SlideShare a Scribd company logo
1 of 70
Asuhan Keperawatan pada Pasien Akibat
Radang Saluran Pencernaan
Kegiatan BelajarI
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
TUJUANPembelajaran Umum
Setelah menyelesaikan materi kegiatan belajar 1 ini di
harapkan Anda mampu memberikan asuhan keperawatan
pasien dengan gastritis
TUJUANPembelajaran Khusus
Setelah menyelesaikan materi kegiatan belajar 1 ini diharapkan
Anda mampu menjelaskan: 1)pengertian gastritis, 2)penyebab
gastritis, 3) etiologi, 4) pathofisiologi gastritis, 5) managemen
medis gastritis, dan 6) managemen keperawatan.
POKOKMateri
Dalam kegiatan belajar 1 2. Fisiologi
ini Anda akan mempelajari
3. Etiologi
materi tentang asuhan
keperawatan pada gangguan
sistem pencernaan gastritis
yang meliputi:
4. Pathofisiologi
5. Managemen medis
6. Managemen Keperawatan
1. Pengertian
1
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Uraian Materi
Pernahkah Anda mendengar, atau menolong pasien dengan gastritis?
Berikut ini Anda akan mempelajari materi asuhan keperawatan pasien dengan
gastritis.
1. Pengertian
Apa pengertian dari gangguan sistem pencernaan gastritis? Adalah Inflamasi
lapisan lambung karena iritasi dari mukosa lambung (LeMone & Burke, 2008),
sedangkan menurut Brunner & Suddarth’s (2009) adalah Inflamasi mukosa
gastrik/lambung.
2. Fisiologi (fungsi pencernaan & sekresi dan motorik)
Normalnya gaster dilindungi oleh barier mukosa gastrik dari HCl dan pepsin.
Barier mukosa gastrik meliputi:
a. Lapisan impermiabel lipid hidriphobic à melindungi sel epitel gaster,
mencegah difusi molekul yg larut air (alkohol dan aspirin bisa menembus
lapisan ini).
b. Sekresi Ion bicarbonat sebagai respon terhadap sekresi HCl, HCO - = H+
3
àmukosa gaster tetap intak. Prostaglandin support produksi HCO - dan3
blood flow.
c. Mukus gel, menjaga lapisan lambung dari pepsin dan menagkap HCO -
3
untuk menetralisir HCl, berfungsi juga sebgai lubrikan untuk mencegah
kerusakan mekanik yg disebabkan isi lambung.
3. Etiologi
Penyebab gastritis akut adalah konsumsi alkohol dan obat anti inflamasi non
steroid (NSAID) yang berkepanjangan, krisis medis akut seperti operasi besar,
trauma, luka bakar dan infeksi berat. Penyebab gastritis kronis meliputi: infeksi
2
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Helicobacter pylori, refluk cairan empedu kronik, stres dan penyakit imun.
4. Patofisiologi
Gastritis akut ditandai dengan kerusakan barier mukosa oleh
karena iritasi lokal (membran mukosa gaster menjadi edema dan hiperemi
= kongesti dari cairan dan darah) à kerusakan ini menyebabkan kontak
antara HCL dan pepsin dengan jaringan gaster à iritasi, inflamasi dan erosi
superfisial Mukosa gastric mengalami regenerasi secara cepat, gastritis akut
à self-limiting disorder yang resolusi dan penyembuhannya terjadi dalam
beberapa hari. Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan karena tidak
sengaja maupun dengan sengaja mencerna Asam atau alkali kuat (amonia,
lysol), inflamasi berat ataupun nekrosis, gangren lambung, mengakibatkan
perforasi, perdarahan sampai peritonitis, Jika sampai terbentuk Jaringan
parut maka akan terjadi obstruksi pilorus (LeMone & Burke, 2008)
Mekanisme primer dari erosive gastritis adalah terjadinya iskemia
dari mukosa gaster yang terjadi akibat vasokonstriksi symphatetik, dan tissue
injury akibat asam sehingga menimbulkan rosi supervisial mukosa gaster
multiple
Gastritis kronis, kerusakan progresif yang diawali adanya Inflamasi
superfisial dan secara bertahap berkembang menyebabkan atropy pada
jaringan gaster (gambar 1)
Unrelated to acute gastritis Tahap awal dikarakteristikkan adanya
perubahan pada mukosa gaster dan penurunan produksi mucus, Seiring
perkembangan penyakit, kelenjar mukosa gaster terganggu dan rusak
Tipe A (gastritis autoimun) diakibatkan oleh perubahan pada sel
parietal yang menimbulkan atrofi & infiltrasi seluler Pada tipe ini tubuh
menghasilkan antibodi terhadap sel parietal & faktor intrinsik, antibodi ini
merusak sel mukosa gaster mengakibatkan atrofi, infiltrasi seluler & hilangnya
kemampuan untuk sekresi HCL serta pepsin
3
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Gambar 1, iritasi pada dinding lambung (gastritis)
Tipe B (gastritis H. Pylori) Gram negatif spiral bakterium mempengaruhi
antrum dn pilorus Infeksi Helicobacter Pylori (H. Pylori) menyebabkan
inflamasi pada mukosa gaster disertai infiltrasi neutrofil dan lymfocyte à
lapisan terluar gaster menjadi tipis dan athropy sehingga kemampuan untuk
melindungi gaster dari autodegestif oleh HCl dan pepsin berkurang H. Pylori
àmeningktakan risiko terjadinya Ulkus peptikum, Ca. Gaster.
5. Managemen medis
Gastritis akut, didiagnosa berdasarkan riwayat kesehatan dan manifestasi
klinis. Gastritis kronis, karena gejala samar maka diperlukan pemeriksaan
lanjut dan intensif. Pasien dengan gastritis akut dan kronis pada umumnya
tidak sampai di rawat di rumah sakit dalam waktu lama. Pasien membutuhkan
perawatan akut hanya pada saat mengalami mual dan muntah berat sehingga
memungkinkan atau sampai terjadi gangguan
elektrolit serta nutrisi.
keseimbangan cairan dan
Terapi obat untuk mengeliminasi bakteri H
clarithromycin dan metronidazole dan proton
pylori (antiinfektif agent);
pump inhibitor, biasanya
diberikan selama satu minggu; Untuk mengurangi sekresi gastric; H2
reseptor
antagonist; ranitidin, cimetidine, prostaglandin analog (misoprostol) dan
antasida (magnesium hidroksida, aluminium hidroksida), antisecretori agen
(omeprazole, rabeprazol). Untuk mencegah difusi balik HCl dan menstimulasiproduksi mukus biasanya diberikan mucosal barrier fortifier (sucralfate).
4
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pembedahan meliputi parsial gastrectomi, pyloroplasti, vagotomi ataupun
gastrektomi total diindikasikan pada pasien dengan perdarahan hebat karena
gastritis erosiva berat.
6. Managemen keperawatan
a. Pengkajian
Bagaimana Anda melakukan pengkajian? Data-data yang perlu untuk dikaji
antara lain:
1) Riwayat hidup
Dalam riwayat hidup yang perlu dikaji antara lain: umur, jenis kelamin,
jenis stres, pola makan (diet), perokok, alkoholik, minum kopi, dan
penggunaan obat-obatan tertentu.
2) Pemeriksaan fisik
Secara subyektif dijumpai; keluhan pasien berupa: nyeri epigastrium,
perut lembek, kram, ketidakmampuan mencerna, mual, muntah.
Sedangkan secara obyektif dijumpai: tanda-tanda yang membahayakan,
meringis, kegelisahan, atau merintih, perubahan tanda-tanda vital,
kelembekan daerah epigastrium, dan penurunan peristaltik, erythema
palmer, mukosa kulit basah tanda-tanda dehidrasi.
3) Psikologis
Dijumpai adanya kecemasan dan ketakutan pada penderita atau
keluarganya mengenai kegawatan pada kondisi krisis.
b. Diagnosis keperawatan
1) Nyeri akut atau nyeri kronik berhubungan dengan iritasi mukosa
lambung sekunder stres psikologi
2) Gangguan nutrisi: kekurangan makanan sehubungan dengan kurangnya
asupan makanan sekunder akibat mual, muntah
3) Resiko kekurangan volume cairan sehubungan dengan pemasukan
cairan dan elektrolit yang kurang, muntah.
5
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
4) Kurang pengetahuan sehubungan dengan informasi yang kurang
tentang penyebab gastritis dan pengobatan yang teratur
c. Perencanaan
1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekunder stres
psikologi
Tujuan: setelah tindakan keperawatan pasien mengatakan nyeri
berkurang Intervensi Keperawatan:
1) Kaji keluhan nyeri, lokasi, intensitas, dan skala nyeri
2) Jelaskan penyebab dan efek nyeri pada pasien
3) Anjurkan pasien untuk istirahat selama fase akut
4) anjurkan pasien menghindari makanan yang menyebabkan
ketidaknyaman/nyeri (alkohol, rempah, makanan pedas/panas, dll)
5) Bantu pasien untuk mengurangi nyeri (tehnik relaksasi)
6) Berikan obat analgesik sesuai resep.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurangnya asupan makanan sekunder akibat mual, muntah.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Intervensi keperawatan:
1) Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan sedikit tetapi sering
2) Batasi asupan makanan dan rempah yang menyebabkan distres.
3) Bantu pasien mengidengifikasi makanan yang menyebabkan
ketidaknyaman (teh, kopi, cola, merica, makanan panas, dll)
4) Berikan makanan lunak
5) Lakukan oral higine
6) Berikan diet yang bervariasi sesuai dietnya
6
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
7) Berikan obat anti emetik sesuai resep
8) Monitor dan catat frekuensi jumlah dan warna warna muntahan,
9) Observasi asupan dan output nutrisi pasien
10) Timbang berat badan
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
Tujuan: setelah tindakan keperawatan asupan cairan pasien menjadi
adekuat Intervensi keperawatan:
1) Motivasi pasien untuk minum ± 1500-2500ml
2) Berikan cairan intravena sesuai resep
3) Monitor tanda vital, evaluasi turgor kulit, membran mukosa
4) Monitor intake dan output dan keseimbangan elektrolit
d. Evaluasi
Bagaimana Anda mengevaluasi responpasien dengan gastritis?
Berdasarkan
diagnosis keperawatan yang telah diidentifikasi, Anda mengevaluasi respon
pasien dengan gastritis. Kriteria yang diharapkan meliputi:
1) Mengelola nyeri dan menyatakan peningkatan kenyamanan dicapai.
2) Mencegah eksaserbasi dengan identifikasi dan menghindari situasi dan
stimuli yang berlebihan
3) Mempertahankan berat badan pada tingkatan yang normal/ideal
dengan mengikuti diet yang tepat tanda kekambuhan tanda dan gejala
gastritis.
4) Menggambarkan dan mentaati aturan terapi yang diresepkan.
Nah, untuk lebih memperkuat penjelasan tentang gastritis, cobalah
Anda diskusikan tentang cara kerja obat yang biasa diberikan pada pasien,
7
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
serta jenis pembedahan, dan perawatan pasca pembedahan pada pasien
gastritis. Tuliskan jawaban Anda pada kolom dibawah ini!
I. Thypus abdominalis
A. Tujuan pembelajaran umum
Setelah menyelesaikan materi kedua kegiatan belajar-1 ini di harapkan Anda
mampu memberikan asuhan keperawatan pasien dengan thypus abdominalis.
B. Tujuan pembelajaran khusus
Setelah menyelesaikan materi kegiatan belajar-1 ini diharapkan Anda
mampu menjelaskan: 1) pengertian thypus abdominalis, 2) penyebab thypus
abdominalis, 3) pathofisiologi thypus abdominalis, 4) managemen medis
thypus abdominalis, dan 5) managemen keperawatan.
C. Pokok-pokok materi
Dalam kegiatan belajar-1 ini Anda akan
tentang asuhan keperawatan pada pasien
mempelajari pokok-pokok materi
thypus abdominalis yang meliputi:
1. Pengertian
2. Penyebab
3. Pathofisiologi
4. Managemen medis
5. Managemen Keperawatan
8
H2 reseptor antagonist ..................................................................................................
Gastrectomi adalah ......................................................................................................
Perawatan post op gastrectomi meliputi : ......................................................................
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
D. Uraian materi
Berikut ini akan diuraikan tentang asuhan keperawatan pasien dengan thypus
abdominalis, silahkan Anda pelajari dan pahami materi berikut.
1. Pengertian:
Apa pengertian dari gangguan sistem pencernaan thypus abdominalis?
Gangguan sistem pencernaan thypus abdominalis adalah suatu penyakit
infeksi sistemik yang bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi
menyerang usus halus khususnya daerah ileum.
2. Penyebab
Salmonella typhi bakteri gram negatif, tidak berkapsul, memiliki flagella
peritrikosa Mempunyai: antigen somatik (O) terdiri dari Oligosakarida,
antigen flagerlar (H) terdiri dari protein, Antigen selubung (K) terdiri dari
polisakarida Endotoksin berupa makromolekuler
3. Patofisiologi
S. typhi penularan melalui oral (makanan atau minuman yang
terkontaminasi) melewati “barrier” asam lambung, melewati “barrier”
usus halus, menempel dan masuk ke dalam sel epitel usus halus, bergerak
kearah baso lateral, keluar dari epitel usus halus, masuk ke lamina propia
Fenomena “KUDA TROYA” menimbulkan bakteremia I yang asimtomatik.
Selain melalui lapisan sel epitel usus halus, S. typhi masuk lewat sel M
yang berada diatas “Plaque de Peyer” usus halus, Bakteremia I terjadi 24
– 72 jam setelah infeksi, Sebagian S. typhi dalam makrofag keluar dari
sirkulasi masuk ke dalam jaringan organ nonlimfoid àberkembangbiak
S. typhi yang ada dalam makrofag dapat bertahanhidup &
berkembangbiak
didalam fagosom makrofag. Sel mengalami lysis à S.typhi keluar ke
peredaran darah umum menimbulkan bakteremia II yang simtomatis
4. Managemen medis
a. Pemeriksaan darah: Biakan darah: positif pada minggu I, Reaksi widal:
9
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Aglutinin O, H, Vi, Makin tinggi titernya makin besar kemungkinan
pasien menderita tyfoid. Pada infeksi aktif, titer reaksi akan meningkat
pada pemeriksaan ulang.
b. Terapi obat: kloramfenikol, kotrimoksazol, Ampicillin & amoxacillin
biasanya diberikan pada pasien thyfoid dengan leucopenia.
c. Pengobatan tyfoid pada wanita hamil: Kloramphenicol pada trimester
III dapat berakibat partus prematur, IUFD, Grey sindrom pada neonates,
Tiamfenicol pd trimester I – teratogenik.
d. Diet.
5. Managemen keperawatan
a. Pengkajian
Kaji pasien tentang penyediaan air bersih, kebersihan individu
dalam kebiasaan makan, minum, sanitasi lingkungan, riwayat vaksinasi,
penyakit Thyfoid aberhubungan denganominalis sebelumnya, Riwayat
keluhan sekarang: lesu, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, sakit
waktu menelan, perasaan tidak enak diperut, batuk -- minggu I.
Suhu badan pada sore dan malam hari, riwayat pengobatan anti
mikroba suhu badan meningkat, bradikardi relative, lidah yang khas (kotor
ditengah, tepi dan ujung merah dan tremor, hepatomegali, splenomegali,
meteorismus (akumulasi udara dalam intestin), gangguan kesadaran:
somnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis, roseola: bintik merah
pada leher, punggung, paha
b. Diagnosis keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien typhoid adalah:
1) Resiko tinggi ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengani hipertermi dan muntah.
2) Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengani intake yang tidak adekuat.
10
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
3) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.
4) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan
dengan kelemahan fisik.
5) Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan
kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat.
c. Perencanaan
1. Resiko tinggi gangguan ketidakseimbangan volume cairan dan
elektrolit, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hipertermia
dan muntah.
Tujuan; ketidakseimbangan volume cairan tidak terjadi
Dengan Kriteria hasil: membran mukosa bibir lembab, tanda-tanda
vital (TD, S, N dan RR) dalam batas normal, tanda-tanda dehidrasi
tidak ada
Intervensi keperawatan:
a) Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor
kulit tidak elastis dan peningkatan suhu tubuh,
b) pantau intake dan output cairan dalam 24 jam,
c) ukur BB tiap hari pada waktu dan jam yang sama,
d) catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah nyeri dan distorsi
lambung.
e) Anjurkan pasien minum banyak ± 2000-2500 cc per hari,
f) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl)
dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan tambahan
melalui parenteral sesuai indikasi.
2. Resiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
Tujuan: resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi
11
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
intervensi Keperawatan:
a) Kaji pola nutrisi pasien, kaji makan yang di sukai dan tidak disukai
pasien,
b) Anjurkan tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut,
c) Timbang berat badan tiap hari.
d) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet Bantu klien
mengidentifikasi jenis makanan rendah selulosa.
e) Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering, catat laporan atau hal-
hal seperti: mual, muntah, nyeri dan distensi lambung.
f) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium seperti Hb, Ht dan
Albumin.
g) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antiemetik
seperti (ranitidine).
3. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
Tujuan: hipertermi teratasi.
Kriteria hasil: suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal bebas
dari kedinginan dan tidak terjadi komplikasi yang berhubungan
dengan masalah typhoid.
Intervensi keperawatan:
a) Observasi suhu tubuh pasien.
b) Anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas pasien.
c) Beri kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah axila, lipat
paha, temporal bila terjadi panas.
d) Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat
menyerap keringat seperti katun.
e) Anjurkan klien untuk minum banyak (2-3 lt/hari).
f) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik.
12
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
g) Berikan antibiotik sesuai resep.
4. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan
dengan kelemahan fisik.
Tujuan: Kebutuhan sehari-hari pasien terpenuhi.
Kriteria hasil: pasien mampu melakukan aktivitas, bergerak dan
menunjukkan peningkatan kekuatan otot.
Intervensi Keperawatan:
a) Berikan lingkungan tenang dengan membatasi pengunjung.
b) Bantu kebutuhan sehari-hari pasien seperti mandi, BAB dan BAK.
c) Bantu pasien mobilisasi secara bertahap.
d) Jika kesadaran klien menurun rubah posisi tiap 2 jam
e) Dekatkan barang-barang yang selalu di butuhkan ke meja pasien,
f) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin sesuai indikasi.
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang
informasi atau informasi yang tidak adekuat
Tujuan: pengetahuan keluarga meningkat.
Kriteria hasil: pasien menunjukkan pemahaman tentang penyakitnya,
melalui perubahan gaya hidup dan ikut serta dalam pengobatan.
Intervensi keperawatan:
1) Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga pasien tentang
penyakit anaknya.
2) Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien.
3) Beri kesempatan keluaga untuk bertanya bila ada yang belum
dimengerti.
4) Beri reinforcement positif jika pasien menjawab dengan tepat.
5) Pilih berbagai strategi belajar seperti teknik ceramah, tanya jawab.
13
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
6) Demonstrasikan dan tanyakan apa yang tidak di ketahui pasien.
7) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada
pasien.
d. Evaluasi
Bagaimana Anda melakukan evaluasi? Berdasarkan diagnosis
keperawatan yang telah diidentifikasi, perawat mengevaluasi respon
pasien dengan tifoid. Kriteria yang diharapkan meliputi:
1) Mempertahankan berat badan pada tingkatan yang normal/ideal
dengan mengikuti diet yang tepat tanda kekambuhan tanda dan
gejala tifoid
2) Menjelaskan pentingnya asupan nutrisi yang adekuat untuk
penyembuhan penyakit.
3) Membran mukosa basah, turgor kulit baik.
II. Hepatitis
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah menyelesaikan materi ketiga kegiatan belajar 1 ini di harapkan Anda
mampu memberikan asuhan keperawatan pasien dengan hepatitis.
B. Tujuan pembelajaran khusus
Setelah menyelesaikan materi kegiatan belajar-1 ini diharapkan Anda mampu
menjelaskan: 1) pengertian hepatitis, 2) penyebab hepatitis, 3) pathofisiologi
hepatitis, 4) managemen medis hepatitis, dan 5) managemen keperawatan.
C. Pokok-pokok materi
Dalam kegiatan belajar-1 ini anda akan mempelajari materi tentang asuhan
keperawatan pada pasien hepatitis yang meliputi:
14
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
1. Pengertian
2. Penyebab
3. Gejala klinis
4. Patofisiologi
5. Managemen medis
6. Managemen Keperawatan
D. Uraian Materi
Anda mungkin sering mendengar suatu penyakit yaitu hepatitis. Topik
hepatitis akan kita bahas bersama berikut ini:
1. Pengertian
Apa definisi dari hepatitis? Hepatitis adalah proses peradangan jaringan
hati, Keradangan hati dapat juga karena paparan agen farmakologik atau
kimia baik dengan inhalasi, ingesti atau pemberian parenteral.
2. Penyebab
Apa penyebab dari hepatitis? Infeksi disebabkan oleh virus hepatitis
A, B, C, D, E, (F, G jarang), virus lain: eptein barr, cytomegalovirus; reaksi
transfusi darah yang terpapar virus hepatitis. Non infeksi disebabkan oleh
bahan beracun, alkohol, obat-obatan, acetaminophen, carbon tetracloride,
trichloroethylene, fosfor kuning.
3. Gejala klinis
Tahap Pra Ikterik (tahap prodromal), 3-10 hari (rata-rata 1 minggu);
anorexia, hipertermi (sampai menggigil), mual & muntah, dispepsia,
artralgi ,nyeri tekan pada hepar, malaise, berat badan menurun.
Tahap ikterik (puncak dalam 1-2 minggu); didahului urin berwarna coklat,
sklera kuning, kemudian seluruh badan, ikterik: gangguan metbolisme
billirubin, anorexia, mual & muntah, dispepsia, nyeri tekan pada hepar,
15
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
malaise.
Tahap paska ikterik (Tahap Penyembuhan); Hilang dalam waktu 2-6
minggu, Ikterus berangsur berkurang dan hilang, dalam waktu 2-6
minggu, Penyembuhan sempurna terjadi dalam waktu 3-4 bulan.
4. Patofisiologi
Virus hepatitis menyebabkan Inflamasi adalah menyebar ke jaringan hepar
melalui infiltrasi, inflamasi, degenerasi & regenerasi bisa terjadi secara
serentak, inflamasi yang disertai oedema dapat menekan cabang vena
porta, transaminase serum meningkat, masa protombin memanjang.
5. Managemen medis
Tidak ada pengobatan spesifik difokuskan pada penegakan diagnosis.
Terapi suportif: cairan dan elektrolit, vitamin K, antihistamin untuk
pruritus, antiemetik. kortikosteroid untuk hepatitis virus fulminan, obat
untuk mengurangi kegelisahan & malaise harus dicegah (mengandung
sedatif & detoksifikasi hepar).
Hasil laboratorium: Alanine aminotransferase (ALT) > 1000mU/ml,
Aspartate aminotransferase (AST) > 1000-2000 mu/ml, Serum total
bilirubin > 2.5 mg/dl, HAV diidentifikasi dengan adanya anti HAV dalam
darah, Keradangan yang berlanjut ditandai dengan adanya IgM dalam
darah, infeksi sebelumnya ditandai dengan IgG antibodi, Adanya HBsAg
dan IgM anti HBc indikasi terkena HBV, adanya Anti HBs indikasi sembuh
atau kebal terhadap Hep B, Untuk HCV discreening dengan ELISA dan
lebih spesifik RIBA (recombinant imunoblot assay).
6. Managemen keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian psikososial: gejala kelemahan, inaktifitas, keluhan
yang samar dapat menyebabkan depresi, pasien mungkin merasa malu
16
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
dengan isolasi pencegahan dan hygiene sehingga membatasi interaksi
sosial, pasien dapat bosan karena perawatan yang lama dan komplikasi,
anggota keluarga kadang takut mungkin menjaga jarak dengan pasien.
Pengkajian riwatat sebelumnya: tanyakan; ia telah terpapar
oleh pasien hepatitis lain?, transfusi darah atau hemodialisis terakhir?,
tanyakan: aktifitas seksual, aktifitas sosial, pemakaian obat injeksi,
tattoo atau tindik telinga terakhir, kehidupan khusus (barak militer,
apartemen), menerima darah atau produk darah atau transplantasi?,
riwayat pekerjaan, perjalanan pasien, riwayat makan/minum air yang
mungkin terkontaminasi.
Pengkajian fisik: Pasien mungkin mengeluh penurunan napsu
makan, mudah lelah, Kaji adanya keluhan berikut: nyeri abdomen,
arthralgia, myalgia, diarrhea/konstipasi, demam, iritabel, lemah badan,
mual/muntah. Kulit, membran mukosa, sklera diinspeksi adanya
jaundice, rash pada kulit; hepatitis B, C?, pasien mungkin mengeluh
gatal kulit, Pasien mungkin mengeluh urine warna gelap, feses pucat,
suhu (38-39oC pada hepatitis A).
b. Diagnosis keperawatan
1) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan. Penurunan produksi
metabolisme energi sekunder disfungsi hati.
2) Nutrisi Imbalans: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan. Anoreksia, mual, muntah.
3) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan penyebab dan
