SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
PROSES GEODINAMIKA ZONA TUMBUKAN
                       Review Hasil Peneiitian T.U 01.06
                 Karakter, Proses dan Penyebab Deformasi Zona
                        Interaksi Antar Lempeng Mikro




                                      PENDAHULXJAN
     Indonesia merupakan daerah interaksi antam e.mpat.lempeng       utama, yaitu Eurasia, Pasi-
fik, Fiipina dan Indo-Australia.  Hal ini menyebabkan    wilayah Indonesia merupakan salah
satu daerah yang mengalami deformasi (demikian) kwt. Pada daerah deformasi ini dapat
dijumpai beberapa lempeng mikro atau blok yang sam sama lain saling bergerak. K&m
pergerakan lempeng-lempeng utama seperti lempeng Australia, Pasifik~maupun-Eurasia
relatif diketiui maka tidak demikian halnya dengan lempeng-lempeng mikro tersebut.
     Pada batas lempeng-lempeng mikro ini banyak dijmnpai aktifitas gempa yang intens
bahkan tidak jarang menimbulkan gempa besar; sebagai contoh adalah gempa PIores 1992
ataupun yang terjadi di kepulauan Mentawi dan di sepanjang sesar Sumatera. Disamping
itu deformasidefonnasi yang terjadi antara lempeng-lempeng mikro juga membawa manfaat
lain seperti terjadinya mineralisasi maupun cebakan-cebakan     energi (bidrokarbon,  batubara
maupun geothermal). Oleh sebab itu kamkter lempeng-lempeng mikro ini jelas perlu dipah-
ami dengan baik agar hal-hal seperti kegempaan, volkanisme maupun keterdapatan          mineral
dapat tersingkap.
     Daerah-daerah     kunci yang dianggap penting untuk dipelajari ad&h tempat-tempat
diiana terjadi deform& antar lempeng-lempeng mikro (intermicroplate) seperti Sumatra
forearc sliver plate, Lam Banda (termasuk Flores), blok BanggaiSula ataupun antar lem-
peng utama deagan lempeng mikro seperti lempeng Pasifik (Carolii) dengan blok Biak,
dan Australia dengan blok Irian Tengah.

                                  TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan dari penelitian proses geodinamika    zona tumbukan    adalah :

1. Meningkatkan kemampuah IPTEK dalam bidang kebumian
2. Mempelajari fenomena geologi yang terjadi di busur kepulauan yang pada giliran-
   nya dapat digunakan  untuk mjuan-tujuan  praktis seperti peramalan gempa, gunun-
   gapi, maupun memperbaharui konsep-konsep  eksplorasi.

   Beberapa   sawan yang ingin dicapai dari hail penelitian     ini antara lain :




                                              -l-
1. Mengidentifikasi karakteristik pergerakan    sesar Sumatra di daerah Liwa, Ketiun
   dan Bukittinggi, serta hubungannya dengan aktifitas neotektonik dan volkanisme.
2. Menyingkap neotektonik perubahan         muka air laut dengan mempelajari perkem-
   bangan terumbu koral.

3. Mempelajari biostratigrafi Formasi Halang yang merupakan   sekuen bahmn sedien
   disekitar komplek “melange” Karangsambung     yang merupakan     produk tumbukan
   zaman Kapur.

4. Mempelajari kinematika rekahan yang terjadi akibat gempa bumi Flares tahun
   1992, sehingga diiarapkan dapat diketiui mekanisme gempa tersebut.

5 . M e m p e l a j a r i kompleks batuan dasar d i kepulauan Sula dan Scram y a n g twut
   berperan dalam sejarah tektonik kawasan Indonesia bagian timw.

                              LOKASI DAN TOPIK PENELlTIAN

   Beberapa lokasi penelitian dan topik yang tennasuk    d&m T.U 01.06 disajikan        dalam
gambar 1 dan dapat dibagi sebagai berikut :

1. Sumatra forearc sliver plate - South East Asian Plate

        Nim dan Pagai
      Beberapa data menunjukkan   bahwa di wilayah ini pernah terjadi gempa bumi yang
 menimbulkan tsunami. Dengan mempelajari pertmnbuhan     dan keadaan terumbu koral diha-
,rapkan dapat mengetahui siklus gempa di kepulauan Mentawai.

b. Bukitinggi   - Kapahiang   (Bengkulu)
   Seperti hasil studi beberapa pen&i (Sieh, 1992; McCaffrey,     1991; Handayani  dan
Harjono, 1993) pergerakan sesar Sumatera bervariai di setiap segmen. Makin ke utara
makin cepat. Oleh sebab itu &an dicoba membuat perbandingan   antara segmen Bukittinggi
dan segmen Bengkulu.

c . Bengkuiu    - Lmpung
    F&us studi ini ad&h mempelajari karakterisasi war Sumatera pada segmen Lampung-
Benglalu dalam hubungannya dengan proses volkanisme di sepanjang segmen Bengkuhrdan
segmen Semangko serta kaitannya dengan pembenmkan mineralisasi.

2. Lempeng Indo-Australia - South East Asian

   Studi ini ditekankan pada pemahaman     karakter endapan   sedimen   daerah   “fosil tumbu-
kan” di sekitar Karangsambung.




                                           -2.
3. Lempeng Indo-Australia - Blok Flares - Lad Banda - Pasifik


     Gempa Flares 1992 t&h menimbulkan rupNre baru di laut. Gempa ini merupakan
respons dari pergerakan blok PIores akibat Nmbukan Kontinen Australia. Dengan melaku-
kan pengamatan   serta pengukuran  “rupture” yang tiibul akibat gempa Flares diharapkan
pemahaman    kinematika blok Flora dapat diketahui.


     Interaksi lempeng Pasitik-Australia-SE. Asian telah Nrut menyebabkan   l&ii rumitnya
,t&tonik wila.yakIndonesia    Timur. Evolusi laut Banda misalnya b&m terpecahkan hingga
sekarang. Dengan mempelajari karakter dan proses batuan magmatik dan maliian diarap-
kan pemahaman       geologi daerah ini makin memadai.

