SlideShare a Scribd company logo
1 of 91
Download to read offline
Jenis Mikroba
Patogen Pada Produk
Perikanan Yg
Mengakibatkan
Foodborne Diseases
Ely John Karimela, S. Pi. M. Si
Jenis Mikrobia yang Mengakibatkan
Foodborne diseases
• Intoksikasi :
– Penyakit keracunan makanan terjadi akibat
mengkonsumsi makanan yang mengandung toksin
bakteri maupun jamur. (Staphylococcus aureus,
Clo.botulinum, B.cereus, dan A.flavus)
• Infeksi :
– Penyakit keracunan makanan terjadi akibat
mengkonsumsi makanan maupun minuman yang
terkontaminasi bakteri enteropatogen. (Salmonella)
• Toksikoinfeksi :
– Penyakit keracunan makanan terjadi akibat
mengkonsumsi sejumlah besar sel hidup dari bakteri
patogen yang mengkontaminasi makanan maupun
minuman. Bakteri tersebut mengalami sporulasi atau
mati dan menghasilkan toksin sehingga menimbulkan
gejala. (Clostridium perfringens : gastroentritis)
Bakteri Patogen yang beresiko
mengakibatkan Foodborne Diseases
Bakteri Patogen yang beresiko
mengakibatkan Foodborne Diseases
(IFT, 2003)
Type of Causative Agent
Jenis Pangan yang beresiko
menimbulkan Foodborne Diseases
• Daging segar dan daging olahan
• Miscellaneous (Telur, mayonaise, cereal,
kacang2an, minyak biji2an, salad, dan
sandwiches)
• Seafood
• Susu dan produk olahannya
• Buah, sayur, dan hasil olahannya
Daging dan produk unggas merupakan
penyebab foodborne disease ke-2
Tempat penyajian makanan yang beresiko
menimbulkan Foodborne Diseases
• Fast food
• Restaurants
• Café
• Jajanan sekolah
Foodborne Disseases
Foodborne Intoksikasi
Foodborne Infeksi
Foodborne Toksikoinfeksi
Foodborne Intoxication
• Karakteristik umum :
– Toksin diproduksi oleh patogen ketika fase
pertumbuhan dalam makanan
– Toksin dapat labil / stabil terhadap panas
– Konsumsi makanan yang mengandung toksin
aktif, bukan sel hidup, berpotensi untuk
meracuni (kecuali infant botulism)
– Gejala umum terjadi secara cepat, ±30 menit
setelah konsumsi.
– Gejalanya berbeda antar jenis toksin
(enterotoksin menyebabkan gejala sakit perut,
sedangkan neurotoksin menghasilkan gejala
neurologis)
• Jenis Toksin :
– Staphylococcal Intoksikasi
– Botulism
– Mikotoksin
Staphylococcal Intoksikasi :
• Enterotoksin yang stabil terhadap
panas
• Waktu inkubasi pendek (1-8, kadang
hanya dalam waktu 30 menit)
• Gejala : kram, diare, tidak demam.
• 3.5 μg toksin dapat menimbulkan
FBI pada 150 lb orang
Botulism :
• Neurotoksin
• Labil terhadap panas (800C 5 menit)
• Ada 3 kategori :
– Food poisoning (makanan kaleng)
• Intoksikasi
– Wound botulism (penanganan bahan
terkontaminasi saat dikemas)
• Toksikoinfeksi
– Infant botulism (bee honey)
• Toksikoinfeksi
• Masa inkubasi 12-36 jam
• Menimbulkan masalah saluran
pencernaan : Nausea, vomiting,
diare
• Indikator awal : Fatigue, lemah otot.
• Diikuti : mata berair, pupil sensitif
terhadap cahaya, pandangan kabur.
• Efek terhadap mulut : kering,
kesulitan berbicara.
• C.botulinum Tipe A : buah & sayur
• C.botulinum Tipe E : psychrotroph
pada ikan asap
• C.botulinum Tipe B : ham kaleng
produk rumah tangga atau makanan
oven
• Makanan kaleng komersial : sedikit
menyebabkan FBI
Mikotoksin
• Diproduksi oleh :
– A.flavus, A.parasiticus : aflatoksin
– A.nidulans, A.vesicolor : sterigmatocystin
– Penisillium viridicatum : ochratoksin
• Resistant terhadap panas
• Pencegahan :
– Pengemasan anaerob
– Penurunan aw sampai 0.6
– Pembekuan
– Mencegah pertumbuhan jamur dengan pengawet
Foodborne Infection
• Karakteristik :
– Sel hidup dari bakteri/virus patogen enterik
terkonsumsi lewat makanan
– Patogen menembus membran sampai sel epitel
usus, multiply, dan menghasilkan toksin
(infeksi)
– Gejala umum terjadi setelah 24 jam
– Gejala enterik : sakit perut, diare, mual,
vomiting, dan demam.
– Gejala non-enterik muncul saat patogen atau
toksin yang dihasilkan menembus usus dan
berinvasi atau berpengaruh pada organ atau
jaringan lain
• Jenis FBI :
– Salmonellosis oleh Salmonella spp.
– Listeriosis oleh Listeria monocytogenes
– Patogenik E.coli (EPEC,ETEC,EIEC,EHEC)
– Shigellosis (Bacillary Dysentery)
– Campylobacteriosis (Cb.jejuni)
– Yersiniosis (Y.enterolitica Gastroentritis)
– Gastroentritis oleh Vibrio sp.
– Virus enteral
– Brucellosis, infeksi Streptococcal, & infeksi
rickettsia Coxiella burnetii
Foodborne Toxicoinfections
• Karakteristik :
– Bakteri pembentuk spora : konsumsi sejumlah
sel vegetatif hidup
• Sel vegetatif tidak memperbanyak diri pada sal.cerna
tetapi melakukan sporulasi dan mengeluarkan toksin
– Bakteri gram negatif : konsumsi sejumlah sel
hidup
• Dengan cepat memperbanyak diri pada sal.cerna
• Sel mati, tetapi toksin sudah dihasilkan
– Toksin dari kedua kelompok bakteri tersebut
menimbulkan gejala gastroentritis
• Jenis FBI :
– Gastroentritis oleh Cl.perfringens
– Gastroentritis oleh B.cereus
– Cholera oleh V.cholerae
– Gastroentritis oleh E.coli
Cl.perfringens
• Masa inkubasi 8-24 jam
• Konsumsi 106-108 sel vegetatif
• Gejala : diare eksplosif, sakit perut
akut, demam (tidak selalu)
• Hanya dapat dicegah dengan
penanganan makanan dan teknik
penyimpanan yang benar
B.cereus
• cause 2 syndromes :
– Diarrheal and emetic
• Diarrheal syndrome :
– Dosis infektif 105-107
– Produksi toksin dalam usus
halus
– Inaktif pd 560C 5’
– Masa inkubasi 8-16 jam
(terkadang >24)
– Masa sakit 12-24 jam
– Gejala : sakit perut, diare.
– Produk
daging,sup,sayuran,puding/sa
us dan susu dan olahannya
• Emetic syndrome :
– Dosis infektif 105-108
– Produksi toksin dimulai
dalam makanan
– Stabil pd 1260C 90’
– Masa inkubasi 0.5-5jam
(terkadang >24)
– Masa sakit 6-24 jam
– Gejala : sakit perut,
diare.
– Nasi goreng, pasta,
pastry, dan mie.
V.cholerae 01
• Patogen pada
manusia
• Secara tipikal
dihubungkan
dengan air
• Kebanyakan
habitatnya di
makanan laut
(seafood)
E.coli
• Enteropathogenic (EPEC)
• Enteroinvasive (EIEC)
• Enterotoxigenic (ETEC)
• Enterohemorrhagic (EHEC)
– Resisten terhadap asam
• Enteroaggregative (EaggEC)
• Diffusely adherent (DAEC)
Beberapa Kesalahan Yang
Terjadi Saat Pengolahan
Makanan
Cross-contamination
Of Salmonella
a) Contamination after cooking
b) Human carrier
c) Raw meat/chicken etc.
(Trickett, 1990)
Kelalaian Juru Masak Saat Defrosting
Menyebabkan Kontaminasi Salmonella
(Trickett, 1990)
• Daging beku yang disimpan pada freezer,
khususnya poultry, sebelum dimasak harus di
thawing sempurna dalam kulkas semalam.
• Jika proses thawing tidak dilakukan dengan
sempurna, waktu pemanasan lebih lama untuk
melelehkan es yang berada di tengah daging.
• Kondisi tersebut mengakibatkan lama dan suhu
pemanasan yang direkomendasikan tidak cukup
untuk membunuh Salmonella atau bahkan
mencapai suhu optimumnya untuk
memperbanyak sel.
• Diare patogen yang diakibatkan oleh
foodborne infection diantaranya
disebabkan oleh Salmonella.
• Diare mengindikasi hilangnya cairan
dan elektrolit sehingga menyebabkan
dehidrasi
Habitat S.aureus
(Trickett, 1990)
Kelalaian Juru Masak Saat Mencicipi Makanan
Menyebabkan Kontaminasi S.aureus
(Trickett, 1990)
Habitat Cl.perfringens
a) Usus manusia & hewan
b) Sporanya berada pada tanah
(Trickett, 1990)
Kelalaian Juru Masak Saat Preparasi Bahan Baku
(daging mentah dan Sayuran) Menyebabkan Kontaminasi Cl.perfringens
Simpan bahan baku pada suhu lebih dari 630C atau kurang dari 100C
