Dokumen tersebut membahas tentang pengertian iman dalam hadis Nabi Muhammad SAW. Terdapat beberapa poin penting yaitu: (1) Rukun-rukun iman yang terdiri dari beberapa kalimat syahadat dan amal, (2) Pengertian iman secara terminologi menurut para ulama yang mencakup ketakwaan lahir dan batin, (3) Iman merupakan hal paling utama dalam melakukan segala amal.
1. Nama : TRISNA ARJUNA RINALDI
Jurusan : Manajemen Dakwah
Semester : V MD-E FDK UINSU 2019
DOSEN : H. MOHD IQBAL A. MUIN, LC, MA
2. Dalam hadis-hadis nabi, sangat banyak disebutkan tentang masalah keimanan.
Tetapi sebagian besar kaum muslim tidak memahami bahkan salah memahami
bagaimana keimanan itu. Sehingga banyak kaum muslim yang mengaku beriman
tetapi mereka tidak sama sekali mengaplikasikan substansi keimanan tersebut.
Ada orang yang rajin salat, tetapi korupsinya juga rajin. Ada yang giat
bersedekah, tetapi masih suka mengambil uang negara. Hal ini mengindikasikan
bahwa ada yang salah dalam pengamalan ajaran-ajaran Islam.
3. 1. Bagaimana pengertian iman dalam hadis Nabi saw?
2. Bagaimana kandungan hadis Nabi saw tentang iman?
3. Bagaimana iman menjadi hal yang paling urgen dalam melakukan
segala amal perbuatan?
5. Secara terminologi atau dalam istilah syar’i para ulama mempuyai
pendapat yang beragam tentang pengertian iman, antara lain:
Ulama mutakallimin berpendapat
bahwa definisi iman itu
1.
pembenaran
dengan hati
2.
pengakuan
dengan lisan
3.
amal dengan
anggota
badan
Al-Ima>m Isma>’i>l ibn Muh}ammad al-
Taimi> berkata
الباطنة الطاعات جميع عن عبارة الشرع في اإليمان
والظاهرة
“Iman dalam pengertian syar’i adalah satu
perkataan yang mencakup makna semua
ketaatan lahir dan batin
6. a. Rukun-Rukun Iman
ِينَثَّدَحُوبَأََةَمَثْيَخَُْريَهُزَُنْبَب ْرَحَانَثَّدَحَِيعك َوَْنَعَسَمْهَكَْنَعَِدْبَعَِ َّاّللَِْنبََةَدْيَُربَْنَعىَيْحَيَِْنبََرَمْعَيحوَانَثَّدَحَُدْيَبُعَِ َّاّللَُنْبَاذَعُمََبْنَعْالَي ِراَذَه َوَُهُثِيدَحَانَثَّدَحيِبَأَانَثَّدَحَسَمْهَكَْنَعَِْنباََةَدْيَُربَْنَعىَيْحَيَِْنبََرَمْعَيََلاَق.............ََّمُثََلاَقََثَّدَحِينيِبَأَُرَمُعَُْنبَِباََّطخْال
ََلاَقاَمَنْيَبَُنَْحنََدْنِعَِلوُسَرَِ َّاّللىَّلَصَُ َّاّللَِهْيَلَعََمَّلَس َوََاتَذَم ْوَيَْذِإََعَلَطَانْيَلَعَلُج َرَُدِيدَشَِاضَيَبَِباَيِالثَُدِيدَشَِدا َوَسَِرَعَّشالََلىَُريَِهْيَلَعَُرَثَأاََِرفَّسلََل َوَُهُف ِرْعَياَّنِمَدَحَأىَّتَحََسَلَجىَلِإَِيِبَّنالىَّلَصَُ َّاّللَِهْيَلَعََمَّلَس َوََدَنْسَأَفَِهْيَتَبْكُرىَلِإَْكُرَِهْيَتَبََعَض َو َوَِهْيَّفَكىَلَعَِهْيَذ ِخَفََلاَق َواَي
َُدَّمَحُمِين ْرِبْخَأَْنَعَِم ََْلسِ ْاْلََلاَقَفَُلوُسَرَِ َّاّللىَّلَصَُ َّاّللَِهْيَلَعََمَّلَس َوَُم ََْلسِ ْاْلَْنَأََدَهْشَتَْنَأََلََهَلِإََّلِإَُ َّاّللََّنَأ َوًادَّمَحُمَُلوُس َرَِ َّاّللىَّلَصَُ َّاّللََلَعَِهْيََمَّلَس َوََِيمقُت َوََة ََلَّصالََِيتْؤُت َوََةَاكَّالزََومُصَت َوََانَضَمَرََّجُحَت َوََْتيَبْالَْنِإََتْعَطَتْساَِهْيَلِإًَيَلِبَسََلاَقََتْقَدَصََلاَقَانْب ِجَعَفَُهَلَُهُلَأْسَي
