1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Hutan merupakan penyangga bumi dari kehancuran. Hutan merupakan paru- paru dunia.
Kalau air dikatakan sumber kehidupan, hutann dapat dikatakan penyangganya. Akar- akar kayu
yang ada di hutan berfungsi disamping menyerap juga menyimpan air. Atau singkatnya, hutan
merupakan mesin sirkulasi air paling canggih yang tak dapat digantikan dengan apapun. Hutan
merupakan sesuatu yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan sebagian besar rakyat indonesia,
kerena hutan memberikan sumber kehidupan bagi kita semua. Hutan menghasilkanair dan
oksigan sebagai komponen yang sangat diperlukan bagi kehidupan umat manusia. Demikian juga
dengan hasil hutan lainnya memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan masyarakat. Hutan
memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan yaitu: berupa manfaat langsung yang dirasakan dan
manfaat yang tidak langsung. Manfaat hutan tersebut diperoleh apabila hutan terjamin
eksistensinya sehingga dapat berfungsi secara optimal. Fungsi- fungsi ekologi, ekonomi dan
sosial dari hutan akan memberikan peranan nyata apabila pengelolaan hutan seiring dengan
upaya pelestarian guna mewujudkan pembangunan nasional berkelanjutan.
Peranan sektor kehutanan di Indonesia sangat berpengaruh terhadap tingkat pencapaian
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di berbagai daerah di Indonesia. Beberapa daerah
seperti Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Papua sektor kehutanannya memiliki
korelasi yang sangat kuat terhadap nilai PDRB yang dicapai. Artinya peran sektor kehutanan
sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan. Sementara Kalimantan
Selatan, Yogyakarta, Maluku Utara,Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Jambi sektor
kehutanan di daerahnya memiliki sumbangan yang cukup besar bagi nilai PDRB. Hal ini penting
untuk dikemukakan karena masih terdapat pemikiran sekaligus analisa yang cenderung
menyesatkan di sebagian kalangan, dimana secara nasional PDRB agregat yang dihasilkan sektor
kehutanan relatif kecil. Akibatnya timbul simplifikasi bahwa upaya pengembangan dan
pembangkitan sektor kehutanan dirasa tidak penting. Padahal, peran sektor kehutanan di daerah-
daerah tertentu yang menyumbangkan PDRB signifikan sangatlah besar kontribusinya bagi
pertumbuhan ekonomi regional, utamanya devisa, pajak serta penyerapan tenaga kerja.
2. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERANAN ATAU KEDUDUKAN EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN TERHADAP
PEREKONOMIAN NASIONAL
Sumberdaya hutan (SDH) berperan sebagaipenggerak ekonomi dapat teridentifikasi dalam
beberapa hal, yaitu: pertama, penyediaan devisa untuk membangun sektor lain yang
membutuhkan teknologi dari luar negeri; kedua, penyediaan hutan dan lahan sebagai modal awal
untukpembangunan berbagaisektor,terutama untuk kegiatan perkebunan, industri dan sektor
ekonomi lainnya; dan yang ketiga, peran kehutanan daalam pelayanan jasa lingkungan hidup dan
lingkungan sosial masyarakat. Ketiga bentuk peranan tersebut berkaitan dengan peranan
sumberdaya hutan sebagai penggerak ekonomi yang sangat potensial, sangat kompleks dan
saling terkait.
Peran SDH tersebut dikarenakan sifat produk SDH, sebagai berikut:
a. Kayu merupakan produk multiguna, sehingga diperlukan banya jenis industri dan produk
kayu hampir selalu berperan pada setiap tahapan perkembangan teknologi dan
perekonomian.
b. Konsumsihasilhutan(kayudanbukankayu) relatif stabil dan investasi usahanya relatif kecil
serta pengembalian modalnya dapat cepat kembali pada areal hutan alam
c. Memiliki forward lingkage dan backward lingkage yang kuat terhadap perkembangan sektor
ekonomi lainnya.
d. Mendorong berkembangnya ekonomi pedesaan, karena sifat produk sumberdaya hutan
tersebar dan volume produksinya besar, biaya angkut tinggi, sehingga dapat menciptakan
kegiatan ekonomi di permukiman dekat kawasan hutan.
e. Industri hasil hutan relatif lebih muda didirikan, biasanya tidak memerlukan input teknologi
tinggi dan skala usaha tidak terlalu besar.
Beberapa peranan sumberdaya hutan dalam menggerakkan perekonomian suatu negara
atau wilayah/daerah berikut ini.
