SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
INFEKSI MAKANAN
ANGGOTA :
AMIR
CINTO WULANDARI
LESTARI
RINALDI
SRI RAHAYU RIZKI
INFEKSI PENYAKIT
MELALUI MAKANAN
Infeksi Penyakit Melalui
Makanan
Cara Pemindahan sebaran
Khusus
Pengendalian Penyakit
Asal Makanan
Infeksi penyakit melalui makanan
(Food Borne Disease) adalah suatu gejala
penyakit yang timbul akibat makan bahan
makanan yang mengandung mikroorganisme
atau toksinnya (termasuk tumbuh-tumbuhan,
bahan kimia, binatang).
• Food infection ialah gejala penyakit yang
timbul karena mikroorganisme masuk dan
berkembang biak di dalam tubuh melalui bahan
makanan.
• Food intoxication adalah gejala penyakit
yang timbul akibat makan makanan yang
mengandung bahan racun.
Infeksi Penyakit Melalui
Makanan
Cara Pemindahan sebaran
Khusus
Pengendalian Penyakit
Asal Makanan
CARA PEMINDAHAN SEBARAN
KHUSUS
Mikroorganisme yang
menyebabkan gastroenteritis
(peradangan di perut dan usus) akut
dipindah sebarkan lewat makanan yang
kita makan.
PENGENDALIAN PENYAKIT
ASAL MAKANAN
Infeksi Penyakit Melalui
Makanan
Cara Pemindahan sebaran
Khusus
Pengendalian Penyakit
Asal Makanan
Faktor- faktor penunjang terjadinya
penyakit asal makanan adalah sebagai
berikut:
1. Makanan yang kurang matang
memasaknya
2. Penyimpangan makanan pada suhu
yang tidak sesuai
3. Makanan yang diperoleh dari sumber
yang kurang bersih
4. Alat-alat yang tercemar
5. Kesehatan perorangna yang kurang
baik
6. Cara-cara pengawetan yang kurang
sempurna
SALMONELLA
patogenisitasi
Sifat patogenisitasi Salmonelosis : sejumlah besar
mikroorganisme harus tertelan harus tertelan dalam
keadaan hidup.perkembangbiakan mikroorganisme yang
tertelan di dalam saluran pencernaan menimbulkan gejala
gastroenteritis.iritasi dan peradangan usus terjadi karena
infeksi sejati jauh didalam selaput lendir.
Salmonella Pencegahan Epidemologi
patogenisitasi Salmonella Pencegahan
Infeksi oleh bakteri genus Salmonella( oleh
sebab itu disebut salmonelosis) menyerang saluran
gastrointestin yang mencakup perut, usus halus, dan
usus besar atau kolon.
8-48 jam setelah makan-makanan yang
tercemar dengan salmonela,timbul rasa sakit perut
yang mendadak dengan diare encer atau
berair,kadang-kadang dengan lendir atau darah. Sering
mual-muntah, demam dengan suhu 38-39 C.
Epidemologi
patogenisitasi Salmonella Pencegahan
1. Memasak dengan baik makanan yang di buat dari daging binatang
2. Penyimpanan makanan pada suhu lemari es yang sesuai
3. Melindungi makanan terhadap pencemaran oleh binatang pengerat,
lalat
4. Pemeriksaan berkala terhadap orang-orang yang menangani pangan
5. Penggunaan metode produksi dan pengolahan makanan yang
semestinya
6. Kebesihan pribadi yang baik serta hidup dengan cara-cara yang
memenuhi syarat kesehatan
Epidemologi
patogenisitasi Salmonella Pencegahan Epidemologi
Terinfeksinya manusia oleh salmonela hampir
selalu disebabkan mengkonsumsi makanan atau
minuman.makanan yang biasanya tercemar meliputi kue-
kue yang mengandung saus susu, daging cincang, susis
unggas, daging panggang dan telur.
Sumber salmonelosis terbesar yang merupakan
gudang salmonela ialah hewan tingkat rendah. Pada
ayam, kalkun, bebek, binatang pengerat, kucing, anjing,
kura-kura.
STAFILOKOKUS
Peracunan makanan yang umum,
terjadi karena termakannya toksin
yang di hasilkan oleh galur-galur
toksigenik Staphylococcus aureus
yang tumbuh pada makanan
tercemar. Stafilokokus adalah
organisme yang biasanya terdapat
di berbagai bagian tubuh manusia
termasuk hidung, tenggorokan,
kulit dan karenanya mudah
memasuki makanan. Lamanya sakit
hanya sebentar(24 sampai 48 jam).
Pada anak kecil dan orang yang
lemah, dapat mengakibatkan shock
dan kematian karena dehidrasi.
pada umumnya gejala mual,
pusing, muntah dan diare muncul 2
sampai 6 jam setelah makan
makanan tercemar tersebut.
Sifat patogenisitas pada
peracunan makanan oleh
stafilokokus
Enterotoksin ini tahan panas, tidak
berubah walau dididihkan selama 30
menit.dibiarkannya makanan yang
tercemar pada suhu kamar selama 8-
10 jam sehingga menghasilkan
toksin dalam jumlah yg memadai
menyebabkan mauk makanan.
sekalipun kemudian makanan
disimpan didalam lemari es selama
berbulan-bulan, toksin tidak akan
termusnahkan. Pemasakan kembali
makanan tersebut juga tidak akan
mengurangi kandungan toksin.
Tidak ada antibiotik yang dapat
dipakai untuk mengobati peracunan
makanan oleh stafilokokus.
stafilococcus
Epidemiologi peracunan makanan oleh
stafilokokus :
Orang merupakan sumber
terpenting stafilokokus yang
menghasilkan enterotoksin.
Galur stafilokokus didalam
makanan sama dengan yang
ada pada tangan orang yang
menangani pangan.
Makanan yag ada kaitannya
dengan stafilokokus ialah
kue-kue yang diisi saus
terbuat dari telur dan susu,
daging-daging olahan seperti
