SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
HAK-HAK ATAS TANAH DAN SISTEM KONVERSI ATAS TANAH
Makalah ini disusun untuk memenuhi pada mata kuliah Hukum Agraria
semester Lima
Oleh:
1. RachmatullahTiflen
2. Zul Fahmi
3. Zul Fikar Awaludin
4. Zaenal Arifin
Dosen pembimbing :
Dra. Hafni Muchtar, SH. MH..
Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri
Jakarta
2013
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb
Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang tidak pernah putus
rahmat dan kasih sayangnya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad saw, kepada keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.
Mudah-mudahan kita bisa mendapatkan syafaatnya di yaumil qiyamah kelak.
Alhamdulillah atas karunia Allah yang telah diberikan kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “HAK-HAK ATAS TANAH DAN SISTEM
KONVERSI ATAS TANAH”. Tugas ini disusun pada mata kuliah Hukum Agraria semester
Lima, jurusan Peradilan Agama, fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Kami mohon maaf kepada para pembaca, apabila dalam makalah ini masih banyak
kekurangan, kekhilafan dan kealpaan mohon dimaklumi. Serta kami berharap mudah-
mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami umumnya bagi para pembaca.
Amin.
Wassalamu’alaikum wr. wb
Ciputat, 06 Oktober 2013
Ttd.
Penyusun
2
Daftar Isi
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .i
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .ii
BAB 1
Pendahuluan
• Latar belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Bab II
Pembahasan
A. Hak-hak atas tanah dalan UUPA dan system konversi hak-hak atas
tanah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . .3
1. Hak atas Tanah yang bersifat originer (Primer)
a. Hak Milik Atas Tanah (HM)
b. Hak Guna Usaha (HGU)
c. Hak Guna Bangunan (HGB)
d. Hak Pakai (HP)
2. Hak atas Tanah yang bersifat Derevatif (Sekunder)
a. Hak Gadai
b. Hak Usaha Bagi Hasil
c. Hak Menumpang
d. Hak Sewa Tanah Pertanian
B. Aspek-aspek Konversi Hak atas Tanah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. 7
1. Pengertian Konversi
2. Tujuan Konversi
3. Terjadinya Konversi
4. Pelaksanaan Konversi
3
C. Konversi Hak atas
Tanah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
1. Upaya menuju Unifikasi dalam Hukum Tanah Indonesia
a. Keadaan Hukum Tanah Indonesia Sebelum UUPA
b. Tujuan Undang-undang Pokok Agraria
c. Konversi Sebagai Salah Satu Upaya Menuju Unifikasi Hukum Tanah
Nasional
BAB III
Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
Daftar pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .iii
4
Daftar Pustaka
 Harsono, Buedi. Hukum Agraria Indonesia: sejarah pembentukan undang-undang
pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaan. Jakarta: Djambatan, 1997.
 Supardi, Hukum Agraria (Jakarta: Sinar Grafika, 2009)
 http://leonelaan.blogspot.com/2010/07/konversi-hak-atas-tanah.html
 Soimin, Soedharyo. Status Hak dan Pembebasan Tanah, (Jakarta: sinar Grafika,
2008)
 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 25 cm).
 Ahmad Chomzah, Ali. Hukum Agraria Pertanahan Indonesia, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, Cet. 1, 2004)
 Suardi, Op.Cit.
 https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC8QFjAB&url=http
%3A%2F%2Flontar.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F131368-T%252027518-
Kekuatan%2520hukum-
Pendahuluan.pdf&ei=m3NRUsr2A8_OrQfJlYGoCw&usg=AFQjCNHrkOUpLqUC1t
zKL3j3fk2vCjjQew&sig2=jaoWLUlBL21wHZIegtpymg&bvm=bv.53537100,d.bmk
 Urip Santoso,Hak atas Tanah.
5
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Dalam kehidupan manusia, tanah merupakan faktor yang sangat penting. Karena pada
kehidupan manusia sama sekali tidak dapat dipisahkan dari tanah.Manusia hidup di atas tanah
(bermukim) dan memperoleh bahan pangan dengan cara mendayagunakan tanah, lebih dari
itu tanah juga mempunyai hubungan yang emosional dengan manusia. Setiap orang tentu
memerlukan tanah, bukan hanya dalam kehidupannya saja, untuk meninggalpun manusia
masih memerlukan tanah sebagai tempat peristirahatan. Manusia hidup senang serba
kecukupan jika mereka dapat menggunakan tanah yang dikuasai atau dimilikinya sesuai
dengan hukum alam yang berlaku, dan manusia akan dapat hidup tentram dan damai jika
mereka dapat menggunakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan batas-batas tertentu
dalam hukum yang berlaku yang mengatur kehidupan manusia itu dalam masyarakat.1
Kemudian dari hak-hak atas tanah itu yang kemudian menyangkut masalah dengan hak-
hak konvensi. Diantara salah satu warisan feudal yang sangat merugikan rakyat ialah
lembaga konversi yang berlaku dikeridenan Surakarta dan daerah istimewa Yogyakarta.
Dalam tahun 1948 lembaga konversi dihapuskan yang salah satu contohnya ialah lembaga
kadaster pada masa belanda. Kiranya ada baiknya juga untuk mengetahui sejarahnya, agar
kita dapat mengerti dan menghargai tindakan revolusioner yang mengakibatkan hapusnya
lembaga tersebut beserta hak-hak yang bersangkutan.
Sejak permulaan abad ke-19 orang-orang asing sudah mulai mengadakan usaha didaerah
Surakarta dan yogjakarta, yang dulu disebut “vorstenlanden”. Didaerah-daerah tersebut
semua tanah adalah milik Raja. Rakyat hanyalah sekedar memakainya saja. Mereka ini
diwajibkan menyerahkan sebagian (seperdua atau sepertiga) dari hasil tanahnya kepada raja,
jika yang dikuasainya tanah pertanian atau melakukan kerja paksa jika tanahnya tanah
pekarangan. Kepada anggota keluarganya dan hamba-hambanya yang berjasa atau setia oleh
raja diberikan tanah sebagai nafkah. Pembagian tanah itu disertai pula pelimpahan hak raja
1
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC8QFjAB&url=http%3A%2F
%2Flontar.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F131368-T%252027518-Kekuatan%2520hukum-
Pendahuluan.pdf&ei=m3NRUsr2A8_OrQfJlYGoCw&usg=AFQjCNHrkOUpLqUC1tzKL3j3fk2vCjjQew&sig2
=jaoWLUlBL21wHZIegtpymg&bvm=bv.53537100,d.bmk
6
atas bagian hasil tanah tersebut diatas. Merekapun berhak menuntut kerja paksa. Stalsel ini
disebut stalsel apanage.2
Konsep hak-hak atas tanah yang terdapat dalam Hukum Agraria Nasional membagi hak-
hak atas tanah dalam dua bentuk, yaitu :
1. Hak-hak atas tanah yang bersifat primer, yaitu hak-hak atas tanah yang dapat dimiliki
atau dikuasai secara langsung oleh seorang atau badan hukum yang mempunyai
waktu lama dan dapat dipindah-tangankan kepada orang lain atau ahliwarisnya.
2. Hak-hak atas tanah yang bersifat sekunder, yaitu hak-hak atas tanah yang bersifat
sementara. Dikatakan bersifat sementara, karena hak-hak tersebut dinikmati dalam
waktu terbatas, dan hak-hak itu dimiliki oleh orang lain.
Kemudian pada prosesnya pula dari stelsel apanage dihapuskan. Semua tanah itu diambil
kembali oleh raja dan para bekas pemegang apanage mendapatkan tunjangan berupa uang
setiap bulan. Rakyat diberi hak atas tanah dengan tidak ada kewajiban untuk melakukan kerja
paksa. Dalam pada itu kepentingan paara penguasa tdaklah diabaikan begitu saja. Kepada
mereka masih diberikan jaminan-jaminan istimewa, yang tidak dijumpai didaerah luar
Surakarta dan Yogyakarta.
Didalam penguasaan-penguasaan yang dilakukan oleh warga asing. Olehkarenanya dapat
kita melihat proses-proses yang menjadikan hak-hak atas tanah yang berada di Indonesia ini,
apa sajakah yang menjadikan tanah itu merupakan hak penuh dari seseorang atau yang
menjadi tanah-tanah sementara bagi setiap warga Indonesia.
2
Buedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: sejarah pembentukan undang-undang pokok Agraria, Isi dan
Pelaksanaan. (Jakarta: Djambatan, 1997), h. 88-89.
7
BAB II
Pembahasan
A. Hak-hak Atas Tanah dan Sistem Konversi atas Tanah
Penerapan hak-hak atas tanah, diatur didalam Pasal-pasal UUPA yang menyebutkan
