinggi dipakai simbol H atau h = high = tinggi. Contoh : h = 40 cm. • Ukuran diameter = d atau D atau Ø. Contoh : d = 8 mm, D = 40 cm. • Ukuran diameter dan jumlah penulangan pada beton. Misalnya 4 Ø 20 artinya dipakai tulangan baja d = 20 mm jumlahnya 4 buah. • Ukuran diameter dan jarak tulangan. Misalnya Ø 8 – 20 artinya pelat beton tersebut menggunakan tulangan baja dengan diameter 8 mm dipasang pada jarak 20 cm. • Kemiringan digunakan simbol I yang artinya inclination. Contoh : I = 1 % = 1 : 100 U
  • 23. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab III : Kodefikasi dan Simbol Gambar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-4 Gambar beton biasanya dibuat dalam skala 1 : 20, kecuali bila perlu lebih jelas dipakai skala lebih besar. Penampang biasanya ditengah-tengah antara 2 tumpuan dan ditepi balok dekat tumpuan. Gambar-gambar tulangan dan jarak antara tulangan harus jelas. Jika letak batang tak jelas, maka tempatkanlah di tempat batang itu suatu segitiga, dengan puncaknya menunjuk ke sebelah dalam pelat, misalnya : Tulangan bawah : Letak batang pada tulangan bersilangan adalah : Lapis terbawah, penulangan atas atau bawah : Lapis teratas, penulangan bawah atau atas : Pada Lampiran diberikan contoh-contoh gambar pekerjaan beton bertulang.
  • 24. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-1 BBAABB IIVV GGAAMMBBAARR TTEEKKNNIIKK JJAALLAANN DDAANN DDEESSAAIINN 4.1. DESAIN GEOMETRIK 4.1.1. DESAIN PARAMETER Desain geometrik dari sebuah jalan tergantung dari beberapa faktor, misalnya volume lalu-lintas, muatan gandar, desain kecepatan dan kondisi lokasi atau daerah. Kondisi daerah dapat digolongkan pada 3 kategori : Kategori daerah Kemiringan Datar < 10 % Berbukit-bukit 10 – 25 % Bergunung- gunung > 25 % Konstruksi jalan kabupaten didasarkan pada perkiraan dari rata-rata volume lalu-lintas tiap hari selama 5 tahun yang akan datang. Bab ini antara lain akan menjelaskan penggunaan data volume lalu-lintas untuk menentukan ketebalan, yaitu pada sub-bab Desain Perkerasan. 4.1.2. ALINYEMEN HORIZONTAL DAN SUPER-ELEVASI Perubahan besar pada alinyemen horizontal dan vertikal sejauh mungkin harus dihindari. Perubahan besar hanya dilakukan apabila benar-benar diperlukan dan keadaan medan / lokasi mengijinkan terutama ditinjau dari segi biaya. Jika kendaraan melintasi suatu lengkung bundar, akan mengakibatkan suatu gaya sentrifugal yang mana harus cukup untuk dapat dilalui pada jalan tikungan. Untuk menentukan jari-jari dan kecepatan, suatu usaha harus dibuat untuk menjaga agar kendaraan tetap pada jalurnya. Dalam desain jalan, usaha ini diberikan oleh gesekan tepi antara roda dan perkerasan dibantu dengan super-elevasi. Untuk nilai kecil dari super-elevasi dan gesekan samping, rumus berikut dapat dipakai :
  • 25. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-2 R.g v fe  atau R127 V2 di mana : e = Super-elevasi perkerasan (tangen dari pada sebuah sudut), yang diambil adalah nilai positifnya apabila perkerasan jatuh pada pusat tikungan. f = Koefisien gesekan antara roda kendaraan dengan perkerasan jalan. Ini diambil dari nilai positif, apabila tenaga gesekan pada kendaraan menuju ke pusat tikungan. g = Gravitasi bumi = 9,8 m/det2 v = Kecepatan kendaraan (m/det) V = Kecepatan kendaraan (km/jam) R = Jari-jari lengkung (m) Jari-jari lengkung minimum (R) dan super-elevasi (e) untuk bermacam-macam desain kecepatan V (km/jam) seperti pada Tabel 4.1.2.1. Jari-jari