1. Peranan Sumberdaya Hutan sebagai Penghasil Devisa
Peranan sumberdaya hutan sebagai penghasil devisa sangat penting untuk perbaikan
ekonomi makro dan perdagangan global. Peranan hasil hutan selalu lebih tinggi untuk
menghasilkan devisa, terutama pada negara yang baru berkembang dan berbasis pada
sumberdaya, karena hutan pada awal perkembangan ekonomi suatu negara sangat mudah
dipanen (biaya eksploitasinya rendah. Meskipun berada terjadi penurunan kinerja untuk industri
kehutanan tertentu, secara umum sektor kehutanan periode sepuluh tahun terakhir (1995 –
3. 3
2004) telah berhasil memberikan kontribusi signifikan bagi perolehan devisa. Dari sisi nilai,
fluktuasi kontribusi devisa sektor kehutanan terjadi karena terdapat industri kehutanan yang
menurun (baca: plywood), sementara industri kehutanan sepertimeubel, kayu olahan, serta pulp
dan kertas terus mengalami peningkatan. Sedangkan dari sisi prosentase terhadap total devisa,
kontribusi sektor kehutanan memang cenderung terus menurun.
Fakta kedua yang mencerminkan kinerja sektor kehutanan dalam perolehan devisa adalah
kemampuan sektor kehutanan dalam menyerapinvestasi. Sejak mulai dilakukan pengusahaan
hutan dan industri kehutanan, sektor kehutanan telah berhasil menyerap total investasi senilai
US$ 27,77 milyar.Tertinggi adalah investasi dalam industri pulp dan kertas yang mencapai nilai
US$ 16 milyar (58%), diikuti investasi kayu lapis dan HPH masing-masing senilai US$ 3,3
(12%) dan US$ 3,28 milyar (12%), investasi HTI senilai US$ 3,00 milyar (11%), kayu gergajian
dan kayu olahan senilai US$ 1,03 milyar (4%), meubel senilai US$ 0,80 milyar (3%) perekat dan
kerajinan masing-masing senilai US$ 0,19 milyar (1%) dan US$ 0,17 milyar (1%).
Dengan besaran nilai investasi tersebut, jelas sektor kehutanan merupakan asset nasional
yang harus dirawat dan dijaga sekaligus diupayakan pengembangannya (Nugraha dan
Rudiantoro,2008).
2. Peranan Sumberdaya Hutan sebagai Penggerak Sektor Ekonomi Lainnya
Sebagai penggerak sektor ekonomi lainnya, maka hasil hutan memberi dukungan modal
bagi pembangunan infrastruktur industri dalam negeri dan untuk penyediaan teknologi yang
berasal dari impor. Dukungan lainnya adalah banyak kegiatan yang dibiayai langsung dari hasil
kayu tebangan untuk mendorong kegiatan perkebunan, sebagai hasil konversi hutan.
Produk hasil hutan, baik berupa kayu maupun bukan kayu, adalah merupakan bahan baku
industri, yang mendorong berkembangnya industri dan jasa (pengangkutan dan pemasaran).
3. Peranan Sumberdaya Hutan dalam Penyediaan Lapangan Kerja
Sumberdaya hutan sangat penting artinya dalam mendorong tersedianya lapangan kerja,
karena sektor kehutanan memiliki banyak lapangan usaha antara lain:
a. Kegiatan penanaman, pemeliharaan dan perlindungan hutan.
b. Kegiatan pemanenan hasil hutan (penebangan dan pengangkutan)
c. Kegiatan dalam industri hasil hutan meliputi industri penggergajian, industri pulp dan kertas,
industri wood working, industri plywood, industri gondorukem, dan industri-industri yang
bahan baku utamanya dari hasil hutan seperti gula aren.
4. 4
d. Kegiatan jasa sektor kehutanan antara lain perdagangan hasil hutan, rekreasi hutan,
transportasi, pendidikan dan jasa konsultan pembangunan sektor kehutanan.
