1. LAPORAN HASIL OBSERVASI
LADANG DI DESA PRING GADING KABUPATEN BANTUL
Mata Kuliah : Agroekologi
Dosen Pengampu : Ir. Agus Nugroho Setiawan, MP
Disusun Oleh :
1. Adi Bowo Laksono (20150210072)
2. Rido Illahi (20150210073)
3. Dea Irfanda K. (20150210096)
4. Dwi Mulyani (20150210105)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
2. I. PENDAHULUAN
Sistem pertanian di Indonesia menggunakan lahan tanam berupa
lahan tanam basah dan kering. Lahan tanam basah umumnya digunakan di
wilayah selatan garis khatulistiwa di Indonesia. Sedangkan lahan tanam
kering umumnya digunakan di wilayah utara garis khatulistiwa di
Indonesia. Salah satu lahan tanam kering yaitu ladang.
Perladangan, walaupun namanya beranekaragam, akan tetapi secara
umum sistem pertanian ini dapat didefinisikan antara lain sebagai suatu
sistem pertanian yang sifatmya membuka lahan pertanian dengan
melakukan pembakaran dan ditanami tanaman secara tidak
berkesinambungan (Conclin, 1957).
Pada suatu lahan ladang, lahan
umumnya ditanami padi dan jenis-jenis
tanaman lainnya selama satu atau dua
tahun, namun setelah padi dan tanman
lainnya dipanen, lahan ditinggalkan.
Kemudian lahan tersebut mengalami
suksesi secara alami membentuk hutan
sekunder atau padang rumput tua.
Selama lahan itu diistirahatkan atau
diberakan (fallow), para peladang pindah
ke tempat lain membuka lahan baru.
Mereka akan kembali lagi ke tempat semula, bila lahan yang ditinggalkan
itu telah cukup lama mengalami masa bera. Waktu bera ini bervariasi mulai
lima tahun sampai puluhan tahun (Iskandar, 1992).
Ciri ladang yang lain yaitu dalam perawatannya tidak terdapat usaha
pelestarian kesuburan lahan, tanah dibiarkan subur dengan sendirnya, tanpa
ditambah pupuk lagi. Ladang ini biasanya terdapat di luar jawa, yaitu
sumatera bagian selatan, lampung, kalimantan. Dengan adanya lahan ini,
disimpulkan bahwa usaha berladang merupakan salah satu usaha
3. pemborosan sumber daya alam tanah tanpa ada pelestarian yang
berkelanjutan.
Kami melakukan observasi pada tanggal 22 Februari 2016 ke lahan
sawah yang ada di Desa Bangunjiwo Kabupaten Bantul untuk mengamati
berbagai komponen yang ada di lahan tersebut dan menganalisis hubungan
interaksi antar komponen abiotik dan biotik.
II. HASIL OBSERVASI LADANG
A. Tempat dan Waktu Observasi
a. Tempat : Dusun Pring Gading, Pajangan, Bantul,
Yogyakarta.
b. Waktu : Senin, 22 Februari 2016
c. Narasumber : Bu
B. Hasil Observasi
Pada pengamatan yang kami amati, ladang saat itu ditanami cabai
dengan kondisi tanah yang lembab karena musim penghujan. Pada saat
musim kemarau, ladang
tersebut masih ditanami
dengan memanfaatkan
air yang berasal dari
tampungan air hujan
yang tersimpan pada
sumur buatan yang
terdapat di sekitar
ladang.
Ladang yang kami amati di Desa Kaping Pajangan memiliki komponen-
komponen yang saling berinteraksi. Antara lain :
1. Abiotik
a. Air
Air dalam kehidupan tumbuhan berperan sebagai pelarut unsur
hara maupun nutrisi yang akan diserap oleh akar. Air pada
ladang yang ada di Desa Pring Gading berasal dari air hujan
4. yang ditampung dalam sumur yang sengaja dibuat di area
penanaman. Pada ladang memiliki kandungan air yang rendah.
Sistem pengairan pada ladang hanya bergantung pada turunnya
air hujan dan petani tidak melakukan usaha pengairan.
b. Tanah
Tanah merupakan pendukung tersedianya unsur hara dan air
untuk mendukung berlangsungnya kehidupan tumbuhan.