minimum tanpa super-elevasi diberikan pada Tabel 4.1.2.2. Tabel 4.1.2.1. : Jari-Jari Minimum (M) – Super-Elevasi (%). Jari-jari Kecepatan rencana 30 40 50 60 70 80 Kemiringan nominal (e) 3 5 6 3 5 6 3 5 3 5 3 5 3 > 300 x x x x x x x x x x x x x 275 – 300 x x x x x x x x x x x x x 250 – 275 x x x x x x x x x x x x 3,0 225 – 250 x x x x x x x x x x x 5,0 3,0 200 – 225 x x x x x x x x x 5,0 3,0 5,0 3,0 175 – 200 x x x x x x x x 3,0 5,0 3,0 5,0 5,0 150 – 175 x x x x x x x 5,0 3,0 5,0 4,5 5,0 6,6 135 – 150 x x x x x 6,0 3,0 5,0 3,5 5,0 6,0 6,0 8,5 120 – 135 x x x x 5,0 6,0 3,0 5,0 4,7 5,0 7,5 7,5 10 110 – 120 x x x x 5,0 6,0 3,0 5,0 5,8 5,0 8,8 8,8 10
  • 26. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-3 Jari-jari Kecepatan rencana 30 40 50 60 70 80 Kemiringan nominal (e) 3 5 6 3 5 6 3 5 3 5 3 5 3 100 – 110 x x 6,0 3,0 5,0 6,0 3,0 5,0 7,0 5,0 10 10 10 90 – 100 x 5,0 6,0 3,0 5,0 6,0 4,8 5,0 8,2 8,2 10 10 10 80 – 90 x 5,0 6,0 3,0 5,0 6,0 6,2 6,2 10 10 10 10 10 70 – 80 3,0 5,0 6,0 3,6 5,0 6,0 8,0 8,0 10 10 10 10 60 – 70 3,0 5,0 6,0 5,2 5,0 10 10 10 10 10 10 10 50 – 60 3,0 5,0 6,0 7,5 7,5 10 10 10 10 10 10 10 45 – 50 3,6 5,0 6,0 9,3 9,3 10 10 10 10 10 10 10 40 – 45 4,8 5,0 6,0 10 10 10 10 10 10 10 35 – 40 6,2 6,2 6,2 10 10 10 10 10 30 – 35 8,5 8,5 8,5 10 10 10 25 – 30 10 10 10 Tabel 4.1.2.2. : Jari-Jari Minimum Super-Elevasi. Kecepatan rencana Jari-jari minimum (km/jam) Punca k 3 % 5 % 6 % 80 260 (290) (300) 70 220 250 (270) 60 185 210 (230) 50 150 175 (190) 40 110 135 150 30 75 95 110 4.1.3. ALINYEMEN VERTIKAL
  • 27. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-4 Alinyemen vertikal sangat berpengaruh pada biaya konstruksi jalan. Maka, kemiringan yang memanjang harus diperhitungkan secara lebih berhati-hati, mengingat kondisi daerah untuk dapat mencapai desain jalan yang sempurna yang juga mempunyai sifat- sifat keindahan. a. Gradien (tanjakan) Maximum desain tanjakan untuk jalan-jalan kabupaten dapat dilihat pada Tabel 4.1.3.a. Tabel 4.1.3.a. : Standar Perencanaan Untuk Jalan Kabupaten. Klasifikasi jalan Kelas III A Kelas III B Kelas III C Type perkerasan Aspal (Lapen, Lasbutag) Aspal (Lasbutag, Burda) Kerikil / Waterbound macadam dg seal coat (Burda, Buras, Latasbum) Kerikil / Japat with seal coat (Burtu, Buras, Latasbum) Volume lalu-lintas harian rata- rata (kendaraan roda 4) 3.000 – 500 500 – 200 300 – 50 < 50 Daerah dtr bkt gng dtr bkt gng dtr bkt gng dtr bkt gng Jumlah jalur 2 2 2 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1 1 1 Kecepatan disarankan 70 60 40 70 40 30 60 40 30 50 30 riz rencana (km/jam) minimum 30 30 30 30 30 riz 30 30 riz 30 Landai disarankan 4 5 8 4 6 8 4 7 8 5 8 12 (%) maximum 7 8 10 7 8 10 7 9 12 7 12 16 Lebar bahu jalan disarankan 2,0 1,5 1,0 1,5 1,5 1,0 1,5 1,0 1,0 1,0 1,0 0,7 5 (m) minimum 1,5 1,0 0,7 5 1,0 1,0 0,7 5 1,0 0,75 0,75 0,7 5 0,7 5 0,7 5 Lebar perkerasan disarankan 10, 0 9,0 9,0 8,0 7,5 6,5 7,5 6,5 6,5 5,5 5,5 5,5 jalan (m) minimum 7,5 6,5 6,0 5,5 5,5 5,0 5,5 5,0 4,5 4,5 4,0 4,0 Total lebar jalan disarankan 16 12 12 12 (m) minimum 12 10 10 8 Kemiringan disarankan 3 4 5 6 maximum (%) maximum 4 5 6 7 Riz = Realizable (dapat dicapai) Apabila mendesain sebuah tanjakan, perhatian harus ditujukan pada panjangnya (panjang kemiringan kritis), dimana masih dapat menghasilkan kecepatan tetap tanpa menghambat arus lalu-lintas. Tabel di bawah ini menunjukkan panjang kritis yang dapat dipergunakan pada kemiringan tertentu.
