Ekstraksi benih tomat dilakukan dengan metode fermentasi selama 24 jam. Hasil ekstraksi menghasilkan 1,046 gram benih kering dari 500 gram buah tomat segar, dengan rendemen sebesar 0,21%.
Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...UNESA
Perkecambahan (germinasi) merupakan suatu proses keluarnya bakal tanaman (tunas) dari lembaga yang disertai dengan terjadinya mobilisasi cadangan makanan dari jaringan penyimpanan atau keping biji ke bagian vegetatif (sumbu pertumbuhan embrio atau lembaga). Proses perkecambahan dipengaruhi oleh kondisi tempat dikecambahkan. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh adalah: air, gas, suhu, dan cahaya. Temperatur optimum untuk perkecambahan adalah 34°C (Astawan, 2009).
Benih yang tak diberi perlakuan akan berkecambah dalam waktu 4 bulan. Penempatan benih dalam media yang lembap dan di bawah sinar matahari yang hangat dapat mempercepat proses perkecambahan. Pemecahan kulit biji dan merendamnya semalaman dalam air mungkin juga mempercepat perkecambahan (Krisnawati, dkk., 2011).
Sutopo, (2002) menyatakan bahwa perendaman dalam air dapat memudahkan penyerapan air oleh benih, sehingga kulit benih menjadi lisis dan lemah, selain itu juga dapat digunakan untuk pencucian benih sehingga benih terbebas dari patogen yang menghambat perkecambahan benih. Untuk mempertahankan daya perkecambahan yang tinggi, biji yang kurang baik kualitasnya biasanya direndam dalam air (Elevitch dan Manner, 2006).
Permulaan fase perkecambahan ini ditandai dengan penghisapan air atau imbibisi. Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat yang hidrofilik, yang menyebabkan zat tersebut mengembang setelah menyerap air. Kata imbibisi berasal dari kata Latin imbibere yang berarti “menyelundup”. Proses imbibisi yang terjadi pada biji berguna untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperma. Hal ini menyebabkan pecah atau robeknya kulit biji. Selain itu, air memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam biji. Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel untuk gas, tetapi apabila dinding sel mengalami imbibisi, maka gas akan masuk ke dalam sel secara difusi. Apabila dinding sel kulit biji dan embrio menyerap air, maka suplai oksigen meningkat kepada sel-sel hidup sehingga memungkinkan lebih aktifnya pernafasan. Sehingga di dalam proses imbibisi ditimbulkan panas. Sebaliknya CO2 yang dihasilkan oleh pernapasan tersebut lebih mudah keluar secara difusi. Peristiwa imbibisi pada hakekatnya tidak lain adalah suatu proses difusi. Sel-sel biji kering mempunyai nilai osmosis tinggi, sehingga molekul-molekul air berdifusi ke dalam sel biji kering. Peristiwa imbibisi juga hekekatnya adalah peristiwa osmosis. Dinding sel-sel kulit biji kering adalah permeabel untuk molekul-molekul air. Sehingga molekul air dengan mudahnya melewati pori yang ada pada dinding sel tersebut (Advinda, 2018).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, semakin lama perendaman pada biji timun (Cucumis sativus) maka semakin cepat pula perkecambahan bijinya.
Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...UNESA
Perkecambahan (germinasi) merupakan suatu proses keluarnya bakal tanaman (tunas) dari lembaga yang disertai dengan terjadinya mobilisasi cadangan makanan dari jaringan penyimpanan atau keping biji ke bagian vegetatif (sumbu pertumbuhan embrio atau lembaga). Proses perkecambahan dipengaruhi oleh kondisi tempat dikecambahkan. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh adalah: air, gas, suhu, dan cahaya. Temperatur optimum untuk perkecambahan adalah 34°C (Astawan, 2009).
Benih yang tak diberi perlakuan akan berkecambah dalam waktu 4 bulan. Penempatan benih dalam media yang lembap dan di bawah sinar matahari yang hangat dapat mempercepat proses perkecambahan. Pemecahan kulit biji dan merendamnya semalaman dalam air mungkin juga mempercepat perkecambahan (Krisnawati, dkk., 2011).
Sutopo, (2002) menyatakan bahwa perendaman dalam air dapat memudahkan penyerapan air oleh benih, sehingga kulit benih menjadi lisis dan lemah, selain itu juga dapat digunakan untuk pencucian benih sehingga benih terbebas dari patogen yang menghambat perkecambahan benih. Untuk mempertahankan daya perkecambahan yang tinggi, biji yang kurang baik kualitasnya biasanya direndam dalam air (Elevitch dan Manner, 2006).