cara penularan hepatitis.
4) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus
sekunder disfungsi hati.
5) Ketidakefektifan proteksi berhubungan dengan peningkatan
resiko perdarahan sekunder penurunan absorbsi vit K dan
trombositopenia.
17
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
c. Perencanaan
1) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan produksi
metabolisme energi sekunder disfungsi hati.
Tujuan: pasien secara bertahap meningkatkan aktifitas pada tingkat
sebelum hepatitis terjadi.
Intervensi:
a) Istirahatkan pasien beberapa hari
b) Kelola pelayanan sehingga pasien tidak kelelahan
c) Jadwalkan waktu istirahat dan aktifitas keseharian
d) Berikan aktifitas pengganti sesuai kesukaan pasien
e) Dorong keluarga/anggota keluarga mengunjungi pasien
beberapa saat
2) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah.
Tujuan: pasien akan mencapai intake nutrient & kalori yang optimal
untuk meningkatkan penyembuhan hati.
Intervensi:
a) Berikan diet tinggi kalori, moderat lemak dan protein
b) Berikan makanan sedikit, sering dan penyajian menarik
c) Sarankan keluarga membawa makanan jika diijinkan
d) Berikan vitamin dan makanan cair suplemen sesuai resep
e) Berikan anti emetik sesuai resep (tigan)
f) Berikan terapi suppresi asam sesuai resep
g) Hilangkan bau menyengat dan pindahkan obyek yang tidak
sedap
3) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus
sekunder disfungsi hati
18
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Tujuan: kulit pasien akan tetap intact (utuh).
Intervensi:
a) Jaga hidrasi dengan kelembaban yang sesuai
b) Hindari mandi air panas, gunakan emmolin
c) Pelihara kuku pasien pendek
d) Berikan antihistamin sesuai resep, observasi adanya sedasi
4) Ketidakefektifan proteksi berhubungan dengan peningkatan
resiko perdarahan sekunder penurunan absorbsi vit K dan
trombositopenia.
Tujuan: Pasien bebas dari perdarahan.
Intervensi:
a) Monitor nilai protombine time, platelet.
b) Periksa adanya bekuan darah,tanda perdarahan (gusi, feses,
perdarahan saluran cerna).
c) Hindari injeksi intramuskuler jika mungkin, gunakan jarum kecil
jika diperlukan
d) Berikan vitamin K sesuai resep.
e) Anjurkan pasien menggunakan sikat dan pisau cukur elektrik
yang lunak.
d. Evaluasi
Bagaimana Anda mengevaluasi perawatan pasien dengan
hepatitis? Berdasarkan diagnosis dan dukungan intervensi
keperawatan, Anda mengevaluasi perawatan pasien dengan hepatitis.
Hasil yang diharapkan pada pasien dengan hepatitis meliputi bahwa
pasien:
1) Mengikuti pembatasan fisik dan aktifitas
19
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
2) Menyatakan mengikuti tindakan isolasi pencegahan
3) Meningkatkan asupan nutrisi dan nafsu makan kembali penuh
4) Mencari perawatan medik untuk tindak lanjut secara rutin dan
analisis marker serologis.
Nah, untuk lebih memperkuat penjelasan tentang hepatitis,
cobalah Anda diskusikan tentang cara penularan dan gejala hepatitis
akibat virus A, B, C, D dan E. Tuliskan jawaban Anda pada kolom
dibawah ini!
III. Kolitis Ulseratif
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah menyelesaikan materi keempat kegiatan belajar-1 ini di harapkan
Anda mampu memberikan asuhan keperawatan pasien dengan kolitis.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah menyelesaikan materi kegiatan belajar-1 ini diharapkan Anda mampu
menjelaskan: 1) pengertian kolitis, 2) penyebab kolitis, 3) patofisiologi kolitis,
4) managemen medis kolitis, dan 5) managemen keperawatan.
C. Pokok-pokok materi
Dalam kegiatan belajar-1 ini Anda akan mempelajari materi tentang asuhan
keperawatan dengan kolitis ulesratif yang meliputi :
20
Hep .A Hep.B Hep.C Hep.D Hep.E
Kel. Resiko
Tinggi
.................. ................. ............. .............. ...............
Penularan .................. ................. ............. .............. ...............
Masa inkubasi .................. ................. ............. .............. ...............
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
1. Pengertian
2. Penyebab
3. Gejala klinis
4. Pathofisiologi
5. Managemen medis
6. Managemen Keperawatan
D. Uraian Materi
1. Pengertian
Apa pengertian kolitis ulseratif ? Kolitis ulseratif
penyakit inflamasi usus yang menyebabkan peradangan
adalah suatu
berkelanjutan
dan ulkus (luka terbuka) di lapisan terdalam dari usus besar (kolon) dan
rektum. Ulkus berdarah, memproduksi nanah dan lendir, dan peradangan
menyebabkan usus untuk sering mengosongkan, menyebabkan diare.
Kolitis ulseratif dapat menyebabkan nyeri dan memiliki komplikasi yang
mengancam jiwa.
2. Penyebab
Apa penyebab Kolitis? Tidak ada yang tahu apa yang menyebabkan
kolitis ulseratif. Teori yang paling mungkin adalah bahwa hal itu disebabkan
oleh beberapa faktor mulai dari genetika, reaksi sistem kekebalan tubuh
yang rusak, dan pengaruh lingkungan. Karena kolitis ulserativa lebih umum
di negara maju, itu mungkin bahwa diet tinggi lemak dan makanan olahan
jenuh berkontribusi terhadap penyakit. Beberapa faktor resiko adalah
riwayat penyakit keluarga, keturunan Yahudi, terutama Yahudi Ashkenazi
(Eropa), diet tinggi gula, tinggi kolesterol, dan lemak (terutama dari daging
dan produk susu).
3. Gejala klinis
Tanda-tanda dan gejala kolitis ulseratif bervariasi tergantung pada
seberapa parah peradangan dan di mana ia berada. Yang paling umum
21
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
yaitu nyeri perut, dan diare berdarah. Gejala-gejala dapat berkisar dari
ringan sampai parah, yang mungkin muncul sangat tiba-tiba atau secara
bertahap. Gejala lain meliputi: diare berkepanjangan, perdarahan rektum,
feses seperti darah, penurunan berat badan, anemia, demam dan dehidrasi.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan serangkaian tes untuk
mendiagnosis kolitis ulserativa meliputi, pemeriksaan darah, tinja;
kolonoskopi dan sigmoidoskopi digunakan untuk mengambil gambar dari
usus besar dan rektum. Foto-foto ini dapat mengungkapkan peradangan,
perdarahan, atau borok di sepanjang dinding usus besar dan rektum secara
keseluruhan.
4. Patofisiologi
Kolitis adalah penyakit radang usus besar yang kronis, dan 20% kasus
terjadi sebelum individu mencapai usia 20 tahun. Biasanya, penyakit ini
dimulai di rektum dan kolon sigmoid dan secara bertahap menyebar
sampai usus besar. Proses inflamasi melibatkan mukosa dan submukosa
usus besar. Secara bertahap, beberapa ulserasi dan abses terbentuk di
daerah radang. Akibat penyakit berlangsung, mukosa usus menjadi edema
dan menebal dengan pembentukan jaringan parut, yang menghasilkan
kemampuan perubahan menyerap usus besar. Tingkat keparahan penyakit
ini berkisar dari bentuk ringan yang terlokalisasi di daerah tertentu usus
besar ke sindrom kritis dengan komplikasi yang mengancam jiwa.
5. Managemen Medis
Tujuanutamapengobatankolitisulseratifadalahmengurangikeradangan,
menekan respon imun, mengistirahatkan usus yang sakit, sehingga terjadi
penyembuhan. Jenis pengobatan tergantung pada beratnya penyakit.
Obat obat yang biasa digunakan pada kolitis meliputi; aminosalisilat
(Sulfasalazine)–obat anti inflamasi; kortikosteroid (seperti budesonide,
prednisone, and prednisolone)–obat ini mengurangi keradangan akut, anti
diare (diphenoxylate, loperamide, or psyllium) dan anti sedatif digunakan
untuk mengurangi peristaltik, mengistirahatkan usus yang terinflamasi.
Cairan oral, diet rendah serat, tinggi kalori dan protein dan terapi
22
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
suplemen vitamin dan pengganti besi diberikan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi. Pada kasus kolitis disertai perdarahan masif, sakit berat,
ruptur kolon atau resiko kanker, dilakukan pengangkatan kolon atau
rektum (kolektomi atau proctokolectomi).
6. Managemen Keperawatan
a. Pengkajian
Riwayat keperawatan perlu dikaji antara lain karakteristik nyeri,
adanya diare atau dorongan buang air besar, mengejan saat defekasi
(tenesmus), mual, muntah, penurunan berat badan serta riwayat keluarga
tentang penyakit radang usus. Keluhan yang paling utama adalah nyeri
intermitten sewaktu diare tetapi tidak hilang setelah defekasi. Pola diet
yang dikaji mencakup jumlah alkohol, kafein dan nikotin yang digunakan
setiap hari; diet tinggi gula, tinggi kolesterol, dan lemak. Pola eliminasi
mencakup karakter dan frekuensi, adanya pus, darah, lemak atau mukus/
lendir dalam feses. Pada pemeriksaan fisik mencakup auskultasi terhadap
bising usus, palpasi terhadap distensi, nyeri tekan atau nyeri, gejala
dehidrasi, gejala anemi. Feses diinspeksi terhadap adanya darah dan
mukus, termasuk adanya perdarahan rektal.
b. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian, diagnosis keperawatan meliputi:
1) Diare berhubungan dengan proses keradangan usus
2) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, diare dan penurunan absorpsi usus halus.
3) Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan anoreksia
dan diare.
4) Nyeri abdomen berhubungan dengan berhubungan dengan inflamasi
usus dan peningkatan peristaltik.
23
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
c. Perencanaan
1. Diare berhubungan dengan proses keradangan usus.
Tujuan: pasien melaporkan pengurangan diare
Intervensi Keperawatan:
1) Pertahankan lingkungan basien bebas bau
2) Lakukan perawatan perianal yang baik
3) Kurangi aktifitas fisik selama periode diare akut
4) Berikan cairan dan elektrolit oral
5) Tentukan hubungan antara diare dan makanan tertentu yang
dikonsumsi
6) Kaji penurunan frekuensi /jumlah feses, peningkatan kosistensi
feses
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, diare dan penurunan absorpsi usus halus.
Tujuan: Pasien akan mencapai intake nutrient & kalori yang optimal
untuk meningkatkan penyembuhan usus.
Intervensi:
1) Berikan nutrisi parenteral (TPN) bila gejala usus bertambah berat
2) Berikan diet tinggi protein, rendah lemak dan rendah serat
3) Berikan makanan porsi kecil tapi sering
4) Berikan obat anti diare sesuai resep
5) Pantau intake dan output
6) anjurkan untuk timbang berat badan secara periodik (sekali
seminggu).
3. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
24
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
anoreksia dan diare.
Tujuan: Pasien dapat mencegah kekurangan cairan dan elektrolit.
Intervensi:
1) Timbang berat badan setiap hari
2) Kaji terhadap adanya tanda kekurangan cairan (mukosa/ kulit
kering, turgor turun, oliguria, hipotensi, nadi cepat dan lainnya)
3) Berikan cairan intravena sesuai resep
4) Monitor kadar elektrolit serum
4. Nyeri abdomen berhubungan dengan berhubungan dengan inflamasi
usus dan peningkatan peristaltik
Tujuan: Pasien menyetakan nyeri abdomen berkurang atau teradaptasi.
Intervensi:
1) Berikan aktivitas untuk mengalihkan nyeri
2) Batasi aktifitas pasien/ hindari kelelahan
3) Beri kompres hangat pada abdomen.
4) Berikan obat anti mikroba, antidiare/antimotilitas sesuai resep
5) Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam pada saat nyeri muncul.
6) Berikan obat analgesik sesuai resep.
7) Observasi karakter nyeri
d. Evaluasi
Berdasarkan diagnosis yang telah diidentifikasi, Anda dapat mengevaluasi
perawatan pasien dengan kolitis ulseratif. Kriteria hasil yang diharapkan
bahwa pasien akan:
1. Mengalami penurunan frekuensi diare
2. Memilih diet tinggi serat, dan enghindari makanan yang dapat
25
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
meningkatkan gejala
3. Menentukan pola eliminasi usus yang teratur.
4. Tidak menunjukkan manifestasi komplikasi kolitis.
IV. Gastroenteritis
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah menyelesaikan materi kelima kegiatan belajar-1 ini di harapkan Anda
mampu memberikan asuhan keperawatan pasien dengan gastroenteritis.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah menyelesaikan materi kegiatan belajar-1 ini diharapkan Anda mampu
menjelaskan: 1) pengertian gastroenteritis, 2) penyebab gastroenteritis, 3)
pathofisiologi gastroenteritis, 4) managemen medis gastroenteritis, dan 5)
managemen keperawatan.
C. Pokok-Pokok Materi
Dalam kegiatan belajar-1 ini Anda akan mempelajari materi tentang asuhan
keperawatanpada gangguansistem pencernaangastroenteritis yang meliputi:
1. Pengertian
2. Penyebab
3. Gejala klinis
4. Pathofisiologi
5. Managemen medis
6. Managemen Keperawatan
26
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
D. Uraian Materi
Pernahkah Anda mendengar atau bahkan mengalami sendiri penyakit
gastroenteritis sebelumnya. Nah, sekarang Anda pelajari penyakit tersebut di
bawah ini.
1. Pengertian
Apa pengertian gastroenteritis? Gastroenteritis adalah suatu keradangan
pada dinding lambung dan usus utamanya mempengaruhi usus halus.
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya ( >3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi
tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja,
2007). Diare akut: diare yang bersifat mendadak dan berlangsung kurang
dari 2 minggu, sedang diare kronis berlangsung > 2 minggu (Walker smith,
1978).
2. Penyebab
Gastroenteritis dapat disebabkan oleh sebagai berikut:
a. Obatan-obatan tertentu (hormon pengganti tiroid, pelunak feses dan
obat laksatif, antibiotik, kemoterapi dan antasida),
b. Pemberian makanan personde,
c. Gangguan metabolik dan endokrin (diabetes, tirotoksikosis),
d. Infeksi virus (virus norwalk, rotavirus, enteric adenovirus, CMV )
e. Infeksi bakteri (salmonella, shigella, campylobacter jejuni, E. coli,
vibrio parahaemolyticus, vibrio cholera, clostridium dificile, clostridium
botulinum).
f. Infeksi parasit: giardia lamblida, entamoeba histolytica, strongyloides
stercoralis, balantidium coli, cryptosporidium parvum, cyclospora
cayetanensis, Isospora belli.
27
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
3. Gejala klinis
Keluhan utama pasien biasanya diare dengan berbagai derajad,
nyeri abdomen dan kramp. Gejala klinik yang menyertai adalah mual,
muntah, demam, anoreksia, distensi, tenesmus dan suara usus hiperaktif.
Pada S.aures biasanya serangan mual muntah cepat dalam waktu 6 jam,
demam, kramp perut dalam 8-72 jam. Pada serangan salmonella, shigella,
copylobacter jejuni, Yersinia biasanya ditandai adanya feses bercampur
darah, adanya leukosit pada feses, nyeri abdomen, tenesmus dan demam
(bacterial dysentery).
4. Patofisiologi
Mekanisme Diare terjadi baik invasif maupun non-infasif. Invasive:
kuman menembus didnding usus dan menimbulkan peradangan pada
dinding usus. Non invasive: kuman mengeluarkan toksin yang dapat
mengaktifasi sistem adenil siklase sel mukosa usus halus dan meningkatnya
produksi cyclic adenosine monophosphate (c-AMP) oleh sel-sel vili usus
halus– merangsang sekresi Cl- dan Na+ dan menghalangi masuknya Na+
dan Cl dalam sel villi usus. Akibatnya terjadi kebocoran dinding usus halus
dan air juga elektrolit dari ekstravaskuler ke dalam lumen usus halus,
ke rongga usus dan membentuk tinja cair. Terjadi hemokonsentarsi dan
hipovolemia yang mengakibatkan dehidrasi.
5. Managemen medis
Penentuan diagnosis didasarkan pada riwayat pasien, pemeriksaan
feses (mukus/lendir, darah, leukosit dan biakan feses) dan pemeriksaan
telur dan parasit. Penentuan defisit cairan dapat dilakukan dengan metode
Pierce, berdasarkan klinis:
a) Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x BB (kg)
b) Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x BB (kg)
c) Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x BB (kg)
Pengananan gastroentritis biasanya meliputi pengembalian cairan
28
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
dan elektrolit melalui rehidrasi oral /ORT (oral replacement therapy)
biasanya pada dehidrasi ringan sampai sedang, pemberian cairan intravena
yang meliputi:
1) Cairan elektrolit tunggal: larutan ringer laktat (RL), larutan ringer asetat
(RA)
2) Cairan elektrolit kombinasi:
a) Larutan Nacl faali (NaCl 0,9%) + larutan natrium bicarbonat 7%
(larutan meylon) dengan perbandingan 1000 cc Nacl: 50cc meylon.
b) Larutan Nacl faali (NaCl 0,9%) + larutan natrium laktat 1/6 isotonis
dengan perbandingan 2: 1.
6. Managemen keperawatan
a. Pengkajian
Dapatkan riwayat yang tepat mengenai intake makanan yang
terkontaminasi, sumber air yang diminum, perjalanan terakhir, penggunaan
antibiotik. Karakter dan beratnya gastroenteritis bervariasi. Umumnya
serangannya mendadak disertai anoreksia, muntah, kram abdomen dan
diare (dengan atau tanpa darah dan lendir). Malaise dan mialgia dapat
terjadi. Pada pemeriksaan abdomen mungkin distensi dan agak kaku,
pada kasus berat kekakuan otot terjadi. Muntah dan diare yang menetap
mengakibatkan kekurangan cairan dalam pembuluh darah disertai
hipotensi dan takikardi yang merupakan tanda dehidrasi. Pada kasus berat,
shock dengan kolap vaskuler dan oliguri terjadi. Jika muntah penyebab
utama kehilangan cairan, alkalosis metabolik dengan hipokloremia dapat
terjadi, sebaliknya jika diare yang menonjol, lebih mungkin terjadi asidosis.
Muntah dan diare menyebabkan hipokalemia.
b. Diagnosis Keperawatan
1) Diare berhubungan dengan infeksi, ingesti makanan pengiritasi atau
gangguan usus
2) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan keluarnya
29
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
feses yang sering dan kurangnya asupan cairan
3) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan sering
keluarnya feses atau encer.
c. Perencanaan
1. Diare berhubungan dengan infeksi, ingesti makanan pengiritasi atau
gangguan usus
Tujuan: Pasien akan mempertahankan dan mengembalikan pola fungsi
usus yang normal setelah 1-2 hari intervensi keperawatan.
Intervensi Keperawatan:
1) Batasi asupan makanan padat (mengurangi beban dan
mengistirahatkan usus)
2) Batasi/hindari sementara kafein, makanan tinggi serat dan makanan
berlemak seperti produk susu, gandum, buah segar dan sayuran
(mencegah iritasi lambung)
3) Hindari makanan yang sangat dingin atau panas, minuman
berkarbonat.
4) Tingkatkan penggunaan tehnik relaksasi (menurunkan stres dan
kecemasan)
5) Motivasi minum cairan yang mengandung elektrolit (pengembalian
cairan & elektrolit)
6) Berikan antibiotik sesuai resep
7) Kaji karakteristik defekasi
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan keluarnya
feses yang sering dan kurangnya asupan cairan.
Tujuan: Pasien akan mempertahanan volume cairan pada tingkat
normal.
Intervensi Keperawatan:
30
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
1) Pertahankan hidrasi yang adekuat dan tingkatkan
rehidrasi oral
intake cairan
2) Batasi makanan padat sesuai indikasi
3) Berikan perawatan mulut
4) Berikan cairan intravena sesuai resep
5) Monitor keseimbangan intake dan output
6) Monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, dan suhu)
7) Timbang berat badan setiap hari
d. Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada pasien dengan gastroenteritis adalah
bahwa klien menyatakan:
1. Peningkatan atau mempertahankan berat badan yang stabil.
2. Membran mukosa mukosa basah dan turgor kulit baik
3. Penyembuhan diare: dalam 48 jam (gastroentritis virus); dalam 4 hari
(camphylobacter); dalam 5 hari (shigelosis); dalam 8 hari (rotavirus).
31
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Rangkuman
Gangguan saluran cerna merupakan masalah yang sering dihadapi
perawat, dengan manifestasi klinis yang bervariasi namun memiliki
perbedaan tertentu yang harus diidentifikasi pada setiap klien. Keberhasilan
dan keefektifan perawatan yang berkelanjutan pada pasien yang mengalami
infeksi sistem pencernaan tergantung pada pencegahan kekambuhan, dan
komplikasi, kepatuhan terhadap aturan terapiutik, dan penyuluhan pasien
dan keluarga serta tindak lanjut. Sering terjadi kekambuhan dan sumber
sakit dipengaruhi oleh perilaku pasien, misalnya respon dini terhadap gejala.
Perawat mempunyai peran penting dalam membantu pasien mencapai
tingkatan perawatan diri (self care) dan pengendalian yang tinggi.
32
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan Akibat Keganasan
Kegiatan Belajar II
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
TUJUANPembelajaran Umum
Pada kegiatan belajar-2 kali ini Anda akan
mempelajari asuhan keperawatan pasien dengan
kanker
hati.
lambung, kanker kolorektal, dan hanker
37
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Uraian Materi
I. Kanker lambung
A. Tujuan Pembelajaran umum
Setelah menyelesaikan materi kegiatan belajar 2 ini di harapkan Anda mampu
memberikan asuhan keperawatan pasien dengan kanker lambung.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah menyelesaikan materi pertama kegiatan belajar-2 ini diharapkan
Anda
mampu menjelaskan: 1) pengertian kanker lambung, 2) penyebab kanker
lambung, 3) pathofisiologi kanker lambung, 4) managemen medis kanker
lambung, dan 5) managemen keperawatan.
C. Pokok-pokok materi
Dalam kegiatan belajar-2 ini Anda akan mempelajari materi tentang asuhan
keperawatan pada kanker lambung yang meliputi:
1. Pengertian
2. Faktor resiko
3. Patofisiologi
4. Gejala klinik
5. Managemen medis
6. Managemen keperawatan
D. Uraian Materi
Berikut ini Anda akan mendalami dan mempelajari asuhan keperawatan
pada pasien dengan kanker lambung.
38
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
1. Pengertian :
Menurut Anda, apa pengertian dari kanker lambung? Neopasma ialah
kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus-
menerus secara tak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya
dan tidak berguna bagi tubuh.
2. Faktor resiko
Penyebab kanker lambung secara pasti belum diketahui. Faktor yang
mempermudah timbulnya kanker lambung meliputi:
a. Gastritis kronis (gastritis atropik, polip di gaster)
b. Infeksi (oleh kuman H. Pylory).
c. Herediter.
d. Kebiasaan makan seperti makanan panas, makanan yang di asap/dibakar,
ikan asin, terlalu pedas.
e. Kurang makanan yang mengandung serat.
f. Makan makanan yang memproduksi bahan karsinogenik dan ko-
karsinogenik.
3. Patofisiologi
Karsinoma lambung berasal dari pertumbuhan epitel pada membran
mukosa lambung. Kebanyakan karsinoma lambung berkembang pada
bagian bawah lambung. Stadium pembesaran (tumor) kanker dapat dilihat
pada gambar 2. Sedangkan pada atrofi lambung didapatkan bagian atas
lambung dan secara multisenter. Karsinoma lambung terlihat beberapa
bentuk. Penyebaran karsinoma lambung sering ke hati, arteri hepatika dan
celiac, pankreas dan hilus sekitar limpa. Dapat juga mengenai tulang, paru,
otak dan bagian lain saluran cerna.
39
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Gambar 2 : Stadium kanker lambung
4. Gejala klinik
Tanda dan gejala kanker lambung meliputi: mual/muntah, anoreksia, disfagia,
kelemahan, hematemesis, regurgitasi, mudah kenyang, cegukan yang
berlebihan, asites (perut membesar), kram abdomen, adanya darah yang
nyata atau samar dalam tinja, pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut
terutama sehabis makan, nyeri tidak berkurang dengan pemberian antasida.
5. Managemen medis
Penanganan kanker lambung meliputi pembedahan, kemoterapi, dan
radiasi. Pembedahan. Jika penyakit belum menunjukkan tanda penyebaran,
pilihan terbaik adalah pembedahan. Pada stadium 0-3 dipertimbangkan
dapat disembuhkan, Esophagogastrectomy untuk tumor pada cardia dan
GE junction, Total gastrectomy untuk tumor pada lambung proksimal dan
Subtotal gastrectomy untuk tumor lambung bagian distal (2/3 bawah).
Pembedahan dapat pula dilakukan sebagai tindakan paliatif.
Radiasi, pengobatan dengan radiasi memperlihatkan kurang berhasil.
Kemoterapi, pada tumor ganas dapat dilakukan pemberian obat secara
tunggal atau kombinsi kemoterapi. Di antara obat yang di gunakan adalah
40
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
5 FU, trimetrexote, mitonisin C, hidrourea, epirubisin dan karmisetin dengan
tingkat keberhasilan 18 – 30 %.
Nah, untuk lebih memperluas pemahaman Anda tentang kanker
lambung, cobalah Anda diskusikan tentang cara kerja obat dan efek samping
