1) Sumber daya hutan berperan penting dalam perekonomian Indonesia, antara lain dengan menyediakan devisa, modal awal pembangunan, dan jasa lingkungan. 2) Hutan di masa depan diharapkan terus memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan ekologi melalui berbagai hasil hutan, pelestarian lingkungan, dan pariwisata. 3) Peran hutan mencakup pengendalian air, penyerap karbon, dan penyediaan air bagi masyarakat se
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hutan Indonesia seluas 120,35 juta hektar merupakan hutan tropis ketiga terbesar di
dunia setelah Brazil dan Zaire. Hutan ini mempunyai fungsi utama sebagai paru- paru dunia serta
pengimbang iklim global.selain luas, ternyata hutan indonesia menyimpan kekayaan lain, yaitu
dalam tataran global keanekaragaman hayati Indonesia menduduki posisi ke- 2 setelah
Colombia. Inilah sebabnya keberadaan hutan di Indonesia harus dipertahankan.selama 3 dekade
terakhir sumber daya hutan Indonesia telah menjadi modal utama pembangunan ekonomi
nasional, memberikan dampak positif terhadap peningkatan divisa negara, penyerapan tenaga
kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Keadaan tersebut tidak terlepas dari berbagai permasalahan lingkungan, ekonomi dan sosial yang
di sebabkan pemanfaatan hasil hutan kayu secara berlebihan dalam beberapa tahun terakhir ini
dan besarnya perubahan kawasan hutan untuk kepentingan nonkehutanan. Kerusakan hutan
selama 12 tahun (1985-1987) di Pulau Sumatera,Kalimantan, dan Sulawesi mencapai laju rata-
rata sebesar 2 ,83 juta Ha/tahun. Kerusakan ini termasuk kerusakan hutan akibat kebakaran hutan
pada tahun 1997-1998 seluas 9,7 juta Ha. Kerusakan hutan tersebut secara nyata telah
mengakibatkan bencana bagi kehidupan bangsa Indonesia, baik dalam aspek ekonomi yang
ditunjukkan demenurunnya devisa sebesar 16%, juga aspek ekologi, sosial budaya, maupun
moral, bahkan dampak negatfnya telah melampaui batas negara. Kejahatan kehutanan yang
menyebabkan, kusunya praktek-praktek ilegaloging dan peredaran kayu ilegal di Indonesia
diperkirakan sebesar 82 miliar rupiah/hari atau menurut Bank Dunia pada tahun 2002
diperkirakan mencapai USD 600 juta/tahun. Kerugian ini bersumber antara lain tidak
dipungutnya Provisi Sumber Daya Hutan, dana reboisasi dan pajak pajak lainnya. Sumber daya
hutan harus dimanfaatkan secara lestari, dan dilestarikan secara bermanfaat, yaitu tetap harus
memperhatikan kontribusi sektor kehutanan dalam upaya pembangunan ekonomi nasional
jangka panjang di samping untuk tujuan pemulihan kualitas lingkungan.
B. TUJUAN
Untuk Mengetahui Peranan Atau Kedudukan Ekonomi Sumber Daya Hutan Terhadap
Perekonomian Nasional
2. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. NILAI KONTRIBUSI HUTAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL
Nilai Sosial
Pada saat ini, diperkirakan hampir setengah dari total jumlah penduduk di Indonesia, baik secara
langsung maupun tidak langsung, mengantungkan hidupnya pada hutan (Anwar, 2000). Jumlah
ini kira-kira sama dengan 100 juta orang. Ketergantungan ini dapat berupa tersedianya lapangan
kerja dalam kegiatan pengelolaan hutan dan industri kehutanan dalam arti luas, dan berbagai
kegiatan usaha lain yang berhubungan dengan hasil hutan dan kegiatan pengelolaan hutan. Nilai
ini belum termasuk fungsi hutan dalam menyediakan berbagai bentuk jasa untuk kepentingan
kegiatan budaya, keagamaan dan aktivitas sosial lainnya.
Nilai Ekologi atau Lingkungan
a. Nilai jasa perlindungan terhadap pencegahan erosi dan pengendapan lumpur dalam wilayah
DAS, diperkirakan sebesar US $ 22,0 milyar/tahun (Anwar 2000).
b. Nilai jasa hutan untuk menyimpan karbon dengan tarif sebesar US $ 10/ton/tahun (Anwar
2000), maka dari seluruh hutan tropika di Indonesia diperkirakan sebesar: 0,50 x 120,4 juta
hektar x 250/ton/hektar x US$ 10/ton/tahun= US $150,1 milyar/tahun
Nilai-nilai tersebut baru sebagian kecil saja dari jasa ekologis ekosistem hutan Indonesia.