Permulaan fase perkecambahan ini ditandai dengan penghisapan air atau imbibisi. Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat yang hidrofilik, yang menyebabkan zat tersebut mengembang setelah menyerap air. Kata imbibisi berasal dari kata Latin imbibere yang berarti “menyelundup”. Proses imbibisi yang terjadi pada biji berguna untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperma. Hal ini menyebabkan pecah atau robeknya kulit biji. Selain itu, air memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam biji. Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel untuk gas, tetapi apabila dinding sel mengalami imbibisi, maka gas akan masuk ke dalam sel secara difusi. Apabila dinding sel kulit biji dan embrio menyerap air, maka suplai oksigen meningkat kepada sel-sel hidup sehingga memungkinkan lebih aktifnya pernafasan. Sehingga di dalam proses imbibisi ditimbulkan panas. Sebaliknya CO2 yang dihasilkan oleh pernapasan tersebut lebih mudah keluar secara difusi. Peristiwa imbibisi pada hakekatnya tidak lain adalah suatu proses difusi. Sel-sel biji kering mempunyai nilai osmosis tinggi, sehingga molekul-molekul air berdifusi ke dalam sel biji kering. Peristiwa imbibisi juga hekekatnya adalah peristiwa osmosis. Dinding sel-sel kulit biji kering adalah permeabel untuk molekul-molekul air. Sehingga molekul air dengan mudahnya melewati pori yang ada pada dinding sel tersebut (Advinda, 2018).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, semakin lama perendaman pada biji timun (Cucumis sativus) maka semakin cepat pula perkecambahan bijinya.
Dormansi merupakan terhambatnya proses metabolisme dalam biji dan merupakan masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi, yang disebabkan karena adanya pengaruh dari dalam dan luar biji
Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...UNESA
Istilah auksin (auxin) sebetulnya digunakan untuk menjelaskan segala jenis bahan kimia yang membantu proses pemanjangan koleoptil, meskipun auksin memiliki banyak fungsi baik pada monokotil maupun pada dikotil. Auksin alamiah yang diekstraksi dari tumbuhan merupakan suatu senyawa yang dinamai asam indolasetat (indolasetic acid, IAA). Selain auksin alamiah ini, beberapa senyawa sintetik memiliki aktivitas auksin. Meskipun auksin mempengaruhi beberapa aspek perkembangan tumbuhan, salah satu fungsinya yang paling penting adalah merangsang pemanjangan sel pada tunas muda yang sedang berkembang. Meristem apikal suatu tunas merupakan tempat utama sintesis auksin. Karena auksin dari apeks tunas begerak turun ke daerah pemanjangan sel, hormon akan merangsang pertumbuhan sel-sel tersebut (Campbell dkk., 2002).
Auksin merupakan hormon pertumbuhan tanaman yang ditemukan pertama kali, dimana hormon ini berperan dalam proses pemanjangan beberapa organ tumbuhan sebagai respon adanya ekspansi atau peluasan sel (Opik et al., 2005). Auksin alamiah yang ditemukan pada tanaman berupa asam indolasetat atau indolasetic acid (IAA). IAA merupakan salah satu hormon auksin yang paling aktif, dimana hormon ini dihasilkan dari metabolisme atau sintesis L-Tryptophan (Shahab et al., 2009). Auksin berperan dalam proses perkembangan tumbuhan pada tahapan lebih lanjut serta dapat merubah ekspresi gen dengan cepat sehingga menyebabkan sel-sel di daerah pemanjangan menghasilkan protein-protein baru dalam waktu singkat (Verheye, 2010).
Auksin alami yakni tanaman yang dapat memproduksi sendiri hormon auksin endogen. Auksin merupakan salah satu zat pengatur tumbuh tanaman, contohnya hormon IAA dan IBA. Zat pengatur tumbuh tanaman merupakan susunan organik berbeda dengan nutrient, dimana hormon dihasilkan oleh tanaman dalam konsentrasi yang bisa mengatur proses fisiologi tanaman yang aktivitasnya dapat merangsang atau mendorong pengembangan sel, auksin sudah tersedia secara alami pada tumbuhan (Patma dkk., 2013).
Auksin sintetik yakni hormon yang berasal dari luar tubuh tumbuhan (auksin eksogen) yakni buatan manusia. Salah satu jenis auksin sintetik yang dijual di pasaran adalah atonik. Atonik merupakan salah satu merk dagang yang mengandung pengatur tumbuh auksin yang dapat merangsang pertumbuhan akar dan dapat mempercepat perkecambahan benih. Antonik ini hanya efektif pada lama perendaman tertentu. Cara pemberian zat pengarur tumbuh dapat dalam bentuk pencelupan, perendaman, penyemprotan, pengolesan dan lain-lain (Kumianjani dkk., 2013).
Kesimpulan
Hormon NAA, AIA, 2,4 D berpengaruh dalam pertumbuhan panjang jaringan koleoptil dan jaringan radikula. Pertambahan panjang jaringan tertinggi terdapat pada hormon NAA jaringan koleoptil sebesar 7,6 mm dan jaringan radikula sebesar 1,8 mm. Pertambahan panjang jaringan terendah terdapat pada akuades yaitu jaringan koleoptil sebesar 0,4 mm dan jaringan radikula 1 mm.
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...UNESA
1. Ada 141 botol media steril yang dihasilkan dari praktikum pembutan media sederhana, namun 2 diantaranya mengalami kontaminasi bakteri yaitu warna media berubah menjadi kuning kecoklatan.