kemoterapi pada pasien kanker lambung. Tuliskan jawaban Anda pada kolom
dibawah ini!
6. Managemen keperawatan
a. Pengkajian
Riwayat keperawatan yang perlu diperoleh dari pasien meliputi
makanan kesukaan khususnya makanan asapan, asinan, acar, minum
alkohol, riwayat diagnosis atau pengobatan infeksi H pylori, gastritis atau
anemi pernisiosa, riwayat polip atau operasi lambung.
Manifestasi klinis. Gejala awal kanker lambung meliputi heartburn,
ketidaknyamanan perut, perasaan penuh, nyeri retrosternal atau punggung
atau epigastrik. Gejala ini sering diabaikan. Gejala lanjut kanker lambung
meliputi penurunan BB yang progresif, mual, muntah, gejala obstruktif,
anemi defisiensi besi, massa epigastrik yang dapat dipalpasi, pembesaran
nodus limfe kelemahan badan dan kelelahan. Pada pemeriksaan darah
didapatkan anemi dengan nilai hematokrit dan hemoglobin yang rendah,
hipoalbuminemia.
b. Diagnosis keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah dan tidak nafsu makan
3) Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan.
41
Jenis obat kemoterapi dan cara kerja pada kanker ........................................................
Efek samping umum kemoterapi : .....................................................................................
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
4) Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
c. Perencanaan
1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker.
Tujuan: Pasien mengatakan nyeri berkurang atau dapat dikendalikan.
Intevensi Keperawatan:
a) Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi, Rasional mengetahui tingkat
nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya
b) Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut, marah, cemas) rasional
dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan
untuk mengurangi nyeri.
c) Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam rasional tehnik relaksasi dapat
mengatsi rasa nyeri.
d) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
Rasional analgetik efektif untuk mengatasi nyeri.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah dan tidak nafsu makan.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi
Intevensi Keperawatan:
a) Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
Rasional Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
b) Kaji kebiasaan makan pasien. Jenis makanan yang disukai akan
membantu meningkatkan nafsu makan pasien.
c) Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam. Rasional Tarik nafas
dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
d) Timbang berat badan bila memungkinkan. Rasional Untuk
mengetahui kehilangan berat badan.
e) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin Rasional
42
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut
dalam lemak
3. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan.
Tujuan: Kecemasan pasien dapat diminimalkan
Intevensi Keperawatan:
a) Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
Rasional pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi
kecemasan pasien.
b) Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan
ketakutannya Rasional untuk mengurangi kecemasan.
c) Evaluasi tingkat pemahaman pasien/orang terdekat tentang
diagnosa medik Rasional memberikan informasi yang perlu untuk
memilih intervensi yang tepat
d) Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan
perasaan Rasional dukungan memampukan pasien memulai
membuka/ menerima kenyataan penyakit dan pengobatan.
4. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan: Pasien menunjukkan peningkatan toleransi dalam beraktivitas
yang ditandai dengan: tidak mengeluh lemas, pasien beraktivitas secara
bertahap
Intevensi Keperawatan:
a) Sediakan waktu istirahat yang cukup. Rasional Istirahat akan
memberikan energi yang cukup dan membantu dalam proses
penyembuhan.
b) Kaji keluhan pasien saat beraktivitas. Rasional Mengidentifikasi
kelainan beraktivitas.
c) Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas. Rasional Menentukan
aktivitas yang boleh dilakukan.
43
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
d) Bantu memenuhi kebutuhan pasien. Rasional terpenuhinya
kebutuhan pasien.
d. Evaluasi
Bagaimana Anda mengevaluasi perawatan pasien dengan kanker lambung?
Berdasarkan diagnosis yang telah diidentifikasi, Anda dapat mengevaluasi
perawatan pasien dengan kanker lambung. Hasil yang diharapkan meliputi
bahwa pasien:
1. Mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan status emosi,
mengidentifikasi pola koping dan menerima dukungan keluarga, teman
dan petugas kesehatan
2. Mengelola nyeri dan menyatakan bahwa peningkatan kenyamanan
telah dicapai
3. Mengalami nutrisi yang adekuat melalui intake oral, TPN atau terapi
kombinasi.
II. Kanker kolon dan rektum
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah menyelesaikan materi kedua kegiatan belajar-2 ini di harapkan Anda
mampu memberikan asuhan keperawatan pasien dengan kanker kolon dan
rektum.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah menyelesaikan materi kedua kegiatan belajar-2 ini diharapkan Anda
mampu menjelaskan: 1) pengertian kanker kolon dan rektum, 2) penyebab
kanker kolon dan rektum, 3) pathofisiologi kanker kolon dan rektum, 4)
managemenmedis kankerkolondanrektum,dan5)managemenkeperawatan.
C. Pokok-pokok materi
44
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Dalam kegiatan belajar-2 ini Anda akan mempelajari materi tentang asuhan
keperawatan pada gangguan sistem pencernaan kanker kolon dan rektum
yang meliputi :
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Managemen medis
5. Managemen keperawatan
D. Uraian Materi
Berikut ini Anda akan mendalami dan mempelajari asuhan keperawatan pada
pasien dengan kanker kolon dan rektum.
1. Pengertian
Apa pengertian kanker kolon dan rektum? Adalah kanker yang terjadi
pada colon dan rektum. Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan
karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah,
pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker kolorektal.
2. Etiologi
Penyebab dari pada kanker kolorektal tidak diketahui. Diet dan
pengurangan
waktu peredaran pada usus besar (aliran depan feces) yang merupakan
faktor kausatif. Makanan-makanan yang pasti dicurigai mengandung zat-zat
kimia yang menyebabkan kanker pada usus besar, Makanan tersebut juga
mengurangi waktu pengosongan usus besar menyebabkan terjadinya kanker.
Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah,
menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya
kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng dan di panggang juga
dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat
murni yang mengandung rendah serat dalam jumlah yang banyak dapat
mengurangi waktu peredaran dalam usus besar. Karena sebagian besar
45
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
tumor colorektal menghasilkan adenoma, faktor utama yang membahayakan
terhadap kanker colorektal menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma
colorektal: tubular,villous dan tubulo villous, Meskipun hampir besar kanker
colorektal berasal dari adenoma, hanya 5% dari semua adenoma colorektal
menjadi maligna.
3. Patofisiologi
Tumor terjadi ditempat yang berada dalam colon mengikuti kira-kira pada
bagian (Sthrock 1991) yaitu: a ) 26 % pada caecum dan ascending colon, 10
% pada transfersum colon, 15 % pada desending colon, 20 % pada sigmoid
colon , 30 % pada rectum (gambar 3).
10%
15%
26% 20%
30%
Gambar 3, lokasi kanker kolorektal
Karsinoma colorektal sebagian besar menghasilkan adenomatus polip.
Biasanya tumor ini tumbuh tidak terditeksi sampai gejala-gejala muncul secara
berlahan dan tampak membahayakan. Penyakit ini menyebar dalam beberapa
metode.Tumor mungkin menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam
di perut, mencapai serosa dan mesenterik fat (gambar 4). Kemudian tumor
mulai melekat pada organ yang ada disekitarnya ,kemudian meluas kedalam
lumen pada usus besar atau menyebar ke limpa atau pada sistem sirkulasi.
Sistem sirkulasi ini langsung masuk dari tumor utama melewati pembuluh
darah pada usus besar melalui limpa,setelah sel tumor masuk pada sistem
sirkulasi,biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah tempat
46
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
yang jauh kemudian metastase ke paru-paru. Tempat metastase yang lain
termasuk: kelenjar adrenalin, ginjal, kulit, tulang, dan otak. Penambahan untuk
infeksi secara langsung dan menyebar melalui limpa dan sistem sirkulasi, tumor
colon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum pembedahan
tumor belum dilakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor dihilangkan dan sel
kanker dari tumor pecah menuju ke rongga peritonial.
Gambar 4, stadium kanker kolorektal
4. Managemen medis
Untuk menegakkan diagnosis kanker kolorektal biasanya
beberapa pemeriksaan antara lain sebagai berikut:
dilakukan
1) Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang
jauh yang sudah metastasis.
2) Sigmoidoscopy dan colonoscopy untuk mengidentifikasi tumor
3) Enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan
mengidentifikasikan letaknya. Enema barium secara umum dilakukan
setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy, dan
4) Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan
luas dari penyakit.
5) Biopsi massa dapat juga dilakukan dalam prosedur tersebut.
a. Terapi;
Pembedahan biasanya merupakan pengobatan untuk tumor di kolon
atau rektal, tetapi radiasi dan kemoterapi mungkin juga digunakan untuk
47
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
membantu pembedahan, untuk mengontrol dan mencegah kekambuhan
kanker.
Terapi radiasi; Persiapan penggunaan radiasi dapat diberikan pada
pasien yang menderita Ca kolorektal yang besar, walaupun ini tidak
dilaksanakan secara rutin. Radiasi dapat digunakan post operatif sampai
batas penyebaran metastase.
Kemoterapi; Obat non sitotoksik memajukan pengobatan terhadap
Ca kolorektal kecuali batas tumor pada anal kanal. Bagaimanapun
juga 5 fluorouracil (5-FU,Adrucil) dan levamisole (ergamisol) telah
direkomendasikan terhadap standar terapi untuk stadium khusus pada
penyakit (contoh stadium III) untuk mempertahankan hidup. Kemoterapi
juga digunakan sesudah pembedahan untuk mengontrol gejala-
gejala metastase dan mengurangi penyebaran metastase. Kemoterapi
intrahepatik arterial sering digunakan 5 FU yang digunakan pada pasien
dengan metastasis liver.
Manajemen pembedahan ; Ukuran tumor, lokasi, luasnya metastasis,
dan keutuhan serta kondisi usus menentukan prosedur pembedahan.
Jenis pembedahan yang mungkin dilakukan adalah reseksi kolon ,
hemicolectomy (reseksi tumor dan nodus limfe regional) dan Colostomy:
operasi pembukaan colon ke permukaan abdomen.
5. Managemen keperawatan
a. Pengkajian
Riwayat kanker pada pasien diperoleh perawat berdasarkan usia
dan jenis kelamin, riwayat diet dan keadaan letak geografi diet. Sebagian
besar yang menjadi pertanyaan perawat: riwayat keluarga terhadap
kanker colorektal, radang usus besar, penyakit Crohn’s, keluarga poliposis/
kolorektal kanker, adenoma, perubahan kebiasaan bab (diare/konstipasi,
dengan atau tanpa darah), pasien mungkin merasa perutnya terasa penuh,
nyeri, dan berat badan turun.
Pemeriksaan fisik; teraba massa, pembuntuan kolon sebagian atau
seluruhnya,perforasipadakarakteristikkolondengandistensiberhubungan
dengan nominal dan nyeri.
48
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pemeriksaan psikososial; khawatir dengan diagnosa kanker. Kanker
biasanya berhubungan dengan kematian dan kesakitan. Banyak orang tidak
sadar dengan kemajuan pengobatan dan peningkatan angka kelangsungan
hidup. Deteksi dini adalah cara untuk mengontrol Ca colorectal dan
keterlambatan dalam mencoba perawatan kesehatan dapat mengurangi
kesempatan untuk bertahan hidup dan menguatkan kekhawatiran pasien
dan keluarga pasien.
b. Diagnosa keperawatan
1) Resiko tinggi terhadap luka sehubungan dengan efek dari tumor dan
kemungkinan metastase
2) Konstipasi sehubungan dengan lesi obstruktif
3) Ketidakefektifan koping individu sehubungan dengan gangguan
konsep diri,
4) Nyeri sehubungan dengan obstruksi tumor pada usus besar dengan
kemungkinan menekan organ yang lainnya,
5) Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan
program diagnosa, ketakutan proses penyakit
c. Perencanaan
1. Resiko tinggi terhadap luka sehubungan dengan efek dari tumor dan
kemungkinan metastase.
Tujuan: Klien menyatakan tidak tidak ada penyebaran kanker ke organ
vital.
Intevensi Keperawatan:
1) Jelaskan prosedur terapi radiasi pada pasien dan keluarganya
2) Monitor kemungkinan efek samping (kelelahan dan diare)
Sebelum operasi.
49
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
3) Jelaskan kemungkinan perubahan anatomi & fungsi akibat
pembedahan, lokasi, jumlah insisi dan drain
4) Jelaskan klien prinsip umum dan alasan perawatan colostomy
5) Klien yg memerlukan operasi rectal rendah beresiko disfungsi seksual
& incontinensia urine akibat kerusakan nerve selama pembedahan
6) Intruksi klien untuk membatasi diet air putih 1 – 2 hari sebelum
operasi, enema
7) Berikan antibiotik oral atau iv sesuai resep
8) Pasang pipa nasogastrik untuk decompressi lambung
9) Pasang infus untuk pengembalian cairan
Perawatan Kolostomi
10) Kaji warna dan integritas stoma, stoma yang sehat merah muda,
lembab dan menonjol (2 cm) dari dinding abdomen
11) Laporkan ke dokter bedah jika : terdapat tanda iskemia dan nekrosis
(merah gelap,warna hitam, kering, flacid, keras), perdarahan atau
jahitan lepas
12) Kaji kondisi kulit sekitar stoma dan ceck sistem kantong , rasional
colostomy akan mulai berfungsi 2 – 4 hari post-op
13) Hindari pemakaian sabun basah untuk membersihkan area-
mempengaruhi perekat kantong
14) Bantu pasien mengidentifikasi diet untuk mengontrol bau dan gas,
roti, kacang, yogurt membantu mencegah gas, Buttermilk, juice
cranbery, yogurt mencegah bau.
2. Konstipasi sehubungan dengan lesi obstruktif
Tujuan: Pola eliminasi sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan
ketetapan jumlah dan konsistensi.
50
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Intevensi Keperawatan:
1) Selidiki pelambatan awitan atau tak adanya keluaran. Auskultasi
bising usus. Rasional Ileus paralitik pasca operasi biasanya membaik
dalam 48-72 jam. Pelambatan dapat menandakan ileus atau obstruksi
statis menutup.
2) Tinjau ulang pola diet dan jumlah atau tipe masukan cairan.
Rasional Masukan adekuat dari serat dan makanan kasar memberikan
bulk, dan cairan atau faktor penting dalam menentukan konsistensi
feses.
3) Libatkan pasien dalam perawatan secara bertahap. Rasional
Rehabilitasi dapat dipermudah dengan mendorong pasien mandiri.
4) Berikan unit TENS bila diindikasikan. Rasional Stimulasi listrik telah
digunakan pada beberapa pasien untuk merangsang peristaltik.
3. Ketidakefektifan koping individu sehubungan dengan gangguan konsep
diri
Tujuan: pasien mampu mengidentifikai, mengembangkan dan
menggunakan koping yang efektif dalam usaha menerima perubahan
tubuh.
Intevensi keperawatan:
1) Observasi dan identifikasi metode koping pasien, sumber dukungan
yang efektif digunakan pasien.
2) Bantu pasien mengungkapkan perasaannya tentang diagnosis,
treatmen dan antisipasi perubahan fungsi tubuh jika direncanalkan
kolostomi.
3) Ajarkan pasien tentang harapan penampilan dan perawatan
kolostomi,
jika direncanakan dilakukan kolostomi
4) Post operasi, bantu pasien melihat dan menyentuh stoma, minta
pasien berpartisipasi dalam perawatan kolostomi
4. Nyeri sehubungan dengan obstruksi tumor pada usus besar dengan
kemungkinan menekan organ yang lainnya.
51
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Tujuan: pasien mengatakan nyeri berkurang atau terkontrol.
Intevensi Keperawatan:
1) Kaji tingkat nyeri, lokasi, karakteristik dan intensitas (skala 1-10).
Rasional Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan
keefektifan analgesik.
2) Yakinkan pasien bahwa perubahan posisi tidak akan mencederai
stroma. Rasional Menurunkan ketegangan otot, menaikkan relaksasi
dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
3) Bantu penggunaan teknik relaksasi. Rasional membantu pasien untuk
istirahat lebih efektif dan memfokuskan kembali perhatian sehingga
menurunkan nyeri dan ketidaknyamanan.
4) Bantu pasien melakukan latihan rentang gerak dan dorong ambulasi
dini, hindari duduk lama. Rasional menurunkan kekakuan otot/sendi.
Ambulasi mengembalikan organ ke posisi normal dan meningkatkan
kembali fungsi ke tingkat normal. Ambulasi dan perubahan posisi
menurunkan tekanan perianal.
5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi (narkotik, analgesik).
Rasional menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan.
5. Gangguan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan
program diagnosa, ketakutan proses penyakit.
Tujuan: Pasien akan mencapai intake nutrient & kalori yang optimal.
Intevensi Keperawatan:
1) Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat. Rasional
makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2) Kaji kebiasaan makan klien. Rasional Jenis makanan yang disukai akan
membantu meningkatkan nafsu makan klien.
3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan penggunaan yogurth dan
mentega.Rasional Membantu menurunkan pembentukan bau
4) Timbang berat badan bila memungkinkan. Rasional mengetahui
kehilangan berat badan.
52
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin Rasional mencegah
kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak
6) Kaji status nutrisi. Rasional Mengidentifikasi kekurangan atau
kebutuhan untuk membantu memilih
d. Evaluasi
Perawat mengevaluasi perawatan yang diberikan pada pasien
dengan kanker kolorektal. Hasil yang diharapkan meliputi bahwa pasien:
1. Mencapai dan mempertahankan pola eliminasi usus yang konsisten
tanpa darah dalam feses, diare atau konstipasi
2. Mengungkapkan diagnosis kanker, mendefinisikan kanker, dan
menjelaskan pengobatan dan alasannya.
3. Mengatakan mulai mulai menerima penyakit dan mulai menyatukan
pengobatan ke dalam gaya hidup sehari-hari
4. Menunjukkan perawatan insisi yang sesuai, perawatan colostomi
dengan bantuan minimal.
III. Kanker hati (hepatoma)
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah menyelesaikan materi ketiga kegiatan belajar-2 ini di harapkan Anda
mampu memberikan asuhan keperawatan pasien dengan kanker hepar
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah menyelesaikan materi ketiga kegiatan belajar-2 ini diharapkan Anda
mampu menjelaskan: 1) pengertian kanker hepar, 2) penyebab kanker hepar,
3) pathofisiologi kanker hepar, 4) managemen medis kanker hepar, dan 5)
managemen keperawatan.
C. Pokok-Pokok Materi
53
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Dalam kegiatan belajar-2 ini Anda akan mempelajari materi tentang asuhan
keperawatan pada kanker hati yang meliputi :
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Managemen medis
5. Managemen keperawatan
D. Uraian Materi
Berikut ini Anda akan mendalami asuhan keperawatan pada pasien dengan
kanker hati.
1. Pengertian :
Coba Anda berfikir sejenak, apa pengertian kanker hepar? Kanker hepar
atau hepatoma, kanker hati, karsinoma hepatoseluler adalah suatu proses
keganasan pada hepar.
2. Etiologi
Virus Hepatitis B dan Virus Hepatitis C, bahan-bahan Hepatokarsinogenik
(aflatoksin, alkohol, penggunaan steroid anabolic, penggunaan androgen
yang berlebihan, bahan kontrasepsi oral, penimbunan zat besi yang
berlebihan dalam hati (hemochromatosis).
3. Patofisiologi
Kanker hati atau Hepatoma 75% berasal dari sirosis hati yang lama/
menahun, khususnya yang disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik,
hati mengalami kerusakan dan gangguan fungsi yang disertai pembesaran
hati mendadak (gambar 5). Kanker hati yang paling sering adalah metastase
tumor ganas dari tempat lain, metastase ke hati dapat terdeteksi pada
54
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
lebih dari 50% kematian akibat kanker. khususnya untuk keganasan pada
saluran pencernaan.
Kanker lain dapat bermestatase ke hati melalui tiga jalan yaitu
perluasan langsung dari organ sekitar (lambung dan kantong empedu),
melalui arteri hepati atau vena porta. Diagnosa sulit ditentukan, sebab
tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang luas,
sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.
Gambar 5, perbedaan tampilan hati yang sehat dan kanker hati
4. Managemen medis
Penatalaksanaan kanker hati ditujukan untuk mengurangi gejala,
mendukung fisik dan emosi pasien. Pilihan treatment meliputi kemoterapi,
dan terapi radiasi. Pembedahan yaitu reseksi segmen atau lobus hati
diindikasikan pada tumor yang kecil dan terbatas tegas pada satu lobus
hati. Reseksi lobus hati untuk eksisi metastase berhasil mencapai survival
rate sampai 5 tahun. Sayangnya 75% klien mengalami tumor yang tak dapat
dioperasi (unresectable), transplantasi hati dipertimbangkan sebagai
pilihan terapi pada tumor kecil unresectable . Prosedur terbaru dengan
krioablasi pada hati. Dokter membuat insisi midline abdominal atau
subcostal dan menyeleksi tumor yang tepat untuk reseksi atau cryoablasi.
55
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
5. Managemen keperawatan
a. Pengkajian
Gejala klinik; fase dini asimtomatik (tidak terlihat adanya tanda-
tanda), fase lanjut (tidak dikenal simtom yang patognomonik). Keluhan
berupa nyeri, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia,
rasa penuh setelah makan terkadang disertai muntah dan mual, bila
ada metastasis ke tulang penderita mengeluh nyeri tulang. Pada
pemeriksaan fisik bisa didapatkan: ascites, ikterus, hipoalbuminemia,
splenomegali, spider nevi, eritoma palmaris, edema.
Secara umum pengkajian keperawatan pada pasien dengan kasus
hepatoma, meliputi: gangguan metabolisme, perdarahan, asites,
edema, hipoproteinemia, jaundice/ icterus, komplikasi endokrin,
aktivitas terganggu akibat pengobatan.
Pemeriksaan fisik dan diagnostik pada kanker hati meliputi:
peningkatan alkalin fosfatase, hepatomegali, adanya massa hati,
penurunan fungsi hati, friction rub di atas hati, gangguan gula darah,
nilai alfa fetoprotein (AFF) yang tinggi.
b. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan pengkajian di atas maka diagnosa keperawatan yang
sering muncul adalah:
1) Gangguan kebutuhan nutrisi (kurang) berhubungan dengan
anoreksia, mual, gangguan absorpsi, metabolisme vitamin,
2) Ketidakefektifan pola bernapas berhubungan dengan adanya asites
dan penekanan diapragma,
3) Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut,
4) Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri,
5) Gangguan aktifitas berhubungan dengan sesak dan nyeri,
6) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit yang diderita.
56
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
c. Perencanaan
1. Ketidakefektifan pernapasan berhubungan dengan adanya
penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan diapragma).
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan
pernapasan efektif kembali.
Intervensi keperawatan:
1) Pertahankan posisi semi fowler, rasional: posisi ini mencegah
penekanan isi perut terhadap diafragma sehingga meningkatkan
ruangan untuk ekspansi paru yang maksimal, mengurangi
peningkatan volume darah paru sehingga memperluas ruangan
yang dapat diisi oleh udara.
2) Observasi gejala kardinal dan monitor tanda–tanda
ketidakefektifan jalan napas, rasional: pemantau lebih dini
terhadap perubahan yang terjadi sehingga dapat diambil
tindakan penanganan segera.
3) Berikan penjelasan tentang penyebab sesak dan motivasi
utuk membatasi aktivitas, Rasional: pengertian pasien akan
mengundang partispasi pasien dalam mengatasi permasalahan
yang terjadi.
4) Kolaborasi dengan tim medis (dokter) dalam pemberian
oksigen
dan pemeriksaan gas darah, Rasional: pemberian oksigen akan
