Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
1. Ada 145 botol media steril yang dihasilkan dari praktikum pembutan media MS (Murashige & Skoog), yaitu media A sejumlah 47 botol, media B sejumlah 50 botol, dan media C sejumlah 48 botol, dan tidak ada yang mengalami kontaminasi.
2. Pada eksplan embrio Kacang Tanah (Arachis hypogaea) yang ditanam pada botol media MS (Murashige & Skoog) ada 3 eksplan dan semuanya mengalami kontaminasi bakteri yang dapat dilihat dari warna akar dan tunas kacang tanah yang berwarna jingga.
3. Faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan pada praktikum ini adalah:
- Organisme kecil yang masuk ke dalam media berupa bakteri
- Botol kultur atau alat-alat tanam yang kurang steril
- Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor
- Kecerobohan dalam pelaksanaan
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
1. Ada 145 botol media steril yang dihasilkan dari praktikum pembutan media MS (Murashige & Skoog), yaitu media A sejumlah 47 botol, media B sejumlah 50 botol, dan media C sejumlah 48 botol, dan tidak ada yang mengalami kontaminasi.
2. Pada eksplan embrio Kacang Tanah (Arachis hypogaea) yang ditanam pada botol media MS (Murashige & Skoog) ada 3 eksplan dan semuanya mengalami kontaminasi bakteri yang dapat dilihat dari warna akar dan tunas kacang tanah yang berwarna jingga.
3. Faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan pada praktikum ini adalah:
- Organisme kecil yang masuk ke dalam media berupa bakteri
- Botol kultur atau alat-alat tanam yang kurang steril
- Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor
- Kecerobohan dalam pelaksanaan
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...UNESA
Senyawa organik menyimpan energi dalam susunan atomnya. Dengan bantuan enzim, sel secara sistematik merombak molekul organik kompleks yang kaya akan energi potensial menjadi produk limbah yang berenergi lebih rendah. Sebagian energi yang diambil dari simpanan kimiawi dapat digunakan untuk melakukan kerja; sisanya dilepas sebagai panas. Jalur metabolisme yang melepaskan energi simpanan dengan cara memecah molekul kompleks disebut jalur katabolik. Suatu proses katabolik, fermentasi, merupakan perombakan parsial gula yang terjadi tanpa bantuan oksigen. Akan tetapi, jalur katabolik yang paling umum dan paling efisien ialah respirasi seluler, di mana oksigen dikonsumsi sebagai reaktan bersama-sama dengan bahan bakar organik.
Dalam sel eukariotik, mitokondria mewadahi sebagian besar perlengkapan metabolik yang digunakan untuk respirasi seluler. Walau sangat berbeda mekanismenya, respirasi pada prisipnya serupa dengan pembakaran bensin dalam mesin mobil setelah oksigen dicampiur dengan bahan bakar (hidrokarbon). Makanan merupakan bahan bakar untuk respirasi, dan buangannya adalah karbon dioksida dan air (Campbell dkk., 2002: 159).
Proses keseluruhan dapat dirangkum sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + ATP
glukosa oksigen karbon dioksida air energi
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, semakin rendah suhu, maka semakin lambat laju respirasi, begitu pula dengan semakin tinggi suhu maka semakin cepat cepat laju respirasi.
1. Bagaimana struktur benih Kedelai (Glycine max), Jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa)?
2. Apa saja tipe perkecambahan benih Kedelai (Glycine max), Jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa)?
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa) dan MANGGA (Mangifera indica) di AREAL PERSAWAHAN BALAI BENIH PALUR, DESA SONOBIJO, KEC. MOJOLABAN, KAB. SUKOHARJO, SURAKARTA”
isolasi DNA yang dilakukan dengan metode kitcen preparation dengan memanfaatkan detergen dan garam dapur (NaCl) sebagai pengahncur memberan sel pada buah
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...UNESA
Senyawa organik menyimpan energi dalam susunan atomnya. Dengan bantuan enzim, sel secara sistematik merombak molekul organik kompleks yang kaya akan energi potensial menjadi produk limbah yang berenergi lebih rendah. Sebagian energi yang diambil dari simpanan kimiawi dapat digunakan untuk melakukan kerja; sisanya dilepas sebagai panas. Jalur metabolisme yang melepaskan energi simpanan dengan cara memecah molekul kompleks disebut jalur katabolik. Suatu proses katabolik, fermentasi, merupakan perombakan parsial gula yang terjadi tanpa bantuan oksigen. Akan tetapi, jalur katabolik yang paling umum dan paling efisien ialah respirasi seluler, di mana oksigen dikonsumsi sebagai reaktan bersama-sama dengan bahan bakar organik.