adanya dan macamnya hak-hak atas tanah adalah pasal 4 ayat 1 dan 2, 16 ayat 1 dan 53.
Pasal 4 ayat 1 dan 2 berbunyi sebagai berikut:
(1) Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai dimaksud dalam pasal 2 ditentukan
adanya amacam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat
diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama
dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum.
(2) Hak hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini memberi kewenangan untuk
mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air serta
ruang angkasa yang ada diatasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan yang
langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut
undang-undang ini dan peraturan-peraturan hukum yang lebih tinggi.
Kemudian dari penjelasan hak-hak atas tanah yang dimaksud diatas ditentukan didalam pasal
16 ayat 1 serta ruang lingkup dari hak-hak tanah sampai kepada sifat yang bersifat sementara
sebagaimana diatur pula didalam pasal 53.3
Konsep hak-hak atas tanah yang terdapat dalam hukum agraria Nasional membagi hak-
hak atas tanah dalam dua bentuk. Pertama : hak-hak atas tanah yang bersifat primer. Kedua :
hak hak atas tanah yang bersifat sekunder.
I. Hak-hak atas Tanah yang bersifat Originer (Primer)
Pengertian hak-hak atas tanah primer adalah hak-hak atas tanah yang dapat mempunyai
waktu lama dan dapat berpindah tangankan kepada orang lain atas ahli warisnya.4
Dalam
UUPA terdapat beberapa hak atas tanah yang bersifat primer, yaitu:
1. Hak Milik atas tanah (HM);
3
Buedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: sejarah pembentukan undang-undang pokok Agraria, Isi dan
Pelaksanaan. (Jakarta: Djambatan, 1997), h. 252-253.
4
Supardi, Hukum Agraria (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 64.
8
Ketentuan mengenai hak milik disebutkan dalam pasal 16 ayat 1 huruf a UUPA. Secara
khusus diatur dalam pasal 20 sampai dengan pasla 27 UUPA. Menurut pasal 50 ayat 1
UUPA, ketentuan lebih lanjut diatur dengan Undang-undang.
2. Hak Guna Usaha (HGU);
Menurt pasal 28 ayat 1 UUPA, yang dimaksud hak guna usaaha adalah hak untuk
mengusahakan tanah yng dikuasai langsung oleh negara. Luas hak guna usaha untuk
perseorangan minimalnya 5 hektar dan maksimalnya 25 hektar. Sedangkan untuk badan
hukum luas minimalnya 5 hektar dan maksimalnya diatur dalam pasal 5 UU No. 40 tahun
1996.
Subjek Hak guna usaha menurut pasal 30 UUPA jo. Pasal 2 PP No. 40 Tahun 1996, yaitu:
1. Warga Negara Indonesia;
2. Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia.
Terjadinya hak guna usaha karena adanya penetapan pemerintah. Jangka waktu hak guna
usaha untuk pertama kalinya paling lama 35 tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka
waktu 25 tahun (pasal 29 UUPA). Permohonan perpanjangan jangka waktu diajukan
selambat-lambatnya 2 tahun sebelum berakhirnya jangka waktu hak guna usaha tersebut.
Hapusnya hak guna usaha berdasarkan pasal 34 UUPA, yaitu :
1. Jangka waktunya berakhir
2. Diberhrntikan sebelum janghka
waktu berakhir karena sesuatu
syarat tidak terpenuhi
3. Dilepaskan oleh pemegang haknya
sebelum jangka waktunya berakhir
4. Diterlantarkan
5. Tanahnya musnah
6. Ketentuan dalam pasal 3 ayat 2
9
3. Hak Guna Bangunan (HGB)
Menurut pasal 35 UUPA, hak guna bangunan, yaitu hak untuk mendirikan dan
mempunyai bangunan atas tanah yang bukan milikya dengan jangka waktu paling lama 30
tahun dan dapat diperpanjang paling lama 20 tahun.
Subjek hak guna bangunan, yaitu :
a. Warga Negara Indonesia;
b. Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia.
4. Hak pakai (HP).
Menurut pasal 41 ayat 1 UUPA, hak pakai, yaitu hak untk menggunakan dan atau
memungut hasil dari tanah yang dikuasai oleh negara atau tanah milik orang lain yng
memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh
pejabat yang berwenang asal tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan UUPA.
Sunjek hak pakai, yaitu :
1. Warga Negara Indonesia
2. Orng Asing yang Berkedudukan di Indonesia
3. Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia
4. Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia
II. Hak atas tanah yang bersifat Derevatif (sekunder)
Pengertian hak atas tanah ini ialah hak atas tanah yang tidak langsung bersumber kepada
hak bangsa Negara Indonesia dan diberikan oleh pemilik tanah dengan cara memperolehnya
melalui perjanjian pemberian hak antara pemilik tanah dan calon pemegang hak yang
bersangkutan.5
Hak atas tanah ini sifatnya sementara, dalam waktu yang singkat akan
dihapuskan dikarenakan mengandung sifat-sifat pemerasan, mengandung sifat feodal, dan
bertentangan dengan jiwa UUPA.
Hak Atas Tanah Yang Bersifat Sementara yaitu hak atas tanah yang berasal dari tanah
pihak lain. Macam-macam hak atas tanah ini adalah hak guna bangunan atas tanah hak milik,
hak pakai atas tanah hak pengelolaan, hak pakai atas tanah hak milik, hak sewa untuk
bangunan, hak gadai (gadai tanah), hak usaha bagi hasil (perjanjian bagi hasil), hak
menumpang, dan hak sewa tanah pertanian. Diantara macam-macam tersebut, yaitu:
5
http://leonelaan.blogspot.com/2010/07/konversi-hak-atas-tanah.html
1. Hak Gadai
Pengertian hak gadai adalah penyerahan sebidang tanah milik seseorang kepada orang
lain untuk sementara wktu yang disertai dengan pembayaran dengan ketentuan pemilik tanah
dapat memperoleh kembali tanahnya apabila melakukan penebusan.
Jangka waktu hak gadai, dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Hak gadai yang lamanya tidak ditentukan;
b. Hak gadai yang lamanya ditentukan;
Hapusnya hak gadai, karena :
a) Telah dilakuktan penebusan
b) Hak gadai sudah berlangsung 7 tahun atau lebih
c) Adanya putusan pengadilan
d) Tanahnya dicabut untuk kepentinga umum
e) Tanahnya musnah
2. Hak Usaha Bagi Hasil
Hak guna usaha ialah bentuk hak atas tanah yang dapat diberikan kepada pemegang hak.6
Menurut Boedi Harsono hak usaha bagi hasil adalah hak seseorang atau badan hukm(yang
disebut penggarap) untuk menyelenggarakan usaha pertanian diatas tanah kepunyaan pihak
lain (yang disebut pemilik) dengan perjanjian bahwa hasilnya akan dibagi antara kedua belah
pihak menurut imbangan yang telah disetujui sebelumnya.
Jangka waktu hak usaha bagi hasil diatur dalam UU No. 2 Tahun 1960, yaitu Lamanya
jangka waktu perjanjian bagi hasil untuk tanaah sawah sekurang-kurangnya 3 tahun dan
untuk tanah kering sekurang-kurangnya 5 tahun.
Hapusnya hak usaha bagi hasil , yaitu :
a. Jangka waktu berakhir;
b. Perjanjian dibatalkan atas persetujuan kedua belah pihak;
c. Pemilik tanah meninggal dunia;
d. Adanya pelanggaran oleh penggarap terhadap ;larangan dalam perjanjian;
e. Tanahnya musnah.7
Kemudian akan hapusnya guna usaha, dapat pula terjadi diantaranya:
a) Dicabut untuk kepentingan umum;
6
Soedharyo soimin, Status Hak dan Pembebasan Tanah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 24.
7
.
b) Ditelantarkan;
c) Ketentuan dalam pasal 30 ayat (2) (pasal 34 Undang-undang pokok Agraria.8
3. Hak Menumpang
Menurut Boedi Harsosno hak menumpang adalah hak yang memberi wewenang kepada
seseprang untuk mendirikan dan menempati rumah diatas tanah pekarangan milik orang lain.
Hak menumpang biasanya terjadi atas dasar kepercayaan pemilik tanah kepada orang dalam
bentuk tidak tertulis, tidak ada saksi, dan tidak diketahui oleh peangkat Desa/kelurahan
setampat, sehingga jauh dari jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi kedua
belah pihak.
Hapusnya hak menumpang atas faktor-faktor :
a. Pemilik tanah mengakhiri hubungan hak menumpang;
b. Hak milik yang bersangkutan dicabuat untuk kepentingan umum;
c. Pemegang hak menumpang melepaskan secara sukarela.
4.Hak Sewa Tanah Pertanian
Hak sewa tanah pertanian adalah suatu perbuatan hukum dalam bentuk penyerahan
kekuasaan tanah pertanian oleh pemilik ntanah pertanian kepada pihak lain dalm jangka
