Dokumen tersebut membahas tentang konversi hutan dan akibatnya. Konversi hutan adalah penggunaan lahan hutan untuk tujuan selain kehutanan seperti transmigrasi, pertambangan, perkebunan dan peternakan. Akibat dari konversi hutan antara lain berkurangnya curah hujan, meningkatnya banjir dan erosi, serta kerusakan ekosistem. Secara keseluruhan konversi hutan dapat menimbulkan banyak kerugian
4. Salah satu fungsi hutan adalah sebagai paru – paru dunia,
maksudnya adalah hutan dapat menyerap gas karbondioksida
yang berbahaya bagi manusia dan menghasilkan gas oksigen
yang sangat diperlukan manusia. Hutan juga berfungsi sebagai
tempat penyimpanan air dengan volume yang sangat besar. Air
hujan yang jatuh ke bumi akan disimpan dalam akar – akar pohon
yang ada dihutan. Manfaat ini sangat terasa ketika musim hujan,
hutan bisa dijadikan sebagai pengendali banjir.
5. Pemerintah melalui lembaga kehutanan pada tahun 1950 pernah
merilis peta vegetasi yang berisi informasi bahwa sekitar 84
persen luas daratan Indonesia (162.290.000 hektar) tertutup
hutan primer dan sekunder, termasuk seluruh tipe perkebunan.
Peta tersebut juga menyebutkan luas hutan per pulau secara
berturut-turut, Kalimantan memiliki areal hutan seluas
51.400.000 hektar, Irian Jaya 40.700.000 hektar, Sumatera
37.370.000 hektar, Sulawesi 17.050.000 hektar, Maluku
7.300.000 hektar, Jawa 5.070.000 hektar serta terakhir Bali dan
Nusa Tenggara seluas 3.400.000 hektar (WRI, 2002).
6. Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat
mengkhawatirkan. World Resource Institute menyatakan hingga saat ini
Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen. Pada
periode 1997–2000, ditemukan fakta baru bahwa penyusutan hutan
meningkat menjadi 2,8 juta hektar per tahun, dua kali lebih cepat
dibandingkan tahun 1980. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah
satu negara dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia.
7. Pada tahun 2003, data dari Departemen Kehutanan menunjukkan
tutupan hutan hanya sekitar 94 juta hektar atau sekitar setengah dari
total luas lahan di Indonesia.
Pada tahun 2005, analisis FAO (Food and Agricultural Organisation)
mengatakan bahwa tutupan hutan Indonesia pada tahun 2005 hanya
sekitar 88,5 juta hektar atau sekitar 48,8% dari total luas lahan dan
46,5% dari total luas wilayah.
Pada tahun 2007, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) pada tahun
melakukan interpretasi citra satelit Landsat 7 ETM+, dengan
menggunakan data perekaman citra satelit tahun 2004 – 2006 yang
digeneralisasi menjadi data tahun 2005. Hasilnya menunjukan bahwa
tutupan hutan seluruh wilayah Indonesia berkurang menjadi sekitar 83
juta hektar.
9. Hutan Konversi adalah penggunaan lahan hutan untuk berbagai
tujuan dan kepentingan pembangunan diluar bidang kehutanan
seperti; transmigrasi, pertambangan, perkebunan, peternakan,
pencetakan sawah baru, dll (deforestasi).
13. Hutan tanaman industri (juga umum disingkat HTI) adalah
sebidang luas daerah yang sengaja ditanami dengan tanaman
industri (terutama kayu) dengan tipe sejenis dengan tujuan
menjadi sebuah hutan yang secara khusus dapat dieksploitasi
tanpa membebani hutan alami.
Hasil hutan tanaman industri berupa kayu bahan baku pulp dan
kertas (jenis tanaman akasia) serta kayu pertukangan (meranti).
di Indonesia mulai dikembangkan sejak tahun 1990-an di
Sumatera Selatan dan Riau.
14. Apabila hutan alam dikonversikan menjadi hutan tanaman
industri (HTI) dengan jenis pohon yang tumbuh cepat,karbon
yang tersimpan dalam HTI pada kondisi stedy state akan lebih
kecil dari pada karbon yang tersimpan dalam hutan alam. Oleh
karena itu cara ini merugikan dari segi pemanasan global. Akan
tetapi jika HTI itu di bangun dari hutan belukar dan dari padang
rumput,kandungan karbon dari HTI pada kandisi stedy state akan
lebih tinggi dari pada hutan belukar dan padang rumput sehingga
menguntungkan dari segi penangkalan pemanasan global.
15. Konversi hutan alam tidak selalu berdampak buruk, bahkan tidak
sedikit kisah sukses konversi hutan menjadi tata guna lahan yang
lebih produktif dan lestari seperti konversi hutan alam menjadi
lahan sawah, perkebunan teh, karet dan berbagai bentuk wana-
tani, termasuk pekebunan kelapa sawit di Jawa, Sumatera dan
Kalimantan.
17. Dari sisi hidrologi telah banyak kajian dan penelitian yang
menerangkan bahwa secara umum perubahan fungsi hutan
terutama hutan tropis akan berpengaruh terhadap komponen
hidrologi seperti curah hujan, total debit tahunan, distribusi
musiman aliran sungai, erosi dan sedimentasi.
18. Dampak nyata yang dapat dirasakan diantaranya berupa:
1. berkurangnya curah hujan suatu wilayah yang luasan tutupan
hutannya berkurang secara signifikan
2. meningkatnya debit puncak aliran sungai dibandingkan kondisi
sebelum hutan dialihfungsikan, meskipun dengan kondisi curah
hujan yang relatif tetap. Hal ini merupakan salah satu pemicu
terjadinya banjir.
3. Terjadinya kekeringan atau menurunnya debit sungai saat
musim kemarau dibandingkan kondisi awal sebelum hutan
dikonversi.
4. Meningkatnya erosi dan sedimentasi.
5. Meningkatnya frekuensi kejadian longsor terutama longsor
dangkal
19. 6 dampak buruk yang disebabkan adanya perkebunan kelapa
sawit:
1. Kerusakan ekosistem hayati
2. Pembukaan lahan dengan cara dibakar
3. Kerusakan unsur hara dalam tanah
4. Munculnya hama imigran baru yang sangat ganas
5. Terjadinya konflik vertikal dan horizontal dengan warga
6. Bencana banjir dan kekeringan
21. Secara keseluruhan, konversi hutan dapat menyebabkan banyak
kerugian. Dengan cara yang tepat, dampak negatif dari konversi hutan
dapat diminimalisir, akan lebih baik jika penggunaan lahan untuk tujuan
tertentu digunakan di kawasan terbuka seperti padang rumput atau semak
belukar.