Dalam sel eukariotik, mitokondria mewadahi sebagian besar perlengkapan metabolik yang digunakan untuk respirasi seluler. Walau sangat berbeda mekanismenya, respirasi pada prisipnya serupa dengan pembakaran bensin dalam mesin mobil setelah oksigen dicampiur dengan bahan bakar (hidrokarbon). Makanan merupakan bahan bakar untuk respirasi, dan buangannya adalah karbon dioksida dan air (Campbell dkk., 2002: 159).
Proses keseluruhan dapat dirangkum sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + ATP
glukosa oksigen karbon dioksida air energi
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, semakin rendah suhu, maka semakin lambat laju respirasi, begitu pula dengan semakin tinggi suhu maka semakin cepat cepat laju respirasi.
1. Bagaimana struktur benih Kedelai (Glycine max), Jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa)?
2. Apa saja tipe perkecambahan benih Kedelai (Glycine max), Jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa)?
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa) dan MANGGA (Mangifera indica) di AREAL PERSAWAHAN BALAI BENIH PALUR, DESA SONOBIJO, KEC. MOJOLABAN, KAB. SUKOHARJO, SURAKARTA”
isolasi DNA yang dilakukan dengan metode kitcen preparation dengan memanfaatkan detergen dan garam dapur (NaCl) sebagai pengahncur memberan sel pada buah
Dormansi merupakan terhambatnya proses metabolisme dalam biji dan merupakan masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi, yang disebabkan karena adanya pengaruh dari dalam dan luar biji
Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang merahLinda Rosita
Dalam proses perkacambahan terjadi beberapa perubahan biologis yakni pecahnya berbagai komponen dari biji menjadi berbagai bentuk senyawa yang lebih sederhana, yang telah siap cerna bagi embrio atau kecambah yang tumbuh lebih lanjut (Winarno, 1985). Proses berkecambah dipengaruhi oleh kondisi dan tempat. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh adalah air, gas, suhu, dan cahaya.
1. Dormansi dapat dikatakan sebagai suatu fase dimana kulit biji dalam kondisi yang
keras menghalangi penyerapan. Organisme hidup dapat memasuki keadaan tetap hidup
meskipun tidak tumbuh selama jangka waktu yang lama, dan baru mulai tumbuh aktif bila
kondisinya sudah sesuai. Kondisi penyimpanan selalu mempengaruhi daya hidup biji.
Meningkatnya kelembaban biasanya mempercepat hilangnya daya hidup (Salisbury dan Ross,
1995).
Menurut Werein & Phillips (1970), istilah yang mendekati pada arti dormansi
adalah masa istirahat bagi suatu organ tanaman atau biji sebelum akhirnya tumbuh dan
melewati fase vegetatifnya..
Hasil praktikum manunjukkan bahwa zat pengatur tumbuh GA3 lebih efektif daripada NAA
terutama pada konsentrasi 60 ppm, dari data terlihat pada konsentrasi 60 ppm bias mencapai
84%. Tanaman budidaya yang lama belum dibudidayakan seringkali menunjukan dormansi
sampai tingkat tertentu dan memerlukan kondisi khusus atau waktu penyimpanan yang lebih
panjang sebelum berkecambah Gardner et al (1991).
Perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh NAA maupun GA3 ternyata memberikan
pengaruh terhadap pematahan dormansi biji. Pada konsentrasi tinggi, pengaruh yang
ditimbulkan akan lebih cepat dari pada konsentrasi rendah, namun tingkatnya masih dalam
ambang terbatas karena ZPT dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit. Pada perlakuan
GA3 memiliki pengaruh yang lebuh besar karena Giberelin merupakan fitohormon yang
mempengaruhi peningkatan pembelahan sel dan perbesaran sel pada pertambahan panjang
batang dan akar pada tanaman (Abidin,1987).Hal ini sesuai dengan hasil praktikum yang
didapat.