Peranan Sektor Kehutanan di Indonesia dalam penyerapan tenaga kerja diperkirakan
mencapai jumlah 21,5 juta orang. Masing-masing 15,09 juta orang di kawasan hutan produksi,
4,31 juta di kawasan suaka alam dan pelestarian alam. Sementara perkiraan jumlah tenaga kerja
langsung pada kegiatan pengusahaan hutan alam seluas 15,6 juta hektar mencapai 4,56 juta
orang kerja, yang terdiri dari kegiatan pembangunan hutan tanaman industri (HTI) seluas 5 juta
hektar dibutuhkan tenaga kerja 2,5 juta orang kerja. Selain di hutan produksi, kegiatan ekonomi
di kawasan taman wisata seluas 300 ribu hektar membutuhkan 60 ribu orang kerja. Sedangkan
kegiatan pada hutan lindung dan kawasan konservasi seluas 39 juta hektar membutuhkan tenaga
kerja sekitar 3,9 juta orang kerja.
4. Peranan Sumberdaya Hutan dalam Meningkatkan Pendapatan Nasional
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dari sektor kehutanan saat ini mengalami penurunan
dibandingkan pada awal pembangunan Indonesia. Angka ini sangat kecil dari seharusnya karena
kelebihan perhitungan PDB (Produk Domestik Bruto), dimana:
a) PDB hanya menghitung nilai uang (nilai pasar), tidak menghitung intangible benefit seperti
fungsi sumberdaya hutan dalam pengaturan tata air, pencegah erosi dan penyerapan karbon.
b) PDB tidak melihat keterkaitan / dampak positif dari sektor kehutanan ke sektor lain seperti
dampak terhadap peningkatan sektor industri dan pertanian sawah irigasi
.
Dipastikan, kegagalan mempertahankan bahkan membangkitkan kembali peran sektor
kehutanan akan berdampak sangat buruk terhadap kondisi sosial ekonomi regional.
Di samping itu, produk-produk sektor kehutanan memiliki rasio keunggulan komparatif
yang lebih tinggi dibandingkan produk-produk lain di dalam negeri. Antara lain dibandingkan
dengan produk tekstil, produk kulit, pakaian jadi maupun makanan olahan. Selain unggul
dibanding produk lain di dalam negeri, untuk produk sejenis di Asia Tenggara, produk kayu dan
produk sektor kehutanan indonesia memiliki struktur keunggulan komparatif yang lebih baik.
5. Peranan Sumberdaya Hutan dalam Pelayanan Jasa Lingkungan
Peranan kehutanan dalam pelayanan jasa lingkungan diberikan oleh keberadaan sumberdaya
hutan sebagai perlindungan plasma nutfah, keanekaragaman hayati, dan nilai-nilai estetis yang
potensial bernilai ekonomi apabila dapat dikelola dengan baik. Pengembangan perekonomian
5. 5
pariwisata terutama ekowisata sangat dipengaruhi oleh bentang alam,keindahan dan kekhasan
sumberdaya hutan. Peranan sumberdaya hutan ini tidak menghasilkan langsung nilai uang, tetapi
menghasilkan nilai uang bagi sektor pariwisata. Di masa depan peranan jasa lingkungan berupa
perbaikan tata air, pembersih udara, nilai estetika mempunyai peranan yang sangat besar dalam
keberlanjutan ekonomi jangka panjang.
B. PERAN DAN FUNGSI HUTAN DALAM PEMBANGUNAN INDONESIA DI MASA
YANG AKAN DATANG
A. Peran Hutan Dalam Pengendalian Daur Air
Hutan mampu menyediakan manfaat lingkungan yang amat besar bagi kehidupan manusia
antara lain jasa peredaman terhadap banjir, erosi, dan sedimentasi serta jasa pengendalian daur
air. Peran hutan dalam pengendalian daur air dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Sebagai pengurangan dan pembuang cadangan air di bumi melalui proses: a. Evapotranspirasi
b. Pemakaian air konsumtif untuk pembentukan jaringan tubuh vegetasi.
2. Menambah titik air di atmosfer.
3. Sebagai penghalang untuk sampainya air di bumi melalui proses intersepsi.
4. Sebagai pengurang atau peredam energi kinetik aliran air lewat: a. Tahanan permukaan dari
bagian batang di permukaan b. Tahanan aliran air permukaan adanya serasah di permukaan.
5. Sebagai pendorong ke arah perbaikan watak fisik tanah untuk memasukkan air lewat sistem
perakaran, penambahan bahan organik ataupun adanya kenaikan kegiatan biologi di dalam tanah.
Peran hutan terhadap pengendalian daur air di mulai dari tajuk menyimpan air sebagai
intersepsi. Sampai saat ini intersepsi belum dianggap sebagi faktor penting dalam daur hidrologi.