membantu pernapasan sehingga eskpasi paru dapat maksimal,
pemeriksaan gas darah untuk mengetahui kemampuan
bernapas.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya
penumpukan cairan dalam rongga aberhubungan abdomen
(ascites).
Tujuan: Setelah dilakukan tindakkan keperawatan diharapakn nyeri
dapat berkurang atau pasien bebas dari nyeri.
Intervensi keperawatan :
1) Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.
57
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Rasional: analgesik bekerja mengurangi reseptor nyeri dalam
mencapai sistim saraf sentral.
2) Atur posisi pasien yang enak sesuai dengan keadaan. Rasional:
dengan posisi miring ke sisi yang sehat disesuaikan dengan gaya
gravitasi,maka dengan miring kesisi yang sehat maka terjadi
pengurangan penekanan sisi yang sakit.
3) Awasi respon emosional pasien terhadap proses nyeri. Rasional:
keadaan emosional mempunyai dampak pada kemampuan
pasien untuk menangani nyeri.
4) Ajarkan teknik pengurangan nyeri dengan teknik distraksi.
Rasional: teknik distraksi merupakan teknik pengalihan perhatian
sehingga mengurangi emosional dan kognitif.
5) Observasi tanda-tanda vital, Rasional: deteksi dini adanya
kelainan
3. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
tidak adekuatnya asupan nutrisi.
Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Intervensi keperawatan:
1) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin, Rasional:
dengan pemberian vitamin membantu proses metabolisme,
mempertahankan fungsi berbagai jaringan dan membantu
pembentukan sel baru.
2) Jelaskan pada pasien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dan
diit yang di tentukan dan tanyakan kembali apa yang telah di
jelaskan, Rasional: pengertian pasien tentang nutrisi mendorong
pasien untuk mengkonsumsi makanan sesuai diit yang ditentukan
dan umpan balik pasien tentang penjelasan merupakan tolak
ukur penahanan pasien tentang nutrisi
3) Bantu pasien dan keluarga mengidentifikasi dan memilih
makanan yang mengandung kalori dan protein tinggi, Rasional:
dengan mengidentifikasi berbagai jenis makanan yang telah di
58
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
tentukan.
4) Identifikasi busana pasien buat padan yang ideal dan tentukan
kenaikan berat badan yang diinginkan berat badan ideal, Rasional:
diharapkan pasien kooperatif.
5) Sajikan makanan dalam keadaan menarik dan hangat, Rasional:
dengan penyajian yang menarik diharapkan dapat meningkatkan
selera makan.
6) Anjurkan pada pasien untuk menjaga kebersihan mulut, Rasional:
dengan kebersihan mulut menghindari rasa mual sehingga
diharapkan menambah rasa.
7) Monitor kenaikan berat badan, Rasional: dengan monitor berat
badan merupakan sarana untuk mengetahui perkembangan
asupan nutrisi pasien.
4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapakan tidur
terpenuhi sesuai kebutuhan.
Intervensi keperawatan:
1) Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen dan
analgesik, Rasional: dengan penambahan suplay O diharapkan2
sesak nafas berkurang sehingga pasien dapat istirahat.
2) Beri suasana yang nyaman pada pasien dan beri posisi yang
menyenangkan yaitu kepala lebih tinggi, Rasional: suasana
yang nyaman mengurangi rangsangan ketegangan dan sangat
membantu untuk bersantai dan dengan posisi lebih tinggi
diharapkan membantu paru–paru untuk melakukan ekspansi
optimal.
3) Berikan penjelasan terhadap pasien pentingnya istirahat tidur,
Rasional: dengan penjelasan diharapkan pasien termotivasi
untuk memenuhi kebutuhan istirahat sesuai dengan kebutuhan.
4) Tingkatkan relaksasi menjelang tidur, Rasional: diharapkan dapat
59
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
mengurangi ketegangan otot dan pikiran lebih tenang.
5) Bantu pasien untuk melakukan kebiasaannya menjelang tidur,
Rasional: dengan tetap tidak mengubah pola kebiasaan pasien
mempermudah pasien untuk beradaptasi dengan lingkungan.
5. Gangguan aktifitas berhubungan dengan sesak dan nyeri.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan pasien
dapat melakukan aktivtas dengan bebas.
Intervensi keperawatan:
1) Bimbing pasien melakukan mobilisasi secara bertahap, Rasional:
dengan latihan secara bertahap pasien dapat melakukan aktivitas
sesuai kemampuan.
2) Latih pasien dalam memenuhi kebutuhan dirinya, Rasional:
diharapkan ada upaya menuju kemandirian.
3) Ajarkan pada pasien menggunakan teknik relaksasi yang
merupakan salah satu teknik pengurangan nyeri, Rasional:
pengendalian nyeri merupakan pertahanan otot dan persendian
dengan optimal.
4) Jelaskan tujuan aktifitas ringan, Rasional: dengan penjelasan
diharapkan pasien kooperatif,
5) Observasi reaksi nyeri dan sesak saat melakukan aktifitas,
meRasional: dengan mobilisasi terjadi penarikan otot, hal ini
dapat meningkatkan rasa nyeri.
6) Anjurkan pasien untuk mentaati terapi yang diberikan, Rasional:
diharapkan pasien dapat kooperatif.
6. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
penyakit yang diderita.
tentang
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan cemas
berkurang.
Intervensi keperawatan:
1) Berikan dorongan pada pasien untuk mendiskusikan perasaannya
60
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
mengemukakan persepsinya tentang kecemasannya, Rasional:
membantu pasien dalam memperolehkesadaran dan memahami
keadaan diri yang sebenarnya.
2) Jelaskan pada pasien setiap melakukan prosedur baik
keperawatan maupun
penjelasan diharapkan
kecemasan pasien
tindakan medis, Rasional: dengan
pasien kooperatif dan mengurangi
3) Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan tentang penyakitnya,
Rasional: dengan penjelasan dari petugas kesehatan akan
menambah kepercayaan terhadap apa yang dijelaskan sehingga
cemas pasien berkurang.
d. Evaluasi
Perawat mengevaluasi rencana asuhan pasien dengan kanker hati
sesuai diagnosis keperawatan yang ditetapkan. Hasil yang diharapkan
bahwa pasien akan:
1. Menyatakan nyeri berkurang atau mereda dengan obat yang
diresepkan atau tindakan pengurangan yang lain
2. Menggunakan layanan dukungan psikologis
3. Mempertahankan berat badan dan menerima nutrisi yang optimal
61
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Rangkuman
Kanker lambung, kanker kolorektal dan kanker hati merupakan penyakit yang
mengancam jiwa, dan merupakan tantangan perawat medikal bedah. Beberapa
kanker merupakan kosekuensi gaya hidup. Faktor yang menyertai seperti riwayat
penyakit sebelumnya, diet, riwayat keluarga diidentifikasi dan perlu kerja lebih
untuk mengidentifikasi penyebab spesifik gangguan ini.
62
Asuhan Keperawatan pada Pasien Akibat Trauma
Abdomen
Kegiatan BelajarII
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
TUJUANPembelajaran Umum
Setelah menyelesaikan materi kegiatan belajar-3 ini di harapkan
Anda mampu memberikan asuhan keperawatan pasien dengan
trauma abdomen.
TUJUANPembelajaran Khusus
Setelah menyelesaikan materi kegiatan belajar-3 ini diharapkan Anda
mampu menjelaskan: 1) pengertian trauma abdomen, 2) penyebab
trauma abdomen, 3) patofisiologi trauma abdomen, 4) managemen
medis trauma abdomen, dan 5) managemen keperawatan.
POKOKMateri
Dalam kegiatan belajar-3 ini
Anda akan mempelajari materi
tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan trauma
abdomen yang meliputi:
1. Pengertian
2. Patofisiologi
3. Managemen medis
4. Managemen keperawatan
67
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Uraian Materi
Berikut ini Anda akan mempelajari dan mendalami asuhan keperawatan pada
pasien dengan trauma abdomen.
1. Pengertian
Apa pengertian dari gangguan sistem pencernaan trauma abdomen?
Gangguan sistem pencernaan trauma abdomen adalah pukulan/benturan
langsung pada rongga abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/
tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas,
ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh–
pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. Trauma
abdomen dikelompokkan menjadi dua yaitu trauma tajam/penetrasi dan
trauma tumpul abdomen.
Trauma abdomen penetrasi–menyebabkan suatu pembukaan luka, seperti
akibat luka tembak atau luka tusuk. Biasanya, cedera yang diakibatkan oleh
luka-luka tusuk mengikuti sebuah pola yang lebih mudah diperkirakan
dan melibatkan sedikit kerusakan jaringan dibandingkan dengan cedera
yang diakibatkan oleh luka-luka tembakan, meskipun luka-luka tikaman
pada struktur-struktur dan organ-organ vaskuler besar bisa menjadi fatal
organ padat dapat mengalami perdaragan profus ketika terluka. Orgna
berongga umumnya tidak mengalami perdarahan secara signifikan tetapi
kemungkinan menyebabkan peritonitis jika rusak.
Trauma tumpul abdomen- suatu kekuatan pada abdomen yang tidak
meninggalkan luka terbuka, biasanya terjadi akibat kecelakaan kendarahan
bermotor atau terjatuh. Trauma abdomen tumpul secara tipikal memberikan
hasil dalam cedera pada isi perut yang padat karena isi perut yang berongga
cenderung untuk menjadi lebih dapat ditekan. Organ-organ berongga,
bagaimanapun juga, akan robek, khususnya ketika dalam keadaan penuh,
jika terdapat peningkatan mendadak dalam tekanan intraluminal.
2. Patofisiologi
Mekanisme lain akibat trauma tumpul abdomen adalah : meningkatnya
68
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
tekanan intra abdomen yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari
luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar
dapat mengakibatkan gaya akselerasi– deselerasi secara mendadak juga
terjepitnya organ intra abdomen antara dinding abdomen anterior dan
vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks. Akibatnya terjadi memar
ataupun ruptur dari organ padat, laserasi atau perforasi organ abdomen,
avulsi pembuluh darah abdomen, menghasilkan adanya darah dalam
rongga abdomen (hemoabdomen), uroabdomen, perinonitis, dan sepsis.
Perubahan yang terjadi berhubungan dengan trauma abdomen adalah:
(1) pengeluaran cairan secara besar-besaran yang berhubungan dengan
kerusakan jaringan, kehilangan darah, dan shock, (2) perubahan-perubahan
metabolik yang berhubungan dengan stress dan pelepasan catecholamine,
(3) permasalahan koagulasi yang berhubungan dengan pendarahan yang
banyak dan transfusi, (4) pembengkakan, infeksi, dan pembentukan abses
sebagai akibat dari pelepasan sekresi GI dan bakteria ke dalam selaput
perut, dan (5) gangguan nutrisi dan elektrolit yang berkembang sebagai
akibat kerusakan keutuhan sistem saluran GI. Hypovolemia dan shock yang
berkepanjangan menyebabkan iskemia organ. Sekitar seperlima semua
trauma abdomen memerlukan intervensi pembedahan.
3. Managemen medis.
Pemeriksaan diagnostic: kadar hematocrit, sel darah putih. Platelit darah,
kadar glukosa darah, kadar amylase darah, SGOT, SGPT, LDH. X-ray
abdomen dan dada, DPL (diagnostic peritoneal lavage), CT-scan dan
angiografi.
Penatalaksanaan meliputi pemberian oksigen, managemen cairan,
intubasi gaster, catheter, obat-obatan (antibiotic spektrum luas, analgesic,
propilaksis tetanus). Pasien trauma abdomen dilakukan pembedahan
segera (urgent laparotomy) pada kondisi trauma abdomen tembus/
penetrasi, perdarahan gastrointestinal, sepsis peritonitis, adanya gas
bebas dalam abdomen, dan pembedahan tidak segera (delayed surgery)
pada kondisi hemoabdomen, uroabdomen dan bile peritonitis.
69
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
4. Manageman keperawatan
a. Pengkajian
Riwayat: Kaji tingkat kesadaran, riwayat penggunaan obat atau alkohol,
mekanisme trauma, keluhan nyeri, keluhan haus (sebuah tanda awal
dari shock pendarahan), mual atau muntah. waktu makan terakhir
si pasien, pembedahan-pembedahan abdomen sebelumnya, dan
penggunaan alat-alat bantu keselamatan, informasi pengobatan yang
sedang dijalani dan alergi-alergi, khususnya antibiotik, dan tetanus
toxoid, cedera kepala, kesulitan bernafas, atau gangguan perfusi
cerebral.
Pengkajian fisik
Inspeksi: Inspeksi tanda trauma abdomen sebelumnya; luka tusuk,
lecet atau bekas peluru, dan ecchymosis pada abdomen (pertanda
pendarahan retroperitoneal). Lihat adanya distensi perut.
Auskultasi: aktivitas peristaltik/ada atau tidak adanya suara bising usus
kemungkinan. Tidak adanya suara bising usus merupakan tanda iritasi
peritoneal, akibat pendarahan yang terus menerus, peritonitis.
Palpasi: adanya nyeri atau kekakuan, periksan semua kuadran, dimulai
dari area yang nyeri. Pasangkan lingkar abdomen untuk mengobservasi
adanya gas, darah, atau cairan dalam abdomen.
Perkusi: dullness berarti organ-organ terisi darah yang pecah.
Tanda-tanda vital dan hemodinamik: rasa sakit saat bernafas akibat
cedera thoracis, atau pengangkatan diafragmatik sebagai akibat dari
penggelembungan abdomen, tachycardi dan vasokonstriksi awal yang
disebabkan oleh hilangnya darah, tekanan darah biasanya normal
bertahan sampai kehilangan darah menjadi besar, bila berlanjut
perdarahan akan menjadi syok (hipovolemik).
b. Managemen emergensi
1) Evaluasi ABC dan segera beri tindakan yang tepat.
70
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
2) Jaga pasien tenang dan diatas stretcher, karena pergerakan
memungkinkan fragmen mengunci bekuan pada pembuluh darah
besar dan menghasilkan perdarahan massif
3) Potong baju yang menutupi luka
4) Periksa masuk dan keluarnya luka
5) Hitung jumlah luka
6) Jika pasien koma, immobilisasi cervical spine sampai setelah foto
servical diambil dan jelas.
7) Suport pernapasan dengan oksigen aliran tinggi
8) Lakukan penekanan pada perdarahan eksternal
9) Pasang dua infuse jarum besar dan infuskan ringer laktat
10) Pasang nasogastrik tube untuk mengosongkan lambung dan
mencegah aspirasi
11) Tutup organ abdomen yang menonjol, jangan berusaha untuk
mengembalikan organ ke abdomen. Gunakan kassa steril untuk
melinduingi viscera dari kekeringan
12) Tutup luka dengan balutan kering
13) Puasakan untuk mencegah muntah dan peningkatan peristaltic
14) Pasang kateter indwelling untuk memastikan adanya hematuri dan
memonitor output urine
c. Diagnose keperawatan
1. Potensial terjadi gangguan perfusi jaringan saluran gastrointestinal
berhubungan dengan interupsi aliran darah arterial atau vena atau
hypovolemia sekunder terhadap cedera fisik.
2. Penurunan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif sekunder terhadap cedera fisik
3. Nyeri berhubungan dengan cedera fisik sekunder terhadap trauma
71
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
atau pembedahan eksternal
4. Potensial terjadi infeksi berhubungan dengan pembedahan,
sekunder terhadap penurunan hemoglobin atau respon kekebalan
yang tidak memadai
5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan integritas saluran pencernaan (akibat tarumatik
atau pembedahan) dan peningkatan kebutuhan sekunder terhadap
keadaan hypermetabolik pasca trauma
d. Perencanaan
1. Potensial terjadi gangguan perfusi jaringan saluran gastrointestinal
berhubungan dengan interupsi aliran darah arterial atau vena atau
hypovolemia sekunder terhadap cedera fisik.
Tujuan: Pasien memiliki perfusi jaringan saluran GI yang cukup,
dibuktikan oleh bising usus normoaktif; halus, aberhubungan
denganomen tidak menggelembung.
Intervensi keperawatan:
1) Auskulasi bising tiap jam selama fase akut dari trauma abdomen
dan 4 jam sekali selama fase penyembuhan. Rasional laporkan
ketidakberadaan bising usus besar yang berkepanjangan atau
mendadak selama periode pasca operasi menandakan ischemia.
2) Evaluasi lingkar perut pasien, rasional mengetahui tanda-tanda
komplikasi-komplikasi yang diakibatkan oleh pendarahan.
3) Pastikan volume intravaskuler memadai.
4) Evaluasi data laboratorium untuk bukti pendarahan (Hct, SGPT,
SGOT, LDH). Nilai-nilai yang diharapkan adalah sebagai berikut: Hct
> 30%, SGOT 5-40 IU/L, SGPT 5-35 IU/L, dan LDH 90-200 ImU/ml.
5) Dokumentasikan jumlah dan karakter sekresi, drainase, dan eksresi
GI. Catat perubahan-perubahan yang menunjukkan pendarahan,
infeksi (contoh, peningkatan drainase atau drainase bernanah), atau
72
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
kesulitan buang air besar
2. Penurunan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif sekunder terhadap cedera fisik
Tujuan: Pasien mengalami normovolemik seperti yang dibuktikan
oleh nadi 60-100 X/menit, CVP 2-6 mmHg, hasil urineri > 30 ml/jam
(> 0,5 ml/kg/jam), ekstrimitas hangat, kapilary refill time (< 3 detik).
Intervansi Keperawatan:
1) Monitor tekanan darah tiap 15 menit, atau secara lebih sering dalam
keberadaan pendarahan
2) Pantau nadi, ECG, Periksa ECG untuk mencatat kenaikan-kenaikan
nadi dan perubahan ischemik myocardial (contoh, ketidak
beriramaan ventrikuler dan perubahan segmen ST).
3) Berikan cairan melalui infuse secara terus menerus selama
pengembalian volume cairan cepat. pada pasien dengan kehilangan
darah banyak,.
4) Antisipasi peningkatan nadi dan cardiac output sebagai akibat
dari keadaan kardiovaskuler hyperdinamik sebagai akibat dari
pengembalian volume yang sedang dijalankan.
5) Ukuran pengeluaran urine tiap 2 jam dan waspadalah terhadap
pengeluaran < 30 ml/jam selama 2 jam berturutan, pastikan
bahwa pasien tidak menunjukkan bukti hypovolemia.
6) Pantau indikator-indikator fisik hypovolemia, termasuk ekstrimitas-
ektrimitas dingin, pengisian ulang kapiler > 4 detik.
7) Perkirakan hilangnya darah yang sedang terjadi. Ukur semua
drainase dari tabung atau kateter, catat warna drainase (contoh,
coklat tanah, merah terang)
3. Nyeri berhubungan dengan cedera fisik sekunder terhadap trauma
atau pembedahan eksternal.
Tujuan: Pasien mengatakan nyeri berkurang atau terkontrol, dibuktikan
73
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
oleh skala rasa sakit.
Intervensi keperawatan:
1) Kaji nyeri pasien sebelum operasi dan pasca operasi. Rasa sakit
sebelum operasi dapat diantisipasi, nyeri pasca operasi juga bisa
menjadi hal yang penting. Nyeri pada irisan dan mendalam bisa
diantisipasi, tapi rasa sakit yang intensif atau rasa sakit yang
berkepanjangan, khususnya ketika disertai dengan tanda-tanda
peritoneal lainnya, bisa menandakan pendarahan, infarksi usus
besar, infeksi, atau komplikasi-komplikasi lainnya. Lengkapi sebuah
skala rasa sakit dengan pasien, peringkatkan ketidaknyamanan dari
0 (tidak sakit) sampai 10.
2) Kolaborasi pemberian analgesik. Hindari penyuntikan analgesik
sebelum operasi sampai pasien telah dievaluasi secara menyeluruh
oleh seorang dokter bedah. Pada saat setelah operasi, suntikkan
analgesik yang telah disebutkan dengan jelas sebelum rasa
sakit menjadi menghebat. Analgesik-analgesik tersebut sangat
membantu dalam meredakan rasa sakit,
3) Kombinasikan pemberian analgesik dengan manuver non
farmakologis (contoh, penempatan posisi, menggosok punggung,
pengalihan perhatian) rasional membantu mengurangi rasa sakit.
4. Potensial terjadi infeksi berhubungan dengan pembedahan, sekunder
terhadap penurunan hemoglobin atau respon kekebalan yang tidak
memadai.
Tujuan: Pasien bebas dari infeksi seperti yang dibuktikan dengan
temperatur pusat atau rectal < 37,80 C nadi < 100 X/menit; orientasi
terhadap orang, tempat, dan waktu; dan tidak ada tanda-tanda radang.
Intervansi Keperawatan:
1) Pantau dan catat ada tidaknya tanda-tanda infeksi.
2) Pastikan kepatenan dari semua pipa atau drain yang terpasang
setelah pembedahan. Laporkan dengan tepat longgarnya tabung
kepatenan yang tidak mengendur.
3) Evaluasi irisan luka untuk bukti infeksi: kemerahan, panas,
74
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
keterlambatan penyembuhan, dan rainase yang bernanah. Catat
warna, karakter, dan bau busuk dari semua drainase. Laporkan
keberadaan drainase yang berbau tidak enak dan tidak normal.
4) Kolaborasi pemberian antibiotik parenteral sesuai waktu.
5) Kolaborasi pemberian tetanus immunoglobulin dan tetanus toxoid
6) Ganti pembalut, menggunakan tekhnik aspetik rasional mencegah
kontaminasi silang dari berbagai luka dengan mengganti satu
pembalut.
5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan integritas saluran pencernaan (akibat tarumatik
atau pembedahan) dan peningkatan kebutuhan sekunder terhadap
keadaan hypermetabolik pasca trauma.
Tujuan: kebutuhan nutrisi pasien tercukupi yang memadai dibuktikan
dengan keseimbangan nitrogen
Intervansi Keperawatan:
1) Kolaborasikan dengan dokter, ahli diet, dan ahli farmasi, rasional
memperkirakan kebutuhan metabolisme pasien pada dasar jenis
cedera, tingkat aktivitas
2) Pertimbangkan cedera khusus pasien dengan trauma hingga saluran
pencernaan bagian atas akan diberi makan secara enteral.
3) Pastikan kepatenan dari pipa nasogastrik atau intestinal, rasional
mempertahankan dekompresi dan mendorong penyembuhan dan
mengembalikan fungsi usus besar. Jangan mulai meng-enteral
pemberian makan sampai fungsi usus besar kembali (yaitu, suara-
suara usus besar terdengar, pasien merasakan lapar).
4) Kenali bahwa narkotika menurunkan motilitas saluran pencernaan
dan akan menyebabkan mual dan muntah.
5) Timbang BB pasien setiap hari, rasional mengevaluasi
kecenderungan
penurunan berat badan. Waspadalah terhadap penurunan terus
menerus berat badan, dan evaluasi kehilangannnya dengan menaksir
dan membandingkan dengan volume status dan pergantian cairan.
75
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
6) Kumpulkan urine 24 jam untuk nilai nitrogen urea, rasional
mengevaluasi keseimbagan nitrogen.
e. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan trauma abdomen
meliputi: mencapai penyembuhan luka padda waktu yang tepat, infeksi
dapat dikendalikan, nyeri berkurang, pasien memiliki cukup energi untuk
bergerak dan pasien menunjukkan tingkat mobilitas yang optimum.
76
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Rangkuman
Gangguan sistem pencernaan trauma abdomen merupakan penyakit yang
mengancam jiwa, dan merupakan tantangan perawat medikal bedah. Gangguan
sistem pencernaan trauma abdomen adalah pukulan/benturan langsung pada
rongga abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga
abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga
(lambung, usus halus, usus besar, pembuluh–pembuluh darah abdominal) dan
mengakibatkan ruptur abdomen..
77
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Daftar Pustaka
Brunner dan Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol
2.Jakarta:EGC
Carpernito, Lynda Juall . 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta, EGC
Gale, Danielle, Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi,
Jakarta, EGC.
Henley, C.E., Gastroenteritis. Manual of Family Practice. Taylor, Robert B., Little,
Brown, 2nd Edition, 2000
http://ncpnanda.blogspot.com/2012/09/9-nursing-diagnosis-for-colon-cancer.
html
http://www.mayoclinic.com/health/ulcerative-colitis/DS00598
http://www.enurse-careplan.com/2010/08/nursing-care-plan-ncp-ulcerative.
html
http://www.merckmanuals.com/professional/gastrointestinal_disorders/
gastroenteritis/overview_of_gastroenteritis.html
http://cncplan.blogspot.com/2012/02/about-typhoid-fever-nursing-diagnosis.
html
Ignatavicius D, Workman M.L, 2006, Medical Surgical Nursing critical Nursing for
Collaborative care, Elsevier Saunders.
Joice M Black and Jane Hokanson H, 2005, Medical Surgical Nursing clinical
Management for positive Outcome, Elsevier Saunders, page 743 - 852
Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam FK. Unair RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 1994,
Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Marilyn E. Doenges, Merry Frances Mourhouse, Allice C. Glisser. 2000. Nursing
Care Planning Guidelines For Planning and Documenting Patient Care.
Third Edition.Philadelphia FA. Davis. Company.
Nancy Nurse, , 2009, Nursing Care of Ulcerative Colitis NET Education, Inchttp://
searchwarp.com/swa449365.htm
Priscilla Le Mone and Karen Burke, 2008, Medical Surgical Nursing Critical
Thinking in Client Care, 4th, Pearson Education International
Soeparman, SarwonoMaspadji 1990. Ilmu Penyakit Dalam II Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
83