  • 28. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-5 Landai (%) 3 4 5 6 7 8 10 12 Panjang (m) 480 330 250 200 170 150 135 120 b. Lengkung vertikal Potongan memanjang jalan terdiri dari jalan lurus (landai) yang dihubungkan oleh lengkungan. Lengkungan-lengkungan dapat diketahui sebagai lengkung vertikal dan usulannya yang terdiri dari 2 maksud, yaitu : • Melancarkan jalan lintasan kendaraan dari tanjakan yang satu dan yang lainnya. • Meningkatkan jarak pandang di seberang persimpangan pada tanjakan. Lengkung vertikal cembung dapat diketahui dari puncaknya atau bagian atas dan lengkung vertikal cekung adalah sebaliknya. Biasanya spesifikasi jarak pandang ditetapkan dari panjang puncak lengkung vertikal. Pada salah satunya diperlukan kenyamanan perjalanan atau tidak perlu panjang minimum jarak pandang yang pasti, dimana ada kelebihan batasan sampai garis pandang. Lengkung vertikal biasanya berbentuk parabola. Selain itu, lengkung vertikal bisa berbentuk bundar. Tabel 4.1.3.b. dan 4.1.3.c. menggunakan data vertikal bundar. Panjang puncak lengkung vertikal untuk memberikan jarak pandang diberikan rumus seperti tersebut dibawah ini :  21 h.Vh.V A 200 D2L 
  • 29. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-6 Tabel 4.1.3.b. : Panjang Lengkung Vertikal Cembung (M) Untuk Jalan 2 Jalur Berdasarkan Jarak Pandangan Menyiap (Henti). Landai Kecepatan rencana ( V = km/jam ) V = 80 V = 60 V = 50 V = 40 V = 30 0 – 1 52 47 30 23 20 1 – 2 300 47 30 23 20 2 – 3 650 300 50 23 20 3 – 4 900 430 160 23 20 4 – 5 > 1.000 550 225 50 20 5 – 6 > 1.000 650 275 85 20 6 – 7 > 1.000 790 325 120 20 7 – 8 > 1.000 900 380 145 25 8 – 9 > 1.000 > 1.000 440 160 40 9 – 10 > 1.000 > 1.000 500 170 55 10 – 11 > 1.000 > 1.000 540 200 60 11 – 12 > 1.000 > 1.000 575 220 75 12 – 13 > 1.000 > 1.000 600 230 90 13 – 14 > 1.000 > 1.000 750 260 100 Tabel 4.1.3.c. : Panjang Lengkung Vertikal Cekung (M). Landai Kecepatan rencana ( V = km/jam ) V = 80 V = 60 V = 50 V = 40 V = 30 0 – 1 45 35 30 23 18 1 – 2 45 35 30 23 18 2 – 3 46 35 30 23 18 3 – 4 53 35 30 23 18 4 – 5 102 60 37 23 18 5 – 6 133 78 48 23 18 6 – 7 155 93 58 35 18 7 – 8 180 110 68 42 25 8 – 9 205 125 75 45 32 9 – 10 230 143 85 55 38 10 – 11 253 155 95 58 40 11 – 12 278 173 103 63 42 1. Bila panjang lengkung adalah kurang dari jarak pandang yang diminta :  2 21 h.Vh.V A 200 D2L 
  • 30. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-7 2. Bila panjang lengkung adalah lebih tinggi dari jarak pandang yang diminta :  2 21 2 h.Vh.V200 AD L   L = Panjang lengkung vertikal (m) D = Jarak pandang (m) A = Perbedaan kemiringan secara aljabar (%) h1 = Tinggi penglihatan diatas jalan = 1,15 m h2 = Tinggi obyek diatas jalan = 1,15 m, apabila berada di kendaraan yang lain. = 0,20 m, apabila obyek berada diatas tanah. Nilai h1 dan h2 yang dipakai dalam rumus adalah hubungan antara panjang lengkung vertikal, jarak pandang dan perubahan kemiringan. Panjang lengkung vertikal miring untuk jarak pandang diberikan rumus seperti tersebut dibawah ini : 1. Dimana panjang lengkung, kurang dari jarak pandang yang dibutuhkan : A D5,3150 D2L   (m) 2. Dimana panjang lengkung, lebih besar dari jarak pandang yang dibutuhkan : D5,3150 AD D2L 2   (m) 4.2. DESAIN PERKERASAN JALAN KABUPATEN Pada umumnya desain perkerasan berdasarkan pada : • Volume lalu-lintas selama periode desain (biasanya minimum 10 tahun). • Berat kendaraan yang melalui jalan tersebut. • Nilai CBR dari tanah dasar. • Material yang tersedia untuk pembangunan jalan.
