SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Dibagi dalam 3 fase, yaitu:
1. Masa Feodalisme.
2. Masa Kolonialisme.
3. Masa Setelah diberlakukannya
UUPA
MASA FEODALISME
Feodalisme adalah suatu faham mengenai
cara berekonomi atau sistem ekonomi
dimana raja, keluarganya dan para
bangsawan serta penguasa daerah adalah
tuan dan rakyat adalah abdi.
Alat produksi seperti tanah, adalah milik
raja dan bangsawan sedangkan rakyat
hanya mempunyai hak garap/hak
menggunakan dan tidak berhak untuk
memiliki atau menguasai.
Pada masa feodal ada 2 bentuk
pemerasan terhadap petani, yaitu
a.Petani harus menyerahkan
sebagian hasil produksinya.
b.Petani harus bekerja secara
Cuma-Cuma kepada raja atau
bangsawan.
Filosof yang tidak menyetujui adanya hak
Milik privat adalah
1. J.J. Reausseau.
Hak milik privat atas tanah menyebabkan
perbedaan dan menimbulkan kejahatan
dan kesengsaraan.
2. Henry George.
Jumlah penduduk semakin bertambah dan
maju. kebutuhan akan tanah semakin
meningkat sehingga penumpukan tanah
atau tuan tanah akan meningkat.
Filosof yang menyetujui adanya hak
Milik privat adalah
1. Thomas Van Aquinas.
Setiap orang lebih senang bila sesuatu
itu menjadi hak milik pribadinya
daripada milik bersama/kolektif
2. John Locke.
Berdasarkan “teori Kerja” disebutkan
bahwa hak milik privat muncul dari
hubungan antara manusia dengan alam.
Barangsiapa mengusahakan,
mengerjakan, dan menabur benih maka
dialah yang menjadi pemiliknya.
Dua faham yang muncul sebagai
penetralisir adalah:
1. Faham liberal yang bersifat individualistik.
Hak Milik privat atas tanah diakui dan dilindungi,
artinya hak milik tidak dapat diganggu gugat
meskupun untuk kepentingan umum. Sebagai
peneral dimasukkan unsur SOSIAL.
2. Faham sosialis yang bersifat komunalistik.
Tanah adalah milik negara/bersama dasarnya
apbila komunal sejahtera maka individu pasti
sejahtera. Sebagai penetral dimasukkan unsur
INDIVIDUALISTIK.
TANAH ULAYAT/BESCHIKKINGSRECHT
DARI VAN VOLLENHOVEN
Hak ulayat adalah
hak dari persekutuan hukum untuk
menggunakan dengan bebas tanah-
tanah yang masih merupakan hutan
belukar dalam wilayahnya, guna
kepentingan persekutuan itu sendiri
dan anggotanya atau untuk
kepentingan orang asing yang telah
mendapat izin dan telah membayar
recognitie (uang pengakuan).
Masyarakat Hukum Adat adalah:
Sekelompok orang yang
tersusun secara teratur, yang
bersifat tetap, masing-masing
merasa terikat satu sama lain,
mempunyai
pemerintahan/pemimpin dan
kekayaan sendiri baik material
maupun inmaterial.
Hak Ulayat mempunyai kekuatan
berlaku ke dalam dan keluar.
Kekuatan ke dalam
1. Persekutuan dan anggotanya
mempunyai hak untuk menarik
hasil dari tanah dan segala yang
tumbuh dan hidup di atas tanah
itu, mendirikan tempat kediaman,
menggembala ternak,
mengumpulkan bahan makanan,
berburu dan memancing.
2. Masih terkekangnya hak individu
di dalam hak ulayat.
Artinya: hak perseorangan akan
lenyap dan tanah kembali dalam
kekuasaan hak ulayat jika tanah
diterlantarkan sehingga menjadi
belukar/hutan kembali.
3. Persekutuan dapat menetapkan
tanah untuk kepentingan umum,
misalnya kuburan, sarana ibadah,
pasar, sekolah dsb.
Kekuatan keluar
Orang luar dilarang memiliki atau
mengambil keuntungan dari tanah
hak ulayat, kecuali telah mendapat
izin dan telah membayar uang
pengakuan (recognitie).
MASA KOLONIALISME(PENJAJAHAN)
1. Masa kekuasaan Verenigde on Indische
Compaigne (VOC) tahun 1602.
Kebijakan VOC di bidang pertanahan:
b. Contingenten/Pajak tanah.
Petani harus menyerahkan 1/5 hasil
tanahnya kepada VOC sebagai pajak
tanah
b. Verplichte Leverenten/Serah paksa.
suatu kebijakan dimana petani hanya
boleh menjual tanahnya kepada VOC,
yang harganya ditentukan secara
sepihak oleh VOC, tentunya yang
menguntungkan bagi VOC.
2. Masa gubernur Jenderal Herman Willem
Deandles (1800-1811)
Kebijakan pada masa Deandles:
1. Melanjutkan kebijakan pertanahan pada
masa VOC.
2. Mempertahankan wilayah VOC (HB).
3. Membayar utang VOC.
Caranya menjual tanah kepada pemiik
