1. Jenis Mikroba
Patogen Pada Produk
Perikanan Yg
Mengakibatkan
Foodborne Diseases
Ely John Karimela, S. Pi. M. Si
2. Jenis Mikrobia yang Mengakibatkan
Foodborne diseases
• Intoksikasi :
– Penyakit keracunan makanan terjadi akibat
mengkonsumsi makanan yang mengandung toksin
bakteri maupun jamur. (Staphylococcus aureus,
Clo.botulinum, B.cereus, dan A.flavus)
• Infeksi :
– Penyakit keracunan makanan terjadi akibat
mengkonsumsi makanan maupun minuman yang
terkontaminasi bakteri enteropatogen. (Salmonella)
• Toksikoinfeksi :
– Penyakit keracunan makanan terjadi akibat
mengkonsumsi sejumlah besar sel hidup dari bakteri
patogen yang mengkontaminasi makanan maupun
minuman. Bakteri tersebut mengalami sporulasi atau
mati dan menghasilkan toksin sehingga menimbulkan
gejala. (Clostridium perfringens : gastroentritis)
6. Jenis Pangan yang beresiko
menimbulkan Foodborne Diseases
• Daging segar dan daging olahan
• Miscellaneous (Telur, mayonaise, cereal,
kacang2an, minyak biji2an, salad, dan
sandwiches)
• Seafood
• Susu dan produk olahannya
• Buah, sayur, dan hasil olahannya
11. Foodborne Intoxication
• Karakteristik umum :
– Toksin diproduksi oleh patogen ketika fase
pertumbuhan dalam makanan
– Toksin dapat labil / stabil terhadap panas
– Konsumsi makanan yang mengandung toksin
aktif, bukan sel hidup, berpotensi untuk
meracuni (kecuali infant botulism)
– Gejala umum terjadi secara cepat, ±30 menit
setelah konsumsi.
– Gejalanya berbeda antar jenis toksin
(enterotoksin menyebabkan gejala sakit perut,
sedangkan neurotoksin menghasilkan gejala
neurologis)
13. Staphylococcal Intoksikasi :
• Enterotoksin yang stabil terhadap
panas
• Waktu inkubasi pendek (1-8, kadang
hanya dalam waktu 30 menit)
• Gejala : kram, diare, tidak demam.
• 3.5 μg toksin dapat menimbulkan
FBI pada 150 lb orang
14. Botulism :
• Neurotoksin
• Labil terhadap panas (800C 5 menit)
• Ada 3 kategori :
– Food poisoning (makanan kaleng)
• Intoksikasi
– Wound botulism (penanganan bahan
terkontaminasi saat dikemas)
• Toksikoinfeksi
– Infant botulism (bee honey)
• Toksikoinfeksi
15. • Masa inkubasi 12-36 jam
• Menimbulkan masalah saluran
pencernaan : Nausea, vomiting,
diare
• Indikator awal : Fatigue, lemah otot.
• Diikuti : mata berair, pupil sensitif
terhadap cahaya, pandangan kabur.
• Efek terhadap mulut : kering,
kesulitan berbicara.
16. • C.botulinum Tipe A : buah & sayur
• C.botulinum Tipe E : psychrotroph
pada ikan asap
• C.botulinum Tipe B : ham kaleng
produk rumah tangga atau makanan
oven
• Makanan kaleng komersial : sedikit
menyebabkan FBI
17. Mikotoksin
• Diproduksi oleh :
– A.flavus, A.parasiticus : aflatoksin
– A.nidulans, A.vesicolor : sterigmatocystin
– Penisillium viridicatum : ochratoksin
• Resistant terhadap panas
• Pencegahan :
– Pengemasan anaerob
– Penurunan aw sampai 0.6
– Pembekuan
– Mencegah pertumbuhan jamur dengan pengawet
18. Foodborne Infection
• Karakteristik :
– Sel hidup dari bakteri/virus patogen enterik
terkonsumsi lewat makanan
– Patogen menembus membran sampai sel epitel
usus, multiply, dan menghasilkan toksin
(infeksi)
– Gejala umum terjadi setelah 24 jam
– Gejala enterik : sakit perut, diare, mual,
vomiting, dan demam.
