Senyawa Polyethilene Glycol (PEG) merupakan senyawa yang dapat menurunkan potensial osmotik larutan melalui aktivitas matriks sub-unit etilena oksida yang mampu mengikat molekul air dengan ikatan hidrogen. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mendemonstrasikan pemahaman tentang potensial air pada perkecambahan benih dan untuk mengetahui kadar air media terhadap imbibisi air dengan menggunakan larutan PEG yang dapat memberikan gambaran tentang mekanisme biji merespon terhadap potensial air tanah (soil water potensial). Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 13 November 2017 di Laboratorium Agronomi FPP, Universitas Muhammadiyah Malang. Bahan yang digunakan adalah benih kedelai (Arachis hypogaea)dan jagung (Zea mays), air destilasi, vaselin, Polyethilene Glycol (PEG). Sedangkan alat yang digunakan adalah dark germinator, cawan petri, kertas label, gelas ukur dan alat tulis. Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa persentase perkecambahan tertinggi yaitu pada benih jagung dengan potensi osmotik 0 dengan nilai 52%. Pada benih kacang tanah (vaselin) persentase perkecambahannya 0%. Pada benih kacang dengan potensi osmotik 0 persentase perkecambahannya 4% sedangkan pada potensi osmotik -20 persentase perkecambahannya 0%. Kata kunci : Imbibisi, Osmotik, Polietilena Glikol (PEG)
Imbibisi Pada Perkecambahan Benih By Unzila Illa I. (131)
1. 1
IMBIBISI PADA PERKECAMBAHAN BENIH
Pengaruh Kadar Air Media Terhadap Imbibisi Air
Oleh/by:
Unzila Illa Ika Dwi Sukma Dewi
201410200311131
Agroteknologi, Fakultas Pertanian Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
Abstrak
Senyawa Polyethilene Glycol (PEG) merupakan senyawa yang dapat menurunkan potensial osmotik
larutan melalui aktivitas matriks sub-unit etilena oksida yang mampu mengikat molekul air dengan ikatan
hidrogen. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mendemonstrasikan pemahaman tentang potensial air
pada perkecambahan benih dan untuk mengetahui kadar air media terhadap imbibisi air dengan menggunakan
larutan PEG yang dapat memberikan gambaran tentang mekanisme biji merespon terhadap potensial air tanah
(soil water potensial). Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 13 November 2017 di Laboratorium
Agronomi FPP, Universitas Muhammadiyah Malang. Bahan yang digunakan adalah benih kedelai (Arachis
hypogaea)dan jagung (Zea mays), air destilasi, vaselin, Polyethilene Glycol (PEG). Sedangkan alat yang
digunakan adalah dark germinator, cawan petri, kertas label, gelas ukur dan alat tulis. Berdasarkan hasil
praktikum dapat diketahui bahwa persentase perkecambahan tertinggi yaitu pada benih jagung dengan potensi
osmotik 0 dengan nilai 52%. Pada benih kacang tanah (vaselin) persentase perkecambahannya 0%. Pada benih
kacang dengan potensi osmotik 0 persentase perkecambahannya 4% sedangkan pada potensi osmotik -20
persentase perkecambahannya 0%.
Kata kunci : Imbibisi, Osmotik, Polietilena Glikol (PEG)
PENDAHULUAN
Satu faktor yang mempengaruhi faktor
perkecambahan adalah air. Hal ini dicontohkan
pada tanaman di daerah tropis, air tersedia untuk
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dari
mulainya musim hujan sampai 20-30 hari setelah
hujan berhenti. Sesudah itu air semakin tidak
tersedia setelah profil tanah mengering. Biji-biji
yang disebar dipermukaan tanah mengering pada
akhir periode suplai air yang mendukung ini,
mungkin mengalami kondisi baik untuk
perkecambahan selama periode hujan yang
terisolasi, tetapi bibit yang dihasilkan dari
perkecambahan biji-biji non dorman akan segera
mati karena kekeringan. Air berpengaruh
terhadap pertumbuhan karena fungsinya dalam
metabolisme sangat besar. Selain menentukan
turgor sel sebelum sebelum membelah atau
membesar, air juga akan menentukan kecepatan
reaksi biokimia dalam sel. Berubahnya kadar air
akan mempengaruhi kadar hormon di dalam
tubuh tumbuhan (Afifah, 1990).
Senyawa Polietilena Glikol (PEG)
merupakan senyawa yang dapat menurunkan
potensial osmotik larutan melalui aktivitas
matriks sub-unit etilena oksida yang mampu
mengikat molekul air dengan ikatan hidrogen.