Beberapa nilai jasa ekologis lain yang sangat besar belum diketahui nilainya adalah:
a. Nilai perlindungan terhadap banjir.
b. Nilai keanekaragaman hayati, berupa jasanya sebagai habitat bagi berbagai jenis flora dan
fauna yang nilainya sangat tinggi dan belum diketahui, serta nilai perlindungan terhadap hama
dan penyakit tanaman pertanian berkat adanya berbagai jenis predator yang tinggal di dalam
hutan
Nilai ekonomis
Secara umum dan kualitatif, nilai ekonomis peran hutan dalam pembangunan nasional di
Indonesia dapat dinyatakan sangat penting. Gambaran rinci dari sebagian nilai tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Hasil hutan, terutama kayu, merupakan modal awal untuk pembangunan ekonomi nasional
secara berkelanjutan yang dimulai pada tahun 1969. Pada masa itu, pendapatan negara sebagian
besar bersumber dari minyak bumi dan hasil hutan, terutama kayu.
b. Dalam rentang tahun 1969-1994, hasil hutan secara keseluruhan telah memberikan kontribusi
dalam meningkatkan pendapatan perkapita penduduk Indonesia dari sebesar US $ 70,0 tahun
1969 menjadi US $ 884,0 pada tahun 1994 (Kompas edisi 3 April 1995)
3. 3
c. Selama periode tahun 1989-1999, sumbangan devisa dari industri perkayuan saja telah
memberikan devisa bagi negara rata-rata 20% dari total devisa negara pada periode tersebut
(Kartodihardjo, 1999)
d. Antara tahun 1994-1998, besarnya devisa dari hasil ekspor kayu gergajian dan kayu lapis
diperkirakan sekitar: US $ 15,302 juta atau 15,3 milyar dolar Amerika Serikat (Departemen
Kehutanan).
e. Pada era reformasi antara tahun 1999-2000, dari hasil ekspor kayu gergajian dan kayu lapis
diperoleh devisa sebesar US $ 2,736 juta atau 2,7 milyar dolar Amerika Serikat. Apabila dihitung
kayu olahan lain senilai 4,4 milyar (US $). Nilai ini belum termasuk hasil hutan bukan kayu dan
fauna serta flora selain kayu (Departemen Kehutanan).
Peran hutan dalam pembangunan nasional Indonesia di masa yang akan datang
Adapun peran hutan yang diharapkan di masa yang akan datang, antara lain:
a. Menyediakan lahan untuk bercocok tanam atau berbagai usaha lain bagi masyarakat di
sekitar hutan, tetapi tanpa merubah fungsi utama hutannya.
b. Menyediakan berbagai hasil hutan bukan kayu untuk bahan baku industri dan keperluan
masyarakat setempat maupun masyarakat lainnya.
c. Memberikan manfaat selain kayu, berupa: hasil hutan bukan kayu, lahan untuk kegiatan
budidaya tanam-tanaman yang bernilai ekonomi tinggi (jamur, tumbuhan obat dll), jasa
keindahan untuk obyek ekowisata, jasa menghasilkan air segar bersih dan kaya mineral, dll
d. Berbagai upaya konservasi dalam rangka memelihara dan meningkatkan nilai ekologis,
sosial budaya dan ilmu pengetahuan, sebagai bentuk kontribusi hutan Indonesia terhadap
pemeliharaan kualitas lingkungan dunia.
e. Keberadaan hutan yang cukup luas dan dengan kualitas yang tinggi, utamanya hutan alam,
akan sangat menguntungkan bagi posisi dan nama baik (citra) bangsa Indonesia dimata negara-
negara lain di dunia, terutama di mata negara-negara maju.
Sumber: Pengantar Ilmu Kehutanan (Endang Suhendang 2002)
B. PERANAN ATAU KEDUDUKAN EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN
TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL
Sumberdaya hutan (SDH) berperan sebagaipenggerak ekonomi dapat teridentifikasi dalam
beberapa hal, yaitu: pertama, penyediaan devisa untuk membangun sektor lain yang
membutuhkan teknologi dari luar negeri; kedua, penyediaan hutan dan lahan sebagai modal awal
untukpembangunan berbagaisektor,terutama untuk kegiatan perkebunan, industri dan sektor
ekonomi lainnya; dan yang ketiga, peran kehutanan daalam pelayanan jasa lingkungan hidup dan
lingkungan sosial masyarakat. Ketiga bentuk peranan tersebut berkaitan dengan peranan
sumberdaya hutan sebagai penggerak ekonomi yang sangat potensial, sangat kompleks dan
saling terkait.