ham.
Sayangnya makanan yang
mengandung enterotoksin
dalam jumlah bnyak
mempunyai penampilan, bau,
dan rasa yang normal.
Pencegahan peracunan
makanan oleh stafilokokus :
1. Menyimpan semua bahan
makanan yang mudah
busuk dalam lemari es
(dibawah 6-7’C )
2. Orang-orang yang
menangani pangan tidak
boleh mempunyai luka
bernanah atau penular
stafilokokus toksigenik
3. Makanan yang sudh
dipanasi kembali tidak
boleh dibiarkan berjam-
jampada suhu kamar
sebelum disajikan
BOTULISME
Botulisme ialah penyakit yang disebabkan
oleh peracunan makanan atau mabuk
makanan oleh bakteri. Organisme
penyebabnya ialah Clostridium botulinum,
yang menghasilkan neurotoksin yang tidak
tahan panas. Penyakit ini terjadi karena
makan toksin botulinum yang terdapat pda
makanan yang diawetkan dengan cara yang
kurang sempurna seperti makanan yang
dikalengkan. Tetapi dapat juga disebabkan
karena terkontaminasi luka oleh C. botolinum
Gejala penyakit ini biasanya mulai timbul
sekitar 12-48 jam setelah makan makanan
tercemar. Gejala tersebut meliputi kesulitan
becakap, biji mata melebar, penglihatan ganda,
mulut terasa kering, mual, muntah, dan tidak
dapat menelan. Kelumpuhan dapat terjadi pada
kandung kemih dan semua otot. Kematian
mungkin terjadi beberapa hari setelah
timbulnya gejala karena tidak dapat bernafas
atau jantung tidak bekerja lagi.
Clostridium botulinum
Klasifikasi
Domain : Bacteria
Divisi : Firmicutes
Kelas : Clostridia
Ordo : Clostridiales
Famili :Clostridiaceae
Genus : Clostridium
Spesies: Clostridium botulinum
Contoh Kasus
Di Michigan, Amerika Serikat pada tahun
1977 ketika 58 orang menderita botulisme
setelah memakan makanan kaleng di sebuah
restoran. Pada tahun 1982, seorang pria Belgia
meninggal karena botulisme setelah makan
makanan yang terbuat dari daging salmon
kaleng yang telah terkontaminasi Clostridium
botulinum.
Struktur dan fungsi sel bakteri C.
botulinum
1. Dinding Sel
Dinding sel berfungsi sebagai pelindung dan pemberi bentuk bakteri. Dinding sel
bakteri tersusun dari peptidoglikan, yaitu gabungan protein dan polisakarida.
Bakteri Clostridium botulium adalah gram positif. Bakteri Gram positif adalah
bakteri yang memiliki dinding sel dengan lapisan peptidoglikan yang tebal.
Bakteri ini akan berwarna ungu jika diwarnai dengan pewarnaan Gram.
2. Membran Plasma
Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma. Membran
plasma tersusun dari lapisan fosfolipid dan protein. Membran plasma bersifat
selektif permeabel dan berfungsi untuk mengatur pertukaran zat antara sel dengan
lingkungannya.
3. Sitoplasma
Sitoplasma adalah cairan sel. Sitoplasma bakteri tidak mengandung banyak
organel seperti pada sel eukariotik. Sitoplasma bakteri antara lain mengandung
ribosom, DNA, dan granula penyimpanan.
4. Ribosom
Ribosom adalah organel yang berukuran sangat kecil dan merupakan tempat
terjadinya sintesis protein yang dibantu oleh RNA (ribonucleic acid: asam
ribonukleat).
6. Granula Penyimpanan
Granula penyimpanan berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan. Umumnya bakteri
menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkannya. Struktur dan fungsi tambahan pada
sel bakteri meliputi bagian kapsul, flagellum, pilus, dan fimbria, klorosom, vakuola gas,
serta endospora.
5. DNA
DNA (deoxyribonucleic acid: asam deosiribonukleat) adalah materi pembawa informasi
genetik. DNA bakteri berupa rantai tunggal berbentuk melingkar (nukleoid). Beberapa
bakteri memiliki tambahan DNA melingkar yang lain yang lebih kecil yang disebut
plasmid. DNA bakteri tidak mengandung protein histon dan dengan demikian disebut
dengan DNA telanjang.
ENDOSPORA
Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa
jenis bakteri Gram positif. Endospora terbentuk di dalam sel
bakteri jika kondisi lingkungan tidak menguntungkan bagi
kehidupan bakteri. Dengan demikian, endospora berfungsi
sebagai pertahanan diri. Endospora mengandung sedikit
sitoplasma, materi genetik, dan ribosom.
Bentuk bakteri Clostridium
botulium
Clostridium
botulinum merupakan
bakteri berbentuk bacill
(batang), anaerobik (tidak
dapat tumbuh di
lingkungan yang
mengandung oksigen
bebas), Gram-positif, dapat
membentuk spora, dan
dapat memproduksi racun
syaraf yang kuat. Sporanya
tahan panas dan dapat
bertahan hidup dalam
makanan dengan
pemrosesan yang kurang
sesuai atau tidak benar.
Ada tujuh tipe
botulisme (A, B, C, D, E, F
dan G) yang dikenal,
berdasarkan ciri khas antigen
dari racun yang diproduksi
oleh setiap strain. Tipe A, B, E,
dan F dapat menyebabkan
botulisme pada manusia. Tipe
C dan D menyebabkan
sebagian besar botulisme pada
hewan. Hewan yang paling
sering terinfeksi adalah unggas
liar dan unggas ternak, sapi,
kuda, dan beberapa jenis ikan.
Walaupun tipe G telah diisolasi