– Gejala non-enterik muncul saat patogen atau
toksin yang dihasilkan menembus usus dan
berinvasi atau berpengaruh pada organ atau
jaringan lain
20. Foodborne Toxicoinfections
• Karakteristik :
– Bakteri pembentuk spora : konsumsi sejumlah
sel vegetatif hidup
• Sel vegetatif tidak memperbanyak diri pada sal.cerna
tetapi melakukan sporulasi dan mengeluarkan toksin
– Bakteri gram negatif : konsumsi sejumlah sel
hidup
• Dengan cepat memperbanyak diri pada sal.cerna
• Sel mati, tetapi toksin sudah dihasilkan
– Toksin dari kedua kelompok bakteri tersebut
menimbulkan gejala gastroentritis
21. • Jenis FBI :
– Gastroentritis oleh Cl.perfringens
– Gastroentritis oleh B.cereus
– Cholera oleh V.cholerae
– Gastroentritis oleh E.coli
22. Cl.perfringens
• Masa inkubasi 8-24 jam
• Konsumsi 106-108 sel vegetatif
• Gejala : diare eksplosif, sakit perut
akut, demam (tidak selalu)
• Hanya dapat dicegah dengan
penanganan makanan dan teknik
penyimpanan yang benar
23. B.cereus
• cause 2 syndromes :
– Diarrheal and emetic
• Diarrheal syndrome :
– Dosis infektif 105-107
– Produksi toksin dalam usus
halus
– Inaktif pd 560C 5’
– Masa inkubasi 8-16 jam
(terkadang >24)
– Masa sakit 12-24 jam
– Gejala : sakit perut, diare.
– Produk
daging,sup,sayuran,puding/sa
us dan susu dan olahannya
• Emetic syndrome :
– Dosis infektif 105-108
– Produksi toksin dimulai
dalam makanan
– Stabil pd 1260C 90’
– Masa inkubasi 0.5-5jam
(terkadang >24)
– Masa sakit 6-24 jam
– Gejala : sakit perut,
diare.
– Nasi goreng, pasta,
pastry, dan mie.
24. V.cholerae 01
• Patogen pada
manusia
• Secara tipikal
dihubungkan
dengan air
• Kebanyakan
habitatnya di
makanan laut
(seafood)
28. Kelalaian Juru Masak Saat Defrosting
Menyebabkan Kontaminasi Salmonella
(Trickett, 1990)
29. • Daging beku yang disimpan pada freezer,
khususnya poultry, sebelum dimasak harus di
thawing sempurna dalam kulkas semalam.
• Jika proses thawing tidak dilakukan dengan
sempurna, waktu pemanasan lebih lama untuk
melelehkan es yang berada di tengah daging.
• Kondisi tersebut mengakibatkan lama dan suhu
pemanasan yang direkomendasikan tidak cukup
untuk membunuh Salmonella atau bahkan
mencapai suhu optimumnya untuk
memperbanyak sel.
30. • Diare patogen yang diakibatkan oleh
foodborne infection diantaranya
disebabkan oleh Salmonella.
• Diare mengindikasi hilangnya cairan
dan elektrolit sehingga menyebabkan
dehidrasi
34. Kelalaian Juru Masak Saat Preparasi Bahan Baku
(daging mentah dan Sayuran) Menyebabkan Kontaminasi Cl.perfringens
Simpan bahan baku pada suhu lebih dari 630C atau kurang dari 100C
dan pisahkan antara daging & sayuran mentah saat preparasi (peralatan).
(Trickett, 1990)
35. Kelalaian Saat Preparasi Nasi Yang Disajikan
Menimbulkan Penyakit Yang Disebabkan oleh B.cereus
Bakteri pada nasi yang tidak mati saat pemasakan pertama tetapi
membentuk spora, dapat memperbanyak diri dan memproduksi toksin
selama pendinginan semalaman, kemudian nasi tidak mendapat pemanasan
cukup untuk memusnahkan toksin yang berada di dalamnya.
