SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
SKETSA PERADILAN AGAMA
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Islam
yang diampu oleh Nur Rofiq, S.Pd.I., M.Pd.I.
Oleh Kelompok 10:
1. VEREN YONITA E. 1710601080
2. TOFIK SUPRIYADI 1810601039
3. ARIEF PRIANDI S. A. 1810601096
PROGRAM STUDI HUKUM
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TIDAR
2018/2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami berhasil menyusun makalah yang berjudul
“Sketsa Peradilan Agama”.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi dan menambah
wawasan pengetahuan kepada kita semua tentang perdagangan manusia. Kami
sadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehubungan dengan hal
ini, kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun tentu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Tidak lupa ucapan terimakasih penulis tujukan kepada Bapak Nur Rofiq,
S.Pd.I., M.Pd.I. selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Islam, kedua orangtua,
teman-teman terkasih dan pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga Allah selalu senantiasa
meridhoi segala usaha kita, aamiin.
Magelang, Juni 2019
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
SKETSA PERADILAN AGAMA ........................................................................i
KATA PENGANTAR .........................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB I..................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan ...................................................................................................2
1.4 Manfaat .................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................3
2.1 Pengertian Peradilan ..............................................................................3
2.2 Pembagian Lembaga Peradilan di Indonesia ..........................................3
2.3 Pengertian Peradilan Agama ..................................................................4
BAB III................................................................................................................5
PEMBAHASAN..................................................................................................5
3.1 Undang-Undang Peradilan Agama.............................................................5
3.2 Susunan.....................................................................................................5
3.3 Kekuasaan Peradilan Agama......................................................................6
3.4 Hukum Acara ............................................................................................7
3.5 Ketentuan-ketentuan Lain..........................................................................8
3.6 Ketentuan Peralihan...................................................................................8
3.7 Ketentuan Penutup.....................................................................................8
BAB IV .............................................................................................................10
PENUTUP.........................................................................................................10
4.1 Kesimpulan .............................................................................................10
4.2 Saran .......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................12
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peradilan Agama di Indonesia merupakan salah satu pelaksanaan dari
kekuasaan kehakiman yang telah lama dijalankan serta memakan waktu yang
cukup lama. Karena sebagian besar masyarakat Indonesia beragama Islam
dan hukum Islam juga dijadikan salah satu sumber hukum di Indonesia maka,
dalam pelaksanaannya diperlukan bantuan para penyelenggara negara.
Sebagaimana yang telah diamanatkan dalam UUD 1945 pasal 1 ayat (3) yang
menegaskan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum, hal ini
menunjukkan pentingnya fungsi lembaga peradilan di Indonesia. Oleh karena
itu untuk mewujudkan amanat tersebut serta menciptakan suatu keadilan bagi
masyarakat perlu adanya lembaga yang bertugas untuk melaksanakan
kekuasaan kehakiman guna menegakkan hukum dan keadilan untuk
terciptanya suasana kehidupan yang aman, tertib dan tenteram.
Salah satu lembaga yang dapat melaksanakan amanat tersebut adalah
Peradilan Agama sebagai lembaga peradilan, peradilan agama telah lama ada
dalam masyarakat Indonesia yakni sejak agama Islam datang ke Indonesia.
Lembaga ini tumbuh dan berkembang bersamaan dengan berkembangnya
masyarakat muslim di Indonesia sebagai sarana pemenuhan kebutuhan dasar
penduduk yang memeluk agama Islam dalam beribadah dan kemudian diakui
serta dimantapkan kedudukannya.
Namun belum semua masyarakat mengetahui hal-hal yang berkaitan
dengan peradilan agama serta bagaimana sketsa dan pembagian di peradilan
agama. Dalam makalah ini akan dibahas beberapa hal mengenai peradilan
agama. Karena cukup banyak masalah atau sengketa yang dapat diselesaikan
di pengadilan agama.
2
1.2 Rumusan Masalah
Ada beberapa masalah yang muncul terkait dengan latar belakang di
atas diantaranya:
1. Bagaimana pengaturan tentang peradilan agama?
2. Bagaimana susunan peradilan agama?
3. Bagaimana kekuasaan peradilan agama?
4. Bagaimana hukum acara dalam peradilan agama?
5. Bagaimana ketentuan-ketentuan dalam peradilan agama?
1.3 Tujuan
Makalah ini memiliki beberapa tujuan yaitu:
1. Menguraikan pengaturan tentang peradilan agama.
2. Menguraikan susunan dalam peradilan agama.
3. Menguraikan kekuasaan peradilan agama.
4. Menguraikan hukum acara dalam peradilan agama.
5. Menguraikan ketentuan-ketentuan dalam peradilan agama.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh setelah membaca makalah ini:
1. Mengetahui pengaturan tentang peradilan agama.
2. Mengetahui susunan dalam peradilan agama.
3. Mengetahui kekuasaan peradilan agama.
4. Mengetahui hukum acara dalam peradilan agama.
5. Mengetahui ketentuan-ketentuan dalam peradilan agama.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Peradilan
a) Dalam KBBI peradilan diartikan segala sesuatu mengenai perkara
pengadilan. Pengadilan sendiri diartikan sebagai 1) dewan atau majelis
yang mengadili perkara, 2) proses mengadili, 3) sidang hakim ketika
mengadili perkara, 4) rumah (bangunan) tempat mengadili perkara.
b) Menurut H. Mohammad Daud Ali, peradilan adalah proses pemberian
keadilan di suatu lembaga atau badan ysng bertugas menerima,
memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan
kepadanya.
c) Menurut R. Subekti dan R. Tjitrosoedibjo, peradilan adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan tugas negara untuk menegakkan hukum dan
keadilan. Menurut Sjachran Basah, peradilan adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan tugas dalam memutus perkara dengan menerapkan
hukum, menemukan hukum in concreto dalam mempertahankan dan
menjamin ditaatinya hukum materiil, dengan cara menggunakan
prosedural yang ditetapkan oleh hukum formal.
2.2 Pembagian Lembaga Peradilan di Indonesia
1) Mahkamah Agung adalah suatu lembaga pengadilan negara tertinggi yang
merupakan lembaga kasasi yang berfungsi untuk menangani tingkat kasasi,
peninjauan kembali, pemutusan sengketa dan tugas menguji peraturan di
bawah undang-undang.
2) Peradilan Umum yang meliputi Pengadilan Negeri di tingkat pertama dan
Pengadilan Tinggi di tingkat dua atau tingkat banding.
4
3) Peradilan khusus yang meliputi Pengadilan Agama, pengadilan tata usaha
negara (PTUN), Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM), Pengadilan
Tipikor (Tindak Pidana Korupsi), dan Pengadilan Militer.
2.3 Pengertian Peradilan Agama
Diatur dalam UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Peradilan
Agama mengatur khusus warga negara yang beragam Islam di bidang
perkawinan, hibah, wasiat, kewarisan, wakaf, dan sedekah.
Tugas pengadilan agama aatara lain mengadili perkara yang menjadi
kewenangan atau tugas dari pengadilan di tingkat banding, mengadili di tingkat
pertama dan akhir terkait sengketa kewenangan antar lembaga pengadilan
agama di wilayahnya serta memberikan nasehat dan masukan terkait hukum
Islam di instansi pemerintahan di daerah hukumnya.
5
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Undang-Undang Peradilan Agama
Undang-undang Peradilan Agama Nomor7 Tahun 1989 yang telah
disahkan dan diundangkan terdiri dari VII bab, 108 pasal dengan sistematik
dan garis-garis besar isinya sebagai berikut:
Bab I tentang ketentuan umum
Bab II sampai Bab III tentang susunan dan kekuasaan Peradilan Agama
Bab IV tentang hukum acara
Bab V tentang ketentuan-ketentuan lain
Bab VI tentang ketentuan peralihan
Bab VII tentang ketentuan penutup
Beberapa hal pokok yang dimuat di dalamnya:
Pada bab I disebutkan bahwa Peradilan Agama adalah peradilan bagi
orang-orang Islam yang terdiri dari: 1)Pengadilan Agama sebagai pengadilan
tingkat pertama yang berkedudukan di kabupaten atau kota dan 2)Pengadilan
Tinggi Agama sebagai pengadilan tingkat banding yang berkedudukan di
ibukota provinsi. Keduanya merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman
yang berpuncak pada Mahkamah Agung sebagai pengadilan negara tertinggi.
3.2 Susunan
Diatur dalam tiga bagian pada Bab II. Bagian pertama menyebutkan
susunan Pengadilan Agama terdiri dari pimpinan, yakni seorang ketua dan
wakil ketua, hakim anggota, panitera, sekretaris dan jurusita. Bagian kedua
mengatur tentang syarat, tata cara pengangkatan dan pemberhentian ketua,
wakil ketua, hakim, panitera dan jurusita Peradilan Agama. Dalam bagian
kedua ini disebutkan bahwa untuk dapat diangkat ke dalam jabatan yang ada
dalam susunan pengadilan di lingkungan Peradilan Agama, seseorang harus
6
memenuhi syarat tertentu. Selain syarat-syarat umum yang berlaku bagi
pengangkatan pegawai di badan-badan peradilan lain, untuk para pejabat di
lingkungan Peradilan Agama ada syarat khusus yakni harus beragam Islam
serta memiliki ijazah syariah atau sarjana hukum Islam. Bagian ketiga
mengatur tentang Sekretariat Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama.
Panitera Pengadilan Agama merangkap sebagai Sekretariat Pengadilan
Agama yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh wakil sekretaris.
3.3 Kekuasaan Peradilan Agama
Bab III mengatur Kekuasaan Pengadilan dalam lingkungan Peradilan
Agama. Dalam pasal 49 ayat (1) disebutkan bahwa Pengadilan Agama
bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-
perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di
bidang: a)perkawinan, b)kewarisan, wasiat, dan hibah yang dilakukan
berdasarkan hukum islam, c)wakaf dan shadaqah. Pasal 49 ayat (2)
menjelaskan lebih rinci kedalam 22 butir, yaitu: 1)izin beristri lebih dari
seorang, 2)izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia
21 tahun, 3)dispensasi perkawinan, 4)pencegahan perkawinan, 5)penolakan
perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah, 6)pembatalan pernikahan,
7)gugatan kelalaian atas kewajiban suami atau istri, 8)perceraian karena talak,
9)gugatan perceraian, 10)penyelesaian harta bersama, 11)penguasaan anak,
12)pemeliharaan dan pendidikan anak bila bapak yang seharusnya
bertanggung jawab tidak mampu memenuhinya, 13)penentuan kewajiban
member biaya penghidupan oleh suami kepada bekas istri, 14)putusan tentang
sah atau tidaknya seorang anak, 15)putusan tentang pencabutan kekuasaan
orang tua, 16)pencabutan kekuasaan wali, 17)penunjukan orang lain sebagai
wali oleh pengadilan dalam hal seorang anak yang belum cukup berumur 18
tahun yang ditnggalkan oleh kedua orang tuanya padahal tidak ada
penunjukkan walioleh orang tuanya, 18)pembebanan kewajiban ganti rugi
terhadap wali yang tealh menyebabkan kerugian atas harta benda anak yang
berada di bawah kekuasaannya, 19)penetapan asal-usul anak, 20)putusan
tentang penolakan pemberian keterangan untuk melakukan perkawinan
7
campuran, 21)pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum
UU No.1 Tahun 1974.
Mengenai butir (10) perlu dijelaskan bahwa penyelesaian harta
bersama yang menjadi wewenang Peradilan Agama dan diselesaikan di
Pengadilan Agama saja, artinya bagi mantan istri dan mantan suami yang
bersangkutan. Juga bagi asas peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan.
Sebab dengan penyelesaian persoalan harta bersama di Pengadilan Agama,
persoalan bekas suami dengan bekas dengan istrinya menjadi selesai
sekaligus. Penyelesaian harta bersama dilakukan oleh pengadilan baik karena
perceraian maupun atas permohonan pihak-pihak yang berkepentingan di luar
sengketa. Menurut pasal 49 ayat (3), kewenangan Pengadilan Agama
dibidang “kewarisan” yang disebut dalam Pasal 49 ayat (1) huruf b adalah
a)penentuan siapa-siapa yang menjadi ahli waris, b)penentuan harta
peninggalan, c)bagian masing-masing ahli waris, dan d)melaksanakan
pembagian harta peninggalan.
3.4 Hukum Acara
Hukum acara Peradilan Agama diatur dalam Bab IV. Bagian pertama
