SlideShare a Scribd company logo
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH
ACARA IV
PERKECAMBAHAN PADA LINGKUNGAN SUB-OPTIMAL
Oleh:
Alfian Nopara Saifudin
NIM A1D015033
Rombongan 2
PJ asisten: Farichatul Mufaroh
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017
110
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan lingkungan di lapangan sangat penting untuk menentukan kekuatan
tumbuh suatu benih, pada keadaan lingkungan di lapangan sangat nyata dan
perbedaan-perbedan kekuatan tumbuh benih dapat terlihat nyata dalam keadaan
lingkungan yang kurang menguntungkan. Kecepataan tumbuh benih dapat
dijadikan petunjuk dari perbedaan kekuatan tumbuh. Salah satu contoh kondisi
lingkungan yang kurang menguntungkan adalah adanya tanah salin. Tanah salin
merupakan tanah yang mempunyai kandungan garam NaCl yang cukup tinggi.
Kandungan garam yang tinggi dapat berpengaruh pada penyerapan air yang
dilakukan oleh biji. Bila tanah terlalu Salin dan NaCl yang diserap terlalu banyak
maka akan menghambat proses metabolisme dalam benih.
Benih dapat berkecambah pada lingkungan yang optimum. Lingkungan
yang optimum saat ini sudah jarang ditemukan di lapang. Sedangkan
pertumbuhan penduduk yang semakin pesat mengharuskan pembuatan tanaman
untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat tersebut. Peningkatan jumlah
penduduk mengharuskan lahan yang seharusnya untuk pertanian dialihfungsikan
menjadi areal perumahan yang mengakibatkan lahan pertanian berada pada
keadaan yang tidak begitu cocok untuk perkecambahan benih tanaman.
Kandungan garam yang cukup tinggi pada suatu media akan menghambat
perkecambahan benih. Hal tersebut berkaitan dengan penyerapan air yang sangat
dibutuhkan dalam perkecambahan. Tanpa adanya air maka perkecambahan tidak
111
dapat berjalan secara optimal, karena air merupakan pelarut dan pereaksi untuk
proses perkecambahan.
B. Tujuan
Mempelajari pengaruh garam pada medium terhadap perkecambahan dan
serapan air oleh benih.
112
II. TINJAUAN PUSTAKA
Terdapat bermacam-macam metode uji perkecambahan benih, setiap metode
memiliki kekhususan tersendiri sehubungan dengan jenis benih diuji, jenis alat
perkecambahan yang digunakan, dan jenis parameter viabilitas benih dinilai.
Berdasarkan substratnya, metode uji perkecambahan benih dapat digolongkan
kedalam menggunakan kertas, pasir dan tanah. Kondisi lingkungan
perkecambahan pada semua metode ini adalah optimum (Sutopo, 1998).
Lingkungan benih yang suboptimum, yang berada di sekitar benih akan
mempengaruhi proses-proses dalam benih. Karena benih tersebut walaupun
belum ditanam tetap melakukan proses-proses metabolisme sehingga oksigen
yang tersedia, suhu dan kelembaban relatif mempengaruhinya. Rusd (2011)
menambahkan bahwa lingkungan yang suboptimum yang diberikan kepada benih
merupakan cara stimulasi lingkungan yang dapat menyebabkan kemunduran
benih.
Salah satu kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan atau
suboptimum adalah adanya tanah salin. Tanah salin merupakan tanah yang
mempunyai kandungan garam NaCl yang cukup tinggi. Tanah dengan kandungan
garam yang tinggi dibedakan dalam tanah salin, tanah sodik dan tanah salin-sodik.
Kandungan garam yang tinggi dapat berpengaruh pada penyerapan air yang
dilakukan oleh benih. Bila tanah terlalu salin dan NaCl yang diserap terlalu
banyak maka akan menghambat proses metabolisme dalam benih. Konsentrasi
NaCl yang terlalu pekat maka akan menyebabkan cairan dalam benih akan keluar
113
sehingga dapat merusak benih sehingga benih tidak dapat berkecambah dengan
baik (Sadjad, 1999).
Garam-garam atau Na+ yang dapat dipertukarkan akan mempengaruhi sifat-
sifat tanah jika terdapat dalam keadaan yang berlebihan dalam tanah. Kekurangan
khususnya dalam unsur Na+ dan Cl- dapat menekan pertumbuhan dan
mengurangi produksi. Peningkatan konsentrasi garam terlarut di dalam tanah akan
meningkatkan tekanan osmotik sehingga menghambat penyerapan air dan unsur-
unsur hara yang berlangsung melalui proses osmosis. Jumlah air yang masuk ke
dalam akar akan berkurang sehingga mengakibatkan menipisnya jumlah
persediaan air dalam tanaman (Follet et al., 1981 dalam Sadjad, 1999). Dalam
proses fisiologi tanaman, Na+ diduga dapat mempengaruhi pengikatan air oleh
tanaman sehingga menyebabkan tanaman tahan terhadap kekeringan. Sedangkan
Cl- diperlukan pada reaksi fotosintetik yang berkaitan dengan produksi oksigen.
Sementara penyerapan Na+ oleh partikel-partikel tanah akan mengakibatkan
pembengkakan dan penutupan pori-pori tanah yang memperburuk pertukaran gas,
serta dispersi material koloid tanah.
114
III. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih padi (20 benih per petridish), Garam
NaCl, Aquades, Petridish, Kertas Merang. Alat yang digunakan pinset, Gunting,
sprayer, gelas beaker, pengaduk.
B. Prosedur Kerja
1. Disiapkan larutan garam dengan konsentrasi 0 ppm, 2500 ppm dan 5.000 ppm.
2. Disiapkan petridish dengan diberi alas kertas merang rangkap 5.
3. Dikecambahkan sesuai dengan perlakuan yang ditentukan
4. Pengamatan:
 Dilakukan penyemprotan secara merata pada benih padi sesuai dengan
perlakuan yang ditentukan (jangan sampai tergenang)
 Untuk perkecambahan diamati 2 hari sekali selama 8 hari
 Dihitung persentase perkecambahan dan dibandingkan dengan setiap
perlakuan.
% Perkecambahan =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
𝑥100%
115
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 4.1. Perlakuan Perkecambahan Pada Lingkungan Suboptimal (Salin)
Perlakuan
Hari ke-
2 4 6 8 10
0 ppm 0 8 3 0 2
2500 ppm 0 1 12 2 1
5000 ppm 0 0 4 4 0
Perhitungan =
Total benih yang berkecambah
total benih yang dikecambahkan
x 100%
0 ppm =
13
20
x 100% = 65%
2500 ppm =
16
20
x 100% = 80%
5000 ppm =
8
20
x 100% = 40%
Kesimpulan : Persentase perkecambahan pada perlakuan 0 ppm, 2500 ppm, dan
5000 ppm masing-masing diperoleh 65% , 80% , dan 40%.
116
B. Pembahasan
Lingkungan suboptimal adalah suatu lingkungan/lahan tanaman tumbuh
pada kondisi lingkungan cuaca yang bervariasi dan berbagai lahan. Lingkungan
merupakan salah satu syarat penting bagi perkecambahan seperti air, temperatur
yang tidak membatasi, dan udara yang cocok diperlukan bagi perkecambahan biji
yang tidak mengalami masa dormansi, atau sesudah biji matang. Umumnya,
kondisi yang baik bagi pertumbuhan semai, juga baik untuk perkecambahan. Biji
pada spesies yang berbeda, mempunyai perbedaan genetis dan lingkungan yang
dapat menentukan dormansi. Perkecambahan tidak tidak dapat berlangsung
hingga hilangnya masa dormansi melalui pengaruh lingkungan tertentu dalam
waktu cukup lama (Kuswanto, 1997).
Lahan suboptimal merupakan lahan dengan tanah yang memiliki sifat – sifat
fisika, kimia, dan biologi yang tidak optimal atau kesuburan yang rendah untuk
pertumbuhan tanaman. Lahan suboptimal meliputi lahan kering, lahan kering
masam, lahan dibawah tegakan, lahan rawa, lahan pasang surut, dan lahan salin
(Kriswantoro, 2012).
Kondisi sub optimal adalah kondisi yang meliputi keadaan salin, cekaman
kekeringan. Salah satu faktor penghambat yang mempengaruhi perkecambahan
adalah kondisi lingkungan yang sub optimal, dimana terdapat larutan yang
memiliki tingkat osmotik yang tinggi seperti larutan manitol dan larutan NaCl.
Apabila kadar air benih belum mencapai titik kritisnya maka benih tidak akan
berkecambah, sebab air yang berperan untuk merangsang bekerjanya enzim-enzim
117
yang berfungsi dalam metabolisme yang nantinya akan menghasilkan energi bagi
perkecambahan akan terhambat (Sutopo, 1994).
Lakitan (2013) menyatakan bahwa lahan suboptimal di Indonesia yang luas
hamparannya adalah yaitu :
1. Lahan kering masam, dengan kendala utama miskin hara, masam, dan kurang
air.
2. Lahan kering pada wilayah iklim kering, dengan kesulitan utamanya adalah
menyediakan air yang cukup untuk budidaya tanaman, selain itu sering juga
tanahnya berbatu dengan lapisan topsoil yang tipis.
3. Lahan rawa pasang surut, dengan masalah utama kesulitan dalam mengatur tata
airnya, keberadaan lapisan pirit, lapisan gambut tebal, dan intrusi air laut.
4. Lahan rawa lebak, dengan kendala kesulitan dalam memprediksi dan mengatur
tinggi genangan dan kemasaman tanah.
Lahan marginal atau lahan sub optimum dapat diartikan sebagai lahan yang
memiliki mutu rendah karena memiliki beberapa faktor pembatas jika digunakan
untuk suatu keperluan tertentu. Sebenarnya faktor pembatas tersebut dapat diatasi