dari tanah di Argentina, belum
ada kasus yang diketahui
disebabkan oleh strain ini. Ikan
sangat sensitif terhadap toksin
tipe E
C. botulinum
TOKSIN
Toksin ini diserap dalam usus kecil dan
melumpuhkan otot-otot tak sadar. Sifat toksin
ini yang penting adalah labil terhadap panas.
Toksin tipe A akan in aktif oleh pemanasan pada
suhu 80 ºC selama 6 menit, sedangkan tipe B
pada suhu 90 ºC selama 15 menit. Spesies
Clostridium botulinum juga dibagi menjadi 4
grup.
Karakteristik Group
I II III IV
Tipe neurotoksin A, B, F B, E, F C, D G
Temperatur minimum
untuk pertumbuhan
10 ºC 3ºC 15ºC ND*
Temperatur optimum
untuk pertumbuhan
35-40ºC 18-25ºC 40ºC 37ºC
pH minimum untuk
pertumbuhan
4,6 Ca. 5 ND ND
Penghambat (NaCl) 10 % 5 % ND ND
AW minimum untuk
Pertumbuhan
0,94 0,97 ND ND
D100ºC dari spora 25 min <0,1 min 0,1-0,9 min 0,8-1,12
min
D121ºC dari spora 0,1-0,2 min <0,001 min ND ND
Makanan yang dikaitkan dengan botulisme ialah yang
mengalami proses pengolahan untuk tujuan pengawetan seperti
pengalengan, pembuatan acar, dan pengasapan, tetapi tidak dapat
mematikan bakteri tersebut. Beberapa contoh ialah buah-buahan dan
sayur-mayur yang di kalengkan, ikan asap serta daging dan ikan yang
dibumbui.
Untungnya, toksin dapat dibuat tidak aktif secara sempurna dengan
pemanasan pada 100’C selama 10 menit atau pada 80’C selama 30 menit
Pencegahan botulisme :
1. Melakukan pengawasan kualitas yang ketat oleh industri
pengolahan pangan
2. Melakukan pengalengan dirumah dengan metode-
metode yang semestinya untuk mensterilkan wadah serta
makanan
3. Memasak cukup lama semua makanan yang diawetkan
sebelum di hidangkan
Peracunan makanan oleh
Perfringens
Pencegahan peracunan oleh
Perfringens
Clostridium perfringens umum
terdapat dialam, misalnya dalam
daging mentah dan tinja hewan, dan
sering pula pada orang-orang sehat.
Gejala biasanya timbul 8-24 jam
setelah makan-makanan yang
tercemar. Gejala utamanya yaitu
sakit perut(mulas) dan diare.
Keadaan sakit berlangsung dalam
waktu singkat dan sembuh kembali
dalam waktu kurang dari 24 jam.
Peracunan makanan oleh
Perfringens
Pencegahan peracunan oleh
Perfringens
Cara pencegahan terbaik
ialah menghindarkan
penyimpanan makanan yang
sudah matang pada suhu
kamar untuk jangka waktu
lama. Pada suhu kamar spora
dapt berkecambah dan
tumbuh sebagai sel vegetatif.
Bila sel-sel termakan dan
membentuk spora didalam
perut, maka akan
menghasilkan eksotoksin
yang enterotoksik, sehingga
menyebabkan penyakit.
Clostridium perfringens
Penyakit asal-makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme
lain
Infeksi makanan oleh Vibrio parahaemolyticus :
Vibrio parahaemolyticus adalah suatu bakteri anaerobik fakultatif gram negatif
dan halofilik( suka garam). Penyebab gastroenteritis akibat memakan makanan
laut.
Di jepang ikan mentah yang tercemar adalah sumber terpenting.
Di amerika serikat makanan laut matang yang tercemar adalah sumber yang
umum.
Masa inkubasi peracunan makanan ini 2-48 jam. Gejala utamanya ialah
sakit perut, diare, mual, dan muntah. Seringkali disertai sedikit demam rasa
kedinginan. Penyakit ini sembuh dalam waktu 2-5 hari. Penyakit ini tidak
disebabkan oleh toksin.
Cara pencegahan terbaik ialah penyimpanan makanan dalam lemari es
serta pemasakan makanan laut dengan semestinya.
Vibrio parahaemolyticus
Bakteri Lain
Beberapa bakteri lain yang juga
dianggap sebagai penyebab
perjangkitan peracunan makanan
meliputi Bacillus cereus, galur-
galur tertentu Escherichia coli,
dan Proteus spp. Namun
demikian, bila isolat laboratoris
itu adalah anggota mikrobiota
usus yang normal, sulit sekali
membuktikan bahwa organisme
itu merupakan penyebabnya
Cendawan
Toksin cendawan yang disebut
alfatoksin dihasilkan oleh kapang
yang umum dijumpai yaitu genus
Aspergilus. Toksin ini dapat
menyebabkan peracunan akut pada
hewan, termasuk manusia, bila
makanan yang tercemari kapang
tersebut termakan. Toksisitas racun
itu dapat membawa kerusakan
pada hati dan juga merangsang
pertumbuhan tumor. Bahan
makanan manusia seperti kacang
tanah, biji-bijian serta sejenisnya
haruslah dikeringkan dan disimpan
dengan baik agar tidak ditumbuhi
cendawan
Bacillus cereus Cendawan
Virus
Virus juga menyebabkan peracunan
makanan yang menimbulkan
gastroenteritis. Virus-virus demikian
meliputi echovirus, coxsackie virus, serta
virus poliomyelitis atau hepatitis.
Gejala utamanya ialah diare mendadak,
yang sering disertai mual, muntah, lesu,
sakit perut atau demam. Istilah “flu
perut” sering digunakan untuk
menyatakan gastroenteritis oleh virus
walaupun sama sekali tidak ada
hubungannya dengan virus influensa.
Diagnosis laboratoris jarang dilakukan,
karena isolasi virus dan diagnosis
serologis itu mahal dan memakan banyak
waktu.
Sekian dan terimakasih
wassalamua’alaikum