waktu tertantu dan sejumlah uang sebagai sewa atas dasar kesepakatan kedua belah pihak.
Hapusnya hak sewa pertanian , karena :
1. Jangka waktunya berakhir;
2. Hak sewanya dialihkan kepada pihak lain tanpa persetujuan dari pemilik tanah keculi
diperkenankan oleh pemilik tanah;
3. Hak sewa dilepaskan sukarela oleh penyewa;
4. Hak atas tanah dicabut untuk kepentingan umum;
5. Tanahnya musnah.
B. Aspek-aspek Konversi Hak-hak atas Tanah
Aspek-aspek konversi hak-hak atas tanah ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pengertian konversi.
Konversi berasal dari bahasa belanda yang asalnya konvensi. Penggunaan makna
konvensi dari bahasa belanda itu, di tafsirkan menjadi konversi. Konversi didalam kamus
8
Soedharyo soimin, Status Hak dan Pembebasan Tanah, (Jakarta: sinar Grafika, 2008), h. 26.
bahasa Indonesia yaitu perubahan pemilikan atas suatu benda.9
Kata konversi berasal dari
bahasa latin convertera yang berarti membalikkan atau mengubah nama dengan memberikan
nama dengan pemberian nama baru atau sifat baru sehingga mempunyai isi dan makna baru.
Sedangkan pengertian konversi dalam hukum agraria adalah perubahan hak lama atas
tanah menjadi hak baru. Yang dimaksud dengan hak-hak lama adalah hak-hak atas tanah
sebelum berlakunya UUPA, dan yang dimaksud dengan hak-hak adalah hak-hak yang
memuat UUPA khususnya pasal 16 ayat 1, c.q hak milik, hak guna Bangunan, Hak Guna
Usaha dan Hak Pakai.10
2. Tujuan Konversi
Tujuan daripada konversi adalah usaha-usaha untuk penataan kembali hak-hak atas tanah
yang berasal dari hak-hak adat maupun hak-hak barat dan untuk mengembalikan fungsi sosial
atas penguasaan tanah sesuai dengan pancasila dan UUD 1945 serta melenyapkan system
barat.11
3. Terjadinya konversi
Pada prinsipnya konversi hak-hak lama menjadi hak baru sesuai dengan ketentuan
UUPA, menurut ketentuan-ketentuan konversi terjadinya konversi karena tiga kemungkinan,
yaitu:
a. Konversi yang terjadi dengan sendirinya karena hukum;
b. Konversi yang terjadi setelah diperoleh suatu tindakan yang bersifat deklaratoir dari
instansi yang berwewenang;
c. Konversi yang terjadi melalui suatu tindakan yang bersifat konstitutif.12
4. Pelaksanaan konversi
Pelaksanaan konversi hak atas tanah secara garis besar diuraikan sebagai berikut:
1. Hak eigendom
a. Hak eigendom dikonversikan menjadi hak milik, kecuali jika yang
mempunyai tidak memenuhi syarat yang tersebut didalam ketentuan pasal 21
UUPA.
9
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 25 cm)
h. 524.
10
H. Ali Ahmad Chomzah, Hukum Agraria Pertanahan Indonesia, (Jakarta: Prestasi Pustaka, Cet. 1, 2004), hal
80
11
http://leonelaan.blogspot.com/2010/07/konversi-hak-atas-tanah.html
12
Suardi, Op.Cit, hal. 77-81.
b. Hak eigendom kepunyaan pemerintahan asing yang digunakan untuk rumah
kediaman kepada perwakilan dan gedung kedutaan menjadi hak pakai (pasal
41 (1) UUPA, yang akan berlangsung selama tanahnya dipergunakan untuk
keperluan itu.
c. Hak eigendom kepunyaan orang asing, orang yang berkewarganegaraan
rangkap dan badan-badan hukum yang tidak ditunjuk oleh pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan pasal 21 (2) UUPA , menjadi hak
guna bangunan sesuai ketentuan pasal 35 (1) UUPA dengan jangka waktu 20
tahun.
2. Hak atas tanah yang memberi wewenang sebagaimana atau mirip dengan hak yang
dimaksud pasal 20 (1).
3. Hak erfpacht untuk perusahaan kebun besar dan pertanian kecil dikonversikan
menjadi hak guna usaha diatur dalam pasal 28 (1) yang akan berlangsung selama sisa
waktu erfpacht tersebut, selama-lamanya 20 tahun.
4. Hak consessi dan sewa kebun besar, dalam jangka waktu satu tahun harus
mengajukan permintaan kepada menteri agraria agar haknya dikonversikan menjadi
hak guna usaha.
5. Hak opstal dan hak erfpacht untuk perumahan dikonversikan menjadi hak guna
bangunan yang berlangsung selama sisa waktu hak opstal dan hak erfpacht tersebut,
tetapi selama-lamanya 20 tahun.
6. Hak-hak tanah memberi wewenang sebagaimana hak yang dimaksud dalam pasal 41
(1) .
C. Konversi Hak atas Tanah
a) Upaya Menuju Unifikasi dalam Hukum Tanah Indonesia
1. Keadaan Hukum Tanah Indonesia sebelum Undang Undang pokok Agraria
Adapun yang berlaku dalam Hukum tanah Indonesia sebelum Undang Undang pokok
Agraria adalah bersifat pluralistis,yang terdiri dari :
a. Hukum tanah adat;
b. Hukum tanah barat;
c. Hukum tanah antar golongan;
d. Hukum tanah administratif;
e. Hukum tanah swarapaja.
2. Tujuan Undang-Undang pokok Agraria
Undang Undang pokok Agraria, bertujuan:
a. Penghapusan/ mengakhiri Hukum Tanah Klonial.
b. Penghapusan Pluralisme Hukum Tanah Indonesia.
c. Sekaligus menciptakan pembangunan Hukum Tanah Indonesia.
Hal ini menjelaskan bahwa Undang Undang pokok Agraria, bertujuan menuju Unifikasi
Hukum Tanah Indonesia dengan berlandasan kepada tujuan dari pembentukan tersebut.
3. Konversi Sebagai Salah Satu Upaya Menuju Unifikasi Hukum Tanah Nasional
Salah satu upaya menuju Unifikasi Hukum Tanah Nasional, khususnya dalam hal
penghapusan plurarisme Hukum Tanah Indonesia, Undang – Undang pokok Agraria
mengenal suatu lembaga, yang disebut ‘’Konversi’’ , yang diatur dalam Bab IV, Ketentuan –
Ketentuan Konversi Pasal I sampai dengan Pasal IX dengan ketentuan pelaksanaannya;
Dalam kaitannya ini, maka menurut Ir. Sutarja Sudrajat dalam pertemuan Konsultasi
Tehnis Kepala Direktorat Agraria Propinsi s –Indonesia pada tahun 1987 di Jakarta, telah di
ajukan, dengan latar belakang Konversi yaitu :
a. Penghapusan azas Domain
b. Penghapusan Hukum Tanah, yaitu;
• Swapraja
• Barat
• Administrasi
Sedangkan Hak-Hak atas tanah, sebelum berlakunya Undang- Undang Pokok Agraria
berstatus.:
 Bekas Tanah Hak Barat
 Bekas Tanah Hak Adat
 Bekas Tanah Swapraja13
BAB III
Kesimpulan
13
H. Ali Ahmad Chomzah, Hukum Agraria Pertanahan Indonesia, (Jakarta: Prestasi Pustaka, Cet. 1, 2004), hal
79-80.
Penerapan hak-hak atas tanah, diatur didalam Pasal-pasal UUPA yang menyebutkan
adanya dan macamnya hak-hak atas tanah adalah pasal 4 ayat 1 dan 2, 16 ayat 1 dan 53.
Konsep hak-hak atas tanah yang terdapat dalam hukum agraria Nasional membagi hak-hak
atas tanah dalam dua bentuk. Pertama : hak-hak atas tanah yang bersifat primer. Kedua : hak
hak atas tanah yang bersifat sekunder.
Aspek-aspek konversi hak-hak atas tanah ini dengan melihat dari makna konversi,
yaitu yang menyebutkan bahwa: Konversi dalam hukum agraria adalah perubahan hak lama
atas tanah menjadi hak baru. Yang dimaksud dengan hak-hak lama adalah hak-hak atas tanah
sebelum berlakunya UUPA, dan yang dimaksud dengan hak-hak adalah hak-hak yang
memuat UUPA khususnya pasal 16 ayat 1, c.q hak milik, hak guna Bangunan, Hak Guna
Usaha dan Hak Pakai.
Prinsipnya konversi hak-hak lama menjadi hak baru sesuai dengan ketentuan UUPA,
menurut ketentuan-ketentuan konversi terjadinya konversi karena tiga kemungkinan:
a. Konversi yang terjadi dengan sendirinya karena hukum;
b. Konversi yang terjadi setelah diperoleh suatu tindakan yang bersifat deklaratoir dari
instansi yang berwewenang;
c. Konversi yang terjadi melalui suatu tindakan yang bersifat konstitutif.
Pelaksanaan konversi hak atas tanah secara garis besar diuraikan yaitu terdiri dari:
1. Hak eigendom;
2. Hak atas tanah yang memberi wewenang sebagaimana atau mirip dengan hak yang
dimaksud pasal 20 (1);
3. Hak erfpacht untuk perusahaan kebun besar dan pertanian kecil dikonversikan;
menjadi hak guna usaha diatur dalam pasal 28 (1), dll.
Kemudian mengenai Konversi Hak Atas Tanah dengan Upaya Menuju Unifikasi dari barat
menjadi Hukum Tanah Indonesia, yaitu dengan bertujuan yang tercantum didalam kitab
Undang Undang pokok Agraria, bertujuan:
a. Penghapusan/ mengakhiri Hukum Tanah Klonial.
b. Penghapusan Pluralisme Hukum Tanah Indonesia.
c. Sekaligus menciptakan pembangunan Hukum Tanah Indonesia.

