7. 1. Ejaan Fonetis
Ejaan fonetis berusaha melambangkan setiap bunyi yang
berbeda, baik bunyi yang membedakan arti maupun tidak.
Bahasa yang menggunakan sistem ejaan fonetis ini adalah
bahasa melayu Malaysia, atau disingkat bahasa Malaysia.
Contoh:
kata agung dalam bahasa Indonesia
akan ditulis
agong dalam bahasa Malaysia
8. Penalaran fonetisnya adalah sebagai berikut:
Huruf o memang dimaksudkan untuk melambangkan
bunyi yang lebih dekat dengan ke [o] daripada ke [u].
Akan tetapi pada penulisan kata, Keagungan lambang
bunyinya kembali menggunakan huruf u sebab
pengucapannya memang benar-benar [u] murni.
Di dalam kasus ini kedua bunyi tersebut
sebenarnnya tergolong dalam satu fonem, namun
karena yang digunakan adalah dasar penulisannya
bunyinya ( bukan fonemnya), maka keduanya
terpaksa dibedakan.
9. 2. Ejaan Fonemis
Ejaan Fonetis bersifat lebih sederhana daripada ejaan
fonetis, sebab hanya bunyi berstatus fonem saja yang
diperhitungkan dalam penentuan huruf yang digunakan.
Dalam penulisan kata-kata berikut:
• agung dan keagungan
• kurung dan kurungan
• sarung dan sarungan
10. Semuanya menggunakan huruf u sebagai
perwujudan fonem [u], baik pada suku terbuka
maupun pada suku tertutup.
Apabila dipandang dari segi pengucapannya,
keduanya memang berbeda.
Akan tetapi karena keduanya tergolong satu fonem,
maka seesuai dengan sifat fonemis keduanya
dituliskan dengan satu macam huruf saja.
Hal tersebut juga berlaku untuk penulisan kata
• pilih dan pilihan,
• kering dan kekeringan,
• hampir dan menghampiri.
11. Ejaan Fonetis Ejaan Fonemis
a. Jaelani Sidek Jaelani Sidik
a. Yang Dipertuan Agong Yang Dipertuan Agung
a. Sarong Kelantan Sarung Kelantan
Perbandingan Ejaan Fonetis dan Ejaan Fonemis dengan beberapa contoh yang
biasa dijumpai,