More Related Content

Similar to MAKANAN SEHAT

Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiAnjani Hidayah
 
MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI "BAKTERI"
MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI "BAKTERI"MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI "BAKTERI"
MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI "BAKTERI"Nur Djufry
 
MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdf
MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdfMIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdf
MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdfAgathaHaselvin
 
 Kesehatan ternak unggas
 Kesehatan ternak unggas Kesehatan ternak unggas
 Kesehatan ternak unggasMuhammad Eko
 
47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalis47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalisMo Nas
 
bahan pangan sebagai sumber infeksi
bahan pangan sebagai sumber infeksibahan pangan sebagai sumber infeksi
bahan pangan sebagai sumber infeksiMelly Luthfiyani
 
Dasar-Dasar Mikrobiologi
Dasar-Dasar Mikrobiologi Dasar-Dasar Mikrobiologi
Dasar-Dasar Mikrobiologi pjj_kemenkes
 
226443010 tugas-makalah-mikrobiologi
226443010 tugas-makalah-mikrobiologi226443010 tugas-makalah-mikrobiologi
226443010 tugas-makalah-mikrobiologiKAMARIAH S.Pd
 
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasi
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasiKeamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasi
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasiAul Ndink
 
Pert 1 _ BAHAN PENCEMAR TERHADAP MAKANANedit.pdf
Pert 1 _ BAHAN PENCEMAR TERHADAP MAKANANedit.pdfPert 1 _ BAHAN PENCEMAR TERHADAP MAKANANedit.pdf
Pert 1 _ BAHAN PENCEMAR TERHADAP MAKANANedit.pdfWayuOctavia
 
Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1
Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1
Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1Amirotul Khusna
 

Similar to MAKANAN SEHAT (20)

Presentasi no 6 1_bahaya kontaminan bagi kesehatan
Presentasi no 6 1_bahaya kontaminan bagi kesehatanPresentasi no 6 1_bahaya kontaminan bagi kesehatan
Presentasi no 6 1_bahaya kontaminan bagi kesehatan
 