  • 31. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-8 Ahli teknik bidang jalan harus mengetahui material yang berkualitas rendah secara tidak langsung akan menambah ketebalan lapisan apabila dibandingkan dengan ketebalan yang dibuat dengan material yang memenuhi standar yang lebih tinggi. Penentuan tebal perkerasan didasarkan pada buku PETUNJUK PERENCANAAN PERKERASAN UNTUK JALAN KABUPATEN, adapun ketentuan-ketentuan dasarnya adalah sebagai berikut : a. Pada umumnya, perencanaan tebal perkerasan jalan kabupaten tidak memberikan ketebalan yang terlalu tinggi jika CBR tanah dasar > 5 %. Jika kondisinya memungkinkan, CBR tanah dasar yang nilainya < 5 % perlu diperbaiki agar mencapai nilai yang > 5 % dengan cara-cara yang biasa berlaku. b. Sebagai petunjuk praktis, berikut ini diberikan tabel perkerasan jalan kabupaten yang dihitung dengan umur rencana 10 tahun (Tabel 4.2.). Jika dikehendaki perencana dapat menghitung lebih teliti tebal perkerasan jalan yang diperlukan, sesuai dengan data yang tersedia. c. Nilai tebal lapis perkerasan : • Tebal perkerasan LPA ditetapkan min.15 cm. • Jumlah beban kumulatif standar sumbu tunggal dapat didekati dengan perkiraan kelas jalan. Tabel 4.2. : Pendekatan Desain Tebal Perkerasan Lentur. Klasifikasi CBR AC ATB Macada m Sirtu jalan (cm) (cm) (cm) (cm) Lokal 6 5 5 20 15 Lokal 5 5 5 20 15 Lokal 4 5 5 20 20 CBR tanah dasar : Kondisi CBR Amat baik Didasarkan pada CBR 24 % Baik Didasarkan pada CBR 8 % Sedang Didasarkan pada CBR 5 % Buruk Didasarkan pada CBR 3 % Amat buruk Didasarkan pada CBR 2 %
  • 32. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-9 4.3. DESAIN PERKERASAN JALAN ARTERI Perencanaan jalan baru ini juga berlaku untuk perencanaan rekonstruksi jalan (full depth pavement) pada peningkatan jalan. Metode perencanaan didasarkan pada buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen No. SNI 1732-1989-F. 4.3.1. KOEFISIEN KEKUATAN RELATIF Koefisien kekuatan relatif masing-masing bahan dan kegunaannya sebagai lapis permukaan, pondasi, pondasi bawah, ditentukan secara korelasi sesuai nilai Marshall Test (untuk bahan dengan aspal), kuat tekan (untuk bahan yang stabilisasi dengan semen atau kapur), atau CBR (untuk bahan lapis pondasi bawah). Daftar koefisien kekuatan relatif ditentukan menurut Tabel 4.3.1.
  • 33. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-10 Tabel 4.3.1. : Koefisien Kekuatan Relatif Koefisien kekuatan relatif Kekuatan Bahan Jenis Bahan a1 a2 a3 MS (kg) Kt (kg/cm2 ) CBR (%) 0,40 - - 744 - - 0,35 - - 590 - - Laston 0,32 - - 454 - - 0,30 - - 340 - - 0,35 - - 744 - - 0,31 - - 590 - - Lasbutag 0,28 - - 454 - - 0,26 - - 340 - - 0,30 - - 340 - - HRA 0,26 - - 340 - - Aspal Macadam 0,25 - - - - - Lapen(mekanis) 0,20 - - - - - Lapen(manual) - 0,28 - 590 - - - 0,26 - 454 - - Laston Atas - 0,24 - 340 - - - 0,23 - - - - Lapen (mekanis) - 0,19 - - - - Lapen (manual) - 0,15 - - 22 - Stab. tanah dg semen - 0,13 - - 18 - - 0,15 - - 22 - Stab. tanah dg kapur - 0,13 - - 18 - - 0,14 - - - 100 Batu pecah (kelas A) - 0,13 - - - 80 Batu pecah (kelas B) - 0,12 - - - 60 Batu pecah (kelas C) - - 0,13 - - 70 Sirtu/pitrun (kelas A) - - 0,12 - - 50 Sirtu/pitrun (kelas B) - - 0,11 - - 30 Sirtu/pitrun (kelas C) - - 0,10 - - 20 Tnh/lempung kepasiran (Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen, 1987). Koefisien kekuatan relatif bahan untuk Cement Treated Base (CTB) sebagai berikut : • CTB dengan kuat tekan > 45 kg/cm2 : a = 0,23 • CTB dengan kuat tekan 28 - 45 kg/cm2 : a = 0,20
  • 34. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-11 • CTB dengan kuat tekan < 28 kg/cm2 : a = 0,15 (Sumber : Teknik Jalan Raya, Clarkson H Oglesby, R Gary Hicks, Jilid 2, 1996). 4.3.2. BATAS MINIMUM TEBAL PERKERASAN 1. Lapis permukaan. ITP Tebal min. (cm) Bahan < 3,00 5 Lapis pelindung : Buras, Burtu, Burda 3,00 – 6,70 5 Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag, Laston 6,71 – 7,49 7,5 Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag, Laston 7,50 – 9,99 7,5 Lasbutag, Laston  10,00 10 Laston (Sumber : Petunjuk Perencanaantebal Perkerasan Jalan Raya dengan metode Analisa Komponen, 1987). 2. Lapis pondasi. ITP Tebal min. (cm) Bahan < 3,00 15 Batu pecah,stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur. 3,00 – 7,49 20 *) 10 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur. Laston atas. 7,50 – 9,99 20 15 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, Macadam. Laston atas 10 – 12,14 20 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, Macadam, Lapen, Laston atas.  12,25 25 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, Macadam, Lapen, Laston atas. (Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Raya dengan metode Analisa Komponen, 1987). *) Batas 20 cm tersebut dapat diturunkan menjadi 15 cm bila untuk pondasi bawah digunakan material berbutir kasar.