(Trickett, 1990)
37. Lambung
1. Toksin B.cereus atau S.aureus
menyebabkan iritasi pada
lambung dan menimbulkan sakit
perut.
2. Lambung memproduksi asam
yang dapat menyerang
Salmonella dan Cl.perfringens
tetapi keduanya dapat
terlindungi oleh makanan
menuju usus halus dimana
keduanya menemukan habitat
alaminya
Usus halus :
1. Cl.perfringens membentuk spora
dan menghasilkan toksin yang
menyebabkan iritasi usus,
menyebabkan diare dan sakit perut
2. Salmonella memperbanyak diri dan
menghasilkan zat yang dapat
menyebabkan iritasi usus,
mengakibatkan diare dan sakit perut
38. • Trickett, J. 1990. The Prevention of
Food Poisoning, 2nd ed.
• Ray, B. 1996. Fundamental Food
Microbiology. CRC Press, Inc.
39. Tugas
• Cari gejalah keracunan yang disebabkan oleh Bakteri,
Kapang, Ciguatera Fish Poisoning, Tetrodotoxin,
Paralytic Shellfish Poison, Amnesic Shellfish Poison
Neurotoxic Shellfish Poison, dan Diarrhetic Shellfish
Poison pada hasil perikanan/produk perikanan.
• Untuk Ciguatera Fish Poisoning, Tetrodotoxin,
Paralytic Shellfish Poison, Amnesic Shellfish Poison
Neurotoxic Shellfish Poison, dan Diarrhetic Shellfish
Poison. Di jelaskan, pengertian, gejalah keracunan
dan berikan contoh gambar masing-masing racun
dihasil oleh apa, misalkan dihasilkan oleh ikan buntal
(sertai gambar. (Dibuat dalam bentuk powerpoint)
• Kirim ke Email. (karimelaelyjohn@gmail.com) dikirim
paling lambat tgl 14 November 2018.
40.
41. Ely John Karimela, S. Pi., M. Si
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL LAUT
POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
2019
42. Kondisi geografis Indonesia yang
merupakan daerah tropis dengan
suhu dan kelembaban yang tinggi
akan memudahkan tumbuhnya
jamur, sehingga infeksi oleh
karena jamur di Indonesia banyak
ditemukan.
43. PENGERTIAN
Kapang =
mikroorganisme terdiri lebih dari satu sel berupa
benang-benang halus yang disebut hifa, kumpulan hifa
disebut miselium, berkembang biak dengan spora
Khamir =
mikroorganisme bersel tunggal berbentuk bulat lonjong
dan berkembang biak melalui pembentukan tunas
atau askospora, tetapi tidak membentuk miselium.
45. PERBEDAAN KAPANG &
KHAMIR
Merupakan mikroba
bersel lebih dari
satu (mulisellular),
yang terdiri dari
benang-bnang
halus yang disebut
hifa. Kumpulan hifa
disebut miselium
dan
berkembangbiak
dengan spora.
Merupakan mikroba
bersel satu
(unisellular)berbent
uk bulat lonjong,
tidak bermiselium,
dan berkembang
biak dengan
membentuk tunas
(askospora).
KAPANG
KHAMIR
46. KERUSAKAN KAPANG PADA PRODUK
HASIL PERIKANAN
Kapang Mempunyai Kisaran pH pertumbuhan yaitu 1.5 – 11.0
Kebanyakan Kapang Tidak Tahan Panas sehingga adanya kapang pada ikan kaleng
tidak akan terjadi kecuali kurangnya pemanasan (under process) atau terkontaminasi
setelah proses.
Kapang memerlukan oksigen untuk tumbuh sehingga pertumbuhan pada kaleng
hanya mungkin terjadi apabila kaleng bocor.
Kapang tahan asam
Kapang pada umumnya yang tumbuh pada makanan yang diolah dengan panas tidak
menyebabkan penyakit pada manusia
48. Prinsip
Pertumbuhan kapang dan khamir setelah sampel
diinkubasikan dalam media agar pada suhu 25 °C
selama 5 hari. Penentuan jumlah kapang dan
khamir dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
metode cawan agar tuang (pour plate) dan atau
cawan agar sebar (spread plate).