Mikroba patogen
 Mikroba patogen Mikroba patogen
Mikroba patogen
 
MIKROBIOLOGI: BAKTERI
MIKROBIOLOGI: BAKTERIMIKROBIOLOGI: BAKTERI
MIKROBIOLOGI: BAKTERI
 
Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologi
 
Samonella thypi
Samonella thypiSamonella thypi
Samonella thypi
 
MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI "BAKTERI"
MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI "BAKTERI"MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI "BAKTERI"
MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI "BAKTERI"
 
MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdf
MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdfMIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdf
MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdf
 
 Kesehatan ternak unggas
 Kesehatan ternak unggas Kesehatan ternak unggas
 Kesehatan ternak unggas
 
47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalis47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalis
 
KONTAMINASI MIKROBA PADA SAYURAN
KONTAMINASI MIKROBA PADA SAYURANKONTAMINASI MIKROBA PADA SAYURAN
KONTAMINASI MIKROBA PADA SAYURAN
 
bahan pangan sebagai sumber infeksi
bahan pangan sebagai sumber infeksibahan pangan sebagai sumber infeksi
bahan pangan sebagai sumber infeksi
 
Dasar-Dasar Mikrobiologi
Dasar-Dasar Mikrobiologi Dasar-Dasar Mikrobiologi
Dasar-Dasar Mikrobiologi
 
226443010 tugas-makalah-mikrobiologi
226443010 tugas-makalah-mikrobiologi226443010 tugas-makalah-mikrobiologi
226443010 tugas-makalah-mikrobiologi
 
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasi
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasiKeamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasi
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasi
 
Protozoologi
ProtozoologiProtozoologi
Protozoologi
 
Protozoologi
ProtozoologiProtozoologi
Protozoologi
 
Makalah bakteri toxoplasma gondi
Makalah bakteri toxoplasma gondiMakalah bakteri toxoplasma gondi
Makalah bakteri toxoplasma gondi
 
Pert 1 _ BAHAN PENCEMAR TERHADAP MAKANANedit.pdf
Pert 1 _ BAHAN PENCEMAR TERHADAP MAKANANedit.pdfPert 1 _ BAHAN PENCEMAR TERHADAP MAKANANedit.pdf
Pert 1 _ BAHAN PENCEMAR TERHADAP MAKANANedit.pdf
 
Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1
Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1
Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1
 
Clostridium Botulisme pada Unggas
Clostridium Botulisme pada UnggasClostridium Botulisme pada Unggas
Clostridium Botulisme pada Unggas
 

Recently uploaded

2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 

Recently uploaded (20)