More Related Content

What's hot

Askep disentri
Askep disentriAskep disentri
Askep disentriSri Nala
 
Asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.
Asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.Asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.
Asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.pjj_kemenkes
 
Laporan pendahuluan dispepsia
Laporan pendahuluan dispepsiaLaporan pendahuluan dispepsia
Laporan pendahuluan dispepsiaIs Muhar
 
Asuhan keperawatan steven Johnson sindrom
Asuhan keperawatan steven Johnson sindromAsuhan keperawatan steven Johnson sindrom
Asuhan keperawatan steven Johnson sindrompjj_kemenkes
 
Laporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisLaporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisfirman002
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Trauma Abdomen
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Trauma Abdomen Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Trauma Abdomen
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Trauma Abdomen pjj_kemenkes
 
Peradangan gastritis-adalah-peradangan-pada-mukosa-lambung
Peradangan gastritis-adalah-peradangan-pada-mukosa-lambungPeradangan gastritis-adalah-peradangan-pada-mukosa-lambung
Peradangan gastritis-adalah-peradangan-pada-mukosa-lambungAnisaDwiAyuFebriani
 

What's hot (14)

Askep disentri
Askep disentriAskep disentri
Askep disentri
 
Asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.
Asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.Asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.
Asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.
 
Askep ge bab 1 5
Askep ge bab 1 5Askep ge bab 1 5
Askep ge bab 1 5
 
Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritis
 
Laporan pendahuluan dispepsia
Laporan pendahuluan dispepsiaLaporan pendahuluan dispepsia
Laporan pendahuluan dispepsia
 
Asuhan keperawatan steven Johnson sindrom
Asuhan keperawatan steven Johnson sindromAsuhan keperawatan steven Johnson sindrom
Asuhan keperawatan steven Johnson sindrom
 
Laporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisLaporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitis
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Bab 1 t cs'sps
Bab 1 t cs'spsBab 1 t cs'sps
Bab 1 t cs'sps
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Trauma Abdomen
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Trauma Abdomen Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Trauma Abdomen
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Trauma Abdomen
 
Peradangan gastritis-adalah-peradangan-pada-mukosa-lambung
Peradangan gastritis-adalah-peradangan-pada-mukosa-lambungPeradangan gastritis-adalah-peradangan-pada-mukosa-lambung
Peradangan gastritis-adalah-peradangan-pada-mukosa-lambung
 
Lp dispepsia
Lp dispepsiaLp dispepsia
Lp dispepsia
 
Satpel colic abdomen
Satpel colic abdomenSatpel colic abdomen
Satpel colic abdomen
 

Similar to Asuhan Keperawatan pada Pasien Gastritis

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan pjj_kemenkes
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritisWarnet Raha
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritisWarnet Raha
 
Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritisf' yagami
 
Penyakit gastritis
Penyakit gastritisPenyakit gastritis
Penyakit gastritistiwhy
 
SAP Gastroenteritis/ Diare
SAP Gastroenteritis/ DiareSAP Gastroenteritis/ Diare
SAP Gastroenteritis/ DiareYusuf Saktian
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brTeye Onti
 
Askep Cholitis ulseratif dan Peritonitis
Askep Cholitis ulseratif dan PeritonitisAskep Cholitis ulseratif dan Peritonitis
Askep Cholitis ulseratif dan PeritonitisKampus-Sakinah
 
Asuhan keperawatan pasien dengan gastritis
Asuhan keperawatan pasien dengan gastritisAsuhan keperawatan pasien dengan gastritis
Asuhan keperawatan pasien dengan gastritisyayax911
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan pjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan pjj_kemenkes
 

Similar to Asuhan Keperawatan pada Pasien Gastritis (20)

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritis
 
ppt kmb kel 9.pptx
ppt kmb kel 9.pptxppt kmb kel 9.pptx
ppt kmb kel 9.pptx
 
Penyakit gastritis
Penyakit gastritisPenyakit gastritis
Penyakit gastritis
 
SAP Gastroenteritis/ Diare
SAP Gastroenteritis/ DiareSAP Gastroenteritis/ Diare
SAP Gastroenteritis/ Diare
 
Makalah GERD
Makalah GERDMakalah GERD
Makalah GERD
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
Askep Cholitis ulseratif dan Peritonitis
Askep Cholitis ulseratif dan PeritonitisAskep Cholitis ulseratif dan Peritonitis
Askep Cholitis ulseratif dan Peritonitis
 
MAKALAH.docx
MAKALAH.docxMAKALAH.docx
MAKALAH.docx
 
Asuhan keperawatan pasien dengan gastritis
Asuhan keperawatan pasien dengan gastritisAsuhan keperawatan pasien dengan gastritis
Asuhan keperawatan pasien dengan gastritis
 
173625893 sap-gastroenteritis
173625893 sap-gastroenteritis173625893 sap-gastroenteritis
173625893 sap-gastroenteritis
 
173625893 sap-gastroenteritis
173625893 sap-gastroenteritis173625893 sap-gastroenteritis
173625893 sap-gastroenteritis
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Makalah gastritis (2)
Makalah gastritis (2)Makalah gastritis (2)
Makalah gastritis (2)
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
 

More from Anton Saja

Modul 2 kmb 3 kb3
Modul 2 kmb 3 kb3Modul 2 kmb 3 kb3
Modul 2 kmb 3 kb3Anton Saja
 
Modul 2 kardiovaskuler.ppt
Modul 2 kardiovaskuler.pptModul 2 kardiovaskuler.ppt
Modul 2 kardiovaskuler.pptAnton Saja
 
Obat hormon pdf
Obat hormon pdfObat hormon pdf
Obat hormon pdfAnton Saja
 
Modul 2 kb 3 (c)
Modul 2 kb 3 (c)Modul 2 kb 3 (c)
Modul 2 kb 3 (c)Anton Saja
 
Modul 2 kb 3 (b)
Modul 2 kb 3 (b)Modul 2 kb 3 (b)
Modul 2 kb 3 (b)Anton Saja
 
Modul 2 kb 3 (a)
Modul 2 kb 3 (a)Modul 2 kb 3 (a)
Modul 2 kb 3 (a)Anton Saja
 
Modul 2 kb 2 (c)
Modul 2 kb 2 (c)Modul 2 kb 2 (c)
Modul 2 kb 2 (c)Anton Saja
 
Modul 2 kb 2 (b)
Modul 2 kb 2 (b)Modul 2 kb 2 (b)
Modul 2 kb 2 (b)Anton Saja
 
Modul 2 kb 2 (a)
Modul 2 kb 2 (a)Modul 2 kb 2 (a)
Modul 2 kb 2 (a)Anton Saja
 
Modul konsep dasar keperawatan 2 kb 3
Modul konsep dasar keperawatan 2 kb 3Modul konsep dasar keperawatan 2 kb 3
Modul konsep dasar keperawatan 2 kb 3Anton Saja
 
Modul konsep dasar keperawatan 2 kb 2
Modul konsep dasar keperawatan 2 kb 2Modul konsep dasar keperawatan 2 kb 2
Modul konsep dasar keperawatan 2 kb 2Anton Saja
 
Modul konsep dasar keperawatan 2 kb 1
Modul konsep dasar keperawatan 2 kb 1Modul konsep dasar keperawatan 2 kb 1
Modul konsep dasar keperawatan 2 kb 1Anton Saja
 
Kb 3 profesi dalam keperawatan
Kb 3 profesi dalam keperawatanKb 3 profesi dalam keperawatan
Kb 3 profesi dalam keperawatanAnton Saja
 
Keperawatan agama modul 4 kb1
Keperawatan agama modul 4 kb1Keperawatan agama modul 4 kb1
Keperawatan agama modul 4 kb1Anton Saja
 
Keperawatan agama modul 3 kb3
Keperawatan agama modul 3 kb3Keperawatan agama modul 3 kb3
Keperawatan agama modul 3 kb3Anton Saja
 
Keperawatan agama modul 3 kb2
Keperawatan agama modul 3 kb2Keperawatan agama modul 3 kb2
Keperawatan agama modul 3 kb2Anton Saja
 
Keperawatan agama modul 3 kb1
Keperawatan agama modul 3 kb1Keperawatan agama modul 3 kb1
Keperawatan agama modul 3 kb1Anton Saja
 
Modul 2 keperawatan agama kb2
Modul 2 keperawatan agama kb2Modul 2 keperawatan agama kb2
Modul 2 keperawatan agama kb2Anton Saja
 

More from Anton Saja (20)

Buku 3.kb 1.
Buku 3.kb 1. Buku 3.kb 1.
Buku 3.kb 1.
 
Modul 2 kmb 3 kb3
Modul 2 kmb 3 kb3Modul 2 kmb 3 kb3
Modul 2 kmb 3 kb3
 
Modul 2 kardiovaskuler.ppt
Modul 2 kardiovaskuler.pptModul 2 kardiovaskuler.ppt
Modul 2 kardiovaskuler.ppt
 
Obat hormon pdf
Obat hormon pdfObat hormon pdf
Obat hormon pdf
 
Modul 2 kb 3 (c)
Modul 2 kb 3 (c)Modul 2 kb 3 (c)
Modul 2 kb 3 (c)
 
Modul 2 kb 3 (b)
Modul 2 kb 3 (b)Modul 2 kb 3 (b)
Modul 2 kb 3 (b)
 
Modul 2 kb 3 (a)
Modul 2 kb 3 (a)Modul 2 kb 3 (a)
Modul 2 kb 3 (a)
 
Modul 2 kb 2 (c)
Modul 2 kb 2 (c)Modul 2 kb 2 (c)
Modul 2 kb 2 (c)
 
Modul 2 kb 2 (b)
Modul 2 kb 2 (b)Modul 2 kb 2 (b)
Modul 2 kb 2 (b)
 
Modul 2 kb 2 (a)
Modul 2 kb 2 (a)Modul 2 kb 2 (a)
Modul 2 kb 2 (a)
 
Modul 2 kb 1
Modul 2 kb 1Modul 2 kb 1
Modul 2 kb 1
 
Modul konsep dasar keperawatan 2 kb 3
Modul konsep dasar keperawatan 2 kb 3Modul konsep dasar keperawatan 2 kb 3
Modul konsep dasar keperawatan 2 kb 3
 
Modul konsep dasar keperawatan 2 kb 2
Modul konsep dasar keperawatan 2 kb 2Modul konsep dasar keperawatan 2 kb 2
Modul konsep dasar keperawatan 2 kb 2
 
Modul konsep dasar keperawatan 2 kb 1
Modul konsep dasar keperawatan 2 kb 1Modul konsep dasar keperawatan 2 kb 1
Modul konsep dasar keperawatan 2 kb 1
 
Kb 3 profesi dalam keperawatan
Kb 3 profesi dalam keperawatanKb 3 profesi dalam keperawatan
Kb 3 profesi dalam keperawatan
 
Keperawatan agama modul 4 kb1
Keperawatan agama modul 4 kb1Keperawatan agama modul 4 kb1
Keperawatan agama modul 4 kb1
 
Keperawatan agama modul 3 kb3
Keperawatan agama modul 3 kb3Keperawatan agama modul 3 kb3
Keperawatan agama modul 3 kb3
 
Keperawatan agama modul 3 kb2
Keperawatan agama modul 3 kb2Keperawatan agama modul 3 kb2
Keperawatan agama modul 3 kb2
 
Keperawatan agama modul 3 kb1
Keperawatan agama modul 3 kb1Keperawatan agama modul 3 kb1
Keperawatan agama modul 3 kb1
 
Modul 2 keperawatan agama kb2
Modul 2 keperawatan agama kb2Modul 2 keperawatan agama kb2
Modul 2 keperawatan agama kb2
 

Recently uploaded

MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfestidiyah35
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxNadiraShafa1
 
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...MAKSIPUASA1
 
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMetode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptssuser940815
 
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRJessieArini1
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfAlanRahmat
 
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatanKemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docximplementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docxhurufd86
 

Recently uploaded (10)

MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
 
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
 
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
 
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMetode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
 
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
 
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatanKemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatan
 
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docximplementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
 

