SlideShare a Scribd company logo
1 of 53
UNDANG-UNDANG 5 TAHUN
1960 (UNDANG-UNDANG
POKOK AGRARIA)
DAN PP PENATAGUNAAN
TANAH
SEJARAH PENGELOLAAN
AGRARIA
Era Pra Penjajahan,tanah itu milik kelompok:
a. Kepala marga atau kepala ulayat
b. Raja atau ratu memperuntukkan tanah bagi rakyat warga
kerajaan
c. Kepala desa mengatur peruntukkan tanah bagi warga di
desanya
d. Tidak ada hak milik mutlak perorangan
e. Tanah yang ditinggalkan otomatis kembali pada
marga/suku
f. Tidak ada bukti tertulis
PERTANAHAN DI ERA
PENJAJAHAN
a. Pra 1870
• Sejak datang Belanda 1602 semua pedagang dikenakan
hak kadastral untuk hak-hak barat
• Zaman Raffles mulai dikenalkan pajak tanah
• 1830: Tanam Paksa yaitu tanah rakyat ditanami tanaman
ekspor
• Awal perambahan hutan oleh rakyat karena tanah usaha
untuk tanam paksa
PERTANAHAN DI ERA
PENJAJAHAN
Sesudah 1870: berlakunya hukum agraria kolonial
•Tanah dengan perlakuan hukum adat stmpt
•Tanah dengan hukum barat terus bertambah luas
•Pembukaan perkebunan besar dengan hak erfpacht
•Penebangan hutan oleh penguasa dan rakyat
•Kerusakan lingkungan mulai meningkat
PERTANAHAN DI ERA
PENJAJAHAN
Masa penjajahan Jepang
Kekacauan, perambahan perkebunan dan kehutanan oleh
rakyat
Tujuan utama menunjang kemenangan Jepang
Usaha mengambalikan lagi pengelolaan oleh Belanda
Langkah darurat dalam agraria
PERTANAHAN DI ERA (1945-1960) PRA UUPA
Menghadapi peninggalan Jepang yang kacau
Menertibkan, membentuk panitia Rancangan UUPA 1948
Nasionalisasi milik Belanda tahun 1959
Terbentuknya lembaga yang menangani pertanahan
berupa departemen Agraria
PERTANAHAN DI ERA UUPA (1960-1965)
•UUPA diundangkan 24 Sept 1960
•Departemen Agraria
•UU 56 tahun 1960: penataan batas pengua-saan maksimum
luas tanah pertanian , PP 10 thun 1961 tentang pendaftaran
tanah
•Akademi Agraria di Jogyakarta; Akademi pendafaran tanah di
Semarang
•Isue Landreform dimanfaatkan petani untuk kepentingan
politik; penjarahan perkebunan dan kehutanan mencapai
puncak tahun 1965
SEJARAH UU 5/1960
Tgl 24 September 1960 disahkan presiden Sukarno
Perubahan fundamental : struktur perangkat hukum,
konsepsi yang mendasarinya dan isi.
Sebelum ada UU 5/1960 berlaku berbagai perangkat
hukum agraria:
Bersumber pada hukum adat (komunalistik),
Bersumber pada hukum barat (liberal)
Bekas pemerintahan swapraja yang bersfat feodal
Bersumber pada hukum adminisrasi negara (agrarishe
wet 1870)
PANCA PROGRAM AGRARIAN
REFORM INDONESIA
•Pembaruan hukum agraria melalui unifikasi hukum
nasional dan memberi kepastian hak.
•Penghapusan hak asing dan konsesi kolonial atas tanah
•Menghindari penghisapan feodal secara berangsur
•Perombakan pemilikan dan peguasaan tanah
•Perencanaan persediaan dan peruntukan bumi, air dan
kekayaan alam
PENGERTIAN AGRARIA
•Menurut UU 5/1960: melipui bumi air dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya
•Pasal 48: tenaga dan unsur yang dapat digunakan untuk
usaha memperkembagkan dan memelihara kesuburan
bumi, air serta kekayaan yang terkandug di dalamnya.
•Pengertian bumi meliputi permukaan bumi tanah , tubuh
bumi di bawahnya serta yang berada di bawah air (pasal
4 ayat 1)
PENGERTIAN HUKUM
AGRARIA
Kelompok berbagai bidang hukum yg mengatur hak
penguasaan atas sumber daya alam tertentu.
Hukum tanah
Hukum air
Hukum pertambangan
Hukum kehutanan
Hukum perikanan
Hukum penguasaan atas tenaga dan unsur-unsur
dalam ruang angkasa
HAK PENGUASAAN ATAS
TANAH
•Hak bangsa Indonesia
•Hak menguasai dari negara
•Hak ulayat masyarakat hukum adat
•Hak individual:
a. hak individu yang bersumber pada hak bangsa
b. wakaf
c. Hak jaminan atas tanah.
HAK ATAS TANAH (UU5/60
PS4)
Primer: Hak Milik, Hak Guna Usaha, hak guna bangunan,
yang diberikan negara dan hak pakai yang juga diberikan
negara
Sekunder: hak guna bangunan dan hak pakai, yang
diberikan oleh pemilk tanah, hak gadai, hak usaha bagi
hasil, hak menumpang, hak sewa dan ainnya.
HUKUM TANAH ADMINISTRASI
PEMERINTAHAN HINDIA
BELANDA
Agrarische wet 1870 lahir atas desakan kapitalis krn
sebelumna harus menyewa tanah dr pemerintah:
Diberikan tanah dengan hak erfpacht selama 75 tahun
Tanah pribumi yg dipakai turun temurun (hak milik
adat) dapat diberkan hak eigendom
Perewaan atau serah pakai anah oleh orang pribumi
kepada non pribumi diatur oleh ordonansi
HUKUM TANAH ADMINISTRASI PEMERIN-
TAHAN HINDIA BELANDA(2)
•Domein verklaring: semua tanah kosong dalam wilayah
pemerintahan langsung adalah domein negara kecuali
yang diusahakan oleh penduduk asli dengan hak yg
bersumber pada hak membuka hutan.
•Fungsi domein verklaring:
Landasan hukum bagi pemerintah yang mewakili negara
sebagai pemilik tanah
Pembuktian pemilikan
PERMASALAHAN
Dalam tafsiran pemerintah hindia Belanda tanah yang
dimiliki rakyat dengan hak milik adat , demikian pula
tanah ulayat adalah domein negara.
Hukum tanah yang dualistik, dalam hukum perdata ada
diskriminasi hukum yang berlaku antara golongan Eropa
dan Timur asing China berlakukhukum Barat; bagi
golongan timur asing non china berlaku sebagtian hukum
perdata Barat, dan bagi pribumi berlaku hukum erdata
adat.
Ada tanah hak Barat dan hak Indonesia
Hukum tanah Barat yang individualistik
Hukum adat yang tidak murni lagi
Tidak adanya jaminan kepastian hukum di bidang
pertanahan
PENYESUAIAN HUKUM AGRARIA
SETELAH PROKLAMASI
KEMERDEKAAN
Penghapusan desa perdikan di Surakarta dan
jogyakarta (hak istimewa Raja memberi hak pada
bekel pemegang apanage untuk memperoleh
seperlima dari hasil rakyat, penguasa 2/5 sehingga
rakyatdpt 2/5 saja; rakyat wajib bekerja untuk
penguasa.
Menghapus tanah partikelir (tanah hak erfpacht
perkebunan besar, tanah hak konsesi, hak eigendom,
opstal dan erfpacht perumahan
Pengawasan terhadap pemindahan hak
PASAL 16 UUPA : HAK ATAS TANAH
a. Hak Milik
b. Hak Guna Usaha (HGU)
c. Hak Guna Bangunan (HGB)
d. Hak Pakai
e. Hak Sewa
f. Hak Membuka Tanah
g. Hak Memungut Hasil Hutan
h. Hak-hak lain yg tidak termasuk di atas yang akan
ditetapkan pada UU
PASAL 16 UUPA : HAK ATAS AIR DAN
RUANG ANGKASA
Hak atas air dan ruang
angkasa
1 Hak Guna Air
2. Hak Pemeliharaan dan
penangkapan ikan
3. Hak Guna ruang angkasa
PERBEDAAN HAK MASA HINDIA BELANDA,
KEMERDEKAAN & HAK BARAT