                                  HASILXASJL PENELlTIAN

     ~Proses konvergensi      miring dari lempeng Australia terhadap letnpeng Asia Tenggara
mengakibatkan      terbentuknya    &em sesa aktif Sumatra sebagai respon UnNk mengakomoda-
s i komponen~dekstral          dari konvergensi.      D i Bukittinggi karakteristik gerak-gerak     sesar
sumatra yang b&fat neotektonik dengan menguji model MC Caffrey apakah “slip rate”
pada sistem sesar S u m a t r a tnemang bertambah ke arah utara. Metodologinya                  dengan
menguti “slip rate” berdasarkan         “offset” sun& dan dating da-i unsur yang tergeser. Hasil
perhitungan    slip rate setiap segmen di sepanjang sear Sumatera menyimpulkan                   bahwa
penambahan      “slip-rate” secara unum ke arah “tam &pat diitung dari kecepatan proses
buti di selat Sunda yang berkisa antam 6 tndtahtnt, yaiN l&ii kurang sama dengan
“slip rate” di daerah danau Ranau, sedang besamya slip rate di daerab danau Toba sekitar
27 tnm/tahun. Jadi terjadi penambahan            slip rate s&&r 21 mm unNk sepanjang 1100 Km
atau penambahan 1 mm setiap 50 Km ke amh utara. Kemudian di daerah danau Maninjau
sebesar 15 mm/tahun, yakni 55 % dati besamya slip-rate di daerah D. Toba yang berada
l&ii kwang 300 Km di utaranya. Jadi terdapat penambahan                   f 12 mm sepanjang 300 Km
atau hampir 1 mm setiap 20 Km atatt dtta setengah kali lipat lebii’tinggi dibandimgkan
dengan penambaban         slip rate secara unum dwi sistem sear Sumatra, yakni hampir lmm
setiap 50 Km.
     Gerak-gerak neotektonik lainnya dapat dipelajari pada pola pertumbuhan             tetumbu koral
Holosen maupun Resen. Tennnbu modern sendiri berkembang                    dengan baik di pulau-pulau
kecit di sebelah barat Sumatra, sepwti pulau-pulau             Sipora, Pagai dan pulau-pulau      kecil
disekitamya. Luasnya paparan terumbu koral ini ma-up&an salah saN gejala adanya penu-
nman 8-N paparan litoral. pari rekaman perkembangan                terumbu koral ini dapat dibuktikan
adanya penurunan paras muka laut sebesar 50 - 75 Cm yang ditafsirkan berhubungan dengan
kegempaan yang terjadi pada tahun 1833, 1861, 1909, 1943 di daratan Sumatra. Disamping
iN dijumpai mikroatol dan tnikroundak              Holosen dan Modern secara bersamaan di saN
tempat, yakni di Sioban, teluk Porurogat             dan teluk Tiop. Keadaan ini ditafsirkan bahwa
penunman      daratan pernah pula terjadi di kala Holosen. Diperkirakan gejala tektonik ini
terjadi sepanjang Holosen hingga sekxang yang diselingi dengan pengangkatan.




                                                   -3-
,.




     Pola tektonik di daerah Bengkulu ata” di Kabupaten Rejanglebong merupakan pola yang
rumit, karena merupakan da+ tetminasi “tama sistem dekstral sew Sumatra. Ada tiga
segme” sew “tama yang paling &if, yaitu sesar Ketaun - Tes, sesar Despetah dan Sesar
Musi-Keti. Ketiga segnte” sesar ini sangat berperan terjadinya gempa bti yang pernah
terekam. Gempa buni 194211943 dan 1952 berasosiasi dengan sesar Ketaun - Tes, sedang-
kan gempa buni tahun 1979 berasosiasi dengan sesar Despetah. Disamping it” taminasi
dari ketiga segmen sesar tersebut mengakibatka”           zona pereganga” (“transtension            zone”),
seperti G. Kaba yang terletak persis pada zona pereganga”               anfara sesar Ketahun-Tes        dan
sesar Despetah. Terdapatnya aktifitas volkanik dan pemunculan gunung api juga berasosiasi
dengan pola neotektonik,            bahkan nampak interaksi antara kegiatan volkanisme dengan
perkembangan       tektonik @ola sesar). Keberadaan        sahtan endapan volkanik di kehnusan
segnx” sesar Despetah, sebelah selatan Kapahiang,                diinterpretasikan       sebagai “fissure
eruption”.
     Pola kelurusan berarah “tam se&a.” yang keliiatannya mengontrol pem”nc”la” gtmung
api diduga berhubungan          dengan struktur rekahan d&m. Genesa struktur rekahan d&am ini
kalau memang ada, masih harus diteliti. Di “tam daerah penelitian dijumpai adanya pola
keluusan berarah Barat-Tiiur yang diduga mengontrol pemunculan                        gunung api (Posavec
dkk, 1973; Suwijanto dan Kouda, 1973). Perbedaan ini boleh jadi memperlihatkan keraga-
man/perubahan       pola tektonik di sepanjang jalur sew Sumatra, seperti juga halnya peruba-
ha” kondisi volkanisma yang dicerminkan oleh perbedaan perioda zttpsi da” densitas kern-
at volkanik pada antar bagian di sepanjang sistem sear Sumatra.
     Disanping mempelajari neotektonik sistem war Sumatra, akibat subduksi miring dari
lempeng Indo Australia terhadap lempeng Asia Tenggara, dipelajari pula karakter endapan
sediien disekitar “fosil tumbukan”di daerah Karangsanbung.               SNdi endapa” sedimen difo-
kuskan pada Formasi Halang di “tara Kebunen da” Gombong. Shtdi ini menghasilkan                         want
data baru bahwa Foraninifera benthos kecil memperliiatkan percampura” antara penghuni
laut dalam da” dangkai seiring dengan kondisi sediientasi yang berlangsung. Disamping it”
terjadi perkembangan           morfologi pada beberapa cangkang Fortinifera plankton sejalan
dengan perubahan umur. Dari analisis Foraminifera plankton diduga pengendapan                    tufa napal
Fotmasi Halang betmula dari sebelab tinw (Kebwnen) karena Foramninifera plankton yang
lebih tua pertanm dijumpai di daerah ini. ~Formasi Halang sendiri diduga diendapkan                     pada
lingkwgan laut tropis dengan kondisi laut terbuka pada zona neritik luar - Bathyal, da”
diperkirakan unur dari Fornxwi Halang ad&h N18 (Mio-Pliosen).
     Gempa Flares 1992 telah menimbulkan rupture bar” di laut. Gempa ini merupakan
respons dari pergerakan         blok Flows akibat tumbukan Kontinen Australia. Penelitian lapan-
ga” di Ende, Maumere dan Iarantuka menunjukkan               bahwa gempa ini telah mengakibatkan
kerusakan bangunan, jalan, sata ret&an pada batuan da” tanah. Disamping it” pola kerusa-
kan infrastruktur     teTp,eb”t ummmya sejajar atau paralel dengan pola kelurusan (liniament)
yang dihasilkan dart mterpretasi citra LandSat dan Spot. Pola kelurusan berarab baratlaut -
tenggara dan baratdaya tiiurlaut t&h berperan dalam mengontrol pembentukan                          rekaban
maup”” menyebabkan             kerusakan bangunan. Tingkat kerusakan          terparah d i j u m p a i pada
daerak-daerah     pertemuan dua ata” lebih kelurusan geologi.
     Apabila deformasi geologi yang terjadi di kawasan Indonesia Barat secara unum dise-
babkan oleh konvergensi L.empeng Indo Australia dan lempeng Asia Tenggara, maka di
kawasan Indonesia timur, defommsi geologi dipengaruhi~ pula oleh proses konvergensi dari