  • 35. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-12 3. Lapis pondasi bawah. Untuk setiap nilai ITP, bila digunakan pondasi bawah, tebal minimum adalah 10 cm. 4.3.3. PENDEKATAN DESAIN TEBAL PERKERASAN Pendekatan desain tebal perkerasan lentur (full depth pavement) dapat dilakukan untuk perkiraan / pendekatan awal guna keperluan-keperluan khusus dan tertentu dengan asumsi-asumsi, peng-kondisi-an, tentang parameter-parameter yang dibutuhkan untuk penentuan / perencanaan tebal perkerasan lentur. Tabel 4.3.3. : Pendekatan Desain Tebal Perkerasan Lentur. Klasifikasi jalan CBR AC (cm) ATB (cm) Macadam (cm) Sirtu (cm) AC (cm) ATB (cm) CTB (cm) Sirtu (cm) Arteri 6 5 7 30 40 - - - - Arteri 5 5 7 30 40 - - - - Arteri 4 5 7 35 40 - - - - Arteri 6 - - - - 5 7 25 25 Arteri 5 - - - - 5 7 25 25 Arteri 4 - - - - 5 7 25 30 Kolektor 6 5 7 20 25 - - - - Kolektor 5 5 7 20 25 - - - - Kolektor 4 5 7 20 30 - - - - Kolektor 6 - - - - 5 7 20 10 Kolektor 5 - - - - 5 7 20 10 Kolektor 4 - - - - 5 7 20 15 4.4. DESAIN JEMBATAN Desain jembatan untuk jalan lokal (jalan transmigrasi, perkebunan, jalan kabupaten, dll.) harus memakai standar Bina Marga : • Standar spesifikasi untuk konstruksi jembatan Bina Marga No. 04/ST/BM/1974. • Spesifikasi pembebanan jembatan Bina Marga No. 12/1970. Daya muat jembatan untuk jalan kabupaten yang diijinkan oleh Bina Marga adalah seperti berikut : Kelas LHR Desain Jembatan Catatan
  • 36. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) IV-13 Jalan (beban) III A 3.000 – 500 70 % BM Jembatan permanen III B 500 – 200 70 % BM Jembatan permanen / kayu 200 – 50 50 % BM Jembatan kayu III C < 50 50 % BM Jembatan kayu
  • 37. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab V : Kelengkapan Gambar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) V-1 BBAABB VV KKEELLEENNGGKKAAPPAANN GGAAMMBBAARR 5.1. UMUM Suatu gambar teknik sipil untuk perencanaan proyek jalan, misalnya, harus dilengkapi gambar-gambar yang mendukung terlaksananya proyek tersebut tanpa menimbulkan konflik atau interpretasi yang berbeda bagi setiap unsur yang terlibat dalam pelaksanaan proyek tersebut. Biasanya gambar perencanaan yang lengkap terdiri atas : 1. Halaman sampul. 2. Daftar gambar. 3. Daftar singkatan dan simbol. 4. Gambar situasi. 5. Denah perencanaan jalan (plan). 6. Potongan memanjang (profile). 7. Potongan melintang jalan (cross section). 8. Denah perencanaan drainase. 9. Potongan memanjang saluran. 10. Gambar detail. 11. Gambar perencanaan traffic engineering. 12. Gambar standard. 5.2. HALAMAN SAMPUL Pada halaman ini tercantum keterangan tentang : • Siapa pemilik dari proyek tersebut atau yang biasa disebut sebagai Pengguna Jasa. • Apa nama proyek tersebut beserta keterangan-keterangannya apabila diperlukan. • Siapa konsultan perencana-nya. 5.3. DAFTAR GAMBAR Daftar gambar ini hampir sama dengan daftar isi pada buku. Pada lembar ini dimuat daftar judul gambar secara ber-urutan. Setiap lembar gambar diberi kode dengan menggunakan huruf kapital sebagai singkatan nama judulnya. Untuk gambar yang
  • 38. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab V : Kelengkapan Gambar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) V-2 sejenis diletakkan pada lembar yang saling berdekatan. Untuk membedakan antara lembar satu dengan lainnya, pada tiap lembar diberi kode nomor urut yang diletakkan setelah huruf kapital tersebut di atas. Nomor urut tersebut menunjukkan jumlah lembarnya. 5.4. DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap simbol, kode huruf maupun istilah (khususnya istilah asing) maka perlu disediakan lembar gambar khusus yang mencantumkan arti dari simbol, kode maupun istilah yang digunakan dalam gambar perencanaan / kerja. 5.5. GAMBAR SITUASI Pada gambar situasi ini mengkaitkan letak proyek yang akan dibangun terhadap daerah sekitarnya yang telah dikenal oleh masyarakat secara umum. Biasanya gambar situasi ini merupakan gambar peta untuk suatu wilayah tertentu. Untuk mempermudah dalam menentukan lokasi yang akan dibangun, biasanya diberikan keterangan-keterangan seperlunya. 5.6. DENAH PERENCANAAN JALAN (PLAN) Panjang suatu proyek jalan biasanya sampai ratusan meter atau beberapa kilometer. Oleh karena itu gambar denah jalan dibagi-bagi menjadi beberapa bagian. Biasanya pada sumbu jalan dipasang titik-titik pembantu dengan interval jarak tertentu, misalnya setiap 50 m, titik-titik tersebut disebut station atau disingkat STA. Angka dibelakang huruf STA menunjukkan jarak diukur dari station yang pertama yaitu STA. 0. Dari denah, dapat diketahui antara lain : letak jalan, bentuk dan arah jalan, panjang dan lebar jalan serta fasilitas-fasilitas jalan. 5.7. POTONGAN MEMANJANG (PROFILE) Pada gambar potongan memanjang disamping gambar titik-titik station juga disajikan ketinggian (peil/level) dari permukaan tanah yang ada, rencana permukaan jalan, dan rencana dasar saluran.