dan pisahkan antara daging & sayuran mentah saat preparasi (peralatan).
(Trickett, 1990)
Kelalaian Saat Preparasi Nasi Yang Disajikan
Menimbulkan Penyakit Yang Disebabkan oleh B.cereus
Bakteri pada nasi yang tidak mati saat pemasakan pertama tetapi
membentuk spora, dapat memperbanyak diri dan memproduksi toksin
selama pendinginan semalaman, kemudian nasi tidak mendapat pemanasan
cukup untuk memusnahkan toksin yang berada di dalamnya.
(Trickett, 1990)
(Trickett, 1990)
Lambung
1. Toksin B.cereus atau S.aureus
menyebabkan iritasi pada
lambung dan menimbulkan sakit
perut.
2. Lambung memproduksi asam
yang dapat menyerang
Salmonella dan Cl.perfringens
tetapi keduanya dapat
terlindungi oleh makanan
menuju usus halus dimana
keduanya menemukan habitat
alaminya
Usus halus :
1. Cl.perfringens membentuk spora
dan menghasilkan toksin yang
menyebabkan iritasi usus,
menyebabkan diare dan sakit perut
2. Salmonella memperbanyak diri dan
menghasilkan zat yang dapat
menyebabkan iritasi usus,
mengakibatkan diare dan sakit perut
• Trickett, J. 1990. The Prevention of
Food Poisoning, 2nd ed.
• Ray, B. 1996. Fundamental Food
Microbiology. CRC Press, Inc.
Tugas
• Cari gejalah keracunan yang disebabkan oleh Bakteri,
Kapang, Ciguatera Fish Poisoning, Tetrodotoxin,
Paralytic Shellfish Poison, Amnesic Shellfish Poison
Neurotoxic Shellfish Poison, dan Diarrhetic Shellfish
Poison pada hasil perikanan/produk perikanan.
• Untuk Ciguatera Fish Poisoning, Tetrodotoxin,
Paralytic Shellfish Poison, Amnesic Shellfish Poison
Neurotoxic Shellfish Poison, dan Diarrhetic Shellfish
Poison. Di jelaskan, pengertian, gejalah keracunan
dan berikan contoh gambar masing-masing racun
dihasil oleh apa, misalkan dihasilkan oleh ikan buntal
(sertai gambar. (Dibuat dalam bentuk powerpoint)
• Kirim ke Email. (karimelaelyjohn@gmail.com) dikirim
paling lambat tgl 14 November 2018.
Ely John Karimela, S. Pi., M. Si
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL LAUT
POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
2019
Kondisi geografis Indonesia yang
merupakan daerah tropis dengan
suhu dan kelembaban yang tinggi
akan memudahkan tumbuhnya
jamur, sehingga infeksi oleh
karena jamur di Indonesia banyak
ditemukan.
PENGERTIAN
Kapang =
mikroorganisme terdiri lebih dari satu sel berupa
benang-benang halus yang disebut hifa, kumpulan hifa
disebut miselium, berkembang biak dengan spora
Khamir =
mikroorganisme bersel tunggal berbentuk bulat lonjong
dan berkembang biak melalui pembentukan tunas
atau askospora, tetapi tidak membentuk miselium.
KAPANG
/ MOLD
Organisme
Multiselule
r
Tubuh Kapang
Terbagi Menjadi
2 bagian
Mesilium dan
Spora
Berfilam
en
Mikroorganis
me bersel
tunggal
(UNISELULE
R)
Tidak
Berflag
ela
Tidak
Berfilam
en
Pembela
han
Secara
Bertunas
PERBEDAAN KAPANG &
KHAMIR
Merupakan mikroba
bersel lebih dari
satu (mulisellular),
yang terdiri dari
benang-bnang
halus yang disebut
hifa. Kumpulan hifa
disebut miselium
dan
berkembangbiak
dengan spora.
Merupakan mikroba
bersel satu
(unisellular)berbent
uk bulat lonjong,
tidak bermiselium,
dan berkembang
biak dengan
membentuk tunas
(askospora).
KAPANG
KHAMIR
KERUSAKAN KAPANG PADA PRODUK
HASIL PERIKANAN
 Kapang Mempunyai Kisaran pH pertumbuhan yaitu 1.5 – 11.0
 Kebanyakan Kapang Tidak Tahan Panas sehingga adanya kapang pada ikan kaleng
tidak akan terjadi kecuali kurangnya pemanasan (under process) atau terkontaminasi
setelah proses.
 Kapang memerlukan oksigen untuk tumbuh sehingga pertumbuhan pada kaleng
hanya mungkin terjadi apabila kaleng bocor.
 Kapang tahan asam
 Kapang pada umumnya yang tumbuh pada makanan yang diolah dengan panas tidak
menyebabkan penyakit pada manusia
Pertumbuhan Kapang Pada Media
PDA
Prinsip
Pertumbuhan kapang dan khamir setelah sampel
diinkubasikan dalam media agar pada suhu 25 °C
selama 5 hari. Penentuan jumlah kapang dan
khamir dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
metode cawan agar tuang (pour plate) dan atau
cawan agar sebar (spread plate).
TINGKAT PENGENCERAN
BERTINGKAT1. Disiapkan tabung reaksi yang diberi kode I – III yang berisi masing – masing 9 ml NaCl 0.9 % selanjutnya
disterilkan dengan Autoclave.
2. Sampel diblender sampai halus, kemudian ditimbang sebanyak 15 gr dan masukan kedalam Erlenmeyer yang
telah berisi 200 ml larutan NaCl 9. 0% steril. Sampel ini merupakan pengenceran 10-1.
3. Kemudian dari larutan tersebut diambil 1 ml dan dipindahkan ke tabung reaksi I yang berisi 9 ml larutan
NaCl 0.9 % steril dengan cara dipipet untuk mendapatkan tingkat pengenceran 10-2. Dari tabung reaksi I
dipipet lagi 1 ml dan dipindahkan ke tabung reaksi II sehingga menjadi tingkat pengenceran 10-3. Demikian
seterusnya sampai tabung reaksi III.
4. Dari setiap tingkat pengenceran secara aseptik diambil masing-masing 1 ml larutan lalu dimasukan kedalam
2 cawan petri steril.
5. Menyiapkan PDA dengan cara sebanyak 1 kg kentang dipotong – potong seperti dadu, kemudian direbus
dalam 1 liter aquades sampai benar – benar mendidih (keruh). Larutan keruh diukur sebanyak 600 ml.
kemudian ditambah 1% (6 gram) glukosa dan 12% (12 gram) agar. Selanjutnya pH media diukur pada 5.6,
kemudian disterilkan pada suhu 121 0C pada tekanan 15 psi.
6. Setelah media PDA bersuhu kira –kira 40 0C, masukan PDA steril sebanyak kurang lebih 15 – 20 ml ke dalam
cawan Petri yang berisi 1 ml larutan pengenceran 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, lalu di homogenkan dengan cara
digoyang ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang dan dibiarkan sampai keras. Setelah media keras, petri
disusun terbalik dalam inkubator bersuhu sekitar 25 – 30 0C dan di inkubasi selama 3-7 hari.
7. Pada hari ke 7 dihitung jumlah koloni kapang yang tumbuh pada media agar. Koloni yang dihitung berjumlah
10 – 150 koloni. Jumlah koloni kapang adalah banyaknya kapang yang dihitung dikalikan dengan satu per
faktor pengenceran.
PENGENCERAN BERTINGKAT
10- 2 10- 3
10- 4
CONTROL
15 gr Sampel
Inkubasi pada suhu 25 – 30 0C selama 3-7 hari (Cawan Petri dalam Posisi
tidak Terbalik)
200 ml larutan
NaCl 9. 0%
steril.
1 Ml 1 Ml 1 Ml
9 ml Nacl 0,9
%
9 ml Nacl 0,9
%
9 ml Nacl 0,9
%
10- 1
1 ml
1 ml
1 ml
PERHITUNGAN
CONTOH:
Pengenceran : 1:100 / 10-2 1:1000 / 10-3
Jumlah koloni : 232 dan 244 33 dan 28
= (232 + 244 +33+28)
(1x2) + (0,1x2) x 10-2 atau (0,01)
537
0,022
= 24. 409 atau 24.000 atau
2.4 x 104 CFU/g
Pelaporan
1. Untuk menghasilkan perhitungan yang akurat dan
teliti, maka laporkan hasilnya dengan dua angka (digit)
pertama sebagai hasil pembulatan.
2. Bulatkan keatas dengan cara menaikkan angka kedua
menjadi angka yang lebih tinggi bila angka ketiga
adalah 6, 7, 8 atau 9 dan gunakan angka 0 untuk
masing-masing angka pada digit berikutnya.
3. Bulatkan ke bawah bila angka ketiga adalah 1, 2, 3
atau 4. Bila angka ketiga 5, bulatkan keatas bila angka
kedua ganjil dan bulatkan kebawah bila angka kedua
genap.
 10-1 atau 1/10 atau 0,1
 10-2 atau 1/100 atau 0,01
 10-3 atau 1/1.000 atau 0,001
 10-4 atau 1/10.000 atau 0,0001
 10-5 atau 1/100.000 atau 0,00001
 10-6 atau 1/1.000.000 atau 0,000001
 10-7 atau 1/10.000.000 atau 0,0000001
Badan Standar Nasional Indonesia (SNI 7388:2009)
jumlah total Kapang maksimum untuk ikan asap yaitu