                                                    -4.
lempeng pasifik, lempeng Australia dan lempeng Asia Tenggara.
      Penelitian di kepulauan Banggai Sula sangat penting, karma sejarah tektonik kepulauan
inj Nrut manegang peranan dalam perkembangan tektonik kawasan Indonesia bagian Timur,
mena dianggap berhubungan         dengan sejarah perkembangan t&t&k bnsur Banda da”.
Sulawesi. SNdi pendahuluan di daerah ini t&h dapat memahami komplek bat&m dasar yang
mengalasi kepulauan Banggai dan Sula. Dari beberapa lintasan geologi diketiui bahwa
baNan dasar kepulauan Sula terdiri dari komplek maliian Sula dan graniioid Sula. Komplek
maliian Sula terdiri dari s&is mike-grafit, &is klorit-mi!e, amfibolit piroksen, amfibolit
biotit dan migmatit, sedang granitoid Sula terdiri dari granit, granodiorit, monzonit kuarsa
dan syenit kuarsa, serta pegmatit yang berkomposisi granit dan granitoid. Berdasarkan         anali-
sis pamgenesis mineral, bahun &is terdapat pada fasies s&is hijau dengan derajat maliian
rendah, batuan amfibolit berada pada derajat maliian sedang dan transisi ke derajat maliian
tin&, kemudian mengalami maliin ulang menuju fasies s&is hijau. PembenNkan migma-
tit di daerah penelitian diperkirakan berada pada kondisi temperahu dan t&man yang sama
dengan amfbolit.
     Dari hasil penelitian pada komplek KobipoN di daerah Solea P. Scram utara, mengin-
form&ii bahwa Komplek KobipoN disusun oleh batuan pang. bersifat leukokratik dan
melanokratik, atau disebut pula sebagai batuan migmatit. Memuut Audley Charles, et
al.,1981 dan Hamilton., 1979, Komplek Kobipoto ad&h batuan yang mendasari pulau,
Scram dan merupakan bagian dari kerak benua Australia yang berunw ~Pra Kambrium.
Batuan migmatit mempakan hasil pelelehan parsial akibat deformasi regional. Di lapangan
batuan ini menampakkan gejala terkoyak kuat dan memperlihatkan stmkhu agmatit, stmrna-
tik, ptigmatit dan nebulit. BaNan asal migmatit di daerah ini berasal dari bahzxn sediien
laut yaiN batulempung dan serpih karbonatan dengan sisipan Nfa atau basalt. Berdasarkan
paragenesa mineral, batuan sediien ini~niengalami       ‘penx&han hingga pada derajat tinggi
yang-ditunjukkan      hadiya mineral siliianit + ortopiroksen    (enstatit dan sedikit hipersten);
siliianit + safirin + kuarsa; safirin + kuarsa + ortopimksen           dan silimanit + kordiit.
Hadimya ortopiroksen      menunjukkan   bahwa batuan t&h melewati derajat maliian sangat
tinggi (ultra high grade, Touret, 1971, a,b; Reinhardt and Skipen, 1970). Derajat maliian
sangat tinggi ini tercapai pada suhu dan t&man minimal 1000°c dan 10 Kbar, dengan
kedalaman f 35 Km atau pada fasies granulit. Pada kondisi demikiad tel.41 mengakibatkan
terjadinya pelelehan parsial yang membentuk migmatit. Pelelehan parsial mempakan lelehan
silikat be&fat heterogen (William, et al, 1982) melibatkan m&an&me yang komplek antara
lain anateksis, hidrotermal, pemisahan maliian/metamorphic segregation dan metasomatis
(White., 1966; Misch 1968; Mehnert, 1968, Yardley, 1978, Winkhx, 1979, Dougan, T.W,
1979 da” Olsen, S.N, 1982).
     P&l&an parsial dan segregasi yang terjadi mencetinkan kegiatan deformasi pada
suaN daerah tektonik (Ashy& and Mclellan, 1985; Amit and Eyal, 1976). Akibat proses
deformasi ini dicirilan oleh gejala koyakan dan pengaralxm mineral pada n&math.
     BaNan Migmatit Komplek Kobipoto ini mengalami pengangkatan                yang sangat cepat
yang dibuktikan gejala retograde. Hal ini dicerminkan oleh pembentukan mineral pada fasies
amtibolit yaiN hornblenda     yang ~erupakan reaksi antam biotit dengan plagoiklas, atau
sebagai hasil ubahan piroksen.
DAFTAR PUSTAKA

 A&worth. J.R., 1985, Migmatites, Black% & Son Ltd., Glasgow, p. l-35.
 A&in, S, Handoyo, A; Prastistho, B; Gafoer, S; 1992, Geologi Lembar Banyuma~,
       Jawa Tengah. Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat
         Jendral Geologi dan Sumberdaya Mineral.
 Bandy, 0.L; 1964, General Correlation of Foramin&m Sfmchm with Environmenf,          in
         Approaches to Paleoecology~ ed Imbrie, J & Newell ,N.D, New York, pp. 75-90.
 Bellier,O., Framumijoyo, S. and Sebtier, M.,lPPl, StrikesZip faulting and volcanic
         urlderas along fhe great mndran fault. Terra Abstract, ~01.3, no.1 EUG Stras-
        bourg.
 Djoehanah, S., Praptisih, 1992, Biostratigrqf   Fomasi Penosogan Bagian Ban& Kec.
        Saaiq, Kab. Kebmn, Jawa Tengah, Laporan Peneliti+n, Pwat Penelitian dan
        Pengembangan Geoteknologi LIPI, tidak dipublikasikan.
 Hamilton, W., 1979, Tectonics of Indonesian Region, US Geol. Survey Prof. Papers,
        1079, pp 156-159.
 Hantoro, W., Sieh, k.E. and Taylor, F., Neq-Seism TeMonik dan Wzrinsi Pemkaan
        Laut Di Kepulauan Mentawai (Sipora. Pagai Wara dan Pagai Selatan). Sumatra
        Barat, Proceeding Ekspwe Ilmiah 30 tahun Geoteknologi LIPI, April 1994.
Harjono H., 1993, Proses Gwdii Zone lSunbukan, Proposal penelitian Tolok Ukur
        01.06 tahun anggaran lPY3/1994, Puslitbang Geoteknologi LIP1 Bandung.
 Harjono H., Diament M, Nouaili L and Dubois X.1989, De&&m ,of magma bodies
        beneath Krakatau volcmo (Indonesia) from anonuzlous shear nwes. Journal of
        Volcano&y and Geothermal Research, vol. 39, pp. 335-348
 Harjono, H. dan H. Prasetyo, 1993, G?tafan Gmpabumi           Flares: Flores’92, Sinyal,
        Warta IIImpunan AhIi Geoflsika (HAG& no. 01, thn. XVI, 1993, hal. 30-37.
 Huang, T, 1968, Smaller Forambdjera from Miyako-Jim,    Ryukyu, Japan, Tohoku Univ.
        Sci.Rept. Znd. Ser. (Geol). Vol. 40,
      no. 1.
 Huchon, P. and ,Le Pichon, X., 1984, Sunda strait and central Sumafra fauk Geology,
          vol. 12, pp. 668-672
 Kastowo dan Leo, G.W.,1973. Geologic Map of Padmg Quadrangle, Sumfra. Pusat
          Penelitian dan Pengembangan Geologi, Dir.& Geologi dan Sumberday Mineral,
          Indonesia.
 Natawidjaja, D.H. dan Kesumadarma,           S., 1993.. Evalumi star aktif dan gempa bumi
          daerah Liwa. Kab.Lampung       Barat, Sumtra. Proceeding Pertemuan Ilmiah Tahu-
          nan IAGI, Desember 6-9, Bandung.
 Natawidjaja,   D.H, D j o e h a n a h , S . , 1993, Struktur &II SIratigrafi daerah Penosogan,
          Karangsmbmg, Kebumen, Jawa Tengah. Laporan Penelitian Pwlitbang Geotek-
          nologi - LIPI. Tidak dipublikasikan.
 Pardede R., Gafoer S. dkk., 1992. GeoQi lembnr Bengkulu, Dept. Pertambangan                  dan
          Energi, Dir&n. Geologi dan Sunber Daya Mineral, Pwat Penelitian dan pen-
        gembangan Geologi.