dengan masukan, atau biaya yang harus dibelanjakan. Tanpa masukan yang
berarti budidaya di lahan marginal tidak akan memberikan keuntungan
(Notohadiprawiro, 2006). Terdapat beberapa lahan yang termasuk kedalam lahan
sub optimal, diantaranya yaitu :
1. Lahan Pasang Surut
Lahan pasang surut merupakan lahan marginal karena kesuburan
tanahnya rendah dan kemasaman tanah dan air tinggi sehingga tidak
118
menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Lahan pasang surut adalah
daratan rendah yang terendam air tawar yang berada di pantai dan dekat
pantai sehingga terpengaruh pasang surut air laut(Widjaja, 1997).
2. Lahan Sulfat Masam
Lahan sulfat masam merupakan salah satu jenis lahan yang terdapat
di kawasan lingkungan rawa dan tergolong ke dalam lahan bermasalah
karena tanahnya memiliki sifat dakhil (internal) yang tidak
menguntungkan dengan tingkat kesuburan yang rendah. Ciri khas tanah
sulfat masam adalah adanya bahan sulfidik yang banyak mengandung pirit
(Rahim, 2003).
3. Lahan Gambut
Lahan gambut adalah salah satu jenis lahan marjinal yang dipilih,
terutama oleh perkebunan besar, karena relatif lebih jarang penduduknya
sehingga kemungkinan konflik tata guna lahan relatif kecil.Lahan gambut
adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan organik (C-organik
> 18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik penyusun tanah
gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk sempurna
karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara. Oleh karenanya
lahan gambut banyak dijumpai di daerah rawa belakang (back swamp)
atau daerah cekungan yang drainasenya buruk (Hardjowigeno, 1986).
4. Lahan Pasir Pantai
Lahan Pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung,
debu dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah
119
mengalirkan air, sekitar 150 cm per jam. Sebaliknya, kemampuan tanah
pasir menyimpan air sangat rendah,1,6-3% darI total air yang tersedia
(Artoyo, 2005).
Menurut Chapman (1975), Penyebab tanah salin adalah tanah tersebut
mempunyai bahan induk yang mengandung deposit garam, intrusi air laut,
akumulasi garam dari irigasi yang digunakan atau gerakan air tanah yang
direklamasi dari dasar laut, dan laju evapotranspirasi yang tinggi dengan curah
hujan rendah sehingga mineral tidak tercuci sepenuhnya Pemanfaatan tanah salin
menjadi areal pertanian banyak mengalami hambatan. Tanah salin adalah tanah
yang mengandung garam mudah larut yang jumlahnya cukup besar bagi
pertumbuhan kebanyakan tanaman seperti klorida atau sulfat. Kemasaman (pH)
tanah salin sekitar 8,5 dan pertukaran kation kurang dari 15%. Masalah salinitas
timbul apabila konsentrasi garam NaCl, Na2CO3, Na2SO4 terdapat dalam tanah
dalam jumlah yang berlebih.
Cekaman salinitas menyebabkan penyerapan hara dan pengambilan air
terhalang sehingga menyebabkan pertumbuhan abnormal dan terjadi penurunan
hasil. Salinitas menyebabkan akar tanaman yang tumbuh pada medium salin
menjadi lebih kecil dan sedikit percabangannya. Salinitas tanah atau air dan
kekeringan semakin mendapat perhatian dalam pertanian, karena menyebabkan
kondisi tercekam pada tanaman. Salinitas pada umumnya bersumber pada air dan
tanah. Salinitas berhubungan dengan kadar garam di daerah pesisir dengan
masalah utama konsentrasi garam tinggi karena sering tergenangnya oleh air laut,
iklim kering dengan curah hujan rendah. Adanya garam-garam terutama kalsium,
120
magnesium, dan natrium karbonat menyebabkan ion hidroksi dijumpai dalam
jumlah banyak dalam larutan tanah. Salinitas menyebabkan tanaman mengalami
stress garam (Arsyad, 2008). Menurut Patty (2013), salinitas berpengaruh
terhadap penurunan persentase perkecambahan, berat segar dan kering tunas dan
akar, serta menghambat penyerapan berbagai nutrisi pada benih gandum (Triticum
aestivim). Kondisi lingkungan salin menyebabkan penurunan persentasi
perkecambahan, rata-rata panjang akar, dan bobot segar kecambah pada benih bit.
Menurut Sujana (1991) luas tanah salin yang ada di Indonesia diperkirakan
mencapai 39,4 juta hektar, tanah salin merupakan tanah dengan konsentrasi
mineral garam yang tinggi.
Sistem angin muson yang terjadi di wilayah Indonesia dapat berpengaruh
terhadap sebaran salinitas perairan, baik secara vertikal maupun secara horisontal.
Secara horisontal berhubungan dengan arus yang membawa massa air, sedangkan
sebaran secara vertikal umumnya disebabkan oleh tiupan angin yang
mengakibatkan terjadinya gerakan air secara vertikal. Menurut Wyrtki (1961),
sistem angin muson menyebabkan terjadinya musim hujan dan panas yang
akhirnya berdampak terhadap variasi tahunan salinitas perairan. Perubahan musim
tersebut selanjutnya mengakibatkan terjadinya perubahan sirkulasi massa air yang
bersalinitas tinggi dengan massa air bersalinitas rendah. Interaksi antara sistem
angin muson dengan faktor-faktor yang lain, seperti run-off dari sungai, hujan,
evaporasi, dan sirkulasi massa air dapat mengakibatkan distribusi salinitas
menjadi sangat bervariasi. Pengaruh sistem angin muson terhadap sebaran
salinitas pada beberapa bagian dari perairan Indonesia telah dikemukakan oleh
121
Wyrtki (1961). Pada Musim Timur terjadi penaikan massa air lapisan dalam
(upwelling) yang bersalinitas tinggi ke permukaan di Laut Banda bagian timur
dan menpengaruhi sebaran salinitas perairan. Selain itu juga di pengaruhi oleh
arus yang membawa massa air yang bersalinitas tinggi dari Lautan Pasifik yang
masuk melalui Laut Halmahera dan Selat Torres. Di Laut Flores, salinitas perairan
rendah pada Musim Barat sebagai akibat dari pengaruh masuknya massa air Laut
Jawa, sedangkan pada Musim Timur, tingginya salinitas dari Laut Banda yang
masuk ke Laut Flores mengakibatkan meningkatnya salinitas Laut Flores. Laut
Jawa memiliki massa air dengan salinitas rendah yang diakibatkan oleh adanya
run-off dari sungai-sungai besar di P. Sumatra, P. Kalimantan, dan P. Jawa.
Pembuatan larutan salinitas ada banyak cara, tetapi cara yang paling mudah
adalah menambah unsur garam pada air, yang kemudian dihomogenkan menjadi
satu. Contohnya pada praktikum, misalnya kita mau membuat larutan 5000 ppm.
ppm adalah part per milion , jadi ada 5000 part (mili gram) garam dalam 1 me
(mili equivalen) air, kemudian di konfersikan, 5000 mili gram = 5 gram, 1 me air
= 1 liter air, karena berat jenis air = 1. Jadi, untuk membuat larutan salin sebanyak
5000 ppm adalah dengan menyampurkan garam sebanyak 5 gram kedalam 1 liter
air. Pada pembuatan larutan NaCl, disiapkan NaCl teknis sebanyak 2,5 gram
untuk perlakuan 2500 ppm dan 5 gram untuk perlakuan 5000 ppm. Kemudian 2,5
gram garam dilarutan dengan aquades kemudian diaduk (untuk perlakuan 2500
ppm). Dilakukan langkah yang sama untuk pembuatan larutan garam 5000 ppm.
Sedangkan pada larutan 0 ppm artinya tidak ada kandungan garam yang terjadi
hanya ada larutan aquades saja (normal). (Bybordi, 2009).
122
Proses fisiologi tanaman, Na+ diduga dapat mempengaruhi pengikatan air
oleh tanaman sehingga menyebabkan tanaman tahan terhadap kekeringan.
Sedangkan Cl- diperlukan pada reaksi fotosintetik yang berkaitan dengan
produksi oksigen. Sementara penyerapan Na+ oleh partikel-partikel tanah akan
mengakibatkan pembengkakan dan penutupan pori-pori tanah yang memperburuk
pertukaran gas, serta dispersi material koloid tanah. Kadar garam yang tinggi pada
tanah menyebabkan tergganggunya pertumbuhan, produktivitas tanaman dan
fungsi-fungsi fisiologis tanaman secara normal, terutama pada jenis-jenis tanaman
pertanian. Salinitas tanah menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek
yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein, serta
penambahan biomassa tanaman. Tanaman yang mengalami stres garam umumnya
tidak menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi dalam bentuk
pertumbuhan tanaman yang tertekan dan perubahan secara perlahan (Sipayung,
2003).
Untuk membuat larutan salin sebanyak 1 liter dengan konsentrasi misalnya
2500 ppm, yaitu:
2500
1.000 .000
= 2,5 × 10−3
gr/ml
2,5 × 10−3
gr/ml x 1000 ml = 2,5 gr
Jadi, untuk membuat konsentrasi 2500 ppm dalam 1 liter air dibutuhkan garam
seberat 2,5 gr. Sama seperti pembuatan larutan salin 2500 ppm, konsentrasi 5000
ppm juga dapat dihitung dengan perhitungan yang sama :
5000
1.000 .000
= 5 × 10−3
gr/ml
5 × 10−3
gr/ml x 1000 ml = 5 gr
123
Jadi, untuk membuat konsentrasi 5000 ppm dalam 1 liter air dibutuhkan garam
seberat 5 gr (Pudjihartati, 2007).