2. Pada eksplan daun Lemon (Citrus Limon (L.)) hanya ada 1 eksplan dalam kondisi baik, namun tidak tumbuh kalus. Terjadi kontaminasi oleh bakteri pada 3 eksplan, hal ini ditunjukkan dengan warna media dibawah eksplan daun yang berubah warna menjadi bening membentuk “pulau-pulau”.
3. Faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan pada praktikum ini adalah:
- Organisme kecil yang masuk ke dalam media berupa bakteri
- Botol kultur atau alat-alat tanam yang kurang steril
- Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor
- Kecerobohan dalam pelaksanaan
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...UNESA
Senyawa organik menyimpan energi dalam susunan atomnya. Dengan bantuan enzim, sel secara sistematik merombak molekul organik kompleks yang kaya akan energi potensial menjadi produk limbah yang berenergi lebih rendah. Sebagian energi yang diambil dari simpanan kimiawi dapat digunakan untuk melakukan kerja; sisanya dilepas sebagai panas. Jalur metabolisme yang melepaskan energi simpanan dengan cara memecah molekul kompleks disebut jalur katabolik. Suatu proses katabolik, fermentasi, merupakan perombakan parsial gula yang terjadi tanpa bantuan oksigen. Akan tetapi, jalur katabolik yang paling umum dan paling efisien ialah respirasi seluler, di mana oksigen dikonsumsi sebagai reaktan bersama-sama dengan bahan bakar organik.
Dalam sel eukariotik, mitokondria mewadahi sebagian besar perlengkapan metabolik yang digunakan untuk respirasi seluler. Walau sangat berbeda mekanismenya, respirasi pada prisipnya serupa dengan pembakaran bensin dalam mesin mobil setelah oksigen dicampiur dengan bahan bakar (hidrokarbon). Makanan merupakan bahan bakar untuk respirasi, dan buangannya adalah karbon dioksida dan air (Campbell dkk., 2002: 159).
Proses keseluruhan dapat dirangkum sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + ATP
glukosa oksigen karbon dioksida air energi
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, semakin rendah suhu, maka semakin lambat laju respirasi, begitu pula dengan semakin tinggi suhu maka semakin cepat cepat laju respirasi.
Laporan Fisiologi Tumbuhan I Difusi dan Osmosis (Penentuan Tekanan Osmosis Ca...UNESA
Substansi seperti elektrolit, gas, dan nutrisi harus bergerak ke seluruh tubuh. Hal ini dapat dapat dilakukan dengan sistem traspor pasif atau aktif. Difusi dan osmosis merupakan contoh dari sistem transpor pasif (James, dkk., 2008: 27). Partikel berpindah karena energi kinetik yang dimilikinya. Hal ini penting untuk memungkinkan partikel menyebrangi membran sel. Tidak diperlukan energi tambahan untuk proses ini. Difusi adalah pengaliran larutan dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya rendah dan hasil akhir dari proses difusi adalah konsentrasi di kedua kompartemen manjadi sama. Larutan tersebut adalah zat-zat atau pertikel-partikel yang berada dalam cairan seperti glukosa, elektrolit, oksigen, dan lain-lain.
Sedangkan osmosis adalah gerakan air melewati membran semipermeabel dari area dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi (Horne & Swearingen, 2001). Pada osmosis, biasnya perpindahan terjadi hanya satu arah karena yang bergerak adalah air. Tujuan osmosis adalah melarutkan zat terlarut (solute) sampai terjadi ekuilibrium pada kedua larutan, suhu larutan, muatan listrik solute dan perbedaan tekanan osmotik. Tekanan osmotik ini bergantung pada konsentrasi molekul di dalam larutan. Bila konsentrasi molekulnya tinggi, maka tekanan osmotik pada larutan tersebut tinggi sehingga air akan tertarik masuk ke dalam larutan tersebut. (Asmadi, 2008: 52-53). Tekanan osmotik dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
TO sel = 22,4.M.T
273
Dengan:
TO = Tekanan osmotik
M = Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
T = Temperatur mutlak (273 + t°C)
Kesimpulan
Semakin besar konsentrasi larutan sukrosa, semakin banyak prosentase sel yang terplasmolisis, pada konsentrasi sukrosa 0,14 M, prosentase sel yang terplasmolisis 45%, dimana mendekati 50%, dan nilai tekanan osmosis dari konsentrasi sukrosa 0,14 M adalah 3,48 atm.
Dormansi merupakan terhambatnya proses metabolisme dalam biji dan merupakan masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi, yang disebabkan karena adanya pengaruh dari dalam dan luar biji
Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...UNESA
Istilah auksin (auxin) sebetulnya digunakan untuk menjelaskan segala jenis bahan kimia yang membantu proses pemanjangan koleoptil, meskipun auksin memiliki banyak fungsi baik pada monokotil maupun pada dikotil. Auksin alamiah yang diekstraksi dari tumbuhan merupakan suatu senyawa yang dinamai asam indolasetat (indolasetic acid, IAA). Selain auksin alamiah ini, beberapa senyawa sintetik memiliki aktivitas auksin. Meskipun auksin mempengaruhi beberapa aspek perkembangan tumbuhan, salah satu fungsinya yang paling penting adalah merangsang pemanjangan sel pada tunas muda yang sedang berkembang. Meristem apikal suatu tunas merupakan tempat utama sintesis auksin. Karena auksin dari apeks tunas begerak turun ke daerah pemanjangan sel, hormon akan merangsang pertumbuhan sel-sel tersebut (Campbell dkk., 2002).
