Dokumen ini membahas tentang dukungan nutrisi pada sindrom nefrotik dengan tujuan mengganti kehilangan protein terutama albumin melalui urin. Diet harus menyediakan energi 35 kkal/kgBB, protein 1.0-0.8 g/kgBB dan karbohidrat yang mencukupi serta mengontrol kadar kolesterol dan protein urin. Monitoring dilakukan untuk mengevaluasi keberhasilan intervensi gizi.
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
SindromNefrotikDiet
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Wilkins pada tahun 1996, dukungan
nutrisi mempunyai peranan penting dalam
terapi sindrom nefrotik. Tujuan utama
pemberian dukungan nutrisi pada sindrom
nefrotik adalah menggantikan albumin dan
protein lain yang keluar melalui urin.
2. B. Tujuan
1. Tujuan umum
Pemberian dukungan nutrisi pada sindrom
nefrotik adalah menggantikan albumin dan
protein lain yang keluar melalui urin.
2. Tujuan khusus
Menggatikan kehilangan protein terutama
albumin.
3. BAB II
ISI
A. Pengertian
Sindrom nefrotik merupakan salah satu
manifestasi klinik glomerulonefritis. Ditandai
dengan edema anasarka, proteinuria masif >
3,5 g/hari, hipoalbuminemia < 3,5
g/dl, hiperkolesterolimia dan lipiduria.
4. B. Etiologi
Sindrom nefrotik dapat disebabkan
glumerulonefritis primer dan sekunder akibat
infeksi, keganasan, penyakit jaringan
penghubung (connective tissue disease), obat
atau toksin dan akibat penyakit iskemik.
5. C. Pengkajian Gizi dan Diagnosis Gizi
1. Pengkajian gizi
a. Antropometri
b. Biokimia
c. Klinis atau fisik
d. Riwayat makan
e. Riwayat personal
6. 2. Diagnosis gizi
a. Domain asupan
b. Domain klinis
c. Domain perilaku
7. D. Inteverensi Gizi
1. Tujuan diet
a. Mengganti kehilangan protein terutama
albumin.
b. Mengontrol kadar laboratorium
kolesterol, trigleserida dan protein urin
hingga batas normal.
8. 2. Syarat diet
a. Energi cukup yaitu 35 kkal/ kg BB per
hari.
b. Protein sedang yaitu 1,0 gram/kg BB
atau 0,8 gram/kg BB ditambah jumlah
protein yang dikeluarkan melalui urin.
c. Lemak sedang yaitu 15 – 20% dari
kebutuhan energi total.
9. d. Karbohidrat cukup yaitu kebutuhan
energi total dikurangi energi yang
berasal dari protein dan lemak.
10. 3. Jenis Diet dalam Indikasi Pemberian
Diet sindrom nefrotik
Contoh :
Energi : 1750 kkal
Protein : 50 gram
Natrium : 2 gram
11. 4. Merencanakan Menu Sesuai Kebutuhan Klien
a. Menetapkan standar makanan
b. Bahan makanan yang tidak dianjurkan
c. Bentuk makanan disesuaikan dengan
kondisi.
d. Frekuensi diberikan sering (minimal 6 kali
sehari) dengan tiga kali makanan lengkap
dan 2 – 3 kali makanan selingan.
12. 5. Melakukan Konseling Gizi
a. Menginformasikan status gizi dan asupan
gizi
b. Menjelaskan tujuan diet sindrom nefrotik.
c. Menjelaskan tentang penerapan diet
sindrom nefrotik.
d. Mendiskusikan hambatan yang dirasakan
klien serta alternatif pemecahannya
13. E. Monitoring dan Evaluasi Gizi
Hasil yang diharapkan pada pemeriksaan
berikutnya dan eveluasi dari data
antropometri, data biokimia, data klinis dan
riwayat makan merupakan indikator tentang
keberhasilan klien dalam mencapai tujuan
interverensi.
14. F. Rencana Tindak Lanjut
1. Simpan data hasil konseling pada arsip
sesuai SOP setempat.
2. Ingatkan klien tentang waktu konsultasi
selanjutnya.
3. Pada kunjungan selanjutnya dilakukan
proses asuhan gizi kembali hingga tujuan
tercapai.
15. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom nefrotik merupakan salah satu
manifestasi klinik glomerulonefritis.
Intervensi gizinya dengan meningkatkan
asupan energi sampai dengan 35 kkal/kg BB/
hari, mengganti kehilangan protein terutama
albumin, mengurangi edema dan menjaga
keseimbangan cairan tubuh.
16. B. Saran
Mengkaji melalui literatur lainnya mengenai
terapi diet pada penderita sindrom nefrotik
untuk lebih menyempurnakan dan wawasan
mengenai masalah tersebut.
17. DAFTAR PUSTAKA
Beck, Marry E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet
Hubungannya dengan Penyakit-penyakit untuk
Perawat dan Dokter. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Cornelia, dkk. 2010. Penuntun Konseling Gizi.
Jakarta: PT. Abadi.
Instalasi Gizi RS Dr. Cipto Mangunkusumo. 2007.
Penuntun Diet edisi baru. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.