maksimal <1.0 x 102 koloni/g.
MAWU MENGALAMATE SI KITE KEBI
20
101
TUGAS PR
 BUATLAH CARA PERHITUNGAN ANGKA
LEMPENG TOTAL KAPANG SEPERTI DIKETAHUI
JUMLAH KOLONI KAPANG SEPERTI DIBAWA
INI.
 BUAT BENTUK PRESENTASI dan
DIPRESENTASIKAN
Kirim ke email: karimelaelyjohn@gmail.com
Deadline Selasa 8 Oktober 2019 Jam 12:00 wita
15
11
12
102
10
9
103
20
101
Ely John Karimela, S. Pi., M. Si
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL LAUT
POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
2019
Tujuan
1. Memahami prinsip dasar hitung
bakteri secara kualitatif.
2. Melatih mahasiswa menghitung
bakteri menggunakan metode
MPN.
Uraian teoritis
Metode MPN dalam isitilah bahasa Indonesia diterjemahkan
sebagai Angka Paling Memungkinkan atau sering disingkat APM.
Prinsip dasar metode ini meliputi 3 (tiga) langkah:
Uji Pendugaan (Presumtive Test),
Menumbuhkan suspensi bakteri dalam media kaldu laktosa (lactose
broth, LB) pada suhu 37C selama semalam kemudian mengamati
pembentukan asam dan gas setelah proses inkubasi. Asam dan gas
dihasilkan melalui suatu proses fermentasi laktose sebagai akibat
proses fermentasi oleh bakteri yang ditandai dengan terjadinya
perubahan warna media LB dari merah atau biru (pH 7.1) menjadi
kuning (pH asam) dan terperangkapnya gas (CO2) dalam tabung
Durham.
Uji Penguatan (Confirmative Test)
Dengan menggunakan jarum Ose, semua tabung yang positif (memproduksi
asam dan gas) dipindahkan pada media selektif EMB (Eosin Methylene Blue)
Agar atau Endo Agar dengan cara menggoresnya pada permukaan media
tersebut. Selanjutnya dilakukan inkubasi pada suhu 37C selama semalam
dan amati pertumbuhan koloni tipikal dari E. coli (kelompok coliform yang
memfermentasi laktosa pada EMB Agar nampak berwarna hitam/merah/hijau
metalik dan yang tidak memfermentasi laktosa akan nampak berwarna
merah-mudah
Sedangkan kelompok coliform yang memfermentasi laktosa pada Endo agar
nampak berwarna merah-gelap dengan cahaya keemasan dan yang tidak
memfermentasi laktosa akan nampak tidak berwarna (transparan).
koloni tipikal dari E. coli
(kelompok coliform yang
memfermentasi laktosa
pada EMB Agar nampak
berwarna
hitam/merah/hijau
metalik dan yang tidak
memfermentasi laktosa
akan nampak berwarna
merah-mudah
Uji lengkap (Completed Test)
Dengan menggunakan jarum Ose, koloni tipikal seperti yang
digambarkan di atas dipindahkan pada kaldu laktosa dan diamati
kembali pembentukan asam dan gas. Jika positif, secara aseptic ambil
satu mata dan goreskan pada NA, inkubasi pada suhu 37C selama
semalam. Koloni yang tumbuh selanjutnya digunakan untuk uji
Gram-pewarnaan, uji dinyatakan positif jika, diperoleh hasil sebagai
berikut: Gram-negatif dan bentuk sel batang.
Semua hasil positif (kualitatif) yang diperoleh pada setiap langkah
pengujian tersebut di atas, dicatat, kemudian dibandingkan dengan nilai
Tabel Hopkins yang berisi nilai indek MPN/100 ml atau MPN/100 gram
(kuatitatif)
Gram-pewarnaan, uji dinyatakan positif jika,
diperoleh hasil Gram-negatif dan bentuk sel
batang.
Indek MPN/100 ml untuk tiga seri tabung
Jumlah tabung positif Indek MPN/100 ml Tingkat Kepercayaan 95%
Seri I
(10 ml)
Seri II
(1.0 ml)
Seri III
(0.1 ml)
Batas Bawah Batas
Atas
0 0 1 3 <0.5 9
0 1 0 3 <0.5 13
1 0 0 4 <0.5 20
1 0 1 7 1 21
1 1 0 7 1 23
1 1 1 11 3 36
1 2 0 11 3 36
2 0 0 9 1 36
2 0 1 14 3 37
2 1 0 15 3 44
2 1 1 20 7 89
2 2 0 21 4 47
2 2 1 28 10 150
3 0 0 23 4 120
3 0 1 39 7 130
3 0 2 64 15 380
3 1 0 43 7 210
3 1 1 75 14 230
3 1 2 120 30 380
3 2 0 93 15 380
3 2 1 150 30 440
3 2 2 210 35 470
3 3 0 240 36 1300
3 3 1 460 71 2400
3 3 2 1100 150 4800
Catatan: setiap seri terdiri dari 3 tabung reaksi.
Sampel
EMB Agar
Hasil
Indek MPN Peluang (95%)
Seri I Seri II Seri III
Daging 0 1 1
Insang
Usus
PELAPORAN = Hasil yang diperoleh terhadap Tabel Hopkins untuk
memperoleh indek MPN/100 ml atau gram sampel. Misalnya: seri I ada 3
tabung positf, seri II 2 tabung positf dan seri III 1 tabung positf, maka
hasil ini dapat ditulis: 3-2-1. Dalam Tabel Hopkins nilai ini memiliki
harga 150 MPN/100 ml atau gram sampel. Indek ini mengindikasikan
bahwa dalam setiap 100 gram sampel ikan mengandung  150 sel
coliform, atau bila dibandingkan dengan peluang statistik (95%) maka
jumlah coliform berkisar antara 30 – 440 sel per 100 gram sampel.
MAWU MENGALAMATE SI KITE KEBI
TCBS AGAR
MBA AGAR
MSA AGAR
Tugas
Sebutkan dan jelaskan fungsi untuk Media selektif
agar untuk pertumbuhan bakteri Patogen.
Email : karimelaelyjohn@gmail.com
Cara
Mendeteksi/Mengamati
Racun dan Bakteri
Patogen Pada Produk
Perikanan
ELY JOHN KARIMELA
A. FORMALIN
• CIRI-CIRI IKAN MENGANDUNG FORMALIN
 Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25
derajat Celsius)
 Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan
merah segar
 Warna daging ikan putih bersih
 Bau menyengat, bau formalin, dan kulit terlihat cerah
mengkilat
 Daging kenyal
 Lebih awet dan tidak mudah busuk walau tanpa
pengawet seperti es
 Ikan Berformalin Dijauhi Lalat
 Tidak terasa bau amis ikan
Bagaimana
Cara melakukan
pengujian Kandungan
Formalin
• Persiapan Sampel
 Sampel dihaluskan, ditimbang
sebanyak 5 gr kemudian dimasukkan
ke dalam labu destilat,
 ditambahkan 100 ml aquades,
kemudian diasamkan dengan 10 ml
H3PO4 10%.
 Labu destilat dihubungkan dengan
pendingin dan didestilasi. Hasil
Uji warna
 a) Diambil 2 ml destilat lalu
dimasukan ke dalam tabung reaksi.
 b) Ditambahkan asam kromatofat
sebanyak 5 ml.
 c) Lalu dipanaskan selama 20
menit di penangas air.
 d) Kemudian amati perubahannya
di dalam tabung reaksi, jika
terbentuk warna ungu artinya
Pengujian Menggunakan
Tes Kit Formalin
 20 gram sampel dihaluskan,
 ditambahkan 20 ml air panas lalu
diaduk dan dibiarkan dingin.
 Ditambahkan 4 tetes reagen A dan
4 tetes reagen B. Dikocok sebentar
dan ditunggu 5-10 menit.
Diamati perubahan warna yang
terbentuk. Jika terbentuk warna
ungu berarti bahan yang diuji positif
mengandung formalin.
Uji Kualitatif Boraks Metode Uji
Boraks Menggunakan Kertas
Tumerik (Triastuti et al., 2011)
• Diambil 100 gram kunyit diblender dan disaring sehingga menghasilkan cairan
kunyit berwarna kuning, celupkan kertas saring kedalam cairan kunyit tersebut
dan keringkan. Hasil dari proses ini disebut kertas tumerik.
• Selanjutnya, buat kertas yang berfungsi sebagai kontrol positif dengan
memasukkan satu sendok teh boraks ke dalam gelas yang berisi air 50 mL dan
diaduk larutan boraks diteteskan pada kertas tumerik yang sudah disiapkan.
• Diamati perubahan warna pada kertas tumerik. Warna yang dihasilkan tersebut
akan dipergunakan sebagai kontrol positif. blender 50 gram bahan, diuji dan
ditambahkan 20 ml air dan disaring.
• Diteteskan air larutan dari bahan makanan yang diuji tersebut pada kertas
tumerik. Amati perubahan warna apa yang terjadi pada kertas tumerik. Apabila
warnanya sama dengan pada kertas tumerik kontrol positif, maka bahan
makanan tersebut mengandung boraks.
Diagram Uji Histamin
Cara Identifikasi Bakteri
Staphylococcus aureus
Prosedur
Analisa Data
Uji Mikrobiologis
10gr Sampel
UJI BIOKIMIA
PEWARNAAN
GRAM IMVIC15 – 20 ml
MSA
15 – 20 ml
MSA
15 – 20 ml
MSA
1 ml 1 ml
1 ml
90 ml Nacl 0.9
%%
INOKULASI
KULTUR
SEDIAN
Identifikasi
Eosin Methylene Blue (EMB) Agar