Asuhan Keperawatan pada Pasien Gastritis

  • 1. Asuhan Keperawatan pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan Kegiatan BelajarI Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus TUJUANPembelajaran Umum Setelah menyelesaikan materi kegiatan belajar 1 ini di harapkan Anda mampu memberikan asuhan keperawatan pasien dengan gastritis TUJUANPembelajaran Khusus Setelah menyelesaikan materi kegiatan belajar 1 ini diharapkan Anda mampu menjelaskan: 1)pengertian gastritis, 2)penyebab gastritis, 3) etiologi, 4) pathofisiologi gastritis, 5) managemen medis gastritis, dan 6) managemen keperawatan. POKOKMateri Dalam kegiatan belajar 1 2. Fisiologi ini Anda akan mempelajari 3. Etiologi materi tentang asuhan keperawatan pada gangguan sistem pencernaan gastritis yang meliputi: 4. Pathofisiologi 5. Managemen medis 6. Managemen Keperawatan 1. Pengertian 1
  • 2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Uraian Materi Pernahkah Anda mendengar, atau menolong pasien dengan gastritis? Berikut ini Anda akan mempelajari materi asuhan keperawatan pasien dengan gastritis. 1. Pengertian Apa pengertian dari gangguan sistem pencernaan gastritis? Adalah Inflamasi lapisan lambung karena iritasi dari mukosa lambung (LeMone & Burke, 2008), sedangkan menurut Brunner & Suddarth’s (2009) adalah Inflamasi mukosa gastrik/lambung. 2. Fisiologi (fungsi pencernaan & sekresi dan motorik) Normalnya gaster dilindungi oleh barier mukosa gastrik dari HCl dan pepsin. Barier mukosa gastrik meliputi: a. Lapisan impermiabel lipid hidriphobic à melindungi sel epitel gaster, mencegah difusi molekul yg larut air (alkohol dan aspirin bisa menembus lapisan ini). b. Sekresi Ion bicarbonat sebagai respon terhadap sekresi HCl, HCO - = H+ 3 àmukosa gaster tetap intak. Prostaglandin support produksi HCO - dan3 blood flow. c. Mukus gel, menjaga lapisan lambung dari pepsin dan menagkap HCO - 3 untuk menetralisir HCl, berfungsi juga sebgai lubrikan untuk mencegah kerusakan mekanik yg disebabkan isi lambung. 3. Etiologi Penyebab gastritis akut adalah konsumsi alkohol dan obat anti inflamasi non steroid (NSAID) yang berkepanjangan, krisis medis akut seperti operasi besar, trauma, luka bakar dan infeksi berat. Penyebab gastritis kronis meliputi: infeksi 2
  • 3. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Helicobacter pylori, refluk cairan empedu kronik, stres dan penyakit imun. 4. Patofisiologi Gastritis akut ditandai dengan kerusakan barier mukosa oleh karena iritasi lokal (membran mukosa gaster menjadi edema dan hiperemi = kongesti dari cairan dan darah) à kerusakan ini menyebabkan kontak antara HCL dan pepsin dengan jaringan gaster à iritasi, inflamasi dan erosi superfisial Mukosa gastric mengalami regenerasi secara cepat, gastritis akut à self-limiting disorder yang resolusi dan penyembuhannya terjadi dalam beberapa hari. Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan karena tidak sengaja maupun dengan sengaja mencerna Asam atau alkali kuat (amonia, lysol), inflamasi berat ataupun nekrosis, gangren lambung, mengakibatkan perforasi, perdarahan sampai peritonitis, Jika sampai terbentuk Jaringan parut maka akan terjadi obstruksi pilorus (LeMone & Burke, 2008) Mekanisme primer dari erosive gastritis adalah terjadinya iskemia dari mukosa gaster yang terjadi akibat vasokonstriksi symphatetik, dan tissue injury akibat asam sehingga menimbulkan rosi supervisial mukosa gaster multiple Gastritis kronis, kerusakan progresif yang diawali adanya Inflamasi superfisial dan secara bertahap berkembang menyebabkan atropy pada jaringan gaster (gambar 1) Unrelated to acute gastritis Tahap awal dikarakteristikkan adanya perubahan pada mukosa gaster dan penurunan produksi mucus, Seiring perkembangan penyakit, kelenjar mukosa gaster terganggu dan rusak Tipe A (gastritis autoimun) diakibatkan oleh perubahan pada sel parietal yang menimbulkan atrofi & infiltrasi seluler Pada tipe ini tubuh menghasilkan antibodi terhadap sel parietal & faktor intrinsik, antibodi ini merusak sel mukosa gaster mengakibatkan atrofi, infiltrasi seluler & hilangnya kemampuan untuk sekresi HCL serta pepsin 3
  • 4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Gambar 1, iritasi pada dinding lambung (gastritis) Tipe B (gastritis H. Pylori) Gram negatif spiral bakterium mempengaruhi antrum dn pilorus Infeksi Helicobacter Pylori (H. Pylori) menyebabkan inflamasi pada mukosa gaster disertai infiltrasi neutrofil dan lymfocyte à lapisan terluar gaster menjadi tipis dan athropy sehingga kemampuan untuk melindungi gaster dari autodegestif oleh HCl dan pepsin berkurang H. Pylori àmeningktakan risiko terjadinya Ulkus peptikum, Ca. Gaster. 5. Managemen medis Gastritis akut, didiagnosa berdasarkan riwayat kesehatan dan manifestasi klinis. Gastritis kronis, karena gejala samar maka diperlukan pemeriksaan lanjut dan intensif. Pasien dengan gastritis akut dan kronis pada umumnya tidak sampai di rawat di rumah sakit dalam waktu lama. Pasien membutuhkan perawatan akut hanya pada saat mengalami mual dan muntah berat sehingga memungkinkan atau sampai terjadi gangguan elektrolit serta nutrisi. keseimbangan cairan dan Terapi obat untuk mengeliminasi bakteri H clarithromycin dan metronidazole dan proton pylori (antiinfektif agent); pump inhibitor, biasanya diberikan selama satu minggu; Untuk mengurangi sekresi gastric; H2 reseptor antagonist; ranitidin, cimetidine, prostaglandin analog (misoprostol) dan antasida (magnesium hidroksida, aluminium hidroksida), antisecretori agen (omeprazole, rabeprazol). Untuk mencegah difusi balik HCl dan menstimulasiproduksi mukus biasanya diberikan mucosal barrier fortifier (sucralfate). 4
  • 5. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pembedahan meliputi parsial gastrectomi, pyloroplasti, vagotomi ataupun gastrektomi total diindikasikan pada pasien dengan perdarahan hebat karena gastritis erosiva berat. 6. Managemen keperawatan a. Pengkajian Bagaimana Anda melakukan pengkajian? Data-data yang perlu untuk dikaji antara lain: 1) Riwayat hidup Dalam riwayat hidup yang perlu dikaji antara lain: umur, jenis kelamin, jenis stres, pola makan (diet), perokok, alkoholik, minum kopi, dan penggunaan obat-obatan tertentu. 2) Pemeriksaan fisik Secara subyektif dijumpai; keluhan pasien berupa: nyeri epigastrium, perut lembek, kram, ketidakmampuan mencerna, mual, muntah. Sedangkan secara obyektif dijumpai: tanda-tanda yang membahayakan, meringis, kegelisahan, atau merintih, perubahan tanda-tanda vital, kelembekan daerah epigastrium, dan penurunan peristaltik, erythema palmer, mukosa kulit basah tanda-tanda dehidrasi. 3) Psikologis Dijumpai adanya kecemasan dan ketakutan pada penderita atau keluarganya mengenai kegawatan pada kondisi krisis. b. Diagnosis keperawatan 1) Nyeri akut atau nyeri kronik berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekunder stres psikologi 2) Gangguan nutrisi: kekurangan makanan sehubungan dengan kurangnya asupan makanan sekunder akibat mual, muntah 3) Resiko kekurangan volume cairan sehubungan dengan pemasukan cairan dan elektrolit yang kurang, muntah. 5
  • 6. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 4) Kurang pengetahuan sehubungan dengan informasi yang kurang tentang penyebab gastritis dan pengobatan yang teratur c. Perencanaan 1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekunder stres psikologi Tujuan: setelah tindakan keperawatan pasien mengatakan nyeri berkurang Intervensi Keperawatan: 1) Kaji keluhan nyeri, lokasi, intensitas, dan skala nyeri 2) Jelaskan penyebab dan efek nyeri pada pasien 3) Anjurkan pasien untuk istirahat selama fase akut 4) anjurkan pasien menghindari makanan yang menyebabkan ketidaknyaman/nyeri (alkohol, rempah, makanan pedas/panas, dll) 5) Bantu pasien untuk mengurangi nyeri (tehnik relaksasi) 6) Berikan obat analgesik sesuai resep. 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan makanan sekunder akibat mual, muntah. Tujuan: Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi Intervensi keperawatan: 1) Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan sedikit tetapi sering 2) Batasi asupan makanan dan rempah yang menyebabkan distres. 3) Bantu pasien mengidengifikasi makanan yang menyebabkan ketidaknyaman (teh, kopi, cola, merica, makanan panas, dll) 4) Berikan makanan lunak 5) Lakukan oral higine 6) Berikan diet yang bervariasi sesuai dietnya 6
  • 7. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 7) Berikan obat anti emetik sesuai resep 8) Monitor dan catat frekuensi jumlah dan warna warna muntahan, 9) Observasi asupan dan output nutrisi pasien 10) Timbang berat badan 3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah Tujuan: setelah tindakan keperawatan asupan cairan pasien menjadi adekuat Intervensi keperawatan: 1) Motivasi pasien untuk minum ± 1500-2500ml 2) Berikan cairan intravena sesuai resep 3) Monitor tanda vital, evaluasi turgor kulit, membran mukosa 4) Monitor intake dan output dan keseimbangan elektrolit d. Evaluasi Bagaimana Anda mengevaluasi responpasien dengan gastritis? Berdasarkan diagnosis keperawatan yang telah diidentifikasi, Anda mengevaluasi respon pasien dengan gastritis. Kriteria yang diharapkan meliputi: 1) Mengelola nyeri dan menyatakan peningkatan kenyamanan dicapai. 2) Mencegah eksaserbasi dengan identifikasi dan menghindari situasi dan stimuli yang berlebihan 3) Mempertahankan berat badan pada tingkatan yang normal/ideal dengan mengikuti diet yang tepat tanda kekambuhan tanda dan gejala gastritis. 4) Menggambarkan dan mentaati aturan terapi yang diresepkan. Nah, untuk lebih memperkuat penjelasan tentang gastritis, cobalah Anda diskusikan tentang cara kerja obat yang biasa diberikan pada pasien, 7
  • 8. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan serta jenis pembedahan, dan perawatan pasca pembedahan pada pasien gastritis. Tuliskan jawaban Anda pada kolom dibawah ini! I. Thypus abdominalis A. Tujuan pembelajaran umum Setelah menyelesaikan materi kedua kegiatan belajar-1 ini di harapkan Anda mampu memberikan asuhan keperawatan pasien dengan thypus abdominalis. B. Tujuan pembelajaran khusus Setelah menyelesaikan materi kegiatan belajar-1 ini diharapkan Anda mampu menjelaskan: 1) pengertian thypus abdominalis, 2) penyebab thypus abdominalis, 3) pathofisiologi thypus abdominalis, 4) managemen medis thypus abdominalis, dan 5) managemen keperawatan. C. Pokok-pokok materi Dalam kegiatan belajar-1 ini Anda akan tentang asuhan keperawatan pada pasien mempelajari pokok-pokok materi thypus abdominalis yang meliputi: 1. Pengertian 2. Penyebab 3. Pathofisiologi 4. Managemen medis 5. Managemen Keperawatan 8 H2 reseptor antagonist .................................................................................................. Gastrectomi adalah ...................................................................................................... Perawatan post op gastrectomi meliputi : ......................................................................
  • 9. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan D. Uraian materi Berikut ini akan diuraikan tentang asuhan keperawatan pasien dengan thypus abdominalis, silahkan Anda pelajari dan pahami materi berikut. 1. Pengertian: Apa pengertian dari gangguan sistem pencernaan thypus abdominalis? Gangguan sistem pencernaan thypus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi menyerang usus halus khususnya daerah ileum. 2. Penyebab Salmonella typhi bakteri gram negatif, tidak berkapsul, memiliki flagella peritrikosa Mempunyai: antigen somatik (O) terdiri dari Oligosakarida, antigen flagerlar (H) terdiri dari protein, Antigen selubung (K) terdiri dari polisakarida Endotoksin berupa makromolekuler 3. Patofisiologi S. typhi penularan melalui oral (makanan atau minuman yang terkontaminasi) melewati “barrier” asam lambung, melewati “barrier” usus halus, menempel dan masuk ke dalam sel epitel usus halus, bergerak kearah baso lateral, keluar dari epitel usus halus, masuk ke lamina propia Fenomena “KUDA TROYA” menimbulkan bakteremia I yang asimtomatik. Selain melalui lapisan sel epitel usus halus, S. typhi masuk lewat sel M yang berada diatas “Plaque de Peyer” usus halus, Bakteremia I terjadi 24 – 72 jam setelah infeksi, Sebagian S. typhi dalam makrofag keluar dari sirkulasi masuk ke dalam jaringan organ nonlimfoid àberkembangbiak S. typhi yang ada dalam makrofag dapat bertahanhidup & berkembangbiak didalam fagosom makrofag. Sel mengalami lysis à S.typhi keluar ke peredaran darah umum menimbulkan bakteremia II yang simtomatis 4. Managemen medis a. Pemeriksaan darah: Biakan darah: positif pada minggu I, Reaksi widal: 9
  • 10. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Aglutinin O, H, Vi, Makin tinggi titernya makin besar kemungkinan pasien menderita tyfoid. Pada infeksi aktif, titer reaksi akan meningkat pada pemeriksaan ulang. b. Terapi obat: kloramfenikol, kotrimoksazol, Ampicillin & amoxacillin biasanya diberikan pada pasien thyfoid dengan leucopenia. c. Pengobatan tyfoid pada wanita hamil: Kloramphenicol pada trimester III dapat berakibat partus prematur, IUFD, Grey sindrom pada neonates, Tiamfenicol pd trimester I – teratogenik. d. Diet. 5. Managemen keperawatan a. Pengkajian Kaji pasien tentang penyediaan air bersih, kebersihan individu dalam kebiasaan makan, minum, sanitasi lingkungan, riwayat vaksinasi, penyakit Thyfoid aberhubungan denganominalis sebelumnya, Riwayat keluhan sekarang: lesu, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, sakit waktu menelan, perasaan tidak enak diperut, batuk -- minggu I. Suhu badan pada sore dan malam hari, riwayat pengobatan anti mikroba suhu badan meningkat, bradikardi relative, lidah yang khas (kotor ditengah, tepi dan ujung merah dan tremor, hepatomegali, splenomegali, meteorismus (akumulasi udara dalam intestin), gangguan kesadaran: somnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis, roseola: bintik merah pada leher, punggung, paha b. Diagnosis keperawatan Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien typhoid adalah: 1) Resiko tinggi ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengani hipertermi dan muntah. 2) Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengani intake yang tidak adekuat. 10
  • 11. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 3) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi. 4) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik. 5) Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat. c. Perencanaan 1. Resiko tinggi gangguan ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hipertermia dan muntah. Tujuan; ketidakseimbangan volume cairan tidak terjadi Dengan Kriteria hasil: membran mukosa bibir lembab, tanda-tanda vital (TD, S, N dan RR) dalam batas normal, tanda-tanda dehidrasi tidak ada Intervensi keperawatan: a) Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis dan peningkatan suhu tubuh, b) pantau intake dan output cairan dalam 24 jam, c) ukur BB tiap hari pada waktu dan jam yang sama, d) catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah nyeri dan distorsi lambung. e) Anjurkan pasien minum banyak ± 2000-2500 cc per hari, f) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl) dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan tambahan melalui parenteral sesuai indikasi. 2. Resiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat Tujuan: resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi 11
  • 12. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan intervensi Keperawatan: a) Kaji pola nutrisi pasien, kaji makan yang di sukai dan tidak disukai pasien, b) Anjurkan tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut, c) Timbang berat badan tiap hari. d) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet Bantu klien mengidentifikasi jenis makanan rendah selulosa. e) Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering, catat laporan atau hal- hal seperti: mual, muntah, nyeri dan distensi lambung. f) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium seperti Hb, Ht dan Albumin. g) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antiemetik seperti (ranitidine). 3. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi Tujuan: hipertermi teratasi. Kriteria hasil: suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal bebas dari kedinginan dan tidak terjadi komplikasi yang berhubungan dengan masalah typhoid. Intervensi keperawatan: a) Observasi suhu tubuh pasien. b) Anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas pasien. c) Beri kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas. d) Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun. e) Anjurkan klien untuk minum banyak (2-3 lt/hari). f) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik. 12
  • 13. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan g) Berikan antibiotik sesuai resep. 4. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik. Tujuan: Kebutuhan sehari-hari pasien terpenuhi. Kriteria hasil: pasien mampu melakukan aktivitas, bergerak dan menunjukkan peningkatan kekuatan otot. Intervensi Keperawatan: a) Berikan lingkungan tenang dengan membatasi pengunjung. b) Bantu kebutuhan sehari-hari pasien seperti mandi, BAB dan BAK. c) Bantu pasien mobilisasi secara bertahap. d) Jika kesadaran klien menurun rubah posisi tiap 2 jam e) Dekatkan barang-barang yang selalu di butuhkan ke meja pasien, f) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin sesuai indikasi. 5. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat Tujuan: pengetahuan keluarga meningkat. Kriteria hasil: pasien menunjukkan pemahaman tentang penyakitnya, melalui perubahan gaya hidup dan ikut serta dalam pengobatan. Intervensi keperawatan: 1) Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga pasien tentang penyakit anaknya. 2) Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien. 3) Beri kesempatan keluaga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti. 4) Beri reinforcement positif jika pasien menjawab dengan tepat. 5) Pilih berbagai strategi belajar seperti teknik ceramah, tanya jawab. 13
  • 14. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 6) Demonstrasikan dan tanyakan apa yang tidak di ketahui pasien. 7) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada pasien. d. Evaluasi Bagaimana Anda melakukan evaluasi? Berdasarkan diagnosis keperawatan yang telah diidentifikasi, perawat mengevaluasi respon pasien dengan tifoid. Kriteria yang diharapkan meliputi: 1) Mempertahankan berat badan pada tingkatan yang normal/ideal dengan mengikuti diet yang tepat tanda kekambuhan tanda dan gejala tifoid 2) Menjelaskan pentingnya asupan nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit. 3) Membran mukosa basah, turgor kulit baik. II. Hepatitis A. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah menyelesaikan materi ketiga kegiatan belajar 1 ini di harapkan Anda mampu memberikan asuhan keperawatan pasien dengan hepatitis. B. Tujuan pembelajaran khusus Setelah menyelesaikan materi kegiatan belajar-1 ini diharapkan Anda mampu menjelaskan: 1) pengertian hepatitis, 2) penyebab hepatitis, 3) pathofisiologi hepatitis, 4) managemen medis hepatitis, dan 5) managemen keperawatan. C. Pokok-pokok materi Dalam kegiatan belajar-1 ini anda akan mempelajari materi tentang asuhan keperawatan pada pasien hepatitis yang meliputi: 14
  • 15. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 1. Pengertian 2. Penyebab 3. Gejala klinis 4. Patofisiologi 5. Managemen medis 6. Managemen Keperawatan D. Uraian Materi Anda mungkin sering mendengar suatu penyakit yaitu hepatitis. Topik hepatitis akan kita bahas bersama berikut ini: 1. Pengertian Apa definisi dari hepatitis? Hepatitis adalah proses peradangan jaringan hati, Keradangan hati dapat juga karena paparan agen farmakologik atau kimia baik dengan inhalasi, ingesti atau pemberian parenteral. 2. Penyebab Apa penyebab dari hepatitis? Infeksi disebabkan oleh virus hepatitis A, B, C, D, E, (F, G jarang), virus lain: eptein barr, cytomegalovirus; reaksi transfusi darah yang terpapar virus hepatitis. Non infeksi disebabkan oleh bahan beracun, alkohol, obat-obatan, acetaminophen, carbon tetracloride, trichloroethylene, fosfor kuning. 3. Gejala klinis Tahap Pra Ikterik (tahap prodromal), 3-10 hari (rata-rata 1 minggu); anorexia, hipertermi (sampai menggigil), mual & muntah, dispepsia, artralgi ,nyeri tekan pada hepar, malaise, berat badan menurun. Tahap ikterik (puncak dalam 1-2 minggu); didahului urin berwarna coklat, sklera kuning, kemudian seluruh badan, ikterik: gangguan metbolisme billirubin, anorexia, mual & muntah, dispepsia, nyeri tekan pada hepar, 15
  • 16. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan malaise. Tahap paska ikterik (Tahap Penyembuhan); Hilang dalam waktu 2-6 minggu, Ikterus berangsur berkurang dan hilang, dalam waktu 2-6 minggu, Penyembuhan sempurna terjadi dalam waktu 3-4 bulan. 4. Patofisiologi Virus hepatitis menyebabkan Inflamasi adalah menyebar ke jaringan hepar melalui infiltrasi, inflamasi, degenerasi & regenerasi bisa terjadi secara serentak, inflamasi yang disertai oedema dapat menekan cabang vena porta, transaminase serum meningkat, masa protombin memanjang. 5. Managemen medis Tidak ada pengobatan spesifik difokuskan pada penegakan diagnosis. Terapi suportif: cairan dan elektrolit, vitamin K, antihistamin untuk pruritus, antiemetik. kortikosteroid untuk hepatitis virus fulminan, obat untuk mengurangi kegelisahan & malaise harus dicegah (mengandung sedatif & detoksifikasi hepar). Hasil laboratorium: Alanine aminotransferase (ALT) > 1000mU/ml, Aspartate aminotransferase (AST) > 1000-2000 mu/ml, Serum total bilirubin > 2.5 mg/dl, HAV diidentifikasi dengan adanya anti HAV dalam darah, Keradangan yang berlanjut ditandai dengan adanya IgM dalam darah, infeksi sebelumnya ditandai dengan IgG antibodi, Adanya HBsAg dan IgM anti HBc indikasi terkena HBV, adanya Anti HBs indikasi sembuh atau kebal terhadap Hep B, Untuk HCV discreening dengan ELISA dan lebih spesifik RIBA (recombinant imunoblot assay). 6. Managemen keperawatan a. Pengkajian Pengkajian psikososial: gejala kelemahan, inaktifitas, keluhan yang samar dapat menyebabkan depresi, pasien mungkin merasa malu 16
  • 17. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan dengan isolasi pencegahan dan hygiene sehingga membatasi interaksi sosial, pasien dapat bosan karena perawatan yang lama dan komplikasi, anggota keluarga kadang takut mungkin menjaga jarak dengan pasien. Pengkajian riwatat sebelumnya: tanyakan; ia telah terpapar oleh pasien hepatitis lain?, transfusi darah atau hemodialisis terakhir?, tanyakan: aktifitas seksual, aktifitas sosial, pemakaian obat injeksi, tattoo atau tindik telinga terakhir, kehidupan khusus (barak militer, apartemen), menerima darah atau produk darah atau transplantasi?, riwayat pekerjaan, perjalanan pasien, riwayat makan/minum air yang mungkin terkontaminasi. Pengkajian fisik: Pasien mungkin mengeluh penurunan napsu makan, mudah lelah, Kaji adanya keluhan berikut: nyeri abdomen, arthralgia, myalgia, diarrhea/konstipasi, demam, iritabel, lemah badan, mual/muntah. Kulit, membran mukosa, sklera diinspeksi adanya jaundice, rash pada kulit; hepatitis B, C?, pasien mungkin mengeluh gatal kulit, Pasien mungkin mengeluh urine warna gelap, feses pucat, suhu (38-39oC pada hepatitis A). b. Diagnosis keperawatan 1) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan. Penurunan produksi metabolisme energi sekunder disfungsi hati. 2) Nutrisi Imbalans: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan. Anoreksia, mual, muntah. 3) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan penyebab dan cara penularan hepatitis. 4) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus sekunder disfungsi hati. 5) Ketidakefektifan proteksi berhubungan dengan peningkatan resiko perdarahan sekunder penurunan absorbsi vit K dan trombositopenia. 17
  • 18. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan c. Perencanaan 1) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme energi sekunder disfungsi hati. Tujuan: pasien secara bertahap meningkatkan aktifitas pada tingkat sebelum hepatitis terjadi. Intervensi: a) Istirahatkan pasien beberapa hari b) Kelola pelayanan sehingga pasien tidak kelelahan c) Jadwalkan waktu istirahat dan aktifitas keseharian d) Berikan aktifitas pengganti sesuai kesukaan pasien e) Dorong keluarga/anggota keluarga mengunjungi pasien beberapa saat 2) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah. Tujuan: pasien akan mencapai intake nutrient & kalori yang optimal untuk meningkatkan penyembuhan hati. Intervensi: a) Berikan diet tinggi kalori, moderat lemak dan protein b) Berikan makanan sedikit, sering dan penyajian menarik c) Sarankan keluarga membawa makanan jika diijinkan d) Berikan vitamin dan makanan cair suplemen sesuai resep e) Berikan anti emetik sesuai resep (tigan) f) Berikan terapi suppresi asam sesuai resep g) Hilangkan bau menyengat dan pindahkan obyek yang tidak sedap 3) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus sekunder disfungsi hati 18
  • 19. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Tujuan: kulit pasien akan tetap intact (utuh). Intervensi: a) Jaga hidrasi dengan kelembaban yang sesuai b) Hindari mandi air panas, gunakan emmolin c) Pelihara kuku pasien pendek d) Berikan antihistamin sesuai resep, observasi adanya sedasi 4) Ketidakefektifan proteksi berhubungan dengan peningkatan resiko perdarahan sekunder penurunan absorbsi vit K dan trombositopenia. Tujuan: Pasien bebas dari perdarahan. Intervensi: a) Monitor nilai protombine time, platelet. b) Periksa adanya bekuan darah,tanda perdarahan (gusi, feses, perdarahan saluran cerna). c) Hindari injeksi intramuskuler jika mungkin, gunakan jarum kecil jika diperlukan d) Berikan vitamin K sesuai resep. e) Anjurkan pasien menggunakan sikat dan pisau cukur elektrik yang lunak. d. Evaluasi Bagaimana Anda mengevaluasi perawatan pasien dengan hepatitis? Berdasarkan diagnosis dan dukungan intervensi keperawatan, Anda mengevaluasi perawatan pasien dengan hepatitis. Hasil yang diharapkan pada pasien dengan hepatitis meliputi bahwa pasien: 1) Mengikuti pembatasan fisik dan aktifitas 19
  • 20. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 2) Menyatakan mengikuti tindakan isolasi pencegahan 3) Meningkatkan asupan nutrisi dan nafsu makan kembali penuh 4) Mencari perawatan medik untuk tindak lanjut secara rutin dan analisis marker serologis. Nah, untuk lebih memperkuat penjelasan tentang hepatitis, cobalah Anda diskusikan tentang cara penularan dan gejala hepatitis akibat virus A, B, C, D dan E. Tuliskan jawaban Anda pada kolom dibawah ini! III. Kolitis Ulseratif A. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah menyelesaikan materi keempat kegiatan belajar-1 ini di harapkan Anda mampu memberikan asuhan keperawatan pasien dengan kolitis. B. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah menyelesaikan materi kegiatan belajar-1 ini diharapkan Anda mampu menjelaskan: 1) pengertian kolitis, 2) penyebab kolitis, 3) patofisiologi kolitis, 4) managemen medis kolitis, dan 5) managemen keperawatan. C. Pokok-pokok materi Dalam kegiatan belajar-1 ini Anda akan mempelajari materi tentang asuhan keperawatan dengan kolitis ulesratif yang meliputi : 20 Hep .A Hep.B Hep.C Hep.D Hep.E Kel. Resiko Tinggi .................. ................. ............. .............. ............... Penularan .................. ................. ............. .............. ............... Masa inkubasi .................. ................. ............. .............. ...............
  • 21. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 1. Pengertian 2. Penyebab 3. Gejala klinis 4. Pathofisiologi 5. Managemen medis 6. Managemen Keperawatan D. Uraian Materi 1. Pengertian Apa pengertian kolitis ulseratif ? Kolitis ulseratif penyakit inflamasi usus yang menyebabkan peradangan adalah suatu berkelanjutan dan ulkus (luka terbuka) di lapisan terdalam dari usus besar (kolon) dan rektum. Ulkus berdarah, memproduksi nanah dan lendir, dan peradangan menyebabkan usus untuk sering mengosongkan, menyebabkan diare. Kolitis ulseratif dapat menyebabkan nyeri dan memiliki komplikasi yang mengancam jiwa. 2. Penyebab Apa penyebab Kolitis? Tidak ada yang tahu apa yang menyebabkan kolitis ulseratif. Teori yang paling mungkin adalah bahwa hal itu disebabkan oleh beberapa faktor mulai dari genetika, reaksi sistem kekebalan tubuh yang rusak, dan pengaruh lingkungan. Karena kolitis ulserativa lebih umum di negara maju, itu mungkin bahwa diet tinggi lemak dan makanan olahan jenuh berkontribusi terhadap penyakit. Beberapa faktor resiko adalah riwayat penyakit keluarga, keturunan Yahudi, terutama Yahudi Ashkenazi (Eropa), diet tinggi gula, tinggi kolesterol, dan lemak (terutama dari daging dan produk susu). 3. Gejala klinis Tanda-tanda dan gejala kolitis ulseratif bervariasi tergantung pada seberapa parah peradangan dan di mana ia berada. Yang paling umum 21
  • 22. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan yaitu nyeri perut, dan diare berdarah. Gejala-gejala dapat berkisar dari ringan sampai parah, yang mungkin muncul sangat tiba-tiba atau secara bertahap. Gejala lain meliputi: diare berkepanjangan, perdarahan rektum, feses seperti darah, penurunan berat badan, anemia, demam dan dehidrasi. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan serangkaian tes untuk mendiagnosis kolitis ulserativa meliputi, pemeriksaan darah, tinja; kolonoskopi dan sigmoidoskopi digunakan untuk mengambil gambar dari usus besar dan rektum. Foto-foto ini dapat mengungkapkan peradangan, perdarahan, atau borok di sepanjang dinding usus besar dan rektum secara keseluruhan. 4. Patofisiologi Kolitis adalah penyakit radang usus besar yang kronis, dan 20% kasus terjadi sebelum individu mencapai usia 20 tahun. Biasanya, penyakit ini dimulai di rektum dan kolon sigmoid dan secara bertahap menyebar sampai usus besar. Proses inflamasi melibatkan mukosa dan submukosa usus besar. Secara bertahap, beberapa ulserasi dan abses terbentuk di daerah radang. Akibat penyakit berlangsung, mukosa usus menjadi edema dan menebal dengan pembentukan jaringan parut, yang menghasilkan kemampuan perubahan menyerap usus besar. Tingkat keparahan penyakit ini berkisar dari bentuk ringan yang terlokalisasi di daerah tertentu usus besar ke sindrom kritis dengan komplikasi yang mengancam jiwa. 5. Managemen Medis Tujuanutamapengobatankolitisulseratifadalahmengurangikeradangan, menekan respon imun, mengistirahatkan usus yang sakit, sehingga terjadi penyembuhan. Jenis pengobatan tergantung pada beratnya penyakit. Obat obat yang biasa digunakan pada kolitis meliputi; aminosalisilat (Sulfasalazine)–obat anti inflamasi; kortikosteroid (seperti budesonide, prednisone, and prednisolone)–obat ini mengurangi keradangan akut, anti diare (diphenoxylate, loperamide, or psyllium) dan anti sedatif digunakan untuk mengurangi peristaltik, mengistirahatkan usus yang terinflamasi. Cairan oral, diet rendah serat, tinggi kalori dan protein dan terapi 22