                                               -6.
Prosidin~   I~o~ibHasil   Penelitian Pvrlirbarrg Georebzologi    UN, 1994



Permana. H, Pramumijoyo. S dan Kumoro. Y., 1993.,             kelururan daerah Flares;
        Implikasinya terhaiap kerusakan akibat gempa 1992, Proceeding PIT IAGI ke 22
        di Bandung, volume 1, ha1 271.281.
Phleger, EB, 1960, Ecology and Distribution of Recent Foramin@era.      John Hopkins
        Press, Baltimore, 275 p.
Pigram, C.J, Surono and Supandjono, J.B, 1985, Origin of the Sulk Platform; Eastern
        Indonesia, Geology v. 13, pp. 246-248.
Posavec, M., Taylor, D., “a” L.eeuwen Th. and Spector, A., 1973, Tectonic Controls of
       Wcanism a& Complex Movements along the Surnatran                         Fault System, Geol. Sot.
        Malaysia Bull., vol. 6, p. 43-60.
Postuma, LA, 1971, Manual of Planktonic Foraminifera, Eisevier, Amsterdam, 420 p.
Silver, E.A., Reed, D., MC. Caffrey, and Joyodiwiryo, 1983, Back arc thrusting in the
        eastern Swuia arc. Indonesia, A con.%?qumt of arc-continent colli.kn. Jour.
        Geophys. Res., vol. 88, B9, pp. 7429-7448.
Surono & Sukarna, D . , 1 9 8 5 , Laporan G e o l o g i Lembar Saruula. Maluku, Laporan
        Terbuka Pustitbang Geologi DJGSDM, Bandung, 36 h.
Suwarna. N, Santosa. S, dan Kowxmadinata. S., 1990, Geologi lembar End.?, Nwa-
        tenggara  i%w, s&ala 1:250.000, Pwlitbang G e o l o g i , Direktorat Jenderal
        Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Pertambangan      dan Energi.
white, A.J.R and Chappell, B.W., 1977, Ultrametanwrphisme        and Granitoid Genesis,
        Tectonophysics, V. 43, Elsevier Sci. Publ. Co., Amsterdam, p 7-22.
William, H. Turner,EJ and Gilbert, CM., 1982, Petrography and introduction to Smdy of
        Rocks in Thin Section, Second Edition, W. H. Freeman and Co, New York, 626 pp.

More Related Content

What's hot

geologi-regional-yogyakarta
geologi-regional-yogyakartageologi-regional-yogyakarta
geologi-regional-yogyakartaIntan Hasanah
 
Kondisi geologi regional daerah salem
Kondisi geologi regional daerah salemKondisi geologi regional daerah salem
Kondisi geologi regional daerah salemHiskia Annisa
 
Jogja geoheritage hmj t geofisika upn 25 april 2013
Jogja geoheritage hmj t geofisika upn 25 april 2013Jogja geoheritage hmj t geofisika upn 25 april 2013
Jogja geoheritage hmj t geofisika upn 25 april 2013Intan Hasanah
 
Pengaruh tektonik regional terhadap pola struktur dan tektonik jawa kelompok 2
Pengaruh tektonik regional terhadap pola struktur dan tektonik jawa kelompok 2Pengaruh tektonik regional terhadap pola struktur dan tektonik jawa kelompok 2
Pengaruh tektonik regional terhadap pola struktur dan tektonik jawa kelompok 2zulfiqriramadhan
 
Laporan peta geologi
Laporan peta geologiLaporan peta geologi
Laporan peta geologi4211410001
 
Makalah parangtritis uas b. indonesia editan
Makalah parangtritis uas b. indonesia editanMakalah parangtritis uas b. indonesia editan
Makalah parangtritis uas b. indonesia editanarif878
 
Persentase sulawesi
Persentase sulawesiPersentase sulawesi
Persentase sulawesiagus888
 
Artikel muhammad bahrul roji^j ips 3
Artikel muhammad bahrul roji^j ips 3Artikel muhammad bahrul roji^j ips 3
Artikel muhammad bahrul roji^j ips 3BAHRULRoji
 
LETAK GEOMORFOLOGIS TERHADAP POTENSI FISIK WILAYAH INDONESIA
LETAK GEOMORFOLOGIS TERHADAP POTENSI FISIK WILAYAH INDONESIALETAK GEOMORFOLOGIS TERHADAP POTENSI FISIK WILAYAH INDONESIA
LETAK GEOMORFOLOGIS TERHADAP POTENSI FISIK WILAYAH INDONESIANesha Mutiara
 
Profil Geologi, Lingkungan dan Geografi Indonesia
Profil Geologi, Lingkungan dan Geografi IndonesiaProfil Geologi, Lingkungan dan Geografi Indonesia
Profil Geologi, Lingkungan dan Geografi IndonesiaLestari Moerdijat
 

What's hot (20)

geologi-regional-yogyakarta
geologi-regional-yogyakartageologi-regional-yogyakarta
geologi-regional-yogyakarta
 
Kondisi geologi regional daerah salem
Kondisi geologi regional daerah salemKondisi geologi regional daerah salem
Kondisi geologi regional daerah salem
 
The Geology of Sumatra
The Geology of SumatraThe Geology of Sumatra
The Geology of Sumatra
 
Jogja geoheritage hmj t geofisika upn 25 april 2013
Jogja geoheritage hmj t geofisika upn 25 april 2013Jogja geoheritage hmj t geofisika upn 25 april 2013
Jogja geoheritage hmj t geofisika upn 25 april 2013
 
Makalah Hilman Rahmanhata
Makalah Hilman RahmanhataMakalah Hilman Rahmanhata
Makalah Hilman Rahmanhata
 
Geomorfologi indonesia
Geomorfologi indonesiaGeomorfologi indonesia
Geomorfologi indonesia
 
kota kendari
kota kendarikota kendari
kota kendari
 
P. Sulawesi
P. SulawesiP. Sulawesi
P. Sulawesi
 
Pengaruh tektonik regional terhadap pola struktur dan tektonik jawa kelompok 2
Pengaruh tektonik regional terhadap pola struktur dan tektonik jawa kelompok 2Pengaruh tektonik regional terhadap pola struktur dan tektonik jawa kelompok 2
Pengaruh tektonik regional terhadap pola struktur dan tektonik jawa kelompok 2
 
Laporan peta geologi
Laporan peta geologiLaporan peta geologi
Laporan peta geologi
 
Makalah parangtritis uas b. indonesia editan
Makalah parangtritis uas b. indonesia editanMakalah parangtritis uas b. indonesia editan
Makalah parangtritis uas b. indonesia editan
 
Persentase sulawesi
Persentase sulawesiPersentase sulawesi
Persentase sulawesi
 
SARI_ABSTRACT
SARI_ABSTRACTSARI_ABSTRACT
SARI_ABSTRACT
 
The Geology of Java
The Geology of JavaThe Geology of Java
The Geology of Java
 
Artikel muhammad bahrul roji^j ips 3
Artikel muhammad bahrul roji^j ips 3Artikel muhammad bahrul roji^j ips 3
Artikel muhammad bahrul roji^j ips 3
 
Tugas gi
Tugas giTugas gi
Tugas gi
 
LETAK GEOMORFOLOGIS TERHADAP POTENSI FISIK WILAYAH INDONESIA
LETAK GEOMORFOLOGIS TERHADAP POTENSI FISIK WILAYAH INDONESIALETAK GEOMORFOLOGIS TERHADAP POTENSI FISIK WILAYAH INDONESIA
LETAK GEOMORFOLOGIS TERHADAP POTENSI FISIK WILAYAH INDONESIA
 