49. TINGKAT PENGENCERAN
BERTINGKAT1. Disiapkan tabung reaksi yang diberi kode I – III yang berisi masing – masing 9 ml NaCl 0.9 % selanjutnya
disterilkan dengan Autoclave.
2. Sampel diblender sampai halus, kemudian ditimbang sebanyak 15 gr dan masukan kedalam Erlenmeyer yang
telah berisi 200 ml larutan NaCl 9. 0% steril. Sampel ini merupakan pengenceran 10-1.
3. Kemudian dari larutan tersebut diambil 1 ml dan dipindahkan ke tabung reaksi I yang berisi 9 ml larutan
NaCl 0.9 % steril dengan cara dipipet untuk mendapatkan tingkat pengenceran 10-2. Dari tabung reaksi I
dipipet lagi 1 ml dan dipindahkan ke tabung reaksi II sehingga menjadi tingkat pengenceran 10-3. Demikian
seterusnya sampai tabung reaksi III.
4. Dari setiap tingkat pengenceran secara aseptik diambil masing-masing 1 ml larutan lalu dimasukan kedalam
2 cawan petri steril.
5. Menyiapkan PDA dengan cara sebanyak 1 kg kentang dipotong – potong seperti dadu, kemudian direbus
dalam 1 liter aquades sampai benar – benar mendidih (keruh). Larutan keruh diukur sebanyak 600 ml.
kemudian ditambah 1% (6 gram) glukosa dan 12% (12 gram) agar. Selanjutnya pH media diukur pada 5.6,
kemudian disterilkan pada suhu 121 0C pada tekanan 15 psi.
6. Setelah media PDA bersuhu kira –kira 40 0C, masukan PDA steril sebanyak kurang lebih 15 – 20 ml ke dalam
cawan Petri yang berisi 1 ml larutan pengenceran 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, lalu di homogenkan dengan cara
digoyang ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang dan dibiarkan sampai keras. Setelah media keras, petri
disusun terbalik dalam inkubator bersuhu sekitar 25 – 30 0C dan di inkubasi selama 3-7 hari.
7. Pada hari ke 7 dihitung jumlah koloni kapang yang tumbuh pada media agar. Koloni yang dihitung berjumlah
10 – 150 koloni. Jumlah koloni kapang adalah banyaknya kapang yang dihitung dikalikan dengan satu per
faktor pengenceran.
50. PENGENCERAN BERTINGKAT
10- 2 10- 3
10- 4
CONTROL
15 gr Sampel
Inkubasi pada suhu 25 – 30 0C selama 3-7 hari (Cawan Petri dalam Posisi
tidak Terbalik)
200 ml larutan
NaCl 9. 0%
steril.
1 Ml 1 Ml 1 Ml
9 ml Nacl 0,9
%
9 ml Nacl 0,9
%
9 ml Nacl 0,9
%
10- 1
1 ml
1 ml
1 ml
53. CONTOH:
Pengenceran : 1:100 / 10-2 1:1000 / 10-3
Jumlah koloni : 232 dan 244 33 dan 28
= (232 + 244 +33+28)
(1x2) + (0,1x2) x 10-2 atau (0,01)
537
0,022
= 24. 409 atau 24.000 atau
2.4 x 104 CFU/g
Pelaporan
1. Untuk menghasilkan perhitungan yang akurat dan
teliti, maka laporkan hasilnya dengan dua angka (digit)
pertama sebagai hasil pembulatan.
2. Bulatkan keatas dengan cara menaikkan angka kedua
menjadi angka yang lebih tinggi bila angka ketiga
adalah 6, 7, 8 atau 9 dan gunakan angka 0 untuk
masing-masing angka pada digit berikutnya.
3. Bulatkan ke bawah bila angka ketiga adalah 1, 2, 3
atau 4. Bila angka ketiga 5, bulatkan keatas bila angka
kedua ganjil dan bulatkan kebawah bila angka kedua
genap.
54.