Auksin merupakan hormon pertumbuhan tanaman yang ditemukan pertama kali, dimana hormon ini berperan dalam proses pemanjangan beberapa organ tumbuhan sebagai respon adanya ekspansi atau peluasan sel (Opik et al., 2005). Auksin alamiah yang ditemukan pada tanaman berupa asam indolasetat atau indolasetic acid (IAA). IAA merupakan salah satu hormon auksin yang paling aktif, dimana hormon ini dihasilkan dari metabolisme atau sintesis L-Tryptophan (Shahab et al., 2009). Auksin berperan dalam proses perkembangan tumbuhan pada tahapan lebih lanjut serta dapat merubah ekspresi gen dengan cepat sehingga menyebabkan sel-sel di daerah pemanjangan menghasilkan protein-protein baru dalam waktu singkat (Verheye, 2010).
Auksin alami yakni tanaman yang dapat memproduksi sendiri hormon auksin endogen. Auksin merupakan salah satu zat pengatur tumbuh tanaman, contohnya hormon IAA dan IBA. Zat pengatur tumbuh tanaman merupakan susunan organik berbeda dengan nutrient, dimana hormon dihasilkan oleh tanaman dalam konsentrasi yang bisa mengatur proses fisiologi tanaman yang aktivitasnya dapat merangsang atau mendorong pengembangan sel, auksin sudah tersedia secara alami pada tumbuhan (Patma dkk., 2013).
Auksin sintetik yakni hormon yang berasal dari luar tubuh tumbuhan (auksin eksogen) yakni buatan manusia. Salah satu jenis auksin sintetik yang dijual di pasaran adalah atonik. Atonik merupakan salah satu merk dagang yang mengandung pengatur tumbuh auksin yang dapat merangsang pertumbuhan akar dan dapat mempercepat perkecambahan benih. Antonik ini hanya efektif pada lama perendaman tertentu. Cara pemberian zat pengarur tumbuh dapat dalam bentuk pencelupan, perendaman, penyemprotan, pengolesan dan lain-lain (Kumianjani dkk., 2013).
Kesimpulan
Hormon NAA, AIA, 2,4 D berpengaruh dalam pertumbuhan panjang jaringan koleoptil dan jaringan radikula. Pertambahan panjang jaringan tertinggi terdapat pada hormon NAA jaringan koleoptil sebesar 7,6 mm dan jaringan radikula sebesar 1,8 mm. Pertambahan panjang jaringan terendah terdapat pada akuades yaitu jaringan koleoptil sebesar 0,4 mm dan jaringan radikula 1 mm.
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...UNESA
1. Ada 141 botol media steril yang dihasilkan dari praktikum pembutan media sederhana, namun 2 diantaranya mengalami kontaminasi bakteri yaitu warna media berubah menjadi kuning kecoklatan.
2. Pada eksplan daun Lemon (Citrus Limon (L.)) hanya ada 1 eksplan dalam kondisi baik, namun tidak tumbuh kalus. Terjadi kontaminasi oleh bakteri pada 3 eksplan, hal ini ditunjukkan dengan warna media dibawah eksplan daun yang berubah warna menjadi bening membentuk “pulau-pulau”.
3. Faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan pada praktikum ini adalah:
- Organisme kecil yang masuk ke dalam media berupa bakteri
- Botol kultur atau alat-alat tanam yang kurang steril
- Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor
- Kecerobohan dalam pelaksanaan
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...UNESA
Senyawa organik menyimpan energi dalam susunan atomnya. Dengan bantuan enzim, sel secara sistematik merombak molekul organik kompleks yang kaya akan energi potensial menjadi produk limbah yang berenergi lebih rendah. Sebagian energi yang diambil dari simpanan kimiawi dapat digunakan untuk melakukan kerja; sisanya dilepas sebagai panas. Jalur metabolisme yang melepaskan energi simpanan dengan cara memecah molekul kompleks disebut jalur katabolik. Suatu proses katabolik, fermentasi, merupakan perombakan parsial gula yang terjadi tanpa bantuan oksigen. Akan tetapi, jalur katabolik yang paling umum dan paling efisien ialah respirasi seluler, di mana oksigen dikonsumsi sebagai reaktan bersama-sama dengan bahan bakar organik.
Dalam sel eukariotik, mitokondria mewadahi sebagian besar perlengkapan metabolik yang digunakan untuk respirasi seluler. Walau sangat berbeda mekanismenya, respirasi pada prisipnya serupa dengan pembakaran bensin dalam mesin mobil setelah oksigen dicampiur dengan bahan bakar (hidrokarbon). Makanan merupakan bahan bakar untuk respirasi, dan buangannya adalah karbon dioksida dan air (Campbell dkk., 2002: 159).