Hormon pertumbuhan yang dapat merangsang pertumbuhan batang dan dapat juga
meningkatkan besar daun dan beberapa jenis tumbuhan, besar bunga dan buah adalah
giberelin. Giberelin juga dapat menggantikan perlakuan suhu rendah (2º-4º) pada tanaman.
Giberelin pada tanaman dapat menyebabkan peningkatan sel, pembelahan dan pembesaran
sel. (Zummermar,1961). Biji biasanya berkecambah dengan segera bila diberi air dan udara
yang cukup, mendapat suhu pada kisaran yang memadai dan pada keadaan tertentu, mendapat
periode terang dan gelap yang sesuai. Tetapi pada sekelompok tumbuhan yang bijinya tidak
segera berkecambah meskipun telah diletakkan pada kondisi kandungan air, suhu, udara dan
cahaya yang memadai. Perkecambahan tertunda selama beberapa hari, minggu bahkan bulan,
tetapi dengan adanya giberelin dormansi dapat dipatahkan (Prawiranata et al, 1989).
Menurut Kusumo (1990), NAA (α naphthalene acetic acid) merupakan ZPT yang
dikelompokkan ke dalam auksin. Penambahan NAA akan mempengaruhi pertumbuhan akar,
yaitu mengenai banyaknya akar maupun kualitas akar yang dihasilkan.Namun dibutuhkan
pada konsentrasi kecil pada peranannya untuk mengatur tumbuh tanaman. Sifat-sifat yang
menyebabkan NAA berespon positif terhadap tanaman antara lain (1) sifat kimianya yang
mantap dan pengaruhnya yang lama, (2) hormon ini tetap berada di tempat ia diberikan dan
tidak menyebar kebagian lain, sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan bagian lain.
Kekurangan dari NAA adalah kisaran (range) kepekatan yang senpit, kepekatan yang
melebihi batas (diluar range) akan bersifat racun.
Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji adalah :
1. Tidak sempurnanya embrio (rudimentary embryo),
2. Embrio yang belum matang secara fisiologis (physiological immature embryo),
3. Kulit biji yang tebal (tahan terhadap pergerakkan mekanis),
4. Kulit biji impermeable (impermeable seed coat) dan
5. Adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan (Abidin, 1987).
2. Teknologi pertanian menangani biji dengan tekstur keras itu sengaja dirusak atau
dilembekkan dengan suatu proses yang disebut skarifikasi. Skarifikasi secara kimiawi, biji
direndam dalam asam pekat, pelarut organik seperti aseton atau bahkan dalam air yang
mendidih. Skarifikasi mekanik, biji digoyang-goyang dalam bahan penggosok seperti pasir
atau ditoreh dengan pisau (Loveless, 1990).
Fase-fase yang terjadi dalam dormansi biji menurut Abidin (1987) adalah :
1. Fase induksi ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah hormon
2. Fase tertundanya metabolisme
3. Fase bertahanya embrio untuk berkecambah karena faktor lingkungan yang tidak
menguntungkan
4. Perkecambahan, ditandai oleh meningkatnya hormon dan aktifitas enzim.
Menurut Muhammad Salim Saleh (2004), pada dasarnya dormansi dapat
diperpendek dengan berbagai perlakuan sebelum dikecambahkan, baik secara fisik, kimia dan
biologi. Benih yang cepat berkecambah berarti memiliki kesempatan tumbuh axis embrio
lebih panjang sehingga memungkinkan terjadi pembekakan pada bagian ujungnya sebagai
tempat pertumbuhan akar dan plumula sehingga akar menjadi lebih panjang.
Daftar Referensi
Abidin,Z. 1987. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa, Bandung.
Gardner, F. R., Pearce, F. B dan Mitchell, R. L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press,
Jakarta.
Loveless, A. R. 1990. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Gramedia, Jakarta.
Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh. Yasaguna, Jakarta.