Bagi daerah yang hujannya rendah harus tetap memperhitungkan besarnya intersepsi, karena
jumlah air yang hilang sebagai air intersepsi dapat mengurangi jumlah air yang masuk ke suatu
kawasan. Dengan demikian pemeliharaan hutan yang berupa penjarangan sangat penting
dilaksanakan sesuai frekuensi yang telah ditetapkan.
B. Peran Hutan Sebagai Penyerap Karbon
Siklus karbon dalam biosfer meliputi 2 bagian siklus penting, di darat dan di laut. Keduanya
dihubungkan oleh atmosfer yang berfungsi sebagai fase antara. Siklus karbon global melibatkan
transfor karbon dari berbagai reserfoir. Jika dibandingkan dengan sumber karbon yang tidak
reaktif, biosfer mengandung karbon yang lebih sedikit, namun demikian siklus yang terjadi
sangat dinamik di alam. Carbon Sink adalah istilah yang kerap digunakan dibidang perubahan
iklim. Istilah ini berkaitan dengan istilah hutan sebagai penyerap ( sink ) dan penyimpan (
reserfoir ) karbon. Emisi karbon ini umumnya dihasilkan dari kegiatan pembakaran bahan bakar
fosil pada sektor industri, transportasi dan rumah tangga. Banyak pihak yang beranggapan bahwa
melakukan mitigasi secara permanent melalui penghematan pemanfaatan bahan bakar fosil,
teknologi bersih, dan penggunaan energi terbaru, lebih penting dari pada melalui carbon sink.
Halini dikarenakan hutan hanya menyimpan karbon dalam waktu terbatas (stock). Ketika terjadi
6. 6
penebangan hutan, kebakaran atau perubahan tata guna lahan, karbon tersebut akan dilepaskan
kembali ke atmosfer. Pada kawasan hutan pinus di DTA Rahtawu dengan umur tegakan 30 tahun
mempunyai potensi penyimpanan karbon sebesar 147,84 ton/ha, termasuk penimpanan pada
bagian batang, cabang, kulit, daun, dan bunga-buah. Dapat diprediksi kemampuan hutan pinus
berdasarkan data tersebut dalam menyimpan karbon melalui pendekatan kandungan C-organik
dalam biomas memiliki potensi penyimpanan menyampai 44% dari total biomasnya. Sehingga
DTA Rahtawu dengan luas 101,79 ha mampu menyimpan karbon dalam tegakan sebesar
15.048,5 ton, menyimpan dalam serasah sebesar 510 ton dan dalam tumbuhan sebesar 91 ton
karbon.
C. Peran Hutan Sebagai Penyedia Sumber Daya Air
Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan sangat bergantung terhadap keberadaan
hutan.Kemampuan hutan sebagai regulator air, mampu memberikan kontribusi dalam
penyediaan air bagi manyarakat sekitar hutan. Potensi sumber daya air dapat didekati dengan
mengetahui debit bulanan dan volume aliran bulanan, sedangkan untuk memprediksi debit
andalan yang selalu tersedia setiap saat dan dapat dipergunakan untuk memenuhi berbagai
macam kebutuhan masyarakat sekitar, didekati dengan pengolahan data sekunder dari hidrograf
aliran untuk mempercepat aliran debit minimumnya.
D. Peran Hutan Dilihat Dari Fungsinya
Pengelolaan hutan bagi kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang perlu menjadi perhatian
sesama, baik oleh pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha. Pemanfaatan nilai ekonomis
hutan bagi harus seimbang dengan upaya pelestarian lingkungan hidup sehingga hutan tatap
dapat dimanfaatkan secara adil dan berkelanjutan. Adapun fungsi hutan antara lain:
a. Fungsi Ekonomi Sebagai penghasil kayu dan hasil hutan lainnya seperti rotan, damar dan
lain-lain Sebagai hasil devisa bagi negara
b. Fungsi Ekologis Mempertahankan kesuburan tanah Mencegah terjadinya erosi Mencegah
terjadinya banjir Sebagi tempat untuk mempertahankan keaneka ragaman hayati
c. Fungsi Klimatologis Sebagai penghasil oksigen Sebagai pengatur iklim
d. Fungsi Hidrologis Sebagai pengatur tat air tanah Sebagai penyimpan air tanah Mencegah
Intrusi air laut
E. Fungsi Hutan Dalam Pembangunan
Dalam pola umum pembangunan jangka panjangnkedua ( PJP II ) di letakkan pada bidang
ekonomi diantaranya dititik beratkan pada pembangunan ekonomi yang mengelola kekayaan
bumi Indonesia. Disamping untuk memberikan kemanfaatan masa kini, juga harus menjamin
kehidupan masa depan. Pembangunan kehutanan harus makin di arahkan, untuk mengingatkan
7. 7
pemanfaatan hutan bagi industri dalam negeri sehingga dapat menghasilkan nilai tambah dan
menciptakan lapangan kerja yang sebesar –besarnya.
