2. PULAU-PULAU KECIL
Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan karena Indonesia
terbentuk dari banyak gugusan pulau yang bahkan jumlahnya terus
bertambah setiap tahun, akibat kegiatan eksplorasi dan inventarisasi
pulau.
Jumlah pulau di Indonesia adalah 17.024 pulau yang telah diresmikan
dan dibakukan (Badan Informasi Geospasial – BIG, 2022), .
3. PULAU-PULAU KECIL
Indonesia dikenal sebagai negara
kepulauan karena Indonesia terbentuk dari
banyak gugusan pulau; jumlahnya terus
bertambah setiap tahun, akibat kegiatan
eksplorasi dan inventarisasi pulau.
Jumlah pulau di Indonesia adalah 17.024
pulau yang telah diresmikan dan
dibakukan (Badan Informasi Geospasial –
BIG, 2022).
4. Pulau kecil adalah sekelompok daratan yang terletak di tengah laut,
sungai, atau danau, yang memiliki karakteristik berikut:
1. Terbatas dalam ukuran - baik secara luas maupun penduduk.
2. Memiliki potensi kerentanan yang tinggi terhadap dampak
perubahan iklim.
3. Memiliki peran penting dalam mendukung ekologi laut global dan
lingkungan yang sensitif terhadap kerusakan yang dapat
menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan.
4. Terkadang memiliki batas laut dalam dua belas mil laut."
Definisi ini digunakan dalam konteks kerja PBB terkait perubahan iklim dan
pembangunan berkelanjutan.
5. Definisi Pulau Kecil
Pulau-pulau kecil didefinisikan berdasarkan dua kriteria utama yaitu
luasan pulau dan jumlah penduduk yang menghuninya.
Definisi pulau-pulau kecil yang dianut secara nasional sesuai dengan
Kep. Menteri Kelautan dan Perikanan No.41/2000 Jo Kep. Menteri
Kelautan dan Perikanan No. 67/2002 adalah “pulau yang berukuran
kurang atau sama dengan 10.000 km2 , dengan jumlah penduduk
kurangatau sama dengan 200.000 jiwa”.
Jika ikut definisi ini maka di Provinsi Maluku hanya ada tiga pulau yang
bukan pulau kecil. Pulau apa saja?
6. Definisi Lain
“Pulau kecil adalah pulau dengan luas kurang dari 2.000 km²”
Di Maluku: Seram, Buru, Tanimbar, Wetar
Pulau-pulau kecil memiliki keunikan ekologis dengan potensi
sumber daya alam antar pulau yang bervariasi.
Secara ekologis pulau kecil relatif homogen, dengan posisi terisolir
dan ekosistem laut mendominasi karakteristik pulau ini.
Banyak wilayah dengan pulau-pulau kecil memiliki sumberdaya
alam yang produktif, seperti terumbu karang, padang lamun
(seagrass), hutan mangrove, perikanan dan kawasan konservasi.
7. Di samping kriteria utama tersebut, beberapa karakteristik pulau-pulau kecil
adalah sebagai berikut:
secara ekologis terpisah dari pulau induknya (mainland island);
memiliki batas fisik yang jelas dan terpencil dari habitat pulau induk,
sehingga bersifat insular;
mempunyai sejumlah besar jenis endemik dan keanekaragaman yang khas
dan bernilai tinggi;
tidak mampu mempengaruhi hidroklimat;
memiliki daerah tangkapan air atau DAS (catchment area) relatif kecil
sehingga sebagian besar aliran air permukaan dan sedimen masuk ke laut;
dari segi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat pulau-pulau kecil
bersifat khas dibandingkan dengan pulau induknya;
terdapat ketergantungan ekonomi lokal pada perkembangan ekonomi luar
pulau, baik pulau induk maupun kontinen.
8. Berdasarkan tipenya, pulau-pulau kecil dibedakan menjadi
pulau benua,
pulau vulkanik
pulau karang.
Masing-masing tipe pulau tersebut memiliki kondisi lingkungan biofisik
yang khas, sehingga perlu menjadi pertimbangan dalam kajian dan
penentuan pengelolaannya agar berkelanjutan.