  • 39. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab V : Kelengkapan Gambar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) V-3 5.8. POTONGAN MELINTANG JALAN (CROSS SECTION) Potongan melintang digambar untuk jarak tertentu dari penampang jalan, biasanya diambil potongan pada setiap station. Disamping itu dapat pula dibuat potongan melintang diluar titik station apabila pada tempat tersebut ingin ditampilkan hal-hal yang khusus, misalnya terdapat tiang penerangan jalan dsb. Dari potongan melintang ini dapat diketahui antara lain : bentuk lapisan perkerasan jalan, ukuran lebar maupun tinggi, kemiringan jalan, fasilitas jalan, misalnya saluran air, trotoir (side walk), dinding penahan tanah, pagar jalan, penerangan jalan dll. 5.9. DENAH PERENCANAAN DRAINASE Dari gambar denah drainase dapat diketahui antara lain : letak saluran air terhadap badan jalan, arah pengaliran air, model konstruksi saluran terbuka maupun saluran tertutup. 5.10. POTONGAN MEMANJANG SALURAN Pada potongan memanjang ini disamping letak titik-titik station juga dicantumkan ketinggian permukaan tanah dan dasar saluran yang direncanakan. Sehingga melalui gambar potongan ini dapat dihitung jumlah galian maupun urugan tanah untuk pembuatan saluran air. 5.11. GAMBAR DETAIL Gambar detail adalah gambar-gambar konstruksi dengan skala kecil misalnya 1 : 5, 1 : 10 atau 1 : 20. Pada gambar potongan dilengkapi ukuran-ukuran dengan jelas dan lengkap disamping keterangan-keterangan gambar. Bahkan dibuat tabel-tabel misalnya untuk kebutuhan pembesian pekerjaan beton. Gambar detail biasanya meliputi pekerjaan : detail saluran air terbuka dan tertutup, detail trotoir dan kanstin (side walk & curb), detail dinding penahan tanah, detail pagar, pondasi, detail jembatan, pelat penutup saluran dll.
  • 40. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab V : Kelengkapan Gambar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) V-4 5.12. GAMBAR PERENCANAAN TRAFFIC ENGINEERING Traffic engineering dibuat dengan denah tersendiri agar tidak rancu dengan gambar- gambar yang lainnya. Gambar perencanaan traffic engineering memuat antara lain : perencanaan rambu lalu-lintas, marka jalan, penerangan jalan, pengaturan traffic light, dll. 5.13. GAMBAR STANDARD Gambar standard, antara lain : marka jalan, rambu jalan, penerangan jalan termasuk pondasinya, lampu lalu-lintas, kerb, guardrail, patok KM, guide post, bisa juga box culvert, gorong-gorong bulat, dll.
  • 41. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab VI : Sistematika dan Contoh Gambar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) VI-1 BBAABB VVII SSIISSTTEEMMAATTIIKKAA DDAANN CCOONNTTOOHH GGAAMMBBAARR 6.1. SISTEMATIKA GAMBAR Pada umumnya susunan / sistematika gambar akan terdiri dari : No. Kode Gambar SAMPUL SAMPUL A UMUM 1. A/1/1 Daftar gambar 2. A/2/1 Peta lokasi proyek 3. A/2/2 Key Plan 4. A/2/3 Peta Quarry 5. A/3 Abbreviations, Legend & Keterangan umum 6. A/4 Daftar Kuantitas Pekerjaan B TYPICAL CROSS SECTION 7. B/1 Typical Cross Section Type I 8. B/2 Typical Cross Section Type II C ALIGNMENT LAYOUT 9. B/1 Alignment Layout STA 0+000 – 0+750 10. B/2 Alignment Layout STA 0+750 – 1+500 D PLAN & PROFILE 11. D/1 Plan & Profile STA 0+000 - 0+750 12. D/2 Plan & Profile STA 0+750 - 1+500 E CROSS SECTION 13. E/1 Cross Section STA 0+000 - 0+500 14. E/2 Cross Section STA 0+500 - 1+000 F INTERSECTION 15. F/1/1 Plan of Intersection STA 5+000 16. F/1/2 Cross Section of Intersection STA 5+000 17. F/1/3 Intersection Details STA 5+000 G STRUKTUR 18. G/1/1 Tampak samping jembatan 19. G/1/2 Denah / tampak atas jembatan 20. G/1/3 Longitudinal & Cross Section 21. G/1/4 Girder Detail & Reinforcement 22. G/1/5 Bar Reinforcement of Girder 23. G/1/6 Deck Slab Detail & Reinforcement 24. G/1/7 Bar Reinforcement of Deck Slab 25. G/1/8 Railing Detail & Reinforcement 26. G/1/9 Bar Reinforcement of Railing 27. G/1/10 Detail of Abutment & Reinforcement 28. G/1/11 Bar Reinforcement of Abutment 29. G/1/12 Detail pondasi 30. G/1/13 Detail Expansion Joint
  • 42. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab VI : Sistematika dan Contoh Gambar Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) VI-2 No. Kode Gambar H DRAINASE 31. H/1/1 Plan & Longitudinal Section STA 0+000 - 0+750 32. H/2/1 Ditch – Type I 33. H/3/1 Inlet & Outlet Structure Drain – Type I 34. H/4/1 Catch Basins – Type I 35. H/5/1 Reinforced Concrete Pipe Culvert 36. H/5/2 Headwall for Pipe Culvert – Type I 37. H/6/1 Box Culvert – Type I 38. H/6/3 Box Culvert Bar Reinforcement – Type I 39. H/6/5 Box Culvert Detail – Type I 40. H/6/7 Single Cell Slab Culvert – Type I 41. H/6/8 Multi Cell Slab Culvert – Type II 42. H/6/9 Slab Culvert Reinforcement 43. H/6/10 Sub Surface Drain I RETAINING WALL & SLOPE PROTECTION 44. I/1/1 Retaining Wall & Slope Protection– Type I 45. I/1/2 Retaining Wall & Slope Protection– Type II 46. I/2/1 Bar Reinforcement 