Hak Barat UU Hindia Belanda UUPA
Free hold (hak milik) Hak Erfpacht Hak Guna Usaha
Lease hold (hak sewa) Hak Opstal Hak Guna Bangunan
Hak Eigendom Hak Milik
dsb Hak Sekunder seperti hak Pakai
Hak Sewa
Hak Agunan/ gadai
HUKUM ADAT DALAM HUKUM
TANAH NASIONAL
•Penjelasan UUPA hukum adat itu adalah hukum aslinya
golongan pribumi, yg merupa-kan hukum yang hidup
dalam bentuk tertulis dan tak tertulis dan mengandung
unsur nasional yang asli, yaitu sifat kemasyarakatan dan
kekeluargaan
•Hukum adat: hak ulayat masyaakat hukum adat, hak
kepala adat dan para tetua adat, hak-hak atas tanah.
DEFINISI TER HAAR
rumusan Ter Haar masyarakat hukum adat adalah
kelompok masyarakat yang teratur, menetap disuatu
daerah tertentu, mempunyai kekuasaan sendiri, dan
mempunyai kekayaan sendiri baik berupa benda yang
terlihat maupaun tidak terlihat, dimana para anggota
kesatuan masing-masing mengalami kehidupan dalam
masyarakat sebagai hal yang wajar menurut kodrat
alam dan tidak seorangpun diantara para anggota itu
mempunyai pikiran atau kecenderungan untuk
membubarkan ikatan yang telah tumbuh itu atau
meninggalkannya dalam arti melepaskan diri dari
ikatan itu untuk selama-lamanya.
WILAYAH HUKUM ADAT
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Van
Vollenhoven, jauh sebelum kemerdekaan di wilayah
nusantara terdapat 19 wilayah hukum adat, yaitu
daerah Aceh, (2) Gayo, Alas, Batak dan Nias, (3)
Minangkabau, Mentawai, (4) Sumatera Selatan,
Enggano, (5) Melayu, (6) Bangka, Belitung, (7)
Kalimantan, (8) Minahasa, (9) Gorontalo, (10) Toraja,
(11) Sulawesi Selatan, (12) Kepulauan Ternate, (13)
Maluku, (14) Irian Barat, (15) Kepulauan Timor, (16)
Bali, Lombok, (17) Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura,
(18) Solo, Yogyakarta, (19) Jawa Barat, Jakarta.
WILAYAH HUKUM ADAT
penjelasan Bab VI UUD 1945 : dalam teritori Indonesia
terdapat lebih kurang 250 Zelfbestuurende land-
schappen dan Volksgemeen -schappen, seperti Desa di
Jawa dan Bali, Nagari di Minang-kabau, Dusun dan Marga
di Palembang dan sebagainya. Daerah ini mempunyai
susunan asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai
daerah yang bersifat istimewa.
HAK ULAYAT DALAM UUPA
Hak ulayat diakui dengan syarat:
Eksistensinya: sepanjang menurut kenyataannya masih
ada
Pelaksanaan harus sesuai kepentingan nasional dan
negara
UNDANG-UNDANG NO.39 TAHUN 1999
TENTANG HAM
Undang-Undang No.39 tahun 1999 tentang HAM ini, boleh
dibilang sebagai operasionalisasi dari TAP MPR XVII/1998
yang menegaskan bahwa hak-hak masyarakat hukum adat
sebagai bagian dari Hak Asazi Manusia.
Pasal 6 UU No.39/1999, menyebutkan: Dalam rangka
penegakkan hak asasi manusia, perbedaan dan kebutuhan
dalam masyarakat hukum adat harus diperhatikan dan
dilindungi oleh hukum, masyarakat, dan pemerintah.
Indentitas budaya masyarakat hukum adat, termasuk hak
atas tanah ulayat dilindungi, selaras dengan perkembangan
jaman.
UU NO. 41/1999 TENTANG
KEHUTANAN
pasal 1 angka 6: Hutan adat adalah hutan negara yang
berada dalam wilayah masyarakat hukum adat
Hutan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, dapat berupa hutan; dan bahwa Hutan negara adalah
hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak
atas tanah (pasal 1 angka 4).
UUK NO 41 TAHUN 1999
Dephut diberikan mandat untuk menetapkan mana
yang merupakan kawasan hutan dan mana yang bukan
serta juga menetapkan fungsi hutannya.
Seharusnya Dephut (Sekarang Deptanhut) hanya
menetapkan fungsinya bukan statusnya, untuk
mencegah conflict of interest. Sehingga sebaiknya
ditetapkan adanya kawasan hutan negara (Public
forest) dilakukan melalui proses pengukuhan hutan
secara partisipatif sehingga penetapatn staus hutan
menjadi legal dan legitimate
HAK ADAT VS HAK NEGARA
Masyarakat Hukum Adat memiliki hak yang bersifat
Original atau hak asli yang diciptakan sendiri sebelum
ada pengaturan hak lainnya. Istilah hukum a prima
facie yang mengatur terlebih dahulu. Sedangkan yang
diatur mencakup atas tanah dan sumber daya hutan.
Sedangkan hak-hak yang dikenal dalam bidang
kehutanan bersifat Derivat atau pemberian hak atas
penguasaan oleh negara contohnya adalah HPH,
HPHTI, HPP, HPHKM
HAK ADAT VS HAK NEGARA
Bila hak tersebut berasal dari tanah negara maka bentuk
haknya adalah pemberian (granting) yang dapat ditarik
kembali oleh negara sedangkan bila hak berasal dari hak
adat maka bentuknya adalah pengakuan (recognition)
yang tak dapat ditarik kembali oleh negara.
HUKUM ADAT DAN HAK PENGELOLAAN
UUPA Nomor 5 tahun 1960 hak pengelolaan dapat
diberikan kepada masyarakat hukum adat Masyarakat
adat memerlukan kepastian hak yang bersifat khusus
(ekslusif; tidak tumpang tindih dengan hak lain),
dimana masyarakat dapat melestarikan,
memanfaatkan (termasuk membudidayakan),
memasarkan hasil hutan, serta tidak dapat dipindah
tangankan kepada pihak lain diluar masyarakat hukum
adat tersebut.
HAK MENGUASAI DARI
NEGARA
Diatur pada pasal 2 UUPA:
Pasal 33 ayat 3 UUD bumi air dan ruang angkasa
termasuk kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya, pada tingkatan yang tertinggi dikuasai
negara
Wewenang
Hak menguasai negara memberi wewenang untuk:
1. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan,
penggunaan, persediaan dan pe- meliharaan bumi, air
dan ruang angkasa
2. menentukan dan mengatur hubungan hukum
PERATURAN PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 2004
TENTANG PENATAGUNAAN
TANAH
DEFINISI
Penatagunaan tanah adalah sama dengan pola
pengelolaan tata guna tanah yang meliputi
penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah
yang berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah melalui
pengaturan kelembagaan yang terkait dengan
pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem
untuk kepentingan masyarakat secara adil.
Penguasaan tanah adalah hubungan hukum antara
orang per orang, kelompok orang, atau badan hukum
dengan tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria.
PENATAGUNAAN TANAH BERTUJUAN
UNTUK:
a. mengatur penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah bagi berbagai kebutuhan kegiatan
pembangunan yang sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah;