modal khususnya orang asing, berupa hak
eigendom yang bersifat istimewa
(Pertuanan).
3. Masa Pemerintahan Gubernur Jenderal
Thomas Stanford Raffles (1811)
a. Semua kebijakan pada masa Belanda
dihapuskan.
b. Pada masa Raffles, semua tanah yang
berada di bawah kekuasaan pemerintah
dinyatakan sebagai eigendom government.
Dengan dasar ini, setiap tanah dikenakan
pajak atau yang lebih dikenal dengan
kebijakan LANDRENTE, misalnya:
- Sawah: ½, 2/5, atau 1/3 dari hasil panen.
- Tanah kering: ¼ atau ½ dari hasil
4. Masa pemerintahan Gubernur Jenderal
Johanes Van Den Bosch (1830)
Kebijakan pada masa Bosch adalah:
1. Semua kebijakan pada masa VOC dan
Deandles dihidupkan kembali.
2. Menetapkan sistem cultuur stelsel
(tanam paksa), yaitu suatu kebijakan
dimana petani dipaksa untuk menanami
sebagian luas tanahnya (1/5) dengan
tanaman tertentu yang laku dipasaran
Internasional, sedangkan bagi yang tidak
mempunyai tanah diharuskan kerja paksa
selama 1/5 hari kerja.
Pasal 62 RR (Regeringsreglement)
(1)Gubernur Jenderal tidak boleh menjual
tanah.
(2) Dalam larangan di atas tidak termasuk
tanah-tanah yang tidak luas, yang
diperuntukkan bagi perluasan kota dan
desa serta pembangunan kegiatan-
kegiatan usaha kerajinan.
(3)Gubernur Jenderal dapat menyewakan
tanah menurut ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan dengan ordonansi. Tidak
termasuk yang boleh disewakan adalah
tanah-tanah kepunyaan orang-orang
pribumi asal pembukaan hutan, demikian
juga tanah-tanah yang berfungsi sebagai
tempat penggembalaan umum atau atas
dasar lain merupakan kepunyaan desa
Kelemahan pasal 62 RR adalah:
1.Berdasarkan S.1856 No.64 ditentukan
jangka waktu sewa maks untuk tanaman
berumur panjang mis: kelapa adalah 40
tahun, sedangkan yang berumur pendek,
mis: tebu adalah 20 tahun. Jangka waktu ini
terlalu singkat karena sebelum tanaman
berproduksi, masa sewa telah habis.
2.Berhubung yang disewakan itu biasanya
adalah hutan belukar maka untuk membuka
hutan itu diperlukan modal yang besar.
3.Hak sewa tidak bisa dijadikan jaminan
utang.
AGRARISCHE WET (S.1870 No.55)
(1) Menurut ketentuan yang ditetapkan dengan
ordonansi, diberikan tanah dengan hak erfacht
selama waktu tidak lebih dari 75 tahun.
(2) Gubernur Jenderal menjaga jangan sampai
terjadi pemberian tanah yang melanggar hak-
hak rakyat pribumi.
(3) Gubernur Jenderal tidak boleh mengambil
tanah-tanah kepunyaan rakyat asal pembukaan
hutan yang digunakan untuk keperluan sendiri,
demikian juga tanah-tanah yang sebagai
tempat penggembalaan umum atau atas dasar
lain merupakan kepunyaan atau untuk
keperluan penanaman tanaman-tanaman yang
diselenggarakan atas perintah penguasa
menurut peraturan-peraturan yang
bersangkutan, semuanya dengan pemberian
ganti kerugian yang layak
(4) Tanah yang dipunyai oleh orang-orang pribumi
dengan hak pakai pribadi yang turun temurun
(yang dimaksud adalah hak milik adat) atas
permintaan pemiliknya yang sah dapat
diberikan kepadanya dengan hak eigendom
dengan pembatasan-pembatasan yang
diperlukan sebagai yang ditetapkan dengan
ordonansi dan dicantumkan dalam surat
eigendomnya yaitu yang mengenai kewajiban
terhadap negara dan desa yang
bersangkutan. Demikian juga dengan
kewenangannya untuk menjualnya kepada
non-pribumi.
(5) Persewaan atau serahpakai tanah oleh orang-
orang pribumi kepada non-pribumi dilakukan
menurut ketentuan yang diatur dengan
ordonansi.
AW merupakan ayat tambahan pada
pasal 62 RR sehingga pasal 62 RR
yang semula terdiri dari 3 ayat,
berubah menjadi 8 ayat. Keseluruhan
pasal 62 RR itu kemudian pada tahun
1925 diubah menjadi pasal 51 IS
(Indische Staatregeling).
Aturan pelaksanaan dari AW adalah
Agrarische Besluit (S.1870 No.118).
Dimana pada pasal 1 dimuat suatu
asas yang terkenal yaitu Domein
Verklaring (Pernyataan milik).
Bunyi pasal 1 AB:
Dengan tidak mengurangi
berlakunya ketentuan dalam pasal 2
dan 3 AW, tetap dipertahankan asas,
bahwa semua tanah yang pihak lain
tidak dapat membuktikan sebagai
hak eigendomnya, adalah domein
(milik) negara.