Peran SDH tersebut dikarenakan sifat produk SDH, sebagai berikut:
4. 4
a. Kayu merupakan produk multiguna, sehingga diperlukan banya jenis industri dan produk
kayu hampir selalu berperan pada setiap tahapan perkembangan teknologi dan
perekonomian.
b. Konsumsihasilhutan(kayudanbukankayu) relatif stabil dan investasi usahanya relatif kecil
serta pengembalian modalnya dapat cepat kembali pada areal hutan alam
c. Memiliki forward lingkage dan backward lingkage yang kuat terhadap perkembangan sektor
ekonomi lainnya.
d. Mendorong berkembangnya ekonomi pedesaan, karena sifat produk sumberdaya hutan
tersebar dan volume produksinya besar, biaya angkut tinggi, sehingga dapat menciptakan
kegiatan ekonomi di permukiman dekat kawasan hutan.
e. Industri hasil hutan relatif lebih muda didirikan, biasanya tidak memerlukan input teknologi
tinggi dan skala usaha tidak terlalu besar.
B. PERAN DAN FUNGSI HUTAN DALAM PEMBANGUNAN INDONESIA DI MASA
YANG AKAN DATANG
A. Peran Hutan Dalam Pengendalian Daur Air
Hutan mampu menyediakan manfaat lingkungan yang amat besar bagi kehidupan manusia
antara lain jasa peredaman terhadap banjir, erosi, dan sedimentasi serta jasa pengendalian daur
air. Peran hutan dalam pengendalian daur air dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Sebagai pengurangan dan pembuang cadangan air di bumi melalui proses: a. Evapotranspirasi
b. Pemakaian air konsumtif untuk pembentukan jaringan tubuh vegetasi.
2. Menambah titik air di atmosfer.
3. Sebagai penghalang untuk sampainya air di bumi melalui proses intersepsi.
4. Sebagai pengurang atau peredam energi kinetik aliran air lewat: a. Tahanan permukaan dari
bagian batang di permukaan b. Tahanan aliran air permukaan adanya serasah di permukaan.
5. Sebagai pendorong ke arah perbaikan watak fisik tanah untuk memasukkan air lewat sistem
perakaran, penambahan bahan organik ataupun adanya kenaikan kegiatan biologi di dalam tanah.
Peran hutan terhadap pengendalian daur air di mulai dari tajuk menyimpan air sebagai
intersepsi. Sampai saat ini intersepsi belum dianggap sebagi faktor penting dalam daur hidrologi.
Bagi daerah yang hujannya rendah harus tetap memperhitungkan besarnya intersepsi, karena
jumlah air yang hilang sebagai air intersepsi dapat mengurangi jumlah air yang masuk ke suatu
kawasan. Dengan demikian pemeliharaan hutan yang berupa penjarangan sangat penting
dilaksanakan sesuai frekuensi yang telah ditetapkan.
B. Peran Hutan Sebagai Penyerap Karbon
Siklus karbon dalam biosfer meliputi 2 bagian siklus penting, di darat dan di laut. Keduanya
dihubungkan oleh atmosfer yang berfungsi sebagai fase antara. Siklus karbon global melibatkan
transfor karbon dari berbagai reserfoir. Jika dibandingkan dengan sumber karbon yang tidak
5. 5
reaktif, biosfer mengandung karbon yang lebih sedikit, namun demikian siklus yang terjadi
sangat dinamik di alam. Carbon Sink adalah istilah yang kerap digunakan dibidang perubahan
iklim. Istilah ini berkaitan dengan istilah hutan sebagai penyerap ( sink ) dan penyimpan (
reserfoir ) karbon. Emisi karbon ini umumnya dihasilkan dari kegiatan pembakaran bahan bakar
fosil pada sektor industri, transportasi dan rumah tangga. Banyak pihak yang beranggapan bahwa
melakukan mitigasi secara permanent melalui penghematan pemanfaatan bahan bakar fosil,
teknologi bersih, dan penggunaan energi terbaru, lebih penting dari pada melalui carbon sink.