Tanaman akan melakukan respon yang berbeda dalam menghadapi
cekaman-cekaman yang terjadi di daerah pertumbuhannya. Tidak semua tanaman
memiliki ketahanan yang cukup untuk bertahan hidup lebih lama di daerah
cekaman tersebut. Ada kalanya tanaman yang hidup di daerah salinitasnya tinggi
dapat bertahan sampai lama dan ada pula yang akan mati bila terlalu lama.
Terdapat 2 cara ketahanan tanaman dalam menghadapi cekaman, yaitu: dengan
mekanisme morfologi, pada mekanismme ini tanaman akan merubah bentuk
tubuhnya untuk beradaptasi pada lingkungan tersebut seperti daun akan mengecil,
batang memendek, jumlah stomatapun akan lebih sedikit dan lain - lain. Cara
yang kedua adalah dengan mekanisme fisiologi yang mana tanaman akan
menyesuaikan proses – proses fisiologi yang dilakukan dengan keadaan
lingkungannya, seperti dalam melakukan respirasi, transport membrane dan lain –
lain.
Bentuk adaptasi morfologi dan anatomi yang dapat diturunkan dan bersifat
unik dapat ditemukan pada jenis halofita yang mengalami evolusi melalui seleksi
alam pada kawasan huta pantai dan rawa-rawa asin. Perubahan struktur meliputi
ukuran daun yang lebih kecil, stomata yang lebih kecil per satuan luas daun,
peningkatan sukulensi, penebalan kutikula dan lapisan lilin pada permukaan daun,
serta lignifikasi akar yang lebih awal (Sipayung, 2003). Bentuk adaptasi dengan
mekanisme fisiologi terdapat Tanaman yang toleran terhadap salinitas dapat
melakukan penyesuaian dengan menurunkan potensial osmose tanpa kehilangan
124
turgor. Untuk memperoleh air dari tanah sekitarnya potensial air dalam cairan
xilem harus sangat diturunkan oleh tegangan. akumulasi sukrosa yang
berkontribusi pada penyesuaian osmotik dan merupakan respon terhadap salinitas
(Salisbury and Ross,1995).
Menurut Maas dan Nieman (1978), salinitas dapat menghambat
pertumbuhan tanaman dengan dua cara yaitu: 1.) merusak sel-sel yang sedang
tumbuh sehingga pertumbuhan tanaman terganggu, 2.) membatasi jumlah suplai
dari hasil-hasil metabolisme esensial bagi pertumbuhan sel melalui pembentukan
tyloses. Garam yang ada dalam biji akan menghambat perkecambahan biji, karena
dalam pekecambahan hal yang paling utama dan yang pertama adalah air yang
masuk ke dalam biji. Dengan adanya air ini proses perkecambahan selanjutnya
akan berlangsung. Semakin besarnya konsentrasi garam pada media
perkecambahan, berarti makin besar air yang hilang dari dalam biji, sehingga
vigor semakin menurun. Konsentrasi air yang rendah di luar biji (konsentrasi
larutan di luar biji dinaikkan), yaitu dengan menambahkan sejumlah NaCl ke
dalam larutan, maka air akan berkurang atau sama sekali tidak akan masuk ke
dalam biji. Jadi bretambah kecil konsentrasi air (bertambah tinggi konsentrasi
larutan) di luar biji, bertambah sedikit pula air yang masuk ke dalam biji yang
direndamkan ke dalam larutan tadi (Kamil, 1986).
Kecilnya air yang diserap dan daya kecambah suatu benih, dapat
diakibatkan tidak adanya penyerapan pada benih bahkan kemungkinan air dalam
benih keluar. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan penyerapan
air oleh biji yaitu berdasarkan peningkatan tekanan hidrostatik. Kecepatan
125
penyerapan air adalah berbanding terbalik dengan jumlah air yang diserap terlebih
dahilu oleh benih. Jadi, kecepatan penyerapan pada permulaan tinggi dan
kemudian melambat sejalan dengan naiknya tekanan hidrostatik sampai tercapai
keseimbangan (Sutopo, 1994).
Tanaman yang tercekam cenderung membentuk gula dalam batang sebagai
bentuk adaptasi terhadap lingkungan. Hal ini tentu saja menguntungkan karena
sorgum sebagai bahan baku bioetanol yang memanfaatkan nira dalam batang akan
memiliki kandungan gula lebih tinggi pada lingkungan marginal. Kandungan gula
dalam batang juga meningkat seiring dengan pertumbuhan tanaman hingga panen.
Saat tanaman memasuki masa generatif maka tanaman akan lebih banyak
menyalurkan hasil fotosintesis dalam bentuk asimilat pada biji dan gula dalam
batang (Windarti, 2004).
Berdasarkan hasil praktikum dengan mengecambahkan benih padi diatas
kertas merang yang diletakkan pada 3 buah petridish. Dalam 1 petridish
diletakkan masing-masing kertas merang yang dibasahi oleh air steril 0 ppm,
larutan NaCl 2500 ppm, dan larutan NaCl 5000 ppm. Benih padi yang
dikecambahkan diamati selama 11 hari pertumbuhannya kemudian dihitung benih
yang berkecambah. Setelah 11 hari, data yang telah diperoleh lalu dihitung
prosentase perkecambahannya. Dari hasil pengamatan diperoleh persen
perkecambahan 0 ppm sebesar 65%, perlakuan 2500 ppm 80% dan perlakuan
5000 ppm 40%. Hasil persentase dari ketiga perlakuan teserbut menunjukkan
bahwa benih padi yang ditanam dalam kertas merang dan disiram dengan larutan
garam mengalami pertumbuhan yang tercekam dan lambat. Menurut Sadjad
126
(1999), bila keadaan lingkungan tumbuh yang terlalu salin dan NaCl yang diserap
terlalu banyak oleh biji maka dapat menghambat proses aktivitas metabolisme.
Hal tersebut sejalan dengan literatur menurut Mugnisjah (1990), yang mengatakan
bahwa kondisi lingkungan yang sub optimum yang diberikan kepada benih
merupakan cara stimulasi lingkungan yang dapat menyebabkan kemunduran pada
benih yang berkecambah. Penurunan daya kecambah pada konsentrasi garam
yang lebih tinggi maka akan mengakibatkan air yang keluar dari biji semakin
banyak dan garam yang masuk kedalam biji semakin banyak.Hal tersebut
menunjukan pengaruh NaCl terhadap perkecambahan padi adalah negatif dimana
NaCl di sekitar benih padi menurut Salisbury (1974), bila tanah terlalu Salin dan
NaCl yang diserap terlalu banyak maka akan menghambat proses metabolisme
dalam benih.
127
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perlakuan kertas merang sebaagai media tanam padi dan pemberian garam
NaCl menghambat perkecambahan.
2. Semakin besar konsentrasi garam pada media perkecambahan maka air yang
hilang dari dalam biji semakin besar akibat menurunnya tekanan osmotik,
sehingga vigor semakin menurun.
3. Hasil pengamatan dan perhitungan yaitu perkecambahan dengan perlakuan 0
ppm benih berkecambah sebanyak 65%, 2500 ppm 80%, dan 5000 ppm
sebesar 40%
B. Saran
Sebaiknya praktikan mengikuti dan memperhatikan tiap proses yang terjadi
sehingga dapat memahami setiap perlakuan. Praktikan harus melakuan
pemeliharaan dan penyiraman sehingga variabel dapat diamati dengan jelas.
128
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad. 2008. Penyelamatan Tanah, Air, dan Lingkungan. Crestpent press dan
Yayasan Obor Indonesia. Bogor.
Bybordi, A., and Tabatabaei, J. 2009. Effect of salinity stress on germination and
seedling properties in Canola cultivars (Brassica napus L.). Journal Hort.
Agrobot. Cluj. Vol. 37 No. 1 : 71-76.
Justice. 1990. Prinsip Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali Press. Jakarta
Kamil. 1986. Teknologi Benih. Angkasa Raya. Padang
Kriswantoro, H. et.al. 2012. Uji adaptasi varietas kedelai di lahan kering
Kabupaten Musi Rawas Sumatera Selatan. Prosiding Simposium dan
Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung
Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan. Hal. 281-285
Kuswanto. 1997. Analisis Benih. Grasindo. Jakarta
Lakitan, B. dan Gofar, N. 2013. Kebijakan inovasi teknologi untuk pengelolaan
lahan sub optimal berkelanjuta. Prosiding Seminar Nasional Lahan
Suboptimal. Hal. –
Mugnisjah, W. Q. et.al. 1990. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu
dan Teknologi Benih. Rajawali Press. Jakarta
Patty, I. S. 2013. Distribusi Suhu, Salinitas dan Oksigen Terlarut di perairan
Kema, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax. Vol. 1 No. 3 : 148-154
Pudji. 2007. Budidaya Sengon. Rineka Cipta. Jakarta
Rachmawati, D. 2000. Tanggapan Tanaman Sorgum terhadap Cekaman NaCl :
Pertumbuhan dan Osmoregulasi. Jurnal Biologi. Vol. 2 : 515-529
Sadjad, S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Grasindo. Jakarta
Salisbury. 1995. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia. Jakarta
Sutopo. 2002. Teknologi Benih. Rajawali Pers. Jakarta
Syafruddin and Efendi. 2012. Effect of Provisioning Bacterial Isolates and NP
Fertilisation on Total Microorganism and Degradation Level of
129
Contaminated Inceptisol Soil. Internasional Journal of Agricultural
Research. Vol. 7 No. 9 : 449-456
Windarti, S. et.al. 2004. Pertumbuhan dan akumulasi prolin stump Jati super
(Tectona grandis L.f.) pada cekaman NaCl selama masa pembibitan.
Jurnal Enviro. Vol 4 : 61-68
130
LAMPIRAN