Proses keseluruhan dapat dirangkum sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + ATP
glukosa oksigen karbon dioksida air energi
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, semakin rendah suhu, maka semakin lambat laju respirasi, begitu pula dengan semakin tinggi suhu maka semakin cepat cepat laju respirasi.
Laporan Fisiologi Tumbuhan I Difusi dan Osmosis (Penentuan Tekanan Osmosis Ca...UNESA
Substansi seperti elektrolit, gas, dan nutrisi harus bergerak ke seluruh tubuh. Hal ini dapat dapat dilakukan dengan sistem traspor pasif atau aktif. Difusi dan osmosis merupakan contoh dari sistem transpor pasif (James, dkk., 2008: 27). Partikel berpindah karena energi kinetik yang dimilikinya. Hal ini penting untuk memungkinkan partikel menyebrangi membran sel. Tidak diperlukan energi tambahan untuk proses ini. Difusi adalah pengaliran larutan dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya rendah dan hasil akhir dari proses difusi adalah konsentrasi di kedua kompartemen manjadi sama. Larutan tersebut adalah zat-zat atau pertikel-partikel yang berada dalam cairan seperti glukosa, elektrolit, oksigen, dan lain-lain.
Sedangkan osmosis adalah gerakan air melewati membran semipermeabel dari area dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi (Horne & Swearingen, 2001). Pada osmosis, biasnya perpindahan terjadi hanya satu arah karena yang bergerak adalah air. Tujuan osmosis adalah melarutkan zat terlarut (solute) sampai terjadi ekuilibrium pada kedua larutan, suhu larutan, muatan listrik solute dan perbedaan tekanan osmotik. Tekanan osmotik ini bergantung pada konsentrasi molekul di dalam larutan. Bila konsentrasi molekulnya tinggi, maka tekanan osmotik pada larutan tersebut tinggi sehingga air akan tertarik masuk ke dalam larutan tersebut. (Asmadi, 2008: 52-53). Tekanan osmotik dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
TO sel = 22,4.M.T
273
Dengan:
TO = Tekanan osmotik
M = Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
T = Temperatur mutlak (273 + t°C)
Kesimpulan
Semakin besar konsentrasi larutan sukrosa, semakin banyak prosentase sel yang terplasmolisis, pada konsentrasi sukrosa 0,14 M, prosentase sel yang terplasmolisis 45%, dimana mendekati 50%, dan nilai tekanan osmosis dari konsentrasi sukrosa 0,14 M adalah 3,48 atm.
Jika Anda sedang mencari referensi cara budidaya jamur, silahkan baca file terlampir. Brosur ringkas ini cukup memberi wawasan ringkas bagaimana inti budidaya jamur. Semoga sukses
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
Bab i
1. 1
BAB I
ACARA VII
EKSTRAKSI BENIH
A.Latar Belakang
Benih adalah simbol dari suatu permulaan, merupakan inti dari kehidupan dan yang
paling penting adalah kegunaannya sebagai penyambung dari kehidupan tanaman (Sutopo,
1985).
Ekstraksi diperlukan karena biasanya benih tidak dipanen secara langsung. Biasanya
pengunduhan dilakukan terhadap buahnya. Dikenal dua macam ekstraksi benih yaitu
ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong (Acacia sp, Paraserianthes
falcataria) dan jenis-jenis yang memiliki daging buah yang kering (Swietenia macrophylla),
sedangkan ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang memiliki daging buah yang
basah seperti Gmelina arborea, Melia azedarach dan Azadirachta indica.
Pengeringan benih dimaksudkan untuk menurunkan kadar air sampai batas
keseimbangan dengan udara luar disekitarnya dan siap untuk dilakukan proses
selanjutnya.Benih bersifat hygroskopis, sehingga jika benih diletakan didalam ruangan
dengan RH rendah, maka benih akan kehilangan air dan terjadi penurunan kadar air. Namun
sebaliknya jika benih diletakan dalam ruangan yang RH tinggi, maka kadar air benih akan
bertambah atau meningkat.Selain bersifat hygroskopis,benih juga selalu ingin berada dalam
kondisi equilibrium (keseimbangan) dengan kondisi disekitarnya.Pengeringan benih
merupakan proses perpindahan air dari dalam benih kepermukaan benih, dan kemudian air
yang berada dipermukaan benih tersebut akan diuapkan jika RH ruangan lebih rendah.
Proses ini akan terjadi hingga keseimbangan kadar air benih dengan RH lingkungannya
tercapai..Pengeringan seringkali merupakan faktor yang sangat kritis pada tahap pengolahan
benih terutama kalau musim penghujan.