Berbagai kegiatan telah kita laksanakan dalam repelita V untuk meningkatkan fungsi linhkungan
hidup. Antara lain kita telah merehabilitasi lahan kritis dan hutan lindungseluas 44 juata hektar.
Dalam kebijaksanaan umum pembangunan dibidang kehutanan pelita VI berbagai saran ingin di
wujudkan. Arahan tersebut antaralain sebagai berikut:
1. Tercapainya pemanfaatan kawasan hutan tetap secara yuridis dan fisik seluas 113 juta hektar.
2. Tetap terpeliharanya hutan alam yang masih utuh seluas 92,4 juta hektar
3. Terwujudnya peningkatan produktivitas hutan alam dalam tiap 1 meter kubik/hektar/ahun
menjadi 5 meter kubuk/hektar/tahun
4. Tersedianya produksi kayu b ulat untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri dan
konsumsi lokal sebesar 188,3 juta meter kubikatau rata-rat sebesar 37,67 juta meter kubik/tahun
dengan sumber 60% , hutan yang dapat dikonversi 10%, hutan tanaman sebesar 7%, dan
hutan/kebun rakyat sebesar 23%.
5. Tersedianya hasil produksi no-kayu seperti rotan sebesar 1.360 ribu ton. Tengkawang sebesar
29,8 juta meter kubik. Tepung sagu sebesar 122,5 ton,dan kayu sebesar 708.8 juta meter kubik
per ton
6. Rehabilitasi alam seluas 3,6 juta hektar
7. Pengembangan hutan masyarakat seluas 0,25 hektar ekuivalen
8. Pengembangan kemampuan usaha nasional di bidang kehutanan melalui koperasi, usaha kecil
dan usaha menengah
9. Penetapan 10% dari ekosistem alam yang masih utuh sebagai kawasan konservasin alam untuk
mencadangkan sember plasma nutfah guna pembudidayaanya di masa depan
10. Terpeliharanya fungsi kawasan suka alam dan kawasan pelestarian alam serrta fungsi
ekosistem kususnya seperti wilayah daerah aliran sungai (DAS).
F. Peran Hutan Dalam Perekonomian
Hutan telah menjadi modal utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain berperan dalam
peningkatan devisa negara, hutan juga dapat mampu berperan dalam penyerapan tenaga kerja,
dan mendrong pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonom nasinal. Hutan yang khas
terlihat dari sifat kemajemukan komponen lahan, biota, dan lingkungan. Semuanya bergantung
untuk berbagai tujuan ekonomi yang berbeda faktor yang di perlukan bagi ragam tujuan ekonomi
yang tidak selalu dapat dikuasai merupakan kekhasan lain di mana lokasi dan waktu biasanya
berdimensi jangka panjang saat menonojol peranannya. Kelainan-kelainan dapat diidentifikasi
dari watak dan ciri benda dan jasa yang di hasilkan hutan tersebut. Hutan mampu mengalirkan
produk-produknya kepada masyarakat dalam jumlah dan jenisnya secara serba guna. Jenis-jenis
produk tersebut bervariasi, dari yang bersifat dapat diraba (tangibles) sampai yang tidak dapat di
raba atau dari yang manfaatnya langsung (direct products) sampai yng tidak langsung (indirect
8. 8
products). Produk yang sifatnya tangible dapat ialah hasil kayu (wood products) contohnya kayu
industri (industrial wood) seperti : Kayu fenir Kayu utuh (solid wood) Serpih kayu (chip
wood) Tiang Dan kayu non industri yaitu kayu bakar, produk dan vegetasi non-kayu lainnya
yaitu: Rotan Getah Pinus BuahTengkawang Air Sedangkan pada produk non tangible
ialah jasa perlindungan pelestarian air ,penanggulangan kekurangan air dan banjir, pelestarian
tanah, penanggulangan terhadap erosi angin dan erosi air, rekreasi, nila pertahanan dan
keamanan, keindahan, kesehatan, budaya dan keseimbangan lingkungan.