More Related Content

What's hot

Dormansi biji gulma
Dormansi biji gulmaDormansi biji gulma
Dormansi biji gulma
Desti Diana Putri
 
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Arif nor fauzi
 
dormansi biji
dormansi bijidormansi biji
dormansi biji
adamnaufan
 
Acara 5 fix tekben
Acara 5 fix tekbenAcara 5 fix tekben
Acara 5 fix tekben
Alfian Nopara Saifudin
 
Laporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hptLaporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hptfahmiganteng
 
Laporan praktikum dormansi
Laporan praktikum dormansiLaporan praktikum dormansi
Laporan praktikum dormansi
Tidar University
 
Makalah teknologi benih lanjutan
Makalah teknologi benih lanjutanMakalah teknologi benih lanjutan
Makalah teknologi benih lanjutan
agronomy
 
contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihRiva Anggraeni
 
Acara 8 fix tekben
Acara 8 fix tekbenAcara 8 fix tekben
Acara 8 fix tekben
Alfian Nopara Saifudin
 
Laporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi benihLaporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi benih
arzaka
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Mohammad Muttaqien
 
Dormansi
DormansiDormansi
DormansiBP4K
 
LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)
LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)
LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)
Dewi Purwati
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihUnhy Doel
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...
UNESA
 
Presentasi no 6 8_penyimpanan benih rekalsitran
Presentasi no 6 8_penyimpanan benih rekalsitranPresentasi no 6 8_penyimpanan benih rekalsitran
Presentasi no 6 8_penyimpanan benih rekalsitran
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Tugas kultur in vitro tumbuhan
Tugas kultur in vitro tumbuhanTugas kultur in vitro tumbuhan
Tugas kultur in vitro tumbuhan
tochi run
 

What's hot (20)

Dormansi biji gulma
Dormansi biji gulmaDormansi biji gulma
Dormansi biji gulma
 
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
 
dormansi biji
dormansi bijidormansi biji
dormansi biji
 
Acara 5 fix tekben
Acara 5 fix tekbenAcara 5 fix tekben
Acara 5 fix tekben
 
Laporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hptLaporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hpt
 
Laporan praktikum dormansi
Laporan praktikum dormansiLaporan praktikum dormansi
Laporan praktikum dormansi
 
Makalah teknologi benih lanjutan
Makalah teknologi benih lanjutanMakalah teknologi benih lanjutan
Makalah teknologi benih lanjutan
 
contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benih
 
Makalah_57 Makalah laporan praktikum
Makalah_57 Makalah laporan praktikumMakalah_57 Makalah laporan praktikum
Makalah_57 Makalah laporan praktikum
 
Dormansi
DormansiDormansi
Dormansi
 
Acara 8 fix tekben
Acara 8 fix tekbenAcara 8 fix tekben
Acara 8 fix tekben
 
Laporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi benihLaporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi benih
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)
 
Dormansi
DormansiDormansi
Dormansi
 
LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)
LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)
LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benih
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...
 
Presentasi no 6 8_penyimpanan benih rekalsitran
Presentasi no 6 8_penyimpanan benih rekalsitranPresentasi no 6 8_penyimpanan benih rekalsitran
Presentasi no 6 8_penyimpanan benih rekalsitran
 
Perkecambahan benih
Perkecambahan benihPerkecambahan benih
Perkecambahan benih
 
Tugas kultur in vitro tumbuhan
Tugas kultur in vitro tumbuhanTugas kultur in vitro tumbuhan
Tugas kultur in vitro tumbuhan
 

Similar to Acara 4 fix tekben

Teknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman panganTeknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman pangan
Yuwan Kilmi
 
Laporan besar irigasi dan drainase
Laporan besar irigasi dan drainaseLaporan besar irigasi dan drainase
Laporan besar irigasi dan drainasefahmiganteng
 
Presentation pertambangan
Presentation  pertambanganPresentation  pertambangan
Presentation pertambanganShoetiaone
 
Pemupukan
PemupukanPemupukan
Pemupukan
Didin Orgcjr
 
Juknis Budidaya Padi Gogo Aromatik
Juknis Budidaya Padi Gogo AromatikJuknis Budidaya Padi Gogo Aromatik
Juknis Budidaya Padi Gogo Aromatik
Pekerja Sosial Masyarakat
 
Laporan praktikum irigasi dan drainasi
Laporan praktikum irigasi dan drainasiLaporan praktikum irigasi dan drainasi
Laporan praktikum irigasi dan drainasifahmiganteng
 
PENGARUH MIKORIZA_Abyyu Candra Kusuma_201910901035.pptx
PENGARUH MIKORIZA_Abyyu Candra Kusuma_201910901035.pptxPENGARUH MIKORIZA_Abyyu Candra Kusuma_201910901035.pptx
PENGARUH MIKORIZA_Abyyu Candra Kusuma_201910901035.pptx
AbyyuKusuma
 
budidaya
budidayabudidaya
Fisiologi Tumbuhan- daya ikat partikel tanah
Fisiologi Tumbuhan- daya ikat partikel tanahFisiologi Tumbuhan- daya ikat partikel tanah
Fisiologi Tumbuhan- daya ikat partikel tanahAisAisyah
 
Dbt 4-media-tanam
Dbt 4-media-tanamDbt 4-media-tanam
Dbt 4-media-tanam
enierma
 
Acara i pengolahan tanah
Acara i pengolahan tanahAcara i pengolahan tanah
Acara i pengolahan tanah
perdos5 cuy
 
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pertanian (abiotik)
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pertanian (abiotik)faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pertanian (abiotik)
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pertanian (abiotik)
Trisna Monalia
 
Lahan kering revisi
Lahan kering revisiLahan kering revisi
Lahan kering revisi
SariRamadhanii
 
TUGAS REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN.pptx
TUGAS REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN.pptxTUGAS REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN.pptx
TUGAS REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN.pptx
AbyyuKusuma
 