B.Tujuan
Acara praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat:
1. Mengetahui metode ekstaksi benih
2. Melakukan ekstraksi benih
2. 2
BAB II
Dasar Teori
Ekstraksi Benih
Kuswanto (2003) menyebutkan bahwa proses ekstraksi benih merupakan kegiatan
yang bertujuan untuk memisahkan benih dari buah. Pernyataan ini diperjelas oleh Ekawati
(2004) bahwa ekstraksi benih merupakan pemisahan biji dari daging buah, kulit benih,
polong, kulit buah, malai, tongkol dan sebagainya dengan tujuan agar benih tersebut dapat
digunakan untuk bahan tanam yang memenuhi persyaratan. Ekstraksi diperlukan karena
biasanya benih tidak dipanen secara langsung, biasanya pengunduhan dilakukan terhadap
buahnya. Kuswanto (2003) menyatakan bahwa berdasarkan proses ekstraksi ini buah dan
polong dapat digolongkan menurut cara mengekstraksinya, antara lain:
Cone dan polong
Sesudah tindakan pra-perawatan, buah polong dikeringkan sampai pada tingkat
kadar air tertentu dimana buah polong tersebut mulai terbuka. Setelah terbuka bijinya diambil
dengan menggunakan tangan atau mesin khusus. Kerusakan mesin dapat dengan mudah
menimbulkan kerusakan pada benih apabila terjadi terlalu banyak benturan dan getaran.
Setiap famili pohon (families) dapat berbeda dalam hal kadar air cone dan ketebalan dan
struktur lapisan benih, dan ekstraksi standar dapat juga mempengaruhi famili pohon
(families) tersebut secara berbeda. (Kuswanto, 2003).
Buah kering
Ini merupakan kelompok yang bermacam-macam. Kantung (follicles) yang terbelah
sebelah kebawah, polong dari tumbuhan polong yang terbelah dua belah kebawah, dan
kapsul dari tanaman eucalyptus yang terbelah kedalam (split in) menjadi tiga atau beberapa
belah. Beberapa jenis buah akan terbuka dengan sendirinya apabila dikeringkan khususnya
apabila buah tersebut dipetik pada saat yang tepat, bukan sebelum waktunya dan apalagi
dengan pengeringan terlalu cepat. Beberapa benih dapat diperoleh melalui gosokan ringan
atau rontok, sedangkan lainnya memerlukan bantuan mesin. Proses seperti ini dapat
mengakibatkan kerusakan pada benih apabila tidak dilakukan dengan teliti (Kuswanto,
2003).
Buah Berdaging
Pada buah berdaging sebelum benih dipisahkan atau diekstraksi, buahnya dapat
dikeringkan terlebih dahulu setelah buah masak. Tanaman yang termasuk dalam tipe ini
adalah tanaman cabai, oyong, okra dan paria (Kuswanto, 2003).
3. 3
Buah Berdaging dan Berair (Wet Fleshly Fruit)
Buah tipe ini, disamping berdaging juga berair misalnya ketimun, sehingga pada saat
benih masak fisiologis maupun masak morfologis kandungan air benih masih sangat tinggi
dan benih diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada runag-ruang tempat biji tersususn
yang mengandung bahan yang bersifat inhibitor. Dengan demikian, sebelum benih
dikeringkan lendir yang ada harus dihilangkan terlebih dahulu menggunakan zat kimia yaitu
dengan difermentasikan terlebih dahulu, kemudian benih dicuci dengan air hingga bersih dan
bebas dari lendir (Kuswanto, 2003).
Metode ekstraksi
Ekawati (2004) menyebutkan bahwa dari beberapa jenis tanaman yang berasal buah
berdaging dan berarir (Wet Fleshly Fruit) memerlukan metode ekstraksi dan perawatan
khusus sebelum benih siap dikeringkan. Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara yang sama
dengan benih yang berasal dari buah batu tetapi dimodifikasi dengan ekstraksi secara kering
yang dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin antara lain:
Benih dari beberapa jenis tanaman yang berasal buah berdaging dan berair
memerlukan metode ekstraksi dan perawatan khusus sebelum benih siap dikeringkan.
Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan benih yang berasal dari buah
batu tetapi dimodifikasi dengan ekstraksi basah (wet ekstraction) yang dapat dilakukan
secara manual atau dengan mesin. Zat penghambat perkecambahan (inhibitor) yang
menyelimuti permukaan benih harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum dikeringkan
(Kuswanto, 2005) pernyataan ini juga disampaikan oleh Sutopo (2002) dalam bukunya
Teknologi Benih menyebutkan bahwa banyak zat yang diketahui dapat menghambat
perkecambahan salah satunya adalah bahan-bahan yang terkandung dalam cairan buah
yang melapisi biji tomat dan ketimun. (Ekawati, 2004) menjelaskan ada beberapa cara yang
dapat dilakukan dalam ekstrakksi basah, antara lain:
Fermentasi
Benih yang telah dipisahkan dari daging buahnya, dimasukkan ke dalam wadah dan
apabila perlu ditambah dengan sedikit air, wadah ditutup dan disimpan selama beberapa
hari. Adapun wadah yang digunakan untuk fermentasi benih dipilih wadah yang tidak korosif
terhadap asam, misalnya terbuat dari logam stainless steel, kayu ataupun plastic. Lama
fermentasi tergantung pada tinggi rendahnya suhu selama fermentasi. Apabila fermentasi
dilakukan pada temperature 240 C-270 C maka diperlukan waktu 1-2 hari., sedangkan
apabila digunakan temperature 150 C-220C, dbutuhkan waktu 3-6 hari., tergantung pada
jenis benih yang difermentasikan. Selama fermentasi bubur (pulp) perlu diaduk guna
memisahkan benih dari massa pulp dan mencegah timbulnya cendawan. Setelah fermentasi
selesai, bisanya benih akan tenggelam ke dasar wadah untuk memudahkan pemisahan
4. 4
benih dari massa pulp perlu ditambahkan air agar pulp menjadi encer. Setelah benih
difermentasi benih dicuci dengan air bersih hingga semua zat penghambat hilang, yang
ditandai dengan permukaan benih yang sudah tidak licin. Selanjutnya benih tersebut dikering
anginkan pada suhu 310 C hingga diperoeh kadar air tertentu sesuai dengan peraturan yang
aman bagi penyimpanan (Pitojo, 2005).