Profil Geologi, Lingkungan dan Geografi Indonesia
Profil Geologi, Lingkungan dan Geografi IndonesiaProfil Geologi, Lingkungan dan Geografi Indonesia
Profil Geologi, Lingkungan dan Geografi Indonesia
 
1. geom konsep dasar)
1. geom konsep dasar)1. geom konsep dasar)
1. geom konsep dasar)
 
Geologi Irian Jaya (Papua)
Geologi Irian Jaya (Papua)Geologi Irian Jaya (Papua)
Geologi Irian Jaya (Papua)
 

Similar to 1118

DOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.pptDOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.pptHitamKaktus
 
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...Repository Ipb
 
DOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.pptDOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.pptHitamKaktus
 
140710080104 2 1192
140710080104 2 1192140710080104 2 1192
140710080104 2 1192kerong
 
Lingkungan fisik wilayah nusantara dan hubungan dengan manusia
Lingkungan fisik wilayah nusantara dan hubungan dengan manusiaLingkungan fisik wilayah nusantara dan hubungan dengan manusia
Lingkungan fisik wilayah nusantara dan hubungan dengan manusiaalfantishindikasari
 
Tugas fixx pemetaan praktikum
Tugas fixx pemetaan praktikumTugas fixx pemetaan praktikum
Tugas fixx pemetaan praktikumM Naufal
 
Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Umum Provinsi DKI JakartaGambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Umum Provinsi DKI JakartaFitri Indra Wardhono
 
STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...
STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...
STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...Emanuel Manek
 
BENTUKAN LAHAN OLEH VULKANISME.ppt
BENTUKAN LAHAN OLEH VULKANISME.pptBENTUKAN LAHAN OLEH VULKANISME.ppt
BENTUKAN LAHAN OLEH VULKANISME.pptichsan41
 
Observasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamObservasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamFajar Perdana
 
Kelompok 2 (lempeng tektonik)
Kelompok 2 (lempeng tektonik)Kelompok 2 (lempeng tektonik)
Kelompok 2 (lempeng tektonik)Nanda Reda
 
KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMA...
KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMA...KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMA...
KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMA...'Oke Aflatun'
 
Wandia Mellani Trihapsari_427566_Tugas Essay Topik TI1 dan TI2.pdf
Wandia Mellani Trihapsari_427566_Tugas Essay Topik TI1 dan TI2.pdfWandia Mellani Trihapsari_427566_Tugas Essay Topik TI1 dan TI2.pdf
Wandia Mellani Trihapsari_427566_Tugas Essay Topik TI1 dan TI2.pdfWandiaMellaniTrihaps
 
Makalah parangtritis uas b. indonesia
Makalah parangtritis uas b. indonesiaMakalah parangtritis uas b. indonesia
Makalah parangtritis uas b. indonesiarizal92
 
BAB I_Proposal Tesis_Yulita - New edit.docx
BAB I_Proposal Tesis_Yulita - New edit.docxBAB I_Proposal Tesis_Yulita - New edit.docx
BAB I_Proposal Tesis_Yulita - New edit.docxYulitaWahyuni2
 
Tugas manajemen karst 1
Tugas manajemen karst 1Tugas manajemen karst 1
Tugas manajemen karst 1AllikaFadia
 

Similar to 1118 (20)

DOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.pptDOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.ppt
 
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...
 
DOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.pptDOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.ppt
 
Tektonofisik
TektonofisikTektonofisik
Tektonofisik
 
140710080104 2 1192
140710080104 2 1192140710080104 2 1192
140710080104 2 1192
 
Lingkungan fisik wilayah nusantara dan hubungan dengan manusia
Lingkungan fisik wilayah nusantara dan hubungan dengan manusiaLingkungan fisik wilayah nusantara dan hubungan dengan manusia
Lingkungan fisik wilayah nusantara dan hubungan dengan manusia
 
Tugas fixx pemetaan praktikum
Tugas fixx pemetaan praktikumTugas fixx pemetaan praktikum
Tugas fixx pemetaan praktikum
 
Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Umum Provinsi DKI JakartaGambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
 
STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...
STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...
STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...
 
Baritocekungan
BaritocekunganBaritocekungan
Baritocekungan
 
BENTUKAN LAHAN OLEH VULKANISME.ppt
BENTUKAN LAHAN OLEH VULKANISME.pptBENTUKAN LAHAN OLEH VULKANISME.ppt
BENTUKAN LAHAN OLEH VULKANISME.ppt
 
Observasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamObservasi geologi Karsam
Observasi geologi Karsam
 
Kelompok 2 (lempeng tektonik)
Kelompok 2 (lempeng tektonik)Kelompok 2 (lempeng tektonik)
Kelompok 2 (lempeng tektonik)
 
KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMA...
KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMA...KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMA...
KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMA...
 
The geology of sumatra
The geology of sumatraThe geology of sumatra
The geology of sumatra
 
Wandia Mellani Trihapsari_427566_Tugas Essay Topik TI1 dan TI2.pdf
Wandia Mellani Trihapsari_427566_Tugas Essay Topik TI1 dan TI2.pdfWandia Mellani Trihapsari_427566_Tugas Essay Topik TI1 dan TI2.pdf
Wandia Mellani Trihapsari_427566_Tugas Essay Topik TI1 dan TI2.pdf
 
Makalah parangtritis uas b. indonesia
Makalah parangtritis uas b. indonesiaMakalah parangtritis uas b. indonesia
Makalah parangtritis uas b. indonesia
 
BAB I_Proposal Tesis_Yulita - New edit.docx
BAB I_Proposal Tesis_Yulita - New edit.docxBAB I_Proposal Tesis_Yulita - New edit.docx
BAB I_Proposal Tesis_Yulita - New edit.docx
 
Jurnal20080301
Jurnal20080301Jurnal20080301
Jurnal20080301
 
Tugas manajemen karst 1
Tugas manajemen karst 1Tugas manajemen karst 1
Tugas manajemen karst 1
 