47. I/3 River Bank Slope Protection 48. I/4 Rip-rap Slope Protection J MISCELLANEOUS & STANDARD DRAWING 49. J/1 Curb 50. J/2/1 Median 51. J/3 Concrete Barrier 52. J/4/1 Side-walk 53. J/5/1 Island 54. J/6/1 U-Turn – Type I 55. J/7 Truck Parking Area 56. J/8/1 Traffic Signs 57. J/9/1 Road Marking 58. J/10 Guardrail 59. J/11 KM Post 60. J/12/1 Lighting – Type I 61. J/13 Bus Bay 62. J/14/1 Lanscape Plan 63. J/14/2 Detail planting plan 64. J/14/3 Description of planting plan 6.2. CONTOH GAMBAR Pada lampiran diberikan contoh gambar dari beberapa proyek yang telah ada, dan contoh dari proyek-proyek dari instansi :Depatemen Pekerjaan Umum, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, dan dari PT. Jasa Marga (Persero). Nampak bahwa masing-masing instansi mempunyai format yang tidak sama, tetapi pada dasarnya mempunyai pengertian gambar yang harus di-interpretasikan sama oleh pelaku proyek.
  • 44. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-1
  • 45. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-2
  • 46. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-3
  • 47. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-4
  • 48. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-5
  • 49. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-6
  • 50. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-7
  • 51. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-8
  • 52. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-9
  • 53. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-10
  • 54. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-11
  • 55. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-12
  • 56. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-13
  • 57. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-14
  • 58. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-15
  • 59. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-16
  • 60. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-17
  • 61. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-18
  • 62. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-19
  • 63. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-20
  • 64. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-21
  • 65. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-22
  • 66. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-23
  • 67. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-24
  • 68. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-25
  • 69. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-26
  • 70. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-27
  • 71. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-28
  • 72. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-29
  • 73. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-30
  • 74. Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-31
  • 75. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Rangkuman Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) R-1 RRAANNGGKKUUMMAANN Gambar secara garis besar mempunyai 2 fungsi, yaitu : • Sebagai alat untuk menyampaikan informasi. • Untuk menyimpan data atau sebagai arsip. Karena gambar juga merupakan bahasa lambang yang mana perlu kesepakatan dalam mengartikan lambang-lambang yang dipakai untuk kelengkapan gambar. Dalam pekerjaan konstruksi dikenal jenis-jenis gambar, yaitu : • Gambar rencana • Gambar kerja (shop drawing) • Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing) Kepala gambar harus dibubuhkan pada lembar kertas gambar. Pada ruang kepala gambar tercantum hal-hal penting antara lain sebagai berikut : • Nomor gambar • Judul gambar • Nama perusahaan • Tanda-tangan petugas yang bertanggung-jawab • Keterangan gambar, seperti skala gambar • Tempat untuk menulis catatan penting, dll. Dalam gambar dipergunakan bermacam jenis garis baik bentuknya maupun ukurannya. Karena gambar adalah alat untuk komunikasi maka penggunaan garis tersebut harus sesuai dengan maksud dan tujuannya. Huruf biasanya digunakan untuk keperluan menulis keterangan, catatan, judul dan sebagainya. Sedangkan angka biasanya digunakan untuk penomoran, menulis ukuran, peng-kode-an dan lain-lain. Huruf maupun angka tidak boleh menimbulkan keragu- raguan bagi yang membaca. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan dalam membuat huruf maupun angka, ialah : • Dapat terbaca dengan jelas • Bentuknya seragam, konsisten Dalam menggambar denah badan jalan harus ditetapkan dulu letak dan arah badan jalan secara tepat dan benar. Untuk mengetahui letak yang benar perlu ada pedoman titik-titik koordinat. Masing-masing wilayah atau kota biasanya sudah ada titik tertentu sebagai sumbu koordinatnya dimana sumbu X dan Y dari koordinat tersebut menunjukkan arah Utara dan Selatan. Oleh karena itu agar arah sumbu jalan dapat digambar dengan benar, perlu ditetapkan arah mata angin pada gambar tersebut.