Metode Mekanis (Mechanical Method)
Pada usaha skala besar, pemisahan benih dari daging buahnya akan kurang efisien
jika menggunakan tenaga manual. Proses pembijian dilakukan dengan menggunakan mesin
(seed extraction) yang dirancang untuk memisahkan dan membersihkan benih dari pulp
yang mengandung inhibitor (Ekawati, 2004)
Metode Kimiawi (Chemical Method)
Metode fermentasi memerlukan waktu relative lama terutama bila dilakukan di
Negara yang berklim dingin/sedang, sehingga akan berdampak pada kualitas benih. Untuk
mempersingkat waktu fermentasi, dapat digunakan zat kimia misalnya HCL 35%, dengan
dosis 5 liter HCL 35% dicampur dengan 100 liter air. Kemudian larutan HCL digunakan untuk
merendam pulp. Setelah direndam dan diaduk selama 30 menit, massa pulp akan
mengambang dipermukaan sehingga mudah dipisahkan dari benih yang tenggelam didasar
wadah. Setelah dipisahkan benih dicuci dengan air hingga bekas pencuciannya bersifat
netral (dapat dicek dengan menggunakan kertas lakmus). Pitoyo (2005) juga menjelaskan
bahwa bahwa pemisahan biji setelah fermentasi dapat dilaukan dengan menggunakan
sodium karbonat 10% selama dua hari, namun cara tesebut jarang digunakan oleh
perusahaan benih, pemisahan biji dalam jumlah banyak dapat dilakukan secara cepat degan
menggunakan HCL 1 N sebanyak 7-8 ml/l larutan, dibiarkan selama 1-2 jam. Namun jika
tidak dilakukan secara tepat perlakuan dengan bahan kimia tersebut dapat menurunkan
daya kecambah . Kuswanto (2003) menyatakan bahwa untuk mempersingkat waktu
fermentasi dapat digunakan zat kimia HCL 35% dengan doasis 5 liter HCL 35 % icampur
dengan 100 liter air, kemudian larutan tersebut digunakan untuk merendam pulp selama 30
menit.
5. 5
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Benih dilakukan dilaboratorium Agronomi Universitas
Mercu Buana Yogyakarta, pada hari Jumat tanggal 3 Januari 2014, pukul 13.00 WIB.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum teknologi benih yaitu :
1. Pisau
2. Bak plastik
3. Timbangan analitik
4. Saringan
5. Kertas
6. Gelas ukur
7. Kantung plastik
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum teknologi benih yaitu :
1. Buah Tomat
2. Air Tawar
A. Cara Kerja
EKTRAKSI BASAH
Buah tomat
Dibelah dan diambil bijinya
Timbang bobot segar
Tambahkan aquades 100 ml
Diambkan selama 24 jam
Cuci dan keringanginkan 3 hari
Timbang bobot kering biji
Hitung kadar air
6. 6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil
Dari kegiatan praktikum ekstrasi benih tomat dengan metode fermentasi diperoleh hasil
sebagai berikut :
a. Bobot buah tomat segar(benih segar) = 500 gram
b. Bobot kering biji =1,046 gram
c. Rendemen = 0,21%
Rumus=
( )
( )
100%
=
,
100%
= 0,21%
7. 7
B. PEMBAHASAN
Ekstraksi benih merupakan kegiatan mengeluarkan dan membersihkan benih dari
bagian-bagian lain buah, seperti tangkai, kulit dan daging buah. Dikenal dua macam
ekstraksi benih yaitu ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong
(Acacia sp, Paraserianthes falcataria) dan jenis-jenis yang memiliki daging buah yang kering
(Swietenia macrophylla), sedangkan ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang
memiliki daging buah yang basah seperti Gmelina arborea, Melia azedarach dan
Azadirachta indica. (Kuswanto,2003).
Pada kegiatan praktikum ekstraksi benih yang kami lakukan yaitu dengan cara
melakukan ekstraksi basah pada buah tomat sehingga dapat menghasilkan benih sebanyak
1,046 gram dengan rendemen sebesar 21 %. Benih ini diperoleh dari hasil kegiatan ekstraksi
500 gram buah tomat yang telah masak sempurna dan terhindar dari hama dan penyakit.
Lambannya penurunan daya berkecambah (viabilitas) benih di dalam buah sering di
hubungkan dengan adanya zat penghambat perkecambahan benih. Hal tersebut disebabkan
oleh pH dan kandungan gulanya tinggi selama masih ada dalam buah.oleh sebab itu perlu
dilakukan ekstraksi untuk mempercepat perkecambahan.