1118

  • 1. PROSES GEODINAMIKA ZONA TUMBUKAN Review Hasil Peneiitian T.U 01.06 Karakter, Proses dan Penyebab Deformasi Zona Interaksi Antar Lempeng Mikro PENDAHULXJAN Indonesia merupakan daerah interaksi antam e.mpat.lempeng utama, yaitu Eurasia, Pasi- fik, Fiipina dan Indo-Australia. Hal ini menyebabkan wilayah Indonesia merupakan salah satu daerah yang mengalami deformasi (demikian) kwt. Pada daerah deformasi ini dapat dijumpai beberapa lempeng mikro atau blok yang sam sama lain saling bergerak. K&m pergerakan lempeng-lempeng utama seperti lempeng Australia, Pasifik~maupun-Eurasia relatif diketiui maka tidak demikian halnya dengan lempeng-lempeng mikro tersebut. Pada batas lempeng-lempeng mikro ini banyak dijmnpai aktifitas gempa yang intens bahkan tidak jarang menimbulkan gempa besar; sebagai contoh adalah gempa PIores 1992 ataupun yang terjadi di kepulauan Mentawi dan di sepanjang sesar Sumatera. Disamping itu deformasidefonnasi yang terjadi antara lempeng-lempeng mikro juga membawa manfaat lain seperti terjadinya mineralisasi maupun cebakan-cebakan energi (bidrokarbon, batubara maupun geothermal). Oleh sebab itu kamkter lempeng-lempeng mikro ini jelas perlu dipah- ami dengan baik agar hal-hal seperti kegempaan, volkanisme maupun keterdapatan mineral dapat tersingkap. Daerah-daerah kunci yang dianggap penting untuk dipelajari ad&h tempat-tempat diiana terjadi deform& antar lempeng-lempeng mikro (intermicroplate) seperti Sumatra forearc sliver plate, Lam Banda (termasuk Flores), blok BanggaiSula ataupun antar lem- peng utama deagan lempeng mikro seperti lempeng Pasifik (Carolii) dengan blok Biak, dan Australia dengan blok Irian Tengah. TUJUAN DAN SASARAN Tujuan dari penelitian proses geodinamika zona tumbukan adalah : 1. Meningkatkan kemampuah IPTEK dalam bidang kebumian 2. Mempelajari fenomena geologi yang terjadi di busur kepulauan yang pada giliran- nya dapat digunakan untuk mjuan-tujuan praktis seperti peramalan gempa, gunun- gapi, maupun memperbaharui konsep-konsep eksplorasi. Beberapa sawan yang ingin dicapai dari hail penelitian ini antara lain : -l-
  • 2. 1. Mengidentifikasi karakteristik pergerakan sesar Sumatra di daerah Liwa, Ketiun dan Bukittinggi, serta hubungannya dengan aktifitas neotektonik dan volkanisme. 2. Menyingkap neotektonik perubahan muka air laut dengan mempelajari perkem- bangan terumbu koral. 3. Mempelajari biostratigrafi Formasi Halang yang merupakan sekuen bahmn sedien disekitar komplek “melange” Karangsambung yang merupakan produk tumbukan zaman Kapur. 4. Mempelajari kinematika rekahan yang terjadi akibat gempa bumi Flares tahun 1992, sehingga diiarapkan dapat diketiui mekanisme gempa tersebut. 5 . M e m p e l a j a r i kompleks batuan dasar d i kepulauan Sula dan Scram y a n g twut berperan dalam sejarah tektonik kawasan Indonesia bagian timw. LOKASI DAN TOPIK PENELlTIAN Beberapa lokasi penelitian dan topik yang tennasuk d&m T.U 01.06 disajikan dalam gambar 1 dan dapat dibagi sebagai berikut : 1. Sumatra forearc sliver plate - South East Asian Plate Nim dan Pagai Beberapa data menunjukkan bahwa di wilayah ini pernah terjadi gempa bumi yang menimbulkan tsunami. Dengan mempelajari pertmnbuhan dan keadaan terumbu koral diha- ,rapkan dapat mengetahui siklus gempa di kepulauan Mentawai. b. Bukitinggi - Kapahiang (Bengkulu) Seperti hasil studi beberapa pen&i (Sieh, 1992; McCaffrey, 1991; Handayani dan Harjono, 1993) pergerakan sesar Sumatera bervariai di setiap segmen. Makin ke utara makin cepat. Oleh sebab itu &an dicoba membuat perbandingan antara segmen Bukittinggi dan segmen Bengkulu. c . Bengkuiu - Lmpung F&us studi ini ad&h mempelajari karakterisasi war Sumatera pada segmen Lampung- Benglalu dalam hubungannya dengan proses volkanisme di sepanjang segmen Bengkuhrdan segmen Semangko serta kaitannya dengan pembenmkan mineralisasi. 2. Lempeng Indo-Australia - South East Asian Studi ini ditekankan pada pemahaman karakter endapan sedimen daerah “fosil tumbu- kan” di sekitar Karangsambung. -2.
  • 3. 3. Lempeng Indo-Australia - Blok Flares - Lad Banda - Pasifik Gempa Flares 1992 t&h menimbulkan rupNre baru di laut. Gempa ini merupakan respons dari pergerakan blok PIores akibat Nmbukan Kontinen Australia. Dengan melaku- kan pengamatan serta pengukuran “rupture” yang tiibul akibat gempa Flares diharapkan pemahaman kinematika blok Flora dapat diketahui. Interaksi lempeng Pasitik-Australia-SE. Asian telah Nrut menyebabkan l&ii rumitnya ,t&tonik wila.yakIndonesia Timur. Evolusi laut Banda misalnya b&m terpecahkan hingga sekarang. Dengan mempelajari karakter dan proses batuan magmatik dan maliian diarap- kan pemahaman geologi daerah ini makin memadai. HASILXASJL PENELlTIAN ~Proses konvergensi miring dari lempeng Australia terhadap letnpeng Asia Tenggara mengakibatkan terbentuknya &em sesa aktif Sumatra sebagai respon UnNk mengakomoda- s i komponen~dekstral dari konvergensi. D i Bukittinggi karakteristik gerak-gerak sesar sumatra yang b&fat neotektonik dengan menguji model MC Caffrey apakah “slip rate” pada sistem sesar S u m a t r a tnemang bertambah ke arah utara. Metodologinya dengan menguti “slip rate” berdasarkan “offset” sun& dan dating da-i unsur yang tergeser. Hasil perhitungan slip rate setiap segmen di sepanjang sear Sumatera menyimpulkan bahwa penambahan “slip-rate” secara unum ke arah “tam &pat diitung dari kecepatan proses buti di selat Sunda yang berkisa antam 6 tndtahtnt, yaiN l&ii kurang sama dengan “slip rate” di daerah danau Ranau, sedang besamya slip rate di daerab danau Toba sekitar 27 tnm/tahun. Jadi terjadi penambahan slip rate s&&r 21 mm unNk sepanjang 1100 Km atau penambahan 1 mm setiap 50 Km ke amh utara. Kemudian di daerah danau Maninjau sebesar 15 mm/tahun, yakni 55 % dati besamya slip-rate di daerah D. Toba yang berada l&ii kwang 300 Km di utaranya. Jadi terdapat penambahan f 12 mm sepanjang 300 Km atau hampir 1 mm setiap 20 Km atatt dtta setengah kali lipat lebii’tinggi dibandimgkan dengan penambaban slip rate secara unum dwi sistem sear Sumatra, yakni hampir lmm setiap 50 Km. Gerak-gerak neotektonik lainnya dapat dipelajari pada pola pertumbuhan tetumbu koral Holosen maupun Resen. Tennnbu modern sendiri berkembang dengan baik di pulau-pulau kecit di sebelah barat Sumatra, sepwti pulau-pulau Sipora, Pagai dan pulau-pulau kecil disekitamya. Luasnya paparan terumbu koral ini ma-up&an salah saN gejala adanya penu- nman 8-N paparan litoral. pari rekaman perkembangan terumbu koral ini dapat dibuktikan adanya penurunan paras muka laut sebesar 50 - 75 Cm yang ditafsirkan berhubungan dengan kegempaan yang terjadi pada tahun 1833, 1861, 1909, 1943 di daratan Sumatra. Disamping iN dijumpai mikroatol dan tnikroundak Holosen dan Modern secara bersamaan di saN tempat, yakni di Sioban, teluk Porurogat dan teluk Tiop. Keadaan ini ditafsirkan bahwa penunman daratan pernah pula terjadi di kala Holosen. Diperkirakan gejala tektonik ini terjadi sepanjang Holosen hingga sekxang yang diselingi dengan pengangkatan. -3-