More Related Content

What's hot

Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)Leks&Co
 
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)FithrohPutri
 
Subjek dan objek hukum
Subjek dan objek hukumSubjek dan objek hukum
Subjek dan objek hukumEga Jalaludin
 
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)Vallen Hoven
 
Dasar hukum agraria
Dasar hukum agrariaDasar hukum agraria
Dasar hukum agrariayoko14
 
Lingkungan Hunian Berimbang. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman 'INFORU...
Lingkungan Hunian Berimbang. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman 'INFORU...Lingkungan Hunian Berimbang. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman 'INFORU...
Lingkungan Hunian Berimbang. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman 'INFORU...Oswar Mungkasa
 
Hukum Rumah Susun
Hukum Rumah SusunHukum Rumah Susun
Hukum Rumah SusunLeks&Co
 
Undang-undang Rumah Susun Terbaru
Undang-undang Rumah Susun TerbaruUndang-undang Rumah Susun Terbaru
Undang-undang Rumah Susun TerbaruLeks&Co
 
Hukum Pidana Pemidanaan
Hukum Pidana PemidanaanHukum Pidana Pemidanaan
Hukum Pidana Pemidanaanalsalcunsoed
 
Perumahan Permukiman
Perumahan PermukimanPerumahan Permukiman
Perumahan PermukimanLeks&Co
 