Ekstraksi benih merupakan prosedur pelepasan dan pemisahan benih secara fisik dari
struktur buah yang menutupinya dengan kata lain, ekstraksi dilakukan untuk mengeluarkan
biji dari buah.
Ekstraksi benih kadang kala tidak perlu dilakukan sesaat sebelum penaburan benih
pada kondisi kemampuan penyimpanan benih yang tidak diekstraksi lebih baik atau
kebutuhan akan pekerja untuk proses ekstraksi sangat tinggi. Manfaat dari ekstraksi adalah
sebagai berikut :
1. Mengurangi campuran. Benih biasa merupakan 1-5% dari volume buah. Pengurangan
campuran dapat membantu mengurangi biaya penyimpanan dan pengangkutan.
2. Mudah penanganannya. Benih umumnya di uji, diberi perlakuan pendahuluandan
ditanam secara individual, sehingga perlu pemisahan benih dari buahnya.
Ekstraksi diperlukan karena biasanya benih tidak di panen secara langsung.
Kecepatan kecambah bermanfaat untuk mengetahui seberapa cepatnya benih
tersebut dapat tumbuh jika di tanam di lahan. Kecepatan kecambah berhubungan dengan
waktu yang diperlukan untuk proses perkecambahan. Apabila kecepatan kecambah dalam
perkecambahan hasilnya tinggi maka umur tanaman akan seragam. Sedangkan daya
kecambah berhubungan dengan kebutuhan benih yaitu saling berpengaruh dalam
perencanaan perhitungan kebutuhan benih persatuan luas. Daya kecambah yang lebih dari
80% berarti perlubang tanam hanya membutuhkan 1 benih per lubang tanam.
8. 8
Apabila daya kecambahnya tinggi kebutuhan benih yang diperlukan untuk
penanaman akan sedikit karena kualitas benih yang sudah bagus.
Benih dari beberapa jenis tanaman buah berdaging dan berair memerlukan metode
ekstraksi dan perawatan khusus sebelum benih siap dikeringkan. Ekstraksi benih dapat
dilakukan dengan metode fermentasi, metode mekanik, dan metode kimiawi. Metode
fermentasi dilakukan pada benih yang telah dipisahkan dari daging buahnya, kemudian
dimasukkan ke dalam wadah dan apabila perlu ditambahkan sedikit air, wadah kemudian
ditutup dan disimpan selama beberapa hari. Metode mekanik dilakukan dengan
menggunakan mesin (seed extraction) yang dirancang untuk memisahkan dan
membersihkan benih dari pulp yang mengandung inhibitor. Sedangkan metode kimiawi
berhubungan dengan metode fermentasi. Metode fermentasi memerlukan waktu yang relatif
lama, sehingga untuk mempersingkat waktu ekstraksi digunakan zat kimia misalnya HCl
35% (Owen 2007).
Dikenal dua macam ekstraksi benih yaitu: a) Ekstraksi kering yaitu ekstraksi yang
dilakukan pada biji yang memiliki daging buah yang basah, contoh: tomat dan pepaya. b)
Ekstraksi basah, ekstraksi yang dilakukan pada biji yang memiliki daging buah yang kering
(kadar air rendah), contoh: cabai dan bayam (Sutopo 2010).
9. 9
BAB.V
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:
a. Ekstraksi benih adalah kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan benih dari buah
atau bagian lain yang tidak dibutuhkan.
b. Ada dua macam ekstraksi benih yaitu ekstrasi basah dan ekstraksi kering.
c. Ekstraksi basah yaitu ekstraksi yang dilakukan pada biji yang memiliki daging buah
yang kering (kadar air rendah).
d. Ekstraksi kering yaitu ekstraksi yang dilakukan pada biji yang memiliki daging buah
yang basah.
e. Dari 500 gram buah tomat diperoleh bobot kering sebesar 1,046 gram dengan
rendemen sebesar 21%
10. 10
DAFTAR PUSTAKA
Murniati,E.1996. Informasi Hasil Penelitian Pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap
viabilitas benih kemiri (Aleurites moluccana Willd.). Keluarga Benih 7(1):59-65
Kamil, J, 1982, Teknologi Benih I, Padang: Universitas Andalas
Kuswanto, Hendarto. 1997. Analisis Benih. Yogyakart:Andi
Kuswanto,Hendarto. 2003, Teknologi Pemprosesan, Pengemasan dan Penyimpanan Benih.
Yogyakarta: Kanisius
Nurhayati, K. 1997. Pengaruh Ukuran dan Saat perkahan Buah Pada Proses Ekstraksi terhadap
Perkecambahan dan Pertumbuahan Semai Khaya anthoteca C.DC. Skrpisi. Bogor. Jurusan
Manajeman Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Kuswanto, Hendarto. 1997. Analisis Benih. Yogyakart:Andi
Sadjad, Syamsoe’oed. 1975. Dasar-dasar Teknologi Benih. Bogor: IPB diakses dari
http://veganojustice.wordpress.com/2011/07/18/ekstraksi-pada-benih/
Sutopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.