Halini dikarenakan hutan hanya menyimpan karbon dalam waktu terbatas (stock). Ketika terjadi
penebangan hutan, kebakaran atau perubahan tata guna lahan, karbon tersebut akan dilepaskan
kembali ke atmosfer. Pada kawasan hutan pinus di DTA Rahtawu dengan umur tegakan 30 tahun
mempunyai potensi penyimpanan karbon sebesar 147,84 ton/ha, termasuk penimpanan pada
bagian batang, cabang, kulit, daun, dan bunga-buah. Dapat diprediksi kemampuan hutan pinus
berdasarkan data tersebut dalam menyimpan karbon melalui pendekatan kandungan C-organik
dalam biomas memiliki potensi penyimpanan menyampai 44% dari total biomasnya. Sehingga
DTA Rahtawu dengan luas 101,79 ha mampu menyimpan karbon dalam tegakan sebesar
15.048,5 ton, menyimpan dalam serasah sebesar 510 ton dan dalam tumbuhan sebesar 91 ton
karbon.
C. Peran Hutan Sebagai Penyedia Sumber Daya Air
Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan sangat bergantung terhadap keberadaan
hutan.Kemampuan hutan sebagai regulator air, mampu memberikan kontribusi dalam
penyediaan air bagi manyarakat sekitar hutan. Potensi sumber daya air dapat didekati dengan
mengetahui debit bulanan dan volume aliran bulanan, sedangkan untuk memprediksi debit
andalan yang selalu tersedia setiap saat dan dapat dipergunakan untuk memenuhi berbagai
macam kebutuhan masyarakat sekitar, didekati dengan pengolahan data sekunder dari hidrograf
aliran untuk mempercepat aliran debit minimumnya.
D. Peran Hutan Dilihat Dari Fungsinya
Pengelolaan hutan bagi kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang perlu menjadi perhatian
sesama, baik oleh pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha. Pemanfaatan nilai ekonomis
hutan bagi harus seimbang dengan upaya pelestarian lingkungan hidup sehingga hutan tatap
dapat dimanfaatkan secara adil dan berkelanjutan. Adapun fungsi hutan antara lain:
a. Fungsi Ekonomi Sebagai penghasil kayu dan hasil hutan lainnya seperti rotan, damar dan
lain-lain Sebagai hasil devisa bagi negara
b. Fungsi Ekologis Mempertahankan kesuburan tanah Mencegah terjadinya erosi Mencegah
terjadinya banjir Sebagi tempat untuk mempertahankan keaneka ragaman hayati
c. Fungsi Klimatologis Sebagai penghasil oksigen Sebagai pengatur iklim
6. 6
d. Fungsi Hidrologis Sebagai pengatur tat air tanah Sebagai penyimpan air tanah Mencegah
Intrusi air laut
E. Fungsi Hutan Dalam Pembangunan
Dalam pola umum pembangunan jangka panjangnkedua ( PJP II ) di letakkan pada bidang
ekonomi diantaranya dititik beratkan pada pembangunan ekonomi yang mengelola kekayaan
bumi Indonesia. Disamping untuk memberikan kemanfaatan masa kini, juga harus menjamin
kehidupan masa depan. Pembangunan kehutanan harus makin di arahkan, untuk mengingatkan
pemanfaatan hutan bagi industri dalam negeri sehingga dapat menghasilkan nilai tambah dan
menciptakan lapangan kerja yang sebesar –besarnya.
Berbagai kegiatan telah kita laksanakan dalam repelita V untuk meningkatkan fungsi linhkungan
hidup. Antara lain kita telah merehabilitasi lahan kritis dan hutan lindungseluas 44 juata hektar.
Dalam kebijaksanaan umum pembangunan dibidang kehutanan pelita VI berbagai saran ingin di
wujudkan. Arahan tersebut antaralain sebagai berikut:
1. Tercapainya pemanfaatan kawasan hutan tetap secara yuridis dan fisik seluas 113 juta hektar.
2. Tetap terpeliharanya hutan alam yang masih utuh seluas 92,4 juta hektar
3. Terwujudnya peningkatan produktivitas hutan alam dalam tiap 1 meter kubik/hektar/ahun
menjadi 5 meter kubuk/hektar/tahun
4. Tersedianya produksi kayu b ulat untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri dan
konsumsi lokal sebesar 188,3 juta meter kubikatau rata-rat sebesar 37,67 juta meter kubik/tahun
dengan sumber 60% , hutan yang dapat dikonversi 10%, hutan tanaman sebesar 7%, dan
hutan/kebun rakyat sebesar 23%.