More Related Content

What's hot

Kerusakan Bahan Pangan
Kerusakan Bahan PanganKerusakan Bahan Pangan
Kerusakan Bahan PanganRizza Muh
 
Teknologi Pangan : Pengawetan Suhu Rendah
Teknologi Pangan : Pengawetan Suhu RendahTeknologi Pangan : Pengawetan Suhu Rendah
Teknologi Pangan : Pengawetan Suhu RendahRatnawati Sigamma
 
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)imroatulM
 
Bilangan Peroksida dan Bilangan TBA
Bilangan Peroksida dan Bilangan TBABilangan Peroksida dan Bilangan TBA
Bilangan Peroksida dan Bilangan TBAYokhebed Fransisca
 
Laporan Praktikum Yoghurt
Laporan Praktikum YoghurtLaporan Praktikum Yoghurt
Laporan Praktikum YoghurtErnalia Rosita
 
Laporan Analisa Pangan acara 4 lemak
Laporan Analisa Pangan acara 4 lemakLaporan Analisa Pangan acara 4 lemak
Laporan Analisa Pangan acara 4 lemakMelina Eka
 
Peningkatan kadar dan mutu gizi pangan
Peningkatan kadar dan mutu gizi panganPeningkatan kadar dan mutu gizi pangan
Peningkatan kadar dan mutu gizi panganAgnescia Sera
 
kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme
kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme
kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme Titis Sari
 
Kerusakan mikrobiologis pada makanan
Kerusakan mikrobiologis pada makananKerusakan mikrobiologis pada makanan
Kerusakan mikrobiologis pada makananAgnescia Sera
 
Penyebab dan aturan pse dan dfd
Penyebab dan aturan pse dan dfdPenyebab dan aturan pse dan dfd
Penyebab dan aturan pse dan dfdHabyb Palyoga
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 1 alkalimetri asidimetri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 1 alkalimetri asidimetriITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 1 alkalimetri asidimetri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 1 alkalimetri asidimetriFransiska Puteri
 
Analisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-ovenAnalisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-ovenAgres Tarigan
 
PERAN DAN KARAKTERISTIK MIKROBIA YANG PENTING DALAM PANGAN
PERAN DAN KARAKTERISTIK MIKROBIA YANG PENTING DALAM PANGANPERAN DAN KARAKTERISTIK MIKROBIA YANG PENTING DALAM PANGAN
PERAN DAN KARAKTERISTIK MIKROBIA YANG PENTING DALAM PANGANKlara Tri Meiyana
 
Zat anti gizi
Zat anti gizi Zat anti gizi
Zat anti gizi Licia Dewi
 
Laporan praktikum biokimia vitamin c
Laporan praktikum biokimia   vitamin cLaporan praktikum biokimia   vitamin c
Laporan praktikum biokimia vitamin cAnnisa Nurul Chaerani
 

What's hot (20)

Kerusakan Bahan Pangan
Kerusakan Bahan PanganKerusakan Bahan Pangan
Kerusakan Bahan Pangan
 
Kerusakan pangan
Kerusakan panganKerusakan pangan
Kerusakan pangan
 
Teknologi Pangan : Pengawetan Suhu Rendah
Teknologi Pangan : Pengawetan Suhu RendahTeknologi Pangan : Pengawetan Suhu Rendah
Teknologi Pangan : Pengawetan Suhu Rendah
 
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)
 
Probiotik
ProbiotikProbiotik
Probiotik
 
Bilangan Peroksida dan Bilangan TBA
Bilangan Peroksida dan Bilangan TBABilangan Peroksida dan Bilangan TBA
Bilangan Peroksida dan Bilangan TBA
 
Laporan Praktikum Yoghurt
Laporan Praktikum YoghurtLaporan Praktikum Yoghurt
Laporan Praktikum Yoghurt
 
Laporan Analisa Pangan acara 4 lemak
Laporan Analisa Pangan acara 4 lemakLaporan Analisa Pangan acara 4 lemak
Laporan Analisa Pangan acara 4 lemak
 
Ketengikan
KetengikanKetengikan
Ketengikan
 
Peningkatan kadar dan mutu gizi pangan
Peningkatan kadar dan mutu gizi panganPeningkatan kadar dan mutu gizi pangan
Peningkatan kadar dan mutu gizi pangan
 
kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme
kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme
kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme
 
Kerusakan mikrobiologis pada makanan
Kerusakan mikrobiologis pada makananKerusakan mikrobiologis pada makanan
Kerusakan mikrobiologis pada makanan
 
Penyebab dan aturan pse dan dfd
Penyebab dan aturan pse dan dfdPenyebab dan aturan pse dan dfd
Penyebab dan aturan pse dan dfd
 
Uji barfoed
Uji barfoedUji barfoed
Uji barfoed
 
Bahan tambahan makanan
Bahan tambahan makananBahan tambahan makanan
Bahan tambahan makanan
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 1 alkalimetri asidimetri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 1 alkalimetri asidimetriITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 1 alkalimetri asidimetri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 1 alkalimetri asidimetri
 
Analisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-ovenAnalisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-oven
 
PERAN DAN KARAKTERISTIK MIKROBIA YANG PENTING DALAM PANGAN
PERAN DAN KARAKTERISTIK MIKROBIA YANG PENTING DALAM PANGANPERAN DAN KARAKTERISTIK MIKROBIA YANG PENTING DALAM PANGAN
PERAN DAN KARAKTERISTIK MIKROBIA YANG PENTING DALAM PANGAN
 
Zat anti gizi
Zat anti gizi Zat anti gizi
Zat anti gizi
 
Laporan praktikum biokimia vitamin c
Laporan praktikum biokimia   vitamin cLaporan praktikum biokimia   vitamin c
Laporan praktikum biokimia vitamin c
 

Similar to Diktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologi

KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdf
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdfKERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdf
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdfMira66540
 
PPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptx
PPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptxPPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptx
PPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptxdinakardina13
 
KPKP 2214 Keracunan Makanan
KPKP 2214 Keracunan Makanan KPKP 2214 Keracunan Makanan
KPKP 2214 Keracunan Makanan ILKKM SG BULOH
 
MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdf
MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdfMIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdf
MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdfAgathaHaselvin
 
INFEKSI MAKANAN.pptx
INFEKSI MAKANAN.pptxINFEKSI MAKANAN.pptx
INFEKSI MAKANAN.pptxWulandari9832
 
Mikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasiMikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasiDokter Tekno
 
3 peran mikroba bhn pangan
3 peran mikroba bhn pangan3 peran mikroba bhn pangan
3 peran mikroba bhn panganNurfadilah381197
 
Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1
Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1
Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1Amirotul Khusna
 
Keamanan pangan di sekolah
Keamanan pangan di sekolahKeamanan pangan di sekolah
Keamanan pangan di sekolahrengramgress
 
Keracunan makanan + alkohol responsi dr bogi
Keracunan makanan + alkohol   responsi dr bogiKeracunan makanan + alkohol   responsi dr bogi
Keracunan makanan + alkohol responsi dr bogiAlbertus Santoso
 
Penyehatan makanan dan minuman
Penyehatan makanan dan minumanPenyehatan makanan dan minuman
Penyehatan makanan dan minumansanggede
 
Pert 1 _ BAHAN PENCEMAR TERHADAP MAKANANedit.pdf
Pert 1 _ BAHAN PENCEMAR TERHADAP MAKANANedit.pdfPert 1 _ BAHAN PENCEMAR TERHADAP MAKANANedit.pdf
Pert 1 _ BAHAN PENCEMAR TERHADAP MAKANANedit.pdfWayuOctavia
 
pengendalian hama penyakit untuk ikan .ppt
pengendalian hama penyakit untuk ikan .pptpengendalian hama penyakit untuk ikan .ppt
pengendalian hama penyakit untuk ikan .pptYulyaFitria1
 
a3bfc3eabaa55ad0b529b8cfa81831d1.pptx
a3bfc3eabaa55ad0b529b8cfa81831d1.pptxa3bfc3eabaa55ad0b529b8cfa81831d1.pptx
a3bfc3eabaa55ad0b529b8cfa81831d1.pptxJundi2019
 

Similar to Diktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologi (20)

Mikroba patogen
 Mikroba patogen Mikroba patogen
Mikroba patogen
 
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdf
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdfKERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdf
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdf
 
PPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptx
PPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptxPPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptx
PPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptx
 
KPKP 2214 Keracunan Makanan
KPKP 2214 Keracunan Makanan KPKP 2214 Keracunan Makanan
KPKP 2214 Keracunan Makanan
 
MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdf
MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdfMIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdf
MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdf
 
INFEKSI MAKANAN.pptx
INFEKSI MAKANAN.pptxINFEKSI MAKANAN.pptx
INFEKSI MAKANAN.pptx
 
Mikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasiMikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasi
 
Identifikasi Kerusakan
 Identifikasi Kerusakan Identifikasi Kerusakan
Identifikasi Kerusakan
 
3 peran mikroba bhn pangan
3 peran mikroba bhn pangan3 peran mikroba bhn pangan
3 peran mikroba bhn pangan
 
Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1
Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1
Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1
 
Keamanan pangan di sekolah
Keamanan pangan di sekolahKeamanan pangan di sekolah
Keamanan pangan di sekolah
 
Kerusakan Produk Hewani
Kerusakan Produk HewaniKerusakan Produk Hewani
Kerusakan Produk Hewani
 