More Related Content

What's hot

Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...Idik Saeful Bahri
 
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...Idik Saeful Bahri
 
Pertemuan 12 kesalahan kesalahan
Pertemuan 12 kesalahan kesalahanPertemuan 12 kesalahan kesalahan
Pertemuan 12 kesalahan kesalahanyudikrismen1
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Idik Saeful Bahri
 
Mata kuliah hukum dan ham
Mata kuliah hukum dan hamMata kuliah hukum dan ham
Mata kuliah hukum dan hamsesukakita
 
Asas Hukum Pidana
Asas Hukum PidanaAsas Hukum Pidana
Asas Hukum PidanaNakano
 
Kualifikasi Penggunaan Hukum Perdata Internasional Dalam Kasus Sengketa Merek...
Kualifikasi Penggunaan Hukum Perdata Internasional Dalam Kasus Sengketa Merek...Kualifikasi Penggunaan Hukum Perdata Internasional Dalam Kasus Sengketa Merek...
Kualifikasi Penggunaan Hukum Perdata Internasional Dalam Kasus Sengketa Merek...Rio Cahya Nandika
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalEvirna Evirna
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1villa kuta indah
 

What's hot (20)

Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
 
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...
 
Pertemuan 12 kesalahan kesalahan
Pertemuan 12 kesalahan kesalahanPertemuan 12 kesalahan kesalahan
Pertemuan 12 kesalahan kesalahan
 
Tugas Kontrak Jawab Soal UTS
Tugas Kontrak Jawab Soal UTSTugas Kontrak Jawab Soal UTS
Tugas Kontrak Jawab Soal UTS
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Perancangan kontrak
Perancangan kontrakPerancangan kontrak
Perancangan kontrak
 
Hukum agraria nasional pert ke 2
Hukum agraria nasional pert ke 2Hukum agraria nasional pert ke 2
Hukum agraria nasional pert ke 2
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
 
Mata kuliah hukum dan ham
Mata kuliah hukum dan hamMata kuliah hukum dan ham
Mata kuliah hukum dan ham
 
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARAHUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
 
Asas Hukum Pidana
Asas Hukum PidanaAsas Hukum Pidana
Asas Hukum Pidana
 
9. sarana tun
9. sarana tun9. sarana tun
9. sarana tun
 
Kualifikasi Penggunaan Hukum Perdata Internasional Dalam Kasus Sengketa Merek...
Kualifikasi Penggunaan Hukum Perdata Internasional Dalam Kasus Sengketa Merek...Kualifikasi Penggunaan Hukum Perdata Internasional Dalam Kasus Sengketa Merek...
Kualifikasi Penggunaan Hukum Perdata Internasional Dalam Kasus Sengketa Merek...
 
Hukum asuransi
Hukum asuransiHukum asuransi
Hukum asuransi
 
Pendaftaran tanah
Pendaftaran tanahPendaftaran tanah
Pendaftaran tanah
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasional
 
Hukum dagang
Hukum dagangHukum dagang
Hukum dagang
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1
 

Similar to Hak hak atas tanah dan sistem konversi atas tanah

Hak atas tanah
Hak atas tanahHak atas tanah
Hak atas tanahSyaifOer
 
HUKUM_AGRARIA.pptx
HUKUM_AGRARIA.pptxHUKUM_AGRARIA.pptx
HUKUM_AGRARIA.pptxAdeFitri22
 
Dasar hukum agraria
Dasar hukum agrariaDasar hukum agraria
Dasar hukum agrariayoko14
 
Makalah hukum agraria di indonesia
Makalah hukum agraria di indonesiaMakalah hukum agraria di indonesia
Makalah hukum agraria di indonesiaRahmanzie Share
 
Hak hak atas tanah dan sistem konversi atas tanah
Hak hak atas tanah dan sistem konversi atas tanahHak hak atas tanah dan sistem konversi atas tanah
Hak hak atas tanah dan sistem konversi atas tanahrahmat_tiflen
 
Dasar-Dasar Hukum Pertanahan
Dasar-Dasar Hukum PertanahanDasar-Dasar Hukum Pertanahan
Dasar-Dasar Hukum PertanahanLeks&Co
 