  • 23. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan suplemen vitamin dan pengganti besi diberikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Pada kasus kolitis disertai perdarahan masif, sakit berat, ruptur kolon atau resiko kanker, dilakukan pengangkatan kolon atau rektum (kolektomi atau proctokolectomi). 6. Managemen Keperawatan a. Pengkajian Riwayat keperawatan perlu dikaji antara lain karakteristik nyeri, adanya diare atau dorongan buang air besar, mengejan saat defekasi (tenesmus), mual, muntah, penurunan berat badan serta riwayat keluarga tentang penyakit radang usus. Keluhan yang paling utama adalah nyeri intermitten sewaktu diare tetapi tidak hilang setelah defekasi. Pola diet yang dikaji mencakup jumlah alkohol, kafein dan nikotin yang digunakan setiap hari; diet tinggi gula, tinggi kolesterol, dan lemak. Pola eliminasi mencakup karakter dan frekuensi, adanya pus, darah, lemak atau mukus/ lendir dalam feses. Pada pemeriksaan fisik mencakup auskultasi terhadap bising usus, palpasi terhadap distensi, nyeri tekan atau nyeri, gejala dehidrasi, gejala anemi. Feses diinspeksi terhadap adanya darah dan mukus, termasuk adanya perdarahan rektal. b. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan pengkajian, diagnosis keperawatan meliputi: 1) Diare berhubungan dengan proses keradangan usus 2) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, diare dan penurunan absorpsi usus halus. 3) Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan anoreksia dan diare. 4) Nyeri abdomen berhubungan dengan berhubungan dengan inflamasi usus dan peningkatan peristaltik. 23
  • 24. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan c. Perencanaan 1. Diare berhubungan dengan proses keradangan usus. Tujuan: pasien melaporkan pengurangan diare Intervensi Keperawatan: 1) Pertahankan lingkungan basien bebas bau 2) Lakukan perawatan perianal yang baik 3) Kurangi aktifitas fisik selama periode diare akut 4) Berikan cairan dan elektrolit oral 5) Tentukan hubungan antara diare dan makanan tertentu yang dikonsumsi 6) Kaji penurunan frekuensi /jumlah feses, peningkatan kosistensi feses 2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, diare dan penurunan absorpsi usus halus. Tujuan: Pasien akan mencapai intake nutrient & kalori yang optimal untuk meningkatkan penyembuhan usus. Intervensi: 1) Berikan nutrisi parenteral (TPN) bila gejala usus bertambah berat 2) Berikan diet tinggi protein, rendah lemak dan rendah serat 3) Berikan makanan porsi kecil tapi sering 4) Berikan obat anti diare sesuai resep 5) Pantau intake dan output 6) anjurkan untuk timbang berat badan secara periodik (sekali seminggu). 3. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan 24
  • 25. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan anoreksia dan diare. Tujuan: Pasien dapat mencegah kekurangan cairan dan elektrolit. Intervensi: 1) Timbang berat badan setiap hari 2) Kaji terhadap adanya tanda kekurangan cairan (mukosa/ kulit kering, turgor turun, oliguria, hipotensi, nadi cepat dan lainnya) 3) Berikan cairan intravena sesuai resep 4) Monitor kadar elektrolit serum 4. Nyeri abdomen berhubungan dengan berhubungan dengan inflamasi usus dan peningkatan peristaltik Tujuan: Pasien menyetakan nyeri abdomen berkurang atau teradaptasi. Intervensi: 1) Berikan aktivitas untuk mengalihkan nyeri 2) Batasi aktifitas pasien/ hindari kelelahan 3) Beri kompres hangat pada abdomen. 4) Berikan obat anti mikroba, antidiare/antimotilitas sesuai resep 5) Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam pada saat nyeri muncul. 6) Berikan obat analgesik sesuai resep. 7) Observasi karakter nyeri d. Evaluasi Berdasarkan diagnosis yang telah diidentifikasi, Anda dapat mengevaluasi perawatan pasien dengan kolitis ulseratif. Kriteria hasil yang diharapkan bahwa pasien akan: 1. Mengalami penurunan frekuensi diare 2. Memilih diet tinggi serat, dan enghindari makanan yang dapat 25
  • 26. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan meningkatkan gejala 3. Menentukan pola eliminasi usus yang teratur. 4. Tidak menunjukkan manifestasi komplikasi kolitis. IV. Gastroenteritis A. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah menyelesaikan materi kelima kegiatan belajar-1 ini di harapkan Anda mampu memberikan asuhan keperawatan pasien dengan gastroenteritis. B. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah menyelesaikan materi kegiatan belajar-1 ini diharapkan Anda mampu menjelaskan: 1) pengertian gastroenteritis, 2) penyebab gastroenteritis, 3) pathofisiologi gastroenteritis, 4) managemen medis gastroenteritis, dan 5) managemen keperawatan. C. Pokok-Pokok Materi Dalam kegiatan belajar-1 ini Anda akan mempelajari materi tentang asuhan keperawatanpada gangguansistem pencernaangastroenteritis yang meliputi: 1. Pengertian 2. Penyebab 3. Gejala klinis 4. Pathofisiologi 5. Managemen medis 6. Managemen Keperawatan 26
  • 27. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan D. Uraian Materi Pernahkah Anda mendengar atau bahkan mengalami sendiri penyakit gastroenteritis sebelumnya. Nah, sekarang Anda pelajari penyakit tersebut di bawah ini. 1. Pengertian Apa pengertian gastroenteritis? Gastroenteritis adalah suatu keradangan pada dinding lambung dan usus utamanya mempengaruhi usus halus. Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya ( >3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2007). Diare akut: diare yang bersifat mendadak dan berlangsung kurang dari 2 minggu, sedang diare kronis berlangsung > 2 minggu (Walker smith, 1978). 2. Penyebab Gastroenteritis dapat disebabkan oleh sebagai berikut: a. Obatan-obatan tertentu (hormon pengganti tiroid, pelunak feses dan obat laksatif, antibiotik, kemoterapi dan antasida), b. Pemberian makanan personde, c. Gangguan metabolik dan endokrin (diabetes, tirotoksikosis), d. Infeksi virus (virus norwalk, rotavirus, enteric adenovirus, CMV ) e. Infeksi bakteri (salmonella, shigella, campylobacter jejuni, E. coli, vibrio parahaemolyticus, vibrio cholera, clostridium dificile, clostridium botulinum). f. Infeksi parasit: giardia lamblida, entamoeba histolytica, strongyloides stercoralis, balantidium coli, cryptosporidium parvum, cyclospora cayetanensis, Isospora belli. 27
  • 28. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 3. Gejala klinis Keluhan utama pasien biasanya diare dengan berbagai derajad, nyeri abdomen dan kramp. Gejala klinik yang menyertai adalah mual, muntah, demam, anoreksia, distensi, tenesmus dan suara usus hiperaktif. Pada S.aures biasanya serangan mual muntah cepat dalam waktu 6 jam, demam, kramp perut dalam 8-72 jam. Pada serangan salmonella, shigella, copylobacter jejuni, Yersinia biasanya ditandai adanya feses bercampur darah, adanya leukosit pada feses, nyeri abdomen, tenesmus dan demam (bacterial dysentery). 4. Patofisiologi Mekanisme Diare terjadi baik invasif maupun non-infasif. Invasive: kuman menembus didnding usus dan menimbulkan peradangan pada dinding usus. Non invasive: kuman mengeluarkan toksin yang dapat mengaktifasi sistem adenil siklase sel mukosa usus halus dan meningkatnya produksi cyclic adenosine monophosphate (c-AMP) oleh sel-sel vili usus halus– merangsang sekresi Cl- dan Na+ dan menghalangi masuknya Na+ dan Cl dalam sel villi usus. Akibatnya terjadi kebocoran dinding usus halus dan air juga elektrolit dari ekstravaskuler ke dalam lumen usus halus, ke rongga usus dan membentuk tinja cair. Terjadi hemokonsentarsi dan hipovolemia yang mengakibatkan dehidrasi. 5. Managemen medis Penentuan diagnosis didasarkan pada riwayat pasien, pemeriksaan feses (mukus/lendir, darah, leukosit dan biakan feses) dan pemeriksaan telur dan parasit. Penentuan defisit cairan dapat dilakukan dengan metode Pierce, berdasarkan klinis: a) Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x BB (kg) b) Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x BB (kg) c) Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x BB (kg) Pengananan gastroentritis biasanya meliputi pengembalian cairan 28
  • 29. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan dan elektrolit melalui rehidrasi oral /ORT (oral replacement therapy) biasanya pada dehidrasi ringan sampai sedang, pemberian cairan intravena yang meliputi: 1) Cairan elektrolit tunggal: larutan ringer laktat (RL), larutan ringer asetat (RA) 2) Cairan elektrolit kombinasi: a) Larutan Nacl faali (NaCl 0,9%) + larutan natrium bicarbonat 7% (larutan meylon) dengan perbandingan 1000 cc Nacl: 50cc meylon. b) Larutan Nacl faali (NaCl 0,9%) + larutan natrium laktat 1/6 isotonis dengan perbandingan 2: 1. 6. Managemen keperawatan a. Pengkajian Dapatkan riwayat yang tepat mengenai intake makanan yang terkontaminasi, sumber air yang diminum, perjalanan terakhir, penggunaan antibiotik. Karakter dan beratnya gastroenteritis bervariasi. Umumnya serangannya mendadak disertai anoreksia, muntah, kram abdomen dan diare (dengan atau tanpa darah dan lendir). Malaise dan mialgia dapat terjadi. Pada pemeriksaan abdomen mungkin distensi dan agak kaku, pada kasus berat kekakuan otot terjadi. Muntah dan diare yang menetap mengakibatkan kekurangan cairan dalam pembuluh darah disertai hipotensi dan takikardi yang merupakan tanda dehidrasi. Pada kasus berat, shock dengan kolap vaskuler dan oliguri terjadi. Jika muntah penyebab utama kehilangan cairan, alkalosis metabolik dengan hipokloremia dapat terjadi, sebaliknya jika diare yang menonjol, lebih mungkin terjadi asidosis. Muntah dan diare menyebabkan hipokalemia. b. Diagnosis Keperawatan 1) Diare berhubungan dengan infeksi, ingesti makanan pengiritasi atau gangguan usus 2) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan keluarnya 29
  • 30. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan feses yang sering dan kurangnya asupan cairan 3) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan sering keluarnya feses atau encer. c. Perencanaan 1. Diare berhubungan dengan infeksi, ingesti makanan pengiritasi atau gangguan usus Tujuan: Pasien akan mempertahankan dan mengembalikan pola fungsi usus yang normal setelah 1-2 hari intervensi keperawatan. Intervensi Keperawatan: 1) Batasi asupan makanan padat (mengurangi beban dan mengistirahatkan usus) 2) Batasi/hindari sementara kafein, makanan tinggi serat dan makanan berlemak seperti produk susu, gandum, buah segar dan sayuran (mencegah iritasi lambung) 3) Hindari makanan yang sangat dingin atau panas, minuman berkarbonat. 4) Tingkatkan penggunaan tehnik relaksasi (menurunkan stres dan kecemasan) 5) Motivasi minum cairan yang mengandung elektrolit (pengembalian cairan & elektrolit) 6) Berikan antibiotik sesuai resep 7) Kaji karakteristik defekasi 2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan keluarnya feses yang sering dan kurangnya asupan cairan. Tujuan: Pasien akan mempertahanan volume cairan pada tingkat normal. Intervensi Keperawatan: 30
  • 31. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 1) Pertahankan hidrasi yang adekuat dan tingkatkan rehidrasi oral intake cairan 2) Batasi makanan padat sesuai indikasi 3) Berikan perawatan mulut 4) Berikan cairan intravena sesuai resep 5) Monitor keseimbangan intake dan output 6) Monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, dan suhu) 7) Timbang berat badan setiap hari d. Evaluasi Hasil yang diharapkan pada pasien dengan gastroenteritis adalah bahwa klien menyatakan: 1. Peningkatan atau mempertahankan berat badan yang stabil. 2. Membran mukosa mukosa basah dan turgor kulit baik 3. Penyembuhan diare: dalam 48 jam (gastroentritis virus); dalam 4 hari (camphylobacter); dalam 5 hari (shigelosis); dalam 8 hari (rotavirus). 31
  • 32. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Rangkuman Gangguan saluran cerna merupakan masalah yang sering dihadapi perawat, dengan manifestasi klinis yang bervariasi namun memiliki perbedaan tertentu yang harus diidentifikasi pada setiap klien. Keberhasilan dan keefektifan perawatan yang berkelanjutan pada pasien yang mengalami infeksi sistem pencernaan tergantung pada pencegahan kekambuhan, dan komplikasi, kepatuhan terhadap aturan terapiutik, dan penyuluhan pasien dan keluarga serta tindak lanjut. Sering terjadi kekambuhan dan sumber sakit dipengaruhi oleh perilaku pasien, misalnya respon dini terhadap gejala. Perawat mempunyai peran penting dalam membantu pasien mencapai tingkatan perawatan diri (self care) dan pengendalian yang tinggi. 32
  • 33. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pencernaan Akibat Keganasan Kegiatan Belajar II Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus TUJUANPembelajaran Umum Pada kegiatan belajar-2 kali ini Anda akan mempelajari asuhan keperawatan pasien dengan kanker hati. lambung, kanker kolorektal, dan hanker 37
  • 34. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Uraian Materi I. Kanker lambung A. Tujuan Pembelajaran umum Setelah menyelesaikan materi kegiatan belajar 2 ini di harapkan Anda mampu memberikan asuhan keperawatan pasien dengan kanker lambung. B. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah menyelesaikan materi pertama kegiatan belajar-2 ini diharapkan Anda mampu menjelaskan: 1) pengertian kanker lambung, 2) penyebab kanker lambung, 3) pathofisiologi kanker lambung, 4) managemen medis kanker lambung, dan 5) managemen keperawatan. C. Pokok-pokok materi Dalam kegiatan belajar-2 ini Anda akan mempelajari materi tentang asuhan keperawatan pada kanker lambung yang meliputi: 1. Pengertian 2. Faktor resiko 3. Patofisiologi 4. Gejala klinik 5. Managemen medis 6. Managemen keperawatan D. Uraian Materi Berikut ini Anda akan mendalami dan mempelajari asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker lambung. 38
  • 35. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 1. Pengertian : Menurut Anda, apa pengertian dari kanker lambung? Neopasma ialah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus- menerus secara tak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. 2. Faktor resiko Penyebab kanker lambung secara pasti belum diketahui. Faktor yang mempermudah timbulnya kanker lambung meliputi: a. Gastritis kronis (gastritis atropik, polip di gaster) b. Infeksi (oleh kuman H. Pylory). c. Herediter. d. Kebiasaan makan seperti makanan panas, makanan yang di asap/dibakar, ikan asin, terlalu pedas. e. Kurang makanan yang mengandung serat. f. Makan makanan yang memproduksi bahan karsinogenik dan ko- karsinogenik. 3. Patofisiologi Karsinoma lambung berasal dari pertumbuhan epitel pada membran mukosa lambung. Kebanyakan karsinoma lambung berkembang pada bagian bawah lambung. Stadium pembesaran (tumor) kanker dapat dilihat pada gambar 2. Sedangkan pada atrofi lambung didapatkan bagian atas lambung dan secara multisenter. Karsinoma lambung terlihat beberapa bentuk. Penyebaran karsinoma lambung sering ke hati, arteri hepatika dan celiac, pankreas dan hilus sekitar limpa. Dapat juga mengenai tulang, paru, otak dan bagian lain saluran cerna. 39
  • 36. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Gambar 2 : Stadium kanker lambung 4. Gejala klinik Tanda dan gejala kanker lambung meliputi: mual/muntah, anoreksia, disfagia, kelemahan, hematemesis, regurgitasi, mudah kenyang, cegukan yang berlebihan, asites (perut membesar), kram abdomen, adanya darah yang nyata atau samar dalam tinja, pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis makan, nyeri tidak berkurang dengan pemberian antasida. 5. Managemen medis Penanganan kanker lambung meliputi pembedahan, kemoterapi, dan radiasi. Pembedahan. Jika penyakit belum menunjukkan tanda penyebaran, pilihan terbaik adalah pembedahan. Pada stadium 0-3 dipertimbangkan dapat disembuhkan, Esophagogastrectomy untuk tumor pada cardia dan GE junction, Total gastrectomy untuk tumor pada lambung proksimal dan Subtotal gastrectomy untuk tumor lambung bagian distal (2/3 bawah). Pembedahan dapat pula dilakukan sebagai tindakan paliatif. Radiasi, pengobatan dengan radiasi memperlihatkan kurang berhasil. Kemoterapi, pada tumor ganas dapat dilakukan pemberian obat secara tunggal atau kombinsi kemoterapi. Di antara obat yang di gunakan adalah 40
  • 37. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 5 FU, trimetrexote, mitonisin C, hidrourea, epirubisin dan karmisetin dengan tingkat keberhasilan 18 – 30 %. Nah, untuk lebih memperluas pemahaman Anda tentang kanker lambung, cobalah Anda diskusikan tentang cara kerja obat dan efek samping kemoterapi pada pasien kanker lambung. Tuliskan jawaban Anda pada kolom dibawah ini! 6. Managemen keperawatan a. Pengkajian Riwayat keperawatan yang perlu diperoleh dari pasien meliputi makanan kesukaan khususnya makanan asapan, asinan, acar, minum alkohol, riwayat diagnosis atau pengobatan infeksi H pylori, gastritis atau anemi pernisiosa, riwayat polip atau operasi lambung. Manifestasi klinis. Gejala awal kanker lambung meliputi heartburn, ketidaknyamanan perut, perasaan penuh, nyeri retrosternal atau punggung atau epigastrik. Gejala ini sering diabaikan. Gejala lanjut kanker lambung meliputi penurunan BB yang progresif, mual, muntah, gejala obstruktif, anemi defisiensi besi, massa epigastrik yang dapat dipalpasi, pembesaran nodus limfe kelemahan badan dan kelelahan. Pada pemeriksaan darah didapatkan anemi dengan nilai hematokrit dan hemoglobin yang rendah, hipoalbuminemia. b. Diagnosis keperawatan 1) Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker 2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan tidak nafsu makan 3) Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan. 41 Jenis obat kemoterapi dan cara kerja pada kanker ........................................................ Efek samping umum kemoterapi : .....................................................................................
  • 38. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 4) Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. c. Perencanaan 1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker. Tujuan: Pasien mengatakan nyeri berkurang atau dapat dikendalikan. Intevensi Keperawatan: a) Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi, Rasional mengetahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya b) Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut, marah, cemas) rasional dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk mengurangi nyeri. c) Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam rasional tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri. d) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik Rasional analgetik efektif untuk mengatasi nyeri. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan tidak nafsu makan. Tujuan: Kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi Intevensi Keperawatan: a) Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat. Rasional Makanan yang hangat menambah nafsu makan. b) Kaji kebiasaan makan pasien. Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan pasien. c) Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam. Rasional Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual. d) Timbang berat badan bila memungkinkan. Rasional Untuk mengetahui kehilangan berat badan. e) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin Rasional 42
  • 39. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak 3. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan. Tujuan: Kecemasan pasien dapat diminimalkan Intevensi Keperawatan: a) Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien Rasional pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien. b) Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan ketakutannya Rasional untuk mengurangi kecemasan. c) Evaluasi tingkat pemahaman pasien/orang terdekat tentang diagnosa medik Rasional memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat d) Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan Rasional dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan penyakit dan pengobatan. 4. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. Tujuan: Pasien menunjukkan peningkatan toleransi dalam beraktivitas yang ditandai dengan: tidak mengeluh lemas, pasien beraktivitas secara bertahap Intevensi Keperawatan: a) Sediakan waktu istirahat yang cukup. Rasional Istirahat akan memberikan energi yang cukup dan membantu dalam proses penyembuhan. b) Kaji keluhan pasien saat beraktivitas. Rasional Mengidentifikasi kelainan beraktivitas. c) Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas. Rasional Menentukan aktivitas yang boleh dilakukan. 43
  • 40. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan d) Bantu memenuhi kebutuhan pasien. Rasional terpenuhinya kebutuhan pasien. d. Evaluasi Bagaimana Anda mengevaluasi perawatan pasien dengan kanker lambung? Berdasarkan diagnosis yang telah diidentifikasi, Anda dapat mengevaluasi perawatan pasien dengan kanker lambung. Hasil yang diharapkan meliputi bahwa pasien: 1. Mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan status emosi, mengidentifikasi pola koping dan menerima dukungan keluarga, teman dan petugas kesehatan 2. Mengelola nyeri dan menyatakan bahwa peningkatan kenyamanan telah dicapai 3. Mengalami nutrisi yang adekuat melalui intake oral, TPN atau terapi kombinasi. II. Kanker kolon dan rektum A. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah menyelesaikan materi kedua kegiatan belajar-2 ini di harapkan Anda mampu memberikan asuhan keperawatan pasien dengan kanker kolon dan rektum. B. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah menyelesaikan materi kedua kegiatan belajar-2 ini diharapkan Anda mampu menjelaskan: 1) pengertian kanker kolon dan rektum, 2) penyebab kanker kolon dan rektum, 3) pathofisiologi kanker kolon dan rektum, 4) managemenmedis kankerkolondanrektum,dan5)managemenkeperawatan. C. Pokok-pokok materi 44
  • 41. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Dalam kegiatan belajar-2 ini Anda akan mempelajari materi tentang asuhan keperawatan pada gangguan sistem pencernaan kanker kolon dan rektum yang meliputi : 1. Pengertian 2. Etiologi 3. Patofisiologi 4. Managemen medis 5. Managemen keperawatan D. Uraian Materi Berikut ini Anda akan mendalami dan mempelajari asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker kolon dan rektum. 1. Pengertian Apa pengertian kanker kolon dan rektum? Adalah kanker yang terjadi pada colon dan rektum. Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah, pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker kolorektal. 2. Etiologi Penyebab dari pada kanker kolorektal tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu peredaran pada usus besar (aliran depan feces) yang merupakan faktor kausatif. Makanan-makanan yang pasti dicurigai mengandung zat-zat kimia yang menyebabkan kanker pada usus besar, Makanan tersebut juga mengurangi waktu pengosongan usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah, menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung rendah serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus besar. Karena sebagian besar 45
  • 42. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan tumor colorektal menghasilkan adenoma, faktor utama yang membahayakan terhadap kanker colorektal menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma colorektal: tubular,villous dan tubulo villous, Meskipun hampir besar kanker colorektal berasal dari adenoma, hanya 5% dari semua adenoma colorektal menjadi maligna. 3. Patofisiologi Tumor terjadi ditempat yang berada dalam colon mengikuti kira-kira pada bagian (Sthrock 1991) yaitu: a ) 26 % pada caecum dan ascending colon, 10 % pada transfersum colon, 15 % pada desending colon, 20 % pada sigmoid colon , 30 % pada rectum (gambar 3). 10% 15% 26% 20% 30% Gambar 3, lokasi kanker kolorektal Karsinoma colorektal sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini tumbuh tidak terditeksi sampai gejala-gejala muncul secara berlahan dan tampak membahayakan. Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode.Tumor mungkin menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut, mencapai serosa dan mesenterik fat (gambar 4). Kemudian tumor mulai melekat pada organ yang ada disekitarnya ,kemudian meluas kedalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limpa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsung masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limpa,setelah sel tumor masuk pada sistem sirkulasi,biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah tempat 46
  • 43. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan yang jauh kemudian metastase ke paru-paru. Tempat metastase yang lain termasuk: kelenjar adrenalin, ginjal, kulit, tulang, dan otak. Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limpa dan sistem sirkulasi, tumor colon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum pembedahan tumor belum dilakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor dihilangkan dan sel kanker dari tumor pecah menuju ke rongga peritonial. Gambar 4, stadium kanker kolorektal 4. Managemen medis Untuk menegakkan diagnosis kanker kolorektal biasanya beberapa pemeriksaan antara lain sebagai berikut: dilakukan 1) Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis. 2) Sigmoidoscopy dan colonoscopy untuk mengidentifikasi tumor 3) Enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Enema barium secara umum dilakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy, dan 4) Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas dari penyakit. 5) Biopsi massa dapat juga dilakukan dalam prosedur tersebut. a. Terapi; Pembedahan biasanya merupakan pengobatan untuk tumor di kolon atau rektal, tetapi radiasi dan kemoterapi mungkin juga digunakan untuk 47
  • 44. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan membantu pembedahan, untuk mengontrol dan mencegah kekambuhan kanker. Terapi radiasi; Persiapan penggunaan radiasi dapat diberikan pada pasien yang menderita Ca kolorektal yang besar, walaupun ini tidak dilaksanakan secara rutin. Radiasi dapat digunakan post operatif sampai batas penyebaran metastase. Kemoterapi; Obat non sitotoksik memajukan pengobatan terhadap Ca kolorektal kecuali batas tumor pada anal kanal. Bagaimanapun juga 5 fluorouracil (5-FU,Adrucil) dan levamisole (ergamisol) telah direkomendasikan terhadap standar terapi untuk stadium khusus pada penyakit (contoh stadium III) untuk mempertahankan hidup. Kemoterapi juga digunakan sesudah pembedahan untuk mengontrol gejala- gejala metastase dan mengurangi penyebaran metastase. Kemoterapi intrahepatik arterial sering digunakan 5 FU yang digunakan pada pasien dengan metastasis liver. Manajemen pembedahan ; Ukuran tumor, lokasi, luasnya metastasis, dan keutuhan serta kondisi usus menentukan prosedur pembedahan. Jenis pembedahan yang mungkin dilakukan adalah reseksi kolon , hemicolectomy (reseksi tumor dan nodus limfe regional) dan Colostomy: operasi pembukaan colon ke permukaan abdomen. 5. Managemen keperawatan a. Pengkajian Riwayat kanker pada pasien diperoleh perawat berdasarkan usia dan jenis kelamin, riwayat diet dan keadaan letak geografi diet. Sebagian besar yang menjadi pertanyaan perawat: riwayat keluarga terhadap kanker colorektal, radang usus besar, penyakit Crohn’s, keluarga poliposis/ kolorektal kanker, adenoma, perubahan kebiasaan bab (diare/konstipasi, dengan atau tanpa darah), pasien mungkin merasa perutnya terasa penuh, nyeri, dan berat badan turun. Pemeriksaan fisik; teraba massa, pembuntuan kolon sebagian atau seluruhnya,perforasipadakarakteristikkolondengandistensiberhubungan dengan nominal dan nyeri. 48
  • 45. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pemeriksaan psikososial; khawatir dengan diagnosa kanker. Kanker biasanya berhubungan dengan kematian dan kesakitan. Banyak orang tidak sadar dengan kemajuan pengobatan dan peningkatan angka kelangsungan hidup. Deteksi dini adalah cara untuk mengontrol Ca colorectal dan keterlambatan dalam mencoba perawatan kesehatan dapat mengurangi kesempatan untuk bertahan hidup dan menguatkan kekhawatiran pasien dan keluarga pasien. b. Diagnosa keperawatan 1) Resiko tinggi terhadap luka sehubungan dengan efek dari tumor dan kemungkinan metastase 2) Konstipasi sehubungan dengan lesi obstruktif 3) Ketidakefektifan koping individu sehubungan dengan gangguan konsep diri, 4) Nyeri sehubungan dengan obstruksi tumor pada usus besar dengan kemungkinan menekan organ yang lainnya, 5) Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan program diagnosa, ketakutan proses penyakit c. Perencanaan 1. Resiko tinggi terhadap luka sehubungan dengan efek dari tumor dan kemungkinan metastase. Tujuan: Klien menyatakan tidak tidak ada penyebaran kanker ke organ vital. Intevensi Keperawatan: 1) Jelaskan prosedur terapi radiasi pada pasien dan keluarganya 2) Monitor kemungkinan efek samping (kelelahan dan diare) Sebelum operasi. 49
  • 46. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 3) Jelaskan kemungkinan perubahan anatomi & fungsi akibat pembedahan, lokasi, jumlah insisi dan drain 4) Jelaskan klien prinsip umum dan alasan perawatan colostomy 5) Klien yg memerlukan operasi rectal rendah beresiko disfungsi seksual & incontinensia urine akibat kerusakan nerve selama pembedahan 6) Intruksi klien untuk membatasi diet air putih 1 – 2 hari sebelum operasi, enema 7) Berikan antibiotik oral atau iv sesuai resep 8) Pasang pipa nasogastrik untuk decompressi lambung 9) Pasang infus untuk pengembalian cairan Perawatan Kolostomi 10) Kaji warna dan integritas stoma, stoma yang sehat merah muda, lembab dan menonjol (2 cm) dari dinding abdomen 11) Laporkan ke dokter bedah jika : terdapat tanda iskemia dan nekrosis (merah gelap,warna hitam, kering, flacid, keras), perdarahan atau jahitan lepas 12) Kaji kondisi kulit sekitar stoma dan ceck sistem kantong , rasional colostomy akan mulai berfungsi 2 – 4 hari post-op 13) Hindari pemakaian sabun basah untuk membersihkan area- mempengaruhi perekat kantong 14) Bantu pasien mengidentifikasi diet untuk mengontrol bau dan gas, roti, kacang, yogurt membantu mencegah gas, Buttermilk, juice cranbery, yogurt mencegah bau. 2. Konstipasi sehubungan dengan lesi obstruktif Tujuan: Pola eliminasi sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketetapan jumlah dan konsistensi. 50
  • 47. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Intevensi Keperawatan: 1) Selidiki pelambatan awitan atau tak adanya keluaran. Auskultasi bising usus. Rasional Ileus paralitik pasca operasi biasanya membaik dalam 48-72 jam. Pelambatan dapat menandakan ileus atau obstruksi statis menutup. 2) Tinjau ulang pola diet dan jumlah atau tipe masukan cairan. Rasional Masukan adekuat dari serat dan makanan kasar memberikan bulk, dan cairan atau faktor penting dalam menentukan konsistensi feses. 3) Libatkan pasien dalam perawatan secara bertahap. Rasional Rehabilitasi dapat dipermudah dengan mendorong pasien mandiri. 4) Berikan unit TENS bila diindikasikan. Rasional Stimulasi listrik telah digunakan pada beberapa pasien untuk merangsang peristaltik. 3. Ketidakefektifan koping individu sehubungan dengan gangguan konsep diri Tujuan: pasien mampu mengidentifikai, mengembangkan dan menggunakan koping yang efektif dalam usaha menerima perubahan tubuh. Intevensi keperawatan: 1) Observasi dan identifikasi metode koping pasien, sumber dukungan yang efektif digunakan pasien. 2) Bantu pasien mengungkapkan perasaannya tentang diagnosis, treatmen dan antisipasi perubahan fungsi tubuh jika direncanalkan kolostomi. 3) Ajarkan pasien tentang harapan penampilan dan perawatan kolostomi, jika direncanakan dilakukan kolostomi 4) Post operasi, bantu pasien melihat dan menyentuh stoma, minta pasien berpartisipasi dalam perawatan kolostomi 4. Nyeri sehubungan dengan obstruksi tumor pada usus besar dengan kemungkinan menekan organ yang lainnya. 51