Xenobiotik
XenobiotikXenobiotik
Xenobiotik
 
Keracunan makanan + alkohol responsi dr bogi
Keracunan makanan + alkohol   responsi dr bogiKeracunan makanan + alkohol   responsi dr bogi
Keracunan makanan + alkohol responsi dr bogi
 
Penyehatan makanan dan minuman
Penyehatan makanan dan minumanPenyehatan makanan dan minuman
Penyehatan makanan dan minuman
 
Pert 1 _ BAHAN PENCEMAR TERHADAP MAKANANedit.pdf
Pert 1 _ BAHAN PENCEMAR TERHADAP MAKANANedit.pdfPert 1 _ BAHAN PENCEMAR TERHADAP MAKANANedit.pdf
Pert 1 _ BAHAN PENCEMAR TERHADAP MAKANANedit.pdf
 
pengendalian hama penyakit untuk ikan .ppt
pengendalian hama penyakit untuk ikan .pptpengendalian hama penyakit untuk ikan .ppt
pengendalian hama penyakit untuk ikan .ppt
 
a3bfc3eabaa55ad0b529b8cfa81831d1.pptx
a3bfc3eabaa55ad0b529b8cfa81831d1.pptxa3bfc3eabaa55ad0b529b8cfa81831d1.pptx
a3bfc3eabaa55ad0b529b8cfa81831d1.pptx
 
Presentasi no 6 1_bahaya kontaminan bagi kesehatan
Presentasi no 6 1_bahaya kontaminan bagi kesehatanPresentasi no 6 1_bahaya kontaminan bagi kesehatan
Presentasi no 6 1_bahaya kontaminan bagi kesehatan
 
Romi novriadi pengendalian hama dan penyakit ikan
Romi novriadi pengendalian hama dan penyakit ikanRomi novriadi pengendalian hama dan penyakit ikan
Romi novriadi pengendalian hama dan penyakit ikan
 

More from Ely John Karimela

PENGELOLAAN PENCEMARAN LINKUNGAN (new) (1).ppt
PENGELOLAAN PENCEMARAN LINKUNGAN (new) (1).pptPENGELOLAAN PENCEMARAN LINKUNGAN (new) (1).ppt
PENGELOLAAN PENCEMARAN LINKUNGAN (new) (1).pptEly John Karimela
 
21. Penyusunan Prioritas Kegiatan.docx
21. Penyusunan Prioritas Kegiatan.docx21. Penyusunan Prioritas Kegiatan.docx
21. Penyusunan Prioritas Kegiatan.docxEly John Karimela
 
Pancasila sebagai dasar negara
Pancasila sebagai dasar negara Pancasila sebagai dasar negara
Pancasila sebagai dasar negara Ely John Karimela
 
Teknik Menarik Kesimpulan Penelitian
Teknik Menarik Kesimpulan PenelitianTeknik Menarik Kesimpulan Penelitian
Teknik Menarik Kesimpulan PenelitianEly John Karimela
 
Surat Keputusan Direktur Tentang Tim Kerja Peningkatan Prodi
Surat Keputusan Direktur Tentang Tim Kerja Peningkatan ProdiSurat Keputusan Direktur Tentang Tim Kerja Peningkatan Prodi
Surat Keputusan Direktur Tentang Tim Kerja Peningkatan ProdiEly John Karimela
 
Mikrobiologi dan Toksikologi Hasper
Mikrobiologi dan Toksikologi HasperMikrobiologi dan Toksikologi Hasper
Mikrobiologi dan Toksikologi HasperEly John Karimela
 
Unit kegiatan kemahasiwaan Menwa Polnustar
Unit kegiatan kemahasiwaan Menwa PolnustarUnit kegiatan kemahasiwaan Menwa Polnustar
Unit kegiatan kemahasiwaan Menwa PolnustarEly John Karimela
 
Unit kegiatan kemahasiswaan Politeknik Negeri Nusa Utara
Unit kegiatan kemahasiswaan Politeknik Negeri Nusa UtaraUnit kegiatan kemahasiswaan Politeknik Negeri Nusa Utara
Unit kegiatan kemahasiswaan Politeknik Negeri Nusa UtaraEly John Karimela
 
Diktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologi
Diktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologiDiktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologi
Diktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologiEly John Karimela
 
Sk. Panitia Praktek Kerja Lapangan 1
Sk. Panitia Praktek  Kerja Lapangan 1 Sk. Panitia Praktek  Kerja Lapangan 1
Sk. Panitia Praktek Kerja Lapangan 1 Ely John Karimela
 
Sk relawan covid 19 Kampung Kuma Induk
Sk relawan covid 19 Kampung Kuma IndukSk relawan covid 19 Kampung Kuma Induk
Sk relawan covid 19 Kampung Kuma IndukEly John Karimela
 
Penulisan daftar pustaka (HARVARD & APA)
Penulisan daftar pustaka (HARVARD & APA)Penulisan daftar pustaka (HARVARD & APA)
Penulisan daftar pustaka (HARVARD & APA)Ely John Karimela
 
Materi Penyuluhan dan Pelatihan Gemar dan manfaat makan ikan kuma
Materi Penyuluhan dan Pelatihan Gemar dan manfaat makan ikan kumaMateri Penyuluhan dan Pelatihan Gemar dan manfaat makan ikan kuma
Materi Penyuluhan dan Pelatihan Gemar dan manfaat makan ikan kumaEly John Karimela
 
Diktat mata kuliah standarisasi hasper
Diktat mata kuliah standarisasi hasperDiktat mata kuliah standarisasi hasper
Diktat mata kuliah standarisasi hasperEly John Karimela
 
Isolasi dan identifikasi bakteri staphylococcus epidermis pada ikan
Isolasi dan identifikasi bakteri staphylococcus epidermis pada ikanIsolasi dan identifikasi bakteri staphylococcus epidermis pada ikan
Isolasi dan identifikasi bakteri staphylococcus epidermis pada ikanEly John Karimela
 

More from Ely John Karimela (20)

PENGELOLAAN PENCEMARAN LINKUNGAN (new) (1).ppt
PENGELOLAAN PENCEMARAN LINKUNGAN (new) (1).pptPENGELOLAAN PENCEMARAN LINKUNGAN (new) (1).ppt
PENGELOLAAN PENCEMARAN LINKUNGAN (new) (1).ppt
 
21. Penyusunan Prioritas Kegiatan.docx
21. Penyusunan Prioritas Kegiatan.docx21. Penyusunan Prioritas Kegiatan.docx
21. Penyusunan Prioritas Kegiatan.docx
 
Pancasila sebagai dasar negara
Pancasila sebagai dasar negara Pancasila sebagai dasar negara
Pancasila sebagai dasar negara
 
Tugas mahasiswa
Tugas mahasiswa Tugas mahasiswa
Tugas mahasiswa
 
ALGA
ALGAALGA
ALGA
 
Teknik Menarik Kesimpulan Penelitian
Teknik Menarik Kesimpulan PenelitianTeknik Menarik Kesimpulan Penelitian
Teknik Menarik Kesimpulan Penelitian
 
Surat Keputusan Direktur Tentang Tim Kerja Peningkatan Prodi
Surat Keputusan Direktur Tentang Tim Kerja Peningkatan ProdiSurat Keputusan Direktur Tentang Tim Kerja Peningkatan Prodi
Surat Keputusan Direktur Tentang Tim Kerja Peningkatan Prodi
 
Mikrobiologi dan Toksikologi Hasper
Mikrobiologi dan Toksikologi HasperMikrobiologi dan Toksikologi Hasper
Mikrobiologi dan Toksikologi Hasper
 
Unit kegiatan kemahasiwaan Menwa Polnustar
Unit kegiatan kemahasiwaan Menwa PolnustarUnit kegiatan kemahasiwaan Menwa Polnustar
Unit kegiatan kemahasiwaan Menwa Polnustar
 
Unit kegiatan kemahasiswaan Politeknik Negeri Nusa Utara
Unit kegiatan kemahasiswaan Politeknik Negeri Nusa UtaraUnit kegiatan kemahasiswaan Politeknik Negeri Nusa Utara
Unit kegiatan kemahasiswaan Politeknik Negeri Nusa Utara
 
Diktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologi
Diktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologiDiktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologi
Diktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologi
 
Sk. Panitia Praktek Kerja Lapangan 1
Sk. Panitia Praktek  Kerja Lapangan 1 Sk. Panitia Praktek  Kerja Lapangan 1
Sk. Panitia Praktek Kerja Lapangan 1
 
Sk relawan covid 19 Kampung Kuma Induk
Sk relawan covid 19 Kampung Kuma IndukSk relawan covid 19 Kampung Kuma Induk
Sk relawan covid 19 Kampung Kuma Induk
 
Penulisan daftar pustaka (HARVARD & APA)
Penulisan daftar pustaka (HARVARD & APA)Penulisan daftar pustaka (HARVARD & APA)
Penulisan daftar pustaka (HARVARD & APA)
 
Diktat Matkul Gizi Ikan
Diktat Matkul Gizi IkanDiktat Matkul Gizi Ikan
Diktat Matkul Gizi Ikan
 
Materi Penyuluhan dan Pelatihan Gemar dan manfaat makan ikan kuma
Materi Penyuluhan dan Pelatihan Gemar dan manfaat makan ikan kumaMateri Penyuluhan dan Pelatihan Gemar dan manfaat makan ikan kuma
Materi Penyuluhan dan Pelatihan Gemar dan manfaat makan ikan kuma
 