َُهُقِدَصُي َوََلاَقِين ْرِبْخَأَفَْنَعَِانَميِ ْاْلََلاَقَْنَأََنِمْؤُتَِ َّاّللِبَِهِتَكِئ ََلَم َوَِهِبُتُك َوَِهِلُسُر َوَِم ْوَيْال َوَِر ِخ ْاْلََمِنْؤُت َوَِرَدَقْالِبَِه ِْريَخَِه َِرش َوََلاَقََتْقَدَصََلاَقِين ْرِبْخَأَفَْنَعَِانَسْحِ ْاْلََلاَقَْنَأََدُبْعَتََ َّاّللََكَّنَأَكَُهاََرتَْنِإَفَْمَلَْنُكَتَُها ََرتَُهَّنِإَفََاك َرَيََلاَقِين ْرِبْخَأَفََعَْنَِةَعَّاسالََلاَقاَمَُلوُئْسَمْالاَهْنَعََمَلْعَأِب
َْنِمَِلِئَّاسالََلاَقِين ْرِبْخَأَفَْنَعاَهِتَارَمَأََلاَقَْنَأََدِلَتَُةَمَ ْاْلاَهَتَّبَرَْنَأ َوى ََرتََةَافُحْالََةا َرُعْالََةَلاَعْالََءاَع ِرَِاءَّشالََونُل َاوَطَتَيِيفَِانَيْنُبْالََلاَقََّمُثََقَلَطْناََفَُتْثِبَلًّايِلَمََّمُثََلاَقِيلاَيَُرَمُعي ِْردَتَأَْنَمَُلِئَّاسالَُتْلُقَُ َّاّللَُهُلوُس َر َوَُمَلْعَأََلاَقَُهَّنِإَفَُلي ِْرب ِجَُكَاتَأَْمَْمُكُمِلَعُيَْمُكَنِيد
Telah menceritakan kepadaku Abu> Khaisamah Zuhair ibn H{arb telah menceritakan kepada kami Waki>‘ dari Kahmas dari ‘Abd Allah ibn Buraidah dari Yah}ya ibn Ya'mar (dalam
riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami ‘Ubaid Allah ibn Mu‘a>z al-‘Anbari> dan ini hadisnya, telah menceritakan kepada kami Bapakku telah menceritakan
kepada kami Kahmas dari Ibnu Buraidah dari Yah}ya ibn Ya‘mar dia berkata,…Kemudian dia mulai menceritakan hadis seraya berkata, ‘Umar ibn al-Khat}t}a>b berkata, 'Dahulu
kami pernah berada di sisi Rasulullah saw., lalu datanglah seorang laki-laki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan. Tidak
seorang pun dari kami mengenalnya, hingga dia mendatangi Nabi saw. lalu menyandarkan lututnya pada lutut Nabi saw., kemudian ia berkata, 'Wahai Muh}ammad, kabarkanlah
kepadaku tentang Islam? ' Rasulullah saw. menjawab: "Kesaksian bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa Muh}ammad adalah hamba dan utusan-Nya,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan puasa Ramadlan, serta haji ke Baitullah jika kamu mampu bepergian kepadanya.' Dia berkata, 'Kamu benar.' ‘Umar berkata, 'Maka kami
kaget terhadapnya karena dia menanyakannya dan membenarkannya.' Dia bertanya lagi, 'Kabarkanlah kepadaku tentang iman itu? ' Beliau menjawab: "Kamu beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk." Dia berkata, 'Kamu benar.' Dia bertanya, 'Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan itu? '
Beliau menjawab: "Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." Dia bertanya lagi, 'Kapankah
hari akhir itu? ' Beliau menjawab: "Tidaklah orang yang ditanya itu lebih mengetahui daripada orang yang bertanya." Dia bertanya, 'Lalu kabarkanlah kepadaku tentang tanda-
tandanya? ' Beliau menjawab: "Apabila seorang budak melahirkan (anak) tuan-Nya, dan kamu melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing,
namun bermegah-megahan dalam membangun bangunan." Kemudian dia bertolak pergi. Maka aku tetap saja heran kemudian beliau berkata; "Wahai Umar, apakah kamu tahu siapa
penanya tersebut?" Aku menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Beliau bersabda: "Itulah jibril, dia mendatangi kalian untuk mengajarkan kepada kalian tentang pengetahuan
agama kalian'.