55. 10-1 atau 1/10 atau 0,1
10-2 atau 1/100 atau 0,01
10-3 atau 1/1.000 atau 0,001
10-4 atau 1/10.000 atau 0,0001
10-5 atau 1/100.000 atau 0,00001
10-6 atau 1/1.000.000 atau 0,000001
10-7 atau 1/10.000.000 atau 0,0000001
56. Badan Standar Nasional Indonesia (SNI 7388:2009)
jumlah total Kapang maksimum untuk ikan asap yaitu
maksimal <1.0 x 102 koloni/g.
58. 20
101
TUGAS PR
BUATLAH CARA PERHITUNGAN ANGKA
LEMPENG TOTAL KAPANG SEPERTI DIKETAHUI
JUMLAH KOLONI KAPANG SEPERTI DIBAWA
INI.
BUAT BENTUK PRESENTASI dan
DIPRESENTASIKAN
Kirim ke email: karimelaelyjohn@gmail.com
Deadline Selasa 8 Oktober 2019 Jam 12:00 wita
15
11
12
102
10
9
103
20
101
59. Ely John Karimela, S. Pi., M. Si
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL LAUT
POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
2019
Tujuan
1. Memahami prinsip dasar hitung
bakteri secara kualitatif.
2. Melatih mahasiswa menghitung
bakteri menggunakan metode
MPN.
60. Uraian teoritis
Metode MPN dalam isitilah bahasa Indonesia diterjemahkan
sebagai Angka Paling Memungkinkan atau sering disingkat APM.
Prinsip dasar metode ini meliputi 3 (tiga) langkah:
Uji Pendugaan (Presumtive Test),
Menumbuhkan suspensi bakteri dalam media kaldu laktosa (lactose
broth, LB) pada suhu 37C selama semalam kemudian mengamati
pembentukan asam dan gas setelah proses inkubasi. Asam dan gas
dihasilkan melalui suatu proses fermentasi laktose sebagai akibat
proses fermentasi oleh bakteri yang ditandai dengan terjadinya
perubahan warna media LB dari merah atau biru (pH 7.1) menjadi
kuning (pH asam) dan terperangkapnya gas (CO2) dalam tabung
Durham.
61. Uji Penguatan (Confirmative Test)
Dengan menggunakan jarum Ose, semua tabung yang positif (memproduksi
asam dan gas) dipindahkan pada media selektif EMB (Eosin Methylene Blue)
Agar atau Endo Agar dengan cara menggoresnya pada permukaan media
tersebut. Selanjutnya dilakukan inkubasi pada suhu 37C selama semalam
dan amati pertumbuhan koloni tipikal dari E. coli (kelompok coliform yang
memfermentasi laktosa pada EMB Agar nampak berwarna hitam/merah/hijau
metalik dan yang tidak memfermentasi laktosa akan nampak berwarna
merah-mudah
Sedangkan kelompok coliform yang memfermentasi laktosa pada Endo agar
nampak berwarna merah-gelap dengan cahaya keemasan dan yang tidak
memfermentasi laktosa akan nampak tidak berwarna (transparan).
62. koloni tipikal dari E. coli
(kelompok coliform yang
memfermentasi laktosa
pada EMB Agar nampak
berwarna
hitam/merah/hijau
metalik dan yang tidak
memfermentasi laktosa
akan nampak berwarna
merah-mudah
63. Uji lengkap (Completed Test)
Dengan menggunakan jarum Ose, koloni tipikal seperti yang
digambarkan di atas dipindahkan pada kaldu laktosa dan diamati
kembali pembentukan asam dan gas. Jika positif, secara aseptic ambil
satu mata dan goreskan pada NA, inkubasi pada suhu 37C selama
semalam. Koloni yang tumbuh selanjutnya digunakan untuk uji
Gram-pewarnaan, uji dinyatakan positif jika, diperoleh hasil sebagai
berikut: Gram-negatif dan bentuk sel batang.