Diktat mata kuliah standarisasi hasper
Diktat mata kuliah standarisasi hasperDiktat mata kuliah standarisasi hasper
Diktat mata kuliah standarisasi hasper
 
Jamur
JamurJamur
Jamur
 
Isolasi dan identifikasi bakteri staphylococcus epidermis pada ikan
Isolasi dan identifikasi bakteri staphylococcus epidermis pada ikanIsolasi dan identifikasi bakteri staphylococcus epidermis pada ikan
Isolasi dan identifikasi bakteri staphylococcus epidermis pada ikan
 
Teknologi pembekuanpangan -
Teknologi pembekuanpangan -Teknologi pembekuanpangan -
Teknologi pembekuanpangan -
 

Diktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologi

  • 1. Jenis Mikroba Patogen Pada Produk Perikanan Yg Mengakibatkan Foodborne Diseases Ely John Karimela, S. Pi. M. Si
  • 2. Jenis Mikrobia yang Mengakibatkan Foodborne diseases • Intoksikasi : – Penyakit keracunan makanan terjadi akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung toksin bakteri maupun jamur. (Staphylococcus aureus, Clo.botulinum, B.cereus, dan A.flavus) • Infeksi : – Penyakit keracunan makanan terjadi akibat mengkonsumsi makanan maupun minuman yang terkontaminasi bakteri enteropatogen. (Salmonella) • Toksikoinfeksi : – Penyakit keracunan makanan terjadi akibat mengkonsumsi sejumlah besar sel hidup dari bakteri patogen yang mengkontaminasi makanan maupun minuman. Bakteri tersebut mengalami sporulasi atau mati dan menghasilkan toksin sehingga menimbulkan gejala. (Clostridium perfringens : gastroentritis)
  • 3. Bakteri Patogen yang beresiko mengakibatkan Foodborne Diseases
  • 4. Bakteri Patogen yang beresiko mengakibatkan Foodborne Diseases
  • 5. (IFT, 2003) Type of Causative Agent
  • 6. Jenis Pangan yang beresiko menimbulkan Foodborne Diseases • Daging segar dan daging olahan • Miscellaneous (Telur, mayonaise, cereal, kacang2an, minyak biji2an, salad, dan sandwiches) • Seafood • Susu dan produk olahannya • Buah, sayur, dan hasil olahannya
  • 7.
  • 8. Daging dan produk unggas merupakan penyebab foodborne disease ke-2
  • 9. Tempat penyajian makanan yang beresiko menimbulkan Foodborne Diseases • Fast food • Restaurants • Café • Jajanan sekolah
  • 10. Foodborne Disseases Foodborne Intoksikasi Foodborne Infeksi Foodborne Toksikoinfeksi
  • 11. Foodborne Intoxication • Karakteristik umum : – Toksin diproduksi oleh patogen ketika fase pertumbuhan dalam makanan – Toksin dapat labil / stabil terhadap panas – Konsumsi makanan yang mengandung toksin aktif, bukan sel hidup, berpotensi untuk meracuni (kecuali infant botulism) – Gejala umum terjadi secara cepat, ±30 menit setelah konsumsi. – Gejalanya berbeda antar jenis toksin (enterotoksin menyebabkan gejala sakit perut, sedangkan neurotoksin menghasilkan gejala neurologis)
  • 12. • Jenis Toksin : – Staphylococcal Intoksikasi – Botulism – Mikotoksin
  • 13. Staphylococcal Intoksikasi : • Enterotoksin yang stabil terhadap panas • Waktu inkubasi pendek (1-8, kadang hanya dalam waktu 30 menit) • Gejala : kram, diare, tidak demam. • 3.5 μg toksin dapat menimbulkan FBI pada 150 lb orang
  • 14. Botulism : • Neurotoksin • Labil terhadap panas (800C 5 menit) • Ada 3 kategori : – Food poisoning (makanan kaleng) • Intoksikasi – Wound botulism (penanganan bahan terkontaminasi saat dikemas) • Toksikoinfeksi – Infant botulism (bee honey) • Toksikoinfeksi
  • 15. • Masa inkubasi 12-36 jam • Menimbulkan masalah saluran pencernaan : Nausea, vomiting, diare • Indikator awal : Fatigue, lemah otot. • Diikuti : mata berair, pupil sensitif terhadap cahaya, pandangan kabur. • Efek terhadap mulut : kering, kesulitan berbicara.
  • 16. • C.botulinum Tipe A : buah & sayur • C.botulinum Tipe E : psychrotroph pada ikan asap • C.botulinum Tipe B : ham kaleng produk rumah tangga atau makanan oven • Makanan kaleng komersial : sedikit menyebabkan FBI
  • 17. Mikotoksin • Diproduksi oleh : – A.flavus, A.parasiticus : aflatoksin – A.nidulans, A.vesicolor : sterigmatocystin – Penisillium viridicatum : ochratoksin • Resistant terhadap panas • Pencegahan : – Pengemasan anaerob – Penurunan aw sampai 0.6 – Pembekuan – Mencegah pertumbuhan jamur dengan pengawet
  • 18. Foodborne Infection • Karakteristik : – Sel hidup dari bakteri/virus patogen enterik terkonsumsi lewat makanan – Patogen menembus membran sampai sel epitel usus, multiply, dan menghasilkan toksin (infeksi) – Gejala umum terjadi setelah 24 jam – Gejala enterik : sakit perut, diare, mual, vomiting, dan demam. – Gejala non-enterik muncul saat patogen atau toksin yang dihasilkan menembus usus dan berinvasi atau berpengaruh pada organ atau jaringan lain
  • 19. • Jenis FBI : – Salmonellosis oleh Salmonella spp. – Listeriosis oleh Listeria monocytogenes – Patogenik E.coli (EPEC,ETEC,EIEC,EHEC) – Shigellosis (Bacillary Dysentery) – Campylobacteriosis (Cb.jejuni) – Yersiniosis (Y.enterolitica Gastroentritis) – Gastroentritis oleh Vibrio sp. – Virus enteral – Brucellosis, infeksi Streptococcal, & infeksi rickettsia Coxiella burnetii
  • 20. Foodborne Toxicoinfections • Karakteristik : – Bakteri pembentuk spora : konsumsi sejumlah sel vegetatif hidup • Sel vegetatif tidak memperbanyak diri pada sal.cerna tetapi melakukan sporulasi dan mengeluarkan toksin – Bakteri gram negatif : konsumsi sejumlah sel hidup • Dengan cepat memperbanyak diri pada sal.cerna • Sel mati, tetapi toksin sudah dihasilkan – Toksin dari kedua kelompok bakteri tersebut menimbulkan gejala gastroentritis
  • 21. • Jenis FBI : – Gastroentritis oleh Cl.perfringens – Gastroentritis oleh B.cereus – Cholera oleh V.cholerae – Gastroentritis oleh E.coli
  • 22. Cl.perfringens • Masa inkubasi 8-24 jam • Konsumsi 106-108 sel vegetatif • Gejala : diare eksplosif, sakit perut akut, demam (tidak selalu) • Hanya dapat dicegah dengan penanganan makanan dan teknik penyimpanan yang benar
  • 23. B.cereus • cause 2 syndromes : – Diarrheal and emetic • Diarrheal syndrome : – Dosis infektif 105-107 – Produksi toksin dalam usus halus – Inaktif pd 560C 5’ – Masa inkubasi 8-16 jam (terkadang >24) – Masa sakit 12-24 jam – Gejala : sakit perut, diare. – Produk daging,sup,sayuran,puding/sa us dan susu dan olahannya • Emetic syndrome : – Dosis infektif 105-108 – Produksi toksin dimulai dalam makanan – Stabil pd 1260C 90’ – Masa inkubasi 0.5-5jam (terkadang >24) – Masa sakit 6-24 jam – Gejala : sakit perut, diare. – Nasi goreng, pasta, pastry, dan mie.
  • 24. V.cholerae 01 • Patogen pada manusia • Secara tipikal dihubungkan dengan air • Kebanyakan habitatnya di makanan laut (seafood)
  • 25. E.coli • Enteropathogenic (EPEC) • Enteroinvasive (EIEC) • Enterotoxigenic (ETEC) • Enterohemorrhagic (EHEC) – Resisten terhadap asam • Enteroaggregative (EaggEC) • Diffusely adherent (DAEC)
  • 26. Beberapa Kesalahan Yang Terjadi Saat Pengolahan Makanan
  • 27. Cross-contamination Of Salmonella a) Contamination after cooking b) Human carrier c) Raw meat/chicken etc. (Trickett, 1990)
  • 28. Kelalaian Juru Masak Saat Defrosting Menyebabkan Kontaminasi Salmonella (Trickett, 1990)
  • 29. • Daging beku yang disimpan pada freezer, khususnya poultry, sebelum dimasak harus di thawing sempurna dalam kulkas semalam. • Jika proses thawing tidak dilakukan dengan sempurna, waktu pemanasan lebih lama untuk melelehkan es yang berada di tengah daging. • Kondisi tersebut mengakibatkan lama dan suhu pemanasan yang direkomendasikan tidak cukup untuk membunuh Salmonella atau bahkan mencapai suhu optimumnya untuk memperbanyak sel.