menyatakan bahwa hukum acara yang berlaku dalam lingkungan Peradilan
Agama adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada lingkungan Peradilan
Umum, tetapi ada hal-hal yang diatur secra khusus pada bagian kedua yaitu
pemeriksaan sengketa perkawinan mengenai a)cerai talak yang datang dari
pihak suami, b)cerai gugat yang datang dari istri atau dari suami, c)cerai
karena alasan zina.
Undang-undang ini berupaya melindunmgi dan meningkatkan
kedudukan wanita dengan jalan memberikan hak sama kepada istri dalam
mengajukan gugatan dan melakukan pembelaan di muka pengadilan. Pada
bagian pertama Bab IV disebutkan bahwa setiap penetapan dan putusan
Peradilan Agama harus dimulai dengan Bismillahirrahmanirrahmin diikuti
dengan kata-kata Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
menunjukkan ciri pelaksanaan kekuasaan kehakiman.
8
3.5 Ketentuan-ketentuan Lain
Bab V menyebutkan mengenai administrasi peradilan, pembagian
tugas para hakim dan panitera dalam melaksanakan pekerjaan masing-
masing. Dalam bab ini disebutkan bahwa tugas jurusita antara lain untuk
a)melaksanakan semua perintah yang diberikan oleh ketua sidang,
b)menyampaikan pengumuman-pengumuman, teguran-teguran dan
pemberitahuan penetapan atau putusan pengadilan menurut cara-cara
ketentuan undang-undang, d)membuat berita acara penyitaan, yang salinan
resminya diserahkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, berwenang
melaksanakan tugasnya di daerah hukum pengadilan yang bersangkutan.
Sebelum berlakunya UU No. 7 Tahun 1989 ini jurusita tidak dijumpai
dalam susunan Peradilan Agama, sehingga dalam melaksanakkan putusanya
yang tidak mau diterima oleh para pihak, teruatam mereka yang kalah,
Pengadilan Agama selalu meminta bantuan dan akibatnya bergntung pada
Pengadilan Negeri. Melalui undang-undang ini semua aturan yang
menentukan ketergantungan Peradilan Agama kepada Peradilan Umum telah
dihapuskan dan menjadikan peradilan mandiri.
3.6 Ketentuan Peralihan
Bab VI mengenai ketentuan peralihan disebutkan antara lain bahwa semua
Badan Peradilan Agama yang telah ada dinyatakan sebagai Badan Peradilan
Agama menurut undang-undang ini. Ketentuan peralihan juga menyatakan
bahwa semua peraturan pelaksanaan yang telah ada mengenai Peradilan
Agama dinyatakan tetap berlaku sepanjang peraturan itu tidak bertentangan
dengan undang-undang ini dan selama ketentuan yang baru belum
dikeluarkan.
3.7 Ketentuan Penutup
Pada Bab VII tentang ketentuan penutup ditegaskan bahwa pada saat
mulai berlakunya Undang-undang Peradilan Agama semua peraturan
dinyatakan tidak berlaku lagi. Hal ini menciptakan kesatuan hukum yang
9
mengatur Peradilan Agama di Indonesia sebagai penerapan Wawasan
Nusantara. Serta pernyataan tentang pembagian harta peninggalan di luar
sengketa antara orang-orang yang beragama Islam yang dilakukan
berdasarkan hukum Islam diselesaikan juga di Pengadilan Agama.
10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diatur dalam UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Peradilan
Agama mengatur khusus warga negara yang beragam Islam di bidang
perkawinan, hibah, wasiat, kewarisan, wakaf, dan sedekah. Tugas pengadilan
agama aatara lain mengadili perkara yang menjadi kewenangan atau tugas dari
pengadilan di tingkat banding, mengadili di tingkat pertama dan akhir terkait
sengketa kewenangan antar lembaga pengadilan agama di wilayahnya serta
memberikan nasehat dan masukan terkait hukum Islam di instansi
pemerintahan di daerah hukumnya.
Undang-undang Peradilan Agama Nomor7 Tahun 1989 yang telah
disahkan dan diundangkan terdiri dari VII bab, 108 pasal dengan sistematik
dan garis-garis besar isinya sebagai berikut:
Bab I tentang ketentuan umum
Bab II sampai Bab III tentang susunan dan kekuasaan Peradilan Agama
Bab IV tentang hukum acara
Bab V tentang ketentuan-ketentuan lain
Bab VI tentang ketentuan peralihan
Bab VII tentang ketentuan penutup
Dengan disahkannya Undang-Undang Peradilan Agama, perubahan
penting dan mendasar telah terjadi dalam lingkungan Peradilan Agama. Di
antaranya disebutkan dalam hal-hal sebagai berikut ini:
1. Peradilan Agama telah menjadi peradilan mandiri, kedudukannya benar-
benar telah sejajar dan sederajat dengan Peradilan Umum, Peradilan
Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara.
2. Nama, susunan, wewenang (kekuasaan) dan hukum acaranya telah sama
dan seragam di seluruh Indonesia. Terciptanya unifikasi Hukum Acara
Peradilan Agama akan memudahkan terwujudnya ketertiban dan
11
kepastian hukum yang berintikan keadilan dalam lingkungan Peradilan
Agama.
3. Perlindungan terhadap wanita lebih ditingkatkan, dengan jalan antara
lain, memberikan hak yang sama kepada istri dalam berproses dan
membela kepentingannya di muka Pengadilan Agama.
4. Lebih memantapkan upaya penggalian berbagai asas dan kaidah hukum
Islam sebagai salah satu bahan baku dalam penyusunan dan pembinaan
hukum nasional melalui yurisprudensi. Di samping itu, dapat dicatat pula
dengan Undang-Undang Peradilan Agama.
5. Ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Pokok Kekuasaan
Kehakiman (1970) terutama yang disebut pada Pasal 10 ayat (1)
mengenai kedudukan pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama
dan Pasal 12 tentang susunan, kekuasaan dan (hukum) acaranya telah
terwujud.
4.2 Saran
Agar pelaksanaan Administrasi Peradilan di Peradilan Agama dapat
dipercaya oleh masyarakat sebaiknya menerapkan asas administrative self
regulation sesuai dengan yang dikemukakan oleh M.E Dimock L.W Koenig.
Dan sebaiknya proses perekrutan pegawai yang ada dalam lingkup Peradilan
Agama dilaksanakan dengan sistem karier sehingga Peradilan Agama dapat
menjadi organisasi yang ideal dan menjadikan aparat penegak hukum yang
bersih, transparan dan akuntabel.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad Daud. 2002. Hukum Islam dan Peradilan Agama. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Ali, Mohammad Daud. 2017. Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
Hukum Islam di Indonesia. Depok: Rajawali Pers.
Djalil, A. Basiq. 2006. Peradilan Agama di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Manan, Abdul. 2006. Penerapan Hukum Acara di Lingkungan Peradilan Agama.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
http://wardahcheche.blogspot.com/2014/04/peradilan-agama.html?m=1 diakses
Selasa, 11 Juni 2019.
https://www.siswapedia.com/jenis-jenis-lembaga-peradilan-di-indonesia/ diakses
Kamis, 13 Juni 2019.