Pp no 41 tahun 1996
Pp no 41 tahun 1996Pp no 41 tahun 1996
Pp no 41 tahun 1996Niko Utomo
 
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruikHak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruikvinnalusianaSHMkn
 
Kewengan Pemerintah Daerah
Kewengan Pemerintah Daerah Kewengan Pemerintah Daerah
Kewengan Pemerintah Daerah Samsul La Dunga
 
HUKUM_AGRARIA EDIT.pptx
HUKUM_AGRARIA EDIT.pptxHUKUM_AGRARIA EDIT.pptx
HUKUM_AGRARIA EDIT.pptxwirapamungkas
 
kuliah--i-hukum-agraria-semester-genap-2015-2016.ppt
kuliah--i-hukum-agraria-semester-genap-2015-2016.pptkuliah--i-hukum-agraria-semester-genap-2015-2016.ppt
kuliah--i-hukum-agraria-semester-genap-2015-2016.pptIkutaTomakun
 
HUKUM AGRARIA(KEL 8).pptx
HUKUM AGRARIA(KEL 8).pptxHUKUM AGRARIA(KEL 8).pptx
HUKUM AGRARIA(KEL 8).pptxelmiUtari
 
tanah ulayat oleh Dr Edy Ikhwan.pptx
tanah ulayat oleh Dr Edy Ikhwan.pptxtanah ulayat oleh Dr Edy Ikhwan.pptx
tanah ulayat oleh Dr Edy Ikhwan.pptxMuktiAliBerutu
 

Similar to Hak hak atas tanah dan sistem konversi atas tanah (20)

Hak atas tanah
Hak atas tanahHak atas tanah
Hak atas tanah
 
HUKUM_AGRARIA.pptx
HUKUM_AGRARIA.pptxHUKUM_AGRARIA.pptx
HUKUM_AGRARIA.pptx
 
Edit hukum adat
Edit hukum adatEdit hukum adat
Edit hukum adat
 
Dasar hukum agraria
Dasar hukum agrariaDasar hukum agraria
Dasar hukum agraria
 
Makalah hukum agraria di indonesia
Makalah hukum agraria di indonesiaMakalah hukum agraria di indonesia
Makalah hukum agraria di indonesia
 
Hak hak atas tanah dan sistem konversi atas tanah
Hak hak atas tanah dan sistem konversi atas tanahHak hak atas tanah dan sistem konversi atas tanah
Hak hak atas tanah dan sistem konversi atas tanah
 
Sengketa jual beli tanah adat
Sengketa jual beli tanah adatSengketa jual beli tanah adat
Sengketa jual beli tanah adat
 
LAND RIGHT
LAND RIGHTLAND RIGHT
LAND RIGHT
 
Kajian yuridis tentang perolehan hak atas tanah oleh negara melalui lembaga p...
Kajian yuridis tentang perolehan hak atas tanah oleh negara melalui lembaga p...Kajian yuridis tentang perolehan hak atas tanah oleh negara melalui lembaga p...
Kajian yuridis tentang perolehan hak atas tanah oleh negara melalui lembaga p...
 
Dasar-Dasar Hukum Pertanahan
Dasar-Dasar Hukum PertanahanDasar-Dasar Hukum Pertanahan
Dasar-Dasar Hukum Pertanahan
 
Hukum Agraria
Hukum AgrariaHukum Agraria
Hukum Agraria
 
Pp no 41 tahun 1996
Pp no 41 tahun 1996Pp no 41 tahun 1996
Pp no 41 tahun 1996
 
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruikHak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
 
Kewengan Pemerintah Daerah
Kewengan Pemerintah Daerah Kewengan Pemerintah Daerah
Kewengan Pemerintah Daerah
 
Hukum agaria nasional
Hukum agaria nasionalHukum agaria nasional
Hukum agaria nasional
 
HUKUM_AGRARIA EDIT.pptx
HUKUM_AGRARIA EDIT.pptxHUKUM_AGRARIA EDIT.pptx
HUKUM_AGRARIA EDIT.pptx
 
kuliah--i-hukum-agraria-semester-genap-2015-2016.ppt
kuliah--i-hukum-agraria-semester-genap-2015-2016.pptkuliah--i-hukum-agraria-semester-genap-2015-2016.ppt
kuliah--i-hukum-agraria-semester-genap-2015-2016.ppt
 
HUKUM AGRARIA(KEL 8).pptx
HUKUM AGRARIA(KEL 8).pptxHUKUM AGRARIA(KEL 8).pptx
HUKUM AGRARIA(KEL 8).pptx
 
Hukum Agraria
Hukum AgrariaHukum Agraria
Hukum Agraria
 
tanah ulayat oleh Dr Edy Ikhwan.pptx
tanah ulayat oleh Dr Edy Ikhwan.pptxtanah ulayat oleh Dr Edy Ikhwan.pptx
tanah ulayat oleh Dr Edy Ikhwan.pptx
 