  • 30. • Diare patogen yang diakibatkan oleh foodborne infection diantaranya disebabkan oleh Salmonella. • Diare mengindikasi hilangnya cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan dehidrasi
  • 32. Kelalaian Juru Masak Saat Mencicipi Makanan Menyebabkan Kontaminasi S.aureus (Trickett, 1990)
  • 33. Habitat Cl.perfringens a) Usus manusia & hewan b) Sporanya berada pada tanah (Trickett, 1990)
  • 34. Kelalaian Juru Masak Saat Preparasi Bahan Baku (daging mentah dan Sayuran) Menyebabkan Kontaminasi Cl.perfringens Simpan bahan baku pada suhu lebih dari 630C atau kurang dari 100C dan pisahkan antara daging & sayuran mentah saat preparasi (peralatan). (Trickett, 1990)
  • 35. Kelalaian Saat Preparasi Nasi Yang Disajikan Menimbulkan Penyakit Yang Disebabkan oleh B.cereus Bakteri pada nasi yang tidak mati saat pemasakan pertama tetapi membentuk spora, dapat memperbanyak diri dan memproduksi toksin selama pendinginan semalaman, kemudian nasi tidak mendapat pemanasan cukup untuk memusnahkan toksin yang berada di dalamnya. (Trickett, 1990)
  • 37. Lambung 1. Toksin B.cereus atau S.aureus menyebabkan iritasi pada lambung dan menimbulkan sakit perut. 2. Lambung memproduksi asam yang dapat menyerang Salmonella dan Cl.perfringens tetapi keduanya dapat terlindungi oleh makanan menuju usus halus dimana keduanya menemukan habitat alaminya Usus halus : 1. Cl.perfringens membentuk spora dan menghasilkan toksin yang menyebabkan iritasi usus, menyebabkan diare dan sakit perut 2. Salmonella memperbanyak diri dan menghasilkan zat yang dapat menyebabkan iritasi usus, mengakibatkan diare dan sakit perut
  • 38. • Trickett, J. 1990. The Prevention of Food Poisoning, 2nd ed. • Ray, B. 1996. Fundamental Food Microbiology. CRC Press, Inc.
  • 39. Tugas • Cari gejalah keracunan yang disebabkan oleh Bakteri, Kapang, Ciguatera Fish Poisoning, Tetrodotoxin, Paralytic Shellfish Poison, Amnesic Shellfish Poison Neurotoxic Shellfish Poison, dan Diarrhetic Shellfish Poison pada hasil perikanan/produk perikanan. • Untuk Ciguatera Fish Poisoning, Tetrodotoxin, Paralytic Shellfish Poison, Amnesic Shellfish Poison Neurotoxic Shellfish Poison, dan Diarrhetic Shellfish Poison. Di jelaskan, pengertian, gejalah keracunan dan berikan contoh gambar masing-masing racun dihasil oleh apa, misalkan dihasilkan oleh ikan buntal (sertai gambar. (Dibuat dalam bentuk powerpoint) • Kirim ke Email. (karimelaelyjohn@gmail.com) dikirim paling lambat tgl 14 November 2018.
  • 40.
  • 41. Ely John Karimela, S. Pi., M. Si PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL LAUT POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA 2019
  • 42. Kondisi geografis Indonesia yang merupakan daerah tropis dengan suhu dan kelembaban yang tinggi akan memudahkan tumbuhnya jamur, sehingga infeksi oleh karena jamur di Indonesia banyak ditemukan.
  • 43. PENGERTIAN Kapang = mikroorganisme terdiri lebih dari satu sel berupa benang-benang halus yang disebut hifa, kumpulan hifa disebut miselium, berkembang biak dengan spora Khamir = mikroorganisme bersel tunggal berbentuk bulat lonjong dan berkembang biak melalui pembentukan tunas atau askospora, tetapi tidak membentuk miselium.
  • 44. KAPANG / MOLD Organisme Multiselule r Tubuh Kapang Terbagi Menjadi 2 bagian Mesilium dan Spora Berfilam en Mikroorganis me bersel tunggal (UNISELULE R) Tidak Berflag ela Tidak Berfilam en Pembela han Secara Bertunas
  • 45. PERBEDAAN KAPANG & KHAMIR Merupakan mikroba bersel lebih dari satu (mulisellular), yang terdiri dari benang-bnang halus yang disebut hifa. Kumpulan hifa disebut miselium dan berkembangbiak dengan spora. Merupakan mikroba bersel satu (unisellular)berbent uk bulat lonjong, tidak bermiselium, dan berkembang biak dengan membentuk tunas (askospora). KAPANG KHAMIR
  • 46. KERUSAKAN KAPANG PADA PRODUK HASIL PERIKANAN  Kapang Mempunyai Kisaran pH pertumbuhan yaitu 1.5 – 11.0  Kebanyakan Kapang Tidak Tahan Panas sehingga adanya kapang pada ikan kaleng tidak akan terjadi kecuali kurangnya pemanasan (under process) atau terkontaminasi setelah proses.  Kapang memerlukan oksigen untuk tumbuh sehingga pertumbuhan pada kaleng hanya mungkin terjadi apabila kaleng bocor.  Kapang tahan asam  Kapang pada umumnya yang tumbuh pada makanan yang diolah dengan panas tidak menyebabkan penyakit pada manusia
  • 48. Prinsip Pertumbuhan kapang dan khamir setelah sampel diinkubasikan dalam media agar pada suhu 25 °C selama 5 hari. Penentuan jumlah kapang dan khamir dapat dilakukan dengan dua cara yaitu metode cawan agar tuang (pour plate) dan atau cawan agar sebar (spread plate).
  • 49. TINGKAT PENGENCERAN BERTINGKAT1. Disiapkan tabung reaksi yang diberi kode I – III yang berisi masing – masing 9 ml NaCl 0.9 % selanjutnya disterilkan dengan Autoclave. 2. Sampel diblender sampai halus, kemudian ditimbang sebanyak 15 gr dan masukan kedalam Erlenmeyer yang telah berisi 200 ml larutan NaCl 9. 0% steril. Sampel ini merupakan pengenceran 10-1. 3. Kemudian dari larutan tersebut diambil 1 ml dan dipindahkan ke tabung reaksi I yang berisi 9 ml larutan NaCl 0.9 % steril dengan cara dipipet untuk mendapatkan tingkat pengenceran 10-2. Dari tabung reaksi I dipipet lagi 1 ml dan dipindahkan ke tabung reaksi II sehingga menjadi tingkat pengenceran 10-3. Demikian seterusnya sampai tabung reaksi III. 4. Dari setiap tingkat pengenceran secara aseptik diambil masing-masing 1 ml larutan lalu dimasukan kedalam 2 cawan petri steril. 5. Menyiapkan PDA dengan cara sebanyak 1 kg kentang dipotong – potong seperti dadu, kemudian direbus dalam 1 liter aquades sampai benar – benar mendidih (keruh). Larutan keruh diukur sebanyak 600 ml. kemudian ditambah 1% (6 gram) glukosa dan 12% (12 gram) agar. Selanjutnya pH media diukur pada 5.6, kemudian disterilkan pada suhu 121 0C pada tekanan 15 psi. 6. Setelah media PDA bersuhu kira –kira 40 0C, masukan PDA steril sebanyak kurang lebih 15 – 20 ml ke dalam cawan Petri yang berisi 1 ml larutan pengenceran 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, lalu di homogenkan dengan cara digoyang ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang dan dibiarkan sampai keras. Setelah media keras, petri disusun terbalik dalam inkubator bersuhu sekitar 25 – 30 0C dan di inkubasi selama 3-7 hari. 7. Pada hari ke 7 dihitung jumlah koloni kapang yang tumbuh pada media agar. Koloni yang dihitung berjumlah 10 – 150 koloni. Jumlah koloni kapang adalah banyaknya kapang yang dihitung dikalikan dengan satu per faktor pengenceran.
  • 50. PENGENCERAN BERTINGKAT 10- 2 10- 3 10- 4 CONTROL 15 gr Sampel Inkubasi pada suhu 25 – 30 0C selama 3-7 hari (Cawan Petri dalam Posisi tidak Terbalik) 200 ml larutan NaCl 9. 0% steril. 1 Ml 1 Ml 1 Ml 9 ml Nacl 0,9 % 9 ml Nacl 0,9 % 9 ml Nacl 0,9 % 10- 1 1 ml 1 ml 1 ml
  • 52.
  • 53. CONTOH: Pengenceran : 1:100 / 10-2 1:1000 / 10-3 Jumlah koloni : 232 dan 244 33 dan 28 = (232 + 244 +33+28) (1x2) + (0,1x2) x 10-2 atau (0,01) 537 0,022 = 24. 409 atau 24.000 atau 2.4 x 104 CFU/g Pelaporan 1. Untuk menghasilkan perhitungan yang akurat dan teliti, maka laporkan hasilnya dengan dua angka (digit) pertama sebagai hasil pembulatan. 2. Bulatkan keatas dengan cara menaikkan angka kedua menjadi angka yang lebih tinggi bila angka ketiga adalah 6, 7, 8 atau 9 dan gunakan angka 0 untuk masing-masing angka pada digit berikutnya. 3. Bulatkan ke bawah bila angka ketiga adalah 1, 2, 3 atau 4. Bila angka ketiga 5, bulatkan keatas bila angka kedua ganjil dan bulatkan kebawah bila angka kedua genap.
  • 54.