Contoh tugas mhs ugm2
Contoh tugas mhs  ugm2Contoh tugas mhs  ugm2
Contoh tugas mhs ugm2cobybryn
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
sobarputra
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
Relly Ermando
 

Similar to Acara 4 fix tekben (20)

Teknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman panganTeknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman pangan
 
Laporan besar irigasi dan drainase
Laporan besar irigasi dan drainaseLaporan besar irigasi dan drainase
Laporan besar irigasi dan drainase
 
Presentation pertambangan
Presentation  pertambanganPresentation  pertambangan
Presentation pertambangan
 
Pemupukan
PemupukanPemupukan
Pemupukan
 
Juknis Budidaya Padi Gogo Aromatik
Juknis Budidaya Padi Gogo AromatikJuknis Budidaya Padi Gogo Aromatik
Juknis Budidaya Padi Gogo Aromatik
 
Laporan praktikum irigasi dan drainasi
Laporan praktikum irigasi dan drainasiLaporan praktikum irigasi dan drainasi
Laporan praktikum irigasi dan drainasi
 
PENGARUH MIKORIZA_Abyyu Candra Kusuma_201910901035.pptx
PENGARUH MIKORIZA_Abyyu Candra Kusuma_201910901035.pptxPENGARUH MIKORIZA_Abyyu Candra Kusuma_201910901035.pptx
PENGARUH MIKORIZA_Abyyu Candra Kusuma_201910901035.pptx
 
budidaya
budidayabudidaya
budidaya
 
Fisiologi Tumbuhan- daya ikat partikel tanah
Fisiologi Tumbuhan- daya ikat partikel tanahFisiologi Tumbuhan- daya ikat partikel tanah
Fisiologi Tumbuhan- daya ikat partikel tanah
 
media-tanam.ppt
media-tanam.pptmedia-tanam.ppt
media-tanam.ppt
 
Dbt 4-media-tanam
Dbt 4-media-tanamDbt 4-media-tanam
Dbt 4-media-tanam
 
Acara i pengolahan tanah
Acara i pengolahan tanahAcara i pengolahan tanah
Acara i pengolahan tanah
 
Pedosfer
PedosferPedosfer
Pedosfer
 
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pertanian (abiotik)
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pertanian (abiotik)faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pertanian (abiotik)
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pertanian (abiotik)
 
Acara vii
Acara viiAcara vii
Acara vii
 
Lahan kering revisi
Lahan kering revisiLahan kering revisi
Lahan kering revisi
 
TUGAS REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN.pptx
TUGAS REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN.pptxTUGAS REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN.pptx
TUGAS REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN.pptx
 
Contoh tugas mhs ugm2
Contoh tugas mhs  ugm2Contoh tugas mhs  ugm2
Contoh tugas mhs ugm2
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
 

More from Alfian Nopara Saifudin

Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOEDDaftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
Alfian Nopara Saifudin
 
Cover UNSOED
Cover UNSOEDCover UNSOED
Acara 10 PETLAP RAMBUTAN
Acara 10 PETLAP RAMBUTANAcara 10 PETLAP RAMBUTAN
Acara 10 PETLAP RAMBUTAN
Alfian Nopara Saifudin
 
Acara 9 PHPT KAKAO
Acara 9 PHPT KAKAOAcara 9 PHPT KAKAO
Acara 9 PHPT KAKAO
Alfian Nopara Saifudin
 
Acara 8 LALAT BUAH
Acara 8 LALAT BUAHAcara 8 LALAT BUAH
Acara 8 LALAT BUAH
Alfian Nopara Saifudin
 
Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN
Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGENAcara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN
Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN
Alfian Nopara Saifudin
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Alfian Nopara Saifudin
 
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEMAcara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Alfian Nopara Saifudin
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
Alfian Nopara Saifudin
 
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indralaporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
Alfian Nopara Saifudin
 
Tugas terstruktur sosper
Tugas terstruktur sosperTugas terstruktur sosper
Tugas terstruktur sosper
Alfian Nopara Saifudin
 
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Alfian Nopara Saifudin
 
Kinematika dua dimensi
Kinematika dua dimensiKinematika dua dimensi
Kinematika dua dimensi
Alfian Nopara Saifudin
 
Kinematika partikel
Kinematika partikelKinematika partikel
Kinematika partikel
Alfian Nopara Saifudin
 
Final acara 3 spektrofotometri
Final acara 3 spektrofotometriFinal acara 3 spektrofotometri
Final acara 3 spektrofotometri
Alfian Nopara Saifudin
 
Final acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anionFinal acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anion
Alfian Nopara Saifudin
 
Final acara 1 pengenalan alat dan bahan
Final acara 1 pengenalan alat dan bahanFinal acara 1 pengenalan alat dan bahan
Final acara 1 pengenalan alat dan bahan
Alfian Nopara Saifudin
 

More from Alfian Nopara Saifudin (18)

Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
 
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOEDDaftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
 
Cover UNSOED
Cover UNSOEDCover UNSOED
Cover UNSOED
 
Acara 10 PETLAP RAMBUTAN
Acara 10 PETLAP RAMBUTANAcara 10 PETLAP RAMBUTAN
Acara 10 PETLAP RAMBUTAN
 
Acara 9 PHPT KAKAO
Acara 9 PHPT KAKAOAcara 9 PHPT KAKAO
Acara 9 PHPT KAKAO
 
Acara 8 LALAT BUAH
Acara 8 LALAT BUAHAcara 8 LALAT BUAH
Acara 8 LALAT BUAH
 
Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN
Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGENAcara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN
Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
 
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEMAcara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
 
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indralaporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
 
Tugas terstruktur sosper
Tugas terstruktur sosperTugas terstruktur sosper
Tugas terstruktur sosper
 
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
 
Kinematika dua dimensi
Kinematika dua dimensiKinematika dua dimensi
Kinematika dua dimensi
 
Kinematika partikel
Kinematika partikelKinematika partikel
Kinematika partikel
 
Final acara 3 spektrofotometri
Final acara 3 spektrofotometriFinal acara 3 spektrofotometri
Final acara 3 spektrofotometri
 
Final acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anionFinal acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anion
 
Final acara 1 pengenalan alat dan bahan
Final acara 1 pengenalan alat dan bahanFinal acara 1 pengenalan alat dan bahan
Final acara 1 pengenalan alat dan bahan
 

Recently uploaded

Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdfTahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
NathanielIbram
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
emiliawati098
 
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdfFinal_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
FazaKhilwan1
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
emiliawati098
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
almiraulimaz2521988
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
ProfesorCilikGhadi
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
LEESOKLENGMoe
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
nadyahermawan
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
athayaahzamaulana1
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
ArumNovita
 

Recently uploaded (10)

Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdfTahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
 
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdfFinal_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
 