Pengadaan Tanah
Pengadaan TanahPengadaan Tanah
Pengadaan TanahLeks&Co
 
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja Leks&Co
 
Perkembangan pemikiran-ham
Perkembangan pemikiran-hamPerkembangan pemikiran-ham
Perkembangan pemikiran-hamAwis Mirad
 
Karnataka land-reforms-act-1961
Karnataka land-reforms-act-1961Karnataka land-reforms-act-1961
Karnataka land-reforms-act-1961sabrangsabrang
 

What's hot (20)

Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)
 
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
 
Subjek dan objek hukum
Subjek dan objek hukumSubjek dan objek hukum
Subjek dan objek hukum
 
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
 
Dasar hukum agraria
Dasar hukum agrariaDasar hukum agraria
Dasar hukum agraria
 
Lingkungan Hunian Berimbang. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman 'INFORU...
Lingkungan Hunian Berimbang. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman 'INFORU...Lingkungan Hunian Berimbang. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman 'INFORU...
Lingkungan Hunian Berimbang. Majalah Perumahan dan Kawasan Permukiman 'INFORU...
 
HAK CIPTA & DESAIN INDUSTRI
HAK CIPTA & DESAIN INDUSTRIHAK CIPTA & DESAIN INDUSTRI
HAK CIPTA & DESAIN INDUSTRI
 
Presentation on the right to fair compensation and
Presentation on the right to fair compensation andPresentation on the right to fair compensation and
Presentation on the right to fair compensation and
 
Hukum Rumah Susun
Hukum Rumah SusunHukum Rumah Susun
Hukum Rumah Susun
 
Undang-undang Rumah Susun Terbaru
Undang-undang Rumah Susun TerbaruUndang-undang Rumah Susun Terbaru
Undang-undang Rumah Susun Terbaru
 
Hukum Pidana Pemidanaan
Hukum Pidana PemidanaanHukum Pidana Pemidanaan
Hukum Pidana Pemidanaan
 
Perumahan Permukiman
Perumahan PermukimanPerumahan Permukiman
Perumahan Permukiman
 
6. struktur internal kota1
6. struktur internal kota16. struktur internal kota1
6. struktur internal kota1
 
Pengadaan Tanah
Pengadaan TanahPengadaan Tanah
Pengadaan Tanah
 
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
 
Perkembangan pemikiran-ham
Perkembangan pemikiran-hamPerkembangan pemikiran-ham
Perkembangan pemikiran-ham
 
Tanggung renteng
Tanggung rentengTanggung renteng
Tanggung renteng
 
Karnataka land-reforms-act-1961
Karnataka land-reforms-act-1961Karnataka land-reforms-act-1961
Karnataka land-reforms-act-1961
 
LAND RIGHT
LAND RIGHTLAND RIGHT
LAND RIGHT
 
Kelembagaan ATR/BPN
Kelembagaan ATR/BPNKelembagaan ATR/BPN
Kelembagaan ATR/BPN
 

Similar to SEJARAH PERTANAHAN DI INDONESIA

Hukum dan politik agraria kolonial
Hukum dan politik agraria kolonialHukum dan politik agraria kolonial
Hukum dan politik agraria kolonialindra wijaya
 
Kolonialisme modern
Kolonialisme modernKolonialisme modern
Kolonialisme modernUmi Rosyidah
 
Tata guna lahan pertemuan 1 2
Tata guna lahan pertemuan 1 2Tata guna lahan pertemuan 1 2
Tata guna lahan pertemuan 1 2adityaferryans
 
Hukum agraria
Hukum agraria Hukum agraria
Hukum agraria Mr.Mahmud
 
Dominasi pemerintahan kolonial belanda
Dominasi pemerintahan kolonial belandaDominasi pemerintahan kolonial belanda
Dominasi pemerintahan kolonial belandaZakiyah Ulfa Aryani
 