G. Peran Hutan Kota Dalam Menurunkan Tingkat Kebisingan Lingkungan
Pembangunan di wilayah perkotaan sering lebih banyak di gambarkan oleh adanya
perkembangan fisik kota . Gejala pembangunan kota pada masa lalu mempunyai kecenderungan
untuk memaksimalkan ruang terbuka hijau dan menghilangkan wajah alam. Lahan-lahan
pertumbuhan banyank yang di alihfungsikan menjadi permukiman ,perkotaan industry,tempat-
tempat rekreasi dan lain-lain. Untuk iti kini semakin di sadari bahwa wilayah penyangga hijau di
kota tidak hanya menjadikan indah dan sejuk, namun aspek kelestarian,keserasian,keselarasan
dan keseimbangan sumber daya alam akan menjadi terjaga, yang padada gilirannya akan ikut
memberikan kenyamanan, kesegaran dan terbebasnya kota dari kebisingan dan kebisingan.
Wilayah penyangga hijau akan sangat di butuhkan pada wilayah perkotaan guna mencegah
degrasi kualitas lingkungan, di samping meningkatkan kebutuhan akan sarana dan prasarananya.
Dan catatan sejarah dinyatakan bahwa sekitar 2000 tahun yang silam, tepatnya (100-44 SM)
Julius Caesar dari Roma pernah merasa terganggu dengan suara-suara keras yang timbul dari
roda besi kereta kuda(kariot). Untuk itu diperintahkan memindahkan jalur-jalur yang dilalui
kariot tersebut dengan suatu pemisah, yakni berupa htuan-hutan kota dari lingkungan
pemukiman penduduk agar polusi suara yang ditimbulkannya dapat teredam. Di Indonesia,
melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam kaitannya dengan lingkungan hidup
dan penghijauan, pembangunan kota merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan yang
tidak terpisahkan dari rangkaian usaha pembangunan nasional dalam usaha mewujudakan
kemakmuran masyarakat yang merata, seperti yang di maksudkan dalam falsafah serta tujuan
hidup bangsa Indonesia, yakni Pancasila. Keberhasilan suatu pembangunan jelas tidak dapat di
pisahkan dari dasar hokum, atau peraturan perundang-undangan yang mendasarinya maupun
yang mengatur pelaksanaanya demi tercapainya tujuan. Pegangan dasar tentang pemanfaatan
hutan kota secara tersirat telah tercukub dalam pedoman pengalaman pancasila, UUD 1945,
tetrutama dalam pasal 33 ayat (3) yang berbunyi : “ Bumi,air dan kekayaan alam yangterkandung
di dalamnyadi kuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat “.
9. 9
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Keberadaan hutan sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang besar memilki arti dan peran
penting dalam menyangga system kehidupan. Berbagai manfaat besar diperoleh dari keberadaan
hutan melalui fungsinya baik sebagai penyedis sumber daya air bagi manusia dan lingkungan,
kemampuan penyerapan karbo, pemasok oksigen di udara penyedia jasa wisata dan mengatur
iklim global. Dalam pengelolaan hutan, sudah saatnya didorong untuk memper timbangkan
manfaat, fungsi dan untung-rugi apabila akan dilakukan kegiatan eksploitasi hutan. Beberapa
banyak nilai dari fungsi yang hilang akibat kegiatan penebangan hutan pada kawasan-kawasan
yang memiliki nilai strategis seperti pada kawasan hutan di daerah hulu DAS, sehingga
pertimbangan-pertimbangan tersebut dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan
tersebut dapat di jadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam melakukan
perencanaan dan pengelolaan hutan di Indonesia.
10. 10
DAFTAR PUSTAKA
1. Barber, Charles Viktor dkk,1999. Menyelamatkan Sisa Hutan di Indonesia dan Amerika
Serikat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Kaban, Ms, 2009, Hutan Bagi Masa Depan
Indonesia.Harian Seputar Indonesa. Simon, Hasanuh, 2003,
2. Pengelolaan Hutan Jati di Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Simon, Hasanu, 2004.
Membangun kembali hutan Indonesai. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Setia zain,alam,
1995.
3. Hukum Lingkungan: Kaidah-kaidah Pengelolaan Hutan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
4. Tarigan, Robert Valentino,2006. Adakah Perlindungan Hukum Bagi Aktivis Pembela
Lingkungan.Suara Rimba. Medan. www.Economi.okezone.com www.ksjh.UGM.ac.id
www.Organisasi.org www.digilib.ui.ac.id