Prawiranata, W., Harram, S dan T. Tjodronegoro. 1989. Dasar Fisiologi Tumbuhan II. IPB,
Bogor.
Saleh,M.S.,2004. Pematahan Dormansi Benih Aren Secara Fisik Pada Berbagi Lama Ekstrasi Buah.
Dalam Industri Benih di Indonesia Aspek Penunjangan Pengembangan. Jurusan Budidaya
Fakultas Pertanian UNTAD.
Wereing, D.F and I. D.J. Phillips. 1970. The Control of Growth and Differentation in Plants.
Pergamon Press, New York.
Zummermar,P.W.1961. Plant Growth Regulation.The Lowa State University Press.USA
3. I. Judul : DORMANSI BENIH
II. Tanggal : 2 Juni 2010
III. Tujuan : Mengetahui periode dormansi dan cara mengatasinya
IV. Pendahuluan :
Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi
lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan.
Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih menjadi dorman
sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi oleh petani atau pemakai benih
adalah bagaimana cara mengatasi dormansi tersebut.
Benih yang mengalami dormansi biasanya disebabkan oleh :
Rendahnya/ tidak adanya proses imbibisi air yang disebabkan oleh struktur benih (kulit
benih) yang keras, sehingga mempersulit keluar masuknya air ke dalam benih.
Respirasi yang tertukar, karena adanya membran atau pericarp dalam kulit benih yang terlalu
keras, sehingga pertukaran udara dalam benih menjadi terhambat dan menyebabkan
rendahnya proses metabolisme dan mobilisasi cadangan makanan dalam benih.
Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, karena kulit biji yang cukup kuat
sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Pada tanaman pangan, dormansi sering dijumpai
pada benih padi, sedangkan pada sayuran dormasni sering dijumpai pada benih timun putih,
pare dan semangka non biji.
Dormansi, yaitu peristiwa dimana benih tersebut mengalami masa istirahat (Dorman).
Selanjutnya didefinisikan bahwa Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak
terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan.
Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika masih berada
pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman induknya.
Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan
fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut.
Secara umum menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu Innate
dormansi (dormansi primer), Induced dormansi (dormansi sekunder), dan Enforced dormansi.
Sedangkan menurut Sutopo (1985) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu Dormansi
Fisik dan Dormansi Fisiologis.
Untuk mengetahui dan membedakan/ memisahkan apakah suatu benih yang tidak dapat
berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama
yang dihadapi pada saat pengujian daya tumbuh/ kecambah benih yang dormansi adalah
bagaimana cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat
dipersingkat.
Ada beberapa cara yang telah diketahui adalah :
Dengan perlakuan mekanis
Dengan perlakuan kimia.
Perlakuan perendaman dengan air.
Perlakuan dengan suhu.
Perlakuan dengan cahaya.
X. Daftar Pustaka :
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang: Fakultas Pertanian UNBRAW .
4. Fisiologi Tumbuhan : Dormansi Pada biji
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam bidang komoditas tanaman pangan, pada setiap musim tanam masih sering terjadi
masalah karena produksi benih bermutu yang belum mencukup permintaan pengguna/petani.
Masalah ini disebabkan oleh adanya satu masa “istirahat” yang dialami oleh benih yang
ditanam. Masa istirahat ini disebut dengan dormansi, dormansi menyebabkan tidak adanya
pertumbuhan pada biji atau benih walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya
perkecambahan (Anonim, 2008).
Hampir semua tumbuhan darat, baik tumbuhan rendah maupun tumbuhan tingkat tinggi
dalam siklus hidupnya akan dijumpai adanya fase dormansi. Dormansi ini dapat terjadi baik
pada seluruh tumbuhan atau organ tertentu yang disebabkan oleh faktor eksternal maupun
faktor internal, yang bertujuan untuk mempertahankan diri pada kondisi yang kurang
menguntungkan. Gejala dormansi dapat dijumpai pada biji dan organ tumbuhan lainnya,
seperti tunas, rhizoma dan umbi lapis (bulb) (Anonim, 2008).
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya,
hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses
perkecambahan tersebut (Anonim, 2008).