HUKUM_AGRARIA.pptx
HUKUM_AGRARIA.pptxHUKUM_AGRARIA.pptx
HUKUM_AGRARIA.pptxAdeFitri22
 
Dominasi Pemerintahan Kolonial belanda
Dominasi Pemerintahan Kolonial belandaDominasi Pemerintahan Kolonial belanda
Dominasi Pemerintahan Kolonial belandaReynal Dasukma Hidayat
 
Pp no 41 tahun 1996
Pp no 41 tahun 1996Pp no 41 tahun 1996
Pp no 41 tahun 1996Niko Utomo
 
Tugas pertanahan resume
Tugas pertanahan resumeTugas pertanahan resume
Tugas pertanahan resumeAdyPrabowo1
 
bahan-ajar-sejarah-hk-agraria.pdf
bahan-ajar-sejarah-hk-agraria.pdfbahan-ajar-sejarah-hk-agraria.pdf
bahan-ajar-sejarah-hk-agraria.pdfDanilGargono
 
IPS Kelas 8 Bab 2
IPS Kelas 8 Bab 2IPS Kelas 8 Bab 2
IPS Kelas 8 Bab 2Rifqi Bagja
 
Agraria fh uaj
Agraria fh uajAgraria fh uaj
Agraria fh uajHana Bell
 
KEDAULATAN_10.ppt
KEDAULATAN_10.pptKEDAULATAN_10.ppt
KEDAULATAN_10.pptFeryChofa
 
Hak atas tanah
Hak atas tanahHak atas tanah
Hak atas tanahSyaifOer
 
Penguasaan dan Pengusahaan Lahan serta Kemiskinan di Pedesaan.pptx
Penguasaan dan Pengusahaan Lahan serta Kemiskinan di Pedesaan.pptxPenguasaan dan Pengusahaan Lahan serta Kemiskinan di Pedesaan.pptx
Penguasaan dan Pengusahaan Lahan serta Kemiskinan di Pedesaan.pptxSMPranata
 

Similar to SEJARAH PERTANAHAN DI INDONESIA (20)

HUKUM TANAH ADAT.pptx
HUKUM TANAH ADAT.pptxHUKUM TANAH ADAT.pptx
HUKUM TANAH ADAT.pptx
 
Hukum dan politik agraria kolonial
Hukum dan politik agraria kolonialHukum dan politik agraria kolonial
Hukum dan politik agraria kolonial
 
Kolonialisme modern
Kolonialisme modernKolonialisme modern
Kolonialisme modern
 
Tata guna lahan pertemuan 1 2
Tata guna lahan pertemuan 1 2Tata guna lahan pertemuan 1 2
Tata guna lahan pertemuan 1 2
 
Hukum agraria
Hukum agraria Hukum agraria
Hukum agraria
 
Dominasi pemerintahan kolonial belanda
Dominasi pemerintahan kolonial belandaDominasi pemerintahan kolonial belanda
Dominasi pemerintahan kolonial belanda
 
Hukum Agraria
Hukum AgrariaHukum Agraria
Hukum Agraria
 
HUKUM_AGRARIA.pptx
HUKUM_AGRARIA.pptxHUKUM_AGRARIA.pptx
HUKUM_AGRARIA.pptx
 
Hukum agraria nasional pert ke 2
Hukum agraria nasional pert ke 2Hukum agraria nasional pert ke 2
Hukum agraria nasional pert ke 2
 
Dominasi Pemerintahan Kolonial belanda
Dominasi Pemerintahan Kolonial belandaDominasi Pemerintahan Kolonial belanda
Dominasi Pemerintahan Kolonial belanda
 
Pp no 41 tahun 1996
Pp no 41 tahun 1996Pp no 41 tahun 1996
Pp no 41 tahun 1996
 
Tugas pertanahan resume
Tugas pertanahan resumeTugas pertanahan resume
Tugas pertanahan resume
 