Acara 4 fix tekben

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH ACARA IV PERKECAMBAHAN PADA LINGKUNGAN SUB-OPTIMAL Oleh: Alfian Nopara Saifudin NIM A1D015033 Rombongan 2 PJ asisten: Farichatul Mufaroh KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2017
  • 2. 110 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan lingkungan di lapangan sangat penting untuk menentukan kekuatan tumbuh suatu benih, pada keadaan lingkungan di lapangan sangat nyata dan perbedaan-perbedan kekuatan tumbuh benih dapat terlihat nyata dalam keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Kecepataan tumbuh benih dapat dijadikan petunjuk dari perbedaan kekuatan tumbuh. Salah satu contoh kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan adalah adanya tanah salin. Tanah salin merupakan tanah yang mempunyai kandungan garam NaCl yang cukup tinggi. Kandungan garam yang tinggi dapat berpengaruh pada penyerapan air yang dilakukan oleh biji. Bila tanah terlalu Salin dan NaCl yang diserap terlalu banyak maka akan menghambat proses metabolisme dalam benih. Benih dapat berkecambah pada lingkungan yang optimum. Lingkungan yang optimum saat ini sudah jarang ditemukan di lapang. Sedangkan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat mengharuskan pembuatan tanaman untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat tersebut. Peningkatan jumlah penduduk mengharuskan lahan yang seharusnya untuk pertanian dialihfungsikan menjadi areal perumahan yang mengakibatkan lahan pertanian berada pada keadaan yang tidak begitu cocok untuk perkecambahan benih tanaman. Kandungan garam yang cukup tinggi pada suatu media akan menghambat perkecambahan benih. Hal tersebut berkaitan dengan penyerapan air yang sangat dibutuhkan dalam perkecambahan. Tanpa adanya air maka perkecambahan tidak
  • 3. 111 dapat berjalan secara optimal, karena air merupakan pelarut dan pereaksi untuk proses perkecambahan. B. Tujuan Mempelajari pengaruh garam pada medium terhadap perkecambahan dan serapan air oleh benih.
  • 4. 112 II. TINJAUAN PUSTAKA Terdapat bermacam-macam metode uji perkecambahan benih, setiap metode memiliki kekhususan tersendiri sehubungan dengan jenis benih diuji, jenis alat perkecambahan yang digunakan, dan jenis parameter viabilitas benih dinilai. Berdasarkan substratnya, metode uji perkecambahan benih dapat digolongkan kedalam menggunakan kertas, pasir dan tanah. Kondisi lingkungan perkecambahan pada semua metode ini adalah optimum (Sutopo, 1998). Lingkungan benih yang suboptimum, yang berada di sekitar benih akan mempengaruhi proses-proses dalam benih. Karena benih tersebut walaupun belum ditanam tetap melakukan proses-proses metabolisme sehingga oksigen yang tersedia, suhu dan kelembaban relatif mempengaruhinya. Rusd (2011) menambahkan bahwa lingkungan yang suboptimum yang diberikan kepada benih merupakan cara stimulasi lingkungan yang dapat menyebabkan kemunduran benih. Salah satu kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan atau suboptimum adalah adanya tanah salin. Tanah salin merupakan tanah yang mempunyai kandungan garam NaCl yang cukup tinggi. Tanah dengan kandungan garam yang tinggi dibedakan dalam tanah salin, tanah sodik dan tanah salin-sodik. Kandungan garam yang tinggi dapat berpengaruh pada penyerapan air yang dilakukan oleh benih. Bila tanah terlalu salin dan NaCl yang diserap terlalu banyak maka akan menghambat proses metabolisme dalam benih. Konsentrasi NaCl yang terlalu pekat maka akan menyebabkan cairan dalam benih akan keluar
  • 5. 113 sehingga dapat merusak benih sehingga benih tidak dapat berkecambah dengan baik (Sadjad, 1999). Garam-garam atau Na+ yang dapat dipertukarkan akan mempengaruhi sifat- sifat tanah jika terdapat dalam keadaan yang berlebihan dalam tanah. Kekurangan khususnya dalam unsur Na+ dan Cl- dapat menekan pertumbuhan dan mengurangi produksi. Peningkatan konsentrasi garam terlarut di dalam tanah akan meningkatkan tekanan osmotik sehingga menghambat penyerapan air dan unsur- unsur hara yang berlangsung melalui proses osmosis. Jumlah air yang masuk ke dalam akar akan berkurang sehingga mengakibatkan menipisnya jumlah persediaan air dalam tanaman (Follet et al., 1981 dalam Sadjad, 1999). Dalam proses fisiologi tanaman, Na+ diduga dapat mempengaruhi pengikatan air oleh tanaman sehingga menyebabkan tanaman tahan terhadap kekeringan. Sedangkan Cl- diperlukan pada reaksi fotosintetik yang berkaitan dengan produksi oksigen. Sementara penyerapan Na+ oleh partikel-partikel tanah akan mengakibatkan pembengkakan dan penutupan pori-pori tanah yang memperburuk pertukaran gas, serta dispersi material koloid tanah.
  • 6. 114 III. METODE PRAKTIKUM A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah benih padi (20 benih per petridish), Garam NaCl, Aquades, Petridish, Kertas Merang. Alat yang digunakan pinset, Gunting, sprayer, gelas beaker, pengaduk. B. Prosedur Kerja 1. Disiapkan larutan garam dengan konsentrasi 0 ppm, 2500 ppm dan 5.000 ppm. 2. Disiapkan petridish dengan diberi alas kertas merang rangkap 5. 3. Dikecambahkan sesuai dengan perlakuan yang ditentukan 4. Pengamatan:  Dilakukan penyemprotan secara merata pada benih padi sesuai dengan perlakuan yang ditentukan (jangan sampai tergenang)  Untuk perkecambahan diamati 2 hari sekali selama 8 hari  Dihitung persentase perkecambahan dan dibandingkan dengan setiap perlakuan. % Perkecambahan = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 𝑥100%
  • 7. 115 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tabel 4.1. Perlakuan Perkecambahan Pada Lingkungan Suboptimal (Salin) Perlakuan Hari ke- 2 4 6 8 10 0 ppm 0 8 3 0 2 2500 ppm 0 1 12 2 1 5000 ppm 0 0 4 4 0 Perhitungan = Total benih yang berkecambah total benih yang dikecambahkan x 100% 0 ppm = 13 20 x 100% = 65% 2500 ppm = 16 20 x 100% = 80% 5000 ppm = 8 20 x 100% = 40% Kesimpulan : Persentase perkecambahan pada perlakuan 0 ppm, 2500 ppm, dan 5000 ppm masing-masing diperoleh 65% , 80% , dan 40%.
  • 8. 116 B. Pembahasan Lingkungan suboptimal adalah suatu lingkungan/lahan tanaman tumbuh pada kondisi lingkungan cuaca yang bervariasi dan berbagai lahan. Lingkungan merupakan salah satu syarat penting bagi perkecambahan seperti air, temperatur yang tidak membatasi, dan udara yang cocok diperlukan bagi perkecambahan biji yang tidak mengalami masa dormansi, atau sesudah biji matang. Umumnya, kondisi yang baik bagi pertumbuhan semai, juga baik untuk perkecambahan. Biji pada spesies yang berbeda, mempunyai perbedaan genetis dan lingkungan yang dapat menentukan dormansi. Perkecambahan tidak tidak dapat berlangsung hingga hilangnya masa dormansi melalui pengaruh lingkungan tertentu dalam waktu cukup lama (Kuswanto, 1997). Lahan suboptimal merupakan lahan dengan tanah yang memiliki sifat – sifat fisika, kimia, dan biologi yang tidak optimal atau kesuburan yang rendah untuk pertumbuhan tanaman. Lahan suboptimal meliputi lahan kering, lahan kering masam, lahan dibawah tegakan, lahan rawa, lahan pasang surut, dan lahan salin (Kriswantoro, 2012). Kondisi sub optimal adalah kondisi yang meliputi keadaan salin, cekaman kekeringan. Salah satu faktor penghambat yang mempengaruhi perkecambahan adalah kondisi lingkungan yang sub optimal, dimana terdapat larutan yang memiliki tingkat osmotik yang tinggi seperti larutan manitol dan larutan NaCl. Apabila kadar air benih belum mencapai titik kritisnya maka benih tidak akan berkecambah, sebab air yang berperan untuk merangsang bekerjanya enzim-enzim
  • 9. 117 yang berfungsi dalam metabolisme yang nantinya akan menghasilkan energi bagi perkecambahan akan terhambat (Sutopo, 1994). Lakitan (2013) menyatakan bahwa lahan suboptimal di Indonesia yang luas hamparannya adalah yaitu : 1. Lahan kering masam, dengan kendala utama miskin hara, masam, dan kurang air. 2. Lahan kering pada wilayah iklim kering, dengan kesulitan utamanya adalah menyediakan air yang cukup untuk budidaya tanaman, selain itu sering juga tanahnya berbatu dengan lapisan topsoil yang tipis. 3. Lahan rawa pasang surut, dengan masalah utama kesulitan dalam mengatur tata airnya, keberadaan lapisan pirit, lapisan gambut tebal, dan intrusi air laut. 4. Lahan rawa lebak, dengan kendala kesulitan dalam memprediksi dan mengatur tinggi genangan dan kemasaman tanah. Lahan marginal atau lahan sub optimum dapat diartikan sebagai lahan yang memiliki mutu rendah karena memiliki beberapa faktor pembatas jika digunakan untuk suatu keperluan tertentu. Sebenarnya faktor pembatas tersebut dapat diatasi dengan masukan, atau biaya yang harus dibelanjakan. Tanpa masukan yang berarti budidaya di lahan marginal tidak akan memberikan keuntungan (Notohadiprawiro, 2006). Terdapat beberapa lahan yang termasuk kedalam lahan sub optimal, diantaranya yaitu : 1. Lahan Pasang Surut Lahan pasang surut merupakan lahan marginal karena kesuburan tanahnya rendah dan kemasaman tanah dan air tinggi sehingga tidak