2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 

MAKANAN SEHAT

  • 1. INFEKSI MAKANAN ANGGOTA : AMIR CINTO WULANDARI LESTARI RINALDI SRI RAHAYU RIZKI
  • 2.
  • 3. INFEKSI PENYAKIT MELALUI MAKANAN Infeksi Penyakit Melalui Makanan Cara Pemindahan sebaran Khusus Pengendalian Penyakit Asal Makanan Infeksi penyakit melalui makanan (Food Borne Disease) adalah suatu gejala penyakit yang timbul akibat makan bahan makanan yang mengandung mikroorganisme atau toksinnya (termasuk tumbuh-tumbuhan, bahan kimia, binatang). • Food infection ialah gejala penyakit yang timbul karena mikroorganisme masuk dan berkembang biak di dalam tubuh melalui bahan makanan. • Food intoxication adalah gejala penyakit yang timbul akibat makan makanan yang mengandung bahan racun.
  • 4. Infeksi Penyakit Melalui Makanan Cara Pemindahan sebaran Khusus Pengendalian Penyakit Asal Makanan CARA PEMINDAHAN SEBARAN KHUSUS Mikroorganisme yang menyebabkan gastroenteritis (peradangan di perut dan usus) akut dipindah sebarkan lewat makanan yang kita makan.
  • 5. PENGENDALIAN PENYAKIT ASAL MAKANAN Infeksi Penyakit Melalui Makanan Cara Pemindahan sebaran Khusus Pengendalian Penyakit Asal Makanan Faktor- faktor penunjang terjadinya penyakit asal makanan adalah sebagai berikut: 1. Makanan yang kurang matang memasaknya 2. Penyimpangan makanan pada suhu yang tidak sesuai 3. Makanan yang diperoleh dari sumber yang kurang bersih 4. Alat-alat yang tercemar 5. Kesehatan perorangna yang kurang baik 6. Cara-cara pengawetan yang kurang sempurna
  • 6. SALMONELLA patogenisitasi Sifat patogenisitasi Salmonelosis : sejumlah besar mikroorganisme harus tertelan harus tertelan dalam keadaan hidup.perkembangbiakan mikroorganisme yang tertelan di dalam saluran pencernaan menimbulkan gejala gastroenteritis.iritasi dan peradangan usus terjadi karena infeksi sejati jauh didalam selaput lendir. Salmonella Pencegahan Epidemologi
  • 7. patogenisitasi Salmonella Pencegahan Infeksi oleh bakteri genus Salmonella( oleh sebab itu disebut salmonelosis) menyerang saluran gastrointestin yang mencakup perut, usus halus, dan usus besar atau kolon. 8-48 jam setelah makan-makanan yang tercemar dengan salmonela,timbul rasa sakit perut yang mendadak dengan diare encer atau berair,kadang-kadang dengan lendir atau darah. Sering mual-muntah, demam dengan suhu 38-39 C. Epidemologi
  • 8. patogenisitasi Salmonella Pencegahan 1. Memasak dengan baik makanan yang di buat dari daging binatang 2. Penyimpanan makanan pada suhu lemari es yang sesuai 3. Melindungi makanan terhadap pencemaran oleh binatang pengerat, lalat 4. Pemeriksaan berkala terhadap orang-orang yang menangani pangan 5. Penggunaan metode produksi dan pengolahan makanan yang semestinya 6. Kebesihan pribadi yang baik serta hidup dengan cara-cara yang memenuhi syarat kesehatan Epidemologi
  • 9. patogenisitasi Salmonella Pencegahan Epidemologi Terinfeksinya manusia oleh salmonela hampir selalu disebabkan mengkonsumsi makanan atau minuman.makanan yang biasanya tercemar meliputi kue- kue yang mengandung saus susu, daging cincang, susis unggas, daging panggang dan telur. Sumber salmonelosis terbesar yang merupakan gudang salmonela ialah hewan tingkat rendah. Pada ayam, kalkun, bebek, binatang pengerat, kucing, anjing, kura-kura.
  • 10.
  • 11. STAFILOKOKUS Peracunan makanan yang umum, terjadi karena termakannya toksin yang di hasilkan oleh galur-galur toksigenik Staphylococcus aureus yang tumbuh pada makanan tercemar. Stafilokokus adalah organisme yang biasanya terdapat di berbagai bagian tubuh manusia termasuk hidung, tenggorokan, kulit dan karenanya mudah memasuki makanan. Lamanya sakit hanya sebentar(24 sampai 48 jam). Pada anak kecil dan orang yang lemah, dapat mengakibatkan shock dan kematian karena dehidrasi. pada umumnya gejala mual, pusing, muntah dan diare muncul 2 sampai 6 jam setelah makan makanan tercemar tersebut. Sifat patogenisitas pada peracunan makanan oleh stafilokokus Enterotoksin ini tahan panas, tidak berubah walau dididihkan selama 30 menit.dibiarkannya makanan yang tercemar pada suhu kamar selama 8- 10 jam sehingga menghasilkan toksin dalam jumlah yg memadai menyebabkan mauk makanan. sekalipun kemudian makanan disimpan didalam lemari es selama berbulan-bulan, toksin tidak akan termusnahkan. Pemasakan kembali makanan tersebut juga tidak akan mengurangi kandungan toksin. Tidak ada antibiotik yang dapat dipakai untuk mengobati peracunan makanan oleh stafilokokus.