More Related Content

What's hot

Teori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
Teori dan Prinsip Hak Asasi ManusiaTeori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
Teori dan Prinsip Hak Asasi Manusiadichasenja
 
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutanGradeAlfonso
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Idik Saeful Bahri
 
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...Idik Saeful Bahri
 
Presentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumPresentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumAnto Neo Madani
 
Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalVallen Hoven
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalEvirna Evirna
 
Sumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraSumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraNakano
 
Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...Idik Saeful Bahri
 
PPT Kel 2 sejarah perkembangan hukum internasional
PPT Kel 2 sejarah perkembangan hukum internasionalPPT Kel 2 sejarah perkembangan hukum internasional
PPT Kel 2 sejarah perkembangan hukum internasionaldayurikaperdana19
 
Tugas permohonan pengangkatan anak
Tugas permohonan pengangkatan anakTugas permohonan pengangkatan anak
Tugas permohonan pengangkatan anakDesy Fitrianty
 
HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN
HUKUM PERIKATAN & PERJANJIANHUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN
HUKUM PERIKATAN & PERJANJIANFair Nurfachrizi
 
Ppt peradilan di indonesia
Ppt peradilan di indonesiaPpt peradilan di indonesia
Ppt peradilan di indonesiaHernaWati14
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
 HUKUM ADMINISTRASI NEGARA HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
HUKUM ADMINISTRASI NEGARASiti Sahati
 

What's hot (20)

hukum Adat
hukum Adathukum Adat
hukum Adat
 
Teori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
Teori dan Prinsip Hak Asasi ManusiaTeori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
Teori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
 
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
 
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
 
Presentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumPresentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukum
 
Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum Internasional
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasional
 
Sumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraSumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negara
 
Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...
 
PPT Kel 2 sejarah perkembangan hukum internasional
PPT Kel 2 sejarah perkembangan hukum internasionalPPT Kel 2 sejarah perkembangan hukum internasional
PPT Kel 2 sejarah perkembangan hukum internasional
 
Tugas permohonan pengangkatan anak
Tugas permohonan pengangkatan anakTugas permohonan pengangkatan anak
Tugas permohonan pengangkatan anak
 
HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN
HUKUM PERIKATAN & PERJANJIANHUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN
HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN
 
Ppt peradilan di indonesia
Ppt peradilan di indonesiaPpt peradilan di indonesia
Ppt peradilan di indonesia
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
 
putusan hakim
putusan hakimputusan hakim
putusan hakim
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARAHUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
 
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANAPROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
 
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
 HUKUM ADMINISTRASI NEGARA HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
 

Similar to Sketsa Peradilan Agama

MAKALAH PERADILAN AGAMA DI INDONESIA
MAKALAH PERADILAN AGAMA DI INDONESIAMAKALAH PERADILAN AGAMA DI INDONESIA
MAKALAH PERADILAN AGAMA DI INDONESIAShafrinaLee
 
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...AZA Zulfi
 
Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)
Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)
Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)Natasha Rastie Aulia
 
Pengertian sistem hukum
Pengertian sistem hukumPengertian sistem hukum
Pengertian sistem hukumaziz paloh
 
Praktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan AgamaPraktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan AgamaAndrie Irawan
 
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisanKewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisanYanels Garsione
 
Qanun jinayat dlm sistem hukum nasional
Qanun jinayat dlm sistem hukum nasionalQanun jinayat dlm sistem hukum nasional
Qanun jinayat dlm sistem hukum nasionalAgus Muqtafiy
 
Penyelesaian sengketa ekonomi syariah
Penyelesaian sengketa ekonomi syariahPenyelesaian sengketa ekonomi syariah
Penyelesaian sengketa ekonomi syariahyogieardhensa
 
PPT Hukum Acara Perag.pptx
PPT Hukum Acara Perag.pptxPPT Hukum Acara Perag.pptx
PPT Hukum Acara Perag.pptxKurniasaleh
 
PPT Hukum Acara Perag.pptx
PPT Hukum Acara Perag.pptxPPT Hukum Acara Perag.pptx
PPT Hukum Acara Perag.pptxKurniasaleh
 
Lembaga hukum Islam di indonesia
Lembaga hukum Islam di indonesiaLembaga hukum Islam di indonesia
Lembaga hukum Islam di indonesiaAs Faizin
 
Uu no 7 tahun 1989
Uu no 7 tahun 1989Uu no 7 tahun 1989
Uu no 7 tahun 1989khairu_zikri
 
Lembaga hukum islam di indonesia
Lembaga hukum islam di indonesiaLembaga hukum islam di indonesia
Lembaga hukum islam di indonesiaMeehawk
 
Makalah hadis tarbawi ii
Makalah hadis tarbawi iiMakalah hadis tarbawi ii
Makalah hadis tarbawi iikhumairoh
 
SISTEM_HUKUM_DAN_PERADILAN_OK.pptx
SISTEM_HUKUM_DAN_PERADILAN_OK.pptxSISTEM_HUKUM_DAN_PERADILAN_OK.pptx
SISTEM_HUKUM_DAN_PERADILAN_OK.pptxYovinaYulianaLeoLede
 

Similar to Sketsa Peradilan Agama (20)

MAKALAH PERADILAN AGAMA DI INDONESIA
MAKALAH PERADILAN AGAMA DI INDONESIAMAKALAH PERADILAN AGAMA DI INDONESIA
MAKALAH PERADILAN AGAMA DI INDONESIA
 
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...
 
A
AA
A
 
Hukum Peradilan Agama.pptx
Hukum Peradilan Agama.pptxHukum Peradilan Agama.pptx
Hukum Peradilan Agama.pptx
 
Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)
Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)
Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)
 
Jenis Jenis lapangan Hukum
Jenis Jenis lapangan HukumJenis Jenis lapangan Hukum
Jenis Jenis lapangan Hukum
 
Pengertian sistem hukum
Pengertian sistem hukumPengertian sistem hukum
Pengertian sistem hukum
 
Praktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan AgamaPraktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan Agama
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
Uu 07 1989
Uu 07 1989Uu 07 1989
Uu 07 1989
 
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisanKewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
 
Qanun jinayat dlm sistem hukum nasional
Qanun jinayat dlm sistem hukum nasionalQanun jinayat dlm sistem hukum nasional
Qanun jinayat dlm sistem hukum nasional
 
Penyelesaian sengketa ekonomi syariah
Penyelesaian sengketa ekonomi syariahPenyelesaian sengketa ekonomi syariah
Penyelesaian sengketa ekonomi syariah
 
PPT Hukum Acara Perag.pptx
PPT Hukum Acara Perag.pptxPPT Hukum Acara Perag.pptx
PPT Hukum Acara Perag.pptx
 
PPT Hukum Acara Perag.pptx
PPT Hukum Acara Perag.pptxPPT Hukum Acara Perag.pptx
PPT Hukum Acara Perag.pptx
 
Lembaga hukum Islam di indonesia
Lembaga hukum Islam di indonesiaLembaga hukum Islam di indonesia
Lembaga hukum Islam di indonesia
 