b. mewujudkan penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah agar sesuai dengan arahan fungsi
kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah;
c. mewujudkan tertib pertanahan yang meliputi
penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah
termasuk pemeliharaan tanah serta pengendalian
pemanfaatan tanah;
d. menjamin kepastian hukum untuk menguasai,
menggunakan dan memanfaatkan tanah bagi
masyarakat yang mempunyai hubungan hukum
dengan tanah sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah yang telah ditetapkan.
KEBIJAKAN PENATAGUNAAN
TANAH DISELENGGARAKAN
TERHADAP:
a. bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya baik yang
sudah atau belum terdaftar;
b. tanah negara;
c. tanah ulayat masyarakat hukum adat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
CONTOH PASAL
Pasal 7
(1) Terhadap tanah-tanah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6, penggunaan dan pemanfaatan
tanahnya harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah.
Pasal 8
Pemegang hak atas tanah wajib menggunakan dan
dapat memanfaatkan tanah sesuai Rencana Tata
Ruang Wilayah, serta memelihara tanah dan mencegah
kerusakan tanah.
(1) Terhadap tanah dalam kawasan lindung yang belum
ada hak atas tanahnya dapat diberikan hak atas tanah,
kecuali pada kawasan hutan.
(2) Terhadap tanah dalam kawasan cagar budaya yang
belum ada hak atas tanahnya dapat diberikan hak atas
tanah tertentu sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, kecuali pada lokasi situs.
Pasal 12
Tanah yang berasal dari tanah timbul atau hasil
reklamasi di wilayah perairan pantai, pasang surut,
rawa, danau, dan bekas sungai dikuasai langsung oleh
Negara.
PASAL 13
(1) Penggunaan dan pemanfaatan tanah di kawasan
lindung atau kawasan budidaya harus sesuai dengan
fungsi kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah.
(2) Penggunaan dan pemanfaatan tanah di kawasan
lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
boleh mengganggu fungsi alam, tidak mengubah
bentang alam dan ekosistem alami.
(3) Penggunaan tanah di kawasan budidaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh
diterlantarkan, harus dipelihara dan dicegah
kerusakannya.
(4) Pemanfaatan tanah di Kawasan Budidaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak saling
bertentangan, tidak saling mengganggu, dan
memberikan peningkatan nilai tambah terhadap
penggunaan tanahnya.
PENYESUAIAN PENGGUNAAN
LAHAN
(5) Penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan dengan
mempertimbangkan:
a. kebijakan penatagunaan tanah;
b. hak-hak masyarakat pemilik tanah;
c. investasi pembangunan prasarana dan sarana;
d. evaluasi tanah.
(6) Dalam pelaksanaan penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan dengan melibatkan peranserta masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, melalui upaya
a. penataan kembali;
b. upaya kemitraan;
c. penyerahan dan pelepasan hak atas tanah kepada negara atau pihak
lain dengan penggantian sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
PASAL 28
Pembinaan dan pengendalian penatagunaan tanah
terhadap pemegang hak atas tanah diselenggarakan pula
dengan pemberian insentif dan pengenaan disinsentif.
Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
kepada pemegang hak atas tanah yang secara sukarela
melakukan penyesuaian penggunaan tanah.
Disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan
kepada pemegang hak atas tanah yang belum
melaksanakan penyesuaian penggunaan tanahnya.
Bentuk-bentuk insentif dan disinsentif ditetapkan sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
PENATAAN KEMBALI (LAND
CONSOLIDATION)
Pasal 29
Pemerintah melaksanakan penataan kembali terhadap
pemegang hak atas tanah dari golongan ekonomi lemah.
KONSOLIDASI TANAH
Penataan penguasaan dan penggunaan bidang-bidang
tanah
Pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan
Untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan
pemeliharaan sumberdaya alam
Melibatkan partisipasi masyarakat
KONSOLIDASI TANAH
Adalah kebijakan pertanahan mengenai penataan
kembali penguasaan dan penggunaan tanah serta usaha
pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan,
untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan
pemeliharaan sumberdaya alam dengan melibatkan
partisipasi aktif masyarakat (Perkaban no 4 tahun 1991)
TUJUAN
Tercapainya pemanfaatan tanah secara optimal, melalui
peningkatan efisiensi dan produktifitas penggunaan
tanah
Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam
pembangunan secara bersama-sama
Meningkatkan efisiensi penggunaan tanah dan
pemantapan kepastian hukum pemilik tanah melalui
penataan penggunaan dan penguasaan tanah
LAND CONSOLIDATION CAN
BE APPLIED IN AREAS
With haphazard developments & uncontroled settlements
With inadequate infrastructure facilities
With fragmented or irregularly shape land holdings
At the periphery of metropolises under development
presures
MENGAPA DIBUTUHKAN
KONSOLIDASI LAHAN?
Perkotaan: banyak pemukiman kumuh, tidak teratur
menyulitkan penyediaan infrastruktur
Pertanian dan perdesaan:
lahan pertanian yang terpencar
fragmentasi dan menyempitnya lahan
PARADIGMA BARU
PEMBANGUNAN
Membangun tanpa menggusur
SIKLUS PERENCANAAN
KONSOLIDASI LAHAN DI
INDONESIA
Kendala Kebijakan:
1. Tak ada aturan bagi mereka yang tidak
mau berpartisipasi secara sukarela
2. Tidak ada aturan kopensasi bagi aset
yang hilang
3. Tidak ada aturan apakah hak telah
disertifikasi atau belum
4. Partisipasi masyarakat dala pengelolaan
tidak dijamin
5. Tak ada aturan bagi sektor koperasi dan
swasta
KONSOLIDASI LAHAN DI
INDONESIA
B. Kendala operasional :
Dibutuhkan keterampilan teknis valuasi, perencanaan
dan pengembangan tapak
Partisipasi publik pada proses konsultasi dalam
perencanaan dan disain/perancangan proyek kurang
Tak adanya transparansi
Tak adanya pendanaan dari pemerintah pusat maupun
daerah
KONSOLIDASI LAHAN DI
INDONESIA
Prosedur implementasi tidak memadai:
1. Prosedur evaluasi tidak diterapkan
2. Tidak berimbang antara biaya dan manfaat
3. Partisipasi masyarakat dalam rancangan proyek tidak
memadai
4. Tidak adanya transparansi dana
TERIMA KASIH Sekian