  • 13. Epidemiologi peracunan makanan oleh stafilokokus : Orang merupakan sumber terpenting stafilokokus yang menghasilkan enterotoksin. Galur stafilokokus didalam makanan sama dengan yang ada pada tangan orang yang menangani pangan. Makanan yag ada kaitannya dengan stafilokokus ialah kue-kue yang diisi saus terbuat dari telur dan susu, daging-daging olahan seperti ham. Sayangnya makanan yang mengandung enterotoksin dalam jumlah bnyak mempunyai penampilan, bau, dan rasa yang normal. Pencegahan peracunan makanan oleh stafilokokus : 1. Menyimpan semua bahan makanan yang mudah busuk dalam lemari es (dibawah 6-7’C ) 2. Orang-orang yang menangani pangan tidak boleh mempunyai luka bernanah atau penular stafilokokus toksigenik 3. Makanan yang sudh dipanasi kembali tidak boleh dibiarkan berjam- jampada suhu kamar sebelum disajikan
  • 14. BOTULISME Botulisme ialah penyakit yang disebabkan oleh peracunan makanan atau mabuk makanan oleh bakteri. Organisme penyebabnya ialah Clostridium botulinum, yang menghasilkan neurotoksin yang tidak tahan panas. Penyakit ini terjadi karena makan toksin botulinum yang terdapat pda makanan yang diawetkan dengan cara yang kurang sempurna seperti makanan yang dikalengkan. Tetapi dapat juga disebabkan karena terkontaminasi luka oleh C. botolinum
  • 15. Gejala penyakit ini biasanya mulai timbul sekitar 12-48 jam setelah makan makanan tercemar. Gejala tersebut meliputi kesulitan becakap, biji mata melebar, penglihatan ganda, mulut terasa kering, mual, muntah, dan tidak dapat menelan. Kelumpuhan dapat terjadi pada kandung kemih dan semua otot. Kematian mungkin terjadi beberapa hari setelah timbulnya gejala karena tidak dapat bernafas atau jantung tidak bekerja lagi.
  • 16. Clostridium botulinum Klasifikasi Domain : Bacteria Divisi : Firmicutes Kelas : Clostridia Ordo : Clostridiales Famili :Clostridiaceae Genus : Clostridium Spesies: Clostridium botulinum
  • 17. Contoh Kasus Di Michigan, Amerika Serikat pada tahun 1977 ketika 58 orang menderita botulisme setelah memakan makanan kaleng di sebuah restoran. Pada tahun 1982, seorang pria Belgia meninggal karena botulisme setelah makan makanan yang terbuat dari daging salmon kaleng yang telah terkontaminasi Clostridium botulinum.
  • 18. Struktur dan fungsi sel bakteri C. botulinum 1. Dinding Sel Dinding sel berfungsi sebagai pelindung dan pemberi bentuk bakteri. Dinding sel bakteri tersusun dari peptidoglikan, yaitu gabungan protein dan polisakarida. Bakteri Clostridium botulium adalah gram positif. Bakteri Gram positif adalah bakteri yang memiliki dinding sel dengan lapisan peptidoglikan yang tebal. Bakteri ini akan berwarna ungu jika diwarnai dengan pewarnaan Gram. 2. Membran Plasma Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma. Membran plasma tersusun dari lapisan fosfolipid dan protein. Membran plasma bersifat selektif permeabel dan berfungsi untuk mengatur pertukaran zat antara sel dengan lingkungannya.
  • 19. 3. Sitoplasma Sitoplasma adalah cairan sel. Sitoplasma bakteri tidak mengandung banyak organel seperti pada sel eukariotik. Sitoplasma bakteri antara lain mengandung ribosom, DNA, dan granula penyimpanan. 4. Ribosom Ribosom adalah organel yang berukuran sangat kecil dan merupakan tempat terjadinya sintesis protein yang dibantu oleh RNA (ribonucleic acid: asam ribonukleat).
  • 20. 6. Granula Penyimpanan Granula penyimpanan berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan. Umumnya bakteri menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkannya. Struktur dan fungsi tambahan pada sel bakteri meliputi bagian kapsul, flagellum, pilus, dan fimbria, klorosom, vakuola gas, serta endospora. 5. DNA DNA (deoxyribonucleic acid: asam deosiribonukleat) adalah materi pembawa informasi genetik. DNA bakteri berupa rantai tunggal berbentuk melingkar (nukleoid). Beberapa bakteri memiliki tambahan DNA melingkar yang lain yang lebih kecil yang disebut plasmid. DNA bakteri tidak mengandung protein histon dan dengan demikian disebut dengan DNA telanjang.
  • 21. ENDOSPORA Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri Gram positif. Endospora terbentuk di dalam sel bakteri jika kondisi lingkungan tidak menguntungkan bagi kehidupan bakteri. Dengan demikian, endospora berfungsi sebagai pertahanan diri. Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom.
  • 22. Bentuk bakteri Clostridium botulium Clostridium botulinum merupakan bakteri berbentuk bacill (batang), anaerobik (tidak dapat tumbuh di lingkungan yang mengandung oksigen bebas), Gram-positif, dapat membentuk spora, dan dapat memproduksi racun syaraf yang kuat. Sporanya tahan panas dan dapat bertahan hidup dalam makanan dengan pemrosesan yang kurang sesuai atau tidak benar. Ada tujuh tipe botulisme (A, B, C, D, E, F dan G) yang dikenal, berdasarkan ciri khas antigen dari racun yang diproduksi oleh setiap strain. Tipe A, B, E, dan F dapat menyebabkan botulisme pada manusia. Tipe C dan D menyebabkan sebagian besar botulisme pada hewan. Hewan yang paling sering terinfeksi adalah unggas liar dan unggas ternak, sapi, kuda, dan beberapa jenis ikan. Walaupun tipe G telah diisolasi dari tanah di Argentina, belum ada kasus yang diketahui disebabkan oleh strain ini. Ikan sangat sensitif terhadap toksin tipe E