  • 4. ,. Pola tektonik di daerah Bengkulu ata” di Kabupaten Rejanglebong merupakan pola yang rumit, karena merupakan da+ tetminasi “tama sistem dekstral sew Sumatra. Ada tiga segme” sew “tama yang paling &if, yaitu sesar Ketaun - Tes, sesar Despetah dan Sesar Musi-Keti. Ketiga segnte” sesar ini sangat berperan terjadinya gempa bti yang pernah terekam. Gempa buni 194211943 dan 1952 berasosiasi dengan sesar Ketaun - Tes, sedang- kan gempa buni tahun 1979 berasosiasi dengan sesar Despetah. Disamping it” taminasi dari ketiga segmen sesar tersebut mengakibatka” zona pereganga” (“transtension zone”), seperti G. Kaba yang terletak persis pada zona pereganga” anfara sesar Ketahun-Tes dan sesar Despetah. Terdapatnya aktifitas volkanik dan pemunculan gunung api juga berasosiasi dengan pola neotektonik, bahkan nampak interaksi antara kegiatan volkanisme dengan perkembangan tektonik @ola sesar). Keberadaan sahtan endapan volkanik di kehnusan segnx” sesar Despetah, sebelah selatan Kapahiang, diinterpretasikan sebagai “fissure eruption”. Pola kelurusan berarah “tam se&a.” yang keliiatannya mengontrol pem”nc”la” gtmung api diduga berhubungan dengan struktur rekahan d&m. Genesa struktur rekahan d&am ini kalau memang ada, masih harus diteliti. Di “tam daerah penelitian dijumpai adanya pola keluusan berarah Barat-Tiiur yang diduga mengontrol pemunculan gunung api (Posavec dkk, 1973; Suwijanto dan Kouda, 1973). Perbedaan ini boleh jadi memperlihatkan keraga- man/perubahan pola tektonik di sepanjang jalur sew Sumatra, seperti juga halnya peruba- ha” kondisi volkanisma yang dicerminkan oleh perbedaan perioda zttpsi da” densitas kern- at volkanik pada antar bagian di sepanjang sistem sear Sumatra. Disanping mempelajari neotektonik sistem war Sumatra, akibat subduksi miring dari lempeng Indo Australia terhadap lempeng Asia Tenggara, dipelajari pula karakter endapan sediien disekitar “fosil tumbukan”di daerah Karangsanbung. SNdi endapa” sedimen difo- kuskan pada Formasi Halang di “tara Kebunen da” Gombong. Shtdi ini menghasilkan want data baru bahwa Foraninifera benthos kecil memperliiatkan percampura” antara penghuni laut dalam da” dangkai seiring dengan kondisi sediientasi yang berlangsung. Disamping it” terjadi perkembangan morfologi pada beberapa cangkang Fortinifera plankton sejalan dengan perubahan umur. Dari analisis Foraminifera plankton diduga pengendapan tufa napal Fotmasi Halang betmula dari sebelab tinw (Kebwnen) karena Foramninifera plankton yang lebih tua pertanm dijumpai di daerah ini. ~Formasi Halang sendiri diduga diendapkan pada lingkwgan laut tropis dengan kondisi laut terbuka pada zona neritik luar - Bathyal, da” diperkirakan unur dari Fornxwi Halang ad&h N18 (Mio-Pliosen). Gempa Flares 1992 telah menimbulkan rupture bar” di laut. Gempa ini merupakan respons dari pergerakan blok Flows akibat tumbukan Kontinen Australia. Penelitian lapan- ga” di Ende, Maumere dan Iarantuka menunjukkan bahwa gempa ini telah mengakibatkan kerusakan bangunan, jalan, sata ret&an pada batuan da” tanah. Disamping it” pola kerusa- kan infrastruktur teTp,eb”t ummmya sejajar atau paralel dengan pola kelurusan (liniament) yang dihasilkan dart mterpretasi citra LandSat dan Spot. Pola kelurusan berarab baratlaut - tenggara dan baratdaya tiiurlaut t&h berperan dalam mengontrol pembentukan rekaban maup”” menyebabkan kerusakan bangunan. Tingkat kerusakan terparah d i j u m p a i pada daerak-daerah pertemuan dua ata” lebih kelurusan geologi. Apabila deformasi geologi yang terjadi di kawasan Indonesia Barat secara unum dise- babkan oleh konvergensi L.empeng Indo Australia dan lempeng Asia Tenggara, maka di kawasan Indonesia timur, defommsi geologi dipengaruhi~ pula oleh proses konvergensi dari -4.
  • 5. lempeng pasifik, lempeng Australia dan lempeng Asia Tenggara. Penelitian di kepulauan Banggai Sula sangat penting, karma sejarah tektonik kepulauan inj Nrut manegang peranan dalam perkembangan tektonik kawasan Indonesia bagian Timur, mena dianggap berhubungan dengan sejarah perkembangan t&t&k bnsur Banda da”. Sulawesi. SNdi pendahuluan di daerah ini t&h dapat memahami komplek bat&m dasar yang mengalasi kepulauan Banggai dan Sula. Dari beberapa lintasan geologi diketiui bahwa baNan dasar kepulauan Sula terdiri dari komplek maliian Sula dan graniioid Sula. Komplek maliian Sula terdiri dari s&is mike-grafit, &is klorit-mi!e, amfibolit piroksen, amfibolit biotit dan migmatit, sedang granitoid Sula terdiri dari granit, granodiorit, monzonit kuarsa dan syenit kuarsa, serta pegmatit yang berkomposisi granit dan granitoid. Berdasarkan anali- sis pamgenesis mineral, bahun &is terdapat pada fasies s&is hijau dengan derajat maliian rendah, batuan amfibolit berada pada derajat maliian sedang dan transisi ke derajat maliian tin&, kemudian mengalami maliin ulang menuju fasies s&is hijau. PembenNkan migma- tit di daerah penelitian diperkirakan berada pada kondisi temperahu dan t&man yang sama dengan amfbolit. Dari hasil penelitian pada komplek KobipoN di daerah Solea P. Scram utara, mengin- form&ii bahwa Komplek KobipoN disusun oleh batuan pang. bersifat leukokratik dan melanokratik, atau disebut pula sebagai batuan migmatit. Memuut Audley Charles, et al.,1981 dan Hamilton., 1979, Komplek Kobipoto ad&h batuan yang mendasari pulau, Scram dan merupakan