Uu no 7 tahun 1989
Uu no 7 tahun 1989Uu no 7 tahun 1989
Uu no 7 tahun 1989
 
Lembaga hukum islam di indonesia
Lembaga hukum islam di indonesiaLembaga hukum islam di indonesia
Lembaga hukum islam di indonesia
 
Makalah hadis tarbawi ii
Makalah hadis tarbawi iiMakalah hadis tarbawi ii
Makalah hadis tarbawi ii
 
SISTEM_HUKUM_DAN_PERADILAN_OK.pptx
SISTEM_HUKUM_DAN_PERADILAN_OK.pptxSISTEM_HUKUM_DAN_PERADILAN_OK.pptx
SISTEM_HUKUM_DAN_PERADILAN_OK.pptx
 

More from TOFIK SUPRIYADI

Business Plan Cuci Motor
Business Plan Cuci MotorBusiness Plan Cuci Motor
Business Plan Cuci MotorTOFIK SUPRIYADI
 
Kekebalan Diplomatik di Negara Ketiga
Kekebalan Diplomatik di Negara KetigaKekebalan Diplomatik di Negara Ketiga
Kekebalan Diplomatik di Negara KetigaTOFIK SUPRIYADI
 
Hukum Agraria Pengadaan Tanah
Hukum Agraria Pengadaan TanahHukum Agraria Pengadaan Tanah
Hukum Agraria Pengadaan TanahTOFIK SUPRIYADI
 
Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Usaha
Manajemen Keuangan dan Pembiayaan UsahaManajemen Keuangan dan Pembiayaan Usaha
Manajemen Keuangan dan Pembiayaan UsahaTOFIK SUPRIYADI
 
Memulai Sebuah Usaha Baru Materi Kewirausahaan
Memulai Sebuah Usaha Baru Materi KewirausahaanMemulai Sebuah Usaha Baru Materi Kewirausahaan
Memulai Sebuah Usaha Baru Materi KewirausahaanTOFIK SUPRIYADI
 
OTONOMI DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIDANG KETENAGAKERJAAN
OTONOMI DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIDANG KETENAGAKERJAANOTONOMI DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIDANG KETENAGAKERJAAN
OTONOMI DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIDANG KETENAGAKERJAANTOFIK SUPRIYADI
 
PPT OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN
PPT OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAANPPT OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN
PPT OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAANTOFIK SUPRIYADI
 
MAKALAH OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN
MAKALAH OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAANMAKALAH OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN
MAKALAH OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAANTOFIK SUPRIYADI
 
Grand desain adhigana sahwahita 2020
Grand desain adhigana sahwahita 2020Grand desain adhigana sahwahita 2020
Grand desain adhigana sahwahita 2020TOFIK SUPRIYADI
 
Grand Desain HIMADIKTAR 2020
Grand Desain HIMADIKTAR 2020Grand Desain HIMADIKTAR 2020
Grand Desain HIMADIKTAR 2020TOFIK SUPRIYADI
 
SENGKETA PALESTINA DAN ISRAEL
SENGKETA PALESTINA DAN ISRAELSENGKETA PALESTINA DAN ISRAEL
SENGKETA PALESTINA DAN ISRAELTOFIK SUPRIYADI
 
BENTUK NEGARA, KEKUASAAN, DAN KEDAULATAN NEGARA
BENTUK NEGARA, KEKUASAAN, DAN KEDAULATAN NEGARABENTUK NEGARA, KEKUASAAN, DAN KEDAULATAN NEGARA
BENTUK NEGARA, KEKUASAAN, DAN KEDAULATAN NEGARATOFIK SUPRIYADI
 
Konsepsi rechtstaat dan rule of law
Konsepsi rechtstaat dan rule of lawKonsepsi rechtstaat dan rule of law
Konsepsi rechtstaat dan rule of lawTOFIK SUPRIYADI
 
Sosiologi - Konflik Sosial
Sosiologi - Konflik SosialSosiologi - Konflik Sosial
Sosiologi - Konflik SosialTOFIK SUPRIYADI
 

More from TOFIK SUPRIYADI (20)

Business Plan Cuci Motor
Business Plan Cuci MotorBusiness Plan Cuci Motor
Business Plan Cuci Motor
 
Kekebalan Diplomatik di Negara Ketiga
Kekebalan Diplomatik di Negara KetigaKekebalan Diplomatik di Negara Ketiga
Kekebalan Diplomatik di Negara Ketiga
 
Hukum Agraria Pengadaan Tanah
Hukum Agraria Pengadaan TanahHukum Agraria Pengadaan Tanah
Hukum Agraria Pengadaan Tanah
 
Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Usaha
Manajemen Keuangan dan Pembiayaan UsahaManajemen Keuangan dan Pembiayaan Usaha
Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Usaha
 
Memulai Sebuah Usaha Baru Materi Kewirausahaan
Memulai Sebuah Usaha Baru Materi KewirausahaanMemulai Sebuah Usaha Baru Materi Kewirausahaan
Memulai Sebuah Usaha Baru Materi Kewirausahaan
 
OTONOMI DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIDANG KETENAGAKERJAAN
OTONOMI DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIDANG KETENAGAKERJAANOTONOMI DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIDANG KETENAGAKERJAAN
OTONOMI DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIDANG KETENAGAKERJAAN
 
UUD 1945
UUD 1945UUD 1945
UUD 1945
 
PPT OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN
PPT OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAANPPT OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN
PPT OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN
 
MAKALAH OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN
MAKALAH OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAANMAKALAH OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN
MAKALAH OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN
 
Grand desain adhigana sahwahita 2020
Grand desain adhigana sahwahita 2020Grand desain adhigana sahwahita 2020
Grand desain adhigana sahwahita 2020
 
Grand Desain HIMADIKTAR 2020
Grand Desain HIMADIKTAR 2020Grand Desain HIMADIKTAR 2020
Grand Desain HIMADIKTAR 2020
 
Sistem ekonomi islam
Sistem ekonomi islamSistem ekonomi islam
Sistem ekonomi islam
 
SENGKETA PALESTINA DAN ISRAEL
SENGKETA PALESTINA DAN ISRAELSENGKETA PALESTINA DAN ISRAEL
SENGKETA PALESTINA DAN ISRAEL
 
BENTUK NEGARA, KEKUASAAN, DAN KEDAULATAN NEGARA
BENTUK NEGARA, KEKUASAAN, DAN KEDAULATAN NEGARABENTUK NEGARA, KEKUASAAN, DAN KEDAULATAN NEGARA
BENTUK NEGARA, KEKUASAAN, DAN KEDAULATAN NEGARA
 
Konsepsi rechtstaat dan rule of law
Konsepsi rechtstaat dan rule of lawKonsepsi rechtstaat dan rule of law
Konsepsi rechtstaat dan rule of law
 