Penyiraman larutan PEG ke dalam media tanam
diharapkan dapat menciptakan kondisi cekaman
karena ketersediaan air bagi tanaman menjadi
berkurang. Penambahan larutan PEG dalam
media diharapkan dapat mensimulasi kondisi
cekaman kekeringan. Eksplan yang ditanam
dalam media selektif dengan penambahan PEG
diharapkan memberikan respons yang sama
dengan yang mengalami cekaman kekeringan
(Salisbury, 1995).
Bibit atau benih yang terseleksi dengan
penggunaan PEG tersebut dapat tumbuh lebih
baik pada cekaman kekeringan dilapangan,
seperti pada tanaman jagung (Lestari, 2006).
Ukuran molekul dan konsentrasi PEG dalam
larutan menentukan besarnya potensial osmotik
larutan yang terjadi. Menurut Michel dan
Kaufmann (1973), larutan PEG 6000 dengan
konsentrasi 5% mempunyai potensial osmotic -
0,13 MPa (1,26 bar) sedangkan konsentrasi 20%
mempunyai potensial osmotic -0,71 MPa (7,06
bar). Tanah dalam kondisi kapasitas lapang
mempunyai potensial osmotic 0,33 bar dan dalam
2. 2
kondisi titik kelembaban kritis koefisien layu
mempunyai potensial osmotic 15 bar.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
mampu untuk mendemonstrasikan pemahaman
tentang potensial air pada perkecambahan benih
dan untuk mengetahui kadar air media terhadap
imbibisi air dengan menggunakan larutan PEG
yang dapat memberikan gambaran tentang
mekanisme biji merespon terhadap potensial air
tanah (soil water potensial).
BAHAN DAN METODE
Tempat Dan Waktu Penelitian
Praktikum ini dilaksanakan di
Laboratorium Agronomi, Fakultas Pertanian
Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang,
pada hari Senin, 13 November 2017.
Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih
kacang tanah (Arachis hypogaea) dan jagung
(Zea mays), air destilasi, vaselin, Polyethilene
Glycol (PEG). Sedangkan alat yang digunakan
adalah dark germinator, cawan petri, kertas label,
gelas ukur, pipet dan alat tulis.
Prosedur Praktikum
Tahapan Kegiatan
Adapun tahapan kegiatan dari paraktikum
ini adalah menyiapkan larutan PEG dengan
potensial osmotik (ψw): 0, dan -20 dengan cara
mealrutkan PEG masing-masing sebanyak 0 g
dan 32,5 g per 100 ml air destilasi. Kemudian
menyiapkan tiga kelompok benih yakni benih
kacang tanah yang diolesi vaselin, kacang tanah
dan jagung. Menyiapkan sebanyak 2 cawan petri
untuk masing-masing kategori benih, (satu cawan
petri untuk potensial osmotik 0 dan satu lagi
untuk potensial osmotik -20) sehingga
membutuhkan 2 cawan petri. Memasukkan
dengan hati-hati 100 ml larutan PEG per cawan
petri (sesuai perlakuan) kedalam cawan petri.
(perlakuan A 100 ml PEG -30 terdiri dari 10
benih kacang vaselin, 10 benih kacang, 10 benih
jagung). Meletakkan 10 benih pada cawan petri
(sesuai perlakuan dan kategori). Menutup
permukaan atas cawan petri agar laju evaporasi
ditekan serendah mungkin. Menyimpan kesemua
cawan petri ke dalam dark germinator pada suhu
250
C selama 7 hari. Pada hari kedelapan
mengambil semua cawan petri dan membuka
tutupnya, kemudian menghitung berapa banyak
benih yang berkecambah pada masing-masing
kelompok benih. Setelah itu mencatat hasil
pengamatan.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara
kuantitatif dengan cara mengumpulkan data hasil
pengamatan kemudian menghitung persentase
perkecambahan dari benih yang digunakan
kemudian menyimpulkannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Praktikum Pengaruh Kadar Air
Terhadap Imbibisi Air
Kelompok Benih
Tekanan Osmotik (Bars)
% Perkecambahan
0 -20
Kacang tanah
(vaselin)
0 0
Kacang tanah 4 0
Jagung 52 26
Berdasarkan hasil praktikum pengaruh
kadar air media terhadap imbibisi air yaitu
diperoleh data yang menunjukkan bahwa
benih kacang tanah (vaselin) dengan
potensial osmotik 0 dan -20 sampai pada hari
ke delapan dapat diketahui bahwa benih tidak
ada yang berkecambah. Faktor tekanan
osmotik PEG menunjukkan pengaruh nyata
terhadap perlakuan benih kacang tanah
(vaselin). Pada hari ke delapan benih
menunjukkan ciri-ciri menggelembung atau
menggembang. Menurut Bewley (1994),
penggelembungan terjadi karena jaringan
yang didalam benih mulai terganggu akiat
masuknya PEG kedalam benih sehingga
benih tidak mampu berkecamah karena
hadirnya zat penghambat perkecambahan
dalam embrio.