Dormansi kuncup
Di wilayah beriklim sedang, dormansi biji dan kuncup mempunyai banyak persamaan. Pada
kuncup, induksi dormansi sama pentingnya dengan berakhirnya dormansi. Dormansi kuncup
hampir selalu berkembang sebelum terbentuknya warna pada musim gugur dan
mengeringnya daun. Kuncup berbagai pohon berhenti di tengah musim panas dan
memperlihatkan sedikit pertumbuhan kembali di akhir musim panas sebelum memasuk
dormansi penuh di musim gugur (Salisbury dan Ross, 1995).
Pada banyak spesies, dormansi kuncup diinduksi oleh suhu rendah, tetapi ada juga respon
terhadap panjang hari, khususnya jika suhu tetap tinggi. Perlakuan hari pendek menyebabkan
terjadinya pembentukan kuncup akhir yang dorman dan terlambatnya pemanjangan ruas dan
pemanjangan daun, tetapi sering daun tidak gugur (Salisbury dan Ross, 1995).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dormansi merupakan kondisi fisik dan fisiologis pada biji yang mencegah perkecambahan
pada waktu yang tidak tepat atau tidak sesuai. Dormansi membantu biji mempertahankan diri
terhadap kondisi yang tidak sesuai seperti kondisi lingkungan yang panas, dingin, kekeringan
dan lain-lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa dormansi merupakan mekanisme biologis
untuk menjamin perkecambahan biji berlangsung pada kondisi dan waktu yang tepat untuk
mendukung pertumbuhan yang tepat. Dormansi bisa diakibatkan karena ketidakmampuan
sumbu embrio untuk mengatasi hambatan (Anonim, 2007).
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya,
hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut.
Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap
untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk
dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment
skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi
digunakan untuk mengatasi dormansi embryo (Anonim, 2006).
Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji dapat dikelompokkan dalam: (a)
faktor lingkungan eksternal, seperti cahaya, temperatur, dan air; (b) faktor internal,
seperti kulit biji, kematangan embrio, adanya inhibitor, dan rendahnya zat perangsang
5. tumbuh; (c) faktor waktu, yaitu waktu setelah pematangan, hilangnya inhibitor, dan
sintesis zat perangsang tumbuh. Dormansi pada biji dapat dipatahkan dengan
perlakuan mekanis, cahaya, temperatur, dan bahan kimia. Proses perkecambahan
dalam biji dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu proses perkecambahan fisiologis
dan proses perkecambahan morfologis. Sedangkan dormansi yang terjadi pada tunas-tunas
lateral merupakan pengaruh korelatif dimana ujung batang akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan bagian tumbuhan lainnya yang dikenal dengan
dominansi apikal. Derajat dominansi apikal ditentukan oleh umur fisiologis tumbuhan
tersebut (Anonim, 2008).
Benih yang mengalami dormansi biasanya disebabkan oleh (Anonim, 2008) :
Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air yang disebabkan oleh struktur benih (kulit
benih) yang keras, sehingga mempersulit keluar masuknya air ke dalam benih.
Respirasi yang tertukar, karena adanya membran atau pericarp dalam kulit benih yang terlalu
keras, sehingga pertukaran udara dalam benih menjadi terhambat dan menyebabkan
rendahnya proses metabolisme dan mobilisasi cadangan makanan dalam benih.
Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, karena kulit biji yang cukup kuat
sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Pada tanaman pangan, dormansi sering dijumpai
pada benih padi, sedangan pada sayuran dormansi sering dijumpai pada benih timun putih,
pare dan semangka non biji. Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori
berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya yaitu : a. Berdasarkan faktor
penyebab dormansi 1. Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif
karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. 2. Imnate dormancy (rest): dormancy
yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri. b.
Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji Mekanisme fisik Merupakan dormansi yang
mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri terbagi menjadi: 1.
mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik. 2. fisik: penyerapan air
terganggu karena kulit biji yang impermeable. 3. kimia: bagian biji/buah mengandung zat
kimia penghambat Mekanisme fisiologis Merupakan dormansi yang disebabkan oleh
terjadinya hambatan dalam proses fisiologis; terbagi menjadi:
1. photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya
2. immature embryo: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio yang
tidak/belum matang
3. thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu
c. Berdasarkan bentuk dormansi
Kulit biji impermeabel terhadap air/O2
1. Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nucellus, pericarp, endocarp.
2. Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam substansi (misalnya
cutin, suberin, lignin) pada membran.
3. Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun lingkungan.
Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan skarifikasi mekanik.
4. Bagian biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji: mikrofil, kulit biji, raphe/hilum,
strophiole; adapun mekanisme higroskopiknya diatur oleh hilum.
5. Keluar masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji. Dormansi
karena hambatan keluar masuknya O2 melalui kulit biji ini dapat dipatahkan dengan
perlakuan temperatur tinggi dan pemberian larutan kuat.
Embrio belum masak (immature embryo)
1. Ketika terjadi abscission (gugurnya buah dari tangkainya), embrio masih belum
menyelesaikan tahap perkembangannya. Misal: Gnetum gnemon (melinjo)
2. Embrio belum terdiferensiasi
3. Embrio secara morfologis sudah berkembang, namun masih butuh waktu untuk mencapai
6. bentuk dan ukuran yang sempurna.
Dormansi karena immature embryo ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur rendah
dan zat kimia.
Biji membutuhkan pemasakan pascapanen (afterripening) dalam penyimpanan kering
Dormansi karena kebutuhan akan afterripening ini dapat dipatahkan dengan perlakuan
temperatur tinggi dan pengupasan kulit.
Biji membutuhkan suhu rendah
Biasa terjadi pada spesies daerah temperate, seperti apel dan Familia Rosaceae. Dormansi ini
secara alami terjadi dengan cara: biji dorman selama musim gugur, melampaui satu musim
dingin, dan baru berkecambah pada musim semi berikutnya. Dormansi karena kebutuhan biji
akan suhu rendah ini dapat dipatahkan dengan perlakuan pemberian suhu rendah, dengan
pemberian aerasi dan imbibisi.
Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi ini adalah (Anonim, 2006):
1. jika kulit dikupas, embrio tumbuh
2. embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah
3. embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji masih
membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi
4. perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh kerdil
5. akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi berikutnya
(setelah melampaui satu musim dingin).
Biji bersifat light sensitive
Cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara, yaitu dengan intensitas (kuantitas)
cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan fotoperiodisitas (panjang hari).
Dormansi karena zat penghambat
Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks proses-proses metabolik,
yang masing-masing harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi yang menghambat
salah satu proses akan berakibat pada terhambatnya seluruh rangkaian proses
perkecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah berhasil diisolir adalah
soumarin dan lacton tidak jenuh; namun lokasi penghambatannya sukar ditentukan karena
daerah kerjanya berbeda dengan tempat di mana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat
berada dalam embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah.
DAFTAR PUSTAKA
Elisa, 2006, Dormansi dan Perkecambahan Biji, http://elisa.ugm.ac.id/, diakses pada tanggal
13 Oktober 2008 pukul 22:53.
Anonim, 2008, Dormansi Benih dan Pemecahannya, http://pustaka.ut.ac.id//, diakses pada
tanggal 15 April 2008 pukul 21:38.
Salisbury, dkk., 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 3, ITB, Bandung.
7. dormansi biji
TINJAUAN PUSTAKA
Benih-benih tertentu, misalnya benih padi yang baru dipanen dapat
mengalami dormansi. Tetapi dormansi ini dapat dipecahkan jika benih telah
mengalami penyimpanan kering yang disebut dengan after-ripening.
Perlakuan benih dengan suhu tinggi dilaporkan dapat memecahkan dormansi
benih ini. Di lapangan kadang-kadang terjadi kegagalan penanaman padi
akibat fenomena ini. Petani mengeluh bahwa benih yang disemai tidak
tumbuh merata dan menyalahkan bahwa pedagang benih telah menjual benih
yang kadaluarsa. Sebenarnya, benih tersebut belum cukup waktu melampaui
periode after-ripeningnya (Mugnisjah dkk, 1994).