  • 48. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Tujuan: pasien mengatakan nyeri berkurang atau terkontrol. Intevensi Keperawatan: 1) Kaji tingkat nyeri, lokasi, karakteristik dan intensitas (skala 1-10). Rasional Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgesik. 2) Yakinkan pasien bahwa perubahan posisi tidak akan mencederai stroma. Rasional Menurunkan ketegangan otot, menaikkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping. 3) Bantu penggunaan teknik relaksasi. Rasional membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan kembali perhatian sehingga menurunkan nyeri dan ketidaknyamanan. 4) Bantu pasien melakukan latihan rentang gerak dan dorong ambulasi dini, hindari duduk lama. Rasional menurunkan kekakuan otot/sendi. Ambulasi mengembalikan organ ke posisi normal dan meningkatkan kembali fungsi ke tingkat normal. Ambulasi dan perubahan posisi menurunkan tekanan perianal. 5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi (narkotik, analgesik). Rasional menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan. 5. Gangguan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan program diagnosa, ketakutan proses penyakit. Tujuan: Pasien akan mencapai intake nutrient & kalori yang optimal. Intevensi Keperawatan: 1) Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat. Rasional makanan yang hangat menambah nafsu makan. 2) Kaji kebiasaan makan klien. Rasional Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien. 3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan penggunaan yogurth dan mentega.Rasional Membantu menurunkan pembentukan bau 4) Timbang berat badan bila memungkinkan. Rasional mengetahui kehilangan berat badan. 52
  • 49. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin Rasional mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak 6) Kaji status nutrisi. Rasional Mengidentifikasi kekurangan atau kebutuhan untuk membantu memilih d. Evaluasi Perawat mengevaluasi perawatan yang diberikan pada pasien dengan kanker kolorektal. Hasil yang diharapkan meliputi bahwa pasien: 1. Mencapai dan mempertahankan pola eliminasi usus yang konsisten tanpa darah dalam feses, diare atau konstipasi 2. Mengungkapkan diagnosis kanker, mendefinisikan kanker, dan menjelaskan pengobatan dan alasannya. 3. Mengatakan mulai mulai menerima penyakit dan mulai menyatukan pengobatan ke dalam gaya hidup sehari-hari 4. Menunjukkan perawatan insisi yang sesuai, perawatan colostomi dengan bantuan minimal. III. Kanker hati (hepatoma) A. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah menyelesaikan materi ketiga kegiatan belajar-2 ini di harapkan Anda mampu memberikan asuhan keperawatan pasien dengan kanker hepar B. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah menyelesaikan materi ketiga kegiatan belajar-2 ini diharapkan Anda mampu menjelaskan: 1) pengertian kanker hepar, 2) penyebab kanker hepar, 3) pathofisiologi kanker hepar, 4) managemen medis kanker hepar, dan 5) managemen keperawatan. C. Pokok-Pokok Materi 53
  • 50. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Dalam kegiatan belajar-2 ini Anda akan mempelajari materi tentang asuhan keperawatan pada kanker hati yang meliputi : 1. Pengertian 2. Etiologi 3. Patofisiologi 4. Managemen medis 5. Managemen keperawatan D. Uraian Materi Berikut ini Anda akan mendalami asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker hati. 1. Pengertian : Coba Anda berfikir sejenak, apa pengertian kanker hepar? Kanker hepar atau hepatoma, kanker hati, karsinoma hepatoseluler adalah suatu proses keganasan pada hepar. 2. Etiologi Virus Hepatitis B dan Virus Hepatitis C, bahan-bahan Hepatokarsinogenik (aflatoksin, alkohol, penggunaan steroid anabolic, penggunaan androgen yang berlebihan, bahan kontrasepsi oral, penimbunan zat besi yang berlebihan dalam hati (hemochromatosis). 3. Patofisiologi Kanker hati atau Hepatoma 75% berasal dari sirosis hati yang lama/ menahun, khususnya yang disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik, hati mengalami kerusakan dan gangguan fungsi yang disertai pembesaran hati mendadak (gambar 5). Kanker hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain, metastase ke hati dapat terdeteksi pada 54
  • 51. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan lebih dari 50% kematian akibat kanker. khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan. Kanker lain dapat bermestatase ke hati melalui tiga jalan yaitu perluasan langsung dari organ sekitar (lambung dan kantong empedu), melalui arteri hepati atau vena porta. Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi. Gambar 5, perbedaan tampilan hati yang sehat dan kanker hati 4. Managemen medis Penatalaksanaan kanker hati ditujukan untuk mengurangi gejala, mendukung fisik dan emosi pasien. Pilihan treatment meliputi kemoterapi, dan terapi radiasi. Pembedahan yaitu reseksi segmen atau lobus hati diindikasikan pada tumor yang kecil dan terbatas tegas pada satu lobus hati. Reseksi lobus hati untuk eksisi metastase berhasil mencapai survival rate sampai 5 tahun. Sayangnya 75% klien mengalami tumor yang tak dapat dioperasi (unresectable), transplantasi hati dipertimbangkan sebagai pilihan terapi pada tumor kecil unresectable . Prosedur terbaru dengan krioablasi pada hati. Dokter membuat insisi midline abdominal atau subcostal dan menyeleksi tumor yang tepat untuk reseksi atau cryoablasi. 55
  • 52. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 5. Managemen keperawatan a. Pengkajian Gejala klinik; fase dini asimtomatik (tidak terlihat adanya tanda- tanda), fase lanjut (tidak dikenal simtom yang patognomonik). Keluhan berupa nyeri, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia, rasa penuh setelah makan terkadang disertai muntah dan mual, bila ada metastasis ke tulang penderita mengeluh nyeri tulang. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan: ascites, ikterus, hipoalbuminemia, splenomegali, spider nevi, eritoma palmaris, edema. Secara umum pengkajian keperawatan pada pasien dengan kasus hepatoma, meliputi: gangguan metabolisme, perdarahan, asites, edema, hipoproteinemia, jaundice/ icterus, komplikasi endokrin, aktivitas terganggu akibat pengobatan. Pemeriksaan fisik dan diagnostik pada kanker hati meliputi: peningkatan alkalin fosfatase, hepatomegali, adanya massa hati, penurunan fungsi hati, friction rub di atas hati, gangguan gula darah, nilai alfa fetoprotein (AFF) yang tinggi. b. Diagnosa keperawatan Berdasarkan pengkajian di atas maka diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah: 1) Gangguan kebutuhan nutrisi (kurang) berhubungan dengan anoreksia, mual, gangguan absorpsi, metabolisme vitamin, 2) Ketidakefektifan pola bernapas berhubungan dengan adanya asites dan penekanan diapragma, 3) Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut, 4) Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri, 5) Gangguan aktifitas berhubungan dengan sesak dan nyeri, 6) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita. 56
  • 53. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan c. Perencanaan 1. Ketidakefektifan pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan diapragma). Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan pernapasan efektif kembali. Intervensi keperawatan: 1) Pertahankan posisi semi fowler, rasional: posisi ini mencegah penekanan isi perut terhadap diafragma sehingga meningkatkan ruangan untuk ekspansi paru yang maksimal, mengurangi peningkatan volume darah paru sehingga memperluas ruangan yang dapat diisi oleh udara. 2) Observasi gejala kardinal dan monitor tanda–tanda ketidakefektifan jalan napas, rasional: pemantau lebih dini terhadap perubahan yang terjadi sehingga dapat diambil tindakan penanganan segera. 3) Berikan penjelasan tentang penyebab sesak dan motivasi utuk membatasi aktivitas, Rasional: pengertian pasien akan mengundang partispasi pasien dalam mengatasi permasalahan yang terjadi. 4) Kolaborasi dengan tim medis (dokter) dalam pemberian oksigen dan pemeriksaan gas darah, Rasional: pemberian oksigen akan membantu pernapasan sehingga eskpasi paru dapat maksimal, pemeriksaan gas darah untuk mengetahui kemampuan bernapas. 2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penumpukan cairan dalam rongga aberhubungan abdomen (ascites). Tujuan: Setelah dilakukan tindakkan keperawatan diharapakn nyeri dapat berkurang atau pasien bebas dari nyeri. Intervensi keperawatan : 1) Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik. 57
  • 54. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Rasional: analgesik bekerja mengurangi reseptor nyeri dalam mencapai sistim saraf sentral. 2) Atur posisi pasien yang enak sesuai dengan keadaan. Rasional: dengan posisi miring ke sisi yang sehat disesuaikan dengan gaya gravitasi,maka dengan miring kesisi yang sehat maka terjadi pengurangan penekanan sisi yang sakit. 3) Awasi respon emosional pasien terhadap proses nyeri. Rasional: keadaan emosional mempunyai dampak pada kemampuan pasien untuk menangani nyeri. 4) Ajarkan teknik pengurangan nyeri dengan teknik distraksi. Rasional: teknik distraksi merupakan teknik pengalihan perhatian sehingga mengurangi emosional dan kognitif. 5) Observasi tanda-tanda vital, Rasional: deteksi dini adanya kelainan 3. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi. Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi. Intervensi keperawatan: 1) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin, Rasional: dengan pemberian vitamin membantu proses metabolisme, mempertahankan fungsi berbagai jaringan dan membantu pembentukan sel baru. 2) Jelaskan pada pasien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dan diit yang di tentukan dan tanyakan kembali apa yang telah di jelaskan, Rasional: pengertian pasien tentang nutrisi mendorong pasien untuk mengkonsumsi makanan sesuai diit yang ditentukan dan umpan balik pasien tentang penjelasan merupakan tolak ukur penahanan pasien tentang nutrisi 3) Bantu pasien dan keluarga mengidentifikasi dan memilih makanan yang mengandung kalori dan protein tinggi, Rasional: dengan mengidentifikasi berbagai jenis makanan yang telah di 58
  • 55. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan tentukan. 4) Identifikasi busana pasien buat padan yang ideal dan tentukan kenaikan berat badan yang diinginkan berat badan ideal, Rasional: diharapkan pasien kooperatif. 5) Sajikan makanan dalam keadaan menarik dan hangat, Rasional: dengan penyajian yang menarik diharapkan dapat meningkatkan selera makan. 6) Anjurkan pada pasien untuk menjaga kebersihan mulut, Rasional: dengan kebersihan mulut menghindari rasa mual sehingga diharapkan menambah rasa. 7) Monitor kenaikan berat badan, Rasional: dengan monitor berat badan merupakan sarana untuk mengetahui perkembangan asupan nutrisi pasien. 4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapakan tidur terpenuhi sesuai kebutuhan. Intervensi keperawatan: 1) Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen dan analgesik, Rasional: dengan penambahan suplay O diharapkan2 sesak nafas berkurang sehingga pasien dapat istirahat. 2) Beri suasana yang nyaman pada pasien dan beri posisi yang menyenangkan yaitu kepala lebih tinggi, Rasional: suasana yang nyaman mengurangi rangsangan ketegangan dan sangat membantu untuk bersantai dan dengan posisi lebih tinggi diharapkan membantu paru–paru untuk melakukan ekspansi optimal. 3) Berikan penjelasan terhadap pasien pentingnya istirahat tidur, Rasional: dengan penjelasan diharapkan pasien termotivasi untuk memenuhi kebutuhan istirahat sesuai dengan kebutuhan. 4) Tingkatkan relaksasi menjelang tidur, Rasional: diharapkan dapat 59
  • 56. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan mengurangi ketegangan otot dan pikiran lebih tenang. 5) Bantu pasien untuk melakukan kebiasaannya menjelang tidur, Rasional: dengan tetap tidak mengubah pola kebiasaan pasien mempermudah pasien untuk beradaptasi dengan lingkungan. 5. Gangguan aktifitas berhubungan dengan sesak dan nyeri. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan pasien dapat melakukan aktivtas dengan bebas. Intervensi keperawatan: 1) Bimbing pasien melakukan mobilisasi secara bertahap, Rasional: dengan latihan secara bertahap pasien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan. 2) Latih pasien dalam memenuhi kebutuhan dirinya, Rasional: diharapkan ada upaya menuju kemandirian. 3) Ajarkan pada pasien menggunakan teknik relaksasi yang merupakan salah satu teknik pengurangan nyeri, Rasional: pengendalian nyeri merupakan pertahanan otot dan persendian dengan optimal. 4) Jelaskan tujuan aktifitas ringan, Rasional: dengan penjelasan diharapkan pasien kooperatif, 5) Observasi reaksi nyeri dan sesak saat melakukan aktifitas, meRasional: dengan mobilisasi terjadi penarikan otot, hal ini dapat meningkatkan rasa nyeri. 6) Anjurkan pasien untuk mentaati terapi yang diberikan, Rasional: diharapkan pasien dapat kooperatif. 6. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan penyakit yang diderita. tentang Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan cemas berkurang. Intervensi keperawatan: 1) Berikan dorongan pada pasien untuk mendiskusikan perasaannya 60
  • 57. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan mengemukakan persepsinya tentang kecemasannya, Rasional: membantu pasien dalam memperolehkesadaran dan memahami keadaan diri yang sebenarnya. 2) Jelaskan pada pasien setiap melakukan prosedur baik keperawatan maupun penjelasan diharapkan kecemasan pasien tindakan medis, Rasional: dengan pasien kooperatif dan mengurangi 3) Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan tentang penyakitnya, Rasional: dengan penjelasan dari petugas kesehatan akan menambah kepercayaan terhadap apa yang dijelaskan sehingga cemas pasien berkurang. d. Evaluasi Perawat mengevaluasi rencana asuhan pasien dengan kanker hati sesuai diagnosis keperawatan yang ditetapkan. Hasil yang diharapkan bahwa pasien akan: 1. Menyatakan nyeri berkurang atau mereda dengan obat yang diresepkan atau tindakan pengurangan yang lain 2. Menggunakan layanan dukungan psikologis 3. Mempertahankan berat badan dan menerima nutrisi yang optimal 61
  • 58. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Rangkuman Kanker lambung, kanker kolorektal dan kanker hati merupakan penyakit yang mengancam jiwa, dan merupakan tantangan perawat medikal bedah. Beberapa kanker merupakan kosekuensi gaya hidup. Faktor yang menyertai seperti riwayat penyakit sebelumnya, diet, riwayat keluarga diidentifikasi dan perlu kerja lebih untuk mengidentifikasi penyebab spesifik gangguan ini. 62
  • 59. Asuhan Keperawatan pada Pasien Akibat Trauma Abdomen Kegiatan BelajarII Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus TUJUANPembelajaran Umum Setelah menyelesaikan materi kegiatan belajar-3 ini di harapkan Anda mampu memberikan asuhan keperawatan pasien dengan trauma abdomen. TUJUANPembelajaran Khusus Setelah menyelesaikan materi kegiatan belajar-3 ini diharapkan Anda mampu menjelaskan: 1) pengertian trauma abdomen, 2) penyebab trauma abdomen, 3) patofisiologi trauma abdomen, 4) managemen medis trauma abdomen, dan 5) managemen keperawatan. POKOKMateri Dalam kegiatan belajar-3 ini Anda akan mempelajari materi tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma abdomen yang meliputi: 1. Pengertian 2. Patofisiologi 3. Managemen medis 4. Managemen keperawatan 67
  • 60. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Uraian Materi Berikut ini Anda akan mempelajari dan mendalami asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma abdomen. 1. Pengertian Apa pengertian dari gangguan sistem pencernaan trauma abdomen? Gangguan sistem pencernaan trauma abdomen adalah pukulan/benturan langsung pada rongga abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/ tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh– pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. Trauma abdomen dikelompokkan menjadi dua yaitu trauma tajam/penetrasi dan trauma tumpul abdomen. Trauma abdomen penetrasi–menyebabkan suatu pembukaan luka, seperti akibat luka tembak atau luka tusuk. Biasanya, cedera yang diakibatkan oleh luka-luka tusuk mengikuti sebuah pola yang lebih mudah diperkirakan dan melibatkan sedikit kerusakan jaringan dibandingkan dengan cedera yang diakibatkan oleh luka-luka tembakan, meskipun luka-luka tikaman pada struktur-struktur dan organ-organ vaskuler besar bisa menjadi fatal organ padat dapat mengalami perdaragan profus ketika terluka. Orgna berongga umumnya tidak mengalami perdarahan secara signifikan tetapi kemungkinan menyebabkan peritonitis jika rusak. Trauma tumpul abdomen- suatu kekuatan pada abdomen yang tidak meninggalkan luka terbuka, biasanya terjadi akibat kecelakaan kendarahan bermotor atau terjatuh. Trauma abdomen tumpul secara tipikal memberikan hasil dalam cedera pada isi perut yang padat karena isi perut yang berongga cenderung untuk menjadi lebih dapat ditekan. Organ-organ berongga, bagaimanapun juga, akan robek, khususnya ketika dalam keadaan penuh, jika terdapat peningkatan mendadak dalam tekanan intraluminal. 2. Patofisiologi Mekanisme lain akibat trauma tumpul abdomen adalah : meningkatnya 68
  • 61. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan tekanan intra abdomen yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan gaya akselerasi– deselerasi secara mendadak juga terjepitnya organ intra abdomen antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks. Akibatnya terjadi memar ataupun ruptur dari organ padat, laserasi atau perforasi organ abdomen, avulsi pembuluh darah abdomen, menghasilkan adanya darah dalam rongga abdomen (hemoabdomen), uroabdomen, perinonitis, dan sepsis. Perubahan yang terjadi berhubungan dengan trauma abdomen adalah: (1) pengeluaran cairan secara besar-besaran yang berhubungan dengan kerusakan jaringan, kehilangan darah, dan shock, (2) perubahan-perubahan metabolik yang berhubungan dengan stress dan pelepasan catecholamine, (3) permasalahan koagulasi yang berhubungan dengan pendarahan yang banyak dan transfusi, (4) pembengkakan, infeksi, dan pembentukan abses sebagai akibat dari pelepasan sekresi GI dan bakteria ke dalam selaput perut, dan (5) gangguan nutrisi dan elektrolit yang berkembang sebagai akibat kerusakan keutuhan sistem saluran GI. Hypovolemia dan shock yang berkepanjangan menyebabkan iskemia organ. Sekitar seperlima semua trauma abdomen memerlukan intervensi pembedahan. 3. Managemen medis. Pemeriksaan diagnostic: kadar hematocrit, sel darah putih. Platelit darah, kadar glukosa darah, kadar amylase darah, SGOT, SGPT, LDH. X-ray abdomen dan dada, DPL (diagnostic peritoneal lavage), CT-scan dan angiografi. Penatalaksanaan meliputi pemberian oksigen, managemen cairan, intubasi gaster, catheter, obat-obatan (antibiotic spektrum luas, analgesic, propilaksis tetanus). Pasien trauma abdomen dilakukan pembedahan segera (urgent laparotomy) pada kondisi trauma abdomen tembus/ penetrasi, perdarahan gastrointestinal, sepsis peritonitis, adanya gas bebas dalam abdomen, dan pembedahan tidak segera (delayed surgery) pada kondisi hemoabdomen, uroabdomen dan bile peritonitis. 69
  • 62. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 4. Manageman keperawatan a. Pengkajian Riwayat: Kaji tingkat kesadaran, riwayat penggunaan obat atau alkohol, mekanisme trauma, keluhan nyeri, keluhan haus (sebuah tanda awal dari shock pendarahan), mual atau muntah. waktu makan terakhir si pasien, pembedahan-pembedahan abdomen sebelumnya, dan penggunaan alat-alat bantu keselamatan, informasi pengobatan yang sedang dijalani dan alergi-alergi, khususnya antibiotik, dan tetanus toxoid, cedera kepala, kesulitan bernafas, atau gangguan perfusi cerebral. Pengkajian fisik Inspeksi: Inspeksi tanda trauma abdomen sebelumnya; luka tusuk, lecet atau bekas peluru, dan ecchymosis pada abdomen (pertanda pendarahan retroperitoneal). Lihat adanya distensi perut. Auskultasi: aktivitas peristaltik/ada atau tidak adanya suara bising usus kemungkinan. Tidak adanya suara bising usus merupakan tanda iritasi peritoneal, akibat pendarahan yang terus menerus, peritonitis. Palpasi: adanya nyeri atau kekakuan, periksan semua kuadran, dimulai dari area yang nyeri. Pasangkan lingkar abdomen untuk mengobservasi adanya gas, darah, atau cairan dalam abdomen. Perkusi: dullness berarti organ-organ terisi darah yang pecah. Tanda-tanda vital dan hemodinamik: rasa sakit saat bernafas akibat cedera thoracis, atau pengangkatan diafragmatik sebagai akibat dari penggelembungan abdomen, tachycardi dan vasokonstriksi awal yang disebabkan oleh hilangnya darah, tekanan darah biasanya normal bertahan sampai kehilangan darah menjadi besar, bila berlanjut perdarahan akan menjadi syok (hipovolemik). b. Managemen emergensi 1) Evaluasi ABC dan segera beri tindakan yang tepat. 70
  • 63. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 2) Jaga pasien tenang dan diatas stretcher, karena pergerakan memungkinkan fragmen mengunci bekuan pada pembuluh darah besar dan menghasilkan perdarahan massif 3) Potong baju yang menutupi luka 4) Periksa masuk dan keluarnya luka 5) Hitung jumlah luka 6) Jika pasien koma, immobilisasi cervical spine sampai setelah foto servical diambil dan jelas. 7) Suport pernapasan dengan oksigen aliran tinggi 8) Lakukan penekanan pada perdarahan eksternal 9) Pasang dua infuse jarum besar dan infuskan ringer laktat 10) Pasang nasogastrik tube untuk mengosongkan lambung dan mencegah aspirasi 11) Tutup organ abdomen yang menonjol, jangan berusaha untuk mengembalikan organ ke abdomen. Gunakan kassa steril untuk melinduingi viscera dari kekeringan 12) Tutup luka dengan balutan kering 13) Puasakan untuk mencegah muntah dan peningkatan peristaltic 14) Pasang kateter indwelling untuk memastikan adanya hematuri dan memonitor output urine c. Diagnose keperawatan 1. Potensial terjadi gangguan perfusi jaringan saluran gastrointestinal berhubungan dengan interupsi aliran darah arterial atau vena atau hypovolemia sekunder terhadap cedera fisik. 2. Penurunan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif sekunder terhadap cedera fisik 3. Nyeri berhubungan dengan cedera fisik sekunder terhadap trauma 71
  • 64. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan atau pembedahan eksternal 4. Potensial terjadi infeksi berhubungan dengan pembedahan, sekunder terhadap penurunan hemoglobin atau respon kekebalan yang tidak memadai 5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan integritas saluran pencernaan (akibat tarumatik atau pembedahan) dan peningkatan kebutuhan sekunder terhadap keadaan hypermetabolik pasca trauma d. Perencanaan 1. Potensial terjadi gangguan perfusi jaringan saluran gastrointestinal berhubungan dengan interupsi aliran darah arterial atau vena atau hypovolemia sekunder terhadap cedera fisik. Tujuan: Pasien memiliki perfusi jaringan saluran GI yang cukup, dibuktikan oleh bising usus normoaktif; halus, aberhubungan denganomen tidak menggelembung. Intervensi keperawatan: 1) Auskulasi bising tiap jam selama fase akut dari trauma abdomen dan 4 jam sekali selama fase penyembuhan. Rasional laporkan ketidakberadaan bising usus besar yang berkepanjangan atau mendadak selama periode pasca operasi menandakan ischemia. 2) Evaluasi lingkar perut pasien, rasional mengetahui tanda-tanda komplikasi-komplikasi yang diakibatkan oleh pendarahan. 3) Pastikan volume intravaskuler memadai. 4) Evaluasi data laboratorium untuk bukti pendarahan (Hct, SGPT, SGOT, LDH). Nilai-nilai yang diharapkan adalah sebagai berikut: Hct > 30%, SGOT 5-40 IU/L, SGPT 5-35 IU/L, dan LDH 90-200 ImU/ml. 5) Dokumentasikan jumlah dan karakter sekresi, drainase, dan eksresi GI. Catat perubahan-perubahan yang menunjukkan pendarahan, infeksi (contoh, peningkatan drainase atau drainase bernanah), atau 72
  • 65. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan kesulitan buang air besar 2. Penurunan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif sekunder terhadap cedera fisik Tujuan: Pasien mengalami normovolemik seperti yang dibuktikan oleh nadi 60-100 X/menit, CVP 2-6 mmHg, hasil urineri > 30 ml/jam (> 0,5 ml/kg/jam), ekstrimitas hangat, kapilary refill time (< 3 detik). Intervansi Keperawatan: 1) Monitor tekanan darah tiap 15 menit, atau secara lebih sering dalam keberadaan pendarahan 2) Pantau nadi, ECG, Periksa ECG untuk mencatat kenaikan-kenaikan nadi dan perubahan ischemik myocardial (contoh, ketidak beriramaan ventrikuler dan perubahan segmen ST). 3) Berikan cairan melalui infuse secara terus menerus selama pengembalian volume cairan cepat. pada pasien dengan kehilangan darah banyak,. 4) Antisipasi peningkatan nadi dan cardiac output sebagai akibat dari keadaan kardiovaskuler hyperdinamik sebagai akibat dari pengembalian volume yang sedang dijalankan. 5) Ukuran pengeluaran urine tiap 2 jam dan waspadalah terhadap pengeluaran < 30 ml/jam selama 2 jam berturutan, pastikan bahwa pasien tidak menunjukkan bukti hypovolemia. 6) Pantau indikator-indikator fisik hypovolemia, termasuk ekstrimitas- ektrimitas dingin, pengisian ulang kapiler > 4 detik. 7) Perkirakan hilangnya darah yang sedang terjadi. Ukur semua drainase dari tabung atau kateter, catat warna drainase (contoh, coklat tanah, merah terang) 3. Nyeri berhubungan dengan cedera fisik sekunder terhadap trauma atau pembedahan eksternal. Tujuan: Pasien mengatakan nyeri berkurang atau terkontrol, dibuktikan 73
  • 66. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan oleh skala rasa sakit. Intervensi keperawatan: 1) Kaji nyeri pasien sebelum operasi dan pasca operasi. Rasa sakit sebelum operasi dapat diantisipasi, nyeri pasca operasi juga bisa menjadi hal yang penting. Nyeri pada irisan dan mendalam bisa diantisipasi, tapi rasa sakit yang intensif atau rasa sakit yang berkepanjangan, khususnya ketika disertai dengan tanda-tanda peritoneal lainnya, bisa menandakan pendarahan, infarksi usus besar, infeksi, atau komplikasi-komplikasi lainnya. Lengkapi sebuah skala rasa sakit dengan pasien, peringkatkan ketidaknyamanan dari 0 (tidak sakit) sampai 10. 2) Kolaborasi pemberian analgesik. Hindari penyuntikan analgesik sebelum operasi sampai pasien telah dievaluasi secara menyeluruh oleh seorang dokter bedah. Pada saat setelah operasi, suntikkan analgesik yang telah disebutkan dengan jelas sebelum rasa sakit menjadi menghebat. Analgesik-analgesik tersebut sangat membantu dalam meredakan rasa sakit, 3) Kombinasikan pemberian analgesik dengan manuver non farmakologis (contoh, penempatan posisi, menggosok punggung, pengalihan perhatian) rasional membantu mengurangi rasa sakit. 4. Potensial terjadi infeksi berhubungan dengan pembedahan, sekunder terhadap penurunan hemoglobin atau respon kekebalan yang tidak memadai. Tujuan: Pasien bebas dari infeksi seperti yang dibuktikan dengan temperatur pusat atau rectal < 37,80 C nadi < 100 X/menit; orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu; dan tidak ada tanda-tanda radang. Intervansi Keperawatan: 1) Pantau dan catat ada tidaknya tanda-tanda infeksi. 2) Pastikan kepatenan dari semua pipa atau drain yang terpasang setelah pembedahan. Laporkan dengan tepat longgarnya tabung kepatenan yang tidak mengendur. 3) Evaluasi irisan luka untuk bukti infeksi: kemerahan, panas, 74
  • 67. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan keterlambatan penyembuhan, dan rainase yang bernanah. Catat warna, karakter, dan bau busuk dari semua drainase. Laporkan keberadaan drainase yang berbau tidak enak dan tidak normal. 4) Kolaborasi pemberian antibiotik parenteral sesuai waktu. 5) Kolaborasi pemberian tetanus immunoglobulin dan tetanus toxoid 6) Ganti pembalut, menggunakan tekhnik aspetik rasional mencegah kontaminasi silang dari berbagai luka dengan mengganti satu pembalut. 5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan integritas saluran pencernaan (akibat tarumatik atau pembedahan) dan peningkatan kebutuhan sekunder terhadap keadaan hypermetabolik pasca trauma. Tujuan: kebutuhan nutrisi pasien tercukupi yang memadai dibuktikan dengan keseimbangan nitrogen Intervansi Keperawatan: 1) Kolaborasikan dengan dokter, ahli diet, dan ahli farmasi, rasional memperkirakan kebutuhan metabolisme pasien pada dasar jenis cedera, tingkat aktivitas 2) Pertimbangkan cedera khusus pasien dengan trauma hingga saluran pencernaan bagian atas akan diberi makan secara enteral. 3) Pastikan kepatenan dari pipa nasogastrik atau intestinal, rasional mempertahankan dekompresi dan mendorong penyembuhan dan mengembalikan fungsi usus besar. Jangan mulai meng-enteral pemberian makan sampai fungsi usus besar kembali (yaitu, suara- suara usus besar terdengar, pasien merasakan lapar). 4) Kenali bahwa narkotika menurunkan motilitas saluran pencernaan dan akan menyebabkan mual dan muntah. 5) Timbang BB pasien setiap hari, rasional mengevaluasi kecenderungan penurunan berat badan. Waspadalah terhadap penurunan terus menerus berat badan, dan evaluasi kehilangannnya dengan menaksir dan membandingkan dengan volume status dan pergantian cairan. 75
  • 68. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 6) Kumpulkan urine 24 jam untuk nilai nitrogen urea, rasional mengevaluasi keseimbagan nitrogen. e. Evaluasi Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan trauma abdomen meliputi: mencapai penyembuhan luka padda waktu yang tepat, infeksi dapat dikendalikan, nyeri berkurang, pasien memiliki cukup energi untuk bergerak dan pasien menunjukkan tingkat mobilitas yang optimum. 76
  • 69. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Rangkuman Gangguan sistem pencernaan trauma abdomen merupakan penyakit yang mengancam jiwa, dan merupakan tantangan perawat medikal bedah. Gangguan sistem pencernaan trauma abdomen adalah pukulan/benturan langsung pada rongga abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh–pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen.. 77
  • 70. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Daftar Pustaka Brunner dan Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 2.Jakarta:EGC Carpernito, Lynda Juall . 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta, EGC Gale, Danielle, Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta, EGC. Henley, C.E., Gastroenteritis. Manual of Family Practice. Taylor, Robert B., Little, Brown, 2nd Edition, 2000 http://ncpnanda.blogspot.com/2012/09/9-nursing-diagnosis-for-colon-cancer. html http://www.mayoclinic.com/health/ulcerative-colitis/DS00598 http://www.enurse-careplan.com/2010/08/nursing-care-plan-ncp-ulcerative. html http://www.merckmanuals.com/professional/gastrointestinal_disorders/ gastroenteritis/overview_of_gastroenteritis.html http://cncplan.blogspot.com/2012/02/about-typhoid-fever-nursing-diagnosis. html Ignatavicius D, Workman M.L, 2006, Medical Surgical Nursing critical Nursing for Collaborative care, Elsevier Saunders. Joice M Black and Jane Hokanson H, 2005, Medical Surgical Nursing clinical Management for positive Outcome, Elsevier Saunders, page 743 - 852 Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam FK. Unair RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Marilyn E. Doenges, Merry Frances Mourhouse, Allice C. Glisser. 2000. Nursing Care Planning Guidelines For Planning and Documenting Patient Care. Third Edition.Philadelphia FA. Davis. Company. Nancy Nurse, , 2009, Nursing Care of Ulcerative Colitis NET Education, Inchttp:// searchwarp.com/swa449365.htm Priscilla Le Mone and Karen Burke, 2008, Medical Surgical Nursing Critical Thinking in Client Care, 4th, Pearson Education International Soeparman, SarwonoMaspadji 1990. Ilmu Penyakit Dalam II Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 83