Selain itu sebagai tempat hidup mikroorganisme pengurai.
Berdasarkan observasi, kondisi tanah ladang sebagian besar
kering dengan ditumbuhi rumput rumput liar. Tanah pada
ladang juga sebagai media tanam cabai. Tanah yang kering ini
juga dijumpai pada tegalan. Tanah pada ladang di Desa Kaping
mengandung unsur kapur yang cukup tinggi sehingga nampak
terdapat butiran-butiran putih pada tanah. Kandungan kapur ini
mengakibatkan minimnya unsur hara yang terdapat pada tanah,
sehingga tanah pada daerah ini banyak disirik (dikucilkan)
untuk ditanami berbagai tanaman ekonomis karena petani
merasa takut dirugikan. Tanah yang seperti ini berpotensi
menghasilkan produk tanaman yang kurang berkualitas.
c. Batu
Batu-batu yang terdapat pada lahan pertanian warga di Desa
Kaping berupa batuan granit dan batuan kapur. Diperkirakan
5. batu granit tersebut merupakan endapan sisa abu vulkanik
gunung merapi yang meletus pada masa lalu. Lalu batuan kapur
sebagian merupakan sisa pelapukan lapisan-lapisan palung
purba dahulu kala yang sekarang bercampur dengan tanah
regosol. Kapur tersebut memiliki manfaat sebagai penetral
tanah yang asam.
d. Sampah bekas
Sampah yang terdapat di sekitar ladang berupa sampah organik
dan sampah non organik. Keberadaan sampah organik tentu
menguntungkan bagi kesuburan tanah. Namun, keberadaan
sampah non organik tentu sangat merugikan bagi kesuburan
tanah karena mampu menghambat pertumbuhan tanaman.
e. Cahaya Matahari
Sinar matahari berfungsi sebagai sumber energi fotosintesis
untuk menghasilkan sumber makanan bagi tanaman sekaligus
penyambung rantai makanan karena konsumen mendapatkan
makanan utama dari produsen.
2. Biotik
a. Tanaman cabai
Tanaman yang paling banyak ditanam di perladangan di Desa
Pring Gading adalah tanaman cabai. Tanaman ini sangat
mudah beradaptasi dengan lingkungan yang memiliki
kandungan air rendah seperti pada lahan kering. Tanaman
cabai adalah tanaman musiman (annual) yang mampu
bertahan pada suhu yang relatif tinggi. Pengelolaan dan
perawatan tanaman cabai tidak terlalu rumit, sehingga petani
lebih tertarik untuk menanam tanaman cabai. Nilai ekonomis
cabai juga relatif tinggi sehingga keuntungan penanaman
cabai yang didapatkan petani pun lebih tinggi daripada
menanam tanaman padi di ladang yang lebih sulit dalam
pengelolaannya di lahan kering.
6. b. Tanaman tomat
Terdapat beberapa ladang di Desa Pring Gading yang
ditanami tanaman tomat, namun tak sebanyak penanaman
tanaman cabai. Tanaman tomat membutuhkan lebih banyak
air daripada tanaman cabai karena tanaman tomat
mengandung lebih banyak air, sehingga daya tahan tanaman
tomat terhadap suhu tinggi tentu lebih rendah daripada
tanaman cabai. Nilai ekonomis tanaman tomat juga lebih
rendah daripada tanaman cabai, sehingga penanaman
tanaman tomat kurang diminati oleh warga.
c. Hama
Binatang pengganggu pada ladang di Desa Kaping yaitu
wereng coklat, belalang, dan ulat bulu. Binatang-binatang
tersebut memakan dedaunan tanaman palawija di ladang
milik warga yang menyebabkan proses fotosintesis yang
terjadi di daun terhambat. Hal itu mengakibatkan produksi
pertanian juga terhambat. Oleh karena itu, petani mengalami
kerugian.
d. Gulma
Tumbuhan pengganggu yang terdapat pada ladang di Desa
Kaping yaitu rumput liar. Rumput liar memakan unsur hara
dan air yang terkandung dalam tanah sehingga terjadi
kompetisi antara tanaman palawija dengan rumput liar.