Pertumbuhan embrio ditahan pada saat benih masak, tetapi mulai lagi pada
perkecambahan. Benih membutuhkan air untuk berkecambah, oksigen, dan
temperatur dimana suhunya antara 5o – 45o C. Benih yang berkecambah
memerlukan tiga faktor yang dibuat perkecambahan masak. Benih yang baru
saja dipanen, walaupun tidak mengalami perkecambahan, tetapi memasuki
tahap dormansi dan gagal merespon kondisi berkecambah (Thomson, 1990).
Dormansi merupakan strategi benih-benih tumbuhan tertentu agar dapat
mengatasi lingkungan sub-optimum guna mempertahankan kelanjutan
spesiesnya. Terdapat berbagai penyebab dormansi benih yang pada garis
besarnya dapat digolongkan kedalam adanya hambatan dari kulit benih
(misalnya pada benih lamtoro karena kulit benih yang impermeabel terhadap
air) atau bagian dalam benihnya (misalnya pada benih melinjo karena embrio
yang belum dewasa). Benih yang mengalami dormansi organik ini tidak dapat
berkecambah dalam kondisi lingkungan perkecambahan yang optimum
(Sadjad, 1993).
Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi
walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan.
Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih
menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi
oleh petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara mengatasi dormansi
tersebut. Struktur benih (kulit benih) yang keras sehingga mempersulit
keluar masuknya air kedalam benih (http://id.wikipedia.org, 2008).
Dormansi dapat diatasi dengan melakukan perlakuan. Perlakuan sebagai
berikut :
1. Pemarutan atau penggoresan (skarifikasi, scarification) yaitu dengan cara
menghaluskan kulit benih atau menggores kulit benih agar dapat dilalui air
dan udara.
2. Melepaskan kulit benih dari sifat kerasnya agar dengan demikian terjadi
lubang-lubang yang memudahkan air dan udara melakukan aliran yang
mendorong perkecambahan.
3. Perusakan strophiole benih yang menyumbat tempat masuknya air.
4. Stratifikasi terhadap benih dengan suhu rendah ataupun suhu tinggi.
8. 5. Pemberian bahan kimia.
(Kartasapoetra, 2003).
Istilah yang pernah digunakan untuk menjelaskan dormansi dan yang paling
lazim adalah istilah istirahat dan pasif. Lebih banyak istilah yang
menyertakan kata dormansi di belakang kata keadaan (adjektif), misalnya
primer, sekunder, bawaan, dan sebagainya. Secara logis menjelaskan
pentingnya kesatuan istilah dan menganjurkan tiga istilah baru saja, yakni
endodormansi, ekodormansi, dan paradormansi. Di laboratorium dan di
bidang pertanian (bila perlu) digunakan alkohol atau pelarut lemak (yang
menghilangkan bahan berlilin) yang kadang mengahalangi masuknya air /
asam pekat. Sebagai contoh, perkecambahan biji kapas dan kacangan tropika
dapat sangat dipacu dengan merendam biji terlebih dahulu dengan asam
sulfat selama beberapa menit sampai satu jam dan selanjutnya dibilas untuk
menghilangkan asam itu (Salisbury dan Ross, 1992).
Substansi yang larut kemudian dapat membawa embrio dan respirasi,
dimana dormansi biji prosesnya tidak dapat dilihat dapat menunjukkan
kemampuan besar. Pada beberapa benih seperti beras, rumput, respirasi
anaerob memerlukan energi untuk pertumbuhan embrio, tetapi kebanyakan
benih energi disuplai dalam bentuk respirasi anaerob (Stern dkk, 2004).
Contoh yang paling mudah mengenai dormansi adalah adanya kulit biji yang
keras yang menghalangi penyerapan oksigen atau air. Kulit biji yang keras
itu lazim terdapat pada anggota famili Fabaceae (Leguminosae) walaupun
tidak terdapat pada buncis atau kapri yang menunjukkan bahwa dormansi
tidak umum pada spesies yang dibudidayakan (http://www.google.com, 2008).