7. b. Jumlah Cabang-Cabang/ Indikator Iman
َانَثَّدَحَُدْبَعَِ َّاّللَُْنبَدَّمَحُمَيِفْعُجْالََلاَقَانَثَّدَحوُبَأَرِامَعَِيدَقَعْالََلاَقَانَثَّدَحَُسَُانَمْيَلَُْنبَل ََلِبَْنَعَِدْبَعَِ َّاّللَِْنبََارنِيدَْنَعيِبَأَحِلاَصَْنَعََأيِبََة َْريَرُهََي ِض َر
َُ َّاّللَُهْنَعَْنَعَِيِبَّنالىَّلَصَُ َّاّللَِهْيَلَعََمَّلَس َوََلاَقَُانَميِ ْاْلَْعضِبََونتِس َوًَةَبْعُشََوَُءاَيَحْالَةَبْعُشَْنِمَِانَميِ ْاْل
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami ‘Abd Allah ibn Muh}ammad al-Ju‘fi> dia berkata, Telah
menceritakan kepada kami Abu> ‘A<mir al-‘Aqadi> yang berkata, bahwa Telah
menceritakan kepada kami Sulaima>n ibn Bila>l dari ‘Abd Allah ibn Di>na>r dari Abu>
S{a>lih} dari Abu> Hurairah dari Nabi saw., beliau bersabda: "Iman memiliki lebih dari enam
puluh cabang, dan malu adalah bagian dari iman”.
8. c. Tiga Perkara untuk Mendapatkan Manisnya Iman
- َانَثَّدَحَُقَحْسِإَُْنبََيمِهاَْربِإَُدَّمَحُم َوَُْنبىَيْحَيَِْنبيِبَأََرَمُعَُدَّمَحُم َوَُْنبََبَارَّشاًعيِمَجَْنَعَِيِفَقَّثالََلاَقَُْنبايِبَأََرَمُعََنَثَّدَحاَُدْبَعَِباَّه َوْال
َْنَعََوبيَأَْنَعيِبَأََةَب ََلِقَْنَعََسنَأَْنَعَِيِبَّنالىَّلَصَُ َّاّللَِهْيَلَعََمَّلَس َوََلاَقَث ََلَثَْنَمََّنُكَِهيِفََدَج َوََّنِهِبََة َو ََلَحَِانَميِ ْاْلَْنَمََانَكاَُ َّّللَُهُلوُس َر َو
ََّبَحَأَِهْيَلِإاَّمِماَمُها َوِسَْنَأ َوََّب ِحُيََء ْرَمْالََلَُهب ِحُيََّلِإَِ َّ ِّللَْنَأ َوََهَرْكَيَْنَأََدوُعَييِفَِرْفُكْالََدْعَبَْنَأَُهَذَقْنَأَُ َّاّللَُهْنِماَمَكَُهَرْكَيَْنَأََفَذْقُييِفَِارَّنال
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Ishaq ibn Ibra>hi>m dan Muh}ammad ibn
Yah}ya ibn Abi> ‘Umar serta Muh}ammad ibn Basysya>r semuanya dari al-
S|aqafi> berkata Ibnu Abi> ‘Umar telah menceritakan kepada kami ‘Abd al-
Wahha>b dari Ayyu>b dari Abu> Qila>bah dari Anas dari Nabi saw., dia
berkata, "Tiga perkara jika itu ada pada seseorang maka ia akan merasakan
manisnya iman; orang yang mana Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada
selain keduanya, mencintai seseorang yang ia tidak mencintainya kecuali karena
Allah, dan benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah
menyelamatkannya dari kekafiran tersebut sebagaimana ia benci untuk masuk
neraka”.