  • 10. 118 menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Lahan pasang surut adalah daratan rendah yang terendam air tawar yang berada di pantai dan dekat pantai sehingga terpengaruh pasang surut air laut(Widjaja, 1997). 2. Lahan Sulfat Masam Lahan sulfat masam merupakan salah satu jenis lahan yang terdapat di kawasan lingkungan rawa dan tergolong ke dalam lahan bermasalah karena tanahnya memiliki sifat dakhil (internal) yang tidak menguntungkan dengan tingkat kesuburan yang rendah. Ciri khas tanah sulfat masam adalah adanya bahan sulfidik yang banyak mengandung pirit (Rahim, 2003). 3. Lahan Gambut Lahan gambut adalah salah satu jenis lahan marjinal yang dipilih, terutama oleh perkebunan besar, karena relatif lebih jarang penduduknya sehingga kemungkinan konflik tata guna lahan relatif kecil.Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan organik (C-organik > 18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara. Oleh karenanya lahan gambut banyak dijumpai di daerah rawa belakang (back swamp) atau daerah cekungan yang drainasenya buruk (Hardjowigeno, 1986). 4. Lahan Pasir Pantai Lahan Pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung, debu dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah
  • 11. 119 mengalirkan air, sekitar 150 cm per jam. Sebaliknya, kemampuan tanah pasir menyimpan air sangat rendah,1,6-3% darI total air yang tersedia (Artoyo, 2005). Menurut Chapman (1975), Penyebab tanah salin adalah tanah tersebut mempunyai bahan induk yang mengandung deposit garam, intrusi air laut, akumulasi garam dari irigasi yang digunakan atau gerakan air tanah yang direklamasi dari dasar laut, dan laju evapotranspirasi yang tinggi dengan curah hujan rendah sehingga mineral tidak tercuci sepenuhnya Pemanfaatan tanah salin menjadi areal pertanian banyak mengalami hambatan. Tanah salin adalah tanah yang mengandung garam mudah larut yang jumlahnya cukup besar bagi pertumbuhan kebanyakan tanaman seperti klorida atau sulfat. Kemasaman (pH) tanah salin sekitar 8,5 dan pertukaran kation kurang dari 15%. Masalah salinitas timbul apabila konsentrasi garam NaCl, Na2CO3, Na2SO4 terdapat dalam tanah dalam jumlah yang berlebih. Cekaman salinitas menyebabkan penyerapan hara dan pengambilan air terhalang sehingga menyebabkan pertumbuhan abnormal dan terjadi penurunan hasil. Salinitas menyebabkan akar tanaman yang tumbuh pada medium salin menjadi lebih kecil dan sedikit percabangannya. Salinitas tanah atau air dan kekeringan semakin mendapat perhatian dalam pertanian, karena menyebabkan kondisi tercekam pada tanaman. Salinitas pada umumnya bersumber pada air dan tanah. Salinitas berhubungan dengan kadar garam di daerah pesisir dengan masalah utama konsentrasi garam tinggi karena sering tergenangnya oleh air laut, iklim kering dengan curah hujan rendah. Adanya garam-garam terutama kalsium,
  • 12. 120 magnesium, dan natrium karbonat menyebabkan ion hidroksi dijumpai dalam jumlah banyak dalam larutan tanah. Salinitas menyebabkan tanaman mengalami stress garam (Arsyad, 2008). Menurut Patty (2013), salinitas berpengaruh terhadap penurunan persentase perkecambahan, berat segar dan kering tunas dan akar, serta menghambat penyerapan berbagai nutrisi pada benih gandum (Triticum aestivim). Kondisi lingkungan salin menyebabkan penurunan persentasi perkecambahan, rata-rata panjang akar, dan bobot segar kecambah pada benih bit. Menurut Sujana (1991) luas tanah salin yang ada di Indonesia diperkirakan mencapai 39,4 juta hektar, tanah salin merupakan tanah dengan konsentrasi mineral garam yang tinggi. Sistem angin muson yang terjadi di wilayah Indonesia dapat berpengaruh terhadap sebaran salinitas perairan, baik secara vertikal maupun secara horisontal. Secara horisontal berhubungan dengan arus yang membawa massa air, sedangkan sebaran secara vertikal umumnya disebabkan oleh tiupan angin yang mengakibatkan terjadinya gerakan air secara vertikal. Menurut Wyrtki (1961), sistem angin muson menyebabkan terjadinya musim hujan dan panas yang akhirnya berdampak terhadap variasi tahunan salinitas perairan. Perubahan musim tersebut selanjutnya mengakibatkan terjadinya perubahan sirkulasi massa air yang bersalinitas tinggi dengan massa air bersalinitas rendah. Interaksi antara sistem angin muson dengan faktor-faktor yang lain, seperti run-off dari sungai, hujan, evaporasi, dan sirkulasi massa air dapat mengakibatkan distribusi salinitas menjadi sangat bervariasi. Pengaruh sistem angin muson terhadap sebaran salinitas pada beberapa bagian dari perairan Indonesia telah dikemukakan oleh
  • 13. 121 Wyrtki (1961). Pada Musim Timur terjadi penaikan massa air lapisan dalam (upwelling) yang bersalinitas tinggi ke permukaan di Laut Banda bagian timur dan menpengaruhi sebaran salinitas perairan. Selain itu juga di pengaruhi oleh arus yang membawa massa air yang bersalinitas tinggi dari Lautan Pasifik yang masuk melalui Laut Halmahera dan Selat Torres. Di Laut Flores, salinitas perairan rendah pada Musim Barat sebagai akibat dari pengaruh masuknya massa air Laut Jawa, sedangkan pada Musim Timur, tingginya salinitas dari Laut Banda yang masuk ke Laut Flores mengakibatkan meningkatnya salinitas Laut Flores. Laut Jawa memiliki massa air dengan salinitas rendah yang diakibatkan oleh adanya run-off dari sungai-sungai besar di P. Sumatra, P. Kalimantan, dan P. Jawa. Pembuatan larutan salinitas ada banyak cara, tetapi cara yang paling mudah adalah menambah unsur garam pada air, yang kemudian dihomogenkan menjadi satu. Contohnya pada praktikum, misalnya kita mau membuat larutan 5000 ppm. ppm adalah part per milion , jadi ada 5000 part (mili gram) garam dalam 1 me (mili equivalen) air, kemudian di konfersikan, 5000 mili gram = 5 gram, 1 me air = 1 liter air, karena berat jenis air = 1. Jadi, untuk membuat larutan salin sebanyak 5000 ppm adalah dengan menyampurkan garam sebanyak 5 gram kedalam 1 liter air. Pada pembuatan larutan NaCl, disiapkan NaCl teknis sebanyak 2,5 gram untuk perlakuan 2500 ppm dan 5 gram untuk perlakuan 5000 ppm. Kemudian 2,5 gram garam dilarutan dengan aquades kemudian diaduk (untuk perlakuan 2500 ppm). Dilakukan langkah yang sama untuk pembuatan larutan garam 5000 ppm. Sedangkan pada larutan 0 ppm artinya tidak ada kandungan garam yang terjadi hanya ada larutan aquades saja (normal). (Bybordi, 2009).
  • 14. 122 Proses fisiologi tanaman, Na+ diduga dapat mempengaruhi pengikatan air oleh tanaman sehingga menyebabkan tanaman tahan terhadap kekeringan. Sedangkan Cl- diperlukan pada reaksi fotosintetik yang berkaitan dengan produksi oksigen. Sementara penyerapan Na+ oleh partikel-partikel tanah akan mengakibatkan pembengkakan dan penutupan pori-pori tanah yang memperburuk pertukaran gas, serta dispersi material koloid tanah. Kadar garam yang tinggi pada tanah menyebabkan tergganggunya pertumbuhan, produktivitas tanaman dan fungsi-fungsi fisiologis tanaman secara normal, terutama pada jenis-jenis tanaman pertanian. Salinitas tanah menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein, serta penambahan biomassa tanaman. Tanaman yang mengalami stres garam umumnya tidak menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi dalam bentuk pertumbuhan tanaman yang tertekan dan perubahan secara perlahan (Sipayung, 2003). Untuk membuat larutan salin sebanyak 1 liter dengan konsentrasi misalnya 2500 ppm, yaitu: 2500 1.000 .000 = 2,5 × 10−3 gr/ml 2,5 × 10−3 gr/ml x 1000 ml = 2,5 gr Jadi, untuk membuat konsentrasi 2500 ppm dalam 1 liter air dibutuhkan garam seberat 2,5 gr. Sama seperti pembuatan larutan salin 2500 ppm, konsentrasi 5000 ppm juga dapat dihitung dengan perhitungan yang sama : 5000 1.000 .000 = 5 × 10−3 gr/ml 5 × 10−3 gr/ml x 1000 ml = 5 gr