SKETSA PERADILAN AGAMA
SKETSA PERADILAN AGAMASKETSA PERADILAN AGAMA
SKETSA PERADILAN AGAMA
 
Delik Percobaan
Delik PercobaanDelik Percobaan
Delik Percobaan
 
Essay Tentang Bidikmisi
Essay Tentang BidikmisiEssay Tentang Bidikmisi
Essay Tentang Bidikmisi
 
Geografi Biosfer
Geografi BiosferGeografi Biosfer
Geografi Biosfer
 
Sosiologi - Konflik Sosial
Sosiologi - Konflik SosialSosiologi - Konflik Sosial
Sosiologi - Konflik Sosial
 

Recently uploaded

Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 

Sketsa Peradilan Agama

  • 1. SKETSA PERADILAN AGAMA Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Islam yang diampu oleh Nur Rofiq, S.Pd.I., M.Pd.I. Oleh Kelompok 10: 1. VEREN YONITA E. 1710601080 2. TOFIK SUPRIYADI 1810601039 3. ARIEF PRIANDI S. A. 1810601096 PROGRAM STUDI HUKUM FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TIDAR 2018/2019
  • 2. ii KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami berhasil menyusun makalah yang berjudul “Sketsa Peradilan Agama”. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi dan menambah wawasan pengetahuan kepada kita semua tentang perdagangan manusia. Kami sadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehubungan dengan hal ini, kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun tentu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Tidak lupa ucapan terimakasih penulis tujukan kepada Bapak Nur Rofiq, S.Pd.I., M.Pd.I. selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Islam, kedua orangtua, teman-teman terkasih dan pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga Allah selalu senantiasa meridhoi segala usaha kita, aamiin. Magelang, Juni 2019 Penyusun
  • 3. iii DAFTAR ISI SKETSA PERADILAN AGAMA ........................................................................i KATA PENGANTAR .........................................................................................ii DAFTAR ISI ......................................................................................................iii BAB I..................................................................................................................1 PENDAHULUAN ...............................................................................................1 1.1 Latar Belakang.......................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2 1.3 Tujuan ...................................................................................................2 1.4 Manfaat .................................................................................................2 BAB II.................................................................................................................3 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................3 2.1 Pengertian Peradilan ..............................................................................3 2.2 Pembagian Lembaga Peradilan di Indonesia ..........................................3 2.3 Pengertian Peradilan Agama ..................................................................4 BAB III................................................................................................................5 PEMBAHASAN..................................................................................................5 3.1 Undang-Undang Peradilan Agama.............................................................5 3.2 Susunan.....................................................................................................5 3.3 Kekuasaan Peradilan Agama......................................................................6 3.4 Hukum Acara ............................................................................................7 3.5 Ketentuan-ketentuan Lain..........................................................................8 3.6 Ketentuan Peralihan...................................................................................8 3.7 Ketentuan Penutup.....................................................................................8 BAB IV .............................................................................................................10 PENUTUP.........................................................................................................10 4.1 Kesimpulan .............................................................................................10 4.2 Saran .......................................................................................................11 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................12
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peradilan Agama di Indonesia merupakan salah satu pelaksanaan dari kekuasaan kehakiman yang telah lama dijalankan serta memakan waktu yang cukup lama. Karena sebagian besar masyarakat Indonesia beragama Islam dan hukum Islam juga dijadikan salah satu sumber hukum di Indonesia maka, dalam pelaksanaannya diperlukan bantuan para penyelenggara negara. Sebagaimana yang telah diamanatkan dalam UUD 1945 pasal 1 ayat (3) yang menegaskan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum, hal ini menunjukkan pentingnya fungsi lembaga peradilan di Indonesia. Oleh karena itu untuk mewujudkan amanat tersebut serta menciptakan suatu keadilan bagi masyarakat perlu adanya lembaga yang bertugas untuk melaksanakan kekuasaan kehakiman guna menegakkan hukum dan keadilan untuk terciptanya suasana kehidupan yang aman, tertib dan tenteram. Salah satu lembaga yang dapat melaksanakan amanat tersebut adalah Peradilan Agama sebagai lembaga peradilan, peradilan agama telah lama ada dalam masyarakat Indonesia yakni sejak agama Islam datang ke Indonesia. Lembaga ini tumbuh dan berkembang bersamaan dengan berkembangnya masyarakat muslim di Indonesia sebagai sarana pemenuhan kebutuhan dasar penduduk yang memeluk agama Islam dalam beribadah dan kemudian diakui serta dimantapkan kedudukannya. Namun belum semua masyarakat mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan peradilan agama serta bagaimana sketsa dan pembagian di peradilan agama. Dalam makalah ini akan dibahas beberapa hal mengenai peradilan agama. Karena cukup banyak masalah atau sengketa yang dapat diselesaikan di pengadilan agama.
  • 5. 2 1.2 Rumusan Masalah Ada beberapa masalah yang muncul terkait dengan latar belakang di atas diantaranya: 1. Bagaimana pengaturan tentang peradilan agama? 2. Bagaimana susunan peradilan agama? 3. Bagaimana kekuasaan peradilan agama? 4. Bagaimana hukum acara dalam peradilan agama? 5. Bagaimana ketentuan-ketentuan dalam peradilan agama? 1.3 Tujuan Makalah ini memiliki beberapa tujuan yaitu: 1. Menguraikan pengaturan tentang peradilan agama. 2. Menguraikan susunan dalam peradilan agama. 3. Menguraikan kekuasaan peradilan agama. 4. Menguraikan hukum acara dalam peradilan agama. 5. Menguraikan ketentuan-ketentuan dalam peradilan agama. 1.4 Manfaat Manfaat yang diperoleh setelah membaca makalah ini: 1. Mengetahui pengaturan tentang peradilan agama. 2. Mengetahui susunan dalam peradilan agama. 3. Mengetahui kekuasaan peradilan agama. 4. Mengetahui hukum acara dalam peradilan agama. 5. Mengetahui ketentuan-ketentuan dalam peradilan agama.