Akibatnya, pertumbuhan tanaman palawija terhambat karena
kurangnya unsur hara yang mampu diserap oleh tanaman.
e. Serangga
Beberapa jenis serangga yang terdapat pada ladang di Desa
Kaping yaitu capung, kupu-kupu, dan bapak pocung.
Binatang-binatang berjenis serangga di ladang tidak menjadi
parasit bagi tanaman, serangga justru memberi pengaruh
positif bagi tanaman. Pengaruh positif dari keberadaan
serangga yaitu terhadap penyerbukan tanaman. Serangga
7. membantu proses penyerbukan tanaman. Serangga hinggap di
benang sari yang kemudian membawa serbuk sari ke putik,
sehingga terjadi proses penyerbukan.
C. Interaksi Antar Komponen
Komponen biotik dan abiotik dalam agroekosistem ladang membentuk
suatu hubungan interaksi yang saling mempengaruhi. Tanaman cabai
sebagai tanaman palawija yang ditanam merupakan komponen utama
interaksi dengan lingkungan sekitar.
1. Interaksi netral interaksi yang tidak berhubungan dan tidak
saling mempengaruhi maupun mengganggu antar makhluk hidup
dalam suatu ekosistem. Contoh : batu granit maupun kapur dalam
ekosistem tidak mempunyai pengaruh dalam pertumbuhan cabai,
namun batu kapur berpengaruh dalam pembentukan tanah,
sehingga tanah yang dihasilkan menjadi sedikit basa.
Interaksi netral juga ditemui hubungan tanaman dengan manusia,
dimana manusia berhubungan dengan tanaman hanya pada saat
tanam dan panen, tidak terdapat masa pemupukan dan
penyiangan. Pemupukan secara alami dihubungkan dengan bahan
organik berupa daun daun yang gugur maupun kotoran hewan.
2. Interaksi kompetisi interaksi berupa persaingan untuk
memperoleh kebutuhan hidup. Contohnya : tanaman cabai
bersaing dengan gulma dalam mencari unsur zat hara dan air dari
dalam tanah, karena tumbuh dalam satu lahan di sela-sela tanaman
cabai. Semakin banyak rumput liar yang tumbuh di sekitar
tanaman maka semakin sedikit unsur hara yang mampu diserap
oleh tanaman, sehingga produk tanaman yang dihasilkan kurang
berkualitas. Akibatnya, petani mengalami kerugian.
3. Interaksi parasitisme interaksi yang di dalamnya terdapat pihak
yang dirugikan dan pihak yang diuntungkan. Contoh : wereng
coklat, belalang, dan ulat bulu yang memperoleh makanan dengan
memakan daun-daun palawija. Daun adalah tempat untuk
8. fotosintesis. Apabila daun banyak dimakan oleh hama, maka
proses fotosinteisi tanaman terhambat. Akibatnya, produk
tanaman kurang berkualitas dan petani mengalami kerugian.
4. Interaksi mutualisme interaksi yang saling menguntungkan,
yaitu antara tanaman cabai dan serangga. Cabai mengalami
penyerbukan dari aktivitas serangga, sedangkan serangga
memperoleh makanan dari nektar bunga tanaman palawija.
Serangga membantu proses penyerbukan dengan membawa
serbuk sari yang telah dihinggapi ke kepala putik.
III. ANALISIS AGROEKOSISTEM LADANG
Dalam suatu sistem agroekologi, terdapat indikator sistem pertanian itu
dikatakan berjalan secara baik, layak, maupun kurang baik. Indikator
tersebut terdiri dari 4 komponen antara lain sebagai berikut.
A. Produktivitas
Produktivitas merupakan pengukuran kemampuan lahan untuk
mengkasilkan produk per satuan lahan. Ladang memiliki produktivitas
yang lebih rendah dibanding dengan sawah padi dengan luas lahan yang
sama. Hal ini disebabkan tidak terdapat penanganan pasca tanam dan
pra tanam dikarenakan kurangnya tenaga kerja pengolah lahan dari
dalam maupun keluarga petani. Lahan dibiarkan secara alami tumbuh
tanpa penyiangan dari gulma, penanganan OPT (Organisme
Pengganggu Tanaman), maupun pemupukan pra tanam dan saat tanam.