Hak hak atas tanah dan sistem konversi atas tanah

  • 1. HAK-HAK ATAS TANAH DAN SISTEM KONVERSI ATAS TANAH Makalah ini disusun untuk memenuhi pada mata kuliah Hukum Agraria semester Lima Oleh: 1. RachmatullahTiflen 2. Zul Fahmi 3. Zul Fikar Awaludin 4. Zaenal Arifin Dosen pembimbing : Dra. Hafni Muchtar, SH. MH.. Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta 2013 1
  • 2. KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr. wb Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang tidak pernah putus rahmat dan kasih sayangnya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, kepada keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Mudah-mudahan kita bisa mendapatkan syafaatnya di yaumil qiyamah kelak. Alhamdulillah atas karunia Allah yang telah diberikan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “HAK-HAK ATAS TANAH DAN SISTEM KONVERSI ATAS TANAH”. Tugas ini disusun pada mata kuliah Hukum Agraria semester Lima, jurusan Peradilan Agama, fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kami mohon maaf kepada para pembaca, apabila dalam makalah ini masih banyak kekurangan, kekhilafan dan kealpaan mohon dimaklumi. Serta kami berharap mudah- mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami umumnya bagi para pembaca. Amin. Wassalamu’alaikum wr. wb Ciputat, 06 Oktober 2013 Ttd. Penyusun 2
  • 3. Daftar Isi Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .i Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .ii BAB 1 Pendahuluan • Latar belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 Bab II Pembahasan A. Hak-hak atas tanah dalan UUPA dan system konversi hak-hak atas tanah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3 1. Hak atas Tanah yang bersifat originer (Primer) a. Hak Milik Atas Tanah (HM) b. Hak Guna Usaha (HGU) c. Hak Guna Bangunan (HGB) d. Hak Pakai (HP) 2. Hak atas Tanah yang bersifat Derevatif (Sekunder) a. Hak Gadai b. Hak Usaha Bagi Hasil c. Hak Menumpang d. Hak Sewa Tanah Pertanian B. Aspek-aspek Konversi Hak atas Tanah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7 1. Pengertian Konversi 2. Tujuan Konversi 3. Terjadinya Konversi 4. Pelaksanaan Konversi 3
  • 4. C. Konversi Hak atas Tanah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9 1. Upaya menuju Unifikasi dalam Hukum Tanah Indonesia a. Keadaan Hukum Tanah Indonesia Sebelum UUPA b. Tujuan Undang-undang Pokok Agraria c. Konversi Sebagai Salah Satu Upaya Menuju Unifikasi Hukum Tanah Nasional BAB III Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11 Daftar pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .iii 4
  • 5. Daftar Pustaka  Harsono, Buedi. Hukum Agraria Indonesia: sejarah pembentukan undang-undang pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaan. Jakarta: Djambatan, 1997.  Supardi, Hukum Agraria (Jakarta: Sinar Grafika, 2009)  http://leonelaan.blogspot.com/2010/07/konversi-hak-atas-tanah.html  Soimin, Soedharyo. Status Hak dan Pembebasan Tanah, (Jakarta: sinar Grafika, 2008)  Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 25 cm).  Ahmad Chomzah, Ali. Hukum Agraria Pertanahan Indonesia, (Jakarta: Prestasi Pustaka, Cet. 1, 2004)  Suardi, Op.Cit.  https://www.google.com/url? sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC8QFjAB&url=http %3A%2F%2Flontar.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F131368-T%252027518- Kekuatan%2520hukum- Pendahuluan.pdf&ei=m3NRUsr2A8_OrQfJlYGoCw&usg=AFQjCNHrkOUpLqUC1t zKL3j3fk2vCjjQew&sig2=jaoWLUlBL21wHZIegtpymg&bvm=bv.53537100,d.bmk  Urip Santoso,Hak atas Tanah. 5
  • 6. BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Dalam kehidupan manusia, tanah merupakan faktor yang sangat penting. Karena pada kehidupan manusia sama sekali tidak dapat dipisahkan dari tanah.Manusia hidup di atas tanah (bermukim) dan memperoleh bahan pangan dengan cara mendayagunakan tanah, lebih dari itu tanah juga mempunyai hubungan yang emosional dengan manusia. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bukan hanya dalam kehidupannya saja, untuk meninggalpun manusia masih memerlukan tanah sebagai tempat peristirahatan. Manusia hidup senang serba kecukupan jika mereka dapat menggunakan tanah yang dikuasai atau dimilikinya sesuai dengan hukum alam yang berlaku, dan manusia akan dapat hidup tentram dan damai jika mereka dapat menggunakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan batas-batas tertentu dalam hukum yang berlaku yang mengatur kehidupan manusia itu dalam masyarakat.1 Kemudian dari hak-hak atas tanah itu yang kemudian menyangkut masalah dengan hak- hak konvensi. Diantara salah satu warisan feudal yang sangat merugikan rakyat ialah lembaga konversi yang berlaku dikeridenan Surakarta dan daerah istimewa Yogyakarta. Dalam tahun 1948 lembaga konversi dihapuskan yang salah satu contohnya ialah lembaga kadaster pada masa belanda. Kiranya ada baiknya juga untuk mengetahui sejarahnya, agar kita dapat mengerti dan menghargai tindakan revolusioner yang mengakibatkan hapusnya lembaga tersebut beserta hak-hak yang bersangkutan. Sejak permulaan abad ke-19 orang-orang asing sudah mulai mengadakan usaha didaerah Surakarta dan yogjakarta, yang dulu disebut “vorstenlanden”. Didaerah-daerah tersebut semua tanah adalah milik Raja. Rakyat hanyalah sekedar memakainya saja. Mereka ini diwajibkan menyerahkan sebagian (seperdua atau sepertiga) dari hasil tanahnya kepada raja, jika yang dikuasainya tanah pertanian atau melakukan kerja paksa jika tanahnya tanah pekarangan. Kepada anggota keluarganya dan hamba-hambanya yang berjasa atau setia oleh raja diberikan tanah sebagai nafkah. Pembagian tanah itu disertai pula pelimpahan hak raja 1 https://www.google.com/url? sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC8QFjAB&url=http%3A%2F %2Flontar.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F131368-T%252027518-Kekuatan%2520hukum- Pendahuluan.pdf&ei=m3NRUsr2A8_OrQfJlYGoCw&usg=AFQjCNHrkOUpLqUC1tzKL3j3fk2vCjjQew&sig2 =jaoWLUlBL21wHZIegtpymg&bvm=bv.53537100,d.bmk 6
  • 7. atas bagian hasil tanah tersebut diatas. Merekapun berhak menuntut kerja paksa. Stalsel ini disebut stalsel apanage.2 Konsep hak-hak atas tanah yang terdapat dalam Hukum Agraria Nasional membagi hak- hak atas tanah dalam dua bentuk, yaitu : 1. Hak-hak atas tanah yang bersifat primer, yaitu hak-hak atas tanah yang dapat dimiliki atau dikuasai secara langsung oleh seorang atau badan hukum yang mempunyai waktu lama dan dapat dipindah-tangankan kepada orang lain atau ahliwarisnya. 2. Hak-hak atas tanah yang bersifat sekunder, yaitu hak-hak atas tanah yang bersifat sementara. Dikatakan bersifat sementara, karena hak-hak tersebut dinikmati dalam waktu terbatas, dan hak-hak itu dimiliki oleh orang lain. Kemudian pada prosesnya pula dari stelsel apanage dihapuskan. Semua tanah itu diambil kembali oleh raja dan para bekas pemegang apanage mendapatkan tunjangan berupa uang setiap bulan. Rakyat diberi hak atas tanah dengan tidak ada kewajiban untuk melakukan kerja paksa. Dalam pada itu kepentingan paara penguasa tdaklah diabaikan begitu saja. Kepada mereka masih diberikan jaminan-jaminan istimewa, yang tidak dijumpai didaerah luar Surakarta dan Yogyakarta. Didalam penguasaan-penguasaan yang dilakukan oleh warga asing. Olehkarenanya dapat kita melihat proses-proses yang menjadikan hak-hak atas tanah yang berada di Indonesia ini, apa sajakah yang menjadikan tanah itu merupakan hak penuh dari seseorang atau yang menjadi tanah-tanah sementara bagi setiap warga Indonesia. 2 Buedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: sejarah pembentukan undang-undang pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaan. (Jakarta: Djambatan, 1997), h. 88-89. 7