Tidak semua pulau kecil cocok untuk pengembangan pertanian.
Misalnya, kondisi beberapa pulau kecil hanya cocok untuk pengembangan
perikanan dan pariwisata
9. Pembagian jenis pulau kecil lainnya lainnya adalah berdasarkan pembentukan :
1. Pulau Aluvium (Endapan)
2. Pulau Karang/Koral
3. Pulau Atol
4. Pulau Vulkanik
5. Pulau Tektonik
6. Pulau Genesis Campuran
7. Pulau Karang Timbul
8. Pulau Petabah
Sumber:
Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S.P., Sitepu, M.J. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu. Pradanya Paramita, Jakarta.
10. Pulau Atol
Pulau atol terbentuk dari karang atol yang berbentuk cincin sehingga melingkari
pulau tersebut. Pada umumnya, pulau atol ini merupakan pulau vulkanik yang
ditumbuhi oleh terumbu karang membentuk fringing reef, kemudian berubah menjadi
barrier reef, dan akhirnya berubah menjadi pulau atol. Contoh pulau atol di Indonesia
adalah pulau Tukang Besi, gugus pulau di Taka Bonerate.
Pulau Vulkanik
Pulau vulkanik terbentuk dari kegiatan gunung berapi, yang timbul secara perlahan-
lahan dari dasar laut ke permukaan. Pulau jenis ini terbentuk di sepanjang pertemuan
lempeng-lempeng tektonik, di mana lempeng-lempeng tersebut saling menjauh.
Contoh pulau vulkanik terdapat di daerah pertemuan lempeng benua, yaitu
Kepulauan Sunda Kecil (Bali, Lombok, Sumba, Sumbawa, Flores, Wetar, Timor).
13. Pulau Tektonik
Sebagaimana namanya, proses terbentuknya pulau vulkanik berkaitan dengan proses
tektonik, terutama pada zona tumbukan antar lempeng. Sumber daya air di pulau
tektonik lebih banyak dijumpai sebagai aliran sungai, dan sangat sedikit air tanah.
Contoh pulau tektonik di antaranya Pulau Nias, Pulau Siberut dan Pulau Enggano.
Pulau Genesis Campuran
Pulau genesis campuran adalah suatu pulau yang terbentuk dari gabungan dua atau lebih
genesis pulau-pulau tersebut di atas. Potensi air di pulau genesis campuran tergantung
pada genesis pulau yang bergabung, serta dapat berupa sumber air yang mengalir
sepanjang tahun maupun aliran air permukaan dengan jumlah yang biasanya terbatas.
Contoh pulau genesis campuran misalnya Pulau Haruku, Pulau Nusa Laut, Pulau Kisar
dan Pulau Rote.
15. Pulau Karang Timbul
Pulau ini terbentuk oleh terumbu karang yang terangkat ke atas permukaan laut, karena
adanya gerakan ke atas (uplift) dan gerakan ke bawah (subsidence) dari dasar laut
karena adanya proses geologi. Setelah berada di atas permukaan air laut, terumbu
karang akan mati dan menyisakan terumbu dan terbentuk pulau karang timbul. Contoh
pulau karang timbul ini banyak dijumpai di perairan timur Indonesia, seperti di Laut
Seram, Sulu, Banda.
Pulau Petabah
Pulau petabah terbentuk di daerah yang stabil secara tektonik, di mana litologi
pembentukan pulau petabah sering terdiri atas batuan ubahan, intrusi, dan sedimen
yang terlipat dan berumur tua. Contoh pulau petabah antara lain seperti Pulau Batam,
Pulau Bintan dan Pulau Belitung.