Semua hasil positif (kualitatif) yang diperoleh pada setiap langkah
pengujian tersebut di atas, dicatat, kemudian dibandingkan dengan nilai
Tabel Hopkins yang berisi nilai indek MPN/100 ml atau MPN/100 gram
(kuatitatif)
69. PELAPORAN = Hasil yang diperoleh terhadap Tabel Hopkins untuk
memperoleh indek MPN/100 ml atau gram sampel. Misalnya: seri I ada 3
tabung positf, seri II 2 tabung positf dan seri III 1 tabung positf, maka
hasil ini dapat ditulis: 3-2-1. Dalam Tabel Hopkins nilai ini memiliki
harga 150 MPN/100 ml atau gram sampel. Indek ini mengindikasikan
bahwa dalam setiap 100 gram sampel ikan mengandung 150 sel
coliform, atau bila dibandingkan dengan peluang statistik (95%) maka
jumlah coliform berkisar antara 30 – 440 sel per 100 gram sampel.
76. A. FORMALIN
• CIRI-CIRI IKAN MENGANDUNG FORMALIN
Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25
derajat Celsius)
Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan
merah segar
Warna daging ikan putih bersih
Bau menyengat, bau formalin, dan kulit terlihat cerah
mengkilat
Daging kenyal
Lebih awet dan tidak mudah busuk walau tanpa
pengawet seperti es
Ikan Berformalin Dijauhi Lalat
Tidak terasa bau amis ikan
77. Bagaimana
Cara melakukan
pengujian Kandungan
Formalin
• Persiapan Sampel
Sampel dihaluskan, ditimbang
sebanyak 5 gr kemudian dimasukkan
ke dalam labu destilat,
ditambahkan 100 ml aquades,
kemudian diasamkan dengan 10 ml
H3PO4 10%.
Labu destilat dihubungkan dengan
pendingin dan didestilasi. Hasil
78. Uji warna
a) Diambil 2 ml destilat lalu
dimasukan ke dalam tabung reaksi.
b) Ditambahkan asam kromatofat
sebanyak 5 ml.
c) Lalu dipanaskan selama 20
menit di penangas air.
d) Kemudian amati perubahannya
di dalam tabung reaksi, jika
terbentuk warna ungu artinya
79. Pengujian Menggunakan
Tes Kit Formalin
20 gram sampel dihaluskan,
ditambahkan 20 ml air panas lalu
diaduk dan dibiarkan dingin.
Ditambahkan 4 tetes reagen A dan
4 tetes reagen B. Dikocok sebentar
dan ditunggu 5-10 menit.
Diamati perubahan warna yang
terbentuk. Jika terbentuk warna
ungu berarti bahan yang diuji positif
mengandung formalin.
80. Uji Kualitatif Boraks Metode Uji
Boraks Menggunakan Kertas
Tumerik (Triastuti et al., 2011)
• Diambil 100 gram kunyit diblender dan disaring sehingga menghasilkan cairan
kunyit berwarna kuning, celupkan kertas saring kedalam cairan kunyit tersebut
dan keringkan. Hasil dari proses ini disebut kertas tumerik.
• Selanjutnya, buat kertas yang berfungsi sebagai kontrol positif dengan
memasukkan satu sendok teh boraks ke dalam gelas yang berisi air 50 mL dan
diaduk larutan boraks diteteskan pada kertas tumerik yang sudah disiapkan.
• Diamati perubahan warna pada kertas tumerik. Warna yang dihasilkan tersebut
akan dipergunakan sebagai kontrol positif. blender 50 gram bahan, diuji dan
ditambahkan 20 ml air dan disaring.
• Diteteskan air larutan dari bahan makanan yang diuji tersebut pada kertas
tumerik. Amati perubahan warna apa yang terjadi pada kertas tumerik. Apabila
warnanya sama dengan pada kertas tumerik kontrol positif, maka bahan
makanan tersebut mengandung boraks.
83. Prosedur
Analisa Data
Uji Mikrobiologis
10gr Sampel
UJI BIOKIMIA
PEWARNAAN
GRAM IMVIC15 – 20 ml
MSA
15 – 20 ml
MSA
15 – 20 ml
MSA
1 ml 1 ml
1 ml
90 ml Nacl 0.9
%%
INOKULASI
KULTUR
SEDIAN