More Related Content

What's hot

Pasal 51 is dicabut karena di dalam pasal tersebut terdapat ketentuan yang be...
Pasal 51 is dicabut karena di dalam pasal tersebut terdapat ketentuan yang be...Pasal 51 is dicabut karena di dalam pasal tersebut terdapat ketentuan yang be...
Pasal 51 is dicabut karena di dalam pasal tersebut terdapat ketentuan yang be...Reki Rek
 
Politik hukum agraria sudjito
Politik hukum agraria   sudjitoPolitik hukum agraria   sudjito
Politik hukum agraria sudjitojonatanwardian
 
Dasar hukum agraria
Dasar hukum agrariaDasar hukum agraria
Dasar hukum agrariayoko14
 
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)Leks&Co
 
ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960
ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960 ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960
ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960 Zaka Firma Aditya
 
Konsepsi Hukum Agraria Nasional 2021 - DIAH TRIMURTI SALEH,S.E.,S.H., M.Kn.
Konsepsi Hukum Agraria Nasional 2021 - DIAH TRIMURTI SALEH,S.E.,S.H., M.Kn. Konsepsi Hukum Agraria Nasional 2021 - DIAH TRIMURTI SALEH,S.E.,S.H., M.Kn.
Konsepsi Hukum Agraria Nasional 2021 - DIAH TRIMURTI SALEH,S.E.,S.H., M.Kn. teresa irene
 
Makalah hukum agraria di indonesia
Makalah hukum agraria di indonesiaMakalah hukum agraria di indonesia
Makalah hukum agraria di indonesiaRahmanzie Share
 
Politik Agraria - Fungsi dan Hak Atas Tanah
Politik Agraria - Fungsi dan Hak Atas TanahPolitik Agraria - Fungsi dan Hak Atas Tanah
Politik Agraria - Fungsi dan Hak Atas TanahAtiek Hafifah
 
Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950guest150909
 
Draf Ruu Pertanahan (Panja 9 September 2019)
Draf Ruu Pertanahan (Panja 9 September 2019)Draf Ruu Pertanahan (Panja 9 September 2019)
Draf Ruu Pertanahan (Panja 9 September 2019)Sabar Artiyono
 
Dasar-Dasar Hukum Pertanahan
Dasar-Dasar Hukum PertanahanDasar-Dasar Hukum Pertanahan
Dasar-Dasar Hukum PertanahanLeks&Co
 
Hak menguasai tanah oleh negara
Hak menguasai tanah oleh negaraHak menguasai tanah oleh negara
Hak menguasai tanah oleh negaraManunggal Amethyst
 

What's hot (20)

Hukum agraria
Hukum agrariaHukum agraria
Hukum agraria
 
Hukum agraria
Hukum agrariaHukum agraria
Hukum agraria
 
Pasal 51 is dicabut karena di dalam pasal tersebut terdapat ketentuan yang be...
Pasal 51 is dicabut karena di dalam pasal tersebut terdapat ketentuan yang be...Pasal 51 is dicabut karena di dalam pasal tersebut terdapat ketentuan yang be...
Pasal 51 is dicabut karena di dalam pasal tersebut terdapat ketentuan yang be...
 
Politik hukum agraria sudjito
Politik hukum agraria   sudjitoPolitik hukum agraria   sudjito
Politik hukum agraria sudjito
 
Dasar hukum agraria
Dasar hukum agrariaDasar hukum agraria
Dasar hukum agraria
 
Hukum Agraria
Hukum AgrariaHukum Agraria
Hukum Agraria
 
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)
 
ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960
ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960 ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960
ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960
 
Hukum agraria
Hukum agraria   Hukum agraria
Hukum agraria
 
LAND RIGHT
LAND RIGHTLAND RIGHT
LAND RIGHT
 
Konsepsi Hukum Agraria Nasional 2021 - DIAH TRIMURTI SALEH,S.E.,S.H., M.Kn.
Konsepsi Hukum Agraria Nasional 2021 - DIAH TRIMURTI SALEH,S.E.,S.H., M.Kn. Konsepsi Hukum Agraria Nasional 2021 - DIAH TRIMURTI SALEH,S.E.,S.H., M.Kn.
Konsepsi Hukum Agraria Nasional 2021 - DIAH TRIMURTI SALEH,S.E.,S.H., M.Kn.
 
Hukum Agraria Indonesia
Hukum Agraria IndonesiaHukum Agraria Indonesia
Hukum Agraria Indonesia
 
Politik Agraria - F
Politik Agraria - FPolitik Agraria - F
Politik Agraria - F
 
Makalah hukum agraria di indonesia
Makalah hukum agraria di indonesiaMakalah hukum agraria di indonesia
Makalah hukum agraria di indonesia
 
Edit hukum adat
Edit hukum adatEdit hukum adat
Edit hukum adat
 
Politik Agraria - Fungsi dan Hak Atas Tanah
Politik Agraria - Fungsi dan Hak Atas TanahPolitik Agraria - Fungsi dan Hak Atas Tanah
Politik Agraria - Fungsi dan Hak Atas Tanah
 
Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950
 
Draf Ruu Pertanahan (Panja 9 September 2019)
Draf Ruu Pertanahan (Panja 9 September 2019)Draf Ruu Pertanahan (Panja 9 September 2019)
Draf Ruu Pertanahan (Panja 9 September 2019)
 
Dasar-Dasar Hukum Pertanahan
Dasar-Dasar Hukum PertanahanDasar-Dasar Hukum Pertanahan
Dasar-Dasar Hukum Pertanahan
 
Hak menguasai tanah oleh negara
Hak menguasai tanah oleh negaraHak menguasai tanah oleh negara
Hak menguasai tanah oleh negara
 

Similar to Tata guna lahan pertemuan 1 2

Ideologi dan Gerakan Agraria di Indonesia
Ideologi dan Gerakan Agraria di IndonesiaIdeologi dan Gerakan Agraria di Indonesia
Ideologi dan Gerakan Agraria di Indonesiabung gunawan
 
HUKUM_AGRARIA.pptx
HUKUM_AGRARIA.pptxHUKUM_AGRARIA.pptx
HUKUM_AGRARIA.pptxAdeFitri22
 