  • 24. TOKSIN Toksin ini diserap dalam usus kecil dan melumpuhkan otot-otot tak sadar. Sifat toksin ini yang penting adalah labil terhadap panas. Toksin tipe A akan in aktif oleh pemanasan pada suhu 80 ºC selama 6 menit, sedangkan tipe B pada suhu 90 ºC selama 15 menit. Spesies Clostridium botulinum juga dibagi menjadi 4 grup.
  • 25. Karakteristik Group I II III IV Tipe neurotoksin A, B, F B, E, F C, D G Temperatur minimum untuk pertumbuhan 10 ºC 3ºC 15ºC ND* Temperatur optimum untuk pertumbuhan 35-40ºC 18-25ºC 40ºC 37ºC pH minimum untuk pertumbuhan 4,6 Ca. 5 ND ND Penghambat (NaCl) 10 % 5 % ND ND AW minimum untuk Pertumbuhan 0,94 0,97 ND ND D100ºC dari spora 25 min <0,1 min 0,1-0,9 min 0,8-1,12 min D121ºC dari spora 0,1-0,2 min <0,001 min ND ND
  • 26. Makanan yang dikaitkan dengan botulisme ialah yang mengalami proses pengolahan untuk tujuan pengawetan seperti pengalengan, pembuatan acar, dan pengasapan, tetapi tidak dapat mematikan bakteri tersebut. Beberapa contoh ialah buah-buahan dan sayur-mayur yang di kalengkan, ikan asap serta daging dan ikan yang dibumbui. Untungnya, toksin dapat dibuat tidak aktif secara sempurna dengan pemanasan pada 100’C selama 10 menit atau pada 80’C selama 30 menit Pencegahan botulisme : 1. Melakukan pengawasan kualitas yang ketat oleh industri pengolahan pangan 2. Melakukan pengalengan dirumah dengan metode- metode yang semestinya untuk mensterilkan wadah serta makanan 3. Memasak cukup lama semua makanan yang diawetkan sebelum di hidangkan
  • 27. Peracunan makanan oleh Perfringens Pencegahan peracunan oleh Perfringens Clostridium perfringens umum terdapat dialam, misalnya dalam daging mentah dan tinja hewan, dan sering pula pada orang-orang sehat. Gejala biasanya timbul 8-24 jam setelah makan-makanan yang tercemar. Gejala utamanya yaitu sakit perut(mulas) dan diare. Keadaan sakit berlangsung dalam waktu singkat dan sembuh kembali dalam waktu kurang dari 24 jam.
  • 28. Peracunan makanan oleh Perfringens Pencegahan peracunan oleh Perfringens Cara pencegahan terbaik ialah menghindarkan penyimpanan makanan yang sudah matang pada suhu kamar untuk jangka waktu lama. Pada suhu kamar spora dapt berkecambah dan tumbuh sebagai sel vegetatif. Bila sel-sel termakan dan membentuk spora didalam perut, maka akan menghasilkan eksotoksin yang enterotoksik, sehingga menyebabkan penyakit.
  • 30. Penyakit asal-makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme lain Infeksi makanan oleh Vibrio parahaemolyticus : Vibrio parahaemolyticus adalah suatu bakteri anaerobik fakultatif gram negatif dan halofilik( suka garam). Penyebab gastroenteritis akibat memakan makanan laut. Di jepang ikan mentah yang tercemar adalah sumber terpenting. Di amerika serikat makanan laut matang yang tercemar adalah sumber yang umum. Masa inkubasi peracunan makanan ini 2-48 jam. Gejala utamanya ialah sakit perut, diare, mual, dan muntah. Seringkali disertai sedikit demam rasa kedinginan. Penyakit ini sembuh dalam waktu 2-5 hari. Penyakit ini tidak disebabkan oleh toksin. Cara pencegahan terbaik ialah penyimpanan makanan dalam lemari es serta pemasakan makanan laut dengan semestinya.
  • 32. Bakteri Lain Beberapa bakteri lain yang juga dianggap sebagai penyebab perjangkitan peracunan makanan meliputi Bacillus cereus, galur- galur tertentu Escherichia coli, dan Proteus spp. Namun demikian, bila isolat laboratoris itu adalah anggota mikrobiota usus yang normal, sulit sekali membuktikan bahwa organisme itu merupakan penyebabnya Cendawan Toksin cendawan yang disebut alfatoksin dihasilkan oleh kapang yang umum dijumpai yaitu genus Aspergilus. Toksin ini dapat menyebabkan peracunan akut pada hewan, termasuk manusia, bila makanan yang tercemari kapang tersebut termakan. Toksisitas racun itu dapat membawa kerusakan pada hati dan juga merangsang pertumbuhan tumor. Bahan makanan manusia seperti kacang tanah, biji-bijian serta sejenisnya haruslah dikeringkan dan disimpan dengan baik agar tidak ditumbuhi cendawan
  • 34. Virus Virus juga menyebabkan peracunan makanan yang menimbulkan gastroenteritis. Virus-virus demikian meliputi echovirus, coxsackie virus, serta virus poliomyelitis atau hepatitis. Gejala utamanya ialah diare mendadak, yang sering disertai mual, muntah, lesu, sakit perut atau demam. Istilah “flu perut” sering digunakan untuk menyatakan gastroenteritis oleh virus walaupun sama sekali tidak ada hubungannya dengan virus influensa. Diagnosis laboratoris jarang dilakukan, karena isolasi virus dan diagnosis serologis itu mahal dan memakan banyak waktu.