18. PERTANIAN PULAI KECIL
Pertanian di pulau-pulau kecil memiliki ciri-ciri yang khas yang membedakannya
dari pertanian di daratan besar. Berikut adalah beberapa ciri-ciri umum dari
pertanian di pulau-pulau kecil:
Keterbatasan Lahan
Pengaruh Variabilitas Iklim
Ketergantungan pada Cuaca
Keterbatasan Sumber Daya Air
Pentingnya Pertanian Subsisten
Pentingnya Agroforestry
Keterpaduan dengan Perikanan
Kerentanan terhadap Dampak Perubahan Iklim
Pentingnya Keanekaragaman Genetik
Terbatasnya Transportasi
19. Keterbatasan Lahan
Pulau-pulau kecil seringkali memiliki luas lahan yang terbatas, sehingga
pertanian harus dilakukan dengan efisien dengan skala kecil dalam penggunaan
lahan yang tersedia. Hal ini sering memicu pertanian berbasis intensitas di mana
petani berusaha untuk menghasilkan sebanyak mungkin dari lahan yang terbatas.
Pengaruh Variabilitas Iklim
Kondisi iklim di pulau-pulau kecil dapat sangat bervariasi, tergantung pada
lokasi geografis dan ukuran pulau. Hal ini dapat memengaruhi jenis tanaman
yang dapat ditanam dan musim tanam yang mungkin berbeda dari satu pulau ke
pulau lainnya.
21. Ketergantungan pada Cuaca
Pertanian di pulau-pulau kecil sangat tergantung pada cuaca yang seringkali
tidak dapat diprediksi dengan pasti. Kondisi cuaca yang tidak stabil
dapat mempengaruhi hasil pertanian dan ketersediaan air. Gangguan
cuaca seperti badai tropis atau perubahan musim hujan dan kemarau dapat
memiliki dampak signifikan pada produksi pertanian.
Terbatasnya Sumber Daya Air
Pulau-pulau kecil cenderung memiliki sumber daya air yang terbatas. Oleh
karena itu, pengelolaan air yang bijaksana menjadi kunci dalam pertanian di
pulau-pulau kecil. Pengumpulan air hujan dan teknik penghematan air sering
digunakan.
23. Pentingnya Pertanian Subsisten
Di banyak pulau kecil, pertanian lebih bersifat subsisten daripada komersial.
Petani sering menghasilkan makanan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga
mereka sendiri dan komunitas setempat, dengan sedikit sisa untuk dijual.
Pentingnya Agroforestry
Kondisi iklim yang seringkali hangat dan lembab di pulau-pulau kecil
mendukung agroforestry yang berupa pertanaman campuran tanaman-
tanaman pohon dan tanaman umur pendek/semusim dan peternakan
Termasuk di dalamnya budidaya rempah, buah-buahan, sayuran, dan umbi-
umbian.
25. Keterpaduan dengan Perikanan
Di sebagian besar pulau-pulau kecil, perikanan dan akuakultur (budidaya
ikan dan organisme air lainnya) memiliki peran penting dalam penyediaan
protein dan sumber daya ekonomi. Petani di pulau kecil sering juga
melakukan aktivitas menangkap ikan di laut.
Kerentanan terhadap Dampak Perubahan Iklim
Pulau-pulau kecil sering kali sangat rentan terhadap dampak perubahan
iklim, seperti kenaikan permukaan air laut, yang dapat mengancam lahan
pertanian di daerah pesisir.
26. Pentingnya Keanekaragaman Genetik
Dalam beberapa kasus, pulau-pulau kecil memiliki keanekaragaman genetik
yang penting untuk tanaman lokal. Perlindungan dan pelestarian
keanekaragaman genetik ini menjadi prioritas dalam pertanian di pulau-pulau
kecil.
Terbatasnya Infrastruktur
Pulau-pulau kecil memiliki infrastruktur pertanian yang terbatas, seperti
irigasi yang tidak memadai, jalan yang buruk, atau akses terbatas ke
pasar. Ini dapat menghambat perkembangan sektor pertanian.
27. Terbatasnya Kelembagaan Pertanian
Pulau-pulau kecil terbatas ketersediaan dan akses terhadap
kelembagaan pertanian, penyediaan saprodi, informasi pasar,
permodalan, dan penyuluhan. Pengetahuan dan ketrampilan
petani juga terbatas.
Ciri-ciri tersebut mencerminkan tantangan dan peluang unik
yang dihadapi petani di pulau-pulau kecil.
Pertanian berkelanjutan dan adaptasi terhadap perubahan iklim
perlu menjadi perhatian utama dalam pengembangan pertanian
di pulau-pulau kecil.