YURISPRUDENSI DAN DOKTRIN HUKUM TANAH.pptx
YURISPRUDENSI DAN DOKTRIN HUKUM TANAH.pptxYURISPRUDENSI DAN DOKTRIN HUKUM TANAH.pptx
YURISPRUDENSI DAN DOKTRIN HUKUM TANAH.pptxDerallMuhamadYusufAz
 
SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM AGRARIA DI INDONESIA.pptx
SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM AGRARIA DI INDONESIA.pptxSEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM AGRARIA DI INDONESIA.pptx
SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM AGRARIA DI INDONESIA.pptxWARDIMAN5
 
2. Sumber Hukum Tanah.pptx
2. Sumber Hukum Tanah.pptx2. Sumber Hukum Tanah.pptx
2. Sumber Hukum Tanah.pptxToharRia1
 
MATERI HK AGRARIA- P3.pptx
MATERI HK AGRARIA- P3.pptxMATERI HK AGRARIA- P3.pptx
MATERI HK AGRARIA- P3.pptxPADMA462037
 
ADMINISRASI PERTANAHAN I-2.pptx
ADMINISRASI PERTANAHAN I-2.pptxADMINISRASI PERTANAHAN I-2.pptx
ADMINISRASI PERTANAHAN I-2.pptxCandraDewi60
 
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruikHak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruikvinnalusianaSHMkn
 
Hak atas tanah
Hak atas tanahHak atas tanah
Hak atas tanahSyaifOer
 
MATERI HK AGRARIA- P3.pptx
MATERI HK AGRARIA- P3.pptxMATERI HK AGRARIA- P3.pptx
MATERI HK AGRARIA- P3.pptxPADMA462037
 
power point Agraria kak heri.pptx
power point Agraria kak heri.pptxpower point Agraria kak heri.pptx
power point Agraria kak heri.pptxRIZKIASISTENSPV
 
HUKUM AGRARIA(KEL 8).pptx
HUKUM AGRARIA(KEL 8).pptxHUKUM AGRARIA(KEL 8).pptx
HUKUM AGRARIA(KEL 8).pptxelmiUtari
 
tanah ulayat oleh Dr Edy Ikhwan.pptx
tanah ulayat oleh Dr Edy Ikhwan.pptxtanah ulayat oleh Dr Edy Ikhwan.pptx
tanah ulayat oleh Dr Edy Ikhwan.pptxMuktiAliBerutu
 
Tugas pertanahan resume
Tugas pertanahan resumeTugas pertanahan resume
Tugas pertanahan resumeAdyPrabowo1
 
PENGANTAR UKUM AGRARA.pptx
PENGANTAR UKUM AGRARA.pptxPENGANTAR UKUM AGRARA.pptx
PENGANTAR UKUM AGRARA.pptxAchmadZuhri5
 
Hak hak atas tanah dan sistem konversi atas tanah
Hak hak atas tanah dan sistem konversi atas tanahHak hak atas tanah dan sistem konversi atas tanah
Hak hak atas tanah dan sistem konversi atas tanahrahmat_tiflen
 
HUKUM-AGRARIAMateri-PPM-MKn-2012-.ppt
HUKUM-AGRARIAMateri-PPM-MKn-2012-.pptHUKUM-AGRARIAMateri-PPM-MKn-2012-.ppt
HUKUM-AGRARIAMateri-PPM-MKn-2012-.ppttemmy17
 
Hukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptx
Hukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptxHukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptx
Hukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptxary-red78
 

Similar to Tata guna lahan pertemuan 1 2 (20)

Ideologi dan Gerakan Agraria di Indonesia
Ideologi dan Gerakan Agraria di IndonesiaIdeologi dan Gerakan Agraria di Indonesia
Ideologi dan Gerakan Agraria di Indonesia
 
PPT-HUKUM-AGRARIA.ppt
PPT-HUKUM-AGRARIA.pptPPT-HUKUM-AGRARIA.ppt
PPT-HUKUM-AGRARIA.ppt
 
HUKUM_AGRARIA.pptx
HUKUM_AGRARIA.pptxHUKUM_AGRARIA.pptx
HUKUM_AGRARIA.pptx
 
YURISPRUDENSI DAN DOKTRIN HUKUM TANAH.pptx
YURISPRUDENSI DAN DOKTRIN HUKUM TANAH.pptxYURISPRUDENSI DAN DOKTRIN HUKUM TANAH.pptx
YURISPRUDENSI DAN DOKTRIN HUKUM TANAH.pptx
 
SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM AGRARIA DI INDONESIA.pptx
SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM AGRARIA DI INDONESIA.pptxSEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM AGRARIA DI INDONESIA.pptx
SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM AGRARIA DI INDONESIA.pptx
 
2. Sumber Hukum Tanah.pptx
2. Sumber Hukum Tanah.pptx2. Sumber Hukum Tanah.pptx
2. Sumber Hukum Tanah.pptx
 
MATERI HK AGRARIA- P3.pptx
MATERI HK AGRARIA- P3.pptxMATERI HK AGRARIA- P3.pptx
MATERI HK AGRARIA- P3.pptx
 
ADMINISRASI PERTANAHAN I-2.pptx
ADMINISRASI PERTANAHAN I-2.pptxADMINISRASI PERTANAHAN I-2.pptx
ADMINISRASI PERTANAHAN I-2.pptx
 
Sengketa jual beli tanah adat
Sengketa jual beli tanah adatSengketa jual beli tanah adat
Sengketa jual beli tanah adat
 
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruikHak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
 
Hak atas tanah
Hak atas tanahHak atas tanah
Hak atas tanah
 
MATERI HK AGRARIA- P3.pptx
MATERI HK AGRARIA- P3.pptxMATERI HK AGRARIA- P3.pptx
MATERI HK AGRARIA- P3.pptx
 
power point Agraria kak heri.pptx
power point Agraria kak heri.pptxpower point Agraria kak heri.pptx
power point Agraria kak heri.pptx
 
HUKUM AGRARIA(KEL 8).pptx
HUKUM AGRARIA(KEL 8).pptxHUKUM AGRARIA(KEL 8).pptx
HUKUM AGRARIA(KEL 8).pptx
 
tanah ulayat oleh Dr Edy Ikhwan.pptx
tanah ulayat oleh Dr Edy Ikhwan.pptxtanah ulayat oleh Dr Edy Ikhwan.pptx
tanah ulayat oleh Dr Edy Ikhwan.pptx
 
Tugas pertanahan resume
Tugas pertanahan resumeTugas pertanahan resume
Tugas pertanahan resume
 
PENGANTAR UKUM AGRARA.pptx
PENGANTAR UKUM AGRARA.pptxPENGANTAR UKUM AGRARA.pptx
PENGANTAR UKUM AGRARA.pptx
 
Hak hak atas tanah dan sistem konversi atas tanah
Hak hak atas tanah dan sistem konversi atas tanahHak hak atas tanah dan sistem konversi atas tanah
Hak hak atas tanah dan sistem konversi atas tanah
 