Edit hukum adat
Edit hukum adatEdit hukum adat
Edit hukum adat
 
PPT-HUKUM-AGRARIA.ppt
PPT-HUKUM-AGRARIA.pptPPT-HUKUM-AGRARIA.ppt
PPT-HUKUM-AGRARIA.ppt
 
bahan-ajar-sejarah-hk-agraria.pdf
bahan-ajar-sejarah-hk-agraria.pdfbahan-ajar-sejarah-hk-agraria.pdf
bahan-ajar-sejarah-hk-agraria.pdf
 
IPS Kelas 8 Bab 2
IPS Kelas 8 Bab 2IPS Kelas 8 Bab 2
IPS Kelas 8 Bab 2
 
Agraria fh uaj
Agraria fh uajAgraria fh uaj
Agraria fh uaj
 
KEDAULATAN_10.ppt
KEDAULATAN_10.pptKEDAULATAN_10.ppt
KEDAULATAN_10.ppt
 
Hak atas tanah
Hak atas tanahHak atas tanah
Hak atas tanah
 
Penguasaan dan Pengusahaan Lahan serta Kemiskinan di Pedesaan.pptx
Penguasaan dan Pengusahaan Lahan serta Kemiskinan di Pedesaan.pptxPenguasaan dan Pengusahaan Lahan serta Kemiskinan di Pedesaan.pptx
Penguasaan dan Pengusahaan Lahan serta Kemiskinan di Pedesaan.pptx
 