  • 8. BAB II Pembahasan A. Hak-hak Atas Tanah dan Sistem Konversi atas Tanah Penerapan hak-hak atas tanah, diatur didalam Pasal-pasal UUPA yang menyebutkan adanya dan macamnya hak-hak atas tanah adalah pasal 4 ayat 1 dan 2, 16 ayat 1 dan 53. Pasal 4 ayat 1 dan 2 berbunyi sebagai berikut: (1) Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya amacam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum. (2) Hak hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini memberi kewenangan untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang angkasa yang ada diatasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut undang-undang ini dan peraturan-peraturan hukum yang lebih tinggi. Kemudian dari penjelasan hak-hak atas tanah yang dimaksud diatas ditentukan didalam pasal 16 ayat 1 serta ruang lingkup dari hak-hak tanah sampai kepada sifat yang bersifat sementara sebagaimana diatur pula didalam pasal 53.3 Konsep hak-hak atas tanah yang terdapat dalam hukum agraria Nasional membagi hak- hak atas tanah dalam dua bentuk. Pertama : hak-hak atas tanah yang bersifat primer. Kedua : hak hak atas tanah yang bersifat sekunder. I. Hak-hak atas Tanah yang bersifat Originer (Primer) Pengertian hak-hak atas tanah primer adalah hak-hak atas tanah yang dapat mempunyai waktu lama dan dapat berpindah tangankan kepada orang lain atas ahli warisnya.4 Dalam UUPA terdapat beberapa hak atas tanah yang bersifat primer, yaitu: 1. Hak Milik atas tanah (HM); 3 Buedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: sejarah pembentukan undang-undang pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaan. (Jakarta: Djambatan, 1997), h. 252-253. 4 Supardi, Hukum Agraria (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 64. 8
  • 9. Ketentuan mengenai hak milik disebutkan dalam pasal 16 ayat 1 huruf a UUPA. Secara khusus diatur dalam pasal 20 sampai dengan pasla 27 UUPA. Menurut pasal 50 ayat 1 UUPA, ketentuan lebih lanjut diatur dengan Undang-undang. 2. Hak Guna Usaha (HGU); Menurt pasal 28 ayat 1 UUPA, yang dimaksud hak guna usaaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yng dikuasai langsung oleh negara. Luas hak guna usaha untuk perseorangan minimalnya 5 hektar dan maksimalnya 25 hektar. Sedangkan untuk badan hukum luas minimalnya 5 hektar dan maksimalnya diatur dalam pasal 5 UU No. 40 tahun 1996. Subjek Hak guna usaha menurut pasal 30 UUPA jo. Pasal 2 PP No. 40 Tahun 1996, yaitu: 1. Warga Negara Indonesia; 2. Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Terjadinya hak guna usaha karena adanya penetapan pemerintah. Jangka waktu hak guna usaha untuk pertama kalinya paling lama 35 tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu 25 tahun (pasal 29 UUPA). Permohonan perpanjangan jangka waktu diajukan selambat-lambatnya 2 tahun sebelum berakhirnya jangka waktu hak guna usaha tersebut. Hapusnya hak guna usaha berdasarkan pasal 34 UUPA, yaitu : 1. Jangka waktunya berakhir 2. Diberhrntikan sebelum janghka waktu berakhir karena sesuatu syarat tidak terpenuhi 3. Dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir 4. Diterlantarkan 5. Tanahnya musnah 6. Ketentuan dalam pasal 3 ayat 2 9
  • 10. 3. Hak Guna Bangunan (HGB) Menurut pasal 35 UUPA, hak guna bangunan, yaitu hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan atas tanah yang bukan milikya dengan jangka waktu paling lama 30 tahun dan dapat diperpanjang paling lama 20 tahun. Subjek hak guna bangunan, yaitu : a. Warga Negara Indonesia; b. Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia. 4. Hak pakai (HP). Menurut pasal 41 ayat 1 UUPA, hak pakai, yaitu hak untk menggunakan dan atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai oleh negara atau tanah milik orang lain yng memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang asal tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan UUPA. Sunjek hak pakai, yaitu : 1. Warga Negara Indonesia 2. Orng Asing yang Berkedudukan di Indonesia 3. Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia 4. Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia II. Hak atas tanah yang bersifat Derevatif (sekunder) Pengertian hak atas tanah ini ialah hak atas tanah yang tidak langsung bersumber kepada hak bangsa Negara Indonesia dan diberikan oleh pemilik tanah dengan cara memperolehnya melalui perjanjian pemberian hak antara pemilik tanah dan calon pemegang hak yang bersangkutan.5 Hak atas tanah ini sifatnya sementara, dalam waktu yang singkat akan dihapuskan dikarenakan mengandung sifat-sifat pemerasan, mengandung sifat feodal, dan bertentangan dengan jiwa UUPA. Hak Atas Tanah Yang Bersifat Sementara yaitu hak atas tanah yang berasal dari tanah pihak lain. Macam-macam hak atas tanah ini adalah hak guna bangunan atas tanah hak milik, hak pakai atas tanah hak pengelolaan, hak pakai atas tanah hak milik, hak sewa untuk bangunan, hak gadai (gadai tanah), hak usaha bagi hasil (perjanjian bagi hasil), hak menumpang, dan hak sewa tanah pertanian. Diantara macam-macam tersebut, yaitu: 5 http://leonelaan.blogspot.com/2010/07/konversi-hak-atas-tanah.html
  • 11. 1. Hak Gadai Pengertian hak gadai adalah penyerahan sebidang tanah milik seseorang kepada orang lain untuk sementara wktu yang disertai dengan pembayaran dengan ketentuan pemilik tanah dapat memperoleh kembali tanahnya apabila melakukan penebusan. Jangka waktu hak gadai, dibagi menjadi 2, yaitu : a. Hak gadai yang lamanya tidak ditentukan; b. Hak gadai yang lamanya ditentukan; Hapusnya hak gadai, karena : a) Telah dilakuktan penebusan b) Hak gadai sudah berlangsung 7 tahun atau lebih c) Adanya putusan pengadilan d) Tanahnya dicabut untuk kepentinga umum e) Tanahnya musnah 2. Hak Usaha Bagi Hasil Hak guna usaha ialah bentuk hak atas tanah yang dapat diberikan kepada pemegang hak.6 Menurut Boedi Harsono hak usaha bagi hasil adalah hak seseorang atau badan hukm(yang disebut penggarap) untuk menyelenggarakan usaha pertanian diatas tanah kepunyaan pihak lain (yang disebut pemilik) dengan perjanjian bahwa hasilnya akan dibagi antara kedua belah pihak menurut imbangan yang telah disetujui sebelumnya. Jangka waktu hak usaha bagi hasil diatur dalam UU No. 2 Tahun 1960, yaitu Lamanya jangka waktu perjanjian bagi hasil untuk tanaah sawah sekurang-kurangnya 3 tahun dan untuk tanah kering sekurang-kurangnya 5 tahun. Hapusnya hak usaha bagi hasil , yaitu : a. Jangka waktu berakhir; b. Perjanjian dibatalkan atas persetujuan kedua belah pihak; c. Pemilik tanah meninggal dunia; d. Adanya pelanggaran oleh penggarap terhadap ;larangan dalam perjanjian; e. Tanahnya musnah.7 Kemudian akan hapusnya guna usaha, dapat pula terjadi diantaranya: a) Dicabut untuk kepentingan umum; 6 Soedharyo soimin, Status Hak dan Pembebasan Tanah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 24. 7 .
  • 12. b) Ditelantarkan; c) Ketentuan dalam pasal 30 ayat (2) (pasal 34 Undang-undang pokok Agraria.8 3. Hak Menumpang Menurut Boedi Harsosno hak menumpang adalah hak yang memberi wewenang kepada seseprang untuk mendirikan dan menempati rumah diatas tanah pekarangan milik orang lain. Hak menumpang biasanya terjadi atas dasar kepercayaan pemilik tanah kepada orang dalam bentuk tidak tertulis, tidak ada saksi, dan tidak diketahui oleh peangkat Desa/kelurahan setampat, sehingga jauh dari jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi kedua belah pihak. Hapusnya hak menumpang atas faktor-faktor : a. Pemilik tanah mengakhiri hubungan hak menumpang; b. Hak milik yang bersangkutan dicabuat untuk kepentingan umum; c. Pemegang hak menumpang melepaskan secara sukarela. 4.Hak Sewa Tanah Pertanian Hak sewa tanah pertanian adalah suatu perbuatan hukum dalam bentuk penyerahan kekuasaan tanah pertanian oleh pemilik ntanah pertanian kepada pihak lain dalm jangka waktu tertantu dan sejumlah uang sebagai sewa atas dasar kesepakatan kedua belah pihak. Hapusnya hak sewa pertanian , karena : 1. Jangka waktunya berakhir; 2. Hak sewanya dialihkan kepada pihak lain tanpa persetujuan dari pemilik tanah keculi diperkenankan oleh pemilik tanah; 3. Hak sewa dilepaskan sukarela oleh penyewa; 4. Hak atas tanah dicabut untuk kepentingan umum; 5. Tanahnya musnah. B. Aspek-aspek Konversi Hak-hak atas Tanah Aspek-aspek konversi hak-hak atas tanah ini meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Pengertian konversi. Konversi berasal dari bahasa belanda yang asalnya konvensi. Penggunaan makna konvensi dari bahasa belanda itu, di tafsirkan menjadi konversi. Konversi didalam kamus 8 Soedharyo soimin, Status Hak dan Pembebasan Tanah, (Jakarta: sinar Grafika, 2008), h. 26.