  • 55.  10-1 atau 1/10 atau 0,1  10-2 atau 1/100 atau 0,01  10-3 atau 1/1.000 atau 0,001  10-4 atau 1/10.000 atau 0,0001  10-5 atau 1/100.000 atau 0,00001  10-6 atau 1/1.000.000 atau 0,000001  10-7 atau 1/10.000.000 atau 0,0000001
  • 56. Badan Standar Nasional Indonesia (SNI 7388:2009) jumlah total Kapang maksimum untuk ikan asap yaitu maksimal <1.0 x 102 koloni/g.
  • 57. MAWU MENGALAMATE SI KITE KEBI
  • 58. 20 101 TUGAS PR  BUATLAH CARA PERHITUNGAN ANGKA LEMPENG TOTAL KAPANG SEPERTI DIKETAHUI JUMLAH KOLONI KAPANG SEPERTI DIBAWA INI.  BUAT BENTUK PRESENTASI dan DIPRESENTASIKAN Kirim ke email: karimelaelyjohn@gmail.com Deadline Selasa 8 Oktober 2019 Jam 12:00 wita 15 11 12 102 10 9 103 20 101
  • 59. Ely John Karimela, S. Pi., M. Si PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL LAUT POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA 2019 Tujuan 1. Memahami prinsip dasar hitung bakteri secara kualitatif. 2. Melatih mahasiswa menghitung bakteri menggunakan metode MPN.
  • 60. Uraian teoritis Metode MPN dalam isitilah bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Angka Paling Memungkinkan atau sering disingkat APM. Prinsip dasar metode ini meliputi 3 (tiga) langkah: Uji Pendugaan (Presumtive Test), Menumbuhkan suspensi bakteri dalam media kaldu laktosa (lactose broth, LB) pada suhu 37C selama semalam kemudian mengamati pembentukan asam dan gas setelah proses inkubasi. Asam dan gas dihasilkan melalui suatu proses fermentasi laktose sebagai akibat proses fermentasi oleh bakteri yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna media LB dari merah atau biru (pH 7.1) menjadi kuning (pH asam) dan terperangkapnya gas (CO2) dalam tabung Durham.
  • 61. Uji Penguatan (Confirmative Test) Dengan menggunakan jarum Ose, semua tabung yang positif (memproduksi asam dan gas) dipindahkan pada media selektif EMB (Eosin Methylene Blue) Agar atau Endo Agar dengan cara menggoresnya pada permukaan media tersebut. Selanjutnya dilakukan inkubasi pada suhu 37C selama semalam dan amati pertumbuhan koloni tipikal dari E. coli (kelompok coliform yang memfermentasi laktosa pada EMB Agar nampak berwarna hitam/merah/hijau metalik dan yang tidak memfermentasi laktosa akan nampak berwarna merah-mudah Sedangkan kelompok coliform yang memfermentasi laktosa pada Endo agar nampak berwarna merah-gelap dengan cahaya keemasan dan yang tidak memfermentasi laktosa akan nampak tidak berwarna (transparan).
  • 62. koloni tipikal dari E. coli (kelompok coliform yang memfermentasi laktosa pada EMB Agar nampak berwarna hitam/merah/hijau metalik dan yang tidak memfermentasi laktosa akan nampak berwarna merah-mudah
  • 63. Uji lengkap (Completed Test) Dengan menggunakan jarum Ose, koloni tipikal seperti yang digambarkan di atas dipindahkan pada kaldu laktosa dan diamati kembali pembentukan asam dan gas. Jika positif, secara aseptic ambil satu mata dan goreskan pada NA, inkubasi pada suhu 37C selama semalam. Koloni yang tumbuh selanjutnya digunakan untuk uji Gram-pewarnaan, uji dinyatakan positif jika, diperoleh hasil sebagai berikut: Gram-negatif dan bentuk sel batang. Semua hasil positif (kualitatif) yang diperoleh pada setiap langkah pengujian tersebut di atas, dicatat, kemudian dibandingkan dengan nilai Tabel Hopkins yang berisi nilai indek MPN/100 ml atau MPN/100 gram (kuatitatif)
  • 64. Gram-pewarnaan, uji dinyatakan positif jika, diperoleh hasil Gram-negatif dan bentuk sel batang.
  • 65.
  • 66.
  • 67. Indek MPN/100 ml untuk tiga seri tabung Jumlah tabung positif Indek MPN/100 ml Tingkat Kepercayaan 95% Seri I (10 ml) Seri II (1.0 ml) Seri III (0.1 ml) Batas Bawah Batas Atas 0 0 1 3 <0.5 9 0 1 0 3 <0.5 13 1 0 0 4 <0.5 20 1 0 1 7 1 21 1 1 0 7 1 23 1 1 1 11 3 36 1 2 0 11 3 36 2 0 0 9 1 36 2 0 1 14 3 37 2 1 0 15 3 44 2 1 1 20 7 89 2 2 0 21 4 47 2 2 1 28 10 150 3 0 0 23 4 120 3 0 1 39 7 130 3 0 2 64 15 380 3 1 0 43 7 210 3 1 1 75 14 230 3 1 2 120 30 380 3 2 0 93 15 380 3 2 1 150 30 440 3 2 2 210 35 470 3 3 0 240 36 1300 3 3 1 460 71 2400 3 3 2 1100 150 4800 Catatan: setiap seri terdiri dari 3 tabung reaksi.
  • 68. Sampel EMB Agar Hasil Indek MPN Peluang (95%) Seri I Seri II Seri III Daging 0 1 1 Insang Usus
  • 69. PELAPORAN = Hasil yang diperoleh terhadap Tabel Hopkins untuk memperoleh indek MPN/100 ml atau gram sampel. Misalnya: seri I ada 3 tabung positf, seri II 2 tabung positf dan seri III 1 tabung positf, maka hasil ini dapat ditulis: 3-2-1. Dalam Tabel Hopkins nilai ini memiliki harga 150 MPN/100 ml atau gram sampel. Indek ini mengindikasikan bahwa dalam setiap 100 gram sampel ikan mengandung  150 sel coliform, atau bila dibandingkan dengan peluang statistik (95%) maka jumlah coliform berkisar antara 30 – 440 sel per 100 gram sampel.
  • 70. MAWU MENGALAMATE SI KITE KEBI
  • 74. Tugas Sebutkan dan jelaskan fungsi untuk Media selektif agar untuk pertumbuhan bakteri Patogen. Email : karimelaelyjohn@gmail.com
  • 75. Cara Mendeteksi/Mengamati Racun dan Bakteri Patogen Pada Produk Perikanan ELY JOHN KARIMELA
  • 76. A. FORMALIN • CIRI-CIRI IKAN MENGANDUNG FORMALIN  Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius)  Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar  Warna daging ikan putih bersih  Bau menyengat, bau formalin, dan kulit terlihat cerah mengkilat  Daging kenyal  Lebih awet dan tidak mudah busuk walau tanpa pengawet seperti es  Ikan Berformalin Dijauhi Lalat  Tidak terasa bau amis ikan
  • 77. Bagaimana Cara melakukan pengujian Kandungan Formalin • Persiapan Sampel  Sampel dihaluskan, ditimbang sebanyak 5 gr kemudian dimasukkan ke dalam labu destilat,  ditambahkan 100 ml aquades, kemudian diasamkan dengan 10 ml H3PO4 10%.  Labu destilat dihubungkan dengan pendingin dan didestilasi. Hasil
  • 78. Uji warna  a) Diambil 2 ml destilat lalu dimasukan ke dalam tabung reaksi.  b) Ditambahkan asam kromatofat sebanyak 5 ml.  c) Lalu dipanaskan selama 20 menit di penangas air.  d) Kemudian amati perubahannya di dalam tabung reaksi, jika terbentuk warna ungu artinya
  • 79. Pengujian Menggunakan Tes Kit Formalin  20 gram sampel dihaluskan,  ditambahkan 20 ml air panas lalu diaduk dan dibiarkan dingin.  Ditambahkan 4 tetes reagen A dan 4 tetes reagen B. Dikocok sebentar dan ditunggu 5-10 menit. Diamati perubahan warna yang terbentuk. Jika terbentuk warna ungu berarti bahan yang diuji positif mengandung formalin.
  • 80. Uji Kualitatif Boraks Metode Uji Boraks Menggunakan Kertas Tumerik (Triastuti et al., 2011) • Diambil 100 gram kunyit diblender dan disaring sehingga menghasilkan cairan kunyit berwarna kuning, celupkan kertas saring kedalam cairan kunyit tersebut dan keringkan. Hasil dari proses ini disebut kertas tumerik. • Selanjutnya, buat kertas yang berfungsi sebagai kontrol positif dengan memasukkan satu sendok teh boraks ke dalam gelas yang berisi air 50 mL dan diaduk larutan boraks diteteskan pada kertas tumerik yang sudah disiapkan. • Diamati perubahan warna pada kertas tumerik. Warna yang dihasilkan tersebut akan dipergunakan sebagai kontrol positif. blender 50 gram bahan, diuji dan ditambahkan 20 ml air dan disaring. • Diteteskan air larutan dari bahan makanan yang diuji tersebut pada kertas tumerik. Amati perubahan warna apa yang terjadi pada kertas tumerik. Apabila warnanya sama dengan pada kertas tumerik kontrol positif, maka bahan makanan tersebut mengandung boraks.
  • 83. Prosedur Analisa Data Uji Mikrobiologis 10gr Sampel UJI BIOKIMIA PEWARNAAN GRAM IMVIC15 – 20 ml MSA 15 – 20 ml MSA 15 – 20 ml MSA 1 ml 1 ml 1 ml 90 ml Nacl 0.9 %% INOKULASI KULTUR SEDIAN
  • 84.
  • 86.
  • 87.
  • 88.
  • 89.
  • 90.
  • 91. Eosin Methylene Blue (EMB) Agar