Gejala dormansi dapat dijumpai pada biji dan organ tumbuhan lainnya
seperti tunas, rhizome, dan umbi lapis (bulb). Faktor-faktor yang
menyebabkan dormansi pada biji dapat dikelompokkan dalam:
a. Faktor lingkungan eksternal, seperti cahaya, temperatur, dan air,
b. Faktor internal, seperti kulit biji, kematangan embrio,
c. Faktor waktu, seperti waktu setelah pematangan, hilangnya inhibitor
(http://en.wikipedia.org, 2008).
Lamanya dormansi dapat diperpanjang dengan merendahkan suhu
penyimpanan. Pada penelitiannya dengan menggunakan benih barley, oats,
dan sorghum yang berbeda-beda. Brown mendapatkan bahwa dormansi pada
hampir semua kultivar benih yang banyak terjadi dapat dipatahkan dengan
menyimpannya pada suhu 40o C. Robert mendapatkan bahwa dormansi pada
beberapa kultivar Thai Chu 65 sampai lebih dari 100 hari (waktu 100 hari
untuk mematahkan 50% benih dorman) pada kultivar Masalaci. Hull
mematahkan dormansi pada benih kacang tanah jalar Florida dengan
menyimpannya pada suhu 20o – 25o C dan 40o C. Justice mendapatkan
bahwa satu-satunya cara mematahkan dormansi benih Cyperus rotundus
adalah dengan menempatkannya pada lapisan basah pada suhu 40o C selama
tiga hingga enam minggu (Justice dan Bass, 1990).
9. Dormansi pada beberapa jenis benih disebabkan oleh:
1. Struktur benih, misalnya kulit benih, braktea, gulma, perikarp, dan
membran yang mempersulit keluar masuknya air dan udara,
2. Kelainan fisiologis pada embrio,
3. Penghambat (inhibitor) perkecambahan atau penghalang lainnya,
4. Gabungan dari faktor-faktor di atas
(Justice dan Bass, 1990).
Menurut http://elisa.ugm.ac.id (2008) tipe dormansi adalah sebagai berikut:
1. Dormansi Mekanis
Perkembangan embrio secara fisis terhambat karena adanya kulit biji / buah
yang keras.
2. Dormansi fisis
Imbibisi / penyerapan air terhalang oleh lapisan kulit biji / buah yang
impermeabel pada beberapaa legum dan myrtaceae. Fluktuasi, suhu,
skarifikasi mekanis, pemberian air panas atau bahan kimia.
3. Dormansi chemis
Buah atau biji mengandung zat penghambat (chemical inhibitory compound)
yang menghambat perkecambahan. Pencucian (leaching) oleh air,
dekomposisi bertahap pada jaringan buah, menghilangkan jaringan buah dan
mencucinya dengan air.
DAFTAR PUSTAKA
Andani, S dan E.D. Purbayanti., 1991. Fisiologi Tanaman Lingkungan. UGM Press,
Yogyakarta
Gardner, F.P., R.B. Pearce, R.L. Mitchell., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan
Herawati Susilo. UI Press, Jakarta
http://elisa.ugm.ac.id., 2008. Tipe Dormansi. Diakses tanggal 25 September 2008
http://en.wikipedia.org., 2008. Dormansi Biji. Diakses tanggal 18 September 2008
http://id.wikipedia.org., 2008. Dormansi Biji. Diakses tanggal 18 September 2008
http://www.google.co.id., 2008. Dormansi Biji. Diakses tanggal 18 September 2008
Justice, O.L dan L.N. Bass., 1990. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali Press,
Jakarta
Kartasapoetra, A.G., 2003. Teknologi Benih. Rineka Cipta, Jakarta
Mugnisjah, W.Q., A. Setiawan, Suwarto, C. Santiwa., 1994. Panduan Praktikum dan
Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta
Sadjad, S., 1993. Dari Benih Kepada Benih. Grasindo, Jakarta
10. Salisbury, F.B., dan C.W. Ross., 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press, Bandung
Sutopo, L., 2004. Teknologi Benih. Penerbit Rajawali, Jakarta
Stern, K.R., S. Jansky, J.E. Bidlack., 2004. Introdution Plant Biology. McGraw-Hill Book
Company Inc, London
Thomson, J.R., 1990. An Introduction to Seed Technology. Leonard Hill, London
Tohari., 1999. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. UGM Press, Yogyakarta