SEJARAH PERTANAHAN DI INDONESIA

  • 1.
  • 2. Dibagi dalam 3 fase, yaitu: 1. Masa Feodalisme. 2. Masa Kolonialisme. 3. Masa Setelah diberlakukannya UUPA
  • 3. MASA FEODALISME Feodalisme adalah suatu faham mengenai cara berekonomi atau sistem ekonomi dimana raja, keluarganya dan para bangsawan serta penguasa daerah adalah tuan dan rakyat adalah abdi. Alat produksi seperti tanah, adalah milik raja dan bangsawan sedangkan rakyat hanya mempunyai hak garap/hak menggunakan dan tidak berhak untuk memiliki atau menguasai.
  • 4. Pada masa feodal ada 2 bentuk pemerasan terhadap petani, yaitu a.Petani harus menyerahkan sebagian hasil produksinya. b.Petani harus bekerja secara Cuma-Cuma kepada raja atau bangsawan.
  • 5. Filosof yang tidak menyetujui adanya hak Milik privat adalah 1. J.J. Reausseau. Hak milik privat atas tanah menyebabkan perbedaan dan menimbulkan kejahatan dan kesengsaraan. 2. Henry George. Jumlah penduduk semakin bertambah dan maju. kebutuhan akan tanah semakin meningkat sehingga penumpukan tanah atau tuan tanah akan meningkat.
  • 6. Filosof yang menyetujui adanya hak Milik privat adalah 1. Thomas Van Aquinas. Setiap orang lebih senang bila sesuatu itu menjadi hak milik pribadinya daripada milik bersama/kolektif 2. John Locke. Berdasarkan “teori Kerja” disebutkan bahwa hak milik privat muncul dari hubungan antara manusia dengan alam. Barangsiapa mengusahakan, mengerjakan, dan menabur benih maka dialah yang menjadi pemiliknya.
  • 7. Dua faham yang muncul sebagai penetralisir adalah: 1. Faham liberal yang bersifat individualistik. Hak Milik privat atas tanah diakui dan dilindungi, artinya hak milik tidak dapat diganggu gugat meskupun untuk kepentingan umum. Sebagai peneral dimasukkan unsur SOSIAL. 2. Faham sosialis yang bersifat komunalistik. Tanah adalah milik negara/bersama dasarnya apbila komunal sejahtera maka individu pasti sejahtera. Sebagai penetral dimasukkan unsur INDIVIDUALISTIK.
  • 8. TANAH ULAYAT/BESCHIKKINGSRECHT DARI VAN VOLLENHOVEN Hak ulayat adalah hak dari persekutuan hukum untuk menggunakan dengan bebas tanah- tanah yang masih merupakan hutan belukar dalam wilayahnya, guna kepentingan persekutuan itu sendiri dan anggotanya atau untuk kepentingan orang asing yang telah mendapat izin dan telah membayar recognitie (uang pengakuan).
  • 9. Masyarakat Hukum Adat adalah: Sekelompok orang yang tersusun secara teratur, yang bersifat tetap, masing-masing merasa terikat satu sama lain, mempunyai pemerintahan/pemimpin dan kekayaan sendiri baik material maupun inmaterial.
  • 10. Hak Ulayat mempunyai kekuatan berlaku ke dalam dan keluar. Kekuatan ke dalam 1. Persekutuan dan anggotanya mempunyai hak untuk menarik hasil dari tanah dan segala yang tumbuh dan hidup di atas tanah itu, mendirikan tempat kediaman, menggembala ternak, mengumpulkan bahan makanan, berburu dan memancing.
  • 11. 2. Masih terkekangnya hak individu di dalam hak ulayat. Artinya: hak perseorangan akan lenyap dan tanah kembali dalam kekuasaan hak ulayat jika tanah diterlantarkan sehingga menjadi belukar/hutan kembali. 3. Persekutuan dapat menetapkan tanah untuk kepentingan umum, misalnya kuburan, sarana ibadah, pasar, sekolah dsb.
  • 12. Kekuatan keluar Orang luar dilarang memiliki atau mengambil keuntungan dari tanah hak ulayat, kecuali telah mendapat izin dan telah membayar uang pengakuan (recognitie).
  • 13. MASA KOLONIALISME(PENJAJAHAN) 1. Masa kekuasaan Verenigde on Indische Compaigne (VOC) tahun 1602. Kebijakan VOC di bidang pertanahan: b. Contingenten/Pajak tanah. Petani harus menyerahkan 1/5 hasil tanahnya kepada VOC sebagai pajak tanah b. Verplichte Leverenten/Serah paksa. suatu kebijakan dimana petani hanya boleh menjual tanahnya kepada VOC, yang harganya ditentukan secara sepihak oleh VOC, tentunya yang menguntungkan bagi VOC.
  • 14. 2. Masa gubernur Jenderal Herman Willem Deandles (1800-1811) Kebijakan pada masa Deandles: 1. Melanjutkan kebijakan pertanahan pada masa VOC. 2. Mempertahankan wilayah VOC (HB). 3. Membayar utang VOC. Caranya menjual tanah kepada pemiik modal khususnya orang asing, berupa hak eigendom yang bersifat istimewa (Pertuanan).