HUKUM-AGRARIAMateri-PPM-MKn-2012-.ppt
HUKUM-AGRARIAMateri-PPM-MKn-2012-.pptHUKUM-AGRARIAMateri-PPM-MKn-2012-.ppt
HUKUM-AGRARIAMateri-PPM-MKn-2012-.ppt
 
Hukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptx
Hukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptxHukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptx
Hukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptx
 

Recently uploaded

Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxFucekBoy5
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxFeniannisa
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanIqbaalKamalludin1
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxEkoPriadi3
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdfAgungIstri3
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptAlMaliki1
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxendang nainggolan
 
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptxMAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptxadesofyanelabqory
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptxYudisHaqqiPrasetya
 

Recently uploaded (12)

Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
 
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptxMAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
 

Tata guna lahan pertemuan 1 2

  • 1. UNDANG-UNDANG 5 TAHUN 1960 (UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA) DAN PP PENATAGUNAAN TANAH
  • 2. SEJARAH PENGELOLAAN AGRARIA Era Pra Penjajahan,tanah itu milik kelompok: a. Kepala marga atau kepala ulayat b. Raja atau ratu memperuntukkan tanah bagi rakyat warga kerajaan c. Kepala desa mengatur peruntukkan tanah bagi warga di desanya d. Tidak ada hak milik mutlak perorangan e. Tanah yang ditinggalkan otomatis kembali pada marga/suku f. Tidak ada bukti tertulis
  • 3. PERTANAHAN DI ERA PENJAJAHAN a. Pra 1870 • Sejak datang Belanda 1602 semua pedagang dikenakan hak kadastral untuk hak-hak barat • Zaman Raffles mulai dikenalkan pajak tanah • 1830: Tanam Paksa yaitu tanah rakyat ditanami tanaman ekspor • Awal perambahan hutan oleh rakyat karena tanah usaha untuk tanam paksa
  • 4. PERTANAHAN DI ERA PENJAJAHAN Sesudah 1870: berlakunya hukum agraria kolonial •Tanah dengan perlakuan hukum adat stmpt •Tanah dengan hukum barat terus bertambah luas •Pembukaan perkebunan besar dengan hak erfpacht •Penebangan hutan oleh penguasa dan rakyat •Kerusakan lingkungan mulai meningkat
  • 5. PERTANAHAN DI ERA PENJAJAHAN Masa penjajahan Jepang Kekacauan, perambahan perkebunan dan kehutanan oleh rakyat Tujuan utama menunjang kemenangan Jepang Usaha mengambalikan lagi pengelolaan oleh Belanda Langkah darurat dalam agraria
  • 6. PERTANAHAN DI ERA (1945-1960) PRA UUPA Menghadapi peninggalan Jepang yang kacau Menertibkan, membentuk panitia Rancangan UUPA 1948 Nasionalisasi milik Belanda tahun 1959 Terbentuknya lembaga yang menangani pertanahan berupa departemen Agraria
  • 7. PERTANAHAN DI ERA UUPA (1960-1965) •UUPA diundangkan 24 Sept 1960 •Departemen Agraria •UU 56 tahun 1960: penataan batas pengua-saan maksimum luas tanah pertanian , PP 10 thun 1961 tentang pendaftaran tanah •Akademi Agraria di Jogyakarta; Akademi pendafaran tanah di Semarang •Isue Landreform dimanfaatkan petani untuk kepentingan politik; penjarahan perkebunan dan kehutanan mencapai puncak tahun 1965
  • 8. SEJARAH UU 5/1960 Tgl 24 September 1960 disahkan presiden Sukarno Perubahan fundamental : struktur perangkat hukum, konsepsi yang mendasarinya dan isi. Sebelum ada UU 5/1960 berlaku berbagai perangkat hukum agraria: Bersumber pada hukum adat (komunalistik), Bersumber pada hukum barat (liberal) Bekas pemerintahan swapraja yang bersfat feodal Bersumber pada hukum adminisrasi negara (agrarishe wet 1870)
  • 9. PANCA PROGRAM AGRARIAN REFORM INDONESIA •Pembaruan hukum agraria melalui unifikasi hukum nasional dan memberi kepastian hak. •Penghapusan hak asing dan konsesi kolonial atas tanah •Menghindari penghisapan feodal secara berangsur •Perombakan pemilikan dan peguasaan tanah •Perencanaan persediaan dan peruntukan bumi, air dan kekayaan alam
  • 10. PENGERTIAN AGRARIA •Menurut UU 5/1960: melipui bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya •Pasal 48: tenaga dan unsur yang dapat digunakan untuk usaha memperkembagkan dan memelihara kesuburan bumi, air serta kekayaan yang terkandug di dalamnya. •Pengertian bumi meliputi permukaan bumi tanah , tubuh bumi di bawahnya serta yang berada di bawah air (pasal 4 ayat 1)
  • 11. PENGERTIAN HUKUM AGRARIA Kelompok berbagai bidang hukum yg mengatur hak penguasaan atas sumber daya alam tertentu. Hukum tanah Hukum air Hukum pertambangan Hukum kehutanan Hukum perikanan Hukum penguasaan atas tenaga dan unsur-unsur dalam ruang angkasa
  • 12. HAK PENGUASAAN ATAS TANAH •Hak bangsa Indonesia •Hak menguasai dari negara •Hak ulayat masyarakat hukum adat •Hak individual: a. hak individu yang bersumber pada hak bangsa b. wakaf c. Hak jaminan atas tanah.
  • 13. HAK ATAS TANAH (UU5/60 PS4) Primer: Hak Milik, Hak Guna Usaha, hak guna bangunan, yang diberikan negara dan hak pakai yang juga diberikan negara Sekunder: hak guna bangunan dan hak pakai, yang diberikan oleh pemilk tanah, hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak menumpang, hak sewa dan ainnya.
  • 14. HUKUM TANAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA Agrarische wet 1870 lahir atas desakan kapitalis krn sebelumna harus menyewa tanah dr pemerintah: Diberikan tanah dengan hak erfpacht selama 75 tahun Tanah pribumi yg dipakai turun temurun (hak milik adat) dapat diberkan hak eigendom Perewaan atau serah pakai anah oleh orang pribumi kepada non pribumi diatur oleh ordonansi
  • 15. HUKUM TANAH ADMINISTRASI PEMERIN- TAHAN HINDIA BELANDA(2) •Domein verklaring: semua tanah kosong dalam wilayah pemerintahan langsung adalah domein negara kecuali yang diusahakan oleh penduduk asli dengan hak yg bersumber pada hak membuka hutan. •Fungsi domein verklaring: Landasan hukum bagi pemerintah yang mewakili negara sebagai pemilik tanah Pembuktian pemilikan
  • 16. PERMASALAHAN Dalam tafsiran pemerintah hindia Belanda tanah yang dimiliki rakyat dengan hak milik adat , demikian pula tanah ulayat adalah domein negara. Hukum tanah yang dualistik, dalam hukum perdata ada diskriminasi hukum yang berlaku antara golongan Eropa dan Timur asing China berlakukhukum Barat; bagi golongan timur asing non china berlaku sebagtian hukum perdata Barat, dan bagi pribumi berlaku hukum erdata adat. Ada tanah hak Barat dan hak Indonesia Hukum tanah Barat yang individualistik Hukum adat yang tidak murni lagi Tidak adanya jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan
  • 17. PENYESUAIAN HUKUM AGRARIA SETELAH PROKLAMASI KEMERDEKAAN Penghapusan desa perdikan di Surakarta dan jogyakarta (hak istimewa Raja memberi hak pada bekel pemegang apanage untuk memperoleh seperlima dari hasil rakyat, penguasa 2/5 sehingga rakyatdpt 2/5 saja; rakyat wajib bekerja untuk penguasa. Menghapus tanah partikelir (tanah hak erfpacht perkebunan besar, tanah hak konsesi, hak eigendom, opstal dan erfpacht perumahan Pengawasan terhadap pemindahan hak
  • 18. PASAL 16 UUPA : HAK ATAS TANAH a. Hak Milik b. Hak Guna Usaha (HGU) c. Hak Guna Bangunan (HGB) d. Hak Pakai e. Hak Sewa f. Hak Membuka Tanah g. Hak Memungut Hasil Hutan h. Hak-hak lain yg tidak termasuk di atas yang akan ditetapkan pada UU
  • 19. PASAL 16 UUPA : HAK ATAS AIR DAN RUANG ANGKASA Hak atas air dan ruang angkasa 1 Hak Guna Air 2. Hak Pemeliharaan dan penangkapan ikan 3. Hak Guna ruang angkasa
  • 20. PERBEDAAN HAK MASA HINDIA BELANDA, KEMERDEKAAN & HAK BARAT Hak Barat UU Hindia Belanda UUPA Free hold (hak milik) Hak Erfpacht Hak Guna Usaha Lease hold (hak sewa) Hak Opstal Hak Guna Bangunan Hak Eigendom Hak Milik dsb Hak Sekunder seperti hak Pakai Hak Sewa Hak Agunan/ gadai
  • 21. HUKUM ADAT DALAM HUKUM TANAH NASIONAL •Penjelasan UUPA hukum adat itu adalah hukum aslinya golongan pribumi, yg merupa-kan hukum yang hidup dalam bentuk tertulis dan tak tertulis dan mengandung unsur nasional yang asli, yaitu sifat kemasyarakatan dan kekeluargaan •Hukum adat: hak ulayat masyaakat hukum adat, hak kepala adat dan para tetua adat, hak-hak atas tanah.
  • 22. DEFINISI TER HAAR rumusan Ter Haar masyarakat hukum adat adalah kelompok masyarakat yang teratur, menetap disuatu daerah tertentu, mempunyai kekuasaan sendiri, dan mempunyai kekayaan sendiri baik berupa benda yang terlihat maupaun tidak terlihat, dimana para anggota kesatuan masing-masing mengalami kehidupan dalam masyarakat sebagai hal yang wajar menurut kodrat alam dan tidak seorangpun diantara para anggota itu mempunyai pikiran atau kecenderungan untuk membubarkan ikatan yang telah tumbuh itu atau meninggalkannya dalam arti melepaskan diri dari ikatan itu untuk selama-lamanya.
  • 23. WILAYAH HUKUM ADAT Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Van Vollenhoven, jauh sebelum kemerdekaan di wilayah nusantara terdapat 19 wilayah hukum adat, yaitu daerah Aceh, (2) Gayo, Alas, Batak dan Nias, (3) Minangkabau, Mentawai, (4) Sumatera Selatan, Enggano, (5) Melayu, (6) Bangka, Belitung, (7) Kalimantan, (8) Minahasa, (9) Gorontalo, (10) Toraja, (11) Sulawesi Selatan, (12) Kepulauan Ternate, (13) Maluku, (14) Irian Barat, (15) Kepulauan Timor, (16) Bali, Lombok, (17) Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, (18) Solo, Yogyakarta, (19) Jawa Barat, Jakarta.
  • 24. WILAYAH HUKUM ADAT penjelasan Bab VI UUD 1945 : dalam teritori Indonesia terdapat lebih kurang 250 Zelfbestuurende land- schappen dan Volksgemeen -schappen, seperti Desa di Jawa dan Bali, Nagari di Minang-kabau, Dusun dan Marga di Palembang dan sebagainya. Daerah ini mempunyai susunan asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa.
  • 25. HAK ULAYAT DALAM UUPA Hak ulayat diakui dengan syarat: Eksistensinya: sepanjang menurut kenyataannya masih ada Pelaksanaan harus sesuai kepentingan nasional dan negara
  • 26. UNDANG-UNDANG NO.39 TAHUN 1999 TENTANG HAM Undang-Undang No.39 tahun 1999 tentang HAM ini, boleh dibilang sebagai operasionalisasi dari TAP MPR XVII/1998 yang menegaskan bahwa hak-hak masyarakat hukum adat sebagai bagian dari Hak Asazi Manusia. Pasal 6 UU No.39/1999, menyebutkan: Dalam rangka penegakkan hak asasi manusia, perbedaan dan kebutuhan dalam masyarakat hukum adat harus diperhatikan dan dilindungi oleh hukum, masyarakat, dan pemerintah. Indentitas budaya masyarakat hukum adat, termasuk hak atas tanah ulayat dilindungi, selaras dengan perkembangan jaman.
  • 27. UU NO. 41/1999 TENTANG KEHUTANAN pasal 1 angka 6: Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat Hutan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dapat berupa hutan; dan bahwa Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah (pasal 1 angka 4).
  • 28. UUK NO 41 TAHUN 1999 Dephut diberikan mandat untuk menetapkan mana yang merupakan kawasan hutan dan mana yang bukan serta juga menetapkan fungsi hutannya. Seharusnya Dephut (Sekarang Deptanhut) hanya menetapkan fungsinya bukan statusnya, untuk mencegah conflict of interest. Sehingga sebaiknya ditetapkan adanya kawasan hutan negara (Public forest) dilakukan melalui proses pengukuhan hutan secara partisipatif sehingga penetapatn staus hutan menjadi legal dan legitimate
  • 29. HAK ADAT VS HAK NEGARA Masyarakat Hukum Adat memiliki hak yang bersifat Original atau hak asli yang diciptakan sendiri sebelum ada pengaturan hak lainnya. Istilah hukum a prima facie yang mengatur terlebih dahulu. Sedangkan yang diatur mencakup atas tanah dan sumber daya hutan. Sedangkan hak-hak yang dikenal dalam bidang kehutanan bersifat Derivat atau pemberian hak atas penguasaan oleh negara contohnya adalah HPH, HPHTI, HPP, HPHKM
  • 30. HAK ADAT VS HAK NEGARA Bila hak tersebut berasal dari tanah negara maka bentuk haknya adalah pemberian (granting) yang dapat ditarik kembali oleh negara sedangkan bila hak berasal dari hak adat maka bentuknya adalah pengakuan (recognition) yang tak dapat ditarik kembali oleh negara.
  • 31. HUKUM ADAT DAN HAK PENGELOLAAN UUPA Nomor 5 tahun 1960 hak pengelolaan dapat diberikan kepada masyarakat hukum adat Masyarakat adat memerlukan kepastian hak yang bersifat khusus (ekslusif; tidak tumpang tindih dengan hak lain), dimana masyarakat dapat melestarikan, memanfaatkan (termasuk membudidayakan), memasarkan hasil hutan, serta tidak dapat dipindah tangankan kepada pihak lain diluar masyarakat hukum adat tersebut.
  • 32. HAK MENGUASAI DARI NEGARA Diatur pada pasal 2 UUPA: Pasal 33 ayat 3 UUD bumi air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, pada tingkatan yang tertinggi dikuasai negara Wewenang Hak menguasai negara memberi wewenang untuk: 1. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pe- meliharaan bumi, air dan ruang angkasa 2. menentukan dan mengatur hubungan hukum
  • 33. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH
  • 34. DEFINISI Penatagunaan tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil. Penguasaan tanah adalah hubungan hukum antara orang per orang, kelompok orang, atau badan hukum dengan tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang- undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria.
  • 35. PENATAGUNAAN TANAH BERTUJUAN UNTUK: a. mengatur penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah bagi berbagai kebutuhan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah; b. mewujudkan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah agar sesuai dengan arahan fungsi kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah; c. mewujudkan tertib pertanahan yang meliputi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah termasuk pemeliharaan tanah serta pengendalian pemanfaatan tanah; d. menjamin kepastian hukum untuk menguasai, menggunakan dan memanfaatkan tanah bagi masyarakat yang mempunyai hubungan hukum dengan tanah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah ditetapkan.
  • 36. KEBIJAKAN PENATAGUNAAN TANAH DISELENGGARAKAN TERHADAP: a. bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya baik yang sudah atau belum terdaftar; b. tanah negara; c. tanah ulayat masyarakat hukum adat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
  • 37. CONTOH PASAL Pasal 7 (1) Terhadap tanah-tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, penggunaan dan pemanfaatan tanahnya harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. Pasal 8 Pemegang hak atas tanah wajib menggunakan dan dapat memanfaatkan tanah sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah, serta memelihara tanah dan mencegah kerusakan tanah.
  • 38. (1) Terhadap tanah dalam kawasan lindung yang belum ada hak atas tanahnya dapat diberikan hak atas tanah, kecuali pada kawasan hutan. (2) Terhadap tanah dalam kawasan cagar budaya yang belum ada hak atas tanahnya dapat diberikan hak atas tanah tertentu sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku, kecuali pada lokasi situs. Pasal 12 Tanah yang berasal dari tanah timbul atau hasil reklamasi di wilayah perairan pantai, pasang surut, rawa, danau, dan bekas sungai dikuasai langsung oleh Negara.
  • 39. PASAL 13 (1) Penggunaan dan pemanfaatan tanah di kawasan lindung atau kawasan budidaya harus sesuai dengan fungsi kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah. (2) Penggunaan dan pemanfaatan tanah di kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh mengganggu fungsi alam, tidak mengubah bentang alam dan ekosistem alami. (3) Penggunaan tanah di kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh diterlantarkan, harus dipelihara dan dicegah kerusakannya. (4) Pemanfaatan tanah di Kawasan Budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak saling bertentangan, tidak saling mengganggu, dan memberikan peningkatan nilai tambah terhadap penggunaan tanahnya.
  • 40. PENYESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN (5) Penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan dengan mempertimbangkan: a. kebijakan penatagunaan tanah; b. hak-hak masyarakat pemilik tanah; c. investasi pembangunan prasarana dan sarana; d. evaluasi tanah. (6) Dalam pelaksanaan penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan dengan melibatkan peranserta masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, melalui upaya a. penataan kembali; b. upaya kemitraan; c. penyerahan dan pelepasan hak atas tanah kepada negara atau pihak lain dengan penggantian sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
  • 41. PASAL 28 Pembinaan dan pengendalian penatagunaan tanah terhadap pemegang hak atas tanah diselenggarakan pula dengan pemberian insentif dan pengenaan disinsentif. Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada pemegang hak atas tanah yang secara sukarela melakukan penyesuaian penggunaan tanah. Disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan kepada pemegang hak atas tanah yang belum melaksanakan penyesuaian penggunaan tanahnya. Bentuk-bentuk insentif dan disinsentif ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
  • 42. PENATAAN KEMBALI (LAND CONSOLIDATION) Pasal 29 Pemerintah melaksanakan penataan kembali terhadap pemegang hak atas tanah dari golongan ekonomi lemah.
  • 43. KONSOLIDASI TANAH Penataan penguasaan dan penggunaan bidang-bidang tanah Pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan Untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumberdaya alam Melibatkan partisipasi masyarakat
  • 44. KONSOLIDASI TANAH Adalah kebijakan pertanahan mengenai penataan kembali penguasaan dan penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan, untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumberdaya alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat (Perkaban no 4 tahun 1991)
  • 45. TUJUAN Tercapainya pemanfaatan tanah secara optimal, melalui peningkatan efisiensi dan produktifitas penggunaan tanah Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan secara bersama-sama Meningkatkan efisiensi penggunaan tanah dan pemantapan kepastian hukum pemilik tanah melalui penataan penggunaan dan penguasaan tanah
  • 46. LAND CONSOLIDATION CAN BE APPLIED IN AREAS With haphazard developments & uncontroled settlements With inadequate infrastructure facilities With fragmented or irregularly shape land holdings At the periphery of metropolises under development presures
  • 47. MENGAPA DIBUTUHKAN KONSOLIDASI LAHAN? Perkotaan: banyak pemukiman kumuh, tidak teratur menyulitkan penyediaan infrastruktur Pertanian dan perdesaan: lahan pertanian yang terpencar fragmentasi dan menyempitnya lahan
  • 50. KONSOLIDASI LAHAN DI INDONESIA Kendala Kebijakan: 1. Tak ada aturan bagi mereka yang tidak mau berpartisipasi secara sukarela 2. Tidak ada aturan kopensasi bagi aset yang hilang 3. Tidak ada aturan apakah hak telah disertifikasi atau belum 4. Partisipasi masyarakat dala pengelolaan tidak dijamin 5. Tak ada aturan bagi sektor koperasi dan swasta
  • 51. KONSOLIDASI LAHAN DI INDONESIA B. Kendala operasional : Dibutuhkan keterampilan teknis valuasi, perencanaan dan pengembangan tapak Partisipasi publik pada proses konsultasi dalam perencanaan dan disain/perancangan proyek kurang Tak adanya transparansi Tak adanya pendanaan dari pemerintah pusat maupun daerah
  • 52. KONSOLIDASI LAHAN DI INDONESIA Prosedur implementasi tidak memadai: 1. Prosedur evaluasi tidak diterapkan 2. Tidak berimbang antara biaya dan manfaat 3. Partisipasi masyarakat dalam rancangan proyek tidak memadai 4. Tidak adanya transparansi dana