  • 15. 123 Jadi, untuk membuat konsentrasi 5000 ppm dalam 1 liter air dibutuhkan garam seberat 5 gr (Pudjihartati, 2007). Tanaman akan melakukan respon yang berbeda dalam menghadapi cekaman-cekaman yang terjadi di daerah pertumbuhannya. Tidak semua tanaman memiliki ketahanan yang cukup untuk bertahan hidup lebih lama di daerah cekaman tersebut. Ada kalanya tanaman yang hidup di daerah salinitasnya tinggi dapat bertahan sampai lama dan ada pula yang akan mati bila terlalu lama. Terdapat 2 cara ketahanan tanaman dalam menghadapi cekaman, yaitu: dengan mekanisme morfologi, pada mekanismme ini tanaman akan merubah bentuk tubuhnya untuk beradaptasi pada lingkungan tersebut seperti daun akan mengecil, batang memendek, jumlah stomatapun akan lebih sedikit dan lain - lain. Cara yang kedua adalah dengan mekanisme fisiologi yang mana tanaman akan menyesuaikan proses – proses fisiologi yang dilakukan dengan keadaan lingkungannya, seperti dalam melakukan respirasi, transport membrane dan lain – lain. Bentuk adaptasi morfologi dan anatomi yang dapat diturunkan dan bersifat unik dapat ditemukan pada jenis halofita yang mengalami evolusi melalui seleksi alam pada kawasan huta pantai dan rawa-rawa asin. Perubahan struktur meliputi ukuran daun yang lebih kecil, stomata yang lebih kecil per satuan luas daun, peningkatan sukulensi, penebalan kutikula dan lapisan lilin pada permukaan daun, serta lignifikasi akar yang lebih awal (Sipayung, 2003). Bentuk adaptasi dengan mekanisme fisiologi terdapat Tanaman yang toleran terhadap salinitas dapat melakukan penyesuaian dengan menurunkan potensial osmose tanpa kehilangan
  • 16. 124 turgor. Untuk memperoleh air dari tanah sekitarnya potensial air dalam cairan xilem harus sangat diturunkan oleh tegangan. akumulasi sukrosa yang berkontribusi pada penyesuaian osmotik dan merupakan respon terhadap salinitas (Salisbury and Ross,1995). Menurut Maas dan Nieman (1978), salinitas dapat menghambat pertumbuhan tanaman dengan dua cara yaitu: 1.) merusak sel-sel yang sedang tumbuh sehingga pertumbuhan tanaman terganggu, 2.) membatasi jumlah suplai dari hasil-hasil metabolisme esensial bagi pertumbuhan sel melalui pembentukan tyloses. Garam yang ada dalam biji akan menghambat perkecambahan biji, karena dalam pekecambahan hal yang paling utama dan yang pertama adalah air yang masuk ke dalam biji. Dengan adanya air ini proses perkecambahan selanjutnya akan berlangsung. Semakin besarnya konsentrasi garam pada media perkecambahan, berarti makin besar air yang hilang dari dalam biji, sehingga vigor semakin menurun. Konsentrasi air yang rendah di luar biji (konsentrasi larutan di luar biji dinaikkan), yaitu dengan menambahkan sejumlah NaCl ke dalam larutan, maka air akan berkurang atau sama sekali tidak akan masuk ke dalam biji. Jadi bretambah kecil konsentrasi air (bertambah tinggi konsentrasi larutan) di luar biji, bertambah sedikit pula air yang masuk ke dalam biji yang direndamkan ke dalam larutan tadi (Kamil, 1986). Kecilnya air yang diserap dan daya kecambah suatu benih, dapat diakibatkan tidak adanya penyerapan pada benih bahkan kemungkinan air dalam benih keluar. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh biji yaitu berdasarkan peningkatan tekanan hidrostatik. Kecepatan
  • 17. 125 penyerapan air adalah berbanding terbalik dengan jumlah air yang diserap terlebih dahilu oleh benih. Jadi, kecepatan penyerapan pada permulaan tinggi dan kemudian melambat sejalan dengan naiknya tekanan hidrostatik sampai tercapai keseimbangan (Sutopo, 1994). Tanaman yang tercekam cenderung membentuk gula dalam batang sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungan. Hal ini tentu saja menguntungkan karena sorgum sebagai bahan baku bioetanol yang memanfaatkan nira dalam batang akan memiliki kandungan gula lebih tinggi pada lingkungan marginal. Kandungan gula dalam batang juga meningkat seiring dengan pertumbuhan tanaman hingga panen. Saat tanaman memasuki masa generatif maka tanaman akan lebih banyak menyalurkan hasil fotosintesis dalam bentuk asimilat pada biji dan gula dalam batang (Windarti, 2004). Berdasarkan hasil praktikum dengan mengecambahkan benih padi diatas kertas merang yang diletakkan pada 3 buah petridish. Dalam 1 petridish diletakkan masing-masing kertas merang yang dibasahi oleh air steril 0 ppm, larutan NaCl 2500 ppm, dan larutan NaCl 5000 ppm. Benih padi yang dikecambahkan diamati selama 11 hari pertumbuhannya kemudian dihitung benih yang berkecambah. Setelah 11 hari, data yang telah diperoleh lalu dihitung prosentase perkecambahannya. Dari hasil pengamatan diperoleh persen perkecambahan 0 ppm sebesar 65%, perlakuan 2500 ppm 80% dan perlakuan 5000 ppm 40%. Hasil persentase dari ketiga perlakuan teserbut menunjukkan bahwa benih padi yang ditanam dalam kertas merang dan disiram dengan larutan garam mengalami pertumbuhan yang tercekam dan lambat. Menurut Sadjad
  • 18. 126 (1999), bila keadaan lingkungan tumbuh yang terlalu salin dan NaCl yang diserap terlalu banyak oleh biji maka dapat menghambat proses aktivitas metabolisme. Hal tersebut sejalan dengan literatur menurut Mugnisjah (1990), yang mengatakan bahwa kondisi lingkungan yang sub optimum yang diberikan kepada benih merupakan cara stimulasi lingkungan yang dapat menyebabkan kemunduran pada benih yang berkecambah. Penurunan daya kecambah pada konsentrasi garam yang lebih tinggi maka akan mengakibatkan air yang keluar dari biji semakin banyak dan garam yang masuk kedalam biji semakin banyak.Hal tersebut menunjukan pengaruh NaCl terhadap perkecambahan padi adalah negatif dimana NaCl di sekitar benih padi menurut Salisbury (1974), bila tanah terlalu Salin dan NaCl yang diserap terlalu banyak maka akan menghambat proses metabolisme dalam benih.
  • 19. 127 V. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Perlakuan kertas merang sebaagai media tanam padi dan pemberian garam NaCl menghambat perkecambahan. 2. Semakin besar konsentrasi garam pada media perkecambahan maka air yang hilang dari dalam biji semakin besar akibat menurunnya tekanan osmotik, sehingga vigor semakin menurun. 3. Hasil pengamatan dan perhitungan yaitu perkecambahan dengan perlakuan 0 ppm benih berkecambah sebanyak 65%, 2500 ppm 80%, dan 5000 ppm sebesar 40% B. Saran Sebaiknya praktikan mengikuti dan memperhatikan tiap proses yang terjadi sehingga dapat memahami setiap perlakuan. Praktikan harus melakuan pemeliharaan dan penyiraman sehingga variabel dapat diamati dengan jelas.
  • 20. 128 DAFTAR PUSTAKA Arsyad. 2008. Penyelamatan Tanah, Air, dan Lingkungan. Crestpent press dan Yayasan Obor Indonesia. Bogor. Bybordi, A., and Tabatabaei, J. 2009. Effect of salinity stress on germination and seedling properties in Canola cultivars (Brassica napus L.). Journal Hort. Agrobot. Cluj. Vol. 37 No. 1 : 71-76. Justice. 1990. Prinsip Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali Press. Jakarta Kamil. 1986. Teknologi Benih. Angkasa Raya. Padang Kriswantoro, H. et.al. 2012. Uji adaptasi varietas kedelai di lahan kering Kabupaten Musi Rawas Sumatera Selatan. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan. Hal. 281-285 Kuswanto. 1997. Analisis Benih. Grasindo. Jakarta Lakitan, B. dan Gofar, N. 2013. Kebijakan inovasi teknologi untuk pengelolaan lahan sub optimal berkelanjuta. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal. Hal. – Mugnisjah, W. Q. et.al. 1990. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. Rajawali Press. Jakarta Patty, I. S. 2013. Distribusi Suhu, Salinitas dan Oksigen Terlarut di perairan Kema, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax. Vol. 1 No. 3 : 148-154 Pudji. 2007. Budidaya Sengon. Rineka Cipta. Jakarta Rachmawati, D. 2000. Tanggapan Tanaman Sorgum terhadap Cekaman NaCl : Pertumbuhan dan Osmoregulasi. Jurnal Biologi. Vol. 2 : 515-529 Sadjad, S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Grasindo. Jakarta Salisbury. 1995. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia. Jakarta Sutopo. 2002. Teknologi Benih. Rajawali Pers. Jakarta Syafruddin and Efendi. 2012. Effect of Provisioning Bacterial Isolates and NP Fertilisation on Total Microorganism and Degradation Level of
  • 21. 129 Contaminated Inceptisol Soil. Internasional Journal of Agricultural Research. Vol. 7 No. 9 : 449-456 Windarti, S. et.al. 2004. Pertumbuhan dan akumulasi prolin stump Jati super (Tectona grandis L.f.) pada cekaman NaCl selama masa pembibitan. Jurnal Enviro. Vol 4 : 61-68