  • 15. 3. Masa Pemerintahan Gubernur Jenderal Thomas Stanford Raffles (1811) a. Semua kebijakan pada masa Belanda dihapuskan. b. Pada masa Raffles, semua tanah yang berada di bawah kekuasaan pemerintah dinyatakan sebagai eigendom government. Dengan dasar ini, setiap tanah dikenakan pajak atau yang lebih dikenal dengan kebijakan LANDRENTE, misalnya: - Sawah: ½, 2/5, atau 1/3 dari hasil panen. - Tanah kering: ¼ atau ½ dari hasil
  • 16. 4. Masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johanes Van Den Bosch (1830) Kebijakan pada masa Bosch adalah: 1. Semua kebijakan pada masa VOC dan Deandles dihidupkan kembali. 2. Menetapkan sistem cultuur stelsel (tanam paksa), yaitu suatu kebijakan dimana petani dipaksa untuk menanami sebagian luas tanahnya (1/5) dengan tanaman tertentu yang laku dipasaran Internasional, sedangkan bagi yang tidak mempunyai tanah diharuskan kerja paksa selama 1/5 hari kerja.
  • 17. Pasal 62 RR (Regeringsreglement) (1)Gubernur Jenderal tidak boleh menjual tanah. (2) Dalam larangan di atas tidak termasuk tanah-tanah yang tidak luas, yang diperuntukkan bagi perluasan kota dan desa serta pembangunan kegiatan- kegiatan usaha kerajinan. (3)Gubernur Jenderal dapat menyewakan tanah menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan ordonansi. Tidak termasuk yang boleh disewakan adalah tanah-tanah kepunyaan orang-orang pribumi asal pembukaan hutan, demikian juga tanah-tanah yang berfungsi sebagai tempat penggembalaan umum atau atas dasar lain merupakan kepunyaan desa
  • 18. Kelemahan pasal 62 RR adalah: 1.Berdasarkan S.1856 No.64 ditentukan jangka waktu sewa maks untuk tanaman berumur panjang mis: kelapa adalah 40 tahun, sedangkan yang berumur pendek, mis: tebu adalah 20 tahun. Jangka waktu ini terlalu singkat karena sebelum tanaman berproduksi, masa sewa telah habis. 2.Berhubung yang disewakan itu biasanya adalah hutan belukar maka untuk membuka hutan itu diperlukan modal yang besar. 3.Hak sewa tidak bisa dijadikan jaminan utang.
  • 19. AGRARISCHE WET (S.1870 No.55) (1) Menurut ketentuan yang ditetapkan dengan ordonansi, diberikan tanah dengan hak erfacht selama waktu tidak lebih dari 75 tahun. (2) Gubernur Jenderal menjaga jangan sampai terjadi pemberian tanah yang melanggar hak- hak rakyat pribumi. (3) Gubernur Jenderal tidak boleh mengambil tanah-tanah kepunyaan rakyat asal pembukaan hutan yang digunakan untuk keperluan sendiri, demikian juga tanah-tanah yang sebagai tempat penggembalaan umum atau atas dasar lain merupakan kepunyaan atau untuk keperluan penanaman tanaman-tanaman yang diselenggarakan atas perintah penguasa menurut peraturan-peraturan yang bersangkutan, semuanya dengan pemberian ganti kerugian yang layak
  • 20. (4) Tanah yang dipunyai oleh orang-orang pribumi dengan hak pakai pribadi yang turun temurun (yang dimaksud adalah hak milik adat) atas permintaan pemiliknya yang sah dapat diberikan kepadanya dengan hak eigendom dengan pembatasan-pembatasan yang diperlukan sebagai yang ditetapkan dengan ordonansi dan dicantumkan dalam surat eigendomnya yaitu yang mengenai kewajiban terhadap negara dan desa yang bersangkutan. Demikian juga dengan kewenangannya untuk menjualnya kepada non-pribumi. (5) Persewaan atau serahpakai tanah oleh orang- orang pribumi kepada non-pribumi dilakukan menurut ketentuan yang diatur dengan ordonansi.
  • 21. AW merupakan ayat tambahan pada pasal 62 RR sehingga pasal 62 RR yang semula terdiri dari 3 ayat, berubah menjadi 8 ayat. Keseluruhan pasal 62 RR itu kemudian pada tahun 1925 diubah menjadi pasal 51 IS (Indische Staatregeling).
  • 22. Aturan pelaksanaan dari AW adalah Agrarische Besluit (S.1870 No.118). Dimana pada pasal 1 dimuat suatu asas yang terkenal yaitu Domein Verklaring (Pernyataan milik). Bunyi pasal 1 AB: Dengan tidak mengurangi berlakunya ketentuan dalam pasal 2 dan 3 AW, tetap dipertahankan asas, bahwa semua tanah yang pihak lain tidak dapat membuktikan sebagai hak eigendomnya, adalah domein (milik) negara.