3. 3
Sedangkan pada benih kacang tanah
dengan potensial osmotik 0 dan -20 hanya
ada 4% yang berkecambah yaitu pada
potensial osmotik 0. Pada potensial osmotik -
20 tidak ada benih yang berkecambah. Benih
kacang tanah tidak mampu berkecambah
secara normal dan banyak terserang
cendawan.
Hal ini sejalan dengan penelitian
Widoretno (2002), yang menyatakan bahwa
perkecambahan benih kacang tanah menurun
akibat meningkatnya konsentrasi PEG pada
media perkecambahan. Hal ini diduga terjadi
karena semakin terhambatnya proses
metabolisme sel akibat cekaman kekeringan
yang disimulasikan dengan PEG. Pengujian
benih dilakukan dengan cara simulasi kondisi
kekeringan menggunakan Polyethylen Glycol
(PEG). Penggunaan PEG menyebabkan
penurunan potensial air secara homogen
sehingga dapat digunakan untuk meniru
besarnya potensial air tanah (Michel, 1973).
Larutan PEG menyeimbangkan potensial air
antara benih dan media osmotic. PEG adalah
larutan yang dapat menurunkan potensial
osmotic pada benih dan merupakan larutan
yang mampu mengikat air.
Pada perkecambahan benih jagung
dengan potensial osmotik 0 dan -20 terlihat
adanya benih yang berkecambah. Jumlah
benih yang berkecambah pada potensial
osmotik 0 adalah 52% sedangkan pada
perkecambahan dengan potensial osmotik -
20 adalah 26%. Hal ini menunjukan bahwa
daya perkecambahan yang baik yaitu pada
potensial osmotik 0. Konsentrasi PEG yang
terlalu tinggi akan membuat enzim dan
substrat yang bereaksi menjadi encer
sehingga metabolisme menjadi lambat dan
mengakibatkan benih tidak dapat
berkecambah (Azhari, 1995). Dengan begitu
dapat disimpulkan bahwa benih jagung
mampu tumbuh lebih baik dari pada benih
lainnya. Bibit atau benih yang terseleksi
dengan penggunaan PEG tersebut dapat
tumbuh lebih baik pada cekaman kekeringan
dilapangan, seperti pada tanaman jagung
(Lestari, 2006).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat
disimpulkan bahwa:
1. Persentase perkecambahan tertinggi
yaitu pada benih jagung dengan potensi
osmotik 0 dengan nilai 52%.
2. Pada benih kacang tanah (vaselin)
persentase perkecambahannya 0%.
3. Pada benih kacang tanah dengan
potensi osmotik 0 persentase
perkecambahan 4% sedangkan pada
potensi osmotik -20 persentase
perkecambahannya 0 %
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Siti. 1990. Pengaruh Kondisi Kulit
Benih terhadap Viabilitas Benih pada
Berbagai Varietas Kedelai.
Laporan Karya Ilmiah. Institut
Pertanian Bogor. Fakultas Pertanian.
Jurusan Budidaya Pertanian. Bogor.
Azhari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budaya.
Jakarta. UI Press.
Bewley, J. Derek and Michael Black. 1994.
Seed Physicology of Development and
Germination. Plenum Press. New
York.
Lestari, Endang Gati. 2006. “Identifikasi
Sonakloni Padi Gajah Mungkur Towuti
dan IR64 Tahan Kekeringan
Menggunakan Polythehylene glycol”.
Balai Besar Penelitian Bioteknologi
Dan Sumber Daya. Genetika Pertanian
Bogor. Buletin Agronomi. (34) (2):71-
78.
Michael, B. E., and M. R. Kaufmann. 1973.
“The Osmotic Potential of
4. 4
Polyethylene Glycol 6000”. Plant
Physiol. 51 : 914-916.
Salisbury. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2.
Bandung. ITB Press.
Widoretno, W. 2002. “Efektivitas Polietilena
Glikol untuk Mengevaluasi Tanggapan
Genotipe Kedelai Terhadap Cekaman
Kekeringan Pada Fase
Perkecambahan”. Hayati. 9 (2): 33-36.