3. SOCIOLOGY PARADIGM
BURELL AND MORGAN (1978)
Functionalist/Positivist
Sociological Positivism
Interpretive
German Idealism
Radical Humanist Radical Structuralist
objectivesubjective
the sociology of social change
the sociology of regulation change
integrative theory
social system theory
objecitivism
interactionism and
social action theory
phenomenological sociology
hermeuneticsphenomenology
s
o
l
i
p
s
i
s
m
french
existensialism
critical theory
anarchistic
individualism
contemporary
mediteranian marxism
conflict theory
rusian social
theory
4. PARADIGMA POSITIF
Apabila kita memiliki pertanyaan Apa (what)
terhadap fenomena akuntansi yang terjadi,
maka kita perlu melakukan penjelasan (to
explain) dan memprediksikannya (to
predict) melalui pendekatan (metode riset)
statistik (kuantitatif).
Penelitian positif memiliki beberapa ciri
khas, seperti Obyektif, berjarak dengan
fenomena yang diteliti, Terstruktur,
Numbers, Rasional, Kasualitas, Empiris,
Logis, Konkrit
5. PARADIGMA INTERPRETIF
Apabila kita memiliki pertanyaan Mengapa (why)
terhadap fenomena akuntansi terjadi dan apa
yang terjadi di dalamnya serta kita ingin
melakukan interpretasi praktik akuntansi
secara langsung, maka kita perlu pendekatan
(metode riset) verstehen (pemaknaan realitas
secara kualitatif).
Penelitian interpretif memiliki beberapa ciri
khas, yaitu subyektif, masuk dalam fenomena,
tidak terstruktur, tidak mementingkan angka,
Irasional, menggunakan rasa/emosi/batin,
empiris, tidak logis, tidak konkrit
6. PARADIGMA KRITIS
Apabila kita resah dengan kenyataan akuntansi
yang tidak sesuai dengan pemikiran kita dan
ingin melakukan perubahan akuntansi, kita
dapat melakukan pendekatan perubahan
(kritis)
Pertanyaan utamanya adalah Bagaimana (how)
Perubahan dapat dilakukan pada tataran
kesadaran akuntan (kritis humanis) atau,
kelembapada tataran organisasigaan atau
model akuntansinya (kritis struktural).
Kritis humanis – Perubahan melalui
subyektifitas
Kritis struktural – Perubahan melalui
obyektifitas
7. PARADIGMA POSTMODERN
Apabila kita ingin membuat bentuk-bentuk
akuntansi baru (New Accounting) baik itu
menggunakan akuntansi yang ada dengan
penambahan nilai-nilai dari luar akuntansi,
atau membuat akuntansi yang benar-benar
baru sesuai dengan nilai yang kita pahami
sebagai kebenaran untuk kemajuan
akuntansi, maka kita perlu pendekatan
(metode riset) akuntansi baru.
Paradigma ini dapat pula dengan melakukan
ekstensi atas Paradigma modern yang ada
(positif, interpretif dan kritis), seperti
memasukkan nilai-nilai culture (budaya lokal)
counter culture (melihat konspirasi culture
dominan)
8. PARADIGMA RELIGIUS
Apabila kita ingin melakukan penelitian
dengan menggunakan perspektif agama
(wahyu), maka yang perlu dilakukan adalah
menyatukan aspek obyektifitas,
subyektifitas, sekaligus wahyu.
Menyatukan rasio, emosi/batin/rasa, dan
wahyu dalam proses penelitian.
Wahyu sebagai sumber utama penelitian
dengan dukungan rasio/rasa