9. d. Iman Adalah Amalan yang Paling Mulia
َِقاَّزََُّالردْبَعََانَثَّدَحََلاَقَعِفا ََرُْنبَُدَّمَحُمََان َرَبْخَأَْنَعَِي ِرْهَالزْنَعَرَمْعَمََانَأَبْنََأَلاَقََِْنبا
ََصََّيِبَّنَاللُجََرَلَأَسََلاَقََة َْري َرُهَيِبََأْنَعَِبَّيَسُمْالََاَرَيََلاَقَفََمَّلَس ََوِهْيَلَعَُ َّىَاّللَّلَِ ََّاّللَلوُسَيَأ
ََلاَقَاَذاَمََّمُثََلاَقَِ َّاّللِبَُانَميِ َْاْلَلاَقَُلَضْفََأِلاَمْعَ ْاْلََقَاَذاَمََّمُثََلاَقَِ ََّاّللِليِبَسَيِفَُداَه ِجْالاََّمُثََل
َجَحْالَُورُْربَمْال
Artinya:
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad ibn
Ra>fi‘, ia berkata; telah menceritakan kepada kami
‘Abd al-Razza>q, ia berkata; telah memberitakan
kepada kami Ma‘mar dari al-Zuhri> dari Ibn al-
Musayyab dari Abu> Hurairah, ia berkata; terdapat
seorang laki-laki yang bertanya kepada Nabi saw., ia
berkata; "Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling
baik? Beliau menjawab: "Beriman kepada Allah." Orang
tersebut berkata; kemudian apa? Beliau menjawab:
"Berjihad di jalan Allah." Laki-laki tersebut berkata;
kemudian apa? beliau menjawab: "Haji mabrur.
10. E. Keistimewaan Iman Seorang Mu’min Setara dengan Syuhada’
َانَثَّدَحَُةَبْيَتُقَانَثَّدَحَُْنباََةَعيِهَلَْنَعَِاءَطَعَِْنبََارنِيدَْنَعيِبَأََدي ِزَيَِيِن َل َْوخْالَُهَّنَأََعِمَسََضَفََةَلاََْنبَْديَبُعَُلوُقَيَُتْعِمَسََرَمُعََْنبَِباََّطخْالَُلوُقَيَُتْعِمَسََلوُس َرَِ َّاّللىَّلَصَُ َّاّللَِهْيَلَع
ََمَّلَس َوَُلوُقَيَُءاَدَهالشَةَعَب ْرَأَلُج َرَنِمْؤُمَُدِيَجَِانَميِ ْاْلََيِقَلََُّودَعْالََقَدَصَفََ َّاّللىَّتَحََلِتُقََذَفََكِلِيذَّالَُعَف ْرَيَُاسَّنالَِهْيَلِإَْمُهَنُيْعَأََم ْوَيَِةَماَيِقْالاَذَكَهََعَفَر َوَُهَسْأ َرىَّتَحَْتَعَق َوَُهُت َوُسْنَلَقََلاَق
اَمَفي ِْردَأََة َوُسْنَلَقَأََرَمُعََدا َرَأَْمَأََة َوُسْنَلَقَِيِبَّنالىَّلَصَُ َّاّللَِهْيَلَعََمَّلَس َوََلاَقَلُج َر َوَنِمْؤُمََجَُدِيَِانَميِ ْاْلََيِقَلََُّودَعْالاَمَّنَأَكَفََب ِرُضَُهُدْل ِجَِك َْوشِبَحْلَطَْنِمَِْنبُجْالَُهَاتَأَمْهَسَب َْرغَُهَلَتَقَف
ََوُهَفيِفَِةَجََّردالَِةَيِناَّالثَلُجَر َوَنِمْؤُمََطَلَخًََلَمَعاًحِلاَصَََرخآ َواًئِيَسََيِقَلََُّودَعْالََقَدَصَفََ َّاّللََحىَّتََلِتُقََكِلَذَفيِفَِةَجََّردالَِةَثِلاَّالثَلُجَر َوَنِمْؤُمََف َْرسَأىَلَعَِسْفَنَِهََيِقَلََُّودَعْالََقَدَصَف
ََ َّاّللىَّتَحََلِتُقََكِلَذَفيِفَِةَج ََّردالَِةَعِباَّالر
Artinya:Telah menceritakan kepada kami Qutaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi>‘ah
dari ‘At}a> ibn Di>na.r dari Abu> Yazi>d al-Khaula>ni Bahwasanya ia mendengar Fad}a>lah ibn ‘Ubaid
berkata; Aku mendengar ‘Umar ibn Khat}t}a>b berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:
"Syuhada itu ada empat; seorang mukmin yang istimewa keimanannya, ia bertemu musuh dan
membenarkan Allah hingga ia terbunuh. Mukmin inilah yang kelak mata manusia tertuju kepadanya
dengan penuh kekaguman pada hari kiamat." Nabi mengucapkan hal ini sembari mengangkat kepalanya