  • 6. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peradilan a) Dalam KBBI peradilan diartikan segala sesuatu mengenai perkara pengadilan. Pengadilan sendiri diartikan sebagai 1) dewan atau majelis yang mengadili perkara, 2) proses mengadili, 3) sidang hakim ketika mengadili perkara, 4) rumah (bangunan) tempat mengadili perkara. b) Menurut H. Mohammad Daud Ali, peradilan adalah proses pemberian keadilan di suatu lembaga atau badan ysng bertugas menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. c) Menurut R. Subekti dan R. Tjitrosoedibjo, peradilan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas negara untuk menegakkan hukum dan keadilan. Menurut Sjachran Basah, peradilan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas dalam memutus perkara dengan menerapkan hukum, menemukan hukum in concreto dalam mempertahankan dan menjamin ditaatinya hukum materiil, dengan cara menggunakan prosedural yang ditetapkan oleh hukum formal. 2.2 Pembagian Lembaga Peradilan di Indonesia 1) Mahkamah Agung adalah suatu lembaga pengadilan negara tertinggi yang merupakan lembaga kasasi yang berfungsi untuk menangani tingkat kasasi, peninjauan kembali, pemutusan sengketa dan tugas menguji peraturan di bawah undang-undang. 2) Peradilan Umum yang meliputi Pengadilan Negeri di tingkat pertama dan Pengadilan Tinggi di tingkat dua atau tingkat banding.
  • 7. 4 3) Peradilan khusus yang meliputi Pengadilan Agama, pengadilan tata usaha negara (PTUN), Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM), Pengadilan Tipikor (Tindak Pidana Korupsi), dan Pengadilan Militer. 2.3 Pengertian Peradilan Agama Diatur dalam UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Peradilan Agama mengatur khusus warga negara yang beragam Islam di bidang perkawinan, hibah, wasiat, kewarisan, wakaf, dan sedekah. Tugas pengadilan agama aatara lain mengadili perkara yang menjadi kewenangan atau tugas dari pengadilan di tingkat banding, mengadili di tingkat pertama dan akhir terkait sengketa kewenangan antar lembaga pengadilan agama di wilayahnya serta memberikan nasehat dan masukan terkait hukum Islam di instansi pemerintahan di daerah hukumnya.
  • 8. 5 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Undang-Undang Peradilan Agama Undang-undang Peradilan Agama Nomor7 Tahun 1989 yang telah disahkan dan diundangkan terdiri dari VII bab, 108 pasal dengan sistematik dan garis-garis besar isinya sebagai berikut: Bab I tentang ketentuan umum Bab II sampai Bab III tentang susunan dan kekuasaan Peradilan Agama Bab IV tentang hukum acara Bab V tentang ketentuan-ketentuan lain Bab VI tentang ketentuan peralihan Bab VII tentang ketentuan penutup Beberapa hal pokok yang dimuat di dalamnya: Pada bab I disebutkan bahwa Peradilan Agama adalah peradilan bagi orang-orang Islam yang terdiri dari: 1)Pengadilan Agama sebagai pengadilan tingkat pertama yang berkedudukan di kabupaten atau kota dan 2)Pengadilan Tinggi Agama sebagai pengadilan tingkat banding yang berkedudukan di ibukota provinsi. Keduanya merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman yang berpuncak pada Mahkamah Agung sebagai pengadilan negara tertinggi. 3.2 Susunan Diatur dalam tiga bagian pada Bab II. Bagian pertama menyebutkan susunan Pengadilan Agama terdiri dari pimpinan, yakni seorang ketua dan wakil ketua, hakim anggota, panitera, sekretaris dan jurusita. Bagian kedua mengatur tentang syarat, tata cara pengangkatan dan pemberhentian ketua, wakil ketua, hakim, panitera dan jurusita Peradilan Agama. Dalam bagian kedua ini disebutkan bahwa untuk dapat diangkat ke dalam jabatan yang ada dalam susunan pengadilan di lingkungan Peradilan Agama, seseorang harus
  • 9. 6 memenuhi syarat tertentu. Selain syarat-syarat umum yang berlaku bagi pengangkatan pegawai di badan-badan peradilan lain, untuk para pejabat di lingkungan Peradilan Agama ada syarat khusus yakni harus beragam Islam serta memiliki ijazah syariah atau sarjana hukum Islam. Bagian ketiga mengatur tentang Sekretariat Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama. Panitera Pengadilan Agama merangkap sebagai Sekretariat Pengadilan Agama yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh wakil sekretaris. 3.3 Kekuasaan Peradilan Agama Bab III mengatur Kekuasaan Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama. Dalam pasal 49 ayat (1) disebutkan bahwa Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara- perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: a)perkawinan, b)kewarisan, wasiat, dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum islam, c)wakaf dan shadaqah. Pasal 49 ayat (2) menjelaskan lebih rinci kedalam 22 butir, yaitu: 1)izin beristri lebih dari seorang, 2)izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia 21 tahun, 3)dispensasi perkawinan, 4)pencegahan perkawinan, 5)penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah, 6)pembatalan pernikahan, 7)gugatan kelalaian atas kewajiban suami atau istri, 8)perceraian karena talak, 9)gugatan perceraian, 10)penyelesaian harta bersama, 11)penguasaan anak, 12)pemeliharaan dan pendidikan anak bila bapak yang seharusnya bertanggung jawab tidak mampu memenuhinya, 13)penentuan kewajiban member biaya penghidupan oleh suami kepada bekas istri, 14)putusan tentang sah atau tidaknya seorang anak, 15)putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua, 16)pencabutan kekuasaan wali, 17)penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal seorang anak yang belum cukup berumur 18 tahun yang ditnggalkan oleh kedua orang tuanya padahal tidak ada penunjukkan walioleh orang tuanya, 18)pembebanan kewajiban ganti rugi terhadap wali yang tealh menyebabkan kerugian atas harta benda anak yang berada di bawah kekuasaannya, 19)penetapan asal-usul anak, 20)putusan tentang penolakan pemberian keterangan untuk melakukan perkawinan