5. Tersedianya hasil produksi no-kayu seperti rotan sebesar 1.360 ribu ton. Tengkawang sebesar
29,8 juta meter kubik. Tepung sagu sebesar 122,5 ton,dan kayu sebesar 708.8 juta meter kubik
per ton
6. Rehabilitasi alam seluas 3,6 juta hektar
7. Pengembangan hutan masyarakat seluas 0,25 hektar ekuivalen
8. Pengembangan kemampuan usaha nasional di bidang kehutanan melalui koperasi, usaha kecil
dan usaha menengah
9. Penetapan 10% dari ekosistem alam yang masih utuh sebagai kawasan konservasin alam untuk
mencadangkan sember plasma nutfah guna pembudidayaanya di masa depan
10. Terpeliharanya fungsi kawasan suka alam dan kawasan pelestarian alam serrta fungsi
ekosistem kususnya seperti wilayah daerah aliran sungai (DAS).
F. Peran Hutan Dalam Perekonomian
Hutan telah menjadi modal utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain berperan dalam
peningkatan devisa negara, hutan juga dapat mampu berperan dalam penyerapan tenaga kerja,
dan mendrong pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonom nasinal. Hutan yang khas
7. 7
terlihat dari sifat kemajemukan komponen lahan, biota, dan lingkungan. Semuanya bergantung
untuk berbagai tujuan ekonomi yang berbeda faktor yang di perlukan bagi ragam tujuan ekonomi
yang tidak selalu dapat dikuasai merupakan kekhasan lain di mana lokasi dan waktu biasanya
berdimensi jangka panjang saat menonojol peranannya. Kelainan-kelainan dapat diidentifikasi
dari watak dan ciri benda dan jasa yang di hasilkan hutan tersebut. Hutan mampu mengalirkan
produk-produknya kepada masyarakat dalam jumlah dan jenisnya secara serba guna. Jenis-jenis
produk tersebut bervariasi, dari yang bersifat dapat diraba (tangibles) sampai yang tidak dapat di
raba atau dari yang manfaatnya langsung (direct products) sampai yng tidak langsung (indirect
products). Produk yang sifatnya tangible dapat ialah hasil kayu (wood products) contohnya kayu
industri (industrial wood) seperti : Kayu fenir Kayu utuh (solid wood) Serpih kayu (chip
wood) Tiang Dan kayu non industri yaitu kayu bakar, produk dan vegetasi non-kayu lainnya
yaitu: Rotan Getah Pinus BuahTengkawang Air Sedangkan pada produk non tangible
ialah jasa perlindungan pelestarian air ,penanggulangan kekurangan air dan banjir, pelestarian
tanah, penanggulangan terhadap erosi angin dan erosi air, rekreasi, nila pertahanan dan
keamanan, keindahan, kesehatan, budaya dan keseimbangan lingkungan.
8. 8
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Hutan telah menjadi modal utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain berperan dalam
peningkatan devisa negara, hutan juga dapat mampu berperan dalam penyerapan tenaga kerja,
dan mendrong pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonom nasinal. Hutan yang khas
terlihat dari sifat kemajemukan komponen lahan, biota, dan lingkungan. Semuanya bergantung
untuk berbagai tujuan ekonomi yang berbeda faktor yang di perlukan bagi ragam tujuan ekonomi
yang tidak selalu dapat dikuasai merupakan kekhasan lain di mana lokasi dan waktu biasanya
berdimensi jangka panjang saat menonojol peranannya. Kelainan-kelainan dapat diidentifikasi
dari watak dan ciri benda dan jasa yang di hasilkan hutan tersebut. Hutan mampu mengalirkan
produk-produknya kepada masyarakat dalam jumlah dan jenisnya secara serba guna. Jenis-jenis
produk tersebut bervariasi, dari yang bersifat dapat diraba (tangibles) sampai yang tidak dapat di
raba atau dari yang manfaatnya langsung (direct products) sampai yng tidak langsung (indirect
9. 9
DAFTAR PUSTAKA
1. Barber, Charles Viktor dkk,1999. Menyelamatkan Sisa Hutan di Indonesia dan Amerika
Serikat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Kaban, Ms, 2009, Hutan Bagi Masa Depan
Indonesia.Harian Seputar Indonesa. Simon, Hasanuh, 2003,
2. Pengelolaan Hutan Jati di Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Simon, Hasanu, 2004.
Membangun kembali hutan Indonesai. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Setia zain,alam,
1995.
3. Hukum Lingkungan: Kaidah-kaidah Pengelolaan Hutan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
4. Tarigan, Robert Valentino,2006. Adakah Perlindungan Hukum Bagi Aktivis Pembela
Lingkungan.Suara Rimba. Medan. www.Economi.okezone.com www.ksjh.UGM.ac.id
www.Organisasi.org www.digilib.ui.ac.id