hingga pecinya terjatuh. Ia katakana; 'Saya tidak tahu peci manakah yang dimaksud, peci ‘Umarkah atau
peci Nabi'. Beliau melanjutkan sabdanya; Dan Seorang mukmin yang istimewa keimanannya dan bertemu
musuh, hanya sayang tubuhnya (maksudnya dirinya) seolah-olah terkena sedikit duri pohon karena sifat
pengecutnya yang masih ada, ia terkena anak panah yang menyasar hingga menjadikannya terbantai,
orang ini berada di tingkat kedua. dan seorang mukmin yang masih mencampuradukkan amal shalihnya
dan amal buruknya, ia bertemu musuh dan membenarkan Allah hingga terbunuh. Orang ini berada di
tingkat ketiga. Dan seorang mukmin yang melampui batas terhadap dirinya, ia bertemu musuh dan
membenarkan Allah hingga ia terbunuh. Orang ini berada di tingkat keempat.
11. IMAN memegang peranan penting
dalam kehidupan. Tanpa iman
kehidupan manusia seperti kapas
yang diterbangkan angin kian
kemari. Orang yang tidak beriman
hidupnya akan kacau tidak terarah.
Dihanyutkan oleh hawa nafsu tanpa
ada tujuan yang hakiki.
12. 2. Terhindar dari Sifat Dengki
iri dengki dalam islam berarti tidak suka terhadap kebahagiaan
atau kebaikan yang didapat orang lain, orang yang beriman akan
terhindar dari sifat tersebut sebab ia merasa cukup dengan
adanya Allah dalam hatinya dan merasa bahagia pula dengan
kebahagian yang didapat saudaranya. Rasulullah pernah
bersabda mengenai kesempurnaan hati orang yang beriman,
“Tidak sempurna keimanan salah seorang dari kalian sampai dia
mencintai kebaikan untuk saudaranya seperti sesuatu yang dia
cintai untuk dirinya”. (HR Bukhari)
1. Mendapat Kenikmatan Memandang Wajah Allah
Kenikmatan yang paling tinggi di akherat ialah
memandang wajah Allah yang hanya akan dialami
oleh para penghuni surga, hanya orang orang
beriman yang di akherat nanti akan mendapat
kenikmatan tersebut,“Sesungguhnya kalian (orang
orang yang memiliki iman) akan melihat Rabb kalian
sebagaimana kalian melihat bulan purnama ini,
kalian tidak berdesak desakan dalam melihatnya”.
(HR Muslim)
13. 6. Merupakan Ajaran Inti yang Agung dan Pondasi yang Kuat
Kabarkanlah kepadaku tentang iman! Rasulullah menjawab : engkau beriman
kepada Allah, malaikat malaikat Nya, kitab kitab Nya, rasul rasul Nya, hari akhir,
dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk”. (HR Muslim).
4. Terhindar dari Perbuatan Maksiat
“Tidaklah seseorang berzina, minum minuman
keras, atau melakukan pencurian dalam keadaan
beriman”. (HR Bukhari)
14. Para ulama mendefinisikan iman yaitu ucapan dengan lisan,
keyakinan hati, serta pengamalan dengan anggota badan,
bisa bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan
kemaksiatan. Inilah makna iman menurut Ahlus Sunnah wal
Jama’ah. Mayoritas Ahlus Sunnah mengartikan iman
mencakup i’tiqad (keyakinan), perkataan, dan perbuatan.