Perlakuan tersebut merupakan ciri ekologi perladangan yang dilakukan
masyarakat Desa Pring Gading.
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh kelompok kami sawah di
Dusun Gangin sangat produktif karena setiap musim panen dapat
mendapatkan padi seberat 60 kg dan di Dusun Lemah Abang hasil panen
tidak menentu.
B. Stabilitas
Stabilitas merupakan indikator untuk memprediksi sistem pertanian
yang berguna untuk menentukan kebijakan pertanian yang dibutuhkan
9. untuk memenuhi kebutuhan petani pemilik ladang. Kestabilan ladang
ditentukan oleh presentase penanaman atau jumlah musim penanaman,
biasanya suatu ladang ditanami tanaman padi dan tanaman palawija atau
lainnya secara singkat kurang lebih 1 – 2 tahun, lalu baru diistirahatkan
dengan waktu yang panjang sekitar 3 – 5 tahun. Hal tersebut membuat
kestabilan produksi ditentukan oleh tanaman yang ditanam, musim
tanam serta masa istirahat lahan.
C. Keberlanjutan
Keberlanjutan merupakan kemampuan suatu lahan untuk bertahan pada
jangka waktu panjang. Ekosistem ladang desa Pring Gading memiliki
keberlanjutan yang mungkin masih berlanjut dikarenakan kemampuan
lahan dalam menghasilkan produksi tanaman yang dinilai masih tinggi,
biasanya antara 2 – 3 tahun. Menurut pemilik lahan, mereka menyadari
bahwa ladang membutuhkan masa bera atau istirahat dalam
penggunaannya untuk mengembalikan suksesi kesuburan tanah yang
telah hilang selama masa penanaman.
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh kelompok kami kedua sawah
tersebut dapat terus bertahan meskipun menggunakan pupuk anorganik,
dan dapat terus mempertahankan kesuburannya. Jadi, kesuburan
tanahnya tinggi karena dapat bertahan meski mendapat tekanan.
D. Kemerataan
Kemerataan merupakan komponen yang menunjukkan distribusi hasil
produksi suatu luasan lahan tertentu antara produsen dengan konsumsi.
Pertanian ladang merupakan salah satu pemanfaatan lahan kosong
masyarakat dalam menambah pemenuhan kebutuhan hidup petani
khususnya. Dari hasil produksi ladang di Desa Pring Gading, petani
mengakui bahwa penanaman ditujukan untuk melengkapi hasil
pertanian yang lain yaitu tenaman palawija, dalam ladang yang kami
amati yaitu cabai. Tentu hasilnya tidak dapat dibandingkan dengan
sawah maupun pekarangan yang kadang dilakukan perawatan terhadap
lahannya. Hasilnya tidak dijual maupun didistribusikan ke konsumen,
10. karena hanya cukup untuk melengkapi hasil pertanian petani pemilik
ladang.
E. Perbandingan antar Agroekosistem Pertanian
Dalam penanganan lahan, perawatan, sampai hasil panen, pertanian
sistem ladang merupakan memberikan kemudahan bagi petani.
Kelompok kami memilih membandingkan dengan sistem pertanian
sawah.
Pembeda Sawah Ladang
Pengairan Irigasi / sungai Sumur tadah hujan
Perawatan Intensif dilakukan Tanpa perawatan
Tanaman Umumnya padi &
hortikultura
Kebanyakan palawija
Asal lahan Lahan yang memang
dijadikan lahan pertanian
Lahan hasil pembukaan
hutan
Dengan perbedaan yang disebutkan di atas, lahan sawah terlihat lebih
menjanjikan jaminan hasil produksi dibandingkan dengan ladang,
dikarenakan pengairan yang terjamin, perawatan dan pemupukan yang
intensif, selain itu lebih pemanenan dilakukan lebih cepat dan sawah
cenderung efisien waktu karena tidak menunggu lahan diberakan. Selain
itu hasil produksi sawah secara ekonomi memiliki nilai lebih tinggi
dibandingkan sistem ladang.