  • 10. 7 campuran, 21)pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum UU No.1 Tahun 1974. Mengenai butir (10) perlu dijelaskan bahwa penyelesaian harta bersama yang menjadi wewenang Peradilan Agama dan diselesaikan di Pengadilan Agama saja, artinya bagi mantan istri dan mantan suami yang bersangkutan. Juga bagi asas peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan. Sebab dengan penyelesaian persoalan harta bersama di Pengadilan Agama, persoalan bekas suami dengan bekas dengan istrinya menjadi selesai sekaligus. Penyelesaian harta bersama dilakukan oleh pengadilan baik karena perceraian maupun atas permohonan pihak-pihak yang berkepentingan di luar sengketa. Menurut pasal 49 ayat (3), kewenangan Pengadilan Agama dibidang “kewarisan” yang disebut dalam Pasal 49 ayat (1) huruf b adalah a)penentuan siapa-siapa yang menjadi ahli waris, b)penentuan harta peninggalan, c)bagian masing-masing ahli waris, dan d)melaksanakan pembagian harta peninggalan. 3.4 Hukum Acara Hukum acara Peradilan Agama diatur dalam Bab IV. Bagian pertama menyatakan bahwa hukum acara yang berlaku dalam lingkungan Peradilan Agama adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada lingkungan Peradilan Umum, tetapi ada hal-hal yang diatur secra khusus pada bagian kedua yaitu pemeriksaan sengketa perkawinan mengenai a)cerai talak yang datang dari pihak suami, b)cerai gugat yang datang dari istri atau dari suami, c)cerai karena alasan zina. Undang-undang ini berupaya melindunmgi dan meningkatkan kedudukan wanita dengan jalan memberikan hak sama kepada istri dalam mengajukan gugatan dan melakukan pembelaan di muka pengadilan. Pada bagian pertama Bab IV disebutkan bahwa setiap penetapan dan putusan Peradilan Agama harus dimulai dengan Bismillahirrahmanirrahmin diikuti dengan kata-kata Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa menunjukkan ciri pelaksanaan kekuasaan kehakiman.
  • 11. 8 3.5 Ketentuan-ketentuan Lain Bab V menyebutkan mengenai administrasi peradilan, pembagian tugas para hakim dan panitera dalam melaksanakan pekerjaan masing- masing. Dalam bab ini disebutkan bahwa tugas jurusita antara lain untuk a)melaksanakan semua perintah yang diberikan oleh ketua sidang, b)menyampaikan pengumuman-pengumuman, teguran-teguran dan pemberitahuan penetapan atau putusan pengadilan menurut cara-cara ketentuan undang-undang, d)membuat berita acara penyitaan, yang salinan resminya diserahkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, berwenang melaksanakan tugasnya di daerah hukum pengadilan yang bersangkutan. Sebelum berlakunya UU No. 7 Tahun 1989 ini jurusita tidak dijumpai dalam susunan Peradilan Agama, sehingga dalam melaksanakkan putusanya yang tidak mau diterima oleh para pihak, teruatam mereka yang kalah, Pengadilan Agama selalu meminta bantuan dan akibatnya bergntung pada Pengadilan Negeri. Melalui undang-undang ini semua aturan yang menentukan ketergantungan Peradilan Agama kepada Peradilan Umum telah dihapuskan dan menjadikan peradilan mandiri. 3.6 Ketentuan Peralihan Bab VI mengenai ketentuan peralihan disebutkan antara lain bahwa semua Badan Peradilan Agama yang telah ada dinyatakan sebagai Badan Peradilan Agama menurut undang-undang ini. Ketentuan peralihan juga menyatakan bahwa semua peraturan pelaksanaan yang telah ada mengenai Peradilan Agama dinyatakan tetap berlaku sepanjang peraturan itu tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan selama ketentuan yang baru belum dikeluarkan. 3.7 Ketentuan Penutup Pada Bab VII tentang ketentuan penutup ditegaskan bahwa pada saat mulai berlakunya Undang-undang Peradilan Agama semua peraturan dinyatakan tidak berlaku lagi. Hal ini menciptakan kesatuan hukum yang
  • 12. 9 mengatur Peradilan Agama di Indonesia sebagai penerapan Wawasan Nusantara. Serta pernyataan tentang pembagian harta peninggalan di luar sengketa antara orang-orang yang beragama Islam yang dilakukan berdasarkan hukum Islam diselesaikan juga di Pengadilan Agama.
  • 13. 10 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Diatur dalam UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Peradilan Agama mengatur khusus warga negara yang beragam Islam di bidang perkawinan, hibah, wasiat, kewarisan, wakaf, dan sedekah. Tugas pengadilan agama aatara lain mengadili perkara yang menjadi kewenangan atau tugas dari pengadilan di tingkat banding, mengadili di tingkat pertama dan akhir terkait sengketa kewenangan antar lembaga pengadilan agama di wilayahnya serta memberikan nasehat dan masukan terkait hukum Islam di instansi pemerintahan di daerah hukumnya. Undang-undang Peradilan Agama Nomor7 Tahun 1989 yang telah disahkan dan diundangkan terdiri dari VII bab, 108 pasal dengan sistematik dan garis-garis besar isinya sebagai berikut: Bab I tentang ketentuan umum Bab II sampai Bab III tentang susunan dan kekuasaan Peradilan Agama Bab IV tentang hukum acara Bab V tentang ketentuan-ketentuan lain Bab VI tentang ketentuan peralihan Bab VII tentang ketentuan penutup Dengan disahkannya Undang-Undang Peradilan Agama, perubahan penting dan mendasar telah terjadi dalam lingkungan Peradilan Agama. Di antaranya disebutkan dalam hal-hal sebagai berikut ini: 1. Peradilan Agama telah menjadi peradilan mandiri, kedudukannya benar- benar telah sejajar dan sederajat dengan Peradilan Umum, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara. 2. Nama, susunan, wewenang (kekuasaan) dan hukum acaranya telah sama dan seragam di seluruh Indonesia. Terciptanya unifikasi Hukum Acara Peradilan Agama akan memudahkan terwujudnya ketertiban dan
  • 14. 11 kepastian hukum yang berintikan keadilan dalam lingkungan Peradilan Agama. 3. Perlindungan terhadap wanita lebih ditingkatkan, dengan jalan antara lain, memberikan hak yang sama kepada istri dalam berproses dan membela kepentingannya di muka Pengadilan Agama. 4. Lebih memantapkan upaya penggalian berbagai asas dan kaidah hukum Islam sebagai salah satu bahan baku dalam penyusunan dan pembinaan hukum nasional melalui yurisprudensi. Di samping itu, dapat dicatat pula dengan Undang-Undang Peradilan Agama. 5. Ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Pokok Kekuasaan Kehakiman (1970) terutama yang disebut pada Pasal 10 ayat (1) mengenai kedudukan pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama dan Pasal 12 tentang susunan, kekuasaan dan (hukum) acaranya telah terwujud. 4.2 Saran Agar pelaksanaan Administrasi Peradilan di Peradilan Agama dapat dipercaya oleh masyarakat sebaiknya menerapkan asas administrative self regulation sesuai dengan yang dikemukakan oleh M.E Dimock L.W Koenig. Dan sebaiknya proses perekrutan pegawai yang ada dalam lingkup Peradilan Agama dilaksanakan dengan sistem karier sehingga Peradilan Agama dapat menjadi organisasi yang ideal dan menjadikan aparat penegak hukum yang bersih, transparan dan akuntabel.
  • 15. 12 DAFTAR PUSTAKA Ali, Mohammad Daud. 2002. Hukum Islam dan Peradilan Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Ali, Mohammad Daud. 2017. Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia. Depok: Rajawali Pers. Djalil, A. Basiq. 2006. Peradilan Agama di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Manan, Abdul. 2006. Penerapan Hukum Acara di Lingkungan Peradilan Agama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. http://wardahcheche.blogspot.com/2014/04/peradilan-agama.html?m=1 diakses Selasa, 11 Juni 2019. https://www.siswapedia.com/jenis-jenis-lembaga-peradilan-di-indonesia/ diakses Kamis, 13 Juni 2019.