  • 76. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Rangkuman Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) R-2 Perencanaan jalan baru ini juga berlaku untuk perencanaan rekonstruksi jalan (full depth pavement) pada peningkatan jalan. Metode perencanaan didasarkan pada buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen No. SNI 1732-1989-F. Desain jembatan untuk jalan lokal (jalan transmigrasi, perkebunan, jalan kabupaten, dll.) harus memakai standar Bina Marga : • Standar spesifikasi untuk konstruksi jembatan Bina Marga No. 04/ST/BM/1974. • Spesifikasi pembebanan jembatan Bina Marga No. 12/1970. Gambar perencanaan yang lengkap terdiri atas : 1. Halaman sampul. 2. Daftar gambar. 3. Daftar singkatan dan simbol. 4. Gambar situasi. 5. Denah perencanaan jalan (plan). 6. Potongan memanjang (profile). 7. Potongan melintang jalan (cross section). 8. Denah perencanaan drainase. 9. Potongan memanjang saluran. 10. Gambar detail. 11. Gambar perencanaan traffic engineering. 12. Gambar standard.
  • 77. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Daftar Pustaka Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) DP-1 DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim, Pelaksanaan Pembangunan Jalan (Highway Engineering), Lestari Jakarta, Oktober 1979. 2. The Asphalt Institute, Asphalt in Pavement Maintenance, manual Series No. 16 (MS-16), March 1983. 3. Asphalt Institute, Asphalt Technologie Construction Practice, Educational Series No. 1, January 1983. 4. Asphalt Institute, Principles of Construction of Hot-mix Asphalt Pavements, Manual Series No. 22, Januari 1983. 5. Clarkson.H.Oglesby, R. Gary Hicks, Highways Engineering, 4nd Ed John Willey & Sons, inc, 1982. 6. Direktorat Jenderal Bina Marga, (1976), Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No. 01/MN/BM/1976, Departemen Pekerjaan Umum dan tenaga Listrik. 7. Direktorat Jenderal Bina Marga, Pengambilan Data Lapangan untuk IBRD Rolling Beterment Programme, Bipran Central Design Office, May 1986. 8. Direktorat Jenderal Bina Marga, Petunjuk Pengambilan Data Lapangan untuk Program Pemeliharaan Berkala, Bipran Central Design Office, November 1988. 9. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Bina Program Jalan, Second Nine Provinces Road, Rehabilitation Project, Buku 3, “Spesifikasi Umum”. 10. Direktorat Jenderal Bina Marga, Central Quality Control & Monitoring unit, Manual Supervisi Lapangan untuk Pengendalian Mutu pada Kontrak Pemeliharaan dan Peningkatan jalan, Agustus 1988. 11. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Pedoman Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan, No. 010/BNKT/1990. 12. Direktorat Jenderal Bina marga, Bina Program Jalan, Dokumen Rujukan RD 3.1.2., Pedoman untuk Pengumpulan Rutin Data untuk Disain, Oktober 1989.
  • 78. Modul SIR-04 : Gambar Teknik Daftar Pustaka Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) DP-2 13. Direktorat Jenderal Bina Marga, Bina Program Jalan, Design Parameters and Models for the Roadworks Design System. 14. Direktorat Jenderal Bina Marga, Bina Program Jalan, Sistim Perhitungan Lalu Lintas Rutin, Petunjuk Pelaksanaan thn 1984/1985 ; Jakarta, Maret 1984. 15. Direktorat Jenderal Bina Marga, Manual Pemeliharaan Jalan, No.03/MN/B/1983. 16. Horison, Jack.A, Correlation of CBR and Dynamic Cone Penetrometer Strength measurement of soils, Thesis for MSc degree in Highway Engineering and Development, August 1984. 17. Djoko Untung Soedarsono, Konstruksi Jalan Raya, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, cetakan pertama, 1979. 18. Konferensi Tahunan Teknik Jalan ke 4, Jakarta 19-21 Nopember ’90, Volume 4, Teknik Lalu Lintas dan Transportasi. 19. M.W.Witczak, Pavement Design Seminars for Bina Marga, Indonesian Highway Departement, Bandung, Indonesia, February 9-10, 1979. 20. NAASRA, Interim Guide to Pavement Thicknees Design, 1979. 21. Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1985 tentang Jalan. 22. PMU, Urban Roads Planning and Programming Manual, Jakarta. 23. Robert D. Krebs/Richard D. Walker, Highway Materials, Mc Graw-Hill Book Company, 1971. 24. Semawi A.M., Konstruksi Jalan Raya, Unpar. 25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1980 tentang Jalan. 26. Unpar, Bahan Kuliah Teknik Jalan Raya II, 1989. 27. PT. HUTAMA PRIMA, Aspal Emulsi, Jakarta, 2004.