bagian dari kerak benua Australia yang berunw ~Pra Kambrium. Batuan migmatit mempakan hasil pelelehan parsial akibat deformasi regional. Di lapangan batuan ini menampakkan gejala terkoyak kuat dan memperlihatkan stmkhu agmatit, stmrna- tik, ptigmatit dan nebulit. BaNan asal migmatit di daerah ini berasal dari bahzxn sediien laut yaiN batulempung dan serpih karbonatan dengan sisipan Nfa atau basalt. Berdasarkan paragenesa mineral, batuan sediien ini~niengalami ‘penx&han hingga pada derajat tinggi yang-ditunjukkan hadiya mineral siliianit + ortopiroksen (enstatit dan sedikit hipersten); siliianit + safirin + kuarsa; safirin + kuarsa + ortopimksen dan silimanit + kordiit. Hadimya ortopiroksen menunjukkan bahwa batuan t&h melewati derajat maliian sangat tinggi (ultra high grade, Touret, 1971, a,b; Reinhardt and Skipen, 1970). Derajat maliian sangat tinggi ini tercapai pada suhu dan t&man minimal 1000°c dan 10 Kbar, dengan kedalaman f 35 Km atau pada fasies granulit. Pada kondisi demikiad tel.41 mengakibatkan terjadinya pelelehan parsial yang membentuk migmatit. Pelelehan parsial mempakan lelehan silikat be&fat heterogen (William, et al, 1982) melibatkan m&an&me yang komplek antara lain anateksis, hidrotermal, pemisahan maliian/metamorphic segregation dan metasomatis (White., 1966; Misch 1968; Mehnert, 1968, Yardley, 1978, Winkhx, 1979, Dougan, T.W, 1979 da” Olsen, S.N, 1982). P&l&an parsial dan segregasi yang terjadi mencetinkan kegiatan deformasi pada suaN daerah tektonik (Ashy& and Mclellan, 1985; Amit and Eyal, 1976). Akibat proses deformasi ini dicirilan oleh gejala koyakan dan pengaralxm mineral pada n&math. BaNan Migmatit Komplek Kobipoto ini mengalami pengangkatan yang sangat cepat yang dibuktikan gejala retograde. Hal ini dicerminkan oleh pembentukan mineral pada fasies amtibolit yaiN hornblenda yang ~erupakan reaksi antam biotit dengan plagoiklas, atau sebagai hasil ubahan piroksen.
  • 6. DAFTAR PUSTAKA A&worth. J.R., 1985, Migmatites, Black% & Son Ltd., Glasgow, p. l-35. A&in, S, Handoyo, A; Prastistho, B; Gafoer, S; 1992, Geologi Lembar Banyuma~, Jawa Tengah. Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat Jendral Geologi dan Sumberdaya Mineral. Bandy, 0.L; 1964, General Correlation of Foramin&m Sfmchm with Environmenf, in Approaches to Paleoecology~ ed Imbrie, J & Newell ,N.D, New York, pp. 75-90. Bellier,O., Framumijoyo, S. and Sebtier, M.,lPPl, StrikesZip faulting and volcanic urlderas along fhe great mndran fault. Terra Abstract, ~01.3, no.1 EUG Stras- bourg. Djoehanah, S., Praptisih, 1992, Biostratigrqf Fomasi Penosogan Bagian Ban& Kec. Saaiq, Kab. Kebmn, Jawa Tengah, Laporan Peneliti+n, Pwat Penelitian dan Pengembangan Geoteknologi LIPI, tidak dipublikasikan. Hamilton, W., 1979, Tectonics of Indonesian Region, US Geol. Survey Prof. Papers, 1079, pp 156-159. Hantoro, W., Sieh, k.E. and Taylor, F., Neq-Seism TeMonik dan Wzrinsi Pemkaan Laut Di Kepulauan Mentawai (Sipora. Pagai Wara dan Pagai Selatan). Sumatra Barat, Proceeding Ekspwe Ilmiah 30 tahun Geoteknologi LIPI, April 1994. Harjono H., 1993, Proses Gwdii Zone lSunbukan, Proposal penelitian Tolok Ukur 01.06 tahun anggaran lPY3/1994, Puslitbang Geoteknologi LIP1 Bandung. Harjono H., Diament M, Nouaili L and Dubois X.1989, De&&m ,of magma bodies beneath Krakatau volcmo (Indonesia) from anonuzlous shear nwes. Journal of Volcano&y and Geothermal Research, vol. 39, pp. 335-348 Harjono, H. dan H. Prasetyo, 1993, G?tafan Gmpabumi Flares: Flores’92, Sinyal, Warta IIImpunan AhIi Geoflsika (HAG& no. 01, thn. XVI, 1993, hal. 30-37. Huang, T, 1968, Smaller Forambdjera from Miyako-Jim, Ryukyu, Japan, Tohoku Univ. Sci.Rept. Znd. Ser. (Geol). Vol. 40, no. 1. Huchon, P. and ,Le Pichon, X., 1984, Sunda strait and central Sumafra fauk Geology, vol. 12, pp. 668-672 Kastowo dan Leo, G.W.,1973. Geologic Map of Padmg Quadrangle, Sumfra. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Dir.& Geologi dan Sumberday Mineral, Indonesia. Natawidjaja, D.H. dan Kesumadarma, S., 1993.. Evalumi star aktif dan gempa bumi daerah Liwa. Kab.Lampung Barat, Sumtra. Proceeding Pertemuan Ilmiah Tahu- nan IAGI, Desember 6-9, Bandung. Natawidjaja, D.H, D j o e h a n a h , S . , 1993, Struktur &II SIratigrafi daerah Penosogan, Karangsmbmg, Kebumen, Jawa Tengah. Laporan Penelitian Pwlitbang Geotek- nologi - LIPI. Tidak dipublikasikan. Pardede R., Gafoer S. dkk., 1992. GeoQi lembnr Bengkulu, Dept. Pertambangan dan Energi, Dir&n. Geologi dan Sunber Daya Mineral, Pwat Penelitian dan pen- gembangan Geologi. -6.
  • 7. Prosidin~ I~o~ibHasil Penelitian Pvrlirbarrg Georebzologi UN, 1994 Permana. H, Pramumijoyo. S dan Kumoro. Y., 1993., kelururan daerah Flares; Implikasinya terhaiap kerusakan akibat gempa 1992, Proceeding PIT IAGI ke 22 di Bandung, volume 1, ha1 271.281. Phleger, EB, 1960, Ecology and Distribution of Recent Foramin@era. John Hopkins Press, Baltimore, 275 p. Pigram, C.J, Surono and Supandjono, J.B, 1985, Origin of the Sulk Platform; Eastern Indonesia, Geology v. 13, pp. 246-248. Posavec, M., Taylor, D., “a” L.eeuwen Th. and Spector, A., 1973, Tectonic Controls of Wcanism a& Complex Movements along the Surnatran Fault System, Geol. Sot. Malaysia Bull., vol. 6, p. 43-60. Postuma, LA, 1971, Manual of Planktonic Foraminifera, Eisevier, Amsterdam, 420 p. Silver, E.A., Reed, D., MC. Caffrey, and Joyodiwiryo, 1983, Back arc thrusting in the eastern Swuia arc. Indonesia, A con.%?qumt of arc-continent colli.kn. Jour. Geophys. Res., vol. 88, B9, pp. 7429-7448. Surono & Sukarna, D . , 1 9 8 5 , Laporan G e o l o g i Lembar Saruula. Maluku, Laporan Terbuka Pustitbang Geologi DJGSDM, Bandung, 36 h. Suwarna. N, Santosa. S, dan Kowxmadinata. S., 1990, Geologi lembar End.?, Nwa- tenggara i%w, s&ala 1:250.000, Pwlitbang G e o l o g i , Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi. white, A.J.R and Chappell, B.W., 1977, Ultrametanwrphisme and Granitoid Genesis, Tectonophysics, V. 43, Elsevier Sci. Publ. Co., Amsterdam, p 7-22. William, H. Turner,EJ and Gilbert, CM., 1982, Petrography and introduction to Smdy of Rocks in Thin Section, Second Edition, W. H. Freeman and Co, New York, 626 pp.