  • 13. bahasa Indonesia yaitu perubahan pemilikan atas suatu benda.9 Kata konversi berasal dari bahasa latin convertera yang berarti membalikkan atau mengubah nama dengan memberikan nama dengan pemberian nama baru atau sifat baru sehingga mempunyai isi dan makna baru. Sedangkan pengertian konversi dalam hukum agraria adalah perubahan hak lama atas tanah menjadi hak baru. Yang dimaksud dengan hak-hak lama adalah hak-hak atas tanah sebelum berlakunya UUPA, dan yang dimaksud dengan hak-hak adalah hak-hak yang memuat UUPA khususnya pasal 16 ayat 1, c.q hak milik, hak guna Bangunan, Hak Guna Usaha dan Hak Pakai.10 2. Tujuan Konversi Tujuan daripada konversi adalah usaha-usaha untuk penataan kembali hak-hak atas tanah yang berasal dari hak-hak adat maupun hak-hak barat dan untuk mengembalikan fungsi sosial atas penguasaan tanah sesuai dengan pancasila dan UUD 1945 serta melenyapkan system barat.11 3. Terjadinya konversi Pada prinsipnya konversi hak-hak lama menjadi hak baru sesuai dengan ketentuan UUPA, menurut ketentuan-ketentuan konversi terjadinya konversi karena tiga kemungkinan, yaitu: a. Konversi yang terjadi dengan sendirinya karena hukum; b. Konversi yang terjadi setelah diperoleh suatu tindakan yang bersifat deklaratoir dari instansi yang berwewenang; c. Konversi yang terjadi melalui suatu tindakan yang bersifat konstitutif.12 4. Pelaksanaan konversi Pelaksanaan konversi hak atas tanah secara garis besar diuraikan sebagai berikut: 1. Hak eigendom a. Hak eigendom dikonversikan menjadi hak milik, kecuali jika yang mempunyai tidak memenuhi syarat yang tersebut didalam ketentuan pasal 21 UUPA. 9 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 25 cm) h. 524. 10 H. Ali Ahmad Chomzah, Hukum Agraria Pertanahan Indonesia, (Jakarta: Prestasi Pustaka, Cet. 1, 2004), hal 80 11 http://leonelaan.blogspot.com/2010/07/konversi-hak-atas-tanah.html 12 Suardi, Op.Cit, hal. 77-81.
  • 14. b. Hak eigendom kepunyaan pemerintahan asing yang digunakan untuk rumah kediaman kepada perwakilan dan gedung kedutaan menjadi hak pakai (pasal 41 (1) UUPA, yang akan berlangsung selama tanahnya dipergunakan untuk keperluan itu. c. Hak eigendom kepunyaan orang asing, orang yang berkewarganegaraan rangkap dan badan-badan hukum yang tidak ditunjuk oleh pemerintah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan pasal 21 (2) UUPA , menjadi hak guna bangunan sesuai ketentuan pasal 35 (1) UUPA dengan jangka waktu 20 tahun. 2. Hak atas tanah yang memberi wewenang sebagaimana atau mirip dengan hak yang dimaksud pasal 20 (1). 3. Hak erfpacht untuk perusahaan kebun besar dan pertanian kecil dikonversikan menjadi hak guna usaha diatur dalam pasal 28 (1) yang akan berlangsung selama sisa waktu erfpacht tersebut, selama-lamanya 20 tahun. 4. Hak consessi dan sewa kebun besar, dalam jangka waktu satu tahun harus mengajukan permintaan kepada menteri agraria agar haknya dikonversikan menjadi hak guna usaha. 5. Hak opstal dan hak erfpacht untuk perumahan dikonversikan menjadi hak guna bangunan yang berlangsung selama sisa waktu hak opstal dan hak erfpacht tersebut, tetapi selama-lamanya 20 tahun. 6. Hak-hak tanah memberi wewenang sebagaimana hak yang dimaksud dalam pasal 41 (1) . C. Konversi Hak atas Tanah a) Upaya Menuju Unifikasi dalam Hukum Tanah Indonesia 1. Keadaan Hukum Tanah Indonesia sebelum Undang Undang pokok Agraria Adapun yang berlaku dalam Hukum tanah Indonesia sebelum Undang Undang pokok Agraria adalah bersifat pluralistis,yang terdiri dari : a. Hukum tanah adat; b. Hukum tanah barat; c. Hukum tanah antar golongan; d. Hukum tanah administratif; e. Hukum tanah swarapaja.
  • 15. 2. Tujuan Undang-Undang pokok Agraria Undang Undang pokok Agraria, bertujuan: a. Penghapusan/ mengakhiri Hukum Tanah Klonial. b. Penghapusan Pluralisme Hukum Tanah Indonesia. c. Sekaligus menciptakan pembangunan Hukum Tanah Indonesia. Hal ini menjelaskan bahwa Undang Undang pokok Agraria, bertujuan menuju Unifikasi Hukum Tanah Indonesia dengan berlandasan kepada tujuan dari pembentukan tersebut. 3. Konversi Sebagai Salah Satu Upaya Menuju Unifikasi Hukum Tanah Nasional Salah satu upaya menuju Unifikasi Hukum Tanah Nasional, khususnya dalam hal penghapusan plurarisme Hukum Tanah Indonesia, Undang – Undang pokok Agraria mengenal suatu lembaga, yang disebut ‘’Konversi’’ , yang diatur dalam Bab IV, Ketentuan – Ketentuan Konversi Pasal I sampai dengan Pasal IX dengan ketentuan pelaksanaannya; Dalam kaitannya ini, maka menurut Ir. Sutarja Sudrajat dalam pertemuan Konsultasi Tehnis Kepala Direktorat Agraria Propinsi s –Indonesia pada tahun 1987 di Jakarta, telah di ajukan, dengan latar belakang Konversi yaitu : a. Penghapusan azas Domain b. Penghapusan Hukum Tanah, yaitu; • Swapraja • Barat • Administrasi Sedangkan Hak-Hak atas tanah, sebelum berlakunya Undang- Undang Pokok Agraria berstatus.:  Bekas Tanah Hak Barat  Bekas Tanah Hak Adat  Bekas Tanah Swapraja13 BAB III Kesimpulan 13 H. Ali Ahmad Chomzah, Hukum Agraria Pertanahan Indonesia, (Jakarta: Prestasi Pustaka, Cet. 1, 2004), hal 79-80.
  • 16. Penerapan hak-hak atas tanah, diatur didalam Pasal-pasal UUPA yang menyebutkan adanya dan macamnya hak-hak atas tanah adalah pasal 4 ayat 1 dan 2, 16 ayat 1 dan 53. Konsep hak-hak atas tanah yang terdapat dalam hukum agraria Nasional membagi hak-hak atas tanah dalam dua bentuk. Pertama : hak-hak atas tanah yang bersifat primer. Kedua : hak hak atas tanah yang bersifat sekunder. Aspek-aspek konversi hak-hak atas tanah ini dengan melihat dari makna konversi, yaitu yang menyebutkan bahwa: Konversi dalam hukum agraria adalah perubahan hak lama atas tanah menjadi hak baru. Yang dimaksud dengan hak-hak lama adalah hak-hak atas tanah sebelum berlakunya UUPA, dan yang dimaksud dengan hak-hak adalah hak-hak yang memuat UUPA khususnya pasal 16 ayat 1, c.q hak milik, hak guna Bangunan, Hak Guna Usaha dan Hak Pakai. Prinsipnya konversi hak-hak lama menjadi hak baru sesuai dengan ketentuan UUPA, menurut ketentuan-ketentuan konversi terjadinya konversi karena tiga kemungkinan: a. Konversi yang terjadi dengan sendirinya karena hukum; b. Konversi yang terjadi setelah diperoleh suatu tindakan yang bersifat deklaratoir dari instansi yang berwewenang; c. Konversi yang terjadi melalui suatu tindakan yang bersifat konstitutif. Pelaksanaan konversi hak atas tanah secara garis besar diuraikan yaitu terdiri dari: 1. Hak eigendom; 2. Hak atas tanah yang memberi wewenang sebagaimana atau mirip dengan hak yang dimaksud pasal 20 (1); 3. Hak erfpacht untuk perusahaan kebun besar dan pertanian kecil dikonversikan; menjadi hak guna usaha diatur dalam pasal 28 (1), dll. Kemudian mengenai Konversi Hak Atas Tanah dengan Upaya Menuju Unifikasi dari barat menjadi Hukum Tanah Indonesia, yaitu dengan bertujuan yang tercantum didalam kitab Undang Undang pokok Agraria, bertujuan: a. Penghapusan/ mengakhiri Hukum Tanah Klonial. b. Penghapusan Pluralisme Hukum Tanah Indonesia. c. Sekaligus menciptakan pembangunan Hukum Tanah Indonesia.